ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK DEVISA
DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA
TESIS
Oleh
DINA HASTALONA
067019087/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
S E K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA N
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK DEVISA
DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DINA HASTALONA
067019087/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA Nama Mahasiswa : Dina Hastalona
Nomor Pokok : 067019087
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui, Komisi Pembimbing:
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, AK) (Dr. Isfenti Sadalia, ME) Ketua Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Dr. Rismayani, MS)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 20 April 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, AK Anggota : 1. Dr. Isfenti Sadalia, ME
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:
“ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.
Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.
Medan, April 2010 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan termasuk perbankan, karena kinerja keuangan tersebut merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Perkembangan perbankan saat ini ditandai dengan membaiknya kesehatan perbankan, namun fungsi intermediasinya belum pulih.
Penelitian ini memberikan gambaran atas kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa sehingga dengan mengetahui kekuatan bank, maka dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha bank. Sedangkan kelemahannya dapat dijadikan dasar untuk perbaikan di masa mendatang. Penelitian ini juga untuk mengetahui apakah fungsi intermediasi bank devisa dan bank non devisa telah berjalan baik dilihat dari LDR nya.
Bank Devisa dan Bank Non Devisa yang diteliti adalah Bank Swasta Nasional. Dari populasi sebanyak 40 bank devisa dan 34 bank non devisa, diambil 30 bank devisa dan 26 bank non devisa sebagai sampel data yang dianggap sesuai. Variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR, BOPO serta Net Profit Margin (NPM). Variabel tingkat suku bunga SBI dan kredit yang diberikan digunakan untuk melihat apakah kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap fungsi intermediasi bank devisa dan bank non devisa atau tidak. Metode analisis data yang digunakan adalah uji deskriptif, uji beda dan uji regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan tingkat suku bunga SBI dan Kredit yang Diberikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap LDR bank devisa dan bank non devisa. Hal ini berarti bahwa tingkat suku bunga SBI yang ditawarkan oleh otoritas moneter yakni Bank Indonesia dan Kredit yang Diberikan oleh bank devisa dan bank non devisa baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing berpengaruh atau menentukan LDR bank devisa dan bank non devisa periode 2005 sampai dengan 2007, dan secara parsial variabel tingkat suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan terhadap LDR bank devisa dan bank non devisa periode 2005 sampai dengan 2007.
Dilihat dari kinerjanya bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa, serta terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Profit Margin (NPM) antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa.
ABSTRACT
Financial performance is an important thing to be achieved by each company, including banking industry, because the financial performance is a reflection of the company's ability to manage and allocate resources. Current banking developments marked with improving the performance of banking, but not yet recovered intermediation function.
This study gives an overview of the advantages and disadvantages listed in the financial performance of foreign banks and non foreign banks so that by knowing the power of the bank, it can be used for business development bank and knowing the weaknesses can be used the basis for future improvements. The study also to determine whether the bank intermediary function of foreign banks and non foreign banks have been going well it views of LDR.
Foreign banks and non foreign banks under this study is the National Private Bank. Populations of this study are 40 foreign banks and 34 non-foreign banks, taken 30 foreign banks and 26 non-foreign banks as the sample data that is considered appropriate. This study used several variables to measuring of performance, there are Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR, BOPO and Net Profit Margin (NPM). Variable of SBI interest rate and loans used to see whether both of variables will affect the foreign banks and non-bank foreign bank intermediary function or not. Methods of data analysis used are descriptive test, different tests and regression tests.
The results of study showing that simultaneous SBI interest rates and Loans have a significant influence on LDR foreign banks and non- foreign banks. This means that the SBI interest rate offered by the monetary authorities, Bank Indonesia, and loans by foreign banks and non-foreign banks in rupiah currency and foreign currencies affected or determine of LDR foreign banks and non foreign banks in the period 2005 to 2007, and partially variable of interest rate of SBI have a significant influence on LDR foreign banks and non foreign banks in the period 2005 to 2007.
By viewing the performance that there is no difference in financial performance which measured by the ratio Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), operating expenses and operating income (BOPO) between foreign banks and non foreign banks, and there are differences in financial performance which measured by comparison Loan to Deposit Ratio (LDR) and Net Profit Margin (NPM) between foreign banks and non foreign banks.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir penulisan tesis ini.
Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Magister Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti masalah kinerja
keuangan perbankan dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Devisa dan
Bank Non Devisa di Indonesia”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc. (CTM) Sp.A(K)., selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS., selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak., selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME., selaku Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan,
membimbing serrta mendorong penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
6. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Anggota
Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan
7. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembanding
yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan
tesis ini.
8. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi penulis.
9. Seluruh pegawai dan staf pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
10. Teristimewa kepada suami tercinta Mardani, dan anakku tersayang Nada Afsheen
Myesha serta kedua orang tua penulis yang telah memberikan dorongan semangat
serta doa kepada penulis.
Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
serta masukan dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan
tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan berguna bagi banyak
pihak.
Medan, April 2010
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Dina Hastalona, lahir pada tanggal 16 Mei 1978 di Medan, anak pertama dari
lima bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Amiruddin Muhammad dan Ibu Dra. Niel
Hasni. Menikah pada tanggal 22 Pebruari 2003 dengan Mardani, SE dan memiliki
seorang puteri bernama Nada Afsheen Myesha.
