PENERJEMAHAN KATA
ﻝﺎﻗ
/
qāla
/ PADA HADITS ARBA’IN
ANALISIS: KESESUAIAN MAKNASKRIPSI SARJANA
D I S U S U N
OLEH:
U
R A T I HU
110704017
PROGARAM STUDI SASTRA ARAB
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan sumbernya.
Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
KATA PENGANTAR
ِﻢْﻴِﺣﱠﺮﻟﺍ ِﻦﻤ ْﺣﱠﺮﻟﺍ ِﷲ ِﻢْﺴِﺑ
Segala puji bagi Allah SWT., Rabb semesta alam, yang senantiasa memberikan
kemudahan dalam segala hal dan tiada pernah putus untuk memberikan peluang kepada
hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada Rasulullah SAW., semoga kita termasuk hamba-Nya yang selalu berpegang
dengan Al-Qur’an dan Hadits, sehingga kita dapat berkumpul di jannah yang telah
dijanjikan Allah SWT.
Skripsi ini berjudul Analisis Penerjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada Hadits Arba’in,
maka dengan adanya pembahasan ini, pembaca, penerjemah, ataupun masyarakat tidak
lagi menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dengan bersabda/berkata saja, akan tetapi banyak
makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang dapat digunakan untuk menerjemahkan kata tersebut khususnya
pada hadits Arba’in. Selain itu, skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Sastra di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Penulis ucapkan terimah kasih atas bimbingan dan arahan dari pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, karena tanpa itu belum tentu penulis
dapat menyelesaikannya dengan baik. Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini
belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik untuk
penyempurnaan skripsi ini.
Medan, Juli 2015
UCAPAN TERIMA KASIH
ُﻪُﺗﺎَﻛَﺮَﺑَﻭ ِﷲ ُﺔَﻤ ْﺣَﺭَﻭ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ُﻡ َﻼﱠﺴﻟﺍ
Atas rahmat dan ridha Allah SWT. serta bantuan dari berbagai pihak yang terkait
dalam penulisan ini, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh
karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua saya yang saya cintai karena Allah, Ayahanda Budianto dan Ibunda
Poniah. Tiada kata dan perbuatan yang mampu untuk membalas jasa kalian,
duhai Ayah dan Ibu. Hanya doalah yang selalu kupanjatkan kepada Allah di
setiap sujudku untuk kalian, duhai Ayah dan Ibu. Senyuman bahagia ingin selalu
ku berikan untuk kalian, amiin.
( ْﻲﱢﻣُﺃ َﻭ ْﻲِﺑَﺃ ﺎَﻳ :ﺍًﺮْﻴَﺧ ُﷲ ﺎَﻤُﻛ ﻯَﺰَﺟَﻭ ﺎَﻤُﻜْﻴِﻓ ُﷲ َﻙَﺭﺎَﺑ) ﺎًﻤِﺋﺍَﺩ ِﷲ ْﻲِﻓ ﺎَﻤُﻜﱡﺒِﺣُﺃ ِﻥﺍَﺬﱠﻟﺍ ْﻲِﻣُﺃَﻭ ْﻲِﺑَﺃ ُﺖْﻘَﺘْﺷِﺍ
2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara beserta Pembantu Dekan I Bapak Dr. M. Husnan Lubis, M.A.,
Pembantu Dekan II Bapak Drs. Samsul Tarigan, dan Pembantu Dekan III Bapak
Drs.Yuddi Adrian M., M.A.
3. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Arab, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Fauziah, M.A. selaku
Sekretaris Progrm Studi Satra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera
Utara.
4. Bapak Dr. M. Husnan Lubis, M.A. selaku Pembimbing I dan Ibu Dra. Fauziah,
M.A. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk mengajarkan
dan memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Dra. Nursukma Suri, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selama ini telah mengarahkan dalam kegiatan perkuliahan di Program Studi
Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan seluruh staf
pengajar, khususnya staf pengajar Program Studi Sastra Arab yang telah banyak
memberi ilmu, wawasan, dan berbagi pengalaman selama masa perkuliahan,
6. Kakanda: Alfian, Birawan, dan Firlana (semoga selalu menjadi panutan dan
pemimpin keluarga yang shalih, amiin) dan Adinda: Dimas, Pranita, dan
Kumbara (semoga menjadi anak yang shalih dan shalihah, serta Allah
memudahkan kalian dalam meraih mimpi dan cita-cita kalian yang mulia, amiin).
Untuk Novy sebagai adik juga sahabatku, semoga Allah membalas semua
kebaikan dan bantuanmu (keep istiqamah).
7. Sahabatku seperjuangan angkatan 2011: Wita (laa tay-as…!), Lia (hammasah…),
Fuza, Suarti, Suci, Bibah, Nisa, Fitri, Ayu, Alfi, Dila, Desi, Oza, Naya, Tika,
Dini, Hani, Andi, Supri, Nuriza, Fadda, Maulana, Nurdin, Reza (pokoknya
KING SAUD 2011 berkesan di hati) dan senior juga junior di Sastra Arab
(IMBA) -‘afwan gak bisa disebuti semua-. Temanku di kos Gang Sahabat no. 6:
Sri, Ainun, Nana, Anggi, Sana, Maya,..(kenangan bahagia bersama kalian dan
semoga bisa jumpa di masa depan, insyak Allah).
8. M. Ismail Tanjung, Jolena ‘Jojo’, Ayu Sanusi, dan Nurul yang telah meringankan
waktu dan semoga Allah memudahkan urusan kalian.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan (baik keluarga, kerabat, teman,
ataupun pihak lain yang terkait) mohon maaf, semoga Allah membalas semua
bantuan yang telah diberikan dan Allah memudahkan semua urusan kalian.
Jazakumullahu khairan.
Terima kasih untuk semuanya dan kepada Allah SWT.lah dikembalikan, Dia-lah
Yang Maha Kuasa atas segalanya.
ُﻪُﺗﺎَﻛَﺮَﺑَﻭ ِﷲ ُﺔَﻤ ْﺣَﺭَﻭ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ُﻡ َﻼﱠﺴﻟﺍَﻭ
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL dan SINGKATAN ... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ... x
ABSTRAK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Manfaat Penelitian ... 6
1.5Metode Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Kajian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori ... 11
2.3 Hadits Arba’in ... 18
2.4 Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ oleh Nurdin Lubis ... 20
BAB III PEMBAHASAN ... 24
3. Terjemahan Kata ﻝﺎﻗ /Qāla/ Pada Hadits Arba’in ... 24
3.1 Makna-Makna Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada Hadits Arba’in ... 24
3.2 Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ Sesuai Konteks pada Hadits Arba’in ... 62
BAB IV PENUTUP ... 66
4.1 Kesimpulan ... 66
4.2 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... xv
DAFTAR TABEL dan SINGKATAN
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 1 ... 20
Tabel 2 ... 22
Tabel 3 ... 63
Singkatan
SWT : Subhanallahu Wata’ala (swt.)
SAW : Sallahu’alaihi Wassalam (saw.)
RA : radhiallahu 'anhu (ra.)
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi dalam skripsi ini menggunakan Pedoman Transliterasi Arab – Latin
berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
No. 158 tahun 1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ﺍ
alif - tidak dilambangkanﺏ
bā’ b -ﺕ
tā’ t -ﺙ
ṡā’ ṡ s dengan titik di atasnyaﺝ
jīm j -ﺡ
ḥā’ ḥ h dengan titik di bawahnyaﺥ
khā’ kh -ﺩ
dāl d -ﺫ
żāl ż z dengan titik di atasnyaﺭ
rā’ r -ﺯ
zai z -ﺵ
syīn sy -ﺹ
ṣād ṣ s dengan titik di bawahnyaﺽ
ḍād ḍ d dengan titik di bawahnyaﻁ
ṭā’ ṭ t dengan titik di bawahnyaﻅ
ẓā’ ẓ z dengan titik di bawahnyaﻉ
’ain ‘ koma terbalikﻍ
gain g -ﻑ
fā’ f -ﻕ
qāf q -ﻙ
kāf k -ﻝ
lām l -ﻡ
mīm m -ﻥ
nūn n -ﻭ
wāwu w -ﻩ
hā’ h -ء
hamzah ’ apostrof, tetapi lambing ini tidakdigunakan untuk hamzah di awal kata
II. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.
ﺔﻳﺪﻤﺣﺃ
titulis AhmadiyyahIII. Tā’ marbūtah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata Arab yang sudah terserap menjadi
bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.
ﺔﻋﺎﻤﺟ
ditulis jamā’ah2. Bila dihidupkan ditulis t
ءﺎﻴﻟﻭﻷﺍ ﺔﻣﺍﺮﻛ
ditulis karāmatul-aliyā´IV. Vocal Pendek
Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u.
V. Vocal Panjang
A panajang ditulis ā, i panjang ditulis ī, dan u panjang ditulis ū, masing-masing
dengan tanda (-) di atasnya.
VI. Vokal Rangkap
Fathah + yā’ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + wāwu mati
ditulis au.
VII. Vokal-Vokl Pendek yang Berurutan dalam satu kata
Dipisahkan dengan apostrof (
´
)ﺚﻧﺆﻣ
ditulis mu’annaśVIII.Kata Sandang Alif + Lām
1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis
al-ﻥﺁﺮﻘﻟﺍ
ditulis Al-Qur’ān2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf I diganti dengan huruf syamsiyyah yang
mengikutinya.
ﺔﻌﻴﺸﻟﺍ
ditulis asy-Syī’ah(lihat juga angkah X butir 1 dan 2)
IX. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD.
X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat
1. Ditulis kata per kata, atau
2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut.
