• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Mikroorganisme pada Sikat Gigi Mahasiswa Pengguna Dental Braces (Kawat Gigi) Angkatan 2014 Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Mikroorganisme pada Sikat Gigi Mahasiswa Pengguna Dental Braces (Kawat Gigi) Angkatan 2014 Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2015"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Baginda Asyraf Hasibuan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/20 Januari 1995

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jalan Universitas No. 36, Medan Orangtua

Ayah : Rizal Fahlevi Hasibuan, S.E, MBA

Ibu : Dr. Ameta Primasari Tarigan, drg, MDSc., M.Kes. Riwayat Pendidikan :

1. Taman Kanak-kanak Siti Hajar Medan (1998-2000) 2. Sekolah Dasar Assalaam2 Bandung (2000-2006)

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Bandung(2006-2009) 4. Sekolah Menengah Atas Sutomo 1 Medan (2009-2012)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-Sekarang)

Riwayat Organisasi :

(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK

Assalamualaikum Wr. Wb.

Perkenalkan nama saya Baginda Asyraf Hasibuan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan nomor induk mahasiswa 120100342. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Judul penelitian saya adalah Gambaran Mikroorganisme pada Sikat Gigi Mahasiswa Pengguna Dental Braces (Kawat Gigi) Angkatan 2014 Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2015.

Untuk itu saya mohon kesediaan saudara untuk ikut serta dalam penelitian ini, yaitu sebagai subjek dalam penelitian saya. Melalui pertanyaan yang saya ajukan dan pemeriksaan pada sikat gigi. Pemeriksaan sikat gigi ini tidak menimbulkan cedera ataupun bahaya kepada saudara. Adapun hasil pemeriksaan ini akan di rahasiakan identitasnya. Hasil dari pemeriksaan ini hanya dipergunakan untuk penelitian. Sebagai kompensasi saya akan memberikan cenderamata kepada saudara.

Ada pun cara menyikat giginya dengan kondisi seperti berikut : 1. Dipakai 2x sehari (pagi dan malam) dalam 1 bulan.

2. Menggunakan pasta gigi konvensional (berflouride)

(3)

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesedian saudara, saya ucapkan terima kasih. Semoga partisipasi saudara dalam penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2015 Peneliti

(4)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Umur : Alamat :

Dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalampenelitian tentang “Gambaran Mikroorganisme pada Sikat Gigi Mahasiswa Pengguna

Dental Braces (Kawat Gigi) Angkatan 2014 Fakultas Kedoteran Universitas

Sumatera Utara Tahun 2015” danmengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Demikianlah lembar persetujuan setelah penjelasan inidibuat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa adanya paksaan darisiapapun.

Medan, 2015 Yang menyetujui

(5)

Lampiran 4

DATA RESPONDEN

Tanggal pemeriksaan : Nomor urut penelitian :

IDENTITAS

Nama :

Alamat :

Telp. :

Tempat tanggal lahir :

1. Sudah berapa lama menggunakan kawat gigi : 1.1–3 bulan ( )

2.4–12bulan ( ) 3. > 1 tahun ( )

2. Kapan jadwal anda untuk kontrol gigi/kawat gigi : 1. Sebulan sekali ( )

2. 2 bulan sekali ( ) 3. 3 bulan sekali ( ) 4. Tidak tentu ( )

3. Dalam 1 hari berapa kali andamenyikat gigi : 1. 1 kali ( )

2. 2 kali ( ) 3. >3 kali ( )

4. Waktu biasa anda menyikat gigi : 1. Pagi dan Malam ( )

2. Pagi saja ( ) 3. Malam saja ( ) 4. Tidak tentu ( )

5. Berapa jumlah gigi yang ada: 1. 24 gigi ( )

2. 26 gigi ( ) 3. 28 gigi ( ) 4.>28 gigi ( )

6. Menggunakan sikat gigi reguler atau menggunakan sikat gigi khusus dari dokter :

(6)

2. Sikat gigi khusus ( )

7. Dimana biasanya anda menyimpan sikat gigi : 1. Di kamar mandi ( )

2. Di kamar tidur ( )

8. Bagaimana teknik anda saat menyikat gigi :

1. Dengan arah keatas dan kebawah ( ) 2. Dengan arah kanan dan kekiri ( ) 3. Gabungan atas kebawah dan kanan kekiri ( )

9. Berapa lama durasi anda menyikat gigi : 1. <1 Menit ( )

2. >1 Menit ( ) 3. Tidak tahu ( )

10. Berapa lama biasa anda mengganti sikat gigi : 1. <1 Bulan ( )

2. 1-2 Bulan ( ) 3. >2 Bulan ( ) 4. Tidak tahu ( )

11. Mengunakan pasta gigi : 1. Ya ( )

2. Tidak ( )

12. Seberapa banyak anda menggunakan pasta gigi : 1. Sepanjang bulu sikat gigi ( )

2. Sebesar biji jagung ( )

3. Tidak tentu ( )

13. Menggunakan obat kumur sebelum menyikat gigi: 1. Ya ( )

2. Tidak ( )

14. Menggunakan floss/benang gigisebelum menyikat gigi : 1. Ya ( )

2. Tidak ( )

15. Menggunakan antibiotik berkepanjangan 1. Ya ( )

2. Tidak ( )

(7)

16. Membersihkan sikat gigi setelah menyikat gigi menggunakan bahan aktif (eg. Alkohol, sabun, dsb.)

1. Ya ( ) 2. Tidak ( )

Jika ya tuliskan jenis bahan aktif :...

17. Mempunyai masalah atau keluhan pada bagian mulut (eg. Gigi berlubang, luka pada gusi, dsb.)

1. Ya ( ) 2. Tidak ( )

Jika ya tuliskan masalah/keluhan :...

18. Mempunyai penyakit sistemik (eg. Diabetes melitus) 1. Ya ( )

2. Tidak ( )

(8)

Lampiran 5

Lembar Validasi Kuesioner

Kuesioner Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Mikroorganisme pada Sikat Gigi Mahasiswa Pengguna Dental Braces (Kawat Gigi) Angkatan 2014 Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2015” telah diperiksa dan telah dinyatakan valid.

Medan, 2015

Divalidasi

Dr. Ameta Primasari, drg, MDSc., M.Kes

(9)

Lampiran 9

Data Induk

No. Nama NIM Kelas Gender Tgl.

Pbrian S.Gigi Tgl. Pngmblia n S.Gigi Ket

1 Ananda Listriani 140100018 B P 08/09/15 08/10/15 2 Ananta Septiandra

G.

140100222 B L 08/09/15 08/10/15

3 Atikah Zahra 140100061 A P 08/09/15 08/10/15 Drop Out 4 Bella Belina 140100098 B P 08/09/15 08/10/15

5 Daniel Ivan 140100136 A L 08/09/15 08/10/15 6 Devi Ramadhani 140100074 A P 08/09/15 08/10/15 7 Derissa Khairani 14010029 B P 08/09/15 08/10/15 8 Dewi Naibaho 140100035 A P 08/09/15 08/10/15

9 Dwi Gunawan 140100186 B L 08/09/15 08/10/15 Drop Out 10 Faiza Ruby A. 140100181 A P 08/09/15 08/10/15

(10)

Lampiran 10

Dokumentasi Penelitian

Sampel Sikat Gigi Subjek Penelitian Bulu Sikat Gigi di Rendam dengan NaCl

Koloni Bakteri Pada Blood Agar Koloni Bakteri Pada Mcconkey

(11)

Koloni Bakteri pada MSA Agar Gambaran Mikroskopis Bakteri Gram (+)

(12)

DAFTAR PUSTAKA

American Society For Microbiology (ASM), Toothbrush Contamination in Communal Bathrooms 2015.

http://www.asm.org/index.php/press-releases/93536-toothbrush-contamination-in-communal-bathrooms . Akses 05 Desember 2015

Bhalajhi SI. Orthodontics, the art and science. 3rd ed. New Delhi: Arya (MEDI) Publishing House; 2004. p. 309-20.

Boediharjo. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga. Surabaya: Airlangga, 1985: 3-25, 27-44

Carranza, F. A., & Hogan, E. L. (2002). Gingival enlargement. Clinical

periodontology, 9, 279-96.

Cooper GM, Hausman RE. 2007. The Cell: A Molecular Approach. 4th ed.

Sunderland: Sinauer Associates, Inc.

Cutting, Simon M., 2009. Bacillus subtilis isolated from the human gastrointestinal tract. Research in Microbiology 160 (2): 134–43.

