• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit Sebagai Antikolesterol (Elaeis guineensis Jacq.) Menggunakan Mencit Jantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit Sebagai Antikolesterol (Elaeis guineensis Jacq.) Menggunakan Mencit Jantan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Bagan ekstraksi bahan secara maserasi

Dimasukkan ke dalam sebuah bejana Dituangi dengan etanol 80%

Ditutup

Dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk

Diserkai, diperas

Dicuci dengan etanol 80% Dipindahkan ke dalam bejana

tertutup

Dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari

Dienaptuangkan dan disaring

Digabung dan dicukupkan

Dipekatkan dengan alat rotary evaporator

Di freeze dryer 1200 g serbuk

Ampas Maserat I

Maserat II Ampas

Ekstrak kental

Ekstrak kering

(3)

Lampiran 3. Bagan pengerjaan uji aktivitas antikolesterol pada mencit

Diukur kadar kolesterol total awal dengan cholesterol test Dicatat kadar kolesterol awal

Diinduksi dengan lemak kambing dan kuning telur 1% bb selama 14 hari Mencit

dipuasakan

Diukur kadar hiperkolesterolnya

Mencit dibagi menjadi 6 kelompok, tiap kelompok

terdiri dari 5 ekor mencit

− Kelompok kontrol diberi Na CMC 0,5%

− Kelompok uji EEDKS 100, 200, 300, dan 400 mg/kg bb

− Kelompok pembanding Simvastatin 1,3 mg/kg bb

Diberikan sediaan uji selama 21 hari

Dicek kadar kolesterol total pada

(4)

Lampiran 4. Gambar tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) dan daun kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

(5)

Lampiran 5. Gambar simplisia dan serbuk daun kelapa sawit

Simplisia daun kelapa sawit

(6)
(7)

Lampiran 7. Tabel konversi dosis hewan dengan manusia Mencit

20 g

Tikus 200 g

Marmot 400 g

Kelinci 1,5 kg

Kera 4 kg

Anjing 12 kg

Manusia 70 kg Mencit

20 g 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9 Tikus

200 g 0,14 1,0 1,74 3,0 9,2 17,8 56,0 Marmot

400 g 0,008 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5 Kelinci

1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2 Kera

4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1 Anjing

12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1 Manusia

(8)

Lampiran 8. Contoh perhitungan dosis

1. Contoh perhitungan dosis simvastatin yang diberikan pada mencit

- Syarat volume maksimum larutan sediaan uji yang diberikan pada mencit dengan berat 20 g secara oral adalah 1 ml

- Dosis manusia (berat 70 kg) = 10 mg

- Dosis mencit (berat 20 g) = 10 mg x 0,0026 x 1000

20g = 1,3mg/kg bb

- Menurut FI edisi III, penetapan kadar tablet = 20 tablet, maka diambil 20 tablet simvastatin, digerus dan ditimbang berat totalnya = 3883 mg

- Berat bahan aktif simvastatin dalam 20 tablet Simvastatin adalah = 10 mg/tab x 20 tab = 200 mg

- Serbuk simvastatin yang digunakan untuk mencit adalah : 1,3 ��

200 ��= � 3883 �� �= 25,23 ≈ 25 ��

25 mg serbuk simvastatin ditambahkan dengan 10 ml suspensi Na-CMC - Volume yang diberikan = 1

100���

Misal Berat mencit 20 g. Maka volume suspensi simvastatin yang diberikan adalah 1

100�20�= 0,2 ��

2. Contoh perhitungan dosis ekstrak etanol daun kelapa sawit yang akan diberikan pada mencit hiperkolesterolemia.

- Dosis suspensi ekstrak etanol daun kelapa sawit yang akan dibuat adalah 100, 200, 300, dan 400 mg/kg bb.

a. Cara pembuatan suspensi ekstrak etanol daun kelapa sawit :

(9)

Lampiran 8. (Lanjutan)

b. Volume suspensi ekstrak etanol daun kelapa sawit yang akan diberikan pada mencit dengan berat badan 20 g.

− Volume suspensi EEDKS 100 mg/kg bb yang diberikan adalah

20

1000 x 10 ml = 0,2 ml

− Volume suspensi EEDKS 200 mg/kg bb yang diberikan adalah

20

1000 x 10 ml = 0,2 ml

− Volume suspensi EEDKS 300 mg/kg bb yang diberikan adalah

20

1000 x 10 ml = 0,2 ml

− Volume suspensi EEDKS 400 mg/kg bb yang diberikan adalah

20

(10)
(11)

Lampiran 9. (Lanjutan) 6. Simvastatin 1,3 mg/kg bb

(12)
(13)

Lampiran 11. Data konsumsi makanan 1. Setelah pemberian induksi hiperkolesterol

N

o Perlakuan

Data konsumsi makanan (g) Hari ke-

(14)

Lampiran 11. (Lanjutan)

2. Setelah pemberian suspensi ekstrak etanol daun kelapa sawit

N

o Perlakuan

Data konsumsi makanan (g) Hari ke-

(15)

Lampiran 11. (Lanjutan)

N

o Perlakuan

Data konsumsi makanan (g) Hari ke-

15 16 17 18 19 20 21

1 Na CMC

0,5 % 17,639 16,619 18,926 17,677 19,282 18,395 20,106 2 EEDKS 100

mg/kg bb 19,067 20,775 17,508 18,264 19,296 18,981 22,018 3 EEDKS 200

mg/kg bb 20,492 18,598 18,279 22,058 20,732 20,416 19,272 4 EEDKS 300

mg/kg bb 16,962 18,767 20,258 15,958 17,196 18,562 19,824 5 EEDKS 400

mg/kg bb 21,619 19,117 19,052 20,417 18,814 19,024 17,962 6

Simvastatin 1,3 mg/kg

bb

(16)

Lampiran 12. Hasil uji analisis statistik kadar kolesterol awal dan hiperkolesterol

(17)

Lampiran 13. Hasil uji analisis statistik kadar kolesterol mencit ANOVA

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Kadar setelah 7 hari perlakuan

(mg/dl)

Between

Groups 2663.867 5 532.773 2.092 .101 Within

Groups 6111.600 24 254.650 Total 8775.467 29

Kadar setelah 14 hari perlakuan

(mg/dl)

Between

Groups 14046.000 5 2809.200 17.211 .000 Within

Groups 3917.200 24 163.217 Total 17963.200 29

Kadar setelah 21 hari perlakuan

(mg/dl)

Between

Groups 27952.567 5 5590.513 48.961 .000 Within

(18)

Lampiran 13. (Lanjutan)

kadar setelah 7 hari perlakuan (mg/dl) Tukey HSDa

kelompok N

Subset for alpha = 0.05 1

simvastatin 5 234.20

EEDKS 300 5 238.80

EEDKS 400 5 242.20

EEDKS 200 5 248.60

EEDKS 100 5 257.60

Na CMC 5 259.80

Sig. .153

kadar setelah 14 hari perlakuan (mg/dl) Tukey HSDa

kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

simvastatin 5 191.00 EEDKS 400 5 195.40

EEDKS 300 5 203.20 203.20

EEDKS 200 5 209.80 209.80

EEDKS 100 5 226.40

Na CMC 5 254.60

(19)

Lampiran 13. (Lanjutan)

kadar setelah 21 hari perlakuan (mg/dl) Tukey HSDa

kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

simvastatin 5 157.00

EEDKS 400 5 161.00

EEDKS 300 5 170.80

EEDKS 200 5 177.40 177.40

EEDKS 100 5 192.40

Na CMC 5 247.60

(20)
(21)

Lampiran 14. (Lanjutan)

Jumlah konsumsi makanan pada saat induksi hiperkolesterol minggu ke-1 Tukey HSDa

kelompok N Subset for alpha = 0.05

1

EEDKS 300 7 19.02343

simvastatin 7 19.58571

Na CMC 7 20.01529

EEDKS 400 7 20.20529

EEDKS 100 7 20.47057

EEDKS 200 7 20.75900

Sig. .328

Jumlah konsumsi makanan pada saat induksi hiperkolesterol minggu ke-2 Tukey HSDa

kelompok N Subset for alpha = 0.05

1

Na CMC 7 17.80886

simvastatin 7 18.60629

EEDKS 400 7 18.70671

EEDKS 200 7 19.01200

EEDKS 100 7 19.47871

EEDKS 300 7 20.24614

Sig. .327

Jumlah konsumsi makanan setelah pemberian suspensi EEDKS minggu ke-1

Tukey HSDa

kelompok N Subset for alpha = 0.05

1

simvastatin 7 18.07143

(22)

