• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Pelayanan (Service Quality) terhadap Kepuasan dan Dampaknya pada Loyalitas Merk (Brand Loyality) pada Produk Oriflame di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kualitas Pelayanan (Service Quality) terhadap Kepuasan dan Dampaknya pada Loyalitas Merk (Brand Loyality) pada Produk Oriflame di Kota Medan"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN (SERVICE QUALITY) TERHADAP KEPUASAN DAN DAMPAKNYA PADA LOYALITAS

MERK (BRAND LOYALITY) PADA PRODUK ORIFLAME DI KOTA MEDAN

OLEH :

LIDYA MARGARETHA S 110502117

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN (SERVICE QUALITY) TERHADAP KEPUASAN DAN DAMPAKNYA PADA

LOYALITAS MERK (BRAND LOYALITY) PADA PRODUK ORIFLAME DI KOTA MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan dalam membentuk loyalitas pelanggan/ merek. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory research) dengan pendekatan kuantitatif. Sampel sebanyak 70 responden yang merupakan Pelanggan Oriflame di Kantor Oriflame cabang Medan dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: variabel Kualitas Pelayanan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Pelanggan; variabel Kepuasan Pelanggan secara parsial dan simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Merek;. Dengan demikian, sebaiknya Oriflame cabang Medan terus meningkatkan kelima dimensi dari Kualitas Pelayanan. Hal tersebut akan mampu mempengaruhi kepuasan pelanggan dan membuat pelanggan menjadi loyal.

(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SERVICE QUALITY ON CUSTOMERS SATISFACTION

AND THE EFFECT ON BRAND LOYALTY ON ORIFLAME PRODUCTS IN MEDAN CITY

The purpose of this study was to investigate and analyze the influence of service quality on customers satisfaction in establishing brand loyality/ customer loyality. Type of the research is explanatory research with quantitative descriptive. Sample were 70 respondents that taken by using purposive sampling and research population were customer Oriflame at Oriflame Office Branch Medan . The results of the study simultaneously stating that quality service have a positive and significant effect on Customer Satisfaction; Customer Satisfaction simultaneously and partially have a positive and significant effect on Brand Loyality. So that, Oriflame branch Medan should improve the five dimension of Service Quality continuously . It will be able to influence the Customer Satisfaction and make customers become the loyal customers.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan kemuliaan penulis naikkan kepada Tuhan Yesus

Kristus karena atas perkenanan dan kuasaNya penulis dapat meneyelesaikan

skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Pengaruh Kualitas Pelayanan (Service

Quality) terhadap Kepuasan dan Dampaknya pada Loyalitas Merk (Brand Loyality) pada Produk Oriflame di Kota Medan”. Kegunaan dari penyusunan

skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar sarjana di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada orang tua tercinta serta

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua

penulis, Ayahanda Pdt. Oloan Sibatuara, M.Min, M.Th, dan Ibunda Pdm.

Evita Rusli, S.Pd yang telah memberikan cinta, kasih sayangnya, serta dukungan

materi dan non materi, dan doa yang tidak pernah berhenti dinaikkan untuk

penulis, serta segala nasihat yang menjadi penyemangat dan dorongan dalam

penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa segala kegiatan ini tidak akan berjalan

lancar tanpa adanya bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menghanturkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam

penelitian hingga penulisan skripsi ini, kepada :

1. Bapak

(5)

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E., ME., selaku Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Dosen

Pembanding II.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini. S.E., M.Si., dan Ibu Dra. Friska Sipayung,

M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS selaku dosen pembimbing yang telah

banyak membantu dalam memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan saran

kepada penulis dalam hal menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Marhayanie M.Si selaku Dosen Pembanding I saya yang telah

memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi saya.

7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU yang telah mendidik

dan memberikan ilmunya kepada peneliti serta seluruh staf dan pegawai

8. Adik tersayang, David Timotius Sibatuara, yang selalu tanpa henti dan lelah

untuk mengingatkan penulis untuk tetap berjuang dalam penulisan skripsi ini.

I love you full dek.

9. Abang, kakak, adik tersayang, Cres & Nesty, Serius, Delima, Seri,

Dumastika, Dina, Stella, Rudangta, dan teman seangkatan di Gereja serta

seluruh teman Youth Kasih Bapa atas setiap doa dan dukungan yang selalu

(6)

10. Kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2011, seluruh senior dan para

sahabat terkasih my lovely GGMO (William Daniel, S.E, Roulina Siboro, S.E,

Rika Uly, S.E, Anri Alda, S.E, dan Deasy Lubis) , team di Oriflame, dan

seluruh sahabat yang telah membantu penulis dan tentu saja tidak dapat

disebutkan satu per satu.

11. Kepada seseorang yang jauh disana tetapi selalu mendukung dan memotivasi

penulis untuk segera menjadi sarjana, Hebron Sinaga, S.E.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk

membuat skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

Medan, Oktober 2015

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 39

3.3 Batasan Operasional Penelitian ... 39

3.4 Definisi Operasional Penelitian ... 40

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 43

3.6 Populasi Dan Sampel ... 43

3.6.1 Populasi ... 43

3.6.2 Sampel ... 43

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.8 Jenis Data dan Sumber Data ... 45

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45

(8)

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 46

3.10 Model Analisis Data ... 46

3.10.1 Model Analisis Deskriptif ... 46

3.10.2 Analisis Statistik ... 3.10.2.1 Analisis Regresi Berganda dan Analisis Regresi Sederhana ... 46

3.10.3 Uji Asumsi Klasik ... 48

3.10.3.1 Uji Normalitas ... 48

3.10.3.2 Uji Multikolinieritas ... 49

3.10.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 49

3.10.3.4 Uji Autokorelasi ... 49

3.11 Pengujian Hipotesis ... 50

3.11.1 Uji Statistik –t ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Sejarah Oriflame (PT. Orindo Alam Ayu) ... 52

4.1.1 Profil Perusahaan 4.1.1.1 Pendapatan dan Wilayah Pemasaran Oriflame ... 52

4.1.1.2 Karyawan ... 53

4.1.3 Kebijakan dan Tanggung Jawab Sosial ... 54

4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ... 55

4.2 Hasil Penelitian ... 57

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 57

4.2.1.1 Analisis Statistik Deskriptif Responden... 57

4.2.1.2 Statistik Deskriptif Variabel ... 58

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 67

4.3.1 Uji Normalitas ... 67

4.3.2 Uji Hetroskedastisitas ... 69

4.3.3 Uji Multikolinieritas ... 70

4.4 Teknik Analisis Statistik ... 71

4.4.1 Teknik Analisis Regresi Berganda ... 71

4.4.2 Teknik Analisis Regresi Sederhana ... 71

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Indeks Top Brand Award Periode Tahun 2013-2015 pada

Produk Maskara………..……... 7

4.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Bukti Fisik/ Tangibles (X1)……… 58

4.3 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kehandalan/ Reliability (X2)...……… 60

4.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Empati/ Emphaty (X3)………..……… 61

4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Jaminan/ Assurance (X4)…...……… 62

4.6 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Ketanggapan/ Responsiveness (X5)…...……… 63

4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepuasan (Y1)...… 64

4.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Loyalitas Merek (Y2) 65 4.9 Hasil Uji Normalitas ... 68

4.10 Hasil Uji Glejser (Heteroskedastisitas) ... 70

4.11 Hasil Uji Multikolinearitas ... 70

4.12 Hasil Uji Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 71

4.13 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ... 71

4.14 Hubungan antar Variabel ... 72

4.15 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 72

4.16 Hasil Koefisien Determinasi (�2) ... 73

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Konsep Kepuasan Konsumen……… 16

2.2 Kerangka Konseptual ……… 37

4.1 Struktur Organisasi Oriflame Cabang Medan………... 56

4.2 Histogram Uji Normalitas….……… 67

4.3 P-P Plot Uji Normalitas……… 68

(11)

ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN (SERVICE QUALITY) TERHADAP KEPUASAN DAN DAMPAKNYA PADA

LOYALITAS MERK (BRAND LOYALITY) PADA PRODUK ORIFLAME DI KOTA MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan dalam membentuk loyalitas pelanggan/ merek. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory research) dengan pendekatan kuantitatif. Sampel sebanyak 70 responden yang merupakan Pelanggan Oriflame di Kantor Oriflame cabang Medan dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: variabel Kualitas Pelayanan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Pelanggan; variabel Kepuasan Pelanggan secara parsial dan simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Merek;. Dengan demikian, sebaiknya Oriflame cabang Medan terus meningkatkan kelima dimensi dari Kualitas Pelayanan. Hal tersebut akan mampu mempengaruhi kepuasan pelanggan dan membuat pelanggan menjadi loyal.