Pendidikan di mulai pada tahun 1984 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 064021
di Medan (tamat dan lulus tahun 1990), SMP Negeri 16 Medan (tamat dan lulus
tahun 1993), SMA Sutomo I Medan (tamat dan lulus tahun 1996). Selanjutnya tahun
1996 meneruskan pendidikan ke Politeknik Negeri Medan Jurusan Akuntansi
Perbankan, lulus tahun 1999. Tahun 1999 melanjutkan ke Strata-1 Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara (USU) Jurusan Manajemen (tamat dan lulus tahun 2002),
dan tahun 2006 melanjutkan ke strata-2 Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Mulai bekerja pada tahun 2000 sampai dengan 2006 sebagai kasie
administrasi pada PT. Ira Widya Utama di Medan, dan sejak tahun 2005 sampai
sekarang bekerja sebagai staf pengajar pada Kopertis Wilayah I Sumatera Utara dan
DAFTAR ISI
II.6 Analisis Rasio Keuangan Perbankan………... 27
II.6.1 Rasio Likuiditas………. 28
II.6.2 Rasio Rentabilitas……….. 29
II.6.3 Return on Assets……..……….. 29
II.6.4 Return on Equity (ROE)……….…... 30
II.6.5 Operations Expenses/Operations Income (OE/OI)… 31 II.6.6 Net Profit Margin (NPM)……….. 31
II.7 Kredit...………... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33
III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian……… 33
III.2 Metode Penelitian………... 33
III.3 Populasi dan Sampel………... 34
III.4 Teknik Pengumpulan Data………... 35
III.5 Jenis dan Sumber Data………... 35
III.6.1 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Hipotesis Pertama dan Kedua... 36
III.6.1.1 Identifikasi Variabel Hipotesis Pertama dan Kedua……… 36
III.6.1.2 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama dan Kedua... 36
III.6.2 Model Analisis Data Hipotesis Pertama dan Kedua 37 III.6.3 Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama dan Kedua... 41
III.6.3.1 Uji Normalitas... 41
III.6.3.2 Uji Multikolinieritas... 41
III.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas... 42
III.6.3.4 Uji Autokorelasi……... 42
III.7 Hipotesis Ketiga... 43
III.7.1 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Ketiga... 43
III.7.2 Pengujian Hipotesis Ketiga……….. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 47
IV.1 Hasil Penelitian………... 47
IV.1.1 Deskripsi Data Penelitian... 47
IV.1.1.1 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis Pertama dan Kedua... 47
IV.1.1.2 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis Ketiga... 49
IV.1.2 Hasil Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama dan Kedua... 56
IV.1.2.1 Hasil Uji Normalitas... 56
IV.1.2.2 Hasil Uji Multikolinieritas... 59
IV.1.2.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 60
IV.1.2.4 Hasil Uji Autokorelasi... 62
IV.2 Pembahasan………....………... 63
IV.2.1 Pembahasan Hipotesis Pertama... 63
IV.2.2 Pembahasan Hipotesis Kedua... 66
IV.2.3 Pembahasan Hipotesis Ketiga... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 75
V.1 Kesimpulan………...………... 75
V.2 Keterbatasan... 77
V.3 Saran... 78
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
I.1 Kinerja Keuangan Perbankan di Indonesia Periode 2005-2007... 3
II.1 Review Penelitian Terdahulu ... 16
III.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Sampel ... 35
III.2 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama dan Kedua... 37
III.3 Pengukuran Autokorelasi ... 42
III.4 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Ketiga... 45
IV.1 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis Pertama... 47
IV.2 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis Kedua ... 48
IV.3 Perbandingan ROA Bank Devisa dan Bank Non Devisa... 49
IV.4 Perbandingan ROE Bank Devisa dan Bank Non Devisa... 51
IV.5 Perbandingan OE/OI Bank Devisa dan Bank Non Devisa... 52
IV.6 Perbandingan LDR Bank Devisa dan Bank Non Devisa... 54
IV.7 Perbandingan NPM Bank Devisa dan Bank Non Devisa... 54
IV.8 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama... 58
IV.9 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua... 59
IV.10 Uji Multikolinieritas Hipotesis Pertama... 60
IV.11 Uji Multikolinieritas Hipotesis Kedua... 60
IV.12 Hasil Uji Autokorelasi Hipotesis Pertama... 62
IV.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama... 62
IV.15 Hasil Uji Secara Serempak Hipotesis Pertama... 64
IV.16 Hasil Uji Secara Parsial Hipotesis Pertama... 65
IV.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua... 67
IV.18 Hasil Uji Secara Serempak Hipotesis Kedua... 68
IV.19 Hasil Uji Secara Parsial Hipotesis Kedua ... 68
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
I.1 Kerangka Berpikir ... 12
IV.1 Perkembangan Rata-rata ROA Bank Devisa Tahun 2005, 2006, 2007 ... 50
IV.2 Perkembangan ROA Bank Non Devisa Tahun 2005, 2006, 2007.. 50
IV.3 Perkembangan Rata-rata ROE Bank Devisa ... 51
IV.4 Perkembangan Rata-rata ROE Bank Non Devisa... 52
IV.5 Perkembangan Rata-rata OE/OI Bank Devisa ... 53
IV.6 Perkembangan OE/OI Bank Non Devisa ... 53
IV.7 Perkembangan Rata-rata NPM Bank Devisa Tahun 2005, 2006, 2007... 55
IV.8 Perkembangan NPM Bank Non Devisa Tahun 2005, 2006, 2007... 55
IV.9 Normalitas Data Hipotesis Pertama... 57
IV.10 Normalitas Data Hipotesis Kedua... 57
IV.11 Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Daftar Bank Devisa dan Bank Non Devisa
di Indonesia (Populasi) ... 82
2 Daftar Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia (sampel) .... 83
3 Data Loan to Deposit Ratio Bank Devisa (Sampel) ... 84
4 Data Loan to Deposit Ratio Bank Non Devisa (Sampel)... 85
5 Data Nilai Kredit yang Diberikan Bank Devisa (Sampel) ... 86
6 Data Nilai Kredit yang Diberikan Bank Non Devisa (Sampel) ... 87
7 Data Return on Assets Bank Devisa (Sampel) ………... 88
8 Data Return on Assets Bank Non Devisa (Sampel) ………. 89
9 Data Return on Equity Bank Devisa (Sampel) ……….. 90
10 Data Return on Equity Bank Non Devisa (Sampel) ……….. 91
11 Data OE/OI Bank Devisa (Sampel)……….... 92
12 Data OE/OI Bank Non Devisa (Sampel)………... 93
13 Data Net Profit Margin Bank Devisa (Sampel) ……… 94
14 Data Net Profit Margin Bank Non Devisa (Sampel) ……… 95
15 Data Tingkat Suku Bunga SBI tahun 2005, 2006, 2007 ………….... 96
16 Hasil Uji Statistik Hipotesis Pertama ………. 98
ABSTRAK
Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan termasuk perbankan, karena kinerja keuangan tersebut merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Perkembangan perbankan saat ini ditandai dengan membaiknya kesehatan perbankan, namun fungsi intermediasinya belum pulih.
Penelitian ini memberikan gambaran atas kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa sehingga dengan mengetahui kekuatan bank, maka dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha bank. Sedangkan kelemahannya dapat dijadikan dasar untuk perbaikan di masa mendatang. Penelitian ini juga untuk mengetahui apakah fungsi intermediasi bank devisa dan bank non devisa telah berjalan baik dilihat dari LDR nya.
