FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Manajemen Sumber Daya
Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia adalah karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Strength of Aging Family. Supervised by EUIS SUNARTI.
This study is conducted to analyze the influence of family resource management (FRM) to family strength on aging families. The data was collected on June-July 2012 purposively at three villages (Ciherang, Cikarawang, and Babakan) which are included to five areas with the largest aging family populations in Bogor. Interviews were conducted on 34 early-elders (60-75 years old) who still have spouses and have no dependents. FRM was measured with human resource management, time management, and financial management of all phases of the family. Family strength was measured with physical strength, psychological strength, and social strength. The result showed that average of family strength aging families had performance by three-quarters of family strength ability (75% for physical strength, 68% for psychological strength, dan 83% for social strength). Performance index of FRM ability had only achieve half of FRM indicators (81% for human resource management, 19% for time management, and 71% for financial management). FRM had influence on family strength. Length of education and of marriage and percapita income had a significant positive influence on family strength.
Keywords: aging family, family resource management, family strength
ABSTRAK
FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH. Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh manajemen sumber daya keluarga (MSDK) terhadap ketahanan keluarga lanjut usia (lansia). Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 secara purposive di tiga desa (Desa Ciherang, Desa Cikarawang, dan Desa Babakan) yang termasuk lima wilayah dengan jumlah penduduk lansia terbesar di Kabupaten Bogor. Wawancara dilakukan kepada 34 lansia awal (60-75 tahun) yang masih memiliki pasangan dan tidak mempunyai tanggungan. MSDK diukur dengan manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan sepanjang tahapan keluarga. Ketahanan keluarga diukur dengan ketahanan fisik, ketahanan psikologis, dan ketahanan sosial. Hasil menunjukkan rataan capaian ketahanan keluarga sebesar tiga perempat dari kemampuan maksimum ketahanan keluarga (dengan rataan 75% ketahanan fisik, 68% ketahanan psikologis, dan 83% ketahanan sosial). Rataan capaian kemampuan MSDK hanya mencapai separuh dari indikator manajemen keluarga dalam penelitian ini (81% manajemen sumber daya manusia, 19% manajemen waktu, dan 71% manajemen keuangan). MSDK berpengaruh terhadap ketahanan keluarga. Selain itu, didapatkan lama pendidikan, lama menikah, dan pendapatan perkapita berpengaruh pula terhadap ketahanan keluarga.
Ketahanan Keluarga Lanjut Usia. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji manajemen sumber daya keluarga dan ketahanan keluarga lanjut usia (lansia). Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) menganalisis manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan berdasarkan tahapan keluarga; 2) menganalisis keragaan ketahanan keluarga lansia; 3) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan keluarga lansia; 4) menganalisis hubungan antara manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan dengan ketahanan keluarga lansia; 5) menganalisis pengaruh manajemen sumber daya keluarga terhadap ketahanan keluarga lansia; 6) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen sumber daya keluarga terhadap ketahanan keluarga lansia.
Desain penelitian yang digunakan adalah retrospektif dan cross sectional. Lokasi penelitian dipilih secara purposive di Desa Babakan, Desa Ciherang, dan Desa Cikarawang, karena termasuk lima besar wilayah dengan jumlah lansia terbanyak di Kabupaten Bogor. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia awal (60-75 tahun). Kriteria contoh yang dipilih adalah lansia awal yang masih memiliki pasangan dan sudah tidak memiliki tanggungan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 34
orang secara purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner. Jenis data yang digunakan merupakan data primer. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis deskriptif dan inferensia yang berupa uji hubungan Spearman dan uji pengaruh linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan umur lansia dalam penelitian ini adalah 65,29 tahun dan rataan lama menikahnya yaitu 45,44 tahun. Persentase terbesar lansia menurut lama pendidikan sebesar 70,6 persen lansia memiliki pendidikan kurang dari 9 tahun (23,5% lansia tidak sekolah; 26,5% tidak tamat SD; 20,6% tamat SD). Lebih dari separuh lansia masih mencari penghidupan sendiri (55,9%) dan memiliki pendapatan perkapita di atas rata-rata kemiskinan Kabupaten Bogor tahun 2011 (76,5%) dengan rataan sebesar Rp541.656,00. Lebih dari separuh keluarga lansia (57,10%) termasuk dalam kategori keluarga
besar (≥8 orang) dengan jumlah rataan anak sebanyak enam orang. Hampir
seluruh pendidikan anak (80%) hanya sampai tamat SD. Rataan jarak usia antar anak adalah 2,91 tahun.
Manajemen sumber daya keluarga diukur dari skor tiga aspek, yaitu manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan selama tujuh tahapan keluarga. Tahapan itu adalah keluarga baru menikah, keluarga bayi baru lahir, keluarga dengan anak prasekolah, keluarga dengan anak
sekolah, keluarga dengan remaja, keluarga launching centre, dan keluarga
pada tahapan launching centre dan setengah baya (68,6%). Rataan capaian kemampuan manajemen sumber daya keluarga yang dilakukan mencapai setengah dari indikator manajemen. Rataan capaian masing-masing komponen yaitu 81,0 persen manajemen sumber daya manusia; 19,0 persen manajemen waktu; dan 71,0 persen manajemen keuangan. Hasil total skor manajemen sumber daya keluarga berdasarkan tahapan keluarga membentuk pola parabola terbalik dengan titik terendah pada tahapan anak usia sekolah (53,9%).
Ketahanan keluarga diukur dari tiga aspek yaitu ketahanan fisik, ketahanan
psikologis, dan ketahanan sosial pada tahapan keluarga empty nest. Didapatkan
bahwa rataan capaian ketahanan keluarga sebesar tiga perempat kemampuan maksimum ketahanan keluarga. Rataan capaian komponen ketahanan keluarga yaitu 75,0 persen kemampuan ketahanan fisik; 68,0 persen kemampuan ketahanan psikologis; dan 83,1 persen kemampuan ketahanan sosial. Lebih dari seperempat lansia memiliki ketahanan psikologis (29,4%) dan ketahanan sosial (38,2%) pada kategori sedang. Masih terdapat 8,8 persen lansia yang memiliki ketahanan fisik pada kategori sedang. Skor total ketahanan keluarga terlihat bahwa terdapat 5,9 persen contoh memiliki kategori sedang.
Berdasarkan uji hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan keluarga beserta komponennya didapatkan lama pendidikan, lama menikah, jumlah anak, dan pendapatan perkapita berhubungan dengan ketahanan keluarga. Semakin lama pendidikan lansia maka akan semakin baik ketahanan keluarga yang dimiliki, khususnya ketahanan sosial. Jumlah anak yang semakin banyak akan menurunkan capaian ketahanan keluarga, khususnya ketahanan fisik dan ketahanan psikologis. Semakin lama usia pernikahan lansia maka ketahanan fisik semakin baik, namun ketahanan sosialnya akan semakin rendah. Semakin tinggi pendapatan perkapita maka ketahanan keluarga akan semakin baik, begitu pun untuk seluruh komponen ketahanan keluarga. Hasil uji hubungan untuk masing-masing komponen manajemen sumber daya keluarga seluruh tahapan terdapat hubungan positif nyata dengan ketahanan keluarga. Hal ini berarti lansia yang menerapkan manajemen sumber daya keluarga dengan baik maka ketahanan keluarga akan lebih tinggi, khususnya ketahanan psikologis keluarga.
Hasil uji linier berganda menunjukkan bahwa manajemen sumber daya keluarga berpengaruh terhadap ketahanan keluarga. Selain itu, faktor lain yang memengaruhi peningkatan ketahanan keluarga adalah peningkatan lama pendidikan, lama menikah, dan pendapatan perkapita berpengaruh, sedangkan peningkatan jumlah anak akan menurunkan ketahanan keluarga. Berdasarkan pengamatan lebih dalam mengenai sumbangan pendapatan dari anak untuk lansia diperoleh bahwa lansia dengan jumlah anak lebih banyak memperoleh potensi yang lebih besar untuk mendapatkan sumbangan pendapatan dari anak dibanding dengan lansia yang mempunyai anak yang sedikit. Oleh karena itu, dibutuhkan pemberdayaan bagi lansia dalam mengisi kegiatan sehari-harinya agar mendapatkan peningkatan ekonomi. Pemerintah juga harus menjamin tercukupinya kebutuhan dasar keluarga (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan) agar dapat meningkatkan ketahanan keluarga. Selain itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis jumlah anak dengan potensi lansia mendapatkan sumbangan pendapatan di hari tua.