(12)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SERVICE QUALITY ON CUSTOMERS SATISFACTION

AND THE EFFECT ON BRAND LOYALTY ON ORIFLAME PRODUCTS IN MEDAN CITY

The purpose of this study was to investigate and analyze the influence of service quality on customers satisfaction in establishing brand loyality/ customer loyality. Type of the research is explanatory research with quantitative descriptive. Sample were 70 respondents that taken by using purposive sampling and research population were customer Oriflame at Oriflame Office Branch Medan . The results of the study simultaneously stating that quality service have a positive and significant effect on Customer Satisfaction; Customer Satisfaction simultaneously and partially have a positive and significant effect on Brand Loyality. So that, Oriflame branch Medan should improve the five dimension of Service Quality continuously . It will be able to influence the Customer Satisfaction and make customers become the loyal customers.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiata

semu

menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih

bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu

benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi

menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya

dinamakan produksi barang.

Pada umumnya, perusahaan memproduksi beaneka ragam produk. Dengan

keberanekaragaman produk tersebut menimbulkan persaingan yang cukup ketat

untuk memenangkan persaingan pasar khususnya pada industri kosmetika

kecantikan. Sehingga banyak hal yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam

peningkatan kualitas produk mereka.

Umumnya perusahaan memiliki strategi khusus dalam meningkatkan

kualitas produknya. Banyak hal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam

meningkatkan penjualan produk mereka. Beberapa produk ditawarkan murah

untuk meningkatkan penjualan. Selain itu, ada pula perusahaan yang lebih fokus

kepada kualitas produk (brand) mereka. Ada juga dengan meningkatkan promosi

penjualan, ada juga yang mengembangkan produk sesuai dengan keinginan dan

kebutuhan pelanggannya atau dengan cara lainnya. Semua yang dilakukan ini

(14)

dari perusahaannya, maka kemungkinan usahanya akan menjadi sia-sia. Dan ada

juga perusahaan yang meningkatkan penjualan produknya dengan memperbaiki

sistem pemasarannya dikarenakan persaingan antar pasar industri yang semakin

ketat.

Persaingan antar pasar industri perawatan pribadi dan kosmetik semakin

kompetitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetika beredar baik

produksi dalam negeri maupun produksi luar negeri. Membanjirnya produk

kosmetika di pasaran mempengaruhi sikap seseorang terhadap pembelian dan

pemakaian barang. Pembelian suatu produk bukan lagi untuk memenuhi

kebutuhan (need), melainkan karena keinginan (want). Ditambah dengan

ditemukannya konsumen memutuskan memilih menggunakan produk tertentu

(kosmetika) dalam rangka memperjelas identitas diri agar dipandang baik dalam

komunitas tertentu. Oriflame merupakan salah satu perusahaan kosmetika yang

bergerak di bidang Multi Level Marketing yang bermula di Stockholm, Sweden,

tahun 1967 oleh dua orang bersaudara Jonas dan Robert af Jochnick. Oriflame

menyediakan semua alat penunjang tata rias baik lipgloss, lipstick, bedak,

mascara, dan lain-lain yang dibutuhkan demi menunjang penampilan di

kehidupan sosial. Selain itu juga ada krim perawatan wajah, tangan, kaki, daerah

kewanitaan, dan bahkan kuku sebagai extra treatment bagi yang ingin

berpenampilan lebih cantik dan mempesona

(15)

prima. Kualitas layanan sangat dibutuhkan terutama di industri jasa mengingat konsumennya mempunyai keinginan yang selalu ingin dipenuhi dan dipuaskan.

Konsumen selalu mengharapkan untuk mendapatkan pelayanan yang maksimal

dari para penyedia produk dan jasa dalam hal ini mereka ingin diperlakukan

secara profesional serta memperoleh sesuatu sesuai dengan yang mereka

harapkan. Tantangan utama yang dihadapi oleh industri produk/ jasa dalam hal ini

industry kosmetik adalah bagaimana memadukan kualitas layanan yang prima

dengan apa yang diharapkan konsumen. Kualitas layanan merupakan salah satu

faktor yang mendukung tercapainya customer loyalty karena dengan adanya

layanan yang baik akan membuat para pelanggan merasa nyaman dan dihargai.

Pelayanan yang baik adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan

pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar

yang telah ditetapkan. Dalam praktiknya, pelayanan yang baik memiliki ciri-ciri

tersendiri dan hampir semua perusahaan menggunakan kriteria yang sama untuk

membentuk ciri-ciri pelayanan yang baik. Faktor pertama yang mempengaruhi

pelayanan yang baik adalah faktor manusia yang melayani pelanggan tersebut.

Manusia yang melayani pelanggan harus memiliki kemampuan melayani

pelanggan secara cepat dan tepat. Disamping itu, karyawan harus memiliki

kemampuan dalam berkomunikasi, sopan santun, ramah, dan bertanggung jawab

penuh terhadap pelanggannya. Faktor kedua, pelayanan yang baik harus juga

diikuti tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung kecepatan, ketepatan

dan keakuratan pekerjaan.Prasarana dan sarana harus dilengkapi dengan kemajuan

(16)

dioperasikan oleh manusia yang berkualitas pula guna memunculkan kepuasan

pelanggan.

Terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan

relatifnya sebagai berikut:

a. Reliabilitas (reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

menyampaikan layanan yang dijanjikan secara akurat sejak pertama kali.

Sebagai contoh, sebuah pelanggan barangkali memilih kosmetik oriflame

semata-mata hanya berdasarkan ketenaran nama. Apabila Perusahaan tersebut

mampu memberikan apa yang dimintai oleh pelanggan, pelanggan tersebut

akan puas dan akan kembali lagi. Namun, bila produk kosmetik tersebut tidak

dapat memenuhi serta menjawab apa yang diharapkan pelanggan, maka

pelanggan menjadi tidak puas dan tidak akan memakai lagi produk kosmetika

tersebut.

b. Daya Tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan

kemampuan penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan

merespons permintaan mereka dengan segera. Pernah menelpon layanan

pengiriman kurir barang ? Berapa lama harus menunggu sebelum akhirnya

ada yang menjawab telepon ? Apakah anda dilayani mesin penjawab ?

Apakah anda diping-pong ke sana ke mari sebelum akhirnya dibantu ?

c. Jaminan (assurance), berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan

karyawan serta kemampuan mereka dalam menumbuhkan rasa percaya (trust)

(17)

kosmetika tertentu, Anda tentu saja ingin mendapat jaminan bahwa

perusahaan kosmetik pilihan anda benar-benar kompeten.

d. Empati (emphaty), berarti bahwa perusahaan memahami masalah para

pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan

perhatian personal kepada para pelanggan, menjawab dan memberi informasi

yang jelas kepada pelanggan serta memiliki jam operasi yang nyaman.

e. Bukti fisik (tangibles), berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas layanan,

peralatan/ perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi komunikasi

perusahaan. Perusahaan kosmetik yang berfokus melayani pelanggan yang

terfokus pada trend dengan mempekerjakan karyawan yang berpenampilan

menarik dan rapi. Meskipun penampilan menarik dan rapi tidak berpengaruh

terhadap layanan yang diberikan ; klien bisa saja meyakini bahwa produk

kosmetik yang diproduksi juga akan memiliki kualitas yang baik dan dilayani

dengan baik oleh para karyawannya.