Daliemunthe SN. Terapi Periodontal. Medan: USU Press, 2006: 170-171

Daliemunthe SN. Pengantar Periodonsia. Medan: USU Press, 2008: 108-111

Entjang Indan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Farani W, Sudarso ISR. Pengaruh perbedaan menyikat gigi dengan metode

horizontal dan vertikal terhadap pengurangan plak pada anak perempuan

usia 12 tahun. Dentika Dent J 2008;13(2):108-111

(13)

Forrest J.O. Pencegahan penyakit mulut.Alih bahasa. Lilian Yuwono. Hipokrates,1993: 13. McDonal. R.E. dan Avery.D.R . Dentistry for the Child and Adolescent. 8th ed.St Louis : Mosby, 2004: 239-48

Foster TD. Buku ajar ortodonsi, edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 1999. h. 240-41.

Gerhrig-Nield JS. Dental plaque biofilms. <http://www.dentalcarestamford.com> (31 Oktober 2009)

Haake SK. Microbiology of dental plaque.

<http://www.dent.ucla.edu/pic/members/microbio/mdphone.html> (30 oktober 2009)

Jawetz, Melnick, and Adelberg’s, 2008, Mikrobiologi Kedokteran, Alih bahasa

oleh Hartanto Huriawati, Rachman Chaerunnisa, Dimanti Alifa, dan Diani Aryana, Jakarta: Salemba Medika

Karibasappa GN, Nagesh L, Sujatha BK. Assessment of microbial contamination of toothbrush head: An in vitro study. Indian J Dent Res 2011;22:2-5.

Lakshman Samaranayake (2006) Essential Microbiology for Dentistry, 3rd edn., China: Churchill Livingstone.

Ning, Sri Utami, 2012. Kaitan Pencemaran Bakteri Coliform dan E.coli pada Air

Sumur Penduduk dengan Kepadatan Permukiman di Kecamatan Jebres

Kota Surakarta.

Panjaitan M. Ilmu Pencegahan Karies gigi. Edisi Pertama. Medan: USU Press, 1997: 1-7, 11-22

Perry DA. Plaque control for periodontal patient. In: Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Clinical Periodontology, 9th ed. Phila-delphia: WB Saunders Co,2002: 654

Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 56,

(14)

Pratiwi, Dona. Gigi sehat dan cantik. Jakarta: Kompas, 2009:67-8

Prescott LM, Harley JP, Klein DA. 2002. Microbiology. 5th Ed. Boston: McGraw-Hill.

Rifki, Ayudia 2010. Perbedaan Efektifitas Menyikat Gigi dengan Metode Roll dan

Horizontal pada Anak Usia 8 dan 10 di Medan. Universitas Sumatera

Utara. Availabe at: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21346 [accesed 08 mei 2015]

Riset Kesehatan Dasar, 2013.

http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_risk esdas2013/Laporan_riskesdas_2013. pdf . Diakses 24 April 2015

Rodrigues, Lais Kuhn (2012), Microbiological contamination of toothbrushes and

identification of a decontamination protocol using chlorhexidine spray,

University of West of Paraná (UNIOESTE), Cascavel, PR, Brazil.

[Online] Available at : http://www.scielo.br/pdf/roc/v27n3/v27n3a07.pdf (Accesed: 03 Desember 2015)

S Magundjaja. Dentika Dental Journal. Vol 6. No 1. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi USU, 2001: 110-114

Sanjaya, Fredy Danan Putra 2010. Perbedaan Status Kebersihan Mulut Pada

Orang Yang Memakai Alat Ortodontik Cekat Dan Tidak Memakai Alat

Ortodontik, Universitas Sebelas Maret. Available at: http://core.ac.uk/download/pdf/12348664.pdf. [Accesed 5 Mei 2015]

Singh G. Text book of orthodontics. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Publishers; 2007. p. 449.

Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas

hidup. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap USU 2005 :3-4.

Sumasogi HP, Subbareddy VV, ShashiKiran ND. Contamination of toothbrush at

(15)

in reducing the contamination of toothbrush. J Indian Soc Prev Dent 2002;20:81-5.

Suriawiria. U., 2008. Mikrobiologi air. Bandung: PT Alumni.

Tan HH. Ilmu kedoktern gigi pencegahan. Alih Bahasa. Sutatmi Suryo. Yokyakarta: Gajah Mada University Press, 1993:275-298

Tarigan R. Karies Gigi. Edisi 1. Jakarta: Hipokrates, 1995: 17-24, 49-62

Tarigan Rasinta. Karies gigi. Hipokrates, Jakarta.1999:1-36

Trampuz, Andrej and Widmer, A.F., 2004, Hand Hygiene : A Frequently Missed

Livesaving Opportunity During Patient Care, Mayo Clinic Proceedings,

Boyce JM, Pittet D, Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee, ICPAC/SHEA/ APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. Guideline for hand hygiene in health-care settings. Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. MMWR Recomm

Rep. 2002

Villa H, Sri Medya (2008), Mikroorganisme Yang Dapat Diisolasi Dari Sikat

Gigii Yang Telah Dipergunakan Selama Lebih Kurang Tiga Bulan,

Universitas Sumatera Utara. pp. 4-15 [Online]. Available at: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/7988(Accesed: 5 Mei 2015)

Wayan, M. M. (2009). Pengaruh Pasta Gigi Setelah Penyikatan Gigi Terhadap

Kuman Kontaminan Pada Sikat Gigi. Dent J, 6(1), 110-114.

Wendari, S. (2001). Peran kebersihan rongga mulut pada pencegahan karies dan penyakit periodontal. Mjalah Kedokteran Gigi, 34, 643-48.

(16)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

1.Mahasiswa FK USU angkatan 2014 pengguna kawat gigi adalah mahasiswa pengguna kawat gigi lebih dari 4 bulan serta menggunakan sikat gigi secara rutin.

 Cara ukur : Wawancara  Alat ukur : Kuisioner  Skala ukur : Nominal  Hasil ukur : Ya/Tidak

2. Gambaran m.o pada sikat gigi adalah gambaran bakteri yang di temukan pada sikat gigi subjek dan di tentukan jenis spesies dan jumlahnya.

 Cara ukur : Kultur  Alat ukur : Mikroskop  Skala ukur : Nominal

 Hasil ukur : Flora normal& kontaminan (lingkungan) Mhs. FK USU Ang. 2014

Pengguna Kawat Gigi

Gambaran m.o

(17)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan deskriptif dengan rancangancrosssectional (potong lintang). Dimana penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana gambaran

mikroorganisme pada mahasiswa pengguna kawat gigi angkatan 2014 FK USU.Rancangan potong lintang yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi hanya sekali saja.

4.2 Tempat dan Waktu 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran USUJl. Dr. Mansyur No. 5 Medan. Pemeriksaan kultur sikat gigi dilakukan di laboratoriumMikrobiologi.

4.2.2 Waktu Penelitian

Dilakukan pada bulan Juli 2015 sampai dengan September 2015.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi adalah mahasiswa FK USU angkatan 2014 yang menggunakan kawat gigi.

4.3.2 Sampel

Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan metode total sampling yaitu dengan mengambil semua sampel penelitian.

4.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Ada pun kriteria inklusi dan eksklusi pada peneitian ini adalah : a. Kriteria inklusi

(18)

2. Menggunakan kawat gigi permanen di atas 4 bulan. 3. Menandatangani informed consent.

4. Pasta gigi yang digunakan mengandung flouride. b. Kriteria eksklusi

1. Menderita abses pada mulut atau gingivitis. 2. Menggunakan obat kumur sebelum menyikat gigi.

3. Menggunakan floss sebelum menyikat gigi.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil laboratorium sikat gigi subjek.

4.4.1 Cara Kerja

1. Setiap mahasiswa yang menggunakan kawat gigi diminta unuk mengisi kuisioner dan informed consent.

2. Setelah subjek bersedia, subjek diberikan sikat gigi reguler untuk digunakan selama 1 bulan dengan penjelasan yang telah diberi tahu oleh peneliti.

3. Setelah 1 bulan, subjek diberikan plastik klip untuk wadah sikat gigi yang akan dikumpulkan ke peneliti.

4. Sikat gigi yang terkumpul segera dikirim ke laboratorim mikrobiologi FK USU untuk di kultur.

4.4.2 Prosedur Pemerikasaan Bakteri

1. Sikat gigi yang telah diambil dimasukkan kedalam larutan salyn steril yang telah disediakan pada tabung reaksi sebanyak 10cc, sehingga semua bulu sikat gigi terendam.

(19)

4. Larutan salyn pada tabung reaksi tadi diambil 0,1ml dengan pipet yang steril kemudian dituangkan ke media agar dan di sebar dengan ose atau kaca penyebar yang telah di sterilkan.

5. Dilakukan pengeraman pada inkubator selama 16-18 jam pada temperatur 37 derajat celcius.

6. Setelah itu dilihat koloni yang tumbuh, kemudian diambil dengan

ose dan diadakan pewarnaan gram.

