HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP
KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE
DI SD AL-ALZAR MEDAN
LELIANA 095102033
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERNYATAAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP
KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE
DI SD AL-AZHAR MEDAN
Karya Tulis Ilmiah
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, April 2010
Judul : Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam Menghadapi Menarche di SD AL-Azhar Medan.
Nama : LELIANA NIM : 095102033
Program : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatarn Universitas Sumatera Utara
Pembimbing Penguji
... ...Penguji I (dr. Arlinda S. Wahyuni, M. Kes) (dr. Zulkifli, M.si)
……...Penguji II (Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns,M.Kep)
...Penguji III (dr. Arlinda S. Wahyuni, M. Kes)
Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai persyaratan kelulusan Sarjana Sains Terapan untuk D-IV Bidan Pendidik.
... ...
(Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns,M.Kep) (dr. Murniati Manik, Msc, SpKK) NIP. 19740505 200212 2 001 NIP. 19530719 198003 2 001
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010
LELIANA
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP
KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE
DI SD AL-AZHAR MEDAN
viii + 48 hal + 4 tabel + 1 skema + 9 lampiran
Abstrak
Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita. Seorang anak gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal ini biasa menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan
Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 41 orang. Pengambilan sampel dilakukan
dengan Total sampling. Penelitian ini dilakukan di SD AL-Azhar Medan. Analisis data menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan Baik sebanyak (21 orang) (95,5%) dengan sikap Positif dalam menghadapi menarche, pengetahuan Baik dengan sikap Negatif sebanyak (1 orang) (4,5%), Pengetahuan Tidak baik (12 orang) (63,2%) dengan sikap Positif dalam menghadapi menarche, sedangkan pengetahuan Tidak baik dengan sikap Negatif dalam menghadapi menarche sebanyak (7 orang) (36,8%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p= 0,009, ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi institusi pendidikan, dan pelayanan kebidanan agar lebih mengetahui tentang menstruasi dan menarche sehingga bisa menginformasikan tentang hal tersebut kepada remaja putri sehingga remaja putri lebih siap dalam menghadapi menarche.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam
menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan” yang diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,
masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis
Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK. selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. dr. Arlinda S. Wahyuni, M.Kes, selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. Seluruh staf SD AL-Azhar Medan
5. Seluruh staf dan dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
6. Papa, mama, abang, kakak, serta adik-adikku yang penulis cintai yang telah
memberikan dukungan serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam
7. Teman-teman seperjuangan yang penulis sayangi Kak Rhany, Kak JaSmiEn, Mbak
Wie, RiZha, MeLLy, Veny, InDaH, DyeTo yang telah memberikan bantuan dan
dukungan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada
penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan dan dukungan pada penulis dalam penyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk
itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan pada
masa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan,18 Juni 2010
DAFTAR ISI
2. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan ... 20
3. Pengetahuan remaja putri mengenai menstruasi ... 22
BAB III : KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFENISI
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 42
2. Keterbatasana Peneliti ... 46
3. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/ Pendidikan Kebidanan ... 47
BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Simpulan ... 48
B. Saran ... 48
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik umur
dan sumber informasi responden di SD AL- Azhar Medan 2010 38
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang
menstruasi responden di SD AL- Azhar Medan 2010 ... 39
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kesiapan dalam
menghadapi menarche responden di SD AL- Azhar Medan 2010 40
Tabel 5.4. Hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Konsep Hubungan pengetahuan Remaja Putri terhadap
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Informed Concent
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner
Lampiran 4 : Lembar Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 5 : Lembar Konsultasi ke Dosen Pembimbing
Lampiran 6 : Master Tabel
Lampiran 7 : Hasil Out Put Data Penelitian
Lampiran 8 : Lembar Surat Izin Penelitian
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010
LELIANA
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP
KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE
DI SD AL-AZHAR MEDAN
viii + 48 hal + 4 tabel + 1 skema + 9 lampiran
Abstrak
Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita. Seorang anak gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal ini biasa menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan
Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 41 orang. Pengambilan sampel dilakukan
dengan Total sampling. Penelitian ini dilakukan di SD AL-Azhar Medan. Analisis data menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan Baik sebanyak (21 orang) (95,5%) dengan sikap Positif dalam menghadapi menarche, pengetahuan Baik dengan sikap Negatif sebanyak (1 orang) (4,5%), Pengetahuan Tidak baik (12 orang) (63,2%) dengan sikap Positif dalam menghadapi menarche, sedangkan pengetahuan Tidak baik dengan sikap Negatif dalam menghadapi menarche sebanyak (7 orang) (36,8%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p= 0,009, ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi institusi pendidikan, dan pelayanan kebidanan agar lebih mengetahui tentang menstruasi dan menarche sehingga bisa menginformasikan tentang hal tersebut kepada remaja putri sehingga remaja putri lebih siap dalam menghadapi menarche.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menstruasi (haid) merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi
perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan.
Pada masa remaja masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Hal ini ditandai
dengan pertumbuhan yang terus berlanjut menuju kondisi somatik, seksual dan psikologi
yang lebih matur. Perubahan-perubahan tersebut tidak terjadi secara spontan, tetapi
melalui proses pertumbuhan yang cepat setelah menstruasi pertama (menarche). Pada
akhir masa kanak-kanak sebenarnya terjadi yaitu pada masa menjelang kedatangan masa
remaja (Addy, 2009, gambaran pengetahuan remaja putri tentang menarche 2009, ¶ 1,
Masa remaja adalah usia antara masa anak-anak dan dewasa, yang secara
biologis antara 10 sampai 19 tahun. Perubahan terpenting yang terjadi pada gadis remaja
adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur 10 sampai
dengan 16 tahun. Di daerah, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis
yang mengalami menarche dianggap sudah masanya melakukan tugas-tugas sebagai
seorang wanita (Jones, 2005 hlm.26).
Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur
12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun. Menarche atau menstruasi pertama merupakan
salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap anak perempuan (Addy, 2009,
gambaran pengetahuan remaja putri tentang menarche 2009, ¶4,
Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain faktor suku, genetik, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Di Inggris rata-rata haid
pertama datang pada usia 13 tahun. Sedangkan suku Bundi di Papua Nugini menarche
dicapai pada usia 18,8 tahun. Anak wanita yang menderita kelainan tertentu selama
dalam kandungan mendapatkan menarche pada usia lebih muda dari usia rata-rata
(Jones,2005 hlm.26).