Kepuasan pelanggan sendiri merupakan perasaan yang dirasakan setelah membandingkan antara harapan dengan kinerja (hasil), dimana harapan konsumen merupakan perkiraan atau keyakinan tentang apa yang diterimanya, bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi konsumen tentang apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. Tahap selanjutnya, setelah konsumen merasa puas maka akan tercipta loyalitas

konsumen dan puncak yang diharapkan adalah menjadi pelanggan yang fanatik

akan produk dan jasa yang ditawarkan yang berarti bahwa prioritas harus

(18)

berkualitas dapat dilihat dari adanya kepuasan pelanggan yang berdampak kepada

loyalitas merek.

Konsep Loyalitas pelanggan lebih banyak dikaitkan dengan perilaku

(behavior) daripada dengan sikap. Bila seseorang merupakan pelanggan loyal, ia

menunjukkan perilaku pembelian yang didefinisikan sebagai pembelian

nonrandom yang diungkapkan dari waktu ke waktu oleh beberapa pengambilan

unit keputusan. Dua kondisi penting yang berhubungan dengan loyalitas adalah

retensi pelanggan (costumer retention) dan total pangsa pelanggan (total share of

customer). Retensi pelanggan menjelaskan lamanya hubungan dengan pelanggan.

Tingkat retensi pelanggan adalah persentase pelanggan yang memenuhi sejumlah

pembelian ulang selama periode waktu terbatas. Sedangkan pangsa pelanggan

suatu perusahaan menunjukkan persentase dari anggaran pelanggan yang

dibelanjakan ke perusahaan tersebut. Bilamana pesaing-pesaing menangkap

persentase tertentu dari anggaran pelanggan, maka perusahaan telah kehilangan

bagian atau pangsa pelanggan sebesar yang berhasil ditangkap oleh pesaing.

Idealnya, baik retensi pelanggan maupun total pangsa pelanggan penting bagi

loyalitas.

Setiap perusahaan yang berorientasikan pelanggan menyadari bahwa

menjaga loyalitas pelanggan dan kesudiannya bekerjasama tidak cukup hanya

dengan menerapkan aturan-aturan baku perusahaan. Sangat perlu kiranya

menggali berbagai cara yang luwes dan taktis untuk menjaga loyalitas pelanggan,

sehingga mereka membeli kembali. Sehingga banyak perusahaan yang semakin

(19)

bagi perusahaan yang dalam memasarkan produknya sangat mengedepankan

pelayanan sebagai ujung tombak.

Peneliti melihat ada perkembangan yang cukup baik dalam industri

alat-alat kosmetik di kota Medan. Beberapa perusahaan tampak berlomba dalam

menawarkan produk-produk andalannya. Namun hanya perusahaan yang memiliki

kualitas produk dan kualitas layanan yang baiklah yang akan semakin unggul.

Berikut beberapa produk kosmetik yang masuk kategori Top Brand dari tahun

2013 sampai dengan tahun 2015

Tabel 1.1.

Indeks Top Brand Award Periode Tahun 2013-2015 pada Produk Maskara Merek TBI 2013 TBI 2014 TBI 2015

Oriflame 14,2% 15,9% 16,9%

Mirabella 3,1% 3,1% 2,3%

Sariayu 6,1% 6,6% 8,8%

Revlon 22,6% 10,8% 7,2%

La Tulipe 3,1% 4,2% -

Mustika Ratu 1,7% 3,5% 2,0%

Viva 2,1% - -

Sumber:

Dari Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa produk Oriflame berhasil

menempatkan produknya sebagai salah satu produk yang stabil dan meningkat

disamping tidak adanya promosi/ iklan di media-media secara terbuka. Pada

Tahun 2013, Oriflame menempatkan diri pada penjualan 14,2% dn pada tahun

2014, indeks penjualan meningkat menjadi 15,9%. Bahkan pada permulaan tahun

2015, Produk oriflame ini mencapai level 16,9%. Hal ini menunjukkan adanya

konsistensi dan komitmen dari pihak perusahaan untuk memberikan penewaran

dan pelayanan yang terbaik. Bahkan tidak hanya pada produk seperti mascara saja

(20)

beberapa produk-produk Oriflame yang mulai memposisikan diri sebagai produk

unggulan yang siap bersaing dengan produk lainnya dan masuk dalam 10 besar

produk terbaik, seperti pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2.

Produk Oriflame pada Indeks Top Brand Award Tahun 2015

No. Produk TBI Posisi

1 Lip Gloss 12,7% 2

2 Eye Liner 15,8% 3

3 Pensil Alis 5,8% 5

4 Bedak Muka Padat 4,3% 7

5 Krim Kaki 20,8% 2

Sumber:

Berdasarkan Tabel 1.2. di atas tampak bahwa beberapa produk kosmetik

Oriflame mulai bersaing di pasaran. Hal ini tentu didukung oleh kualitas produk

dan kualitas pelayanan yang baik dari pihak perusahaan

Oriflame tidak membuat iklan/promosi di televisi, mengingat sarana

terbaik periklanan adalah Televisi, hal ini sangat memungkinkan produk ini sulit

untuk diterima di kalangan masyarakat. Namun, kesulitan itu dapat ditanggulangi

dengan menawarkan produk dan pelayanan yang berkualitas. Salah satu pelayanan

yang diberikan dalam menanggulangi hal tersebut adalah dengan menerbitkan

katalog sebagai senjata utama para konsultan (consultant) dalam menawarkan

barang secara langsung.

Katalog berisi banyak potongan harga yang berbeda di setiap bulannya.

Potongan harga tersebut memacu semangat para konsultan untuk melakukan

penjualan yang lebih. Karena pada dasarnya potongan harga yang ditawarkan

pada katalog membuat konsumen semakin tertarik untuk membeli produk. Namun

(21)

akan cepat mengalami kekosongan stok barang. Inilah yang mengharuskan para

konsultan berlomba cepat untuk belanja produk di awal bulan.

Pada Tabel 1.2. berikut beberapa potongan harga yang ditawarkan untuk produk

periode bulan Maret 2015.

Tabel 1.3.

Potongan Harga Produk Periode Maret Tahun 2015

No. Nama Produk Harga

Sumber: Katalog Oriflame Periode Maret Tahun 2015

Produk-produk di atas adalah beberapa dari sekian banyak potongan harga

yang ditawarkan Oriflame. Ditambah lagi adanya reward yang diberikan berupa

tas, parfum, sepeda motor, mobil, hingga perjalanan ke dalam dan luar negeri

secara gratis yang memungkinkan para konsultan untuk menawarkan produk lebih

semangat.

Oriflame menggunakan strategi penjualan langsung dalam memasarkan

produknya dan sudah terdaftar di Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI).

Dalam sistem penjualan langsung yang digunakan oleh Oriflame untuk

memasarkan produknya, para consultant berperan sebagai iklan/ media

komunikasi perusahaan untuk mempromosikan dan menarik minat beli konsumen.

Peneliti merupakan salah satu Consultant Oriflame yang telah bergabung

(22)

bahwa sistem yang dibangun oleh perusahaan ini begitu sistematis. Hal ini tampak

dari bagaimana produk-produk yang dipasarkan memiliki pelanggan-pelanggan

tetap. Tetapi dalam perjalanan yang terjadi tidak semua hal yang baik tidak

memiliki masalah. Oriflame memiliki banyak jumlah konsultan lewat promo

pendaftaran dan merangsang penjualan lewat hadiah-hadiah yang ditawarkan pada

konsultan ketika meraih pencapaian tertentu. Setiap pembelian yang dilakukan

akan mendapat peraihan poin.

