EFEK GEL MINYAK KELAPA MURNI HASIL HIDROLISIS
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA
KELINCI
SKRIPSI
OLEH:
AKHYAR NIOLI RAMBE
NIM 111524033
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
EFEK GEL MINYAK KELAPA MURNI HASIL
HIDROLISISTERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR
PADA KELINCI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
AKHYAR NIOLI RAMBE
NIM 111524033
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
EFEK GEL MINYAK KELAPA MURNI HASIL HIDROLISIS
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA
KELINCI
OLEH:
AKHYAR NIOLI RAMBE NIM 111524033
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal : 5Agustus 2015
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc.,Apt. Prof. Dr. Urip Harahap., Apt. NIP 195006071979031003 NIP 195103261978022001
Pembimbing II, Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc.,Apt NIP 195006071979031003
Marianne, S.Si., M.Si., Apt.Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. NIP 198005202005012006 NIP 195101311976031003
Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt. NIP 194909101980031002
Medan, Juni 2015 Fakultas Farmasi
KATA PENGANTAR
PujidansyukurkehadiratTuhan yang
MahaKuasaolehkarenakasihdankarunia-Nya,
sehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsi yang berjudul “Efek Gel Minyak
Kelapa Murni Hasil Hidrolisis Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada
Kelinci”.
SkripsiinidiajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarSarjanaFar
masipadaFakultasFarmasiUniversitas Sumatera Utara.
PadakesempataninipenulismengucapkanterimakasihkepadaBapak Prof. Dr.
SumadioHadisahputra, Apt., selakuDekanFakultasFarmasiUniversitas Sumatera
Utara yang telahmemberikanbantuandanfasilitasselamamasapendidikan. Bapak
Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt.dan Bapak Drs. Saiful Bahri, M.S.,Apt.,
selakupembimbingyang telahmemberikanwaktu,
bimbingandannasehatselamapenelitianhinggaselesainyapenyusunanskripsiini. Ibu
Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.,Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt., dan
Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selakudosenpenguji yang
telahmemberikansaran dankritikankepadapenulis
hinggaselesainyapenulisanskripsiini. Ibu Dwi Lestari.P, S.Si., M.Si., Apt.,
sebagaipenasehatakademik yang
telahmembimbingpenulisselamamasapendidikandi FakultasFarmasiUniversitas
Sumatera Utara. BapakdanIbustafpengajarFakultasFarmasi
USUyangtelahmendidikdanmemberikanarahansertabimbingankepadapenulisselam
amasaperkuliahan. Pimpinandansemuastafakademikdankeuangan yang
Terimakasih yang sebesar-besarnyakepadakedua orang tua, kakak, abang,
dan sahabat-sahabat saya tercintaatasdoa,
dorongandansemangatbaikmorilmaupunmaterilkepadapenulisselamamasaperkulia
hanhinggaselesainyapenyusunanskripsiini, Tuhan yang akanmemberkati saudara
semua.
Penulismenyadari bahwa
sepenuhnyapenulisanskripsiinimasihmemilikibanyakkekurangan, olehkarenaitu,
sangatdiharapkankritikandan saran yang
dapatmenyempurnakanskripsiini.Semogaskripsiinibermanfaatbagikitasemua.
Medan, April 2015 Penulis,
Efek Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kelinci
Abstrak
Gel adalah salah satu bentuk sediaan topikal yang sering digunakan dalam pengobatan luka bakar. Minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO) dapat mencegah infeksi, melindungi kulit dari radikal bebas, memulihkan kulit yang kering, kasar, keriput. Minyak kelapa juga bersifat antimikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penyembuhan luka bakar dari sediaan gel VCO hasil hidrolisis pada kelinci.
VCO yang digunakan adalah yang diproduksi oleh Noery Vico Lhokseumawe-NAD. VCO dihidrolisis dengan tingkat 70% kemudian diformulasi menjadi gel dengan berbagai konsentrasi. Komposisi gel terdiri darikarbomer, gliserin, TEA, dan nipagin. Selanjutnya gel dievaluasi meliputi, pemeriksaan stabilitas fisik (bentuk, warna, bau), homogenitas dan pH. Setelah itu diuji efeknya terhadap kelinci jantan, yang telah dilukai bagian punggungnya dengan penginduksi panas berupa lempengan logam berukuran ± 2 cm yang telah dipanaskan dalam air mendidih dengan suhu 100°C selama 10 menit dan ditempelkan pada punggung kelinci selama 10 detik. Kelinci dibagi menjadi enam kelompok yaitu kontrol negatif (tanpa perlakuan), kontrol positif (diberi gel Bioplacenton®), basis gel, serta tiga kelompok dengan sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5, 10, dan 15%. Pengamatan dilakukan setiap hari secara visual dengan mengamati proses penyembuhan melalui perubahan diameter luka bakar. Kemudiandilakukan analisis data dengan uji ANOVA menggunakan
Statistical Program Service Solution (SPSS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan gel VCO hasil hidrolisis tetap stabil selama 12 minggu penyimpanan dan nilai pH 6,9-7,1. Kelompok yang diberikan gel yang mengandung VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% berturut-turut sembuh pada hari ke-21, 20, 18, sedangkan kelompok yang diberi basis gel tanpa VCO sembuh pada hari ke-25. Kelompok yang diberi sediaan gel Bioplacenton® sembuh pada hari ke-23, sedangkan kontrol negatif (tanpa perlakuan) sembuh pada hari ke-26. Peningkatan konsentrasi menunjukkan peningkatan efek penyembuhan luka bakar. Sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 15% menunjukkan efek penyembuhan yang lebih singkat (18 hari) dan sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5% lebih efektif daripada Bioplacenton®.
Healing Effect Of Virgin Coconut Oil Gel Against Burn Wound On Rabbits
Abstract
Gel is one topical dosage forms often used in the treatment of burns. Virgin coconut oil (VCO) can prevent infections, protect the skin from free radicals, restore dry, rough, wrinkled. VCO is also antimicrobial. The purpose of this study was to examine the healing effect of virgin coconut oil gel against burn wound on rabbits.
VCOused ismanufacturedbyVicoNoeryLhokseumawe-NAD. VCO hydrolyzed with 70 % level then formulated into a gel with different concentrations. gelcompositionconsistingofcarbomer, glycerin, TEA, and nipagin. Thangel was evaluated includes, examination of physical stability (shape, color, smell), homogeneity and pH. After that effect tested of on male rabbits, which have been hurt the back with a heat inducer sized slab of metal ± 2 cm which has been heated in boiling water with a temperature of 100 ° C for 10 min and placed on the backs of rabbits during 10 seconds. Rabbits divided into six groups: negative control (no treatment), positive control (given Bioplacenton®), base gel, and three groups with the results of gel preparation VCO hydrolysis with concentration 5, 10, and 15%. Observations every day were made visually by observing the healing process by changing the diameter of burns. The data ware analyzedwith ANOVA using the Statistical Program Service Solution (SPSS) .
