• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Manajemen Sumber Daya

Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia adalah karya saya dengan arahan

dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

(4)
(5)

Strength of Aging Family. Supervised by EUIS SUNARTI.

This study is conducted to analyze the influence of family resource management (FRM) to family strength on aging families. The data was collected on June-July 2012 purposively at three villages (Ciherang, Cikarawang, and Babakan) which are included to five areas with the largest aging family populations in Bogor. Interviews were conducted on 34 early-elders (60-75 years old) who still have spouses and have no dependents. FRM was measured with human resource management, time management, and financial management of all phases of the family. Family strength was measured with physical strength, psychological strength, and social strength. The result showed that average of family strength aging families had performance by three-quarters of family strength ability (75% for physical strength, 68% for psychological strength, dan 83% for social strength). Performance index of FRM ability had only achieve half of FRM indicators (81% for human resource management, 19% for time management, and 71% for financial management). FRM had influence on family strength. Length of education and of marriage and percapita income had a significant positive influence on family strength.

Keywords: aging family, family resource management, family strength

ABSTRAK

FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH. Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh manajemen sumber daya keluarga (MSDK) terhadap ketahanan keluarga lanjut usia (lansia). Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 secara purposive di tiga desa (Desa Ciherang, Desa Cikarawang, dan Desa Babakan) yang termasuk lima wilayah dengan jumlah penduduk lansia terbesar di Kabupaten Bogor. Wawancara dilakukan kepada 34 lansia awal (60-75 tahun) yang masih memiliki pasangan dan tidak mempunyai tanggungan. MSDK diukur dengan manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan sepanjang tahapan keluarga. Ketahanan keluarga diukur dengan ketahanan fisik, ketahanan psikologis, dan ketahanan sosial. Hasil menunjukkan rataan capaian ketahanan keluarga sebesar tiga perempat dari kemampuan maksimum ketahanan keluarga (dengan rataan 75% ketahanan fisik, 68% ketahanan psikologis, dan 83% ketahanan sosial). Rataan capaian kemampuan MSDK hanya mencapai separuh dari indikator manajemen keluarga dalam penelitian ini (81% manajemen sumber daya manusia, 19% manajemen waktu, dan 71% manajemen keuangan). MSDK berpengaruh terhadap ketahanan keluarga. Selain itu, didapatkan lama pendidikan, lama menikah, dan pendapatan perkapita berpengaruh pula terhadap ketahanan keluarga.

(6)
(7)

Ketahanan Keluarga Lanjut Usia. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji manajemen sumber daya keluarga dan ketahanan keluarga lanjut usia (lansia). Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) menganalisis manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan berdasarkan tahapan keluarga; 2) menganalisis keragaan ketahanan keluarga lansia; 3) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan keluarga lansia; 4) menganalisis hubungan antara manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan dengan ketahanan keluarga lansia; 5) menganalisis pengaruh manajemen sumber daya keluarga terhadap ketahanan keluarga lansia; 6) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen sumber daya keluarga terhadap ketahanan keluarga lansia.

Desain penelitian yang digunakan adalah retrospektif dan cross sectional. Lokasi penelitian dipilih secara purposive di Desa Babakan, Desa Ciherang, dan Desa Cikarawang, karena termasuk lima besar wilayah dengan jumlah lansia terbanyak di Kabupaten Bogor. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia awal (60-75 tahun). Kriteria contoh yang dipilih adalah lansia awal yang masih memiliki pasangan dan sudah tidak memiliki tanggungan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 34

orang secara purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara

menggunakan kuesioner. Jenis data yang digunakan merupakan data primer. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis deskriptif dan inferensia yang berupa uji hubungan Spearman dan uji pengaruh linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan umur lansia dalam penelitian ini adalah 65,29 tahun dan rataan lama menikahnya yaitu 45,44 tahun. Persentase terbesar lansia menurut lama pendidikan sebesar 70,6 persen lansia memiliki pendidikan kurang dari 9 tahun (23,5% lansia tidak sekolah; 26,5% tidak tamat SD; 20,6% tamat SD). Lebih dari separuh lansia masih mencari penghidupan sendiri (55,9%) dan memiliki pendapatan perkapita di atas rata-rata kemiskinan Kabupaten Bogor tahun 2011 (76,5%) dengan rataan sebesar Rp541.656,00. Lebih dari separuh keluarga lansia (57,10%) termasuk dalam kategori keluarga

besar (≥8 orang) dengan jumlah rataan anak sebanyak enam orang. Hampir

seluruh pendidikan anak (80%) hanya sampai tamat SD. Rataan jarak usia antar anak adalah 2,91 tahun.

Manajemen sumber daya keluarga diukur dari skor tiga aspek, yaitu manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan selama tujuh tahapan keluarga. Tahapan itu adalah keluarga baru menikah, keluarga bayi baru lahir, keluarga dengan anak prasekolah, keluarga dengan anak

sekolah, keluarga dengan remaja, keluarga launching centre, dan keluarga

(8)

pada tahapan launching centre dan setengah baya (68,6%). Rataan capaian kemampuan manajemen sumber daya keluarga yang dilakukan mencapai setengah dari indikator manajemen. Rataan capaian masing-masing komponen yaitu 81,0 persen manajemen sumber daya manusia; 19,0 persen manajemen waktu; dan 71,0 persen manajemen keuangan. Hasil total skor manajemen sumber daya keluarga berdasarkan tahapan keluarga membentuk pola parabola terbalik dengan titik terendah pada tahapan anak usia sekolah (53,9%).

Ketahanan keluarga diukur dari tiga aspek yaitu ketahanan fisik, ketahanan

psikologis, dan ketahanan sosial pada tahapan keluarga empty nest. Didapatkan

bahwa rataan capaian ketahanan keluarga sebesar tiga perempat kemampuan maksimum ketahanan keluarga. Rataan capaian komponen ketahanan keluarga yaitu 75,0 persen kemampuan ketahanan fisik; 68,0 persen kemampuan ketahanan psikologis; dan 83,1 persen kemampuan ketahanan sosial. Lebih dari seperempat lansia memiliki ketahanan psikologis (29,4%) dan ketahanan sosial (38,2%) pada kategori sedang. Masih terdapat 8,8 persen lansia yang memiliki ketahanan fisik pada kategori sedang. Skor total ketahanan keluarga terlihat bahwa terdapat 5,9 persen contoh memiliki kategori sedang.

Berdasarkan uji hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan keluarga beserta komponennya didapatkan lama pendidikan, lama menikah, jumlah anak, dan pendapatan perkapita berhubungan dengan ketahanan keluarga. Semakin lama pendidikan lansia maka akan semakin baik ketahanan keluarga yang dimiliki, khususnya ketahanan sosial. Jumlah anak yang semakin banyak akan menurunkan capaian ketahanan keluarga, khususnya ketahanan fisik dan ketahanan psikologis. Semakin lama usia pernikahan lansia maka ketahanan fisik semakin baik, namun ketahanan sosialnya akan semakin rendah. Semakin tinggi pendapatan perkapita maka ketahanan keluarga akan semakin baik, begitu pun untuk seluruh komponen ketahanan keluarga. Hasil uji hubungan untuk masing-masing komponen manajemen sumber daya keluarga seluruh tahapan terdapat hubungan positif nyata dengan ketahanan keluarga. Hal ini berarti lansia yang menerapkan manajemen sumber daya keluarga dengan baik maka ketahanan keluarga akan lebih tinggi, khususnya ketahanan psikologis keluarga.

Hasil uji linier berganda menunjukkan bahwa manajemen sumber daya keluarga berpengaruh terhadap ketahanan keluarga. Selain itu, faktor lain yang memengaruhi peningkatan ketahanan keluarga adalah peningkatan lama pendidikan, lama menikah, dan pendapatan perkapita berpengaruh, sedangkan peningkatan jumlah anak akan menurunkan ketahanan keluarga. Berdasarkan pengamatan lebih dalam mengenai sumbangan pendapatan dari anak untuk lansia diperoleh bahwa lansia dengan jumlah anak lebih banyak memperoleh potensi yang lebih besar untuk mendapatkan sumbangan pendapatan dari anak dibanding dengan lansia yang mempunyai anak yang sedikit. Oleh karena itu, dibutuhkan pemberdayaan bagi lansia dalam mengisi kegiatan sehari-harinya agar mendapatkan peningkatan ekonomi. Pemerintah juga harus menjamin tercukupinya kebutuhan dasar keluarga (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan) agar dapat meningkatkan ketahanan keluarga. Selain itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis jumlah anak dengan potensi lansia mendapatkan sumbangan pendapatan di hari tua.

