• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Pembobotan Dengan Metode Nguyen Widrow Dalam Backpropagation Untuk Prediksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Pembobotan Dengan Metode Nguyen Widrow Dalam Backpropagation Untuk Prediksi"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PEMBOBOTAN DENGAN METODE

NGUYEN WIDROW DALAM

BACKPROPAGATION

UNTUK PREDIKSI

TESIS

Oleh

HENRA VERYWATI PURBA

107038007/TINF

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PENGARUH PEMBOBOTAN DENGAN METODE

NGUYEN WIDROW DALAM

BACKPROPAGATION

UNTUK PREDIKSI

TESIS

Oleh

HENRA VERYWATI PURBA

107038007/TINF

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ANALISIS PENGARUH PEMBOBOTAN DENGAN METODE

NGUYEN WIDROW DALAM

BACKPROPAGATION

UNTUK PREDIKSI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Komputer dalam Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika

pada Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Komputer dan

Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara

Oleh

HENRA VERYWATI PURBA

107038007/TINF

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis

: ANALISIS PENGARUH PEMBOBOTAN

DENGAN METODE NGUYEN WIDROW

DALAM BACKPROPAGATION UNTUK

PREDIKSI

Nama Mahasiswa

: HENRA VERYWATI PURBA

Nomor Induk Mahasiwa

:

1

07038007

Program Studi

: MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA

fakultas

: FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN

TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Erna Budhiarti Nababan, M IT Dr. Poltak Sihombing, M.Ko

Anggota

Ketua

m

Ketua Program Studi,

Dekan,

(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISIS PENGARUH PEMBOBOTAN DENGAN METODE

NGUYEN WIDROW DALAM

BACKPROPAGATION

UNTUK PREDIKSI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil

kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan

sumbernya dengan benar.

Medan, Januari 2013

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di

bawah ini :

Nama

: Henra Verywati Purba

NIM

: 107038007

Program Studi

: Teknik Informatika

Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak bebas Royalti Non-Eksklusif (

non-Exlusive Royalty

Free Right

) atas tesis saya yang berjudul

ANALISIS PENGARUH PEMBOBOTAN DENGAN METODE

NGUYEN WIDROW DALAM BACKPROPAGATION

UNTUK PREDIKSI

Beserta perangkat yang ada (

jika diperlukan

). Dengan Hak Bebas Royalti

Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,

memformat, mengelola dalam bentuk

data-base

, merawat dan mempublikasikan

Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, Januari 2013

(7)

Telah diuji pada

Tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Dr. Poltak Sihombing, M.Kom

Anggota

: 1. Dr. Erna Budhiarti Nababan, M IT

(8)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar :Henra Verywati Purba, S.Kom

Tempat dan Tanggal Lahir : Urung Panei , 10 Mei 1983

Alamat Rumah

: Jl. Flamboyan Raya. Komplek Nina Flamboyan No 18

Medan

Telepon / HP

: 081361425115

e-mail

:

henra_verywati@yahoo.com

Instansi Tempat Bekerja

: BBMKG Wilayah I Medan

Alamat Kantor

: Jl. Ngumban Surbakti No 15 Sempakata Medan

Telepon

: 061-8222775

DATA PENDIDIKAN

SD

: SD Inpres Banua Saribu

Tamat : 1995

SMP

: SMP Negeri I Purba

Tamat : 1998

SMA

: SMA Sw Budi Mulia P. Siantar

Tamat : 2001

Strata-1

: Ilmu Komputer USU

Tamat : 2006

(9)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas

segala limpahan rahmad dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc (CTM), Sp. A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas

Sumatera Utara, Prof. Dr. Muhammad Zarlis atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis menjadi mahasiswa Program Magister (S2) Teknik Informatika Fasilkom-TI

Universitas Sumatera Utara.

Ketua Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika, Prof. Dr.

Muhammad Zarlis dan Sekertaris Program Studi Teknik Informatika M. Andri

Budiman, S.T, M.Comp, M.E.M beserta seluruh Staf Pengajar pada Program Studi

Magister (S2) Teknik Informatika Fasilkom-TI Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya penulis

ucapkan kepada Dr. Poltak Sihombing, M.Kom selaku Pembimbing Utama yang

dengan penuh perhatian dan telah memberikan dorongan, bimbingan dan arahan,

demikian juga kepada Dr. Erna Budhiarti Nababan, MIT selaku Pembimbing

Lapangan yang dengan penuh kesabaran menuntun dan membimbing penulis hingga

selesainya laporan penelitian ini.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya saya

ucapkan kepada Prof. Dr. Herman Mawengkang, Prof. Dr. Muhammad Zarlis, dan

Dr, Saib Suwilo, M,Sc sebagai pembanding yang telah memberikan saran dan

masukan serta arahan yang baik demi penyelesaian laporan penelitian ini.

Kepada Ayah St. N Purba. dan Ibu K. Sinaga serta suami tercinta Antonius

Barus, ST yang telah banyak membantu penulis dan terima kasih atas segala

pengorbanan kalian baik moril maupun materil dan anakku tersayang Melvin Barus

atas pengertiannya.

Staff Pegawai dan Administrasi pada Program Studi Magister (S2) Teknik

Informatika Fasilkom-TI Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

bantuan dan pelayanan yang sangat baik kapada penulis selama mengikuti

perkuliahan hingga penyelesaian laporan penelitian ini.

(10)

Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam laporan

penelitian ini, terimakasih atas segala bantuan dan doa yang diberikan. Dengan

segala kekurangan dan kerendahan hati, sekali lagi penulis mengucapkan

terimakasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala bantuan dan kebaikan

yang telah diberikan.

Medan, Januari 2013

Penulis

(11)

ANALISIS PENGARUH PEMBOBOTAN DENGAN METODE NGUYEN

WIDROW DALAM

BACKPROPAGATION

UNTUK PREDIKSI

ABSTRAK

Penyimpangan yang jauh antara hasil prediksi dengan kenyataan yang sebenarnya

masih ada ditemukan. Untuk mendapatkan hasil prediksi yang akurat banyak hal

yang harus diperhatikan antara lain metode untuk prediksi. Metode yang digunakan

untuk prediksi, dalam tesis ini adalah

Backpropagation.

Kemampuan

Backpropagation

untuk menguragi

error

dengan melakukan koreksi bobot

menjadikan metode ini sering digunakan untuk prediksi.

Pembobotan awal dalam

backpropagation

dapat dilakukan secara random ataupun dengan metode Nguyen

Widrow. Untuk meningkatkan keakuratan hasil prediksi maka pembobotan awal

dilakukan dengan metode Nguyen Widrow. Hal ini disebabkan karena metode ini

dapat meningkatkan kemampuan lapisan tersembunyi dalam melakukan proses

pembelajaran dengan cara menyesuaikan bobot dan bias awal dengan pola pelatihan

yang digunakan. Pembobotan yang baik dalam

backpropagation

mampu mengurangi

error

sehingga hasil yang dicapai menjadi akurat. Parameter

backpropagation

yang

digunakan yaitu jumlah input masukan 8

node

, jumlah

node

pada

hidden layer

18

node, target

error

sebesar 0,01. Hasil pengujian yang dilakukan terhadap unsur

cuaca sistem ini mampu memprediksi dengan tingkat keakuratan sampai dengan

98%.

(12)

ANALYSIS OF EFFECT OF WEIGHT AND BIAS IN WIDROW NGUYEN METHOD FOR PREDICTION BACKPROPAGATION

ABSTRACT

Much deviation between the predicted results with the fact that there are actually

found. To get the accurate prediction of many things to consider, among others,

methods for prediction. The method used for prediction, the thesis Backpropagation.

Backpropagation reduces the ability to perform error correction by weight makes

this method is often used for prediction. Initial weighting in backpropagation can be

done randomly or by a method Nguyen Widrow. To improve the accuracy of the

predictions made by the initial weighting Nguyen Widrow method. This is because

this method can improve the ability of the hidden layer in the learning process by

adjusting the weights and bias early in the training patterns are used. Weighting

both in backpropagation to reduce error that results achieved are

accurate.Backpropagation parameter used is the number of input 8 input nodes, the

number of nodes in the hidden layer node 18, a target error of 0.01. The results of

tests performed on elements of the system is able to predict the weather with

accuracy levels up to 98%.

