PENETAPAN KADAR BROMAZEPAMDALAM TABLET
SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
TUGAS AKHIR
OLEH:
LESTIANI LUBIS
NIM 122410028
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa pengayom segenap alam yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan ridhoNya, sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Penetapan Kadar Bromazepam dalam Tablet secara Spektrofotometri Ultraviolet” tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahlimadya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dengan segala ketulusan hati penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
4. Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
penulis hingga selesainya tugas akhir ini.
5. Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku Dosen Penasehat Akademik penulis
selama melaksanakan pendidikan pada Program Studi Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
6. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU yang telah
7. Bapak Drs. M. Ali Bata Harahap, M.Kes., Apt., selaku Kepala Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang telah memberi izin pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan (PKL).
8. Ibu Lambok Oktavia SR, S.Si., M.Kes., Apt., selaku Koordinator
Pembimbing Praktek Kerja Lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan di Medan.
9. Ibu Azizah, S.Farm., Apt., selaku Penanggung Jawab Laboratorium Napza di
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang telah membantu
penulis selama menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL).
10. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Medan.
11. Teman-teman satu tempat PKL yaitu, Fitri, Palupi, Tami, Eci, Gracye, Sherin,
Amin, Nana, Dian, Vegi dan Syahrum yang selalu memberikan motivasi,
dukungan, semangat, canda dan tawa.
12. Teman-teman Analis Farmasi dan Makanan – 2012 yang selalu
menyemangati dan memberikan bantuan serta seluruh kenangan terindah
selama berada di bangku perkuliahan.
13. Serta semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, sehingga dibutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan tulisaan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Medan, April 2015
Penulis
Lestiani Lubis
Penetapan Kadar Bromazepam dalam Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet
Abstrak
Bromazepam merupakan obat turunan dari benzodiazepin, yang berperan sebagai anti kecemasan dimana memiliki efek samping yang sama dengan diazepam (valium). Dalam dosis rendah, bromazepam dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan, sedangkan pada dosis tinggi menunjukkan sifat sedatif dan relaksasi otot.Bromazepam biasanya tersedia dalam sediaan tablet dengan dosis 3 mg dan 6 mg. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar bromazepam dalam tablet yang beredar di pasaran.
Metode penelitian yang dilakukan adalah pengambilan sampel yang mengandung bromazepam dan ditentukan kadarnya dengan menggunakan metode spektrofotometri UV, dengan panjang gelombang ±235 nm dan sebagai pelarut digunakan NaOH 0,1 N. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar bromazepam dalam tablet adalah 108,56 %.
2.4 Spektrofotometri... 9
2.4.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet ... 9
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil Penetapan Kadar ... 15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Pengujian Penetapan Kadar Bromazepam dalam
Sediaan Tablet secara Spektrofotometri Ultraviolet ... 19
Lampiran 2. Spektrum UV pada Bromazepam ... 22
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Bromazepam ... 3
Gambar 2. Spektrum UV padaBromazepam ... 22
Penetapan Kadar Bromazepam dalam Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet
Abstrak
Bromazepam merupakan obat turunan dari benzodiazepin, yang berperan sebagai anti kecemasan dimana memiliki efek samping yang sama dengan diazepam (valium). Dalam dosis rendah, bromazepam dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan, sedangkan pada dosis tinggi menunjukkan sifat sedatif dan relaksasi otot.Bromazepam biasanya tersedia dalam sediaan tablet dengan dosis 3 mg dan 6 mg. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar bromazepam dalam tablet yang beredar di pasaran.
Metode penelitian yang dilakukan adalah pengambilan sampel yang mengandung bromazepam dan ditentukan kadarnya dengan menggunakan metode spektrofotometri UV, dengan panjang gelombang ±235 nm dan sebagai pelarut digunakan NaOH 0,1 N. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar bromazepam dalam tablet adalah 108,56 %.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bromazepam adalah obat turunan benzodiazepin yang banyak digunakan
sebagai sedatif-hipnotik karena mempunyai efikasi dan batas keamanan lebih
besar dibanding turunan sedatif-hipnotika lain, yang antara lain menyangkut efek
samping, pengembangan toleransi, ketergantungan obat, interaksi dan kematian
akibat kelebihan dosis. Dalam dosis rendah bromazepam dapat mengurangi
ketegangan dan kecemasan, sedang pada dosis tinggi menunjukkan sifat sedatif
dan relaksasi otot. Bromazepam digunakan untuk pengobatan, gangguan
emosional, kelainan psikosomatik dan gangguan fungsional penyakit organik
kronik (Siswandono, 1995).
Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang
berkualitas baik akan menunjang tercapainya efek terapetik yangdiharapkan.
Salah satu persyaratan mutu adalah harus memenuhipersyaratan kadar seperti
yang tercantum dalam Farmakope Indonesia. Prosedur penetapan kadar dan
pengujian diberikan untuk menetapkan kesesuaian dengan persyaratan identitas,
kadar, mutu dan kemurnian yang tertera pada Farmakope (Ditjen POM, 1995).
Pada beberapa literatur penetapan kadar bromazepam dalam sediaan tablet
dapat dilakukan secara Spektrofotometri UV, Kromatografi Gas, Kromatografi
Cair Tingkat Tinggi, Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Inframerah.
terkonjugasi) dan gugus ausokrom (gugus nitro dan karboksil) maka senyawa ini
dapat menyerap radiasi pada panjang gelombang di daerah ultraviolet. Menurut
Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons, bromazepam memiliki serapan
maksimum 237 nm (A= 920b) dalam pelarut basa
(Moffat, 2011) dan menurut Farmakope Eropa, Bromazepam memiliki serapan
maksimum233 nm Council of Europe, 2005). Sementara menurut MA PPOM
31/N/97, bromazepam memiliki serapan maksimum ±235 nm dalam pelarut basa.
Berdasarkan hal ini, penulis melakukan pengujian kadar bromazepam
menggunakan Spektrofotometri Ultraviolet dengan pelarut NaOH 0,1 N pada
panjang gelombang ±235 nm. Selanjutnya metode ini digunakan untuk
menentukan kadar bromazepam dalam tablet yang beredar dipasaran sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam MA PPOM 31/N/97.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar bromazepam
dalam tablet yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan yang telah di tetapkan
dalam MA PPOM 31/N/97.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar bromazepam
yang terdapat dalam tablet memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bromazepam
2.1.1 Sifat Fisikokimia
Rumus Struktur :
Gambar 2.1.1 Rumus Struktur Bromazepam
Rumus Molekul : C14H10BrN3O
Nama Kimia : 7-bromo-5-(pyridin-2-yl)-1,3-dihydro-2H-1,4
benzodiazepine-2-one
Berat Molekul : 316,2 g/mol
Pemerian : Serbuk putih atau kekuningan, bubuk kristal
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam
alkohol dan metilenkhlorida (Council of Europe,
2.1.2 Farmakologi
Bromazepam adalah obat turunan benzodiazepin yang banyak digunakan
sebagai sedatif-hipnotik karena mempunyai efikasi dan batas keamanan lebih
besar dibanding turunan sedatif-hipnotika lain, yang antara lain menyangkut efek
samping, pengembangan toleransi, ketergantungan obat, interaksi dan kematian
akibat kelebihan dosis. Dalam dosis rendah bromazepam dapat mengurangi
ketegangan dan kecemasan, sedang pada dosis tinggi menunjukkan sifat sedatif
dan relaksasi otot. Bromazepam digunakan untuk pengobatan psikoneurosis,
gangguan emosional, kelainan psikosomatik dan gangguan fungsional penyakit
organik kronik (Siswandono, 1995).
2.1.3 Efek Samping
Efek samping dari benzodiazepin adalah efek sedasi, pusing, sakit kepala,
mulut kering, penglihatan kabur dan konstipasi. Reaksi yang merugikan adalah
lekopenia (menurunnya sel-sel darah putih) dengan gejala demam, malaise, dan
sakit tenggorokan; tolerasi terhadap dosis obat pemakaian pada pemakaian yang
terus menerus; dan ketergantungan fisik (Kee, 1996). Sementara dalam
Lippincott’s Illustrated Reviews: Pharmacology (2009), mengantuk dan
kebingungan merupakan dua efek samping yang paling umum dari benzodiazepin.
