TUGAS AKHIR
SISTEM PENGAWASAN INTERNAL PIUTANG PELANGGAN PADA PT.BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN
Oleh:
RIZKI AMELIA TARIGAN 122102146
PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : RIZKI AMELIA TARIGAN
NIM : 122102146
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
JUDUL : SISTEM PENGAWASAN INTERNAL
PIUTANG PELANGGAN PADA PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN
Tanggal __________2015 Dosen Pembimbing Tugas Akhir
NIP.19600302 1989601 1 001 ( Drs.Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak)
Tanggal __________2015 Ketua Prodi Diploma III Akuntansi
NIP.19511114 198203 1 002 ( Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA)
Tanggal __________2015 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU
NIP.19560407 198002 1 001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MEDAN
PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR
NAMA : RIZKI AMELIA TARIGAN
NIM : 122102146
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
JUDUL : SISTEM PENGAWASAN INTERNAL
PIUTANG PELANGAAN PADA PT. BANK
SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN
Medan, __________2015
NIM.122102146
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan pertolongan-Nya, penulis pada akhirnya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat waktu dan sesuai dengan yang direncanakan.
Tugas Akhir ini dibuat oleh penulis dengan tujuan untuk melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam rangka memenuhi tujuan tersebut, maka penulis menyusun Tugas Akhir ini dengan judul: “Sistem Pengawasan Internal Piutang Pelanggan Pada PT.Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan”.
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik tiu berupa saran maupun bimbingan. Melalui lembaran ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Rustam, M.Si,Ak selaku Ketua Program Studi Diploma III
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si,Ak sebagai Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
4. Bapak Ir. Zulkarnain selaku Pimpinan PT.Bank Sumut KCP Pangkalan
Brandan serta seluruh pegawai PT.Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan yang
telah membantu Penulis dalam melakukan riset untuk memperoleh data untuk
5. Bapak Giat Tarigan dan Ibu Sri Mita Ginting selaku orang tua saya yang telah
membantu dan memberikan dukungan kepada saya dalam mengerjakan Tugas
Akhir ini.
6. Kepada kakakku dan adik-adikku tersayang Ira Riantina Ginting, Ranita
Ananda Tarigan, Bayu Bastanta Tarigan, dan Jessica Elisabeth Tarigan yang
telah memberikan semangat setiap hari kepada saya dalam menyusun Tugas
Akhir ini.
7. Kepada sahabat-sahabat tercinta saya Rahmad Darmawan, Alfira Karnain,
Dian Suryanti dan Suci Suriani Muhsin yang juga telah membantu dan
memberikan dukungan semangat kepada saya dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang terdapat di dalamnya dan semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya.
Medan, 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3
D. Rencana Penulisan ... 4
1. Jadwal Survey/ Observasi ... 4
2. Rencana Isi ... 4
BAB II PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN ... 6
A. Sejarah Singkat ... 6
B. Struktur Organisasi PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan .. 9
C. Job Description... 11
E. Kinerja Usaha Terkini ... 19
F. Rencana Usaha ... 20
BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERNAL PIUTANG PELANGGAN PADA PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN ... 21
A. Piutang ... 21
B. Prosedur Pencatatan Piutang ... 24
C. Perhitungan Piutang pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan ... 26
D. Penetapan Kolektibilitas/Kualitas Kredit/Piutang Nasabah Pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan ... 29
E. Kriteria Penggeseran Kolektibilitas Kredit/Piutang pada PT Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan ... 31
F. Pengawasan Internal ... 37
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 62
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1. Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir ... 4
Tabel 2.1 Kinerja Usaha Terkini PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan ... 19
Tabel 3.1 Legalitas Usaha ... 28
Tabel 3.2 Kriteria dan Ukuran Kualitas Kredit Nasabah ... 30
Tabel 3.3 Tanggung jawab Pengelolaan Nasabah ... 46
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Logo PT. Bank Sumut ……… 8
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Bank Sumut KCP Pangkalan
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1. Surat Izin Riset ... 65
Lampiran 2. Persyaratan Umum Permohonan Kredit ... 66
Lampiran 3. Pergeseran Kolektibilitas Kredit ... 68
Lampiran 4. Kriteria dan Ukuran Kualitas Kredit Nasabah ... 69
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan perbankan pada umumnya yaitu memperoleh laba yang
sebesar-besarnya.Baik itu perbankan pemerintah maupun perbankan swasta.
Banyak perbankan yang menawarkan kredit agar dapat menjual lebih banyak
jasa. Piutang yang timbul dari penjualan semacam itu diklasifikasikan sebagai
piutang usaha atau wesel tagih.
Penawaran kredit memang tidak segera menghasilkan penerimaan kas,
tetapi menimbulkan piutang dan barulah pada saat jatuh tempo terjadi aliran
kas masuk (cash in flow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut.
Bagi kebanyakan perbankan, penawaran kredit merupakan unsur terbesar yang
berpengaruh terhadap laba bersih perbankan. Oleh karena itu diperlukan suatu
kebijakan kredit yang efektif dan pengawasan yang baik terhadap intern
piutang.
Di dalam PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan, penawaran jasa
secara kredit dilakukan guna meningkatkan laba perusahaan yang
menimbulkan piutang. Piutang yang timbul terdiri dari beberapa tahapan yaitu
mulai dari penentuan dana yang ditanam pada piutang, penentuan syarat
kredit, persetujuan kredit, pelaksanaan kegiatan jasa, pemeliharaan catatan
piutang serta penagihan piutang.
Di dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi kesalahan-kesalahan
yang dapat merugikan pihak PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan
a. Bagaimana piutang dianggarkan di dalam PT. Bank Sumut KCP
Pangkalan Brandan.
b. Struktur organisasi dan pembagian tugas serta tanggung jawab yang
kurang efektif.
c. Administrasi piutang yang kurang teratur
d. Realisasi piutang yang didapat tidak sesuai dengan yang dianggarkan.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu internal kontrol yang baik
terhadap piutang. Dimana hal ini harus didukung oleh adanya struktur
organisasi yang baik dan penempatan personil yang tepat. Internal kontrol ini
membutuhkan setidak-tidaknya pemisahan fungsi dan tugas di dalam
pengurusan piutang perusahaan. Dengan adanya pengawasan internal pada
PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan, diharapkan dapat memperkecil
timbulnya hambatan-hambatan dan dapat menyelidiki sebab dari
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, yang kemudian dapat dilakukan
tindakan-tindakan perbaikan atau tindakan koreksi, dengan begitu hasil yang
diperoleh tentunya dapat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas
lebih lanjut dalam paper ini dengan judul “SISTEM PENGAWASAN
INTERNALPIUTANG PELANGGAN PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN”.
B. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang ingin dibahas penulis dalam paper ini yaitu
PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan telah memenuhi syarat terciptanya
pengawasan intern yang baik?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan penulis tentang
masalah pengawasan intern terhadap piutang secara praktek pada PT.
Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan.
b. Untuk mengetahui gambaran perusahaan tentang pengawasan internal
piutang dan dibandingkan dengan teori.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Sebagai suatu perbandingan dalam penerapan ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh penulis selama di bangku perkuliahan dengan
prakteknya di perbankan.
b. Bagi Perbankan
Memberikan masukan kepada PT. Bank Sumut KCP Pangklan
Brandansebagai bahan perbandingan dalam menemukan kebijaksanaan
di masa yang akan datang sehingga perbankan dapat berkembang
sesuai dengan harapan.
c. Bagi Pihak Lain
Untuk memberikan bahan masukan bagi peneliti yang akan membahas
sebagai bahan informasi perbandingan di dalam melakukan penelitian
di masa yang akan datang.
D. Rencana Penulisan
1. Jadwal Survei/Observasi
Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan.
Tabel 1.1.
Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir
No. Kegiatan
Mei Juni
2015 2015
I II III IV I II III IV
1. Pengajuan Judul
2. Pengajuan Izin Riset
3. Pengajuan Dosen
Pembimbing
4. Pengumpulan Data
5. Pengolahan dan Analisis Data
6. Penyusunan Tugas Akhir
7. Bimbingan dan
Penyempurnaan Tugas Akhir
8. Penyelesaian Tugas Akhir
2. RencanaIsi
Rencana isi terdiri dari empat bab yaitu pendahuluan, profil Bank Sumut
KCP Pangkalan Brandan, Sistem Pengawasan Internal Piutang Pelanggan
Pada Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan dan kesimpulan dan saran
dimana setiap bab saling berkaitan.
Pada bab ini, Penulis menjelaskan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan rencana
penulisan antara lain jadwal survey / observasi dan rencana
isi.
