ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015
(Studi : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam
Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam
Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)
SKRIPSI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial Pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
040906035
WIRA ARJUNA
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAKSI
Indonesia National Single Windows (INSW) adalah merupakan sebuah
instrumen penting dalam sektor aliran bebas barang (free flow of goods) yang
bertujuan ingin meliberalisasikan perdagangan ASEAN dengan nenghapuskan segala
hambatan baik itu dalam tarif, non-tarif maupun pada fasilitas perdagangan, yag
merupakan bagian dari kerangka kerja ASEAN Economic Community (AEC) 2015
yang secara uuum bertujuan untuk mencapai pasar tunggal dan basis produksi,
kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan
terintegrasi ke dalam perekonomian global, di mana program-program kerjasama
yang di dalamnya telah diatur dalam cetakbiru (blueprint) beserta jadwal strategisnya.
Dan tentunya dituntut adanya komitmen yang nyata dari seluruh anggota ASEAN
atas kesepakatan yang telah dibentuk untuk nantinya dapat ikut berkompetisi dalam
liberalisasi perdagangan tersebut. Selain itu segala manfaat yang dapat diraih dari
program kerjasama ini hanya dapat diraih dengan persiapan serta daya saing yang
baik dari seluruh anggotanya. Dengan kata lain persiapan yang baik perlu dilakukan
oleh Indonesia, sebagaimana negara anggota ASEAN lainnya agar dapat menjadi
“pemain” dan bukannya hanya sebagai “penonton” dalam sektor aliran beas barang
dalam kerangka AEWC 2015 ini. Sehingga dengan adanya persiapan yang baik
tersebut dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia khususnya dalam kompetisi
liberalisasi perdagangan yang akan terbentuk nantinya. Salah satu persiapan yang
dilakukan oleh Indonesia adalah persiapan dalam pembentukan INSW.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah ………..………….. 1
I.2 Perumusan Masalah ………..……….. 6
I.3 Pembatasan Masalah ……….………. 6
I.4 Tujuan Penelitian ………..……….. 6
I.5 Manfaat Penelitian ………..……….. 7
I.6 Kerangka Data Penelitian ………..…….. 8
I.6.1 Definisi ………..………. 8
I.6.1.a Definisi Persiapan ………..……… 8
I.6.1.b Pemerintah ………..……... 8
I.6.1.c Organisasi Internasional ………..…….. 9
I.6.1.d ASEAN ………..……… 10
I.6.1.e Piagam ASEAN ………..…………. 11
I.6.1.f ASEAN Community2005 ………..……… 12
I.6.1.g ASEAN Economic Community (AEC) 2015 ……..………. 13
I.6.1.h Aliran Bebas Barang atau Free Flow of Goods …….…… 13
I.6.1.i Indonesia National Single Windows (INSW) ……….. 13
I.6.1.j Ekonomi Politik Internasional ………..… 15
I.6.2 Kerangka Teori Dalam Organisasi Internasional …………..…. 16
I.6.2.a Bargaining Power ………..…… 16
I.6.2.c Integrasi Ekonomi ………..………. 18
I.7 Metodologi Penelitian ……….…………. 19
I.7.1 Jenis Penelitian ………..………… 20
I.7.2 Teknik Pengumpilan Data ………..…….. 20
I.7.3 Teknik Analisa Data ………..……….. 21
I.7.4 Sistematika Penulisan ………...………..……… 21
BAB II GAMBARAN MENGENAI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 PILAR FASILITAS PERDAGANGAN KHUSUSNYA DALAM PEMBENTUKAN INSW DAN ASW II.1 Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (AEC) 2015 …… 23
II.2 Gambaran Mengenai Sektor Aliran Bebas Barang Free Flow of Goods) ………..…….. 28
II.3 Gambaran Mengenai Indonesia National Single Windows (INSW) ………..….. 30
BAB III PERSIAPAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 PILAR FASILITAS PERDAGANGAN KHUSUSNYA DALAM PEMBENTUKAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOWS (INSW) III.1 Persiapan Dalam Persiapan Pembentukan INSW ………..… 38
Terbentuknya INSW ... 40
III.1.1.a Komponen Utama yang Mendukung Terbentuknya INSW ………..……. 40
III.1.1.b Kesepakatan Dasar dan Kebijakan Data ………..… 42
III.1.1.c Komponen Teknis Standarisasi dan Prasyarat Teknis ………..…… 46
III.1.1.d Conseptual Model dan Topologi Sistem INSW ….... 47
III.1.2 Persiapan Indonesia Dalam Pembentukan INSW …………... 48
III.1.2..a Arah Pengembangan Sistem NSW di Indonesia ……... 49
III.1.2..b Tahapan Penerapan NSW di Indonesia (1) ………..… 50
III.1.2.c Tahapan Penerapan NSW di Indonesia (2) ………..…. 51
III.1.3 Pelaksanaan Program Kerja Tahun 2007 dan Program Kerja Tahun 2008 ………..…. 58
III.1.3.a Pelaksanaan Program Kerja Tahun 2007 ………..……. 53
III.1.3.b Pelaksanaan Program Kerja Tahun 2008 ………..……. 57
III.1.4 Momentum Sistem INSW: Peluang dan Tantangan ……..…. 63
III.2 Analisa ………..…... 65
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN IV.1. Kesimpulan ………..………… 73
IV.2. Saran ………..………. 78
DAFTAR PUSTAKA ………..………… 79
ABSTRAKSI
Indonesia National Single Windows (INSW) adalah merupakan sebuah
instrumen penting dalam sektor aliran bebas barang (free flow of goods) yang
bertujuan ingin meliberalisasikan perdagangan ASEAN dengan nenghapuskan segala
hambatan baik itu dalam tarif, non-tarif maupun pada fasilitas perdagangan, yag
merupakan bagian dari kerangka kerja ASEAN Economic Community (AEC) 2015
yang secara uuum bertujuan untuk mencapai pasar tunggal dan basis produksi,
kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan
terintegrasi ke dalam perekonomian global, di mana program-program kerjasama
yang di dalamnya telah diatur dalam cetakbiru (blueprint) beserta jadwal strategisnya.
Dan tentunya dituntut adanya komitmen yang nyata dari seluruh anggota ASEAN
atas kesepakatan yang telah dibentuk untuk nantinya dapat ikut berkompetisi dalam
liberalisasi perdagangan tersebut. Selain itu segala manfaat yang dapat diraih dari
program kerjasama ini hanya dapat diraih dengan persiapan serta daya saing yang
baik dari seluruh anggotanya. Dengan kata lain persiapan yang baik perlu dilakukan
oleh Indonesia, sebagaimana negara anggota ASEAN lainnya agar dapat menjadi
“pemain” dan bukannya hanya sebagai “penonton” dalam sektor aliran beas barang
dalam kerangka AEWC 2015 ini. Sehingga dengan adanya persiapan yang baik
tersebut dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia khususnya dalam kompetisi
liberalisasi perdagangan yang akan terbentuk nantinya. Salah satu persiapan yang
dilakukan oleh Indonesia adalah persiapan dalam pembentukan INSW.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang Masalah
Skripsi ini akan membahas tentang bagaimana persiapan pemerintah
Indonesia dalam pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW) yang
merupakan instrumen dari fasilitas perdagangan dan merupakan salah satu kerangka
kerja/pilar dari sektor aliran bebas barang (free flow of goods) dalam kerangka
ASEAN Economic Community (AEC) 20151
Konsep yang terdapat dalam AEC 2015 khususnya pada sector aliran bebas
barang yang merupakan salah satu sector yang terdapat dalam AEC tersebut yang
berupaya menghilangkan segala bentuk hambatan dalam segala aktifitas perdagangan
internasional bagi seluruh anggotanya adalah merupakan upaya ASEAN untuk
meliberalisasikan perdagangan khususnya di kawasan ASEAN. Upaya untuk
menghilangkan segala hambatan yang terdapat dalam aktifitas perdagangan
internasional tersebut dilakukan melaui kerangka kerja/pilar yang terdapat dalam
sektor aliran bebas barang, yakni melalui tiga kerangka kerja/pilar utamanya:
penghapusan hambatan tarif, penghapusan hambatan non-tariff dan fasilitas , sebagai salah satu upaya ASEAN untuk
meliberalisasikan perdagangan dengan berusaha untuk menghilangkan segala bentuk
hambatan yang terdapat dalam aktifitas perdagangan regional di kawasan Asia
Tenggara, di mana INSW adalah merupakan salah satu instrumen dalam kerangka
kerja aliran bebas barang tersebut.