The results showed that the VCO gel hydrolysis results remained stable during 12 weeks of storage and pH values from 6.9 to 7.1. The group given the gel containing VCO hydrolysis with concentration 5%, 10%, and 15% respectively were recovered on 21, 20, 18 day, whereas the group given the gel base without VCO cured at 25 day. The group given Bioplacenton® cured on day 23, whereas the negative control (no treatment) recovered on day 26. Increasing concentrations showed an increase in burn healing effects. VCO gel hydrolysis with 15% concentration showed that the healing effects of shorter (18 days) and VCOgel preparationhydrolysisresultsina concentration of 5% moreeffective thanBioplacenton®.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1LatarBelakang ... 1
1.2PerumusanMasalah ... 3
1.3Hipotesis ... 3
1.4TujuanPenelitian ... 4
1.5ManfaatPenelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Kulit ... 5
2.1.1 Epidermis ... 6
2.1.3 Subkutis ... 8
2.1.4 Fisiologi Kulit ... 8
2.2 Luka Bakar ... 9
2.2.1 Peroses Penyembuhan Luka Bakar ... 11
2.3 Sediaan Gel Sebagai Obat Luka Bakar ... 12
2.4 Sifat Anti Bakteri Minyak Kelapa Murni ... 12
2.5 Minyak Kelapa Murni sebagai Obat Luka Bakar ... 14
2.5.1 Komposisi Minyak Kelapa Murni ... 17
2.6 Hidrolisis Lemak dengan alkali ... 17
2.7 Penentuan Bilangan Asam ... 21
BAB III METODE PENELITIAN... 22
3.1 AlatdanBahan ... 22
3.2.1 Alat-alat... 22
3.2.2 Bahan-bahan ... 22
3.2.3 Hewan Percobaan ... 22
3.2 Prosedur Kerja ... 23
3.2.1 Penyiapan Larutan ... 23
3.2.2 Pembakuan Larutan Asam Klorida 0,5N ... 23
3.2.3 Pembakuan Larutan NaOH Metanol0,5N ... 24
3.2.4 Pembakuan Larutan Kalium Hidroksida 0,1N ... 24
3.2.5 Pembuatan Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis ... 24
3.2.6 Penentuan Bilangan AsamMinyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis ... 25
3.3.1 Pemeriksaan Organoleptis ... 26
3.3.2 Uji Homogenitas ... 27
3.3.3 Pemeriksaan pH ... 27
3.4. Penyembuhan Luka Bakar dengan Sediaan Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis ... 27
3.4.1 Pengelompokan Hewan Uji ... 27
3.4.2 Induksi Luka Bakar ... 28
3.4.3 Efek Penyembuhan Sediaan Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis ... 28
3.5 Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
4.1 Bilangan Asam Hasil Hidrolisis Minyak kelapa Murni ... 30
4.2 Evaluasi Sediaan ... ... 31
4.2.1 Hasil Pemeriksaan Organoleptis ... 31
4.2.2 Hasil Pengamatan Homogenitas Sediaan ... 32
4.2.3 Hasil Penentuan pH Sediaan ... 33
4.3 Efek Penyembuhan Luka Bakar dari VCO hasil Hidrolisi ... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
5.1 Kesimpulan ... 41
5.2 Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Skematis Kulit ... 6
2.2 Cara Mengukur Diameter Luka Bakar ... 14
2.3 Persamaan Reaksi Hidrolisis Menggunakan NaOH ... 19
3.1 Cara Mengukur diameter Luka Bakar ... 29
4.2 Profil Fisik dari Proses Penyembuhan Luka Bakar ... 38
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Standar Mutu Minyak Kelapa Murni ( Virgin Coconut Oil ) ... 17
2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Murni . ... 18
3.1 Formula Gel dengan Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis ... 35
4.1 Data Pemeriksaan Organoleptis sediaan Gel Minyak Kelapa Murni hasil Hidrolisis ... 32
4.2 Data Pengamatan Homogenitas Sediaan ... 33
4.3 Data Pengukuran pH ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Minyak Kelapa Murni yang Digunakan dalam Penelitian ... 45
2 Perhitungan Bilangan Penyabunan Total Minyak Kelapa Murni 46
3 Perhitungan Jumlah NaOH-metanol yang Digunakan dalamHidrolisis Metode Penyabunan 70% ... 49
4 Perhitungan Bilangan Asam ... 50
5 Gambar Sediaan Gel VCO Hasil Hidrolisis Tingkat 70% dengan Konsentrasi 5%, 10%, 15% dan Basis Gel ... 52
6 Hasil Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis Tingkat 70 dengan Konsentrasi 5%, 10%, 15% dan Basil Gel ... 53
7 Data Rata-Rata Diameter Luka Bakar Dengan Interval Waktu . 54
8 Data Sembuh Luka Bakar ... 58
9 Profil Fisik dari Proses Penyembuhan Luka Bakar ... 59
Efek Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kelinci
Abstrak
Gel adalah salah satu bentuk sediaan topikal yang sering digunakan dalam pengobatan luka bakar. Minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO) dapat mencegah infeksi, melindungi kulit dari radikal bebas, memulihkan kulit yang kering, kasar, keriput. Minyak kelapa juga bersifat antimikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penyembuhan luka bakar dari sediaan gel VCO hasil hidrolisis pada kelinci.
VCO yang digunakan adalah yang diproduksi oleh Noery Vico Lhokseumawe-NAD. VCO dihidrolisis dengan tingkat 70% kemudian diformulasi menjadi gel dengan berbagai konsentrasi. Komposisi gel terdiri darikarbomer, gliserin, TEA, dan nipagin. Selanjutnya gel dievaluasi meliputi, pemeriksaan stabilitas fisik (bentuk, warna, bau), homogenitas dan pH. Setelah itu diuji efeknya terhadap kelinci jantan, yang telah dilukai bagian punggungnya dengan penginduksi panas berupa lempengan logam berukuran ± 2 cm yang telah dipanaskan dalam air mendidih dengan suhu 100°C selama 10 menit dan ditempelkan pada punggung kelinci selama 10 detik. Kelinci dibagi menjadi enam kelompok yaitu kontrol negatif (tanpa perlakuan), kontrol positif (diberi gel Bioplacenton®), basis gel, serta tiga kelompok dengan sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5, 10, dan 15%. Pengamatan dilakukan setiap hari secara visual dengan mengamati proses penyembuhan melalui perubahan diameter luka bakar. Kemudiandilakukan analisis data dengan uji ANOVA menggunakan
Statistical Program Service Solution (SPSS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan gel VCO hasil hidrolisis tetap stabil selama 12 minggu penyimpanan dan nilai pH 6,9-7,1. Kelompok yang diberikan gel yang mengandung VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% berturut-turut sembuh pada hari ke-21, 20, 18, sedangkan kelompok yang diberi basis gel tanpa VCO sembuh pada hari ke-25. Kelompok yang diberi sediaan gel Bioplacenton® sembuh pada hari ke-23, sedangkan kontrol negatif (tanpa perlakuan) sembuh pada hari ke-26. Peningkatan konsentrasi menunjukkan peningkatan efek penyembuhan luka bakar. Sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 15% menunjukkan efek penyembuhan yang lebih singkat (18 hari) dan sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5% lebih efektif daripada Bioplacenton®.
Healing Effect Of Virgin Coconut Oil Gel Against Burn Wound On Rabbits
Abstract
Gel is one topical dosage forms often used in the treatment of burns. Virgin coconut oil (VCO) can prevent infections, protect the skin from free radicals, restore dry, rough, wrinkled. VCO is also antimicrobial. The purpose of this study was to examine the healing effect of virgin coconut oil gel against burn wound on rabbits.
VCOused ismanufacturedbyVicoNoeryLhokseumawe-NAD. VCO hydrolyzed with 70 % level then formulated into a gel with different concentrations. gelcompositionconsistingofcarbomer, glycerin, TEA, and nipagin. Thangel was evaluated includes, examination of physical stability (shape, color, smell), homogeneity and pH. After that effect tested of on male rabbits, which have been hurt the back with a heat inducer sized slab of metal ± 2 cm which has been heated in boiling water with a temperature of 100 ° C for 10 min and placed on the backs of rabbits during 10 seconds. Rabbits divided into six groups: negative control (no treatment), positive control (given Bioplacenton®), base gel, and three groups with the results of gel preparation VCO hydrolysis with concentration 5, 10, and 15%. Observations every day were made visually by observing the healing process by changing the diameter of burns. The data ware analyzedwith ANOVA using the Statistical Program Service Solution (SPSS) .
The results showed that the VCO gel hydrolysis results remained stable during 12 weeks of storage and pH values from 6.9 to 7.1. The group given the gel containing VCO hydrolysis with concentration 5%, 10%, and 15% respectively were recovered on 21, 20, 18 day, whereas the group given the gel base without VCO cured at 25 day. The group given Bioplacenton® cured on day 23, whereas the negative control (no treatment) recovered on day 26. Increasing concentrations showed an increase in burn healing effects. VCO gel hydrolysis with 15% concentration showed that the healing effects of shorter (18 days) and VCOgel preparationhydrolysisresultsina concentration of 5% moreeffective thanBioplacenton®.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau cedera pada jaringan
kulit yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar tidak hanya akan mengakibatkan kerusakan
kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh pasien. Prinsip penanganan
luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi,
mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan
elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut(Moenadjat,
2003).