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Nama : Fasih Vidiastuti Sholihah
NIM : I24080065
Disetujui,
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
izin-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia.
Penulis menyadari tanpa kontribusi orang lain, skripsi ini tidak akan selesai
dengan baik. Sebagai bentuk penghargaan, penulis menghaturkan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan,
inspirasi, curahan waktu, perhatian, pengertian, dan kesabaran serta masukan
yang sangat bermanfaat.
2. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik penulis.
3. Dr. Tin Herawati, SP, M.Si dan Dr. Ir. Istiqlaliyah, M.Si selaku dosen penguji
sidang.
4. Irni Rahmayani Johan, SP, MM selaku dosen pemandu seminar serta
Dosen-dosen IKK dan keluarga besar IKK 45.
5. Keluarga penulis, ayah Sutopo dan ummi Nani Rosani, adik-adik penulis
(Gilang Maulana Yusuf Tsalisa, Najwa Salsabila, dan Muhammad Azka
Hanan Mahzumi) serta aa M.Abdan Syakuro Septiana dan teteh Nurislami
Rizki Syukrillah terimakasih atas motivasi, doa, dan usaha terbaik yang
diberikan kepada penulis.
6. Rekan satu bimbingan penulis (Ifah, Widha, Wika, Nishrina, dan Intan) serta
Amania dan Dewi Suci atas bantuan dan perhatian yang tiada tara. Sahabat
penulis serta keluarga besar BKIM, terima kasih untuk pembelajaran menjadi
orang besar.
7. Segenap perangkat Desa Ciherang, Babakan, dan Cikarawang atas
kemudahan dalam pengumpulan data primer.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini,
meskipun demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Insya Allah.
Bogor, Februari 2013
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 1
Tujuan ... 2
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Perkembangan Keluarga ... 5
Lanjut Usia ... 6
Manajemen Sumber Daya Keluarga ... 8
Manajemen Waktu ... 10
Manajemen Sumber Daya Manusia ... 11
Manajemen keuangan ... 12
Ketahanan Keluarga ... 12
Ketahanan fisik ... 13
Ketahanan sosial ... 13
Ketahanan psikologis ... 14
Penelitian Terdahulu ... 14
KERANGKA PEMIKIRAN ... 16
METODE PENELITIAN ... 19
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 19
Teknik Penarikan Contoh ... 19
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 19
Pengolahan dan Analisis Data ... 21
Definisi Operasional ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27
Karakteristik Keluarga Lansia ... 27
Usia suami-istri ... 27
Lama menikah ... 28
Jumlah anak ... 28
Pendidikan lansia ... 29
Pendapatan lansia... 30
Manajemen Sumber Daya Keluarga ... 30
Manajemen Sumber Daya Manusia ... 31
Manajemen Sumber Daya Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga ... 35
Ketahanan Keluarga ... 36
Ketahanan Psikologis ... 38
Ketahanan Sosial ... 41
Ketahanan Keluarga Total ... 43
Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Ketahanan Keluarga ... 43
Hubungan antar Komponen Manajemen Sumber Daya Keluarga dengan Komponen Ketahanan Keluarga ... 44
Pengaruh Karakteristik Keluarga terhadap Ketahanan Keluarga ... 44
Pengaruh Manajemen Sumber Daya Keluarga terhadap Ketahanan Keluarga ... 45
Pengaruh Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Karakteristik Keluarga terhadap Ketahanan Keluarga ... 46
Pembahasan... 47
SIMPULAN DAN SARAN ... 55
Simpulan ... 55
Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 56
1 Tugas kritis dalam perkembangan keluarga menurut Duvall 6
2 Hasil penelitian terdahulu 15
3 Variabel dengan data primer 20
4 Variabel dalam kuesioner dengan data primer 21
5 Sebaran contoh berdasarkan usia 28
6 Sebaran contoh berdasarkan lama menikah 28
7 Sebaran contoh berdasarkan besaran keluarga 28
8 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan 29
9 Sebaran contoh berdasarkan jenjang pendidikan 29
10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita 30
11 Sebaran contoh berdasarkan sumber pendapatan 30
12 Sebaran contoh berdasarkan sumbangan pendapatan dan
keterangannya 65
13 Sebaran contoh berdasarkan capaian manajemen sumber daya
manusia menurut tahapan keluarga 31
14 Sebaran contoh berdasarkan capaian manajemen waktu menurut
tahapan keluarga 33
15 Sebaran contoh berdasarkan capaian manajemen keuangan menurut
tahapan keluarga 35
16 Capaian komponen manajemen sumber daya keluarga berdasarkan
tahapan keluarga 35
17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat capaian dan kategorisasi
manajemen sumber daya keluarga seluruh tahapan 36
18 Sebaran contoh berdasarkan jawaban ketahanan fisik keluarga 38
19 Sebaran contoh berdasarkan jawaban ketahanan psikologis keluarga 40
20 Sebaran contoh berdasarkan jawaban ketahanan sosial keluarga 42
21 Sebaran contoh berdasarkan tingkat capaian dan kategorisasi
ketahanan keluarga 43
22 Sebaran koefisien korelasi karakteristik keluarga dan ketahanan
keluarga 44
23 Koefisien korelasi antar komponen manajemen sumber daya
keluarga dan ketahanan keluarga 44
24 Sebaran koefisien regresi karakteristik keluarga terhadap ketahanan
25 Sebaran koefisien regresi manajemen sumber daya keluarga terhadap
ketahanan keluarga 46
26 Sebaran koefisisen regresi manajemen sumber daya keluarga dan
karakteristik keluarga terhadap ketahanan keluarga 46
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kerangka Pemikiran ... 18
2 Pembagian tugas pengasuhan anak ... 32
3 Pembagian tugas pencarian nafkah ... 32
4 Capaian manajemen sumber daya keluarga berdasarkan tahapan
keluarga ... 36
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Sebaran skor maksimal, kisaran contoh, dan skor acuan kategori
ketahanan keluarga (total, fisik, psikologis, dan sosial) 63
2 Sebaran skor maksimal, kisaran contoh, dan skor acuan kategori
manajemen sumber daya keluarga (total, manajemen sumber daya
manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan) 63
3 Sebaran skor minimal dan maksimal manajemen sumber daya
keluarga beserta komponen menurut tahapan keluarga 63
4 Sebaran contoh berdasarkan pembagian tugas dalam pengasuhan
anak 64
5 Sebaran contoh berdasarkan pembagian tugas dalam mencari
nafkah 64
6 Sebaran koefisien korelasi ketahanan keluarga dengan
komponennya 64
7 Koefisien korelasi antar komponen manajemen sumber daya
keluarga 64
8 Sebaran contoh berdasarkan sumbangan pendapatan dan
keterangannya 65
9 Sebaran koefisien korelasi jumlah anak dan sumbangan anak 65
10 Keterangan jumlah anak yang memberikan sumbangan pendapatan
kepada lansia 66
11 Sebaran koefisisen korelasi antar variabel yang diuji 68
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penduduk lanjut usia (lansia) di dunia semakin hari semakin meningkat.
Penduduk dunia telah mencapai angka tujuh miliar jiwa dan satu miliar
diantaranya adalah penduduk lanjut usia (WHO). Indonesia menduduki peringkat
empat penduduk terbesar di dunia dengan jumlah 237.556.363 orang (BPS 2011).
Data lansia Indonesia tahun 2004 sebesar 16,52 juta orang, di tahun 2006 naik
menjadi 17,48 juta orang dan tahun 2008 meningkat lagi menjadi sekitar 19,50
juta orang. Saat tahun 1960-an dan 1970-an penduduk lansia hanya sekitar 2
persen, tahun 2011 sudah menjadi sekitar 10 persen (dari 238 juta jiwa). BKKBN
(2012) menyatakan bahwa dua puluh persen lansia menderita sakit-sakitan,
sedangkan delapan puluh persen adalah lansia potensial yang masih bisa
diberdayakan. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri secara alamiahnya lansia
mengalami beberapa kemunduran dalam potensi hidup yang dimiliki. Dari sisi
kesehatan, secara umum kesehatan penduduk lansia cenderung rendah.