(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

i

ABSTRACT

ii

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

1

I.2 Perumusan Masalah

3

I.3 Batasan Masalah

3

I.4 Tujuan Penelitian

3

I.5 Manfaat Penelitian

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Saraf Secara Biologis

5

2.2 Jaringan Saraf Tiruan (JST)

6

2.2.1 Karakteristik JST

6

2.2.2 Struktur dan Komponen JST

7

2.2.3 Pemrosesan Informasi dalam JST

8

2.2.4 Fungsi Aktivasi

8

2.2.5 Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan

9

2.2.6 Proses Pembelajaran Jaringan Saraf Tiruan

13

2.3 Metode

Backpropagation

(14)

2.3.1 Algoritma

Backpropagation

14

2.3.2 Arsitektur

Backpropagation

16

2.3.3 Meningkatkan Hasil Metode

Backpropagation

17

2.3.2 Pengujian (Testing) pada Metode

Backpropagation

20

2.4 Metode Nguyen Widrow

20

2.5 Normalisasi Data

22

2.6 Penelitian Terkait

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendahuluan

25

3.2 Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Lain

25

3.2.1 Persamaan dengan Penelitian Lain

25

3.2.2 Perbedaan dengan Penelitian Lain

25

3.2.3 Kontribusi Penelitian

26

3.3 Data Yang Digunakan

26

3.3.1 Normalisasi Data

27

3.3.2 Pembagian Data

27

3.3.3 Pelatihan Data

28

3.3.4 Pengujian Data

29

3.3.5 Prediksi Data

30

3.4 Perancangan

30

(15)

3.4.2 Perancangan Skema Sistem

31

3.5 Diagram Tahapan Proses Pelatihan

32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

36

4.1.1 Pembobotan

36

4.1.2 Training Data

37

4.1.3 Pengujian Data

39

4.1.4 Hasil Prediksi

40

4.1.5 Pembobotan Awal

40

4.1.6 Pelatihan (

Training

)

Backpropagation

46

4.2 Pembahasan 53

4.2.1Analisis Pengaruh Bobot, Bias dan Momentum

untuk Prediksi

53

4.2.2 Pengujian Terhadap Program

54

4.2.3 Hasil Prediksi

60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

64

5.2 Saran

65

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

2.1

Penelitian Terkait

23

3.1 Pembagian Data untuk Pelatihan dan Data Target

28

3.2

Data Pelatihan Untuk Suhu Hasil Pengamatan

29

3.3

Data yang Digunakan untuk Pengujian

30

4.1

Bobot Secara Random

41

4.2

Bias

Input Layer

Menuju

Hidden Layer

Dengan

Pembobotan Awal Menggunakan Nguyen Widrow

43

4.3

Inisialisasi Bobot Awal dengan Metode Nguyen Widrow

46

4.4

Pengujian Terhadap Suhu dengan Pembobotan Awal

Menggunakan Metode Nguyen Widrow dan Metode

Random

55

4.5

Perbandingan Data Hasil Pengamatan dan Data Prediksi

56

4.6

Pengujian Terhadap Kelembaban dengan Pembobotan

Awal Menggunakan Metode Nguyen Widrow dan Metode

Random

57

4.7

Pengujian Terhadap Curah Hujan dengan Pembobotan

Awal Menggunakan Metode Nguyen Widrow dan

Metode Random

58

4.8

Pengujian Terhadap Kecepatan Angin dengan Pembobotan

Awal Menggunakan Metode Nguyen Widrow dan

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

2.1

Saraf Secara Biologis

6

2.2

Model Neuron Buatan

7

2.3

JST Lapisan

Single Layer

11

2.4

JST Lapisan

Multi Layer

12

2.5

3.1

Perancangan Skema Sistem

32

Arsitektur Model

Backpropagation

17

3.2

Diagram Tahapan Metode Nguyen Widrow

33

3.3

Diagram Tahapan Proses Penelitian

35

4.1

Program Saat Dilakukan Pembobotan

37

4.2

Proses Saat Pelatihan Dilakukan

38

4.4

Proses Saat Pengujian Dilakukan

39

4.5

Program Saat Melakukan Prediksi

40

4.6

Grafik Hasil Prediksi Suhu

60

4.7

Grafik Hasil Prediksi Kelembaban

61

4.8

Grafik Hasil Prediksi Kecepatan Angin

62

(18)

ANALISIS PENGARUH PEMBOBOTAN DENGAN METODE NGUYEN

WIDROW DALAM

BACKPROPAGATION

UNTUK PREDIKSI

ABSTRAK

Penyimpangan yang jauh antara hasil prediksi dengan kenyataan yang sebenarnya

masih ada ditemukan. Untuk mendapatkan hasil prediksi yang akurat banyak hal

yang harus diperhatikan antara lain metode untuk prediksi. Metode yang digunakan

untuk prediksi, dalam tesis ini adalah

Backpropagation.

Kemampuan

Backpropagation

untuk menguragi

error

dengan melakukan koreksi bobot

menjadikan metode ini sering digunakan untuk prediksi.

Pembobotan awal dalam

backpropagation

dapat dilakukan secara random ataupun dengan metode Nguyen

Widrow. Untuk meningkatkan keakuratan hasil prediksi maka pembobotan awal

dilakukan dengan metode Nguyen Widrow. Hal ini disebabkan karena metode ini

dapat meningkatkan kemampuan lapisan tersembunyi dalam melakukan proses

pembelajaran dengan cara menyesuaikan bobot dan bias awal dengan pola pelatihan

yang digunakan. Pembobotan yang baik dalam

backpropagation

mampu mengurangi

error

sehingga hasil yang dicapai menjadi akurat. Parameter

backpropagation

yang

digunakan yaitu jumlah input masukan 8

node

, jumlah

node

pada

hidden layer

18

node, target

error

sebesar 0,01. Hasil pengujian yang dilakukan terhadap unsur

cuaca sistem ini mampu memprediksi dengan tingkat keakuratan sampai dengan

98%.

(19)

ANALYSIS OF EFFECT OF WEIGHT AND BIAS IN WIDROW NGUYEN METHOD FOR PREDICTION BACKPROPAGATION

ABSTRACT

Much deviation between the predicted results with the fact that there are actually

found. To get the accurate prediction of many things to consider, among others,

methods for prediction. The method used for prediction, the thesis Backpropagation.

Backpropagation reduces the ability to perform error correction by weight makes

this method is often used for prediction. Initial weighting in backpropagation can be

done randomly or by a method Nguyen Widrow. To improve the accuracy of the

predictions made by the initial weighting Nguyen Widrow method. This is because

this method can improve the ability of the hidden layer in the learning process by

adjusting the weights and bias early in the training patterns are used. Weighting

both in backpropagation to reduce error that results achieved are

accurate.Backpropagation parameter used is the number of input 8 input nodes, the

number of nodes in the hidden layer node 18, a target error of 0.01. The results of

tests performed on elements of the system is able to predict the weather with

accuracy levels up to 98%.

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini masih ada hasil prediksi menyimpang jauh dari kenyataan yang terjadi.

Hasil prediksi yang tidak akurat dapat mengakibatkan kerugian bagi penggunanya.

Tingkat akurasi hasil prediksi dipengaruhi berbagai faktor yaitu data yang digunakan

untuk prediksi, pengetahuan/pengalaman pembuat prediksi, dan metode yang

digunakan untuk membuat prediksi.

Metode untuk prediksi telah banyak digunakan oleh para peneliti antara lain:

Metode Statistik, GARCH, ARIMA, Adavtive linear Filter, Jaringan Saraf Tiruan

dan lain-lain. (Halim dan Winosobo, 2000). Metode yang digunakan untuk prediksi

dalam tesis ini adalah bagian dari Jaringan Saraf Tiruan yaitu metode

Backpropagation

. Metode

backpropagation

digunakan karena dalam metode

backpropagation

dapat mengubah nilai bobot dalam arah mundur untuk

mendapatkan

error

yang lebih kecil.

Error

yang kecil akan menghasilkan hasil

prediksi yang akurat. Dalam

Backpropagation

terdapat parameter-parameter seperti :

Bobot, Bias,

Layer, Learning Rate, Hidden Layer, Momentum

dan lain sebagainya.

Setiap parameter memberikan pengaruh terhadap hasil yang diperoleh dengan

metode

Backpropagation (

Maru’ao, 2010). Inisialisasi Bobot awal dalam

Backpropagation

dapat dilakukan secara random dan dengan metode Nguyen

Widrow (Fausset, 1994).

(21)

Andrijasa dan Mistianingsih menyebutkan penyesuaian bobot dan bias yang lebih

baik akan membuat target yang diinginkan mendekati ketepatan.