Beberapa bentuk sediaan topikal yang sering digunakan dalam pengobatan
luka bakar adalah salep, krim, pasta, atau gel. Gel didefinisikan sebagai suatu
sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar atau saling diserapi
cairan. Jika massa gel terdiri dari partikel kecil yang terpisah, maka gel
digolongkan sebagai sistem dua fasa(Ditjen POM, 1995).
Gel bersifat transparan, lunak,lembut, mudah dioleskan dan tidak
meninggalkanlapisan berminyakpada permukaan kulit.Gel mengandung cairan
dalam proporsi yang tinggibiasanya air, yang memberikan efek pendinginan pada
kulit saat digunakan.Oleh karena itu, gel cocok digunakan untuk pengobatan luka
bakar.Penyimpanan gel baik dilakukan pada wadah yang tertutup baik, dalam
Saat ini telah banyak digunakan obat-obatan beredar di pasaran yang
bermanfaat untuk menangani luka bakar seperti Bioplacenton®yang tersedia dalam bentuk gel mengandung Placenta extract ex bovinedan Neomycin Sulfat.
Selain itu salah satu bahan yang menjadi alternatif untuk penatalaksanaan dan
penyembuhan luka bakar adalahVirgin Coconut Oil(VCO). VCO merupakan
bentuk olahan daging kelapa yang baru-baru ini banyak diproduksi. Di beberapa
daerah, VCO lebih terkenal dengan nama minyak perawan, minyak sara, atau
minyak kelapa murni (Darmoyuwono, 2006).
VCO adalah salah satu bentuk olahan dari minyak kelapa yang jika
digunakan secara topikal dapat melindungi kulit dari radikal bebas, mencegah
infeksi yang disebabkan bakteri atau jamur, serta memulihkan kulit yang kering,
kasar, keriput. VCO mengandung asam lemak jenuh rantai karbon sedang
(Medium Chain Fatty Acid /MCFA) yaitu asam laurat.dalam bentuk
monogliserida yang memiliki sifat antimikroba, antijamur dan antivirus. MCFA
dapat menembus membran mitokondria tanpa enzim tertentu sehingga
menghasilkan penambahan energi dan peningkatan metabolisme (Fife, 2004;
Lieberman, et al., 2006).
Pemberian minyak kelapa murni secara topikal memperpendek waktu
sembuh luka bakar kimiawi setara dengan Bioplacenton® (Wijaya, 2012).Minyak kelapa murni hasil hidrolisis mampu meningkatkan aktivitas antibakteri (Silalahi,
et al., 2014).Semakin tinggi tingkat hidrolisis minyak kelapa murni maka semakin
besar daya hambatnya terhadap bakteri patogen daripada bakteri
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dilakukan penelitian untuk
mengetahui percepatan penyembuhan luka bakar oleh minyak kelapa murni hasil
hidrolisis parsial yang diformulasikan dalam bentuk sediaan gel yang dilakukan
pada kelinci.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. apakah minyak kelapa murni (VCO) hasil hidrolisis dapat diformulasikan
dalam bentuk sediaan gel yang baik?
b. bagaimana efek penyembuhan luka bakar dari minyak kelapa murni (VCO)
hasil hidrolisis yang diformulasikan dalam bentuk sediaan gel?
c. apakahminyak kelapa murni (VCO) hasil hidrolisis yang diformulasikan
dalam bentuk sediaan gel dapat mempercepat penyembuhan luka bakar
dibandingkan Bioplacenton®?
1. 3 Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dari perumusuan masalah adalah
sebagai berikut:
a. minyak kelapa murni hasil hidrolisis dapat diformulasikan dalam bentuk
sediaan gel yang baik.
b. sediaan gel dari minyak kelapa murni hasil hidrolisis berpengaruh pada efek
penyembuhan luka bakar.
c. sediaan gel dari minyak kelapa murni hasil hidrolisis lebih cepat
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. untuk mengetahui minyak kelapa murni hasil hidrolisis dapat diformulasikan
dalam bentuk sediaan gel yang baik.
b. untuk mengetahui efek penyembuhan luka bakar dari bentuk sediaan gel dari
minyak kelapa murni hasil hidrolisis.
c. untuk mengetahui percepatan penyembuhan luka bakar oleh bentuksediaan
gel dari minyak kelapa murni hasil hidrolisis dan Bioplacenton®.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang
efekpenyembuhan luka bakar oleh minyak kelapa murni hasil hidrolisisyang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit tersusunoleh banyak jaringan termasuk pembuluh darah, kelenjar
lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat syaraf, jaringan
pengikat otot polos dan lemak.Kulit manusia terdiri dari 3 lapisan yang berbeda,
yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan yang berlemak.Permukaan kulit
terdiri dari lapisan tanduk (stratum corneum) yang dapat terkelupas.Di bawah
lapisan tanduk secara teratur ada lapisan rintangan (stratum lucidum), lapisan
berbutir (stratum granulosum), lapisan sel duri (stratum spinosum), dan lapisan
sel basal (stratum germanitivum).Fungsi epidermis adalah sebagai pelindung
terhadap bakteri, iritasi kimia alergi, dan lain sebagainya.Pembuluh darah kapiler
dan serabut-serabut saraf timbul dari jaringan lemak subkutan masuk ke dalam
dermis dan sampai epidermis.Kelenjar keringat berada pada jaringan subkutan
menghasilkan produknya dengan cara pembuluh keringat menemukan jalannya ke
permukaan kulit. (Ansel, 1989).
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5-
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Secara embriologis kulit berasal
dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan
mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat
(Perdanakusuma, 2007).
Gambar 1.Struktur skematis kulit (Sumber: Yahya. 2008).
2.1.1 Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan tidak terdapat pembuluh
darah.Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,
Langerhans dan merkel.Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di
tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.Ketebalan epidermis hanya
sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung
melanosit. Fungsi Epidermis: Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D
dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan sel
Menurut Arisanty (2013), Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari
lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):
a. Stratum Korneum: terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
b. Stratum Lusidum: biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan
telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
c. Stratum Granulosum: ditandai oleh 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan
histidin. Terdapat sel Langerhans.
d. Stratum Spinosum: terdapat berkas-berkas filamen yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
e. Stratum Basale (Stratum Germinativum): terdapat aktifitas mitosis yang
hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara
konstan.
2.1.2 Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit.Terdiri atas jaringan ikat
yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan
subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan:
a. Lapisan papiler: tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah.Dermis
juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat.Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis. Fungsi dermis adalah sebagai struktur penunjang,
mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi
(Arisanty,2013).
2.1.3 Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak.Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara
longgar dengan jaringan di bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.Berfungsi menunjang suplai
darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi subkutis/hipodermis adalah sebagai
pelekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan
mechanical shock absorber
2.1.4 Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan,
sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme.Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen.Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi
keseimbangan cairan elektrolit.Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insensible
loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan
dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur
dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas
(Arisanty,2013).
2.2 Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, panas, bahan kimia, listrik,
dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal
sampai fase lanjut (Moenadjat, 2003).
Luka bakar dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab dan
kerusakan jaringan, yaitu: berdasarkan penyebabnya, luka bakar dibedakan
menjadi: luka bakar karena api, luka bakar karena air panas, luka bakar karena
bahan kimia, luka bakar karena listrik dan petir, luka bakar karena radiasi.
Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan luka dibedakan atas beberapa
jenis, yaitu: luka bakar derajat I, luka bakar derajat II, dan luka bakar derajat III.
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada bagian superfisial epidermis.Kulit kering hiperemik,
ujung-ujung saraf sensori teriritasi.Penyembuhan terjadi secara spontan dalam
waktu 5-10 hari.Contohnya adalah luka bakar akibat sengatan matahari
(Moenadjat, 2003).
2. Luka bakar derajat II
Luka bakar derajat dua, yaitu mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada
elemen epitel sehat yang tersisa.Elemen epitel tersebut, misalnya epitel basal,
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.Dengan adanya sisa sel
epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu.Gejala yang timbul
adalah nyeri, gelembung atau bula berisi cairan eksudat yang keluar dari
pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi (Sjamsuhidajat, 1997).
3. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih
dalam.Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan.Tidak dijumpai rasa nyeri karena ujung-ujung
saraf sensorik mengalami kerusakan (kematian). Penyembuhan terjadi lama
karena tidak ada proses epitelisasi spontan baik dari dasar luka, tepi luka,
maupun apendises kulit (Moenadjat, 2003).
2.2.1 Proses Penyembuhan Luka Bakar
Proses penyembuhan luka bakar dibagi dalam tiga fase, yaitu: fase
inflamasi, fase proliferasi, fase terminasi.
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka.Pembuluh darah yang
terputus pada luka menyebabkan pendarahan dan tubuh berusaha
permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, pembentukan sel radang
disertai vasodilatasi setempat menyebabkan pembengkakan (Sjamsuhidajat,
1997).
Fase profilerasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah
proses proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai
kira-kira akhir minggu ketiga (Sjamsuhidajat, 1997).
Fase terminasi terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan
kembali jaringan yang berlebih dan pembentukan jaringan baru. Fase ini dapat
berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang
hilang (Sjamsuhidajat, 1997).
2.2.2 Obat Yang dapat digunakan
Proses penyembuhan luka bakar dibutuhkan adanya suatu zat dalam obat
yang dapat mempercepat regenerasi sel serta antibiotik topikal (Moenadjat, 2003).
Obat-obatan yangdigunakan dalam pengobatan luka bakar sekarang ini sudah
tersedia dalam bentuk sediaan topikal yaitu cream, salap, dan gel yang dijual
dipasaran seperti:
Bioplacenton® :Mengandung placenta extract 10% dan neomycin sulfate 0,5%Farmakologi : Ekstrak placenta bekerja memicu
pembentukan jaringan baru dan untuk wound healing,
sedangkan neomycin untuk mencegah atau mengatasi infeksi
bakteri gram negatif pada are luka (kalbemed.com).
dan lain-lain. Sedangkan tanaman obat tradisional yang juga sering digunakan
dalam penyembuhan luka bakar antara lain: lidah buaya, tapak dara, minyak
kelapa murni, gambir, dan lain-lain (Agoes, 2010).
2.3 Sediaan Yang Dapat Digunakan Sebagai Obat Luka Bakar
Salep, krim, sistem pemberian pemberian obat melalui kulit, lotio, larutan
topikal dan tinktur menggambarkan bentuk sediaan dermatologi yang paling
sering dipkai, tetapi bagaimanapun preparat lain seperti pasta, liniment, serbuk
dan aerosol (juga bisa digunakan) (Ansel, 1989)
Bentuk sediaan setengah padat lain selain salep adalah gel, gel merupakan
sistem semipadat yang terdiri dari suspensi partikel anorganik kecil atau molekul
organik besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Sediaan dalam bentuk gel lebih
banyak digunakan karena rasa dingin dikulit, mudah mengering membentuk
lapisan film sehingga mudah dicuci (Suardi, dkk., 2008)
Absorpsi bahan dari luar kulit keposisi dibawah kulit tercakup masuk
kedalam aliran darah, disebut sebagai absorpsi perkutan. Kulit merupakan
perintang yang efektif terhadap penetrasi perkutan dan senyawa eksternal. Pada
umumnya, absorpsi perkutan dari bahan obat ada pada preparat dermatologi
seperti cairan, gel, salep, krim atau pastatidak hanya tergantung pada sifat kimia
dan fisika dari bahan obat saja, tapi juga padasifat apabila dimasukkan kedalam
pembawa farmasetika dan pada kondisi dari kulit. Pada pemakaian obat secara
topikal, obat berdifusi dalam pembawanya dan kontak dengan permukaan kulit
(stratum korneum dan sebum) serta obat selanjutnya menembus epidermis
2.4 Metode Pengukuran Diameter Luka Bakar
Sesaat setelah induksi luka bakar, diameter luka awal diukur dan diberi
perlakuan sesuai kelompok masing-masing sekali sehari. Kelompok I dibiarkan
tanpa perlakuan, kelompok II diberi Bioplacenton® 0,1 gr dan kelompok III, IV, V, VI diberi 0,1 grsediaan gel minyak kelapa murni hasil hidrolisis bahan uji
sesuai kelompoknya, dioleskan merata pada bagian luka bakar dengan cottonbud.
Pemberian semua perlakuan topikal dilakukan setiap hari sampai luka sembuh,
yang dinyatakan jika diameter luka nol.
Luka bakar yang terbentuk diukur menggunakan jangka sorong, dengan
dx(1)
dx(2)
dx(3) dx(4)
Gambar 3.1 Cara mengukur diameter luka bakar
kemudian dihitung diameter luka bakar setiap hari sampai sembuh (diameter =
0)dihitung dengan rumus (Suratman, dkk., 1996) sebagai berikut:
4
Dimana: dx = diameter luka hari ke-x
d1 = diameter 1 (cm) d2 = diameter 2 (cm) d3 = diameter 3 (cm) d4 = diameter 4 (cm)
2.5 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni
Minyak kelapa juga bersifat antimikroba dan antivirus.Sifat antimikroba
dari minyak kelapa terutama tergantung pada adanya monogliserida, dan asam
lemak bebas.Monogliserida aktif sebagai antimikroba tetapi digliserida dan
trigliserida tidak.Asam lemak yang paling aktif adalah asam laurat. Asam laurat
akan diubah menjadi senyawa monogliserida yang disebut mono-laurin. Senyawa
ini merupakan bahan dalam sistem kekebalan tubuh. Senyawa ini berfungsi
menghancurkan bibit penyakit yang pada umumnya memiliki dinding sel yang
dengan bantuan mono-laurin tersebut. Selain itu, beberapa penelitian juga telah
memperlihatkan efek antimikrobial dari asam laurat itu sendiri tanpa diubah
menjadi mono-laurin (Sutarmi, 2005; Darmoyuwono, 2006; Lieberman, et al.,
2006).
Minyak kelapa murni hasil hidrolisis mampu meningkatkan aktivitas
antibakteri dibandingkan minyak kelapa tanpa hidrolisis.Semakin tinggi tingkat
hidrolisis minyak kelapa murni maka semakin besar daya hambatnya terhadap
bakteri patogen daripada bakteri probiotik (Permata, 2012; Hasibuan, 2012).
2.6 Minyak Kelapa Murni sebagai Obat Luka Bakar
Penyembuhan luka bakar meliputi pembentukan jaringan baru, mencegah
infeksi serta mengurangi inflamasi. Minyak kelapa murni memiliki sifat
antimikroba dari minyak kelapa tergantung pada adanya monogliserida dan asam
lemak bebas.MCFA (Medium Chain Fatty Acid) yang merupakan salah satu
kandungan dari minyak kelapa yang meningkatkan metabolisme, sehingga sel-sel
akan bekerja lebih efisien membentuk sel-sel baru serta mengganti sel yang rusak
dengan lebih cepat. Serta memiliki kandungan fitosterol untuk mengurangi
inflamasi.Minyak kelapa murni efektif dan aman bila digunakan sebagai
pelembab, dengan tidak adanya efek samping.Dalam beberapa hal dapat
memperbaiki kulit yang rusak atau yang sakit.MCFA dengan cepat memberi
sumber energi pada sel-sel, yang membantu meningkatkan metabolik dan
kemampuan penyembuhannya.Oleh karena itu minyak kelapa murni dapat
memperpendek waktu sembuh luka bakar (Hutagalung, 2012; Srivastava, dkk;
Minyak kelapa hasil hidrolisis meningkatkan kandungan asam lemak
bebas dan menghasilkan monogliserida yang aktif sebagai antimikroba. Semakin
tinggi tingkat hidrolisis minyak kelapa murni maka semakin besar daya
hambatnya terhadap bakteri patogen dibandingkan bakteri probiotik (Permata,
2012; Hasibuan 2012).
2.7Minyak Kelapa Murni
Pohon kelapa telah mendampingi kehidupan bangsa Indonesia sejak jaman
nenek moyang ribuan tahun yang lalu. Pohon kelapa adalah pohon yang memiliki
daya guna yang sangat tinggi. Pohon kelapa termasuk keluarga Palmae merupakan
tanaman tropis yang penyebarannya di pantai (habitat asli).Namun dalam
pengembangan budidaya,akhirnya pohon kelapa dapat ditemui sampai di
pegunungan.Semua bagian pohon kelapa memberikan manfaat bagi kehidupan
sehari-hari, termasuk buah kelapa yang digunakan sebagai minyak makan atau
santan dalam sayur-sayuran. Namun, saat ini telah ditemukan sebagai obat.
