• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kelinci

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kelinci"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2.Perhitungan Bilangan Penyabunan Total Minyak Kelapa Murni 1. Pembakuan HCl untuk Penentuan Bilangan Penyabunan Total

miligrek Na2CO3 = miligrek HCl

N = ��/��

��

Data Pembakuan HCl 0,5 N

No.

Normalitas rata-rata:

N� = N1 + N2 2 Deviasi = �N1−N�

N1

���� �× 100 %

Normalitas rata-rata HCl

No.

(3)

2. Pembakuan NaOH-metanol untuk Penyabunan Total

Miligrek NaOH = Miligrek HCl

(4)

3. Perhitungan Bilangan Penyabunan

Berat sampel (VCO) = 5,003 gram Volume HCL 0,4999 N titrasi = 6,5 ml Volume NaOH-metanol 0,5199 N = 50 ml

Mol-ekivalen NaOH awal = V x N NaOH = 50 ml x 0,5199 N = 25,99 mmol Mol-ekivalen NaOH yang bereaksi dengan HCl = V x N HCl

= 6,5 ml x 0,4999 N = 3,25 mmol

Mol-ekivalen NaOH yang bereaksi dengan VCO = 25,99 mmol – 3,2493 mmol

= 22,7457 mmol Mg NaOH yang bereaksi = mol-ekivalen x Mr

= 22,7457 mmol x 40,00 gram/mol = 23,1330 mmol x 40,00 mg/mmol

= 909,826 mg Bilangan Penyabunan = 1

Gram Minyak × mg NaOH

= 1

(5)

Lampiran 3. Perhitungan Jumlah NaOH-metanol yang Digunakan dalam Hidrolisis Metode Penyabunan 70%

Volume NaOH-metanol yang ditambahkan untuk hidrolisis 70% VCO yang disabunkan = 100,0935 gram

NaOH = 181,8561mg/gr VCO

Jumlah NaOH yang ditambahkan

= 70% x 181,8561 mg/gram VCO x 100,0935 gram VCO =70

100x 181,8561 mg / gram VCO x 100,0935 gram VCO = 12741,83 mg NaOH

Mol NaOH = 12741,83 mg / (40 g/mol) = 12741,83 mg / (40mg/mmol) = 318,5457 mmol

Volume NaOH = mol / N

= 318,5457 mmol / 0,5199 N = 612,70578 ml ~ 613 ml

HCl yang ditambahkan setelah penyabunan untuk melepaskan alkali dari asam lemak bebas = V NaOH x N NaOH / N HCl

(6)

Lampiran 4. Perhitungan Bilangan Asam

1. Pembakuan KOH untuk Penetapan Bilangan Asam

Miligrek K. Biftalat = Miligrek KOH mg K. Biftalat

Data normalitas rata-rata KOH

(7)

Jadi Normalitas Pembakuan KOH = 0,0983 N 2. Perhitungan Bilangan Asam

Bilangan Asam = ml × N × BM KOH G

Keterangan:

ml = volume titrasi

N = Normalitas KOH BM KOH = 56,1

G = massa minyak yang diuji

No. VCO

(gram)

Volume titrasi

(ml) Bilangan Asam

1. 5,032 15,86 173,81

2. 5,021 15,78 173,31

(8)
(9)
(10)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB. Hal 183.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit UI Press. Hal.162, 490, 491, 492.

Arisanty, I.P. (2013). Konsep dasar manajemen perawatan luka. Jakarta: Penerbit EGC. Hal. 30-46

Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Second Edition. New York: John Willy and Son, Inc. Page 179.

Darmoyuwono, W. (2006), Gaya Hidup Sehat Dengan Virgin Coconut Oil. Jakarta: Penerbit PT Indeks Kelompok Gramedia. Hal.46.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal.1133-1176.

Edahwati, Luluk M. T. (2011). Aplikasi Penggunaan Enzym Papain dan Bromelin Terhadap Perolehan VCO. Diakses 26 September 2014, dari http://eprints.upnjatim.ac.id/3219/1/voc.pdf.

Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S. (1989). Kimia Organik. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal.408-412.

Fife, B.N.D. (2004). The Coconut Oil Miracle. New York: Penguin Book Inc. Hal. 103,104,110.

Hasibuan, O.D. (2012). Sifat Antibakteri dari Hasil Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Patogen dan Probiotik.Skripsi.Medan: Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara.

Ida, N., dan Noer, S. F. (2012). Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.). Majalah Farmasi Dan Farmakologi. 16(2):82.

Ketaren, S. (2005).Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal.49-65.

Lieberman, S., Enig, M.G., dan Preuss, H.G. (2006).A Review of Monolaurin and Lauric Acid Natural Virucidal and Bacterial Agent.Alternative & Complementary Therapies.Hal. 310-314. Diakses 26 September

(11)

Moenadjat, Y. (2003). Luka bakar: Pengetahuan Klinis Praktis. Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI Press. Hal.1-5.

Perdanakusuma, D.S. (2007).Anatomi Fisiologi Kulit Dan Penyembuhan Luka. Surabaya: Airlangga University School Of Medicine – Dr. Soetomo General Hospital. Hal.1-8.

Rawlins, E.A. (2003). Bentleys of Pharmaceutics. Edisi 18. London: Baillierre Tindall. Hal. 22, 35.

Silalahi, J., Permata, Y., dan Delux Putra, E.C. (2014). Antibacterial Activity Of Hydrolyzed Virgin Coconut Oil. Asian Journal Of Pharmaceutical and Clinical Reserach. 7(2): 90-94.

Sjamsuhidajat, R., dan Wim, D.J. (1997).Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.72-73.

Suardi, M., Armenia, dan Maryawati, A. (2008). Formulasi dan Uji Klinik Gel Anti Jerawat Benzoil Peroksida-HPMC. Skripsi. Padang: Fakultas Farmasi FMIPA UNAND.

Suratman, A.S., Sumiwi, D., dan Gozali.(1996). Pengaruh Ekstrak Antanan dalam Bentuk Salep, krim dan Jelly terhadap Penyembuhan Luka Bakar.Cermin Dunia Kedokteran. 108: 31-38.

Surbakti, C. (2013). Uji Efek Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis Terhadap Percepatan Penyembuhan Luka Bakar Pada Kelinci. Skripsi. Medan: Dept. Fakultas Farmasi USU.

Yahya, H. (2008). Gambaran Histologi Kulit.

www.harunyahya.com/imagestubuh/23/jpg[14 Juli 2008].

Wannarat, K., Tantisira, M.H., dan Tantisira, B. (2009). Wound Healing Effects a Standardized in Rats. Thailand Journal of Pharmacology. 31: 120-123. Wijaya, I.A. (2012). Pengaruh Pemberian Berbagai Coconut Oil Secara Topikal

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekperimental, yaitu untuk meneliti pengaruh konsentrasi VCO hasil hidrolisis 70% dalam bentuk sediaan gel, terhadap efek penyembuhan luka bakar yang diamati dari perubahan diameter rata-rata luka bakar setiap hari.

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat–alat

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitis (Boeco), pH meter (HANNA instrument), penangas air, timbangan hewan, hotplate, pendingin tegak, buret, statif, pemanas air, klem, bola karet, oven, termometer, lempeng logam berdiameter 2 cm, lumpang dan stemper, cawan penguap, jangka sorong, kertas perkamen, gunting, pisau cukur,spatula, sudip, dan alat–alat gelas sesuai kebutuhan.

3.1.2Bahan

Sampel yang digunakan adalah VCO yang diproduksi oleh Noery Vico Lhokseumawe-NAD. Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini jika tidak dinyatakan lain berkualitas pro-analis keluaran E.Merck yaitu natrium hidroksida, kalium hidroksida, metanol, asam klorida, n-heksan, natrium sulfat, metil red, fenolftalein, alkohol, carbomer 941, gliserin, TEA, nipagin dan akuades.