Selain itu, Oriflame juga memiliki jasa pengantaran barang (kurir) yang

memudahkan para konsultannya untuk mendapatkan produk jika konsultan tidak

dapat mengambil produk langsung ke kantor cabang. Jasa pengantaran ini juga

berlaku untuk para konsultan yang berada di luar kota Medan. Yang menjadi

maslaah dalam penelitian ini adalah karena banyaknya jumlah konsultan yang

berbelanja dan menggunakan jasa kurir ini menyebabkan pengantaran barang

yang sering tidak tepat waktu kepada konsumen, sehingga konsultan tidak dapat

memperkirakan waktu sampai jasa kurir tersebut. Oriflame merupakan perusahaan

penjualan langsung yang bergerak di bidang kosmetika dan perawatan tubuh yang

berasal dari Swedia (luar negeri) sehingga ketika stok barang habis di awal bulan

tidak akan langsung pengestokan kembali (restock) karena pengiriman barang ke

cabang-cabang memakan waktu lagi, terkadang barang-barang mengalami

pemeriksaan terlebih dahulu ketik harus masuk ke Indonesia. Fenomena tersebut

mengindikasikan ketidakpuasan yang dirasakan oleh konsumen karena jangka

(23)

kurang optimal, sehingga menyebabkan tidak maksimal pula loyalitas konsumen

untuk membeli produk.

Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh bukti fisik, keandalan,

daya tanggap, jaminan serta empati sebagai dimensi dari kualitas pelayanan

terhadap kepuasan konsumen. Pada industri jasa, para konsumen pasti memiliki

keinginan untuk memperoleh pelayanan yang terbaik dan di sisi lainnya para

pemberi jasa tentunya juga memiliki suatu standar kualitas dalam jasa yang

ditawarkannya.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaruh kualitas layanan (service quality) yang terdiri dari

bukti fisik (tangibles), keandalan (reliability), ketanggapan

(responsiveness), jaminan dan kepastian (assurance), dan empati (emphaty)

terhadap kepuasan pada produk oriflame di kota Medan?

2. Bagaimana pengaruh kepuasan terhadap loyalitas merek (brand loyality)

pada produk Oriflame di kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana

pengaruh kualitas layanan (service quality) yang terdiri dari bukti fisik (tangibles),

keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan dan kepastian

(24)

kepuasan terhadap loyalitas merek (brand loyality) pada produk Oriflame di kota

Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran kepada perusahaan dalam

mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam

memahami konsumen dan merencanakan strategi untuk mencapai kepuasan

konsumen, serta dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengambil kebijakan

selanjutnya.

b. Bagi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara

Penelitian ini merupakan tambahan kekayaan penelitian untuk dapat

dipergunakan dan dikembangkan.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini untuk mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh pada bangku

perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan, juga akan menambah

pengalaman dan pengetahuan penulis serta memberikan kontribusi bagi

pemikiran guna memperluas cakrawala wawasan peneliti akan masalah yang

terjadi tentang pengaruh kualitas pelayanan (quality service) terhadap loyalitas

merek (brand loyality) dan dampaknya bagi perusahaan.

(25)

Penelitian ini sebagai bahan referensi yang nantinya akan memberikan

perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama di masa

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kepuasan Pelanggan

2.1.1.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil

perbandingan atas kinerja produk (jasa) yang diterima dan yang diharapkan.

Dengan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dirasakan konsumen maka akan

semakin meningkatkan tingkat loyalitas konsumen pada produk yang dijual oleh

perusahaan (Rambat Lupiyoadi, 2006)

Banyak pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan konsumen

bahwa kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon konsumen terhadap

evaluasi ketidaksesuaian/diskonfiemasi yang dirasakan antara harapan

sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakainnya.

Engel, et al dalam Fandy Tjiptono (2003) menyatakan bahwa kepuasan

pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih

sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan

timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen

adalah perasaan yang dirasakan setelah membandingkan antara harapan dengan

kinerja (hasil), dimana harapan konsumen merupakan perkiraan atau keyakinan

(27)

(barang atau jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi konsumen

tentang apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli.

Seorang pembeli akan merasa puas setelah apa yang diharapkan sesuai

dengan hasil yang didapatkan. Secara umum kepuasan adalah perasaan senang

atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap

kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan–harapannya. Bagaimanakah

pembeli membentuk harapan–harapan mereka? Harapan mereka dipengaruhi oleh

pengalaman yang pernah mereka alami sebelumnya, nasehat teman atau kolega,

serta janji dan informasi pemasaran serta pesaingnya. Jika para pemilik jasa

(produk) memberikan harapan yang terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan

kenyataannya maka dapat dipastikan para pembeli kemungkinan besar akan

kecewa, begitu juga sebaliknya apabila perusahaan jasa atau produk menetapkan

harapan terlalu rendah, maka para pemakai jasa atau pembeli tidak akan tertarik

walaupun akan memuaskan mereka yang membeli.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan

konsumen mencakup besarnya perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil

yang dirasakan, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar konsep kepuasan

(28)

Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Konsumen

Sumber : Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (2003)

2.1.1.2 Strategi Kepuasan Konsumen

Kepuasan total yang dirasakan oleh konsumen tidak akan mungkin

tercapai walaupun untuk sementara waktu. Namun untuk menutupi ketidakpuasan

tersebut, terdapat hal–hal yang dapat membantu konsumen untuk mengurangi

ketidakpuasan tersebut, dengan perbaikan atau penyempurnaan kepuasan dengan

berbagai strategi yang dilakukan perusahaan.

Ada beberapa strategi yang dapat dipadukan untuk meraih dan

meningkatkan kepuasan pelanggan (Fandy Tjiptono, 2003) antara lain:

a) Strategi Relationship Marketing

Strategi dimana transaksi pertukaran antara pembeli dan penjual

(29)

suatu kemitraan dengan pelanggan secara terus-menerus, yang pada akhirnya akan

menimbulkan kesetiaan pelanggan sehingga terjadi bisnis ulangan (repeat

business).

b) Strategi Superior Customer Service

Pada strategi ini menawarkan pelayanan yang lebih baik daripada pesaing.

Hal ini membutuhkan dana yang besar, kemampuan sumber daya manusia, dan

usaha gigih agar dapat tercipta suatu pelayanan yang superior.

c) Strategi Unconditional Guarantees

Strategi ini berintikan komitmen untuk memberikan kepuasan kepada

pelanggan yang pada gilirannya akan menjadi sumber dinamisme penyempurnaan

mutu produk atau jasa dan kinerja perusahaan. Selain itu juga meningkatkan

motivasi para karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih baik daripada

sebelumnya.

d) Strategi Pelayanan Keluhan Yang Efisien

Penanganan keluhan memberikan peluang untuk mengubah seorang

pelanggan yang tidak puas menjadi pelanggan produk perusahaan yang puas (atau

bahkan menjadi ’pelanggan abadi’).

e) Strategi Peningkatan Kinerja Perusahaan

Meliputi berbagai upaya seperti melakukan pemantauan dan pengukuran

kepuasan pelanggan secara berkesinambungan, memberikan pendidikan dan

pelatihan menyangkut komunikasi, salesmanship, dan public relation kepada

pihak manajemen dan karyawan, memasukkan unsur kemampuan untuk

(30)

ke dalam sistem penilaian prestasi karyawan, dan memberikan empowerment yang

lebih besar kepada para karyawan dalam melaksanakan tugasnya.

f) Menerapkan Quality Function Deploymen (QFD)

Praktik untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap

kebutuhan pelanggan. QFD berusaha menerjemahkan apa yang dibutuhkan

pelanggan menjadi apa yang dihasilkan organisasi. Hal ini dilaksanakan dengan

melibatkan pelanggan dalam proses pengembangan produk sedini mungkin.

