• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam Menghadapi Menarche di SD AL-Azhar Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam Menghadapi Menarche di SD AL-Azhar Medan."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP

KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE

DI SD AL-ALZAR MEDAN

LELIANA 095102033

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP

KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE

DI SD AL-AZHAR MEDAN

Karya Tulis Ilmiah

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, April 2010

(3)

Judul : Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam Menghadapi Menarche di SD AL-Azhar Medan.

Nama : LELIANA NIM : 095102033

Program : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatarn Universitas Sumatera Utara

Pembimbing Penguji

... ...Penguji I (dr. Arlinda S. Wahyuni, M. Kes) (dr. Zulkifli, M.si)

……...Penguji II (Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns,M.Kep)

...Penguji III (dr. Arlinda S. Wahyuni, M. Kes)

Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai persyaratan kelulusan Sarjana Sains Terapan untuk D-IV Bidan Pendidik.

... ...

(Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns,M.Kep) (dr. Murniati Manik, Msc, SpKK) NIP. 19740505 200212 2 001 NIP. 19530719 198003 2 001

(4)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010

LELIANA

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP

KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE

DI SD AL-AZHAR MEDAN

viii + 48 hal + 4 tabel + 1 skema + 9 lampiran

Abstrak

Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita. Seorang anak gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal ini biasa menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan

Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 41 orang. Pengambilan sampel dilakukan

dengan Total sampling. Penelitian ini dilakukan di SD AL-Azhar Medan. Analisis data menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan Baik sebanyak (21 orang) (95,5%) dengan sikap Positif dalam menghadapi menarche, pengetahuan Baik dengan sikap Negatif sebanyak (1 orang) (4,5%), Pengetahuan Tidak baik (12 orang) (63,2%) dengan sikap Positif dalam menghadapi menarche, sedangkan pengetahuan Tidak baik dengan sikap Negatif dalam menghadapi menarche sebanyak (7 orang) (36,8%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p= 0,009, ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi institusi pendidikan, dan pelayanan kebidanan agar lebih mengetahui tentang menstruasi dan menarche sehingga bisa menginformasikan tentang hal tersebut kepada remaja putri sehingga remaja putri lebih siap dalam menghadapi menarche.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “Hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam

menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan” yang diajukan untuk memenuhi salah

satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,

masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis

Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK. selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. dr. Arlinda S. Wahyuni, M.Kes, selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Seluruh staf SD AL-Azhar Medan

5. Seluruh staf dan dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

6. Papa, mama, abang, kakak, serta adik-adikku yang penulis cintai yang telah

memberikan dukungan serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam

(6)

7. Teman-teman seperjuangan yang penulis sayangi Kak Rhany, Kak JaSmiEn, Mbak

Wie, RiZha, MeLLy, Veny, InDaH, DyeTo yang telah memberikan bantuan dan

dukungan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada

penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan dan dukungan pada penulis dalam penyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk

itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan pada

masa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan,18 Juni 2010

(7)

DAFTAR ISI

2. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan ... 20

3. Pengetahuan remaja putri mengenai menstruasi ... 22

(8)

BAB III : KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFENISI

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 42

2. Keterbatasana Peneliti ... 46

3. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/ Pendidikan Kebidanan ... 47

BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 48

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik umur

dan sumber informasi responden di SD AL- Azhar Medan 2010 38

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang

menstruasi responden di SD AL- Azhar Medan 2010 ... 39

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kesiapan dalam

menghadapi menarche responden di SD AL- Azhar Medan 2010 40

Tabel 5.4. Hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam

(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Hubungan pengetahuan Remaja Putri terhadap

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Informed Concent

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi ke Dosen Pembimbing

Lampiran 6 : Master Tabel

Lampiran 7 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lampiran 8 : Lembar Surat Izin Penelitian

(12)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010

LELIANA

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP

KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE

DI SD AL-AZHAR MEDAN

viii + 48 hal + 4 tabel + 1 skema + 9 lampiran

Abstrak

Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita. Seorang anak gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal ini biasa menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan

Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 41 orang. Pengambilan sampel dilakukan

dengan Total sampling. Penelitian ini dilakukan di SD AL-Azhar Medan. Analisis data menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan Baik sebanyak (21 orang) (95,5%) dengan sikap Positif dalam menghadapi menarche, pengetahuan Baik dengan sikap Negatif sebanyak (1 orang) (4,5%), Pengetahuan Tidak baik (12 orang) (63,2%) dengan sikap Positif dalam menghadapi menarche, sedangkan pengetahuan Tidak baik dengan sikap Negatif dalam menghadapi menarche sebanyak (7 orang) (36,8%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p= 0,009, ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi institusi pendidikan, dan pelayanan kebidanan agar lebih mengetahui tentang menstruasi dan menarche sehingga bisa menginformasikan tentang hal tersebut kepada remaja putri sehingga remaja putri lebih siap dalam menghadapi menarche.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menstruasi (haid) merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan.

Pada masa remaja masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Hal ini ditandai

dengan pertumbuhan yang terus berlanjut menuju kondisi somatik, seksual dan psikologi

yang lebih matur. Perubahan-perubahan tersebut tidak terjadi secara spontan, tetapi

melalui proses pertumbuhan yang cepat setelah menstruasi pertama (menarche). Pada

akhir masa kanak-kanak sebenarnya terjadi yaitu pada masa menjelang kedatangan masa

remaja (Addy, 2009, gambaran pengetahuan remaja putri tentang menarche 2009, ¶ 1,

Masa remaja adalah usia antara masa anak-anak dan dewasa, yang secara

biologis antara 10 sampai 19 tahun. Perubahan terpenting yang terjadi pada gadis remaja

adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur 10 sampai

dengan 16 tahun. Di daerah, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis

yang mengalami menarche dianggap sudah masanya melakukan tugas-tugas sebagai

seorang wanita (Jones, 2005 hlm.26).

Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur

12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun. Menarche atau menstruasi pertama merupakan

salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap anak perempuan (Addy, 2009,

gambaran pengetahuan remaja putri tentang menarche 2009, ¶4,

(14)

Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor

antara lain faktor suku, genetik, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Di Inggris rata-rata haid

pertama datang pada usia 13 tahun. Sedangkan suku Bundi di Papua Nugini menarche

dicapai pada usia 18,8 tahun. Anak wanita yang menderita kelainan tertentu selama

dalam kandungan mendapatkan menarche pada usia lebih muda dari usia rata-rata

(Jones,2005 hlm.26).