Lampiran 14. (Lanjutan)

Jumlah konsumsi makanan setelah pemberian suspensi EEDKS minggu ke-2

Tukey HSDa

kelompok N Subset for alpha = 0.05

1 2

Na CMC 7 17.28629

EEDKS 400 7 18.03429 18.03429

simvastatin 7 18.58871 18.58871

EEDKS 200 7 18.59600 18.59600

EEDKS 300 7 19.23214 19.23214

EEDKS 100 7 19.39571

Sig. .062 .340

Jumlah konsumsi makanan setelah pemberian suspensi EEDKS minggu ke-3

Tukey HSDa

kelompok N Subset for alpha = 0.05

1

simvastatin 7 17.94271

EEDKS 300 7 18.21814

Na CMC 7 18.37771

EEDKS 100 7 19.41557

EEDKS 400 7 19.42929

EEDKS 200 7 19.97814

(23)

Lampiran 15. Gambar alat

Wadah strip Strip kolesterol

Chip cholesterol test

Cholesterol test EasyTouch®GCU

Mencit putih jantan

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Adlin, I. (2008). Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Edisi II. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Halaman 24-25.

Afifah, B. S., Elin, Y.S., Ririn, S., Redya, H., dan Suci, N. V. (2013). Efek Antikolesterol Ekstrak Etanol Daun Cerme (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) Pada Tikus Wistar Betina. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi. 1(1) : 6. Bate’e, E. (2014). Karakterisasi dan Isolasi Senyawa Triterpenoid/Steroid Daun

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Halaman 28-30.

Chong, K.H., Zuraini, Z., Sasidharan, S., Kalnisha, D. P. V., Yoga, L., and Ramannathan, S. (2008). Antimicrobial Activity of Elaeis guineensis Leaf. Journal of Pharmacologyonline. 3(3) : 379-386.

Delman, H.D dan Brown, E.M. (1992). Buku Teks Histologi Veteriner II. Cetakan Pertama. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 392-400.

Departemen Kesehatan RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 321-322.

Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 10-11.

Departemen Pertanian. (2005). Prospek dan Arah Pengembangan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Halaman 40.

Ditjen, POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 33.

Dyatmiko, W., Suprapto, M., Idha, K., Anang, T. E. S. (2004). Pengaruh Pemberian Perasan Sechium edule (Jacq.) Swartz Terhadap Kadar Kolesterol Total dan Trigliserida Sera Mencit Queckerbus. Fakultas Farmasi. Universitas Airlangga. Berk. Penel. Hayati. 9 : 140.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Ke-11. Terjemahan Oleh : Irawati, Dian Ramadhani, Fara Indriyanti, Frans Dany, Imam Nuryanto, Srie Sisca Primasari Rianti, Titiek Resmisari dan Joko Suyono. Jakarta: EGC. Halaman 891.

(25)

Hariyanto, W. S., Chanif, M., Masdiana, C. P. (2014). Pengaruh Pemberian Yoghurt Susu Kambing Sebagai Pencegahan Hiperkolesterolemia Pada Hewan Model Tikus (Rattus norvegicus) Berdasar Ekspresi Inducible Nitric Oxide Synthase (INOS) dan Gambaran Histopatologi Hati. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya. Jurnal Ilmiah. Halaman 6-8.

Hasibuan, C. S. (2014). Skrining Fitokimia Dan Uji Efektivitas Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Penyembuhan Luka sayat. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Halaman 30-32.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta : Badan Litbang Kehutanan. Halaman 465.

Idris, W. I., Usmar., dan Burhanudin, T. (2011). Uji Efek Hipokolesterolemik Sari Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea Sendt.) Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Majalah Farmasi dan Farmakologi. 15(2) : 107-108. Juliana, M. (2011). Antihypertensi and Cardiovascular Effectbof Catechin-Rich

Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Leaf Extract in Nitric Oxide-Deficient Rats. Journal of Medicinal Food. 14(3) : 775.

Junqueira, L.C., dan Carneiro, J. (2003). Histologi Dasar. Editor: Frans Dany. Edisi X. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman 318-319.

Katzung, B.G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Erlangga. Edisi VIII. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 433.

Lu, F.C. (1995). Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edisi II. Jakarta: UIP. Halaman 47-48.

Mahley, R.W dan Bersot, T.P. (2012). Dasar Farmakologi Terapi. Alih bahasa: Tim alih bahasa Sekolah Farmasi ITB. Editor edisi bahasa Indonesia: Amalia H. Hadinata. Edisi 10. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 943.

Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A dan Rodwell, V. W. (2003). Biokimia Harper. Alih bahasa: Andry Hartono. Editor edisi bahasa Indonesia: Anna, Tiara. Edisi XXV. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 270.

Mutschler, E. (2010). Dinamika Obat. Penerjemah: Mathilda B dan Anna S. Edisi Kelima. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 435-440.

(26)

(LESKONFI). Halaman 3-4.

Runnie, I., Noordin, M, M., Radzali, M., Azizah, H., Hapizah, N., Abeywardena, M, Mohamed, S. (2013). Antioxidant and Hypocholesterolemic effect of Elaeis guineensis found extract on hypercholesterolemic rabbits. Asean Food J. 12: 137-147.

Rusilanti, Dr, M.Si. (2014). Kolesterol Tinggi Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: FMedia. Halaman 36.

Satyanarayana, U. (2005). Biochemistry. Edisi II. New Delhi: Uppala Author-Publisher Interlinks. Halaman 319.

Sastrosayono, S. (2008). Budi Daya Kelapa Sawit. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Halaman 6.

Soeharto, I. (2000). Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 30-31, 34.

Sreenivasan, S., Rajoo Nilawatyi, Rathinam Xavier, Lachimanan Yoga Latha dan Rajoo Amala. (2010). Wound Healing Potential of Elaeis guineensis Jacq Leaves in an Infected Albino Rat Model. Molecules. 1(5): 3186.

Suhatri., Netty, M., Delva, Y., dan Rahmi, Y. (2014). Efek Proteksi Fraksi Etil Asetat Daun Surian (Toona sureni (Blume) Merr.) terhadap Aterosklerosis. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 1(1) : 11.

Sudoyo, A.W. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta: Balai Pustaka FK UI. Halaman 242-245.

Suyatna, F.D. (2012). Farmakologi dan Terapi. Editor: Sulistia G., Rianto S., Frans D., dan Purwantyastuti. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 373-377.

Tjay,T.H dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting. Edisi V. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Halaman 536-537, 569-571.

Toha. (2014). Kandungan Lemak Telur Ayam Leghorn dan Telur Itik Setelah Penambahan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) dengan Konsentrasi yang Berbeda. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Publikasi. Halaman 4.

Umarudin., R. Susanti., dan Ari, Y. (2012). Efektivitas Ekstrak Tanin Seledri Terhadap Profil Hiperkolesterolemi Lipid Tikus Putih. Unnes Journal of

(27)

Underwood, J.C.E., (1994). Patologi Umum dan Sistemik. Volume 2. Edisi II. Jakarta: Kedokteran EGC. Halaman 225-227.

Varatharajan, R. (2012). Chronic Administrationof Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq) Leaves Extract Attenuates Hyperglycemic-Onduced Oxidative Stressand Improves Renal Histopathology and Function in Experimental Diabetes. Hindawi Publishing Coorporation. 12(12) : 367.

Vijayaratnha, S., Jothy, S, L., Ping, K, Y., Lathna, L, Y., Othman, N., and Sasidharan, S. (2012). Invitro Antioxidant Activity and Hepatoprotective Potensial Of Elaeis guineensis Leaf Against Paracetamol Induced Damage in Mice. International Journal of Chemical Engineering and Aplication. 3(4): 293-296.