BAB II BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN
Pada bab ini, Penulis akan menjelaskan sejarah ringkas Bank
Sumut KCP Pangkalan Brandan, struktur organisasi&
personalia, job description, jaringan usaha, kinerja usaha
terkini dan rencana usaha Bank Sumut KCP Pangkalan
Brandan.
BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERNAL PIUTANG
PELANGGAN PADA PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN
Pada bab ini, Penulis akan menjelaskan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan judul tugas akhir.
Pembahasan berupa prosedur pencatatan piutang, perhitungan
piutang, penerapan kolektibilitas/kualitas kredit nasabah,
kriteria penggeseran kolektibilitas/kredit pada Bank Sumut,
dan pengawasan internal PT. Bank Sumut KCP Pangkalan
Brandan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, Penulis akan mencoba membuat kesimpulan
yang merupakan inti dari pembahasan penelitian dan
memberi saran yang bertitik tolak dari pengumpulan data
yang dapat membangun Bank Sumut KCP Pangkalan
BAB II
PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BRANDAN
A. Sejarah Singkat
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU), yang sekarang
dikenal dengan nama Bank Sumut merupakan bank devisa yang berkantor
pusat di Jalan Imam Bonjol No.18 Medan.
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU) didirikan pada
tanggal 4 November 1961 dengan Akte Notaris Roesli Nomor 22 dalam
bentuk Perseroan Terbatas (PT). Sesuai dengan ketentuan Pokok Bank
Pembangunan Daerah Tingkat I Sumatera Utara maka pada tahun 1962 bentuk
usaha diubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan modal
dasar pada saat itu sebesar Rp 100 Juta dengan sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat
II se Sumatera Utara.
Sehubungan dengan Program Rekapitalisasi, bentuk hukum BPDSU
tersebut diubah dari PD (Perusahaan Daerah) menjadi PT (Perseroan
Terbatas). Tujuan perubahan bentuk hukum BPDSU tersebut agar Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara dapat masuk untuk pengembangan di kemudian hari.
Pada tanggal 16 April 1999, berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera
Utara Nomor 2 Tahun 1999, bentuk hukum BPDSU diubah menjadi Perseroan
Terbatas dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara atau
disingkat PT Bank Sumutyang berkedudukan dan berkantor pusat di Medan,
Jl. Imam Bonjol No. 18 Medan.Perubahan tersebut dituangkan
dalamAktePendirian Alina Hanum Nasution, S.H.,dan telah mendapat
pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dibawah Nomor
C-8224 HT. 01. 01 TH 99, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999. Modal dasar pada saat itu menjadi
Rp 400 Milyar yang selanjutnya dengan pertimbangan kebutuhan proyeksi
pertumbuhan Bank, di tahun yang sama modal dasar kembali ditingkatkan
menjadi Rp 500 Milyar.
Laju pertumbuhan Bank Sumut semakin menunjukkan perkembangan
yang sangat signifikan dilihat dari kinerja dan prestasi yang diperoleh dari
tahun ke tahun, tercatat total asset Bank Sumut mencapai 10,75 Triliun pada
tahun 2009 dan menjadi 12,76 Triliun pada tahun 2010. Didukung semangat
menjadi Bank Profesional dan tangguh menghadapi persaingan dengan
digalakkannya program to be the best yang sejalan dengan road map BPD
Regional Champion 2014, tentunya dengan konsekuensi harus memperkuat
permodalan yang tidak lagi mengandalkan peryertaan saham dari pemerintah
daerah, melainkan juga membuka akses permodalan lain seperti penerbitan
obligasi, untuk itu modal dasar Bank Sumut kembali ditingkatkan dari Rp 1
Triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 2 Triliun pada tahun 2011 dengan total
asset meningkat menjadi 18,95 Triliun.
1. Visi dan Misi PT. Bank Sumut a. Visi
Menjadi bank andalan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan
salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka peningkatan taraf
hidup rakyat.
b. Misi
Mengelola dana pemerintah dan masyarakat secara professional yang
didasarkan pada prinsip-prinsipcompliance.
2. Statement Budaya Perusahaan pada PT Bank Sumut
Statement Budaya Perusahaan atau sering dikenal dengan nama motto dari
Bank Sumut adalah “Memberikan Pelayan TERBAIK”.
Makna dari TERBAIK yaitu:
Berusaha untuk selalu Terpercaya
Energik didalam melakukan setiap kegiatan Senantiasa bersikap Ramah
Membina Hubungan secara Bersahabat
Menciptakan suasana yang Aman dan nyaman
Memiliki Integritas tinggi
Komitmen penuh untuk memberikan yang terbaik
3. Logo dan Makna dari Logo PT. Bank Sumut a. Logo PT. Bank Sumut
Gambar 2.1 Logo PT. Bank Sumut
b. Makna Logo PT. Bank Sumut
Kata kunci dari logo PT. Bank Sumut adalah SINERGY yaitu kerjasama
yang erat sebagai langkah lanjut dalam rangka meningkatkan taraf hidup
yang lebih baik, berbekal kemauan keras yang didasari dengan
profesionalisme dan memberikan pelayanan yang terbaik.
Bentuk Logo menggambarkan dua elemen dalam bentuk huruf"U" yang
saling berkait bersinergy membentuk huruf "S" yang merupakan kata awal
"SUMUT". Sebuah penggambaran bentuk kerjasama yang sangat erat
antara Bank Sumut dengan masyarakat Sumatera Utara sebagaimana visi
Bank Sumut. Warna Orange sebagai symbol suatu hasrat untuk terus maju
yang dilakukan dengan energik yang dipadudengan warna biru yang
sportif dan professional sebagaimana misi Bank Sumut.
Warna Putih sebagai ungkapan ketulusan hati untuk melayani sebagaimana
statement Bank Sumut. Jenis huruf "Platino Bold" sederhana dan mudah
dibaca. Penulisan Bank dengan huruf kecil dan SUMUT dengan huruf
capital guna lebih mengedepankan Sumatera Utara, sebagai gambaran
keinginan dan dukungan untuk membangun dan membesarkan Sumatera
Utara.
B. Struktur Organisasi PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan
PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan digolongkan kepada Kantor
Cabang Pembantu Kelas Dua. Struktur organisasi merupakan mekanisme
yang terformat dalam pengelolaan suatu organisasi. Struktur organisasi
diantara fungsi bagian, status ataupun orang-orang yang menunjukkan
tanggungjawab dan wewenang yang berbeda dalam organisasi tersebut.
Berikut akan disajikan struktur organisasi PT. Bank Sumut KCP
Pangkalan Brandan.
Gambar 2.2
Struktur Organisasi PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan Sumber : PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan Keterangan:
PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan memiliki 1 Pimpinan
Pimpinan Seksi Pemasaran dan Pimpinan Seksi Operasional, memiliki
bawahan yang membantu dalam melaksanakan tugas dan wewenang
masing-masing pimpinan seksi dalam mencapai target perusahaan berdasarkan RKAT
( Rencana Kerja Anggaran Tahunan).
C. Job Description
a. Pimpinan Cabang Pembantu Kelas II
1. Mengarahkan dan mengontrol terlaksananya fungsi otorisasi aktivitas
finansial dan non finansial sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Mengarahkan dan mengontrol sistem operasional kantor agar berjalan
dengan efektif dan sesuai ketentuan.
3. Mengkoordinasi pemenuhan saldo kas dalam rangka memenuhi
kewajiban likuiditas bank.
4. Mengarahkan dan mengontrol sistem pelayanan nasabah sesuai
regulasi.
5. Memonitor dan mengevaluasi pengelolaan dana promosi dalam rangka
mengoptimalkan kegiatan penjualan agar tercapainya target bisnis
cabang.
6. Mengarahkan pembuatan peta potensi bisnis di produk dana dan jasa
serta kredit dalam rangka memastikan ketersediaan peta potensi bisnis
yang akurat.
7. Merencanakan dan mengontrol pengelolaan program pemasaran dan
penjualan produk dana dan jasa serta kredit agar tercapainya target
8. Mengarahkan strategi bisnis dan pemberian kredit sesuai dengan
kebijakan kepada unit kerja dalam rangka terciptanya kualitas dana dan
jasa serta kredit yang sehat.
9. Merencanakan dan menetapkan, serta mengarahkan program kerja dan
anggaran untuk mencapai target kinerja di unit kerjanya.
10. Merencanakan kebutuhan SDM untuk memastikan kesiapan karyawan
di unit kerjanya.