Bahwa di Indonesia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10-16

tahun dan rata-rata menarche 12,5 tahun, usia menarche lebih dini di daerah perkotaan

dari pada yang tinggal di desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat

(Wiknjosastro,2002 hlm.104).

Menarche sebenarnya hanya sebuah istilah medis untuk menjelaskan peristiwa

menstruasi yang pertama kali di alami oleh seorang wanita. Menarche menjadi hal yang

penting bagi seorang wanita dan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal ini

menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita. Usia ketika mengalami menarche

sangat beragam, ada yang menagalaminya pada usia 11 tahun bahkan ada yang lebih

muda lagi. Namun ada juga yang mengalaminya pada usia 18 tahun (Ezra,

Konstitusional psikologis remaja putri yang telah mangalami menarche 2003, ¶2,

Seorang anak gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal ini biasa

menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak mengenal

tubuh mereka dan proses reproduksi dapat mengira bahwa menstruasi merupakan bukti

adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak

perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh nomal

(15)

pertama mereka (Yudhi, Tentang Menstruasi, 2009. ¶3,

diperoleh tanggal 17 Oktober 2009). Hal tersebut terjadi karena tidak mengetahui

apa-apa tentang menstruasi, dan mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya

penyakit atau bahkan yang sedang mengalami pendarahan yang dapat menyebabkan

kematian (Darvill & Powell, 2003 hlm.2).

Remaja putri membutuhkan informasi tentang prosres menstruasi dan kesehatan

selama menstruasi. Remaja putri akan mengalami kesulitan dalam menghadapi

menstruasi yang pertama sekali terjadi jika sebelumnya ia belum pernah mengetahui

atau membicarakan baik dengan teman sebaya atau dengan ibu mereka. Pada umumnya,

gadis remaja belajar tentang haid dari ibunya, tetapi tidak semua ibu memberikan

informasi yang memadai kepada putrinya. Sebahagian lagi remaja putri enggan

membicarakan secara terbuka kepada siapa saja sampai anak gadisnya mengalami haid

pertama (Jones, 2005 hlm.33).

Sebuah penelitian di Sidney pada tahun 1984 mangatakan bahwa, dari 1200

gadis remaja yang diteliti, lebih tiga perempatnya mengatakan, jika metode yang aman,

mereka lebih suka tidak mengalami haid. Pandangan negatif tentang haid berlanjut

sampai menjelang dewasa (Jones, 2005 hlm.33).

Ilmu pengetahuan dapat memberikan rasa aman kepada manusia. Pengetahuan

mengenai reproduksi memberitahukan apa yang dialami oleh seorang perempuan yang

sedang dalam masa puber adalah normal. Adanya perasaan bingung saat pertama kali

mengalami menstruasi disebabkan oleh remaja putri tersebut kurang pengetahuan

tentang menstruasi (Darvill & Powell,2003 hlm.ix).

Berdasarkan hasil survey awal yang didapatkan dari sepuluh siswi SD AL-Azhar

(16)

cenderung memperlihatkan sikap negatif yaitu kerepotan (membawa pembalut

pengganti), ketikdaknyaman fisik yang menyababkan keterbatasan tingkah laku dan

menciptakan perubahan emosional. Ada yang merasa saat datang haid selalu mengantuk

dan ingin tidur saja sehingga mengakibatkan kurang rapi. Empat diantaranya merasa

menjadi wanita yang lebih dewasa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai “Hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi

menarche di SD AL-Azhar Medan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah

ini adalah: apakah ada hubungan pengetahuan Remaja putri terhadap kesiapan dalam

menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam

menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan mengenai menstruasi pada remaja putri di

SD AL-Azhar Medan.

b. Untuk mengetahui kesiapan remaja putri dalam menghadapi menstruasi

(17)

c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan

dalam menghadapi menstruasi pertama di SD AL-Azhar Medan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Intitusi pendidikan

Sebagai bahan masukan dan referensi tambahan untuk pengembangan ilmu

kebidanan yang berkaitan dengan menstruasi dan kesiapan menghadapi

menarche.

2. Bagi Remaja Putri

Sebagai bekal pengetahuan dalam menghadapi masa remaja. Mengetahui apa

saja yang terjadi pada masa menstruasi dan menerima serta mengerti hal-hal

yang mungkin terjadi selama masa menstruasi.

3. Bagi Pelayanan Kebidanan

Sebagai masukan dalam meningkatkan pengetahuan remaja putri mengenai

menstruasi sehingga nantinya bisa mencapai peningkatan kesehatan reproduksi

(18)

BAB 2

TLNJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

Remaja dalam bahasa Inggris disebut “adolescence” berasal dari bahasa latin

yaitu “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan itu bukan

hanya kematangan fisik namun juga kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja

adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, namun tidak semua menyadari

bahwa pada masa remaja terjadi perubahan yang besar. Perubahan yang terjadi dengan

cepat pada tinggi dan berat badan dikenal dengan istilah adolescence growth spurt.

Sering kali kondisi ini sulit dilewati dengan nyaman karena adanya perubahan yang

bersifat fisik. Perubahan fisik yang terjadi berhungan langsung dengan kepribadian,

seksual dan peran sosial remaja dalam masyarakat (Pratiwi, 2005 hlm.1).

Menurut WHO (World Health Organization) Remaja adalah suatu masa ketika

individu berkembang pada pertama kali ia menjukkan tanda-tanda seksual sekundernya

sampai ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis

dan pola dentifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari

ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri. WHO

(World Health Organization) menetapkan batas usia 10 sampai 20 tahun sebagai batasan

usia remaja (Sarwono, 2008 hlm.9).

Masa remaja, yakni antara usia 10-19 Tahun, adalah suatu periode masa

pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut Masa Pubertas. (Widyastuti,

(19)

Menurut psikiater Dadang Hawari, masa remaja merupakan tahapan siklus

kehidupan manusia, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa muda, dewasa, tua,

dan lanjut usia. Setiap tahapan dalam siklus kehidupan manusia itu akan mengalami

perubahan-perubahan, baik secara biologik, psikologik, sosial dan spiritual. (Ezra,

Konstitusional psikologis remaja putri yang telah mengalami menarche 2003, ¶4,

Berdasarkan sifat atau masa (rentang waktu), remaja ada tiga tahap, yaitu:

1. Remaja awal (10-12 tahun): a). Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan

dengan teman sebaya. b). Tampak dan merasa ingin bebas. c). Tampak dan memang

lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal

(abstrak).