(13)

Hewan yang akan digunakan adalah kelinci jantan yang sehat(Oryctolagus cuniculus)dengan berat badan 1,5-2 kg (umur ± 1,5 tahun), ditempatkan dalam

kandang selama 7 hari sebelum penelitian yang bertujuan agar hewan uji terbiasa dengan lingkungan dan perlakuan yang baru.

3.2Prosedur Kerja

3.2.1 Penyiapan Larutan Pereaksi

Pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan asam klorida 0,5 N, larutan natrium hidroksida metanol 0,5 N, larutan kalium hidroksida 0,1 N, larutan merah metil, dan larutan fenolftalein.

Larutan asam klorida 0,5 N dibuat dengan mengencerkan 41,4 ml asam klorida pekat dengan akuades hingga 1000 ml. Larutan natrium hidroksida metanol 0,5 N dibuat dengan melarutkan 20 g natrium hidroksida dalam metanol,kemudian dicukupkan sampai 1000 ml. Larutan kalium hidroksida 0,1 N dibuat dengan melarutkan 5,61 g pelet kalium hidroksida dalam akuades hingga 1000 ml. Larutan merah metil dibuat dengan cara melarutkan 100 mg merah metil dalam 100 ml etanol. Larutan fenolftalein dibuat dengan cara melarutkan 1 g fenolftalein dalam 100 ml etanol (Ditjen POM, 1995).

3.2.2 Pembakuan Larutan Asam Klorida 0,5 N

Ditimbang seksama 0,25 g natrium karbonat (Na2CO3) yang sebelumnya

(14)

3.2.3 Pembakuan Larutan NaOH Metanol 0,5 N

Dipipet NaOH metanol 10 ml, dimasukkan ke dalam erlenmayer 250 ml. Kemudian ditambahkan 3 tetes fenolftalein dan titrasi dengan larutan asam klorida hingga terjadi warna merah muda hilang.

3.2.4 Pembakuan Larutan Kalium Hidroksida 0,1 N

Ditimbang 0,30 g kalium biftalat yang telah dikeringkan pada suhu 120° C selama 2 jam dan dilarutkan dalam 75 ml air bebas karbondioksida. Tambahkan 2 tetes fenolftalein dan titrasi dengan larutan kalium hidroksida hingga terjadi warna merah muda mantap (Ditjen POM, 1995).

3.2.5 Pembuatan Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis

Untuk penentuan bilangan penyabunan dilakukan prosedur sebagai berikut, yaitu sejumlah 5 gram minyak ditimbang dalam labu alas bulat 250 ml. Ditambahkan 50 ml NaOH metanol 0,5 N kemudian labu alas bulat dihubungkan dengan pendingin tegak, dididihkan lalu ditambahkan 1 ml larutan indikator fenolftalein kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah jambu menghilang.

Untuk hidrolisis parsial dari minyak dilakukan dengan memodifikasi prosedur bilangan penyabunan diatas, yaitu dengan mengurangi jumlah NaOH yang digunakan sesuai dengan tingkat hidrolisis.

(15)

maka campuran ditambahkan HCl encer. Selanjutnya diekstraksi dengan 50 ml n-heksana dan terbentuk dua lapisan atas (fraksi n-heksan) dipisahkan sebagai filtrat I. Lapisan bawah dikocok dengan 50 ml n-heksan, setelah didiamkan beberapa saat diambil lapisan atas (filtrat II). Filtrat I dan II digabung kemudian ditambahkan Na2SO4 anhidrat secukupnya dan dibiarkan selama semalam.

Selanjutnya diuapkan di atas penangas air dalam cawan penguap untuk menghilangkan n-heksan. Diperoleh minyak kelapa murni hasil hidrolisis parsial (Hasibuan, 2012).

3.2.6 Penentuan Bilangan Asam Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Penentuan asam lemak bebas dari VCO yang mengalami hidrolisis dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 5 gram hasil hidrolisis di dalam erlenmeyer 250 ml ditambahkan 25 ml alkohol netral 95%, kemudian dipanaskan di penangas air, diaduk dengan magnetic stirrer selama 10 menit. Larutan ini kemudian ditambahkan indikator larutan fenolftalein, dititrasi dengan KOH 0,1N sampai tepat terlihat warna merah jambu.Dihitung bilangan asam dari minyak (Ketaren, 2005).

Bilangan asam

=

�� �������������� ���� ������

3.2.7 Pembuatan sediaan Gel

Sediaan gel yang akan dibuat adalah sebanyak 100 g, denganmenggunakan formula standar (Agoes, 2008) sebagai berikut:

R/Carbomer 941 0,5%

Gliserin 10,0%

(16)

Formula dasar gel yang digunakan dimodifikasi dengan penambahan VCO hasil hidrolisis dengan berbagai konsentrasi, formula gel yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1Formula gel dengan variasi konsentrasi minyak kelapa murni hasil hidrolisis

Keterangan: A= dasar gel tanpa minyak kelapa murni hasil hidrolisis

B = gel dengan kadarMinyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis 5% C = gel dengan kadarMinyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis 10% D = gel dengan kadarMinyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis 15% Pembuatan:

Air, gilserin, minyak kelapa murni hasil hidrolisis dan pengawet dicampur. Carbomer kemudian ditaburkan pada permukaan, dan digerus dengan kecepatan tinggi. Kemudian ditambahkan TEA sambil digerus perlahan-lahan hingga terbentuk larutan jernih kental berebntuk gel.

3.3 Evaluasi Sediaan

Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan organoleptik dan homogenitas selama 28 hari, yaitu pada minggu ke 0, 2, 4, 6, 8, dan minggu ke 12. Pemeriksaan pH menggunakan pH meter pada minggu ke 0 dan 12 (Suardi, dkk., 2008).

3.3.1 Pemeriksaan Organoleptis

(17)

3.3.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas akan dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Sejumlah tertentu sediian jika diletakkan pada sekeping kaca atau bahan tranparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Suardi, dkk., 2008).

3.3.3 Pemeriksaan pH

Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Satu gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 100 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa, dibiarkan jarum pH meter bergerak sampai menunjukkan posisi yang tetap. pH yang ditunjukkan jarum dicatat (Rawlins, 2003).

3.4Penyembuhan Luka Bakar dengan Sedian Gel Minyak Kelapa Murni HasilHidrolisis

3.4.1 Pengelompokan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelinci sebanyak 6 ekor.kelinci dikelompokkan sebagai berikut:

(18)

3.4.2 Induksi Luka Bakar

Rambut pada bagian punggung, sisi kanan, dan sisi kiri kelinci dicukur hingga bersih.Kemudian dianastesi pada sisi yang telah dicukur. Luka bakar pada kelinci diinduksi dengan menempelkan lempeng besi berdiameter 2 cm yang telah dipanaskan dalam air mendidih (100 0C) selama 10 menit, kemudian ditempelkan pada punggung kelinci selama 10 detik dan ditunggu selama 30 menit sebelum diobati (Wannarat, dkk., 2009).

3.4.3 Efek PenyembuhanSediaan Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis Sesaat setelah induksi luka bakar, diameter luka awal diukur dan diberi perlakuan sesuai kelompok masing-masing sekali sehari. Kelompok I dibiarkan tanpa perlakuan, kelompok II diberi Bioplacenton® 0,1 gr dan kelompok III, IV, V, VI diberi 0,1 grsediaan gel minyak kelapa murni hasil hidrolisis bahan uji sesuai kelompoknya, dioleskan merata pada bagian luka bakar dengan cottonbud. Pemberian semua perlakuan topikal dilakukan setiap hari sampai luka sembuh, yang dinyatakan jika diameter luka nol.