11. Mengarahkan kepatuhan kebijakan, sistem, dan prosedur, serta
pelaporan dalam rangka terlaksananya penerapan Standard Operating
Procedure di unit kerjanya.
12. Mengarahkan terlaksananya penerapan prinsip-prinsip GCG dalam
rangka terciptanya standar tata kelola Good Corporate Governance di
unit kerjanya.
13. Mengontrol dan mengarahkan pengelolaan serta mitigasi atas risiko
dalam rangka terciptanya manajemen risiko yang baik dan benar di
unit kerjanya.
14. Mengarahkan kegiatan budaya kegiatan kepatuhan dalam rangka
terpenuhinya kepatuhan terhadap ketentuan di unit kerjanya.
15. Mengarahkan kegiatan budaya pelayanan dalam rangka terciptanya
kualitas layanan di unit kerjanya.
16. Mengontrol pengelolaan dokumen, arsip dan inventaris dalam rangka
17. Mengontrol keterbukaan informasi di unit kerjanya dalam rangka
menjaga kerahasiaan jabatan dan rahasia bank.
b. Pimpinan Seksi Pemasaran Cabang Pembantu Kelas II
1. Mengkoordinasikan proses pemeliharaan nasabah existing dalam
rangka peningkatan kepuasan nasabah.
2. Merekomendasikan pemetaan potensi bisnis hasil analisa informasi
market intellegence terkait produk dana dan jasa serta kredit agar
tercapainya target produk dana dan jasa serta kredit.
3. Mengkoordinasikan program pemasaran produk dana dan jasa agar
tercapainya target produk dana dan jasa serta kredit.
4. Melaksanakan dan mendistribusikan tugas terkait kegiatan penagihan
sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Mengkoordinasikan dan memonitor proses penilaian kredit dan
keabsahan legalitas dokumen kredit untuk menjaga kualitas kredit
yang diberikan pada calon debitur.
6. Melakukan kegiatan pemutusan permohonan kredit hasil analisis untuk
menjaga kualitas kredit yang diberikan pada calon debitur.
7. Mengkoordinasikan dan menindaklanjuti proses monitoring
pembayaran kredit oleh debitur agar terciptanya pembayaran kredit
yang lancar.
8. Mengkoordinasikan dan menilai hasil proses permohonan dan
9. Mengevaluasi kinerja bawahan untuk memastikan pencapaian target
kinerja.
10. Memonitor kepatuhan kebijakan, sistem dan prosedur, serta pelaporan
dalam rangka terlaksananya penerapan Standard Operating Procedure
di unit kerjanya.
11. Menerapkan dan memonitor prinsip – prinsip GCG dalam rangka
terciptanya standar tata kelola Good Governance di unit kerjanya.
12. Memonitor pengelolaan risiko dalam rangka terciptanya manajemen
risiko yang baik dan benar di unit kerjanya.
13. Menerapkan kegiatan budaya kepatuhan dalam rangka terpenuhinya
kepatuhan terhadap ketentuan di unit kerjanya.
14. Menerapkan kegiatan budaya pelayanan dalam rangka terciptanya
kualitas layanan di unit kerjanya.
15. Menerapkan pengelolaan dokumen, arsip dan inventaris dalam rangka
menjaga kerahasiaan dokumen dan aset di unit kerjanya.
16. Mengidentifikasi keterbukaan informasi di unit kerjanya dalam rangka
menjaga kerahasiaan jabatan dan rahasia bank.
c. Pimpinan Seksi Operasional Cabang Pembantu Kelas II
1. Me-review dan melakukan pre approval data pengiriman uang untuk
memastikan keakuratan transaksi.
2. Memeriksa testkey kiriman uang termasik pada saat contingency plan
sesuai dengan ketentuan dalam rangka memastikan keamanan proses
3. Memonitor dokumen kiriman uang dan kliring untuk memastikan
kebenaran transaksi.
4. Mengkoordinasi administrasi transaksi keuangan untuk memastikan
keakuratan dan sesuai regulasi yang berlaku.
5. Memonitor proses tutup hari transaksi untuk menjamin keakuratan dan
penyelesaian proses transaksi dan kepatuhan pada regulasi.
6. Mengkoordinasikan dan memonitor tata kelola infrastruktur untuk
menjaga kualitas infrastruktur.
7. Memonitor kegiatan administrasi kredit dalam rangka menjaga
ketertiban dokumen kredit.
8. Mengkoordinasikan dan memverifikasi proses pengikatan kredit dalam
rangka mendukung tersedianya legalitas dokumen permohonan kredit
yang lengkap dan sah.
9. Mengkoordinasikan permintaan penyimpanan dan pengambilan barang
agunan agar terciptanya keamanan barang agunan sesuai dengan
prosedur.
10. Mengkoordinasikan proses kerjasama dengan rekanan/mitra kerja
untuk memastikan kerjasama yang efektif dan efisien.
11. Mengkoordinir proses pelayanan nasabah terkait produk dan aktivitas
bank untuk meningkatkan kepuasan nasabah.
12. Mengkoordinasi proses kartu ATM sesuai regulasi yang berlaku.
13. Mengelola surat keterangan bank dan surat keterangan dukungan dana.
14. Memonitor pengawasan, administrasi dan otorisasi serta pelaksanaan
transaksi keuangan tunai dan non tunai agar berjalan sesuai dengan
15. Mengkoordinasikan ketersediaan likuiditas kas untuk memenuhi
kebutuhan transaksi.
16. Mengelola pengisian mesin ATM (reflenish) untuk memastikan
keakuratan pengisian.
17. Terlaksananya pengamanan brankas untuk menjamin keamanan fisik
uang.
18. Mengkoordinasikan fiat bayar agar sesuai wewenang yang dimiliki.
19. Mengkoordinasikan penyelesaian masalah jaringan
untukmeningkatkan kepuasan nasabah.
20. Mengkoordinasi dan memonitor informasi data dan rekening nasabah
agar sesuai regulasi.
21. Mengkoordinir dan memonitor pelayanan dan administrasi transaksi
mitra kerja/usaha/pemerintah untuk meningkatkan kepuasan mitra dan
memperkuat brand image.
22. Mengkoordinir kegiatan promosi bagi kerja/usaha/pemerintah untuk
meningkatkan brand image.
23. Mengevaluasi kinerja bawahan untuk memastikan pencapaian target
kinerja.
24. Memonitor kepatuhan kebijakan, sistem dan prosedur, serta pelaporan
dalam rangka terlaksananya penerapan Standard Operating Procedure
di unit kerjanya.
25. Menerapkan dan memonitor prinsip-prinsip GCG dalam rangka
terciptanya standar tata kelola Good Corporate Governance di unit
26. Memonitor pengelolaan risiko dalam rangka terciptanya manajemen
risiko yang baik dan benar di unit kerjanya.
27. Menerapkan kegiatan budaya kepatuhan dalam rangka terpenuhinya
kepatuhan terhadap ketentuan di unit kerjanya.
28. Menerapkan kegiatan budaya pelayanan dalam rangka terciptanya
kualitas layanan di unit kerjanya.
29. Menerapkan pengelolaan dokumen,arsip dan inventaris dalam rangka
menjaga kerahasiaan dokumen dan aset di unit kerjanya.
30. Mengidentifikasikan keterbukaan informasi di unit kerjanya dalam
rangka menjaga kerahasiaan jabatan dan rahasia bank.