Bank Devisa dan Bank Non Devisa yang diteliti adalah Bank Swasta Nasional. Dari populasi sebanyak 40 bank devisa dan 34 bank non devisa, diambil 30 bank devisa dan 26 bank non devisa sebagai sampel data yang dianggap sesuai. Variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR, BOPO serta Net Profit Margin (NPM). Variabel tingkat suku bunga SBI dan kredit yang diberikan digunakan untuk melihat apakah kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap fungsi intermediasi bank devisa dan bank non devisa atau tidak. Metode analisis data yang digunakan adalah uji deskriptif, uji beda dan uji regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan tingkat suku bunga SBI dan Kredit yang Diberikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap LDR bank devisa dan bank non devisa. Hal ini berarti bahwa tingkat suku bunga SBI yang ditawarkan oleh otoritas moneter yakni Bank Indonesia dan Kredit yang Diberikan oleh bank devisa dan bank non devisa baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing berpengaruh atau menentukan LDR bank devisa dan bank non devisa periode 2005 sampai dengan 2007, dan secara parsial variabel tingkat suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan terhadap LDR bank devisa dan bank non devisa periode 2005 sampai dengan 2007.
Dilihat dari kinerjanya bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa, serta terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Profit Margin (NPM) antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa.
ABSTRACT
Financial performance is an important thing to be achieved by each company, including banking industry, because the financial performance is a reflection of the company's ability to manage and allocate resources. Current banking developments marked with improving the performance of banking, but not yet recovered intermediation function.
This study gives an overview of the advantages and disadvantages listed in the financial performance of foreign banks and non foreign banks so that by knowing the power of the bank, it can be used for business development bank and knowing the weaknesses can be used the basis for future improvements. The study also to determine whether the bank intermediary function of foreign banks and non foreign banks have been going well it views of LDR.
Foreign banks and non foreign banks under this study is the National Private Bank. Populations of this study are 40 foreign banks and 34 non-foreign banks, taken 30 foreign banks and 26 non-foreign banks as the sample data that is considered appropriate. This study used several variables to measuring of performance, there are Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR, BOPO and Net Profit Margin (NPM). Variable of SBI interest rate and loans used to see whether both of variables will affect the foreign banks and non-bank foreign bank intermediary function or not. Methods of data analysis used are descriptive test, different tests and regression tests.
The results of study showing that simultaneous SBI interest rates and Loans have a significant influence on LDR foreign banks and non- foreign banks. This means that the SBI interest rate offered by the monetary authorities, Bank Indonesia, and loans by foreign banks and non-foreign banks in rupiah currency and foreign currencies affected or determine of LDR foreign banks and non foreign banks in the period 2005 to 2007, and partially variable of interest rate of SBI have a significant influence on LDR foreign banks and non foreign banks in the period 2005 to 2007.
By viewing the performance that there is no difference in financial performance which measured by the ratio Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), operating expenses and operating income (BOPO) between foreign banks and non foreign banks, and there are differences in financial performance which measured by comparison Loan to Deposit Ratio (LDR) and Net Profit Margin (NPM) between foreign banks and non foreign banks.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Persaingan dalam industri perbankan kini semakin tajam, terlebih didorong
oleh perkembangan pengetahuan masyarakat yang semakin selektif dalam memilih
bank, yaitu bank yang dapat memberikan layanan keuangan berkualitas bagi bisnis
dan pribadinya. Bank terbaik adalah bank yang dapat memenuhi segala kebutuhan
finansial nasabahnya. Sementara itu, kondisi perbankan nasional sendiri mengalami
pasang surut di dalam sejarah perkembangannya.
Setelah krisis ekonomi 1997-1998, industri perbankan mengalami perubahan
dalam jumlah bank. Jika pada 1998 jumlah bank umum mencapai 208 bank, maka
pada Nopember 2007, jumlah bank umum turun menjadi 130 bank, yang terdiri dari 5
bank persero, 26 bank pembangunan daerah, 35 bank umum swasta nasional devisa,
36 bank umum swasta non devisa, 17 bank campuran, dan 11 bank asing. Penurunan
jumlah bank disebabkan adanya pencabutan ijin usaha dan merger bank (InfoBank
No. 347 Edisi Pebruari 2008).
Pada masa krisis ekonomi tahun 1997, sektor perbankan merupakan salah satu
industri yang terkena dampak langsung paling parah. Selanjutnya, perbankan terus
mengalami masa-masa sulit di mana banyak bank yang mengalami kemunduran
Seiring waktu berjalan dan dengan didorong oleh kemajuan ekonomi maka
sektor perbankan perlahan-lahan bangkit kembali. Bank pemerintah dan swasta saling
bersaing dalam hal pelayanan dan pemenuhan kewajiban kepada nasabahnya. Melalui
proses restrukturisasi perbankan pada tahun 1999, maka banyak bank yang
melakukan program restrukturisasi operasional, merger atau akuisisi sehingga kinerja
perbankan Indonesia mulai membaik. Indikator utama yang bisa dilihat adalah dari
pertumbuhan asset perbankan yang terus meningkat. Beberapa indikator lainnya juga
terus membaik, misalnya laba bersih meningkat, dana meningkat, ekspansi kredit
meningkat dan tingkat kredit bermasalah menurun.
Salah satu pilar agar industri perbankan mampu bertahan dalam tatanan
ekonomi global di mana intensitas persaingan antarbank semakin tinggi adalah
perbankan mempunyai kinerja yang baik. Penilaian kinerja sangatlah penting bagi
semua perusahaan, termasuk perusahaan perbankan. Melalui penilaian kinerja,
perusahaan dapat mengetahui apakah kinerja dan operasional perusahaan tersebut
buruk atau tidak. Jika dinilai buruk maka diharapkan perusahaan dapat
memperbaikinya. Jika kinerjanya sudah baik, diharapkan perusahaan dapat
mempertahankan atau meningkatkan kinerja dan operasionalnya agar lebih baik.
Salah satu dimensi pokok kinerja perbankan adalah kinerja keuangan. Kinerja
keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan termasuk
perbankan di manapun, karena kinerja keuangan tersebut merupakan cerminan dari
Tabel I.1 berikut menjelaskan bahwa ROA bank devisa secara persentase
mengalami kenaikan lebih kecil dibandingkan ROA bank devisa, begitu juga NPM
bank non devisa mengalami kenaikan lebih tinggi dalam setiap tahunnya
dibandingkan dengan bank devisa. Dilihat dari segi efisiensinya, maka bank non
devisa setiap tahunnya bertambah efisien jika dibandingkan dengan bank devisa.
Tabel I.1. Kinerja Keuangan Perbankan di Indonesia Periode 2005-2007
Kinerja Keuangan Perbankan Bank Devisa Bank Non Devisa ROA
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2008 (diolah).