Luka bakar yang terbentuk diukur menggunakan jangka sorong, dengan cara mengukur diameter luka bakar seperti pada Gambar 3.1.

dx(1)

dx(2)

dx(3) dx(4)

(19)

kemudian dihitung diameter luka bakar setiap hari sampai sembuh (diameter = 0)dihitung dengan rumus (Suratman, dkk., 1996) sebagai berikut:

4 d d d d

dx= 1 + 2 + 3 + 4

Dimana: dx = diameter luka hari ke-x d1 = diameter 1 (cm)

d2 = diameter 2 (cm)

d3 = diameter 3 (cm)

d4 = diameter 4 (cm)

3.5 Analisis Data

(20)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bilangan Asam Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni

Bilangan penyabunan minyak kelapa murni yang diperoleh adalah181,8561 mg NaOH/gram VCO. Proses hidrolisis 70% minyak kelapa murni 100 gram menghasilkan bobot 70,582 gram, dimana bobot hasil hidrolisis ini diperoleh dari ekstraksi dengan n-heksan. Data perhitungan bilangan penyabunan, jumlah NaOH yang digunakan dalam hidrolisis metode penyabunan 70% dan bilangan asam VCO dapat dilihat pada Lampiran 2, 3 dan 4.

Bilangan asam minyak kelapa murni hasil hidrolisis dengan tiga kali perlakuan diperoleh 173,55 mg KOH/gram minyak. Hidrolisis penyabunan minyak VCO dengan NaOH menghasilkan gliserol yang larut dalam fraksi air, sedangkan asam lemak bebas, monogliserida dan digliserida larut dalam pelarut nonpolar seperti n-heksan, sehingga pada saat pengekstraksian menggunakan n-heksan, maka gliserol tidak akan terekstraksi oleh n-heksan. Bobot minyak yang dihasilkan menurun sejalan dengan peningkatan penambahan NaOH dalam hidrolisis (Ketaren, 2005).

(21)

jumlah minyak maka tidak semua trigliserida akan tersabunkan. Oleh karena itu hasil reaksi hidrolisis meliputi asam lemak bebas, gliserol, monogliserida, digliserida atau bahkan trigliserida karena jumlah alkali tidak mencukupi untuk menyabunkan semua trigliserida, sehingga dapat disebut hidrolisis parsial (Fessenden, 1989; Ketaren 2005).

4.2 Evaluasi Sediaan

4.2.1 Hasil Pemeriksaan Organoleptis

Hasil pemeriksaan stabilitas terhadap sediaan gel VCO hasil hidrolisis yang dilakukan pada 4 sediaan,yaitu: F1 (basis gel), F2 (formula mengandung 5% VCO hasil hidrolisis), F3 (formula mengandung 10% VCO hasil hidrolisis), dan F4 (formula mengandung 15% VCO hasil hidrolisis)dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Pemeriksaan dilakukan secara visual pada suhu kamar selama 90 hari.Sediaan gel yang terlihat baik, jika tidak terjadi perubahan warna, bau dan bentuk dari sediaan gel selama 12 minggu pengamatan.Hasil dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Data pemeriksaan organoleptis sediaan gel minyak kelapa murni hasil hidrolisis

Formula Penampilan

Warna Bau Konsistensi

F1 Bening Tidak spesifik Semi padat

F2 Putih Spesifik bau kelapa Semi padat

F3 Putih Spesifik bau kelapa Semi padat

F4 Putih Spesifik bau kelapa Semi padat

Keterangan: F1 = Formula gel tanpa VCO hasil hidrolisis

(22)

Sediaan formula 2 dan 3 memiliki penampilan yang sama yaitu memiliki warna beningdengan konsistensi lebih padat dibandingkan formula 4 yang memiliki warna putih dengan konsistensi yang lebih cair.Data hasil uji stabilitas sediaan gel VCO hasil hidrolisis mempunyai bentuk, warna, bau yang stabil selama 90 hari. Gambar sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.2.2 Hasil Pengamatan Homogenitas Sediaan

Pengamatan homogenitas sediaan gel VCO hasil hidrolisis terhadap 4 sediaan,yaitu: F1 (basis gel), F2 (formula mengandung 5% VCO hasil hidrolisis), F3 (formula mengandung 10% VCO hasil hidrolisis), dan F4 (formula mengandung 15% VCO hasil hidrolisis)dilakukan dengan cara mengolesi sejumlah tertentu sediaan pada sekeping kaca objek. Hasil dapat dilihat pada Tabel 3.2. Foto hasil pemeriksaan homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 3.2 Data pengamatan homogenitas sediaan

Keterangan: F1 = basis gel

F2 = formulasi mengandung 5% VCO hasil hidrolisis F3 = formulasi mengandung 10% VCO hasil hidrolisis F4 = formulasi mengandung 15% VCO hasil hidrolisis (+) = terjadi perubahan

(-) = tidak terjadi perubahan

Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan gel tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar yang tersebar tidak merata pada

Pengamatan Sediaan Lama pengamatan (minggu)

0 2 4 6 8 10 12

Homogenitas F1 - - - -

F2 - - - -

F3 - - - -

(23)

saat sediaan dioleskan pada kaca objek. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan homogen selama waktu penyimpanan.

4.2.3 Hasil Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan gel VCO hasil hidrolisis dilakukan terhadap sediaan, yaitu: F1 (basis gel), F2 (formula mengandung 5% VCO hasil hidrolisis), F3 (formula mengandung 10% VCO hasil hidrolisis), dan F4 (formula mengandung 15% VCO hasil hidrolisis)dilakukan dengan menggunakan pH meter (HANNA instrument) dan dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Hasil dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3Data pengukuran pH

Sediaan Nilai pH Rata-rata Pada Minggu Ke-

0 12

F1 6,9 7,0

F2 6,9 7,1

F3 7,0 7,1

F4 7,0 6,9

(24)

4.3Efek Penyembuhan Luka Bakar dari VCO Hasil Hidrolisis

Pengujian sediaan gel minyak kelapa murni hasil hidrolisis terhadap luka bakar pada hewan percobaan (kelinci), dimana luka bakar yang terbentuk dengan menggunakan lempeng logam (diameter 2 cm) adalah luka bakar derajat II ditunjukkan dengan adanya kerusakan mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel sehat yang tersisa.Luka timbul secara klinis dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. Perubahan diameter luka bakar diukur sampai luka dinyatakan sembuh (diameter luka = 0) untuk masing-masing perlakuan.

Data lengkap perubahan rata–rata diameter dan waktu sembuhluka bakar pada masing–masing perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Perubahan diameter rata-rata dan waktu sembuh luka bakar pada semua kelompok dapat dilihat pada Gambar 3.2, sedangkan profil fisik dari proses penyembuhan luka bakar dapat dilihat pada Gambar 3.1.

1. Kontrol Negatif (Tanpa Perlakuan)

(25)

2.Kontrol Positif (Bioplacenton®)

Hari ke 5 Hari ke 17 Hari ke 22 (sembuh)

3. Basis Gel

(26)

4. Sediaan Gel VCO Hasil Hidrolisis 70% konsentrasi 5%

Hari ke-5 Hari ke-14 Hari ke-20 (sembuh)

5. Sediaan Gel VCO Hasil Hidrolisis 70% Konsentrasi 10%

(27)

4. Sediaan Gel VCO Hasil Hidrolisis 70% Konsentrasi 15%

Hari ke-5 Hari ke-14 Hari ke-18 (sembuh) Gambar 3.1 Profil fisik dari proses penyembuhan luka bakar

(28)

Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa setiap perlakuan memberikan efek penyembuhan yang berbeda-beda. Kelompok sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 15% menunjukkan waktu sembuh yang paling cepat (18 hari) dibandingkan kelompok lain, kemudian diikuti kelompok sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 10% (20 hari), kelompok sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5% (21 hari), kelompok Bioplacenton (23 hari), kelompok basis gel (25 hari), dan terakhir kelompok tanpa perlakuan (26 hari).