Bahwa di Indonesia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10-16
tahun dan rata-rata menarche 12,5 tahun, usia menarche lebih dini di daerah perkotaan
dari pada yang tinggal di desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat
(Wiknjosastro,2002 hlm.104).
Menarche sebenarnya hanya sebuah istilah medis untuk menjelaskan peristiwa
menstruasi yang pertama kali di alami oleh seorang wanita. Menarche menjadi hal yang
penting bagi seorang wanita dan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal ini
menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita. Usia ketika mengalami menarche
sangat beragam, ada yang menagalaminya pada usia 11 tahun bahkan ada yang lebih
muda lagi. Namun ada juga yang mengalaminya pada usia 18 tahun (Ezra,
Konstitusional psikologis remaja putri yang telah mangalami menarche 2003, ¶2,
Seorang anak gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal ini biasa
menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak mengenal
tubuh mereka dan proses reproduksi dapat mengira bahwa menstruasi merupakan bukti
adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak
perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh nomal
pertama mereka (Yudhi, Tentang Menstruasi, 2009. ¶3,
diperoleh tanggal 17 Oktober 2009). Hal tersebut terjadi karena tidak mengetahui
apa-apa tentang menstruasi, dan mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya
penyakit atau bahkan yang sedang mengalami pendarahan yang dapat menyebabkan
kematian (Darvill & Powell, 2003 hlm.2).
Remaja putri membutuhkan informasi tentang prosres menstruasi dan kesehatan
selama menstruasi. Remaja putri akan mengalami kesulitan dalam menghadapi
menstruasi yang pertama sekali terjadi jika sebelumnya ia belum pernah mengetahui
atau membicarakan baik dengan teman sebaya atau dengan ibu mereka. Pada umumnya,
gadis remaja belajar tentang haid dari ibunya, tetapi tidak semua ibu memberikan
informasi yang memadai kepada putrinya. Sebahagian lagi remaja putri enggan
membicarakan secara terbuka kepada siapa saja sampai anak gadisnya mengalami haid
pertama (Jones, 2005 hlm.33).
Sebuah penelitian di Sidney pada tahun 1984 mangatakan bahwa, dari 1200
gadis remaja yang diteliti, lebih tiga perempatnya mengatakan, jika metode yang aman,
mereka lebih suka tidak mengalami haid. Pandangan negatif tentang haid berlanjut
sampai menjelang dewasa (Jones, 2005 hlm.33).
Ilmu pengetahuan dapat memberikan rasa aman kepada manusia. Pengetahuan
mengenai reproduksi memberitahukan apa yang dialami oleh seorang perempuan yang
sedang dalam masa puber adalah normal. Adanya perasaan bingung saat pertama kali
mengalami menstruasi disebabkan oleh remaja putri tersebut kurang pengetahuan
tentang menstruasi (Darvill & Powell,2003 hlm.ix).
Berdasarkan hasil survey awal yang didapatkan dari sepuluh siswi SD AL-Azhar
cenderung memperlihatkan sikap negatif yaitu kerepotan (membawa pembalut
pengganti), ketikdaknyaman fisik yang menyababkan keterbatasan tingkah laku dan
menciptakan perubahan emosional. Ada yang merasa saat datang haid selalu mengantuk
dan ingin tidur saja sehingga mengakibatkan kurang rapi. Empat diantaranya merasa
menjadi wanita yang lebih dewasa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai “Hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi
menarche di SD AL-Azhar Medan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
ini adalah: apakah ada hubungan pengetahuan Remaja putri terhadap kesiapan dalam
menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam
menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan mengenai menstruasi pada remaja putri di
SD AL-Azhar Medan.
b. Untuk mengetahui kesiapan remaja putri dalam menghadapi menstruasi
c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan
dalam menghadapi menstruasi pertama di SD AL-Azhar Medan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Intitusi pendidikan
Sebagai bahan masukan dan referensi tambahan untuk pengembangan ilmu
kebidanan yang berkaitan dengan menstruasi dan kesiapan menghadapi
menarche.
2. Bagi Remaja Putri
Sebagai bekal pengetahuan dalam menghadapi masa remaja. Mengetahui apa
saja yang terjadi pada masa menstruasi dan menerima serta mengerti hal-hal
yang mungkin terjadi selama masa menstruasi.
3. Bagi Pelayanan Kebidanan
Sebagai masukan dalam meningkatkan pengetahuan remaja putri mengenai
menstruasi sehingga nantinya bisa mencapai peningkatan kesehatan reproduksi
BAB 2
TLNJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
Remaja dalam bahasa Inggris disebut “adolescence” berasal dari bahasa latin
yaitu “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan itu bukan
hanya kematangan fisik namun juga kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja
adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, namun tidak semua menyadari
bahwa pada masa remaja terjadi perubahan yang besar. Perubahan yang terjadi dengan
cepat pada tinggi dan berat badan dikenal dengan istilah adolescence growth spurt.
Sering kali kondisi ini sulit dilewati dengan nyaman karena adanya perubahan yang
bersifat fisik. Perubahan fisik yang terjadi berhungan langsung dengan kepribadian,
seksual dan peran sosial remaja dalam masyarakat (Pratiwi, 2005 hlm.1).
Menurut WHO (World Health Organization) Remaja adalah suatu masa ketika
individu berkembang pada pertama kali ia menjukkan tanda-tanda seksual sekundernya
sampai ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis
dan pola dentifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri. WHO
(World Health Organization) menetapkan batas usia 10 sampai 20 tahun sebagai batasan
usia remaja (Sarwono, 2008 hlm.9).
Masa remaja, yakni antara usia 10-19 Tahun, adalah suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut Masa Pubertas. (Widyastuti,
Menurut psikiater Dadang Hawari, masa remaja merupakan tahapan siklus
kehidupan manusia, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa muda, dewasa, tua,
dan lanjut usia. Setiap tahapan dalam siklus kehidupan manusia itu akan mengalami
perubahan-perubahan, baik secara biologik, psikologik, sosial dan spiritual. (Ezra,
Konstitusional psikologis remaja putri yang telah mengalami menarche 2003, ¶4,
Berdasarkan sifat atau masa (rentang waktu), remaja ada tiga tahap, yaitu:
1. Remaja awal (10-12 tahun): a). Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan
dengan teman sebaya. b). Tampak dan merasa ingin bebas. c). Tampak dan memang
lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal
(abstrak).