D. Jaringan Usaha
Jaringan usaha PT. Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu Pangkalan
Brandan adalah :
a. Instansi yang menjalin Kemitraan Kredit Multi Guna (KMG)
1. S. K. B. KAB LANGKAT
2. TK NEGERI PANGKALAN BRANDAN
3. UPTD P DAN P KEC. BABALAN
4. UPTD P DAN P KEC. SEI LEPANN
5. UPTD P DAN P KEC. BRD. BARAT
6. UPTD P DAN P KEC. BESITANG
7. UPTD P DAN P KEC. SUSU
8. UPTD P DAN P KEC. PMT JAYA
10. SMP NEGERI – 2 BABALAN
11. SMP NEGERI – 3 BABALAN
12. SMP NEGERI – 1 SEI LEPAN
13. SMP NEGERI – 2 SEI LEPAN
14. SMP NEGERI – 3 SEI LEPAN
15. SMP NEGERI – 1 BESITANG
16. SMP NEGERI – 2 BESITANG
17. SMP NEGERI – 3 BESITANG
18. SMP NEGERI – 1 PKL SUSU
19. SMP NEGERI – 2 PKL SUSU
20. SMP NEGERI – 3 PKL SUSU
21. SMA NEGERI – 1 BABALAN
22. SMA NEGERI – 1 SEI LEPAN
23. SMA NEGERI – 1 BRD. BARAT
24. SMA NEGERI – 1 BESITANG
25. KANTOR KEC. BABALAN
26. KANTOR KEC. SEI LEPAN
27. KANTOR KEC. BRD. BARAT
28. KANTOR KEC. BESITANG
29. KANTOR KEC. PKL SUSU
30. KANTOR KEC. PMT. JAYA
31. MIN SECURAI KEC. BABALAN
33. MIN BUKIT KUBU BESITANG
34. MIN BUKIT JENGKOL PKL SUSU
35. MTS NEGERI BESITANG
36. RUTAN NEGARA PKL. BRANDAN
37. ADPEL PKL. SUSU
b. Notaris
HJ. NUR ASMALINA SRG. SH. M. KN.
c. Asuransi
1. PT. ASURANSI BANGUN ASKRIDA
2. PT. ASKRINDO
E. Kinerja Usaha Terkini
Tabel 2.1
Kinerja Usaha/Performa PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan
No Uraian April 2015 Mei 2015 April – Mei
(%) Nominal
1. DPK 83.727.765 79.028.370 5,61% (4.699.39
5)
2. KREDIT 122.950.099 123.313.528 -0,30% 363.429
3. KOLEK. KREDIT 122.950.099 123.313.528 -0,30% 363.429
4. KOLEKTABILITAS 1,63% 1,63% 0,00% 0
5. NPL 1,60% 1,59% 0,62% -1E-04
6. PENDAPATAN 6.793.716 8.490.825 -24,98% 1.697.109
7. BIAYA 3.078.211 4.004.035 -30,08% 925.824
8. LABA 3.715.505 4.486.790 -20,76% 771.285
9. L D R 146,85% 156,04% -6,26% 0,0919
10. B O P O 45,31% 47,16% -4,08% 0,0185
Keterangan:
1. DPK : Dana Pihak Ketiga yang terdiri ari Giro, Tabungan dan
Deposito
2. Kredit : Gabungan dari KU/SPK, KMG/KB, K A L, KPUM SS,
dan lainnya.
3. Kolek. Kredit : Terdiri dari Lancar, SPC. Mention, Kurang Lancar,
Diragukan dan Macet.
4. Kolektibilitas : Didapat dari hasil perhitungan seluruh kredit yang tidak
lancar dibagi dengan jumlah kredit keseluruhan.
5. NPL : Didapat dari hasil perhitungan seluruh kredit
bermasalah dibagi dengan total kredit.
6. Pendapatan : Terdiri dari Bunga, Operasional, dan Non OPS
7. Biaya : Terdiri dari Bunga, Operasional, dan Non OPS
8. Laba : Merupakan keuntungan perusahaan yang dihitung dari
hasil Pendapatan – Biaya
9. L D R : Merupakan kredit terhadap dana pihak ketiga.
10. B O P O : Merupakan beban operasi terhadap pendapatan operasi.
F. Rencana Usaha
Kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan PT. Bank Sumut
diantaranya mempromosikan kembali produk dan jasa unggulan bank dan
tetap mengadakan undian berhadiah untuk meningkatkan jumlah nasabah serta
berusaha untuk memperluas jaringan dengan adanya penambahan bangunan
fisik perusahaan misalnya penambahan kantor cabang dan cabang pembantu
BAB III
SISTEM PENGAWASAN INTERNAL PIUTANG PELANGGAN PADA PT. BANK SUMUT KCP PANGKALAN BERANDAN
A. Piutang
Dalam praktik, piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi
piutang usaha, piutang wesel, dan piutang lain-lain.
1. Piutang Usaha
Piutang usaha adalah jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai
akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha biasanya
diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu yang relatif pendek,
biasanya dalam waktu 30 hingga 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan
dalam neraca sebagai aktiva lancar.
2. Piutang Wesel
Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat
wesel disini adalah pihak yang telah berutang kepada perusahaan, baik
melalui pemnelian barang atau jasa secara kredit maupun melalui
peminjaman sejumlah uang. Pihak yang berutang berjanji kepada
perusahaan (selaku pihak yang diutangkan) untuk membayar sejumlah
uang tertentu berikut bunganya dalam kurun waktu yang telah disepakati.
Janji pembayaran tersebut ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau
promes (promissory note).Bagi pihak yang berjanji untuk membayar
(dalam hal ini adalah pembuat wesel), instrumen kreditnya dinamakan
wesel bayar, yang tidak lain akan dicatat sebagai utang wesel. Adapun
bagi pihak yang dijanjikan untuk menerima pembayaran, instrumennya
dinamakan wesel tagih, yang akan dicatat dalam pembukuan sebagai
piutang wesel. Piutang wesel dapat diklasifikan dalam neraca sebagai
aktiva lancar atau aktiva tidak lancar (jangka panjang). Biasanya, piutang
wesel yang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa secara
kredit akan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar, sedangkan
piutang wesel yang timbul dari transaksi pemberian pinjaman sejumlah
uang kepada debitur akan dilaporkan dalam neraca kreditur sebagai aktiva
lancar atau aktiva tidak lancar, tergantung pada lamanya jangka waktu
pinjaman. Piutang wesel yang bersifat lancar, yang timbul sebagai akibat
dari penjualan barang atau jasa secara kredit, merupakan pengganti dari
piutang usaha yang belum juga diterima pembayarannya hingga batas
waktu kredit berakhir.
3. Piutang Lain-lain
Adapun yang termasuk sebagai piutang lain-lain adalah piutang bunga
(tagihan kreditur kepada debitur sebagai hasil dari pemberian pinjaman
uang), piutang dividen (tagihan investor kepada investee sebagai hasil
dari penanaman modal), piutang pajak (tagihan subjek pajak kepada
pemerintah berupa restitusi atau pengembalian atas kelebihan pembayaran
pajak), dan piutang karyawan (tagihan majikan kepada karyawan yang
berutang). Jika piutang dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau
piutang lain-lain ini akan diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva
lancar. Jika tidak, tagihan akan dilaporkan sebagai aktiva tidak lancar.
Di samping klasifikasi yang umum seperti di atas, piutang juga dapat
diklasifikasikan sebagai piutang dagang dan nondagang atau piutang lancar
atau tidak lancar. Piutang dagang (trade receivables) dihasilkan dari kegiatan
normal bisnis perusahaan, yaitu penjualan secara kredit barang atau jasa
kepada pelanggan. Piutang dagang yang dibuktikan dengan sebuah janji
tertulis secara formal oleh pelanggan untuk membayar, diklasifikasikan
sebagai piutang wesel (notes receivable). Dalam kebanyakan kasus, akan
tetapi, piutang dagang merupakan tagihan kepada pelanggan yang tanpa
adanya jaminan dari pelanggan untuk membayar, yang sering dikenal sebagai
piutang usaha (accounts receivable) atau “open accounts”. Adapun piutang
non dagang (nontrade receivables) meliputi seluruh jenis piutang lainnya,
seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu piutang bunga, piutang dividen,
piutang pajak, tagihan kepada perusahaan asosiasi, dan tagihan kepada
karyawan. Jika piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancar dan tidak
lancar, maka piutang lancar meliputi seluruh piutang yang diperkirakan akan
dapat dalam jangka waktu satu tahun atau sepanjang siklus normal operasi
perusahaan, yang mana yang lebih lama. Untuk tujuan klasifikasi, seluruh
piutang dagang (trade receivables) dianggap sebagai piutang lancar. Adapun
untuk setiap unsur piutang non dagang (nontrade receivables) memerlukan
analisis lebih lanjut untuk menentukan apakah dapat ditagih dalam jangka
Piutang tidak lancar akan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva tidak lancar
lainnya. Piutang usaha adalah piutang dagang dan oleh karenanya bersifat
lancar; piutang wesel bisa merupakan piutang dagang dan oleh karenanya
bersifat lancar, tetapi bisa juga merupakan piutang non dagang baik lancar
atau tidak lancar. Piutang akan disajikan dalam neraca sebesar nilai realisa
bersih yang dapat ditagih(Herry, S.E,M.Si dalam bukunya Teori Akuntansi,
2009).
B. Prosedur Pencatatan Piutang
Prosedur pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang
perusahaan kepada setiap debitur. Mutasi piutang adalah disebabkan oleh
transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari debitur, retur penjualan, dan
penghapusan piutang.
Dalam akuntansi piutang, secara periodik dihasilkan pernyataan
piutang yang dikirimkan kepada setiap debitur. Pernyataan piutang ini
merupakan unsur pengendalian intern yang baik dalam pencatatan piutang.