7. Mikroorganisme yang telah diwarnai dilihat dibawah mikroskop, dicatat untuk jenis bakteri dan jumlah dalam persen.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

(20)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian di lakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK

USU) bagian lab Mikrobiologi FK USU yang berlokasi di Jalan Universitas no.1, Kelurahan Padang Bulan, Kecematan Medan Baru, Medan.

5.1.2Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian terdiri dari mahasiswa FK USU angkatan 2014 yang menggunakan kawat gigi. Pengguna kawat gigi yang dipilih adalah pengguna yang telah menggunakan kawat gigi setidaknya diatas 4 bulan, hal ini dikarenakan subjek penelitian telah terbiasa dengan penggunaan kawat gigi tersebut. Mahasiswa angkatan 2014 yang menggunakan kawat gigi di FK USU sebanyak 25 orang tetapi terdapat 2 orang yang tidak memenuhi kriteria inklusi yaitu pemakaian kawat gigi <4 bulan.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Jenis Kelaminnya

Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi (%)

Laki-Laki 8 34.8

Perempuan 15 65.2

Total 23 100.0

Pada data tabel diatas menunjukkan bahwa subjek penelitian terbanyak adalah perempuan dengan frekuensi 15 dari 23 atau sekitar 65.2%.

5.1.3Deskripsi Karakteristik Data

(21)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Bakteri Pada Sikat Gigi Mahasiswa Pengguna Kawat Gigi Angkatan 2014 FK USU Berdasarkan Spesiesnya

Spesies Bakteri Frekuensi Persentasi (%)

E. coli 5 21,7

Bacillus subtilis 4 17,4

Klebsiella pneumoniae 3 13,0

Staphylococcus epidermidis 2 8,7

Proteus mirabilis 2 8,7

Citrobacter freundii 2 8,7

Klebsiella oxytoca 2 8,7

Proteus morganii 1 4,3

Klebsiella ozaenae 1 4,3

Staphylococcus aureus 1 4,3

Total 23 100,0

Pada tabel diatas menunjukkan data distribusi frekuensi bakteri pada sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi angkatan 2014 FK USU berdasarkan spesiesnya. Pada tabel tersebut spesies yang paling banyak ditemukan adalah bakteri E. coli dengan frekuensi 5 dari 23 sikat gigi atau 21,7%, sedangkan bakteri

yang paling sedikit ditemukan adalah Klebsiella ozaenae, Proteus morgani, dan

Staphylococcus aureus dengan frekuensi masing-masing 1 dari 23 sikat gigi atau

4,3%.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Bakteri PadaSikat Gigi Mahasiswa Pengguna Kawat Gigi Angkatan 2014 FK USU

Jenis Bakteri Frekuensi Persentasi (%)

Bakteri Gram Positif 7 30,4

Bakteri Gram Negatif 16 69,6

(22)

Tabel diatas dapat diketahui bahwa bakteri terbanyak pada sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi angkatan 2014 FK USU adalah bakteri dengan jenis gram negatif yaitu sebanyak 16 dari 23 sikat gigi atau sekitar 69,6%.

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Bakteri Pada Sikat Gigi Mahasiswa Pengguna Kawat Gigi Angkatan 2014 FK USU Berdasarkan Habitatnya

Sifat Bakteri Frekuesi Persentasi (%)

Flora Normal Mulut 10 43,5

Lingkungan 13 56,5

Total 23 100,0

Pada tabel diatas dapat diketahui untuk bakteri berdasarkan habitatnya yang berasal dari lingkungan sebanyak 13 dari 23 sikat gigi atau 56,5%.

5.1.4 Deskripsi Responden Dalam Penggunaan Sikat Gigi

Penelitian ini juga menggunakan kuesioner sebagai alat untuk pemilihan subjek peneliti. Untuk mengetahui data-data pada subjek dalam beberapa hal mengenai perawatan kawat gigi dan penggunaan sikat gigi seperti berikut,

Tabel 5.5 Bakteri Berdasarkan Lama Penggunaan Kawat Gigi

Flora Normal Lingkungan

F Proposi (%) F Proporsi (%)

>1 Tahun 10 47,6 11 52,4

4-12 Bulan 0 0 2 100,0

Total 10 13

(23)

Tabel 5.6 Bakteri Berdasarkan Jadwal Kontrol Kawat Gigi

Flora Normal Lingkungan

F Proporsi (%) F Proporsi (%)

1x sebulan 8 50,0 8 50,0

2 bulan sekali 1 25,0 3 75,0

Tidak Tentu 1 33,3 2 66,7

Total 10 13

Pada tabel diatas diketahui bahwa jumlah bakteri terbanyak yang dijumpai pada jadwal kontrol kawat gigi adalah dengan jadwal 1x sebulan, sedangkan berdasarkan proporsinya bakteri terbanyak adalah pada jadwal 2 bulan sekali dengan proporsi 75%.

Tabel 5.7 Bakteri Berdasarkan Frekuensi Menyikat Gigi

Flora Normal Lingkungan

F Proporsi (%) F Proporsi (%)

1x Sehari 1 50,0 1 50,0

2x Sehari 6 46,2 7 53,8

>3x Sehari 3 37,5 5 62,5

Total 10 13

(24)

Tabel 5.8 Bakteri Berdasarkan Durasi Menyikat Gigi

Flora Normal Lingkungan

F Proporsi (%) F Proporsi (%)

>1 Menit 7 53,8 6 46,2

<1 Menit 1 25,0 3 75,0

Tidak Tentu 2 33,3 4 66,7

Total 10 5

Pada tabel diatas diketahui bahwa jumlah bakteri terbanyak yang dijumpai adalah pada lamanya menyikat gigi dengan durasi >1 menit, sedangkan berdasarkan proporsinya bakteri terbanyak adalah pada durasi menyikat gigi <1

menit dengan proporsi 75%.

Tabel 5.9 Bakteri Berdasarkan Waktu Mengganti Sikat Gigi

Flora Normal Lingkungan

F Proporsi (%) F Proporsi (%)

<1 Bulan 2 33,3 4 66,7

1-2 Bulan 5 55,6 4 44,4

>2 Bulan 2 66,7 1 33,3

Tidak Tentu 1 20,0 4 80,0

Total 10 13

Tabel diatas diketahui bahwa jumlah bakteri terbanyak yang dijumpai adalah

(25)

berdasarkan proporsinya bakteri terbanyak adalah pada waktu mengganti yang tidak tentu dengan proporsi 80%.

5.2 Pembahasan

Hasil penelitian yang di dapatkan bahwa bakteri yang ada pada sikat gigi mahasiswa FK USU angkatan 2014 pengguna kawat gigi berdasarkan identifikasi pewarnaan Gram sebanyak 7 dari 23 sikat gigi atau sekitar 30,4% gram positif dan 16 dari 23 sikat gigi atau sekitar 69.6% gram negatif. Penelitian ini berbeda dengan Villa H(2004) yang mengatakan bahwa bakteri gram positif lebih banyak dibandingkan dengan bakteri negatif, hal ini mungkin disebabkan tingkat higenitas dan sanitasi tiap orang berbeda-beda.

Menurut Entjang (2000), personal hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologi, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Perilaku yang kurang baik dari manusia akan mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit.

Hasil penelitian menunjukkan bakteri berdasarkan habitatnya yaitu bakteri flora normal pada mulut seperti Bacillus subtilis, Staphylococcus epidermidis, dan lain-lain dengan frekuensi 10 dari 23 sikat gigi atau sekitar 43,5%. Sedangkan terdapat juga bakteri yang berasal dari lingkungan air maupun udara seperti E.

coli, Proteus mirabilis, dan lain-lain dengan frekuensi 13 dari 23 sikat gigi atau

sekitar 56,5%.

(26)

lingkungan tersebut datang dari penggunaan kamar mandi yang sama oleh orang lain.

Berdasarkan spesiesnya penelitian ini menunjukkan bakteri paling banyak terdapat di sikat gigi mahasiswa FK USU angkatan 2014 pengguna kawat gigi adalah E. coli sebanyak 5 dari 23 sikat gigi atau sekitar 21,7%. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Karibassapa (2011) yang menunjukkan bakteri E. coli

adalah bakteri terbanyak yang ditemukan pada sikat gigi.

Bakteri E. coli juga dapat dikatakan colitinja, colitinjayaitu bakteri yang berasal dari kotoran tinja hewan ataupun manusia. Kemunculan bakteri disebabkan oleh masuknya tinja, kotoran hewan, sampah, air kencing, dahak, ekskresi luka, dan sebagainya ke dalam badan air atau ada kalanya pencemar yang masuk ke dalam air tidak disengaja, seperti masuknya kembali air buangan kedalam sumur, adanya pipa air yang bocor yang menyebabkan hubungan pipa air yang bersih dengan air riul (Suriawiria, 2008).