(9)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(10)
(11)

FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(12)
(13)

Nama : Fasih Vidiastuti Sholihah

NIM : I24080065

Disetujui,

Diketahui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Lulus :

(14)
(15)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan

izin-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia.

Penulis menyadari tanpa kontribusi orang lain, skripsi ini tidak akan selesai

dengan baik. Sebagai bentuk penghargaan, penulis menghaturkan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan,

inspirasi, curahan waktu, perhatian, pengertian, dan kesabaran serta masukan

yang sangat bermanfaat.

2. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik penulis.

3. Dr. Tin Herawati, SP, M.Si dan Dr. Ir. Istiqlaliyah, M.Si selaku dosen penguji

sidang.

4. Irni Rahmayani Johan, SP, MM selaku dosen pemandu seminar serta

Dosen-dosen IKK dan keluarga besar IKK 45.

5. Keluarga penulis, ayah Sutopo dan ummi Nani Rosani, adik-adik penulis

(Gilang Maulana Yusuf Tsalisa, Najwa Salsabila, dan Muhammad Azka

Hanan Mahzumi) serta aa M.Abdan Syakuro Septiana dan teteh Nurislami

Rizki Syukrillah terimakasih atas motivasi, doa, dan usaha terbaik yang

diberikan kepada penulis.

6. Rekan satu bimbingan penulis (Ifah, Widha, Wika, Nishrina, dan Intan) serta

Amania dan Dewi Suci atas bantuan dan perhatian yang tiada tara. Sahabat

penulis serta keluarga besar BKIM, terima kasih untuk pembelajaran menjadi

orang besar.

7. Segenap perangkat Desa Ciherang, Babakan, dan Cikarawang atas

kemudahan dalam pengumpulan data primer.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini,

meskipun demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan. Insya Allah.

Bogor, Februari 2013

(16)
(17)

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 1

Tujuan ... 2

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Perkembangan Keluarga ... 5

Lanjut Usia ... 6

Manajemen Sumber Daya Keluarga ... 8

Manajemen Waktu ... 10

Manajemen Sumber Daya Manusia ... 11

Manajemen keuangan ... 12

Ketahanan Keluarga ... 12

Ketahanan fisik ... 13

Ketahanan sosial ... 13

Ketahanan psikologis ... 14

Penelitian Terdahulu ... 14

KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

METODE PENELITIAN ... 19

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 19

Teknik Penarikan Contoh ... 19

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 19

Pengolahan dan Analisis Data ... 21

Definisi Operasional ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27

Karakteristik Keluarga Lansia ... 27

Usia suami-istri ... 27

Lama menikah ... 28

Jumlah anak ... 28

Pendidikan lansia ... 29

Pendapatan lansia... 30

Manajemen Sumber Daya Keluarga ... 30

Manajemen Sumber Daya Manusia ... 31

Manajemen Sumber Daya Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga ... 35

Ketahanan Keluarga ... 36

(18)

Ketahanan Psikologis ... 38

Ketahanan Sosial ... 41

Ketahanan Keluarga Total ... 43

Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Ketahanan Keluarga ... 43

Hubungan antar Komponen Manajemen Sumber Daya Keluarga dengan Komponen Ketahanan Keluarga ... 44

Pengaruh Karakteristik Keluarga terhadap Ketahanan Keluarga ... 44

Pengaruh Manajemen Sumber Daya Keluarga terhadap Ketahanan Keluarga ... 45

Pengaruh Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Karakteristik Keluarga terhadap Ketahanan Keluarga ... 46

Pembahasan... 47

SIMPULAN DAN SARAN ... 55

Simpulan ... 55

Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(19)

1 Tugas kritis dalam perkembangan keluarga menurut Duvall 6

2 Hasil penelitian terdahulu 15

3 Variabel dengan data primer 20

4 Variabel dalam kuesioner dengan data primer 21

5 Sebaran contoh berdasarkan usia 28

6 Sebaran contoh berdasarkan lama menikah 28

7 Sebaran contoh berdasarkan besaran keluarga 28

8 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan 29

9 Sebaran contoh berdasarkan jenjang pendidikan 29

10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita 30

11 Sebaran contoh berdasarkan sumber pendapatan 30

12 Sebaran contoh berdasarkan sumbangan pendapatan dan

keterangannya 65

13 Sebaran contoh berdasarkan capaian manajemen sumber daya

manusia menurut tahapan keluarga 31

14 Sebaran contoh berdasarkan capaian manajemen waktu menurut

tahapan keluarga 33

15 Sebaran contoh berdasarkan capaian manajemen keuangan menurut

tahapan keluarga 35

16 Capaian komponen manajemen sumber daya keluarga berdasarkan

tahapan keluarga 35

17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat capaian dan kategorisasi

manajemen sumber daya keluarga seluruh tahapan 36

18 Sebaran contoh berdasarkan jawaban ketahanan fisik keluarga 38

19 Sebaran contoh berdasarkan jawaban ketahanan psikologis keluarga 40

20 Sebaran contoh berdasarkan jawaban ketahanan sosial keluarga 42

21 Sebaran contoh berdasarkan tingkat capaian dan kategorisasi

ketahanan keluarga 43

22 Sebaran koefisien korelasi karakteristik keluarga dan ketahanan

keluarga 44

23 Koefisien korelasi antar komponen manajemen sumber daya

keluarga dan ketahanan keluarga 44

24 Sebaran koefisien regresi karakteristik keluarga terhadap ketahanan

(20)

25 Sebaran koefisien regresi manajemen sumber daya keluarga terhadap

ketahanan keluarga 46

26 Sebaran koefisisen regresi manajemen sumber daya keluarga dan

karakteristik keluarga terhadap ketahanan keluarga 46

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka Pemikiran ... 18

2 Pembagian tugas pengasuhan anak ... 32

3 Pembagian tugas pencarian nafkah ... 32

4 Capaian manajemen sumber daya keluarga berdasarkan tahapan

keluarga ... 36

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Sebaran skor maksimal, kisaran contoh, dan skor acuan kategori

ketahanan keluarga (total, fisik, psikologis, dan sosial) 63

2 Sebaran skor maksimal, kisaran contoh, dan skor acuan kategori

manajemen sumber daya keluarga (total, manajemen sumber daya

manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan) 63

3 Sebaran skor minimal dan maksimal manajemen sumber daya

keluarga beserta komponen menurut tahapan keluarga 63

4 Sebaran contoh berdasarkan pembagian tugas dalam pengasuhan

anak 64

5 Sebaran contoh berdasarkan pembagian tugas dalam mencari

nafkah 64

6 Sebaran koefisien korelasi ketahanan keluarga dengan

komponennya 64

7 Koefisien korelasi antar komponen manajemen sumber daya

keluarga 64

8 Sebaran contoh berdasarkan sumbangan pendapatan dan

keterangannya 65

9 Sebaran koefisien korelasi jumlah anak dan sumbangan anak 65

10 Keterangan jumlah anak yang memberikan sumbangan pendapatan

kepada lansia 66

11 Sebaran koefisisen korelasi antar variabel yang diuji 68

(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penduduk lanjut usia (lansia) di dunia semakin hari semakin meningkat.

Penduduk dunia telah mencapai angka tujuh miliar jiwa dan satu miliar

diantaranya adalah penduduk lanjut usia (WHO). Indonesia menduduki peringkat

empat penduduk terbesar di dunia dengan jumlah 237.556.363 orang (BPS 2011).

Data lansia Indonesia tahun 2004 sebesar 16,52 juta orang, di tahun 2006 naik

menjadi 17,48 juta orang dan tahun 2008 meningkat lagi menjadi sekitar 19,50

juta orang. Saat tahun 1960-an dan 1970-an penduduk lansia hanya sekitar 2

persen, tahun 2011 sudah menjadi sekitar 10 persen (dari 238 juta jiwa). BKKBN

(2012) menyatakan bahwa dua puluh persen lansia menderita sakit-sakitan,

sedangkan delapan puluh persen adalah lansia potensial yang masih bisa

diberdayakan. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri secara alamiahnya lansia

mengalami beberapa kemunduran dalam potensi hidup yang dimiliki. Dari sisi

kesehatan, secara umum kesehatan penduduk lansia cenderung rendah.