(29)

Pada penelitian terdahulu, (Surbakti, 2013) dilakukan penelitian efek penyembuhan minyak kelapa murni hasil hidrolisis terhadap luka bakar pada kelinci dengan mengamati perubahan diameter rata-rata luka bakar.Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yang berbeda secara signifikan dengan hasil penelitian ini, dimana efek penyembuhan minyak kelapa murni hasil hidrolisis dalam bentuk minyak lebih cepat dibandingkan dalam bentuk sediaan gel.

Penyembuhan luka bakar meliputi pembentukan jaringan baru, mencegah infeksi serta mengurangi inflamasi. Minyak kelapa murni memiliki sifat antimikroba, karna mengandung MCFA (Medium Chain Fatty Acid) yang dapat meningkatkan metabolisme, akibatnya sel-sel akan bekerja lebih efisien membentuk sel-sel baru serta mengganti sel yang rusak dengan lebih cepat sehingga dapat memperbaiki kulit yang rusak atau sakit (Edahwati, 2011).Minyak kelapa hasil hidrolisis meningkatkan kandungan asam lemak bebas dan menghasilkan monogliserida yang aktif sebagai antimikroba. Semakin tinggi tingkat hidrolisis minyak kelapa murni maka semakin besar daya hambatnya terhadap bakteri patogen dibandingkan bakteri probiotik (Silalahi, et al., 2014; Hasibuan 2012).

(30)

Tabel 3.4 Data hasil waktu sembuh rata-rata dan standar deviasi

Kelompok Sembuh hari ke-

Mean ± SD Kontrol Negtaif (Tanpa Perlakuan) 26±0,00a Kontrol Positif (Bioplacenton) 22,333±0,577a

Basis Gel 24,333±0,577a

Sediaan Gel VCO 5% 20,677±0,577a

Sediaan Gel VCO 10% 19,333±0,577a

Sediaan Gel VCO 15% 18±0,00a

Keterangan: Waktu sembuh rata-rata terhadap 3 kelinci

amengartikan berbeda secara signifikan pada α = 0,05

Dari Tabel 3.4 di atas dan Lampiran 10 yang merupakan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifkan terhadap laju penyembuhan luka bakar antara semua kelompok yang ditunjukkan oleh nilai significant yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa kontrol negatif (tanpa perlakuan), sediaan gel tanpa VCO hasil hidrolisis, sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15%, dan sediaan sediaan Bioplacenton® mempunyai efek yang tidak sama dalam menyembuhkan luka bakar.

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Minyak kelapa murni (VCO) hasil hidrolisis dapat diformulasi dalam bentuk sediaan gel yang stabil selama 12 minggu.

b. Sediaan gel VCO hasil hidrolisis mempunyai efek penyembuhan luka. Pemberian sediaan gel VCO hasil hidrolisis konsentrasi 5%, 10%, dan15% mampu menyembuhkan luka pada hari ke-21, 20, 18 dan berbeda signifikan dengan kelompok kontrol (tanpa perlakuan) yang sembuh pada hari ke-26, begitu juga dengan kelompok yang diberi basis gel sembuh pada hari ke-25. c. Sediaan VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5% mempunyai efek

penyembuhan luka bakar yang lebih cepat dibandingkan sediaan Bioplacenton® yaitu sembuh pada hari ke-23.

5.2 Saran

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Kulit tersusunoleh banyak jaringan termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat syaraf, jaringan pengikat otot polos dan lemak.Kulit manusia terdiri dari 3 lapisan yang berbeda, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan yang berlemak.Permukaan kulit terdiri dari lapisan tanduk (stratum corneum) yang dapat terkelupas.Di bawah lapisan tanduk secara teratur ada lapisan rintangan (stratum lucidum), lapisan berbutir (stratum granulosum), lapisan sel duri (stratum spinosum), dan lapisan sel basal (stratum germanitivum).Fungsi epidermis adalah sebagai pelindung terhadap bakteri, iritasi kimia alergi, dan lain sebagainya.Pembuluh darah kapiler dan serabut-serabut saraf timbul dari jaringan lemak subkutan masuk ke dalam dermis dan sampai epidermis.Kelenjar keringat berada pada jaringan subkutan menghasilkan produknya dengan cara pembuluh keringat menemukan jalannya ke permukaan kulit. (Ansel, 1989).

(33)

mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat (Perdanakusuma, 2007).

Gambar 1.Struktur skematis kulit (Sumber: Yahya. 2008). 2.1.1 Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan tidak terdapat pembuluh darah.Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.

(34)

Menurut Arisanty (2013), Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):

a. Stratum Korneum: terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.

b. Stratum Lusidum: biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

c. Stratum Granulosum: ditandai oleh 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.

d. Stratum Spinosum: terdapat berkas-berkas filamen yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. e. Stratum Basale (Stratum Germinativum): terdapat aktifitas mitosis yang

hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.

2.1.2 Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit.Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan:

(35)

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah.Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi dermis adalah sebagai struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi

(Arisanty,2013). 2.1.3 Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi subkutis/hipodermis adalah sebagai pelekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber

2.1.4 Fisiologi kulit

(36)

keseimbangan cairan elektrolit.Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insensible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan

dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas (Arisanty,2013).

2.2 Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal sampai fase lanjut (Moenadjat, 2003).

Luka bakar dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab dan kerusakan jaringan, yaitu: berdasarkan penyebabnya, luka bakar dibedakan menjadi: luka bakar karena api, luka bakar karena air panas, luka bakar karena bahan kimia, luka bakar karena listrik dan petir, luka bakar karena radiasi.

Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan luka dibedakan atas beberapa jenis, yaitu: luka bakar derajat I, luka bakar derajat II, dan luka bakar derajat III. 1. Luka bakar derajat I

(37)

ujung-ujung saraf sensori teriritasi.Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.Contohnya adalah luka bakar akibat sengatan matahari (Moenadjat, 2003).

2. Luka bakar derajat II

Luka bakar derajat dua, yaitu mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel sehat yang tersisa.Elemen epitel tersebut, misalnya epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu.Gejala yang timbul adalah nyeri, gelembung atau bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi (Sjamsuhidajat, 1997). 3. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam.Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.Tidak dijumpai rasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan (kematian). Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan baik dari dasar luka, tepi luka, maupun apendises kulit (Moenadjat, 2003).

2.2.1 Proses Penyembuhan Luka Bakar

Proses penyembuhan luka bakar dibagi dalam tiga fase, yaitu: fase inflamasi, fase proliferasi, fase terminasi.

(38)

permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, pembentukan sel radang disertai vasodilatasi setempat menyebabkan pembengkakan (Sjamsuhidajat, 1997).

Fase profilerasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga (Sjamsuhidajat, 1997).

Fase terminasi terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih dan pembentukan jaringan baru. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang hilang (Sjamsuhidajat, 1997).

2.2.2 Obat Yang dapat digunakan

Proses penyembuhan luka bakar dibutuhkan adanya suatu zat dalam obat yang dapat mempercepat regenerasi sel serta antibiotik topikal (Moenadjat, 2003). Obat-obatan yangdigunakan dalam pengobatan luka bakar sekarang ini sudah tersedia dalam bentuk sediaan topikal yaitu cream, salap, dan gel yang dijual dipasaran seperti:

Bioplacenton® :Mengandung placenta extract 10% dan neomycin sulfate 0,5%Farmakologi : Ekstrak placenta bekerja memicu pembentukan jaringan baru dan untuk wound healing, sedangkan neomycin untuk mencegah atau mengatasi infeksi bakteri gram negatif pada are luka (kalbemed.com).