1
AEC adalah merupakan salah satu pilar utama dalam ASEAN Community di samping ASEAN Security
perdagangan, di mana pedoman dan jadwal pelaksanaannya telah ditentukan dalam
cetak biru (blue print) AEC 2015 yang disepakati oleh seluruh anggota ASEAN,
melalui KTT ASEAN ke-13 digelar di Singapura, Pada 20 November 2007,
bersamaan dengan penandatanganan piagam ASEAN (ASEAN Charter) sebagai
konstitusi bagi organisasi regional ASEAN, seperti halnya Undang-undang Dasar
bagi sebuah negara, sekaligus menandai pengaturan yang lebih formal bagi
ASEAN,serta meningkatkan wibawa ASEAN di mata dunia internasional.
Khusus pilar fasilitas perdagangan, sektor ini memiliki arti penting dalam
mendukung kelancaran arus pedagangan barang, karena prosedur arus barang dapat
dilakukan dengan lebih sederhana, transparansi dan memenuhi standar kualifikasi
yang diakui secara internasional. Fasilitas perdagangan yang dilakukan melalui
evaluasi terhadap kesesuaian dengan standar internasional dan kerjasama kepabeanan
juga penting dalam rangka meningkatkan efisiensi biaya transaksi di ASEAN
sehingga meningkatkan daya saing ekspor produk ASEAN. Evaluasi terhadap
kesesuaian dengan standar internasional dilakukan agar produk ASEAN dapat
diterima dan berdaya saing, baik di pasar domestik maupun global, sesuai standar
mutu, keamanan, kesehatan, dan teknis barang yang diakui secara internasional.
Dalam rangka menyelaraskan standar yang ada dengan standar internasional, terdapat
dua instrumen utama yang terdapat dalam AEC 2015, yaitu: harmonisasi standar dan
Mutual Recognition Arengement (MRA).2
2
MRA merupakan suatu perjanjian yang akan membantu dunia industri di ASEAN mengurangi duplikasi dalam pengetesan dan sertifikasi pokok dengan MRA regulator di negara importer akan dapat mempercayai hasil tes yang dikeluarkan negara eksportir terkait produk yang diekspor tersebut. Dkutip dari Syamsul .Arifin.dkk, ibid hal 109-110
dilakukan oleh ASEAN adalah dengan pembentukan National Single Windows
(NSW) pada masing-masing negara anggota ASEAN yang nantinya akan
diintegrasikan kedalam ASEAN Single Windows (ASW).
National Single Window (NSW) merupakan suatu sistem layanan publik yang
terintegrasi, yang menyediakan fasilitas pengajuan, pertukaran dan pemrosesan
informasi standar secara elektronik, guna menyelesaikan semua proses kegiatan
dalam penanganan lalulintas barang ekspor dan impor, untuk meningkatkan daya
saing perekonomian nasional.3 INSW juga sistem nasional yang memungkinkan
dilakukannya penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of
data and information), pemrosesan data dan informasi secara sinkron (synchronous
processing of data and information), integrasi informasi, dan memadukan alur proses
bisnis antara sistem kepabeanan, perizinan ekspor-impor, kepelabuhanan/
kebandarudaraan, pembayaran, pengangkutan barang dan logistik, serta sistem lain
yang terkait dengan penanganan lalulintas barang ekspor-impor.4
Penerapan NSW di Indonesia (Indonesia National Single Windows(INSW))
adalah merupakan merupakan komitmen Indonesia atas kesepakatan yang telah
dibuat dalam forum regional ASEAN, di mana bagi Indonesia beserta anggota
ASEAN6 lainnya pembentukan NSW yang akan terintegrasi dengan ASW akan
berlaku pada tahun 2009, di samping pembentukan INSW ini juga merupakan
keperluan di tingkat nasional untuk dapat meningkatkan kinerja ekspor-impor di
Indonesia. Harus diakui bahwa kondisi kinerja layanan ekspor-impor di Indonesia
3
masih tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara lain, terutama bila dilihat dari
indikator lead-time pelayanan impor, masih banyaknya point of services dalam
penyelesaian impor, masih tingginya biaya yang harus dikeluarkan dan adanya
ketidakpastian dalam proses pelayanan ekspor-impor. Selain itu, dari sisi kepentingan
nasional perlu dilakukan peningkatan validitas dan akurasi data ekspor-impor, serta
pengawasan terhadap lalulintas barang antar negara. Pembangunan dan penerapan
Sistem NSW di Indonesia, pada awal pembahasannya disatukan dengan program
pemerintah untuk meningkatkan kelancaran arus barang ekspor-impor, sehingga pada
awal pelaksanaannya pemerintah menggabungkan kedalam Tim Keppres Nomor 54
Tahun 2002 yang menangani tentang kelancaran arus barang ekspor dan impor.5
Krisis moneter yang menimpa kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia
telah berdampak negative bagi perekonomian Indonesia dan pembangunan nasional. Hal ini menjadi menarik mengingat bahwa Indonesia sebagai sebuah negara
besar (dari segi wilayah dan penduduk nya) di ASEAN, memiliki peranan yang
penting dalam ASEAN, mulai dari era pembentukan ASEAN hingga saat ini serta
memiliki sejarah yang kuat dalam ASEAN, ternyata, di bidang perekonomian
internasional adalah merupakan salah satu negara yang memiliki fasilitas
perdagangan yang buruk jika dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainnya.
Dan tentunya hal ini adalah merupakan sebuah kerugian bagi Indonesia dalam
kelancaran perdagangan internasionalnya yang tentunya hal ini sebagai salah satu
faktor yang dapat menghambat perekonomian Indonesia demi perekonomian
nasional.
5
Hal ini adalah merupakan kenangan pahit serta keterpurukan yang menimpa
Indonesia. Tetapi di phak lain, arus globalisasi yang semain besar saat ini, tidak
terkecuali dalam sector perekonomian mengharuskan Indonesia untuk segera bangkit
dari keterpurukan tersebut agar tetap dapat bersaing dengan Negara lainnya dalam
taraf regional maupun taraf internasional. Konsep AEC yang merupakan tujuan
ambisius dari ASEAN yang bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis
produksi serta untuk mengurangi kemiskinan regional menjadi semangat baru
Indonesia dalam menumbuhkan perekonomiannya, sehingga dapat menjadikan
Indonesia sebagai salah kompetitor handal dalam perekonomian global. Tetapi
apabila tidak adanya persiapan yang baik, justru akan menjadikan Indonesia sebagai
"penonton" dalam AEC ini. Khusus dalam sektor aliran bebas barang yang bertujuan
untuk meliberalisasikan perdagangan yang dibentuk dalam program ysng memiliki
tiga pilar utama, yakni: penghapusan hambatan tarif, penghapusan hambatan non-tarif
dan fasilitas perdagangan, adalah merupakan suatu peluang dan tantangan yang
dihadapi oleh Indonesia dalam pertumbuhan perekonomiannya. Tentunya persiapan
yang baik adalah merupakan sebuah modal besar untuk dapat memperoleh segala
manfaat yang maksimal dari kerjasama ini.
Atas ketertarikan tersebut, penulis ingin melihat sejauh mana persiapan yang
ditempuh pemerintah Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community
(AEC) 2015 sector aliran bebas barang pilar fasilitas perdagangan yang menjadi salah
satu insrumen penting dalam sektor aliran bebas barang, khususnya dalam
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan persoalan yang telah diuraikan di atas, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana persiapan pemerintah Indonesia dalam menghadapi ASEAN
Economic Community (AEC) 2015 sektor aliran bebas barang (free flow of goods
pilar fasilitas perdagangan, khususnya dalam pembentukan INSW,
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam upaya memfokuskan permasalahan dalam penelitian ini, akan lebih
baik jika dibuat pembatasan masalah. Penelitian ini hanya mengkaji persiapan
pemerintah Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015
pada sektor aliran bebas barang (free flow of goods) pilar fasilitas perdagangan
khususnya dalam pembentukan INSW.