Persentase penduduk lansia yang mengalami keluhan kesehatan sebesar 49,50

persen pada tahun 2004 dan naik menjadi 55,42 persen pada tahun 2008.

Perubahan-perubahan ini sesuai dengan hukum kodrat manusia yang disebut

menua selanjutnya akan memengaruhi baik fisik maupun mentalnya serta

keberfungsiannya.

Lansia merupakan fase akhir dari tahapan hidup menurut Duvall (1971),

yaitu: 1) keluarga baru menikah; 2) keluarga dengan anak baru lahir; 3) keluarga

dengan anak prasekolah; 4) keluarga dengan anak sekolah; 5) keluarga dengan

anak remaja; 6) keluarga launching centre; 7) keluarga middle age; dan 8)

keluarga empty nest. Hal tersebut berarti lansia telah melewati tujuh tahapan perkembangan keluarga dengan segala dinamikanya. Masing-masing tahapan

perkembangan keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi guna

mencapai ketahanan keluarga yang optimal. Bahkan keluarga pun harus

menyelesaikan permasalahan yang didefinisikan menjadi tugas kritis yang

dihadapi dari masing-masing tahapan keluarga. Menurut Duvall (1971), saat

menuju tahapan lansia, keluarga harus menyiapkan diri untuk melakukan

(22)

dipenuhi adalah mengatasi kehilangan dan tinggal seorang diri, menutup fase

keluarga atau beradaptasi menuju penuaan, dan penyesuaian terhadap masa

pensiun. Persiapan dilakukan keluarga selama kehidupan berkeluarganya.

Keluarga melakukan berbagai penyesuaian dengan mengoptimalkan

sumberdaya yang dimilikinya. Baik itu sumber daya waktu, keuangan, maupun

sumber daya manusia yang dimiliki keluarga. Semakin bertambahnya tahapan

keluarga yang dihadapi keluarga, dibutuhkan pengelolaan sumberdaya yang

semakin baik. Dengan menjalani proses manajemen tersebut, keluarga diharapkan

akan mendapatkan ketahanan keluarga yang lebih baik. Ketahanan keluarga yang

terlihat di ujung fase keluarga yaitu fase lansia merupakan representasi dan

akumulasi dari manajemen sumber daya keluarga pada tahapan keluarga

sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, menarik untuk mengetahui bagaimana

perjalanan manajemen sumber daya keluarga dan ketahanan keluarga lansia yang

merupakan hasil dari proses perjalanan hidupnya.

Perumusan Masalah

Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu

suatu periode seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu. Bisa juga

dikatakan beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Tugas perkembangan

keluarga lansia menurut Duvall (1971), beberapa diantaranya adalah menemukan

kepuasan di rumah sehingga lansia harus menyesuaikan diri terhadap masa

pensiun, menjaga keterikatan dengan orang lain di luar keluarga, bersiap

menghadapi kehilangan baik karena merupakan masa menutup fase keluarga dan

menghadapi kematian, serta memelihara kontak hubungan dengan anak-anak dan

cucu-cucunya. Akan tetapi, lansia banyak mengalami kemunduran terutama dalam

hal kesehatan sehingga mengganggu kehidupan di masa tuanya (Putri 2011).

Makin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya berarti telah kehilangan

masa kejayaannya (Hurlock 1997). Peck diacu dalam Byan dan DeVault (1986)

menyatakan bahwa ketika seorang lansia mengalami penurunan dan penuaan, hal

yang menjadi fokus dalam menjalani hidup adalah memaknai hidup dan

menghadapi penuaan. Destianti (1997) menyatakan bahwa masalah kesejahteraan

lansia muncul karena ketiadaan penghasilan yang memadai. Keluarga harus

(23)

mencapai ketahanan keluarga yang baik. Kebutuhan yang dibutuhkan merupakan

kebutuhan ekonomi, hubungan sosial, dan persiapan emosi diri. Dapat dikatakan

bahwa fase hidup lansia merupakan akumulasi dari capaian hidup dari fase

sebelumnya. Ketahanan keluarga sebagai sebuah keluaran yang didapatkan dari

pengelolaan sumberdaya yang dimiliki, permasalahan yang dirasakan,

penanggulangan permasalahan tersebut, hingga didapatkan kesejahteraan keluarga

yang diharapkan. Manajemen sendiri merupakan proses yang dinamis.

Manajemen dapat disesuaikan dengan situasi yang sedang dihadapi dan sesuai

dengan ketersediaan sumberdaya. Selama rentang kehidupan berkeluarga yang

memiliki tugas perkembangan keluarga masing-masing, maka pengelolaan

sumberdaya yang dimiliki pasti berbeda. Sehingga diduga, ketahanan keluarga

pada keluarga lanjut usia menjadi representasi dari ketahanan keluarga yang

didapatkan selama hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah

pada penelitian ini sebagai berikut:

1. bagaimana keragaan manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu,

dan manajemen keuangan berdasarkan tahapan keluarga?

2. bagaimana keragaan ketahanan keluarga pada keluarga lansia?

3. apakah terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan

keluarga?

4. apakah terdapat hubungan antara manajemen sumber daya manusia,

manajemen waktu, dan manajemen keuangan dengan ketahanan keluarga?

5. apakah terdapat pengaruh manajemen sumber daya keluarga terhadap

ketahanan keluarga?

6. apakah terdapat pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen sumber

daya keluarga terhadap ketahanan keluarga?

Tujuan Tujuan umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji manajemen

(24)

Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. menganalisis manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan

manajemen keuangan berdasarkan tahapan keluarga

2. menganalisis keragaan ketahanan keluarga pada keluarga lansia

3. menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan

keluarga

4. menganalisis hubungan antara manajemen sumber daya manusia,

manajemen waktu, dan manajemen keuangan dengan ketahanan keluarga

5. menganalisis pengaruh manajemen sumber daya keluarga terhadap

ketahanan keluarga

6. menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen sumber daya

keluarga terhadap ketahanan keluarga.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu menyediakan informasi bagi bidang

ilmu keluarga dalam perluasan teori perkembangan keluarga. Khususnya pada

aspek-aspek yang dikaji yaitu manajemen sumber daya keluarga dan ketahanan

keluarga pada keluarga lanjut usia. Dengan informasi yang didapatkan dari

penelitian ini, diharapkan keluarga mampu mendapatkan gambaran untuk

mengantisipasi proses manajemen selama hidup pernikahan. Lebih luas,

pemerintah diharapkan mampu memberikan kebijakan yang tepat untuk

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Keluarga

Undang-Undang No.52 tahun 2009 mendefinisikan keluarga merupakan

unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan

anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Walker (1976)

menyatakan bahwa keluarga adalah suami-istri yang tinggal dalam satu rumah

tangga dengan atau tanpa anak. Puspitawati (2012) menyataan bahwa tujuan

membentuk keluarga adalah untuk menjalankan ajaran agama dan bertaqwa

kepada Tuhan YME dalam mencapai kebahagiaan/kesejahteraan serta untuk

melestarikan keturunan. Sesuai dengan tujuan keluarga dalam rangka

menjalankan ajaran agama dan berbagi perasaan, cinta, dan materi maka melalui

media keluarga inilah para anggota-anggota keluarga dapat melanjutkan

keturunan, mendapatkan status sosial ekonomi, dan menjalani proses

pendewasaan diri.

Keluarga adalah wahana utama dan pertama bagi anggota-anggotanya

untuk mengembangkan potensi, mengembangkan aspek sosial dan ekonomi serta

penyemaian cinta kasih-sayang antar anggota keluarga. Pencapaian tujuan,

integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan, atau pemeliharaan keluarga

terkait dengan tugas keluarga (Megawangi 1999). Keluarga memiliki

karakteristik masing-masing yang dapat dilihat dari besaran keluarga, pendapatan

keluarga, pendidikan keluarga, dan lain-lain. Kehidupan keluarga akan dipenuhi

aktivitas untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang dikenal dengan

istilah pekerjaan rumah tangga. Walker mendefinisikan maksud dari pekerjaan

rumah tangga adalah kegiatan-kegiatan yang disengaja dilakukan individu dalam

keluarga untuk menghasilkan barang-barang dan pelayanan yang dapat

dimanfaatkan oleh masing-masing anggota keluarga.