ABSTRAK
Ratih, 2015. Penerjemahan Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada Hadits Arba’in, Analisis: Kesesuaian Makna. Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Hadits Arba’in merupakan kumpulan hadits yang terdiri dari 42 hadits shahih yang
disusun oleh Imam Nawawi. Pada hadits Arba’in banyak ditemukan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dan penerjemah lebih sering menerjemahkan kata tersebut dengan berkata dan bersabda. Penerjemah tidak memperhatikan konteks dan keperihalan keadaan, sehingga terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ tidak bervariasi. Sementara, pada penelitian terdahulu tentang makna ﻝﺎﻗ /qāla/ telah dilakukan oleh Nurdin Lubis dan ditemukan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ sebanyak 25 makna. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in untuk mengetahui makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sesuai berdasarkan konteks hadits. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode
deskriptif serta menggunakan teori konteks dan keperihalan keadaan. Hasil penelitian
ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗ ﺓﺭﻮﺻ
،ﺢﺗﺍﺭ
۲۰۱۵
ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﺴﻗ
.
ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺔﻳﻭﺎﺴﺘﻣ
:
ﻞﻴﻠﺤﺘﻟﺍ ،ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﻲﻓ
"
ﻝﺎﻗ
"
ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ ﺔﻤﺟﺮﺗ
.
.
ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟﺍ ﺓﺮﻄﻣﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ ،ﺔﻓﺎﻘﺜﻟﺍ ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ ﺔﻴﻠﻛ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ
ﻱﻭﺍﻮﻨﻟﺍ ﻡﺎﻣﻹﺍ ﻪﻔﻨﺻ ﻱﺬﻟﺍ ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﻥﺇ
ﻦﻴﻌﺑﺭﺃﻭ ﻦﻴﻨﺛﺍ ﻰﻠﻋ ﺔﻠﻤﺘﺸﻣ ﺎﻬﻋﻮﻤﺠﻣ ﻲﻓ
ًﺎﺜﻳﺪﺣ
ﻰﻨﻌﻤﻟﺎﺑ ﻩﺎﻳﺇ ﻪﺘﻤﺟﺮﺗ ﻲﻓ ﺎﻤﺋﺍﺩ ﻢِﺟﺮﺘﻤﻟﺍ ﻥﺃ ﻭ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﻆﻔﻟ ﻱﺃ ﺔﻤﻠﻛ ﺮﻛﺫ ﺍﺮﻴﺜﻛ ﺪﺟﻮﻳ ﻪﻴِﻔَﻓ ،ﺎﺤﻴﺤﺻ
)
berkata
ﻭ
bersabda
ﻲﻨﺘﻌﻳ ﻭ ﻲِﻋﺍﺮﻳ ﻢﻟ ﻭ
(
ﻪﺴﻔﻧ
َﻥﻮﻜﺘﻓ ﻩﺩﺪﺼﺑ ﻲﻫ ﻲﺘﻟﺍ ﻥﻭﺆﺸﻟﺍ ﻭ ﻝﺍﻮﺣﻷﺎﺑ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﻋ ﻞﻘﻧ ﺪﻗ ﻖﺑﺎﺴﻟﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻲﻓ ﻦﻳﺩ ﺭﻮﻧ ﻥﺃ ﻊﻣ
.
ﺔﻋﻮﻨﺘﻣ ﺮﻴﻏ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ ﺔﻤﺟﺮﺗ
ﻱﻮﺤﻳ ﻪﱠﻧﺃ ﻦﻣ
۲٥
ًﻦﻌﻣ
ﻯ
،ﺍﺬﻟ ﻭ
.
ﻲﻓ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﺔﻤﻠﻛ ﻞﻴﻠﺤﺗ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻑﺪﻬﻳ
ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ
ﺞﻬﻨﻤﻟﺍ ﻭ
.
ﻪﻟﺍﻮﺣﺃ ﻰﻀﺘﻘﻤﺑ ﻱﺃ ﻪﺴﻔﻧ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺩﻭﺭﻭ ﺏﺎﺒﺳﺄﺑ ﺎﻬﺘﺒﺳﺎﻨﻣ ﺔﻬﺟ ﻦﻣ ،ﻪﻴﻧﺎﻌﻣ ﺔﻓﺮﻌﻤﻟ
ﻭ ﻝﺍﻮﺣﻷﺍ ﻰﻀﺘﻘﻣ
)
ﺔﻳﺮﻈﻧ ﻡﺍﺪﺨﺘﺳﺍ ﻊﻣ ﻱﺭﻮﺼﺘﻟﺍ ﻲﻔﺻﻮﻟﺍ ﺞﻬﻨﻤﻟﺍ ﻮﻫ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻲﻓ ﻡﺪﺨﺘﺴﻤﻟﺍ
.(
ﻥﻭﺆﺸﻟﺍ
ﻲﻓ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﻥﺃ
:
ﻲﻫ ﻭ ﺔﻴﻟﺎﺘﻟﺍ ﺞﺋﺎﺘﻨﻟﺍ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺖﺠﺘﻨﺘﺳﺎﻓ ،ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺔﺠﻴﺘﻧ ﺎﻣﺃ ﻭ
ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ
ﺪﺟﻮﻳ ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﻲﻓ
.
ﻖﺑﺎﺴﻟﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻦﻣ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺎﺑ ﺔﻳﻭﺎﺴﻣ ﺮﻴﻏ
ﻮﺤﻧ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﺩﺪﻌﺗ ﻭ ﻉﱠﻮﻨﺗ
۳٥
ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺕﺪﺟﻭ ،ﺺﺤﻔﻟﺍ ﻭ ﻞﻣﺄﺘﻟﺍ ﺪﻌﺑ ﻭ
.
ﺎﺜﻳﺪﺣ
ﻲﻫ ﻭ ﻥﻮﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺎﻬﻳﻮﺤﻳ ﺎﻣ ﻭ ﻦﻳﺩ ﺭﻮﻧ ﺎﻫﺮﻛﺫ ﻲﺘﻟﺍ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﺔﻠﺛﺎﻤﻤﻟﺍ ﻭ ﺔﻳﻭﺎﺴﺘﻤﻟﺍ
۱۱
ﻭ ﻝﺍﻮﺣﻷﺍ ﻰﻀﺘﻘﻤﺑ ﺔﻴﺳﺎﻨﻤﻟﺍ ﺎﻬﻴﻧﺎﻌﻣ ﻰﻠﻋ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﺔﻤﻠﻛ ﺔﻤﺟﺮﺗ ﻥﺃ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻦﻣ ﻦﻴﺒﺗ ﻭ
.
ﻰًﻨﻌﻣ
ABSTRAK
Ratih, 2015. Penerjemahan Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada Hadits Arba’in, Analisis: Kesesuaian Makna. Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Hadits Arba’in merupakan kumpulan hadits yang terdiri dari 42 hadits shahih yang
disusun oleh Imam Nawawi. Pada hadits Arba’in banyak ditemukan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dan penerjemah lebih sering menerjemahkan kata tersebut dengan berkata dan bersabda. Penerjemah tidak memperhatikan konteks dan keperihalan keadaan, sehingga terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ tidak bervariasi. Sementara, pada penelitian terdahulu tentang makna ﻝﺎﻗ /qāla/ telah dilakukan oleh Nurdin Lubis dan ditemukan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ sebanyak 25 makna. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in untuk mengetahui makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sesuai berdasarkan konteks hadits. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode
deskriptif serta menggunakan teori konteks dan keperihalan keadaan. Hasil penelitian
ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗ ﺓﺭﻮﺻ
،ﺢﺗﺍﺭ
۲۰۱۵
ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﺴﻗ
.
ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺔﻳﻭﺎﺴﺘﻣ
:
ﻞﻴﻠﺤﺘﻟﺍ ،ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﻲﻓ
"
ﻝﺎﻗ
"
ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ ﺔﻤﺟﺮﺗ
.
.
ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟﺍ ﺓﺮﻄﻣﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ ،ﺔﻓﺎﻘﺜﻟﺍ ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ ﺔﻴﻠﻛ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ
ﻱﻭﺍﻮﻨﻟﺍ ﻡﺎﻣﻹﺍ ﻪﻔﻨﺻ ﻱﺬﻟﺍ ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﻥﺇ
ﻦﻴﻌﺑﺭﺃﻭ ﻦﻴﻨﺛﺍ ﻰﻠﻋ ﺔﻠﻤﺘﺸﻣ ﺎﻬﻋﻮﻤﺠﻣ ﻲﻓ
ًﺎﺜﻳﺪﺣ
ﻰﻨﻌﻤﻟﺎﺑ ﻩﺎﻳﺇ ﻪﺘﻤﺟﺮﺗ ﻲﻓ ﺎﻤﺋﺍﺩ ﻢِﺟﺮﺘﻤﻟﺍ ﻥﺃ ﻭ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﻆﻔﻟ ﻱﺃ ﺔﻤﻠﻛ ﺮﻛﺫ ﺍﺮﻴﺜﻛ ﺪﺟﻮﻳ ﻪﻴِﻔَﻓ ،ﺎﺤﻴﺤﺻ
)
berkata
ﻭ
bersabda
ﻲﻨﺘﻌﻳ ﻭ ﻲِﻋﺍﺮﻳ ﻢﻟ ﻭ
(
ﻪﺴﻔﻧ
َﻥﻮﻜﺘﻓ ﻩﺩﺪﺼﺑ ﻲﻫ ﻲﺘﻟﺍ ﻥﻭﺆﺸﻟﺍ ﻭ ﻝﺍﻮﺣﻷﺎﺑ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﻋ ﻞﻘﻧ ﺪﻗ ﻖﺑﺎﺴﻟﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻲﻓ ﻦﻳﺩ ﺭﻮﻧ ﻥﺃ ﻊﻣ
.
ﺔﻋﻮﻨﺘﻣ ﺮﻴﻏ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ ﺔﻤﺟﺮﺗ
ﻱﻮﺤﻳ ﻪﱠﻧﺃ ﻦﻣ
۲٥
ًﻦﻌﻣ
ﻯ
،ﺍﺬﻟ ﻭ
.