2. Masa remaja tengah (13-15 tahun): a). Tampak dan merasa ingin mencari identitas

diri. b). Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. c).

Timbul perasaan cinta yang mendalam. d). Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal)

makin berkembang. e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

3. Masa remaja akhir (16-19tahun): a).Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

b).Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. c). Memiliki citra (gambaran,

keadaan, peranan) terhadap dirinya. d). Dapat mewujudkan perasaan cinta. e)

Memiliki kemampuan berpikir berpikir khayal atau abstrak (Widyastuti, dkk, 2009

hlm.11).

Menurut Wong, et al (2009 hlm, 585) ciri-ciri perkembangan remaja terlihat

pada: a) Perkembangan biologis, perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil

aktivitas hormonal di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang

(20)

perkembangan karakteristik seks sekunder ; b) Perkembangan psikologis, teori

psikososial tradisional menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja

menghasilkan terbentuknya identitas (Erikson,1963). Pada masa remaja mereka

mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain. c) Perkembangan kognitif, berfikir

kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir abstrak. Remaja tidak lagi

dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang merupakan ciri periode berfikir konkret,

remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi;

d)Perkembangan moral, anak yang lebih muda hanya dapat menerima keputusan

atau sudut pandang orang dewasa, sedangkan remaja, untuk memperoleh autonomi

dari orang dewasa, mereka harus mengganti seperangkat moral dan nilai mereka

sendiri ; e) Perkembangan spiritual, remaja mampu memahami konsep abstrak dan

menginterpretasi analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi

dan berfikir secara logis ; f) Perkembangan sosial, untuk memperoleh kematangan

penuh, remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan

menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Masa remaja

adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman sebaya dan

teman dekat.

B. Masa Remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan

tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan

pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik

menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada Lima perubahan yang

(21)

Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat

perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial

untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang

timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang

dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri

menyelesaikannya menurut kepuasannya.

Keempat, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga

berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir

dewasa tidak penting lagi.

Kelima, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung

jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan meraka untuk dapat mengatasi

tanggung jawab tersebut. (Hurlock, 1999 hlm. 207)

C. Menstruasi

1. Defenisi Menstruasi

Menstruasi berasal dari kata latin’mensis’ yang berarti bulan disebut

menstruasi karena secara rata-rata menstruasi datang sekali sebulan. ‘Menstruasi’

bulanan adalah siklus peristiwa didalam tubuh yang dikendalikan oleh

hormon-hormon. (Darvill,2003,hlm.11)

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim endometrium yang disertai

dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat

(22)

siklus menstruasi. Menstruasi juga bisa diartikan keluarnya cairan secara berkala

dari vagina selama masa usia produktif. (Aulia, 2009,hlm.8)

Mendapat menstruasi pada usia antara 9 sampai 16 Tahun adalah hal

yang wajar. Usia rata-rata mulai menstruasi antara 11 dan 13 Tahun, tetapi setiap

gadis mengalaminya pada usia yang berbeda. Menstruasi terjadi sebagai akibat

dihasilkannya hormon-hormon dari sebuah kelenjar kecil di dasar otak yang

disebut normal pertumbuhan (Pituitary gland). (Darvill, 2003,hlm.10-11)

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah

dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi

dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk

mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat

membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16

tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi,

dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira

sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 - 50 tahun, sekali lagi tergantung

pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita

untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa

kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari,

namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu

wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke

bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi

wanita tersebut. (Yudhi, Tentang Menstruasi, 2009. ¶1,

(23)

2. Defenisi Menarche

Menarche adalah haid atau menstruasi yang pertama kali dialami oleh

seseorang wanita dan terjadi di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa

reproduksi (Aulia,2009,hlm.21).

Menarche merupakan suatu tanda yang penting bagi seorang wanita yang

menunjukkan adanya produksi hormon yang normal dibuat oleh hipotalamus dan

kemudian diteruskan oleh ovarium dan uterus. Selama dan sekitar 2 Tahun

hormon-hormon ini akan merangsang pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder

seperti pertumbuhan payudara, perubahan-perubahan kulit, perubahan siklus,

pertumbuhan rambut ketiak dan rambut pubis serta bentuk tubuh menjadi bentuk

tubuh menjadi yang ideal.

Ada sebagian kecil anak perempuan mengalami menstruasi lebih awal

yang disebut Solated Premature menarche dan ada juga yang mengalami

menstruasi yang lewat primary amenhorrhea. (Aulia, 2009,hlm.21)

Menarche sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan

yang terjadi pada seorang gadis sedang menginjak dewasa. (Jones, 2005,hlm.26).

Menstruasi anak gadis dapat berhenti atau tertunda jika dia menjalani Diet yang

ketat untuk mempertahankan berat badan idealnya atau jika dia mengidap

penyakit Anorexia nervosa (Tidak ada nafsu makan karna tidak ingin gemuk).

(Darvill,2003,hlm.14)

Menarche biasanya terjadi antara tiga sampai delapan hari, rata-rata lima

setengah hari. Dalam satu tahun setelah terjadinya menarche, ketidakteraturan

(24)

yang biasa dialami oleh para remaja putri, namun demikian hal ini dapat

menimbulkan keresahan pada diri remaja itu sendiri.

Sekitar dua tahun setelah menarche akan terjadi ovulasi. Ovulasi ini tidak

harus terjadi setiap bulan tetapi dapat terjadi setiap dua atau tiga bulan dan secara

berangsur siklusnya akan menjadi lebih teratur. Dengan terjadinya ovulasi,

spasmodic dismenorrhoea dapat timbul. (Ezra, Konstitusional psikologis remaja

putri yang telah mengalami menarche 2003, ¶ 2,

diperoleh tanggal 17 Oktober 2009)

3. Fisiologi Menarche

Munculnya haid pertama terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu

masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang memegang peranan penting

dalam proses tersebut adalah hubungan hipotalamus, hipopisis dan ovarium

(Hipotalamic Pituitari-Ovarikratis). Hal ini merupakan hasil kerjasama antara

korteks serebri, Hipotalamus, Hipopisis, Varium, Glanduna Supra Renalis dan

Kelenjar-kelenjar Endokrin lainnya.

Pada permulaan masa kanak-kanak sistem ini sudah berjalan kemudian

tidak berfungsi lagi disebabkan sistem proses itu sangat peka terhadap steroid,

sehingga menghambat proses itu sendiri. Rendahnya Gonadotropin Releasing

Hormone (GnRH) pada saat itu juga akibat unsur instrinsik penghambat susunan

saraf yang mempunyai mekanisme penekanan denyutan (GnRH).