Santrock (2002) menyatakan bahwa tahapan kehidupan keluarga adalah

kunci prinsip dalam proses transisi emosi. Kehidupan keluarga terbagi menjadi

enam tahapan, yaitu: 1) dewasa muda belum menikah; 2) pasangan baru; 3)

menjadi orang tua dan keluarga dengan anak; 4) keluarga dengan anak remaja; 5)

(26)

terbagi menjadi delapan tahapan dengan masing-masing tugas perkembangan dan

tugas kritis masing-masing. Tugas-tugas tersebut harus dilalui oleh keluarga agar

mendapatkan perkembangan yang maksimal sehingga masing-masing anggota

keluarga terpenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, psikologis, maupun

sosialnya.

Tabel 1 Tugas kritis dalam perkembangan keluarga menurut Duvall

No Tahapan keluarga Tugas kritis perkembangan keluarga 1 Pasangan

menikah

- membangun kepuasan pernikahan yang saling menguntungkan

- penyesuaian terhadap kehamilan dan harapan menjadi orang tua

- beradaptasi dengan keluarga baru 2 Keluarga dengan

anak baru lahir

- penyesuaian terhadap dan mendorong perkembangan bayi - membangun kepuasan terhadap rumah antara orang tua

dan bayi 3 Keluarga dengan

anak prasekolah

- beradaptasi untuk kebutuhan kritis dan ketertarikan anak prasekolah dalam stimulasi dan pendukung pertumbuhan - koping terhadap berkurangnya energi dan terhambatnya

privasi sebagai orangtua 4 Keluarga dengan

anak sekolah

- mencocokkan diri ke dalam komunitas keluarga dengan anak usia sekolah dalam jalan yang membangun - mendorong pencapaian pendidikan anak

5 Keluarga dengan anak remaja

- penyeimbangan kebebasan dengan tanggungjawab sebagai alamiahnya seorang remaja serta memerdekakan diri mereka

6 Keluarga launching center

- melepaskan dewasa awal menuju dunia kerja, pelayanan militer, kuliah, pernikahan, dsb sesuai dengan ritual dan pendampingan

- mempertahankan dukungan dasar yang berasal dari rumah 7 Keluarga middle

age(setengah baya)

- membangun kembali hubungan pernikahan

- mempertahankan ikatan hubungan dengan saudara yang lebih muda dan lebih tua

8 Keluarga empty nest

- mengatasi kehilangan dan tinggal seorang diri

- menutup fase keluarga atau beradaptasi menuju penuaan - penyesuaian diri terhadap masa pensiun

Lanjut Usia

Usia lanjut yaitu periode ketika kemunduran telah terjadi dan adanya

disorganisasi mental. Kemunduran itu disebabkan oleh faktor fisik dan faktor

psikologis. Faktor fisik adalah perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena

penyakit khusus tapi karena proses penuaaan, sedangkan faktor psikologis

dipengaruhi sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan

kehidupan. Penanganan ketegangan dan stress hidup seseorang akan

(27)

Arti kata tua itu tidak jelas serta tidak dapat dibatasi, maka orang

cenderung menilai tua itu dalam hal penampilan dan kegiatan fisik (Hurlock,

1997). Pendapat ahli dalam menentukan batasan usia lansia pun berbeda-beda.

Menurut UU RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1, definisi

lanjut usia sebagai seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,

fisik, kejiwaan, dan sosial. UU RI No.13 tahun 1998 menjelaskan bahwa

golongan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Hurlock (1997) membagi tahap terakhir dalam dua rentang menjadi usia lanjut

dini berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh dan usia lanjut yang

mulai pada usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan seseorang. Papalia et al. (2008) membagi menjadi tiga kelompok lansia: young old antara usia 65 sampai

74 tahun yang biasanya aktif, vital, dan bugar; old-old berusia antara 75 sampai 84 tahun; dan oldest old berusia 85 tahun ke atas yang berkecenderungan lebih besar lemah dan tidak bugar serta memiliki kesulitan dalam mengelola aktivitas

keseharian.

Shadden dalam Putri (2011) mengemukakan teori yang membahas

mengenai lansia yang terkait dengan perilaku lansia itu sendiri:

a. Disengagement theory

Suatu proses menjadi tua yang melibatkan pelepasan peran-peran sosial yang

tampak dalam penurunan interaksi dalam hubungan sosial lansia. Teori ini

melihat penarikan diri sebagai suatu kejadian yang selektif dimana individu

dapat memilih untuk menarik diri dari peran-peran yang dimilikinya dan

terjadi dan terjadi dalam proses yang panjang (bukan terjadi secara tiba-tiba).

Sehubungan dengan penarikan diri yang dilakukan dari peran-peran dalam

pekerjaan dan persaingan dengan kaum muda karena penurunan kekuatan fisik

dan lainnya, individu menyesuaikan diri dengan keberadaannya. Dari segi

masyarakat, penarikan diri berarti mengijinkan kaum muda untuk

menggantikan kaum tua sehingga proses transisi kekuatan dapat berjalan

dengan lancar dari satu generasi ke generasi berikutnya.

b. Activity theory

Teori ini berpendapat bahwa individu cenderung tetap bertahan melakukan

(28)

digantikan oleh peran lain di usia tua. Dikatakan bahwa upaya untuk menjadi

lansia yang sukses adalah tetap terus beraktivitas. Teori ini menekankan pada

stabilitas dari orientasi kepribadian seseorang dan mengindahkan pendapat

masyarakat yang menganggap kemunduran-kemunduran pada lansia harus

dikompensasi dengan penarikan diri. Kesulitan yang dihadapi adalah apabila

individu merasa bahwa ia harus tetap produktif layaknya saat masih usia

dewasa padahal ia mengalami kemunduran-kemunduran karena usianya, maka

ia mengalami frustasi, kecemasan, dan perasaan bersalah karena tidak dapat

memenuhi harapannya.

Tahapan keluarga lanjut usia dimulai dengan dua posisi, suami dan istri,

dan berakhirnya salah satu dari keduanya, sedangkan satu dari pasangan yang

ditinggalkan tersebut tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menurut

Duvall (1971), tugas perkembangan keluarga lansia antara lain:

1. menemukan kepuasan di rumah untuk beberapa tahun yang akan datang

2. penyesuaian untuk kemunduran pendapatan

3. membentuk kenyamanan kebiasaan sehari-hari rumahtangga

4. pemeliharaan satu sama lain sebagai suami-istri

5. menghadapi kehilangan dan keadaan hidup sebagai janda

6. memerhatikan untuk kerelatifan saat menjadi tua

7. memelihara kontak hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucunya

8. menjaga ketertarikan orang lain di luar keluarga

9. menemukan arti hidup.

Manajemen Sumber Daya Keluarga

Sumberdaya diartikan sebagai penyedia karakteristik atau perlengkapan

yang mampu digunakan untuk memenuhi keinginan-keinginan keluarga sesuai

dengan tujuan dan kejadian dalam keluarga (Deacon dan Firebaugh 1988).

Sumberdaya didapatkan dari kegiatan produktif anggota keluarga atau

memungkinkan didapatkan melalui interaksi dengan sistem yang lain. Tentunya,

sumberdaya harus dimiliki oleh perorangan atau keluarga secara keseluruhan atau

sesuatu yang berada di bawah kontrol keluarga. Nickel dan Dorsey (1959)

menjabarkan bahwa sumber daya keluarga terdiri dari sumber daya manusia

(29)

(waktu, uang, dan aset). Deacon dan Firebaugh (1988) mengklasifikan sumber

daya keluarga menjadi sumber daya manusia dan material. Sumber daya manusia

dalam sistem keluarga yaitu kesehatan keluarga, keterampilan, kemampuan, dan

pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga. Sumber daya

material merupakan suatu hal yang nampak. Sumber daya ini digunakan untuk

memproduksi barang, digunakan untuk simpanan dan investasi.

Keluarga merupakan sebuah sistem yang merupakan kesatuan

bagian-bagian fungsi untuk menyelesaikan seperangkat tujuan. Sumber daya keluarga

harus dikelola sedemikian rupa agar mampu memenuhi kebutuhan keluarga

sesuai. Kebutuhan keluarga akan dipengaruhi oleh kondisi pembatas dan prioritas

keluarga tersebut yang menjadi tujuannya. Proses untuk mengatur sumberdaya

itulah yang dimaksud dengan manajemen. Manajemen merupakan alat dasar

(basic tool) untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya yang

tersedia. Suatu proses manajemen dikatakan berhasil jika mencapai tujuan yang

sudah ditetapkan. Dengan melakukan manajemen kehidupan seseorang bisa

teratur dan efektif (Deacon dan Firebaugh 1988).