Persentase penduduk lansia yang mengalami keluhan kesehatan sebesar 49,50
persen pada tahun 2004 dan naik menjadi 55,42 persen pada tahun 2008.
Perubahan-perubahan ini sesuai dengan hukum kodrat manusia yang disebut
menua selanjutnya akan memengaruhi baik fisik maupun mentalnya serta
keberfungsiannya.
Lansia merupakan fase akhir dari tahapan hidup menurut Duvall (1971),
yaitu: 1) keluarga baru menikah; 2) keluarga dengan anak baru lahir; 3) keluarga
dengan anak prasekolah; 4) keluarga dengan anak sekolah; 5) keluarga dengan
anak remaja; 6) keluarga launching centre; 7) keluarga middle age; dan 8)
keluarga empty nest. Hal tersebut berarti lansia telah melewati tujuh tahapan perkembangan keluarga dengan segala dinamikanya. Masing-masing tahapan
perkembangan keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi guna
mencapai ketahanan keluarga yang optimal. Bahkan keluarga pun harus
menyelesaikan permasalahan yang didefinisikan menjadi tugas kritis yang
dihadapi dari masing-masing tahapan keluarga. Menurut Duvall (1971), saat
menuju tahapan lansia, keluarga harus menyiapkan diri untuk melakukan
dipenuhi adalah mengatasi kehilangan dan tinggal seorang diri, menutup fase
keluarga atau beradaptasi menuju penuaan, dan penyesuaian terhadap masa
pensiun. Persiapan dilakukan keluarga selama kehidupan berkeluarganya.
Keluarga melakukan berbagai penyesuaian dengan mengoptimalkan
sumberdaya yang dimilikinya. Baik itu sumber daya waktu, keuangan, maupun
sumber daya manusia yang dimiliki keluarga. Semakin bertambahnya tahapan
keluarga yang dihadapi keluarga, dibutuhkan pengelolaan sumberdaya yang
semakin baik. Dengan menjalani proses manajemen tersebut, keluarga diharapkan
akan mendapatkan ketahanan keluarga yang lebih baik. Ketahanan keluarga yang
terlihat di ujung fase keluarga yaitu fase lansia merupakan representasi dan
akumulasi dari manajemen sumber daya keluarga pada tahapan keluarga
sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, menarik untuk mengetahui bagaimana
perjalanan manajemen sumber daya keluarga dan ketahanan keluarga lansia yang
merupakan hasil dari proses perjalanan hidupnya.
Perumusan Masalah
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu
suatu periode seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu. Bisa juga
dikatakan beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Tugas perkembangan
keluarga lansia menurut Duvall (1971), beberapa diantaranya adalah menemukan
kepuasan di rumah sehingga lansia harus menyesuaikan diri terhadap masa
pensiun, menjaga keterikatan dengan orang lain di luar keluarga, bersiap
menghadapi kehilangan baik karena merupakan masa menutup fase keluarga dan
menghadapi kematian, serta memelihara kontak hubungan dengan anak-anak dan
cucu-cucunya. Akan tetapi, lansia banyak mengalami kemunduran terutama dalam
hal kesehatan sehingga mengganggu kehidupan di masa tuanya (Putri 2011).
Makin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya berarti telah kehilangan
masa kejayaannya (Hurlock 1997). Peck diacu dalam Byan dan DeVault (1986)
menyatakan bahwa ketika seorang lansia mengalami penurunan dan penuaan, hal
yang menjadi fokus dalam menjalani hidup adalah memaknai hidup dan
menghadapi penuaan. Destianti (1997) menyatakan bahwa masalah kesejahteraan
lansia muncul karena ketiadaan penghasilan yang memadai. Keluarga harus
mencapai ketahanan keluarga yang baik. Kebutuhan yang dibutuhkan merupakan
kebutuhan ekonomi, hubungan sosial, dan persiapan emosi diri. Dapat dikatakan
bahwa fase hidup lansia merupakan akumulasi dari capaian hidup dari fase
sebelumnya. Ketahanan keluarga sebagai sebuah keluaran yang didapatkan dari
pengelolaan sumberdaya yang dimiliki, permasalahan yang dirasakan,
penanggulangan permasalahan tersebut, hingga didapatkan kesejahteraan keluarga
yang diharapkan. Manajemen sendiri merupakan proses yang dinamis.
Manajemen dapat disesuaikan dengan situasi yang sedang dihadapi dan sesuai
dengan ketersediaan sumberdaya. Selama rentang kehidupan berkeluarga yang
memiliki tugas perkembangan keluarga masing-masing, maka pengelolaan
sumberdaya yang dimiliki pasti berbeda. Sehingga diduga, ketahanan keluarga
pada keluarga lanjut usia menjadi representasi dari ketahanan keluarga yang
didapatkan selama hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah
pada penelitian ini sebagai berikut:
1. bagaimana keragaan manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu,
dan manajemen keuangan berdasarkan tahapan keluarga?
2. bagaimana keragaan ketahanan keluarga pada keluarga lansia?
3. apakah terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan
keluarga?
4. apakah terdapat hubungan antara manajemen sumber daya manusia,
manajemen waktu, dan manajemen keuangan dengan ketahanan keluarga?
5. apakah terdapat pengaruh manajemen sumber daya keluarga terhadap
ketahanan keluarga?
6. apakah terdapat pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen sumber
daya keluarga terhadap ketahanan keluarga?
Tujuan Tujuan umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji manajemen
Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. menganalisis manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan
manajemen keuangan berdasarkan tahapan keluarga
2. menganalisis keragaan ketahanan keluarga pada keluarga lansia
3. menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan
keluarga
4. menganalisis hubungan antara manajemen sumber daya manusia,
manajemen waktu, dan manajemen keuangan dengan ketahanan keluarga
5. menganalisis pengaruh manajemen sumber daya keluarga terhadap
ketahanan keluarga
6. menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen sumber daya
keluarga terhadap ketahanan keluarga.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu menyediakan informasi bagi bidang
ilmu keluarga dalam perluasan teori perkembangan keluarga. Khususnya pada
aspek-aspek yang dikaji yaitu manajemen sumber daya keluarga dan ketahanan
keluarga pada keluarga lanjut usia. Dengan informasi yang didapatkan dari
penelitian ini, diharapkan keluarga mampu mendapatkan gambaran untuk
mengantisipasi proses manajemen selama hidup pernikahan. Lebih luas,
pemerintah diharapkan mampu memberikan kebijakan yang tepat untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Keluarga
Undang-Undang No.52 tahun 2009 mendefinisikan keluarga merupakan
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Walker (1976)
menyatakan bahwa keluarga adalah suami-istri yang tinggal dalam satu rumah
tangga dengan atau tanpa anak. Puspitawati (2012) menyataan bahwa tujuan
membentuk keluarga adalah untuk menjalankan ajaran agama dan bertaqwa
kepada Tuhan YME dalam mencapai kebahagiaan/kesejahteraan serta untuk
melestarikan keturunan. Sesuai dengan tujuan keluarga dalam rangka
menjalankan ajaran agama dan berbagi perasaan, cinta, dan materi maka melalui
media keluarga inilah para anggota-anggota keluarga dapat melanjutkan
keturunan, mendapatkan status sosial ekonomi, dan menjalani proses
pendewasaan diri.
Keluarga adalah wahana utama dan pertama bagi anggota-anggotanya
untuk mengembangkan potensi, mengembangkan aspek sosial dan ekonomi serta
penyemaian cinta kasih-sayang antar anggota keluarga. Pencapaian tujuan,
integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan, atau pemeliharaan keluarga
terkait dengan tugas keluarga (Megawangi 1999). Keluarga memiliki
karakteristik masing-masing yang dapat dilihat dari besaran keluarga, pendapatan
keluarga, pendidikan keluarga, dan lain-lain. Kehidupan keluarga akan dipenuhi
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang dikenal dengan
istilah pekerjaan rumah tangga. Walker mendefinisikan maksud dari pekerjaan
rumah tangga adalah kegiatan-kegiatan yang disengaja dilakukan individu dalam
keluarga untuk menghasilkan barang-barang dan pelayanan yang dapat
dimanfaatkan oleh masing-masing anggota keluarga.