Penelitian yang dilakukan Andrijasa dan Mistianingsih (2010) dan Halim dan

Wibisono (2000) untuk inisialisasi bobot awal adalah menggunakan metode

pembobotan secara random. Kelebihan inisialisasi bobot secara random adalah bobot

yang digunakan setiap pembelajaran pasti akan berbeda (dalam interval yang telah

ditentukan).

Dalam

Backpropagation

Arsitektur jaringan berperan penting dalam

mencapai hasil yang didapat (Andrijasa dan Mistianingsih 2010). Dalam tesis ini

akan dilakukan perubahan arsitektur jaringan

backpropagation

. Perubahan arsitektur

meliputi perubahan jumlah

node

dalam lapisan tersembunyi dan pengaturan bias.

Untuk mengetahui pengaruh bobot dan bias dalam

backpropagation

akan digunakan

suatu metode pembobotan awal yaitu metode Nguyen Widrow. Hal ini disebabkan

dalam metode Nguyen Widrow bobot-bobot lapisan tersembunyi dirancang

sedemikian rupa. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan lapisan

tersembunyi dalam melakukan proses pembelajaran (Fausset, 1994). Proses

pembelajaran yang semakin mudah akan mempercepat tercapai

konvergensi(pemusatan). Sehingga sistem akan cepat menemukan pola yang

digunakan untuk prediksi.

Bobot awal dan bias yang diperoleh dengan metode Nguyen Widrow akan

digunakan dalam proses pelatihan. Pada tahap fase modifikasi bobot dalam

backpropagation

jika terdapat perubahan bobot yang mencolok akan ditambahkan

momentum. Bobot yang mencolok dapat disebabkan data yang sangat berbeda

dengan data yang lain. Penggunaan Momentum menjadikan pola masukan awal dan

pola masukan terakhir diperhitungkan (Dhaneswara, 2004).

(22)

Berdasarkan uraian di atas maka tesis ini akan mengusulkan judul

“Analisis

Pengaruh pembobotan dengan metode Nguyen Widrow dalam

Backpropagation

untuk prediksi”

dari hasil penelitian ini diharapkan hasil prediksi akan semakin

akurat

.

1.2

Penyimpangan yang jauh antara hasil prediksi dengan kenyataan yang sebenarnya

masih ada ditemukan. Keakuratan hasil prediksi dalam

backpropagation

sangat

ditentukan oleh bobot dan bias. Bobot dan bias awal yang digunakan harus mampu

menyesuaikan dengan pola pelatihan yang digunakan untuk mendapatkan prediksi

yang akurat.

PERUMUSAN MASALAH

1.3

BATASAN MASALAH

Agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian maka masalah dalam penelitian ini

dibatasi untuk :

1.

2.

Fungsi aktivasi yang digunakan adalah fungsi Sigmoid Biner.

Inisialisasi Bobot dan bias menggunakan metode

3.

Batas toleransi

error

adalah 0.01

Nguwen-Windrow.

Hal ini disebabkan jika

error

telah mencapai 0.01 maka hasil keakuratan

prediksi yang diperoleh sudah baik (Chrestanti at el, 2002).

4.

Data yang digunakan untuk prediksi adalah data BBMKG Wilayah I

Medan selama 15 tahun (1997-2011).

1.4

TUJUAN PENELITIAN

(23)

1.5

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1.

Dapat diketahui pengaruh bobot dan bias dalam

backpropagation.

2.

Dapat diketahui cara untuk merancang bobot dan bias dalam

backpropagation.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS

Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba

untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Istilah buatan disini

digunakan karena jaringan saraf ini diimplementasikan dengan menggunakan program

komputer yang mampu menyelesaikan sejumlah proses perhitungan selama proses

pembelajaran (Fausett, 1994).

Setiap sel saraf memiliki satu inti sel. Inti sel ini yang akan bertugas untuk

melakukan pemrosesan informasi. Informasi tersebut akan diterima dendrit. Informasi hasil olahan ini akan menjadi masukan bagi neuron lain. Informasi yang dikirimkan antar neuron

adalah berupa rangsangan yang dilewatkan melalui dendrit. Informasi yang datang akan

diterima oleh dendrit dan dijumlahkan lalu dikirim melalui axon ke dendrit akhir. Informasi

ini akan diterima oleh neuron lain jika memenuhi batasan tertentu. Batasan tertentu dikenal

dengan nama nilai ambang (threshold) yang dikatakan teraktivasi (Haykin, 2008).

Menurut Siang (2005) Jaringan Saraf Tiruan dibentuk sebagai generalisasi model

matematika dari jaringan saraf biologi, dengan asumsi bahwa :

1. Pengolahan informasi terdiri dari elemen-elemen sederhana yang disebut

neuron.

2. Sinyal dilewatkan dari satu neuron ke neuron yang lain melalui hubungan

koneksi.

3. Tiap hubungan koneksi mempunyai nilai bobot sendiri.

4. Tiap neuron mempergunakan fungsi aktivasi terhadap input yang diterimanya

(25)

Gambar 2.1 Saraf Secara Biologis (Haykin, 2008)

2.2 JARINGAN SARAF TIRUAN (JST)

JST dibuat pertama kali pada tahun 1943 oleh neurophysiologist Waren McCulloch dan

logician Walter Pits. Teknologi yang tersedia pada saat itu belum memungkinkan mereka

berbuat lebih jauh. JST merupakan suatu sistem pemrosesan Informasi yang memiliki

karaktristik-karakteristik menyerupai jaringan saraf Biologi. Hal yang sama diutarakan oleh

Simon Haykin yang menyatakan Bahwa JST adalah sebuah mesin yang dirancang untuk

memodelkan cara otak manusia mengerjakan fungsi atau tugas-tugas tertentu. Mesin ini

memiliki kemampuan menyimpan pengetahuan berdasarkan pengalaman dan menjadikanya

simpanan pengetahuan yang dimiliki menjadi bermanfaat (Haykin, 2008).

2.2.1Karakteristrik JST

Karakteristik JST ditentukan oleh 3 hal yaitu:

1. Pola hubungan antar neuron disebut arsiktektur jaringan.

2. Metode untuk menentukan nilai bobot tiap hubungan disebut pembelajaran/

pelatihan.

(26)

2.2.2 Struktur dan Komponen JST

JST terdiri dari sejumlah elemen pemroses sederhana yang disebut dengan neuron. Tiap

neuron terhubung sambungan komunikasi dimana tiap sambungan mempunyai nilai bobot

sendiri. Nilai bobot ini menyediakan informasi yang akan digunakan oleh jaringan untuk

memecahkan masalah.

Neuron buatan ini dirancang untuk menirukan karakteristik neuron biologis. Secara

prinsip diberikan serangkaian masukan (input) yang masing-masing menggambarkan

keluaran (output) yang kemudian akan menjadi masukan bagi neuron lain. Setiap input akan

dikalikan dengan suatu faktor penimbang tertentu (wi) yang analog dengan tegangan

synapsis. Semua input tertimbang itu dijumlahkan untuk menentukan tingkat aktivasi suatu

neuron. Gambar 2.2 menunjukkan serangkaian input dengan nama x1, x2, ..., xn

i i

i n

w x Yin

1 =

=

pada suatu

neuron buatan. Untuk mendapat keluaran dari setiap input digunakan:

(2.1)

Yin

Keterangan : X1,X2,... Xi : Data Input, w1, w2, wi : Bobot , Y-in :

Gambar 2.2 Model Neuron Buatan (Fausett, 1994)

Sinyal output

Output yang diharapkan dalam sistem JST ini berada pada range 0 sampai 1 dan dengan

fungsi Sigmoid Biner berapapun nilai input-nya akan dihasilkan output dengan nilai antara 0

sampai 1. Biasanya satu neuron mengirimkan nilai aktivasinya ke beberapa neuron yang

lain.

X1

Xi

X2 W1

W2

(27)

2.2.3 Pemrosesan Informasi dalam JST

Aliran informasi yang diproses disesuaikan dengan arsitektur jaringan (Wulandari et al,

2012). Beberapa konsep utama yang berhubungan dengan proses adalah:

1. Masukan (Input), setiap input bersesuaian dengan suatu atribut tunggal.

Serangkaian input pada JST diasumsikan sebagai vektor X yang bersesuaian

dengan sinyal-sinyal yang masuk ke dalam sinapsis neuron biologis. Input

merupakan sebuah nilai yang akan diproses menjadi nilai output.