Victor, U.A., Mohammed, S., Bejo, B.H. (2013). Acute toxicity and Safety Assessment of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq) Leaf Extract in Rats. Journal of Medicinal Plant Research (Academic Journal). 7(16) :1022. Wiryowidagdo, S. (2007). Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi

dan Kolesterol. Cetakan III. Jakarta: Penerbit PT Agromedia Pustaka. Halaman 35-36.

Wresdiyati, T dan M. Astawan. (2005). Deteksi Secara Imunohistokimia Antioksidan Superoksida Dismutase (SOD) Pada Jaringan Tikus Hiperkolesterolemia yang Diberi Pakan Rumput Laut. Laporan Penelitian. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Halaman 3-4.

Wulandari, D. Y., Masdiana, C. P., Herawati. (2014). Kadar Malondialdehida (MDA) dan Gambaran Histopatologi Organ Hati Pada Hewan Model Tikus (Rattus norvegicus) Hiperkolesterolemia Setelah Terapi Ekstrak Air Benalu Mangga (Dendrophthoe pentandra L. Miq. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Brawijaya. Jurnal Ilmiah. Halaman 5-6.

Yin, N. S., Abdullah, S., dan Phin, C. K. (2013). Phytocemical Constituents from Leaves of Elaeis guineensis and Their Antioxidant and Antimicrobia Activities. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 5(4) : 137.

Yosmar, R., Helmi, A., dan Risha, M. (2014). Pengaruh Ekstrak Etanol Rambut Jagung (Zea mays L) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit Putih Jantan Hiperkolesterol. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV”. Halaman 7-9.

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, pengumpulan tumbuhan dan pengolahan sampel, pembuatan simplisia dan ekstrak etanol daun kelapa sawit, penyiapan hewan percobaan, pengujian efek antikolesterol ekstrak etanol daun kelapa sawit pada mencit putih jantan dengan penginduksi kuning telur dan lemak kambing. Data hasil penelitian dianalisis dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) menggunakan analisis variansi (Anova) kemudian dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Tukey untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.

3.1 Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat-alat bedah, alat pengukur kadar kolesterol dan strip kolesterol (EasyTouch®GCU), alat-alat gelas laboratorium, aluminium foil, blender (Philip), cawan penguap, kertas saring, lemari pengering, mikroskop digital (Boeco Germany), mortir dan stamfer, neraca listrik (Mettler Toledo), neraca hewan (GW-1500), oral sonde, penangas air, rotary evaporator (Heidolph WB 2000), spuit 1 ml, vial.

3.2 Bahan-bahan yang digunakan

(29)

simvastatin (Yarindo), dan vaseline.

3.3 Pengumpulan dan pengolahan bahan 3.3.1 Pengumpulan bahan

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel diambil dari pohon yang tumbuh di perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa-Medan. Daun yang diambil adalah helai daun yang masih segar, berwarna hijau, dalam keadaan baik dengan usia dewasa.

3.3.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Herbarium Medanense, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Sampel telah diiidentifikasi oleh peneliti sebelumnya Evyabdi Bate’e, 2013. Hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 48.

3.3.3 Pengolahan bahan tumbuhan

(30)

3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (EEDKS)

Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80%. Sebanyak 1,2 kg serbuk simplisia dimasukkan ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 9 L (75 bagian) etanol, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, lalu diserkai. Ampasnya di remaserasi dengan etanol secukupnya hingga diperoleh 12 L (100 bagian). Pindahkan maserat ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari, enap tuangkan. Pemekatan ekstrak dilakukan dengan alat rotary evaporator pada suhu ±40°C hingga diperoleh ekstrak kental, selanjutnya di freeze dryer pada suhu -40°C hingga diperoleh ekstrak kering (Ditjen, POM., 1979).

3.5 Pembuatan Pereaksi

3.5.1 Pembuatan Na-CMC 0,5%

Sebanyak 0,5 g Na-CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi 20 ml air suling panas. Ditutup dan didiamkan selama 30 menit hingga diperoleh massa yang transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan dengan air suling hingga 100 ml.

3.5.2 Pembuatan induksi hiperkolesterol

Sebanyak 10% lemak kambing ditambahkan dan 5% kuning telur bebek, ditambahkan akuades sampai 100%, lalu dicampur dan diaduk hingga homogen (Dyatmiko, dkk., 2004).

3.5.3 Pembuatan suspensi ekstrak etanol daun kelapa sawit

(31)

100, 200, 300, dan 400 mg/kg BB. Ekstrak etanol daun kelapa sawit masing-masing sebanyak 100, 200, 300, dan 400 mg dimasukkan ke dalam lumpang yang berisi sedikit suspensi Na-CMC 0,5% digerus homogen lalu dicukupkan dengan suspensi Na-CMC 0,5% hingga 10 ml.

3.5.4 Pembuatan suspensi simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb

Sebanyak 25 mg serbuk simvastatin digerus dalam lumpang, lalu ditambahkan suspensi Na-CMC 0,5% sedikit demi sedikit sambil terus digerus hingga homogen, lalu dicukupkan dengan suspensi Na-CMC hingga 10 ml. Perhitungan dosis simvastatin dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 55.

3.6 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah mencit putih jantan dengan berat badan 20-35 g usia 2-3 bulan. Hewan percobaan dikondisikan terlebih dahulu selama 2 minggu sebelum perlakuan dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan lingkungannya dan diberikan pakan standar.

3.7 Pengujian Farmakologi

3.7.1 Penyiapan hewan hiperkolesterolemia

(32)

3.7.2 Pemberian bahan obat terhadap mencit yang hiperkolesterolemia

Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 hewan uji yang diberikan perlakuan secara per oral. Kelompok 1 diberi suspensi Na-CMC 0,5%, kelompok 2-5 diberi suspensi EEDKS dosis 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb dan kelompok 6 diberi simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb. Setiap kelompok mencit ditentukan kadar kolesterol darahnya pada hari ke-7, 14 dan 21 menggunakan alat pengukur kadar kolesterol. Perhitungan dosis pemberian EEDKS dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 55-56.

3.7.3 Pengambilan darah

Mencit dipuasakan terlebih dahulu selama 18 jam. Ekornya dibersihkan dengan etanol 70%, dipotong dengan menggunakan gunting bedah. Darah yang keluar disentuhkan pada strip kolesterol yang terpasang pada alat pengukur kadar kolesterol (EasyTouch®GCU).

3.7.4 Pengukuran kadar kolesterol darah mencit

Darah yang keluar disentuhkan pada strip kolesterol yang telah terpasang pada alat pengukur kadar kolesterol (EasyTouch®GCU), tunggu hingga 150 detik hingga muncul angka. Angka yang tampil pada layar alat dicatat sebagai kadar kolesterol darah (mg/dl).

3.8 Pemeriksaan histopatologi

(33)

Prosedur pembuatan preparat histopatologi:

a. Organ yang akan dihistologi direndam didalam larutan dapar formalin 10% pada suhu kamar.

b. Organ yang akan dihistologi dipotong, untuk hati dilakukan pemotongan pada lobus terbesar hati.

c. Untuk menghilangkan sisa formalin dilakukan pencucian dengan air mengalir.

d. Dilakukan proses dehidrasi dengan etanol 70%, 80%, 90%, etanol absolut. Kemudian dilanjutkan dengan penjernihan menggunakan xilen sebanyak tiga kali selama 1 jam.

e. Proses penanaman. Caranya: sampel direndam dalam campuran xilen dan parafin cair pada suhu 60 – 70o C, dengan perbandingan xilen : parafin berturut-turut 3 : 1, 1 : 1, dan 1 : 3 masing-masing selama 2 jam.

f. Dilakukan pencetakan dan dibiarkan membeku, kemudian blok parafin dipotong dengan menggunakan alat mikrotom dengan ketebalan irisan 5 - 7 µm. Setelah memperoleh potongan yang bagus, potongan tersebut ditempelkan pada kaca obyek. Sayatan organ yang telah menempel pada kaca obyek segera diletakkan pada permukaan pemanas dengan suhu 56 - 58° C selama kurang lebih 10 detik, sehingga organ meregang dan menempel pada kaca obyek sambil diatur jangan sampai organ berkerut atau melipat. Selanjutnya preparat disimpan dalam suhu kamar untuk dilakukan pewarnaan. g. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan hematoksilin-eosin. Pertama

(34)

menit, dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya direndam dengan larutan hematoksilin selama 5 menit, dicuci dengan air mengalir, dilakukan pewarnaan dengan eosin. Kemudian, dicelupkan ke dalam etanol 70%, 80%, 90%, dan etanol absolut masing-masing selama 10 menit. Terakhir dimasukkan kedalam xilen selama 12 menit. Preparat diamati dibawah mikroskop digital dengan perbesaran 10 x 40.

