• Tidak ada hasil yang ditemukan

Testicular cell transplantation of neon tetra fish Paracheirodon innesi to different ages of common carp fry

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Testicular cell transplantation of neon tetra fish Paracheirodon innesi to different ages of common carp fry"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NEON TETRA

Paracheirodon innesi PADA BENIH IKAN MAS

UMUR BERBEDA

SRI SETYO WULANDARI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NEON TETRA

Paracheirodon innesi PADA BENIH IKAN MAS UMUR

BERBEDA

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

(3)

ABSTRAK

SRI SETYO WULANDARI. Transplantasi sel testikular ikan neon tetra

Paracheirodon innesi pada benih ikan mas umur berbeda. Dibimbing oleh ODANG CARMAN dan ALIMUDDIN.

Ikan neon tetra Paracheirodon innesi merupakan ikan hias yang memiliki nilai ekspor yang tinggi. Namun demikian, tingkat produksinya masih relatif rendah karena fekunditas ikan neon tetra yang sedikit (sekitar 180 telur/induk). Teknologi transplantasi sel testikular ikan neon tetra (ikan donor) ke ikan mas yang memiliki fekunditas telur yang banyak dan diharapkan mampu mengatasi ketersediaan benih ikan neon tetra. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan umur optimum benih ikan mas (calon ikan semang) yang mampu menerima sel target dengan baik dan memiliki keberhasilan kolonisasi yang tinggi. Testis ikan neon tetra didisosiasi menggunakan larutan tripsin 0,5%. Sel testikular diwarnai dengan PKH-26, kemudian ditransplantasikan ke rongga peritoneal benih ikan mas umur 7, 10 dan 14 hari setelah menetas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan mas perlakuan transplantasi umur 7 hari (31,25%) lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan transplantasi umur 10 hari (37,50%) dan 14 hari (56,25%). Persentase ikan terkolonisasi sel donor pada hari ke-21 pascatranplantasi pada benih umur 7 dan 10 hari adalah sama (80%), sedangkan transplantasi benih umur 14 hari sebesar 60%. Berdasarkan keberhasilan transplantasi secara kumulatif (tingkat kelangsungan hidup dan kolonisasi), transplantasi pada benih umur 14 hari (33,75%) menunjukkan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan transplantasi pada benih umur 7 hari (25,00%) dan benih umur 10 hari (30,00%). Dengan demikian, transplantasi sel testikular ikan neon tetra pada benih ikan mas telah berhasil dilakukan, dan umur optimum benih ikan mas adalah 14 hari setelah menetas.

(4)

ABSTRACT

SRI SETYO WULANDARI. Testicular cell transplantation of neon tetra fish

Paracheirodon innesi to different ages of common carp fry. Supervised by ODANG CARMAN and ALIMUDDIN.

Neon tetra Paracheirodon innesi is an ornamental fish that have high export value. However, production is still relatively low due to low fecundity (approximately 180 eggs/brood). Technology of neonf tetra (as donor fish) testicular cell transplantation to common carp which have high fecundity provides a promising way to overcome the problem of neon tetra production. This research was performed to determine the optimum age of common carp fry (as recipient fish) that is able to receive donor cells and allow high success of transplantation. In this research, the testes of neon tetra fish were dissociated by 0.5% trypsin solution. The testicular cells were labeled with PKH-26 fluorescent dye, and then transplanted into the peritoneal cavity of 7, 10 and 14 days post hatching common carp fry. The results showed that the survival of 7 day-old transplanted fry (31.25%) was lower than that of 10 day-old (37.75%) and 14 day-old transplanted fry (56.25%). Percentage of fish colonized testicular cells donor at 21 days post-transplantation on 7 and 10 old fry was similar (80%), while on 14 day-old fry was 60%. Based on the cumulative transplantation success rate (survival and colonization rates), transplantation on 14 day-old fry (33.75%) showed higher result compared to transplantation on 7 day-old fry (25.00%) and 10 day-old fry (30.00%). Thus, it can be concluded that transplantation of neon tetra testicular cells to common carp fry have been successfully carried out, and the optimum age of common carp fry to transplantation was 14 days after hatching.

(5)

TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NEON TETRA

Paracheirodon innesi PADA BENIH IKAN MAS

UMUR BERBEDA

SRI SETYO WULANDARI

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

SKRIPSI

Judul : Transplantasi Sel Testikular Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi

Pada Benih Ikan Mas Umur Berbeda Nama : Sri Setyo Wulandari

NRP : C14080060

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc Dr. Alimuddin, S.Pi M.Sc NIP. 19591222 198601 1 001 NIP. 19700103 199512 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr.Ir. Sukenda, M.Sc NIP. 19671013 199302 1 001

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Mei hingga Juni 2012, bertempat di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Beragam kata tak mudah diutarakan, hanyalah ungkapan rasa syukur, kebahagiaan dan terima kasih yang tulus kepada:

1. Orang tua tercinta, Moch. Mudzakir dan Yati Rosyati, serta kakak-kakakku, adikku dan keponakanku tersayang yang selalu mencurahkan kasih

sayangnya, do’a, dukungan moril dan materil yang tiada henti.

2. Dr. Odang Carman selaku Pembimbing I dan Dr. Alimuddin selaku Pembimbing II, atas segala masukan dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.

3. Julie Ekasari, M.Sc, selaku Dosen Penguji pada pelaksanaan Ujian Akhir Skripsi

4. Anna Octavera, SPi, M.Si yang telah banyak membantu dan membimbing dalam penelitian dan penyusunan serta penulisan skripsi ini. Ibu Irmawati, Ibu Yulintine, Ibu Enny, Pak Suci, Pak Muhammad, Mas Boyun, Abang Safir, Kak Fuad, Kak Darmawan, Kak Jessy, Kak Ika, Kak Pustika, dan mahasiswa S2, S3 Genetik yang telah memberikan motivasi, informasi, bimbingan serta ilmunya.

5. Rekan-rekan seperjuangan : Ipha, Ami, Iday, Rima, Dita, Hikma, Daus, Fajar, Adya dan Baehaki yang selalu membantu dan memberikan semangat.

6. Teman-teman terdekat : Rey, Ghieta, Lina, Intan, Rohimah, Tira, Ima, Nia dan Titi yang telah memberikan motivasi.

7. Sahabat BDP 45 (2008), BDP 46, 47 atas dukungan dan persahabatan selama ini, serta semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung

maupun tidak langsung

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Bogor, Desember 2012

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 25 April 1991. Mengawali pendidikan di SD Negeri Kalijaga Permai Kota Cirebon lulusan tahun 2002. Melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 7 Kota Cirebon (2002-2005) dan SMA Negeri 9 Kota Cirebon (2005-2008). Tahun 2008 diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis merupakan mahasiswi yang aktif.

Penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) tahun 2010-2011. Asisten praktikum Mata Kuliah Dasar-dasar Genetika Ikan pada

tahun 2010-2011 dan 2011-2012.

Penulis menjadi salah satu delegasi IPB pada Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) XXV tahun 2012 yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian (PKM-P) dan berhasil meraih penghargaan medali setara perak. Penulis pernah melaksanakan magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dan Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung (BBPLL). Penulis pernah melaksanakan praktik kerja lapangan dengan judul

Pembesaran Udang Vaname (Litopanaeus vannamei) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang Jawa Barat”. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

II. BAHAN DAN METODE ... 4

2.1 Optimasi Teknik Pengambilan Sel Testikular Ikan Neon Tetra ... 4

2.1.1 Disosiasi Sel Testikular Ikan Target ... 4

2.1.2 Pewarnaan Sel Testikular Ikan Target ... 5

2.2 Persiapan Benih Ikan Mas Untuk Transplantasi ... 5

2.3 Teknik Transplantasi dan Perlakuan Penelitian ... 6

2.4 Evaluasi Keberhasilan Transplantasi ... 6

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7

3.1 Hasil ... 7

3.1.1 Disosiasi Sel Testikular Ikan Neon Tetra ... 7

3.1.2 Kelangsungan Hidup Larva dan Keberhasilan Kolonisasi Sel Testikular ... 8

3.2 Pembahasan ... 10

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 13

4.1 Kesimpulan ... 13

4.2 Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah sel testikular ikan neon tetra hasil disosiasi pada masing-masing perlakuan transplantasi ... 7 2. Persentase kelangsungan hidup dan keberhasilan masuk serta

terkolonisasinya sel testikular ikan neon tetra pada benih ikan mas pascatransplantasi ... 8 3. Hasil pengamatan kolonisasi sel testikular ikan neon tetra pada mikroskop