(39)

dan lain-lain. Sedangkan tanaman obat tradisional yang juga sering digunakan dalam penyembuhan luka bakar antara lain: lidah buaya, tapak dara, minyak kelapa murni, gambir, dan lain-lain (Agoes, 2010).

2.3 Sediaan Yang Dapat Digunakan Sebagai Obat Luka Bakar

Salep, krim, sistem pemberian pemberian obat melalui kulit, lotio, larutan topikal dan tinktur menggambarkan bentuk sediaan dermatologi yang paling sering dipkai, tetapi bagaimanapun preparat lain seperti pasta, liniment, serbuk dan aerosol (juga bisa digunakan) (Ansel, 1989)

Bentuk sediaan setengah padat lain selain salep adalah gel, gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi partikel anorganik kecil atau molekul organik besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Sediaan dalam bentuk gel lebih banyak digunakan karena rasa dingin dikulit, mudah mengering membentuk lapisan film sehingga mudah dicuci (Suardi, dkk., 2008)

(40)

2.4 Metode Pengukuran Diameter Luka Bakar

Sesaat setelah induksi luka bakar, diameter luka awal diukur dan diberi perlakuan sesuai kelompok masing-masing sekali sehari. Kelompok I dibiarkan tanpa perlakuan, kelompok II diberi Bioplacenton® 0,1 gr dan kelompok III, IV, V, VI diberi 0,1 grsediaan gel minyak kelapa murni hasil hidrolisis bahan uji sesuai kelompoknya, dioleskan merata pada bagian luka bakar dengan cottonbud. Pemberian semua perlakuan topikal dilakukan setiap hari sampai luka sembuh, yang dinyatakan jika diameter luka nol.

(41)

dx(1)

dx(2)

dx(3) dx(4)

Gambar 3.1 Cara mengukur diameter luka bakar

kemudian dihitung diameter luka bakar setiap hari sampai sembuh (diameter = 0)dihitung dengan rumus (Suratman, dkk., 1996) sebagai berikut:

4

Dimana: dx = diameter luka hari ke-x d1 = diameter 1 (cm)

d2 = diameter 2 (cm)

d3 = diameter 3 (cm)

d4 = diameter 4 (cm)

2.5 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni

(42)

dengan bantuan mono-laurin tersebut. Selain itu, beberapa penelitian juga telah memperlihatkan efek antimikrobial dari asam laurat itu sendiri tanpa diubah menjadi mono-laurin (Sutarmi, 2005; Darmoyuwono, 2006; Lieberman, et al., 2006).

Minyak kelapa murni hasil hidrolisis mampu meningkatkan aktivitas antibakteri dibandingkan minyak kelapa tanpa hidrolisis.Semakin tinggi tingkat hidrolisis minyak kelapa murni maka semakin besar daya hambatnya terhadap bakteri patogen daripada bakteri probiotik (Permata, 2012; Hasibuan, 2012).

2.6 Minyak Kelapa Murni sebagai Obat Luka Bakar

Penyembuhan luka bakar meliputi pembentukan jaringan baru, mencegah infeksi serta mengurangi inflamasi. Minyak kelapa murni memiliki sifat antimikroba dari minyak kelapa tergantung pada adanya monogliserida dan asam lemak bebas.MCFA (Medium Chain Fatty Acid) yang merupakan salah satu kandungan dari minyak kelapa yang meningkatkan metabolisme, sehingga sel-sel akan bekerja lebih efisien membentuk sel-sel baru serta mengganti sel yang rusak dengan lebih cepat. Serta memiliki kandungan fitosterol untuk mengurangi inflamasi.Minyak kelapa murni efektif dan aman bila digunakan sebagai pelembab, dengan tidak adanya efek samping.Dalam beberapa hal dapat memperbaiki kulit yang rusak atau yang sakit.MCFA dengan cepat memberi sumber energi pada sel-sel, yang membantu meningkatkan metabolik dan kemampuan penyembuhannya.Oleh karena itu minyak kelapa murni dapat

(43)

Minyak kelapa hasil hidrolisis meningkatkan kandungan asam lemak bebas dan menghasilkan monogliserida yang aktif sebagai antimikroba. Semakin tinggi tingkat hidrolisis minyak kelapa murni maka semakin besar daya hambatnya terhadap bakteri patogen dibandingkan bakteri probiotik (Permata, 2012; Hasibuan 2012).

2.7Minyak Kelapa Murni

Pohon kelapa telah mendampingi kehidupan bangsa Indonesia sejak jaman nenek moyang ribuan tahun yang lalu. Pohon kelapa adalah pohon yang memiliki daya guna yang sangat tinggi. Pohon kelapa termasuk keluarga Palmae merupakan tanaman tropis yang penyebarannya di pantai (habitat asli).Namun dalam pengembangan budidaya,akhirnya pohon kelapa dapat ditemui sampai di pegunungan.Semua bagian pohon kelapa memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari, termasuk buah kelapa yang digunakan sebagai minyak makan atau santan dalam sayur-sayuran. Namun, saat ini telah ditemukan sebagai obat. Minyak kelapa yang dijadikan sebagai obat biasanya disebut minyak kelapa murni (virgin coconut oil/VCO) (Sutarmi, 2005).

(44)

Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil, VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera) yang tidak mengalami perubahan kimiawi. Agar tidak mengalami proses perubahan kimiawi, maka ekstraksi minyak kelapa tersebut dilakukan dengan proses dingin. Misalnya, secara fermentasi, pancingan, sentrifugasi, pemanasan tidak lebih dari 60 °C, pengeringan parutan kelapa secara cepat, dan lain-lain (Sutarmi, 2005; Darmoyuwono, 2006). Pada Tabel 2.1 dapat dilihat standar mutu VCO untuk beberapa karakteristik berdasarkan SNI (7381:2008).

Tabel 2.1 Standar mutu (Virgin Coconut Oil, VCO)

N Jenis uji Satuan Persyaratan

1

Air dan senyawa menguap Bilangan penyabunan Bilangan iod

(45)

6.1 Asam kaproat (C6:0) 6.2 Asam kaprilat (C8:0) 6.3 Asam kaprat (C10:0) 6.4 Asam laurat (C12:0)

6.5 Asam miristat (C14:0) 6.6 Asam

palmitat(C1 6:0)

6.7 Asam stearat (C18) 6.8 Asam oleat (C18:1) 6.9 Asam linoleat

(46)

Minyak kelapa murni disebut juga sebagai obat segala penyakit. Hal ini karena minyak kelapa murni dapat mengatasi berbagai macam penyakit akibat virus, mikroba, protozoa, jamur dan cacing. Selain itu, juga terdapat manfaat-manfaat yang lain seperti sebagai sumber energi tubuh dan kebugaran, sebagai bahan kecantikan dan lain-lain (Darmoyuwono, (2006).

2.7.1 Komposisi Minyak Kelapa Murni

Komponen minyak kelapa terdiri dari asam lemak jenuh (90%) dan minyak tak jenuh (10%).Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam laurat VCO mengandung ± 53% asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat.Keduanya merupakan asam lemak rantai sedang yang biasa disebut Medium Chain Fatty Acid (MCFA).MCFA merupakan komponen asam lemak berantai sedang yang

memiliki banyak fungsi, antara lain mampu merangsang produksi insulin sehingga proses metabolisme glukosa dapat berjalan normal. Selain itu, MCFA juga bermanfaat dalam mengubah protein menjadi sumber energi.Asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek, seperti asam kaprat, kaprilat dan miristat yang terkandung dalam minyak kelapa murni dapat berperan positif dalam proses pembakaran nutrisi makanan menjadi energi. Fungsi lain zat ini, antara lain sebagai antivirus, antibakteri dan antiprotozoa(Sutarmi, 2005).Komposisi asam lemak minyak kelapa murni dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Murni

Asam Lemak Simbol

asam lemak

Rumus Kimia

(47)

Asam Lemak Jenuh: Asam Lemak Tak Jenuh:

Asam palmitoleat

(48)

terbentuk dari reaksi antara asam dan alkohol yang melepaskan air (H2O) sebagai

hasil samping (Darmoyuwono, 2006; Gani, dkk., 2006).