3.9 Analisis Data

(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Herbanium Medanense Universitas Sumatera Utara terhadap bahan yang diteliti adalah tumbuhan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) suku Arecaceae. Hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 48 dan gambar tanaman pada Lampiran 4 halaman 51.

4.2Hasil Ekstraksi Serbuk Daun Kelapa Sawit

Pembuatan ekstrak etanol daun kelapa sawit (EEDKS) dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 80%. Hasil maserasi dari 1200 g serbuk simplisia diperoleh ekstrak kental 108 g dan setelah di freeze dryer diperoleh sebanyak 98 g.

(36)

4.3.1 Pengukuran kadar kolesterol awal dan setelah hiperkolesterolemia Data hasil pengukuran kadar kolesterol awal rata-rata mencit sebelum diinduksi hiperkolesterolemia dan setelah diinduksi hiperkolesterolemia dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 57-58. Hasil analisis perbedaan pengukuran kadar kolesterol awal dan setelah induksi hiperkolesterolemia selama 14 hari dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil analisis perbedaan pengukuran rata-rata kadar kolesterol awal dan setelah diinduksi hiperkolesterolemia

Kelompok

Rata-rata kadar awal kolesterol total ± SD

Rata-rata kadar kolesterol

total setelah hiperkolesterolemia ± SD

Kontrol Na CMC 143,60±2,608 268,40 ± 12,321 Dosis 100 mg/kg bb 144,60±8,173 272,60 ± 13,921 Dosis 200 mg/kg bb 139,80±8,786 273,00 ± 16,508 Dosis 300 mg/kg bb 143,80±2,950 269,60 ± 11,589 Dosis 400 mg/kg bb 142,60±4,219 286,40 ± 6,580 Simvastatin dosis 1,3

mg/kg bb

136,20±16,559 274,00 ± 11,467

(37)

yang sama tersebut dikarenakan adanya aklimasi pada semua hewan percobaan, dimana hewan percobaan diadaptasi selama 2 minggu dengan pemberian pakan, minum, kondisi kandang, pencahayaan dan suhu ruangan yang sama.

Gambar 4.1 Grafik kadar kolesterol awal dan kadar hiperkolesterol

Pemberian induksi kuning telur dan lemak kambing selama 14 hari mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar kolesterol mencit sebesar ≥200 mg/dl. Pemilihan kuning telur sebagai penginduksi karena kandungan gizi telur antara lain : air 73,7 %, protein 12,9 %, lemak 11,2%, karbohidrat 0,9% dan lemak pada putih telur hampir tidak ada. Hampir semua lemak di dalam telur terdapat pada kuning telur, yaitu mencapai 32%, sedangkan pada putih telur kandungan lemaknya sangat sedikit, maka pengamatan lemak dan kolesterol lebih efektif dilakukan pada kuning telur (Toha, 2014). Lemak kambing memiliki kadar kolesterol 130 mg per 100 g (Rusilanti, 2014).

Mencit yang telah hiperkolesterolemia selanjutnya dibagi menjadi 6 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok 1 diberi

143,6 144,6 139,8 143,8 142,6 136,2

268,4 272,6 273,6 269,6

kontrol CM EEDKS 100 EEDKS 200 EEDKS 300 EEDKS 400 simvastatin

k

(38)

suspensi Na-CMC 0,5%, kelompok 2-5 diberi suspensi EEDKS dosis 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb dan kelompok 6 diberi simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb. Pemberian suspensi dilakukan selama 21 hari berturut-turut secara oral, kemudian dicek penurunan kadar kolesterol total menggunakan alat pengukur kadar kolesterol (EasyTouch®GCU) pada hari ke-7, 14 dan 21. Data pengukuran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10 halaman 57-59. Data hasil pengukuran diuji analisis statistik menggunakan metoda Anova dan dilanjutkan dengan Post-Hoc Tukey.

4.3.2 Pengukuran kadar kolesterol setelah 7 hari perlakuan

Data pengukuran kadar kolesterol setelah 7 hari perlakuan diuji analisis statistik menggunakan metode Anova dan dilanjutkan dengan Post-Hoc Tukey, data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 64-66. Uji analisis statistik Anova menunjukkan bahwa nilai p>0,05 dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap penurunan kadar kolesterol darah setelah 7 hari perlakuan pada setiap kelompok. Berdasarkan uji Post-Hoc Tukey yang dapat dilihat Lampiran 13 halaman 65, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap penurunan kadar kolesterol darah pada pemberian Na-CMC, EEDKS dosis 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb maupun simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb.

4.3.3 Pengukuran kadar kolesterol setelah 14 hari perlakuan

(39)

300 dan 400 mg/kg bb, dan simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb, tetapi memiliki perbedaan yang nyata dengan suspensi Na-CMC dan EEDKS dosis 100 mg/kg bb. Kolom kedua menunjukkan simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb, suspensi Na-CMC, EEDKS dosis 400 mg/kg bb memiliki perbedaan yang nyata terhadap EEDKS dosis 100, 200 dan 300 mg/kg bb, sedangkan pada kolom ketiga Na-CMC memiliki perbedaan nyata dengan semua kelompok uji, artinya pada hari ke 14 suspensi EEDKS sudah mulai memberikan efek terhadap penurunan kadar kolesterol darah yang sama dengan simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb yaitu pada dosis 400 mg/kg bb.

4.3.4 Pengukuran kadar kolesterol setelah 21 hari perlakuan

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

a. ekstrak etanol daun kelapa sawit (EEDKS) mempunyai efek menurunkan kadar kolesterol darah mencit yang mengalami hiperkolesterolemia yaitu pada dosis 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb.

b. ekstrak etanol daun kelapa sawit memiliki efek penurunan kadar kolesterol yang sama dengan simvastatin pada dosis 300 mg/kg bb.

c. dosis ekstrak etanol daun kelapa sawit (EEDKS) yang efektif sebagai antikolesterol yaitu pada dosis 300 mg/kg bb.

5.2 Saran

(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat

Habitat asli kelapa sawit adalah di hutan dekat dengan sungai di Guinea Savanna Afrika Barat yang kering. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik pada daerah diluar habiatat aslinya, yaitu 16o lintang utara hingga 15o lintang selatan. Penyebaran di wilayah Indonesia yaitu daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa dan Sulawesi ( Adlin, 2008).

2.1.2. Morfologi

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monokotil) dan arah tumbuhnya satu arah (monopodial). Ciri- ciri morfologi tumbuhan kelapa sawit yaitu pohon yang tingginya dapat mencapai 24 meter, mempunyai akar serabut, tidak berbuku, ujungnya runcing dan berwarna putih kekuningan. Akarnya dapat menopang tanaman hingga 25 tahun (Suwarto, 2014). Daunnya tersusun majemuk menyirip, berwarna hijau tua, bertulang sejajar dan pelepah berwarna sedikit lebih muda yang panjangnya mencapai 7,5-9 meter. Batang tanaman tidak berkambium dan umumnya tidak bercabang, diselimuti berkas pelepah hingga umur 12 tahun dan kemudian pelepah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa (Sastrosayono, 2008).

2.1.3. Nama daerah

(42)

2.1.4 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan kelapa sawit menurut herbarium medanese (2013) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Nama local : Kelapa sawit

2.1.5 Kandungan kimia

Daun kelapa sawit mengandung senyawa alkaloid, glikosida, saponin, tanin, steroid/triterpenoid dan flavonoid (Bate’e, 2013; Yin, dkk., 2013; Hasibuan, 2014).