Minyak kelapa yang dijadikan sebagai obat biasanya disebut minyak kelapa murni
(virgin coconut oil/VCO) (Sutarmi, 2005).
Buah kelapa berbentuk bulat lonjong dengan ukuran bervariasi,
tergantung pada keadaan tanah, iklim, dan varietasnya. Warna luar kelapa juga
bervariasi, mulai dari kuning sampai hijau muda, dan setelah masak berubah
menjadi cokelat.Adapun struktur buah kelapa terdiri dari sabut (35%), daging
buah (28%), air kelapa (15%), tempurung (12%), serta beberapa bagian lainnya.
Hampir semua bagian kelapa tersebut bisa dimanfaatkan, tetapi daging buah
Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil, VCO) merupakan salah satu
hasil olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera) yang tidak mengalami perubahan
kimiawi. Agar tidak mengalami proses perubahan kimiawi, maka ekstraksi
minyak kelapa tersebut dilakukan dengan proses dingin. Misalnya, secara
fermentasi, pancingan, sentrifugasi, pemanasan tidak lebih dari 60 °C,
pengeringan parutan kelapa secara cepat, dan lain-lain (Sutarmi, 2005;
Darmoyuwono, 2006). Pada Tabel 2.1 dapat dilihat standar mutu VCO untuk
beberapa karakteristik berdasarkan SNI (7381:2008).
Tabel 2.1 Standar mutu (Virgin Coconut Oil, VCO)
N Jenis uji Satuan Persyaratan
1
Air dan senyawa menguap
Bilangan penyabunan
Bilangan iod
Asam lemak bebas (dihitung
6.1 Asam kaproat (C6:0)
6.2 Asam kaprilat (C8:0)
6.3 Asam kaprat (C10:0)
6.4 Asam laurat (C12:0)
6.5 Asam miristat
(C14:0)
6.6 Asam
palmitat(C1
6:0)
6.7 Asam stearat (C18)
6.8 Asam oleat (C18:1)
6.9 Asam linoleat
VCO dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar. VCO terbuat dari
kelapa tua yang masih segar. Proses pengolahannya tidak menggunakan bahan
kimia dan pemanasan tinggi. Pada umumnya pembuatan VCO dibedakan atas cara
kering dan cara basah. Pada cara kering, daging buah diekstrak tanpa penambahan
air, sedangkan cara basah, parutan daging buah kelapa diekstrak dengan
penambahan air untuk mendapatkan santan kemudian diolah menjadi VCO (Syah,
Minyak kelapa murni disebut juga sebagai obat segala penyakit. Hal ini
karena minyak kelapa murni dapat mengatasi berbagai macam penyakit akibat
virus, mikroba, protozoa, jamur dan cacing. Selain itu, juga terdapat
manfaat-manfaat yang lain seperti sebagai sumber energi tubuh dan kebugaran, sebagai
bahan kecantikan dan lain-lain (Darmoyuwono, (2006).
2.7.1 Komposisi Minyak Kelapa Murni
Komponen minyak kelapa terdiri dari asam lemak jenuh (90%) dan
minyak tak jenuh (10%).Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam laurat
VCO mengandung ± 53% asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat.Keduanya
merupakan asam lemak rantai sedang yang biasa disebut Medium Chain Fatty
Acid (MCFA).MCFA merupakan komponen asam lemak berantai sedang yang
memiliki banyak fungsi, antara lain mampu merangsang produksi insulin sehingga
proses metabolisme glukosa dapat berjalan normal. Selain itu, MCFA juga
bermanfaat dalam mengubah protein menjadi sumber energi.Asam laurat dan
asam lemak jenuh berantai pendek, seperti asam kaprat, kaprilat dan miristat yang
terkandung dalam minyak kelapa murni dapat berperan positif dalam proses
pembakaran nutrisi makanan menjadi energi. Fungsi lain zat ini, antara lain
sebagai antivirus, antibakteri dan antiprotozoa(Sutarmi, 2005).Komposisi asam
lemak minyak kelapa murni dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Murni
Asam Lemak Simbol asam lemak
Rumus Kimia
Jumlah(
%
Asam Lemak Jenuh:
Asam Lemak Tak Jenuh:
Asam palmitoleat
Lemak merupakan senyawa kimia yang tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organik yang padat pada suhu kamar. Sedangkan Minyak
merupakan suatu lipid yang cair pada suhu kamar. Asam lemak terdiri dari elemen
karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) yang tersusun berupa rantai karbon
dengan gugus karboksil (-COOH) pada salah satu ujungnya. Gliserol adalah
alkohol trihidrat (mengandung tiga gugus hidroksil, atau -OH) yang dapat
bergabung dengan sampai tiga asam lemak sehinnga membantuk monogliserida,
digliserida dan trigliserida.Asam lemak dapat bergabung dengan ketiga gugus
terbentuk dari reaksi antara asam dan alkohol yang melepaskan air (H2O) sebagai hasil samping (Darmoyuwono, 2006; Gani, dkk., 2006).
Trigliserida adalah komponen utama minyak nabati dan lemak hewan,
trigliserida memiliki berat jenis lebih rendah dibandingkan air dan pada suhu
kamar normal dapat berada dalam keadaan padat atau cair.Apabila padat maka
disebut lemak atau mentega, sedangkan apabila cair disebut minyak.Trigliserida
juga disebut triasilgliserol (TAG), yaitu senyawa kimia yang terbentuk dari satu
molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak(Darmoyuwono, 2006).
Sifat dan daya tahan minyak terhadap kerusakan sangat bergantung pada
komponen penyusunnya, terutama kandungan asam lemak.Minyak kelapa murni
mengandung sekitar 90% asam lemak jenuh sehingga cenderung lebih mudah
mengalami ketengikan (Ketaren, 2005).
2.8 Hidrolisis Lemak dengan Alkali
Lemak yang dihidrolisis dengan alkali seperti NaOH dan KOH akan
menghasilkan gliserol dan sabun yang reaksinya dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Jumlah NaOH dan KOH yang digunakan untuk menghidrolisis lemak disebut
dengan bilangan penyabunan.
Gambar 2.1. Persamaan reaksi hidrolisis menggunakan NaOH (Penyabunan)
Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan
untuk menyabunkan (menghidrolisis) satu gram minyak. Apabila sejumlah gram
bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul NaOH bereaksi dengan satu
molekul minyak. Larutan alkali yang berlebih ditentukan dengan titrasi
menggunakan asam sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui
(Ketaren, 2005).
Menurut Ketaren (2005), bilangan penyabunan dapat ditetapkan dengan
jalan mengurangkan jumlah miliequivalen larutan alkali yang dipergunakan
dikalikan dengan berat molekul dari larutan alkali tersebut dibagi dengan berat
gram minyak. Maka bilangan penyabunan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Bilangan Penyabunan=(������������)− (����������)
���� ������ �������
Bilangan penyabunan yang tinggi menunjukkan bahwa minyak tersebut
memiliki berat molekul yang rendah.Bilangan peroksida yang rendah
menunjukkan VCO mempunyai stabilitas oksidasi yang tinggi.Bilangan iod yang
rendah menunjukkan bahwa VCO mempunyai asam lemak tak jenuh dalam
jumlah yang rendah (Ketaren, 2005; Marina, 2009).
2.9 Penentuan Bilangan Asam
Asam lemak bebas merupakan salah satu standar mutu VCO dinyatakan
sebagai persen asam lemak. Berdasarkan SNI 7381:2008, asam lemak bebas
(dihitung sebagai asam laurat) maksimum adalah 0,2 %. Prinsip kerja penentuan
asam lemak bebas adalah pelarutan contoh minyak/lemak dalam pelarut organik
tertentu (alkohol 95% netral) dilanjutkan dengan titrasi menggunakan basa NaOH
dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dapat dihitung pada
rumus di bawah ini:
������������ =����������������
����������
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang digunakan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekperimental,
yaitu untuk meneliti pengaruh konsentrasi VCO hasil hidrolisis 70% dalam bentuk
sediaan gel, terhadap efek penyembuhan luka bakar yang diamati dari perubahan
diameter rata-rata luka bakar setiap hari.