I.4 Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana persiapan pemerintah Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic
Community (AEC) 2015 sektor aliran bebas barang (free flow of goods) pilar fasilitas
perdagangan khususnya dalam pembentukan INSW, serta manfaat dari INSW tesebut
terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia
Selain tujuan umum, dapat pula diambil tujuan khusus sebagai penjabaran
1. Untuk mengetahui bagaimana salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan
oleh ogranisasi internasional regional, ASEAN, khususnya dalam bidang
perekonomian,
2. Untuk mengetahui bentuk kerjasama yang dilakukan Indonesia dalam
ASEAN melalui AEC 2015, pada sektor aliran bebas barang (free flow of
goods).
3. Untuk mengetahui permasalahan yang dialami Indonesia dalam pembentukan
INSW.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya penelitian di
bidang politik, yakni kerjasama dalam AEC 2015, pada sektor aliran bebas
barang (free flow of goods), khususnya dalam pementukan INSW,
2. Bagi mahasiswa, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita
tentang AEC 2015, pada sektor aliran bebas barang (free flow of goods),
khususnya dalam pementukan INSW,
3. Bagi masyarakat luas, penelitian ini turut pula menambah pengetahuan kita
tentang AEC 2015, pada sektor aliran bebas barang (free flow of goods)
1.6 Kerangka Data Pemikiran
1.6.1 Defenisi
1.6.1.a Definisi Persiapan
Menurut Armenakis et al, definisi persiapan adalah penanda kognitif terhadap
perilaku dari penolakan atau dukungan terhadap upaya perubahan. Menurut Clarke,
Ellet, Bateman dan Rugutt an penolakan terhadap perubahan adalah hal yang berbeda
namun merupakan konstruk yang berhubungan. Holt et al. menyatakan definisi
persiapan untuk berubah adalah sikap komprehensif yang mempengaruhi secara
berkelanjutan oleh isi (contoh: apa yang sedang berubah), proses (contoh: bagaimana
perubahan diimplementasikan), konteks (contoh: keadaan yang berada pada saat
perubahan terjadi), dan individu (contoh: karakteristik dari mereka yang diminta
untuk berubah) melibatkan dan secara kolektif merefleksikan keluasan terhadap
individu atau sekumpulan individu sebagai kenaikan secara kognitif dan secara
emosional untuk menerima, menyetujui, dan mengadopsi sebuah rencana khusus
yang bermaksud untuk mengubah status quo.6
“Pemerintah secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, Kubernan atau
nahkoda kapal. Artinya menatap ke depan. Lalu memerintah berarti
memerintah berarti melihat ke depan menentukan berbagai kebijakan yang
diselenggarakan untuk mencapai tujuan masyarakat-negara, memperkirakan
1.6.1.b Pemerintah
6
http://209.85.175.132/search?q=cache:yUxUHGyM4sJ:rianadrianto.files.wordpress.com/2008/06/kep emimpinan-dan-kesiapan
arah perkembangan masyarakat pada masa yang akan dating dan mengelola
tujuan yang akan dicapai.”7
(Pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara
negara-negara, umumnya berlandaskan suat persetujuan dasar, untuk melaksanakan
fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal balik yang diejawantahkan
melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staff secara berkala." Bentuk-bentuk pemerintahan melukiskan bekerjanya organ-organ tertinggi itu
mengikuti ketentuan.
1.6.1.c Organisasi Internasional
Organisasi internasional secara sederhana dapat didefinisikan oleh T. May
Rudi sebagai:
"Any cooperative arrengement instituted among states, ussually by a basic
agreement, to perfome some mutually advantegious functions inplemented
trough periodic and staff activities."
8
7
Heri Kusmanto, dkk, Pengantar Ilmu Politik, Medan pustaka Bangsa Pers, Medan, 2006, hal 40 8
T.may Rudi, Administrasi & Organisasi Internasional, Edisi kedua, Cetakan kesatu, Refika Aditama, 2002, hal 2-3
Perkembangan yang pesat dalam bentuk serta pola kerjasama melalui
organisasi internasional, telah makin menonjolkan peran organisasi internasional
yang bukan hanya melibatkan aktor negara (Goverment), tetapi juga akator
non-negara (Non-goverment). Meskipun demikian non-negara tetap menjadi aktor dominan di
dalam bentuk-bentuk kerjasama internasional, tetapi perlu diakui eksistensi organisasi
Dengan demikian, organisasi internasional, didefenisikan secara lengkap dan
menyeluruh sebagai:
"Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur
organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk
berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan
melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan
serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun
antar sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda."9
“Dalam pembukaan deklarasi ASEAN, kelima negara mengikatkan diri
mereka pada pandangan yang dikemukakan oleh Indonesia, yakni:
Negara-negara Asia Tenggara mempumyai tanggung jawab utama dalam memperkuat
1.6.1.d ASEAN
ASEAN (Assosiation of South East Asian Nations) atau perhimpunan
bangsa-bangsa Asia Tenggara (Perbara) adalah sebuah organisasasi internasional yang
merupakan forum regional di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok
pada tanggal 8 Agustus 1967 melalui deklarasi Bangkok. ASEAN didirikan oleh lima
negara pemrakarsa ASEAN yang menandatangani deklarasi Bangkok kala itu, yakni :
Indonesia diwakili oleh Adam Malik, Fhilipina diwakili oleh Narcisco R Ramos,
Malaysia diwakili oleh Tun Abdul Razak, Singapura diwakili oleh S. Rajaratnam, dan
Thailand diwakili oleh Thanat Khoman. Organisasi ini bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan
kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di tingkat
regionalnya.
9
stabilitas sosial dan ekonomi kawasan ini dan menjamin pembangunan
nasional yang pesat dan damai, dan mereka ditakdirkan untuk menjamin
stabilitas keamanan mereka dari campur tangan pihak luar dalam bentuk dan
manifestasi apapun untuk memelihara identitas nasional mereka sesuai dengan
aspirasi dan cita-cita rakyat mereka.”10
Piagam ASEAN (ASEAN Charter) ditandatangani oleh para pemimpin
ASEAN dalam 13th ASEAN Summit (KTT ASEAN ke-13) yang berlangsung di
Singapura pada tanggal 20 November 2007 dalam usianya yang keempat puluh tahun.
Penandatanganan Piagam ASEAN menjadi prasasti hasil dari evolusi dari kerjasama
yang bersifat "persaudaraan" menjadi organisasi yang berdasarkan suatu kerangka
yang lebih koehesif berdasarkan rule based framework.
1.6.1.e Piagam ASEAN (ASEAN Charter)
11
ASEAN Charter memuat beberapa arti penting secara lebih terperinci,
yakni:12
b. ASEAN Charter ini menjadi landasan konstitusional pencapaian tujuan dan
pelaksanaan prinsip-prinsip yang dianut bersama untuk pencapaian
pembangunan Komunitas ASEAN di tahun 2015,
a. ASEAN Charter merupakan “Crowning Achievement” dalam memperingati
40 tahun berdirinya ASEAN yang akan memperkuat semangat kemitraan,
solidaritas, dan kesatuan negara-negara anggotanya dalam mewujudkan
Komunitas ASEAN,
10
Meicheil leifer, Politik Luar Negeri Indonesia, diterjemahkan oleh A.ramlan Surbakti, Gramedia, Jakarta, 1983, hal 175
11
lihat Syamsul Arifin.Dkk,, opcit, hal 13 12
c. ASEAN Charter menjadi landasan hukum kerjasama ASEAN sebagai suatu
“rules-based organization” setelah 40 tahun berdirinya ASEAN. ASEAN
Charter menjadikan ASEAN sebagai subjek hukum (memiliki legal
personality),
d. ASEAN Charter membuat ASEAN dapat melaksanakan kegiatannya
berdasarkan aturan- aturan hukum yang telah disepakati serta diarahkan
pada kepentingan rakyat,
e. ASEAN Charter membuat kerjasama antar negara anggota ASEAN akan
berlangsung lebih erat dan diatur dalam kerangka hukum dan
kelembagaan yang lebih mengikat.