Santrock (2002) menyatakan bahwa tahapan kehidupan keluarga adalah
kunci prinsip dalam proses transisi emosi. Kehidupan keluarga terbagi menjadi
enam tahapan, yaitu: 1) dewasa muda belum menikah; 2) pasangan baru; 3)
menjadi orang tua dan keluarga dengan anak; 4) keluarga dengan anak remaja; 5)
terbagi menjadi delapan tahapan dengan masing-masing tugas perkembangan dan
tugas kritis masing-masing. Tugas-tugas tersebut harus dilalui oleh keluarga agar
mendapatkan perkembangan yang maksimal sehingga masing-masing anggota
keluarga terpenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, psikologis, maupun
sosialnya.
Tabel 1 Tugas kritis dalam perkembangan keluarga menurut Duvall
No Tahapan keluarga Tugas kritis perkembangan keluarga 1 Pasangan
menikah
- membangun kepuasan pernikahan yang saling menguntungkan
- penyesuaian terhadap kehamilan dan harapan menjadi orang tua
- beradaptasi dengan keluarga baru 2 Keluarga dengan
anak baru lahir
- penyesuaian terhadap dan mendorong perkembangan bayi - membangun kepuasan terhadap rumah antara orang tua
dan bayi 3 Keluarga dengan
anak prasekolah
- beradaptasi untuk kebutuhan kritis dan ketertarikan anak prasekolah dalam stimulasi dan pendukung pertumbuhan - koping terhadap berkurangnya energi dan terhambatnya
privasi sebagai orangtua 4 Keluarga dengan
anak sekolah
- mencocokkan diri ke dalam komunitas keluarga dengan anak usia sekolah dalam jalan yang membangun - mendorong pencapaian pendidikan anak
5 Keluarga dengan anak remaja
- penyeimbangan kebebasan dengan tanggungjawab sebagai alamiahnya seorang remaja serta memerdekakan diri mereka
6 Keluarga launching center
- melepaskan dewasa awal menuju dunia kerja, pelayanan militer, kuliah, pernikahan, dsb sesuai dengan ritual dan pendampingan
- mempertahankan dukungan dasar yang berasal dari rumah 7 Keluarga middle
age(setengah baya)
- membangun kembali hubungan pernikahan
- mempertahankan ikatan hubungan dengan saudara yang lebih muda dan lebih tua
8 Keluarga empty nest
- mengatasi kehilangan dan tinggal seorang diri
- menutup fase keluarga atau beradaptasi menuju penuaan - penyesuaian diri terhadap masa pensiun
Lanjut Usia
Usia lanjut yaitu periode ketika kemunduran telah terjadi dan adanya
disorganisasi mental. Kemunduran itu disebabkan oleh faktor fisik dan faktor
psikologis. Faktor fisik adalah perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena
penyakit khusus tapi karena proses penuaaan, sedangkan faktor psikologis
dipengaruhi sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan
kehidupan. Penanganan ketegangan dan stress hidup seseorang akan
Arti kata tua itu tidak jelas serta tidak dapat dibatasi, maka orang
cenderung menilai tua itu dalam hal penampilan dan kegiatan fisik (Hurlock,
1997). Pendapat ahli dalam menentukan batasan usia lansia pun berbeda-beda.
Menurut UU RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1, definisi
lanjut usia sebagai seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan, dan sosial. UU RI No.13 tahun 1998 menjelaskan bahwa
golongan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Hurlock (1997) membagi tahap terakhir dalam dua rentang menjadi usia lanjut
dini berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh dan usia lanjut yang
mulai pada usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan seseorang. Papalia et al. (2008) membagi menjadi tiga kelompok lansia: young old antara usia 65 sampai
74 tahun yang biasanya aktif, vital, dan bugar; old-old berusia antara 75 sampai 84 tahun; dan oldest old berusia 85 tahun ke atas yang berkecenderungan lebih besar lemah dan tidak bugar serta memiliki kesulitan dalam mengelola aktivitas
keseharian.
Shadden dalam Putri (2011) mengemukakan teori yang membahas
mengenai lansia yang terkait dengan perilaku lansia itu sendiri:
a. Disengagement theory
Suatu proses menjadi tua yang melibatkan pelepasan peran-peran sosial yang
tampak dalam penurunan interaksi dalam hubungan sosial lansia. Teori ini
melihat penarikan diri sebagai suatu kejadian yang selektif dimana individu
dapat memilih untuk menarik diri dari peran-peran yang dimilikinya dan
terjadi dan terjadi dalam proses yang panjang (bukan terjadi secara tiba-tiba).
Sehubungan dengan penarikan diri yang dilakukan dari peran-peran dalam
pekerjaan dan persaingan dengan kaum muda karena penurunan kekuatan fisik
dan lainnya, individu menyesuaikan diri dengan keberadaannya. Dari segi
masyarakat, penarikan diri berarti mengijinkan kaum muda untuk
menggantikan kaum tua sehingga proses transisi kekuatan dapat berjalan
dengan lancar dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Activity theory
Teori ini berpendapat bahwa individu cenderung tetap bertahan melakukan
digantikan oleh peran lain di usia tua. Dikatakan bahwa upaya untuk menjadi
lansia yang sukses adalah tetap terus beraktivitas. Teori ini menekankan pada
stabilitas dari orientasi kepribadian seseorang dan mengindahkan pendapat
masyarakat yang menganggap kemunduran-kemunduran pada lansia harus
dikompensasi dengan penarikan diri. Kesulitan yang dihadapi adalah apabila
individu merasa bahwa ia harus tetap produktif layaknya saat masih usia
dewasa padahal ia mengalami kemunduran-kemunduran karena usianya, maka
ia mengalami frustasi, kecemasan, dan perasaan bersalah karena tidak dapat
memenuhi harapannya.
Tahapan keluarga lanjut usia dimulai dengan dua posisi, suami dan istri,
dan berakhirnya salah satu dari keduanya, sedangkan satu dari pasangan yang
ditinggalkan tersebut tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menurut
Duvall (1971), tugas perkembangan keluarga lansia antara lain:
1. menemukan kepuasan di rumah untuk beberapa tahun yang akan datang
2. penyesuaian untuk kemunduran pendapatan
3. membentuk kenyamanan kebiasaan sehari-hari rumahtangga
4. pemeliharaan satu sama lain sebagai suami-istri
5. menghadapi kehilangan dan keadaan hidup sebagai janda
6. memerhatikan untuk kerelatifan saat menjadi tua
7. memelihara kontak hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucunya
8. menjaga ketertarikan orang lain di luar keluarga
9. menemukan arti hidup.
Manajemen Sumber Daya Keluarga
Sumberdaya diartikan sebagai penyedia karakteristik atau perlengkapan
yang mampu digunakan untuk memenuhi keinginan-keinginan keluarga sesuai
dengan tujuan dan kejadian dalam keluarga (Deacon dan Firebaugh 1988).
Sumberdaya didapatkan dari kegiatan produktif anggota keluarga atau
memungkinkan didapatkan melalui interaksi dengan sistem yang lain. Tentunya,
sumberdaya harus dimiliki oleh perorangan atau keluarga secara keseluruhan atau
sesuatu yang berada di bawah kontrol keluarga. Nickel dan Dorsey (1959)
menjabarkan bahwa sumber daya keluarga terdiri dari sumber daya manusia
(waktu, uang, dan aset). Deacon dan Firebaugh (1988) mengklasifikan sumber
daya keluarga menjadi sumber daya manusia dan material. Sumber daya manusia
dalam sistem keluarga yaitu kesehatan keluarga, keterampilan, kemampuan, dan
pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga. Sumber daya
material merupakan suatu hal yang nampak. Sumber daya ini digunakan untuk
memproduksi barang, digunakan untuk simpanan dan investasi.