Dilihat secara umum, kredit perbankan nasional hanya tumbuh sebesar 8,7%
hingga semester I 2007, masih jauh di bawah target BI sekitar 20% selama 2007.
Menurut kelompok bank, Bank Pembangunan Daerah mengalami pertumbuhan
sebesar 9,3%, bank umum swasta nasional non devisa sebesar 14,3% (Sumber:
http://www.bni.co.id/portals/o/document/perbankan.pdf).
Salah satu masalah ekonomi penting yang dihadapi bangsa Indonesia dalam
beberapa tahun terakhir adalah kelebihan likuiditas dalam perekonomian. Akibat
ekses likuiditas tersebut, maka penempatan dana di Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
umumnya semakin bertambah.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), total SBI per 17
Januari 2008 mengalami peningkatan dari kisaran Rp 200 triliun tahun lalu menjadi
Rp 312,79 triliun tahun ini. Proporsinya, kepemilikan asing yang mencapai Rp 28,94
triliun atau sekitar 9,25 persen dari total keseluruhan.
Masalah ini terbilang cukup serius mengingat dampak utama yang
ditimbulkannya antara lain minimnya kucuran dana bagi sektor riil akibat uang hanya
berputar di pasar keuangan dan rentannya perekonomian dalam negeri terhadap
isu-isu eksternal. Sebagai contoh, gejolak yang memukul pasar saham domestik pada
tahun 1997. Belum lagi biaya yang tidak sedikit yang harus dikeluarkan bank sentral.
Menurut Direktur Biro Riset InfoBank, Supriyanto, yang membuat kinerja
keuangan perbankan menurun adalah penurunan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Selama ini, ekses likuiditas perbankan lebih banyak ditanamkan ke
SBI sehingga penurunan suku bunga SBI akan memukul balik pendapatan bunga
perbankan. Belum adanya perubahan paradigma menjadi bank leads the development.
Ini mencerminkan belum adanya keberanian kalangan perbankan mengambil risiko
Sementara menurut Edijoelianto (2007) masih rendahnya Rasio LDR (Loan to
Deposit Ratio) bank non devisa dibanding bank devisa, akibat trauma dengan
kejadian penutupan dan tidak solvabelnya bank-bank devisa pasca pakto 1988
sehingga berakibat dibekukan izin operasional bank devisa tersebut. Sejak terimbas
krisis finansial pada pertengahan tahun 1997, perbankan memang terkesan trauma.
Bank lebih senang menanamkan dananya dalam instrumen yang aman, seperti Surat
Utang Negara (SUN), atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Adapun perkembangan kredit bermasalah bank selama tahun 2007 secara
nasional mengalami penurunan dibanding Desember 2006 yakni dari 6,07% menjadi
5,17% (Info Bank No. 346, Januari 2008). Walaupun mengalami penurunan, hal ini
masih tetap menunjukkan bahwa perbankan nasional masih dihinggapi kredit
bermasalah yang cukup tinggi karena berada sedikit di atas batas maksimal yang
ditentukan oleh Bank Indonesia yakni 5%.
Ekonom Bisnis Indonesia, Rokhim (2007) mengungkapkan bahwa kinerja
perbankan dari sisi tuntutan regulasi dan kinerja keuangan periode 2006
menunjukkan hasil baik, namun kinerja tersebut belum mencerminkan kinerja yang
seharusnya dicapai. Karenanya perlu dilakukan penilaian atas tingkat efisiensi bank
untuk melihat apakah bank telah menjalankan usahanya dengan maksimal atau
meminimalkan penggunaan sumber dayanya untuk menghasilkan output yang ada.
Perbankan nasional mampu mencetak Net Interest Margin tinggi, tetapi tidak efisien
operasional (OE/OI) sebesar 73,90% sehingga ditengarai menjadi kendala penurunan
suku bunga kredit (InfoBank No. 343, Oktober 2007).
Besarnya laba perbankan yang dicapai bukan karena kerja keras pengelola
bank, tetapi lebih banyak dipengaruhi kebijakan penurunan suku bunga oleh BI,
subsidi keuangan negara dan ketidakadilan pengelola bank dalam menetapkan suku
bunga kredit. Ini terlihat ketika suku bunga SBI turun, net interest margin justru
meningkat. Ini berarti suku bunga kredit yang seharusnya sudah turun secara
signifikan dibiarkan tinggi oleh perbankan. Banking Efficiency Award Bisnis
Indonesia 2007 melakukan penilaian per kategori bank, diantaranya Bank BUMN (5
bank) dengan nilai rata-rata 0,801; Bank BPD (26 bank) dengan nilai rata-rata 0,727;
Bank Swasta Nasional (71 bank) dengan nilai rata-rata 0,679; Bank Devisa (35 bank)
dengan nilai rata-rata 0,732. Bank non Devisa (36 bank) dengan nilai rata-rata 0,628;
Bank campuran (17 bank) dengan nilai rata-rata 0,750.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kredit yang
diberikan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap LDR Bank Devisa?
2. Apakah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kredit yang
diberikan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap LDR Bank Non
3. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Return
on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Operations Expenses/Operations
Income (OE/OI), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Profit Margin (NPM)
antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa?
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji:
1. Pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kredit yang
diberikan terhadap LDR Bank Devisa.
2. Pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kredit yang
diberikan terhadap LDR Bank Non Devisa.
3. Perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Return on Assets
(ROA), Return on Equity (ROE), Operations Expenses/Operations Income
(OE/OI), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Profit Margin (NPM) antara
Bank Devisa dan Bank Non Devisa.
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Untuk kalangan perbankan sebagai pertimbangan atas kekuatan ataupun
kelemahan yang terdapat dalam kinerja keuangan bank devisa dan bank non
devisa. Dengan mengetahui kekuatan bank, maka dapat dimanfaatkan untuk
untuk perbaikan di masa mendatang dalam menghimpun dana dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat.
2. Untuk Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam menambah studi
kepustakaan dan sebagai bahan penelitian selanjutnya mengenai kinerja
keuangan pada bank devisa dan bank non devisa di Indonesia.
3. Untuk memberikan wawasan tambahan bagi peneliti dalam melatih diri berfikir
secara ilmiah di bidang Manajemen Keuangan khususnya yang berkaitan
dengan kinerja keuangan perbankan.
4. Untuk peneliti selanjutnya sebagai bahan rujukan dengan kajian yang sama
untuk melakukan pengembangan penelitian.