Gross et al. (1973) menyatakan manajemen sumber daya keluarga terdiri

atas serangkaian pengambilan keputusan dalam penggunaaan sumber daya

keluarga untuk mencapai tujuan keluarga. Sistem manajemen menunjukkan

saling ketergantungan dan saling keterhubungan di antara sistem keluarga dengan

sistem di sekelilingnya karena manajemen dipengaruhi dan memengaruhi

lingkungan. Manajemen sumber daya keluarga adalah penggunaan sumber daya

keluarga dalam usaha atau proses mencapai sesuatu yang dianggap penting oleh

keluarga. Manajemen tidak membuat sumberdaya yang tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan menjadi cukup. Akan tetapi manajemen

dapat membantu menetapkan penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk pilihan

yang disetujui oleh anggota keluarga. Ada tiga komponen dalam proses

manajemen, yaitu input, proses, dan output. Input merupakan segala sesuatu yang dimiliki atau dapat diakses oleh keluarga dan ditransformasi dalam sebuah

proses untuk mencapai tujuan. Proses terdiri atas perencanaan dan implementasi.

Adapun output adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari sistem manajemen

(30)

karakteristik manajemen adalah tidak kaku, artinya, proses manajemen yang

dilakukan dapat disesuaikan dengan situasi yang sedang dihadapi dan

ketersediaan sumberdaya dari keluarga tersebut.

Manajemen Waktu

Waktu merupakan sumberdaya yang unik karena benar-benar tidak bisa di

ditambah atau dikurangi bahkan diakumulasi atau disimpan. Setiap orang

memiliki jumlah waktu yang sama yaitu 24 jam. Dengan sifatnya yang unik

tersebut maka individu atau keluarga harus mampu mengaturnya hingga

memenuhi tujuan hidup keluarganya. Dalam setiap tahapan perkembangan

keluarga akan ditemukan pola berbeda dalam mengatur waktu keluarga.

Pengaturan waktu keluarga dipengaruhi oleh prioritas kegiatan.

Walker (1976) menyatakan bahwa penggunaan waktu dalam keluarga

berkaitan dengan variasi aktivitas dalam setiap rumah tangga. Aktivitas rumah

tangga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, umur dari anak terkecil, atau

ukuran tempat tinggal. Hasil yang ditampilkan oleh Walker (1976) merujuk pada

data yang didapatkan oleh Wiegand menggambarkan bahwa ada enam aktivitas

terbesar yang menghabiskan waktu pada rumah tangga. Aktivitas tersebut adalah

penyiapan makanan, pemeliharaan rumah secara regular, pemeliharaan fisik

anggota keluarga, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, dan mencuci piring.

Masing-masing aktivitas tersebut berkaitan erat dengan jumlah anggota keluarga

dan usia anak.

Sebagai aktivitas manajemen, manajemen waktu terdiri atas aktivitas

perencanaan, pengawasan, dan evaluasi. Menurut Gross et al. (1973), terdapat tiga tipe perencanaan waktu, yaitu: 1) List a job; 2) Series of project; dan 3) Schedule. List a job adalah perencanaan waktu dengan cara membuat daftar aktivitas kegiatan yang akan dilakukan, disertai dengan kata-kata motivasi

sehingga bersemangat untuk mencapai target yang sudah ditentukan. Pada

perencanaan series of project, daftar aktivitas kegiatan disertai dengan urutan

waktu, namun tidak ada batas waktu yang jelas. Tipe perencanaan yang ketiga,

daftar aktivitas disertai dengan urutan waktu dan perkiraan waktu yang diperlukan

untuk mengerjakan aktivitas tersebut. Langkah-langkah dalam menyusun

(31)

menjadi aktivitas fleksibel dan tidak fleksibel; 2) memperkirakan waktu yang

diperlukan untuk menjalankan setiap aktivitas; 3) menyesuaikan total perkiraan

waktu yang diperlukan dengan waktu yang tersedia; 4) menyusun urutan waktu;

5) tuliskan perencanaan; dan 6) jika terdapat aktivitas yang berkaitan dengan

orang lain, maka komunikasikan hal tersebut kepada orang yang dimaksud.

Manajemen Sumber Daya Manusia

Nickell dan Dorsey (1959) menyatakan bahwa sumber daya manusia

terdiri dari kemampuan, keterampilan, pola sikap, dan pengetahuan. Sebuah

keluarga terdapat beberapa individu yang memiliki sumber daya manusia yang

berbeda-beda. Setiap kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu

dalam keluarga pasti berpengaruh pada kemampuan keluarga dalam mengatur

kebutuhan keluarga tersebut. Selain itu, sumber daya individu keluarga akan

mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk

mendapatkan sumberdaya yang lain.

Manajemen sumber daya manusia yang ada dalam keluarga juga

mencakup pembagian tugas dalam keluarga sehingga fungsi-fungsi dalam

keluarga akan terpenuhi secara optimal. Pembagian kerja dalam rumah tangga

dapat dilihat dengan menggunakan empat hipotesis, yaitu: 1) resource and power

hypothesis; 2) time availability hypothesis; 3) sex-role hypothesis; dan 4) preference-for-housework hypothesis. Resource and power hypothesis menyatakan bahwa semakin besar kontribusi pendapatan suami bagi keluarga,

maka semakin besar tanggung jawab istri dalam urusan rumah tangga.

Sebaliknya, semakin besar kontribusi pendapatan istri bagi keluarga, maka

semakin kecil tanggung jawab istri dalam urusan rumah tangga. Time availability

hypothesis menyatakan bahwa seorang istri yang bekerja memiliki alokasi waktu dan tanggung jawab yang lebih sedikit untuk mengerjakan pekerjaan rumahtangga

dibandingkan dengan isteri yang tidak bekerja. Sex-role hypothesis menyebutkan

bahwa persepsi gender mempengaruhi pembagian kerja. Adapun

preference-for-housework hypothesis menyatakan bahwa preferensi (ketertarikan) suami dan isteri pada jenis pekerjaan tertentu mempengaruhi pembagian kerja dalam

(32)

mengasuh anak dan merapikan rumah, sedangkan ketertarikan suami pada

aktivitas domestik lebih rendah dibandingkan istri (Deacon dan Firebaugh 1988).

Keluarga dalam membagi aktivitas sesuai dengan peran yang telah

disepakati dalam keluarga melibatkan suami, istri, dan anak-anak. Perempuan

biasanya berperan dalam pekerjaan keseharian seperti memasak, mencuci,

membersihkan debu, berbelanja dan sebagainya tanpa dihitung sebagai karyawan

yang dibayar (Walker 1976). Namun tidak sedikit perempuan yang menjalani

peran sebagai pekerja publik yang mendapatkan bayaran untuk aktivitasnya.

Manajemen keuangan

Uang merupakan suatu sumberdaya dan sekaligus merupakan alat

pengukur dari sumberdaya suatu keluarga. Besarnya uang yang dimiliki oleh

seseorang atau keluarga menunjukkan berapa banyak sumberdaya yang

dimilikinya. Individu dan keluarga berpendapatan rendah biasanya mempunyai

orientasi untuk masa sekarang atau kini saja daripada untuk masa depannya dalam

perspektif waktu. Manajemen keuangan adalah kegiatan merencanakan,

mengatur, mengawasi, dan mengevaluasi penggunaan pendapatan (Nickell dan

Dorsey 1959). Manajemen keuangan keluarga dipengaruhi oleh tujuan dari

keluarga. Menurut Firdaus dan Sunarti (2009), manajemen keuangan keluarga

mencakup komunikasi dalam menggunakan pendapatan. Masalah keuangan

merupakan hal yang paling banyak dibicarakan oleh keluarga dalam perencanaan

keuangan. Pengelolaan keuangan yang dilakukan suatu keluarga akan berbeda

dengan yang dilakukan keluarga lainnya karena kondisi pembatas dan prioritas

keuangan antar keluarga berbeda. Terbatasnya keuangan keluarga dan terbatasnya

tindakan pilihan untuk menggunakan uang menyebabkan pengelolaan keuangan

menjadi sederhana. Ketersediaan sumberdaya lain, seperti waktu dan sumberdaya

manusia, penting dalam melakukan manajemen keuangan karena sumberdaya

tersebut memengaruhi penggunaan keuangan untuk mencapai tujuan (Deacon dan

Firebaugh 1988).