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun): a). Tampak dan merasa ingin mencari identitas
diri. b). Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. c).
Timbul perasaan cinta yang mendalam. d). Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal)
makin berkembang. e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
3. Masa remaja akhir (16-19tahun): a).Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
b).Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. c). Memiliki citra (gambaran,
keadaan, peranan) terhadap dirinya. d). Dapat mewujudkan perasaan cinta. e)
Memiliki kemampuan berpikir berpikir khayal atau abstrak (Widyastuti, dkk, 2009
hlm.11).
Menurut Wong, et al (2009 hlm, 585) ciri-ciri perkembangan remaja terlihat
pada: a) Perkembangan biologis, perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil
aktivitas hormonal di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang
perkembangan karakteristik seks sekunder ; b) Perkembangan psikologis, teori
psikososial tradisional menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja
menghasilkan terbentuknya identitas (Erikson,1963). Pada masa remaja mereka
mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain. c) Perkembangan kognitif, berfikir
kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir abstrak. Remaja tidak lagi
dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang merupakan ciri periode berfikir konkret,
remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi;
d)Perkembangan moral, anak yang lebih muda hanya dapat menerima keputusan
atau sudut pandang orang dewasa, sedangkan remaja, untuk memperoleh autonomi
dari orang dewasa, mereka harus mengganti seperangkat moral dan nilai mereka
sendiri ; e) Perkembangan spiritual, remaja mampu memahami konsep abstrak dan
menginterpretasi analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi
dan berfikir secara logis ; f) Perkembangan sosial, untuk memperoleh kematangan
penuh, remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan
menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Masa remaja
adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman sebaya dan
teman dekat.
B. Masa Remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan
pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik
menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada Lima perubahan yang
Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.
Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial
untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang
timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang
dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri
menyelesaikannya menurut kepuasannya.
Keempat, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga
berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir
dewasa tidak penting lagi.
Kelima, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung
jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan meraka untuk dapat mengatasi
tanggung jawab tersebut. (Hurlock, 1999 hlm. 207)
C. Menstruasi
1. Defenisi Menstruasi
Menstruasi berasal dari kata latin’mensis’ yang berarti bulan disebut
menstruasi karena secara rata-rata menstruasi datang sekali sebulan. ‘Menstruasi’
bulanan adalah siklus peristiwa didalam tubuh yang dikendalikan oleh
hormon-hormon. (Darvill,2003,hlm.11)
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim endometrium yang disertai
dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat
siklus menstruasi. Menstruasi juga bisa diartikan keluarnya cairan secara berkala
dari vagina selama masa usia produktif. (Aulia, 2009,hlm.8)
Mendapat menstruasi pada usia antara 9 sampai 16 Tahun adalah hal
yang wajar. Usia rata-rata mulai menstruasi antara 11 dan 13 Tahun, tetapi setiap
gadis mengalaminya pada usia yang berbeda. Menstruasi terjadi sebagai akibat
dihasilkannya hormon-hormon dari sebuah kelenjar kecil di dasar otak yang
disebut normal pertumbuhan (Pituitary gland). (Darvill, 2003,hlm.10-11)
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah
dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi
dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk
mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat
membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16
tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi,
dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira
sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 - 50 tahun, sekali lagi tergantung
pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita
untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa
kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari,
namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu
wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke
bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi
wanita tersebut. (Yudhi, Tentang Menstruasi, 2009. ¶1,
2. Defenisi Menarche
Menarche adalah haid atau menstruasi yang pertama kali dialami oleh
seseorang wanita dan terjadi di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa
reproduksi (Aulia,2009,hlm.21).
Menarche merupakan suatu tanda yang penting bagi seorang wanita yang
menunjukkan adanya produksi hormon yang normal dibuat oleh hipotalamus dan
kemudian diteruskan oleh ovarium dan uterus. Selama dan sekitar 2 Tahun
hormon-hormon ini akan merangsang pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder
seperti pertumbuhan payudara, perubahan-perubahan kulit, perubahan siklus,
pertumbuhan rambut ketiak dan rambut pubis serta bentuk tubuh menjadi bentuk
tubuh menjadi yang ideal.
Ada sebagian kecil anak perempuan mengalami menstruasi lebih awal
yang disebut Solated Premature menarche dan ada juga yang mengalami
menstruasi yang lewat primary amenhorrhea. (Aulia, 2009,hlm.21)
Menarche sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan
yang terjadi pada seorang gadis sedang menginjak dewasa. (Jones, 2005,hlm.26).
Menstruasi anak gadis dapat berhenti atau tertunda jika dia menjalani Diet yang
ketat untuk mempertahankan berat badan idealnya atau jika dia mengidap
penyakit Anorexia nervosa (Tidak ada nafsu makan karna tidak ingin gemuk).
(Darvill,2003,hlm.14)
Menarche biasanya terjadi antara tiga sampai delapan hari, rata-rata lima
setengah hari. Dalam satu tahun setelah terjadinya menarche, ketidakteraturan
yang biasa dialami oleh para remaja putri, namun demikian hal ini dapat
menimbulkan keresahan pada diri remaja itu sendiri.
Sekitar dua tahun setelah menarche akan terjadi ovulasi. Ovulasi ini tidak
harus terjadi setiap bulan tetapi dapat terjadi setiap dua atau tiga bulan dan secara
berangsur siklusnya akan menjadi lebih teratur. Dengan terjadinya ovulasi,
spasmodic dismenorrhoea dapat timbul. (Ezra, Konstitusional psikologis remaja
putri yang telah mengalami menarche 2003, ¶ 2,
diperoleh tanggal 17 Oktober 2009)
3. Fisiologi Menarche
Munculnya haid pertama terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu
masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang memegang peranan penting
dalam proses tersebut adalah hubungan hipotalamus, hipopisis dan ovarium
(Hipotalamic Pituitari-Ovarikratis). Hal ini merupakan hasil kerjasama antara
korteks serebri, Hipotalamus, Hipopisis, Varium, Glanduna Supra Renalis dan
Kelenjar-kelenjar Endokrin lainnya.