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Sel testikular ikan neon tetra setelah pewarnaan dengan PKH-26; A) Pengamatan sel testikular tanpa fluoresens; B) Pengamatan sel testikular dengan fluoresens ... 5 2. Satu set alat mikroinjektor (A) dan posisi transplantasi sel testikular ikan

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Ukuran panjang ikan neon tetra yang digunakan untuk disosiasi sel ... 16

2. Perbedaan jenis kelamin ikan neon tetra secara morfologi ... 17

3. Prosedur disosiasi sel testikular ikan neon tetra ... 18

(13)

1

I. PENDAHULUAN

Ikan hias merupakan komoditas penting perikanan yang saat ini banyak menghasilkan devisa bagi negara. Potensi pengembangan ikan hias di Indonesia begitu besar. Ditjen Perikanan Budidaya menargetkan pencapaian produksi budidaya ikan hias pada tahun 2014 sebesar 1,5 milyar ekor (KKP 2012). Produksi ikan hias domestik semakin meningkat terlihat dari nilai ekspor ikan hias pada tahun 2011 sebesar US$ 13,262 juta, dan hingga April 2012 nilai ekspornya sangat menjanjikan, yakni telah mencapai sebesar US$ 5,241 juta dan pada bulan Mei 2012 mencapai US$ 8,52 juta dengan rata-rata peningkatan permintaan

ekspor dunia sebesar 8% per tahun (KKP 2012).

Salah satu komoditas ikan hias yang memiliki peluang pasar tinggi adalah

ikan neon tetra Paracheirodon innesi. Pasar ekspor ikan neon tetra mencakup wilayah Eropa, Amerika Serikat dan Timur Tengah. Permintaan ikan neon tetra untuk ekspor mencapai 2 juta ekor per bulan. Namun demikian, pada kenyataannya produksi ikan neon tetra belum dapat mencukupi permintaan ekspor tersebut, karena hanya mencapai 1 juta ekor/ bulannya (Kompas 2009). Hal ini terkait dengan sarana dan prasarana produksi yang dimiliki petani masih terbatas sehingga produksi yang dihasilkan rendah. Selain itu, fekunditas atau jumlah telur yang dihasilkan induk ikan neon tetra yang sedikit, sekitar 180 telur per induk dengan rerata telur yang dibuahi sebanyak 46,1% (Sudrajat 2003) membuat petani membutuhkan induk yang cukup banyak untuk memproduksi benih ikan neon tetra secara massal. Oleh karena itu, diperlukan sistem dan teknologi budidaya yang memadai maupun upaya lain yang mampu menunjang produksi ikan neon tetra yang efisien.

Salah satu teknologi yang berpotensi tinggi dapat menunjang produksi benih ikan neon tetra secara efisien adalah teknologi transplantasi sel testikular. Teknologi ini dilakukan untuk merekayasa teknik produksi ikan target dengan

memanfaatkan induk pengganti (surrogate broodstock). Teknologi ini telah diaplikasikan oleh Okutsu et al. (2006) yang melakukan transplantasi menggunakan testicular germ cell yang mengandung sel spermatogonia, dan

(14)

2

target yang belum terdiferensiasi ke dalam rongga peritoneal calon ikan semang, kemudian sel dari ikan target tersebut dapat berdiferensiasi menjadi telur atau sperma ikan target di dalam tubuh calon ikan semang. Ikan semang dapat menghasilkan ikan target apabila ikan semang yang membawa sperma dan telur yang berkembang dari sel target itu dipijahkan (Okutsu et al. 2006). Keberhasilan teknologi ini telah ditunjukkan Takeuchi et al. (2003), dengan memproduksi ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) menggunakan induk semang ikan salmon masu (Oncorhynchus masou). Okutsu et al. (2007) juga menyatakan hasil transplantasi dapat dioptimasi dengan menggunakan ikan resipien triploid, agar dapat dihasilkan 100% larva ikan target.

Ketersediaan benih ikan neon tetra diduga dapat teratasi dengan cara memproduksi secara massal benih ikan neon tetra menggunakan induk semang

ikan mas yang memiliki fekunditas yang relatif banyak, mencapai 85.000-125.000 butir telur/kg untuk ikan mas strain majalaya (SNI 1999), melalui teknologi transplantasi sel testikular. Teknologi transplantasi sel germinal yang diterapkan kali ini merupakan xenotransplantasi karena menurut klasifikasi ikan neon tetra dan ikan mas berasal dari ordo yang berbeda, yakni ordo Cypriniformes untuk ikan mas (Nelson 2006) sementara ikan neon tetra merupakan anggota dari ordo Characiformes ( Lingga & Susanto 2001). Teknologi ini diharapkan dapat menghasilkan ikan mas yang mampu memproduksi benih ikan neon tetra secara berlipat ganda dibandingkan dengan menggunakan induk ikan neon tetra.

Kecocokan ikan taget dengan ikan semang dapat dilihat dari keberhasilan transplantasi, yaitu kolonisasi, proliferasi dan diferensiasi sel ikan target di dalam gonad calon ikan semang (Okutsu et al. 2006) dan tahapan kolonisasi merupakan tahapan pertama yang menentukan keberhasilan transplantasi sel ke dalam tubuh calon ikan semang, sehingga parameter tersebut perlu untuk dianalisis. Selain itu, aspek penting yang perlu diperhatikan dalam teknologi transplantasi adalah ketepatan waktu transplantasi yang terkait dengan umur induk semang. Hal ini

terkait dengan adanya mekanisme rejection immune system ketika sel target ditransplantasikan ke dalam calon induk semang yang imun sistemnya telah berkembang sempurna. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai umur

(15)

3

(16)

4

II.BAHAN DAN METODE

2.1 Optimasi Teknik Pengambilan Sel Testikular Ikan Neon Tetra

Optimasi teknik pengambilan sel testikular diawali dengan pemilihan ikan neon tetra. Ikan neon tetra jantan yang digunakan berukuran M (ukuran panjang ikan neon tetra untuk setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 1), diperoleh dari petani ikan di Desa Cibereum, Bogor, Jawa Barat. Sebelum diambil gonadnya untuk transplantasi, ikan neon tetra dipelihara di akuarium berdimensi 100 cm x 50 cm x 50 cm. Pakan berupa cacing sutera diberikan setiap hari selama masa pemeliharaan berlangsung. Ikan neon tetra jantan dapat dibedakan dengan melihat ciri-ciri morfologinya, yaitu pada garis sepanjang tubuh neon tetra jantan terlihat lurus dan tubuh jantan terlihat ramping (Lampiran 2). Teknik pengambilan sel testikular ikan target meliputi disosiasi sel testikular ikan target, dan pewarnaan sel testikular.

2.1.1 Disosiasi Sel Testikular Ikan Target

Ikan neon tetra sebanyak 20 ekor dibedah dan diambil testisnya dengan

bantuan mikroskop stemi DV4 Zeiss. Sebelum dilakukan proses disosiasi, testis dibersihkan menggunakan larutan phosphate buffer saline (PBS). Tahap pertama

yang dilakukan adalah testis dicacah selama sekitar 5 menit. Setelah itu, sebanyak 1-2 ml larutan tripsin 0,5% dalam PBS (Jasmadi 2011) dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi cacahan testis. Testis tersebut dicacah kembali dan dipipeting (pengadukan di dalam mikropipet) dengan menggunakan mikropipet selama 5 menit sampai keruh dan terlihat buih membentuk suspensi sel. Selanjutnya, suspensi sel disaring dengan saringan ukuran 60 μm. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam tabung mikro, dan disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 12000 rpm agar sel mengendap. Supernatan hasil sentrifugasi dibuang, dan sel dicuci sebanyak 2 kali dengan PBS sebanyak 1 ml untuk menjaga sel agar tidak rusak dan membuang tripsin. Setelah itu, sel

(17)

5

2.1.2 Pewarnaan Sel Testikular Ikan Target

Pewarna sel pada penelitian ini menggunakan PKH-26 (SIGMA). PKH-26 merupakan penanda sel yang mewarnai membran sel sehingga sel tersebut akan berpendar warna merah ketika diamati di bawah mikroskop berpendar filter merah (Gambar 1). Metode pewarnaan dilakukan dengan cara memasukkan sel testikular yang telah didisosiasi ke dalam tabung mikro. Kemudian 50 µl diluent C dimasukkan ke dalam tabung mikro yang berisi 50 µl suspensi sel ( pada tabung A), lalu 100 µl diluent C yang telah dicampurkan pewarna PKH-26 sebanyak 3 μl ditaruh pada tabung B. Kemudian larutan pada tabung A dimasukkan pada larutan tabung B lalu disatukan. Setelah pengadukan tersebut, suspensi sel didiamkan

selama 10 menit. Selanjutnya ditambahkan PBS sampai suspensi sel mencapai volume 1 ml.