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat–alat
Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitis
(Boeco), pH meter (HANNA instrument), penangas air, timbangan hewan,
hotplate, pendingin tegak, buret, statif, pemanas air, klem, bola karet, oven,
termometer, lempeng logam berdiameter 2 cm, lumpang dan stemper, cawan
penguap, jangka sorong, kertas perkamen, gunting, pisau cukur,spatula, sudip, dan
alat–alat gelas sesuai kebutuhan.
3.1.2Bahan
Sampel yang digunakan adalah VCO yang diproduksi oleh Noery Vico
Lhokseumawe-NAD. Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini jika tidak
dinyatakan lain berkualitas pro-analis keluaran E.Merck yaitu natrium hidroksida,
kalium hidroksida, metanol, asam klorida, n-heksan, natrium sulfat, metil red,
Hewan yang akan digunakan adalah kelinci jantan yang sehat(Oryctolagus
cuniculus)dengan berat badan 1,5-2 kg (umur ± 1,5 tahun), ditempatkan dalam
kandang selama 7 hari sebelum penelitian yang bertujuan agar hewan uji terbiasa
dengan lingkungan dan perlakuan yang baru.
3.2Prosedur Kerja
3.2.1 Penyiapan Larutan Pereaksi
Pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan asam klorida
0,5 N, larutan natrium hidroksida metanol 0,5 N, larutan kalium hidroksida 0,1 N,
larutan merah metil, dan larutan fenolftalein.
Larutan asam klorida 0,5 N dibuat dengan mengencerkan 41,4 ml asam
klorida pekat dengan akuades hingga 1000 ml. Larutan natrium hidroksida
metanol 0,5 N dibuat dengan melarutkan 20 g natrium hidroksida dalam
metanol,kemudian dicukupkan sampai 1000 ml. Larutan kalium hidroksida 0,1 N
dibuat dengan melarutkan 5,61 g pelet kalium hidroksida dalam akuades hingga
1000 ml. Larutan merah metil dibuat dengan cara melarutkan 100 mg merah metil
dalam 100 ml etanol. Larutan fenolftalein dibuat dengan cara melarutkan 1 g
fenolftalein dalam 100 ml etanol (Ditjen POM, 1995).
3.2.2 Pembakuan Larutan Asam Klorida 0,5 N
Ditimbang seksama 0,25 g natrium karbonat (Na2CO3) yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 2700C selama 1 jam, dilarutkan dalam 100 ml akuades dan ditambahkan 2 tetes merah metil. Dititrasi hingga larutan berwarna merah
muda pucat, kemudian dipanaskan larutan hingga mendidih, dinginkan dan
dititrasi kembali bila perlu hingga warna merah muda pucat tidak hilang dengan
3.2.3 Pembakuan Larutan NaOH Metanol 0,5 N
Dipipet NaOH metanol 10 ml, dimasukkan ke dalam erlenmayer 250 ml.
Kemudian ditambahkan 3 tetes fenolftalein dan titrasi dengan larutan asam klorida
hingga terjadi warna merah muda hilang.
3.2.4 Pembakuan Larutan Kalium Hidroksida 0,1 N
Ditimbang 0,30 g kalium biftalat yang telah dikeringkan pada suhu 120° C
selama 2 jam dan dilarutkan dalam 75 ml air bebas karbondioksida. Tambahkan 2
tetes fenolftalein dan titrasi dengan larutan kalium hidroksida hingga terjadi warna
merah muda mantap (Ditjen POM, 1995).
3.2.5 Pembuatan Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis
Untuk penentuan bilangan penyabunan dilakukan prosedur sebagai
berikut, yaitu sejumlah 5 gram minyak ditimbang dalam labu alas bulat 250 ml.
Ditambahkan 50 ml NaOH metanol 0,5 N kemudian labu alas bulat dihubungkan
dengan pendingin tegak, dididihkan lalu ditambahkan 1 ml larutan indikator
fenolftalein kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah jambu
menghilang.
Untuk hidrolisis parsial dari minyak dilakukan dengan memodifikasi
prosedur bilangan penyabunan diatas, yaitu dengan mengurangi jumlah NaOH
yang digunakan sesuai dengan tingkat hidrolisis.
Sejumlah 100 gram minyak ditimbang kemudian ditambahkan NaOH
maka campuran ditambahkan HCl encer. Selanjutnya diekstraksi dengan 50 ml
n-heksana dan terbentuk dua lapisan atas (fraksi n-heksan) dipisahkan sebagai filtrat
I. Lapisan bawah dikocok dengan 50 ml n-heksan, setelah didiamkan beberapa
saat diambil lapisan atas (filtrat II). Filtrat I dan II digabung kemudian
ditambahkan Na2SO4 anhidrat secukupnya dan dibiarkan selama semalam.
Selanjutnya diuapkan di atas penangas air dalam cawan penguap untuk
menghilangkan n-heksan. Diperoleh minyak kelapa murni hasil hidrolisis parsial
(Hasibuan, 2012).
3.2.6 Penentuan Bilangan Asam Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis
Penentuan asam lemak bebas dari VCO yang mengalami hidrolisis
dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 5 gram hasil hidrolisis di dalam
erlenmeyer 250 ml ditambahkan 25 ml alkohol netral 95%, kemudian dipanaskan
di penangas air, diaduk dengan magnetic stirrer selama 10 menit. Larutan ini
kemudian ditambahkan indikator larutan fenolftalein, dititrasi dengan KOH 0,1N
sampai tepat terlihat warna merah jambu.Dihitung bilangan asam dari minyak
(Ketaren, 2005).
Bilangan asam
=
�� ������������������ ������
3.2.7 Pembuatan sediaan Gel
Sediaan gel yang akan dibuat adalah sebanyak 100 g, denganmenggunakan
formula standar (Agoes, 2008) sebagai berikut:
R/Carbomer 941 0,5%
Gliserin 10,0%
TEA 0,5%
Air 89,0%
Formula dasar gel yang digunakan dimodifikasi dengan penambahan VCO hasil
hidrolisis dengan berbagai konsentrasi, formula gel yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1Formula gel dengan variasi konsentrasi minyak kelapa murni hasil hidrolisis
Keterangan: A= dasar gel tanpa minyak kelapa murni hasil hidrolisis
B = gel dengan kadarMinyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis 5% C = gel dengan kadarMinyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis 10% D = gel dengan kadarMinyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis 15%
Pembuatan:
Air, gilserin, minyak kelapa murni hasil hidrolisis dan pengawet dicampur.
Carbomer kemudian ditaburkan pada permukaan, dan digerus dengan kecepatan
tinggi. Kemudian ditambahkan TEA sambil digerus perlahan-lahan hingga
terbentuk larutan jernih kental berebntuk gel.
3.3 Evaluasi Sediaan
Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan organoleptik dan homogenitas
selama 28 hari, yaitu pada minggu ke 0, 2, 4, 6, 8, dan minggu ke 12. Pemeriksaan
pH menggunakan pH meter pada minggu ke 0 dan 12 (Suardi, dkk., 2008).
3.3.1 Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau yang diamati
3.3.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas akan dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Sejumlah tertentu sediian jika diletakkan pada sekeping kaca atau bahan tranparan
lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak
terlihat adanya butiran kasar (Suardi, dkk., 2008).
3.3.3 Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.pH meter
dikalibrasi dengan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Satu gram sediaan yang akan
diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 100 mL. Elektroda pH meter
dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa, dibiarkan jarum pH meter bergerak
sampai menunjukkan posisi yang tetap. pH yang ditunjukkan jarum dicatat
(Rawlins, 2003).