Trigliserida adalah komponen utama minyak nabati dan lemak hewan, trigliserida memiliki berat jenis lebih rendah dibandingkan air dan pada suhu kamar normal dapat berada dalam keadaan padat atau cair.Apabila padat maka disebut lemak atau mentega, sedangkan apabila cair disebut minyak.Trigliserida juga disebut triasilgliserol (TAG), yaitu senyawa kimia yang terbentuk dari satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak(Darmoyuwono, 2006).

Sifat dan daya tahan minyak terhadap kerusakan sangat bergantung pada komponen penyusunnya, terutama kandungan asam lemak.Minyak kelapa murni mengandung sekitar 90% asam lemak jenuh sehingga cenderung lebih mudah mengalami ketengikan (Ketaren, 2005).

2.8 Hidrolisis Lemak dengan Alkali

Lemak yang dihidrolisis dengan alkali seperti NaOH dan KOH akan menghasilkan gliserol dan sabun yang reaksinya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Jumlah NaOH dan KOH yang digunakan untuk menghidrolisis lemak disebut dengan bilangan penyabunan.

(49)

bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul NaOH bereaksi dengan satu molekul minyak. Larutan alkali yang berlebih ditentukan dengan titrasi menggunakan asam sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui (Ketaren, 2005).

Menurut Ketaren (2005), bilangan penyabunan dapat ditetapkan dengan jalan mengurangkan jumlah miliequivalen larutan alkali yang dipergunakan dikalikan dengan berat molekul dari larutan alkali tersebut dibagi dengan berat gram minyak. Maka bilangan penyabunan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Bilangan Penyabunan=(������������)− (����������)

���� ������ �������

Bilangan penyabunan yang tinggi menunjukkan bahwa minyak tersebut memiliki berat molekul yang rendah.Bilangan peroksida yang rendah menunjukkan VCO mempunyai stabilitas oksidasi yang tinggi.Bilangan iod yang rendah menunjukkan bahwa VCO mempunyai asam lemak tak jenuh dalam jumlah yang rendah (Ketaren, 2005; Marina, 2009).

2.9 Penentuan Bilangan Asam

(50)

dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dapat dihitung pada rumus di bawah ini:

������������ =����������������

����������

(51)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau cedera pada jaringan kulit yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar tidak hanya akan mengakibatkan kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh pasien. Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi,

mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan

elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut(Moenadjat, 2003).

Beberapa bentuk sediaan topikal yang sering digunakan dalam pengobatan luka bakar adalah salep, krim, pasta, atau gel. Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar atau saling diserapi cairan. Jika massa gel terdiri dari partikel kecil yang terpisah, maka gel digolongkan sebagai sistem dua fasa(Ditjen POM, 1995).

(52)

Saat ini telah banyak digunakan obat-obatan beredar di pasaran yang bermanfaat untuk menangani luka bakar seperti Bioplacenton®yang tersedia dalam bentuk gel mengandung Placenta extract ex bovinedan Neomycin Sulfat. Selain itu salah satu bahan yang menjadi alternatif untuk penatalaksanaan dan penyembuhan luka bakar adalahVirgin Coconut Oil(VCO). VCO merupakan bentuk olahan daging kelapa yang baru-baru ini banyak diproduksi. Di beberapa daerah, VCO lebih terkenal dengan nama minyak perawan, minyak sara, atau minyak kelapa murni (Darmoyuwono, 2006).

VCO adalah salah satu bentuk olahan dari minyak kelapa yang jika digunakan secara topikal dapat melindungi kulit dari radikal bebas, mencegah infeksi yang disebabkan bakteri atau jamur, serta memulihkan kulit yang kering, kasar, keriput. VCO mengandung asam lemak jenuh rantai karbon sedang (Medium Chain Fatty Acid /MCFA) yaitu asam laurat.dalam bentuk monogliserida yang memiliki sifat antimikroba, antijamur dan antivirus. MCFA dapat menembus membran mitokondria tanpa enzim tertentu sehingga menghasilkan penambahan energi dan peningkatan metabolisme (Fife, 2004; Lieberman, et al., 2006).

(53)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui percepatan penyembuhan luka bakar oleh minyak kelapa murni hasil hidrolisis parsial yang diformulasikan dalam bentuk sediaan gel yang dilakukan pada kelinci.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. apakah minyak kelapa murni (VCO) hasil hidrolisis dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel yang baik?

b. bagaimana efek penyembuhan luka bakar dari minyak kelapa murni (VCO) hasil hidrolisis yang diformulasikan dalam bentuk sediaan gel?

c. apakahminyak kelapa murni (VCO) hasil hidrolisis yang diformulasikan dalam bentuk sediaan gel dapat mempercepat penyembuhan luka bakar dibandingkan Bioplacenton®?

1. 3 Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dari perumusuan masalah adalah sebagai berikut:

a. minyak kelapa murni hasil hidrolisis dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel yang baik.

(54)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. untuk mengetahui minyak kelapa murni hasil hidrolisis dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel yang baik.

b. untuk mengetahui efek penyembuhan luka bakar dari bentuk sediaan gel dari minyak kelapa murni hasil hidrolisis.

c. untuk mengetahui percepatan penyembuhan luka bakar oleh bentuksediaan gel dari minyak kelapa murni hasil hidrolisis dan Bioplacenton®.

1.5 Manfaat Penelitian

(55)

Efek Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kelinci

Abstrak

Gel adalah salah satu bentuk sediaan topikal yang sering digunakan dalam pengobatan luka bakar. Minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO) dapat mencegah infeksi, melindungi kulit dari radikal bebas, memulihkan kulit yang kering, kasar, keriput. Minyak kelapa juga bersifat antimikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penyembuhan luka bakar dari sediaan gel VCO hasil hidrolisis pada kelinci.

VCO yang digunakan adalah yang diproduksi oleh Noery Vico Lhokseumawe-NAD. VCO dihidrolisis dengan tingkat 70% kemudian diformulasi menjadi gel dengan berbagai konsentrasi. Komposisi gel terdiri darikarbomer, gliserin, TEA, dan nipagin. Selanjutnya gel dievaluasi meliputi, pemeriksaan stabilitas fisik (bentuk, warna, bau), homogenitas dan pH. Setelah itu diuji efeknya terhadap kelinci jantan, yang telah dilukai bagian punggungnya dengan penginduksi panas berupa lempengan logam berukuran ± 2 cm yang telah dipanaskan dalam air mendidih dengan suhu 100°C selama 10 menit dan ditempelkan pada punggung kelinci selama 10 detik. Kelinci dibagi menjadi enam kelompok yaitu kontrol negatif (tanpa perlakuan), kontrol positif (diberi gel Bioplacenton®), basis gel, serta tiga kelompok dengan sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5, 10, dan 15%. Pengamatan dilakukan setiap hari secara visual dengan mengamati proses penyembuhan melalui perubahan diameter luka bakar. Kemudiandilakukan analisis data dengan uji ANOVA menggunakan Statistical Program Service Solution (SPSS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan gel VCO hasil hidrolisis tetap stabil selama 12 minggu penyimpanan dan nilai pH 6,9-7,1. Kelompok yang diberikan gel yang mengandung VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% berturut-turut sembuh pada hari ke-21, 20, 18, sedangkan kelompok yang diberi basis gel tanpa VCO sembuh pada hari ke-25. Kelompok yang diberi sediaan gel Bioplacenton® sembuh pada hari ke-23, sedangkan kontrol negatif (tanpa perlakuan) sembuh pada hari ke-26. Peningkatan konsentrasi menunjukkan peningkatan efek penyembuhan luka bakar. Sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 15% menunjukkan efek penyembuhan yang lebih singkat (18 hari) dan sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5% lebih efektif daripada Bioplacenton®.