Keluarga merupakan sebuah sistem yang merupakan kesatuan
bagian-bagian fungsi untuk menyelesaikan seperangkat tujuan. Sumber daya keluarga
harus dikelola sedemikian rupa agar mampu memenuhi kebutuhan keluarga
sesuai. Kebutuhan keluarga akan dipengaruhi oleh kondisi pembatas dan prioritas
keluarga tersebut yang menjadi tujuannya. Proses untuk mengatur sumberdaya
itulah yang dimaksud dengan manajemen. Manajemen merupakan alat dasar
(basic tool) untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia. Suatu proses manajemen dikatakan berhasil jika mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan. Dengan melakukan manajemen kehidupan seseorang bisa
teratur dan efektif (Deacon dan Firebaugh 1988).
Gross et al. (1973) menyatakan manajemen sumber daya keluarga terdiri
atas serangkaian pengambilan keputusan dalam penggunaaan sumber daya
keluarga untuk mencapai tujuan keluarga. Sistem manajemen menunjukkan
saling ketergantungan dan saling keterhubungan di antara sistem keluarga dengan
sistem di sekelilingnya karena manajemen dipengaruhi dan memengaruhi
lingkungan. Manajemen sumber daya keluarga adalah penggunaan sumber daya
keluarga dalam usaha atau proses mencapai sesuatu yang dianggap penting oleh
keluarga. Manajemen tidak membuat sumberdaya yang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan menjadi cukup. Akan tetapi manajemen
dapat membantu menetapkan penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk pilihan
yang disetujui oleh anggota keluarga. Ada tiga komponen dalam proses
manajemen, yaitu input, proses, dan output. Input merupakan segala sesuatu yang dimiliki atau dapat diakses oleh keluarga dan ditransformasi dalam sebuah
proses untuk mencapai tujuan. Proses terdiri atas perencanaan dan implementasi.
Adapun output adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari sistem manajemen
karakteristik manajemen adalah tidak kaku, artinya, proses manajemen yang
dilakukan dapat disesuaikan dengan situasi yang sedang dihadapi dan
ketersediaan sumberdaya dari keluarga tersebut.
Manajemen Waktu
Waktu merupakan sumberdaya yang unik karena benar-benar tidak bisa di
ditambah atau dikurangi bahkan diakumulasi atau disimpan. Setiap orang
memiliki jumlah waktu yang sama yaitu 24 jam. Dengan sifatnya yang unik
tersebut maka individu atau keluarga harus mampu mengaturnya hingga
memenuhi tujuan hidup keluarganya. Dalam setiap tahapan perkembangan
keluarga akan ditemukan pola berbeda dalam mengatur waktu keluarga.
Pengaturan waktu keluarga dipengaruhi oleh prioritas kegiatan.
Walker (1976) menyatakan bahwa penggunaan waktu dalam keluarga
berkaitan dengan variasi aktivitas dalam setiap rumah tangga. Aktivitas rumah
tangga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, umur dari anak terkecil, atau
ukuran tempat tinggal. Hasil yang ditampilkan oleh Walker (1976) merujuk pada
data yang didapatkan oleh Wiegand menggambarkan bahwa ada enam aktivitas
terbesar yang menghabiskan waktu pada rumah tangga. Aktivitas tersebut adalah
penyiapan makanan, pemeliharaan rumah secara regular, pemeliharaan fisik
anggota keluarga, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, dan mencuci piring.
Masing-masing aktivitas tersebut berkaitan erat dengan jumlah anggota keluarga
dan usia anak.
Sebagai aktivitas manajemen, manajemen waktu terdiri atas aktivitas
perencanaan, pengawasan, dan evaluasi. Menurut Gross et al. (1973), terdapat tiga tipe perencanaan waktu, yaitu: 1) List a job; 2) Series of project; dan 3) Schedule. List a job adalah perencanaan waktu dengan cara membuat daftar aktivitas kegiatan yang akan dilakukan, disertai dengan kata-kata motivasi
sehingga bersemangat untuk mencapai target yang sudah ditentukan. Pada
perencanaan series of project, daftar aktivitas kegiatan disertai dengan urutan
waktu, namun tidak ada batas waktu yang jelas. Tipe perencanaan yang ketiga,
daftar aktivitas disertai dengan urutan waktu dan perkiraan waktu yang diperlukan
untuk mengerjakan aktivitas tersebut. Langkah-langkah dalam menyusun
menjadi aktivitas fleksibel dan tidak fleksibel; 2) memperkirakan waktu yang
diperlukan untuk menjalankan setiap aktivitas; 3) menyesuaikan total perkiraan
waktu yang diperlukan dengan waktu yang tersedia; 4) menyusun urutan waktu;
5) tuliskan perencanaan; dan 6) jika terdapat aktivitas yang berkaitan dengan
orang lain, maka komunikasikan hal tersebut kepada orang yang dimaksud.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Nickell dan Dorsey (1959) menyatakan bahwa sumber daya manusia
terdiri dari kemampuan, keterampilan, pola sikap, dan pengetahuan. Sebuah
keluarga terdapat beberapa individu yang memiliki sumber daya manusia yang
berbeda-beda. Setiap kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu
dalam keluarga pasti berpengaruh pada kemampuan keluarga dalam mengatur
kebutuhan keluarga tersebut. Selain itu, sumber daya individu keluarga akan
mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk
mendapatkan sumberdaya yang lain.
Manajemen sumber daya manusia yang ada dalam keluarga juga
mencakup pembagian tugas dalam keluarga sehingga fungsi-fungsi dalam
keluarga akan terpenuhi secara optimal. Pembagian kerja dalam rumah tangga
dapat dilihat dengan menggunakan empat hipotesis, yaitu: 1) resource and power
hypothesis; 2) time availability hypothesis; 3) sex-role hypothesis; dan 4) preference-for-housework hypothesis. Resource and power hypothesis menyatakan bahwa semakin besar kontribusi pendapatan suami bagi keluarga,
maka semakin besar tanggung jawab istri dalam urusan rumah tangga.
Sebaliknya, semakin besar kontribusi pendapatan istri bagi keluarga, maka
semakin kecil tanggung jawab istri dalam urusan rumah tangga. Time availability
hypothesis menyatakan bahwa seorang istri yang bekerja memiliki alokasi waktu dan tanggung jawab yang lebih sedikit untuk mengerjakan pekerjaan rumahtangga
dibandingkan dengan isteri yang tidak bekerja. Sex-role hypothesis menyebutkan
bahwa persepsi gender mempengaruhi pembagian kerja. Adapun
preference-for-housework hypothesis menyatakan bahwa preferensi (ketertarikan) suami dan isteri pada jenis pekerjaan tertentu mempengaruhi pembagian kerja dalam
mengasuh anak dan merapikan rumah, sedangkan ketertarikan suami pada
aktivitas domestik lebih rendah dibandingkan istri (Deacon dan Firebaugh 1988).
Keluarga dalam membagi aktivitas sesuai dengan peran yang telah
disepakati dalam keluarga melibatkan suami, istri, dan anak-anak. Perempuan
biasanya berperan dalam pekerjaan keseharian seperti memasak, mencuci,
membersihkan debu, berbelanja dan sebagainya tanpa dihitung sebagai karyawan
yang dibayar (Walker 1976). Namun tidak sedikit perempuan yang menjalani
peran sebagai pekerja publik yang mendapatkan bayaran untuk aktivitasnya.