1.6.1.f ASEAN Community 2015
ASEAN Community 2015 adalah merupakan kelanjutan dan percepatan dari
ASEAN Vision 2020 yang menjadi tujuan jangka panjang ASEAN yakni: “…as a
concert of Southeast Asian nations, outward looking, living in pecem stability and
prosperity, bunded together in partnership in dynamic development an in community
of caring societies”13
Di dalam ASEAN Community terdapat tiga pilar utama, yakni: ASEAN
Security Community (ASC) atau Masyarakat Keamanan ASEAN, ASEAN Economic
Istilah ASEAN Community diadopsi melalui Declaration of ASEAN Concord
II (Bali,concord II), Bali, Oktober 2003 yang pada awalnya direncanakan akan
tercapai pada tahun 2020. Sedangkan ide ASEAN Community sendiri diadopsi dari
apa yang terjadi di Eropa dangan Uni Eropanya.
13
Community (AEC) atau Masyarakat ekonomi ASEAN serta ASEAN Sosio Cultural
Community (ASCC) atau Masyarakat Sosial Budaya ASEAN.
1.6.1.g ASEAN Economic Community (AEC)
AEC adalah merupakan salah satu pilar utama dalam ASEAN Community
yang bertujuan mencapai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan
ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata, dan terintegrasi
dengan perekonomian global
AEC memiliki lima pilar utama, yakni:
1. Aliran Bebas Barang atau Free Flow of Goods,
2. Aliran Bebas Jasa atau Free Flow of Service,
3. Aliran Bebas Investasi atau Free Flow of Investment,
4 Aliran Bebas Tenaga Kerja atau Free Flow of Skilled Labour, dan
5. Aliran Bebas Modal atau Free Flow of Capital.
1.6.1.h Aliran Bebas Barang atau Free Flow of Goods
Aliran bebas barang merupakan salah satu elemen utama dalam mewujudkan
ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, sehingga kawasan ASEAN dapat
membentuk jaringan produksi regional sebagai bagian dari rantai pasokan dunia.14
Aliran bebas barang memiliki tiga pilar atau kerangka kerja utama, yakni:
hambatan tariff, hambatan non-tarif dan fasilitas perdagangan.
14
1.6.1.i Indonesia National Single Windows (INSW)
NSW adalah sistem nasional yang memungkinkan dilakukannya penyampaian
data dan informasi secara tunggal (single submission of data and information),
pemrosesan data dan informasi secara sinkron (synchronous processing of data and
information), integrasi informasi, dan memadukan alur proses bisnis antara sistem
kepabeanan, perijinan ekspor-impor, kepelabuhanan/ kebandarudaraan, pembayaran,
pengangkutan barang dan logistik, serta sistem lain yang terkait dengan penanganan
lalulintas barang ekspor-impor. NSW ini adalah merupakan bagan dari ASEAN Single
Windows (ASW) sebagai sebuah environtment dari negara anggota ASEAN
dioperasikan dan di-integrasikan, sehingga mampu meningkatkan kinerja penanganan
atas lalulintas barang, untuk mendorong percepatan proses customs clearance.15 Pengertian Umum Indonesia National Single Window atau INSW (sesuai
dengan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008) sistem nasional Indonesia yang
memungkinkan dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal
(single submission of data and information), pemrosesan data dan informasi secara
tunggal dan sinkron (single and synchronous processing of data and information),
dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan
pengeluaran barang (single decision making for customs release and clearance of
cargoes).
16
Portal INSW (sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008)
diartikan sebagai sistem yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan dengan
15
Lihat www.deplu.go.id 16
proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin
keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem
internal secara otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan/
kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait dengan proses penanganan dokumen
kepabeanan dan pengeluaran barang.17
Ekonomi politik atau political economy adalah suatu cabang ilmu tentang
evolusi kemasyarakatan yang di dalamnya inti dari dinamika perkembangan
ekonomi secara sistematis dikaitkan dengan perubahan sosial politik, dan
selanjutnya itu semua mengembalikan pengaruhnya kepada proses ekonomi
sebagaimana yang dikatakan Heilbroner.
1.6.1.j Ekonomi Politik Internasional
Berkaitan dengan keberadaan ekonomi politik dalam dunia ilmu, dalam suatu
tulisannya, Dawam Rahardjo, berpendapat bahwa:
18
17
Heilbroner berasumsi bahwa daya tarik dari ekonomi politik (political
economi) seperti yang dikembangkan Adam Smith, David Ricardo, J,S Mill, Karl
Marx, Engels dan lain-lainnya justru terletak pada kemampuannya yang menakjubkan
dalam mengungkapkan dan membuat solusi-solusi berbagai persoalan berskala besar
dari perubahan-perubahan sosial dan historis.
18
Selain itu pemahaman lain mengenai studi ini dengan konsep kombinasi
dengan konsep bahasan ekonomi politik sebagaiman diterangkan oleh Warren F.
Illchman dan Norman T. Uphoff;
Bahwa ekonomi politik adalah suatu integrated social science of publik
purpose. Dikatakan bersifat politik karena membahas segi otoritas negara dalam
masyarakat, bersifat ekonomi karena membahas masalah-masalah alokasi dan
pertukaran sumber-sumber yang langka, termasuk sumber sosial dan ekonomi politik.
Kemudian bahwa ekonomi politik berkepentingan dengan semua persoalan yang
memiliki releansi dengan kebijakan-kebijakan dan masalah-masalah umum (publik),
di samping memperhatikan dan mendorong partisipan aktif melibatkan diri dalam
perspektif kehidupan sosial politik.19
Bargaining power dapat diartikan sebagai posisi tawar suatu pihak dalam
menjalin hubungan kerjasama dengan pihal lain yang didalamya terdapat
tawar-menawar antar ke pihak-pihak yang memiliki kepentingan berbeda guna mencapai
kesepakatan.
1.6.2 Kerangka Teori Dalam Organisasi Internasional (OI)
1.6.2.a Bargaining Power
20
19
Yanuar Ikbar, Ekonomi Politik Internasional-Konsep dan Teori, ibid, hal 27
Dalam hubungannya dengan bargaining power yang dimiliki suatu
negara dalam melakukan kerjasama internasionalnya, termasuk di dalam sebuah
organisasi internasional, bargaining power berkaitan erat dengan unsur-unsur
kekuatan Negara. Suatu Negara yang memiliki posisi tawar yang baik apabila
negaranya memiliki reputasi yang baik pula seperti keadaan geografis meliputi letak
20
yang strategis dan luas wilayah, SDA yan melimpah meliputi pangan dan mineral,
kekuatan ekonomi yang stabil, kualitas diplomasi yang mumpuni, good governance,
kekuatan militer yang canggih serta SDM yang berkualitas.
Sebagai negara besar, memiliki wilayah yang luas, SDA yang melimpah
Indonesia harusanya mampu menorehkan keberhasilan dalam bernegosiasi dalam
kerjasama regionalnya di ASEAN. Beberapa kelemahan yang menyebabkan
bargaining power Indonesia rendah dalam hubungan internasionalnya secara umum,
yakni: kekuatan-kekuatan nasional yang ada di Indonesia pada umumnya bergerak
sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Bahkan, pejabat yang satu mencari popularitas
dirinya untuk meraup keuntungan berupa nama yang terkenal sehingga bisa terpilih
kembali dalam periode pemerintahan selanjutnya. Struktur masyarakat Indonesia
yang sangat parokhial, yakni sebagian besar masyaraknya berpendidikan rendah dan
sulit diorganisir, sehingga tanggung jawab terbesar sebenarnya terletak di tangan dan
pundak pemerintah. Namun dalam kenyataannya, pemerintah sendiri menghadapi
kesulitan.21
Politik Luar Negeri adalah kebijakan, sikap, dan langkah Pemerintah sutu
negara yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain, organisasi
internasional, dan subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi
masalah internasional guna mencapai tujuan nasional.
1.6.2.b Politik luar negeri
22
Di tengah dunia yang dicirikan oleh interdepedensi yang semakin intensif
21
Lihat 22
politik luar negeri menjadi instrumen utama setiap pemerintah untuk memanfaatkan
setiap peluang pencapaian tujuan-tujuan nasional di lingkungan eksternalnya serta
mengatasi atau mengurangi kendala atau hambatan pencapaian tujuan-tujuan
tersebut.23
Istilah “integrasi” dalam ranah ekonomi pertama kali digunakan dalam
konteks organisasi dalam suatu industri sebagaimana dikemukakan oleh Machlup.