Suspensi sel disentrifugasi sebanyak dua kali dengan kecepatan 10.000 rpm pada suhu 20°C selama 10 menit. Setelah itu, pelet sel diresuspensi dengan larutan PBS sebanyak 50 µl.

Gambar 1. Sel testikular ikan neon tetra setelah pewarnaan dengan PKH-26; A) Pengamatan sel testikular tanpa fluoresens; B) Pengamatan sel testikular dengan fluoresens. Garis skala setara dengan 50 μm.

2.2 Persiapan Benih Ikan Mas Untuk Transplantasi

(18)

6

Daphnia sp. dan cacing sutera hingga larva siap ditransplantasi. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation.

2.3 Teknik Transplantasi dan Perlakuan Penelitian

Transplantasi sel dilakukan menggunakan alat mikroinjektor dengan bantuan mikroskop stemi DV4 Zeiss (Gambar 2A) untuk memudahkan penentuan posisi transplantasi. Sel testikular ikan neon tetra sebanyak 20.000 sel ditransplantasikan ke dalam rongga peritoneal benih ikan mas yang berumur 7, 10 dan 14 hari setelah menetas (Gambar 2B) sebanyak 80 ekor setiap perlakuan, sesuai prosedur Budi (2011) dan Jasmadi (2011).

Gambar 2. Satu set alat mikroinjektor (A) dan posisi transplantasi sel testikular ikan neon tetra ke rongga peritoneal benih ikan mas (B).

2.4 Evaluasi Keberhasilan Transplantasi

Keberhasilan transplantasi didasarkan pada persentase benih ikan mas yang

(19)

7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1Disosiasi Sel Testikular Ikan Neon Tetra

Hasil disosiasi dari gabungan 20 testis ikan neon tetra menunjukkan jumlah sel testikular yang bervariasi (Tabel 1). Jumlah sel testikular hasil disosiasi yang digunakan pada proses transplantasi umur 7 hari sebanyak 5.200.000 sel, sedangkan pada proses transplantasi umur 10 hari sebanyak 8.880.000 sel, dan pada proses transplantasi umur 14 hari sebanyak 7.660.000. Berdasarkan hasil penelitian Firdaus (2012), ukuran sel spermatogonia paling besar (sekitar 5-10

µm), diikuti oleh spermatosit (sekitar 3-5 µm), spermatid dan sel somatik (1,5-3 µm) (Gambar 3).

Tabel 1. Jumlah sel testikular ikan neon tetra hasil disosiasi pada masing-masing perlakuan transplantasi.

20 2,24 ± 0,20 5.200.000 Digunakan untuk transplantasi umur 7 hari 20 2,00 ± 0,23 8.880.000 Digunakan untuk transplantasi umur 10 hari 20 2,20 ± 0,22 7.660.000 Digunakan untuk transplantasi umur 14 hari

(20)

8

3.1.2 Kelangsungan HidupBenihdan Keberhasilan Kolonisasi Sel Testikular

Tingkat kelangsungan hidup (KH) larva ikan mas yang diamati 30 hari

pascatransplantasi disajikan pada Tabel 2. KH larva ikan mas yang ditransplantasi pada umur 7 hari (31,25%) menunjukkan nilai yang paling kecil dibandingkan

dengan perlakuan lain. Dari data tersebut juga dapat diketahui adanya kecenderungan peningkatan KH seiring dengan meningkatnya umur larva ikan transplantasi.

Tabel 2. Persentase kelangsungan hidup dan keberhasilan masuk serta terkolonisasinya sel testikular ikan neon tetra pada larva ikan mas pascatransplantasi

Keterangan: kolonisasi sel testikular ikan neon tetra pada benih ikan mas dideteksi dengan mengamati pendaran merah dari PKH-26 menggunakan mikroskop flouresens.

Berdasarkan deteksi kolonisasi (Tabel 2) terlihat bahwa rerata kolonisasi setiap pengamatan menunjukkan nilai 80% untuk perlakuan transplantasi umur 7 hari, 86,67% pada perlakuan transplantasi umur 10 hari, dan 73,33% pada perlakuan transplantasi umur 14 hari. Pada tabel juga terdapat dua perlakuan (transplantasi umur 10 hari dan 14 hari) yang mengalami kecenderungan penurunan persentase kolonisasi sel testikular pada setiap kali pengamatan. Apabila dilihat pada keberhasilan transplantasi secara kumulatif (Tabel 2),

transplantasi yang dilakukan pada umur 14 hari memperlihatkan hasil yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain, sehingga diduga perlakuan

penyuntikan umur 14 hari merupakan perlakuan terbaik.

Sel berpendar yang ditunjukkan dengan tanda panah (Tabel 3) merupakan sel testikular ikan neon tetra yang telah diwarnai dengan PKH-26. Pada pengamatan pascatransplantasi hari ke-7 pada setiap perlakuan terlihat sel-sel testikular masih menyebar dan adapula yang terlihat di sekitar daerah penyuntikan (sekitar rongga peritoneal). Pada pengamatan hari ke-14 dan ke-21 sel testikular ikan neon tetra sudah mulai terlihat berjajar ke arah genital ridge ikan mas.

Perlakuan KH (%)

Persentase keberhasilan sel testikular ikan neon tetra masuk dan terkolonisasi diamati

(21)

9

Tabel 3. Hasil pengamatan kolonisasi sel testikular ikan neon tetra menggunakan mikroskop fluoresens

Perlakuan Pengamatan hari ke-7 Pengamatan hari ke-14 Pengamatan hari ke-21 Kontrol

Transplantasi hari ke-7

Transplantasi hari ke-10

Transplantasi hari ke -14

(22)

10

3.2 Pembahasan

Salah satu teknologi yang berpotensi tinggi dapat menunjang produksi benih ikan neon tetra secara efisien adalah teknologi transplantasi sel testikular dengan memanfaatkan induk semang. Transplantasi sel testikular yang mengandung sel stem spermatogonia telah dilakukan, berhasil terkolonisasi pada gonad ikan calon induk semang, serta dapat berkembang menjadi telur dan sperma yang fungsional (Okutsu et al. 2006). Sel testikular yang mengandung sel spermatogonia dari ikan target yang digunakan untuk proses transplantasi dapat diperoleh dengan cara disosiasi sel (pemisahan sel dari jaringan). Untuk mengoptimasi pengambilan sel testikular yang banyak mengandung sel spermatogonia, maka pada penelitian ini ikan neon tetra yang digunakan adalah ikan neon yang rata-rata berukuran M dengan kisaran ukuran panjang tubuh 2,00±0,23 s.d 2,24±0,20 cm.

Pada penelitian ini telah berhasil diperoleh sel testikular hasil disosiasi gonad ikan neon tetra (ikan target) menggunakan tripsin 0,5% di dalam larutan PBS. Hasil disosiasi (Tabel 1) menunjukkan bahwa terdapat variasi jumlah sel testikular pada ikan target yang digunakan. Variasi jumlah sel testikular pada hasil disosiasi diduga terkait adanya variasi umur ikan dan status perkembangan gonad ikan

neon tetra yang digunakan pada masing-masing proses disosiasi. Selanjutnya, perbedaan umur dan kematangan gonad ikan dapat menyebabkan perbedaan jumlah sel spermatogonia. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Takeuchi et al.

(2009) yang menyatakan ikan nibe croaker (Nibea mitsukurii) muda umur 3 bulan memiliki persentase jumlah spermatogonia yang lebih banyak dalam testisnya dibandingkan dengan ikan nibe berumur 6 bulan dan 16 bulan.