Saat sebelum masa pubertas, sekresi GnRH secara pulstabil dengan

frekuensi rendah telah dimulai 4 tahun sebelum menarche, diikuti dengan

(25)

sekresi GnRH yang berfrekuensi rendah pelan-pelan berubah seperti wanita

dewasa dengan sekresi yang berlangsung selama 24 jam, pola sekresi FSH dan

LH juga mengikuti perubahan-perubahan sekresi pulstabil GnRH ini.

Menurut Teori Neurohormonal yang dianut sekarang, Hipotalamus

mengawasi sekresi hormon Gonodotropin oleh Adeno Hipofisis melalui sekresi

hormon yang disalurkan ke sel-sel Adeno Hipofisis lewat sirkulasi portal yang

khusus yang dapat merangsang produksi dan pelepasan Gonadotropin dari

Hipofisis.

Folikel-folikel yang berkembang selama sebelum menghailkan hormon

estrogen dan kemudian mati, yang lainnya telah dirangsang FSH sehingga folikel

ini berkembang mensekresi estrogen. Semakin lama jumlah folikel yang

dirangsang semakin banyak sehingga kadar estrogen semakin tinggi.

Hormon estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan

ciri-ciri kelamin skunder, pertumbuhan organ genetalia terjadinya perapatan

pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologi kewanitaan. Pada masa pubertas

organ-organ genetalia lambat laun tumbuh mendekati bentuk dan sifat-sifat

wanita dewasa. Vaskularasi uterus bertambah menyebabkan pertumbuhan

lapisan endometrium, sehingga merubah uterus menjadi uterus yang matur, dan

lapisan enometrium mengalami diferensiasi baik kelenjar maupun selamanya.

Folikel-folikel di ovarium yang tumbuh walaupun tidak sampai terjadi

matang karena sebelumnya mengalami atresia namun telah sanggup

memproduksi dan mensekresi estrogen, kadar estrogen makin lama makin tinggi

(26)

Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, dan

bertambah akibat pertumbuhan folikel akan menurun dan sebagian mengalami

atresia sehingga estrogen yang diproduksi folikel akan menurun pula.

Dengan menurunnya kadar estrogen berakibat pembuluh darah

endometrium mengalami Proliferasi atau mengerut dan terputus-putus lapisan

endometrium mengalami deskuamasi sehingga terjadi perdarahan dan mengalir

melalui vagina berwujud sebagai haid pertama atau menarche. Dengan

munculnya menstruasi pada seorang remaja dapat menggambarkan kemampuan

untuk bereproduksi. (Addy,2009, Gambaran pengetahuan remaja putri tentang

menarche 2009, ¶2,

2009).

4. Siklus Menstruasi a. Siklus Endometrium

Hari pertama menstruasi ditetapkan sebagai hari pertama siklus

endometrium. Lama r ata-rata aliran menstruasi adalah lima hari (dengan

rentang tiga sampai enam hari) dan jumlah darah rata-rata yang hilang ialah

50 ml (rentang 20 sampai sampai 80 ml), namun hal ini sangat bervariasi.

Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara

kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium,

kelenjar hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium. Siklus menstruasi

mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila tidak terjadi kehamilan, terjadi

menstruasi. Usia wanita, status fisik, dan emosi wanita, serta lingkungan

(27)

Siklus menstruasi endometrium terdiri dari tiga fase, yaitu: fase

menstruasi, fase proliferasi, fase sekresi. Lapisan fungsional (Lapisan

spongiosa dan kompakta) yang tanggal disebabkan oleh vasokontriksi

periodik pada lapisan atas endometrium. (Bobak, 2005,hlm.46)

Fase menstrual Fase ini ditandai oleh perdarahan

pervaginam,berlangsung selama 3-5 hari. Secara fisiologis ini adalah ini

akhir dari siklus menstrual karena endometrium luruh ke lapisan dasar

bersama darah dari kapiler dan ovum yang tidak dibuahi.

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang

berlangsung sejak sekitar hari kelima hingga ovulasi, misalnya, hari ke-10

siklus 24 hari, hari ke-14 siklus 28 hari, atau hari ke-18 siklus 32 hari.

Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal dalam sekitar empat

hari atau menjelang perdarahan berhenti. Setelah itu, terjadi penebalan 8

sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi begantung

kepada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium. (Bobak,

2005,hlm.48). Pada akhir fase ini endometrium terdiri atas tiga lapisan:

1) Lapisan dasar terletak tepat di bawah miometrium, sekitar 1 mm

tebalnya. Lapisan ini tidak terganggu selama siklus menstruasi. Terdiri

atas susunan rudimenter penting untuk mebuat endometrium baru.

2) Lapisan fungsional yang terdiri atas kelenjar-kelenjar tubular setebal 2,5

mm. lapisan ini berubah secara tepat sesuai pengaruh hormonal ovarium.

3) Lapisan epithelium kuboid bersilia menutup lapisan fungsional. Lapisan

(28)

Fase sekresi belangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari

sebelum periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, diproduksi lebih

banyak progesteron. Pada akhir fase sekresi,endometrium sekretorius yang

matang dengan sempurna mencapai ketebalannya. Endometrium menjadi

kaya dengan darah sekresi kelenjar, tempat yang sesuai untuk melindungi dan

member nutrisi ovum yang dibuah. (Bobak, 2005,hlm.48)

Implantasi (nidasi) ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari

setelah ovulusi. Apabila tidak terjadi pembukaan dan implantasi. Korpus

luteum(badan kuning), yang menyekresi estrogen dan progesteron menyusut.

Seiring penurunan kadar progesteron dan estrogen dengan cepatarteri

spsiralmenjadi spasme. Selama fase iskemi, suplai darah ke endometrium

fungsional berhenti dan terjadi nekrosais. Lapisan fungsional berpisah dari

lapisan basal dan pendarahan menstruasi dimulai, menandai hari pertama

siklus berikutnya (Bobak, 2005, hlm.48).

b. Siklus Hipotalamus-Hipofisis

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan

progesterone darah menurun. Kadar hormone ovarium yang rendah dalam

darah ini menstimulasi hipotalamus untuk menyekresi gonado

tropin-releasing hormone (Gn-RH) Gn-RH sebaliknya, menstimulasi sekresi

hipofisis anterior FSH. FSH menstimulasi perkembangan folikel de Graf

ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan

Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior mengeluarkan lutenizing hormone

(29)

puncak ini (hari ke 12), mengawali ekspulsi ovum dari folikel de Graaf dalam

24 sampai 36 jam. LH mencapai puncak pada sekitar hari ke 13 atau ke 14

pada siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada

waktu ini, korpus luteum menyusut. Oleh karena itu, kadar progesterondan

estrogen menurun sehingga terjadi menstruasi, dan hipotalamus distimulasi

kembali untuk menyekresi Gn_RH. (Bobak, 2005, hlm.48).

c. Siklus Ovarium

Sejak saat lahir terdapat banyak folikel primordial dibawah kapsul

ovarium. Setiap folikel mengandung ovum imatur. Pada permulaan setiap

siklus, beberapa folikel membesar dibawah pengaruh FSH dan estrogen.