Integrasi digunakan untuk menggambarkan kombinasi atau penyatuan beberapa
kombinasi atau penbyatuan beberapa perusahaan dalam suatu industri baik secara Jika dikaitkan dengan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia dalam
ASEAN, hal ini adalah pelaksanaan kegiatan hubungan luar negeri baik regional
maupun internasional, melalui forum bilateral atau multilateral diabdikan pada
kepentingan nasional berdasarkan rinsip politik luar negeri yang bebas aktif. Bahwa
dengan makin meningkatnya hubungan luar negeri dan agar prinsip politik luar negeri
Indonesia tetap terjaga, maka penyelenggaraan hubungan luar negeri perlu diatur
secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu Undang-undang.
Undang-undang yang mengatur hubungan luar negeri Indonesia terdapat
dalam Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 Tentang hubungan Luar Negeri, dan
juga mengenai perjanjian internasionalnya, yakni Undang-undang Nomor 24 Tahun
2000 tentang Perjanjian Internasional.
1.6.2.c Integrasi Ekonomi
23
vertical maupun horizontal. 24 Kemudian istilah integrasi ekonomi dalam konteks
Negara, yang menggambarkan penyatuan beberapa Negara dalam suatu kesatuan
diawali dengan kemunculan teori Custom Union (CU) oleh Vinner.25
UNCTAD mendefinisikan integrasi ekonomi sebagai kesepakatan yang
dilakukan untuk memfasilitasi perdagangan internasional dan pergerakan faktor
industri lintas Negara.
26
Ilham Nyak menyebut liberalisasi sebagai penggunaan mekanisme harga yang
lebih intensif sehingga dapat mengurangi bias dari anti ekspor dari rezim,
perdagangan. Disebutkan pula bahwa liberalisasi menunjukkan kecendrungan makin
berkurangnya intervensi pasar sehingga liberalisasi dapat menggambarkan situasi
semakin terbukanya pasar domestic untuk produk-produk luar negeri. Percepatan
perkembangan liberalisasi pasar terjadi karena dukungan revolusi di bidang
teknologi, telekomunikasi dan transportasi yang mengatasi kendala ruang dan
waktu.
1.6.3 Liberalisme Perdagangan
27
24
Integrasi horizontal mengacu pada keterkaitan suatu perusahaan dengan kompetitornya, sementara integrasi secara vertical mengacu pada penyatuan antara supplier dan buyer, dikutip dari Syamsul Arifin.Dkk,opcit, hal 25
25
CU adalah tipe integrasi ekonomi di mana Negara-negara yang berpartisipasi dalam kesepakatan tersebut tidak hanya melakukan kesepakatan penghapusan tarifdan hambatan kuantitatif lainnya di antara angota terhadap barang yang berasal dari Negara tersebut, tetapi juga menerapkan tariff yang sama pada Negara bukan anggota. Vinner merupakan orang pertama yang meletakkan dasar-dasar teori CU yang mempresentasikan pokok-pokok tradisional integrasi ekonomi, dikutip dari Syamsul Arifin.Dkk, ibid, hal 25
26
Syamsul Arifin.Dkk, ibid, hal 26
27
Gatoet S. handono, dkk, Liberalisasi perdagangan, sisis teori, dampak empiris dan perspektif ketahanan pangan, diakses dari
Menurut pendapat sebahagian pakar, perdagangan antar Negara sebaiknya
dibiarkan secara bebas dengan pengenaan seminimum mungkun pengenaan hambatan
tariff dan hambatan lainnya.Hal ini didasari dengan argum bahwa perdagangan yang
lebih bebas akan lebih menguntungkan kedua Negara pelaku dan bagi dunia, serta
meningkatkam kesejahteraan yang lebih besar dari pada tidak ada perdagangan.
Kemudian, selain meningkatkan distribusi kesejahteraan antar Negara liberalisasi
perdagangan, juga akan meningkatkan kuantitas perdagangan dunia serta efisiensi
perdagangan.28
Pada kondisi semakin kuatnya tekanan untuk meliberalisasikan pasar,
efektifitas pemberlakuan kendala atau hambatan tersebut dalam perdagangan akan
menentukan derajat keterbukaan pasar. Keterbukaan semakin tinggi bila pemerintah
menurunkan tariff (bea masuk) produk ysng diperdagangkan dan menghilangkan
hambatan-hambatan non-tarif. Hal sebaliknya terjadi bila pemerintah cenderung
menaikkan tariff dan meningkatkan hambatan non-tarif.29
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan analisis. Pendekatan deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan apa yang berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,
mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi
I.7 Metodologi Penelitian
I.7.1 Jenis Penelitian
28
Gatoet S. handono, dkk, ibid 29
atau ada.30
Menurut Masri Singarimbun artinya penelitian dilakukan dengan cara
mengembangkan konsep dan menghimpun data-data serta fakta-fakta yang ada
kemudian melakukan analisis terhadap data-data dan fakta-fakta tersebut.31
Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, para peneliti tidak mencari kebenaran
dan moralitas, tetapi lebih kepada upaya mencari pemahaman (understanding).
I.7.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data-data dan fakta-fakta
dalam rangka pembahasan masalah dalam skripsi ini adalah menggunakan penelitian
kepustakaan (library research) yang berupa buku-buku, literature, kamus,
artikel-artikel dalam majalah, jurnal ilmiah, bulletin, dll, dan juga dokumentasi atas
dokumen resmi ASEAN yang didapat dari akses internet.
I.7.3 Teknik Analisis Data
32
Dalam kerangkan penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan data hendaknya
peneliti tidak memberikan interpretasi sendiri. Temuan lapangan hendaknya
dikemukakan dengan berpegang pada prinsip emik dalam memahami realitas.
Penulisan hendakya tidak bersifat penafsiran atau evaluatif.33
30
Mardalis, Metodologi Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hal 25 31
Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, (Editor), Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi, LP3ES, Jakarta, 1989, hal 4
32
Lexi Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Karya, 1990, hal 108 33
Burhan Bungin,Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta, Raja Grafindo Perkasa, 2001, hal 187
Penulisan skripsi ini direncanakan terdiri dari beberapa bab, kemudian tiap
bab terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan dan pengantar dari keseluruhan skripsi.
Dalam bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang penulisan,
perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, landasan
teoritis, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : Gambaran Mengenai ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Sektor Aliran Bebas Barang (Free Flow of Goods) Pilar Fasilitas
Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan INSW
Bab ini akan membahas tentang sejarah singkat terbentuknya AEC 2015,
gambaran mengenai sektor aliran bebas barang, pembentukan INSW beserta
permasalahannya.
BAB III : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN
Economic Community (AEC) 2015 Sektor Aliran Bebas Barang
(Free Flow of Goods) Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya
Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)
BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini adalah bagian terakhir dalam penulisan skripsi ini yang berisikan
kesimpulan dan saran-saran atau rekomendasi dari hasil penelitian dan
BAB II
Gambaran Mengenai ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan INSW
II.1 Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Dalam kerjasama ASEAN di bidang ekonomi, pada awalnya kerjasama
difokuskan dengan pemberian prefensi perdagangan (Predential trade), usaha
patungan (Joint Venture) dan skema saling melengkapi (Complementation scheme)
antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN,
seperti Industrial Project Plan (1976), Prefential Trading Area (1977), ASEAN
Industrial Complement Scheme (1981), ASEAN Joint Venture Scheme (1981) dan
Enhanched Prefential Trading Arengement (1987).
Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika antar negara di berbagai belahan dunia
melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi,
negara-negara ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan
saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi
kawasan. Pada KTT ke-5 di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani Framewok
Agreement Enchanching ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai
dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari 1993
dengan Common Efective Prefential Tariff (CEPT)34
34
Dalam skema CEPT setiap negara dimungkinkan untuk tidak melakukan liberalisasi perdagangan sepanjang hal tersebut menurut pertimbangannya dapat membahayakan keamanan nasional, moral masyarakat, kesehatan manusia, binatang dan tanaman, dan nilai-nilai seni, sejarah, purbakala dan arkeologi. Dikutip dari Syamsul Arifin. Dkk, opcit, hal 97
sebagai mekanisme utama.
tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan perbaikan terhadap
kebijakan-kebijakan fasilitas pedagangan. Dalam perkembangannya, AFTA tidak hanya
difokuskan pada liberalisasi perdagangan barang, tetapi juga perdagangan, jasa dan
investasi.