Dengan demikian, QFD memungkinkan suatu perusahaan untuk memprioritaskan

kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan

tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai efektivitas maksimum.

2.1.1.3 Pengukuran Kepuasan Konsumen

Pengukuran kepuasan konsumen dapat merupakan proses yang sederhana maupun

kompleks serta rumit. Dalam service encounter peran setiap individu sangat

penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang dibentuk. Untuk dapat

mengetahui tingkat kepuasan konsumen maka perlunya dipahami sebab-sebab

timbulnya kepuasan itu sendiri. Philip Kotler,et al (2004) mengidentifikasi 4

metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu :

1. Sistem Keluhan dan Saran

Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer-oriented)

perlu menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para

pelanggannya guna menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka.

Media yang digunakan bias berupa kotak saran yang ditempatkan di lokasi-lokasi

(31)

(yang bisa diisi langsung maupun yang dikirim via pos kepada perusahaan),

saluran telepon khusus bebas pulsa, websites, dan lain-lain. Informasi-informasi

yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan

yang berharga kepada perusahaan, sehingga memungkinkannya untuk bereaksi

secara tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul.

2. Ghost Shopping (Mystery Shopping)

Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelangan

adalah dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shoppers untuk berperan

atau berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing.

Mereka diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan

produk/jasa perusahaan. Berdasarkan pengalaman tersebut, mereka kemudian

diminta melaporkan temuan-temuannya berkenaan dengan kekuatan dan

kelemahan produk perusahaan dan pesaing.

3. Lost Customer Analysis

Sedapat mungkin perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan

yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat

memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan

perbaikan/penyempurnaan selanjutnya.

4. Survei Kepuasan Pelanggan

Sebagian besar riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan

metode survei (Peterson & Wilson, 2002), baik survey melalui pos, telepon,

e-mail, websites, maupun wawancara langsung. Melalui survei, perusahaan akan

(32)

memberikan kesan positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para

pelanggannya. Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat

dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :

a. Directly reported satisfaction

Pengukuran dilakukan menggunakan item-item spesifik yang menanyakan

langsung tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan.

b. Derived satisfaction

Setidaknya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal

utama, yaitu (1) tingkat harapan atau ekspektasi pelanggan terhadap kinerja

produk atau perusahaan pada atribut-atribut relevan, dan (2) persepsi pelanggan

terhadap kinerja actual produk atau perusahaan bersangkutan (perceived

perfomance). Alternatif lain, tingkat kepentingan masing-masing atribut dan atau

tingkat kinerja ideal juga dipertanyakan.

c. Problem analiysis

Dalam teknik ini, responden diminta mengungkapkan masalah-masalah

yang mereka hadapi berkaitan dengan produk atau jasa perusahaan dan

saran-saran perbaikan. Kemudian perusahaan akan melakukan analisis konten (content

analysis) terhadap semua permasalahan dan saran perbaikan untuk

mengidentifikasi bidang-bidang utama yang membutuhkan perhatian dan tindak

lanjut segera.

d. Importance-performance analysis

Dalam teknik ini, responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan

(33)

pada masing-masing atribut tersebut. Kemudian, nilai rata-rata tingkat

kepentingan atribut dan kinerja perusahaan akan dianalisis di

importance-performance matrix. Matriks ini sangat bermanfaat sebagai pedoman dalam

mengalokasikan sumber daya organisasi yang terbatas pada bidang-bidang yang

spesifik, dimana perbaikan kinerja bisa berdampak besar pada kepuasan

pelanggan total. Selain itu, matriks ini juga menunjukkan bidang atau atribut

tertentu yang perlu dipertahankan dan aspek-aspek yang perlu dikurangi

prioritasnya. Kendati demikian, batas antara “tingkat kepentingan tinggi” dan

“tingkat kepentingan rendah” serta “tingkat kinerja tinggi” dan “tingkat kinerja

rendah” relatif arbitrary, tergantung konteks riset bersangkutan.

2.1.2 Loyalitas Merek

2.1.2.1 Pengertian Loyalitas Merek

Loyalitas adalah tentang persentase dari orang yang pernah membeli

dalam kerangka waktu tertentu dan melakukan pembelian ulang sejak pembelian

yang pertama. Loyalitas Merek atau loyalitas konsumen sebenarnya merupakan

dua istilah yang memiliki makna yang hampir sama (Khusniah dan Swastha,

2002), sehingga sering disebut loyalitas merek saja atau loyalitas konsumen saja.

(Kotler, 2002) mengemukakan loyalitas konsumen merupakan suatu kondisi yang

dapat dicapai dalam jangka panjang sebagai tujuan perusahaan dalam perencanaan

strategik. Dengan kata lain, konsumen memiliki komitmen yang pasti pada

penggunaan produk yang dipilih. Loyalitas merek disebabkan oleh adanya

pengaruh kepuasan terhadap merek tersebut yang terakumulasi secara terus

(34)

Menurut Griffin (2005), seorang pelanggan dapat dikatakan setia apabila

pelanggan tersebut menunjukkan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat

suatu kondisi dimana mewujudkan pelanggan membeli paling sedikit dua kali

dalam selang waktu tertentu, upaya memberikan kepuasan pelanggan dilakukan

untuk mempengaruhi sikap pelanggan, sedangkan konsep loyalitas pelanggan

lebih berkaitan dengan perilaku pelanggan daripada sikap dari pelanggan.

Terdapat konsep loyalitas yang ditawarkan Oliver (dalam Tjiptono ,1999)

mengenai tingkat loyalitas konsumen terdiri dari 4 tahap, yakni:

1. Loyalitas Kognitif

Tahap dimana pengetahuan langsung maupun tidak langsung konsumen

akan merek, dan manfaatnya, dan dilanjutkan ke pembelian berdasarkan pada

keyakinan akan superioritas yang ditawarkan. Pada tahap ini, dasar kesetiaan

adalah informasi tentang produk atau jasa yang tersedia bagi konsumen.

2. Loyalitas Afektif

Pada tahap ini dasar kesetiaannya adalah pada sikap dan komitmen

konsumen terhadap produk dan jasa sehingga pada tahap ini telah terbentuk suatu

hubungan yang lebih mendalam antara konsumen dengan penyedia produk atau

jasa dibandingkan pada tahap sebelumnya.

3. Loyalitas Konatif

Intensi membeli ulang sangat kuat dan memiliki keterlibatan tinggi yang

merupakan dorongan motivasi.

(35)

Menghubungkan penambahan yang baik untuk tindakan serta keinginan

untuk mengatasi kesulitan seperti pada tindakan kesetiaan.

Tjiptono (2001) mengemukakan 6 indikator yang bisa digunakan untuk mengukur

loyalitas konsumen yaitu:

1. Pembelian Ulang

2. Kebiasaan Mengonsumsi Merek tersebut

3. Selalu menyukai merek tersebut

4. Tetap memilih merek tersebut

5. Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik

6. Merekomendasikan merek tersebut pada orang lain.

Dengan kata lain konsumen memiliki komitmen yang pasti pada

penggunaan produk yang dipilih. Loyalitas merek disebabkan oleh adanya

pengaruh kepuasan terhadap merek tersebut yang terakumulasi secara terus

menerus disamping adanya persepsi tentang kualitas produk.

2.1.2.2 Pelanggan yang Loyal

Pelanggan yang loyal tercipta dari suatu komitmen yang tinggi untuk

melakukan pembelian kembali secara teratur suatu produk/jasa yang disukai di

masa yang akan datang.

Menurut Griffin (2005), pelanggan yang loyal adalah orang-orang yang

(36)

• Melakukan pembelian berulang secara teratur, konsumen yang loyal

adalah konsumen yang melakukan pembelian ulang secara teratur terhadap

produk atau jasa suatu perusahaan dalam periode tertentu.