Tidak hanya E. coli tetapi terdapat juga perkembangan dari Streptococci spp. pada sebagian besar dari bulu sikat gigi, dimana menunjukkan sikat gigi adalah sarana yang sangat baik bagi transportasi bakteri. Hampir setengah dari bulu sikat gigi menunjukkan pertumbuhan Streptococcus mutans. Staphylococcus ditemukan dalam jumlah banyak, lebih dari 50% dari bulu sikat gigi. Meskipun tergolong mikrobiota oral, Staphylococcus aureus menjadi perhatian lebih dikarenakan kemampuannya untuk menyebabkan banyak penyakit mulut (Rodrigues et al, 2012).

Hasil dari kuesioner menunjukkan bahwa frekuensi bakteri banyak tumbuh pada sikat gigi subjek yang telah mengikuti saran dari beberapa jurnal untuk

penggunaan kawat gigi dan penggunaan sikat gigi. Menurut American Dental

Association (ADA) saran tersebut adalah mengontrol gigi 1x sebulan, menyikat

(27)

sehari (62,5%), menyikat gigi dengan durasi <1 menit (75%), dan mengganti sikat gigi dengan waktu tidak tentu (80%).

Walaupun telah mengikuti saran dari beberapa jurnal tesebut,pertumbuhan bakteri tetap terjadi,kemungkinan karena tempat penyimpanannya dan perawatan sikat gigi setelah menyikat gigi. Sesuai dengan menurut penelitian Rodrigues et

al.(2012) kontaminasi dari enterobakteri juga sering ditemukan,seperti lebih dari

50% pada bulu sikat gigi, karena hasil dari penyimpanan sikat gigi yang salah, seperti diluar lemari dan wastafel kamar mandi, dimana tempat tersebut merupakan target aerosol dari kloset.

Penelitian dilakukan pada bulu sikat gigi karena menurut Karibassapa (2011) bahwa bulu sikat pada kepala sikat gigi lebih mudah untuk mengidentifikasi kontaminasi mikrobanya. Hal tersebut dikarenakan bukan hanya tempat mikroorganismenya tetapi juga penyedia lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan mereka.

Kontaminasi dari sikat gigi juga dapat menimbulkan resiko penyebaran infeksi yang signifikan bagi pasien-pasien tertentu seperti imunosupresi, kardiopati, penerima organ transplantasi (Sumasogi et al, 2002).

(28)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Ditemukan bakteri pada sikat gigi terbanyak kontaminan dari lingkungan dengan frekuensi 13 dari 23 sikat gigi (56,5%).

2. Ditemukan E. coli sebagai mikroorganisme kontaminan terbanyak pada sikat gigi dengan frekuensi 5 dari 23 sikat gigi (21,7%).

3. Ditemukan Bacillus subtilis sebagai mikroorgnisme flora normal mulut terbanyak pada sikat gigi dengan frekuensi 4 dari 23 sikat gigi (17,4%). 4. Ditemukan Klebsiella pneumoniae sebagai flora normal kedua terbanyak

pada sikat gigi dengan frekuensi 3 dari 23 sikat gigi (13,0%).

5. Ditemukan bakteri gram negatif sebagai bakteri terbanyak berdasarkan jenisnya dengan frekuensi 16 dari 23 sikat gigi (69,6%).

6. Hasil dari kuesioner menunjukkan berdasarkan proporsinya bakteri terbanyak yang kita jumpai pada sikat gigi adalah pada pemakaian kawat gigi 4-12 bulan (100%), mengontrol kawat gigi 2 bulan sekali (75%), menyikat gigi >3x sehari (62,5%), menyikat gigi dengan durasi <1 menit (75%), dan mengganti sikat gigi dengan waktu tidak tentu (80%).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditemukan beberapa saran berikut :

1. Bagi peneliti selanjutnya agar menggunakan perbandingan atau variasi sampel lain agar dapat mengetahui perbedaan terhadap bakteri yang ditemukan.

(29)

3. Bagi pembacaterutama pengguna kawat gigi agar dapat menggunakan penelitian ini sebagai pembelajaran untuk menjaga kebersihan sikat gigi karena sikat gigi merupakan salah satu media perantara penyakit.

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Flora Normal Pada Mulut

Kulit dan membran mukosa selalu mengandung berbagai mikroorganisme yang dapat tersusun menjadi dua kelompok: (1) Flora residen terdiri dari jenis

mikroorganisme yang relatif tetap dan secara teratur ditemukan ditemukan di daerah tertentu. Tempat paling umum dijumpai flora normal adalah tempat yang terpapar dengan dunia luar yaitu kulit, mata, mulut, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan dan saluran urogenital. pada uia tertentu; jika terganggu, flora tersebut secara cepat akan hidup kembali dengan sendirinya. (2) Flora transien terdiri dai mikroorganisme yang nonpatogen atau secara potensial bersifat patogen yang menempati kulit atau membran mukosa selama beberapa jam, hari, atau minggu; berasal dari lingkungan, tidak menyebabkan penyakit, dan tidak dapat menghidupkan dirinya sendiri secara permanen di permukaan. Anggota flora transien secara umum memiliki makna yang kecil selama flora residen terganggu, mikroorganisme transien dapat berkolonisasi, berproliferasi, dan menyebabkkan penyakit (Jawetz et al, 2008&Trampuz & Widmer, 2004).

Membran mukosa mulut dan faring sering steril saat lahir tetapi dapat terkontaminasi saat melewati jalan lahir. Dalam 4-12 jam setelah lahir,

streptococcus viridans dapat ditemukan sebagai anggota flora residen yang paling

menonjol dan tetap demikian seumur hidup. Organisme tersebut kemungkinan berasal dari saluran pernapasan ibu dan orang yang hadir saat persalinan. Pada awal kehidupan, staphylocuccous aerob dan anaerob, diplokokus gram negatif

(neisseria, Moraxela catarrhalis), difteroid, dan kadang-kadang lactobacillus juga ditambahkan. Ketika gigi mulai erupsi, spiroketa anaerob, spesies prefotella

(terutama P melaninogenica), spesies fusobakterium, spesies rothia, dan spesies

capnocytophaga tumbuh dengan sendirinya, bersama dengan beberapa vibrio

(31)

jaringan tonsilar dan gingiva orang dewasa, dan juga terdapat berbagai protozoa. Fungi (spesies candida) terdapat dalam mulut (Jawetz et al, 2008).

Infeksi mulut dan saluran pernapasan biasanya disebabkan oleh flora oronassal campuran, termasuk anaerob. Infeksi periodontal, abses perioral, sinusitis, dan mastoiditis dapat melibatkan terutama Prevotella melaninogenica, fusobakeri, dan peptostreptococcus. Aspirasi saliva (yang mengandung sampai

100 organisme tersebut dan mikroorganisme aerob) dapat menyebabkan pneumonia nekrotikans, abses paru, dan empiema (Jawetz et al, 2008).

Mikroorganisme yang sering dijumpai pada rongga mulut (Samaranayake, 2006):

Gram-positif cocci Genus Streptococcus

Gram-positif cocci berbentuk rantai, tidak bergerak, biasa bertempat di permukaan berfibril, kadang-kadang berkapsul, belum tentu anaerob; variabel haemolisis tapi alfa-haemolisis paling sering; medium selektif: mitis salivarius agar (MSA).

Grup mutans

Spesies utama: Streptococcus mutans serotipe c, e, f; S. sobrinus serotipe d, g; S. cricetus serotipe a; S. rattus serotipe b; S. macacae; S. downei

serotipe h.

 Karakteristik kultural: tinggi, conveks, koloni opak; memproduksi banyak ekstraseluler polisakarida pada media yang mengandung sukrosa; medium selektif MSA + bacitracin agar.

 Bagian utama intraoral dan infeksius: permukaan gigi, karies gigi.

Grup salivarius

(32)

Karakteristik kulturalal: besar, koloni mukoid pada MSA. S. vestibularis tidak memproduksi ekstraseluler polisakarida dari sukrosa; mereka memproduksi urease dan hidrogen peroksida.

 Bagian utama intraoral dan infeksius: bagian dorsum dari lidah dan ludah;

S. vestibular biasa di bagian mukosa vestibular; tidak terlalu bersifat

patogen pada oral.

Grup anginosus

Spesies utama: Streptococcus constellatus; S. intermedius; S. anginosus.  Karakteristik kultural: tergatung pada karbon dioksida; bentuk kecil,

koloni non-adheren pada MSA.