ﻲﻓ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﺔﻤﻠﻛ ﻞﻴﻠﺤﺗ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻑﺪﻬﻳ
ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ
ﺞﻬﻨﻤﻟﺍ ﻭ
.
ﻪﻟﺍﻮﺣﺃ ﻰﻀﺘﻘﻤﺑ ﻱﺃ ﻪﺴﻔﻧ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺩﻭﺭﻭ ﺏﺎﺒﺳﺄﺑ ﺎﻬﺘﺒﺳﺎﻨﻣ ﺔﻬﺟ ﻦﻣ ،ﻪﻴﻧﺎﻌﻣ ﺔﻓﺮﻌﻤﻟ
ﻭ ﻝﺍﻮﺣﻷﺍ ﻰﻀﺘﻘﻣ
)
ﺔﻳﺮﻈﻧ ﻡﺍﺪﺨﺘﺳﺍ ﻊﻣ ﻱﺭﻮﺼﺘﻟﺍ ﻲﻔﺻﻮﻟﺍ ﺞﻬﻨﻤﻟﺍ ﻮﻫ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻲﻓ ﻡﺪﺨﺘﺴﻤﻟﺍ
.(
ﻥﻭﺆﺸﻟﺍ
ﻲﻓ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﻥﺃ
:
ﻲﻫ ﻭ ﺔﻴﻟﺎﺘﻟﺍ ﺞﺋﺎﺘﻨﻟﺍ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺖﺠﺘﻨﺘﺳﺎﻓ ،ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺔﺠﻴﺘﻧ ﺎﻣﺃ ﻭ
ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ
ﺪﺟﻮﻳ ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﻲﻓ
.
ﻖﺑﺎﺴﻟﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻦﻣ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺎﺑ ﺔﻳﻭﺎﺴﻣ ﺮﻴﻏ
ﻮﺤﻧ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﺩﺪﻌﺗ ﻭ ﻉﱠﻮﻨﺗ
۳٥
ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺕﺪﺟﻭ ،ﺺﺤﻔﻟﺍ ﻭ ﻞﻣﺄﺘﻟﺍ ﺪﻌﺑ ﻭ
.
ﺎﺜﻳﺪﺣ
ﻲﻫ ﻭ ﻥﻮﻌﺑﺭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺎﻬﻳﻮﺤﻳ ﺎﻣ ﻭ ﻦﻳﺩ ﺭﻮﻧ ﺎﻫﺮﻛﺫ ﻲﺘﻟﺍ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﺔﻠﺛﺎﻤﻤﻟﺍ ﻭ ﺔﻳﻭﺎﺴﺘﻤﻟﺍ
۱۱
ﻭ ﻝﺍﻮﺣﻷﺍ ﻰﻀﺘﻘﻤﺑ ﺔﻴﺳﺎﻨﻤﻟﺍ ﺎﻬﻴﻧﺎﻌﻣ ﻰﻠﻋ
(
ﻝﺎﻗ
)
ﺔﻤﻠﻛ ﺔﻤﺟﺮﺗ ﻥﺃ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻦﻣ ﻦﻴﺒﺗ ﻭ
.
ﻰًﻨﻌﻣ
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kegiatan menerjemah adalah salah satu cara untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama untuk mengetahui informasi yang terkandung di dalam bahasa
sumber. Salah satu kendala untuk memperoleh suatu informasi adalah kurangnya
kemampuan memahami atau membaca bahasa asing. Oleh karena itu, perlu
generasi-generasi penerjemah agar ilmu pengetahuan tetap berkembang dan manusia mudah
mendapatkan informasi yang diinginkan.
“Penerjemahan sangat penting demi proses tukar-menukar informasi dan hasil penemuan. Tanpa penerjemahan, para calon ilmuwan ataupun para ilmuwan mungkin akan ketinggalan, tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, apalagi kalau mereka kurang mampu membaca dalam bahasa asing, (Widyamartaya, 1989: 9)”.
Pada umumnya kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia
berfokus pada nas-nas keagamaan, mulai dari kitab suci al-Qur’an, hadits, dan tafsir
hingga buku-buku tentang dakwah, akhlak, dan yang menelaah aneka pemikiran Islam.
Hal tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena masyarakat membutuhkan
pengetahuan ataupun informasi untuk memperbaiki keagamaan mereka sehingga
menuntut para peneliti atau ahli bahasa melakukan kegiatan penerjemahan,
(Syihabuddin, 2002: 2). Pada penelitian ini kegiatan penerjemahan akan berfokus pada
ٌﺚْﻳِﺩﺎَﺣَﺍ ﺝ ُﺚْﻳِﺪَﺤﻟﺍ
.
ًﺔَﺛﺍَﺪَﺣﻭ ﺎًﺛْﻭُﺪَﺣ
-
ُﺙُﺪْﺤَﻳ
-
َﺙَﺪَﺣ
||
ُﻡ َﻼَﻜﻟﺍ
||
ُﺔَﺛَﺩﺎَﺤُﻤﻟﺍ
||
ُﺮَﺒَﺨﻟﺍ
||
ُﺔَﻳﺎَﻜِﺤﻟﺍ
||
)
.
(Munawir, 1997: 241-242/ḥadaṡa- yaḥduṡu- ḥudūṡan wa ḥadāṡatun. Al-ḥadīṡu jama’ aḥādīṡun || al-kalāmu || al-muḥādaṡatu || al-khabaru || al-ḥikāyatu ||/. Hadits berasal dari kata ḥadaṡa- yaḥduṡu
yang artinya kejadian. Hadits bentuk jamaknya aḥādīṡun, adapun makna hadits yaitu;
perkataan, percakapan, kabar, cerita/hikayat (Munawwir, 1997: 241-242). Jadi, hadits mengandung pengertian semua perkataan, kabar/berita, dan cerita yang diriwayatkan oleh Rasulullah saw. kepada umatnya yang dijadikan pegangan (sumber hukum) dalam kehidupan.
Hadits Arba’in merupakan kumpulan hadits yang terdiri dari 42 hadits yang
disusun oleh Imam Nawawi. Hadits-hadits tersebut merupakan kumpulan hadits shahih
yang menjadi salah satu pegangan umat Islam. Hadits Arba’in tidak asing lagi bagi umat
Islam karena hadits-hadits yang terdapat di dalamnya membahas tentang ibadah,
muamalah, syariat, dan kehidupan beragama dan merupakan ajaran pokok Islam.
Peneliti memakai Terjemah Hadits Arba’in yang diterjemahkan oleh Muhil
Dhofir. Buku hadits terjemahan tersebut bentuknya praktis karena ukurannya yang kecil
dan mudah dibawa ke mana saja atau dapat disebut juga dengan buku saku hadits. Hadits
ini diterbitkan oleh penerbit Al-I’tishom (2001), Jakarta. Peneliti menganggap
penerjemah buku ini tidak memperhatikan konteks dan keperihalan keadaan dalam
penerjemahan, karena terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang terdapat di dalamnya tidak
bervariasi, yakni menerjemahkannya lebih sering dengan berkata dan bersabda. Oleh
karena itu, peneliti menggunakan buku hadits hasil terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ sebagai
objek penelitian.
Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang terdapat dalam hadits Arba’in ada dua (2) bagian; kata ﻝﺎﻗ
dimaksud peneliti adalah kata ﻝﺎﻗ /qāla/ Rasulullah. Jadi, peneliti hanya menganalisis
terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ Rasulullah yang terdapat dalam hadits Arba’in.
Berdasarkan beberapa kamus bahasa Arab kata ﻝﺎﻗ /qāla/ memiliki arti (makna
leksikal) sebagai berikut:
,
ﺪﺠﻨﻤﻟﺍ
) ||
ﻢّﻠَﻜَﺗ
||
ﻆﱠﻔَﻠَﺗ
:
ًﺔَﻟﺎَﻘَﻣﻭ ًﻻﺎَﻘَﻣﻭ ًﺔَﻟْﻮَﻗﻭ ًﻼْﻴِﻗﻭ ًﻻﺎَﻗﻭ ًﻻْﻮَﻗ ُﻝْﻮُﻘَﻳ
:
َﻝَﺎﻗ
:
َﻝَﻮَﻗ
۱۹۷۳
:
٦٦۳
.(
/qawalā qāla: yaqūlu qawlan wa qālan wa qaylan wa qawlatan wa maqālan wa maqālatan: talafaẓ || takallam ||/. Qāla berasal dari kata qawala yang artinya berkata:
mengeluarkan (suatu ucapan/perkataan)
||
bercakap-cakap (berbicara)||
(Al-Munjid,1973: 663).
,
ﻯﺮﻳّﻮﻨﻤﻟﺍ
) ||
ﻢﱠﻠَﻜَﺗ
|| :
ًﺔَﻟﺎَﻘَﻣﻭ ًﻻﺎَﻘَﻣﻭ ًﻼْﻴِﻗﻭ ًﻻْﻮَﻗ
:
َﻝﺎَﻗ
۱۹۹۷
:
۱۱۷۱
.(
/qāla: qawlan wa qaylan wa maqālan wa maqālatan: || takallam ||/. Qāla artinya
berkata
||
bercakap-cakap (berbicara)||
(Al-Munawwir, 1997:1171).ﻝﺎَﻗ /qāla/- ُﻝْﻮُﻘَﻳ /yaqūlu/- ﻻْﻮَﻗ /qawlan/ yang artinya berkata (Yunus, 1989: 364).
Dari tiga kamus bahasa Arab yang telah dipaparkan di atas disimpulkan arti ﻝﺎﻗ
/qāla/ adalah berkata, maknanya berupa ucapan/perkataan atau bercakap-cakap
(berbicara). Dengan demikian jelas bahwa terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in
masih menggunakan makna secara lesikal, yaitu; bersabda dan berkata.
Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian
(kata, frasa, dan kalimat) harus memperhatikan konteks, karena setiap bentuk memiliki
potensi untuk mengandung beberapa makna tergantung konteks atau lingkungan
Makna adalah arti atau maksud pembicaraan; pengertian yang diberikan kepada
suatu bentuk kebahasaaan
makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sesuai (sepadan) berdasarkan konteks pada hadits Arba’in.
Maka analisis kesesuian makna pada penelitian ini maksudnya, menganalisis kata ﻝﺎﻗ
/qāla/ yang terdapat pada hadits Arba’in untuk disesuaikan maknanya berdasarkan
konteks. Dengan demikian, maka akan ditemukan variasi makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ sehingga
kata ﻝﺎﻗ /qāla/ memiliki banyak makna.
Nurdin Lubis (2009) telah melakukan penelitian tentang terjemahan kata ﻝﺎﻗ
/qāla/ pada hadits-hadits nabawi. Adapun alasan Nurdin melakukan penelitian tersebut
karena selama ini kata ﻝﺎﻗ /qāla/ selalu diterjemahkan secara leksikal khususnya dalam
hadits-hadits nabawi sehingga dia merasa perlu adanya inovasi dalam menerjemahkan
kata tersebut untuk menghasilkan terjemahan yang lebih komunikatif. Dengan
menggunakan metode terjemahan komunikatif, Nurdin telah menemukan lebih dari dua
puluh (20) makna ﻝﺎﻗ /qāla/. Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ tersebut antara lain: menceritakan,
mengungkapkan, menjawab, perintah, menegaskan, mengeluh, bewasiat, bertanya,
menjawab, menegaskan dan lan-lain. Metode tersebut berusaha mempertahankan
kontekstual yang tepat dari bahasa sumber sedemikian rupa sehingga baik isi maupun
bahasanya langsung dapat diterima dan dipahami oleh pembaca hasil terjemahan.
Dengan memperhatikan kontekstual (isi dari apa yang diucapkan) akan menghasilkan
banyak varian kata untuk menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/.
Dari makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang telah ditemukan oleh Nurdin Lubis, peneliti
terinspirasi untuk menganalisis terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in dan
Peneliti merasa perlu ada analisis tersebut agar dapat diketahui: apakah seluruh makna
ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin dapat terpakai atau sebagian atau bahkan ada
temuan makna baru dalam penerjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in. Selain hal
tersebut, perlu diketahui juga bahwa hingga saat ini belum diketahui penggunaan variasi
makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin dalam menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada
hadits Arba’in.
Peneliti memilih hadits Arba’in sebagai objek yang akan diteliti, karena salah
satu hadits yang popular di masyarakat dan tujuan dari hasil penelitian akan lebih
memudahkan masyarakat memahami dan merasakan inovasi penerjemahan kata ﻝﺎﻗ
/qāla/ pada hadits Arba’in. Peneliti membahas ini tidak hanya semata-mata untuk
memecahkan persoalan yang muncul pada perubahan makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/, di samping
itu juga ingin menyampaikan dan mengubah paradigma (pesan/cara pikir) masyarakat
yang telah lama tertanam, bahwasanya kata ﻝﺎﻗ /qāla/ hanya diterjemahkan
bersabda/berkata akan tetapi ada variasi makna yang sepadan dengan kata tersebut yang
dapat digunakan untuk menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in.
Untuk menganalisis tejemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in dan
menentukan makna yang sesuai selain dari pada bersabda, peneliti menggunakan
metode deskriptif. Metode tersebut akan menggambarkan makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang
sesuai setiap hadits pada hadits Arba’in. Sementara teori yang digunakan adalah teori
1.2Rumusan Masalah
Pada penelitian ini, agar pembahasan tidak terlalu luas dan dapat terfokus maka
peneliti membuat rumusan masalah pada penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut
adalah:
1. Apa saja makna-makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in berdasarkan konteks
dan keperihalan keadaan?
2. Berapakah makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sama dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang telah
ditemukan oleh Nurdin?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui makna-makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in yang
ditentukan maknanya berdasarkan konteks dan keperihalan keadaan.
2. Untuk mengetahui makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sama dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang
telah ditemukan oleh Nurdin.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik bagi pembaca khususnya bagi masyarakat,
adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Diketahui variasi makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang dapat digunakan untuk menerjemahkan
kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in.
2. Diketahui makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sama dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan
oleh Nurdin sehingga dapat menguatkan hasil penelitian bahwasannya
menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits berdasarkan penelitian terdahulu
dengan penelitian ini.
3. Mengubah paradigma (pesan/cara pikir) masyarakat bahwasanya kata ﻝﺎﻗ /qāla/
tidak hanya diterjemahkan secara leksikal, yakni: bersabda dan berkata dalam
menerjemahkan hadits akan tetapi, ada variasi makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada
hadits-hadits nabawi.
1.5Metode Penelitian
Seorang peneliti harus memilih dan mengetahui metode yang tepat untuk
penelitiannya. Metode tersebut yang menjadikan penelitian teratur sehingga peneliti
dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
“Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mancapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb.); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksankan penelitian (dalam mengumpulkan data) (Djajasudarma, 2006: 1 dan 4)”.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach), yaitu
penelitian yang akan melibatkan hubungan peneliti dengan buku-buku (kepustakaan)
sebagai sumber data (Djajasudarma, 2006: 4). Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif, data dikumpulkan seperti kondisi apa adanya, dan
dideskripsikan sesuai dengan ciri alamiah data itu (Djajasudarma, 2006: 6). Metode
deskriptif akan menggambarkan data penelitian sehingga kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dapat terlihat
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terjemahan kata-kata ﻝﺎﻗ /qāla/
yang terdapat pada hadits Arba’in. Ada 42 hadits pada hadits Arba’in dan setiap hadits
terdapat kata ﻝﺎﻗ /qāla/ di dalamnya. Jumlah tersebut merupakan populasi data, maka
seluruhnya akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Paham (2006: 26-27) membagi langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian.
Langkah-langkah tersebut ada empat (4) fase: persiapan, pengumpulan data, pengolahan
data, dan penyusunan/penulisan laporan. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Persiapan: merumuskan masalah dan menyusun kerangka pikiran.
2. Mengumpulkan data: menemukan buku hadits Arba’in dan makna ﻝﺎﻗ /qāla/
yang ditemukan Nurdin.
3. Pengolahan data:
- Membaca, memahami, dan memperhatikan terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/
yang tedapat dalam hadits Arba’in.
- Menentukan terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in berdasarkan
konteks dan keperihalan keadaan.
- Menyesuaikan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang telah ditentukan pada hadits Arba’in
dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin untuk mengetahui
penemuan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sama.
- Menganalisis data yang telah diperoleh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Kajian Terdahulu
Penelitian di bidang ilmu terjemahan tentunya tidak lagi asing bagi pembaca
atau pendengar. Kegiatan ini telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya
khususnya bagi yang tertarik dengan kajian bahasa. Jadi, tidak heran telah banyak
kajian-kajian terdahulu yang terkait dengan penerjemahan, diantaranya:
1. Ahmad Asri Lubis (2014) dengan judul Padanan Kata Kerja ( ﻝﻮﻘﻳ -ﻝﺎﻗ):
Menyingkap Kevariasian dan Kekayaan Makna dalam Bahasa Indonesia.
Penelitian tersebut menyingkap banyaknya variasi makna kata kerja (ﻝﻮﻘﻳ -ﻝﺎﻗ)
dalam Q.S Al-Baqarah dan telah ditemukan empat puluh (40) variasi makna kata
kerja (ﻝﻮﻘﻳ -ﻝﺎﻗ) yang dapat digunakan dalam menerjemahkan kata kerja tersebut.
2. Nur Rahmawati (2011) dengan judul Terjemahan Kata Ar-Ruh dalam
Terjemahan Tafsir Qur’an Karim Karya Mahmud Yunus. Penelitian tersebut
mengkaji analisis kata ar-Ruh dalam Tafsir Qur’an karya Mahmud Yunus
dengan teori yang berkaitan dengan polisemi dan homonim. Kata ruh dikatakan
polisemi karena terdapat banyak arti dan masih saling berhubungan. Dikatakan
homonim karena kata ruh artinya ada yang saling tidak berhubungan seperti arti
ruh badan dan pertolongan.
3. Nurdin Lubis (2009) dengan judul Qala Wa Musytaqatuha Wa Imkan
problematika kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dan mustaqnya dalam Al-Kitab al-Jāmi’ li Fadlāil
al-Qur’an al-Karim al-ahādits al-latī waradat fi-Fadlāil al-Suwar wa al-Ăyāt.
Dengan memperhatikan kontekstual makaditenemukan 25 variasi makna kata ﻝﺎﻗ
/qāla/ yang dapat digunakan untuk menerjemahkan kata tersebut.
Nurdin Lubis (2009) membahas tentang problematika kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dan
mustaqnya dalam Al-Kitab al-Jāmi’ li Fadlāil al-Qur’an al-Karim al-ahādits al-latī
waradat fi-Fadlāil al-Suwar wa al-Ăyāt yang banyak ditemui kata ﻝﺎﻗ /qāla/ di
dalamnya. Penelitiannya berusaha mempertahankan kontekstual hadits yang disebut
maqul al-qauli (isi dari apa yang diucapkan), sehingga menghasilkan banyak varian kata
untuk menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dan mustaqnya dalam teks hadits nabawi maupun
teks lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin menemukan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ 25
kata, di antaranya: menceritakan, mengungkapkan, menjelaskan, mengaku, menegaskan,
mengeluh, berwasiat, bertannya, menjawab, perintah, mengajak, berdo'a, membaca,
lanjut, memberitahu, dan lain-lain.
Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Nurdin. Seperti
yang telah dijelaskan, penelitian ini sama dengan penelitian Nurdin perbedaannya; pada
penelitian ini menganalisis kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang terdapat dalam hadits Arba’in. Sepanjang
yang diketahui, sampai saat ini belum ada ditemui kajian penerjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/
pada hadits Arba’in. Penelitian ini akan menentukan terjemahan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ pada
hadits Aba’in dan membandingkannya dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan oleh
Nurdin. Kegiatan tersebut akan diketahui seberapa banyak makna ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits
Arba’in. Dengan demikian, penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat secara
2.2Landasan Teori
Dalam melakukan penelitian harus memiliki teori yang digunakan sebagai alat
dalam menyelesaikan suatu penelitian. Teori akan menentukan hasil dari suatu penelitian
dan memudahkan dalam menyelesaikannya sehingga hasil penelitian sesuai dengan yang
diharapkan.
“Begitupun kegiatan penterjemahan, tidak dapat terlepas dari apa yang dinamakan dengan teori. Teori merupakan satu pijakan atau landasan dalam penterjemahan yang berperan sangat penting dalam penterjemahan. Penterjemahan yang tidak berdasarkan landasan teori penterjemahan yang tidak sesuai maka akan menghasilkan satu hasil terjemahan yang gagal atau tidak sesuai dengan sasaran (Husnan, 2008: 9)”.
Pada umumnya, terjemahan terbagi atas dua bagian besar: terjemahan harfiah
(literal translation) dan terjemahan bebas (non-literal translation). Nida dan Taber
(1969), membagi terjemahan ke dalam terjemahan yang harfiah dan yang dinamis.
Terjemahan yang dinamis dapat disepadankan dengan terjemahan yang berdasarkan
makna pada Larson. Seterusnya Larson (1984) membagi terjemahan menjadi terjemahan
berdasarkan makna (meaning-based traslation) dan terjemahan berdasarkan bentuk
(form-based translation). Terjemahan harfiah adalah terjemahan berdasarkan atau
mengutamakan bentuk menurut Larson dan terjemahan bebas dapat disepadankan
dengan terjemahan berdasarkan makna atau yang mementingkan makna (Maurits, 2002:
39).
“Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory and Practice of
Translation, memberikan defenisi penerjemahan sebagai berikut:
Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya (Widiyamartaya, 1989: 11)”.
Menurut Nida dan Taber (1969: 210), jika kita menerjemah itu bisa terdiri dari
kata, rangkaian kata (frasa), kalimat, alinea, tulisan yang terdiri dari beberapa alinea,
atau tulisan yang lebih panjang lagi. Baik kata, frasa, kalimat, alinea atau tulisan atau
teks yang lebih panjang disebut bentuk (form atau surface structure) (Maurits, 2000: 1).
Seperti yang telah diketahui, penerjemahan dapat dilakukan perkata, perklausa,
perkalimat, perparagraf, peralinea, atau bahkan menerjemahkan buku. Hal itu dilakuakan
sesuai dengan objek yang ingin diteliti, misalnya mencari terjemahan ﻝﺎﻗ /qāla/,
penerjemahan yang dilakukan pada kata, yang terdapat pada hadits Arba’in sebagaimana
yang akan dibahas dalam tulisan ini.
Teori penerjemahan yang dikemukakan oleh Nida,
a. Penerjemahan harus menyesuaikan budaya teks sumber dengan budaya bahasa
sasaran. Terjemahan yang berupa dinamik ialah terjemahan yang memberikan
penyesuaian antara bahasa, kebudayaan, konteks isi kandungan teks asli dengan teks
bahasa sasaran.
b. Terjemahan perlu memperhatikan dua jenis kepadanan kata, iaitu: kepadan formal
dan kepadanan dinamik (Husnan, 2008: 10)
Teori Nida juga dianggap mampu menangani masalah terjemahan yang berkenaan
dengan terjemahan formal dan dinamik (Husnan, 2008: 10-11).
Larson (1984) memberikan defenisi penerjemahan sebagai pemindahan makna.
atau maksud daripada bahasa sumber ke dalam bahasa target. Ini maksudnya bentuk
bahasanya saja yang boleh berubah akan tetapi maksud yang terkandung dalam teks asal
harus tetap dipelihara setelah dipindahkan ke dalam bahasa sasaran (Husnan, 2008: 3).
“Penerjemahan merupakan pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Pengalihan ini dilakukan dari bentuk bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua melalui struktur semantis. Maknalah yang dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah. Yang dimaksud dengan bentuk bahasa ialah kata, frase, klausa, kalimat, paragraf, dll., baik lisan maupun tulisan. Bentuk itu disebut struktur lahir bahasa, yaitu bagian struktural bahasa yang biasa terlihat dalam bentuk cetak atau terdengar dalam bentuk ujaran (Larson, 1989: 3)”.
Palmer (1989) yang disebutkan dalam Husnan (2008: 11) kerangka teori Firth
dan Malinowski tentang konteks dan keperihalan keadaan yang berikut akan digunakan,
yaitu keperihalan keadaan melibatkan yang berikut dalam.
(a) Ciri-ciri relevan mengenai peserta; orang, kepribadiannya.
i. Gerak ujaran si peserta
ii. Gerak ujaran bukan si peserta
(b) Objek-objek yang relevan
(c) Kesan gerak ujaran tesebut
Menurut Firth dan Malinowski untuk menginterprestasikan sesuatu maksud atau
mesej, konteks dan keperihalan keadaan budaya dan aspek praktikal kehidupan seharian
perlu dilihat dan diperhatikan. Dengan demikian makna sesuatu makna kata suatu
ucapan sangat erat kaitannya dengan suatu masalah yang dimaksudkan melalui ucapan
tersebut. Dalam hal ini penerjemah, mestinya menimbangkan kesan perkataan terhadap
kesemua ayat dan seluruh teks untuk memastikan penyelewengan makna tidak terjadi.
konteks dan keperihalan keadaan atau makna konteks terhadap hasil terjemahan yang
dihasilkan (Husnan, 2008: 11).
“Peran konteks dalam pemaknaan bahasa yang menimbulkan dua kelompok semantik merupakan konsekuensi dari kajian makna bahasa, sebagaimana disitir oleh Firth dan Malinowski, sulit dipisahkan dari konteks penggunaan bahasa. Mereka, antara lain beranggapan bahwa bahasa merupakan wujud dari tindakan penggunaan bahasa yang bergantung pada situasi penggunaan bahasa (Muchtar, 2014: 51)”.
Makna suatu kata selalu dipengaruhi oleh situasi atau konteks yang
melingkupinya karena pada dasarnya suatu kata tidak pernah berdiri sendiri, tetapi akan
terikat dengan kata-kata lain dalam sebuah kontruksi frase atau klausa. Hal itu
mengakibatkan makna leksikal suatu kata sering berbeda dengan makna kontekstualnya.
Menurut Soemarsono (1999: 5), setiap kata dari suatu bahasa mempunyai makna
sebanyak situasi atau konteks tempat kata itu digunakan bersama-sama kata lain dalam
kalimat. Konteks menurut Zuhridin (1982: 32) adalah hubungan amanat unsur-unsur
gramatikal ataupun dengan unsur-unsur situasi yang relevan (Mochtar, 2014: 49).
Berikut contoh yang semisal dengan peryataan di atas, dalam hal ini untuk
menentukan makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada suatu hadits. Satu hadits dari hadits Arba’in,
yakni hadits ke-16:
,
ﻲِﻨِﺻْﻭَﺃ
:
َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲ ﻰَﻠَﺻ ﱢﻲِﺒﱠﻨﻠِﻟ َﻝﺎَﻗ ًﻼُﺟَﺭ ﱠﻥَﺃ ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ْﻲِﺑَﺃ ْﻦَﻋ
َﻝﺎَﻗ
ْﺐَﻀْﻐَﺗ َﻻ
:
,
ﺍًﺭﺍَﺮِﻣ َﺩﱠﺩَﺮَﻓ
َﻝﺎَﻗ
ْﺐَﻀْﻐَﺗ َﻻ
:
(
ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ
)
/’an abī hurairata raḍiya Allahu ‘anhu anna rajulan qāla linnabiyyi ṣallā Allhu ‘alaihi
wa sallama: auṣinī, qāla: lā tagḍab faraddada mirāran, qāla: lā tagḍab (rawāhu al
-bukhārī)/. Abu Hurairah ra. menerangkan bahwa ada seorang lelaki berkata kepada
Nabi saw., “Berilah aku nasehat.” Beliau menjawab, “Jangan marah.” Maka
Makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ (1) pada hadits di atas diterjemahkan dengan menjawab,
semestinya diterjemahkan dengan menanggapai. Hal itu dikarenakan situasi atau
konteks menjelaskan bahwa Rasul menasehati seseorang agar jangan marah. Ada
seorang lelaki meminta nasehat kepada beliau, maka beliaupun menanggapi. Kemudian
makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ (2) yang diterjemahkan bersabda, semestinya diterjemahkan
dengan memperjelas. Hal itu dikarena Rasul mengulang kata “Jangan marah” beberapa
kali yang maksudnya untuk memperjelas nasehatnya. Jadi, makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada
hadits di atas memiliki dua makna yaitu: menanggapi dan memperjelas. Makna itu
hadir karena pengaruh situasi atau konteks yang melingkupi hadits tersebut dan terikat
dengan kata-kata lain (frase atau klausa) dalam hadits.