• Membeli antar lini produk dan jasa, konsumen yang setia tidak hanya

membeli satu macam produk dan jasa dalam suatu perusahaan melainkan

produk dan jasa lainnya juga.

• Mereferensikan kepada orang lain, ketika konsumen memasuki tahap

loyalitas atas suatu produk atau jasa maka dengan sendirinya konsumen

tersebut akan merekomendasikan atau mereferensikan kepada konsumen

lainnya.

• Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing, konsumen disebut

loyal bila tidak mudah terpengaruh pada tarikan perusahaan lain dan tidak

memiliki keinginan untuk berpindah ke penyedia jasa atau produk lain.

Menurut Giddens (2002), konsumen yang loyal terhadap suatu merek memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki komitmen pada merek tersebut.

2. Berani membayar lebih pada merek tersebut bila dibandingkan dengan

merek yang lain.

3. Akan merekomendasikan merek tersebut pada orang lain.

4. Dalam melakukan pembelian kembali produk tersebut tidak melakukan

pertimbangan.

(37)

6. Mereka dapat menjadi semacam juru bicara dari merek tersebut dan

mereka selalu mengembangkan hubungan dengan merek tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri konsumen

yang loyal terhadap suatu merek adalah memiliki komitmen terhadap suatu merek,

berani membayar lebih terhadap merek tersebut, merekomendasikan merek

tersebut pada orang lain, akan melakukan pembelian ulang, selalu mengikuti

informasi yang berkaitan dengan merek dan menjadi semacam juru bicara dari

merek tersebut.

2.1.2.3 Jenis-jenis Loyalitas

Menurut Griffin (2005) terdapat 4 jenis loyalitas yang berbeda dan muncul

apabila keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasi silang dengan pola pembelian

ulang yang rendah dan tinggi.

Tabel 2.1. Empat Jenis Loyalitas

Pembelian Ulang

Tinggi Rendah

Keterikatan Relative

Tinggi Loyalitas Premium Loyalitas Tersembunyi

Rendah Loyalitas yang lemah Tanpa Loyalitas Sumber : Griffin (2005)

• Tanpa Loyalitas

Untuk berbagai alasan, beberapa pelanggan tidak mengembangkan

loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu. Secara umum, perusahaan

harus menghindarkan membidik para pembeli jenis ini karena mereka

tidak akan pernah menjadi pelanggan yang loyal, mereka hanya

(38)

menghindari membidik sebanyak mungkin orang-orang seperti ini dan

lebih memilih pelanggan yang loyalitasnya dapat dikembangkan.

• Loyalitas yang lemah

Keterikatan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi

menghasilkan loyalitas yang lemah . Pelanggan ini membeli karena

kebiasaan. Ini adalah jenis pembelian “karena kami selalu

menggunakannya” atau “karena sudah terbiasa”. Pembeli ini merasakan

tingkat kepuasan tertentu dengan perusahaan/ minimal tiada kepuasan

yang nyata. Loyalitas jenis ini paling umum terjadi pada produk yang

sering dibeli.

• Loyalitas tersembunyi

Tingkat referensi yang relative tinggi digabung dengan tingkat pembelian

yang berulang yang rendah menunjukkan loyalitas tersembunyi. Bila

pelanggan memiliki loyalitas yang tersembunyi, pengaruh situasi dan

bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian yang berulang. Dengan

memahami faktor situasi yang berkontribusi pada loyalitas yang

tersembunyi, perusahaan dapat menggunakan strategi untuk mengatasinya.

• Loyalitas premium

Loyalitas premium, jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi

bila ada tingkat keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang

(39)

Dalam kaitannya dengan loyalitas merek suatu produk, didapati adanya

beberapa tingkatan loyalitas merek. Aaker (dikutip oleh Dinarty SH Manurung,

2009) membagi tingkatan loyalitas merek kedalam lima tingkatan, yaitu:

a. Switcher

Merupakan tingkatan loyalitas yang paling dasar dimana pembeli tidak

peduli pada merek, sama sekali tidak tertarik pada merek – merek apapun

dianggap memadai, dan suka berpindah merek. Dengan demikian merek

memainkan peranan yang kecil dalam keputusan pembelian. Apapun yang diobral

atau menawarkan kenyamanan akan lebih disukai. Motivasi mereka berpindah

merek adalah harga yang rendah karena golongan ini memang sensitif terhadap

harga (price sensitive switcher).

b. Habitual buyer

Pada tingkatan ini pembeli setia terhadap suatu merek dimana dasar

kesetiaannya bukan kepuasan atau keakraban dan kebanggaan. Merupakan

pembeli yang puas terhadap suatu produk, setidaknya tidak merasa dikecewakan

oleh merek tersebut. Dan dalam membeli produk didasarkan pada factor

kebiasaan, bila menemukan merek yang lebih bagus, maka mereka akan

berpindah. para pembeli pada tingkatan ini sulit dirangkul karena tidak ada alasan

bagi mereka untuk memperhitungkan berbagai alternatif.

c. Satisfied buyer

Pada tingkatan ini pembeli puas dengan suatu merek. Mereka setia, tetapi

dasar kesetiaannya bukan pada kebanggaan atau keakraban pada suatu merek

(40)

(switching cost), baik biaya dalam waktu, uang atau resiko kinerja, bila

melakukan pergantian ke merek lain. Untuk menarik minat pembeli yang berada

pada tingkatan ini, para kompetitor perlu mengatasi biaya peralihan dengan

menawarkan bujukan untuk beralih atau dengan tawaran suatu manfaat yang

cukup besar sebagai kompensasi.

d. Liking the brand

Pada tingkatan keempat ini, pembeli sungguh-sungguh menyukai merek

tersebut. Prefensi mereka mungkin dilandaskan pada suatu asosiasi; seperti suatu

simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan, atau kesan kualitas

(perceived quality) yang tinggi. Pada tingkatan ini, kecintaan pada produk baru

terbatas pada komitmen terhadap diri sendiri, dan mereka merasa akrab dengan

merek. Berbagai segmen pada tingkat keempat ini disebut sebagai teman-teman

dari merek (friends of the brand) karena terdapat perasaan emosional yang terkait.

e. Commited buyer

Merupakan tingkatan teratas dimana para pembeli setia dan merasa bangga

pada terhadap suatu produk. Mereka mempunyai suatu kebanggaan dalam

menemukan atau menjadi pengguna dari suatu merek. Merek tersebut sangat

penting bagi mereka baik dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi

mengenai siapa mereka sebenarnya. Rasa percaya diri mereka termanifestasi pada

tindakan semacam merekomendasikan merek tersebut pada orang lain. Nilai dari

pembeli yang berkomitmen tersebut tidaklah begitu besar pada perusahaan, tetapi

lebih kepada dampak terhadap orang lain dan terhadap pasar itu sendiri. Kelima

(41)

2.1.2.4 Strategi Mempertahankan Loyalitas Konsumen

Strategi dalam mempertahankan loyalitas konsumen menyebabkan para

produsen harus berusaha keras dan memerlukan biaya yang tinggi dalam usahanya

merebut pelanggan suatu perusahaan. Ada beberapa strategi yang dapat dipadukan

untuk meraih dan meningkatkan loyalitas konsumen (James, 2000):

1. Strategi pemasaran berupa relationship marketing, yaitu strategi dimana

transaksi pertukaran antara penjual dan pembeli berkelanjutan.tidak berakhir

setelah penjualan selesai. Dengan kata lain, dijalin suatu kemitraan dengan

pelanggan secara terus-menerus, yang pada akhirnya akan menimbulkan

kesetiaan konsumen.

2. Strategi superior customer service yaitu menawarkan pelayanan yang lebih

baik daripada pesaing. Contohnya seperti distributor komputer yang

memberikan pelayanan konsultasi gratis seputar permasalahan komputer.