Sejalan dengan perkembangan konstelasi global, ASEAN pun mengalami
pengembangan pesat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seperti yang telah
dikemukakan di atas, pada awal berdirnya, ASEAN mencurahkan perhatiannya untuk
membangun rasa saling percaya (confidence Bulding Measure), itikad baik dan
mengembangkan kebiasaan secara terbuka dan dinamis diantara sesama angotanya.
Menjelang usianya yang ke-40, ASEAN telah mencapai tingkat koefisitas dan
memiliki rasa saling percaya yang cukup tinggi dantara para anggotanya serta mulai
menyentuh kerjasama di bidang-bidang yang dianggap sensitif. Perkembangan
ASEAN yang pesat tersebut tidak terlepas dari pengaruh lingkungan baik di dalam
maupun luar kawasan yang turut membentuk dan memperkaya pola-pola kerjasama
diantara negara anggota ASEAN. Pengalaman kawasan Asia Tenggara semasa krisis
keuangan dan ekonomi Tahun 1997-1998 memicu kesadaran ASEAN mengenai
pentingnya peningkatan dan perluasan kejasama intra kawasan.
Perkembangan ASEAN memasuki babak baru dengan diadopsinya Visi
ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN sebagai
Komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil, sejahtera, saling
perduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020. Selanjutnya
ASEAN juga mengadopsi Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun
ASEAN ini merupakan bagian dari upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasi
ASEAN. Selain itu juga merupakan upaya evolutif ASEAN untuk menyesuaikan cara
pandang agar dapat lebih terbuka dalam membahas permasalahan domestik yang
berdampak pada kawasan tanpa meninggalkan prinsp-prinsip utama ASEAN, yaitu:
saling menghormati (Mutual Respect), tidak mencampuri urusan dalam negeri
(Non-Interfence), konsensus, diaog dan konsultasi. Komunitas ASEAN terdiri dari tiga
pilar yang termasuk di dalamnya kerjasama di bidang ekonomi, yaitu: Komonitas
Keamanan ASEAN ( ASEAN Security Comunity/ASC), Komunitas Ekonomi
ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) dan Komunitas Sosial Budaya
ASEAN (ASEAN Sosio-Cultural Community/ASCC).
Pencapaian Komunitas ASEAN semakin kuat dengan ditandatanganinya
”Cebu Declaration on the Estabilishment of an ASEAN Community by 2015” oleh
para pemumpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu Filiphina, 13 Januari
2007. Dengan ditandatanganinya deklarasi ini, para pemimpin ASEAN menyepakati
percepatan pembentukan Komunitas ASEAN/ASEAN Community dari tahun 2020
menjadi 2015.
Lalu komimen tersebut, khususnya di bidang ekonomi, dilanjutkan dengan
penandatanganan ASEAN Charter/Piagam ASEAN beserta cetak biru AEC 2015 pada
KTT ASEAN ke-13 di Singapura, pada tanggal 20 November 2007. Penandatanganan
Piagam ASEAN beserta cetak birunya AEC adalah merupakan babak baru dalam
kerjasama ASEAN di bidang ekonomi diusianya yang kempat puluh tahun.
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa AEC adalah merupakan salah satu
integrasi ekonomi di kawasan ASEAN Tenggara. AEC memiliki lima plar utama,
yakni:
1. Aliran bebas barang (free flow of goods),
2. Aliran bebas jasa (free flow of sevice),
3. Aliran bebas investasi (free flof of investment),
4. Alran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour), dan
5. Alian bebas modal ( free flow of capital).
Gambar II.1.a: AEC dalam piagam ASEAN35
35
Syamsul Arifin. Dkk, opcit, hal 5
ASEAN Charter
- 12 sektor prioritas - Pengembangan
ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Jadwal strategis
Integrasi ke perekonomian
Secara umum AEC memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk
berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil dan
pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan, pariwisata,
dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling diminati, anggota ASEAN, dan menjadi
ajang mereka untuk bersaing satu sama lain. Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini
diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi (menyatu) anggota
ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor ini dengan menarik
investasi dan perdagangan di dalam ASEAN (contohnya dengan saling melakukan
outsourching) serta membantu mengembangkan produk-poduk buatan ASEAN.
Selain itu dilakukan pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan
kehutanan.
Secara umum AEC memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk
berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil dan
pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan, pariwisata,
dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling diminati, anggota ASEAN, dan menjadi
ajang mereka untuk bersaing satu sama lain. Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini
diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi (menyatu) anggota
ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor ini dengan menarik
investasi dan perdagangan di dalam ASEAN (contohnya dengan saling melakukan
outsourching) serta membantu mengembangkan produk-poduk buatan ASEAN.
Selain itu dilakukan pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan
Penghapusan hambatan non-tarif
II.2 Gambaran Mengenai Aliran Bebas Barang (Free Flow of Goods)
GambarII.2.a: skema cetak biru aliran bebas barang AEC 201536
Di dalam aliran bebas barang (free flow of goods) sesuai dengan skema AEC
2015 memiliki tiga sector pioritas, yakni hambatan tarif, hambatan non-tarif dan
fasilitas perdagangan. Ketiga sekor prioritas in adalah merupakan instrumen untuk
meliberalisasikan perdagangan dengan berusaha menghilangkan hambatan-hambatan
di dalam perdagangan internasional.
Dalam pengurangan tarif dalam AEC, skema CEPT akan terus dievaluasi dan
dikembangkan menjadi perjanjian yang kompeherensif dalam rangka mewujudkan
aliran bebas barang 2015, ASEAN melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghapuskan bea masuk bagi semua barang yang tergolong dalam sensitive
list dan hightly sensitive list pada 2010 untuk ASEAN6, dan 2015 untuk
CLMV (dengan fleksibilitas hingga 2018 untuk sensitive product),
36
Syamsul Arifin. Dkk, opcit, hal 73
2. Menghapuskan bea masuk dari barang yang tergolong 12 sekor prioitas pada
2007 untuk ASEAN6 dan 2012 untuk CLMV,
3. Memindahkan barang yang ada di SL ke IL dan mengurangi tarifnya menjadi
0-5% pada 1 Januari 2007 (Laos dan Myanmar) dan 1 Januari 2018
(Kamboja).
Dalam pengurangan hambatan non-tarif, ASEAN berusaha untuk
mengklaifikasikan kebijakan non-tarif (Non-tarif measureNTM), ASEAN membentuk
suatu database yang dibentuk ASEAN database untuk setiap lini poduk tingkat HS 8
digit. ASEAN NTM database merupakan kompilasi dari kebijakan non-tarif yang ada
di setiap negara anggota ASEAN yang merupakan hambatan dalam perdagangan.
Klasifikasi NTM didasarkan pada UNCTAD Cooding Sceme for Trade Control
Measure.37
Selain itu, cetak biru AEC 2015 juga dijabarkan mengenai agenda-agenda
dan jadwal strategis untuk mengeliminasi hambatan non-arif, antara lain sebagai
berikut:38
1. Menjalankan komitmen standsill (tidak lebih mundur dari komitmen saat ini)
dan roolback (lebih maju adri saat ini) berlaku efektif,
2. Meningkatkan tansparansi dengan mengikuti Protocol on Notification
Posedure dan memuat surveilence yang efektif,
37
Lihat Syamsul .Arifin.dkk, ibid, hal 106 38
3. Menghilangkan hambatan non-tarif pada 2020 untuk Brunei, Indonesia,
Malaysia, Singapura, dan Thailand, 2012 untuk Filiphina dan 2015-2018
untuk CLMV.