(23)

11

memiliki daya tahan tubuh lemah dan masih rentan terhadap gangguan fisik dari luar, sehingga proses transplantasi lebih beresiko mengenai organ lain yang dapat menyebabkan kerusakan organ tersebut sehingga benih dapat mudah mati seusai proses transplantasi. Hal ini sesuai dengan Takeuchi et al. (2009) yang menyatakan bahwa resipien yang lebih kecil memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih kecil juga, hal ini diperlihatkan dengan menurunnya KH larva dari 63,3% (pada resipien ikan nibe larva ukuran 6 mm) menjadi 2,9% (pada resipien 3 mm). Kemampuan teknis dalam metode mikroinjeksi (transplantasi) sendiri memiliki peran penting terhadap keberhasilan masuknya sel target ke dalam rongga perut benih yang ditransplantasi.

Keberhasilan proses transplantasi ditunjukkan dengan adanya sel testikular dari ikan target yang masuk, terkolonisasi, mengalami proliferasi dan diferensiasi

sel di dalam gonad resipien. Pada penelitian ini masuknya sel testikular serta kolonisasi dalam gonad ikan mas dideteksi dengan menggunakan pewarna sel (PKH-26). PKH-26 merupakan pewarna sel yang tidak beracun sehingga dapat dijadikan sebagai marka dalam proses transplantasi. Selain itu, metode identifikasi dengan menggunakan pewarna PKH-26 lebih sensitif dibandingkan dengan metode PCR (Hermawan 2010).

Hasil penelitian menunjukkan persentase keberhasilan kolonisasi (Tabel 2) pada setiap pengamatan memiliki rerata 80% untuk perlakuan transplantasi umur 7 hari, 86,67% pada perlakuan transplantasi umur 10 hari, dan 73,33% pada perlakuan transplantasi umur 14 hari. Dari 5 ekor ikan mas hasil transplantasi yang diperiksa, terdapat 4 ekor yang positif berpendar. Selain itu, pada Tabel 2 terdapat dua perlakuan yang mengalami kecenderungan penurunan persentase kolonisasi sel testikular pada setiap kali pengamatan. Penurunan persentase kolonisasi diduga oleh adanya kemampuan ikan dalam menolak adanya bentuk sel dari luar. Nakanishi (1985) menyatakan bahwa beberapa ikan dapat melakukan

allograft rejection (penolakan transplantasi jaringan atau organ dari individu lain yang sama spesies oleh sistem imun) setelah umur tertentu, untuk ikan mas sendiri sekitar umur 16 hari setelah menetas pada suhu 20-22ºC.

Keberhasilan kolonisasi sel testikular ikan neon tetra di dalam tubuh ikan mas

(24)

12

sempurna sehingga resipien masih mampu menerima sel donor dari luar yang dimasukkan ke dalam rongga peritonialnya. Selain itu, keberhasilan kolonisasi dapat dipengaruhi oleh molekul atraktan yang dapat mendukung migrasi sel donor, dan atraktan ini biasa ditemukan dalam genital ridges pada larva yang baru menetas. Atraktan akan berkurang seiring dengan perkembangan gonad (Takeuchi

et al. 2003). Apabila dilihat dari keberhasilan transplantasi secara kumulatif (Tabel 2) menunjukkan bahwa transplantasi yang dilakukan pada umur 14 hari memperlihatkan hasil yang tinggi dibandingkan perlakuan lain. Dengan demikian perlakuan penyuntikan umur 14 hari merupakan perlakuan yang lebih baik dari perlakuan lain karena jumlah ikan mas yang terkolonisasi lebih banyak dari

perlakuan lain dan secara teknis penyuntikan benih ikan mas umur 14 hari lebih mudah dibandingkan benih benih umur 7. Benih umur 7 hari masih kecil sehingga

menyulitkan transplantasi.

Berdasarkan hasil deteksi sel menggunakan mikroskop berpendar diketahui sel yang berpendar yang ditandai oleh tanda panah (Tabel 3) merupakan sel testikular ikan neon tetra yang telah diwarnai dengan PKH-26. Pada pengamatan pascatransplantasi hari ke- 7 pada setiap perlakuan terlihat sel-sel testikular yang berpendar masih menyebar dan adapula yang terlihat pada sekitar daerah penyuntikan, yaitu sekitar rongga peritoneal. Pada pengamatan hari 14 dan ke-21 sel tersebut sudah mulai terlihat berjajar ke arah genital ridge. Hal ini sesuai dengan pernyataan Takeuchi et al. (2003) yaitu sebelum terinkorporasi dengan daerah genital (genital ridges) ikan calon induk semang, sel ikan target tersebar pada rongga peritonial dan kemudian menempel pada dinding peritonial induk semang. Sel ikan donor menggunakan pseudopodia untuk bergerak ke arah

(25)

13

IV.KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Transplantasi sel testikular ikan neon tetra pada benih ikan mas telah berhasil dilakukan, dan umur optimum benih ikan mas yang terbaik untuk ditransplantasi adalah 14 hari setelah menetas.

4.2 Saran

Disarankan untuk melakukan transplantasi pada benih ikan mas umur 14 hari setelah menetas. Penelitian lanjutan dengan mengenai karakterisasi perkembangan

gonad ikan mas yang positif membawa sel target perlu dilakukan untuk mengetahui bahwa sel donor dapat berproliferasi dan berdiferensiasi dalam gonad

(26)

14

DAFTAR PUSTAKA

Budi D.S. 2011. Transplantasi sel testikular ikan gurame pada ikan nila. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Firdaus M. 2012. Studi morfologi, proporsi, serta keberhasilan kolonisasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi (Characidae) pada larva ikan mas Cyprinus carpio (Cyprinidae). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Hermawan A. 2009. Deteksi sel donor ikan gurame Osphronemus gouramy pada larva ikan nila Oreochromis niloticus. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jasmadi. 2011. Transplantasi sel testikular ikan gurame Osphronemus goramy

pada ikan nila Oreochromis niloticus umur 1-4 hari. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

KKP. 2012. Mendulang devisa dari bisnis ikan hias. http://www.kkp.go.id [8 Oktober 2012]

Kompas. 2009. Budidaya ikan neon tetra masih menjanjikan. html://www.kompas.com [2 Mei 2012].

Lingga P, Susanto H. 2001. Ikan Hias Air Tawar. Ed. ke-16. Depok: PT Penebar Swadaya.

Nakanishi T. 1985. Ontogeneic development of the immune response in the marine teleost Sebasticus marmoratus. Bulletin Japanese Sci Fisheries 53(3), 473-477.

Nelson J.S. 2006. Fishes of the World. 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc. Hoboken, New Jersey, USA.

Okutsu T. Suzuki, K., Takeuchi, Y., Takeuchi, T., Yoshizaki, G., 2006. Testicular germ cells can colonize sexually undifferentiated embryonic gonad and produce functional egg in fish. Proc Natl Acad Sci USA 103, 2725-2729.

Okutsu T, Shikina S, Kanno M, Takeuchi Y, Yoshizaki G. 2007. Production of trout offspring from triploid salmon parents. Science 317, 1517.

(27)

15

Sudrajat A.O. 2003. Modul: Pemijahan Induk Ikan Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Takeuchi Y. Higuchi, K., Yatabe, T., Miwa, M., Yoshizaki, G., 2009. Development of spermatogonia cell transplantation in nibe croaker Nibe mistsukurii (Perciformes, Sciaenidae). Biology of Reproduction 81, 1055- 1063.

Takeuchi Y. Yoshizaki, G., Takeuchi, T., 2003. Generation of live fry from intraperitonially transplanted primordial germ cells in rainbow trout. Biology of Reproduction 6, 1142-1149.

(28)

LAMPIRAN

(29)

16

Lampiran 1. Ukuran panjang ikan neon tetra yang digunakan untuk disosiasi sel

Berikut ini merupakan data ukuran panjang ikan neon tetra yang digunakan pada proses didosiasi sel untuk setiap perlakuan transplantasi baik transplantasi umur 7 hari, 10 hari maupun 14 hari.