I.5. Kerangka Berpikir
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, bank merupakan badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Jenis-jenis bank dibagi ke dalam dua macam dilihat dari statusnya:
1. Bank Devisa, merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque,
pembukaan dan pembayaran Letter of Credit (L/C) dan transaksi luar negeri
2. Bank Non Devisa, merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa, di mana transaksi yang
dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara (Kasmir, 2002).
Sumber dana bank terbagi atas tiga yakni dari para pemilik, dari cadangan
(laba yang ditahan, laba tahun lalu, laba tahun berjalan, cadangan revaluasi aktiva
tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif), sumber dana pihak ketiga (giro,
deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan rekening kreditur umum), antarbank
pasiva (inter bank call money market, surat berharga pasar uang, pembiayaan
bersama likuiditas dari bank indonesia, credit line dari koresponden bank), sumber
pembelanjaan intensif dan pasar modal (Muljono, 1996).
Dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank
seharusnya tidak mengendap di bank. Hal ini sesuai dengan pengertian dari bank
tersebut yang tercantum dalam UU RI No. 10 Tahun 1998, yakni harus menyalurkan
dana yang terkumpul kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Penyaluran kredit merupakan fungsi utama dari bank dan merupakan sumber
pendapatan yang utama pada umumnya. Pendapatan ini diperoleh dari spread suku
bunga simpanan dan kredit yang dikenakan oleh bank. Claus dan Smith dalam artikel
pada RESERVE BANK OF NEW ZEALAND: Bulletin Vol. 62 No. 4 pg. 7 juga
menyatakan bahwa: financial intermediaries exist to bring borrowers and lenders
yang dijalankannya, sektor keuangan haruslah berperan sebagai agen dalam
mempercepat pembangunan dan meningatkan pertumbuhan ekonomi, yang pada
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Zulverdi et.al (2006) menyatakan bahwa: As intermediary institutions, banks
collect fund from surplus spending units with a certain cost and distribute it to deficit
spending units by imposing a certain interestrate as bank’s earning. Solomon (1983)
dalam Jones and Verhoef (2006) juga menyatakan bahwa: banking functions can be
divided into two categories as financial intermediaries and as money creators.
Fungsi intermediasi (LDR) adalah salah satu fungsi yang penting dalam
perbankan. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah harus selalu mendorong
berjalannya kembali fungsi intermediasi perbankan mengingat sektor riil yang masih
stagnan. BI mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 9/6/PBI/2007
tanggal 30 Maret 2007 yang merevisi penilaian kualitas aktiva bank umum.
PBI tersebut, akan mendorong intermediasi pada usaha kecil dan menengah
serta memperkuat manajemen risiko perbankan. Hal yang penting adalah bagaimana
agar dunia usaha bisa memperoleh kemudahan dalam mendapatkan kredit di bank.
Kebijakan moneter ketat yang ditempuh oleh otoritas moneter dengan
menaikkan suku bunga SBI akan menyebabkan semakin meningkatnya dana
perbankan yang ditanamkan pada instrumen SBI sehingga jumlah kredit yang
ditawarkan semakin berkurang (Harmanta dan Ekananda, 2005).
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada
dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan
profitabilitas bank Mengukur kinerja keuangan bank dapat menggunakan hasil
perhitungan rasio keuangan perbankan. Rasio-rasio keuangan tersebut sebagai berikut
(Riyadi, 2006):
1. Rasio Profitabilitas.
2. Cost Efficiency Ratio menunjukkan tingkat efisiensi kinerja suatu bank.
3. Net Interest Margin.
4. Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) atau OE/OI.
5. Government Bond Trading (GBTR).
6. Rasio Perbaikan Asset yang terdiri dari Non Performing Loan Gross dan Non
Performing Loan Net.
7. Rasio Kehati-hatian.
8. Loan to Deposit Ratio.
Di dalam penelitian yang dilakukan ini ada dua jenis rasio keuangan yang
dipergunakan, yaitu rasio rentabilitas dan rasio likuiditas.
Analisis rasio rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.
Bagian dari rasio rentabilitas adalah pengembalian aset, pengembalian ekuitas, marjin
bunga bersih, dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Margaretha,
2007).
Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit
dengan 110%. Jika lebih rendah dari 85%, maka bank tersebut dinilai memiliki dana
yang menganggur yang besar, sedangkan lebih besar dari 110%, maka risiko
likuiditas yang akan dihadapi sangat besar (Manurung dkk., 2004).
Dari uraian tersebut, kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:
Dibandingkan
Gambar I.1. Kerangka Berpikir
LDR bank devisa Tingkat suku bunga SBI
Laporan Keuangan
Bank Devisa Bank Non Devisa
Kinerja Keuangan:
1. ROA
2. ROE
3. OE/OI 4. LDR
5. NPM
Kinerja Keuangan:
1. ROA
2. ROE
3. OE/OI 4. LDR
5. NPM
Kredit yang diberikan
Tingkat suku bunga SBI
Kredit yang diberikan
I.6. Hipotesis
Dari rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran maka
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
kredit yang diberikan secara simultan dan parsial terhadap LDR Bank Devisa.
2. Terdapat pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
kredit yang diberikan secara simultan dan parsial terhadap LDR Bank Non
Devisa.
3. Terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Return on
Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Operations Expenses/Operations
Income (OE/OI), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Profit Margin (NPM)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Penelitian terdahulu
Febryani dan Zulfadin (2003) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia”. Data yang digunakan
adalah laporan keuangan bank devisa dan bank non devisa tahun 2000-2001. Sampel
yang digunakan adalah 30 bank devisa dan 30 bank non devisa. Metode analisis
statistik yang digunakan adalah uji beda dua rata-rata. Hasil penelitian yang diperoleh
adalah tidak terdapat perbedaan signifikan antara kinerja Bank Devisa dan bank non
Devisa dilihat dari variabel Return on Equity dan Return on Asset serta terdapat
perbedaan kinerja dilihat dari variabel Loan to Deposit Ratio.
Hadad, et.al (2003) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi
Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non Parametrik Data
Envelopment Analysis (DEA)”. Metodologi penelitian yang digunakan adalah non
parametric, dengan metodologi yang dikenal dengan istilah Data Envelopment
Analysis (DEA). Hasil penelitian yang diperoleh adalah kelompok bank swasta
nasional non devisa dapat dikatakan merupakan yang paling efisien selama 3 tahun
(2001-2003) dalam kurun analisis 8 tahun (1996-2003) dibanding bank-bank lainnya.