Ketahanan Keluarga

Ketahanan keluarga merupakan gabungan sinergis dari ketahanan

(33)

saling berkaitan dan bersinergi dalam mewujudkan ketahanan keluarga.

Pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan terbentuk dan

terpeliharanya ketahanan keluarga yang dilandasi oleh penghayatan yang

mendalam terhadap ajaran agama. Pembinaan dan penempaan yang tepat oleh

keluarga dengan ketahanan keluarga yang kuat akan mencerminkan adanya

unsur-unsur penting yang sangat memengaruhi yaitu kehidupan beragama secara nyata,

kesadaran melaksanakan nilai-nilai tradisi dan peran pendidikan dalam keluarga

(Syarief 1997).

Ketahanan keluarga menurut UU No. 10 tahun 1992 (BKKBN 1992)

merupakan kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan

ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis mental

spritual guna hidup mandiri, dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk

hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin. Menurut Sunarti

(2001) ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk mengelola

sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seiring dengan

masalah yang dihadapi keluarga. Berdasarkan penelitian Sunarti (2001) dengan

menggunakan pendekatan sistem (input-proses-output) ditemukan faktor dalam

ketahanan keluarga, yaitu ketahanan fisik, sosial, dan psikologis.

Ketahanan fisik

Ketahanan fisik keluarga berkaitan dengan kemampuan ekonomi keluarga

yaitu kemampuan anggota keluarga dalam memeroleh sumberdaya ekonomi dari

luar sistem untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang,

perumabahan, pendidikan, dan kesehatan. Keluarga akan tahan secara fisik jika

terbebas dari masalah ekonomi dan terpenuhinya kebutuhan fisik keluarga.

Indikator ketahanan fisik keluarga adalah pendapatan perkapita keluarga melebihi

dari kebutuhan fisik minimum, dan atau lebih dari satu orang keluarga bekerja dan

memeroleh sumberdaya ekonomi melebihi kebutuhan fisik minimum.

Ketahanan sosial

Ketahanan sosial merupakan kekuatan keluarga dalam penerapan nilai

agama, pemeliharaan ikatan dan komitmen, komunikasi efektif, pembagian peran

dan penerimaan peran, penetapan tujuan, seta dorongan untuk maju, yang akan

(34)

perkawinan) dan memiliki hubungan sosial yang sehat. Terdiri dari sumber daya

nonfisik, mekanisme penganggulangan masalah yang baik, berorientasi terhadap

nilai-nilai agama, efektif dalam berkomunikasi, senantiasa memelihara dan

meningkatkan komitmen keluarga, memelihara hubungan sosial, serta memiliki

penganggulangan krisis.

Ketahanan psikologis

Ketahanan psikologis merupakan kemampuan anggota keluarga untuk

mengelola emosinya sehingga menghasilkan konsep diri yang positif.

Kemampuan tersebut berkaitan dengan masalah-masalah non fisik keluarga.

kemampuan mengelola emosi dan konsep diri yang baik menjadi kunci dalam

menghadapi masalah-masalah keluarga yang bersifat non fisik. Oleh sebab itu,

indikator dari ketahanan psikologis adalah anggota keluarga memiliki konsep diri

dan emosi yang positif. Masalah keluarga non fisik seperti konflik dengan suami

dan keluarga, serta kehilangan (materi atau orang terdekat), sebagai stressor akan

berdampak negatif terhadap kesejahteraan psikologis jika individu tidak mampu

mengendalika emosi yang negatif tersebut. Sama halnya dengan ketahanan sosial,

syarat utama untuk tercapainya ketahanan psikologis adalah kepribadian yang

matang dan kecerdasan emosi dari pasangan suami istri.

Penelitian Terdahulu

Penelitian Ginanjarsari (2010) menunjukkan bahwa ketahanan keluarga

dipengaruhi oleh karakteristik keluarga yaitu pendidikan, pendapatan perkapita,

dan besar keluarga. Saleha (2003) meneliti mengenai manajemen sumber daya

keluarga nelayan di Bontang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri dominan

melakukan aktivitas domestik yaitu mengurus anak dan pemeliharaan rumah

tangga. Namun aktivitas mendampingi anak belajar lebih banyak dilakukan oleh

suami. Pendidikan suami yang lebih memadai dibanding dengan kemampuan istri

menjadi faktor utamanya. Selain itu, terdapat pembagian peran antara suami dan

istri dalam sektor ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Iskandar (2007)

menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi sumber daya keluarga adalah faktor

(35)

kepala keluarga dan istri, pendidikan dan kepemilikan aset) dan faktor eksternal

(lokasi tempat tinggal).

Tabel 2 Hasil penelitian terdahulu

Peneliti Hasil penelitian Judul penelitian

Destianti (1997)

 Ketiadaan pasangan bagi lansia akan memengaruhi kesehatan lansia. Hal tersebut berkaitan dengan penyelesaian permasalahan kehidupan.

 Tingkat kesejahteraan lansia dipengaruhi oleh status perkawinannya.

 Masalah kesejahteraan lansia muncul karena ketiadaan penghasilan yang memadai dikarenakan kurang mendapatkan pendidikan dan keterampilan kerja saat masih muda.

 Terbatasnya keuangan keluarga dan terbatasnya tindakan pilihan untuk menggunakan uang menyebabkan

pengelolaan keuangan menjadi sederhana.  Semakin besar jumlah anggota keluarga

maka akan semakin tinggi tekanan ekonomi dan semakin rendah kesejahteraannya.  Semakin tinggi tingkat pendidikan maka

semakin baik manajemen keuangan keluarga sehingga akan meningkatkan kesejahteraan

 Kepuasan sangat berhubungan dengan bagaimana keluarga mengatur

pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

 Keluarga berpenghasilan rendah tidak merasa puas dengan sumber daya fisik karena tidak memenuhi kebutuhan tetapi puas dengan sumber daya non fisik.

Tingkat kepuasan keluarga

berpendapatan rendah terhadap sumberdaya yang dimiliki

Putri (2011)  Semakin tua lansia maka tingkat

kemandirian total, aktivitas sehari-hari dan emosi semakin rendah.

 Tingkat kemandirian total dan ekonomi lebih baik pada responden berstatus bekerja.

Hubungan

(36)
(37)

KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan tinjauan pustaka, kehidupan lansia merupakan tahapan

terakhir dari kehidupan keluarga, sehingga ketahanan keluarga lansia diduga

dipengaruhi oleh kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

selama berkeluarga. Dalam kehidupannya keluarga memiliki tujuan agar mampu

mengakomodir seluruh kebutuhan anggota keluarga. Keluarga memiliki sumber

daya yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan tersebut. Sumber daya yang

dimiliki keluarga, yaitu sumber daya fisik dan non fisik tersebut menjadi input

dalam manajemen sumber daya keluarga. Karakteristik keluarga yang meliputi

karakteristik demografi (usia lansia, rataan usia antar anak, dan besar keluarga),

ekonomi (pendapatan perkapita keluarga), dan sosial (lama pendidikan) menjadi

input. Selain itu, kesulitan yang dianggap masalah oleh keluarga menjadi input

karena pasti akan memengaruhi manajemen yang dilakukan oleh masing-masing

keluarga.

Keluarga pun melakukan manajemen sumber daya sesuai dengan input

yang dimiliki oleh keluarga. Dalam penelitian ini, manajemen sumber daya

keluarga yang diteliti adalah manajemen sumber daya manusia, manajemen

waktu, dan manajemen keuangan. Manajemen sumber daya manusia mengacu

pada dukungan dan pembagian tugas dalam keluarga demi keberfungsian

keluarga. Manajemen waktu menggambarkan pengoptimalan penggunaan waktu

dalam keluarga. Manajemen keuangan mencerminkan kemampuan keluarga

mengelola sumberdaya materi yang dimiliki. Perkembangan keluarga pada tiap

tahapannya membuat keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus

dipenuhi. Hal tersebut membuat manajemen sumberdaya keluarga akan

mengalami perubahan.