Manajemen keuangan
Uang merupakan suatu sumberdaya dan sekaligus merupakan alat
pengukur dari sumberdaya suatu keluarga. Besarnya uang yang dimiliki oleh
seseorang atau keluarga menunjukkan berapa banyak sumberdaya yang
dimilikinya. Individu dan keluarga berpendapatan rendah biasanya mempunyai
orientasi untuk masa sekarang atau kini saja daripada untuk masa depannya dalam
perspektif waktu. Manajemen keuangan adalah kegiatan merencanakan,
mengatur, mengawasi, dan mengevaluasi penggunaan pendapatan (Nickell dan
Dorsey 1959). Manajemen keuangan keluarga dipengaruhi oleh tujuan dari
keluarga. Menurut Firdaus dan Sunarti (2009), manajemen keuangan keluarga
mencakup komunikasi dalam menggunakan pendapatan. Masalah keuangan
merupakan hal yang paling banyak dibicarakan oleh keluarga dalam perencanaan
keuangan. Pengelolaan keuangan yang dilakukan suatu keluarga akan berbeda
dengan yang dilakukan keluarga lainnya karena kondisi pembatas dan prioritas
keuangan antar keluarga berbeda. Terbatasnya keuangan keluarga dan terbatasnya
tindakan pilihan untuk menggunakan uang menyebabkan pengelolaan keuangan
menjadi sederhana. Ketersediaan sumberdaya lain, seperti waktu dan sumberdaya
manusia, penting dalam melakukan manajemen keuangan karena sumberdaya
tersebut memengaruhi penggunaan keuangan untuk mencapai tujuan (Deacon dan
Firebaugh 1988).
Ketahanan Keluarga
Ketahanan keluarga merupakan gabungan sinergis dari ketahanan
saling berkaitan dan bersinergi dalam mewujudkan ketahanan keluarga.
Pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan terbentuk dan
terpeliharanya ketahanan keluarga yang dilandasi oleh penghayatan yang
mendalam terhadap ajaran agama. Pembinaan dan penempaan yang tepat oleh
keluarga dengan ketahanan keluarga yang kuat akan mencerminkan adanya
unsur-unsur penting yang sangat memengaruhi yaitu kehidupan beragama secara nyata,
kesadaran melaksanakan nilai-nilai tradisi dan peran pendidikan dalam keluarga
(Syarief 1997).
Ketahanan keluarga menurut UU No. 10 tahun 1992 (BKKBN 1992)
merupakan kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan
ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis mental
spritual guna hidup mandiri, dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk
hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin. Menurut Sunarti
(2001) ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk mengelola
sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seiring dengan
masalah yang dihadapi keluarga. Berdasarkan penelitian Sunarti (2001) dengan
menggunakan pendekatan sistem (input-proses-output) ditemukan faktor dalam
ketahanan keluarga, yaitu ketahanan fisik, sosial, dan psikologis.
Ketahanan fisik
Ketahanan fisik keluarga berkaitan dengan kemampuan ekonomi keluarga
yaitu kemampuan anggota keluarga dalam memeroleh sumberdaya ekonomi dari
luar sistem untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang,
perumabahan, pendidikan, dan kesehatan. Keluarga akan tahan secara fisik jika
terbebas dari masalah ekonomi dan terpenuhinya kebutuhan fisik keluarga.
Indikator ketahanan fisik keluarga adalah pendapatan perkapita keluarga melebihi
dari kebutuhan fisik minimum, dan atau lebih dari satu orang keluarga bekerja dan
memeroleh sumberdaya ekonomi melebihi kebutuhan fisik minimum.
Ketahanan sosial
Ketahanan sosial merupakan kekuatan keluarga dalam penerapan nilai
agama, pemeliharaan ikatan dan komitmen, komunikasi efektif, pembagian peran
dan penerimaan peran, penetapan tujuan, seta dorongan untuk maju, yang akan
perkawinan) dan memiliki hubungan sosial yang sehat. Terdiri dari sumber daya
nonfisik, mekanisme penganggulangan masalah yang baik, berorientasi terhadap
nilai-nilai agama, efektif dalam berkomunikasi, senantiasa memelihara dan
meningkatkan komitmen keluarga, memelihara hubungan sosial, serta memiliki
penganggulangan krisis.
Ketahanan psikologis
Ketahanan psikologis merupakan kemampuan anggota keluarga untuk
mengelola emosinya sehingga menghasilkan konsep diri yang positif.
Kemampuan tersebut berkaitan dengan masalah-masalah non fisik keluarga.
kemampuan mengelola emosi dan konsep diri yang baik menjadi kunci dalam
menghadapi masalah-masalah keluarga yang bersifat non fisik. Oleh sebab itu,
indikator dari ketahanan psikologis adalah anggota keluarga memiliki konsep diri
dan emosi yang positif. Masalah keluarga non fisik seperti konflik dengan suami
dan keluarga, serta kehilangan (materi atau orang terdekat), sebagai stressor akan
berdampak negatif terhadap kesejahteraan psikologis jika individu tidak mampu
mengendalika emosi yang negatif tersebut. Sama halnya dengan ketahanan sosial,
syarat utama untuk tercapainya ketahanan psikologis adalah kepribadian yang
matang dan kecerdasan emosi dari pasangan suami istri.
Penelitian Terdahulu
Penelitian Ginanjarsari (2010) menunjukkan bahwa ketahanan keluarga
dipengaruhi oleh karakteristik keluarga yaitu pendidikan, pendapatan perkapita,
dan besar keluarga. Saleha (2003) meneliti mengenai manajemen sumber daya
keluarga nelayan di Bontang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri dominan
melakukan aktivitas domestik yaitu mengurus anak dan pemeliharaan rumah
tangga. Namun aktivitas mendampingi anak belajar lebih banyak dilakukan oleh
suami. Pendidikan suami yang lebih memadai dibanding dengan kemampuan istri
menjadi faktor utamanya. Selain itu, terdapat pembagian peran antara suami dan
istri dalam sektor ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Iskandar (2007)
menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi sumber daya keluarga adalah faktor
kepala keluarga dan istri, pendidikan dan kepemilikan aset) dan faktor eksternal
(lokasi tempat tinggal).
Tabel 2 Hasil penelitian terdahulu
Peneliti Hasil penelitian Judul penelitian
Destianti (1997)
Ketiadaan pasangan bagi lansia akan memengaruhi kesehatan lansia. Hal tersebut berkaitan dengan penyelesaian permasalahan kehidupan.
Tingkat kesejahteraan lansia dipengaruhi oleh status perkawinannya.
Masalah kesejahteraan lansia muncul karena ketiadaan penghasilan yang memadai dikarenakan kurang mendapatkan pendidikan dan keterampilan kerja saat masih muda.
Terbatasnya keuangan keluarga dan terbatasnya tindakan pilihan untuk menggunakan uang menyebabkan
pengelolaan keuangan menjadi sederhana. Semakin besar jumlah anggota keluarga
maka akan semakin tinggi tekanan ekonomi dan semakin rendah kesejahteraannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin baik manajemen keuangan keluarga sehingga akan meningkatkan kesejahteraan
Kepuasan sangat berhubungan dengan bagaimana keluarga mengatur
pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Keluarga berpenghasilan rendah tidak merasa puas dengan sumber daya fisik karena tidak memenuhi kebutuhan tetapi puas dengan sumber daya non fisik.
Tingkat kepuasan keluarga
berpendapatan rendah terhadap sumberdaya yang dimiliki
Putri (2011) Semakin tua lansia maka tingkat
kemandirian total, aktivitas sehari-hari dan emosi semakin rendah.
Tingkat kemandirian total dan ekonomi lebih baik pada responden berstatus bekerja.
Hubungan
KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan tinjauan pustaka, kehidupan lansia merupakan tahapan
terakhir dari kehidupan keluarga, sehingga ketahanan keluarga lansia diduga
dipengaruhi oleh kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
selama berkeluarga. Dalam kehidupannya keluarga memiliki tujuan agar mampu
mengakomodir seluruh kebutuhan anggota keluarga. Keluarga memiliki sumber
daya yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan tersebut. Sumber daya yang
dimiliki keluarga, yaitu sumber daya fisik dan non fisik tersebut menjadi input
dalam manajemen sumber daya keluarga. Karakteristik keluarga yang meliputi
karakteristik demografi (usia lansia, rataan usia antar anak, dan besar keluarga),
ekonomi (pendapatan perkapita keluarga), dan sosial (lama pendidikan) menjadi
input. Selain itu, kesulitan yang dianggap masalah oleh keluarga menjadi input
karena pasti akan memengaruhi manajemen yang dilakukan oleh masing-masing
keluarga.