2. Keluaran (Output), output dari jaringan adalah penyelesaian masalah.

3. Bobot (Weight), mengekspresikan kekuatan relatif (atau nilai matematis) dari

input data awal. Penyesuaian yang berulang-ulang terhadap nilai bobot

menyebabkan JST “belajar”. Bobot-bobot ini diasumsikan sebagai vektor w.

setiap bobot bersesuaian dengan tegangan (strength) penghubung sinapsis

biologis tunggal.

4. Fungsi Penjumlahan, menggandakan setiap nilai input xi dengan bobot wi

5. Fungsi Alih (Transfer Function), menghitung stimulasi internal atau level

aktivasi dari saraf.

dan

menjumlahkannya bersama-sama untuk memperoleh suatu output Y. Fungsi

penjumlahan ini bersesuaian dengan badan sel biologis (soma).

2.2. 4 Fungsi Aktivasi

Fungsi aktivasi merupakan fungsi yang digunakan untuk meng-update nilai-nilai bobot

periterasi dari semua nilai input. Secara sederhana fungsi aktivasi adalah proses untuk

mengalikan input dengan bobotnya kemudian menjumlahkannya (penjumlahan sigma). Ada

beberapa fungsi aktifasi yang sering digunakan dalam jaringan saraf tiruan antara lain :

1. Fungsi Sigmoid Biner

Fungsi ini digunakan untuk jaringan saraf yang dilatih dengan menggunakan

metode Backpropagation. Fungsi Sigmoid Biner memiliki nilai pada range 0

sampai 1. Oleh karena itu fungsi ini sering digunakan untuk jaringan yang

(28)

e x

x

f

+ =

1 1 )

( (2.2)

dimana x : nilai sinyal keluaran dari satu neuron yang akan diaktifkan

e : nilai konstanta dengan nilai = 2.718281828

2. Fungsi Identitas (linear)

Fungsi linear memiliki nilai output yang sama dengan nilai input-nya.

3. Fungsi Saturating Linear

Fungsi ini akan bernilai 0 jika input-nya kurang dari -1/2 dan akan benilai 1

jika input-nya lebih dari ½.

4. Fungsi Symetrik

Fungsi ini akan bernilai -1 jika input-nya kurang dari -1 dan akan bernilai 1 jika

input-nya lebih dari 1.

5. Fungsi Sigmoid Bipolar

Fungsi Sigmoid Bipolar hampir sama dengan fungsi Siqmoid Biner hanya saja

output dari fungsi ini memiliki range antara 1 sampai -1

1 1

2 )

( −

  

 

+

= x

e x

f (2.3)

dimana x : nilai sinyal keluaran dari satu neuron yang akan diaktifkan

e : nilai konstanta dengan nilai = 2.718281828

2. 2.5 Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan

Secara umum arsitektur JST terdiri dari atas beberapa lapisan yaitu sebagai berikut

(Dhaneswara dan Moertini, 2004):

(29)

Lapisan masukan merupakan lapisan yang terdiri dari beberapa neuron yang akan

menerima sinyal dari luar dan kemudian meneruskan ke neuron-neuron lain dalam

jaringan.

2. Lapisan Tersembunyi (hidden layer)

Lapisan tersembunyi merupakan tiruan dari sel-sel saraf konektor pada jaringan

saraf biologis. Lapisan tersembunyi berfungsi meningkatkan kemampuan jaringan

dalam memecahkan masalah.

3. Lapisan Keluaran (output layer)

Lapisan keluaran berfungsi menyalurkan sinyal-sinyal keluaran hasil pemrosesan

jaringan. Lapisan ini juga terdiri dari sejumlah neuron. Lapisan keluaran merupakan

tiruan sel-sel saraf motor pada jaringan saraf biologi.

Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan terdiri dari 2 macam jaringan yaitu sebagai berikut:

1. Jaringan Lapisan Tunggal (Single Layer )

Jaringan single layer terdiri atas satu lapisan input dan satu lapisan output dengan setiap

neuron yang saling terhubung. Dalam jaringan ini, semua unit input dihubungkan dengan

semua unit output dengan bobot yang berbeda-beda. Tidak ada unit input yang dihubungkan

dengan unit input lainnya. Demikian pula dengan unit output, tidak ada unit output yang

terhubung dengan unit output yang lain (Fausset, 1994). Selama proses pelatihan, bobot

tersebut dimodifikasi untuk meningkatkan keakuratan hasil. Jaringan single layer dapat

(30)

Keterangan : X1,X2,X3: node lapisan input, Y1,Y2: node lapisan Output, w11, w12…w31 : bobot

[image:30.595.128.406.111.323.2]

untuk menghubungkan sinyal input masukan dengan keluaran.

Gambar 2.3 JST Lapisan Single Layer (Fausset, 1994)

Untuk mendapatkan nilai keluaran node 1 (Y1) didapat dengan mengalikan sinyal masukan

dengan bobot yang menuju node Y1 = (x1 *w11) + (x2 * w21) + (x3 *w31). Dengan cara

yang sama dapat dihitung untuk nilai keluaran dari Y2

Y

. Sehingga dapat dirumuskan:

i

= n

i ij iv

x

1

= (2.4)

Rumus 2.4 dapat digunakan jika tidak terdapat bias. Jika menggunakan bias maka Y1

= v01 + (x1 *w11) + (x2 * w21) + (x3 *w31

dan

)

Yi = v0 j

= n

i ij iv

x

1

(31)

Nilai input dalam gambar 2.4 merupakan nilai objek yang akan dihitung/ diteliti

yang sudah disesuaikan dengan batas nilai fungsi aktifasi yang digunakan. Misalnya jika

menggunakan fungsi aktifasi Sigmoid Biner maka nilai xi yang dapat digunakan adalah

dalam interval -1 s/d 1. Jika nilai xi lebih besar atau lebih kecil dari interval tersebut maka

data terlebih dahulu dinormalisasi.

Nilai Input

Neuron-Neuron pada

Lapisan Input

V41

V13 V21 V V

23 V 31

V33 42

V11 V

V

12 22 V32 V43

Neuron-Neuron pada

Lapisan tersembunyi

Z21 Z31

Z11 Z12 Z22 Z32

Neuron-Neuron pada

Lapisan output

(32)

Keterangan :x1 .. x4 : lapisan input,z1 .. z3 : Lapisan tersembunyi ,y1, y2: lapisan output

Gambar 2.5 JST Lapisan Multi Layer (Fausset, 1994)

Untuk mendapatkan nilai keluaran node 1 (Z1) didapat dengan mengalikan sinyal masukan

dengan bobot yang menuju node Z1 = (x1 *V11) + (x2 * V21) + (x3 *V31) + (x4 *v41.

Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk nilai keluaran dari z2 dan z3

(2.5)

.

Untuk mendapatkan nilai keluaran node 1 (Y1) didapat dengan mengalikan sinyal masukan

dengan bobot yang menuju node Y1 = (x1 *z11) + (x2 * z21) + (x3 *z31

Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk nilai keluaran dari y )

2

Y

. Sehingga dapat

dirumuskan: i

= p i jk i

w

z

1

= (2.6)

Jika pada gambar 2.4 ditambah bias menuju lapisan tersembunyi (b1) dengan bobotnya v01

dan bias menuju lapisan output (b2) dengan bobotnya w01, maka rumus 2.5 dan 2.6 akan

menjadi:

zi

= n i ij iv x 1

= + vjk

Y (2.7) i

= p i jk i

w

z

1

= + wjk (2.8)

2.2.6 Proses Pembelajaran Jaringan Saraf Tiruan

Suatu karakteristik yang sangat menarik dari JST adalah kemampuannya untuk belajar. Cara

belajar dari latihan yang diberikan pada JST menunjukkan beberapa kesamaan dengan

(33)

sehingga jaringan ini tidak dapat melakukan segalanya seperti kemampuan saraf

sesungguhnya. Proses pembelajaran suatu JST melibatkan tiga pekerjaan, sebagai berikut:

1. Menghitung output.

2. Membandingkan output dengan target yang diinginkan.

3. Menyesuaikan bobot dan mengulangi proses

Pada umumnya, jika menggunakan Jaringan Saraf Tiruan, hubungan antara input

dan output harus diketahui secara pasti. Jika hubungan tersebut telah diketahui maka dapat

dibuat suatu model. Hal lain yang penting adalah proses belajar hubungan input/output

dilakukan dengan pembelajaran. Pelatihan Jaringan Saraf bertujuan untuk mencari

bobot-bobot yang terdapat pada setiap layer.