Dengan mengirimkan secara periodik pernyataan piutang kepada setiap
debitur, catatan piutang perusahaan diuji ketelitiannya dengan menggunakan
tanggapan yang diterima dari debitur dari pengiriman pernyataan piutang
tersebut. Di samping itu, pengiriman piutang secara periodik kepada para
debitur akan menimbulkan citra yang baik dimata debitur mengenai
keandalan pertanggungjawaban keuangan perusahaan.
Untukmengetahui status piutang dan memungkinkan tertagih atau
informasi umur piutang setiap debitur kepada manajer keungan. Daftar umur
piutang ini merupakan laporan yang dihasilkan dari kartu piutang (Mulyadi,
Sistem Akutansi, 2001).
Menurut Mulyadi,2001 dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar
pencatatan ke dalam kartu piutang adalah :
a. Faktur penjualan
b. Bukti kas masuk
c. Memo kredit
d. Bukti memorial (journal voucher)
Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang
menyangkut piutang adalah :
a. Jurnal penjualan
b. Jurnal retur penjualan
c. Jurnal umum
d. Jurnal penerimaan kas
e. Kartu Piutang
Buku piutang merinci akun piutang dagang di buku besar menurut
nama pelanggan (debitur). Ini berarti buku piutang memuat informasi tentang
tiap-tiap pelanggan. Informasi tentang piutang untuk tiap-tiap pelanggan
disajikan dalam formulir khusus yang disebut kartu piutang (debtor’s
account). Buku piutang merupakan kumpulan dari kartu-kartu
piutang.Sebaiknya orang yang menangani kartu piutang menerima bukti
terdapat dalam kartu piutang dapat digunakan untuk memeriksa kebenaran
pencatatan dalam buku besar.Cara lain untuk pencatatan kartu piutang adalah
dengan mendasarkan pada buku penjualan.
C. Perhitungan Piutang pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan Pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan, setiap piutang atau
kredit dihitung dengan menggunakan metode anuitas menurun dengan bunga
1,25% per bulannya. Sebagai contoh, pada tanggal 5 Maret seorang pedagang
grosir atau kreditur meminjam uang tunai kepada bank sebesar Rp
300.000.000,- untuk modal usaha.Pada tanggal 16 Maret, si kreditu
membayar sebesar Rp 250.000.000. Maka perhitungannya adalah:
Rp 300.000.000 x 1,25% x 0,4 = Rp 1.500.000
Pada tanggal 20 Maret si kreditur meminjam lagi sebesar Rp 100.000.000,-
kepada bank. Maka perhitungannya adalah:
Rp 150.000.000 x 1,25% x 0,17 = Rp 313.700
Di akhir bulan, jumlah kredit atau piutang yang harus dibayar oleh kreditur
adalah:
Rp 300.000.000 x 1,25 % = Rp 3.750.000
Maka setiap bulannya si kreditur membayar kepada bank sebesar RP
3.750.000,-
Jika si kreditur tidak membayar pada tanggal jatuh tempo, maka pihak
PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan memberi tenggang waktu selama 3
hari setelah tanggal jatuh tempo. Dan apabila lewat dari 3 hari si kreditur atau
Pangkalan Brandan akan memberikan sanksi kepada kreditur berupa denda
sebesar 3% per harinya dari tanggal jatuh tempo.
Pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan, proses kredit yang
terintegrasi meliputi:
1. Analisa Kredit
2. Persetujuan Kredit
3. Pemantauan Nasabah
4. Penyelamatan Kredit Bermasalah
PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan memberikan syarat
permohonan kredit. Persyaratan umum permohonan kredit adalah sebagai
berikut:
1. Kredit Produktif
Surat Permohonan Kredit
Permohonan kredit harus diajukan secara tertulis dengan memuat
informasi mengenai:
1. Tempat dan tanggal pengajuan permohonan kredit
2. Pimpinan dan alamat unit kerja Bank yang dituju untuk penyampaian
permohonan kredit
3. Identitas pemohon dan usaha pemohon
4. Jumlah kredit, jangka waktu, tujuan penggunaan kredit, sumber dana
dan cara pengembalian kredit
Sesuai Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2000 tanggal 01
Mei 2000, surat permohonan kredit dapat dipersamakan dengan surat biasa
dan merupakan dasar proses awal untuk dapat terjadinya perjanjian/akad
kredit yang sifatnya mengikat kedua belah pihak yaitu Pemohon dan Bank,
sehingga tidak wajib dikenakan aturan bea materai. Apabila dikemudian hari
surat permohonan kredit tersebut diperlukan untuk dipergunakan sebagai alat
bukti, maka dapat dilakukan pemeteraian kemudian.
[image:38.595.133.516.384.637.2]2. Legalitas Usaha
Tabel 3.1 Legalitas Usaha
No. Legalitas Usaha Perorangan Perusahaan
1. Akte Pendirian berikut perubahannya
yang terbaru
- V
2. Kartu Penduduk (KTP) V V
3. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) V V
4. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) V V
5. Surat Izin Undang Undang
Gangguan(SIUUG/HO)
V V
6. Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)
- V
7. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) V V
8. Analisis Dampak Lingkungan
(AMDAL)
V V
9. Legalitas Usaha Lainnya V V
* Bagi Perusahaan nasabah/calon nasabah yang usahanya diperkirakan
mempunyai dampak sensitive yang tinggi terhadap lingkungan,maka
fasilitas kredit hanya dapat dipertimbangkan apabila perusahaan
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Laporan Keuangan
a. Bagi seluruh debitur Wajib Pajak Badan wajib dicantumkan
NPWP-nya.
b. Bagi debitur Wajib Pajak Orang Pribadi yang jumlah kredit atau
hutangnya lebih dari Rp 100.000.000,- wajib dicantumkan
NPWP-nya.
c. Bagi debitur Wajib Pajak Orang Pribadi yang jumlah kredit atau
hutangnya tidak lebih Rp 100.000.000,- tidak wajib dicantumkan
NPWPnya.
D. Penetapan Kolektibilitas/Kualitas Kredit/Piutang Nasabah padaPT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan
1. Kriteria kualitas kredit nasabah ditentukan oleh:
i) Prospek Usaha
Penilaian terhadap prospek usaha dilakukan berdasarkan penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
(1) Potensi pertumbuhan usaha
(2) Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan
(3) Kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja
(4) Dukungan dari grup atau afiliasi
(5) Upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara
lingkungan hidup
ii) Kinerja (performance)
Penilaian terhadap kinerja(performance)debitur dilakukan berdasarkan
(1) Perolehan laba
(2) Struktur permodalan
(3) Arus Kas
(4) Sensitivitas terhadap resiko pasar
iii) Kemampuan Membayar
Penilaian terhadap kemampuan membayar dilakukan berdasarkan
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
(1) Ketepatan pembayaran pokok dan bunga
(2) Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur
(3) Kelengkapan dokumentasi kredit
(4) Kepatuhan terhadap perjanjian kredit
(5) Kesesuaian penggunaan dana
(6) Kewajaran sumber pembayaran kewajiban
[image:40.595.71.554.571.754.2]2. Kriteria dan Ukuran Kualitas Kredit Nasabah
Tabel 3.2
Kriteria dan Ukuran Kualitas Kredit Nasabah
Komponen Lancar
Dalam Perhatian
Khusus
Kurang Lancar Diragukan Macet Potensi pertumbuh -an usaha Kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik Kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas Kegiatan usaha menunjuk kan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami
pertumbuhan
Kegiatan usaha menurun
Kemung-kinan besar kegiatan usaha akan terhenti Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan
1. Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekono-mian 2.Persaing-an yang terbatas, termasuk posisi yang kuat dalam pasar 3.Beroperasi pada kapasitas yang optimum
1. Posisi di pasar baik, tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekono-mian 2. Pangsa pasar sebanding dengan pesaing 3. Beroperasi pada kapasitas yang hampir optimum
1. Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi
perekono-mian 2. Posisi di pasar
cukup baik tetapi banyak pesaing, namun dapat pulih kembali jika melaksa-nakan strategi bisnis yang baru 3. Tidak beroperasi pada kapasitas optimum
1. Pasar sangat dipenga-ruhi oleh per-ubahan kondisi pereko-nomian 2. Per-saingan usaha sangat ketat dan opera-sional perusa-haan meng-alami permasa-lahan yang serius. 3.Kapasitas tidak pada level 1.Kehilang-an pasar sejalan dengan kondisi perekono mian yang menurun 2.Operasion al tidak kontinyu
E. KriteriaPenggeseran Kolektibilitas Kredit/Piutang pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang kualitas aktiva
produktif,kolektibilitas/kualitas kredit/piutang ditetapkan menjadi:
2. Dalam Perhatian Khusus
3. Kurang Lancar
4. Diragukan
5. Macet
Dalam rangka pelaksanaan otomasi penggeseran kolektibilitas
kredit/piutang, variabel penentu dimaksud digolongkan sebagai berikut:
1. Kriteria kolektibilitas kredit/piutang yang batasan atau ukurannya bersifat
kuantitatif yaitu jumlah dan/atau lamanya tunggakan angsuran hutang
pokok atau tunggakan bunga:
a. Lancar, apabila pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit.
b. Dalam Perhatian Khusus, apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari.
c. Kurang Lancar, apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 120 hari.
d. Diragukan, apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 120 hari sampai dengan 180 hari.
e. Macet, apabila terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari.