Az-Zarqani dalam Syihabuddin (2002: 6-7) mengemukakan bahwa secara
etimologis istilah terjemah memiliki empat makna:
a. Menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan itu. Makna ini
terdapat dalam puisi berikut,
ﻥﺎﻤﺟﺮﺗ ﻲﻟﺇ ﻲﻌﻤﺳ ﺖﺟﻮﺣﺃ ﺪﻗ
-
ﺎﻬﺘﻐﻠﺑ ﻭ
-
ﻦﻴﻧﺎﻤﺜﻟﺍ ﻥﺇ
/inna al-śamānīn- wa balagatuhā- qad aḥūjat sam’iy ilā tarjamāni/. Usia 80, dan
aku telah mempercayainya, Pendengaranku memerlukan penerjemah.
b. Menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama, misalnya bahasa Arab dijelaskan
dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dengan bahasa Indonesia
pula.
c. Menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab
dijelaskan lebih lanjut dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya. Dengan
d. Memindahkan satu tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain seperti mengalihkan
bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Adapun secara terminologis, menerjemah didefenisikan seperti berikut:
ﻩﺪﺻﺎﻘﻣ ﻭ ﻪﻴﻧﺎﻌﻣ ﻊﻴﻤﺠﺑ ءﺎﻓﻮﻟﺍ ﻊﻣ ﻯﺮﺧﺃ ﺔﻐﻟ ﻦﻣ ﺮﺧﺁ ﻡﻼﻜﺑ ﺔﻐﻟ ﻲﻓ ﻡﻼﻛ ﻰﻨﻌﻣ ﻦﻋ ﺮﻴﺒﻌﺘﻟﺍ
/al-ta’bīru ‘an ma’nā kalāmun fī lugatin bikalāmin ākharin min lugatin ukhrā ma’a al
-wafāi bijamī’i ma’anīhi wa maqāṣidihi/. Menerjemah berarti mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan
maksud tuturan itu (Syihabuddin, 2002: 7).
Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan maka teori yang sesuai digunakan
adalah teori konteks dan keperihalan kedaan yang dicetuskan oleh Firth dan
Malinowski. Teori tersebut dianggap lebih pantas dan sesuai dengan penelitian ini
karena dalam menerjemahkan selain dilihat dari konteksnya (mengkondisikan teks)
perlu juga diperhatikan keadaan yakni dengan menghubungkan teks terhadap lingkungan
sekitar. Oleh karena itu, peneliti memilih teori Firth dan Malinowski dari teori-teori
yang ada.
Berdasarkan teori konteks dan keperihalan keadaan, peneliti akan melakukan
proses penerjemahan dalam menentukan terjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang sesuai selain
dari pada bersabda pada hadits Arba’inAn-Nawawi, sebagaimana pada contoh hadits di
bawah ini.
:
ْﺖَﻟَﺎﻗ ﺎﻬْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ َﺔَﺸِﺋﺎﻋ ِﷲ ِﺪْﺒَﻋ ﱢﻡُﺃ َﻦْﻴِﻨِﻣﺆُﻤﻟﺍ ﱢﻡُﺃ ْﻦَﻋ
َﻝﺎﻗ
ﺎَﻣ ﺍَﺬَﻫﺎَﻧِﺮْﻣَﺃ ْﻲِﻓ َﺙَﺪْﺣَﺃ ْﻦَﻣ
:
ِﷲ ُﻝْﻮُﺳَﺭ
.
ﱞﺩَﺭ َﻮُﻬَﻓ ﺎَﻧُﺮْﻣَﺃ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﺲْﻴَﻟ ًﻼَﻤَﻋ َﻞِﻤَﻋ ْﻦَﻣ
:
ٍﻢِﻠْﺴُﻤِﻟ ٍﺔَﻳﺍَﻭِﺭ ْﻲِﻓ ﻭ
(
ﻢﻠﺴﻣ ﻭ ﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ
) .
ﱞﺩَﺭ َﻮُﻬَﻓ ُﻪْﻨَﻣ َﺲْﻴَﻟ
/’an ummi al-mu`minīna ummi ‘abdi allāhi ‘ā`isyata raḍiya allāhu ‘anhā qālat: qāla
rasūlu allāhi: man aḥdaś fī amrinā haẓā mā laysa minhu fahuwa raddun. Wa fī riwāyatin limuslimin: man ‘amila ‘amalan laysa ‘alayhi amrunā fahuwa raddun/.
Ummul mukminin, Ummu Abdillah, ‘Aisyah ra. Berkata, Rasulullah bersabda, “Barang
hukumnya maka ia tertolak.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah bersabda, “Barang siapa melakukan amalan, yang tidak didasari perintah kami, maka ia tertolak.”
Hadits di atas adalah hadits ke-5 dari hadits Arba’in. Hadits tersebut
mengandung kabar duka, dapat dilihat dari konteksnya, yaitu Rasulullah menyampaikan
kabar kepada umatnya tentang menolak kemungkaran dan bid’ah, siapapun yang
melakukan amalan yang tidak diperintahkan oleh Islam maka amalan tersebut tidak
diterima. Berdasarkan isi konteks hadits, kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dapat diterjemahkan
menegaskan, yakni Rasulullah menegaskan kepada umatnya untuk tidak melakukan
amalan yang tidak diperintahkan karena jika dilakukan maka amalan tersebut tidak
diterima. Jadi, terjemahan bersabda dari ﻝﺎﻗ /qāla/ dapat juga diterjemahkan dengan
menegaskan.
Contoh berikutnya adalah hadits ke-17 dari hadits Arba’in di bawah ini.
ِﷲ ِﻝْﻮُﺳَﺭ ْﻦَﻋ
,
ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ ٍﺱْﻭَﺃ ِﻦْﺑِﺩﺍﱠﺪَﺷ ﻰَﻠْﻌَﻳ ْﻲِﺑﺃ ْﻦَﻋ
َﻝﺎَﻗ
,
ٍﺊْﻴَﺷ ﱢﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ َﻥﺎَﺴْﺣِﻹﺍ َﺐَﺘَﻛ َﷲ ﱠﻥِﺇ
:
(
ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ
)
ُﻪَﺘَﺤْﻴِﺑَﺫ ْﺡِﺮُﻴْﻟَﻭ ُﻪَﺗَﺮْﻔَﺷ ْﻢُﻛُﺪَﺣَﺃ ﱠﺪِﺤُﻴْﻟَﻭ َﺔَﺤْﺑِﺬﻟﺍ ﺍْﻮُﻨِﺴْﺣَﺄَﻓ ْﻢُﺘْﺤَﺑَﺫ ﺍَﺫِﺇَﻭ
,
َﺔَﻠْﺘِﻘﻟﺍ ﺍْﻮُﻨِﺴْﺣَﺄَﻓ ْﻢُﺘْﻠَﺘَﻗ ﺍَﺫِﺈَﻓ
/’an abiy ya’lā syaddādibni awsin raḍiya allāhu ‘anhu, ‘an rasūli allāhi qāla: inna allāha kataba al-iḥsāna ‘alā kulli syay`in, fa`iżā qataltum fa`aḥsinū al- qitlata, wa iżā
żabaḥtum fa`aḥsinū al-żibḥata wa liyuḥidda aḥadukum syafratahu wa ilyuriḥ
żabīḥatahu/. Abu Ya’la Syaddad bin Aus menerangkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan (ihsan) atas segala sesuatu. Maka apabila kalian membunuh (di dalam peperangan), lakukanlah dengan baik; jika kalian menyembeli, maka lakukanlah dengan baik. Hendaklah setiap kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya.” (H.R. Muslim)
Pada hadits ke-17 di atas menunjukkan bahwa Rasulullah memberi kabar
gembira pada umatnya. Hadits tersebut menjelaskan bahwa kita diperintahkan untuk
berlaku ihsan (baik) dalam segala hal. Isi konteks hadits menerangkan bahwa
bahkan saat menyembelih hewan, beliau memerintah untuk mengasah pisau ketika
hendak menyembelih hewan agar hewan yang disembelih tidak merasakan sakit. Kata
ﻝﺎﻗ /qāla/ di sana diterjemahkan dengan bersabda, jika kita lihat konteks hadits kata ﻝﺎﻗ
/qāla/ yang diterjemahkan bersabda dapat juga dipadankan dengan memerintah, yakni;
Rasulullah memerintahumatnya untuk berlaku baik dalam segala hal karena Allah telah
menetapkan kebaikan atas segala sesuatu.
Hadits ke-5 dan ke-17 (pada hadits Arba’in) yang dijelaskan di atas
menunjukkan bahwa kata ﻝﺎﻗ /qāla/ dapat diterjemahkan dengan menegaskan dan
memerintah. Itu artinya kata ﻝﺎﻗ /qāla/ tidak hanya diterjemahkan dengan bersabda,
karena berdasarkan konteks dan keadaan lingkungannya yang menimbulkan kata ﻝﺎﻗ
/qāla/ memiliki variasi makna.
2.3Hadits Arba’in
Kata hadits berasal dari bahasa Arab; yakni al-hadits (ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ), jamaknya
al-ahaadits (ﺚﻳﺩﺎﺣﻷﺍ). Dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti, di antaranya; (1)
al-jadid (yang baru), lawan dari al-qadim (yang lama), (2) al-khabar (kabar atau berita)
(Sahrani, 2010: 1). Jadi, hadits yang dimaksud di sini adalah hadits yang memiliki arti
al-khabar, yaitu kabar atau berita yang disampaikan oleh Rasulullah saw. kepada umat
Islam. Menurut istilah, ulama ahli hadits mendefinisikan bahwa hadits merupakan segala
yang disandarkan kepada Nabi saw., baik perkataan maupun perbuatan, (Sahrani, 2010:
2-3).
merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an (id.m.wikipedia.org/wiki/Hadist)”.
Islam adalah agama yang memiliki aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT. dan aturan itu sampai kepada hamba-Nya melalui utusan-Nya Rasullullah
SAW. (Nabi Muhammad). Semua aturan telah tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits,
kedua-duanya merupakan landasan syariat Islam. Oleh karena itu, umat Islam harus
berpegang dengan Al-Qur’an dan Hadits.
“Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan refensi hadits-haditsnya ada tujuh ulama, yakni: Imam Bukkhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah (http:haditsshahih.blogspot.com/ 2009/02/pengertian-hadits.html?m=1)”.
Tujuh ulama (yakni: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam
Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah) yang sering dijadikan
referensi dalam hadits-hadits merupakan sumber hadits yang shahih. Suatu hadits yang
sumbernya diambil dari salah satu tujuh ulama tersebut maka tidak diraguan lagi
kebenarannya.