Sekitar hari ke 14 siklus 28 hari, folikel yang membesar menjadi pecah, dan

ovum terlepas kedalam rongga abdomen. Proses ini disebut Ovulasi.

Fase luteal dimulai segera setelah ovulasi dan berakhir pada awal

menstruasi. Fase pascaovulasi pada siklus ovarium ini biasanya berlangsung

selama 14 hari (rentang 13 sampai 15 hari). Korpus luteum mencapai puncak

aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, menyekresi baik hormon estrogen

streoid maupun progesteron steroid. Bersamaan dengan waktu fungsi luteal

puncak ini, telur yang dibuahi bernidasi di endometrium. Apabila tidak

terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar sreoid menurun. Dua

minggu setelah ovulasi, jika tidak terjadi fertilisasi dan implantasi, lapisan

fungsional endometrium uterus tanggal selama menstruasi. (Bobak,2005,

(30)

D. Konsep Pengetahuan tentang Menstruasi 1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan.

(Notoatmodjo, 2003, hlm.127)

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru),didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan merupakan : (a). Awareness (Kesadaran), menyadari dalam bentuk

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). (b). Interest (merasa

tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut. (c). Evaluation

(menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya,hal ini sikap

menjadi lebih baik lagi. (d). Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. (e). Adaption, dimana subjek

lebih berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap

stimulus.

Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati

tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses dimana didasarkan pengetahuan, kesadaran dan sikap positif,

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila

perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesedaran akan tidak

(31)

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan, yaitu: (1) Tahu (know), (2) Memahami

(comprehension), (3) Aplikasi (application), (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis

(synthesis), (6) Evaluasi (evaluation).

Tingkatan pertama adalah tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan

ini adalah tingkat mengingat kembali (recell) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tingkatan kedua

adalah memahami (comprehension) diartiakan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasi materi tersebut dengan benar. Tingakatan ketiga (application)

diartiaka sebagai kemampuan untuk ,menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi sebenarnya. Tingkatan keempat adalah analisis

(analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau salah satu

objek kadalam komponen-komponen, tetapi masi di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitan satu sama lainnya. Tingkatan kelima adalah

sintesis (synthesis) menjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Tingkatan yang tertinggi adalah evaluasi (evaluation) berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi

(32)

2. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan

Adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri

seorang adalah :

a. Sumber Informasi

1) Pengertian Sumber Informasi

Informasi adalah isi stimulasi yang dikeluarkan oleh sumber

(komunikator) kepada komunikan (penerima). Isi stimulasi berupa peran

atau informasi yang dikeluarkan oleh komunikator, tetapi diharapkan agar

seseorang secara positif untuk aktif melakukan sesuatu, berupa prilaku

atau tindakan (Notoatmodjo, 2003, hlm.116).

Sumber informasi juga mempengaruhi pengetahuan, baik dari

orang maupun media (Notoatmodjo, 2003,hlm.116)

2) Jenis-jenis sumber informasi

a) Didapat secara langsung seperti: Keluarga atau orang tua, tenga

kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat), dan Teman.

b) Didapat secara tidak langsung:

(1) Media Cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan sangat bervariasi, antara lain :

- Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

- Leoplet adalah bentuk penyampaian pesan-pesan atau

informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat dalam

(33)

- Flyer (selebaran) adalah seperti leoplet tapi tidak dalam

bentuk lipatan.

- Flipchart (lembar timbal balik) adalah media penyampaian

pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar timbal

balik, biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar

(halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi

kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan

gambar tersebut.

- Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang

membahas suatu masalah kesehatan.

- Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/

informasi kesehatan yang ditempel di tembok, tempat umum

atau kenderaan.

- Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

(b) Media elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan

pesan-pesan atau informasi kesehatan yang jenisnya berbeda-beda,

antara lain : televisi, radio, video, slide, film strip.

(c) Media Papan

Papan (billlobard) yang dipasangkan ditempat umum yang

berisikan pesan-pesan atau informasi kesehatan (Notoatmodjo, S.

(34)

3. Pengetahuan Mengenai Menstruasi pada Remaja Putri

Menarche merupakan tanda seorang remaja putri sudah mengalami

pubertas. Kesiapan remaja putri untuk menerima menarche tergantung beberapa

hal, salah satunya dipengaruhi oleh faktor perilaku orang tua sebagian besar ibu

tidak mengajari anak perempuan mereka tentang menstruasi, seperti usia

mendapatkan menstruasi, lama menstruasi, dan pemeliharaan kesehatan selama

menstruasi. Penelitian yang dilakukan di Mts Al Ruda I Desa Cilegong

kecamatan Jatiluhur kabupaten Purwakarta diperoleh bahwa pengetahuan yang

berkaitan dengan menarche pada sebagian besar informasi masih kurang. Sikap

informasi terhadap menarche masih negatif. Budaya informasi terhadap

menarche yaitu dengan cara berdoa yang dilakukan oleh sesepuh. Informasi tidak

membedakan perlakuan terhadap putrinya ketika sedang menarche dengan ketika

tidak menarche dan membedakan perlakuaan ketika sebelum mendapatkan

menarche dengan setelah menarche. Pada saat divalidasi ke putri informasi

ternyata informasi yang dikemukakan putri informasi dengan informasi pada

umumnya sama, sedangakan menurut pandangan agama Islam bahwa wanita

yang sudah menarche berarti ia sudah mempunyai kewajiban melaksanakan

ajaran agama. (http://view Koleksi.jsp.htm ¶ 4, diperoleh tanggal 14 November

2009)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan yang

harus dimiliki oleh remaja putri yaitu mendapatkan menstruasi pertama, lamanya

menstruasi dan pemeliharaan kesehatan selama menstruasi. Selama menstruasi

perawatan tubuh sangat penting, seperti memperhatikan kebersihan diri.