Manajemen sumber daya keluarga dikatakan berhasil jika keluarga dapat

mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya yang ada. Hasil akhir dari

semua proses tersebut adalah ketahanan keluarga. Sunarti (2001) mengembangkan

indikator ketahanan keluarga yaitu ketahanan fisik, ketahanan psikologis, dan

ketahanan sosial. Komponen ketahanan keluarga meliputi sumberdaya, masalah

keluarga, penanggulangan masalah keluarga, dan kesejahteraan yang disesuaikan

(38)

Karakteristik keluarga:

 Usia

 Lama menikah

 Lama pendidikan

 Pendapatan perkapita keluarga

 Jumlah anak

 Rataan jarak usia antar anak

Manajemen sumber daya keluarga berdasarkan tahapan keluarga:

 Manajemen sumber daya manusia

 Manajemen waktu

 Manajemen keuangan

Masalah keluarga berdasarkan tahapan

keluarga

Ketahanan keluarga lanjut usia:

 Ketahanan sosial

 Ketahanan fisik

 Ketahanan psikologis

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

= variabel yang berhubungan tapi tidak diteliti

(39)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena

data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

pada tahapan baru menikah hingga keluarga setengah baya dan dikumpulkan

hanya pada satu waktu serta tidak berkelanjutan. Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive, yaitu tiga desa di Kecamatan Dramaga, Kabupaten

Bogor. Tepatnya di Desa Babakan, Desa Cikarawang, dan Desa Ciherang.

Tempat tersebut dipilih karena termasuk lima wilayah dengan jumlah lansia

terbesar di Kabupaten Bogor (BKKBN Kabupaten Bogor 2011). Pengambilan

data dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah keluarga dengan pasangan lanjut usia.

Contoh dibatasi pada orang yang berusia 60 tahun ke atas berdasarkan UU nomor

13 tahun 1998, baik wanita maupun pria. Contoh dipilih secara purposive dengan

spesifikasi yaitu lansia awal (60-75 tahun), masih memiliki pasangan bukan duda

ataupun janda, dan tidak lagi memiliki tanggungan dalam keluarganya.

Tanggungan yang dimaksud adalah tidak lagi memiliki anak yang harus dipenuhi

kebutuhan finansialnya. Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dipilih secara

purposive sebagai tempat pengambilan contoh. Data jumlah lansia didapatkan dari informasi Badan Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Bogor dan Biro

Pusat Statistik Kabupaten Bogor tahun 2011. Setelah itu, responden dipilih sesuai

dengan kriteria dengan bantuan kader PKK di desa masing-masing kemudian

dimintai kesediaannya menjadi contoh dalam penelitian ini. Contoh dalam

penelitian ini sebanyak 34 orang lansia. Rincian contoh yaitu 8 orang dari Desa

Babakan, 9 orang dari Desa Ciherang, dan 17 orang dari desa Cikarawang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Dilihat dari sumbernya, jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini

mencakup data primer. Data tersebut bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode

(40)

yang relevan dengan variabel yang diteliti. Kuesioner berisi

pertanyaan-pertanyaan mengenai: (1) karakteristik contoh, (2) karakteristik keluarga contoh,

(3) kepemilikan aset keluarga, (4) manajemen sumberdaya keluarga berdasarkan

tahapan keluarga hingga tahapan keluarga setengah baya (nilai cronbach’s alpha

0,872), dan (5) ketahanan keluarga lansia (nilai cronbach’s alpha 0,637).

Instrumen kuesioner mengenai ketahanan keluarga yang digunakan pada

penelitian ini diadopsi dari Sunarti (2008) dan dimodifikasi sesuai dengan

kebutuhan oleh peneliti. Kuesioner manajemen sumberdaya keluarga

dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan konstrak yang diadopsi dari Firdaus

dan Sunarti (2008), Rusydi LN (2010), Lewis et al. (1953), Deacon dan

Firebaugh (1988), Gross dan Crandall (1973), Nickell dan Dorsey (1959), Walker

(1976), dan diktat kuliah Manajemen Sumber daya Keluarga (Guhardja 1992)1.

Tabel 3 Variabel dengan data primer dan kategorinya

Variabel Skala Kategori

Karakteristik contoh

Usia Rasio 60-75 tahun

Jenjang pendidikan Ordinal [1] Tidak Sekolah; [2] Tidak tamat SD; [3] Tamat SD; [4] Tamat SMP; [5] Tamat SMA; [6] Diploma; [7] S1-S3

Lama pendidikan Rasio Bilangan lama pendidikan contoh (tahun) Pendapatan sekarang Rasio Bilangan pendapatan contoh perbulan (rupiah) Sumber pendapatan Nominal [1] Sendiri; [2] Anak; [3] Sendiri dan anak;

[4] Saudara; [5] Pensiunan

Jumlah anak Rasio Bilangan jumlah anak contoh (orang) Lama menikah Rasio Bilangan lama menikah contoh (tahun) Karakteristik keluarga

Usia Rasio Bilangan usia anak contoh, kemudian diolah menjadi rataan jarak usia antar anak

Status perkawinan anak Ordinal [1] Menikah; [2] Belum Menikah; [3] Cerai Jenjang pendidikan

terakhir

Ordinal [1] Tidak sekolah; [2] Tidak tamat SD; [3] Tamat SD; [4] Tamat SMP; [5] Tamat SMA;

[6] Diploma; [7] S1-S3

Lama pendidikan Rasio Bilangan lama pendidikan anak contoh (tahun) Pekerjaan Nominal [1] Tidak bekerja; [2] Buruh; [3] Satpam;

[4] Wiraswasta; [5] PNS; [6] Pegawai swasta; [7] lain-lain

Sumbangan pendapatan untuk lansia

Rasio Besaran uang tunai yang diberikan anak kepada lansia setiap bulan

1

(41)

Tabel 4 Variabel dalam kuesioner dengan data primer

Variabel Skala Sumber kuesioner Detail kuesioner Manajemen sumberdaya

Ordinal Konstrak buku utama, Rusydi (2011), serta

Firdaus dan Sunarti (2009)

Tujuh pertanyaan

 Manajemen waktu Ordinal Empat pertanyaan

 Manajemen finansial Ordinal Tiga pertanyaan

Ketahanan keluarga 76 item dari 83

item  Ketahanan fisik Ordinal

Modifikasi dari Sunarti (2008)

24 pertanyaan

 Ketahanan psikologis Ordinal 25 pertanyaan

 Ketahanan sosial Ordinal 27 pertanyaan

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding,

scoring, entry data ke komputer, cleaning dan analisis data. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program komputer yang sesuai dengan kebutuhan. Data

yang diperoleh dianalisis secara deskriptif menggunakan rataan, frekuensi untuk

mengetahui sebaran, dan analisis statistik inferensia. Data manajemen sumber

daya keluarga dan ketahanan keluarga sistem skoring yang konsisten yaitu

semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi kategorinya. Untuk

memeroleh kategori tersebut maka digunakan teknik skoring dengan rumus

Slamet (1993):

Interval kelas (IK) = (nilai maksimum-nilai minimum) Jumlah kategori yang diinginkan

Pada saat melakukan pengolahan data variabel manajemen sumber daya

keluarga dan ketahanan keluarga diubah ke dalam bentuk rasio dengan cara

skoring. Sehingga didapatkan kategorisasi untuk mengkuantitifkan data variabel

manajemen sumberdaya keluarga dan ketahanan keluarga. Selanjutnya skor

capaian digunakan untuk mengolah data manajemen sumber daya keluarga dan

ketahanan keluarga. Skor capaian didapatkan dari hasil perhitungan dengan

rumus :

Y = skor yang didapatkan x 100%

(42)

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini secara rinci dijelaskan

sebagai berikut:

1. uji deskriptif digunakan untuk mengolah data karakteristik contoh,

karakteristik keluarga, manajemen sumber daya keluarga dan ketahanan

keluarga guna mengetahui sebaran variabel tersebut yang terdapat pada

contoh. Karaktersitik keluarga yang digunakan adalah usia contoh, lama

pendidikan, lama menikah, jumlah anak, rataan jarak usia antar anak, dan

pendapatan perkapita,

2. manajemen sumber daya keluarga diukur dengan menggunakan tiga peubah

yaitu manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen

keuangan. Kuesioner dikembangkan berdasarkan konstrak Diktat

Manajemen Sumber Daya Keluarga (Guhardja 1992), Walker (1973), Lewis

(1953), Deacon dan Firebaugh (1988), Gross dan Crandall (1973), Nickell

dan Dorsey (1959), Walker (1976), Firdaus dan Sunarti (2008), dan Rusydi

LN (2010). Pemberian skor dilakukan dengan memberikan skor 0 jika tidak

melakukan dan 1 jika melakukan. Selanjutnya dijumlahkan masing-masing

tahapan keluarga berdasarkan tujuh tahapan perkembangan keluarga yang

diambil dari delapan tahapan perkembangan keluarga menurut Duvall (1971)

yaitu dari tahapan keluarga baru menikah hingga keluarga setengah baya.