Pada permulaan masa kanak-kanak sistem ini sudah berjalan kemudian
tidak berfungsi lagi disebabkan sistem proses itu sangat peka terhadap steroid,
sehingga menghambat proses itu sendiri. Rendahnya Gonadotropin Releasing
Hormone (GnRH) pada saat itu juga akibat unsur instrinsik penghambat susunan
saraf yang mempunyai mekanisme penekanan denyutan (GnRH).
Saat sebelum masa pubertas, sekresi GnRH secara pulstabil dengan
frekuensi rendah telah dimulai 4 tahun sebelum menarche, diikuti dengan
sekresi GnRH yang berfrekuensi rendah pelan-pelan berubah seperti wanita
dewasa dengan sekresi yang berlangsung selama 24 jam, pola sekresi FSH dan
LH juga mengikuti perubahan-perubahan sekresi pulstabil GnRH ini.
Menurut Teori Neurohormonal yang dianut sekarang, Hipotalamus
mengawasi sekresi hormon Gonodotropin oleh Adeno Hipofisis melalui sekresi
hormon yang disalurkan ke sel-sel Adeno Hipofisis lewat sirkulasi portal yang
khusus yang dapat merangsang produksi dan pelepasan Gonadotropin dari
Hipofisis.
Folikel-folikel yang berkembang selama sebelum menghailkan hormon
estrogen dan kemudian mati, yang lainnya telah dirangsang FSH sehingga folikel
ini berkembang mensekresi estrogen. Semakin lama jumlah folikel yang
dirangsang semakin banyak sehingga kadar estrogen semakin tinggi.
Hormon estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan
ciri-ciri kelamin skunder, pertumbuhan organ genetalia terjadinya perapatan
pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologi kewanitaan. Pada masa pubertas
organ-organ genetalia lambat laun tumbuh mendekati bentuk dan sifat-sifat
wanita dewasa. Vaskularasi uterus bertambah menyebabkan pertumbuhan
lapisan endometrium, sehingga merubah uterus menjadi uterus yang matur, dan
lapisan enometrium mengalami diferensiasi baik kelenjar maupun selamanya.
Folikel-folikel di ovarium yang tumbuh walaupun tidak sampai terjadi
matang karena sebelumnya mengalami atresia namun telah sanggup
memproduksi dan mensekresi estrogen, kadar estrogen makin lama makin tinggi
Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, dan
bertambah akibat pertumbuhan folikel akan menurun dan sebagian mengalami
atresia sehingga estrogen yang diproduksi folikel akan menurun pula.
Dengan menurunnya kadar estrogen berakibat pembuluh darah
endometrium mengalami Proliferasi atau mengerut dan terputus-putus lapisan
endometrium mengalami deskuamasi sehingga terjadi perdarahan dan mengalir
melalui vagina berwujud sebagai haid pertama atau menarche. Dengan
munculnya menstruasi pada seorang remaja dapat menggambarkan kemampuan
untuk bereproduksi. (Addy,2009, Gambaran pengetahuan remaja putri tentang
menarche 2009, ¶2,
2009).
4. Siklus Menstruasi a. Siklus Endometrium
Hari pertama menstruasi ditetapkan sebagai hari pertama siklus
endometrium. Lama r ata-rata aliran menstruasi adalah lima hari (dengan
rentang tiga sampai enam hari) dan jumlah darah rata-rata yang hilang ialah
50 ml (rentang 20 sampai sampai 80 ml), namun hal ini sangat bervariasi.
Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara
kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium,
kelenjar hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium. Siklus menstruasi
mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila tidak terjadi kehamilan, terjadi
menstruasi. Usia wanita, status fisik, dan emosi wanita, serta lingkungan
Siklus menstruasi endometrium terdiri dari tiga fase, yaitu: fase
menstruasi, fase proliferasi, fase sekresi. Lapisan fungsional (Lapisan
spongiosa dan kompakta) yang tanggal disebabkan oleh vasokontriksi
periodik pada lapisan atas endometrium. (Bobak, 2005,hlm.46)
Fase menstrual Fase ini ditandai oleh perdarahan
pervaginam,berlangsung selama 3-5 hari. Secara fisiologis ini adalah ini
akhir dari siklus menstrual karena endometrium luruh ke lapisan dasar
bersama darah dari kapiler dan ovum yang tidak dibuahi.
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang
berlangsung sejak sekitar hari kelima hingga ovulasi, misalnya, hari ke-10
siklus 24 hari, hari ke-14 siklus 28 hari, atau hari ke-18 siklus 32 hari.
Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal dalam sekitar empat
hari atau menjelang perdarahan berhenti. Setelah itu, terjadi penebalan 8
sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi begantung
kepada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium. (Bobak,
2005,hlm.48). Pada akhir fase ini endometrium terdiri atas tiga lapisan:
1) Lapisan dasar terletak tepat di bawah miometrium, sekitar 1 mm
tebalnya. Lapisan ini tidak terganggu selama siklus menstruasi. Terdiri
atas susunan rudimenter penting untuk mebuat endometrium baru.
2) Lapisan fungsional yang terdiri atas kelenjar-kelenjar tubular setebal 2,5
mm. lapisan ini berubah secara tepat sesuai pengaruh hormonal ovarium.
3) Lapisan epithelium kuboid bersilia menutup lapisan fungsional. Lapisan
Fase sekresi belangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, diproduksi lebih
banyak progesteron. Pada akhir fase sekresi,endometrium sekretorius yang
matang dengan sempurna mencapai ketebalannya. Endometrium menjadi
kaya dengan darah sekresi kelenjar, tempat yang sesuai untuk melindungi dan
member nutrisi ovum yang dibuah. (Bobak, 2005,hlm.48)
Implantasi (nidasi) ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari
setelah ovulusi. Apabila tidak terjadi pembukaan dan implantasi. Korpus
luteum(badan kuning), yang menyekresi estrogen dan progesteron menyusut.