No

(30)

17

Lampiran 2. Perbedaan jenis kelamin ikan neon tetra secara morfologi

(31)

18

(32)

19

Lampiran 4. Contoh perhitungan dan penentuan dosis sel donor

Metode perhitungan sel testikular ikan donor

1 mm

Perhitungan sel hasil disosiasi dilakukan menggunakan hemocytometer di bawah mikroskop perbesaran 100x. Hemocytometer dan cover glas dipasang pada mikroskop kemudian suspensi sel dimasukkan ke hemocytometer melalui celah di bawah cover glass. Sebanyak 5 sampel (kotak warna biru muda) dihitung jumlah sel pada setiap

kotaknya. Contoh perhitungan,

Jumlah sel pada kotak biru muda: Pertama : 76 sel

Ke dua : 88 sel Ke tiga : 80 sel Ke empat : 90 sel Ke lima : 110 sel

444 sel (dalam 5 kotak)

Karena total kotak serupa dengan kotak biru muda sebanyak 25 kotak dengan luas total 1 mm2dan kedalaman (tinggi dari hemocytometer sampai ke cover glass) adalah 0,1 mm sehingga volumenya 0,1 mm3atau 10-1 µl, maka rumusnya:

Jumlah sel = 444 x 25 x 10-1 5

= 22,20 x 103 sel

/

µl

Untuk mendapatkan dosis penyuntikan (20.000 sel/μl), maka dilakukan proses pengenceran dari suspensi sel awal (stok), menggunakan formula :

(33)

20

Keterangan:

M1= konsentrasi awal (22,20 x 103sel/μl)

V1= volume (stok) yang diambil untuk membuat suspensi sel baru yang diinginkan

M2= konsentrasi yang diinginkan (20.000 sel/μl)

V2= volume yang diinginkan untuk membuat suspensi sel baru (misalnya 50 μl)

Sehingga diperoleh,

22,20 x 103sel/μl x V1 μl = 20.000 sel/μl x 50 μl V1 = 1 x 106sel/μl

22,20 x 103μl V1= 45 μl

Jadi, volume (stok) yang diambil untuk membuat suspensi sel baru yang

diinginkan adalah sebanyak 45μl.

(34)

ABSTRAK

SRI SETYO WULANDARI. Transplantasi sel testikular ikan neon tetra

Paracheirodon innesi pada benih ikan mas umur berbeda. Dibimbing oleh ODANG CARMAN dan ALIMUDDIN.

Ikan neon tetra Paracheirodon innesi merupakan ikan hias yang memiliki nilai ekspor yang tinggi. Namun demikian, tingkat produksinya masih relatif rendah karena fekunditas ikan neon tetra yang sedikit (sekitar 180 telur/induk). Teknologi transplantasi sel testikular ikan neon tetra (ikan donor) ke ikan mas yang memiliki fekunditas telur yang banyak dan diharapkan mampu mengatasi ketersediaan benih ikan neon tetra. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan umur optimum benih ikan mas (calon ikan semang) yang mampu menerima sel target dengan baik dan memiliki keberhasilan kolonisasi yang tinggi. Testis ikan neon tetra didisosiasi menggunakan larutan tripsin 0,5%. Sel testikular diwarnai dengan PKH-26, kemudian ditransplantasikan ke rongga peritoneal benih ikan mas umur 7, 10 dan 14 hari setelah menetas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan mas perlakuan transplantasi umur 7 hari (31,25%) lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan transplantasi umur 10 hari (37,50%) dan 14 hari (56,25%). Persentase ikan terkolonisasi sel donor pada hari ke-21 pascatranplantasi pada benih umur 7 dan 10 hari adalah sama (80%), sedangkan transplantasi benih umur 14 hari sebesar 60%. Berdasarkan keberhasilan transplantasi secara kumulatif (tingkat kelangsungan hidup dan kolonisasi), transplantasi pada benih umur 14 hari (33,75%) menunjukkan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan transplantasi pada benih umur 7 hari (25,00%) dan benih umur 10 hari (30,00%). Dengan demikian, transplantasi sel testikular ikan neon tetra pada benih ikan mas telah berhasil dilakukan, dan umur optimum benih ikan mas adalah 14 hari setelah menetas.

(35)

ABSTRACT

SRI SETYO WULANDARI. Testicular cell transplantation of neon tetra fish

Paracheirodon innesi to different ages of common carp fry. Supervised by ODANG CARMAN and ALIMUDDIN.

Neon tetra Paracheirodon innesi is an ornamental fish that have high export value. However, production is still relatively low due to low fecundity (approximately 180 eggs/brood). Technology of neonf tetra (as donor fish) testicular cell transplantation to common carp which have high fecundity provides a promising way to overcome the problem of neon tetra production. This research was performed to determine the optimum age of common carp fry (as recipient fish) that is able to receive donor cells and allow high success of transplantation. In this research, the testes of neon tetra fish were dissociated by 0.5% trypsin solution. The testicular cells were labeled with PKH-26 fluorescent dye, and then transplanted into the peritoneal cavity of 7, 10 and 14 days post hatching common carp fry. The results showed that the survival of 7 day-old transplanted fry (31.25%) was lower than that of 10 day-old (37.75%) and 14 day-old transplanted fry (56.25%). Percentage of fish colonized testicular cells donor at 21 days post-transplantation on 7 and 10 old fry was similar (80%), while on 14 day-old fry was 60%. Based on the cumulative transplantation success rate (survival and colonization rates), transplantation on 14 day-old fry (33.75%) showed higher result compared to transplantation on 7 day-old fry (25.00%) and 10 day-old fry (30.00%). Thus, it can be concluded that transplantation of neon tetra testicular cells to common carp fry have been successfully carried out, and the optimum age of common carp fry to transplantation was 14 days after hatching.

(36)

1

I. PENDAHULUAN

Ikan hias merupakan komoditas penting perikanan yang saat ini banyak menghasilkan devisa bagi negara. Potensi pengembangan ikan hias di Indonesia begitu besar. Ditjen Perikanan Budidaya menargetkan pencapaian produksi budidaya ikan hias pada tahun 2014 sebesar 1,5 milyar ekor (KKP 2012). Produksi ikan hias domestik semakin meningkat terlihat dari nilai ekspor ikan hias pada tahun 2011 sebesar US$ 13,262 juta, dan hingga April 2012 nilai ekspornya sangat menjanjikan, yakni telah mencapai sebesar US$ 5,241 juta dan pada bulan Mei 2012 mencapai US$ 8,52 juta dengan rata-rata peningkatan permintaan

ekspor dunia sebesar 8% per tahun (KKP 2012).

Salah satu komoditas ikan hias yang memiliki peluang pasar tinggi adalah

ikan neon tetra Paracheirodon innesi. Pasar ekspor ikan neon tetra mencakup wilayah Eropa, Amerika Serikat dan Timur Tengah. Permintaan ikan neon tetra untuk ekspor mencapai 2 juta ekor per bulan. Namun demikian, pada kenyataannya produksi ikan neon tetra belum dapat mencukupi permintaan ekspor tersebut, karena hanya mencapai 1 juta ekor/ bulannya (Kompas 2009). Hal ini terkait dengan sarana dan prasarana produksi yang dimiliki petani masih terbatas sehingga produksi yang dihasilkan rendah. Selain itu, fekunditas atau jumlah telur yang dihasilkan induk ikan neon tetra yang sedikit, sekitar 180 telur per induk dengan rerata telur yang dibuahi sebanyak 46,1% (Sudrajat 2003) membuat petani membutuhkan induk yang cukup banyak untuk memproduksi benih ikan neon tetra secara massal. Oleh karena itu, diperlukan sistem dan teknologi budidaya yang memadai maupun upaya lain yang mampu menunjang produksi ikan neon tetra yang efisien.

Salah satu teknologi yang berpotensi tinggi dapat menunjang produksi benih ikan neon tetra secara efisien adalah teknologi transplantasi sel testikular. Teknologi ini dilakukan untuk merekayasa teknik produksi ikan target dengan

memanfaatkan induk pengganti (surrogate broodstock). Teknologi ini telah diaplikasikan oleh Okutsu et al. (2006) yang melakukan transplantasi menggunakan testicular germ cell yang mengandung sel spermatogonia, dan

(37)

2

target yang belum terdiferensiasi ke dalam rongga peritoneal calon ikan semang, kemudian sel dari ikan target tersebut dapat berdiferensiasi menjadi telur atau sperma ikan target di dalam tubuh calon ikan semang. Ikan semang dapat menghasilkan ikan target apabila ikan semang yang membawa sperma dan telur yang berkembang dari sel target itu dipijahkan (Okutsu et al. 2006). Keberhasilan teknologi ini telah ditunjukkan Takeuchi et al. (2003), dengan memproduksi ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) menggunakan induk semang ikan salmon masu (Oncorhynchus masou). Okutsu et al. (2007) juga menyatakan hasil transplantasi dapat dioptimasi dengan menggunakan ikan resipien triploid, agar dapat dihasilkan 100% larva ikan target.