Ada dua jenis pelatihan dalam sistem jaringan saraf tiruan, yaitu:

1. Pembelajaran Terawasi (Supervised Learning). Dalam proses pelatihan ini, jaringan

dilatih dengan cara diberikan data yang disebut pelatihandata.Pelatihan dataterdiri

atas pasangan input-output yang diharapkan dan disebut associative memory. Setelah

jaringan dilatih, associative memory dapat mengingat suatu pola. Dalam tesis ini

akan digunakan pembelajaran terawasi yaitu dengan menggunakan metode

backpropagation.

2. Pembelajaran Tidak Terawasi (Unsupervised Learning). Dalam proses pelatihan ini,

jaringan dilatih hanya dengan diberi data input yang memiliki kesamaan sifat tanpa

disertai output.

2.3 METODE BACKPROPAGATION

(34)

Backpropagation

merupakan generalisasi aturan delta (

Widrow-Hoff

).

Backpropagation

menerapkan metode

gradient descent

untuk meminimalkan

error

kuadrat total dari keluaran yang dihitung oleh jaringan.

Backpropagation

melatih

jaringan untuk memperoleh keseimbangan antara “kemampuan jaringan” untuk

mengenali pola yang digunakan selama pelatihan dan “kemampuan jaringan”

merespon secara benar terhadap pola masukan yang serupa (tapi tidak sama) dengan

pola pelatihan

.

2.3.1 Algoritma Backpropagation:

1. Inisialisasi bobot (ambil bobot awal dengan nilai random yang cukup kecil antara 0

sampai 1).

2. Untuk setiap pasangan vektor pelatihan lakukan langkah 3 sampai langkah 8.

3. Tiap-tiap unit input (Xi dimana i=1,2,3,...,n) menerima sinyal masukan xi

4. Tiap-tiap unit tersembunyi (Z

dan

menjalankan sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan yang ada diatasnya atau

selanjutnya (dalam hal ini adalah lapisan tersembunyi).

j

Z

dimana j=1,2,3,...,p) jumlahkan bobotnya dengan

sinyal-sinyal input masing-masing :

inj= v0 j

= n i ij iv x 1

+ (2.9)

gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output-nya:

Zj = f(Zinj

dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit di layer atasnya (unit-unit output layer)

) (2.10)

5.

Tiap-tiap unit

output

(

Y

k

y

dimana

k=1,2,3,...,m

) jumlahkan bobotnya dengan

sinyal-sinyal

input

masing-masing:

ink = w0 j

= p i jk i

w

z

1

+ (2.11)

gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya :

(35)

dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit di lapisan atasnya (unit-unit output).

6.

Tiap-tiap unit output (

Y

k

δ

dimana

k=1,2,3,...,m

) menerima target pola yang

berhubungan dengan pola input pembelajaran, hitung informasi

error

-nya:

k = (tk-yk) f’(y_ink

kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai

w

) (2.13)

jk

∆w

) :

jk = α δk zj

hitung juga koreksi bias (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai w

(2.14)

0k

∆w

):

0k = α δk

kirimkan ini ke unit-unit yang ada lapisan bawahnya.

(2.15)

7.

Tiap-tiap unit tersembunyi (

Z

j

δ_in

dimana

j=1,2,3,...,p

) menjumlahkan delta

input

-nya (dari unit-unit yang berada pada lapisan di atas-nya):

j

= m k jk kw 1

δ

= (2.16)

kalikan nilai ini dengan turunan dari fungsi aktivasinya untuk menghitung informasi

error :

δj = δ_ in j f’(z_inj

kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai

v

) (2.17)

ij

∆v

) :

jk = α δj xi

hitung juga koreksi bias (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai v

(2.18)

0j

∆v

):

(36)

8.

Tiap-tiap unit

output

(Y

k

w

dimana k=1,2,3,...,m) memperbaiki bias dan bobotnya (

j

= 0,1,2,...,p

):

jk(baru) = wjk(lama)+ ∆wjk

tiap-tiap unit tersembunyi (Z

(2.20)

j

v

dimana j = 1,2,3,...,p) memperbaiki bias dan bobotnya (i

= 0,1,2,...,n):

ij(baru) = vij (lama)+ ∆ vij

9.

Tes kondisi berhenti.

(2.21)

Tahap 3 sampai dengan tahap 5 merupakan bagian dari

feedforward

, tahap 6

sampai 8 merupakan bagian dari

backpropagation (

Fausset,1994).

2.3.2 Arsitektur Backpropagation:

Pada gambar 2.5 dapat dilihat gambar arsitektur Backpropagation dengan 3 nodeinput layer

masukan 2 node pada hidden layer, 3 node output layer dan 2 bias 1 menuju hidden layer, 1

menuju output layer. Pada gambar 2.6 arsitektur backpropagation terdapat dua jenis tanda

panah yaitu tanda panah maju ( ) dan tanda panah mundur ( ). Tanda panah maju

digunakan pada saat proses feedforward untuk mendapatkan sinyal keluaran dari output

layer. Jika nilai error yang dihasilkan lebih besar dari batas error yang digunakan dalam

sistem, maka akan dilakukan koreksi bobot dan bias. Koreksi bobot dapat dilakukan dengan

menambah atau menurunkan nilai bobot.

Jika sinyal keluaran terlalu besar dari target yang ditentukan maka bobotnya

diturunkan, sebaliknya jika sinyal keluaran terlalu kecil dari target yang ditentukan maka

bobotnya dinaikkan. Koreksi bobot akan dilakukan sampai selisih target dan sinyal keluaran

sekecil mungkin atau sama dengan batas error. Untuk melakukan koreksi bobot dan bias

(37)

[image:37.595.101.406.110.322.2]

Keterangan:Y1..Y3 : output, X1…Xn : data input, b1,b2: bias, Z1, Z2

Gambar 2.5 Gambar Arsitektur Backpropagation (Fausett, 1994) : hidden Layer

2.3.3 Meningkatkan Hasil Metode Backpropagation

Masalah utama yang dihadapi dalam Backpropagation adalah lamanya iterasi yang harus

dilakukan. Backpropagation tidak dapat memberikan kepastian tentang berapa epoch yang

harus dilalui untuk mencapai kondisi yang diinginkan. Untuk meningkatkan hasil yang

diperoleh dengan metode backpropagation dapat dilakukan dengan analisis bobot dan bias

awal, jumlah unit tersembunyi, waktu iterasi dan penambahan mom

2.3.3.1 Pemilihan Bobot dan Bias Awal

Bobot awal akan mempengaruhi apakah jaringan mencapai titik minimum lokal (local

minimum) atau global, dan seberapa cepat konvergensinya dalam pelatihan. Inisialisasi bobot

awal dapat dilakukan dengan 2 (dua) Metode yaitu: Inisialisasi Bobot dan Bias awal secara

Random dan Inisialisasi Bobot dan Bias awal dengan Metode Nguyen Widrow.

Bobot dalam Backpropagation tidak boleh diberi nilai yang sama. Penyebabnya adalah

karena jika bobot sama jaringan tidak akan terlatih dengan benar. Jaringan mungkin saja

gagal untuk belajar terhadap serangkaian contoh-contoh pelatihan. Misalnya dengan kondisi

Output

Output

Output

(38)

tetap atau bahkan error semakin besar dengan diteruskannya proses pelatihan. Untuk

mengatasi hal ini maka inisialisasi bobot dibuat secara acak.

Bobot yang menghasilkan nilai turunan aktivasi yang kecil sedapat mungkin dihindari

karena akan menyebabkan perubahan bobotnya menjadi sangat kecil. Demikian pula nilai

bobot awal tidak boleh terlalu besar karena nilai turunan fungsi aktivasinya menjadi sangat

kecil juga.Dalam Standar Backpropagation, bobot dan bias diisi dengan bilangan acak kecil.

Untuk inisialisasi bobot awal secara random maka nilai yang digunakan adalah antara -0.5

sampai 0.5 atau -1 sampai 1.

2.3.3.2 Jumlah Unit Tersembunyi

Berdasarkan hasil teoritis, Backpropagation dengan sebuah hidden layer sudah cukup untuk

mampu mengenali sembarang pasangan antara masukan dan target dengan tingkat ketelitian

yang ditentukan. Akan tetapi penambahan jumlah hidden layer kadangkala membuat

pelatihan lebih mudah. Jika jaringan memiliki lebih dari hidden layer, maka algoritma

pelatihan yang dijabarkan sebelumnya perlu direvisi. Dalam propagasi maju, keluaran harus

dihitung untuk Setiap layer, dimulai dari hidden layer paling bawah (terdekat dengan unit

masukan). Sebaliknya dalam propagasi mundur, faktor δ perlu dihitung untuk tiap hidden layer, dimulai dari lapisan keluaran (Hajar, 2005).