Dalam fasilitas perdagangan, sektor ini memiliki arti penting dalam
mendukung kelancaran arus pedagangan barang, karena prosedur arus barang dapat
dilakukan dengan lebih sederhana, transparansi dan memenuhi standar kualifikasi
yang diakui secara internasional. Fasilitas perdagangan yang dilakukan melalui
evaluasi terhadap kesesuaian dengan standar internasional dan kerjasama kepabeanan
juga penting dalam rangka meningkatkan efisiensi biaya transaksi di ASEAN
sehingga meningkatkan daya saing ekspor produk ASEAN. Evaluasi terhadap
kesesuaian dengan standar internasional dilakukan agar produk ASEAN dapat
diterima dan berdaya saing, baik di pasar domestik maupun global, sesuai standar
mutu, keamanan, kesehatan, dan teknis barang yang diakui secara internasional.
Dalam rangka menyelaraskan standar yang ada dengan standar internasional, terdapat
dua instrumen utama yang terdapat dalam AEC 2015, yaitu: harmonisasi standar dan
Mutual Recognition Arengement (MRA).39
39
MRA merupakan suatu perjanjian yang akan membantu dunia industri di ASEAN mengurangi duplikasi dalam pengetesan dan sertifikasi pokok dengan MRA regulator di negara importer akan dapat mempercayai hasil tes yang dikeluarkan negara eksportir terkait produk yang diekspor tersebut. Dkutip dari Syamsu .Arifin.dkk, ibid hal 109-110
Salah satu upaya ASEAN dalam fasilitas
perdagangna adalah pembentukan NSW masing-masing anggotanya yang nantinya
II.3 Gambaran Mengenai INSW
Kebutuhan untuk menerapkan Sistem National Single Window di Indonesia,
selain dilatar belakangi oleh beberapa kesepakatan di tingkat regional ASEAN
(Kesepakatan Pemimpin Negara Anggota ASEAN dalam The Declaration of ASEAN
Concord II 7 Oktober 2003 , Kesepakatan Menteri Ekonomi ASEAN dalam ASEAN
Agreement to Establish & Implement The Asean Single Window 9 Desember 2005 ,
Kesepakatan Menteri Keuangan ASEAN dalam Asean Protocol to Establish and
Implement The Asean Single Window , April 2006 dan Kesepakatan Pemimpin
Negara Anggota ASEAN dalam Declaration on the ASEAN Economic Community
Blueprint, 20 Nopember 2007), juga didorong oleh adanya kebutuhan di tingkat
nasional untuk dapat meningkatkan kinerja ekspor-impor di Indonesia. Harus diakui
bahwa kondisi kinerja layanan ekspor-impor di Indonesia masih tertinggal
dibandingkan dengan beberapa negara lain, terutama bila dilihat dari indikator
lead-time pelayanan impor, masih banyaknya point of services dalam penyelesaian impor,
masih tingginya biaya yang harus dikeluarkan dan adanya ketidakpastian dalam
proses pelayanan ekspor-impor. Selain itu, dari sisi kepentingan nasional perlu
dilakukan peningkatan validitas dan akurasi data ekspor-impor, serta pengawasan
terhadap lalulintas barang antar negara. Pembangunan dan penerapan Sistem NSW di
Indonesia, pada awal pembahasannya disatukan dengan program pemerintah untuk
meningkatkan kelancaran arus barang ekspor-impor, sehingga pada awal
pelaksanaannya pemerintah menggabungkan kedalam Tim Keppres Nomor 54 Tahun
Indonesia National Single Window (INSW) merupakan suatu sistem layanan
publik yang terintegrasi, yang menyediakan fasilitas pengajuan, pertukaran dan
pemrosesan informasi standar secara elektronik, guna menyelesaikan semua proses
kegiatan dalam penanganan lalulintas barang ekspor dan impor, untuk meningkatkan
daya saing perekonomian nasional. INSW juga sistem nasional yang memungkinkan
dilakukannya penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of
data and information), pemrosesan data dan informasi secara sinkron (synchronous
processing of data and information), integrasi informasi, dan memadukan alur proses
bisnis antara sistem kepabeanan, perijinan ekspor-impor, kepelabuhanan/
kebandarudaraan, pembayaran, pengangkutan barang dan logistik, serta sistem lain
yang terkait dengan penanganan lalulintas barang ekspor-impor.40
Misi pengembangan sistem NSW di Indonesia adalah mewujudkan suatu
sistem layanan publik yang terintegrasi dalam penanganan atas lalulintas barang
ekspor dan impor.
Pembentukan INSW memiliki visi misi serta tujuan yang menjadi sasaran
dalam pembentukannya. Berikut ini visi misi serta tujuan pembentukan INSW:
Visi dari pengembangan Indonesia NSW adalah terwujudnya lingkungan
“National Single Window” di Indonesia, yaitu layanan tunggal elektronik untuk
memfasilitasi pengajuan informasi standar guna menyelesaikan semua pemenuhan
persyaratan dan ketentuan, serta semua kegiatan yang terkait dengan kelancaran arus
barang ekspor, impor, dan transit, dalam rangka meningkatkan daya saing nasional.
40
Tujuan umum dilakukannya penerapan Sistem National Single Window di
Indonesia :41
1. Meningkatkan kecepatan penyelesaian proses ekspor-impor melalui
peningkatan efektifitas dan kinerja sistem layanan yang ter-integrasi antar
seluruh entitas yang terkait.
2. Meminimalisasi waktu dan biaya yang diperlukan dalam penanganan
lalulintas barang ekspor-impor, terutama terkait dengan proses customs
release and clearance of cargoes.
3. Meningkatkan validitas dan akurasi data dan informasi yang terkait dengan
kegiatan ekspor dan impor.
4. Meningkatkan daya saing perekonomian nasional dan mendorong masuknya
investasi
5. Manfaat Penerapan Sistem NSW bagi Pemerintah
a. Memfasilitasi peningkatan kecepatan dalam proses customs release
and clearance of cargoes.
b. Menyediakan sistem pelayanan yang mudah, murah, nyaman, aman,
dan memberikan kepastian usaha.
c. Menciptakan manajemen risiko yang lebih baik.
d. Menghilangkan redundansi dan duplikasi data.
e. Meningkatkan validitas dan akurasi data.
f. Memudahkan pelaksanaan penegakan hukum oleh aparat pemerintah
dalam kaitan dengan kegiatan ekspor-impor.
41
g. Meningkatkan perlindungan atas kepentingan nasional dari ancaman
yang mungkin timbul karena lalulintas barang ekspor-impor.
h. Mengoptimalkan penerimaan negara.
i. Mendukung penerapan prinsip-prinsip Good Public Governance
dalam seluruh kegiatan pelayanan ekspor-impor
6. Manfaat Penerapan Sistem NSW bagi Masyarakat Usaha (Private Sector)
a. Memberikan kepastian terhadap biaya dan waktu yang diperlukan
dalam pelayanan yang terkait dengan ekspor-impor.
b. Meningkatkan daya saing produk dalam negeri.
c. Memperluas akses pasar dan sumber-sumber faktor produksi.
d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pemanfaatan dan
pengalokasian sumber daya.
e. Mendorong tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan.
f. Mendukung penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
dalam penyelesaian ekspor-impor
Penerapan Sistem NSW di Indonesia, dilakukan melalui penyediaan Portal
INSW, yaitu suatu sistem yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan dengan
proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin
keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem
internal secara otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan/
kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait dengan proses penanganan dokumen
Pada tataran ideal dalam penerapan Sistem NSW, diharapkan Portal INSW
akan menjadi ‘akses tunggal’ bagi siapapun (seluruh entitas) yang akan melakukan
kegiatan apapun yang berkaitan dengan penanganan dan pelayanan ekspor-impor.
Demikian juga bagi User (Pengguna Portal INSW), cukup sekali saja melakukan
akses (single sign on) akan dapat memperoleh semua layanan dari semua GA dan
entitas lainnya yang tergabung kedalam Portal INSW. Penggunaan Portal INSW
secara ”live” dalam proses pelayanan kepabeanan dan perijinan atas barang impor
dan ekspor, akan membawa Indonesia menuju otomasi secara elektronik sistem
pelayanan publik yang terintegrasi, sehingga diharapkan secara konkrit akan dapat
mewujudkan “Reformasi Layanan Publik di Bidang Ekspor-Impor”. Portal INSW
dapat diakses melalui halaman utama (homepage) situs resmi INSW dengan nama
domain http://www.insw.go.id
Dengan adanya liberalisasi perdagangan yang ingin dibentuk dalam ASEAN
Economic Community (AEC) 2015 secara umum dituntut adanya daya saing yang
baik baik dari ASEAN maupun seluruh anggotanya untuk dapat mempeoleh semua
hasil maksimal yang dapat diraih dari kerjasama ini. Tentunya untuk mewujudkan hal
tersebut diperlukan adanya persiapan yang baik dari seluruh anggota ASEAN
termasuk Indonesia, yang pelaksanaannya sesuai dengan cetak biru AEC 2015 yang
telah disepakati oleh seluruh anggota ASEAN.