 Bagian utama pada intraoral dan infeksius: celah gusi; dentoalveolar dan infeksi endodotic.

Grup mitis

Spesies utama: Streptococcus mitis; S. sanguis; S. gordonii; S. oralis; S.

crista.

Karakteristik kultural: kecil, elastis (S.sanguis) atau koloni non-adheren (S.

oralis dan S. mitis) pada MSA.

 Bagian utama pada intraoral dan infeksius: umumnya biofilm pada plak gigi; lidah dan pipi; karies gigi; infeksi endokarditis (kecuali S. mitis)

Streptococcus anaerob

Spesies utama: Peptostreptococcus anaerobius, Micromonas micros;

Finegoldia magnus; Peptoniphilus asaccharolyicus; grup akronim GPAC

Gram-positif anerobik cocci.

 Karakteristik kultural: anaerobes, tumbuh lambat, biasanya tidak haemolitik.

(33)

Batang gram-positif dan filamen

Organisme ini biasa diisolasi dari plak biofilm plak gigi dan termasuk

actinoycetes danlactobacilii.

Genus Actinomycetes

Pendek, batang gram-positif pleomorfik.

Spesies utama: Actinomycetes israelii; A. gerencseriae; A. odontolyticus;

A. naelundii (genospesies 1 dan 2); A. myeri; A. georgiae. Yang paling

penting patogen pada manusia adalah A. israelii.

 Karakteristik kultural: fermentasi glukosa untuk memberikan pola karakteristik dari rantai pendek asam karboksilik berguna untuk

speciating; keras atau anaerob fukultatif.

Bagian utama pada intraoral dan infeksius: A. odontolyticus, tahap paling paling pertama dari demineralisasi email gigi; A. naeslundii dilibatkan dengan akar permukaan karies dan radang gusi; A. israelii kemungkinan yang menyebabkan patogen penyebab cervicofacial dan ileocaecal

actinomycosis. A. gerencseriae dan A. georgiae adalah komponen kecil

dari kesehatan flora gingival.

Genus Lactobacillus

Bacilli gram-positif

Spesies utama: Lactobacillus casei; L. fermentum; L. dophilus.

 Karakteristik kultural: katalase-negatif, mikroaerofilik; membutuhkan nutrisi kompleks; asidurik, PH optimal 5.5-5.8. medium selektif, Rogosa agar.

(34)

Organisme gram-positif lainnya yang terkemuka

Rothia dentocariosa, gram-positif filamen bercabang, aerob, ditemukan pada

plak dan kadang-kadang diisolasi dari infeksi endokarditis.

Bifidobacterium dentium adalah gram-positif anaerob biasanya diisolasi dari

biofilm plak; berperan dalam penyakit tidak jelas.

Gram-negatif cocci Genus Neisseria

Gram-negatif diplococci.

Spesies utama: Neisseria subflava; N. mucosa; N. sicca.

Karakteristik kultural: asaccharolytic dan tidak memproduksi polisakarida, fakultatif anaerob.

 Bagian utama pada intraoral dan infeksius: diisolasi dalam jumlah kecil pada lidah, saliva, mukosa oral dan plak awal; bisa memakai oksigen pada tahap awal dari pembentukan plak dan memberikan kondisi kondusif untuk pertumbuhan dari anaerob; jarang berhubungan dengan penyakit.

Genus Veillonella

Kecil, gram-negatif cocci.

Spesies utama: Veillonella parvula; V. dispar; V. atypica.

Karakteristik kultural: anaerob; medium selektif Rogosa vancomycin agar. Kekurangan glukokinase dan fruktokinase menyebabkan tidak bisa untuk memetabolisme karbohidrat; mereka menggunakan produksi laktat oleh bakteri lain dan membuat PH plak menjadi tinggi, dan merhubungan dengan karies gigi.

(35)

2.2 Bakteri Komensal

Bakteri komensal adalah makhluk hidup kecil bersel satu yang hidup

bersama organisme lain, tetapi tidak bersifat merugikan dan mungkin juga bisa menguntungkan.Bakteri komensal dapat ditemukan di beberapa bagian tubuh

manusia seperti bagian tenggorokan, kulit, orga reproduksi, mulut, dan usus

merupakan bagian tubuh yang paling banyak ditempati oleh bakteri.Bakteri komensal dapat di temukan di antara celah dari gigi dan gusi. Bakteri komensal yang sering ditemui adalah sebagai berikut,

Bakteri E.coli merupakan flora menetap dalam saluran cerna (usus) manusia,

E. coli adalah bakteri komensial pada usus manusia dan umumnya bukan patogen

penyebab penyakit, namun apabila di dalam air tersebut terkontaminasi oleh bakteri E. coli yang bersifat fecal jika dikonsumsi terus-menerus dalam jangka panjang akan berdampak pada timbulnya penyakit seperti radang usus, diare, infeksi pada saluran kemih dan empedu. Tetapi E.coli sendiri merupakan bakteri yang dapat ditemukan di berbagai tempat di luar tubuh seperti pada air, terdapat beberapa jenis bakteri yang hidup di dalam air yaitu bakteri Coliform dan E. coli (Sri Utami Ning, 2012)

Klebsiella sp., merupakan bakteri oportunistik dan juga sekaligus sebagai

flora menetap dalam saluran cerna, selain itu bakteri ini juga ditemukan diberbagai tempat di luar tubuh manusia seperti di permukaan benda yang berair, tanah, sayuran, dan lokasi industri (Bagley, ST., 1985).

Dan selanjutnya ditemukan bakteri Bacillus subtilis, bakteri ini ditemukan di dalam tanah dan saluran pencernaan ruminansia dan manusia. Seorang anggota

genus Bacillus , B. subtilis adalah berbentuk batang, mempunyai endospora

pelindung , memungkinkan untuk mentolerir kondisi lingkungan yang ekstrim.

(Cutting, Simon M et al, 2009).

2.3Plak Gigi

(36)

terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan (Pintauli, 2008).

Plak sangat tipis, baru terlihat setelah dilakukan pewarnaan, dan plak tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur-kumur,semprotan air atau udara tetapi plak dapat dibersihkan secara mekanis yaitu membersihkan plak dengan menyikat gigi (Farani & Sudarso, 2008)

2.3.1 Struktur dan Komposisi Plak

Plak gigi diklasifikasikan atas plak supragingiva dan plak subgingiva berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi. Plak supragingiva berada pada atau koronal dari tepi gingiva. Plak subgingiva, lokasinya apikal dari tepi gingiva, diantara gigi dan jaringan yang melindungi sulkus gingiva (Daliemunthe, 2008).

Komposisi plak dental terdiri dari mikroorganisme dan matriks interseluler yang terdiri dari komponen organik dan anorganik, komposisi utama adalah mikrooganisme. Lebih dari 500 spesies bakteri ditemukan dalam plak dental (Gerhrig-Nield, 2009). Awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti streptokokus salivarius, actinomyces viscosus dan beberapa strain lainnya (Rifki, 2010).Mikroorganisme non-bakteri yang dijumpai dalam plak antara lain spesies Mycoplasma, ragi, protozoa, dan virus. Mikroorganisme tersebut terdapat dalam matriks interseluler, dan juga mengandung sedikit sel jaringan seperti sel-sel epitel, makrofag, dan leukosit (Haake, 2009).

Matriks interseluler plak merupakan 20%-30% massa plak, terdiri dari bahan organik dan anorganik yang berasal dari saliva, cairan sulkus dan produk

bakteri. Bahan organiknya mencakup polisakarida, protein, glikoprotein dan lemak. Komponen anorganik yang paling utama adalah kalsium dan fosfor, dan

(37)

2.3.2 Pembentukan Plak Dental

Plak umumnya dijumpai pada sepertiga gingiva permukaan gigi, karena daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan. Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit, dan fisur pada permukaan gigi, dibawah restorasi yang mengemper, dan sekitar gigi yang erupsinya tidak teratur. Lokasi dan laju pembentukan plak adalah bervariasi diantara individu.

Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah higiena oral, serta faktorfaktor penjamu seperti diet, dan komposisi serta laju aliran saliva (Daliemunthe, 2008).

Proses pembentukan plak dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu: a. Pembentukan pelikel dental,

Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkus, begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan debris (Daliemunthe, 2008).

Komponen khas pelikel pada berbagai daerah bervariasi komposisinya. Pengamatan terhadap pelikel enamel baru terbentuk (dua jam) menunjukkan bahwa komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi saliva, hal ini berarti bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul sekitar secara selektif (Daliemunthe, 2008).

Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri dan terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih berkontak dengan ludah dan pada permukaan gigi dan berupa material stein yang

terang apabila diwarnai dengan bahan pewarna plak (Haake, 2010). Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif, yang bertindak sebagai

(38)

lainnya merupakan sisi yang melekatkan bakteri pada permukaan gigi (Gerhrig-Nield, 2009).

b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi

Dalam beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental (Situmorang, 2005). Bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme

fakultatif gram positif, seperti Actinomices viscosus dan Streptococus sanguis (Rifki, 2010). Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental. Masa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan adalah mikroorganisme anaerob gramnegatif (Daliemunthe, 2008).

c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak

Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi awal permukaan gigi melalui dua mekanisme terpisah, yaitu (Haake, 2009):

 Multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan gigi  Multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan bakteri

baru

(39)

dengan menurunnya jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya bakteri gram negatif (Haake, 2009).

2.3.3 Plak dan karies gigi

Karies gigi merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, mulai dari permukaan gigi hingga meluas kearah pulpa.

Karies gigi disebabkan oleh aktivitas metabolisme mikroorganisme, yang dapat mengakibatkan terjadinya proses demineralisasi jaringan keras gigi (Rifki, 2010).

Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktor yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet serta ditambah faktor waktu (Tarigan, 1999).

Proses terjadinya karies dimulai dari enamel ditutupi oleh endapan pelikel saliva, kemudian mikroorganisme melekat yang disebut plak, apabila ada substrat/makanan berkarbohidrat lengket di plak disebut debris, mikroorganisme meragi substrat sehingga menyebabkan pH plak turun menjadi 5 mengakibatkan demineralisasi enamel. Bila hal ini berlangsung berulang-ulang dapat terjadi karies (Rifki, 2010).

2.2.4 Plak dan penyakit periodontal

Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan gingiva mengalami peradangan. Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai yaitu

gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan,biasanya gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah

(40)

terkena penyakit ini akan tanggal sendiri tanpa pencabutan (Pintauli, 2008 & Pratiwi, 2009).

2.4Alat Ortodontik 2.4.1 Definisi

Alat ortodontik atau disebut juga dental braces (kawat gigi) adalah alat

[image:40.595.198.430.352.496.2]

yang dapat meneruskan tekanan pada gigi individual atau sekelompok gigi dan/atau unit maksilo-fasial skeletal untuk mencapai tujuan dari perawatan yaitu efisiensi fungsi, keseimbangan struktural dan keseimbangan estetik. Klasifikasi dari alat ortodontik yaitu alat ortodontik lepasan, alat ortodontik semi-cekat (semi-fixed ) dan alat ortodontik cekat (Singh G, 2007).

Gambar 2.1. Alat Ortodontik/Dental Braces (Kawat Gigi)

2.4.2 Komponen Alat Ortodontik/Dental Braces (Kawat Gigi)

Komponen Alat Ortodontik/Dental Braces (Kawat Gigi) terbagi atas komponen aktif yang terdiri dari arch wires, spring, elastics dan separator, serta

komponen pasif yang terdiri dari band, bracket, buccal tubes, lingual attachment,

(41)

Gambar 2.2.Komponen Alat Ortodontik/Dental Braces (Kawat Gigi) : a.Buccal

tube, b.Molar Band, c.Bracket, d.Arch wire, e.Auxilliary Spring.

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Alat Ortodontik/Dental Braces (Kawat Gigi) Alat Ortodontik/Dental Braces (Kawat Gigi) mempunyai beberapa

kelebihan dan kekurangan. Kelebihan Alat Ortodontik/Dental Braces (Kawat Gigi) terdapat pada retensi yang tidak menjadi masalah, karena alat ortodontik ini dicekatkan pada gigi-gigi. Penggunaan alat ortodontik/dental braces (kawat gigi) juga kurang membutuhkan keterampilan dari pihak pasien dalam mengendalikan alat ortodontik cekat. Alat ortodontik/dental braces (kawat gigi) bisa menghasilkan gerakan gigi yang tidak mungkin diperoleh dengan alat ortodontik lepasan karena alat ortodontik lepasan mengaplikasikan komponen tekanan hanya pada daerah yang sangat kecil di mahkota gigi, dan karena itu hanya menghasilkan gerak tipping dan rotasi sederhana (Foster TD, 1999).

Kekurangan utama dari alat ortodontik/dental braces (kawat gigi) berpusat pada masalah kesehatan rongga mulut. Alat ortodontik jenis ini dicekatkan pada gigi-gigi sehingga lebih sulit dibersihkan daripada alat ortodontik lepasan, dan kesehatan rongga mulut tentu lebih sulit dipertahankan selama perawatan dengan alat ortodontik cekat. Kekurangan lain dari alat ortodontik/dental braces (kawat gigi) yaitu dapat menghasilkan gerakan gigi yang merugikan karena alat ortodontik tersebut dicekatkan pada gigi, tekanan yang terlalu besar tidak akan menyebabkan alat ortodontik cekat terungkit, tetapi malahan bisa merusak struktur pendukung gigi. Selain itu pada sistem alat orotodontik cekat yang lebih

rumit akan lebih mudah untuk mendapatkan gerak yang tidak diinginkan melalui tekanan resiprokal, dan sistem ini sebaiknya hanya dikerjakan oleh operator yang

berpengalaman (Foster TD, 1999).

2.5Sikat Gigi dan Pasta Gigi

(42)

tetap berfungsi dengan baik, sikat gigi perlu diganti lebih kurang setiap 2-3 bulan sekali . kerusakan yang terjadi pada sikat gigi tidak sama pada setiap orang. Ada yang memerlukan waktu hanya 1-2 minggu saja, sikat giginya sudah rusak, tetapi ada yang sudah memakainya sampai berbulan-bulan, sikat giginya masih tampak dalam keadaan baik. Dalam jangka waktu 2-3 bulan sikat gigi praktis sudah tidak dapat bekerja lagi dengan baik. Bulu sikat gigi yang sudah rusak tidak akan bisa

memberrsihkan gigi dengan baik, dan malahan akan dapat melukai gusi. Oleh karena itu, setiap sikat gigi rusak, sikat gigi segera diganti (Boedihardjo, 1985).

Ada dua jenis sikat gigi yang sering digunakan, manual dan elektrik. Sikat gigi manual adalah sikat gigi yang biasa digunakan sehari-hari dengan menggunakan tangan (Forrest, 1993 &Daliemunthe, 2006). Sikat gigi manual terdiri atas kepala sikat (head), bulu sikat (bristle) dan tangkai atau pegangannya (handle) (Perry, 2002).

Pemilihan sikat gigi tergantung pada kebutuhan setiap orang. Ukurannya disesuaikan dengan besar mulut sehingga dapat dipergunakan untuk membersihkan semua bagian mulut (Situmorang, 2005).

Umumnya kepala sikat bervariasi, bentuknya ada yang segiempat, oval, segitiga atau trapesium agar bisa disesuaikan dengan anatomi individu yang berbeda. Kekerasan bulu sikat juga bervariasi seperti hard (keras), medium (sedang), dan soft (lunak). Ukuran kepala sikat maupun kekerasan bulu sikat orang dewasa berbeda dengan anak-anak (Rifki, 2010)

Untuk anak-anak ukuran yang biasa digunakan ialah (Situmorang, 2005): a. Panjang tangkai : 13 cm

b. Panjang kepalanya : 2 cm

c. Lebar kepala : 0,6 cm

American Dental Assosiation (ADA) menganjurkan ukuran maksimal kepala

sikat gigi anak-anak 20x7mm.

(43)

Pasta gigi adalah bahan yang digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan gigi. Pasta gigi di pasaran tersedia dalam bentuk tepung, pasta atau gel dan semuanya dijual untuk kebutuhan terapeutik atau kosmetik (Pintauli, 2008).

Umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasif 20-40%, air 20-40%, pelembab (humectant) 20-40%, deterjen 1-2%, bahan pengikat (binding agent)

2%, bahan penyegar ±2%, bahan pemanis ±2%, bahan terapeutik ±5%, dan pewarna <1%(Pintauli, 2008).

Kontaminasi dari enterobakteri juga menarik perhatian, seperti yang ditemukan lebih dari 50% dari bulu sikat gigi, karena hasil dari penyimpanan sikat gigi yang salah, seperti diluar lemari dan wastafel kamar mandi, dimana itu adalah target aerosol dari kloset (Rodrigues et al, 2012).

2.5.1 Metode menyikat gigi

Banyak metode atau teknik menyikat gigi yang diperkenalkan para ahli, dan kebanyakan metodenya dikenal dengan namanya sendiri seperti metode Bass, Stillman, Charters, atau disesuaikan dengan gerakannya. Pada prinsipnya terdapat empat pola dasar gerakan, yaitu metode vertikal, horizontal, berputar (rotasi), dan bergetar (vibrasi) (Pintauli, 2008 & Perry, 2002).