Ketersediaan benih ikan neon tetra diduga dapat teratasi dengan cara memproduksi secara massal benih ikan neon tetra menggunakan induk semang

ikan mas yang memiliki fekunditas yang relatif banyak, mencapai 85.000-125.000 butir telur/kg untuk ikan mas strain majalaya (SNI 1999), melalui teknologi transplantasi sel testikular. Teknologi transplantasi sel germinal yang diterapkan kali ini merupakan xenotransplantasi karena menurut klasifikasi ikan neon tetra dan ikan mas berasal dari ordo yang berbeda, yakni ordo Cypriniformes untuk ikan mas (Nelson 2006) sementara ikan neon tetra merupakan anggota dari ordo Characiformes ( Lingga & Susanto 2001). Teknologi ini diharapkan dapat menghasilkan ikan mas yang mampu memproduksi benih ikan neon tetra secara berlipat ganda dibandingkan dengan menggunakan induk ikan neon tetra.

Kecocokan ikan taget dengan ikan semang dapat dilihat dari keberhasilan transplantasi, yaitu kolonisasi, proliferasi dan diferensiasi sel ikan target di dalam gonad calon ikan semang (Okutsu et al. 2006) dan tahapan kolonisasi merupakan tahapan pertama yang menentukan keberhasilan transplantasi sel ke dalam tubuh calon ikan semang, sehingga parameter tersebut perlu untuk dianalisis. Selain itu, aspek penting yang perlu diperhatikan dalam teknologi transplantasi adalah ketepatan waktu transplantasi yang terkait dengan umur induk semang. Hal ini

terkait dengan adanya mekanisme rejection immune system ketika sel target ditransplantasikan ke dalam calon induk semang yang imun sistemnya telah berkembang sempurna. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai umur

(38)

3

(39)

4

II.BAHAN DAN METODE

2.1 Optimasi Teknik Pengambilan Sel Testikular Ikan Neon Tetra

Optimasi teknik pengambilan sel testikular diawali dengan pemilihan ikan neon tetra. Ikan neon tetra jantan yang digunakan berukuran M (ukuran panjang ikan neon tetra untuk setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 1), diperoleh dari petani ikan di Desa Cibereum, Bogor, Jawa Barat. Sebelum diambil gonadnya untuk transplantasi, ikan neon tetra dipelihara di akuarium berdimensi 100 cm x 50 cm x 50 cm. Pakan berupa cacing sutera diberikan setiap hari selama masa pemeliharaan berlangsung. Ikan neon tetra jantan dapat dibedakan dengan melihat ciri-ciri morfologinya, yaitu pada garis sepanjang tubuh neon tetra jantan terlihat lurus dan tubuh jantan terlihat ramping (Lampiran 2). Teknik pengambilan sel testikular ikan target meliputi disosiasi sel testikular ikan target, dan pewarnaan sel testikular.

2.1.1 Disosiasi Sel Testikular Ikan Target

Ikan neon tetra sebanyak 20 ekor dibedah dan diambil testisnya dengan

bantuan mikroskop stemi DV4 Zeiss. Sebelum dilakukan proses disosiasi, testis dibersihkan menggunakan larutan phosphate buffer saline (PBS). Tahap pertama

yang dilakukan adalah testis dicacah selama sekitar 5 menit. Setelah itu, sebanyak 1-2 ml larutan tripsin 0,5% dalam PBS (Jasmadi 2011) dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi cacahan testis. Testis tersebut dicacah kembali dan dipipeting (pengadukan di dalam mikropipet) dengan menggunakan mikropipet selama 5 menit sampai keruh dan terlihat buih membentuk suspensi sel. Selanjutnya, suspensi sel disaring dengan saringan ukuran 60 μm. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam tabung mikro, dan disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 12000 rpm agar sel mengendap. Supernatan hasil sentrifugasi dibuang, dan sel dicuci sebanyak 2 kali dengan PBS sebanyak 1 ml untuk menjaga sel agar tidak rusak dan membuang tripsin. Setelah itu, sel

(40)

5

2.1.2 Pewarnaan Sel Testikular Ikan Target

Pewarna sel pada penelitian ini menggunakan PKH-26 (SIGMA). PKH-26 merupakan penanda sel yang mewarnai membran sel sehingga sel tersebut akan berpendar warna merah ketika diamati di bawah mikroskop berpendar filter merah (Gambar 1). Metode pewarnaan dilakukan dengan cara memasukkan sel testikular yang telah didisosiasi ke dalam tabung mikro. Kemudian 50 µl diluent C dimasukkan ke dalam tabung mikro yang berisi 50 µl suspensi sel ( pada tabung A), lalu 100 µl diluent C yang telah dicampurkan pewarna PKH-26 sebanyak 3 μl ditaruh pada tabung B. Kemudian larutan pada tabung A dimasukkan pada larutan tabung B lalu disatukan. Setelah pengadukan tersebut, suspensi sel didiamkan

selama 10 menit. Selanjutnya ditambahkan PBS sampai suspensi sel mencapai volume 1 ml.

Suspensi sel disentrifugasi sebanyak dua kali dengan kecepatan 10.000 rpm pada suhu 20°C selama 10 menit. Setelah itu, pelet sel diresuspensi dengan larutan PBS sebanyak 50 µl.

Gambar 1. Sel testikular ikan neon tetra setelah pewarnaan dengan PKH-26; A) Pengamatan sel testikular tanpa fluoresens; B) Pengamatan sel testikular dengan fluoresens. Garis skala setara dengan 50 μm.

2.2 Persiapan Benih Ikan Mas Untuk Transplantasi

(41)

6

Daphnia sp. dan cacing sutera hingga larva siap ditransplantasi. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation.

2.3 Teknik Transplantasi dan Perlakuan Penelitian

Transplantasi sel dilakukan menggunakan alat mikroinjektor dengan bantuan mikroskop stemi DV4 Zeiss (Gambar 2A) untuk memudahkan penentuan posisi transplantasi. Sel testikular ikan neon tetra sebanyak 20.000 sel ditransplantasikan ke dalam rongga peritoneal benih ikan mas yang berumur 7, 10 dan 14 hari setelah menetas (Gambar 2B) sebanyak 80 ekor setiap perlakuan, sesuai prosedur Budi (2011) dan Jasmadi (2011).

Gambar 2. Satu set alat mikroinjektor (A) dan posisi transplantasi sel testikular ikan neon tetra ke rongga peritoneal benih ikan mas (B).

2.4 Evaluasi Keberhasilan Transplantasi

Keberhasilan transplantasi didasarkan pada persentase benih ikan mas yang

(42)

7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1Disosiasi Sel Testikular Ikan Neon Tetra

Hasil disosiasi dari gabungan 20 testis ikan neon tetra menunjukkan jumlah sel testikular yang bervariasi (Tabel 1). Jumlah sel testikular hasil disosiasi yang digunakan pada proses transplantasi umur 7 hari sebanyak 5.200.000 sel, sedangkan pada proses transplantasi umur 10 hari sebanyak 8.880.000 sel, dan pada proses transplantasi umur 14 hari sebanyak 7.660.000. Berdasarkan hasil penelitian Firdaus (2012), ukuran sel spermatogonia paling besar (sekitar 5-10

µm), diikuti oleh spermatosit (sekitar 3-5 µm), spermatid dan sel somatik (1,5-3 µm) (Gambar 3).

Tabel 1. Jumlah sel testikular ikan neon tetra hasil disosiasi pada masing-masing perlakuan transplantasi.

20 2,24 ± 0,20 5.200.000 Digunakan untuk transplantasi umur 7 hari 20 2,00 ± 0,23 8.880.000 Digunakan untuk transplantasi umur 10 hari 20 2,20 ± 0,22 7.660.000 Digunakan untuk transplantasi umur 14 hari

(43)

8

3.1.2 Kelangsungan HidupBenihdan Keberhasilan Kolonisasi Sel Testikular

Tingkat kelangsungan hidup (KH) larva ikan mas yang diamati 30 hari

pascatransplantasi disajikan pada Tabel 2. KH larva ikan mas yang ditransplantasi pada umur 7 hari (31,25%) menunjukkan nilai yang paling kecil dibandingkan

dengan perlakuan lain. Dari data tersebut juga dapat diketahui adanya kecenderungan peningkatan KH seiring dengan meningkatnya umur larva ikan transplantasi.