Seiring penurunan kadar progesteron dan estrogen dengan cepatarteri
spsiralmenjadi spasme. Selama fase iskemi, suplai darah ke endometrium
fungsional berhenti dan terjadi nekrosais. Lapisan fungsional berpisah dari
lapisan basal dan pendarahan menstruasi dimulai, menandai hari pertama
siklus berikutnya (Bobak, 2005, hlm.48).
b. Siklus Hipotalamus-Hipofisis
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesterone darah menurun. Kadar hormone ovarium yang rendah dalam
darah ini menstimulasi hipotalamus untuk menyekresi gonado
tropin-releasing hormone (Gn-RH) Gn-RH sebaliknya, menstimulasi sekresi
hipofisis anterior FSH. FSH menstimulasi perkembangan folikel de Graf
ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan
Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior mengeluarkan lutenizing hormone
puncak ini (hari ke 12), mengawali ekspulsi ovum dari folikel de Graaf dalam
24 sampai 36 jam. LH mencapai puncak pada sekitar hari ke 13 atau ke 14
pada siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada
waktu ini, korpus luteum menyusut. Oleh karena itu, kadar progesterondan
estrogen menurun sehingga terjadi menstruasi, dan hipotalamus distimulasi
kembali untuk menyekresi Gn_RH. (Bobak, 2005, hlm.48).
c. Siklus Ovarium
Sejak saat lahir terdapat banyak folikel primordial dibawah kapsul
ovarium. Setiap folikel mengandung ovum imatur. Pada permulaan setiap
siklus, beberapa folikel membesar dibawah pengaruh FSH dan estrogen.
Sekitar hari ke 14 siklus 28 hari, folikel yang membesar menjadi pecah, dan
ovum terlepas kedalam rongga abdomen. Proses ini disebut Ovulasi.
Fase luteal dimulai segera setelah ovulasi dan berakhir pada awal
menstruasi. Fase pascaovulasi pada siklus ovarium ini biasanya berlangsung
selama 14 hari (rentang 13 sampai 15 hari). Korpus luteum mencapai puncak
aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, menyekresi baik hormon estrogen
streoid maupun progesteron steroid. Bersamaan dengan waktu fungsi luteal
puncak ini, telur yang dibuahi bernidasi di endometrium. Apabila tidak
terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar sreoid menurun. Dua
minggu setelah ovulasi, jika tidak terjadi fertilisasi dan implantasi, lapisan
fungsional endometrium uterus tanggal selama menstruasi. (Bobak,2005,
D. Konsep Pengetahuan tentang Menstruasi 1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan.
(Notoatmodjo, 2003, hlm.127)
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru),didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan merupakan : (a). Awareness (Kesadaran), menyadari dalam bentuk
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). (b). Interest (merasa
tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut. (c). Evaluation
(menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya,hal ini sikap
menjadi lebih baik lagi. (d). Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. (e). Adaption, dimana subjek
lebih berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap
stimulus.
Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati
tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses dimana didasarkan pengetahuan, kesadaran dan sikap positif,
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesedaran akan tidak
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu: (1) Tahu (know), (2) Memahami
(comprehension), (3) Aplikasi (application), (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis
(synthesis), (6) Evaluasi (evaluation).
Tingkatan pertama adalah tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan
ini adalah tingkat mengingat kembali (recell) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tingkatan kedua
adalah memahami (comprehension) diartiakan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasi materi tersebut dengan benar. Tingakatan ketiga (application)
diartiaka sebagai kemampuan untuk ,menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi sebenarnya. Tingkatan keempat adalah analisis
(analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau salah satu
objek kadalam komponen-komponen, tetapi masi di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitan satu sama lainnya. Tingkatan kelima adalah
sintesis (synthesis) menjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Tingkatan yang tertinggi adalah evaluasi (evaluation) berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi
2. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan
Adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri
seorang adalah :
a. Sumber Informasi
1) Pengertian Sumber Informasi
Informasi adalah isi stimulasi yang dikeluarkan oleh sumber
(komunikator) kepada komunikan (penerima). Isi stimulasi berupa peran
atau informasi yang dikeluarkan oleh komunikator, tetapi diharapkan agar
seseorang secara positif untuk aktif melakukan sesuatu, berupa prilaku
atau tindakan (Notoatmodjo, 2003, hlm.116).
Sumber informasi juga mempengaruhi pengetahuan, baik dari
orang maupun media (Notoatmodjo, 2003,hlm.116)
2) Jenis-jenis sumber informasi
a) Didapat secara langsung seperti: Keluarga atau orang tua, tenga
kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat), dan Teman.
b) Didapat secara tidak langsung:
(1) Media Cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan sangat bervariasi, antara lain :
- Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
- Leoplet adalah bentuk penyampaian pesan-pesan atau
informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat dalam
- Flyer (selebaran) adalah seperti leoplet tapi tidak dalam
bentuk lipatan.
- Flipchart (lembar timbal balik) adalah media penyampaian
pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar timbal
balik, biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar
(halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi
kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan
gambar tersebut.
- Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang
membahas suatu masalah kesehatan.
- Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/
informasi kesehatan yang ditempel di tembok, tempat umum
atau kenderaan.
- Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
(b) Media elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan
pesan-pesan atau informasi kesehatan yang jenisnya berbeda-beda,
antara lain : televisi, radio, video, slide, film strip.
(c) Media Papan
Papan (billlobard) yang dipasangkan ditempat umum yang
berisikan pesan-pesan atau informasi kesehatan (Notoatmodjo, S.
3. Pengetahuan Mengenai Menstruasi pada Remaja Putri
Menarche merupakan tanda seorang remaja putri sudah mengalami
pubertas. Kesiapan remaja putri untuk menerima menarche tergantung beberapa
hal, salah satunya dipengaruhi oleh faktor perilaku orang tua sebagian besar ibu
tidak mengajari anak perempuan mereka tentang menstruasi, seperti usia
mendapatkan menstruasi, lama menstruasi, dan pemeliharaan kesehatan selama
menstruasi. Penelitian yang dilakukan di Mts Al Ruda I Desa Cilegong
kecamatan Jatiluhur kabupaten Purwakarta diperoleh bahwa pengetahuan yang
berkaitan dengan menarche pada sebagian besar informasi masih kurang. Sikap
informasi terhadap menarche masih negatif. Budaya informasi terhadap
menarche yaitu dengan cara berdoa yang dilakukan oleh sesepuh. Informasi tidak
membedakan perlakuan terhadap putrinya ketika sedang menarche dengan ketika
tidak menarche dan membedakan perlakuaan ketika sebelum mendapatkan
menarche dengan setelah menarche. Pada saat divalidasi ke putri informasi
ternyata informasi yang dikemukakan putri informasi dengan informasi pada
umumnya sama, sedangakan menurut pandangan agama Islam bahwa wanita
yang sudah menarche berarti ia sudah mempunyai kewajiban melaksanakan
ajaran agama. (http://view Koleksi.jsp.htm ¶ 4, diperoleh tanggal 14 November
2009)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan yang
harus dimiliki oleh remaja putri yaitu mendapatkan menstruasi pertama, lamanya
menstruasi dan pemeliharaan kesehatan selama menstruasi. Selama menstruasi
perawatan tubuh sangat penting, seperti memperhatikan kebersihan diri.
pertumbuhan bakteri dan menghindari masuknya bakteri tersebut ke dalam
vagina (Darvll & Powell, 2003).