“Hadits Arba’in atau Al-Arba'in An-Nawawiyah ﺔﻳﻭﻮﻨﻟﺍ ﻦﻴﻌﺑﺭﻷﺍ)
Kitab hadits yang memuat empat puluh dua (42) hadits (hadits Arba’in) yang
disusun oleh Imam Nawawi jelas diakui keshahihannya karena seluruh hadits-hadits
yang terdapat di dalamnya merujuk kepada tujuh ulama yang telah dijelaskan
sebelumnya. Imam Nawawi menyusun kitab hadits tersebut merujuk kepada
ulama-ulama, yaitu: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam
Ahmad, Imam Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah, bahkan lebih dari setengah hadits-hadits
yang terdapat dalam kitabnya (hadits Arba’in) merujuk kepada Imam Bukhari dan
Muslim. Oleh karena itu, pantaslah kitab ini menjadi rujukan dalam menyebarkan ajaran
Islam dan dikenal seluruh umat Islam di dunia.
“Sudah menjadi kebiasaan bagi para ulama untuk membuat kitab kumpulan atau rangkuman tentang suatu masalah agama. Sehingga sesungguhnya Imam Nawawi bukanlah yang pertama dan juga bukan satu-satunya yang membuat kitab Arbain. Namun, kitab Arbain miliknyalah yang terkenal luas dan harum hingga saat ini, meninggalkan kitab-kitab arbain lainnya yang disusun oleh ulama lainnya. Diantara kitab-kitab arbain itu adalah milik para imam seperti berjumlah hingga puluhan kitab Arbain. Sehingga untuk membedakan dengan kitab Arbain yang lain, disebutlah namanya Al-Arba'in An-Nawawiyah (Kitab Arbain milik Imam An-Nawawi)
Pada hadits Arba’in ditemukan kata ﻝﺎﻗ /qāla/. Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in
lebih sering diterjemahkan dengan bersabda dan berkata. Berikut tabel makna kata ﻝﺎﻗ
/qāla/ pada hadits Arba’in:
No Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits Arba’in
1 Berkata
3 Menjawab
[image:36.612.176.481.83.149.2]4 Bertanya
Tabel 1: Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang terdapat dalam hadits Arba’in
2.4Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ oleh Nurdin Lubis
Makna sangat erat kaitannya dalam penerjemahan. Menerjemahkan berarti
menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya, karena tujuan
penerjemahan ialah menyampaikan makna teks sumber dengan jelas di dalam
terjemahannya (Larson, 1989: 3 dan 59).
“Rudolf (1999: 47) menyatakan makna merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam bidang penerjemahan. Jika berbicara tentang penerjemahan maka harus berbicara tentang makna. Alasan tersebut dikarenakan oleh tujuan penerjemahan erat kaitannya dengan masalah pengalihan makna yang terkandung dalam suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Makna ada dibalik kata (Alwasilah, 1984: 146), dan menurut Nida, (1975: 1) suatu kata dapat mempunyai sejumlah makna yang saling berbeda”.
Maurits (2000: 2) juga menyatakan bahwa menerjemahkan adalah mengalihkan
makna yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dan
mewujudkannya kembali di dalam bahasa sasaran dengan bentuk-bentuk yang sewajar
mungkin menurut aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran.
Moentaha (2006: 13) menjelaskan mengenai aneka makna,bahwasannya satuan
komposisi leksikal bahasa ‘kata’ biasanya mengandung aneka makna (polysemous
word) dan sistem makna bahasa dalam satu bahasa biasanya tidak sepenuhnya sama
dengan sistem makna kata yang sepadan dengn bahasa lain. Misalnya, kata bahasa
satu maknanya: gedung tempat tinggal. Padahal kata house berarti juga: dinasti –the
house of smiths.
Maurits (2002: 44) juga mengatakan bahwa setiap kata, frasa, dan kalimat
mempunyai potensi untuk mengandung beberapa makna tergantung konteks atau
lingkungan linguistiknya. Seorang penerjemah harus selalu dapat melihat konteks kata
agar dia dapat mengartikannya dengan tepat dan mencari padanannya dalam bahasa
sasaran. Misalnya, kata look dalam analisisnya mempunyai tidak kurang dari 74 arti
yang diakibatkan oleh hubungannya dengan kata lain atau konteksnya.
Jadi, seorang penerjemah sepatutnya dalam menerjemahkan tidak hanya melihat
makna harfiah tetapi, harus memperhatikan konteks atau lingkungan linguistiknya untuk
mendapatkan variasi makna kata yang sepadan. Hal itu juga memperkaya makna
terhadap bahasa sasaran yang berasal dari satu kata dalam bahasa sumber. Seperti halnya
pada penelitian Nurdin Lubis, kata ﻝﺎﻗ /qāla/ memiliki 25 makna sebagai variasi yang
sepadan dengan makna ﻝﺎﻗ /qāla/. Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ juga dapat memiliki sejumlah makna
yang berbeda tergantung dengan konteks atau lingkungan linguistiknya.
Pada penjelasan-penjelasan sebelumnya telah diketahui makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang
telah ditemukan oleh Nurdin Lubis sebanyak 25 makna yang dapat digunakan untuk
menerjemahkan kata ﻝﺎﻗ /qāla/, yaitu: menceritakan, mengungkapkan, menjelaskan,
mengaku, menegaskan, mengeluh, berwasiat, bertannya, menjawab, perintah, mengajak,
berdo'a, membaca, lanjut, memberitahu, sambung, imbuh, ujar, bersumpah,
menyarankan, menyatakan, menganjurkan, berpendapat, menurut, dan menawarkan.
Dengan mengacu variasi makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ada, peneliti akan menganalisis
makna kata tersebut. Dengan demikian dapat diketahui penggunaan variasi makna yang
sama dengan penelitian sebelumnya dalam penerjemahan kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada hadits
Arba’in. Berikut dapat dilihat tabel dari makna ﻝﺎﻗ /qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin:
Makna ﻝﺎﻗ /qāla/ oleh Nurdin
No Makna No Makna
1 Menceritakan 14 Lanjut
2 Mengungkapkan 15 Memberitahu
3 Menjelaskan 16 Sambung
4 Mengaku 17 Imbuh
5 Menegaskan 18 Ujar
6 Mengeluh 19 Bersumpah
7 Berwasiat 20 Menyarankan
8 Bertanya 21 Menyatakan
9 Menjawab 22 Menganjurkan
10 Perintah 23 Berpendapat
11 Mengajak 24 Menurut
12 Berdoa 25 Menawarkan
[image:38.612.215.442.177.598.2]13 Membaca
BAB III
PEMBAHASAN
3. Terjemahan Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ Pada Hadits Arba’in
3.1 Makna-Makna Kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada Hadits Arba’in
Hasil penelitian ini diperoleh melalui analisis kata ﻝﺎﻗ /qāla/ pada Terjemahan
Hadits Arba’in An-Nawaawi oleh Muhil Dhofir. Makna-makna kata ﻝﺎﻗ /qāla/ ditentukan
berdasarkan teori konteks dan keperihalan keadaan.
Hadits ke-1:
ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲ ُﻝْﻮُﺳَﺭ ُﺖْﻌِﻤَﺳ
:
َﻝﺎَﻗ ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ ِﺏﺎﱠﻄَﺨﻟْﺍ ِﻦْﺑَﺮَﻤُﻋ ٍﺺْﻔَﺣ ْﻲِﺑَﺃ َﻦْﻴِﻨِﻣْﺆُﻤﻟْﺍ ِﺮْﻴِﻣَﺃ ْﻦَﻋ
َﻢﱠﻠَﺳَﻭ
ُﻝْﻮُﻘَﻳ
:
ِﻪِﻟﻮُﺳَﺭَﻭ ِ ﱠﷲ ﻰَﻟِﺇ ُﻪُﺗَﺮْﺠِﻫ ْﺖَﻧﺎَﻛ ْﻦَﻤَﻓ
,
ﻯَﻮَﻧ ﺎَﻣ ٍﺉِﺮْﻣﺍ ﱢﻞُﻜِﻟ ﺎَﻤﱠﻧِﺇَﻭ ِﺕﺎﱠﻴﱢﻨﻟﺎِﺑ ُﻝﺎَﻤْﻋَ ْﻷﺍ ﺎَﻤﱠﻧِﺇ
َﺮَﺟﺎَﻫ ﺎَﻣ ﻰَﻟِﺇ ُﻪُﺗَﺮْﺠِﻬَﻓ ﺎَﻬُﺤِﻜْﻨَﻳ ٍﺓَﺃَﺮْﻣﺍ ﻰَﻟِﺇ ْﻭَﺃ ﺎَﻬُﺒﻴِﺼُﻳ ﺎَﻴْﻧُﺪﻟ ُﻪُﺗَﺮْﺠِﻫ ْﺖَﻧﺎَﻛ ْﻦَﻣَﻭ ِﻪِﻟﻮُﺳَﺭَﻭ ِ ﱠﷲ ﻰَﻟِﺇ ُﻪُﺗَﺮْﺠِﻬَﻓ
.
