• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asean Economic Community (AEC) 2015 (Studi : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asean Economic Community (AEC) 2015 (Studi : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015

(Studi : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam

Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam

Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial Pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

040906035

WIRA ARJUNA

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Indonesia National Single Windows (INSW) adalah merupakan sebuah

instrumen penting dalam sektor aliran bebas barang (free flow of goods) yang

bertujuan ingin meliberalisasikan perdagangan ASEAN dengan nenghapuskan segala

hambatan baik itu dalam tarif, non-tarif maupun pada fasilitas perdagangan, yag

merupakan bagian dari kerangka kerja ASEAN Economic Community (AEC) 2015

yang secara uuum bertujuan untuk mencapai pasar tunggal dan basis produksi,

kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan

terintegrasi ke dalam perekonomian global, di mana program-program kerjasama

yang di dalamnya telah diatur dalam cetakbiru (blueprint) beserta jadwal strategisnya.

Dan tentunya dituntut adanya komitmen yang nyata dari seluruh anggota ASEAN

atas kesepakatan yang telah dibentuk untuk nantinya dapat ikut berkompetisi dalam

liberalisasi perdagangan tersebut. Selain itu segala manfaat yang dapat diraih dari

program kerjasama ini hanya dapat diraih dengan persiapan serta daya saing yang

baik dari seluruh anggotanya. Dengan kata lain persiapan yang baik perlu dilakukan

oleh Indonesia, sebagaimana negara anggota ASEAN lainnya agar dapat menjadi

“pemain” dan bukannya hanya sebagai “penonton” dalam sektor aliran beas barang

dalam kerangka AEWC 2015 ini. Sehingga dengan adanya persiapan yang baik

tersebut dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia khususnya dalam kompetisi

liberalisasi perdagangan yang akan terbentuk nantinya. Salah satu persiapan yang

dilakukan oleh Indonesia adalah persiapan dalam pembentukan INSW.

(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah ………..………….. 1

I.2 Perumusan Masalah ………..……….. 6

I.3 Pembatasan Masalah ……….………. 6

I.4 Tujuan Penelitian ………..……….. 6

I.5 Manfaat Penelitian ………..……….. 7

I.6 Kerangka Data Penelitian ………..…….. 8

I.6.1 Definisi ………..………. 8

I.6.1.a Definisi Persiapan ………..……… 8

I.6.1.b Pemerintah ………..……... 8

I.6.1.c Organisasi Internasional ………..…….. 9

I.6.1.d ASEAN ………..……… 10

I.6.1.e Piagam ASEAN ………..…………. 11

I.6.1.f ASEAN Community2005 ………..……… 12

I.6.1.g ASEAN Economic Community (AEC) 2015 ……..………. 13

I.6.1.h Aliran Bebas Barang atau Free Flow of Goods …….…… 13

I.6.1.i Indonesia National Single Windows (INSW) ……….. 13

I.6.1.j Ekonomi Politik Internasional ………..… 15

I.6.2 Kerangka Teori Dalam Organisasi Internasional …………..…. 16

I.6.2.a Bargaining Power ………..…… 16

(4)

I.6.2.c Integrasi Ekonomi ………..………. 18

I.7 Metodologi Penelitian ……….…………. 19

I.7.1 Jenis Penelitian ………..………… 20

I.7.2 Teknik Pengumpilan Data ………..…….. 20

I.7.3 Teknik Analisa Data ………..……….. 21

I.7.4 Sistematika Penulisan ………...………..……… 21

BAB II GAMBARAN MENGENAI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 PILAR FASILITAS PERDAGANGAN KHUSUSNYA DALAM PEMBENTUKAN INSW DAN ASW II.1 Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (AEC) 2015 …… 23

II.2 Gambaran Mengenai Sektor Aliran Bebas Barang Free Flow of Goods) ………..…….. 28

II.3 Gambaran Mengenai Indonesia National Single Windows (INSW) ………..….. 30

BAB III PERSIAPAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 PILAR FASILITAS PERDAGANGAN KHUSUSNYA DALAM PEMBENTUKAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOWS (INSW) III.1 Persiapan Dalam Persiapan Pembentukan INSW ………..… 38

(5)

Terbentuknya INSW ... 40

III.1.1.a Komponen Utama yang Mendukung Terbentuknya INSW ………..……. 40

III.1.1.b Kesepakatan Dasar dan Kebijakan Data ………..… 42

III.1.1.c Komponen Teknis Standarisasi dan Prasyarat Teknis ………..…… 46

III.1.1.d Conseptual Model dan Topologi Sistem INSW ….... 47

III.1.2 Persiapan Indonesia Dalam Pembentukan INSW …………... 48

III.1.2..a Arah Pengembangan Sistem NSW di Indonesia ……... 49

III.1.2..b Tahapan Penerapan NSW di Indonesia (1) ………..… 50

III.1.2.c Tahapan Penerapan NSW di Indonesia (2) ………..…. 51

III.1.3 Pelaksanaan Program Kerja Tahun 2007 dan Program Kerja Tahun 2008 ………..…. 58

III.1.3.a Pelaksanaan Program Kerja Tahun 2007 ………..……. 53

III.1.3.b Pelaksanaan Program Kerja Tahun 2008 ………..……. 57

III.1.4 Momentum Sistem INSW: Peluang dan Tantangan ……..…. 63

III.2 Analisa ………..…... 65

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN IV.1. Kesimpulan ………..………… 73

IV.2. Saran ………..………. 78

DAFTAR PUSTAKA ………..………… 79

(6)

ABSTRAKSI

Indonesia National Single Windows (INSW) adalah merupakan sebuah

instrumen penting dalam sektor aliran bebas barang (free flow of goods) yang

bertujuan ingin meliberalisasikan perdagangan ASEAN dengan nenghapuskan segala

hambatan baik itu dalam tarif, non-tarif maupun pada fasilitas perdagangan, yag

merupakan bagian dari kerangka kerja ASEAN Economic Community (AEC) 2015

yang secara uuum bertujuan untuk mencapai pasar tunggal dan basis produksi,

kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan

terintegrasi ke dalam perekonomian global, di mana program-program kerjasama

yang di dalamnya telah diatur dalam cetakbiru (blueprint) beserta jadwal strategisnya.

Dan tentunya dituntut adanya komitmen yang nyata dari seluruh anggota ASEAN

atas kesepakatan yang telah dibentuk untuk nantinya dapat ikut berkompetisi dalam

liberalisasi perdagangan tersebut. Selain itu segala manfaat yang dapat diraih dari

program kerjasama ini hanya dapat diraih dengan persiapan serta daya saing yang

baik dari seluruh anggotanya. Dengan kata lain persiapan yang baik perlu dilakukan

oleh Indonesia, sebagaimana negara anggota ASEAN lainnya agar dapat menjadi

“pemain” dan bukannya hanya sebagai “penonton” dalam sektor aliran beas barang

dalam kerangka AEWC 2015 ini. Sehingga dengan adanya persiapan yang baik

tersebut dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia khususnya dalam kompetisi

liberalisasi perdagangan yang akan terbentuk nantinya. Salah satu persiapan yang

dilakukan oleh Indonesia adalah persiapan dalam pembentukan INSW.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang Masalah

Skripsi ini akan membahas tentang bagaimana persiapan pemerintah

Indonesia dalam pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW) yang

merupakan instrumen dari fasilitas perdagangan dan merupakan salah satu kerangka

kerja/pilar dari sektor aliran bebas barang (free flow of goods) dalam kerangka

ASEAN Economic Community (AEC) 20151

Konsep yang terdapat dalam AEC 2015 khususnya pada sector aliran bebas

barang yang merupakan salah satu sector yang terdapat dalam AEC tersebut yang

berupaya menghilangkan segala bentuk hambatan dalam segala aktifitas perdagangan

internasional bagi seluruh anggotanya adalah merupakan upaya ASEAN untuk

meliberalisasikan perdagangan khususnya di kawasan ASEAN. Upaya untuk

menghilangkan segala hambatan yang terdapat dalam aktifitas perdagangan

internasional tersebut dilakukan melaui kerangka kerja/pilar yang terdapat dalam

sektor aliran bebas barang, yakni melalui tiga kerangka kerja/pilar utamanya:

penghapusan hambatan tarif, penghapusan hambatan non-tariff dan fasilitas , sebagai salah satu upaya ASEAN untuk

meliberalisasikan perdagangan dengan berusaha untuk menghilangkan segala bentuk

hambatan yang terdapat dalam aktifitas perdagangan regional di kawasan Asia

Tenggara, di mana INSW adalah merupakan salah satu instrumen dalam kerangka

kerja aliran bebas barang tersebut.