2.1.6 Khasiat tumbuhan

(43)

2.2 Ekstraksi

Ekstrak yaitu sediaan kental atau cair yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan (Depkes, RI., 1995). Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu (Harborne, 1987). Penarikan zat aktif dari bahan asal (simplisia) dilakukan dengan pelarut yang sesuai. Tujuan utama dari ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan. Zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersebut dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Depkes, RI., 2000).

Menurut Depkes RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain yaitu:

a. Cara dingin

Selama proses ekstrasi berlangsung tidak mengalami pemanasaan, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa karena pemanasan.

(44)

dalam bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya sehingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari. Enap tuangkan dan saring (Ditjen, POM., 1979).

2. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1 - 5 kali bahan.

b. Cara panas

Proses ekstraksi memerlukan pemanasan untuk mempercepat penyarian dan untuk senyawa yang tahan terhadap pemanasan.

1. Refluks adalah proses penyarian simplisia pada temperatur titik didihnya menggunakan alat dengan pendingin balik dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.

2. Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

3. Sokletasi adalah proses penyarian menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat khusus (soklet) dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel. 4. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana

(45)

selama waktu tertentu (15-20 menit)

5. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit. Cara ini digunakan untuk simpilisia yang mengandung bahan aktif tahan terhadap pemanasan.

2.3 Kolesterol

Kolesterol merupakan senyawa yang mempunyai fungsi penting dalam tubuh. Kolesterol ditemukan di seluruh sel tubuh yang berfungsi sebagai komponen penyusun membran sel. Kolesterol digunakan oleh tubuh untuk pembuatan berbagai hormon, terutama hormon estrogen dan testosteron, juga hormon adrenal sepertil kortisol dan aldosteron. Tubuh menggunakan kolesterol untuk membuat vitamin D. Kadar kolesterol dalam darah yang direkomendasikan adalah dibawah 200 mg/dl. Berbeda dengan fungsinya pada saat kadar kolesterol normal, semakin tinggi kadar kolesterol dalam darah, semakin besar pula resiko terjadinya aterosklerosis (Murray, 2003). Jumlah kandugan kolesterol, lemak hewani, dan serat nabati setiap hari dapat diserap sebanyak 200-600 mg kolesterol. Hati membentuk 700-1000 mg kolesterol sehari untuk memenuhi kebutuhannya (Tjay dan Rahardja, 2007).

(46)

anak-anak dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otaknya (Wiryowidagdo, 2007).

Tabel 2.1 Klasifikasi kolesterol di dalam darah

Jenis Kadar dalam darah

(mg/dl) Keterangan

Kolesterol total

<200 Normal

200-239 Garis batas tinggi

≥240 Tinggi

100-129 Hampir optimum 130-159 Garis batas tinggi

160-189 Tinggi

≥190 Sangat tinggi

Trigliserida

<150 Normal

150-199 Garis batas tinggi

200-499 Tinggi

≥500 Sangat tinggi

Komponen kolesterol terdiri dari : 2.3.1 Kilomikron

Kilomikron adalah lipoprotein dengan berat molekul terbesar lebih dari 80%, komponennya terdiri dari trigliserida dan kurang dari 5% kolesterol ester. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati (Suyatna, 2012). Kilomikron dibentuk di dinding usus dari trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan, kemudian dihidrolisa oleh lipoprotein lipase dan sisanya diekskresi oleh hati (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.3.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL)

(47)

terdiri dari 60% trigliserida (endogen) dan 10-15% kolesterol. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh LPL menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan adiposa dan bahan oksidasi di jantung dan otot skeletal (Suyatna, 2012). Tempat pembentukan VLDL yaitu di hati, yang terbentuk dari kolesterol, fosfolipid dan apoprotein dan masuk ke dalam darah (Mutschler, 2010).

2.3.3 Intermediate Density Lipoprotein (IDL)

Intermediate Density Lipoprotein (IDL) mengandung trigliserida (30%), lebih banyak kolesterol (20%) dan relatif lebih banyak mengandung apoprotein B dan E. IDL adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL, tidak terdapat dalam kadar yang besar kecuali bila terjadi hambatan konversi lebih lanjut (Suyatna, 2012). Waktu paruh IDL 1,5-2 hari, hal ini menyebabkan konsentrasi LDL dalam plasma yang lebih tinggi dibandingkan VLDL dan IDL (Mahley dan Bersot, 2008).

2.3.4 Low Density Lipoprotein (LDL)

(48)

2.3.5 High Density Lipoprotein (HDL)

High Density Lipoprotein (HDL) berfungsi sebagai protektif terhadap aterosklerosis melalui mekanisme “transpor kolesterol balik (reverse cholesterol transport)”. HDL mengambil kolesterol dari plak aterosklerosis (jaringan lainnya) dan mengangkut ke jaringan hati untuk dikatabolisme dan disekresi sebagai asam empedu (Santoso, dkk., 2009). HDL memiliki partikel terkecil (diameter 4-10 nm) mampu mengangkat kolesterol dari dinding arteri (Tjay dan Rahardja, 2007). HDL merupakan protein yang tinggi dan rendah kolesterol dan fosfolipid, mengandung Apo A yang memiliki efek anti-arterogenik, sehingga disebut kolesterol baik (Guyton dan Hall, 2006).

2.3.6 Apolipoprotein (Apo)

Apo merupakan komponen protein penting dari pelbagai lipoprotein. Apo berfungsi sebagai ligand bagi pengikatan pada reseptor LDL. Ada lima jenis, yaitu apo-A, B, C, D dan E. Apo-B dan apo-AI (protein dalam masing-masing VLDL/LDL dan HDL) bersifat aterogen kuat dan merupakan indikator risiko penyakit jantung dan pembuluh (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.4 Pembentukan kolesterol

(49)

kolesterol tubuh disintesa secara endogen, hanya 1/3 berasal dari pangan (eksogen) (Tjay dan Rahardja, 2007). Kolesterol dapat disintesis dari asetat dibawah pengaruh enzim HMG-CoA reduktase yang menjadi aktif jika terdapat kekurangan kolesterol endogen. Asupan kolesterol dari darah diatur oleh jumlah reseptor LDL yang terdapat pada permukaan sel hati (Suyatna, 2012).

Kolesterol yang disintesis per hari oleh orang dewasa sebanyak 1 g. Senyawa ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan organ yang berkontribusi paling besar dalam sintesis kolesterol adalah hati (50%), usus halus (15%), kulit, korteks adrenal dan kelenjar kelamin. Enzim yang berpengaruh pada sintesis kolesterol ditemukan dalam sitosol dan fraksi mikrosomal di dalam sel. Hampir semua jaringan yang mengandung sel berinti mampu membentuk kolesterol (Satyanarayana, 2005).

Gambar 2.1 Struktur kolesterol

Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap sebagai berikut : 1. Tahap pembentukan mevalonat, yang merupakan senyawa enam-karbon,

disintesis dari asetil-KoA.

(50)

4. Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu lanosterol.

5. Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melalui beberapa tahap lebih lanjut, termasuk menghilangkan tiga gugus metil (Murray, 2003).

2.5 Transpor Kolesterol

Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati serta jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan maupun organ untuk digunakan dan disimpan. Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), ester kolesterol (36%) dan asam lemak bebas (4%). Lipid diangkut didalam plasma sebagai lipoprotein. Empat kelompok utama lipoprotein penting yaitu: kilomikron, VLDL, LDL dan HDL. Kilomikron mengangkut lipid yang dihasilkan dari pencernaan dan penyerapan; VLDL mengangkut triasilgliserol dari hati; LDL menyalurkan kolesterol ke jaringan, dan HDL membawa kolesterol ke jaringan dan mengembalikannya ke hati untuk diekskresikan dalam proses yang dikenal sebagai transpor kolesterol terbalik (reverse cholesterol transport) (Murray, 2003).

2.6 Obat-Obat Penurun Kolesterol

Hiperlipidemia adalah keadaan dimana kadar lipoprotein darah meningkat. Dapat dibedakan dua jenis, yakni: hiperkolesterolemia dengan peningkatan kadar LDL dan kolesterol total dan hipertrigliseridemia dengan peningkatan kadar trigliserida (Tjay dan Rahardja, 2007).