ِﻪْﻴَﻟِﺇ
,
ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍﺔﺑﺯﺩﺮﺑ ﻦﺑ ﺓﺮﻴﻐﻤﻟﺍ ﻦﺑ ﻢﻴﻫﺍﺮﺑﺇ ﻦﺑ ﻞﻴﻋﺎﻤﺳﺇ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﷲ ﺪﺒﻋ ﻮﺑﺃ ﻦﻴﺛﺪﺤﻤﻟﺍ ﻡﺎﻣﺇ ﻩﺍﻭﺭ
)
ﺐﺘﻜﻟﺍ ﺢﺻﺍ ﺎﻤﻫ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﺎﻤﻬﻴﺤﻴﺤﺻ ﻱﺭﻮﺑﺎﺴﻴﻨﻟﺍ ﻱﺮﻴﺸﻘﻟﺍ ﻢﻠﺴﻣ ﻦﺑﺍ ﺝﺎﺠﺤﻟﺍ ﻦﺑ ﻢﻠﺴﻣ ﻦﻴﺴﺤﻟﺍ ﻮﺑﺃﻭ
(
ﺔﻌﻨﺼﻤﻟﺍ
/’an amīri al-mu'minīna abī ḥafṣin ‘umara bni al-khaṭṭabi raḍiya Allahu ‘anhu qāla:
sami’tu rasūla Allah ṣalla Allahu ‘alaihi wa sallam yaqūlu: innamā al-‘amālu binniyyāti
wa innamā likulli imri'in mā nawā faman kānat hijratuhu ilā Allahi wa rasūlihi fahijratuhu ilā Allahi wa rasūlihi wa man kānat hijratuhu lidunyā yuṣībuhā awimra'atin
yankiḥuhā fahijratuhu ilā mā hājara ilaihi. (riwāhu imāmun al-muḥadiṡayni abū
‘abdullah muḥammad bin ismā'īl bin ibrahīm bin al-mugīrah bin bardizbah al-bukhāri,
wa abū al-ḥusayni muslim bin al-ḥajjāji ibnu muslimun al-qusyairī al-naisāburī
ṣaḥīḥīhuma al-żīna humā aṣḥu al-kutubu al-muṣna’tu)/. Amirul Mukminin Abi Hafsh
Umar bin Khattab ra. berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,”
hadits: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairy An-Naisaburi, di dalam kedua kitab tershahih diantara semua kitab hadits).
Hadits di atas mengadung kabar gembira. Konteks menjelaskan bahwa
Rasulullah mengabarkan kepada umatnya tentang pahala pekerjaaan ditentukan oleh
niatnya. Kabar tersebut berupa pengumuman, isinya suatu perintah bahwa beliau
mengumumkan kepada umatnya: setiap amalan (pekerjaan) sesuai dengan niatnya. Jika
baik niatnya maka akan mendapatkan kebaikan begitupun sebaliknya. Dan setiap yang
berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijranya akan sampai kepada yang dituju,
jika hijrahnya selain karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada
yang diinginkan. Oleh karena itu, kata ﻝﺎﻗ /qāla/ yang diterjemhakan bersabda dapat
diterjemahkan dengan mengumumkan.
Hadits ke-2:
ْﺫِﺇ ٍﻡْﻮَﻳ َﺕﺍَﺫ َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُ ﱠﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِ ﱠﷲ ِﻝﻮُﺳَﺭ َﺪْﻨِﻋ ٌﺱْﻮُﻠُﺟ ُﻦْﺤَﻧ ﺎَﻤَﻨْﻴَﺑ
:
َﻝﺎَﻗ ﺎًﻀْﻳَﺃ ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَﺭ َﺮَﻤُﻋ ْﻦَﻋ
ٌﺪَﺣَﺃ ﺎﱠﻨِﻣ ُﻪُﻓِﺮْﻌَﻳ َﻻَﻭ ِﺮَﻔﱠﺴﻟﺍ ُﺮَﺛَﺃ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﻯَﺮُﻳ َﻻ ِﺮَﻌﱠﺸﻟﺍ ِﺩﺍَﻮَﺳ ُﺪﻳِﺪَﺷ ِﺏﺎَﻴﱢﺜﻟﺍ ِﺽﺎَﻴَﺑ ُﺪﻳِﺪَﺷ ٌﻞُﺟَﺭ ﺎَﻨْﻴَﻠَﻋ َﻊَﻠَﻁ
ﺎَﻳ َﻝﺎَﻗَﻭ ِﻪْﻳَﺬِﺨَﻓ ﻰَﻠَﻋ ِﻪْﻴﱠﻔَﻛ َﻊَﺿَﻭَﻭ ِﻪْﻴَﺘَﺒْﻛُﺭ ﻰَﻟِﺇ ِﻪْﻴَﺘَﺒْﻛُﺭ َﺪَﻨْﺳَﺄَﻓ َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُ ﱠﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ﱢﻲِﺒﱠﻨﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ َﺲَﻠَﺟ ﻰﱠﺘَﺣ
,
ِﻡ َﻼْﺳِ ْﻹﺍ ِﻦَﻋ ﻲِﻧْﺮِﺒْﺧَﺃ ُﺪﱠﻤَﺤُﻣ
َﻝﺎَﻘَﻓ
ُ ﱠﷲ ﱠﻻِﺇ َﻪَﻟِﺇ َﻻ ْﻥَﺃ َﺪَﻬْﺸَﺗ ْﻥَﺃ ُﻡ َﻼْﺳِ ْﻹﺍ
:
َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُ ﱠﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِ ﱠﷲ ُﻝﻮُﺳَﺭ
َﺖْﻴَﺒْﻟﺍ ﱠﺞُﺤَﺗَﻭ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ َﻡﻮُﺼَﺗَﻭ َﺓﺎَﻛﱠﺰﻟﺍ َﻲِﺗْﺆُﺗَﻭ َﺓ َﻼﱠﺼﻟﺍ َﻢﻴِﻘُﺗَﻭ َﻢﱠﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُ ﱠﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِ ﱠﷲ ُﻝﻮُﺳَﺭ ﺍًﺪﱠﻤَﺤُﻣ ﱠﻥَﺃَﻭ
,
ِﻥﺎَﻤﻳِ ْﻹﺍ ِﻦَﻋ ﻲِﻧْﺮِﺒْﺧَﺄَﻓ َﻝﺎَﻗ ُﻪُﻗﱢﺪَﺼُﻳَﻭ ُﻪُﻟَﺄْﺴَﻳ ُﻪَﻟ ﺎَﻨْﺒِﺠَﻌَﻓ َﻝﺎَﻗ َﺖْﻗَﺪَﺻ َﻝﺎَﻗ ًﻼﻴِﺒَﺳ ِﻪْﻴَﻟِﺇ َﺖْﻌَﻄَﺘْﺳﺍ ِﻥِﺇ
َﻝﺎَﻗ
ْﻥَﺃ
:
ﻲِﻧْﺮِﺒْﺧَﺄَﻓ َﻝﺎَﻗ َﺖْﻗَﺪَﺻ َﻝﺎَﻗ ِﻩﱢﺮَﺷَﻭ ِﻩِﺮْﻴَﺧ ِﺭَﺪَﻘْﻟﺎِﺑ َﻦِﻣْﺆُﺗَﻭ ِﺮِﺧ ْﻵﺍ ِﻡْﻮَﻴْﻟﺍَﻭ ِﻪِﻠُﺳُﺭَﻭ ِﻪِﺒُﺘُﻛَﻭ ِﻪِﺘَﻜِﺋ َﻼَﻣَﻭ ِ ﱠﻟﺎِﺑ َﻦِﻣْﺆُﺗ
,
ِﻥﺎَﺴْﺣِ ْﻹﺍ ِﻦَﻋ
َﻝﺎَﻗ
ﺎَﻣ َﻝﺎَﻗ
,
ِﺔَﻋﺎﱠﺴﻟﺍ ِﻦَﻋ ﻲِﻧْﺮِﺒْﺧَﺄَﻓ َﻝﺎَﻗ َﻙﺍَﺮَﻳ ُﻪﱠﻧِﺈَﻓ ُﻩﺍَﺮَﺗ ْﻦُﻜَﺗ ْﻢَﻟ ْﻥِﺈَﻓ ُﻩﺍَﺮَﺗ َﻚﱠﻧَﺄَﻛ َ ﱠﷲ َﺪُﺒْﻌَﺗ ْﻥَﺃ
:
,
ﺎَﻬِﺗَﺭﺎَﻣَﺃ ْﻦَﻋ ﻲِﻧْﺮِﺒْﺧَﺄَﻓ َﻝﺎَﻗ ِﻞِﺋﺎﱠﺴﻟﺍ َﻦِﻣ َﻢَﻠْﻋَﺄِﺑ ﺎَﻬْﻨَﻋ ُﻝﻮُﺌْﺴَﻤْﻟﺍ
ﱠﻢُﺛ
,
ﺎًّﻴِﻠَﻣ ُﺖْﺜِﺒَﻠَﻓ َﻖَﻠَﻄْﻧﺍ ﱠﻢُﺛ َﻝﺎَﻗ ِﻥﺎَﻴْﻨُﺒْﻟﺍ ﻲِﻓ َﻥﻮُﻟَﻭﺎَﻄَﺘَﻳ ِءﺎﱠﺸﻟﺍ َءﺎَﻋِﺭ َﺔَﻟﺎَﻌْﻟﺍ َﺓﺍَﺮُﻌْﻟﺍ
َﻝﺎَﻗ
ﻱِﺭْﺪَﺗَﺃ ُﺮَﻤُﻋ ﺎَﻳ ﻲِﻟ
:
(
ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ
) .
ْﻢُﻜَﻨﻳِﺩ ْﻢُﻜُﻤﱢﻠَﻌُﻳ ْﻢُﻛﺎَﺗَﺃ ُﻞﻳِﺮْﺒِﺟ ُﻪﱠﻧِﺈَﻓ
:
َﻝﺎَﻗ
.
ُﻢَﻠْﻋَﺃ ُﻪُﻟﻮُﺳَﺭَﻭ ُ ﱠﷲ
:
ُﺖْﻠُﻗ ؟ُﻞِﺋﺎﱠﺴﻟﺍ ِﻦَﻣ
/’an ‘umara raḍiya Allahu ‘anhu aiḍan qāla: bainamā naḥnu julūsun ‘inda rasūli Allahi
ṣalā Allahu ‘alaihi wa sallama żāta yaumin iżṭala’a ‘alainā rajulun syadīdu bayāḍi
al-ṡiyābi syadīdu sawādi al-sya