1

AEC adalah merupakan salah satu pilar utama dalam ASEAN Community di samping ASEAN Security

(8)

perdagangan, di mana pedoman dan jadwal pelaksanaannya telah ditentukan dalam

cetak biru (blue print) AEC 2015 yang disepakati oleh seluruh anggota ASEAN,

melalui KTT ASEAN ke-13 digelar di Singapura, Pada 20 November 2007,

bersamaan dengan penandatanganan piagam ASEAN (ASEAN Charter) sebagai

konstitusi bagi organisasi regional ASEAN, seperti halnya Undang-undang Dasar

bagi sebuah negara, sekaligus menandai pengaturan yang lebih formal bagi

ASEAN,serta meningkatkan wibawa ASEAN di mata dunia internasional.

Khusus pilar fasilitas perdagangan, sektor ini memiliki arti penting dalam

mendukung kelancaran arus pedagangan barang, karena prosedur arus barang dapat

dilakukan dengan lebih sederhana, transparansi dan memenuhi standar kualifikasi

yang diakui secara internasional. Fasilitas perdagangan yang dilakukan melalui

evaluasi terhadap kesesuaian dengan standar internasional dan kerjasama kepabeanan

juga penting dalam rangka meningkatkan efisiensi biaya transaksi di ASEAN

sehingga meningkatkan daya saing ekspor produk ASEAN. Evaluasi terhadap

kesesuaian dengan standar internasional dilakukan agar produk ASEAN dapat

diterima dan berdaya saing, baik di pasar domestik maupun global, sesuai standar

mutu, keamanan, kesehatan, dan teknis barang yang diakui secara internasional.

Dalam rangka menyelaraskan standar yang ada dengan standar internasional, terdapat

dua instrumen utama yang terdapat dalam AEC 2015, yaitu: harmonisasi standar dan

Mutual Recognition Arengement (MRA).2

2

MRA merupakan suatu perjanjian yang akan membantu dunia industri di ASEAN mengurangi duplikasi dalam pengetesan dan sertifikasi pokok dengan MRA regulator di negara importer akan dapat mempercayai hasil tes yang dikeluarkan negara eksportir terkait produk yang diekspor tersebut. Dkutip dari Syamsul .Arifin.dkk, ibid hal 109-110

(9)

dilakukan oleh ASEAN adalah dengan pembentukan National Single Windows

(NSW) pada masing-masing negara anggota ASEAN yang nantinya akan

diintegrasikan kedalam ASEAN Single Windows (ASW).

National Single Window (NSW) merupakan suatu sistem layanan publik yang

terintegrasi, yang menyediakan fasilitas pengajuan, pertukaran dan pemrosesan

informasi standar secara elektronik, guna menyelesaikan semua proses kegiatan

dalam penanganan lalulintas barang ekspor dan impor, untuk meningkatkan daya

saing perekonomian nasional.3 INSW juga sistem nasional yang memungkinkan

dilakukannya penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of

data and information), pemrosesan data dan informasi secara sinkron (synchronous

processing of data and information), integrasi informasi, dan memadukan alur proses

bisnis antara sistem kepabeanan, perizinan ekspor-impor, kepelabuhanan/

kebandarudaraan, pembayaran, pengangkutan barang dan logistik, serta sistem lain

yang terkait dengan penanganan lalulintas barang ekspor-impor.4

Penerapan NSW di Indonesia (Indonesia National Single Windows(INSW))

adalah merupakan merupakan komitmen Indonesia atas kesepakatan yang telah

dibuat dalam forum regional ASEAN, di mana bagi Indonesia beserta anggota

ASEAN6 lainnya pembentukan NSW yang akan terintegrasi dengan ASW akan

berlaku pada tahun 2009, di samping pembentukan INSW ini juga merupakan

keperluan di tingkat nasional untuk dapat meningkatkan kinerja ekspor-impor di

Indonesia. Harus diakui bahwa kondisi kinerja layanan ekspor-impor di Indonesia

3

(10)

masih tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara lain, terutama bila dilihat dari

indikator lead-time pelayanan impor, masih banyaknya point of services dalam

penyelesaian impor, masih tingginya biaya yang harus dikeluarkan dan adanya

ketidakpastian dalam proses pelayanan ekspor-impor. Selain itu, dari sisi kepentingan

nasional perlu dilakukan peningkatan validitas dan akurasi data ekspor-impor, serta

pengawasan terhadap lalulintas barang antar negara. Pembangunan dan penerapan

Sistem NSW di Indonesia, pada awal pembahasannya disatukan dengan program

pemerintah untuk meningkatkan kelancaran arus barang ekspor-impor, sehingga pada

awal pelaksanaannya pemerintah menggabungkan kedalam Tim Keppres Nomor 54

Tahun 2002 yang menangani tentang kelancaran arus barang ekspor dan impor.5

Krisis moneter yang menimpa kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia

telah berdampak negative bagi perekonomian Indonesia dan pembangunan nasional. Hal ini menjadi menarik mengingat bahwa Indonesia sebagai sebuah negara

besar (dari segi wilayah dan penduduk nya) di ASEAN, memiliki peranan yang

penting dalam ASEAN, mulai dari era pembentukan ASEAN hingga saat ini serta

memiliki sejarah yang kuat dalam ASEAN, ternyata, di bidang perekonomian

internasional adalah merupakan salah satu negara yang memiliki fasilitas

perdagangan yang buruk jika dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainnya.

Dan tentunya hal ini adalah merupakan sebuah kerugian bagi Indonesia dalam

kelancaran perdagangan internasionalnya yang tentunya hal ini sebagai salah satu

faktor yang dapat menghambat perekonomian Indonesia demi perekonomian

nasional.

5

(11)

Hal ini adalah merupakan kenangan pahit serta keterpurukan yang menimpa

Indonesia. Tetapi di phak lain, arus globalisasi yang semain besar saat ini, tidak

terkecuali dalam sector perekonomian mengharuskan Indonesia untuk segera bangkit

dari keterpurukan tersebut agar tetap dapat bersaing dengan Negara lainnya dalam

taraf regional maupun taraf internasional. Konsep AEC yang merupakan tujuan

ambisius dari ASEAN yang bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis

produksi serta untuk mengurangi kemiskinan regional menjadi semangat baru

Indonesia dalam menumbuhkan perekonomiannya, sehingga dapat menjadikan

Indonesia sebagai salah kompetitor handal dalam perekonomian global. Tetapi

apabila tidak adanya persiapan yang baik, justru akan menjadikan Indonesia sebagai

"penonton" dalam AEC ini. Khusus dalam sektor aliran bebas barang yang bertujuan

untuk meliberalisasikan perdagangan yang dibentuk dalam program ysng memiliki

tiga pilar utama, yakni: penghapusan hambatan tarif, penghapusan hambatan non-tarif

dan fasilitas perdagangan, adalah merupakan suatu peluang dan tantangan yang

dihadapi oleh Indonesia dalam pertumbuhan perekonomiannya. Tentunya persiapan

yang baik adalah merupakan sebuah modal besar untuk dapat memperoleh segala

manfaat yang maksimal dari kerjasama ini.

Atas ketertarikan tersebut, penulis ingin melihat sejauh mana persiapan yang

ditempuh pemerintah Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community

(AEC) 2015 sector aliran bebas barang pilar fasilitas perdagangan yang menjadi salah

satu insrumen penting dalam sektor aliran bebas barang, khususnya dalam

(12)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan persoalan yang telah diuraikan di atas, maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana persiapan pemerintah Indonesia dalam menghadapi ASEAN

Economic Community (AEC) 2015 sektor aliran bebas barang (free flow of goods

pilar fasilitas perdagangan, khususnya dalam pembentukan INSW,

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam upaya memfokuskan permasalahan dalam penelitian ini, akan lebih

baik jika dibuat pembatasan masalah. Penelitian ini hanya mengkaji persiapan

pemerintah Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015

pada sektor aliran bebas barang (free flow of goods) pilar fasilitas perdagangan

khususnya dalam pembentukan INSW.

I.4 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana persiapan pemerintah Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic

Community (AEC) 2015 sektor aliran bebas barang (free flow of goods) pilar fasilitas

perdagangan khususnya dalam pembentukan INSW, serta manfaat dari INSW tesebut

terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia

Selain tujuan umum, dapat pula diambil tujuan khusus sebagai penjabaran

(13)

1. Untuk mengetahui bagaimana salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan

oleh ogranisasi internasional regional, ASEAN, khususnya dalam bidang

perekonomian,

2. Untuk mengetahui bentuk kerjasama yang dilakukan Indonesia dalam

ASEAN melalui AEC 2015, pada sektor aliran bebas barang (free flow of

goods).