Harmanta dan Ekananda (2005) melakukan penelitian dengan judul
“Disintermediasi fungsi perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1997: Faktor
Disequilibrium”. Penelitian ini menggunakan model regresi dan maximum likehood
estimation. Data yang digunakan adalah data time series bulanan periode Januari
1993 s.d Desember 2003. Hasil penelitian yang diperoleh adalah dalam fungsi
permintaan kredit, seluruh variabel yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), spread suku
bunga (suku bunga kredit dikurangi suku bunga deposito), kurs Rupiah terhadap
USD, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan inflasi secara statistik signifikan
mempengaruhi permintaan kredit dan seluruh koefisien mempunyai tanda (sign)
sesuai dengan apa yang diharapkan Sementara dalam fungsi penawaran kredit,
seluruh variabel (kecuali variabel dummy krisis) yaitu kapasitas kredit, suku bunga
kredit, suku bunga SBI, dan Non Performing Loan (NPL) secara statistik juga
signifikan mempengaruhi penawaran kredit dan seluruh koefisien variabel bebas
(termasuk variabel dummy krisis) mempunyai tanda (sign) sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Lestari dan Sugiharto (2007) melakukan penelitian dengan judul “Kinerja
Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”.
Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 7 bank devisa dan 7 bank non
devisa. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2002 sampai dengan
tahun 2006. Metode analisis statistik yang digunakan adalah uji beda dua rata-rata
dan Uji Regresi Linier Berganda). Hasil penelitian yang diperoleh adalah perbedaan
kinerja antara ROA dan ROE Bank Devisa dan ROA, ROE Bank Non Devisa setelah
krisis ekonomi yakni tahun 2002-2006 tidak signifikan. Bank Non Devisa berperan
rasio LDR nya. Inflasi, nilai tukar rupiah terhadap US dollar, suku bunga SBI tidak
memiliki pengaruh terhadap rasio keuangan Bank (ROA, ROE, LDR).
Abidin (2007) melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Efisiensi pada
Bank Umum”. Jumlah sampel yang digunakan adalah 93 bank umum di Indonesia
pada periode tahun 2002 hingga tahun 2005. Metodologi penelitian yang digunakan
adalah non parametrik, dengan metodologi yang dikenal dengan istilah Data
Envelopment Analysis (DEA). Hasil penelitian yang diperoleh adalah bank devisa
berkinerja lebih baik dibandingkan dengan bank non devisa pada tahun 2005.
Tabel II.1. Review Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti dan Tahun Penelitian
Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Hasil Penelitian
Hadad, et.al
Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia
Beban personalia dibagi total aktiva, beban bunga dibagi dengan total pasiva,
beban lainnya dibagi
dengan aktiva tetap, kredit
yang diberikan pihak
terkait dengan bank, kredit
yang diberikan pihak
lainnya, surat berharga
yang dimiliki
Return on Assets dan Return on Equity serta
rasio likuiditas yaitu Loan
to Deposit Ratio
Nama Peneliti dan Tahun
Penelitian
Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Hasil Penelitian
Harmanta dan Ekananda (2005)
Lestari dan Sugiharto (2007)
Disintermediasi Fungsi
Perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1997: Faktor
(kapasitas kredit, suku
bunga kredit, suku
bunga SBI dan NPL)
secara statistik
signifikan mempengaruhi penawaran kredit dan
seluruh koefisien Devisa setelah krisis ekonomi yakni tahun
2002-2006 tidak
signifikan. Bank non Devisa berperan lebih
Nama Peneliti dan Tahun
Penelitian
Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Hasil Penelitian
Abidin (2007) Kinerja Efisiensi pada
Bank Umum
Variabel input terdiri dari dana pihak ketiga, biaya
bunga dan biaya
operasional lainnya,
sedangkan variabel
outputnya adalah besarnya
kredit, pendapatan bunga dan pendapatan opersional lainnya
Penelitian yang dilakukan ini memiliki beberapa kesamaan variabel yang
diteliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Febryani dan Zulfadin. Sedangkan
perbedaannya yaitu, penelitian ini menggunakan variabel lainnya yaitu NPM, OE/OI,
tingkat suku bunga SBI dan kredit yang diberikan serta sampel tahun penelitian yang
dilakukan yaitu mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.
II.2. Fungsi Bank
Pengertian bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perbankan adalah: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Rose (2002) menyatakan bahwa: Bank is a financial intermediary accepting
deposits and granting loans; offers the widest menu of services of any financial
institution. Sedangkan Mishkin (2003) menyatakan bahwa: Banks are financial
Sinkey, JR (2002) menyatakan bahwa: the traditional banking function deals
with two processes or contract: (1) gathering deposits (the first process) and
(2) making loans (the second process).
Menurut uraian di atas tersebut, jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai
financial intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat. Financial intermediation merupakan suatu aktivitas penting dalam
perekonomian, karena ia menimbulkan aliran dana dari pihak yang tidak produktif
kepada pihak yang produktif dalam mengelola dana. Selanjutnya, hal ini akan
membantu mendorong perekonomian menjadi lebih efisien dan dinamis.
Hal ini dipertegas Tangkilisan (2003) bahwa: perbankan nasional Indonesia
berfungsi sebagai financial intermediary dengan kegiatan usaha pokok menghimpun
dana dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dan masyarakat dan unit
surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung ke peminjam.
Pada umumnya ada beberapa pilihan utama bank dalam menempatkan
dananya untuk memperoleh pendapatan, yaitu sebagai berikut:
a. Kredit yang dipilih karena return yang lebih baik, meningkatkan
profitabilitas, dan meningkatkan prospek usaha nasabah.
b. Pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang merupakan alternatif
penempatan dana yang aman, berisiko rendah, berjangka pendek dengan
c. Pembelian obligasi pemerintah dipilih karena memiliki tingkat suku bunga
yang relatif tinggi jadi tingkat keuntungannya cukup baik dan risikonya
rendah.
Bank menanam dana terutama dalam bentuk pemberian kredit dan surat
berharga. Dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Penanaman dana dalam surat berharga yang lazim oleh perbankan adalah
dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
(Widjanarto, 1997). Pengertian SBI menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor:
4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah
surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek.
SBI memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
2. Berjangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua
belas) bulan yang dinyatakan dalam jumlah hari dan dihitung dari tanggal
penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh waktu.