(51)

(Suyatna, 2012). Langkah pengaturan diet selalu dimulai dahulu dan tindakan tersebut mungkin dapat menghindari perlunya penggunaan obat (Katzung, 2002). Saat ini dikenal berbagai obat yang dapat memperbaiki profil lipid serum yaitu bile acid sequestrans, HMG-CoA reductase inhibitor, derivat asam fibrat, asam nikotinik, probukol, ezetimib, neomisin, beta sitosterol dan asam lemak omega-3. 2.6.1. Bile acid sequestrans

Bile acid sequestrans terdapat tiga jenis yaitu cholestyramin, colestipol, dan colesevelem. Obat ini tidak diserap di usus, dan bekerja mengikat asam empedu di usus halus dan akan dikeluarkan dengan tinja. Asam empedu yang kembali ke hati akan menurun, hal ini memecahkan kolesterol lebih banyak untuk menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan ke usus, akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak ditarik ke hati sehingga kolesterol serum menurun. Obat golongan resin ini dapat menurunkan kadar kolesterol-LDL sebesar 15-20%. Obat ini digunakan untuk pasien dengan hiperkolesterolemia saja (Sudoyo, 2007).

2.6.2 HMG CoA reductase inhibitors

(52)

kolesterol dari plak, dengan demikian secara perlahan-lahan membuka pembuluh darah (Katzung, 2002; Sudoyo, 2007).

2.6.3 Derivat asam fibrat

Derivat asam fibrat terdapat empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafibrat dan ciprofibrat. Obat ini menurunkan trigliserida plasma, selain menurunkan sintesis trigliserida di hati. Bekerja dengan mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang kerjanya memecahkan trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol-HDL melalui peningkatan Apoprotein A-I, dan A-II (Sudoyo, 2007). Semua derivat asam fibrat diabsorpsi lewat usus secara cepat dan lengkap (>90%), terutama bila diberikan bersama makanan, >95% terikat pada protein (Suyatna, 2012).

2.6.4 Asam nikotinak

Asam nikotinak sebagai sediaan lepas lambat sehingga absorpsinya di usus berjalan lambat agar efek sampingnya berkurang. Obat ini diduga menghambat enzim hormone sensitive lipase di jaringan adiposa, dengan demikian akan mengurangi jumlah asam lemak bebas. Asam lemak bebas yang ada dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber pembentukan VLDL. Penurunan sintesis dalam hati akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserida, dan juga Kolesterol-LDL di plasma. Pemberian asam nikotinik ternyata juga meningkatkan kadar Kolesterol-HDL. Obat ini sering disebut spectrum lipid lowering agent (Sudoyo, 2007).

2.6.5. Probukol

(53)

kolesterol dan dapat meningkatkan ekskresi asam empedu di dalam usus. Senyawa ini hanya sebagian kecil yang diabsorpsi, sisanya akan tertimbun dalam jaringan lemak dan akan diekskresi lambat bersama feses (Mutschler,2010).

2.6.6 Ezetimib

Ezetimib tergolong obat penurun lipid yang terbaru dan bekerja sebagai penghambat selektif penyerapan kolesterol, baik yang berasal dari makanan maupun dari asam empedu di usus halus (Sudoyo, 2007). Ezetimibe diabsorpsi dengan baik lewat saluran cerna, dalam usus mengalami glukoronidasi dan diekskresi ke dalam empedu, memiliki waktu paruh panjang yaitu 22 jam dan tidak bekerja secara tunggal (Suyatna, 2012).

2.6.7 Neomisin

Neomisin merupakan antibiotika yang berasal dari campuran neomisin A, B dan C, yang dibentuk oleh jamur Streptomyces fradiae. Neomisin dapat meurunkan kolesterol dan LDL dengan jalan mengubah micel dalam rongga usus. Mekanisme kerjanya yaitu mengikat asam kolat di duodenum hingga absorpsi kolesterol menurun. Ekskresi asam empedu naik 3-5 kali, hingga depot kolesterol total menurun (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.6.8 Beta sitosterol

Beta sitosterol adalah gabungan sterol tanaman yang tidak diabsorpsi saluran cerna manusia. Mekanisme kerjanya diduga menghambat absorpsi kolesterol eksogen dan diindikasikan hanya untuk pasien hiperkolesterolemia poligenik yang amat sensitif dengan penambahan kolesterol dari luar (makanan) (Suyatna, 2012).

2.6.9 Lemak Omega-3

(54)

asam decosahexanoic (DHA). Minyak ikan menurunkan sintesis VLDL dan kadar trigliserida, dengan demikian dapat menurunkan kadar kolesterol (Sudoyo, 2007).

2.7 Histologi Hati

Hati terdiri atas unit-unit heksagonal yaitu lobulus hati. Di bagian tengah setiap lobulus hati terdapat sebuah vena sentralis yang dikelilingi secara radial oleh sel-sel hati (hepatosit) (Junqueira dan Corneiro, 2007). Sel hati berbentuk polihedral dengan inti bulat yang terletak di tengah dan kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan sitoplasma yang tidak sempurna (Dellman dan Brown, 1992). Sel tersebut terletak di antara sinusoid yang berisi darah dan saluran empedu (Lu, 1995).

Gambar 2.2 Histologi hati

(55)

yang berhadapan dengan sinusoid yang dibatasi ruang perisinusoid, yaitu ruang sempit diantara sinusoid dan sel-sel hati (Dellman dan Brown, 1992). Hati menerima darah dari dua sumber yaitu darah arteri dari arteri hepatika kiri dan kanan, dan darah vena dari vena porta hepatika yang mengalir dari saluran pencernaan dan limpa (Underwood, 1994). Sebanyak 80% dari aliran darahnya berasal dari vena porta yang mengangkut darah rendah oksigen. Sisanya (20%) berasal dari arteri hepatika yang memasok darah kaya oksigen. Darah meninggalkan hati melalui vena hepatika yang mengalir menuju vena kava inferior (Underwood, 1994).

(56)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan masyarakat secara luas menjadi hal yang sangat penting bagi negara berkembang khususnya Indonesia. Seiring dengan kemajuan teknologi terjadi kecenderungan perubahan pola hidup masyarakat yang awalnya mengonsumsi makanan tradisional kini beralih ke makanan siap saji (Dalimartha, 2001). Pergeseran pola makan ini telah diteliti oleh para ahli kesehatan dan dihubungkan dengan timbulnya berbagai penyakit yang menyebabkan kondisi yang merugikan. Kelebihan kolesterol (hiperkolesterolemia) merupakan salah satu penyakit yang ditimbulkan karena mengonsumsi lemak yang terlalu tinggi (Zuhrawati, 2014).

Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol dalam aliran darah yang disebabkan oleh konsumsi lemak yang berlebihan. Lemak tidak hanya disimpan di dalam tubuh tetapi juga

terdapat di dalam aliran darah (Yosmar, dkk., 2014). Upaya yang dilakukan untuk

meminimalisir terjadinya hiperkolestrolemia yaitu dengan mengurangi konsumsi

bahan pangan yang banyak mengandung kolesterol (pada protein hewani) dan

sumber bahan pangan yang sedikit mengandung kolestrol (pada protein nabati)

(Umarudin, dkk., 2012). Faktor-faktor penyebab hiperlipidemia adalah gaya hidup

(57)

Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D (Murray, 2003 dan Idris, dkk., 2011). Kolesterol secara khas adalah produk metabolisme hewan, oleh karena itu terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati dan otak. Kebutuhan tubuh akan kolesterol dapat diperoleh dari sintetis yang dilakukan hati maupun dari asupan makanan. (Murray, 2003). Kolesterol yang berasal dari makanan tidak mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah, tetapi diet mengandung terlampau banyak kolesterol atau lemak hewani jenuh maka kadar kolesterol darah akan meningkat (Soeharto, 2000; Tjay dan Rahardja, 2007).