(35)

pertumbuhan bakteri dan menghindari masuknya bakteri tersebut ke dalam

vagina (Darvll & Powell, 2003).

Selain itu remaja putri harus memilki pengetahuan mengenai siklus

menstruasi, volume darah menstruasi yang keluar, dan penggunaan pembalut.

Siklus, menstruasi normal terjadi sekali sebulan atau rata-rata 28 hari. Jumlah

rata-rata darah yang keluar sekitar 30 ml. Pembalut biasanya digunakan diluar

tubuh yaitu sekitar vagina. (Darvill & Powell,2003)

4. Kesiapan Remaja Putri dalam Menghadapi Menarche

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat

langsung dilihat, hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah seorang

ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah

merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan

rekasi tertutup, bukan merupakan rekasi terbuka tingkah laku yang terbuka.

Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen

(36)

objek. (b). Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

(c). Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap terdiri dari berbagai

tingkatan : 1). Menerima (Receiving) Diartikan bahwa seorang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2). Merespon (Responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3). Menghargai (Valuing) Mengajak

orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4). Bertanggung jawab

(Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden

(Notoatmodjo, 2003, hlm.130).

Menurut Azwar (1995) sikap memiliki tiga komponen yang membentuk

struktur sikap, yaitu 1). kognitif, 2). Afektif, dan 3). Konatif.

a. Komponen kognitif (cognitive) disebut juga komponen perceptual, yang

berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap

(37)

pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang

lain.

b. Komponen Afektif (komponen emosional). Komponen ini menunjukkan

dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersikap

positif (rasa senamg) maupun negative (rasa tidak senang). Reaksi emosional

banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar

terhadap objek sikap tersebut.

c. Komponen konatif (komponen perilaku). Komponen ini merupakan

predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang

dihadapinya.

Pembentukan dan perubahan sikap menurut Azwar (1995), pembentukan

sikap dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang

lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan

lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri individu. Sementara itu, menurut

Krech dkk (1962), pembentukan dan perubahan sikap dapat disebabkan oleh

situasi interaksi kelompok dan situasi komunikasi media. Semua kejadian

tersebut mendapatkan pengalaman dan pada akhirnya akan membentuk

keyakinan, perasaan serta kecenderungan berperilaku (Maulana, 2009,hlm.198).

Reaksi positif terhadap menarche dapat dirasakan remaja putri lainnya

sebagai indeks kedewasaan. Reaksi ini mengindikasikan bahwa remaja putri

tersebut telah mampu memiliki anak, mengalami sesuatu yang membuat mereka

menjadi wanita yang lebih dewasa (Santrock, 2003,hlm.93).

Remaja putri yang tidak memiliki persiapan sebelumnya terhadap

(38)

sudah mempersiapkan terlebih dahulu. Aspek negatif dari menstruasi pertama

yang paling sering dilaporkan oleh remaja putri adalah kerepotan, kekotoran,

ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan keterbatasan tingkah laku dan

menciptakan perubahan emosional (Santrock, 2003,hlm 95).

Terdapat banyak alasan mengapa remaja putri sering tidak dipersiapkan

untuk menghadapi menstruasi pertama. Misalnya, orang tua yang kurang

memiliki pengetahuan atau terhambat oleh rasa malu terhadap anak dan sopan

santun. Sebagai orang tua seharusnya memberitahu anak perempuannya bahwa

perdarahan selama menstruasi adalah proses normal yang dialami oleh semua

anak perempuan dan membantu anaknya agar tidak terlalu cemas dalam

menghadapi menstruasi pertama tersebut. Apabila remaja putri dipersiapkan

sebelum menstruasi pertama, mereka akan mengembangkan tingkah laku positif

untuk menghadapi perubahan fisik dan psikologis.

Menurut survei pada salah satu asrama putri di Inggris, anak wanita

dalam fase haid selalu mengantuk dan ingin tidur saja sehingga mengakibatkan

kerapian mereka berkurang, selain itu pada fase ini mereka lebih nakal dari pada

yang diperkirakan. Banyak dari hukuman-hukuman yang mereka terima selama

masa haid berkisar pada suatu kejadian yang disebabkan karena kelelahan seperti

pelupa dan tidak menepati waktu yang telah ditentukan. Pada masa ini juga

terjadi perubahan kegairahan seperti prestasi akademis yang menurun, menjadi

anak yang pemalas, lekas marah, mementingkan diri sendiri dan tingkah lakunya

menjadi buruk. (Ezra, Konstitusional psikologis remaja putri yang telah

mengalami menarche 2003, ¶ 4,

(39)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang

diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2003 hlm.55).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja putri

tentang menstruasi dan variabel dependen adalah Kesiapan remaja putri dalam

menghadapi menarche.

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema.1. Skema Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Hipotesa pada penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan remaja

putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche. Pengetahuan remaja

putri tentang menstruasi

Kesiapan remaja putri dalam menghadaapi

(40)

C. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional Cara Ukur

Alar

Ukur Hasil Skala

1 Pengetahuan Segala

informasi yang

(41)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini, menggunakan desain penelitian deskrptif korelasional dengan

pendekatan cross sectional.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam. 2003 hlm.89). Pada penelitian ini populasi

yang digunakan adalah seluruh siswi kelas 6 SD Al-Azhar Medan sebanyak 41

orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo,2005,hlm.79). Yang menjadi sampel pada

penelitian ini adalah siswi kelas 6 SD Al-Azhar Medan. Penelitian ini adalah

menggunakan Total sampling yaitu keseluruhan jumlah populasi dijadikan

sampel penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu siswi kelas 6 SD

AL-Azhar Medan yang belum mendapat menstruasi pertama sehat jasmani dan

(42)

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD AL-Azhar Medan. Adapun alasan pemilihan

tempat karena mudah bagi peneliti untuk menjangkau tempat penelitian dan yang

menyangkut hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi

menarche belum pernah dilakukan.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2010.

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi

pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan

izin kepala Sekolah SD AL-Azhar Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal

yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu ; memberikan penjelasan kepada calon

responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden

bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.

Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak

dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses

pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga

dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi

menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan

(43)

F. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data yang didapat

dari data primer yaitu : data yang didapat dari penyebaran kuesioner yang

berbentuk pertanyaan Multiple Choice. Selain data primer peneliti juga

menggunakan data sekunder yaitu diperoleh peneliti dari daftar laporan

Siswa-siswi di SD AL-Azhar Medan. Untuk memperoleh informasi dari responden,

peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun

sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Pada

bagian awal instrumen penelitian berisi tentang data demografi.