Disini akan dibahas teknik penyikatan gigi dengan metode horizontal dan Roll

a. Rolling

Teknik ini memungkinkan pembersihan gusi dan gigi tanpa menekan sulkus. Bulu sikat diletakkan sejajar dan berlawanan dengan attached

gingiva sedangkan kepala sikat sejajar dataran oklusal (Pintauli, 2008 & Forrest, 1993).

(44)

permukaan gigi. Permukaan mahkota gigi juga ikut disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada setiap daerah dengan sistematis agar tidak ada yang terlewat. Cara penyikatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi, supaya kotoran dapat keluar, dan untuk membersihkan daerah sela-sela gigi (Rifki, 2010).

Dengan teknik ini, daerah sepertiga gigi kemungkinan tidak tercakup

[image:44.595.208.416.330.458.2]

dengan sikat gigi tetapi menyentuh attached gingiva, oleh karena bila sikat gigi diletakkan terlalu dalam ke vestibulum, maka kemungkinan dapat menyebabkan trauma pada mucogingiva junction dan mukosa alveolar (Pintauli, 2008).

Gambar 2.3. Penyikatan gigi metode Roll Stoke

b. Horizontal

Teknik horizontal ini sangat dianjurkan sehingga paling banyak digunakan orang. Bulu sikat ditempatkan tegak lurus terhadap mahkota gigi. Kemudian sikat gigi digerakkan maju-mundur 6-9 mm. Gigi anak-anak yang mempunyai bentuk seperti lonceng (bell-shaped) paling efektif

bila dibersihkan dengan menggunakan teknik ini. Metode horizontal untuk anak-anak, memberikan hasil yang baik. dan memerlukan sedikit

(45)

Gambar 2.4. Penyikatan gigi metode Horizontal

2.5.2 Waktu dan Frekuensi Menyikat Gigi

American Dental Assosiation (ADA) menyatakan bahwa pasien harus

menyikat gigi secara teratur minimal, dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bila plak disingkirkan setiap hari secara sempurna, maka tidak akan menimbulkan efek pada rongga mulut (Pintauli, 2008).

Waktu menyikat gigi pada setiap orang tidak sama, bergantung pada beberapa faktor seperti kecendrungan seseorang terhadap plak dan debris. Hanya setelah pasien berulang kali menyikat dan diawasi oleh tenaga profesional, maka baru dapat ditentukan berapa kali sebaiknya orang tersebut menggosok gigi. Biasanya, rerata lama menyikat gigi adalah kira kira 1 menit, walaupun demikian ada juga yang melaporkan 2-2,5 menit. Penentuan waktu ini tidak bisa sama pada setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol plak(Pintauli, 2008).

2.6Evaluasi Klinis Penyikatan Gigi

Bahan pewarna (disclosing agent) dapat digunakan untuk mengevaluasi pembersihan gigi yang sudah dilakukan. Bahan pewarna yang biasa digunakan adalah iodin, mercuroshrome, bahan pewarna makanan, bismark brown. Bahan

(46)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan mulut merupakan salah satu kesehatan umum yang sangat penting bagi kualitas hidup, tetapi nyatanya data global menunjukkan bahwa penyakit gigi

dan mulut menjadi masalah dunia yang dapat memengaruhi kesehatan secara umum dan kualitas hidup. National Institution of Health di Amerika Serikat melaporkan bahwa karies gigi menjadi penyakit kronis yang paling sering diderita anak umur 5 – 17 tahun (60-90%), yang kasusnya lima kali lebih banyak dibanding asma dan tujuh kali dari demam akibat alergi. Jika tidak diobati, karies gigi dapat menyebabkan sakit, gangguan penyerapan makanan, mempengaruhi pertumbuhan tubuh anak dan hilangnya waktu sekolah. Tidak hanya karies gigi, ada juga penyakit gigi dan mulut yang tercatat secara global seperti, penyakit periodental (gusi) 15-20% pada usia menengah (35-34 tahun), hilangnya gigi pada manusia 30% pada lansia, kanker mulut pada kebanyakan negara tercatat 10 dari 100.000 kasus, dan masih banyak lagi penyakit yang menyerang gigi dan mulut (WHO, 2012).

Prevalensi masalah gigi dan mulut di Indonesia adalah 25,9 persen dengan proporsi tertinggi pada usia produktif 35 – 44 tahun sebesar 30,5 persen, 45-54 tahun sebesar 31,9 persen, dan sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) melaporkan data menyikat gigi di Indonesia setiap hari adalah 94,2 persen sebanyak 15 provinsi berada dibawah prevalensi nasional (Riskesdas, 2013).

Untuk perilaku benar dalam menyikat gigi berkaitan dengan faktor gender, ekonomi, dan daerah tempat tinggal. Sebagian besar penduduk Indonesia

(47)

Riskesdasjuga telah mencatat prevalensi masalah gigi dan mulut setiap provinsi. Dari 33 provinsi telah tercatat yang menduduki posisi teratas adalah Sulawesi Selatan dengan angka 36,2%, sedangkan Sumatera Utara meduduki posisi ke 28 dengan angka 19,4%. Tidak hanya mengenai masalah gigi dan mulut, Riskesdas juga mencatat bahwa Sumatera Utara memiliki angka yang cukup tinggi dalam menyikat gigi yaitu 94,5 persen (Riskedas, 2013).

Tujuan membersihkan gigi adalah untuk menghilangkan plak (Boedihardjo, 1985). Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan (Panjaitan, 1997). Pembentukan plak tidak terjadi secara acak tetapi terjadi secara teratur (Forrest, 1989). Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisa-sisa jaringan mulut, leukosit, limfosit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri (Tarigan, 1995).

Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat. Tersedia berbagai variasi dalam desain sikat gigi, berbagai metode penyikatan gigi, frekuensi penyikatan gigi, dan waktu penyikatan gigi (Wendari, 2001). Waktu menyikat yang baik adalah saat sesudah makan pagi dan sebelum tidur (Riskesdas, 2013). Sedangkan frekuensi penyikatangigi yang baik adalah dua kali sehari, dengan durasi minimal 2 menit setiap penyikatan gigi (Carranza, 2002).

Perawatan ortodontik adalah perawatan yang dilakukan untuk mengoreksi maloklusi yang ada dan membutuhkan waktu perawatan yang cukup lama

(Wayan, 2009). Dalam perawatan ortodontik, secara otomatis seseorang harus memberi perhatian lebih dalam menjalani praktikkebersihan gigi dan mulut agar

(48)

adanya alat ortodontik di dalam mulut mempermudah terjadi timbunan sisa makanan yang menempel pada gigi dan alat ortodontik tersebut(Wayan, 2009). Kondisi ini memungkinkanterjadinya pernurunantingkat kebersihan gigi dan mulut.

Plak ini tidak semuanya dapat hilang dengan tindakan menyikat gigi. Plak tidak bewarna dan tidak dapat dilihat dengan mata, dan untuk dapat melihat plak

diperlukan suatu bahan. Bahan tersebut adalah disclosing, yang dapat berbentuk tablet dan cairan (Boedihardjo, 1985).

Setelah menyikat gigi sering dilupakan bagaimana menjaga sikat giginya sehingga tercemar oleh mikroorganisme roongga mulut dan dari luar tubuh. Mikroorganisme yang dapat mencemari, merupakan hasil berbagai tindakan sterilisasi dan penyimpanan alat-alat yang tidak baik. Hal tersebut sangat penting dalam menunjang faktor kontaminan. Apabila terdapat mikroorganisme kontaminan pada sikat gigi merupakan suatu keadaan yang sangat tidak menguntungkan bagi pengguna sikat gigi, karena sikat gigi tersebut merupakan fokus infeksi yang dapat menyebabkan panyakit rongga mulut dan seluruh tubuh (Mangundjaja, 2001).

Persentase penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat beberapa bakteri pada 20 sikat gigi yang telah dipergunakan kurang lebih tiga bulan seperti,

streptococcus 100 persen, staphylococcus 90 persen, diplococcus 20 persen,

batang gram negatif 20 persen. Terdapat juga perbandingan yang sangat mencolok antara bakteri coccus gram positif dan bakteri batang gram negatif dimana bakteri

coccus gram positif yang dapat diisolasi 91,3 persen, sedangkan bakteri batang

gram negatif sekitar 8,7 persen (Villa H, 2004).