3.4Penyembuhan Luka Bakar dengan Sedian Gel Minyak Kelapa Murni HasilHidrolisis
3.4.1 Pengelompokan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelinci sebanyak 6
ekor.kelinci dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok I :kontrol negatif (tanpa perlakuan)
Kelompok II :kontrol positif (Bioplacenton®) Kelompok III : sediaan gel VCO hidrolisis 0%
Kelompok IV : sediaan gel VCO hidrolisis 5%
Kelompok V : sediaan gel VCO hidrolisis 10%
3.4.2 Induksi Luka Bakar
Rambut pada bagian punggung, sisi kanan, dan sisi kiri kelinci dicukur
hingga bersih.Kemudian dianastesi pada sisi yang telah dicukur. Luka bakar pada
kelinci diinduksi dengan menempelkan lempeng besi berdiameter 2 cm yang telah
dipanaskan dalam air mendidih (100 0C) selama 10 menit, kemudian ditempelkan pada punggung kelinci selama 10 detik dan ditunggu selama 30 menit sebelum
diobati (Wannarat, dkk., 2009).
3.4.3 Efek PenyembuhanSediaan Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis
Sesaat setelah induksi luka bakar, diameter luka awal diukur dan diberi
perlakuan sesuai kelompok masing-masing sekali sehari. Kelompok I dibiarkan
tanpa perlakuan, kelompok II diberi Bioplacenton® 0,1 gr dan kelompok III, IV, V, VI diberi 0,1 grsediaan gel minyak kelapa murni hasil hidrolisis bahan uji
sesuai kelompoknya, dioleskan merata pada bagian luka bakar dengan cottonbud.
Pemberian semua perlakuan topikal dilakukan setiap hari sampai luka sembuh,
yang dinyatakan jika diameter luka nol.
Luka bakar yang terbentuk diukur menggunakan jangka sorong, dengan
cara mengukur diameter luka bakar seperti pada Gambar 3.1.
dx(1)
dx(2)
dx(3) dx(4)
kemudian dihitung diameter luka bakar setiap hari sampai sembuh (diameter =
0)dihitung dengan rumus (Suratman, dkk., 1996) sebagai berikut:
4 d d d d
dx= 1 + 2 + 3 + 4
Dimana: dx = diameter luka hari ke-x
d1 = diameter 1 (cm) d2 = diameter 2 (cm) d3 = diameter 3 (cm) d4 = diameter 4 (cm)
3.5 Analisis Data
Data hasil pengujian efek sediaan gel minyak kelapa murni hasil hidrolisis
terhadap waktusembuh luka bakar dianalisis secara statistik menggunakan uji
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Bilangan Asam Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni
Bilangan penyabunan minyak kelapa murni yang diperoleh
adalah181,8561 mg NaOH/gram VCO. Proses hidrolisis 70% minyak kelapa
murni 100 gram menghasilkan bobot 70,582 gram, dimana bobot hasil
hidrolisis ini diperoleh dari ekstraksi dengan n-heksan. Data perhitungan
bilangan penyabunan, jumlah NaOH yang digunakan dalam hidrolisis metode
penyabunan 70% dan bilangan asam VCO dapat dilihat pada Lampiran 2, 3
dan 4.
Bilangan asam minyak kelapa murni hasil hidrolisis dengan tiga kali
perlakuan diperoleh 173,55 mg KOH/gram minyak. Hidrolisis penyabunan
minyak VCO dengan NaOH menghasilkan gliserol yang larut dalam fraksi air,
sedangkan asam lemak bebas, monogliserida dan digliserida larut dalam
pelarut nonpolar seperti n-heksan, sehingga pada saat pengekstraksian
menggunakan n-heksan, maka gliserol tidak akan terekstraksi oleh n-heksan.
Bobot minyak yang dihasilkan menurun sejalan dengan peningkatan
penambahan NaOH dalam hidrolisis (Ketaren, 2005).
Tingkat hidrolisis yang dilakukan dalam penilitian adalah 70%, dimana
asam lemak yang dihasilkan dari proses penyabunan terlepas dari molekul
trigliserida dengan adanya bantuan alkali sebagai sabun sehingga melepaskan
gliserol. Reaksi pemecahan ini tidak dapat di kontrol. Pemberian alkali yang
jumlah minyak maka tidak semua trigliserida akan tersabunkan. Oleh karena
itu hasil reaksi hidrolisis meliputi asam lemak bebas, gliserol, monogliserida,
digliserida atau bahkan trigliserida karena jumlah alkali tidak mencukupi untuk
menyabunkan semua trigliserida, sehingga dapat disebut hidrolisis parsial
(Fessenden, 1989; Ketaren 2005).
4.2 Evaluasi Sediaan
4.2.1 Hasil Pemeriksaan Organoleptis
Hasil pemeriksaan stabilitas terhadap sediaan gel VCO hasil hidrolisis
yang dilakukan pada 4 sediaan,yaitu: F1 (basis gel), F2 (formula mengandung
5% VCO hasil hidrolisis), F3 (formula mengandung 10% VCO hasil
hidrolisis), dan F4 (formula mengandung 15% VCO hasil hidrolisis)dengan
melihat perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Pemeriksaan dilakukan
secara visual pada suhu kamar selama 90 hari.Sediaan gel yang terlihat baik,
jika tidak terjadi perubahan warna, bau dan bentuk dari sediaan gel selama 12
minggu pengamatan.Hasil dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data pemeriksaan organoleptis sediaan gel minyak kelapa murni hasil hidrolisis
Formula Penampilan
Warna Bau Konsistensi
F1 Bening Tidak spesifik Semi padat
F2 Putih Spesifik bau kelapa Semi padat F3 Putih Spesifik bau kelapa Semi padat F4 Putih Spesifik bau kelapa Semi padat Keterangan: F1 = Formula gel tanpa VCO hasil hidrolisis
Sediaan formula 2 dan 3 memiliki penampilan yang sama yaitu memiliki
warna beningdengan konsistensi lebih padat dibandingkan formula 4 yang
memiliki warna putih dengan konsistensi yang lebih cair.Data hasil uji stabilitas
sediaan gel VCO hasil hidrolisis mempunyai bentuk, warna, bau yang stabil
selama 90 hari. Gambar sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5%,
10%, dan 15% dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.2.2 Hasil Pengamatan Homogenitas Sediaan
Pengamatan homogenitas sediaan gel VCO hasil hidrolisis terhadap 4
sediaan,yaitu: F1 (basis gel), F2 (formula mengandung 5% VCO hasil hidrolisis),
F3 (formula mengandung 10% VCO hasil hidrolisis), dan F4 (formula
mengandung 15% VCO hasil hidrolisis)dilakukan dengan cara mengolesi
sejumlah tertentu sediaan pada sekeping kaca objek. Hasil dapat dilihat pada
Tabel 3.2. Foto hasil pemeriksaan homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 3.2 Data pengamatan homogenitas sediaan
Keterangan: F1 = basis gel
F2 = formulasi mengandung 5% VCO hasil hidrolisis F3 = formulasi mengandung 10% VCO hasil hidrolisis F4 = formulasi mengandung 15% VCO hasil hidrolisis (+) = terjadi perubahan
(-) = tidak terjadi perubahan
Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan gel
tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar yang tersebar tidak merata pada Pengamatan Sediaan Lama pengamatan (minggu)
0 2 4 6 8 10 12
Homogenitas F1 - - - -
F2 - - - -
F3 - - - -
saat sediaan dioleskan pada kaca objek. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan
homogen selama waktu penyimpanan.
4.2.3 Hasil Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan gel VCO hasil hidrolisis dilakukan terhadap
sediaan, yaitu: F1 (basis gel), F2 (formula mengandung 5% VCO hasil hidrolisis),
F3 (formula mengandung 10% VCO hasil hidrolisis), dan F4 (formula
mengandung 15% VCO hasil hidrolisis)dilakukan dengan menggunakan pH meter
(HANNA instrument) dan dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Hasil dapat
dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3Data pengukuran pH
Sediaan Nilai pH Rata-rata Pada Minggu Ke-
0 12
F1 6,9 7,0
F2 6,9 7,1
F3 7,0 7,1
F4 7,0 6,9
Berdasarkan pengukuran pH sediaan gel VCO hasil hidrolisis selama 12
minggu pengamatan menunjukkan bahwa pH dari sediaan gel VCO hasil
hidrolisis mengalami perubahan yang tidak signifikan dan cendrung stabil.