3. Untuk mengetahui permasalahan yang dialami Indonesia dalam pembentukan

INSW.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya penelitian di

bidang politik, yakni kerjasama dalam AEC 2015, pada sektor aliran bebas

barang (free flow of goods), khususnya dalam pementukan INSW,

2. Bagi mahasiswa, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita

tentang AEC 2015, pada sektor aliran bebas barang (free flow of goods),

khususnya dalam pementukan INSW,

3. Bagi masyarakat luas, penelitian ini turut pula menambah pengetahuan kita

tentang AEC 2015, pada sektor aliran bebas barang (free flow of goods)

(14)

1.6 Kerangka Data Pemikiran

1.6.1 Defenisi

1.6.1.a Definisi Persiapan

Menurut Armenakis et al, definisi persiapan adalah penanda kognitif terhadap

perilaku dari penolakan atau dukungan terhadap upaya perubahan. Menurut Clarke,

Ellet, Bateman dan Rugutt an penolakan terhadap perubahan adalah hal yang berbeda

namun merupakan konstruk yang berhubungan. Holt et al. menyatakan definisi

persiapan untuk berubah adalah sikap komprehensif yang mempengaruhi secara

berkelanjutan oleh isi (contoh: apa yang sedang berubah), proses (contoh: bagaimana

perubahan diimplementasikan), konteks (contoh: keadaan yang berada pada saat

perubahan terjadi), dan individu (contoh: karakteristik dari mereka yang diminta

untuk berubah) melibatkan dan secara kolektif merefleksikan keluasan terhadap

individu atau sekumpulan individu sebagai kenaikan secara kognitif dan secara

emosional untuk menerima, menyetujui, dan mengadopsi sebuah rencana khusus

yang bermaksud untuk mengubah status quo.6

“Pemerintah secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, Kubernan atau

nahkoda kapal. Artinya menatap ke depan. Lalu memerintah berarti

memerintah berarti melihat ke depan menentukan berbagai kebijakan yang

diselenggarakan untuk mencapai tujuan masyarakat-negara, memperkirakan

1.6.1.b Pemerintah

6

http://209.85.175.132/search?q=cache:yUxUHGyM4sJ:rianadrianto.files.wordpress.com/2008/06/kep emimpinan-dan-kesiapan

(15)

arah perkembangan masyarakat pada masa yang akan dating dan mengelola

tujuan yang akan dicapai.”7

(Pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara

negara-negara, umumnya berlandaskan suat persetujuan dasar, untuk melaksanakan

fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal balik yang diejawantahkan

melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staff secara berkala." Bentuk-bentuk pemerintahan melukiskan bekerjanya organ-organ tertinggi itu

mengikuti ketentuan.

1.6.1.c Organisasi Internasional

Organisasi internasional secara sederhana dapat didefinisikan oleh T. May

Rudi sebagai:

"Any cooperative arrengement instituted among states, ussually by a basic

agreement, to perfome some mutually advantegious functions inplemented

trough periodic and staff activities."

8

7

Heri Kusmanto, dkk, Pengantar Ilmu Politik, Medan pustaka Bangsa Pers, Medan, 2006, hal 40 8

T.may Rudi, Administrasi & Organisasi Internasional, Edisi kedua, Cetakan kesatu, Refika Aditama, 2002, hal 2-3

Perkembangan yang pesat dalam bentuk serta pola kerjasama melalui

organisasi internasional, telah makin menonjolkan peran organisasi internasional

yang bukan hanya melibatkan aktor negara (Goverment), tetapi juga akator

non-negara (Non-goverment). Meskipun demikian non-negara tetap menjadi aktor dominan di

dalam bentuk-bentuk kerjasama internasional, tetapi perlu diakui eksistensi organisasi

(16)

Dengan demikian, organisasi internasional, didefenisikan secara lengkap dan

menyeluruh sebagai:

"Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur

organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk

berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan

melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan

serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun

antar sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda."9

“Dalam pembukaan deklarasi ASEAN, kelima negara mengikatkan diri

mereka pada pandangan yang dikemukakan oleh Indonesia, yakni:

Negara-negara Asia Tenggara mempumyai tanggung jawab utama dalam memperkuat

1.6.1.d ASEAN

ASEAN (Assosiation of South East Asian Nations) atau perhimpunan

bangsa-bangsa Asia Tenggara (Perbara) adalah sebuah organisasasi internasional yang

merupakan forum regional di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok

pada tanggal 8 Agustus 1967 melalui deklarasi Bangkok. ASEAN didirikan oleh lima

negara pemrakarsa ASEAN yang menandatangani deklarasi Bangkok kala itu, yakni :

Indonesia diwakili oleh Adam Malik, Fhilipina diwakili oleh Narcisco R Ramos,

Malaysia diwakili oleh Tun Abdul Razak, Singapura diwakili oleh S. Rajaratnam, dan

Thailand diwakili oleh Thanat Khoman. Organisasi ini bertujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan

kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di tingkat

regionalnya.

9

(17)

stabilitas sosial dan ekonomi kawasan ini dan menjamin pembangunan

nasional yang pesat dan damai, dan mereka ditakdirkan untuk menjamin

stabilitas keamanan mereka dari campur tangan pihak luar dalam bentuk dan

manifestasi apapun untuk memelihara identitas nasional mereka sesuai dengan

aspirasi dan cita-cita rakyat mereka.”10

Piagam ASEAN (ASEAN Charter) ditandatangani oleh para pemimpin

ASEAN dalam 13th ASEAN Summit (KTT ASEAN ke-13) yang berlangsung di

Singapura pada tanggal 20 November 2007 dalam usianya yang keempat puluh tahun.

Penandatanganan Piagam ASEAN menjadi prasasti hasil dari evolusi dari kerjasama

yang bersifat "persaudaraan" menjadi organisasi yang berdasarkan suatu kerangka

yang lebih koehesif berdasarkan rule based framework.

1.6.1.e Piagam ASEAN (ASEAN Charter)

11

ASEAN Charter memuat beberapa arti penting secara lebih terperinci,

yakni:12

b. ASEAN Charter ini menjadi landasan konstitusional pencapaian tujuan dan

pelaksanaan prinsip-prinsip yang dianut bersama untuk pencapaian

pembangunan Komunitas ASEAN di tahun 2015,

a. ASEAN Charter merupakan “Crowning Achievement” dalam memperingati

40 tahun berdirinya ASEAN yang akan memperkuat semangat kemitraan,

solidaritas, dan kesatuan negara-negara anggotanya dalam mewujudkan

Komunitas ASEAN,

10

Meicheil leifer, Politik Luar Negeri Indonesia, diterjemahkan oleh A.ramlan Surbakti, Gramedia, Jakarta, 1983, hal 175

11

lihat Syamsul Arifin.Dkk,, opcit, hal 13 12

(18)

c. ASEAN Charter menjadi landasan hukum kerjasama ASEAN sebagai suatu

“rules-based organization” setelah 40 tahun berdirinya ASEAN. ASEAN

Charter menjadikan ASEAN sebagai subjek hukum (memiliki legal

personality),

d. ASEAN Charter membuat ASEAN dapat melaksanakan kegiatannya

berdasarkan aturan- aturan hukum yang telah disepakati serta diarahkan

pada kepentingan rakyat,

e. ASEAN Charter membuat kerjasama antar negara anggota ASEAN akan

berlangsung lebih erat dan diatur dalam kerangka hukum dan

kelembagaan yang lebih mengikat.

1.6.1.f ASEAN Community 2015

ASEAN Community 2015 adalah merupakan kelanjutan dan percepatan dari

ASEAN Vision 2020 yang menjadi tujuan jangka panjang ASEAN yakni: “…as a

concert of Southeast Asian nations, outward looking, living in pecem stability and

prosperity, bunded together in partnership in dynamic development an in community

of caring societies”13

Di dalam ASEAN Community terdapat tiga pilar utama, yakni: ASEAN

Security Community (ASC) atau Masyarakat Keamanan ASEAN, ASEAN Economic

Istilah ASEAN Community diadopsi melalui Declaration of ASEAN Concord

II (Bali,concord II), Bali, Oktober 2003 yang pada awalnya direncanakan akan

tercapai pada tahun 2020. Sedangkan ide ASEAN Community sendiri diadopsi dari

apa yang terjadi di Eropa dangan Uni Eropanya.