Kuesioner kedua dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data untuk mengetahui pengetahuan mengenai menstruasi pada

remaja putri. Pengetahuan yang peneliti ukur hanya sampai tingkat pengetahuan

yang paling rendah yaitu tahap ’tahu’ (know). kuesioner pengetahuan ini terdiri

dari 15 pertanyaan tentang pengetahuan. Dilakukan penyekoran dengan kriteria

penyekoran dengan menggunakan skala Guttman yang menyediakan 2 alternatif

jawaban, yaitu : a) bila bentuk pertanyaan Positif jawabannya ”Ya” maka skor

dari pertanyaan itu 1, namun jika jawabannya ”Tidak” skor pertanyaan itu 0. b)

Bila bentuk pertanyaan Negatif jawabannya ”Ya” maka skor dari pertanyaan itu

0, namun jika jawabannya ”Tidak” maka skor dari pertanyaan itu 1. Untuk

mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut :

a. Menentukan skor terbesar dan terkecil

Skor terbesar : 15

(44)

b. Menentukan nilai rentangan (R)

Rentang = Skor terbesar – Skor tekecil

= 15-0

= 15

c. Menentukan nilai panjang kelas (i)

kelas

d. Menentukan skor kategori

Baik : 8 sampai 15

Tidak baik : 0 sampai 7

Kuesioner ketiga adalah kuesioner yang digunakan untuk mengetahui

kesiapan remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama terdiri dari 10

pertanyaan. Untuk menilai kesiapan siswi dalam menghadapi menarche diukur

dari setiap siswi yang dijadikan sampel dilakukan dengan cara mengisi kuesioner

dengan menggunakan skala likert yang menggunakan empat kategori untuk

setiap pernyataan sebagai berikut: a) Bila bentuk pernyataan “Positif” , alternatif

jawaban: sangat siap (SS) skornya 4, siap (S) skornya 3, tidak siap (TS) skornya

2, sangat tidak siap (STS) skornya 1. b) Bila bentuk pernyataan “Negatif”,

alternatif jawaban: sangat siap (SS) skornya 1, siap (S) skornya 2, tidak siap (TS)

skornya 3, sangat tidak siap (STS) skornya 4. Selanjutnya variabel kesiapan

remaja putri dalam menghadapai menstruasi pertama ini di interprestasikan

(45)

a. Menentukan skor terbesar dan terkecil

Skor terbesar : 40

Skor terkecil : 10

b. Menentukan nilai rentangan (R)

Rentang = Skor terbesar – Skor tekecil

= 40-10

= 30

c. Menentukan nilai panjang kelas (i)

kelas

d. Menentukan skor kategori

Positif : Apabila jawaban responden lebih dari > 15

Negatif : Apabila jawaban responden kurang dari < 15

G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji Validitas dimaksudkan agar pertanyaan yang termuat dalam

kuesioner bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau

kuesioner tersebut. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur

variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau

(46)

spesialis obstetri ginekologi dr.Ichwanul Adenin, SpOG dan dengan

membandingkan nilai r tabel dengan r hitung. Menentukan nilai r tabel pada

jumlah responden 20 orang dengan tingkat kemaknaan 5% didapat angka r

tabel=0,444. Kemudian menentukan nilai r hasil perhitungan dan dibandingkan

nilai r hasil dengan nilai r tabel, ketentuan: bila r hasil> r tabel maka pertanyaan

tersebut valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat kestabilan atau

kekonsistenan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari kuesioner.

Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan

berhasil mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya

lebih dari 0.6 sudah memadai syarat reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada

20 responden siswi di SDN 101884 Tanjung Morawa yang mempunyai kriteria

sama dengan sampel, lalu data diolah dengan mencari nilai koefisien reliabilitas,

di dapatkan nilai Alpha Cronbach =0,964 untuk pertanyaan pengetahuan

sebanyak 15 pertanyaan (0,964>0,6). Untuk pertanyaan kesiapan menghadapi

menarche diperoleh nilai Alpha Cronbach = 0,959 sebanyak 10 pertanyaan

(0,959>0,6) Berarti instrumen sudah dinyatakan reliabel.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk

mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi

(47)

permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, dan mengajukan surat

permohonan izin melaksanakan penelitian di SD AL-Azhar Medan. Setelah mendapat

izin, kemudian peneliti di bantu dengan satu mahasiswa D-IV Bidan Pendidik yaitu

Armoni suci dewi, Am.keb serta guru SD AL-Azhar Medan. Pada saat pengumpulan

data peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian.

Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan

menandatangani informed concent. Responden yang bersedia diberi lembar kuesioner

dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selesai

pengisian, peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi responden, kemudian

memeriksa kelengkapan data. Lembar kuesioner diisi oleh masing-masing siswi dengan

waktu 15 menit, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Selanjutnya data yang

terkumpul dianalisis.

I. Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

a. Editing : Editing yang dilakukan untuk memeriksakan ketepatan dan

kelengkapan. data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data

dilengkapi dengan mewawancara ulang responden

b. Coding : Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan

kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum

diolah dengan computer.

c. Entri: Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukan kedalam program

(48)

d. Cleaning data: Pemeriksaan semua data yang telah dimasukan kedalam

computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving: Penyimpanan data untuk siap dianalisa.

2. Analisis Data

a. Univariat

Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi

tiap variabel yang diteliti. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan

proporsinya.

b. Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel, yaitu variabel

independen dan dependen, dengan uji statistik chi square menggunakan hitungan statistik yang sesuai, dimana derajat kemaknaan α = 0,05. Apabila

nilai p value <0,05, maka Ho ditolak dan apabila p value > 0,05 maka Ho

gagal ditolak.

Fisher exact digunakan bila:

1. Jumlah seluruh pengamatan (n) kurang dari 20.

2. Terdapat sel harapan (expected) kurang dari 5 dengan jumlah pengamatan

antara 20 dan 40.

3. Jumlah pengamatan (n) > 40 dan terdapat sel harapan yang kurang dari satu.

(Wahyuni,2008,hlm.95)

Sedangkan untuk chi square digunakan bila:

1. Jumlah subjek total > 40, tanpa melihat nilai expected, yaitu nilai yang

(49)

2. Jumlah subjek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected > 5.

(50)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan di SD AL_Azhar Medan tahun

2010 dengan jumlah responden sebanyak 41 orang. Hasil pengumpulan data disajikan

dalam bentuk analisa univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Hasil tabel penelitian ini akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi, dan proporsinya untuk mengetahui tingkat pengetahuan, dan

kesiapan dalam menghadapi menarche. Adapun karakteristik responden yang akan

dipaparkan mencakup umur responden, dan sumber informasi.