2.1.4 Dosis
Dosis awal oral untuk kecemasan adalah 6 sampai 18 mg sehari dalam
dosis terbagi sementara dosis maksimum hingga 60 mg per hari. Dosis awal untuk
pasien lanjut usia dan lemah tidak boleh melebihi 3 mg sehari dalam dosis terbagi
2.1.5 Penetapan Kadar Bromazepam
Penetapan kadar bromazepam dalam sediaan tablet dapat dilakukan secara
Spektrofotometri UV, Kromatografi Gas, Kromatografi Cair Tingkat Tinggi,
Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Inframerah. Dilihat dari struktur
bromazepam yang memiliki gugus kromofor (ikatan rangkap terkonjugasi) dan
gugus ausokrom (gugus nitro dan karboksil) maka senyawa ini dapat menyerap
radiasi pada panjang gelombang di daerah ultraviolet. Menurut Clarke’s Analysis
of Drugs and Poisons, bromazepam memiliki serapan maksimum 237 nm dalam
pelarut basa, 345 nm dala perarut basa serta 233 nm dalam pelarut metanol
(Moffat, 2011) dan menurut Farmakope Eropa, bromazepam memiliki serapan
maksimum233 nm (Council of Europe, 2005).
2.2 Obat
Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa pengobatan,
menyembuhkan atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Meskipun
obat dapat menyembuhkan tapi banyak kejadian yang mengakibatkan seseorang
menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa obat
dapat bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu
penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, bila digunakan salah dalam
pengobatan atau overdosis akan menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih
2.3 Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa (DitjenPOM, 1995).
Tablet dapat berbeda-beda ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan,
daya hancur, dan aspeklainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode
pembuatannya. Umumnya tablet digunakan pada pemberian obat secara oral
(Ansel, 1989).
2.3.1 Komponen Tablet
Untuk membuat tablet diperlukan bahan tambahan berupa:
a. Bahan pengisi (diluent)
Bahan pengisi adalah suatu zat inert secara farmakologis yang
ditambahkan kedalam suatu formulasi sediaan tablet, bertujuan untuk penyesuaian
bobot,ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan
dalampembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Beberapazat
pengisi yang sering digunakan ialah laktosa, laktosa anhidrat, laktosa
semprotkering, starch 1500, dan mikrokristalin selulosa(Siregar, 2010).
b. Bahan pengikat (binder)
Bahan pengikat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk
menambahkohesivitas serbuk sehingga memberi ikatan yang penting untuk
membentukgranul yang dibawah pengempaan akan membentuk suatu massa
digunakan ialah pati 5-10%, starch 1500, gelatin 2-10%, sukrosa 50-75%, akasia
10-25% (Siregar, 2010).
c. Bahan penghancur (disintegrator)
Bahan ini dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam saluran cerna.
Zat-zatyang digunakan seperti: amilum kering, gelatin, agar-agar, natrium alginat.
d. Bahan pelicin (lubricant)
Bahan ini dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Zat-zat
yangdigunakan seperti: talcum, magnesii stearat, asam stearat.Dalam pembuatan
tablet, zat berkhasiat dan bahan tambahan, kecuali bahanpelicin dibuat granul
(butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisicetakan dengan baik.
Dengan dibuat granul akan terjadi free flowing, mengisicetakan secara tetap dan
dapat dihindari tablet menjadi capping (retak) (Anief, 1987).
2.3.2 Syarat Tablet
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dan sumber-sumber lainnya, tablet
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Keseragaman Bobot
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot untuk menjamin
keseragamanbobot tiap tablet yang dibuat. Tablet yang bobotnya seragam
diharapkanmemiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga mempunyai efek
terapiyang sama.
b. Kekerasan
Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan agar dapet bertahan
dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Hardness Tester.Umumnya
kekuatantablet berkisar 4-8 kg.
c. Kerenyahan
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kerenyahan tablet, tablet yang rapuh
danrusak kandungan zat berkhasiatnya berkurang sehingga mempengaruhi
efekterapi. Kerenyahan ditandai dengan massa partikel yang berjatuhan dari
tablet.Uji ini menggunakan alat yang disebut Roche Friabilator. Persyaratantablet
tidak boleh kehilangan berat lebih dari 0,8%.
d. Waktu Hancur
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian batas waktu hancur
yangtertera dalam masing-masing monografi. Interval waktu hancur yaitu 5-30
menit.Sediaan dinyatakan hancur sempurnabila tidak ada sisa sediaan yang tidak
larut tertinggal pada kasa.
e. Penetapan Kadar Zat Berkhasiat
Penetapan kadar ini dilakukan untuk mengetahui apakah tablet
tersebutmemenuhi persyaratan sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut
tidakmemenuhi syarat, berarti obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik
dantidak layak dikonsumsi. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan
2.4 Spektrofotometri Ultraviolet
2.4.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara
radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang
sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet,
cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang
untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm,
daerah infra merah dekat 780-3000 nm, dan daerah cahaya infra merah 2,5-40 µm
atau 4000-250 cm-1 (Ditjen POM, 1995).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri ultraviolet:
a. Pemilihan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk
memperoleh panjang gelombang maksimum, dilakukan dengan membuat
kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu
larutan baku pada konsentrasi tertentu.
b. Pembuatan kurva kalibrasi
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai
konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan
antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer
c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,6.
Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi
tersebut, kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal.
(Gandjar dan Rohman, 2007).
2.4.2 Hukum Lambert Beer
Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel
yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya
monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan
konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu
Hukum Lambert Beer sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus
terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dalam persamaan:
A= a.b.c (g/liter) atau A= e. b. c (mol/liter)
Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri
dimana konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus di atas. Absorptivitas (a)
merupakan konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan
suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi (Day and
Underwood, 1999; Rohman, 2007).
Menurut Roth dan Blaschke (1981), absorptivitas spesifik juga sering
digunakan untuk menggantikan absorptivitas. Absortivitas spesifik adalah serapan
yang dihasilkan oleh larutan 1 % (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat
diperoleh persamaan:
A = A11. b. c
Dimana : A= absorptivitas spesifik
b = ketebalan sel
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian penetapan kadar Bromazepam dalam sediaan tablet dengan
metodeSpektrofotometri Ultraviolet dilakukan di LaboratoriumNapza, Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan yang berada di Jalan Williem
Iskandar Pasar V Barat No.2 Medan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalah Beaker Glass, Bola Karet,Labu Tentukur,
Neraca Analitik, Pipet Tetes, Pipet Volume, Sonikasi,Spatula
danSpektrofotometri UV-Vis Shimadzu UV-1800Series.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah Aquadest, Baku Pembanding Bromazepam,
Kertas Perkamen, Natrium Hidroksida 0,1 N, Tablet Lexzepam®.
3.4 Sampel
− Nama sampel : Tablet Lexzepam®
− Wadah/Kemasan : Strip/ 3 mg
− No. Batch : 12238
− Komposisi :Tiap tablet Lexzepam 3 mengadung Bromazepam3
mg
− Kadaluarsa : Mei 2016
− Produksi : PT. MERSIFARMA TM
3.5Prosedur
3.5.1 PembuatanLarutan Baku
Sejumlah lebih kurang 6 mg Bromazepam BPFI ditimbang seksama dan
dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml. Ditambah 30 ml Natrium Hidroksida
0,1 N, dikocok selama 10 menit. Diencerkan dengan Natrium Hidroksida 0,1 N
sampai tanda dan disaring. Sejumlah 1 ml larutan ini dipipet ke dalam labu
tentukur 25 ml, dan diencerkan dengan Natrium Hidroksida 0,1 N sampai tanda
hingga diperoleh larutan 1,2 mg/ml (A).
3.5.2 PembuatanLarutan Uji
Sejumlah 20 tablet ditimbang seksama dan diserbukkan
homogen.Sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 6 mg Bromazepam
ditimbang seksama, dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml. Ditambah 30 ml
Natrium Hidroksida 0,1 N, dikocok selama 10 menit. Diencerkan dengan Natrium
Hidroksida 0,1 N sampai tanda dan disaring. Sejumlah 1 ml larutan ini dipipet ke
dalam labu tentukur 25 ml, dan diencerkan dengan Natrium Hidroksida 0,1 N
3.5.3 PengukuranAbsorbansi
PengukurandilakukandenganmenggunakanseperangkatalatSpektrofotometr
iUV Shimadzu-1800. Larutan A dan B masing-masing diukur pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 235 nm menggunakan Natrium
Hidroksida 0,1 N sebagai blanko.
3.6 Perhitungan Kadar
Perhitungan kadar dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
Kadar % = ��
Ab = Absorbansi baku
Bb = Bobot baku
Bu = Bobot uji
Br = Bobot rata-rata
K = Kadar etiket
Fu = Faktor pengenceran uji
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penetapan kadar bromazepamdalam sediaan tablet Lexzepam dengan
metode Spektrofotometri UV diperoleh kadar bromazepam sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Penetapan Kadar Bromazepam
No. Berat serbuk
Kadar rata-rata 108,56
4.2 Pembahasan
Dari hasil penetapankadar yang diperoleh, bromazepam pada sediaan
tablet memenuhi syarat. Karena kadar rata-rata yang diperoleh berada pada range
persyaratan. Pengujian kadar bromazepam menggunakan Spektrofotometri
Ultraviolet dengan pelarut NaOH 0,1 N pada panjang gelombang ±235 nm dengan
absorbansi baku 0,733,sedangkan Menurut Clarke’s Analysis of Drugs and
Poisons, Bromazepam memiliki serapan maksimum 237 nm (A= 920b) dalam
pelarut basa (Moffat, 2011) dan menurut Farmakope Eropa, Bromazepam
memiliki serapan maksimum 233 nm (Council of Europe, 2005). Darihasil ini
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang jauh dari panjang gelombang
dilakukan kurva kalibrasi karena menggunakan single point methode, dimana
konsentrasi baku dan uji harus sama.
Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang
berkualitas baik akan menunjang tercapainya efek terapetik yang diharapkan.
Salah satu persyaratan mutu adalah harus memenuhi persyaratan kadar seperti
yang tercantum dalam Farmakope Indonesia. Prosedur penetapan kadar dan
pengujian diberikan untuk menetapkan kesesuaian dengan persyaratan identitas,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil pengujian penetapan kadar bromazepam dalam tablet Lexzepam
denganmetodeSpektrofotometri UV, diketahui bahwa sediaan tablet yang
diujimengandung bromazepam dengan kadar 108,56 %, dimana tablet
bromazepam yang diujitersebutmemenuhipersyaratan yang ditetapkandalam MA
PPOM 31/N/97, yaitu kadar bromazepem, C14H10BrN3O, tidak kurang dari 90,0 %
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
5.2 Saran
Sebaiknya pengujian untuk sediaan tablet yang mengandungbromazepam
tidak hanya menggunakan metode Spektrofotometri UV saja, akan tetapi
menggunakan metode-metode lainnya seperti Kromatografi Gas, Kromatografi
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2007). Apa yang Diketahui Tentang Obat. Edisi III. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 4, 8.
Anief, M. (1987). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 211.
Ansel, H. C. (1989). Pengatar Bentuk Sediaan Farmasi.Edisi IV. Jakarta: UI Press.Hal. 244.
Council of Europe. (2005). European Pharmacopoeia. Fifth Edition. Strasbourg: Directorate For The Quality Of Medicines Of The Council of Europe (EDQM). Page 1119.
Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi V. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 393, 398, 399.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. Xlviii, 4, 1061, 1065,1066.
Finkel, R., Luigi X.C., and Michelle A. (2009). Lippincott’s Illustrated Reviews: Pharmacology. Forth Edition. Pliladelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Page 110.
Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 246.
Kee, J. L., dan Evelyn R. Hayes. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 247-248.
Moffat, A. C., Oselton, M.D., Widdop, B.,and Watts, J. (2011). Clarke’s Analysis of Drugs and Poision.ForthEdition. London: Pharmaceutical Press. Page 992-993.
Roth, J.H., dan Blaschke, G. (1998). Analisis Farmasi. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 355-357.
Siregar, C. J. P. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-dasarPraktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 1,11.
Siswandono dan Soekardjo, B. (1995). Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 479, 484.
Lampiran 1
Hasil Pengujian Penetapan Kadar Bromazepamdalam Sediaan Tablet
secaraSpektrofotometri Ultraviolet
Data dan Perhitungan:
Data Sampel
− Nama sampel : Tablet Lexzepam®
− Wadah/Kemasan : Strip/ 3 mg
− No. Batch : 12238
− No Reg : DPL0433307110B1
− Komposisi : Tiap tablet Lexzepam 3 mengadung Bromazepam
3 mg
− Kadaluarsa : Mei 2016
− Produksi : PT. MERSIFARMA TM
Baku Pembanding BPFI Bromazepam
Kadar : 99,84 %
Lampiran 1 (Lanjutan)
Perhitungan:
Tablet Lexzepam mengandung 3 mg bromazepam
Berat rata-rata 20 tablet = ����� 20 ������
20 =
3.6742 �
20 = 0,18371 g
Ditimbang serbuk setara 6 mg, 6
3 x 0,18371 g = 0,36742 g
Data penimbangan sampel sebagai berikut:
Tabel 1. Data penimbangan sampel
No Sampel Bobot (g) 1 Penimbangan 1 0,36879 2 Penimbangan 2 0,37165 3 Penimbangan 3 0,35897
Penimbangan Baku : lebih kurang 6 mg
Lampiran 1 (Lanjutan)
K3 = 0,4799
0,4733
x
6,2470,35897
x
0,18371
3
x
1250
1250 x 99,82 % = 107,86 %
Kadar rata-rata =108,68% +109,15%+107,86%
3
=
108,56 %Lampiran 2
Lampiran 3