13

(19)

Community (AEC) atau Masyarakat ekonomi ASEAN serta ASEAN Sosio Cultural

Community (ASCC) atau Masyarakat Sosial Budaya ASEAN.

1.6.1.g ASEAN Economic Community (AEC)

AEC adalah merupakan salah satu pilar utama dalam ASEAN Community

yang bertujuan mencapai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan

ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata, dan terintegrasi

dengan perekonomian global

AEC memiliki lima pilar utama, yakni:

1. Aliran Bebas Barang atau Free Flow of Goods,

2. Aliran Bebas Jasa atau Free Flow of Service,

3. Aliran Bebas Investasi atau Free Flow of Investment,

4 Aliran Bebas Tenaga Kerja atau Free Flow of Skilled Labour, dan

5. Aliran Bebas Modal atau Free Flow of Capital.

1.6.1.h Aliran Bebas Barang atau Free Flow of Goods

Aliran bebas barang merupakan salah satu elemen utama dalam mewujudkan

ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, sehingga kawasan ASEAN dapat

membentuk jaringan produksi regional sebagai bagian dari rantai pasokan dunia.14

Aliran bebas barang memiliki tiga pilar atau kerangka kerja utama, yakni:

hambatan tariff, hambatan non-tarif dan fasilitas perdagangan.

14

(20)

1.6.1.i Indonesia National Single Windows (INSW)

NSW adalah sistem nasional yang memungkinkan dilakukannya penyampaian

data dan informasi secara tunggal (single submission of data and information),

pemrosesan data dan informasi secara sinkron (synchronous processing of data and

information), integrasi informasi, dan memadukan alur proses bisnis antara sistem

kepabeanan, perijinan ekspor-impor, kepelabuhanan/ kebandarudaraan, pembayaran,

pengangkutan barang dan logistik, serta sistem lain yang terkait dengan penanganan

lalulintas barang ekspor-impor. NSW ini adalah merupakan bagan dari ASEAN Single

Windows (ASW) sebagai sebuah environtment dari negara anggota ASEAN

dioperasikan dan di-integrasikan, sehingga mampu meningkatkan kinerja penanganan

atas lalulintas barang, untuk mendorong percepatan proses customs clearance.15 Pengertian Umum Indonesia National Single Window atau INSW (sesuai

dengan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008) sistem nasional Indonesia yang

memungkinkan dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal

(single submission of data and information), pemrosesan data dan informasi secara

tunggal dan sinkron (single and synchronous processing of data and information),

dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan

pengeluaran barang (single decision making for customs release and clearance of

cargoes).

16

Portal INSW (sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008)

diartikan sebagai sistem yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan dengan

15

Lihat www.deplu.go.id 16

(21)

proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin

keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem

internal secara otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan/

kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait dengan proses penanganan dokumen

kepabeanan dan pengeluaran barang.17

Ekonomi politik atau political economy adalah suatu cabang ilmu tentang

evolusi kemasyarakatan yang di dalamnya inti dari dinamika perkembangan

ekonomi secara sistematis dikaitkan dengan perubahan sosial politik, dan

selanjutnya itu semua mengembalikan pengaruhnya kepada proses ekonomi

sebagaimana yang dikatakan Heilbroner.

1.6.1.j Ekonomi Politik Internasional

Berkaitan dengan keberadaan ekonomi politik dalam dunia ilmu, dalam suatu

tulisannya, Dawam Rahardjo, berpendapat bahwa:

18

17

Heilbroner berasumsi bahwa daya tarik dari ekonomi politik (political

economi) seperti yang dikembangkan Adam Smith, David Ricardo, J,S Mill, Karl

Marx, Engels dan lain-lainnya justru terletak pada kemampuannya yang menakjubkan

dalam mengungkapkan dan membuat solusi-solusi berbagai persoalan berskala besar

dari perubahan-perubahan sosial dan historis.

18

(22)

Selain itu pemahaman lain mengenai studi ini dengan konsep kombinasi

dengan konsep bahasan ekonomi politik sebagaiman diterangkan oleh Warren F.

Illchman dan Norman T. Uphoff;

Bahwa ekonomi politik adalah suatu integrated social science of publik

purpose. Dikatakan bersifat politik karena membahas segi otoritas negara dalam

masyarakat, bersifat ekonomi karena membahas masalah-masalah alokasi dan

pertukaran sumber-sumber yang langka, termasuk sumber sosial dan ekonomi politik.

Kemudian bahwa ekonomi politik berkepentingan dengan semua persoalan yang

memiliki releansi dengan kebijakan-kebijakan dan masalah-masalah umum (publik),

di samping memperhatikan dan mendorong partisipan aktif melibatkan diri dalam

perspektif kehidupan sosial politik.19

Bargaining power dapat diartikan sebagai posisi tawar suatu pihak dalam

menjalin hubungan kerjasama dengan pihal lain yang didalamya terdapat

tawar-menawar antar ke pihak-pihak yang memiliki kepentingan berbeda guna mencapai

kesepakatan.

1.6.2 Kerangka Teori Dalam Organisasi Internasional (OI)

1.6.2.a Bargaining Power

20

19

Yanuar Ikbar, Ekonomi Politik Internasional-Konsep dan Teori, ibid, hal 27

Dalam hubungannya dengan bargaining power yang dimiliki suatu

negara dalam melakukan kerjasama internasionalnya, termasuk di dalam sebuah

organisasi internasional, bargaining power berkaitan erat dengan unsur-unsur

kekuatan Negara. Suatu Negara yang memiliki posisi tawar yang baik apabila

negaranya memiliki reputasi yang baik pula seperti keadaan geografis meliputi letak

20

(23)

yang strategis dan luas wilayah, SDA yan melimpah meliputi pangan dan mineral,

kekuatan ekonomi yang stabil, kualitas diplomasi yang mumpuni, good governance,

kekuatan militer yang canggih serta SDM yang berkualitas.

Sebagai negara besar, memiliki wilayah yang luas, SDA yang melimpah

Indonesia harusanya mampu menorehkan keberhasilan dalam bernegosiasi dalam

kerjasama regionalnya di ASEAN. Beberapa kelemahan yang menyebabkan

bargaining power Indonesia rendah dalam hubungan internasionalnya secara umum,

yakni: kekuatan-kekuatan nasional yang ada di Indonesia pada umumnya bergerak

sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Bahkan, pejabat yang satu mencari popularitas

dirinya untuk meraup keuntungan berupa nama yang terkenal sehingga bisa terpilih

kembali dalam periode pemerintahan selanjutnya. Struktur masyarakat Indonesia

yang sangat parokhial, yakni sebagian besar masyaraknya berpendidikan rendah dan

sulit diorganisir, sehingga tanggung jawab terbesar sebenarnya terletak di tangan dan

pundak pemerintah. Namun dalam kenyataannya, pemerintah sendiri menghadapi

kesulitan.21

Politik Luar Negeri adalah kebijakan, sikap, dan langkah Pemerintah sutu

negara yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain, organisasi

internasional, dan subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi

masalah internasional guna mencapai tujuan nasional.

1.6.2.b Politik luar negeri

22

Di tengah dunia yang dicirikan oleh interdepedensi yang semakin intensif

21

Lihat 22

(24)

politik luar negeri menjadi instrumen utama setiap pemerintah untuk memanfaatkan

setiap peluang pencapaian tujuan-tujuan nasional di lingkungan eksternalnya serta

mengatasi atau mengurangi kendala atau hambatan pencapaian tujuan-tujuan

tersebut.23

Istilah “integrasi” dalam ranah ekonomi pertama kali digunakan dalam

konteks organisasi dalam suatu industri sebagaimana dikemukakan oleh Machlup.

Integrasi digunakan untuk menggambarkan kombinasi atau penyatuan beberapa

kombinasi atau penbyatuan beberapa perusahaan dalam suatu industri baik secara Jika dikaitkan dengan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia dalam

ASEAN, hal ini adalah pelaksanaan kegiatan hubungan luar negeri baik regional

maupun internasional, melalui forum bilateral atau multilateral diabdikan pada

kepentingan nasional berdasarkan rinsip politik luar negeri yang bebas aktif. Bahwa

dengan makin meningkatnya hubungan luar negeri dan agar prinsip politik luar negeri

Indonesia tetap terjaga, maka penyelenggaraan hubungan luar negeri perlu diatur

secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu Undang-undang.