2.3.3.3 Waktu Iterasi

Tujuan utama penggunaan Backpropagation adalah mendapatkan keseimbangan antara

pengenalan pola pelatihan secara benar dan respon yang baik untuk pola lain yang sejenis.

Jaringan dapat dilatih terus menerus hingga semua pola pelatihan dikenali dengan benar.

Akan tetapi hal itu tidak menjamin jaringan akan mampu mengenali pola pengujiandengan

tepat. Jadi tidaklah bermanfaat untuk meneruskan iterasi hingga semua kesalahan pola

pelatihan = 0.

Umumnya data dibagi menjadi dua bagian, yaitu pola data pelatihan dan data

pengujian. Perubahan bobot dilakukan berdasarkan pola pelatihan. Akan tetapi selama

(39)

data (pelatihan dan pengujian). Selama kesalahan ini menurun, pelatihan terus dijalankan.

Akan tetapi jika kesalahannya sudah meningkat, pelatihan tidak ada gunanya diteruskan.

Jaringan sudah mulai mengambil sifat yang hanya dimiliki secara spesifik oleh data

pelatihan (tapi tidak dimiliki oleh data pengujian) dan sudah mulai kehilangan kemampuan

melakukan generalisasi.

2.3.3.4 Momentum

Pada standar Backpropagation, perubahan bobot didasarkan atas gradien yang terjadi untuk

pola yang dimasukkan saat itu. Modifikasi yang dapat dilakukan adalah melakukan

perubahan bobot yang didasarkan atas ”ARAH GRADIEN” pola terakhir dan pola

sebelumnya (momentum) yang dimasukkan. Jadi tidak hanya pola masukan terakhir saja

yang diperhitungkan.

Penambahan momentum dimaksudkan untuk menghindari perubahan bobot yang

mencolok akibat adanya data yang sangat berbeda dengan yang lain. Apabila beberapa data

terakhir yang diberikan ke jaringan memiliki pola yang serupa (berarti arah gradien sudah

benar), maka perubahan bobot dilakukan secara cepat. Namun apabila data terakhir yang

dimasukkan memiliki pola yang berbeda dengan pola sebelumnnya, maka perubahan bobot

dilakukan secara lambat (Fausset, 1994).

Penambahan momentum, bobot baru pada waktu ke (T + 1) didasarkan atas bobot pada

waktu T dan (T-1). Di sini harus ditambahkan 2 variabel baru yang mencatat besarnya

momentum untuk 2 iterasi terakhir. Jika μ adalah konstanta yang menyatakan parameter

momentum (Dhaneswara dan Moertini, 2004).

Jika menggunakan momentum maka bobot baru dihitung berdasarkan persamaan:

wjk(T+1) = wjk(T) + αδk zj + μ ( wjk(T) – wjk(T-1)) (2.24)

dan

vij(T+1) = vij(T) + αδj xi + μ ( vij(T) – vij(T-1)) (2.25)

(40)

Dalam proses testing ini diberikan input data yang disimpan dalam disk (file testing). JST

yang telah dilatih akan mengambil data tersebut dan memberikan output yang merupakan

“Hasil Prediksi JST”. JST memberikan output berdasarkan bobot yang disimpan dalam

proses pelatihan.

Pada akhir testing dilakukan perbandingan antara hasil prediksi (output JST) dan

hasil asli (kondisi nyata yang terjadi). Hal ini adalah untuk menguji tingkat keberhasilan JST

dalam melakukan prediksi.

2.4 METODE NGUYEN WIDROW

Nguyen Widrow mengusulkan cara membuat inisialisasi bobot dan bias ke unit tersembunyi

sehingga menghasilkan iterasi lebih cepat. Metode Nguyen Widrow akan menginisialisasi

bobot-bobot lapisan dengan dengan nilai antara -0.5 sampai 0.5. Sedangkan bobot dari

lapisan input ke lapisan tersembunyi dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

meningkatkan kemampuan lapisan tersembunyi dalam melakukan proses pembelajaran

(Fausset, 1994)

Metode Nguyen Widrow secara sederhana dapat diimplementasikan dengan prosedur

sebagai berikut:

Tetapkan:

n = jumlah unit masukan(input)

p = jumlah unit tersembunyi

β = faktor skala =

(

0.7

( )

p 1n

)

(2.22)

Analisis metode Nguyen Widrow didasarkan atas fungsi tangen Sigmoid yang

memiliki interval nilai dari -1 sampai 1. Dalam fungsi tangen sigmoid ketika digunakan nilai

x = 1 akan menghasilkan pendekatan nilai 0.75 dan ketika x = -1 akan mendekati nilai 0.25.

Sedangkan Nilai β mempunyai interval 0 sampai 1 (0 < β < 1). Nilai yang paling dekat

(41)

Hal inilah yang menyebabkan faktor skala β yang digunakan dalam metode Nguyen Widrow

menggunakan nilai 0.7. Nilai 0.7 dalam faktor skala metode Nguyen Widrow diharapkan

dapat menghasilkan bias dan bobot yang mampu menyesuaikan dengan pola pelatihan dalam

backpropagation.

Algoritma inisialisasi Nguyen Widrow adalah sebagai berikut:

Kerjakan untuk setiap unit pada lapisan tersembunyi (j=1,2,...,p):

a. Inisialisasi bobot-bobot dari lapisan input ke lapisan tersembunyi

v ij

= bilangan acak dalam interval [-0,5: 0,5]

b. Hitung ||vj

c. Inisialisasi ulang bobot-bobot : ||

vij

|| || j

ij

v v

β

= (2.23)

d. Set bias b1j = bilangan random antara -

β

sampai

β

2.5 NORMALISASI DATA

Normalisasi adalah penskalaan terhadap nilai-nilai masuk ke dalam suatu range tertentu.

Hal ini dilakukan agar nilai input dan target output sesuai dengan range dari fungsi aktivasi

yang digunakan dalam jaringan. Normalisasi ini dilakukan untuk mendapatkan data berada

dalam interval 0 sampai dengan 1. Hal ini disebabkan karena nilai dalam fungsi aktifasi

Sigmoid Biner adalah berada diantara 0 dan 1. Tapi akan lebih baik jika ditransformasikan

keinterval yang lebih kecil. Misalnya pada interval [0,1..0,9], karena mengingat fungsi

Sigmoid Biner nilainya tidak pernah mencapai 0 ataupun 1 (Santoso at el, 2007).

(42)

X = max min min ).

(

) )(

(

x a

b

a x

x

+ −

− × −

(2.26)

Dimana:

Xmax : Nilai maximum data aktual

Xmin : Nilai minimum data aktual

a : Data terkecil

b : Data terbesar

x

: Data aktual

2.6

PENELITIAN TERKAIT

(43)
[image:43.595.103.498.140.756.2]

Tabel 2.1 Penelitian Terkait

Nama Peneliti Judul Pembahasan

Tahun

Andrijasa M.F,

Mistianingsih,

Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan

Untuk Memprediksi Jumlah

Pengangguran di Provinsi

Kalimantan Timur Dengan

Menggunakan Algoritma

Pembelajaran Backprpagation.

Melakukan modifikasi

learning rate untuk

mendapatkan hasil prediksi

yang akurat dalam penelitian

yang dilakukannya learning

rate terbaik adalah 0.01

dengan 1 hidden layer.

2010

Hadihardaja

I.K,

Sutikno S,

Pemodelan Curah

Hujan-Limpasan Menggunakan

Artificial Neural Network.

Menghitung kesalahan

absolute rata-rata (KAR)

dalam metode

Backpropagation.

2005

Hajar I Penggunaan Backpropagation

neural network pada relay jarak

untuk mendeteksi gangguan pada

jaringan transmisi.

Backpropagation neural

network deprogram secara

terpadu menggunakan

algoritma generalized delta

rule (GDR) untuk mengenali

pola-pola bentuk gelombang

tegangan dan arus pada

kondisi saluran transmisi

terganggu, dengan

menggunakan tegangan dan

arus phasa sebagai input,

output backpropagation

adalah keputusan trip/tidak

trip.

2005

Siana Halim, Penerapan Jaringan Saraf Tiruan

untuk Peramalan

Membandingkan MAD

dengan MSE dalam Model

GARCH dan MAD dengan

MSE dalam backpropagation

2000

Dhaneswara,G.,

Moertini, V. S.