3. Penerbitan dan perdagangan dilakukan dengan sistem diskonto.
Pola pembelian Sertifikat Bank Indonesia, yaitu:
1. Pembelian melalui pasar perdana (langsung ke BI).
2. Pembelian melalui pasar sekunder, yaitu kegiatan SBI di luar pasar perdana.
3. Pembelian melalui broker, baik untuk transaksi SBI di pasar perdana maupun
pasar sekunder, juga transaksi secara outright (pembelian/penjualan lepas)
(Riyadi, 2006).
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, jenis bank
dapat dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum.
Bank umum dilihat dari segi status dibagi dalam dua macam:
1. Bank Umum Devisa, artinya yang ruang lingkup gerak operasionalnya sampai ke
luar negeri. Seperti bank tersebut dapat membuka letter of credit (LC), layanan
transfer ke luar negeri, membuka tabungan dalam mata uang asing, dan lain-lain.
2. Bank Umum Non Devisa, artinya ruang lingkup gerak operasionalnya di dalam
negeri saja (Kasmir, 2002).
Suatu bank mempunyai status sebagai bank devisa jika bank tersebut
memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia (BI) untuk melakukan usaha
perbankan dalam valuta asing seperti yang dikemukakan oleh Kasmir di atas,
sedangkan suatu bank dikatakan bank non devisa jika belum memperoleh surat
Menurut peraturan Bank Indonesia, syarat-syarat yang harus dipenuhi
sebelum suatu bank umum swasta nasional dapat diberikan izin untuk menjadi bank
devisa, antara lain:
1. Bahwa bank yang bersangkutan telah bekerja untuk suatu jangka waktu tertentu.
2. Bahwa manajemen dan usahanya berjalan dengan baik dan sehat.
3. Bahwa bank yang bersangkutan mempunyai kemampuan finansial,
perlengkapan materil dan tenaga teknis yang diperlukan.
Hal ini memperjelas bahwa bank devisa memiliki ruang lingkup yang lebih
luas serta kinerja yang lebih baik dibandingkan bank non devisa.
II.3. Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu
perusahaan baik informasi mengenai jumlah dan jenis aktiva, kewajiban serta modal,
yang tergambar dalam neraca, juga memberikan gambaran hasil usaha perusahaan
dalam suatu periode tertentu yang dikeluarkan dalam laporan laba rugi dan arus kas
suatu perusahaan yang tergambar dalam laporan arus kas.
Horne (2005) menyatakan bahwa: laporan keuangan melaksanakan beberapa
fungsi, yakni neraca meringkas aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik suatu
perusahaan pada suatu periode, sementara laporan laba rugi meringkas pendapatan
Menurut Brigham (2004): the annual report presents four basic financial
statements-the balance sheet, the income statement, the statement of retained
earnings and the statement of cash flows.
Laporan keuangan yang disajikan oleh bank umum untuk dipublikasikan
kepada masyarakat, berpedoman pada peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI
tanggal 13 Desember 2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank dan surat
edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang Laporan
Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta laporan tertentu yang
disampaikan kepada Bank Indonesia.
Tujuan laporan keuangan suatu bank sebagai berikut:
a. Untuk memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan
modal bank pada waktu tertentu.
b. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang
diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
c. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode
(Kasmir, 2002).
Laporan keuangan bank umum terdiri dari:
1. Neraca, yang berisikan pos-pos aktiva dan pasiva neraca bank.
2. Perhitungan laba rugi dan saldo laba.
3. Komitmen dan kontijensi.
4. Perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum.
6. Transaksi valuta asing dan derivatif.
7. Perhitungan Rasio Keuangan, meliputi:
a. Permodalan, yang terdiri dari capital adequacy ratio (CAR) dan aktiva tetap
terhadap modal
b. Aktiva produktif, yang terdiri dari aktiva produktif bermasalah, Non
performing loan (NPL), PPAP terhadap aktiva produktif dan pemenuhan
PPAP.
c. Rentabilitas, yang terdiri dari return on asset (ROA), return on equity
(ROE), net interest margin (NIM) dan beban operasional termasuk beban
bunga dan beban PPAP serta beban penyisihan aktiva lain-lain dibagi
pendapatan operasional termasuk pendapatan bunga (BOPO).
d. Likuiditas yakni Loan Deposit Ratio (LDR).
e. Kepatuhan, meliputi kepatuhan terhadap persentase pelanggaran Batas
maksimum pemberian kredit (BMPK), persentase pelampauan BMPK, giro
wajib minimum (GWM) rupiah dan Posisi devisa neto (PDN).
8. Pembelian kredit dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional/BPPN (jika ada),
meliputi pokok kredit, nilai pembukuan kredit, jumlah PPAP/pendapatan
ditangguhkan, PPAP yang dibentuk dan pendapatan bunga (Riyadi, 2006).
II.4. Analisis Laporan Keuangan
tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan:
1. Perbandingan internal, yaitu membandingkan rasio pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama. 2. Perbandingan eksternal dan sumber-sumber rasio industri, yaitu
membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama.
Ada beberapa teknik analisis laporan keuangan tersebut meliputi:
a. Analisis Horisontal
Analisis horisontal mencoba melihat perkembangan berbagai perkiraan yang
ada dalam neraca dan laporan rugi laba dari tahun ke tahun, sehingga akan
nampak adanya turun naik yang membentuk suatu trend.
b. Analisis Vertikal
Dalam analisis vertikal, perkiraan penting dibuat sebagai nilai dasar, misalnya
total aktiva diangap 100% dan yang lainnya mengikuti. Demikian pula untuk
hutang dan modal sendiri masing-masing dianggap 100%.
c. Analisis Rasio
Dalam analisis rasio mencoba membandingkan berbagai perkiraan dalam
kategori yang berbeda, yakni antara perkiraan yang satu dengan perkiraan
yang lainnya, baik antara perkiraan dalam laporan rugi laba sendiri maupun
antara neraca dan laporan rugi laba.
d. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana.
Laporan keuangan proforma adalah suatu laporan keuangan yang disusun atas
dasar rasio-rasio keuangan pada masa lalu yang sifatnya sebagai proyeksi dari
neraca dan laporan rugi laba (Tangkilisan, 2003).
II.5. Kinerja Keuangan Perbankan
Penilaian kinerja keuangan berbeda dengan penilaian barang baik berwujud
maupun tidak berwujud. Dalam penilaian asset, cukup memeriksa obyek asset secara
fisik, kondisi ekonomi, dan fungsionalnya yang bersifat statis. Sedangkan penilaian
kinerja keuangan, yang dinilai adalah data keuangan yang diperoleh dari laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan kinerja keuangan adalah kemampuan dalam
menghasilkan dari penjualan, kemampuan dalam mengembalikan modal usaha serta
kemampuan hutangnya yang digunakan untuk membelanjai aktiva. Kinerja perbankan
merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam aspek keuangan, pemasaran,
penghimpunan dan penyaluran dana dalam suatu periode yang biasanya diukur
dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.