Keluarga pun melakukan manajemen sumber daya sesuai dengan input
yang dimiliki oleh keluarga. Dalam penelitian ini, manajemen sumber daya
keluarga yang diteliti adalah manajemen sumber daya manusia, manajemen
waktu, dan manajemen keuangan. Manajemen sumber daya manusia mengacu
pada dukungan dan pembagian tugas dalam keluarga demi keberfungsian
keluarga. Manajemen waktu menggambarkan pengoptimalan penggunaan waktu
dalam keluarga. Manajemen keuangan mencerminkan kemampuan keluarga
mengelola sumberdaya materi yang dimiliki. Perkembangan keluarga pada tiap
tahapannya membuat keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus
dipenuhi. Hal tersebut membuat manajemen sumberdaya keluarga akan
mengalami perubahan.
Manajemen sumber daya keluarga dikatakan berhasil jika keluarga dapat
mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya yang ada. Hasil akhir dari
semua proses tersebut adalah ketahanan keluarga. Sunarti (2001) mengembangkan
indikator ketahanan keluarga yaitu ketahanan fisik, ketahanan psikologis, dan
ketahanan sosial. Komponen ketahanan keluarga meliputi sumberdaya, masalah
keluarga, penanggulangan masalah keluarga, dan kesejahteraan yang disesuaikan
Karakteristik keluarga:
Usia
Lama menikah
Lama pendidikan
Pendapatan perkapita keluarga
Jumlah anak
Rataan jarak usia antar anak
Manajemen sumber daya keluarga berdasarkan tahapan keluarga:
Manajemen sumber daya manusia
Manajemen waktu
Manajemen keuangan
Masalah keluarga berdasarkan tahapan
keluarga
Ketahanan keluarga lanjut usia:
Ketahanan sosial
Ketahanan fisik
Ketahanan psikologis
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
= variabel yang berhubungan tapi tidak diteliti
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena
data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga
pada tahapan baru menikah hingga keluarga setengah baya dan dikumpulkan
hanya pada satu waktu serta tidak berkelanjutan. Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive, yaitu tiga desa di Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor. Tepatnya di Desa Babakan, Desa Cikarawang, dan Desa Ciherang.
Tempat tersebut dipilih karena termasuk lima wilayah dengan jumlah lansia
terbesar di Kabupaten Bogor (BKKBN Kabupaten Bogor 2011). Pengambilan
data dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012.
Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah keluarga dengan pasangan lanjut usia.
Contoh dibatasi pada orang yang berusia 60 tahun ke atas berdasarkan UU nomor
13 tahun 1998, baik wanita maupun pria. Contoh dipilih secara purposive dengan
spesifikasi yaitu lansia awal (60-75 tahun), masih memiliki pasangan bukan duda
ataupun janda, dan tidak lagi memiliki tanggungan dalam keluarganya.
Tanggungan yang dimaksud adalah tidak lagi memiliki anak yang harus dipenuhi
kebutuhan finansialnya. Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dipilih secara
purposive sebagai tempat pengambilan contoh. Data jumlah lansia didapatkan dari informasi Badan Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Bogor dan Biro
Pusat Statistik Kabupaten Bogor tahun 2011. Setelah itu, responden dipilih sesuai
dengan kriteria dengan bantuan kader PKK di desa masing-masing kemudian
dimintai kesediaannya menjadi contoh dalam penelitian ini. Contoh dalam
penelitian ini sebanyak 34 orang lansia. Rincian contoh yaitu 8 orang dari Desa
Babakan, 9 orang dari Desa Ciherang, dan 17 orang dari desa Cikarawang.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Dilihat dari sumbernya, jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini
mencakup data primer. Data tersebut bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode
yang relevan dengan variabel yang diteliti. Kuesioner berisi
pertanyaan-pertanyaan mengenai: (1) karakteristik contoh, (2) karakteristik keluarga contoh,
(3) kepemilikan aset keluarga, (4) manajemen sumberdaya keluarga berdasarkan
tahapan keluarga hingga tahapan keluarga setengah baya (nilai cronbach’s alpha
0,872), dan (5) ketahanan keluarga lansia (nilai cronbach’s alpha 0,637).
Instrumen kuesioner mengenai ketahanan keluarga yang digunakan pada
penelitian ini diadopsi dari Sunarti (2008) dan dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan oleh peneliti. Kuesioner manajemen sumberdaya keluarga
dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan konstrak yang diadopsi dari Firdaus
dan Sunarti (2008), Rusydi LN (2010), Lewis et al. (1953), Deacon dan
Firebaugh (1988), Gross dan Crandall (1973), Nickell dan Dorsey (1959), Walker
(1976), dan diktat kuliah Manajemen Sumber daya Keluarga (Guhardja 1992)1.
Tabel 3 Variabel dengan data primer dan kategorinya
Variabel Skala Kategori
Karakteristik contoh
Usia Rasio 60-75 tahun
Jenjang pendidikan Ordinal [1] Tidak Sekolah; [2] Tidak tamat SD; [3] Tamat SD; [4] Tamat SMP; [5] Tamat SMA; [6] Diploma; [7] S1-S3
Lama pendidikan Rasio Bilangan lama pendidikan contoh (tahun) Pendapatan sekarang Rasio Bilangan pendapatan contoh perbulan (rupiah) Sumber pendapatan Nominal [1] Sendiri; [2] Anak; [3] Sendiri dan anak;
[4] Saudara; [5] Pensiunan
Jumlah anak Rasio Bilangan jumlah anak contoh (orang) Lama menikah Rasio Bilangan lama menikah contoh (tahun) Karakteristik keluarga
Usia Rasio Bilangan usia anak contoh, kemudian diolah menjadi rataan jarak usia antar anak
Status perkawinan anak Ordinal [1] Menikah; [2] Belum Menikah; [3] Cerai Jenjang pendidikan
terakhir
Ordinal [1] Tidak sekolah; [2] Tidak tamat SD; [3] Tamat SD; [4] Tamat SMP; [5] Tamat SMA;
[6] Diploma; [7] S1-S3
Lama pendidikan Rasio Bilangan lama pendidikan anak contoh (tahun) Pekerjaan Nominal [1] Tidak bekerja; [2] Buruh; [3] Satpam;
[4] Wiraswasta; [5] PNS; [6] Pegawai swasta; [7] lain-lain
Sumbangan pendapatan untuk lansia
Rasio Besaran uang tunai yang diberikan anak kepada lansia setiap bulan
1
Tabel 4 Variabel dalam kuesioner dengan data primer
Variabel Skala Sumber kuesioner Detail kuesioner Manajemen sumberdaya
Ordinal Konstrak buku utama, Rusydi (2011), serta
Firdaus dan Sunarti (2009)
Tujuh pertanyaan
Manajemen waktu Ordinal Empat pertanyaan
Manajemen finansial Ordinal Tiga pertanyaan
Ketahanan keluarga 76 item dari 83
item Ketahanan fisik Ordinal
Modifikasi dari Sunarti (2008)
24 pertanyaan
Ketahanan psikologis Ordinal 25 pertanyaan
Ketahanan sosial Ordinal 27 pertanyaan
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding,
scoring, entry data ke komputer, cleaning dan analisis data. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program komputer yang sesuai dengan kebutuhan. Data
yang diperoleh dianalisis secara deskriptif menggunakan rataan, frekuensi untuk
mengetahui sebaran, dan analisis statistik inferensia. Data manajemen sumber
daya keluarga dan ketahanan keluarga sistem skoring yang konsisten yaitu
semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi kategorinya. Untuk
memeroleh kategori tersebut maka digunakan teknik skoring dengan rumus
Slamet (1993):
Interval kelas (IK) = (nilai maksimum-nilai minimum) Jumlah kategori yang diinginkan
Pada saat melakukan pengolahan data variabel manajemen sumber daya
keluarga dan ketahanan keluarga diubah ke dalam bentuk rasio dengan cara
skoring. Sehingga didapatkan kategorisasi untuk mengkuantitifkan data variabel
manajemen sumberdaya keluarga dan ketahanan keluarga. Selanjutnya skor
capaian digunakan untuk mengolah data manajemen sumber daya keluarga dan
ketahanan keluarga. Skor capaian didapatkan dari hasil perhitungan dengan
rumus :
Y = skor yang didapatkan x 100%
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini secara rinci dijelaskan
sebagai berikut:
1. uji deskriptif digunakan untuk mengolah data karakteristik contoh,
karakteristik keluarga, manajemen sumber daya keluarga dan ketahanan
keluarga guna mengetahui sebaran variabel tersebut yang terdapat pada
contoh. Karaktersitik keluarga yang digunakan adalah usia contoh, lama
pendidikan, lama menikah, jumlah anak, rataan jarak usia antar anak, dan
pendapatan perkapita,
2. manajemen sumber daya keluarga diukur dengan menggunakan tiga peubah
yaitu manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen
keuangan. Kuesioner dikembangkan berdasarkan konstrak Diktat
Manajemen Sumber Daya Keluarga (Guhardja 1992), Walker (1973), Lewis
(1953), Deacon dan Firebaugh (1988), Gross dan Crandall (1973), Nickell
dan Dorsey (1959), Walker (1976), Firdaus dan Sunarti (2008), dan Rusydi
LN (2010). Pemberian skor dilakukan dengan memberikan skor 0 jika tidak
melakukan dan 1 jika melakukan. Selanjutnya dijumlahkan masing-masing
tahapan keluarga berdasarkan tujuh tahapan perkembangan keluarga yang
diambil dari delapan tahapan perkembangan keluarga menurut Duvall (1971)
yaitu dari tahapan keluarga baru menikah hingga keluarga setengah baya.