Tabel 2. Persentase kelangsungan hidup dan keberhasilan masuk serta terkolonisasinya sel testikular ikan neon tetra pada larva ikan mas pascatransplantasi

Keterangan: kolonisasi sel testikular ikan neon tetra pada benih ikan mas dideteksi dengan mengamati pendaran merah dari PKH-26 menggunakan mikroskop flouresens.

Berdasarkan deteksi kolonisasi (Tabel 2) terlihat bahwa rerata kolonisasi setiap pengamatan menunjukkan nilai 80% untuk perlakuan transplantasi umur 7 hari, 86,67% pada perlakuan transplantasi umur 10 hari, dan 73,33% pada perlakuan transplantasi umur 14 hari. Pada tabel juga terdapat dua perlakuan (transplantasi umur 10 hari dan 14 hari) yang mengalami kecenderungan penurunan persentase kolonisasi sel testikular pada setiap kali pengamatan. Apabila dilihat pada keberhasilan transplantasi secara kumulatif (Tabel 2),

transplantasi yang dilakukan pada umur 14 hari memperlihatkan hasil yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain, sehingga diduga perlakuan

penyuntikan umur 14 hari merupakan perlakuan terbaik.

Sel berpendar yang ditunjukkan dengan tanda panah (Tabel 3) merupakan sel testikular ikan neon tetra yang telah diwarnai dengan PKH-26. Pada pengamatan pascatransplantasi hari ke-7 pada setiap perlakuan terlihat sel-sel testikular masih menyebar dan adapula yang terlihat di sekitar daerah penyuntikan (sekitar rongga peritoneal). Pada pengamatan hari ke-14 dan ke-21 sel testikular ikan neon tetra sudah mulai terlihat berjajar ke arah genital ridge ikan mas.

Perlakuan KH (%)

Persentase keberhasilan sel testikular ikan neon tetra masuk dan terkolonisasi diamati

(44)

9

Tabel 3. Hasil pengamatan kolonisasi sel testikular ikan neon tetra menggunakan mikroskop fluoresens

Perlakuan Pengamatan hari ke-7 Pengamatan hari ke-14 Pengamatan hari ke-21 Kontrol

Transplantasi hari ke-7

Transplantasi hari ke-10

Transplantasi hari ke -14

(45)

10

3.2 Pembahasan

Salah satu teknologi yang berpotensi tinggi dapat menunjang produksi benih ikan neon tetra secara efisien adalah teknologi transplantasi sel testikular dengan memanfaatkan induk semang. Transplantasi sel testikular yang mengandung sel stem spermatogonia telah dilakukan, berhasil terkolonisasi pada gonad ikan calon induk semang, serta dapat berkembang menjadi telur dan sperma yang fungsional (Okutsu et al. 2006). Sel testikular yang mengandung sel spermatogonia dari ikan target yang digunakan untuk proses transplantasi dapat diperoleh dengan cara disosiasi sel (pemisahan sel dari jaringan). Untuk mengoptimasi pengambilan sel testikular yang banyak mengandung sel spermatogonia, maka pada penelitian ini ikan neon tetra yang digunakan adalah ikan neon yang rata-rata berukuran M dengan kisaran ukuran panjang tubuh 2,00±0,23 s.d 2,24±0,20 cm.

Pada penelitian ini telah berhasil diperoleh sel testikular hasil disosiasi gonad ikan neon tetra (ikan target) menggunakan tripsin 0,5% di dalam larutan PBS. Hasil disosiasi (Tabel 1) menunjukkan bahwa terdapat variasi jumlah sel testikular pada ikan target yang digunakan. Variasi jumlah sel testikular pada hasil disosiasi diduga terkait adanya variasi umur ikan dan status perkembangan gonad ikan

neon tetra yang digunakan pada masing-masing proses disosiasi. Selanjutnya, perbedaan umur dan kematangan gonad ikan dapat menyebabkan perbedaan jumlah sel spermatogonia. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Takeuchi et al.

(2009) yang menyatakan ikan nibe croaker (Nibea mitsukurii) muda umur 3 bulan memiliki persentase jumlah spermatogonia yang lebih banyak dalam testisnya dibandingkan dengan ikan nibe berumur 6 bulan dan 16 bulan.

(46)

11

memiliki daya tahan tubuh lemah dan masih rentan terhadap gangguan fisik dari luar, sehingga proses transplantasi lebih beresiko mengenai organ lain yang dapat menyebabkan kerusakan organ tersebut sehingga benih dapat mudah mati seusai proses transplantasi. Hal ini sesuai dengan Takeuchi et al. (2009) yang menyatakan bahwa resipien yang lebih kecil memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih kecil juga, hal ini diperlihatkan dengan menurunnya KH larva dari 63,3% (pada resipien ikan nibe larva ukuran 6 mm) menjadi 2,9% (pada resipien 3 mm). Kemampuan teknis dalam metode mikroinjeksi (transplantasi) sendiri memiliki peran penting terhadap keberhasilan masuknya sel target ke dalam rongga perut benih yang ditransplantasi.

Keberhasilan proses transplantasi ditunjukkan dengan adanya sel testikular dari ikan target yang masuk, terkolonisasi, mengalami proliferasi dan diferensiasi

sel di dalam gonad resipien. Pada penelitian ini masuknya sel testikular serta kolonisasi dalam gonad ikan mas dideteksi dengan menggunakan pewarna sel (PKH-26). PKH-26 merupakan pewarna sel yang tidak beracun sehingga dapat dijadikan sebagai marka dalam proses transplantasi. Selain itu, metode identifikasi dengan menggunakan pewarna PKH-26 lebih sensitif dibandingkan dengan metode PCR (Hermawan 2010).

Hasil penelitian menunjukkan persentase keberhasilan kolonisasi (Tabel 2) pada setiap pengamatan memiliki rerata 80% untuk perlakuan transplantasi umur 7 hari, 86,67% pada perlakuan transplantasi umur 10 hari, dan 73,33% pada perlakuan transplantasi umur 14 hari. Dari 5 ekor ikan mas hasil transplantasi yang diperiksa, terdapat 4 ekor yang positif berpendar. Selain itu, pada Tabel 2 terdapat dua perlakuan yang mengalami kecenderungan penurunan persentase kolonisasi sel testikular pada setiap kali pengamatan. Penurunan persentase kolonisasi diduga oleh adanya kemampuan ikan dalam menolak adanya bentuk sel dari luar. Nakanishi (1985) menyatakan bahwa beberapa ikan dapat melakukan

allograft rejection (penolakan transplantasi jaringan atau organ dari individu lain yang sama spesies oleh sistem imun) setelah umur tertentu, untuk ikan mas sendiri sekitar umur 16 hari setelah menetas pada suhu 20-22ºC.

Keberhasilan kolonisasi sel testikular ikan neon tetra di dalam tubuh ikan mas

(47)

12

sempurna sehingga resipien masih mampu menerima sel donor dari luar yang dimasukkan ke dalam rongga peritonialnya. Selain itu, keberhasilan kolonisasi dapat dipengaruhi oleh molekul atraktan yang dapat mendukung migrasi sel donor, dan atraktan ini biasa ditemukan dalam genital ridges pada larva yang baru menetas. Atraktan akan berkurang seiring dengan perkembangan gonad (Takeuchi

et al. 2003). Apabila dilihat dari keberhasilan transplantasi secara kumulatif (Tabel 2) menunjukkan bahwa transplantasi yang dilakukan pada umur 14 hari memperlihatkan hasil yang tinggi dibandingkan perlakuan lain. Dengan demikian perlakuan penyuntikan umur 14 hari merupakan perlakuan yang lebih baik dari perlakuan lain karena jumlah ikan mas yang terkolonisasi lebih banyak dari

perlakuan lain dan secara teknis penyuntikan benih ikan mas umur 14 hari lebih mudah dibandingkan benih benih umur 7. Benih umur 7 hari masih kecil sehingga

menyulitkan transplantasi.