Hiperkolesterolemia merupakan faktor pendorong perkembangan obat-obatan penurun kadar kolesterol. Upaya pengobat-obatan secara modern memerlukan biaya relatif mahal (Idris, dkk., 2011). Konsumsi obat-obatan dalam jangka waktu

lama dan terus menerus dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang

bersifat toksik dan meningkatkan keparahan penyakit degeneratif (Umarudin,

dkk., 2012). Penggunaan obat-obatan tradisional yang berasal dari alam sangat

banyak dilakukan masyarakat Indonesia. Harga yang murah serta mudah

didapatkan dan memiliki efek samping yang kecil sehingga relatif aman jika

dibandingkan obat-obat sintesis (Yosmar, dkk., 2014) seperti kelapa sawit

(58)

sementara. Getah kelapa sawit digunakan sebagai pencahar, dan dalam bentuk fermentasi efektif untuk meningkatkan laktasi pada ibu menyusui. Serbuk akar yang ditambahkan ke minuman dapat digunakan menyembuhkan gonore, menorrhagia serta bronkitis, sedangkan minyak buah mesocarp dan inti sawit berguna sebagai penawar racun serta telah digunakan secara eksternal sebagai lotion (Yin, dkk., 2013).

Ekstrak daun tanaman ini memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan (Yin, dkk., 2013), antihipertensi (Juliana, 2011), antidiabetes (Tan, dkk., 2011 dan Varatharajan, 2012), sebagai hepatoprotektor (Vijayarathna, dkk., 2009), toksisitas akut (Victor, 2013), penyembuhan luka sayat (Hasibuan, 2014). Daun kelapa sawit mengandung polifenol yang tinggi (terutama flavonoid, karotenoid, dan katekhin) (Runnie, dkk., 2009), alkaloid, kumarin, glikosida, saponin, steroid, terpenoid dan tanin (Sreenivasan, 2010; Yin, dkk., 2013; Bate’e, 2014; Hasibuan, 2014). Hasil karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol daun kelapa sawit (EEDKS) yang telah dilakukan diperoleh kadar air sebesar 6,64 dan 2,65%, kadar sari larut air 13,49 dan 19,57%, kadar sari larut etanol 16,98 dan 43,88%, kadar abu total 3,75 dan 2,43% dan kadar abu tidak larut asam 0,78 dan 0,24% (Bate’e, 2014 dan Hasibuan, 2014).

(59)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah penelitian adalah : a. apakah ekstrak etanol daun kelapa sawit mempunyai efek menurunkan

kadar kolesterol darah mencit yang mengalami hiperkolesterolemia?

b. apakah ada perbedaan antara efek penurunan kadar kolesterol dari ekstrak etanol daun kelapa sawit dibandingkan simvastatin?

c. berapakah dosis ekstrak etanol daun kelapa sawit yang efektif dibandingkan dengan simvastatin?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :

a. ekstrak etanol daun kelapa sawit memiliki aktivitas sebagai penurun kadar kolesterol darah mencit yang mengalami hiperkolesterolemia.

b. terdapat perbedaan efek penurunan kadar kolesterol antara pemberian ekstrak etanol daun kelapa sawit dengan simvastatin.

c. dosis ekstrak etanol daun kelapa sawit yang efektif dibandingkan dengan simvastatin.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

(60)

b. untuk membandingkan ekstrak etanol daun kelapa sawit sebagai penurun kadar kolesterol dengan obat simvastatin.

c. untuk menentukan dosis efektif ekstrak etanol daun kelapa sawit dibandingkan dengan simvastatin yang mempunyai efek menurunkan kadar kolesterol.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai sumber informasi ilmiah mengenai khasiat ekstrak etanol daun kelapa sawit sebagai penurun kadar kolesterol dan menambah inventaris tumbuhan obat Indonesia.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

(61)

Variabel bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Skema kerangka penelitian Mencit putih

jantan diinduksi kuning telur + lemak kambing

(62)

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SEBAGAI ANTIKOLESTEROL MENGGUNAKAN

MENCIT JANTAN

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit limbah, namun semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit, yaitu antibakteri, antioksidan, antihipertensi, antidiabetes, hepatoprotektor, toksisitas akut, obat penyembuh luka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun kelapa sawit (EEDKS) sebagai antikolesterol menggunakan mencit jantan.

Serbuk simplisia dimaserasi dengan pelarut etanol 80%, kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator (± 40oC) dengan bantuan vakum dan di freeze dryer (-40oC), selanjutnya ekstrak yang diperoleh diuji aktivitas antikolesterol terhadap mencit jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok. Mencit diinduksi dengan pemberian lemak kambing dan kuning telur sebanyak 1% bb per oral selama 14 hari, kemudian diberikan selama 21 hari diberikan sediaan uji. Pengamatan dilakukan pada hari ke-7, 14 dan 21. Pada kelompok kontrol diberi Na-CMC 0,5%, kelompok uji EEDKS (dosis 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb), sebagai pembanding digunakan simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb.

Hasil maserasi serbuk simplisia diperoleh ekstrak kental 108 g dan setelah di freeze dryer diperoleh sebanyak 98 g. EEDKS dosis 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol darah mencit selama 21 hari. Penurunan kadar kolesterol total yang memberikan hasil signifikan (p<0,05) pada EEDKS dosis 300 dan 400 mg/kg bb sama dengan simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb. Gambaran histopatologi hati menunjukkan adanya penurunan degenerasi lemak pada sel hati mencit yang diberikan suspensi EEDKS dosis 300 dan 400 mg/kg bb, simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb.

(63)

THE ACTIVITY OF ETHANOLIC EXTRACT OIL PALM LEAVES (Elaeis guineensis Jacq.) AS ANTI-CHOLESTEROL USING MALE MICE

ABSTRACT

Indonesia is one of the largest producer oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) in the world. Palm leaves are generally only as waste, but the development of science and technology can be used for the treatment of some diseases, such as antibacterial, antioxidant, antihypertensive, antidiabetic, hepatoprotective, acute toxicity, wound healing drug. The purpose of this study was to determine the activity of the ethanol extract of palm leaves (EOPLE) as anti-cholesterol using male mice.

Simplicia of palm leaves was macerated with 80% ethanol and then evaporated using a rotary evaporator (± 40° C) with the aid of a vacuum and freeze dryer (-40° C). Simplicia and EOPLE as characterization and was tested against the anti-cholesterol activity male mice were divided into 6 groups. Mice induced by administration of goat fat and egg yolk as much as 1% bb orally for 14 days, then given the test preparation for 21 days. Observations were made on days 7, 14 and 21. In the control group were given CMC-Na 0.5%, the test group EEDKS (doses of 100, 200, 300 and 400 mg/kg bw), as a comparison used simvastatin doses of 1.3 mg/kg bw.

(64)

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) SEBAGAI ANTIKOLESTEROL

MENGGUNAKAN MENCIT JANTAN

SKRIPSI

OLEH:

RIFANY SYAHFITRI

NIM 111501141

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(65)

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) SEBAGAI ANTIKOLESTEROL

MENGGUNAKAN MENCIT JANTAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

RIFANY SYAHFITRI

NIM 111501141

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(66)

PENGESAHAN SKRIPSI

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis giuneensis Jacq.) SEBAGAI ANTIKOLESTEROL MENGGUNAKAN

MENCIT JANTAN OLEH:

RIFANY SYAHFITRI NIM 101501141

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: 7 Maret 2016

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt. Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195709091985112001 NIP 195103261978022001

Pembimbing II, Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt. NIP 195709091985112001

Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt. Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt. NIP 195209271981031007 NIP 197806032005012004

Marianne, S.Si., M.Si., Apt. NIP 198005202005012006

Medan, Maret 2016 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan,

(67)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta shalawat beriring salam untuk Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit Sebagai Antikolesterol (Elaeis guineensis Jacq.) Menggunakan Mencit Jantan”.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt., selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt., selaku ketua penguji, Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., dan Ibu Marianne, S.Si., M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran dan arahan untuk menyempurnakan skripsi ini. Ibu Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

(68)

kepada Ayahanda Juari, ST., S.Pd., dan Ibunda Sumarni, S.Kep., adik Rivaldi Ramadhan serta keluarga yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, baik materi maupun motivasi serta doa yang tulus. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Siti, Ade, Maelani, Pompi, Andin, Kak Siti, Debby serta teman-teman mahasiswa/i Farmasi Stambuk 2011 yang selalu mendoakan dan memberi semangat yang tiada henti.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, 7 Maret 2016 Penulis,

(69)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Rifany Syahfitri Nomor Induk Mahasiswa : 111501141 Program Studi : S-1 Reguler

Judul Skripsi : Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Sebagai Antikolesterol Menggunakan Mencit Jantan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis setelah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing. Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagai mana mestinya.