Implementasi Jaringan Saraf

Tiruan Tipe Multilayer

Feed-Forward Menggunakan

Algoritma Backpropagation

Melakukan konfigurasi

jaringan saraf tiruan

menggunakan

Backpropagation dengan

(44)

dengan Momentum untuk

Klasifikasi Data

membandingkan hasil yang

diperoleh dengan 1 lapisan

tersembunyi dengan 2 lapisan

tersembunyi dengan

Eksperimen Data Aplikasi

(45)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

PENDAHULUAN

Tahapan analisis terhadap suatu sistem dilakukan sebelum tahapan pembangunan

dilakukan. Prediksi dalam tesis ini menggunakan

backpropagation

dengan

pembobotan awal menggunakan metode Nguyen Widrow dan metode random.

Data yang digunakan dilatih untuk mendapatkan pola untuk prediksi. Setelah

pola didapat kemudian sistem diuji dengan data yang berbeda dengan data pelatihan.

Jika pada saat pengujian sistem telah mampu mendapat target yang ditentukan maka

sistem sudah dapat digunakan untuk memprediksi.

3.2

PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DENGAN PENELITIAN LAIN

Penelitian dalam tesis ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang

ada dalam daftar pustaka tesis ini. Adapun persamaan dan perbedaannya adalah

sebagai berikut:

3.2.1 Persamaan Dengan Penelitian lain

Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang terdapat pada tabel 2.1

adalah sama-sama menggunakan metode

backpropagation

untuk membuat prediksi.

3.2.2 Perbedaan Dengan Penelitian Lain

(46)

3.2.3 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini memberikan pemahaman tentang pentingnya pembobotan dan bias

dalam

backpropagation

dalam membuat prediksi. Dengan menggunakan bobot dan

bias yang tepat akan menghasilkan hasil prediksi yang lebih akurat. Untuk

mendapapatkan bobot yang lebih baik penulis menggunakan metode Nguyen

Widrow untuk pembobotan awal. Dalam metode Nguyen Widrow bobot dan bias

awal dari

input layer

menuju lapisan tersembunyi akan dirancang sedemikian rupa.

Sehingga dapat meningkatkan kemampuan lapisan tersembunyi dalam

melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang semakin mudah akan

mempercepat tercapainya konvergensi. Dalam penelitian ini juga akan ditambahkan

momentum pada metode

Backpropagation.

Hal ini disebabkan karena jika terdapat

data yang sangat berbeda dengan data yang lain akan terjadi perubahan bobot yang

mencolok. Penggunaan momentum akan menjadikan pola masukan awal dan pola

masukan akhir diperhitungkan. Untuk mendapatkan hasil prediksi yang lebih baik

penulis juga melakukan modifikasi jumlah

neuron

dalam lapisan tersembunyi.

3.3

DATA YANG DIGUNAKAN

Data yang digunakan dalam tesis ini adalah data yang bersumber dari hasil

pengamatan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I selama

15 tahun terakhir (1997 -2011). Adapun jenis data yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1.

Suhu Udara

2.

Curah Hujan

3.

Kecepatan Angin

4.

Kelembaban Udara

3.3.1 Normalisasi Data

Dalam tesis ini data yang digunakan untuk masukan dalam

Backpropagation

di

normalisasi terlebih dahulu. Normalisasi data dilakukan agar kestabilan taburan

data dicapai dan juga untuk menyesuaikan nilai data dengan

range

fungsi aktivasi

yang digunakan dalam jaringan.

(47)

Untuk Data suhu, suhu tertinggi adalah : 33.3

o

C, suhu terendah adalah 27.7

o

C.

maka suhu Januari 1997 dengan suhu 30.1

o

X =

C dapat dinormalisasikan menjadi:

min min

max

). (

) )(

(

x a

b

a x

x

+ −

− × −

X = 0.4429

Dengan cara yang sama dapat dihitung nilai hasil normalisasi dari tiap data

yang digunakan.

3.3.2 Pembagian Data

Pembagian data dilakukan dengan membagi data penelitian menjadi dua bagian yaitu

data untuk pelatihan dan untuk pengujian. Dalam tesis ini akan dilakukan pembagian

data 70% untuk data pelatihan dan 30% untuk data pengujian. Adapun pembagian

data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Data untuk pelatihan (1997-2007)

2.

Data untuk pengujian (2008-2011)

Dengan pembagian data 70 % untuk pelatihan dan 30 % untuk pengujian

sistem sudah mampu untuk mengenali target yang harapkan. Dalam

backpropagation

jika data yang digunakan terlalu besar maka sistem akan

membutuhkan waktu yang sangat lama mencapai konvergensi atau menemukan pola

untuk mencapai target. Sebaliknya jika data terlalu sedikit maka akan menyebabkan

sistem mungkin tidak dapat mempelajari atau mengenali taburan data dengan baik

sehingga sulit untuk mencapai target (Maru’ao 2010).

(48)

Tahap

pelatihan

merupakan tahap dimana sistem akan mempelajari pola mencapai

target. Pola yang ditemukan akan digunakan untuk prediksi. Agar sistem dapat

menemukan pola untuk mencapai target yang diinginkan maka sistem dilatih dengan

bobot dan bias yang berbeda. Dalam tahap pelatihan

harus dicari nilai

error

yang

sekecil mungkin agar hasil prediksi yang diperoleh menjadi akurat. Kesalahan pada

tahap pelatihan

data akan menyebabkan hasil diperoleh jauh dari yang diharapkan.

[image:48.595.185.424.325.489.2]

Dalam tesis ini data untuk pelatihan adalah data 8 tahun (tahun 1997 sampai

dengan tahun 2008).

Adapun pembagian data yang digunakan untuk pelatihan

adalah seperti dalam tabel 3.1

Tabel 3.1 Data untuk pelatihan dan Data Target

NO

Pelatihan

Target

Data Tahun

Data Tahun

1

1997 s/d 2004

2005

2

1998 s/d 2005

2006

3

1999 s/d 2006

2007

4

2000 s/d 2007

2008

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat data pelatihan tahap pertama yaitu data dari

tahun 1997 - 2004 yang digunakan untuk pelatihan dan data tahun 2005 dijadikan

target. Demikian juga dilakukan untuk pelatihan data tahap kedua, Ketiga dan

Keempat.

Tabel 3.2 berisi data hasil pengamatan suhu yang akan digunakan untuk proses

pelatihan. Data suhu bulan Januari tahun 1997 sampai dengan data Januari 2004 akan

dilatih. Proses pelatihan akan berlangsung sampai sistem mampu menemukan pola

untuk mendapatkan target yaitu suhu Januari 2005. Proses yang sama dilakukan

sampai dengan data bulan Desember.

Tabel 3.2 Data Pelatihan untuk Suhu hasil Pengamatan

Data Untuk Pelatihan Suhu

(49)

Bln

1997

1998

1999

2000

2001 2002

2003

2004

2005

JAN

0.4429 0.486 0.386 0.300

0.414 0.386 0.4429 0.4286 0.5571

FEB

0.4857 0.657 0.457 0.4143 0.543 0.557 0.4571 0.5571 0.6286

MAR 0.6429 0.786 0.543 0.5571 0.657 0.743 0.6714 0.600

0.7857

APR

0.5857 0.900 0.357 0.5714 0.486 0.657 0.5714 0.600

0.8143

MEI

0.7857 0.886 0.571 0.7429 0.729 0.771 0.8286 0.8143 0.8143

JUN

0.600

0.743 0.629 0.5857 0.700 0.800 0.6571 0.7143 0.8143

JUL

0.6143 0.686 0.657 0.7571 0.714 0.729 0.5571 0.400

0.7571

AGS

0.7429 0.429 0.586 0.600

0.571 0.457 0.5571 0.6857 0.8286

SEPT 0.4429 0.514 0.486 0.3429 0.457 0.557 0.5143 0.500

0.7143

OKT

0.4429 0.700 0.343 0.6286 0.571 0.500 0.3857 0.4714 0.4714

NOV 0.4714 0.500 0.457 0.400

0.486 0.500 0.400

0.5143 0.500

DES

0.4429 0.357 0.200 0.5143 0.443 0.543 0.3571 0.5143 0.400

Sumber Data: BBMKG Wilayah I

3.3.4 Pengujian Data

Setelah sistem dilatih maka langkah selanjutnya adalah akan dilakukan pengujian

terhadap sistem. Jika tahap pelatihan telah dilakukan dengan baik maka sistem akan

cepat menemukan target pada saat proses pengujian dilakukan. Pengujian terhadap

sistem bertujuan untuk menguji sistem apakah sudah mampu menghasilkan data

sesuai dangan data yang digunakan menjadi target.