(56)

Healing Effect Of Virgin Coconut Oil Gel Against Burn Wound On Rabbits Abstract

Gel is one topical dosage forms often used in the treatment of burns. Virgin coconut oil (VCO) can prevent infections, protect the skin from free radicals, restore dry, rough, wrinkled. VCO is also antimicrobial. The purpose of this study was to examine the healing effect of virgin coconut oil gel against burn wound on rabbits.

VCOused ismanufacturedbyVicoNoeryLhokseumawe-NAD. VCO hydrolyzed with 70 % level then formulated into a gel with different concentrations. gelcompositionconsistingofcarbomer, glycerin, TEA, and nipagin. Thangel was evaluated includes, examination of physical stability (shape, color, smell), homogeneity and pH. After that effect tested of on male rabbits, which have been hurt the back with a heat inducer sized slab of metal ± 2 cm which has been heated in boiling water with a temperature of 100 ° C for 10 min and placed on the backs of rabbits during 10 seconds. Rabbits divided into six groups: negative control (no treatment), positive control (given Bioplacenton®), base gel, and three groups with the results of gel preparation VCO hydrolysis with concentration 5, 10, and 15%. Observations every day were made visually by observing the healing process by changing the diameter of burns. The data ware analyzedwith ANOVA using the Statistical Program Service Solution (SPSS) .

The results showed that the VCO gel hydrolysis results remained stable during 12 weeks of storage and pH values from 6.9 to 7.1. The group given the gel containing VCO hydrolysis with concentration 5%, 10%, and 15% respectively were recovered on 21, 20, 18 day, whereas the group given the gel base without VCO cured at 25 day. The group given Bioplacenton® cured on day 23, whereas the negative control (no treatment) recovered on day 26. Increasing concentrations showed an increase in burn healing effects. VCO gel hydrolysis with 15% concentration showed that the healing effects of shorter (18 days) and VCOgel preparationhydrolysisresultsina concentration of 5% moreeffective thanBioplacenton®.

(57)

EFEK GEL MINYAK KELAPA MURNI HASIL HIDROLISIS

TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA

KELINCI

SKRIPSI

OLEH:

AKHYAR NIOLI RAMBE

NIM 111524033

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

(58)

EFEK GEL MINYAK KELAPA MURNI HASIL

HIDROLISISTERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR

PADA KELINCI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

AKHYAR NIOLI RAMBE

NIM 111524033

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(59)

PENGESAHAN SKRIPSI

EFEK GEL MINYAK KELAPA MURNI HASIL HIDROLISIS

TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA

KELINCI

OLEH:

AKHYAR NIOLI RAMBE NIM 111524033

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal : 5Agustus 2015

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc.,Apt. Prof. Dr. Urip Harahap., Apt. NIP 195006071979031003 NIP 195103261978022001

Pembimbing II, Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc.,Apt NIP 195006071979031003

Marianne, S.Si., M.Si., Apt.Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. NIP 198005202005012006 NIP 195101311976031003

Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt. NIP 194909101980031002

Medan, Juni 2015 Fakultas Farmasi

(60)

KATA PENGANTAR

PujidansyukurkehadiratTuhan yang MahaKuasaolehkarenakasihdankarunia-Nya,

sehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsi yang berjudul “Efek Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada

Kelinci”.

SkripsiinidiajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarSarjanaFar masipadaFakultasFarmasiUniversitas Sumatera Utara.

PadakesempataninipenulismengucapkanterimakasihkepadaBapak Prof. Dr. SumadioHadisahputra, Apt., selakuDekanFakultasFarmasiUniversitas Sumatera Utara yang telahmemberikanbantuandanfasilitasselamamasapendidikan. Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt.dan Bapak Drs. Saiful Bahri, M.S.,Apt., selakupembimbingyang telahmemberikanwaktu, bimbingandannasehatselamapenelitianhinggaselesainyapenyusunanskripsiini. Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.,Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt., dan Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selakudosenpenguji yang telahmemberikansaran dankritikankepadapenulis hinggaselesainyapenulisanskripsiini. Ibu Dwi Lestari.P, S.Si., M.Si., Apt.,

sebagaipenasehatakademik yang telahmembimbingpenulisselamamasapendidikandi FakultasFarmasiUniversitas

Sumatera Utara. BapakdanIbustafpengajarFakultasFarmasi USUyangtelahmendidikdanmemberikanarahansertabimbingankepadapenulisselam

(61)

Terimakasih yang sebesar-besarnyakepadakedua orang tua, kakak, abang, dan sahabat-sahabat saya tercintaatasdoa, dorongandansemangatbaikmorilmaupunmaterilkepadapenulisselamamasaperkulia hanhinggaselesainyapenyusunanskripsiini, Tuhan yang akanmemberkati saudara semua.

Penulismenyadari bahwa

sepenuhnyapenulisanskripsiinimasihmemilikibanyakkekurangan, olehkarenaitu,

sangatdiharapkankritikandan saran yang dapatmenyempurnakanskripsiini.Semogaskripsiinibermanfaatbagikitasemua.

Medan, April 2015 Penulis,

(62)

Efek Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kelinci

Abstrak

Gel adalah salah satu bentuk sediaan topikal yang sering digunakan dalam pengobatan luka bakar. Minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO) dapat mencegah infeksi, melindungi kulit dari radikal bebas, memulihkan kulit yang kering, kasar, keriput. Minyak kelapa juga bersifat antimikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penyembuhan luka bakar dari sediaan gel VCO hasil hidrolisis pada kelinci.

VCO yang digunakan adalah yang diproduksi oleh Noery Vico Lhokseumawe-NAD. VCO dihidrolisis dengan tingkat 70% kemudian diformulasi menjadi gel dengan berbagai konsentrasi. Komposisi gel terdiri darikarbomer, gliserin, TEA, dan nipagin. Selanjutnya gel dievaluasi meliputi, pemeriksaan stabilitas fisik (bentuk, warna, bau), homogenitas dan pH. Setelah itu diuji efeknya terhadap kelinci jantan, yang telah dilukai bagian punggungnya dengan penginduksi panas berupa lempengan logam berukuran ± 2 cm yang telah dipanaskan dalam air mendidih dengan suhu 100°C selama 10 menit dan ditempelkan pada punggung kelinci selama 10 detik. Kelinci dibagi menjadi enam kelompok yaitu kontrol negatif (tanpa perlakuan), kontrol positif (diberi gel Bioplacenton®), basis gel, serta tiga kelompok dengan sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5, 10, dan 15%. Pengamatan dilakukan setiap hari secara visual dengan mengamati proses penyembuhan melalui perubahan diameter luka bakar. Kemudiandilakukan analisis data dengan uji ANOVA menggunakan Statistical Program Service Solution (SPSS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan gel VCO hasil hidrolisis tetap stabil selama 12 minggu penyimpanan dan nilai pH 6,9-7,1. Kelompok yang diberikan gel yang mengandung VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% berturut-turut sembuh pada hari ke-21, 20, 18, sedangkan kelompok yang diberi basis gel tanpa VCO sembuh pada hari ke-25. Kelompok yang diberi sediaan gel Bioplacenton® sembuh pada hari ke-23, sedangkan kontrol negatif (tanpa perlakuan) sembuh pada hari ke-26. Peningkatan konsentrasi menunjukkan peningkatan efek penyembuhan luka bakar. Sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 15% menunjukkan efek penyembuhan yang lebih singkat (18 hari) dan sediaan gel VCO hasil hidrolisis dengan konsentrasi 5% lebih efektif daripada Bioplacenton®.