Penetapan kualitas kredit/piutang hanya dapat didasarkan pada
1. Kredit dan atau penyediaan dana lain yang diberikan oleh setiap Bank
kepada 1 debitur atau 1 proyek dengan jumlah kurang dari atau sama
dengan Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
2. Kredit dan penyediaan dana lainnya yang diberikan oleh setiap Bank
kepada debitur Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan jumlah:
a. Lebih dari Rp.500.000.000,- sampai dengan Rp.20.000.000.000,- bagi
Bank yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki predikat penilaian kecukupan sistem pengendalian risiko
(risk control system) untuk risiko kredit “sangat memadai”
(strong).
2) Memiliki rasio KPMM paling kurang sama dengan ketentuan yang
berlaku.
3) Memiliki peringkat komposit tingkat kesehatan Bank paling
kurang 3 (PK-3)
b. Lebih dari Rp.500.000.000,- sampai dengan Rp 10.000.000.000,- bagi
Bank yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Memiliki predikat penilaian kecukupan sistem pengendalian risiko
(risk controlsystem)untukrisikokredit“dapatdiandalkan”
(acceptable).
2) Memiliki rasio KPMM paling kurang sama dengan ketentuan yang
berlaku.
3) Memiliki peringkat komposit tingkat kesehatan Bank paling
c. Kredit dan penyediaan dana lain kepada debitur dengan lokasi kegiatan
usaha berada didaerah tertentu dengan jumlah kurang dari atau sama
dengan Rp.1.000.000.000,-
Kredit yang dijamin dengan Agunan Tunai adalah sebagai berikut:
1. Kredit yang dijamin dengan agunan tunai ditetapkan memiliki kualitas
lancar.
2. Agunan tunai berupa:
a. Giro, Deposito, Tabungan, Setoran Jaminan, dan atau Emas.
b. SBI dan SUN
c. Jaminan Pemerintah Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan atau
d. Standby letter of credit dari prime bank, yang diterbitkan sesuai
dengan Uniform Customs and Practice for Documentary Credits
(UCP) atau International Standby Practices (ISP yang berlaku).
3. Agunan tunai wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Agunan diblokir dan dilengkapi dengan Surat Kuasa Pencairan
dari pemilik agunan untuk keuntungan bank penerima agunan,
termasuk pencairan sebagian untuk membayar tunggakan
angsuran pokok atau bunga.
b. Jangka waktu pemblokiran paling kurang sama dengan jangka
waktu kredit.
c. Memiliki pengikatan hukum yang kuat (legally enforceable)
dari sengketa, tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain,
termasuk tujuan penjaminan yang jelas, dan
d. Agunan tunai disimpan pada Bank penyedia dana atau pada prime
bank.
4. Prime bank wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki peringkat investasi yang diberikan oleh lembaga
pemeringkat paling kurang:
1. BBB – berdasarkan penilaian Standard & Poors.
2. Baa3 berdasarkan penilaian Moody’s.
3. BBB – berdasarkan penilaian Fitch, atau
4. Peringkat berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat
terkemuka lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
berdasarkan penilaian tehadap prospek usaha jangka panjang
(long term outlook) bank tersebut, dan
b. Memiliki total aset yang termasuk dalam 200 besar dunia
berdasarkan informasi yang tercantum dalam banker’s almanac.
5. Bank wajib mengajukan klaim pencairan agunan tunai setelah 7 hari
kerja setelah debitur wanprestasi (even of default).
6. Debitur dinyatakan wanprestasi apabila:
a. Terjadi tunggakan pokok dan atau bunga dan atau tagihan lainnya
selama 90 hari walaupun kredit belum jatuh tempo.
b. Tidak diterimanya pembayaran pokok dan atau bunga dan atau
c. Tidak dipenuhinya persyaratan lainnya selain pembayaran pokok
dan atau bunga yang dapat mengakibatkan terjadinya wanprestasi.
Penggeseran kolektibilitas kredit/piutang dilakukan secara otomatis
(by system) atas dasar kriteria kualitas/kolektibilitas kredit/piutang yang
batasan atau ukurannya bersifat kuantitatif. Khusus kredit produktif, oleh
karena untuk mengetahui perubahan kolektibilitas maka tetap diperlukan
pengusulan pada KPK dengan menggunakan formulir Memorandum
Perubahan Kolektibilitas Kredit/Piutang.Sedangkan untuk kredit konsumtif
tanpa perlu membuat Memorandum Penggeseran Kolektibilitas.
Prosedur pengecualian penggeseran kolektibilitas kredit/piutang dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Perhitungan dan pembebanan bunga biasanya dilaksanakan secara bulanan
Apabila masih ada perhitungan bunga secara triwulanan dan bersifat case
by case, maka penggeseran kolektibilitas dan cara
perhitungan/pembebanan bunganya dapat dilakukan atas dasar permintaan
Bagian/Seksi yang mengelola Kedit/Piutang kepada Seksi yang mengelola
Administrasi Kredit/Piutang.
2. Apabila Bagian/Seksi yang mengelola Kredit/Piutang bermaksud menahan
kolektibilitas kredit tetap berada pada posisi semula dan atau menggeser ke
kolektibilitas yang lebih buruk atas dasar kriteria kolektibilitas/kualitas
kredit/piutang yang batasan atau ukurannya bersifat kualitatif, maka
bagian/Seksi yang mengelola Kredit/Piutang harus memberitahukan secara
3. Dalam hal penggeseran kolektibilitas disebabkan oleh kriteria
kolektibilitas/kualitas kredit/piutang yang batasan atau ukurannya bersifat
kualitatif, maka penggeseran kolektibilitas kredit/piutang tetap
menggunakan formulir Memorandum Perubahan Kolektibilitas
Kredit/Piutang (untuk kredit produktif)dan diusulkan kepada pejabat yang
berwenang.
4. Penggeseran dan atau penyesuaian kolektibilitas kredit/piutang secara
manual atas dasar permintaan Bagian/Seksi yang mengelola
Kredit/Piutang atau Seksi yang mengelola Penyelamatan Kredit/Piutang
menjadi tanggung jawab unit yang bersangkutan.
F. Pengawasan Internal
1. Pengertian Pengawasan Internal
Menurut D.Hartanto,1981,istilah pengawasan internal mempunyai
beberapa pengertian yang berlainan. Tergantung dari orang yang
mempergunakannya.Pengertian tersebut dapat dapat berbeda dari arti yang
tersempit sehingga arti yang terluas.
Di dalam arti yang sempit, istilah tersebut disamakan dengan
internal check yang merupaka prosedur-prosedur mekanis untuk
memeriksa ketelitian dari data-data administrasi, seperti misalnya
mencocokkan penjumlahan mendatar (horizontal) dengan penjumlahan
melurus (vertikal).
Dalam arti yang paling luas, istilah tersebut disamakan dengan
yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk
mengawasi/mengendalikan (beheren) perusahaan. Dalam pengertian ini
pengawasan intern meliputi: struktur organisasi, formulir-formulir dan
prosedur-prosedur, pembukuan dan laporan (administrasi, budget dan
standar, pemeriksaan intern, dan sebagainya).
Definisi yang diberikan oleh AICPA (American Institute of
Certified Public Accountant) berbunyi: Pengawasan intern meliputi
susunan organisasi dan semua cara-cara dan peraturan-peraturan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan untuk menjaga dan mengamankan harta
miliknya, memeriksa kecermatan dan kebenaran data-data administrasi,
memajukan efisiensi kerja dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan
yang telah ditetapkan oleh top-management.