INSW sebagai salah satu instrumen dalam fasilitas perdagangan yang
berupaya untuk meliberalisasikan perdagangan dengan menghapus
dan tantangan yang besar yang membutuhkan persapan serta daya saing yang baik
agar mampu bersaing di dalamnya, dan salah satu insrumen dalam hal ini adalah
pembentukan NSW. Pembangunan dan pengembangan Sistem NSW yang
sedemikian besar dan sangat kompleks, memerlukan banyak sekali perubahan
mendasar dan penyesuaian di lingkungan internal setiap GA (Goverment Agencies)
dimana dalam prakteknya sering menemui banyak permasalahan, kendala dan
hambatan sehingga perlu langkah antisipasi dan solusi bersama. Persiapan yang
dilakukan oleh Indonesia harus mampu mengatasi lemahnya kondisi kinerja
pelayanan ekspor-impor yang ada di Indonesia saat ini. Berikut ini kondisi kinerja
pelayanan ekspor-impor yang perlu ditingkatkan:42
1. Lead Time waktu penanganan barang impor dan ekspor yang masih terlalu
lama (dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya)
2. Masih banyaknya titik layanan (Point of Services) dalam proses pelayanan
ekspor-impor sehingga mengakibatkan pelayanan tidak efisien
3. Masih adanya biaya-biaya dalam penanganan lalulintas barang ekspor-impor,
sehingga mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy)
4. Tingkat validitas dan akurasi data atas transaksi dan kegiatan ekspor-impor
yang belum memadai, terutama terkait dengan data perijinan ekspor-impor
5. Kepentingan nasional untuk mengontrol lalu-lintas barang antar negara
Untuk melindungi kepentingan nasional, perlu adanya kontrol terhadap
lalulintas barang ekspor-impor secara lebih baik, terutama yang terkait dengan
42
isu terorisme, trans-national crime, drug trafficking, illegal activity,
Intellectual Property Right dan perlindungan konsumen
6. Kinerja sistem pelayanan publik yang perlu ditingkatkan
Untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional, perlu dilakukan
peningkatan kinerja sistem pelayanan publik dengan menerapkan
prinsip-prinsip good-governance melalui pembangunan otomasi sistem pelayanan
yang terintegrasi
7. Sistem pelayanan yang masih belum terintegrasi sehingga menghambat
kelancaran arus barang. Untuk meningkatkan kelancaran arus barang
ekspor-impor, sangat dibutuhkan adanya integrasi sistem antar Instansi Pemerintah
(GA) yang akan mampu meningkatkan efisiensi pelayanan keseluruhan proses
ekspor-impor
Kinerja dari pelayanan ekspor impor dari Indonesia tersebut adalah
bentuk-bentuk hambatan yang terdapat dalam aliran bebas barang di Indonesia, sekaligus
merupakan hambatan bagi Indonesia dalam mewujudkan liberalisasi perdagangan
dengan berusaha menghapuskan segala bentuk hambatan dalam aliran bebas barang
di ASEAN, bahkan di duna secara global. Penelitian ini tentunya ingin melihat sejauh
mana persiapan yang dilakukan oleh Indonesia dalam merealisasikan pembentukan
NSW tersebut dan juga manfaat yang dapat diperoleh dalam INSW ini. Persiapan
BAB III
Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic
Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam
Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)
III.1 Persiapan dalam Pembentukan INSW
Pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 adalah sebuah
kerjasama di bidang perekonomian dari Negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk
mencapai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya
saing, pertumbuhan ekonomi yang merata, dan terintegrasi dengan perekonomian
global. Dalam upayanya untuk membentuk pasar tunggal dan basis produksi,,
kerjasama ini memiliki lima sector utama, yakni: aliran bebas barang atau free flow of
goods, aliran bebas jasa atau free flow of service, aliran bebas investasi atau free flow
of investment, aliran bebas tenaga kerja atau free flow of skilled labour, dan aliran
bebas modal atau free flow of capital. Di samping itu AEC memiliki 12 sektor
unggulan, yakni: produk-produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan,
poduk berbasis karet, tekstil dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara,
e-ASEAN, kesehatan, pariwisata, dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling
diminati, anggota ASEAN, dan menjadi ajang mereka untuk bersaing satu sama lain.
AEC juga menginginkan adanya kawasan yang meiliki daya saing, yang dilakukan
melalui kebijakan ekonomi yang berdaya saing, perlindungan konsumen-intelectual
proverty rights, pengembangan infrastruktur, perpajakan, e-Commerce. Dan adanya
integrasi. Serta meginginkan adanya integrasi ke perekonomian global yang
dilakukan melalui pendekatan koeheren hubungan ekonomi eksternal dan partisipasi
di global supply network. Di dalamnya terdaapat keterkaitan antara pilar-pilar yang
terdapat di dalam AEC serta saling mendukung satu sama lain dalam mewujudkan
sita-sita dari pembentukan AEC ini.
Pada sektor aliran bebas barang, pembentukan NSW yang merupakan salah
satu program kerja dalam fasilitas perdagangan, hal ini dapat membantu terwujudnya
liberalisasi perdagangan di kawasan ASEAN sesuai dengan sasaran yang ingin diraih
dalam sektor ini.
Bagi Indonesia sendiri secara umum, keterlibatannya dalam AEC ini adalah
merupakan salah satu dari kerjasama internasionalnya di forum regional yang
merupakan bagian dari politik luar negerinya yang bebas aktif sekaligus sebagai suatu
upaya untuk mewujudkan cita-cita nasionalnya, yakni mensejahterakan kehidupan
bangsa. Dalam pembentukan INSW secara khusus, hal ini dilakukan sebagai bagian
dari komitmen Indonesia atas kesepakatan yang telah dibuat dalam AEC bersama
negara anggota ASEAN lainnya, di samping juga hal ini merupakan kebutuhan dari
bangsa Indonesia sendiri untuk dapat lebih meningkatkan kinerjanya layanan dalam
aktifitas perdagangan dunia.
Oleh karena kunci sukses dari perwujudan dari AEC 2015 serta untuk
menunjukkan komitmen yang telah disepakati bersama, khusus dalam pembentukan
INSW yang merupakan sebuah instrumen dalam usaha ASEAN untuk
menghilangkan segala bentuk hambatan yang ada dalam aliran bebas barang (Free
Komponen-kompenen dalam pembentukan INSW, untuk menselaraskan
dengan standar yang ditentukan,
Persiapan Indonesia dalam pembentukan INSW, yang memiliki tiga tahapan,
Pelaksanaan program kerja tahun 2007 dan program kerja tahun 2008, serta
Momentum penerapan sistem NSW: peluang dan tantangan
III.1.1 Komponen-Kompenen dalam Pembentukan INSW
Di dalam INSW terdapat komponen utama yang mendukung terbentuknya
INSW, kesepakatan dasar dan kebijakan data, komponen teknis standasasi dan
prasyarat Teknis, conseptual model dan topologi sistem NSW, yang harus dipenuhi
oleh Indonesia agar tidak berseberangan dengan konsep NSW yang dibuat ASEAN
III.1.1.a Komponen Utama yang Mendukung Terbentuknya INSW
Dalam pembentukan INSW terdapat beberapa komponen utama yang
mendukung terbentuknya INSW. Komponen utama entitas sistem yang akan
mendukung penerapan sistem NSW di Indonesia, secara umum dapat dikelompokkan
menjadi 4 :43
Semua instansi pemerintah yang melakukan pelayanan kepada publik terkait
dengan kegiatan perdagangan internasional, mulai yang menerbitkan perijinan
Instansi Pemerintah yang Terkait Langsung dengan Kegiatan Ekspor-Impor
(Related GA (Goverment Agencies))
43