Toko khusus pakaian yang memberikan keleluasaan untuk menukar atau

mengembalikan jas, jaket atau pakaian selama tenggang waktu tertentu.

3. Strategi penanganan keluhan yang efisien. Penanganan keluhan memberikan

peluang untuk mengubah seorang pelanggan yang tidak puas bahkan

menjadi pelanggan abadi. Dalam hal ini, kecepatan dan ketepatan

penanganan merupakan hal yang krusial. Ketidak puasan bisa semakin besar

apabila pelanggan yang mengeluh merasa keluhannya tidak diselesaikan

dengan baik.

4. Strategi peningkatan kinerja perusahaan, meliputi berbagai upaya seperti

(42)

berkesinambungan, memberikan pendidikan dan pelatihan menyangkut

komunikasi, salesmaship dan public relation kepada pihak manajemen dan

karyawan, dan memberikan empowerment yang lebih besar kepada

karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Strategi peningkatan kinerja ini

secara umum bertujuan untuk memuaskan konsumen selaku obyek yang

akan dituju (pangsa pasar dituju).

2.1.3 Kualitas Layanan

2.1.3.1 Pengertian Kualitas Layanan

Sangatlah tidak mudah untuk dapat mendefinisikan kualitas secara tepat.

Tetapi, kualitas umumnya dapat dirinci. Konsep kualitas itu sendiri dianggap

sebagai ukuran yang relatif dari suatu produk atau jasa. Dalam perspektif TQM

(Total Quality Management), kualitas lebih dipandang luas dimana tidak hanya

memandang kepada hasil tetapi juga meliputi proses , lingkungan serta manusia.

Menurut American Society for Quality Control (dalam Lupiyoadi, 2001),

kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu

produk/jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

yang telah ditentukan atau bersifat laten.

Menurut Gaspers (dalam Rajagukguk,2011) yang mengatakan bahwa

kualitas secara konvensional menggambarkan karakteristik langsung dari suatu

produk seperti kinerja (performance), kehandalan (reliability), mudah dalam

penggunaan (easy to use), dan estetika (esthetics). Sedangkan definisi kualitas

secara strategik adalah sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan

(43)

Menurut Goetsch dan Davis (Tjiptono, 2001) merumuskan bahwa kualitas

merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa

manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Konsep

kualitas ini sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk

dan jasa yang terdiri dari kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain

merupakan fungsi spesifikasi produk , sedagkan kualitas kesesuaian adalah suatu

ukuran seberapa jauh suatu produk mampu memenuhi persyaratan atau spesifikasi

kualitas yang telah ditetapkan.

Menurut Garvin (dalam Tjiptono, 2001; Lovelock, 1994)

mengindentifikasi adanya 5 alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan,

yaitu:

1. Transcendental Approach

Dalam pendekatan ini, kualitas dipandang sebagai innate excellence,

dimana kualitas dapat dirasakan atau diketahui tetapi sulit didefinisikan

dan dioperasionalisasikan.

2. Product-based approach

Pendekatan ini menganggap bahwa kualitas merupakan karakteristik atau

atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur.

3. User-based approach

Pendekatan ini menganggap bahwa kualitas tergantung pada orang yang

memandangnya, sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama dengan

(44)

4. Manufacturing-based approach

Pandangan ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan

praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas

sebagai sama dengan persyaratannya.

5. Value-based approach

Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga dengan

mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, yang

mendefinisikan kualitas sebagai “affordable excellence” atau dengan

pengartian keunggulan yang dapat dijangkau .

Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005) mendefinisikan

kualitas layanan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

sumber daya manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan konsumen. kualitas jasa merupakan kualitas yang berpusat pada

konsumen. Semakin tinggi kualitas, maka makin tinggi pula kepuasan konsumen.

Sebaliknya bila semakin rendah tingkat kualitas maka makin rendah kepuasan

konsumen.

Menurut Fandy Tjiptono (2006), kualitas layanan jasa adalah tingkat

keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut

untuk memenuhi keinginan konsumen. Dengan kata lain ada dua faktor utama

yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceive service.

Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai yang

diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Sebaliknya

(45)

diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa tergantung

pada kemampuan penyediaan jasa dalam memenuhi harapan konsumen secara

konsisten.

2.1.3.2 Dimensi Kualitas Layanan

Menurut Sviokla (dalam Lupiyoadi, 2001) dapat diringkas bahwa kualitas

juga memiliki delapan dimensi pengukuran, yaitu:

1. Kinerja (Performance), merujuk pada karakter produk inti yang meliputi

merek, atribut-atribut yang dapat diukur, dan aspek kinerja individu.

2. Keragaman Produk (Features), ini dapat berbentuk produk tambahan dari

suatu produk inti yang dapat menambah nilai suatu produk.

3. Keandalan (Reliability), yang berhubungan dengan kualitas suatu barang

adalah kesesuaian produk dengan standar dalam industrinya.

4. Daya Tahan/Ketahanan (Durability), merupakan ukuran ketahanan suatu

produk meliputi segi ekonomis maupun teknis.

5. Kemampuan Pelayanan (Serviceability), Dimensi ini menunjukkan bahwa

konsumen tidak hanya memperhatikan adanya penurunan kualitas produk

tetapi juga waktu sebelum produk disimpan, penjadwalan pelayanan, proses

komunikasi dengan staf, frekuensi pelayanan perbaikan akan kerusakan

produk dan pelayanan lainnya.

6. Estetika (Aesthetics), merupakan penilaian dan refleksi yang dirasakan oleh

konsumen.

7. Kesesuaian (Conformance), dimensi ini berhubungan dengan kualitas suatu

(46)

8. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived quality), dimana konsumen biasanya

memiliki informasi tentang produk secara tidak langsung, misalnya melalui

merek, nama dan Negara produsen.

Dalam perkembangannya dimensi kualitas jasa dapat diringkas menjadi

lima dimensi (Lupiyoadi, 2001), yang mana telah melakukan berbagai penelitian

terhadap beberapa jenis-jenis jasa dan berhasil mengidentifikasi lima dimensi

karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas

pelayanan.

Kelima dimensi karakteristik pelayanan tersebut adalah :

a. Berwujud (Tangible)

Berwujud yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan

eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan

prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan

sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh

pemberi jasa.

b. Keandalan (Reliability)

Keandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai

dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai

dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang

sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan

dengan akurasi yang tinggi.

(47)

Ketanggapan yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan

pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelangggan, dengan

penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu

persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.

d. Jaminan dan Kepastian (Assurance)

Jaminan yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai

perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada

perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi

(communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompetensi

(competence) dan sopan santun (courtesy).

e. Empati (Emphaty)

Empati yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi

yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan

konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan

pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik

serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

2.2 Kerangka Konseptual Penelitian

Kualitas Pelayanan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha

mencapai keunggulan bersaing. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang

diinginkan perusahaan melakukan pemenuhan kebethan pelanggan. Oleh karena

itu pemasar harus dapat mengukur kualitas pelayanan yang akan diberikan kepada

konsumen untuk membantunya memahami pengaruh kualitas tersebut terhadap

(48)

Kualitas Layanan (quality service) adalah kemampuan produk Oriflame

yang melibatkan produk atau jasa dan segala sumber daya yang dimiliki untuk

memenuhi harapan konsumen. Menurut Fandy Tjiptono (2005) kualitas pelayanan

adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya

manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

konsumen. Ada lima dimensi kualitas pelayanan yang ditemukan oleh

Parasuraman (Parasuraman, et.all, 1998) dalam Lupiyoadi (2001), yaitu tangibles

(bukti fisik), reliability (keandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance

(kepastian), emphaty (perhatian).