Skor masing-masing peubah (manajemen sumber daya manusia, manajemen
waktu, dan manajemen keuangan) tersebut dijumlahkan mulai dari tahapan
satu sampai tahapan tujuh kemudian dianalisis menggunakan analisis
deskriptif serta dilihat sebarannya dan dikelompokkan berdasarkan kategori
rendah, sedang, dan tinggi. Hasil tersebut dibuat persentase dengan dibagi
oleh nilai maksimum yang seharusnya dicapai perpeubah. Persentase ketiga
peubah tersebut digabungkan menjadi satu kesatuan nilai capaian manajemen
sumber daya keluarga kemudian dilihat sebarannya dan dikelompokkan
berdasarkan kategori rendah, sedang, dan tinggi,
3. ketahanan keluarga diukur dengan menggunakan tiga peubah, yaitu
ketahanan fisik, ketahanan psikologis, dan ketahanan sosial pada tahapan
keluarga lansia. Kuesioner dikembangkan berdasarkan konstrak diadopsi
Pemberian skor dilakukan dengan memberikan skor 0 jika tidak melakukan
dan 1 jika melakukan. Skor masing-masing komponen ketahanan keluarga
dijumlahkan kemudian dibuat menjadi persentase dengan dbagi oleh nilai
maksimum yang seharusnya dicapai untuk masing-masing komponen. Nilai
tersebut merupakan nilai capaian kemudian dilihat sebarannya dan
dikategorikan berdasarkan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Nilai capaian
ketiga peubah tersebut digabungkan menjadi satu kesatuan nilai capaian
ketahanan keluarga kemudian dilihat sebarannya dan dikelompokkan
berdasarkan kategori rendah, sedang, dan tinggi,
4. uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel
dan melihat hubungan antara karakteristik keluarga, manajemen sumberdaya
manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan dengan ketahanan
keluarga lansia,
5. faktor-faktor yang memengaruhi ketahanan keluarga lansia diuji dengan
menggunakan uji pengaruh yaitu dengan regresi linier berganda (metode
enter) dengan persamaan regresi linier sebagai berikut: Model umum :Y= Ketahanan keluarga
Kemudian akan dijabarkan dengan model khusus yaitu sebagai berikut:
Model 1: Y1= f (X1)
Keterangan: Y1= ketahanan keluarga lansia (skor/Indeks)
X1= manajemen sumber daya keluarga (Skor/indeks)
Model 2: Y2= f (X1+X2+ X3 + X4 + X5 + X6+ X7)
Keterangan: Y2= ketahanan keluarga lansia (skor/Indeks)
X1= manajemen sumber daya keluarga (total skor/indeks)
X2=usia lansia (tahun)
X3= lama menikah (tahun)
X4= lama pendidikan (tahun)
X5= rataan jarak usia antar anak (tahun)
X6= jumlah anak (orang)
Definisi Operasional
Keluarga lansia yang dijadikan contoh adalah keluarga yang orangtuanya merupakan suami-istri lansia. Sesuai dengan UU No. 13 tahun 1998 adalah
seseorang yang berusia diatas 60 tahun. Keluarga ini juga diharuskan yang
tidak lagi memiliki tanggungan nafkah bagi anaknya. Dengan kata lain,
anak-anaknya telah keluar dari rumah dan mampu menghidupi dirinya
sendiri.
Contoh adalah responden dari pasangan lansia yang berusia 60-75 tahun dan sudah tidak memiliki tanggungan.
Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lainnya yang hidup dari pengelolaan sumberdaya
yang sama selama tahapan keluarga sebelum masuk tahapan lansia.
Rataan jarak usia antar anak adalah jarak kelahiran antar anak masing-masing contoh yang kemudian dibuat rataannya.
Pendapatan perkapita lansia adalah jumlah uang yang diterima oleh keluarga lansia, baik dari pendapatan sendiri maupun dari pemberian anggota
keluarga lain pada tahapan keluarga lansia.
Pendidikan adalah jenjang dan lama pendidikan formal yang ditempuh oleh lansia.
Lama menikah adalah waktu lansia dalam membina hubungan suami-istri diukur sejak awal menikah tanpa cerai.
Manajemen sumber daya keluarga adalah manajemen yang dilakukan oleh keluarga melingkupi manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu,
dan manajemen keuangan dari tahapan keluarga baru menikah hingga
keluarga setengah baya.
Manajemen sumber daya manusia adalah kegiatan dalam mengelola anggota keluarga dengan pembagian tugas dalam mengerjakan pekerjaan rumah
tangga dan mengasuh anak serta dan saling mendorong antara suami-istri
dan orangtua-anak. pengaturan orang tersebut untuk menjamin semua
fungsi berjalan dari tahapan keluarga baru menikah hingga keluarga
Manajemen waktu adalah kegiatan dalam mengelola waktu untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan penyusunan kegiatan anggota keluarga secara
efektif dan produktif serta esfisien. Hal tersebut ditunjukkan dengan
adanya perencanaan kegiatan, penggunaan alat elektronik untuk
mengerjakan pekerjaan domestik, dan pengerjaan pekerjaan rumah secara
parallel dari tahapan keluarga baru menikah hingga keluarga setengah
baya.
Manajemen keuangan adalah kegiatan dalam merencanakan, menggunakan, dan mengevaluasi keuangan dalam keluarga dengan memerhatikan kebutuhan
dan tujuan keluarga. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kontrol
pendapatan agar lebih kecil dari pengeluaran, alokasi tabungan keluarga,
dan adanya usaha keluarga untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari
tahapan keluarga baru menikah hingga keluarga setengah baya.
Ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk mengelola sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seiring dengan
masalah yang dihadapi keluarga pada tahapan keluarga lanjut usia.
Ketahanan fisik adalah kemampuan keluarga memanfaatkan sumberdaya fisik untuk menanggulangi masalah fisik yang dihadapi oleh keluarga dan
meraih kesejahteraan fisik keluarga pada tahapan keluarga lanjut usia.
Ketahanan psikologis adalah kemampuan keluarga memanfaatkan sumberdaya non fisik untuk menanggulangi masalah psikologis yang dihadapi oleh
masing-masing anggota keluarga dan meraih kesejahteraan psikologis
keluarga pada tahapan keluarga lanjut usia.
Ketahanan sosial adalah kemampuan keluarga memanfaatkan sumber daya non fisik untuk menanggulangi masalah sosial yang dihadapi oleh keluarga dan
meraih kesejahteraan sosial keluarga pada tahapan keluarga lanjut usia.
Tahapan perkembangan keluarga adalah tahapan yang dilalui sebuah keluarga mulai dari menikah, memiliki bayi, memiliki anak prasekolah, memiliki
anak sekolah, memiliki anak remaja, anak keluar dari rumah, keluarga