Undang-undang yang mengatur hubungan luar negeri Indonesia terdapat

dalam Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 Tentang hubungan Luar Negeri, dan

juga mengenai perjanjian internasionalnya, yakni Undang-undang Nomor 24 Tahun

2000 tentang Perjanjian Internasional.

1.6.2.c Integrasi Ekonomi

23

(25)

vertical maupun horizontal. 24 Kemudian istilah integrasi ekonomi dalam konteks

Negara, yang menggambarkan penyatuan beberapa Negara dalam suatu kesatuan

diawali dengan kemunculan teori Custom Union (CU) oleh Vinner.25

UNCTAD mendefinisikan integrasi ekonomi sebagai kesepakatan yang

dilakukan untuk memfasilitasi perdagangan internasional dan pergerakan faktor

industri lintas Negara.

26

Ilham Nyak menyebut liberalisasi sebagai penggunaan mekanisme harga yang

lebih intensif sehingga dapat mengurangi bias dari anti ekspor dari rezim,

perdagangan. Disebutkan pula bahwa liberalisasi menunjukkan kecendrungan makin

berkurangnya intervensi pasar sehingga liberalisasi dapat menggambarkan situasi

semakin terbukanya pasar domestic untuk produk-produk luar negeri. Percepatan

perkembangan liberalisasi pasar terjadi karena dukungan revolusi di bidang

teknologi, telekomunikasi dan transportasi yang mengatasi kendala ruang dan

waktu.

1.6.3 Liberalisme Perdagangan

27

24

Integrasi horizontal mengacu pada keterkaitan suatu perusahaan dengan kompetitornya, sementara integrasi secara vertical mengacu pada penyatuan antara supplier dan buyer, dikutip dari Syamsul Arifin.Dkk,opcit, hal 25

25

CU adalah tipe integrasi ekonomi di mana Negara-negara yang berpartisipasi dalam kesepakatan tersebut tidak hanya melakukan kesepakatan penghapusan tarifdan hambatan kuantitatif lainnya di antara angota terhadap barang yang berasal dari Negara tersebut, tetapi juga menerapkan tariff yang sama pada Negara bukan anggota. Vinner merupakan orang pertama yang meletakkan dasar-dasar teori CU yang mempresentasikan pokok-pokok tradisional integrasi ekonomi, dikutip dari Syamsul Arifin.Dkk, ibid, hal 25

26

Syamsul Arifin.Dkk, ibid, hal 26

27

Gatoet S. handono, dkk, Liberalisasi perdagangan, sisis teori, dampak empiris dan perspektif ketahanan pangan, diakses dari

(26)

Menurut pendapat sebahagian pakar, perdagangan antar Negara sebaiknya

dibiarkan secara bebas dengan pengenaan seminimum mungkun pengenaan hambatan

tariff dan hambatan lainnya.Hal ini didasari dengan argum bahwa perdagangan yang

lebih bebas akan lebih menguntungkan kedua Negara pelaku dan bagi dunia, serta

meningkatkam kesejahteraan yang lebih besar dari pada tidak ada perdagangan.

Kemudian, selain meningkatkan distribusi kesejahteraan antar Negara liberalisasi

perdagangan, juga akan meningkatkan kuantitas perdagangan dunia serta efisiensi

perdagangan.28

Pada kondisi semakin kuatnya tekanan untuk meliberalisasikan pasar,

efektifitas pemberlakuan kendala atau hambatan tersebut dalam perdagangan akan

menentukan derajat keterbukaan pasar. Keterbukaan semakin tinggi bila pemerintah

menurunkan tariff (bea masuk) produk ysng diperdagangkan dan menghilangkan

hambatan-hambatan non-tarif. Hal sebaliknya terjadi bila pemerintah cenderung

menaikkan tariff dan meningkatkan hambatan non-tarif.29

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

deskriptif dengan pendekatan analisis. Pendekatan deskriptif bertujuan untuk

mendeskripsikan apa yang berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,

mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi

I.7 Metodologi Penelitian

I.7.1 Jenis Penelitian

28

Gatoet S. handono, dkk, ibid 29

(27)

atau ada.30

Menurut Masri Singarimbun artinya penelitian dilakukan dengan cara

mengembangkan konsep dan menghimpun data-data serta fakta-fakta yang ada

kemudian melakukan analisis terhadap data-data dan fakta-fakta tersebut.31

Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, para peneliti tidak mencari kebenaran

dan moralitas, tetapi lebih kepada upaya mencari pemahaman (understanding).

I.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data-data dan fakta-fakta

dalam rangka pembahasan masalah dalam skripsi ini adalah menggunakan penelitian

kepustakaan (library research) yang berupa buku-buku, literature, kamus,

artikel-artikel dalam majalah, jurnal ilmiah, bulletin, dll, dan juga dokumentasi atas

dokumen resmi ASEAN yang didapat dari akses internet.

I.7.3 Teknik Analisis Data

32

Dalam kerangkan penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan data hendaknya

peneliti tidak memberikan interpretasi sendiri. Temuan lapangan hendaknya

dikemukakan dengan berpegang pada prinsip emik dalam memahami realitas.

Penulisan hendakya tidak bersifat penafsiran atau evaluatif.33

30

Mardalis, Metodologi Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hal 25 31

Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, (Editor), Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi, LP3ES, Jakarta, 1989, hal 4

32

Lexi Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Karya, 1990, hal 108 33

Burhan Bungin,Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta, Raja Grafindo Perkasa, 2001, hal 187

(28)

Penulisan skripsi ini direncanakan terdiri dari beberapa bab, kemudian tiap

bab terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan dan pengantar dari keseluruhan skripsi.

Dalam bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang penulisan,

perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, landasan

teoritis, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : Gambaran Mengenai ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Sektor Aliran Bebas Barang (Free Flow of Goods) Pilar Fasilitas

Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan INSW

Bab ini akan membahas tentang sejarah singkat terbentuknya AEC 2015,

gambaran mengenai sektor aliran bebas barang, pembentukan INSW beserta

permasalahannya.

BAB III : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN

Economic Community (AEC) 2015 Sektor Aliran Bebas Barang

(Free Flow of Goods) Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya

Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini adalah bagian terakhir dalam penulisan skripsi ini yang berisikan

kesimpulan dan saran-saran atau rekomendasi dari hasil penelitian dan

(29)

BAB II

Gambaran Mengenai ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan INSW

II.1 Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Dalam kerjasama ASEAN di bidang ekonomi, pada awalnya kerjasama

difokuskan dengan pemberian prefensi perdagangan (Predential trade), usaha

patungan (Joint Venture) dan skema saling melengkapi (Complementation scheme)

antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN,

seperti Industrial Project Plan (1976), Prefential Trading Area (1977), ASEAN

Industrial Complement Scheme (1981), ASEAN Joint Venture Scheme (1981) dan

Enhanched Prefential Trading Arengement (1987).

Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika antar negara di berbagai belahan dunia

melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi,

negara-negara ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan

saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi

kawasan. Pada KTT ke-5 di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani Framewok

Agreement Enchanching ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai

dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari 1993

dengan Common Efective Prefential Tariff (CEPT)34

34

Dalam skema CEPT setiap negara dimungkinkan untuk tidak melakukan liberalisasi perdagangan sepanjang hal tersebut menurut pertimbangannya dapat membahayakan keamanan nasional, moral masyarakat, kesehatan manusia, binatang dan tanaman, dan nilai-nilai seni, sejarah, purbakala dan arkeologi. Dikutip dari Syamsul Arifin. Dkk, opcit, hal 97

sebagai mekanisme utama.

(30)

tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan perbaikan terhadap

kebijakan-kebijakan fasilitas pedagangan. Dalam perkembangannya, AFTA tidak hanya

difokuskan pada liberalisasi perdagangan barang, tetapi juga perdagangan, jasa dan

investasi.

Sejalan dengan perkembangan konstelasi global, ASEAN pun mengalami

pengembangan pesat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seperti yang telah

dikemukakan di atas, pada awal berdirnya, ASEAN mencurahkan perhatiannya untuk

membangun rasa saling percaya (confidence Bulding Measure), itikad baik dan

mengembangkan kebiasaan secara terbuka dan dinamis diantara sesama angotanya.