Kepuasan merupakan tingkat perasaan konsumen yang menyatakan hasil

perbandingan atas kinerja produk Oriflame yang diterima dan yang diharapkan.

Dengan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dirasakan konsumen maka akan

semakin meningkatkan tingkat loyalitas konsumen pada produk yang dijual oleh

perusahaan.

Loyalitas adalah tentang persentase dari orang yang pernah membeli

produk-produk Oriflame dalam kerangka waktu tertentu dan melakukan

pembelian ulang sejak pembelian yang pertama. Loyalitas Merek atau loyalitas

konsumen sebenarnya merupakan dua istilah yang memiliki makna yang hampir

sama. Adapun menurut Kotler (2002) loyalitas merek disebabkan oleh adanya

pengaruh kepuasan terhadap merek tersebut yang terakumulasi secara terus

menerus disamping adanya persepsi tentang kualitas produk. Ada 6 indikator

menurut Tjiptono (2001) yang bisa digunakan untuk mengukur loyalitas

(49)

selalu menyukai merek tersebut, tetap memilih merek tersebut, yakin bahwa

merek tersebut yang terbaik, merekomendasikan merek tersebut pada orang lain.

Dengan adanya kualitas pelayanan yang maksimal, maka akan terwujud

kepuasan konsumen dan berdampak kepada pelanggan yang loyal. Berdasarkan

pada tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas mengenai variabel kualitas

pelayanan serta dimensi dari kualitas pelayanan (quality service) tersebut serta

pengaruhnya terhadap kepuasan dan dampaknya pada loyalitas merek (brand

loyality), maka berikut ini adalah kerangka pemikiran teoritis yang akan

diterapkan dalam penelitian ini:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sumber : Lupiyoadi (2001), dimodifikasi

2.3 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:

Kualitas Layanan (X)

Bukti Fisik (X1)

Keandalan (X2)

Ketanggapan (X3)

Jaminan dan Kepastian (X4)

Empati (X5)

(50)

1) Kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), keandalan

(reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan dan kepastian (assurance), dan empati (emphaty) berpengaruh terhadap kepuasan pada

produk Oriflame di kota Medan.

2) Kepuasan berpengaruh terhadap Loyalitas Merek pada produk Oriflame di

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatory digunakan

untuk menjelaskan suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi secara

objektif, setelah itu peneliti mencari hubungan antar variabel dengan pendekatan

kuantitatif. Metode pendekatan kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh

data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. (Sugiyono, 2003)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada pengunjung Kantor Cabang Oriflame

Medan yang pernah menggunakan Produk Oriflame. Penelitian ini akan dilakukan

pada Juni 2015 sampai dengan September 2015.

3.3 Batasan Operasional Penelitian

Peneliti membuat batasan operasional agar penelitian dapat terfokus

sehingga tidak ada perluasan dan kesimpangsiuran dalam menganalisis

permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini. Sesuai dengan latar belakang

yang telah dikemukakan oleh peneliti maka penelitian ini dibatasi pada variabel

berikut ini :

a. Variabel Independent (X) adalah positioning produk yaitu kualitas layanan

(52)

b. Variabel Intervenning merupakan variabel antara atau mediating.

Fungsinya memediasi hubungan antara variabel antara variabel

independen dengan dependen. Variabel Intervenning adalah Kepuasan

Konsumen (Y1) yang ketika dihadapkan pada Loyalitas Merek menjadi

Variabel X.

c. Variabel dependent (Y2) adalah Loyalitas Merk/ Brand Loyality (Y2) pada

produk Oriflame di kota Medan.

3.4 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variable-variabel

yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses

pengukuran variable-variabel tersebut.

Defenisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

1. Kualitas Layanan (X)

Kualitas Layanan adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan konsumen yang terdiri dari : Bukti Fisik (X1), Keandalan (X2), Ketanggapan (X3), Jaminan dan Kepastian (X4), dan Empati (X5)

2. Kepuasan Konsumen dan Loyalitas Merek (Y)

Kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil

perbandingan atas kinerja produk (jasa) yang diterima dan yang diharapkan.

Dengan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dirasakan konsumen maka akan

semakin meningkatkan tingkat loyalitas konsumen pada produk yang dijual oleh

(53)

Loyalitas adalah tentang persentase dari orang yang pernah membeli

dalam kerangka waktu tertentu dan melakukan pembelian ulang sejak pembelian

yang pertama. Loyalitas Merek atau loyalitas konsumen sebenarnya merupakan

dua istilah yang memiliki makna yang hampir sama.

Berikut ini tabel operasionalisasi variabel dalam penelitian ini:

Tabel 3.1.

Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel Definisi

a. Bukti Fisik (Tangible)

Oriflame memiliki penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik yang dapat diandalkan keadaan

lingkungan sekitarnya.

b. Keandalan (Reliability)

Oriflame tepat waktu dan memberikan pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, memiliki sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi.

c. Ketanggapan (Responsiveness) Oriflame membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelangggan, dan

memberikan penyampaian informasi yang jelas.

d. Jaminan dan Kepastian (Assurance) Oriflame memiliki jaminan pengetahuan, kesopansantunan, dan Oriflame mampu menumbuhkan rasa percaya para

pelanggan kepada perusahaan.

e. Empati (Emphaty)

(54)

Lanjutan Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kepuasan atas pembelian produk 2. Kesungguhan menikmati produk

3. Kesenangan membeli produk

4. Keyakinan membeli produk adalah keputusan yang benar

Loyalitas

1. Konsumen melakukan pembelian ulang pada produk Oriflame

2. Kebiasaan Mengonsumsi produk Oriflame.

3. Selalu menyukai produk-produk yang ditawarkan Oriflame.

4. Tetap memilih produk Oriflame. 5. Yakin bahwa produk Oriflame yang

terbaik

6. Merekomendasikan produk Oriflame pada orang lain.

Keterangan:

Skala yang digunakan untuk mengukur indikator pada tabel diatas adalah

(55)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala Likert adalah suatu

dalam

dalam

menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya. Sewaktu

menanggapi pertanyaan dalam skala Likert,

persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari

pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format

seperti:

1. Sangat tidak setuju

2. Tidak setuju

3. Netral

4. Setuju

5. Sangat setuju

3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen Oriflame di kota

Medan. Karena jumlah konsumen di kota Medan tidak dapat diketahui, maka

jumlah Populasi (N) adalah tidak diketahui.

3.6.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

Gambar

Tabel 1.1.  Indeks Top Brand Award  Periode Tahun 2013-2015 pada Produk Maskara
Tabel 1.2.  Produk Oriflame pada Indeks Top Brand Award Tahun 2015
Tabel 1.3.  Potongan Harga Produk Periode Maret Tahun 2015
Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Konsumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Tjiptono (2006) kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evolusi ketidaksesuaian (discinfirmation) yang dirasakan antara harapan

Kotler (1993) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan atau konsumen adalah suatu kondisi yang dirasakan pelanggan atau konsumen yang merupakan hasil dari perbandingan

Tjiptono (1997:24) kepuasan atau ketidak puasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evolusi ketidaksesuaian (discinfirmation) yang dirasakan antara harapan

Kepuasan (X3), adalah hasil yang diraskan oleh konsumen (pengguna jasa) yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapananya. Kepuasan pelanggan merupakan

Menurut Tjiptono (2006) kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evolusi ketidaksesuaian (discinfirmation) yang dirasakan antara harapan

Kepuasan pelanggan adalah perasaan pelanggan yang muncul setelah harapan yang mereka inginkan sesuai dengan kenyataan, sedangkan sedangkan loyalitas pelanggan

Kepuasan pelanggan atau klien merupakan tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja, yaitu hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapan pelanggan atau

Kepuasan Pelanggan kepuasan pelanggan adalah perasaan yang dimiliki seseorang setelah menggunakan secara langsung sebuah produk atau layanan yang berkaitan dengan ekspektasi yang