Penurunan nilai pH pada suatu sediaan dapat dipengaruhi lingkungan seperti
gas-gas di udara yang bersifat asam yang masuk dalam sediaan gel (Idadan Noer,
2012). Kenaikan nilai pH dapat dipengaruhi oleh adanya mikroba di dalam
sediaan. Menurut Balsam (1972), pH untuk kulit adalah 5-8, sediaan memenuhi
4.3Efek Penyembuhan Luka Bakar dari VCO Hasil Hidrolisis
Pengujian sediaan gel minyak kelapa murni hasil hidrolisis terhadap
luka bakar pada hewan percobaan (kelinci), dimana luka bakar yang terbentuk
dengan menggunakan lempeng logam (diameter 2 cm) adalah luka bakar
derajat II ditunjukkan dengan adanya kerusakan mencapai kedalaman dermis
tetapi masih ada elemen epitel sehat yang tersisa.Luka timbul secara klinis
dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. Perubahan diameter luka bakar
diukur sampai luka dinyatakan sembuh (diameter luka = 0) untuk
masing-masing perlakuan.
Data lengkap perubahan rata–rata diameter dan waktu sembuhluka
bakar pada masing–masing perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8.
Perubahan diameter rata-rata dan waktu sembuh luka bakar pada semua
kelompok dapat dilihat pada Gambar 3.2, sedangkan profil fisik dari proses
penyembuhan luka bakar dapat dilihat pada Gambar 3.1.
1. Kontrol Negatif (Tanpa Perlakuan)
2.Kontrol Positif (Bioplacenton®)
Hari ke 5 Hari ke 17 Hari ke 22 (sembuh)
3. Basis Gel
4. Sediaan Gel VCO Hasil Hidrolisis 70% konsentrasi 5%
Hari ke-5 Hari ke-14 Hari ke-20 (sembuh)
5. Sediaan Gel VCO Hasil Hidrolisis 70% Konsentrasi 10%
4. Sediaan Gel VCO Hasil Hidrolisis 70% Konsentrasi 15%
Hari ke-5 Hari ke-14 Hari ke-18 (sembuh)
Gambar 3.1 Profil fisik dari proses penyembuhan luka bakar
Gambar 3.2Efek penyembuhan luka bakar dari gel yang diukur dari diameter luka bakar setiap hari
Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa setiap perlakuan memberikan efek
penyembuhan yang berbeda-beda. Kelompok sediaan gel VCO hasil hidrolisis
dengan konsentrasi 15% menunjukkan waktu sembuh yang paling cepat (18
hari) dibandingkan kelompok lain, kemudian diikuti kelompok sediaan gel
VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 10% (20 hari), kelompok sediaan gel
VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5% (21 hari), kelompok Bioplacenton
(23 hari), kelompok basis gel (25 hari), dan terakhir kelompok tanpa perlakuan
(26 hari).
Efek penyembuhan luka bakar dari sediaan gel VCO hasil hidrolisis
mulai terlihat pada hari ke 5, sedangkan efek penyembuhan luka bakar dari
sediaan kontrol positif (Bioplacenton®) mulai terlihat pada hari ke 6, tetapi kelompok Bioplacenton® hari ke hari menghasilkan luka bakar yang kering dengan penyusutan diameter yang kecil. Kelompok Bioplacenton® menunjukkan waktu sembuh pada hari ke-23 hari, sedangkan kelompok
kelompok yang diberikan gel yang mengandung VCO hasil hidrolisis dengan
konsentrasi 5, 10, dan 15% berturut-turut menunjukkan waktu sembuh pada
hari ke-21, 20,dan 18. Dari hasil ini menunjukkan waktu sembuh luka bakar
dari kelompok yang diberi sediaan gel mengandung VCO lebih cepat daripada
kelompok yang diberi sediaan Bioplacenton®.Efek penyembuhan luka bakar dari sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 15% lebih cepat
dibandingkan sediaan gel VCO hasil hidrolisis konsentrasi 10% dan 5%.Hal ini
disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi VCO hasil hidrolisis yang
Pada penelitian terdahulu, (Surbakti, 2013) dilakukan penelitian efek
penyembuhan minyak kelapa murni hasil hidrolisis terhadap luka bakar pada
kelinci dengan mengamati perubahan diameter rata-rata luka bakar.Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil yang berbeda secara signifikan dengan hasil
penelitian ini, dimana efek penyembuhan minyak kelapa murni hasil hidrolisis
dalam bentuk minyak lebih cepat dibandingkan dalam bentuk sediaan gel.
Penyembuhan luka bakar meliputi pembentukan jaringan baru,
mencegah infeksi serta mengurangi inflamasi. Minyak kelapa murni memiliki
sifat antimikroba, karna mengandung MCFA (Medium Chain Fatty Acid) yang
dapat meningkatkan metabolisme, akibatnya sel-sel akan bekerja lebih efisien
membentuk sel-sel baru serta mengganti sel yang rusak dengan lebih cepat
sehingga dapat memperbaiki kulit yang rusak atau sakit (Edahwati,
2011).Minyak kelapa hasil hidrolisis meningkatkan kandungan asam lemak
bebas dan menghasilkan monogliserida yang aktif sebagai antimikroba.
Semakin tinggi tingkat hidrolisis minyak kelapa murni maka semakin besar
daya hambatnya terhadap bakteri patogen dibandingkan bakteri probiotik
(Silalahi, et al., 2014; Hasibuan 2012).
Data waktu sembuh pada masing-masing kelinci pada tiap kelompok
perlakuan dianalisis secara stratistik dengan metode ANOVA untuk melihat
perbedaan yang nyata dari setiap perlakuan pada tiap kelompok.Hasil analisis
Tabel 3.4 Data hasil waktu sembuh rata-rata dan standar deviasi
Kelompok Sembuh hari ke-
Mean ± SD Kontrol Negtaif (Tanpa Perlakuan) 26±0,00a Kontrol Positif (Bioplacenton) 22,333±0,577a
Basis Gel 24,333±0,577a
Sediaan Gel VCO 5% 20,677±0,577a
Sediaan Gel VCO 10% 19,333±0,577a
Sediaan Gel VCO 15% 18±0,00a
Keterangan: Waktu sembuh rata-rata terhadap 3 kelinci
amengartikan berbeda secara signifikan pada α = 0,05
Dari Tabel 3.4 di atas dan Lampiran 10 yang merupakan hasil analisis data
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifkan terhadap laju penyembuhan
luka bakar antara semua kelompok yang ditunjukkan oleh nilai significant yang
dihasilkan lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa kontrol negatif (tanpa
perlakuan), sediaan gel tanpa VCO hasil hidrolisis, sediaan gel VCO hasil
hidrolisis dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15%, dan sediaan sediaan
Bioplacenton® mempunyai efek yang tidak sama dalam menyembuhkan luka bakar.
Kelompok yang diberikan sediaan Bioplacenton® menunjukkan efek penyembuhan yang lebih lama jika dibandingkan dengan sediaan gel VCO hasil
hidrolisis dengan konsentrasi 5%, dimana terdapat perbedaan waktu sembuh yang
signifikan antara kedua kelompok tersebut yang ditunjukkan dengan signifikan
(0,00) lebih kecil dari 0,05. Maka dapat dinyatakan bahwa sediaan gel VCO hasil
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Minyak kelapa murni (VCO) hasil hidrolisis dapat diformulasi dalam bentuk
sediaan gel yang stabil selama 12 minggu.
b. Sediaan gel VCO hasil hidrolisis mempunyai efek penyembuhan luka.
Pemberian sediaan gel VCO hasil hidrolisis konsentrasi 5%, 10%, dan15%
mampu menyembuhkan luka pada hari ke-21, 20, 18 dan berbeda signifikan
dengan kelompok kontrol (tanpa perlakuan) yang sembuh pada hari ke-26,
begitu juga dengan kelompok yang diberi basis gel sembuh pada hari ke-25.
c. Sediaan VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5% mempunyai efek
penyembuhan luka bakar yang lebih cepat dibandingkan sediaan
Bioplacenton® yaitu sembuh pada hari ke-23.
5.2Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan VCO hasil
hidrolisis dengan tingkat yang berbeda dalam bentuksediaan farmasi lain dan