Menjelang usianya yang ke-40, ASEAN telah mencapai tingkat koefisitas dan

memiliki rasa saling percaya yang cukup tinggi dantara para anggotanya serta mulai

menyentuh kerjasama di bidang-bidang yang dianggap sensitif. Perkembangan

ASEAN yang pesat tersebut tidak terlepas dari pengaruh lingkungan baik di dalam

maupun luar kawasan yang turut membentuk dan memperkaya pola-pola kerjasama

diantara negara anggota ASEAN. Pengalaman kawasan Asia Tenggara semasa krisis

keuangan dan ekonomi Tahun 1997-1998 memicu kesadaran ASEAN mengenai

pentingnya peningkatan dan perluasan kejasama intra kawasan.

Perkembangan ASEAN memasuki babak baru dengan diadopsinya Visi

ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN sebagai

Komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil, sejahtera, saling

perduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020. Selanjutnya

ASEAN juga mengadopsi Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun

(31)

ASEAN ini merupakan bagian dari upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasi

ASEAN. Selain itu juga merupakan upaya evolutif ASEAN untuk menyesuaikan cara

pandang agar dapat lebih terbuka dalam membahas permasalahan domestik yang

berdampak pada kawasan tanpa meninggalkan prinsp-prinsip utama ASEAN, yaitu:

saling menghormati (Mutual Respect), tidak mencampuri urusan dalam negeri

(Non-Interfence), konsensus, diaog dan konsultasi. Komunitas ASEAN terdiri dari tiga

pilar yang termasuk di dalamnya kerjasama di bidang ekonomi, yaitu: Komonitas

Keamanan ASEAN ( ASEAN Security Comunity/ASC), Komunitas Ekonomi

ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) dan Komunitas Sosial Budaya

ASEAN (ASEAN Sosio-Cultural Community/ASCC).

Pencapaian Komunitas ASEAN semakin kuat dengan ditandatanganinya

”Cebu Declaration on the Estabilishment of an ASEAN Community by 2015” oleh

para pemumpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu Filiphina, 13 Januari

2007. Dengan ditandatanganinya deklarasi ini, para pemimpin ASEAN menyepakati

percepatan pembentukan Komunitas ASEAN/ASEAN Community dari tahun 2020

menjadi 2015.

Lalu komimen tersebut, khususnya di bidang ekonomi, dilanjutkan dengan

penandatanganan ASEAN Charter/Piagam ASEAN beserta cetak biru AEC 2015 pada

KTT ASEAN ke-13 di Singapura, pada tanggal 20 November 2007. Penandatanganan

Piagam ASEAN beserta cetak birunya AEC adalah merupakan babak baru dalam

kerjasama ASEAN di bidang ekonomi diusianya yang kempat puluh tahun.

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa AEC adalah merupakan salah satu

(32)

integrasi ekonomi di kawasan ASEAN Tenggara. AEC memiliki lima plar utama,

yakni:

1. Aliran bebas barang (free flow of goods),

2. Aliran bebas jasa (free flow of sevice),

3. Aliran bebas investasi (free flof of investment),

4. Alran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour), dan

5. Alian bebas modal ( free flow of capital).

Gambar II.1.a: AEC dalam piagam ASEAN35

35

Syamsul Arifin. Dkk, opcit, hal 5

ASEAN Charter

- 12 sektor prioritas - Pengembangan

ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Jadwal strategis

Integrasi ke perekonomian

(33)

Secara umum AEC memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk

berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil dan

pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan, pariwisata,

dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling diminati, anggota ASEAN, dan menjadi

ajang mereka untuk bersaing satu sama lain. Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini

diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi (menyatu) anggota

ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor ini dengan menarik

investasi dan perdagangan di dalam ASEAN (contohnya dengan saling melakukan

outsourching) serta membantu mengembangkan produk-poduk buatan ASEAN.

Selain itu dilakukan pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan

kehutanan.

Secara umum AEC memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk

berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil dan

pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan, pariwisata,

dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling diminati, anggota ASEAN, dan menjadi

ajang mereka untuk bersaing satu sama lain. Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini

diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi (menyatu) anggota

ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor ini dengan menarik

investasi dan perdagangan di dalam ASEAN (contohnya dengan saling melakukan

outsourching) serta membantu mengembangkan produk-poduk buatan ASEAN.

Selain itu dilakukan pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan

(34)

Penghapusan hambatan non-tarif

II.2 Gambaran Mengenai Aliran Bebas Barang (Free Flow of Goods)

GambarII.2.a: skema cetak biru aliran bebas barang AEC 201536

Di dalam aliran bebas barang (free flow of goods) sesuai dengan skema AEC

2015 memiliki tiga sector pioritas, yakni hambatan tarif, hambatan non-tarif dan

fasilitas perdagangan. Ketiga sekor prioritas in adalah merupakan instrumen untuk

meliberalisasikan perdagangan dengan berusaha menghilangkan hambatan-hambatan

di dalam perdagangan internasional.

Dalam pengurangan tarif dalam AEC, skema CEPT akan terus dievaluasi dan

dikembangkan menjadi perjanjian yang kompeherensif dalam rangka mewujudkan

aliran bebas barang 2015, ASEAN melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghapuskan bea masuk bagi semua barang yang tergolong dalam sensitive

list dan hightly sensitive list pada 2010 untuk ASEAN6, dan 2015 untuk

CLMV (dengan fleksibilitas hingga 2018 untuk sensitive product),

36

Syamsul Arifin. Dkk, opcit, hal 73

(35)

2. Menghapuskan bea masuk dari barang yang tergolong 12 sekor prioitas pada

2007 untuk ASEAN6 dan 2012 untuk CLMV,

3. Memindahkan barang yang ada di SL ke IL dan mengurangi tarifnya menjadi

0-5% pada 1 Januari 2007 (Laos dan Myanmar) dan 1 Januari 2018

(Kamboja).

Dalam pengurangan hambatan non-tarif, ASEAN berusaha untuk

mengklaifikasikan kebijakan non-tarif (Non-tarif measureNTM), ASEAN membentuk

suatu database yang dibentuk ASEAN database untuk setiap lini poduk tingkat HS 8

digit. ASEAN NTM database merupakan kompilasi dari kebijakan non-tarif yang ada

di setiap negara anggota ASEAN yang merupakan hambatan dalam perdagangan.

Klasifikasi NTM didasarkan pada UNCTAD Cooding Sceme for Trade Control

Measure.37

Selain itu, cetak biru AEC 2015 juga dijabarkan mengenai agenda-agenda

dan jadwal strategis untuk mengeliminasi hambatan non-arif, antara lain sebagai

berikut:38

1. Menjalankan komitmen standsill (tidak lebih mundur dari komitmen saat ini)

dan roolback (lebih maju adri saat ini) berlaku efektif,

2. Meningkatkan tansparansi dengan mengikuti Protocol on Notification

Posedure dan memuat surveilence yang efektif,

37

Lihat Syamsul .Arifin.dkk, ibid, hal 106 38

(36)

3. Menghilangkan hambatan non-tarif pada 2020 untuk Brunei, Indonesia,

Malaysia, Singapura, dan Thailand, 2012 untuk Filiphina dan 2015-2018

untuk CLMV.

Dalam fasilitas perdagangan, sektor ini memiliki arti penting dalam

mendukung kelancaran arus pedagangan barang, karena prosedur arus barang dapat

dilakukan dengan lebih sederhana, transparansi dan memenuhi standar kualifikasi

yang diakui secara internasional. Fasilitas perdagangan yang dilakukan melalui

evaluasi terhadap kesesuaian dengan standar internasional dan kerjasama kepabeanan

juga penting dalam rangka meningkatkan efisiensi biaya transaksi di ASEAN

sehingga meningkatkan daya saing ekspor produk ASEAN. Evaluasi terhadap

kesesuaian dengan standar internasional dilakukan agar produk ASEAN dapat

diterima dan berdaya saing, baik di pasar domestik maupun global, sesuai standar

mutu, keamanan, kesehatan, dan teknis barang yang diakui secara internasional.