Berdasarkan hasil deteksi sel menggunakan mikroskop berpendar diketahui sel yang berpendar yang ditandai oleh tanda panah (Tabel 3) merupakan sel testikular ikan neon tetra yang telah diwarnai dengan PKH-26. Pada pengamatan pascatransplantasi hari ke- 7 pada setiap perlakuan terlihat sel-sel testikular yang berpendar masih menyebar dan adapula yang terlihat pada sekitar daerah penyuntikan, yaitu sekitar rongga peritoneal. Pada pengamatan hari 14 dan ke-21 sel tersebut sudah mulai terlihat berjajar ke arah genital ridge. Hal ini sesuai dengan pernyataan Takeuchi et al. (2003) yaitu sebelum terinkorporasi dengan daerah genital (genital ridges) ikan calon induk semang, sel ikan target tersebar pada rongga peritonial dan kemudian menempel pada dinding peritonial induk semang. Sel ikan donor menggunakan pseudopodia untuk bergerak ke arah

(48)

13

IV.KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Transplantasi sel testikular ikan neon tetra pada benih ikan mas telah berhasil dilakukan, dan umur optimum benih ikan mas yang terbaik untuk ditransplantasi adalah 14 hari setelah menetas.

4.2 Saran

Disarankan untuk melakukan transplantasi pada benih ikan mas umur 14 hari setelah menetas. Penelitian lanjutan dengan mengenai karakterisasi perkembangan

gonad ikan mas yang positif membawa sel target perlu dilakukan untuk mengetahui bahwa sel donor dapat berproliferasi dan berdiferensiasi dalam gonad

(49)

TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NEON TETRA

Paracheirodon innesi PADA BENIH IKAN MAS

UMUR BERBEDA

SRI SETYO WULANDARI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(50)

14

DAFTAR PUSTAKA

Budi D.S. 2011. Transplantasi sel testikular ikan gurame pada ikan nila. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Firdaus M. 2012. Studi morfologi, proporsi, serta keberhasilan kolonisasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi (Characidae) pada larva ikan mas Cyprinus carpio (Cyprinidae). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Hermawan A. 2009. Deteksi sel donor ikan gurame Osphronemus gouramy pada larva ikan nila Oreochromis niloticus. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jasmadi. 2011. Transplantasi sel testikular ikan gurame Osphronemus goramy

pada ikan nila Oreochromis niloticus umur 1-4 hari. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

KKP. 2012. Mendulang devisa dari bisnis ikan hias. http://www.kkp.go.id [8 Oktober 2012]

Kompas. 2009. Budidaya ikan neon tetra masih menjanjikan. html://www.kompas.com [2 Mei 2012].

Lingga P, Susanto H. 2001. Ikan Hias Air Tawar. Ed. ke-16. Depok: PT Penebar Swadaya.

Nakanishi T. 1985. Ontogeneic development of the immune response in the marine teleost Sebasticus marmoratus. Bulletin Japanese Sci Fisheries 53(3), 473-477.

Nelson J.S. 2006. Fishes of the World. 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc. Hoboken, New Jersey, USA.

Okutsu T. Suzuki, K., Takeuchi, Y., Takeuchi, T., Yoshizaki, G., 2006. Testicular germ cells can colonize sexually undifferentiated embryonic gonad and produce functional egg in fish. Proc Natl Acad Sci USA 103, 2725-2729.

Okutsu T, Shikina S, Kanno M, Takeuchi Y, Yoshizaki G. 2007. Production of trout offspring from triploid salmon parents. Science 317, 1517.

(51)

15

Sudrajat A.O. 2003. Modul: Pemijahan Induk Ikan Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Takeuchi Y. Higuchi, K., Yatabe, T., Miwa, M., Yoshizaki, G., 2009. Development of spermatogonia cell transplantation in nibe croaker Nibe mistsukurii (Perciformes, Sciaenidae). Biology of Reproduction 81, 1055- 1063.

Takeuchi Y. Yoshizaki, G., Takeuchi, T., 2003. Generation of live fry from intraperitonially transplanted primordial germ cells in rainbow trout. Biology of Reproduction 6, 1142-1149.

(52)

LAMPIRAN

(53)

16

Lampiran 1. Ukuran panjang ikan neon tetra yang digunakan untuk disosiasi sel

Berikut ini merupakan data ukuran panjang ikan neon tetra yang digunakan pada proses didosiasi sel untuk setiap perlakuan transplantasi baik transplantasi umur 7 hari, 10 hari maupun 14 hari.

No

(54)

17

Lampiran 2. Perbedaan jenis kelamin ikan neon tetra secara morfologi

(55)

18

(56)

19

Lampiran 4. Contoh perhitungan dan penentuan dosis sel donor

Metode perhitungan sel testikular ikan donor

1 mm

Perhitungan sel hasil disosiasi dilakukan menggunakan hemocytometer di bawah mikroskop perbesaran 100x. Hemocytometer dan cover glas dipasang pada mikroskop kemudian suspensi sel dimasukkan ke hemocytometer melalui celah di bawah cover glass. Sebanyak 5 sampel (kotak warna biru muda) dihitung jumlah sel pada setiap

kotaknya. Contoh perhitungan,

Jumlah sel pada kotak biru muda: Pertama : 76 sel

Ke dua : 88 sel Ke tiga : 80 sel Ke empat : 90 sel Ke lima : 110 sel

444 sel (dalam 5 kotak)

Karena total kotak serupa dengan kotak biru muda sebanyak 25 kotak dengan luas total 1 mm2dan kedalaman (tinggi dari hemocytometer sampai ke cover glass) adalah 0,1 mm sehingga volumenya 0,1 mm3atau 10-1 µl, maka rumusnya:

Jumlah sel = 444 x 25 x 10-1 5

= 22,20 x 103 sel

/

µl

Untuk mendapatkan dosis penyuntikan (20.000 sel/μl), maka dilakukan proses pengenceran dari suspensi sel awal (stok), menggunakan formula :

(57)

20

Keterangan:

M1= konsentrasi awal (22,20 x 103sel/μl)

V1= volume (stok) yang diambil untuk membuat suspensi sel baru yang diinginkan

M2= konsentrasi yang diinginkan (20.000 sel/μl)

V2= volume yang diinginkan untuk membuat suspensi sel baru (misalnya 50 μl)

Sehingga diperoleh,

22,20 x 103sel/μl x V1 μl = 20.000 sel/μl x 50 μl V1 = 1 x 106sel/μl

22,20 x 103μl V1= 45 μl

Jadi, volume (stok) yang diambil untuk membuat suspensi sel baru yang

diinginkan adalah sebanyak 45μl.

Gambar

Gambar 1. Sel testikular ikan neon tetra setelah pewarnaan dengan PKH-26; A)
Gambar 2. Satu set alat mikroinjektor (A) dan posisi transplantasi sel testikular
Tabel 1. Jumlah sel testikular ikan neon tetra hasil disosiasi pada masing-masing
Tabel 3. Hasil pengamatan kolonisasi sel testikular ikan neon tetra menggunakan mikroskop fluoresens
+5

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas yang dilakukan orang tua dalam proses pemberian pendidikan akhlak terhadap anak-anak di lingkungan keluarga dengan memberikan pendidikan akhlak kepada

Menurut Yananda dan Salamah (2014, h.34) city branding adalah strategi yang membuat suatu tempat ‘berbicara’ kepada masyarakat, dengan city branding sebuah kota

yang bergerak dalam bidang pertambangan perusahaan tersebut dipilih peneliti menjadi tempat penelitian karena memeiliki masalah yang sesuai dengan yang yang akan

Pada pengambilan keputusan atau pemecahan masalah yang dilakukan oleh Lurah Tegal Gundil dalam menjalankan aktivitas kelurahan, pegawai mempersepsikan bahwa

sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa

Rendemen minyak sawit kasar (Rcpo) dan inti sawit (Ris) adalah berat minyak sawit kasar dan inti sawit yang dihasilkan pabrik dibagi dengan berat TBS yang diolah dan dikalikan

Melalui pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan googleslide dan PPP, peserta didik dapat mendeskripsikan terbentuknya

Selanjutanya dianalisis fenomena ini dengan teori feminisme, karena adanya indikasi eksistensi wanita untuk menjadi Satpol PP, lalu bagaimana pengaruh budaya patriarki