Selain itu remaja putri harus memilki pengetahuan mengenai siklus
menstruasi, volume darah menstruasi yang keluar, dan penggunaan pembalut.
Siklus, menstruasi normal terjadi sekali sebulan atau rata-rata 28 hari. Jumlah
rata-rata darah yang keluar sekitar 30 ml. Pembalut biasanya digunakan diluar
tubuh yaitu sekitar vagina. (Darvill & Powell,2003)
4. Kesiapan Remaja Putri dalam Menghadapi Menarche
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah seorang
ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah
merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan
rekasi tertutup, bukan merupakan rekasi terbuka tingkah laku yang terbuka.
Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen
objek. (b). Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
(c). Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap terdiri dari berbagai
tingkatan : 1). Menerima (Receiving) Diartikan bahwa seorang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2). Merespon (Responding)
Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3). Menghargai (Valuing) Mengajak
orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4). Bertanggung jawab
(Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden
(Notoatmodjo, 2003, hlm.130).
Menurut Azwar (1995) sikap memiliki tiga komponen yang membentuk
struktur sikap, yaitu 1). kognitif, 2). Afektif, dan 3). Konatif.
a. Komponen kognitif (cognitive) disebut juga komponen perceptual, yang
berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap
pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang
lain.
b. Komponen Afektif (komponen emosional). Komponen ini menunjukkan
dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersikap
positif (rasa senamg) maupun negative (rasa tidak senang). Reaksi emosional
banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar
terhadap objek sikap tersebut.
c. Komponen konatif (komponen perilaku). Komponen ini merupakan
predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang
dihadapinya.
Pembentukan dan perubahan sikap menurut Azwar (1995), pembentukan
sikap dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang
lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan
lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri individu. Sementara itu, menurut
Krech dkk (1962), pembentukan dan perubahan sikap dapat disebabkan oleh
situasi interaksi kelompok dan situasi komunikasi media. Semua kejadian
tersebut mendapatkan pengalaman dan pada akhirnya akan membentuk
keyakinan, perasaan serta kecenderungan berperilaku (Maulana, 2009,hlm.198).
Reaksi positif terhadap menarche dapat dirasakan remaja putri lainnya
sebagai indeks kedewasaan. Reaksi ini mengindikasikan bahwa remaja putri
tersebut telah mampu memiliki anak, mengalami sesuatu yang membuat mereka
menjadi wanita yang lebih dewasa (Santrock, 2003,hlm.93).
Remaja putri yang tidak memiliki persiapan sebelumnya terhadap
sudah mempersiapkan terlebih dahulu. Aspek negatif dari menstruasi pertama
yang paling sering dilaporkan oleh remaja putri adalah kerepotan, kekotoran,
ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan keterbatasan tingkah laku dan
menciptakan perubahan emosional (Santrock, 2003,hlm 95).
Terdapat banyak alasan mengapa remaja putri sering tidak dipersiapkan
untuk menghadapi menstruasi pertama. Misalnya, orang tua yang kurang
memiliki pengetahuan atau terhambat oleh rasa malu terhadap anak dan sopan
santun. Sebagai orang tua seharusnya memberitahu anak perempuannya bahwa
perdarahan selama menstruasi adalah proses normal yang dialami oleh semua
anak perempuan dan membantu anaknya agar tidak terlalu cemas dalam
menghadapi menstruasi pertama tersebut. Apabila remaja putri dipersiapkan
sebelum menstruasi pertama, mereka akan mengembangkan tingkah laku positif
untuk menghadapi perubahan fisik dan psikologis.
Menurut survei pada salah satu asrama putri di Inggris, anak wanita
dalam fase haid selalu mengantuk dan ingin tidur saja sehingga mengakibatkan
kerapian mereka berkurang, selain itu pada fase ini mereka lebih nakal dari pada
yang diperkirakan. Banyak dari hukuman-hukuman yang mereka terima selama
masa haid berkisar pada suatu kejadian yang disebabkan karena kelelahan seperti
pelupa dan tidak menepati waktu yang telah ditentukan. Pada masa ini juga
terjadi perubahan kegairahan seperti prestasi akademis yang menurun, menjadi
anak yang pemalas, lekas marah, mementingkan diri sendiri dan tingkah lakunya
menjadi buruk. (Ezra, Konstitusional psikologis remaja putri yang telah
mengalami menarche 2003, ¶ 4,
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang
diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2003 hlm.55).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja putri
tentang menstruasi dan variabel dependen adalah Kesiapan remaja putri dalam
menghadapi menarche.
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema.1. Skema Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Hipotesa pada penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan remaja
putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche. Pengetahuan remaja
putri tentang menstruasi
Kesiapan remaja putri dalam menghadaapi
C. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi
Operasional Cara Ukur
Alar
Ukur Hasil Skala
1 Pengetahuan Segala
informasi yang
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini, menggunakan desain penelitian deskrptif korelasional dengan
pendekatan cross sectional.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam. 2003 hlm.89). Pada penelitian ini populasi
yang digunakan adalah seluruh siswi kelas 6 SD Al-Azhar Medan sebanyak 41
orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo,2005,hlm.79). Yang menjadi sampel pada
penelitian ini adalah siswi kelas 6 SD Al-Azhar Medan. Penelitian ini adalah
menggunakan Total sampling yaitu keseluruhan jumlah populasi dijadikan
sampel penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu siswi kelas 6 SD
AL-Azhar Medan yang belum mendapat menstruasi pertama sehat jasmani dan
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD AL-Azhar Medan. Adapun alasan pemilihan
tempat karena mudah bagi peneliti untuk menjangkau tempat penelitian dan yang
menyangkut hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi
menarche belum pernah dilakukan.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2010.
E. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi
pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan
izin kepala Sekolah SD AL-Azhar Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal
yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu ; memberikan penjelasan kepada calon
responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden
bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.
Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak
dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses
pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga
dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi
menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan
F. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data yang didapat
dari data primer yaitu : data yang didapat dari penyebaran kuesioner yang
berbentuk pertanyaan Multiple Choice. Selain data primer peneliti juga
menggunakan data sekunder yaitu diperoleh peneliti dari daftar laporan
Siswa-siswi di SD AL-Azhar Medan. Untuk memperoleh informasi dari responden,
peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun
sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Pada
bagian awal instrumen penelitian berisi tentang data demografi.
Kuesioner kedua dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data untuk mengetahui pengetahuan mengenai menstruasi pada
remaja putri. Pengetahuan yang peneliti ukur hanya sampai tingkat pengetahuan
yang paling rendah yaitu tahap ’tahu’ (know). kuesioner pengetahuan ini terdiri
dari 15 pertanyaan tentang pengetahuan. Dilakukan penyekoran dengan kriteria
penyekoran dengan menggunakan skala Guttman yang menyediakan 2 alternatif
jawaban, yaitu : a) bila bentuk pertanyaan Positif jawabannya ”Ya” maka skor
dari pertanyaan itu 1, namun jika jawabannya ”Tidak” skor pertanyaan itu 0. b)
Bila bentuk pertanyaan Negatif jawabannya ”Ya” maka skor dari pertanyaan itu
0, namun jika jawabannya ”Tidak” maka skor dari pertanyaan itu 1. Untuk
mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut :
a. Menentukan skor terbesar dan terkecil
Skor terbesar : 15
b. Menentukan nilai rentangan (R)
Rentang = Skor terbesar – Skor tekecil
= 15-0
= 15
c. Menentukan nilai panjang kelas (i)
kelas
d. Menentukan skor kategori
Baik : 8 sampai 15
Tidak baik : 0 sampai 7
Kuesioner ketiga adalah kuesioner yang digunakan untuk mengetahui
kesiapan remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama terdiri dari 10
pertanyaan. Untuk menilai kesiapan siswi dalam menghadapi menarche diukur
dari setiap siswi yang dijadikan sampel dilakukan dengan cara mengisi kuesioner
dengan menggunakan skala likert yang menggunakan empat kategori untuk
setiap pernyataan sebagai berikut: a) Bila bentuk pernyataan “Positif” , alternatif
jawaban: sangat siap (SS) skornya 4, siap (S) skornya 3, tidak siap (TS) skornya
2, sangat tidak siap (STS) skornya 1. b) Bila bentuk pernyataan “Negatif”,
alternatif jawaban: sangat siap (SS) skornya 1, siap (S) skornya 2, tidak siap (TS)
skornya 3, sangat tidak siap (STS) skornya 4. Selanjutnya variabel kesiapan
remaja putri dalam menghadapai menstruasi pertama ini di interprestasikan
a. Menentukan skor terbesar dan terkecil
Skor terbesar : 40
Skor terkecil : 10
b. Menentukan nilai rentangan (R)
Rentang = Skor terbesar – Skor tekecil
= 40-10
= 30
c. Menentukan nilai panjang kelas (i)
kelas
d. Menentukan skor kategori
Positif : Apabila jawaban responden lebih dari > 15
Negatif : Apabila jawaban responden kurang dari < 15
G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
Uji Validitas dimaksudkan agar pertanyaan yang termuat dalam
kuesioner bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau
kuesioner tersebut. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur
variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau
spesialis obstetri ginekologi dr.Ichwanul Adenin, SpOG dan dengan
membandingkan nilai r tabel dengan r hitung. Menentukan nilai r tabel pada
jumlah responden 20 orang dengan tingkat kemaknaan 5% didapat angka r
tabel=0,444. Kemudian menentukan nilai r hasil perhitungan dan dibandingkan
nilai r hasil dengan nilai r tabel, ketentuan: bila r hasil> r tabel maka pertanyaan
tersebut valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat kestabilan atau
kekonsistenan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari kuesioner.
Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan
berhasil mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya
lebih dari 0.6 sudah memadai syarat reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada
20 responden siswi di SDN 101884 Tanjung Morawa yang mempunyai kriteria
sama dengan sampel, lalu data diolah dengan mencari nilai koefisien reliabilitas,
di dapatkan nilai Alpha Cronbach =0,964 untuk pertanyaan pengetahuan
sebanyak 15 pertanyaan (0,964>0,6). Untuk pertanyaan kesiapan menghadapi
menarche diperoleh nilai Alpha Cronbach = 0,959 sebanyak 10 pertanyaan
(0,959>0,6) Berarti instrumen sudah dinyatakan reliabel.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk
mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi
permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, dan mengajukan surat
permohonan izin melaksanakan penelitian di SD AL-Azhar Medan. Setelah mendapat
izin, kemudian peneliti di bantu dengan satu mahasiswa D-IV Bidan Pendidik yaitu
Armoni suci dewi, Am.keb serta guru SD AL-Azhar Medan. Pada saat pengumpulan
data peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian.
Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan
menandatangani informed concent. Responden yang bersedia diberi lembar kuesioner
dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selesai
pengisian, peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi responden, kemudian
memeriksa kelengkapan data. Lembar kuesioner diisi oleh masing-masing siswi dengan
waktu 15 menit, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Selanjutnya data yang
terkumpul dianalisis.
I. Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data
a. Editing : Editing yang dilakukan untuk memeriksakan ketepatan dan
kelengkapan. data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data
dilengkapi dengan mewawancara ulang responden
b. Coding : Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan
kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum
diolah dengan computer.
c. Entri: Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukan kedalam program
d. Cleaning data: Pemeriksaan semua data yang telah dimasukan kedalam
computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
e. Saving: Penyimpanan data untuk siap dianalisa.
2. Analisis Data
a. Univariat
Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi
tiap variabel yang diteliti. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan
proporsinya.
b. Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel, yaitu variabel
independen dan dependen, dengan uji statistik chi square menggunakan hitungan statistik yang sesuai, dimana derajat kemaknaan α = 0,05. Apabila
nilai p value <0,05, maka Ho ditolak dan apabila p value > 0,05 maka Ho
gagal ditolak.