Dalam rangka menyelaraskan standar yang ada dengan standar internasional, terdapat

dua instrumen utama yang terdapat dalam AEC 2015, yaitu: harmonisasi standar dan

Mutual Recognition Arengement (MRA).39

39

MRA merupakan suatu perjanjian yang akan membantu dunia industri di ASEAN mengurangi duplikasi dalam pengetesan dan sertifikasi pokok dengan MRA regulator di negara importer akan dapat mempercayai hasil tes yang dikeluarkan negara eksportir terkait produk yang diekspor tersebut. Dkutip dari Syamsu .Arifin.dkk, ibid hal 109-110

Salah satu upaya ASEAN dalam fasilitas

perdagangna adalah pembentukan NSW masing-masing anggotanya yang nantinya

(37)

II.3 Gambaran Mengenai INSW

Kebutuhan untuk menerapkan Sistem National Single Window di Indonesia,

selain dilatar belakangi oleh beberapa kesepakatan di tingkat regional ASEAN

(Kesepakatan Pemimpin Negara Anggota ASEAN dalam The Declaration of ASEAN

Concord II 7 Oktober 2003 , Kesepakatan Menteri Ekonomi ASEAN dalam ASEAN

Agreement to Establish & Implement The Asean Single Window 9 Desember 2005 ,

Kesepakatan Menteri Keuangan ASEAN dalam Asean Protocol to Establish and

Implement The Asean Single Window , April 2006 dan Kesepakatan Pemimpin

Negara Anggota ASEAN dalam Declaration on the ASEAN Economic Community

Blueprint, 20 Nopember 2007), juga didorong oleh adanya kebutuhan di tingkat

nasional untuk dapat meningkatkan kinerja ekspor-impor di Indonesia. Harus diakui

bahwa kondisi kinerja layanan ekspor-impor di Indonesia masih tertinggal

dibandingkan dengan beberapa negara lain, terutama bila dilihat dari indikator

lead-time pelayanan impor, masih banyaknya point of services dalam penyelesaian impor,

masih tingginya biaya yang harus dikeluarkan dan adanya ketidakpastian dalam

proses pelayanan ekspor-impor. Selain itu, dari sisi kepentingan nasional perlu

dilakukan peningkatan validitas dan akurasi data ekspor-impor, serta pengawasan

terhadap lalulintas barang antar negara. Pembangunan dan penerapan Sistem NSW di

Indonesia, pada awal pembahasannya disatukan dengan program pemerintah untuk

meningkatkan kelancaran arus barang ekspor-impor, sehingga pada awal

pelaksanaannya pemerintah menggabungkan kedalam Tim Keppres Nomor 54 Tahun

(38)

Indonesia National Single Window (INSW) merupakan suatu sistem layanan

publik yang terintegrasi, yang menyediakan fasilitas pengajuan, pertukaran dan

pemrosesan informasi standar secara elektronik, guna menyelesaikan semua proses

kegiatan dalam penanganan lalulintas barang ekspor dan impor, untuk meningkatkan

daya saing perekonomian nasional. INSW juga sistem nasional yang memungkinkan

dilakukannya penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of

data and information), pemrosesan data dan informasi secara sinkron (synchronous

processing of data and information), integrasi informasi, dan memadukan alur proses

bisnis antara sistem kepabeanan, perijinan ekspor-impor, kepelabuhanan/

kebandarudaraan, pembayaran, pengangkutan barang dan logistik, serta sistem lain

yang terkait dengan penanganan lalulintas barang ekspor-impor.40

Misi pengembangan sistem NSW di Indonesia adalah mewujudkan suatu

sistem layanan publik yang terintegrasi dalam penanganan atas lalulintas barang

ekspor dan impor.

Pembentukan INSW memiliki visi misi serta tujuan yang menjadi sasaran

dalam pembentukannya. Berikut ini visi misi serta tujuan pembentukan INSW:

Visi dari pengembangan Indonesia NSW adalah terwujudnya lingkungan

“National Single Window” di Indonesia, yaitu layanan tunggal elektronik untuk

memfasilitasi pengajuan informasi standar guna menyelesaikan semua pemenuhan

persyaratan dan ketentuan, serta semua kegiatan yang terkait dengan kelancaran arus

barang ekspor, impor, dan transit, dalam rangka meningkatkan daya saing nasional.

40

(39)

Tujuan umum dilakukannya penerapan Sistem National Single Window di

Indonesia :41

1. Meningkatkan kecepatan penyelesaian proses ekspor-impor melalui

peningkatan efektifitas dan kinerja sistem layanan yang ter-integrasi antar

seluruh entitas yang terkait.

2. Meminimalisasi waktu dan biaya yang diperlukan dalam penanganan

lalulintas barang ekspor-impor, terutama terkait dengan proses customs

release and clearance of cargoes.

3. Meningkatkan validitas dan akurasi data dan informasi yang terkait dengan

kegiatan ekspor dan impor.

4. Meningkatkan daya saing perekonomian nasional dan mendorong masuknya

investasi

5. Manfaat Penerapan Sistem NSW bagi Pemerintah

a. Memfasilitasi peningkatan kecepatan dalam proses customs release

and clearance of cargoes.

b. Menyediakan sistem pelayanan yang mudah, murah, nyaman, aman,

dan memberikan kepastian usaha.

c. Menciptakan manajemen risiko yang lebih baik.

d. Menghilangkan redundansi dan duplikasi data.

e. Meningkatkan validitas dan akurasi data.

f. Memudahkan pelaksanaan penegakan hukum oleh aparat pemerintah

dalam kaitan dengan kegiatan ekspor-impor.

41

(40)

g. Meningkatkan perlindungan atas kepentingan nasional dari ancaman

yang mungkin timbul karena lalulintas barang ekspor-impor.

h. Mengoptimalkan penerimaan negara.

i. Mendukung penerapan prinsip-prinsip Good Public Governance

dalam seluruh kegiatan pelayanan ekspor-impor

6. Manfaat Penerapan Sistem NSW bagi Masyarakat Usaha (Private Sector)

a. Memberikan kepastian terhadap biaya dan waktu yang diperlukan

dalam pelayanan yang terkait dengan ekspor-impor.

b. Meningkatkan daya saing produk dalam negeri.

c. Memperluas akses pasar dan sumber-sumber faktor produksi.

d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pemanfaatan dan

pengalokasian sumber daya.

e. Mendorong tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan.

f. Mendukung penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance

dalam penyelesaian ekspor-impor

Penerapan Sistem NSW di Indonesia, dilakukan melalui penyediaan Portal

INSW, yaitu suatu sistem yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan dengan

proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin

keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem

internal secara otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan/

kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait dengan proses penanganan dokumen

(41)

Pada tataran ideal dalam penerapan Sistem NSW, diharapkan Portal INSW

akan menjadi ‘akses tunggal’ bagi siapapun (seluruh entitas) yang akan melakukan

kegiatan apapun yang berkaitan dengan penanganan dan pelayanan ekspor-impor.

Demikian juga bagi User (Pengguna Portal INSW), cukup sekali saja melakukan

akses (single sign on) akan dapat memperoleh semua layanan dari semua GA dan

entitas lainnya yang tergabung kedalam Portal INSW. Penggunaan Portal INSW

secara ”live” dalam proses pelayanan kepabeanan dan perijinan atas barang impor

dan ekspor, akan membawa Indonesia menuju otomasi secara elektronik sistem

pelayanan publik yang terintegrasi, sehingga diharapkan secara konkrit akan dapat

mewujudkan “Reformasi Layanan Publik di Bidang Ekspor-Impor”. Portal INSW

dapat diakses melalui halaman utama (homepage) situs resmi INSW dengan nama

domain http://www.insw.go.id

Dengan adanya liberalisasi perdagangan yang ingin dibentuk dalam ASEAN

Economic Community (AEC) 2015 secara umum dituntut adanya daya saing yang

baik baik dari ASEAN maupun seluruh anggotanya untuk dapat mempeoleh semua

hasil maksimal yang dapat diraih dari kerjasama ini. Tentunya untuk mewujudkan hal

tersebut diperlukan adanya persiapan yang baik dari seluruh anggota ASEAN

termasuk Indonesia, yang pelaksanaannya sesuai dengan cetak biru AEC 2015 yang

telah disepakati oleh seluruh anggota ASEAN.