Berdasarkan latar belakang diatas, saya ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana gambaran mikroorganisme pada sikat gigimahasiswa pengguna kawat

(49)

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana gambaranmikroorganismeyang terdapat pada sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran mikroorganisme yang dapat ditemukan pada sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

- Identifikasi mikroorganisme flora normal mulut pada sikat gigi. - Identifikasi mikroorganisme kontaminan pada sikat gigi.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Untuk Ilmu Pengetahuan

Sebagai sumbangan ilmiah bagi ilmu kedokteran, khususnya dalam bidang kesehatan gigi dan mulut tentang mikroorganisme yang berperan pada rongga mulut.

1.4.2. Manfaat Untuk Masyarakat

Sebagai bahan informasi bagi masyarakat untuk mengetahui jenis dan peran mikroorganisme pada sikat gigi.

1.4.3. Manfaat Untuk Penelitian

(50)

ABSTRAK

Latar belakang : Alat pembersih bagian mulut paling umum yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan mulut dari seorang individu adalah sikat gigi. Menjaga sikat gigi dalam kondisi aseptik yang tepat sering diabaikan, dimana kondisi tersebut bisa mengakibatkan kontaminasi dari berbagai mikroorganisme.Tidak menutup kemungkinan bahwa mikroorganisme yang berasal baik dari mulut maupun lingkungan dapat menyebabkan berbagai penyakit mulut. Penggunaan kawat gigi juga bisa menjadi lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan mikroorganisme.Kontaminasi sikat gigi dari berbagai mikroorganisme terletak pada bagian bulu sikatnya, karena bagian tersebut menyediakan lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan mereka.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui gambaran mikroorganisme yang dapat ditemukan pada sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Pengambilan data diambil dengan menggunakan teknik total sampling

dimana data sampel diambil dari sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi yang telah digunakan selama 1 bulan. Kemudian sikat gigi tersebut dibawa ke laboratorium mikrobiologi FK USU untuk diidentifikasi.

Hasil : Hasil penelitian ini dijumpai bahwa dari 23 sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi, 7 dari 23 sikat gigi (30,4%) ditemukan bakteri gram positif dan 16 dari 23 sikat gigi (69,6%) ditemukan bakteri gram negatif. Pada penelitian ini juga ditemukan bakteri pada sikat gigi terbanyak kontaminan dari lingkungan dengan frekuensi 13 dari 23 sikat gigi (56,5%). Sedangkan untuk spesies bakteri terbanyak pada sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi adalah E. coli(21,7%),

B. subtilis (17,4%), dan K. pneumoniae(13,0%).

Kesimpulan : Gambaran mikroorganisme terbanyak pada sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi adalah E. coli, B. subtilis, dan K. pneumoniae.

(51)

ABSTRACT

Background : The most common oral hygiene aid used to improve the oral health

of an individu is toothbrush. Taking care of toothbrush in a proper aseptic condition it is often to be neglected, which that condition can cause contamination by various microorganism. Does not rule out the possibility that microorganisms comes from the mouth and from the enviroment can cause various oral diseases. Using dental braces also can provides microorganism growth.Toothbrush contamination by various microorganisms located at the bristle tufts because that part provide a favorable environment for their gowth.

Objective : The aim of this study was to know the microorganism description that

can be found at the student’s toothbrush who use dental braces.

Methods : The method of this study is using descriptive with cross sectional study.

This study sample using total sampling technique which the data sample were taken from student’s toothbrush who use dental braces that been using for 1 month. Samples were analyzed at microbiology lab of FK USU.

Result : The results of this study found that from 23 student’s toothbrushes users

dental braces, 7 from 23 toothbrushes (30,4%) gram positive and 16 from 23 toothbrushes (69,6%) gram negative. This study also found the highest bacteria at the toothbrush is from enviroment with frequency 13 from 23 toothbrushes (56,65%). While for the highest bacteria species at the student’s toothbrush users dental braces is E. coli (21,7%), B. subtilis (17,4%), and K. pneumoniae (13,0%).

Conlusion : The highest microorganism at student’s toothbrushes who using

dental braces is E. coli, B. subtilis, and K. pneumoniae.

(52)
[image:52.595.221.403.356.539.2]

GAMBARAN MIKROORGANISME PADA SIKAT GIGI MAHASISWA PENGGUNA DENTAL BRACES(KAWAT GIGI) ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2015

OLEH :

BAGINDA ASYRAF HASIBUAN 120100342

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(53)
[image:53.595.221.403.401.583.2]

GAMBARAN MIKROORGANISME PADA SIKAT GIGI MAHASISWA PENGGUNA DENTAL BRACES (KAWAT GIGI) ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2015

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH :

BAGINDA ASYRAF HASIBUAN 120100342

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(54)
(55)

ABSTRAK

Latar belakang : Alat pembersih bagian mulut paling umum yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan mulut dari seorang individu adalah sikat gigi. Menjaga sikat gigi dalam kondisi aseptik yang tepat sering diabaikan, dimana kondisi tersebut bisa mengakibatkan kontaminasi dari berbagai mikroorganisme.Tidak menutup kemungkinan bahwa mikroorganisme yang berasal baik dari mulut maupun lingkungan dapat menyebabkan berbagai penyakit mulut. Penggunaan kawat gigi juga bisa menjadi lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan mikroorganisme.Kontaminasi sikat gigi dari berbagai mikroorganisme terletak pada bagian bulu sikatnya, karena bagian tersebut menyediakan lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan mereka.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui gambaran mikroorganisme yang dapat ditemukan pada sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Pengambilan data diambil dengan menggunakan teknik total sampling

dimana data sampel diambil dari sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi yang telah digunakan selama 1 bulan. Kemudian sikat gigi tersebut dibawa ke laboratorium mikrobiologi FK USU untuk diidentifikasi.

Hasil : Hasil penelitian ini dijumpai bahwa dari 23 sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi, 7 dari 23 sikat gigi (30,4%) ditemukan bakteri gram positif dan 16 dari 23 sikat gigi (69,6%) ditemukan bakteri gram negatif. Pada penelitian ini juga ditemukan bakteri pada sikat gigi terbanyak kontaminan dari lingkungan dengan frekuensi 13 dari 23 sikat gigi (56,5%). Sedangkan untuk spesies bakteri terbanyak pada sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi adalah E. coli(21,7%),

B. subtilis (17,4%), dan K. pneumoniae(13,0%).

Kesimpulan : Gambaran mikroorganisme terbanyak pada sikat gigi mahasiswa pengguna kawat gigi adalah E. coli, B. subtilis, dan K. pneumoniae.

(56)

ABSTRACT

Background : The most common oral hygiene aid used to improve the oral health

of an individu is toothbrush. Taking care of toothbrush in a proper aseptic condition it is often to be neglected, which that condition can cause contamination by various microorganism. Does not rule out the possibility that microorganisms comes from the mouth and from the enviroment can cause various oral diseases. Using dental braces also can provides microorganism growth.Toothbrush contamination by various microorganisms located at the bristle tufts because that part provide a favorable environment for their gowth.

Objective : The aim of this study was to know the microorganism description that

can be found at the student’s toothbrush who use dental braces.

Methods : The method of this study is using descriptive with cross sectional study.

This study sample using total sampling technique which the data sample were taken from student’s toothbrush who use dental braces that been using for 1 month. Samples were analyzed at microbiology lab of FK USU.

Result : The results of this study found that from 23 student’s toothbrushes users

dental braces, 7 from 23 toothbrushes (30,4%) gram positive and 16 from 23 toothbrushes (69,6%)

Gambar

Gambaran Mikroskopis Bakteri Gram (+)
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Jenis Kelaminnya Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi (%)
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Bakteri PadaSikat Gigi Mahasiswa Pengguna Kawat Gigi Angkatan 2014 FK USU Jenis Bakteri Frekuensi Persentasi (%)
Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Bakteri Pada Sikat Gigi Mahasiswa Pengguna Kawat Gigi Angkatan 2014 FK USU Berdasarkan Habitatnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan Peranan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Dalam Peningkatan Efektivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Di

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus II maka peneliti melakukan refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus II yang hasilnya

Teknis Usaha Pembuatan Tempe milik Bapak Joko Sarwono masih merupakan industri rumah tangga dalam pelaksanaan kegiatan pengolahan tempe dilakukan secara tradisional

Riau Aceh Papua Barat Riau Maluku Sulut DKI Jakarta Sumut Kalsel Kaltara Sumbar Kalteng Sulsel Jawa Tengah Lampung Sumsel Kalbar Jawa Timur Maluku Utara Jambi NTB Papua Sulbar

Kepala Urusan Manajemen Risiko selaku Asisten Risk Manager:.. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan penerapan manajemen risiko di unit

The last step consists in projecting the hy- perspectral data using this new navigation data and performing a last correction, taking into account the boresight between the

[r]

The Random Trees implementation available in eCognition was used to create 1000 trees for classifying high segments into buildings and trees and 1000 trees for