2. Prinsip-prinsip Pengawasan Internal
Jelaslah kiranya bahwa tidak ada satu sistem pun yang dapat
mencegah secara 100% semua pemborosan dan
penyelewengan-penyelewengan dalam suatu perusahaan. Maksud pengawasan intern
adalah untuk menciptakan suatu alat yang akan membantu dicapainya
pelaksanaan yang efisien dan efektif untuk membatasi
pemborosan-pemborosan dan godaan untuk menyeleweng.
Dalam suatu perusahaan yang besar dengan pegawai yang cukup
banyak sehingga mungkin diadakan pemisahan wewenang dan dan
kekuasaan, dapat disusun sistem pengawasan intern yang cukup kuat. Jika
tersebut akan menjadi lemah dan harus ditambah dengan
pengawasan-pengawasan yang langsung dari pimpinan.
Untuk mendapatkan pengawasan intern yang baik, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip yang dibawah ini yaitu (D.Hartanto,1981):
a. Pegawai yang kapabel dan dapat dipercaya
Masing-masing pegawai ini sudah tentu harus diberi tanggung jawab
yang sesuai dengan kecakapannya, pengalamannya dan kejujurannya.
Adakalanya suatuperusahaan menggunakan pegawai-pegawai yang
murah untuk menghemat biaya, namun dalam jangka panjang cara ini
akan terbukti mahal, tidak saja karena adanya
penyelewengan-penyelewengan, tetapi juga karena produktivitasyang rendah.
b. Pemisahan wewenang
Struktur organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga di satu
pihak tenaga para karyawan dapat dipergunakan sebaik-baiknya, tetapi
di lain pihak sekaligus terdapat pemisahan wewenang untuk
maksud-maksud pengawasan intern.
Pertama-tama kita harus mengadakan pemisahan antara:
1) Fungsi operasi – misalnya pembelian dan pelaksanaan.
2) Fungsi menyimpan – misalnya penyimpanan uang tunai, persediaan,
dan sebagainya.
3) Fungsi mencatat – misalnya mencatat absensi, dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan pembukuan dan laporan administrasi yang
Contoh, pemisahan antara petugas yang mengerjakan buku besar dan
petugas yang mengerjakan buku – sub (buku tambahan), khususnya
buku piutang. Dengan membandingkan angka-angka pada kedua buku
itu, maka dapat diketahui apakah administrasi piutang beres.
c. Pengawasan
Hasil pekerjaan masing-masing pegawai harus diawasi dan dinilaikan
oleh atasannya yang bertanggung jawab atas hasil pekerjaan pegawai
tersebut. Atasan itu, sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, harus
menilaikan hasil pekerjaan bawahannya dan jika diperlukan
mengadakan tindakan-tindakan koreksi.
Penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh
pegawai-pegawai yang tidak jujur merupakan “biaya” yang mahal, tidak saja
bagi perusahaan, tetapi juga bagi si pegawai sendiri. Seorang yang
berkali-kali berhasil dalam penyelewengan kecil akan mencoba untuk
melakukan penyelewengan yang lebih serius, sehingga akan
berturut-turut merugikan perusahaan, kepribadian si pegawai sendiri dan
mungkin juga merusak moral kawan-kawan sekerjanya. Adalah
tanggung jawab pimpinan terhadap pegawai untuk mengawasi
mereka, agar supaya mereka tetap jujur dan teguh imannya.
d. Penetapan tanggung jawab secara perorangan
Dalam menetapkan tanggung jawab mengenai sesuatu tugas, harus
dapat diikuti pelaksanaan tugas-tugas itu sampai tingkat yang
pelaksanaan tersebut dengan tanggung jawab masing-masing petugas.
Untuk menetapkan tanggung jawab itu, maka kita misalnya melihat
bahwa dalam suatu toko, si penjual harus memarap bon penjualan,
dalam perusahaan bangunan para pelaksana yang memerlukan suatu
bahan harus memarap bon pengeluaran barang.
Penetapan tanggung jawab perseorangan secara demikian, membawa
pengaruh psikologis bahwa tugas-tugas itu akan lebih diperhatikan
sehingga para petugas akan bekerja secara lebih waspada. Tiap orang
akan bekerja lebih baik jika dia tahu bahwa dia akan diminta
pertanggung jawaban apabila ada hal-hal yang tidak beres.
e. Pemeriksaan otomatis berdasarkan prosedur-prosedur yang rutin
Prosedur-prosedurhendaknya disusun sedemikian rupa sehingga
memungkinkan adanya pencocokan antara pekerjaan petugas yang
satu dengan petugas yang lain. Dengan ditetapkannya
prosedur-prosedur yang rutin (yang juga dinamakan birokrasi, tetapi dalam arti
yang baik), maka dalam organisasi mungkinlah diadakan spesialisasi,
pembagian tugas dan pemeriksaan (pengecekan) otomatis atas
kegiatan-kegiatan rutin tersebut.
Contoh dari pada prinsip ini adalah pemeriksaan faktur jika seorang
leveransir datang menagih. Untuk membuktikan sahnya penagihan
maka harus terdapat bukti-bukti yang cukup, misalnya:
1. Surat perintah pembelian
3. Dokumen-dokumen pengangkutan (konosemen, bill of landing)
4. Bukti penerimaan barang
5. Adanya pemeriksaan perkalian dan penjumlahan.
Setiap langkah dalam pencekan ini, merupakan
pemeriksaan atas langkah yang sebelumnya. Oleh karena itu,
formulir-formulir harus dibuat/diciptakan/ didesain sedemikian rupa sehingga
apabila data-data yang dicatat tidak betul, maka kesalahan-kesalahan
itu akan ditemukan dengan otomatis dan segera diperbaiki.
Misalnya, tidak adanya paraf petugas dari Bagian
Penerimaan akan menyetop prosedur pembayaran; tidak adanya paraf
petugas pelaksanaan akan menyetop pembayaran upah lembur.
f. Pencatatan yang seksama dan segera
Transaksi-transaksi, baik transaksi-transaksi ekstren maupun kejadian
intern yang mempunyai akibat ekonomis, harus segera dicatat dalam
dokumen dasar (formulir-formulir) yang sudah disediakan.
Pencatatan harus lengkap dan tidak gampang dirubah. Ini dapat
diperkuat dengan menggunakan formulir-formulir tercetak yang diberi
nomor urut. Jika suatu formulir salah diisinya, maka ia harus dicap
dengan tanda “BATAL” dan disimpan dalam urutan yang baik.
Karena adanya nomor urut itu, maka jika ada dokumen yang
hilang/curi, hal tersebut segera bisa diketahui.
g. Penjagaan fisik
Jelaslah kiranya bahwa kerugian-kerugian karena kecurangan akan
misalnya cash register, lemari besi, gudang yang terkunci dan
sebagainya.
h. Pemeriksaan oleh petugas yang bebas dari tugas rutin
Secara periodik, sistem administrasi harus diteliti kembali oleh suatu
“institut” tersebut adalah Bagian Pemeriksaan Intern (Internal Audit
Departement) dari perusahaan itu sendiri atau dapat berupa kantor
akuntan ekstern.
Penelitian periodik itu diperlukan untuk memastikan bahwa
prosedur-prosedur pengawasan intern yang telah ditentukan itu betul-betul
dilaksanakan. Keadaan perusahaan selalu berubah (misalnya operasi
meluas dan jumlah pegawai bertambah), dan prosedur-prosedur
pengawasan intern harus selalu menyesuaikan diri.
3. Sistem-Sistem Pengawasan Internal
Menurut Hadibroto,1984, ada beberapa sistem pengawasan internal
yang baik yaitu:
a. Sistem Pengawasan Akuntansi (Accounting Control)
Fungsi pengawasan akuntansi ialah untuk mengawasi agar pencatatan
transaksi dan pelaksanaan transaksi dapat dijamin sesuai dengan yang
telah ditetapkan oleh kebijaksanaan pimpinan sedangkan jumlah,
waktu dan perkiraan akuntansi benar-benar sesuai dengan yang
seharusnya. Dengan demikian, maka data akuntansi yang akan
dihasilkan sebagai output dari sistem pengawasan intern benar-benar
1) Sistem pemberian wewenang dapat berupa pemberian wewenang
untuk hal khusus atau untuk hal umum, yaitu mengenai transaksi
tertentu atau mengenai sekelompok transaksi yang sifatnya serupa.
2) Sistem persetujuan mengawasi agar transaksi dilaksanakan sesuai
dengan kebijaksanaan dengan cara menyetujui secara tertulis pada
dokumen tertentu untuk tujuan itu.