INSW sebagai salah satu instrumen dalam fasilitas perdagangan yang

berupaya untuk meliberalisasikan perdagangan dengan menghapus

(42)

dan tantangan yang besar yang membutuhkan persapan serta daya saing yang baik

agar mampu bersaing di dalamnya, dan salah satu insrumen dalam hal ini adalah

pembentukan NSW. Pembangunan dan pengembangan Sistem NSW yang

sedemikian besar dan sangat kompleks, memerlukan banyak sekali perubahan

mendasar dan penyesuaian di lingkungan internal setiap GA (Goverment Agencies)

dimana dalam prakteknya sering menemui banyak permasalahan, kendala dan

hambatan sehingga perlu langkah antisipasi dan solusi bersama. Persiapan yang

dilakukan oleh Indonesia harus mampu mengatasi lemahnya kondisi kinerja

pelayanan ekspor-impor yang ada di Indonesia saat ini. Berikut ini kondisi kinerja

pelayanan ekspor-impor yang perlu ditingkatkan:42

1. Lead Time waktu penanganan barang impor dan ekspor yang masih terlalu

lama (dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya)

2. Masih banyaknya titik layanan (Point of Services) dalam proses pelayanan

ekspor-impor sehingga mengakibatkan pelayanan tidak efisien

3. Masih adanya biaya-biaya dalam penanganan lalulintas barang ekspor-impor,

sehingga mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy)

4. Tingkat validitas dan akurasi data atas transaksi dan kegiatan ekspor-impor

yang belum memadai, terutama terkait dengan data perijinan ekspor-impor

5. Kepentingan nasional untuk mengontrol lalu-lintas barang antar negara

Untuk melindungi kepentingan nasional, perlu adanya kontrol terhadap

lalulintas barang ekspor-impor secara lebih baik, terutama yang terkait dengan

42

(43)

isu terorisme, trans-national crime, drug trafficking, illegal activity,

Intellectual Property Right dan perlindungan konsumen

6. Kinerja sistem pelayanan publik yang perlu ditingkatkan

Untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional, perlu dilakukan

peningkatan kinerja sistem pelayanan publik dengan menerapkan

prinsip-prinsip good-governance melalui pembangunan otomasi sistem pelayanan

yang terintegrasi

7. Sistem pelayanan yang masih belum terintegrasi sehingga menghambat

kelancaran arus barang. Untuk meningkatkan kelancaran arus barang

ekspor-impor, sangat dibutuhkan adanya integrasi sistem antar Instansi Pemerintah

(GA) yang akan mampu meningkatkan efisiensi pelayanan keseluruhan proses

ekspor-impor

Kinerja dari pelayanan ekspor impor dari Indonesia tersebut adalah

bentuk-bentuk hambatan yang terdapat dalam aliran bebas barang di Indonesia, sekaligus

merupakan hambatan bagi Indonesia dalam mewujudkan liberalisasi perdagangan

dengan berusaha menghapuskan segala bentuk hambatan dalam aliran bebas barang

di ASEAN, bahkan di duna secara global. Penelitian ini tentunya ingin melihat sejauh

mana persiapan yang dilakukan oleh Indonesia dalam merealisasikan pembentukan

NSW tersebut dan juga manfaat yang dapat diperoleh dalam INSW ini. Persiapan

(44)

BAB III

Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic

Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam

Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)

III.1 Persiapan dalam Pembentukan INSW

Pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 adalah sebuah

kerjasama di bidang perekonomian dari Negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk

mencapai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya

saing, pertumbuhan ekonomi yang merata, dan terintegrasi dengan perekonomian

global. Dalam upayanya untuk membentuk pasar tunggal dan basis produksi,,

kerjasama ini memiliki lima sector utama, yakni: aliran bebas barang atau free flow of

goods, aliran bebas jasa atau free flow of service, aliran bebas investasi atau free flow

of investment, aliran bebas tenaga kerja atau free flow of skilled labour, dan aliran

bebas modal atau free flow of capital. Di samping itu AEC memiliki 12 sektor

unggulan, yakni: produk-produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan,

poduk berbasis karet, tekstil dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara,

e-ASEAN, kesehatan, pariwisata, dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling

diminati, anggota ASEAN, dan menjadi ajang mereka untuk bersaing satu sama lain.

AEC juga menginginkan adanya kawasan yang meiliki daya saing, yang dilakukan

melalui kebijakan ekonomi yang berdaya saing, perlindungan konsumen-intelectual

proverty rights, pengembangan infrastruktur, perpajakan, e-Commerce. Dan adanya

(45)

integrasi. Serta meginginkan adanya integrasi ke perekonomian global yang

dilakukan melalui pendekatan koeheren hubungan ekonomi eksternal dan partisipasi

di global supply network. Di dalamnya terdaapat keterkaitan antara pilar-pilar yang

terdapat di dalam AEC serta saling mendukung satu sama lain dalam mewujudkan

sita-sita dari pembentukan AEC ini.

Pada sektor aliran bebas barang, pembentukan NSW yang merupakan salah

satu program kerja dalam fasilitas perdagangan, hal ini dapat membantu terwujudnya

liberalisasi perdagangan di kawasan ASEAN sesuai dengan sasaran yang ingin diraih

dalam sektor ini.

Bagi Indonesia sendiri secara umum, keterlibatannya dalam AEC ini adalah

merupakan salah satu dari kerjasama internasionalnya di forum regional yang

merupakan bagian dari politik luar negerinya yang bebas aktif sekaligus sebagai suatu

upaya untuk mewujudkan cita-cita nasionalnya, yakni mensejahterakan kehidupan

bangsa. Dalam pembentukan INSW secara khusus, hal ini dilakukan sebagai bagian

dari komitmen Indonesia atas kesepakatan yang telah dibuat dalam AEC bersama

negara anggota ASEAN lainnya, di samping juga hal ini merupakan kebutuhan dari

bangsa Indonesia sendiri untuk dapat lebih meningkatkan kinerjanya layanan dalam

aktifitas perdagangan dunia.

Oleh karena kunci sukses dari perwujudan dari AEC 2015 serta untuk

menunjukkan komitmen yang telah disepakati bersama, khusus dalam pembentukan

INSW yang merupakan sebuah instrumen dalam usaha ASEAN untuk

menghilangkan segala bentuk hambatan yang ada dalam aliran bebas barang (Free

(46)

 Komponen-kompenen dalam pembentukan INSW, untuk menselaraskan

dengan standar yang ditentukan,

 Persiapan Indonesia dalam pembentukan INSW, yang memiliki tiga tahapan,

 Pelaksanaan program kerja tahun 2007 dan program kerja tahun 2008, serta

 Momentum penerapan sistem NSW: peluang dan tantangan

III.1.1 Komponen-Kompenen dalam Pembentukan INSW

Di dalam INSW terdapat komponen utama yang mendukung terbentuknya

INSW, kesepakatan dasar dan kebijakan data, komponen teknis standasasi dan

prasyarat Teknis, conseptual model dan topologi sistem NSW, yang harus dipenuhi

oleh Indonesia agar tidak berseberangan dengan konsep NSW yang dibuat ASEAN

III.1.1.a Komponen Utama yang Mendukung Terbentuknya INSW

Dalam pembentukan INSW terdapat beberapa komponen utama yang

mendukung terbentuknya INSW. Komponen utama entitas sistem yang akan

mendukung penerapan sistem NSW di Indonesia, secara umum dapat dikelompokkan

menjadi 4 :43

Semua instansi pemerintah yang melakukan pelayanan kepada publik terkait

dengan kegiatan perdagangan internasional, mulai yang menerbitkan perijinan

Instansi Pemerintah yang Terkait Langsung dengan Kegiatan Ekspor-Impor

(Related GA (Goverment Agencies))

43

Gambar

Gambar II.1.a: AEC dalam piagam ASEAN35
GambarII.2.a: skema cetak biru aliran bebas barang AEC 201536

Referensi

Dokumen terkait

c) Fokus Meja Hijau adalah proses keseluruhan pengembangan aplikasi dan teknik atau metode yang dipergunakan dalam penyelesaian permasalahan serta pertanggungjawaban revisi

Sentralisasi kekuasaan yang terjadi selama ini terbukti tidak memuaskan masyarakat, bahkan berdampak terhadap timbulnya berbagai pelanggaran hak asasi manusia, untuk itu

Hasil pengujian yang didapat 5,3 % media pembelajaran dapat membantu dalam menyampaikan materi bahasa Inggris kepada siswa dan 94,7 % menyatakan tampilan pembuka,

Masalah ini penting untuk diteliti agar perusahaan dapat mengetahui bagaimana efisiensi biaya dari kedua variable independent tersebut, karena hal ini akan membantu

Gambar 3.66 Gambar 3.67 Gambar 3.68 Gambar 3.69 Gambar 3.70 Gambar 3.71 Gambar 3.72 Gambar 3.73 Gambar 3.74 Gambar 3.75 Gambar 3.76 Gambar 3.77 Gambar 3.78 Gambar 3.79

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi minat para calon mahasiswa dalam memilih jurusan akuntansi di Universitas Katolik

Keluarga sejarah 3 (KS III)yaitu keluarga – keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologi dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat

Pada penelitian ini analisa dan pembahasan yang akan dilakukan mencakup 3 pokok bahasan, yaitu: (a) analisis letak keruntuhan bronjong pada tikungan 120 0 , (b) analisis