Berikut ini tabel distribusi frekuensi dari variabel penelitian tersebut.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di SD AL-Azhar Medan 2010

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat dari 41 responden bahwa sebagian

besar umur responden 11 Tahun yaitu sebanyak (63,41%). Sedangakan untuk

Sumber Informasi sebagian besar mendapat informasi secara Langsung yaitu

(51)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Menstruasi

di SD AL-Azhar Medan 2010

Pengetahuan Frekuensi Persentase %

Baik

Tidak baik

22

19

53,66

46,34

Jumlah 41 100

Berdasarkan dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat dari 41 responden bahwa sebagian

besar pengetahuan responden tentang menstruasi adalah baik sebanyak 22 orang

(52)

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesiapan dalam Menghadapi Menarche

di SD AL-Azhar Medan 2010 Kesiapan dalam

Menghadapi Menarche Frekuensi Persentase %

Positif Negatif

33 8

80,49 19,51

Jumlah 41 100

Berdasarkan dari tabel 5.3 diatas dapat dilihat dari 41 responden bahwa sebagian

besar (80,49%) memilik sikap positif dalam menghadapi menarche dan yang sikap

(53)

2. Analisis Bivairat

Untuk melihat hubungan antara variabel independen (variabel bebas) yaitu

pengetahuan tentang menstruasi dengan variabel dependen (variabel terikat) yaitu

kesiapan dalam menghadapi menarche, dengan analisa sebagai berikut :

Tabel 5.4

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri terhadap Kesiapan dalam Menghadapi Menarche

di SD AL-Azhar Medan 2010

Pengetahuan

Kesiapan menghadapi menarche

Total P

Value Positif Negatif

n % n % n %

Baik 21 95,5 1 4,5 22 100

0,009

Tidak baik 12 63,2 7 36,8 19 100

Jumlah 33 80,5 8 19,5 41 100

* chi square

Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik

sebanyak 95,5% dalam menghadapi menarche dengan sikap positif, pengetahuan baik

sebanyak 4,5% dalam menghadapi dengan sikap negatif, pengetahuan tidak baik

63,2% dalam menghadapi menarche dengan sikap positif, sedangkan pengetahuan

tidak baik sebanyak 36,8% dalam menghadapi menarche dengan sikap negatif.

Dari hasil analisis uji statistik diperoleh nilai p= 0,009 bearti terdapat hubungan

yang signifikan sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan remaja

(54)

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Pengetahuan Remaja Putri tentang Menstruasi di SD AL-Azhar Medan

Berdasarkan tabel 5.2 pengetahuan remaja putri di SD AL-Azhar

Medan sebagian besar (53,66%) memiliki pengetahuan baik, (46,34%)

responden memiliki pengetahuan tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa

pengatahuan remaja putri tentang menstruasi di SD AL-Azhar Medan

sebagian besar mungkin telah memiliki pengetahuan tentang menstruasi.

Keadaan ini sesuai dengan pendapat Notoadmojdo (2003), pengetahuan

adalah merupakan hasil dari “tahu” dan hal ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan

merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Over behavior).

Berdasarkan pengalaman dan penelitian, diperoleh bahwa perilaku yang

didasri oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasi

pengetahuan. pengetahuan disini menyangkut segala sesuatu yang dipahami

dan diketahui oleh responden tentang menstruasi.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Ezra Ebenezer

Soleman (2003) yang menunjukkan bahwa informasi tentang menstruasi

sebagian besar diperoleh dari ibu dan saudara. Apabila peristiwa menstruasi

tidak disertai dengan pemberian informasi-informasi yang jelas, dan benar

akan mengakibatkan rasa ketakutan,kecemasan dan konflik batin. Pengaruh

dari informasi tentang menstruasi yang benar dapat menyingkirkan

(55)

Namun pada peniltian ini masih ada beberapa siswi yang memiliki

pengetahuan yang tidak baik, hal ini bisa saja terjadi karena siswi tersebut

merasa takut untuk menghadapi haid pertama, Serta mungkin karena adanya

konflik batin dalam dirinya.

b. Kesiapan Remaja Putri dalam Menghadapi Menarche

Berdasarkan tabel 5.3. terlihat sebagian besar responden memiliki

kesiapan dalam menghadapi menarche dengan sikap positif, yaitu sebanyak

33 responden (80,49%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja

put ri di SD AL-Azhar Medan memiliki kesiapan yang positif dalam

menghadapi menarche. Santrock (2003) mengatakan respon positif terhadap

menarche karena remaja putri sudah menganggap menarche sebagai indeks

kedewasaan sebagai seorang wanita dewasa.

Menurut Sherwen&Weingarten (1995) dari hasil penelitian Mulyati

(2006) setiap remaja putri harus dipersiapkan untuk menghadapi menarche

dan mentruasi dengan memberikan informasi yang luas dan akurat. Respon

positif terhadap menarche dihubungkan dengan persiapan dan kualitas

dukungan saat remaja putri tersebut mendapat menstruasi. Beberapa remaja

putri memandang menarche sebagai pengalaman yang menarik, sedangkan

remaja putri lainnya menganggap menarche sebagai hal yang menakutkan.

Persiapan untuk menarche seharusnya dimulai sebelum remaja putri tersebut

mendapatkan menstruasi pertamanya, yaitu sekitar usia 10 tahun. Adapun

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di SD AL-Azhar Medan 2010
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan Remaja Putri terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu dalam menghadapi menarche pada remaja putri di Lingkungan X Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan

Hubungan Pengetahuan Menarche Dengan Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche Di SMP Negeri 3 Tidore Kepulauan.Progam Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche pada remaja putri di SD Negeri Bulukantil

Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi menarche pada 275 responden di SD/Sederajat dalam

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Prihatin (2011), Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang menarche dengan kesiapan untuk

Dari informasi itu, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menarche dengan Sikap Menghadapi Menarche pada

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan mengenai hubungan antara pengetahuan remaja tentang menstruasi dengan kesiapan menghadapi menarche , maka dapat diambil

Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan tentang menarche dengan kesiapan menghadapi menarche dini pada siswi kelas IV-V SD Muhammadiyah