3) Sistem pemisahan tugas mempunyai fungsi untuk mengawasi agar
terdapat “internal check”, karena dengan sistem ini dapat
diketahui apa yang dilaksanakan oleh seorang petugas tidak
menyimpang dengan cara mencocokkan hasil pekerjaannya
dengan pekerjaan orang lain mengenai transaksi yang sama.
4) Sistem pengawasan fisik tentunya jelas berfungsi agar tidak ada
pencurian dan perusakan fisik barang yang diperlukan dalam
proses usaha.
5) Sistem pemeriksaan intern mempunyai fungsi penting, karena
melalui sistem ini, maka dapat dijaga agar sistem lain yang
merupakan unsur-unsur sistem pengawasan intern tetap berfungsi.
Disamping itu pemeriksaan intern dapat pula menilai
kelemahan-kelemahan yang mungkin terdapat pada sistem pengawasan intern
itu sendiri.
b. Sistem Pengawasan Administratif(Administrative Control)
Yang termasuk dalam unsur sistem pengawasan administratifadalah:
Sistemrencana organisasi merupakan tulang punggung sistem
pengawasan intern, karena proses pengambilan keputusan yang
menuju ke sistem pemberian wewenang (authorization) untuk
melaksanakan transaksi akan banyak dipengaruhi oleh rencana
organisasi. Demikian pula sistem pemisahan tugas yang
merupakan unsur sistem pengawasan akuntansi
sedikit-baanyaknya tergantung dari rencana organisasi perusahaan. Dalam
penyusunan rencana yang efektif untuk memperkuat sistem
pengawasan intern perlu diadakan pemisahan antara berbagai
fungsi operasi, penyimpanan dan pencatatan. Pemisahan fungsi
tidak berarti bahwa koordinasi ditiadakan. Masalah tanggung
jawab pada tiap bagian merupakan masalah penting karena
pelimpahan wewenang tanggung jawab. Tanggung jawab rangkap
sebaiknya dihindarkan.
2) Sistem-sistem yang bersifat usaha memperoleh efisiensi dan
mencapai tujuan ketaatan terhadap policy pimpnan yang tidak
langsung berhubungandengan catatan keuangan.
4. Pengawasan Internal Piutang
Menurut D.Hartanto,1981, Pengawasan internal piutang meliputi:
a. Pembagian tugas
1) Penerimaan pesanan
2) Petugas yang harus menyetujui penjualan kredit
4) Petugas yang harus mengirim barang
5) Petugas yang mencatat buku tambahan piutang
6) Petugas yang mencatat penerimaan uang
7) Petugas yang menerima uang
b. Pembayaran mengenai faktur-faktur yang tertentu
c. Setiap bulan secara periodik dikirim daftar saldo pada para piutang
(konfirmasi)
Menurut Warren Reeve Fess 2008, funsi akuntansi dan persetujuan
kredit bertindak sebagai pemeriksa independen atas fungsi penjualan.
Karyawan yang menangani akuntansi untuk piutang tidak boleh terlibat
dalam penagihan piutang. Pemisahan fungsi-fungsi ini mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan dan penyalahgunaan data.
5. Pengawasan Internal Piutang pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan
Tanggung jawab pengelolaan nasabah ditetapkan berdasarkan
[image:56.595.135.511.582.742.2]kolektibilitas pinjaman sebagai berikut :
Tabel 3.3
Tanggung Jawab Pengelolaan Nasabah
Kolektibilitas Pengelola
1. Lancar/Pass Bagian/Seksi yang mengelola
Kredit/Piutang 2. Dalam Perhatian
Khusus/Special Mention
Bagian/Seksi yang mengelola Kredit/Piutang
3. Kurang Lancar/Sub Standard Seksi yang mengelola Penyelamatan
Kredit/ Divisi Penyelamatan Kredit
4. Diragukan/Doubtful Seksi yang mengelola Penyelamatan
Kredit/ Divisi Penyelamatan Kredit
5. Macet/Loss Seksi yang mengelola Penyelamatan
a. Bila terjadi perpindahan nasabah, baik dari Bagian/Seksi yang mengelola
Kredit/Piutang ke Seksi yang mengelola Penyelamatan Kredit/Piutang atau
sebaliknya maka harus dibuatkan Memorandum Penyerahan Pengelolaan
Nasabahnya disertai daftar file/dokumen yang diserahkan dan wajib
ditandatanganioleh kedua belah pihak.
b. Apabilarestrukturisasi kredit kolektibilitas 3, 4 dan 5 sudah selesai
dilaksanakan dan kondisi sudah normal kembali, maka pengelolaannya
diserahkan kembali kepada Bagian/Seksi yang mengelola Kredit/Piutang.
Dengan adanya kuisioner yang diambil dari buku Sukrisno Agoes,hal
46,maka dapat diketahui bahwa sebagaimana diperhitungkan dari hasil
jawaban responden pertama hingga responden kelima mendapatkan nilai 98,
maka dari itu sesuai dengan penilaian standar baik mencapai skor antara
93-114 sehingga sistem pengawasan intern piutang PT. Bank Sumut KCP
Pangkalan Brandan sudah memenuhi syarat terciptanya pengawasan intern
yang baik.
Berikut adalah hasil pembahasan kuisioner yang dilakukan oleh
penulis :
1. Responden Pertama
Menurut responden ini, kartu piutang pada PT. Bank Sumut KCP
Pangkalan Brandan dibuat secara bulanan dan dilakukannya pengamanan
phisik pada kartu piutang dan hanya orang tertentu saja yang bisa
memegang kartu piutang tersebut. Perhitungan kartu piutang dilaksanakan
Pada PT. Bak Sumut KCP Pangkalan Brandan ini sering terjadi
keterlambatan pembayaran oleh si kreditur. Dalam hal ini, pihak bank
selalu meneliti alasan keterlambatan si kreditur terlambat membayar.
Bukti adanya salah pembebanan tidak ada karena semua pencatatan di PT.
Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan menggunakan sistem atau
komputerisasi dan tidak menggunakan sistem manual. Pada PT. Bank
Sumut KCP Pangkalan Brandan tidak pernah ada nasabah atau kreditur
melakukan pelunasan sebagian-sebagian karena memang pihak bank
membuat kebijakan harus lunas total sebelum jatuh tempo. Bukti
penghapusan yang tidak dilaporkan tidak ada karena setiap melakukan
penghapusan piutang harus dilaporkan ke atasan.
Setiap bulan dikirim rekening koran kepada nasabah dan akan
dicocokkanoleh orang yang berhubungan dengan penerimaan uang,
pengeluaran uang dan nota kredit. Dan setiap dikirimnya rekening koran
tidak pernah diubah terlebih dahulu sebelum dikirim ke kreditur. Pada PT.
Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan tidak pernah memposkan rekening
koran kepada nasabah kecuali si kreditur berada diluar kota. Pada PT.
Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan setiap terjadi perselisihan dengan
nasabah dan selalu ditangani oleh Bagian Kredit/Pemasaran. Jika pada
bagian divisi tersebut tidak juga dapat diatasi, maka harus diselesaikan ke
Atasan. PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan akan memberikan
potongan yang lebih besar kepada nasabah atau krediturnya. Biasanya
Divisi akan diberikan 20 % dari bunga, 20% dari penghapusan piutang
dan 50% dari pokoknya. Korekasi atas faktur dan penghapusan piutang
disetujui oleh pejabat PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan yang
berwenang. Bukti penagihan atas piutang yang telah dihapuskan akan
langsung diamankan oleh Bagian Pemasaran untuk mengurangi
penyalahgunaan. Pada PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan
memiliki kebijakan raid-off apabila si nasabah tidak sanggup lagi
membayar bulanannya. Setiap nasabah yang ingin memperpanjang jangka
waktu kreditnya harus di analisis umur piutangnya dan yang sudah lunas
harus di follow up. Penagihan piutang kepada nasabah dibuatkan bukti
kuitansi dan bukti tersebut memiliki nomor urut tercetak. Kuitansi ini
dibuat setelah saldo piutang diperiksa oleh Bagian Pemasaran dan yang
memerhatikan nomor urut kuitansinya adalah Bagian Akuntansi untuk
menghindari kesamaan nomor urut. Setiap giro yang diterima oleh PT.
Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan akan diberikan ke Bagian
Pemasaran dan giro tersebut memiliki nomor dan serinya tersendiri.
PT. Bank Sumut KCP Pangkalan Brandan langsung diberikan ke
teller apabila ada penagihan dan diberikan pada hari yang sama. Jika
teller sudah tutup buku, maka akan diberikan oleh Head Teller untuk
disimpan dan dicatat di pembukuan keesokan