(50)
[image:50.595.186.425.139.275.2]

Tabel 3.3 Data yang Digunakan untuk Pengujian

NO

Pengujian

Target

Data Tahun

Data Tahun

1

2001 s/d 2008

2009

2

2002 s/d 2009

2010

3

2003 s/d 2010

2011

Pada tahap pertama pengujian sistem akan diuji tingkat keakuratan untuk mencapai

target data tahun 2009. Data yang digunakan untuk menguji adalah data selama 8

tahun yaitu data tahun 2001 sampai dengan data tahun 2008. Hal yang sama

dilakukan untuk tahap kedua dan ketiga. Semakin tinggi tingkat keakuratan dalam

proses pengujian diharapkan akan menghasilkan tingkat keakuratan hasil prediksi

yang lebih baik.

3.3.5 Prediksi Data

Setelah tahap pengujian selesai dilakukan maka langkah terakhir adalah sistem

melakukan prediksi. Pada tahap prediksi sistem akan menggunakan parameter yang

digunakan pada saat sistem diuji.

3.4

PERANCANGAN

Untuk mempermudah pembangunan sistem maka terlebih dahulu dilakukan tahap

perancangan. Adapun perancangan yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

(51)

Perancangan arsitektur sistem adalah Merancang jumlah

input node

,

ouput node

,

hidden node

serta fungsi aktivasi yang digunakan. Dalam penelitian ini jumlah

hidden layer

ditentukan secara

trial and Error

dalam arti pembelajaran yang tercepat

dan terbaik itulah yang akan menentukan jumlah

hidden layer

tersebut. Jumlah

input

layer

yang untuk sistem adalah sebanyak 8

node

. Jumlah bias yang digunakan

adalah 2 yaitu 1 untuk bias menuju

hidden layer

dan 1 lagi untuk bias menuju

output

layer.

Sedangkan jumlah untuk

hidden layer

bebas dengan jumlah maximal adalah 17

node

dalam

hidden layer

. Jumlah

node

pada

input layer

adalah 8

node

, dengan

menggunakan 8

node

pada

input

layer pada umumnya sistem sudah mampu

mendapatkan target yang ditentukan. Pada

hidden layer

jumlah

node

yang dapat

digunakan

adalah 18

node

, dengan jumlah

node

tersebut sistem sudah mampu

mendapatkan hasil prediksi yang akurat.

3.4.2 Perancangan Skema Sistem

Adapun perancangan skema penelitian yang dilakukan dalam tesis ini dapat dilihat

pada gambar 3.2. Pembobotan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara random dan

cara metode Nguyen Widrow. Setelah dilakukan pembobotan bobot dan bias yang

diperoleh disimpan dalam database.

(52)

Pembobotan

Metode Secara Random Metode Nguwen Windrow

Database

[image:52.595.100.494.109.359.2]

Hasil Metode Nguwen Windrow Hasil Metode Secara Random

Gambar 3.1 Skema Sistem

3.5

DIAGRAM TAHAPAN PELATIHAN

Diagram digunakan unuk menggambarkan langkah kerja dari sistem yang akan

dibuat. Tahap awal untuk pembobotan menggunakan metode Nguyen Widrow

dilakukan dengan menginput nilai acak dalam batas -1 s/d 1. Setelah diperoleh nilai

acak maka akan dihitung faktor skala menggunakan rumus yang terdapat pada(2.22).

Tahap selanjutnya adalah menghitung besar nilai ||

v

ij

Tahap inisialisasi ulang bobot digunakan dengan rumus (2.23). Sehingga

dihasilkan bobot baru. Bobot inilah yang digunakan sebagai bobot awal jika

menggunakan pembobotan metode Nguyen Widrow. Bias yang akan digunakan

adalah interval negatif faktor skala sampai dengan positif faktor skala ( -

β sampai

β).

Adapun diagram yang digunakan untuk metode Nguyen Widrow dan

langkah-langkah proses penenelitian

adalah seperti gambar 3.3.

(53)

Input bilangan acak antara -1 s/d 1

[image:53.595.103.225.111.438.2]

Hitung Faktor skala (β)

Hitung ||vij||

Inisialisasi ulang bobot

Set bias -β s/d β

Gambar.3.2 Diagram Tahapan Metode Nguyen Widrow

Proses untuk menghasilkan prediksi yang digunakan di dalam tesis ini dimulai

dengan meng-

input

data. Pada tahap awal data hasil pengamatan tahun 1997 s/d

2011 di-

input

kedalam sistem. Data yang di-

input

terlebih dahulu dinormalisasi

menggunakan persamaan (2.26). Tujuan Normalisasi ini adalah agar diperoleh

interval data yang sesuai dengan fungsi aktifasi yang digunakan yaitu fungsi aktivasi

Sigmoid Biner.

Pada tahap pembobotan dilakukan dengan memilih pembobotan metode

Nguyen widrow atau metode random. Setelah pembobotan dilakukan akan diperoleh

bobot yang akan digunakan untuk

Feedforward

(penelusuran kedepan). Pada tahap

feedforward

akan menerima sinyal masukan x

i

( data BBMKG Wilayah I) sebanyak

(54)

Tahap berikutnya adalah Menjumlahkan bobot dari sinyal

input

sehingga

didapat sinyal

output

dari

output layer

yang sudah diaktifkan dengan menggunakan

fungsi aktivasi

Sigmoid Biner.

Sinyal yang diperoleh dari

output layer

akan dihitung

error-

nya dengan mengurangkan dengan data target. Selisih pengurangannya di

sebut dengan nilai

error.

Nilai

error

harus dicari nilainya lebih kecil dari batas

error

yang digunakan. Jika nilainya masih diatas batas

error

maka dilakukan koreksi

bobot dan bias, Koreksi bobot dan bias dilakukan untuk mengurangi nilai

error

sehingga sistem menemukan pola untuk mendapatkan target. Bobot, yang dapat

menemukan pola untuk prediksi akan disimpan.

Pada tahap pengujian bobot yang diperoleh pada saat pembobotan akan

digunakan untuk menguji sistem apakah sistem sudah dapat menemukan target yang

digunakan. Pengujian dilakukan sampai diperoleh

error

paling rendah. Tahap

terakhir adalah Prediksi, pada tahap prediksi bobot dan semua variabel yang

digunakan pada saat pengujian akan digunakan pada tahap prediksi. Jika persentase

keakuratan pada tahap pengujian tinggi maka keakuratan hasil prediksi juga akan

tinggi.

(55)

Input Data

Normalisasi Data

Pembobotan

feedforward

Hitung Error

Hitung Koreksi bobot

Simpan Bobot Pengujian Prediksi

Random

[image:55.595.98.479.106.582.2]

Metode Nguwen Windrow

(56)

BAB

Gambar

Grafik Hasil Prediksi Hujan
Gambar 2.1  Saraf Secara Biologis (Haykin, 2008)
Gambar 2.2  Model Neuron Buatan (Fausett, 1994)
Gambar 2.3  JST Lapisan Single Layer (Fausset, 1994)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saran untuk pihak Divisi Mie Instan Indomie ICBP adalah mengoptimalisasikan strategi Electronic Word of Mouth dengan menciptakan informasi atau konten yang dapat

Memahami teks dalam kajian hermeneutik tidak sekedar memahami makna ataupun konsep teks itu sendiri, tetapi juga mencakup pada wilayah pembongkaran persepsi dari

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya kelangkaan pupuk urea bersubsidi dan meningkatnya harga jauh di atas HET ialah karena belum dipatuhinya secara sempurna peraturan-peraturan

Diduga tinggi kadar BOD disebabkan adanya pemanfaatan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik yang berasal dari dedaunan

As you begin to work with the framework, you’ll quickly learn that Ruby, like Rails, is rich with idioms and conventions, all of which make for an enjoyable, productive

Pengaruh Religiusitas, Produk Bank, Kepercayaan, Pengetahuan dan Pelayanan terhadap Preferensi Menabung pada Perbankan Syariah (Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas

Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Pasuruan Dalam Rangka Otonomi Daerah..

Pada tahap ini penulis menyusun semua data yang telah terkumpul secara sistematis dan terperinci sehingga data tersebut mudah di fahami dan temuanya dapat di