(63)

Healing Effect Of Virgin Coconut Oil Gel Against Burn Wound On Rabbits Abstract

Gel is one topical dosage forms often used in the treatment of burns. Virgin coconut oil (VCO) can prevent infections, protect the skin from free radicals, restore dry, rough, wrinkled. VCO is also antimicrobial. The purpose of this study was to examine the healing effect of virgin coconut oil gel against burn wound on rabbits.

VCOused ismanufacturedbyVicoNoeryLhokseumawe-NAD. VCO hydrolyzed with 70 % level then formulated into a gel with different concentrations. gelcompositionconsistingofcarbomer, glycerin, TEA, and nipagin. Thangel was evaluated includes, examination of physical stability (shape, color, smell), homogeneity and pH. After that effect tested of on male rabbits, which have been hurt the back with a heat inducer sized slab of metal ± 2 cm which has been heated in boiling water with a temperature of 100 ° C for 10 min and placed on the backs of rabbits during 10 seconds. Rabbits divided into six groups: negative control (no treatment), positive control (given Bioplacenton®), base gel, and three groups with the results of gel preparation VCO hydrolysis with concentration 5, 10, and 15%. Observations every day were made visually by observing the healing process by changing the diameter of burns. The data ware analyzedwith ANOVA using the Statistical Program Service Solution (SPSS) .

The results showed that the VCO gel hydrolysis results remained stable during 12 weeks of storage and pH values from 6.9 to 7.1. The group given the gel containing VCO hydrolysis with concentration 5%, 10%, and 15% respectively were recovered on 21, 20, 18 day, whereas the group given the gel base without VCO cured at 25 day. The group given Bioplacenton® cured on day 23, whereas the negative control (no treatment) recovered on day 26. Increasing concentrations showed an increase in burn healing effects. VCO gel hydrolysis with 15% concentration showed that the healing effects of shorter (18 days) and VCOgel preparationhydrolysisresultsina concentration of 5% moreeffective thanBioplacenton®.

(64)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1LatarBelakang ... 1

1.2PerumusanMasalah ... 3

1.3Hipotesis ... 3

1.4TujuanPenelitian ... 4

1.5ManfaatPenelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kulit ... 5

2.1.1 Epidermis ... 6

(65)

2.1.3 Subkutis ... 8

2.1.4 Fisiologi Kulit ... 8

2.2 Luka Bakar ... 9

2.2.1 Peroses Penyembuhan Luka Bakar ... 11

2.3 Sediaan Gel Sebagai Obat Luka Bakar ... 12

2.4 Sifat Anti Bakteri Minyak Kelapa Murni ... 12

2.5 Minyak Kelapa Murni sebagai Obat Luka Bakar ... 14

2.5.1 Komposisi Minyak Kelapa Murni ... 17

2.6 Hidrolisis Lemak dengan alkali ... 17

2.7 Penentuan Bilangan Asam ... 21

BAB III METODE PENELITIAN... 22

3.1 AlatdanBahan ... 22

3.2.1 Alat-alat... 22

3.2.2 Bahan-bahan ... 22

3.2.3 Hewan Percobaan ... 22

3.2 Prosedur Kerja ... 23

3.2.1 Penyiapan Larutan ... 23

3.2.2 Pembakuan Larutan Asam Klorida 0,5N ... 23

3.2.3 Pembakuan Larutan NaOH Metanol0,5N ... 24

3.2.4 Pembakuan Larutan Kalium Hidroksida 0,1N ... 24

3.2.5 Pembuatan Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis ... 24

3.2.6 Penentuan Bilangan AsamMinyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis ... 25

(66)

3.3.1 Pemeriksaan Organoleptis ... 26

3.3.2 Uji Homogenitas ... 27

3.3.3 Pemeriksaan pH ... 27

3.4. Penyembuhan Luka Bakar dengan Sediaan Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis ... 27

3.4.1 Pengelompokan Hewan Uji ... 27

3.4.2 Induksi Luka Bakar ... 28

3.4.3 Efek Penyembuhan Sediaan Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis ... 28

3.5 Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Bilangan Asam Hasil Hidrolisis Minyak kelapa Murni ... 30

4.2 Evaluasi Sediaan ... ... 31

4.2.1 Hasil Pemeriksaan Organoleptis ... 31

4.2.2 Hasil Pengamatan Homogenitas Sediaan ... 32

4.2.3 Hasil Penentuan pH Sediaan ... 33

4.3 Efek Penyembuhan Luka Bakar dari VCO hasil Hidrolisi ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(67)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Skematis Kulit ... 6

2.2 Cara Mengukur Diameter Luka Bakar ... 14

2.3 Persamaan Reaksi Hidrolisis Menggunakan NaOH ... 19

3.1 Cara Mengukur diameter Luka Bakar ... 29

4.2 Profil Fisik dari Proses Penyembuhan Luka Bakar ... 38

(68)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Standar Mutu Minyak Kelapa Murni ( Virgin Coconut Oil ) ... 17

2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Murni . ... 18

3.1 Formula Gel dengan Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis ... 35

4.1 Data Pemeriksaan Organoleptis sediaan Gel Minyak Kelapa Murni hasil Hidrolisis ... 32

4.2 Data Pengamatan Homogenitas Sediaan ... 33

4.3 Data Pengukuran pH ... 34

(69)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Minyak Kelapa Murni yang Digunakan dalam Penelitian ... 45 2 Perhitungan Bilangan Penyabunan Total Minyak Kelapa Murni 46 3 Perhitungan Jumlah NaOH-metanol yang Digunakan dalamHidrolisis

Metode Penyabunan 70% ... 49 4 Perhitungan Bilangan Asam ... 50 5 Gambar Sediaan Gel VCO Hasil Hidrolisis Tingkat 70% dengan

Konsentrasi 5%, 10%, 15% dan Basis Gel ... 52 6 Hasil Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Gel Minyak Kelapa

Gambar

Gambar 3.1 Cara mengukur diameter luka bakar
Tabel 3.1 Data pemeriksaan organoleptis sediaan gel minyak kelapa murni hasil hidrolisis
Tabel 3.2 Data pengamatan homogenitas sediaan
Tabel 3.3Data pengukuran pH Nilai pH Rata-rata Pada Minggu Ke-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan ekstrak buah mengkudu dalam bentuk sediaan gel yang baik dan mengetahui efek penyembuhan luka bakar dari sediaan gel..

UJI EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GEL EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centella asiatica L. URBAN) DENGAN GELLING AGENT CARBOPOL 934 PADA KULIT PUNGGUNGi.

Lapisan GAGs-hidrogel dapat mempercepat penyembuhan luka, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui efek penyembuhan luka bakar gel lendir bekicot (Achatina

EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR OLEH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI

Telah dilakukan penelitian tentang Uji Efek Penyembuhan Gel Ekstrak Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia Linn.) terhadap Luka Sayat pada Kelinci (Oryctolagus

Grafik Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh hidrolisis dengan NaOH terhadap sifat antibakteri minyak kelapa murni dalam whipped cream. Minyak

Analisis Pengaruh Lumatan Daun Sirih Merah Piper crocatum terhadap Lama Penyembuhan Luka Bakar Derajat II pada Kulit Kelinci Cavia cobaya Berdasarkan rata-rata lama penyembuhan luka