Manfaat penilaian kinerja keuangan adalah:
1. Memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pengelolaan hutang
termasuk mengenai keadaan keuangan secara keseluruhan.
2. Mengidentifikasi lebih awal masalah keuangan yang timbul sebelum terlambat.
3. Memberikan gambaran nyata, mengenai kelebihan dan kekurangan keadaan
II.6. Analisis Rasio Keuangan Perbankan
Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan rasio
keuangan suatu perusahaan dalam beberapa periode yang berbeda sehingga dapat
diketahui baik buruknya kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Dengan
menganalisis rasio keuangan bank, maka akan dapat dinilai kinerja setiap bank,
apakah telah bekerja secara efisien dan bagaimana tingkat kesehatan bank yang
bersangkutan.
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005): ada dua jenis rasio keuangan
yang bisa digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu rasio neraca
yang terdiri dari rasio likuiditas serta rasio leverage, dan rasio laporan laba rugi yang
terdiri dari rasio cakupan (coverage), rasio efisiensi (rasio aktivitas) serta rasio
profitabilitas.
Analisis rasio yang digunakan untuk menganalisis kinerja bank terdiri dari
analisis rasio likuiditas, analisis rasio rentabilitas dan analisis rasio solvabilitas.
Analisis rasio likuiditas terdiri dari cash ratio, reserve requirement, loan to deposit
ratio, loan to asset ratio dan net call money to current ratio. Analisis rasio
rentabilitas terdiri dari return on assets (ROA), return on equity (ROE), rasio biaya
operasional (BOPO) dan net profit margin (NPM). Analisis rasio solvabilitas terdiri
dari capital adequacy ratio (CAR), debt to equity ratio dan long term debt to assets
ratio (Margaretha, 2007).
adequacy ratio (CAR); aktiva produktif yaitu aktiva produktif bermasalah, non performing loan (NPL), PPAP terhadap aktiva produktif dan pemenuhan PPAP; rasio rentabilitas yaitu return on assets (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM), beban operasional termasuk beban bunga dan beban PPAP serta beban penyisihan aktiva lain-lain dibagi pendapatan operasional termasuk pendapatan bunga (BOPO); rasio likuiditas yaitu cash ratio dan loan to deposit ratio (LDR).
II.6.1. Rasio Likuiditas
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat memenuhi
kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat
memenuhi permintaan kredit yang diajukannya tanpa terjadi penangguhan.
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan loan to deposit ratio
(LDR) dalam mengukur likuiditas bank. Menurut Margaretha (2007): Loan to deposit
ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya.
Muljono (1996) juga mengatakan bahwa: LDR menunjukkan kemampuan
suatu bank di dalam menyediakan dana kepada para debiturnya dengan dana yang
dimiliki oleh bank yang dapat dikumpulkan dari masyarakat.
Semakin tinggi rasio memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang
diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Menurut surat edaran BI
deposit ratio suatu bank antara 75% dan 85%. Maksimal LDR yang diperkenankan
oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%.
LDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
i
di dalam menghasilkan keuntungan baik berasal dari kegiatan operasional bank yang
bersangkutan maupun dari hasil-hasil non operasionalnya.
Margaretha (2007) menyatakan bahwa: analisis rasio rentabilitas bank adalah
alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai oleh bank yang bersangkutan.
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan empat rasio
rentabilitas untuk dianalisis yaitu Return on Assets (ROA), Return on equity (ROE),
OE/OI dan Net Profit Margin (NPM).
II.6.3. Return on Assets
Rose (2002) menyatakan bahwa: ROA is primarily an indicator of managerial
efficiency; it indicates how capably the management of the bank has been converting
the institution’s assets into net earnings. Menurut Li et.al (2001): ROA measures how
well bank resources (financial and real) are being used to generate net income. ROA
secara keseluruhan. Bank Indonesia menetapkan ROA yang baik nilainya lebih dari
2% agar sebuah bank dapat dikatakan sehat.
ROA diformulasikan secara matematis sebagai berikut:
% 100
x aktiva Total
pajak sebelum Laba
ROA
II.6.4. Return on Equity (ROE)
Rose (2002) menyatakan bahwa: ROE is a measure of the rate of return
flowing to the bank’s shareholders. It approximates the net benefit that the
stockholders have received from investing their capital in the bank. Li et.al (2000)
juga menyatakan bahwa: ROE measures earnings on the book value of shareholder
equity. ROE is the most important return measures for banks because it reflects how
well the bank has perfomed in all return categories and indicates whether the bank
can compete for private capital in a market economy. Hal ini dipertegas oleh Sinkey
(2002) yang juga menyatakan bahwa: ROE measures profitability from the
shareholder’s perspective.
ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan
calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih
yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi
kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut
akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. Return on Equity yang baik menurut
ROE diformulasikan secara matematis sebagai berikut:
II.6.5. Operations Expenses/Operations Income (OE/OI)
Margaretha (2007) menyatakan bahwa: rasio biaya operasional adalah
perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Riyadi (2006)
menyatakan bahwa: BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin
baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan
sumber daya yang ada di perusahaan.
Besarnya rasio OE/OI atau BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan
di Indonesia adalah sebesar 93,52%, ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia. Rasio OE/OI diformulasikan secara matematis sebagai berikut:
%
II.6.6. Net Profit Margin (NPM)
NPM adalah rasio untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh bank
dari pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Margaretha (2007)
menyatakan bahwa: Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat
keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang
NPM yang baik menurut surat edaran Bank Indonesia tahun 2004 adalah
di atas 2%. NPM diformulasikan secara matematis sebagai berikut:
%
merumuskan pengertian kredit sebagai berikut: Kredit adalah penyediaan uang atau
yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank
dengan lain pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.
Selanjutnya pengertian kredit tersebut disempurnakan lagi dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yakni kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga.
Rivai (2007) menyatakan bahwa kredit yang diberikan adalah kredit dalam
rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat
berharga debitur yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA). Kredit
yang diberikan dalam pos neraca adalah semua kredit yang diberikan oleh bank, baik
yang diberikan kepada bank lain di dalam negeri, maupun di luar negeri dan semua
realisasi kredit dalam rupiah dan valuta asing yang diberikan kepada pihak ketiga