Skor masing-masing peubah (manajemen sumber daya manusia, manajemen

waktu, dan manajemen keuangan) tersebut dijumlahkan mulai dari tahapan

satu sampai tahapan tujuh kemudian dianalisis menggunakan analisis

deskriptif serta dilihat sebarannya dan dikelompokkan berdasarkan kategori

rendah, sedang, dan tinggi. Hasil tersebut dibuat persentase dengan dibagi

oleh nilai maksimum yang seharusnya dicapai perpeubah. Persentase ketiga

peubah tersebut digabungkan menjadi satu kesatuan nilai capaian manajemen

sumber daya keluarga kemudian dilihat sebarannya dan dikelompokkan

berdasarkan kategori rendah, sedang, dan tinggi,

3. ketahanan keluarga diukur dengan menggunakan tiga peubah, yaitu

ketahanan fisik, ketahanan psikologis, dan ketahanan sosial pada tahapan

keluarga lansia. Kuesioner dikembangkan berdasarkan konstrak diadopsi

(43)

Pemberian skor dilakukan dengan memberikan skor 0 jika tidak melakukan

dan 1 jika melakukan. Skor masing-masing komponen ketahanan keluarga

dijumlahkan kemudian dibuat menjadi persentase dengan dbagi oleh nilai

maksimum yang seharusnya dicapai untuk masing-masing komponen. Nilai

tersebut merupakan nilai capaian kemudian dilihat sebarannya dan

dikategorikan berdasarkan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Nilai capaian

ketiga peubah tersebut digabungkan menjadi satu kesatuan nilai capaian

ketahanan keluarga kemudian dilihat sebarannya dan dikelompokkan

berdasarkan kategori rendah, sedang, dan tinggi,

4. uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel

dan melihat hubungan antara karakteristik keluarga, manajemen sumberdaya

manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan dengan ketahanan

keluarga lansia,

5. faktor-faktor yang memengaruhi ketahanan keluarga lansia diuji dengan

menggunakan uji pengaruh yaitu dengan regresi linier berganda (metode

enter) dengan persamaan regresi linier sebagai berikut: Model umum :Y= Ketahanan keluarga

Kemudian akan dijabarkan dengan model khusus yaitu sebagai berikut:

Model 1: Y1= f (X1)

Keterangan: Y1= ketahanan keluarga lansia (skor/Indeks)

X1= manajemen sumber daya keluarga (Skor/indeks)

Model 2: Y2= f (X1+X2+ X3 + X4 + X5 + X6+ X7)

Keterangan: Y2= ketahanan keluarga lansia (skor/Indeks)

X1= manajemen sumber daya keluarga (total skor/indeks)

X2=usia lansia (tahun)

X3= lama menikah (tahun)

X4= lama pendidikan (tahun)

X5= rataan jarak usia antar anak (tahun)

X6= jumlah anak (orang)

(44)

Definisi Operasional

Keluarga lansia yang dijadikan contoh adalah keluarga yang orangtuanya merupakan suami-istri lansia. Sesuai dengan UU No. 13 tahun 1998 adalah

seseorang yang berusia diatas 60 tahun. Keluarga ini juga diharuskan yang

tidak lagi memiliki tanggungan nafkah bagi anaknya. Dengan kata lain,

anak-anaknya telah keluar dari rumah dan mampu menghidupi dirinya

sendiri.

Contoh adalah responden dari pasangan lansia yang berusia 60-75 tahun dan sudah tidak memiliki tanggungan.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lainnya yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

yang sama selama tahapan keluarga sebelum masuk tahapan lansia.

Rataan jarak usia antar anak adalah jarak kelahiran antar anak masing-masing contoh yang kemudian dibuat rataannya.

Pendapatan perkapita lansia adalah jumlah uang yang diterima oleh keluarga lansia, baik dari pendapatan sendiri maupun dari pemberian anggota

keluarga lain pada tahapan keluarga lansia.

Pendidikan adalah jenjang dan lama pendidikan formal yang ditempuh oleh lansia.

Lama menikah adalah waktu lansia dalam membina hubungan suami-istri diukur sejak awal menikah tanpa cerai.

Manajemen sumber daya keluarga adalah manajemen yang dilakukan oleh keluarga melingkupi manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu,

dan manajemen keuangan dari tahapan keluarga baru menikah hingga

keluarga setengah baya.

Manajemen sumber daya manusia adalah kegiatan dalam mengelola anggota keluarga dengan pembagian tugas dalam mengerjakan pekerjaan rumah

tangga dan mengasuh anak serta dan saling mendorong antara suami-istri

dan orangtua-anak. pengaturan orang tersebut untuk menjamin semua

fungsi berjalan dari tahapan keluarga baru menikah hingga keluarga

(45)

Manajemen waktu adalah kegiatan dalam mengelola waktu untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan penyusunan kegiatan anggota keluarga secara

efektif dan produktif serta esfisien. Hal tersebut ditunjukkan dengan

adanya perencanaan kegiatan, penggunaan alat elektronik untuk

mengerjakan pekerjaan domestik, dan pengerjaan pekerjaan rumah secara

parallel dari tahapan keluarga baru menikah hingga keluarga setengah

baya.

Manajemen keuangan adalah kegiatan dalam merencanakan, menggunakan, dan mengevaluasi keuangan dalam keluarga dengan memerhatikan kebutuhan

dan tujuan keluarga. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kontrol

pendapatan agar lebih kecil dari pengeluaran, alokasi tabungan keluarga,

dan adanya usaha keluarga untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari

tahapan keluarga baru menikah hingga keluarga setengah baya.

Ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk mengelola sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seiring dengan

masalah yang dihadapi keluarga pada tahapan keluarga lanjut usia.

Ketahanan fisik adalah kemampuan keluarga memanfaatkan sumberdaya fisik untuk menanggulangi masalah fisik yang dihadapi oleh keluarga dan

meraih kesejahteraan fisik keluarga pada tahapan keluarga lanjut usia.

Ketahanan psikologis adalah kemampuan keluarga memanfaatkan sumberdaya non fisik untuk menanggulangi masalah psikologis yang dihadapi oleh

masing-masing anggota keluarga dan meraih kesejahteraan psikologis

keluarga pada tahapan keluarga lanjut usia.

Ketahanan sosial adalah kemampuan keluarga memanfaatkan sumber daya non fisik untuk menanggulangi masalah sosial yang dihadapi oleh keluarga dan

meraih kesejahteraan sosial keluarga pada tahapan keluarga lanjut usia.

Tahapan perkembangan keluarga adalah tahapan yang dilalui sebuah keluarga mulai dari menikah, memiliki bayi, memiliki anak prasekolah, memiliki

anak sekolah, memiliki anak remaja, anak keluar dari rumah, keluarga

(46)

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................................
Tabel 1 Tugas kritis dalam perkembangan keluarga menurut Duvall
Tabel 2 Hasil penelitian terdahulu
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kebugaran Lansia Di Posyandu Lanjut Usia Tegalsari Dan Posyandu Lanjut Usia Lodalang Siswodipuran Boyolali Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan

Peningkatan angka jumlah lansia menyebabkan munculnya masalah-masalah penyakit pada lanjut usia, antara lain kejadian kasus demensia pada lansia, dukungan keluarga penting

Faktor yang mempengaruhi lansia laki-laki lebih bahagia yaitu penerimaan diri terhadap penurunan kondisi fisik yang terjadi usia lanjut, pada laki-laki memasuki usia lanjut

Seseorang yang memasuki lanjut usia (lansia), mengalami penurunan fungsi kognitif, fisik, dan psikis, sehingga membutuhkan perhatian, kenyamanan, dan kasih sayang

Judul Skripsi : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN LANJUT USIA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN DI POSYANDU LANSIA DESA GAJAHAN KECAMATAN

5.4.2 Hubungan Peran Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia Domain Psikologis di Posyandu Lanjut Usia Mekar Sari Mojo Surabaya Tahun 2016

Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga, (2) menganalisis stabilisasi yang dialami oleh keluarga lansia ditinjau dari

97 4.1 Adanya hubungan korelasional yang positif antara peran keluarga dengan kualitas hidup lansia di Posyandu Lanjut Usia Mekar Sari Mojo Surabaya Tahun 2016