Fisher exact digunakan bila:
1. Jumlah seluruh pengamatan (n) kurang dari 20.
2. Terdapat sel harapan (expected) kurang dari 5 dengan jumlah pengamatan
antara 20 dan 40.
3. Jumlah pengamatan (n) > 40 dan terdapat sel harapan yang kurang dari satu.
(Wahyuni,2008,hlm.95)
Sedangkan untuk chi square digunakan bila:
1. Jumlah subjek total > 40, tanpa melihat nilai expected, yaitu nilai yang
2. Jumlah subjek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected > 5.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan di SD AL_Azhar Medan tahun
2010 dengan jumlah responden sebanyak 41 orang. Hasil pengumpulan data disajikan
dalam bentuk analisa univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat yaitu sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Hasil tabel penelitian ini akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, dan proporsinya untuk mengetahui tingkat pengetahuan, dan
kesiapan dalam menghadapi menarche. Adapun karakteristik responden yang akan
dipaparkan mencakup umur responden, dan sumber informasi.
Berikut ini tabel distribusi frekuensi dari variabel penelitian tersebut.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di SD AL-Azhar Medan 2010
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat dari 41 responden bahwa sebagian
besar umur responden 11 Tahun yaitu sebanyak (63,41%). Sedangakan untuk
Sumber Informasi sebagian besar mendapat informasi secara Langsung yaitu
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Menstruasi
di SD AL-Azhar Medan 2010
Pengetahuan Frekuensi Persentase %
Baik
Tidak baik
22
19
53,66
46,34
Jumlah 41 100
Berdasarkan dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat dari 41 responden bahwa sebagian
besar pengetahuan responden tentang menstruasi adalah baik sebanyak 22 orang
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesiapan dalam Menghadapi Menarche
di SD AL-Azhar Medan 2010 Kesiapan dalam
Menghadapi Menarche Frekuensi Persentase %
Positif Negatif
33 8
80,49 19,51
Jumlah 41 100
Berdasarkan dari tabel 5.3 diatas dapat dilihat dari 41 responden bahwa sebagian
besar (80,49%) memilik sikap positif dalam menghadapi menarche dan yang sikap
2. Analisis Bivairat
Untuk melihat hubungan antara variabel independen (variabel bebas) yaitu
pengetahuan tentang menstruasi dengan variabel dependen (variabel terikat) yaitu
kesiapan dalam menghadapi menarche, dengan analisa sebagai berikut :
Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan Remaja Putri terhadap Kesiapan dalam Menghadapi Menarche
di SD AL-Azhar Medan 2010
Pengetahuan
Kesiapan menghadapi menarche
Total P
Value Positif Negatif
n % n % n %
Baik 21 95,5 1 4,5 22 100
0,009
Tidak baik 12 63,2 7 36,8 19 100
Jumlah 33 80,5 8 19,5 41 100
* chi square
Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik
sebanyak 95,5% dalam menghadapi menarche dengan sikap positif, pengetahuan baik
sebanyak 4,5% dalam menghadapi dengan sikap negatif, pengetahuan tidak baik
63,2% dalam menghadapi menarche dengan sikap positif, sedangkan pengetahuan
tidak baik sebanyak 36,8% dalam menghadapi menarche dengan sikap negatif.
Dari hasil analisis uji statistik diperoleh nilai p= 0,009 bearti terdapat hubungan
yang signifikan sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan remaja
B. Pembahasan
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
a. Pengetahuan Remaja Putri tentang Menstruasi di SD AL-Azhar Medan
Berdasarkan tabel 5.2 pengetahuan remaja putri di SD AL-Azhar
Medan sebagian besar (53,66%) memiliki pengetahuan baik, (46,34%)
responden memiliki pengetahuan tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa
pengatahuan remaja putri tentang menstruasi di SD AL-Azhar Medan
sebagian besar mungkin telah memiliki pengetahuan tentang menstruasi.
Keadaan ini sesuai dengan pendapat Notoadmojdo (2003), pengetahuan
adalah merupakan hasil dari “tahu” dan hal ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan
merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Over behavior).
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, diperoleh bahwa perilaku yang
didasri oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasi
pengetahuan. pengetahuan disini menyangkut segala sesuatu yang dipahami
dan diketahui oleh responden tentang menstruasi.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Ezra Ebenezer
Soleman (2003) yang menunjukkan bahwa informasi tentang menstruasi
sebagian besar diperoleh dari ibu dan saudara. Apabila peristiwa menstruasi
tidak disertai dengan pemberian informasi-informasi yang jelas, dan benar
akan mengakibatkan rasa ketakutan,kecemasan dan konflik batin. Pengaruh
dari informasi tentang menstruasi yang benar dapat menyingkirkan
Namun pada peniltian ini masih ada beberapa siswi yang memiliki
pengetahuan yang tidak baik, hal ini bisa saja terjadi karena siswi tersebut
merasa takut untuk menghadapi haid pertama, Serta mungkin karena adanya
konflik batin dalam dirinya.
b. Kesiapan Remaja Putri dalam Menghadapi Menarche
Berdasarkan tabel 5.3. terlihat sebagian besar responden memiliki
kesiapan dalam menghadapi menarche dengan sikap positif, yaitu sebanyak
33 responden (80,49%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja
put ri di SD AL-Azhar Medan memiliki kesiapan yang positif dalam
menghadapi menarche. Santrock (2003) mengatakan respon positif terhadap
menarche karena remaja putri sudah menganggap menarche sebagai indeks
kedewasaan sebagai seorang wanita dewasa.
Menurut Sherwen&Weingarten (1995) dari hasil penelitian Mulyati
(2006) setiap remaja putri harus dipersiapkan untuk menghadapi menarche
dan mentruasi dengan memberikan informasi yang luas dan akurat. Respon
positif terhadap menarche dihubungkan dengan persiapan dan kualitas
dukungan saat remaja putri tersebut mendapat menstruasi. Beberapa remaja
putri memandang menarche sebagai pengalaman yang menarik, sedangkan
remaja putri lainnya menganggap menarche sebagai hal yang menakutkan.
Persiapan untuk menarche seharusnya dimulai sebelum remaja putri tersebut
mendapatkan menstruasi pertamanya, yaitu sekitar usia 10 tahun. Adapun