Medan, 7 Maret 2016 Yang Membuat Pernyataan

(70)

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SEBAGAI ANTIKOLESTEROL MENGGUNAKAN

MENCIT JANTAN

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit limbah, namun semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit, yaitu antibakteri, antioksidan, antihipertensi, antidiabetes, hepatoprotektor, toksisitas akut, obat penyembuh luka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun kelapa sawit (EEDKS) sebagai antikolesterol menggunakan mencit jantan.

Serbuk simplisia dimaserasi dengan pelarut etanol 80%, kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator (± 40oC) dengan bantuan vakum dan di freeze dryer (-40oC), selanjutnya ekstrak yang diperoleh diuji aktivitas antikolesterol terhadap mencit jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok. Mencit diinduksi dengan pemberian lemak kambing dan kuning telur sebanyak 1% bb per oral selama 14 hari, kemudian diberikan selama 21 hari diberikan sediaan uji. Pengamatan dilakukan pada hari ke-7, 14 dan 21. Pada kelompok kontrol diberi Na-CMC 0,5%, kelompok uji EEDKS (dosis 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb), sebagai pembanding digunakan simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb.

Hasil maserasi serbuk simplisia diperoleh ekstrak kental 108 g dan setelah di freeze dryer diperoleh sebanyak 98 g. EEDKS dosis 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol darah mencit selama 21 hari. Penurunan kadar kolesterol total yang memberikan hasil signifikan (p<0,05) pada EEDKS dosis 300 dan 400 mg/kg bb sama dengan simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb. Gambaran histopatologi hati menunjukkan adanya penurunan degenerasi lemak pada sel hati mencit yang diberikan suspensi EEDKS dosis 300 dan 400 mg/kg bb, simvastatin dosis 1,3 mg/kg bb.

(71)

THE ACTIVITY OF ETHANOLIC EXTRACT OIL PALM LEAVES (Elaeis guineensis Jacq.) AS ANTI-CHOLESTEROL USING MALE MICE

ABSTRACT

Indonesia is one of the largest producer oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) in the world. Palm leaves are generally only as waste, but the development of science and technology can be used for the treatment of some diseases, such as antibacterial, antioxidant, antihypertensive, antidiabetic, hepatoprotective, acute toxicity, wound healing drug. The purpose of this study was to determine the activity of the ethanol extract of palm leaves (EOPLE) as anti-cholesterol using male mice.

Simplicia of palm leaves was macerated with 80% ethanol and then evaporated using a rotary evaporator (± 40° C) with the aid of a vacuum and freeze dryer (-40° C). Simplicia and EOPLE as characterization and was tested against the anti-cholesterol activity male mice were divided into 6 groups. Mice induced by administration of goat fat and egg yolk as much as 1% bb orally for 14 days, then given the test preparation for 21 days. Observations were made on days 7, 14 and 21. In the control group were given CMC-Na 0.5%, the test group EEDKS (doses of 100, 200, 300 and 400 mg/kg bw), as a comparison used simvastatin doses of 1.3 mg/kg bw.

(72)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Uraian Tumbuhan ... 7

2.1.1 Habitat ... 7

(73)

2.1.3 Nama daerah ... 7

2.1.4 Sistematika tumbuhan ... 8

2.1.5 Kandungan kimia ... 8

2.1.6 Khasiat tumbuhan ... 8

2.2 Ekstraksi ... 9

2.3 Kolesterol ... 11

2.3.1 Kilomikron ... 12

2.3.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL) ... 12

2.3.3 Intermediate Density Lipoprotein (IDL) ... 13

2.3.4 Low Density Lipoprotein (LDL) ... 13

2.3.5 High Density Lipoprotein (HDL) ... 14

2.3.6 Apolipoprotein (Apo) ... 14

2.4 Pembentukan Kolesterol ... 14

2.5 Transport Kolesterol ... 16

2.6 Obat-obat Penurun Kolesterol ... 16

2.6.1. Bile acid aequestrans ... 17

2.6.2 HMG CoA reductase inhibitors ... 17

2.6.3 Derivat asam fibrat ... 18

2.6.4 Asam nikotinak ... 18

2.6.5 Probukol ... 18

2.6.6 Ezetimib ... 19

2.6.7 Neomisin ... 19

2.6.8 Beta sitosterol ... 19

(74)

2.7 Histologi Hati ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Alat-alat ... 22

3.2 Bahan-bahan ... 22

3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Bahan ... 23

3.3.1 Pengumpulan bahan ... 23

3.3.2 Identifikasi tumbuhan ... 23

3.3.3 Pengolahan bahan tumbuhan ... 23

3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (EEDKS) ... 24

3.5 Pembuatan Pereaksi ... 24

3.5.1 Pembuatan Na CMC 0,5% ... 24

3.5.2 Pembuataninduksi hiperkolesterolemia ... 24

3.5.3 Pembuatan ekstrak etanol daun kelapa sawit ... 24

3.5.4 Pembuatan suspensi simvastatin ... 25

3.6 Hewan Percobaan ... 25

3.7 Pengujian Farmakologi ... 25

3.7.1 Penyiapan hewan hiperkolesterolemia ... 25

3.7.2 Pemberian bahan obat terhadap mencit ... 26

3.7.3 Pengambilan darah ... 26

3.7.4 Pengukuran kadar kolesterol darah mencit ... 26

3.8 Pemeriksaan Histopatologi ... 26

3.9 Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

(75)

4.2 Hasil Ekstraksi Serbuk Daun Kelapa Sawit ... 29

4.3 Uji Aktivitas Antikolesterol Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (EEDKS) ... 29

4.3.1 Pengukuran kadar kolesterol awal dan setelah hiperkolesterolemia ... 30

4.3.2 Pengukuran kadar kolesterol setelah 7 hari perlakuan .. 32

4.3.3 Pengukuran kadar kolesterol setelah 14 hari perlakuan 32 4.3.4 Pengukuran kadar kolesterol setelah 21 hari perlakuan 33 4.4 Hasil Histopatologi Hati ... 36

4.5 Hasil Pengamatan terhadap Konsumsi Makanan ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(76)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi kolesterol di dalam darah ... 12 4.1 Hasil analisis perbedaan pengukuran rata-rata kadar

kolesterol awal dan setelah diinduksi hiperkolesterolemia ... 30 4.2 Hasil analisis pengukuran rata-rata kadar kolesterol mencit

setelah perlakuan ... 34 4.3 Hasil konsumsi makanan rata-rata mencit pada saat induksi

Gambar

Tabel  4.1  Hasil analisis perbedaan pengukuran rata-rata kadar kolesterol awal
Gambar 4.1 Grafik kadar kolesterol awal dan kadar hiperkolesterol
Tabel 2.1 Klasifikasi kolesterol di dalam darah
Gambar 2.1 Struktur kolesterol
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan masukan dan informasi bagi Puskesmas untuk memaksimalkan tingkat pemanfaatan layanan kesehatan maternal

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi partisipan untuk penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan,

Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2011- 2015 yang merupakan tugas sektoral dari

Virtual Keyboard adalah sebuah aplikasi yang berbentuk tampilan keyboard di layar monitor (on screen keyboard) yang berfungsi untuk mengganti fungsi keyboard konvensional

Dalam upaya pencapaian Visi dan Misi pada Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2011-2015, sesuai dengan keputusan mendasar

Dengan adanya rancang bangun tampilan mesin pos ini diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal teknologi terutama untuk perkembangan teknologi yang mengacu pada vending machine.

Oleh karena itu dalam upaya pencapaian Visi dan Misi pada Renstra Badan Pemberdayaan masyarakat, Pemerintahan Nagari,Keluarga Berencana dan Pemberdayaan

Teknologi ini berhubungan erat dengan hubungan komunikasi komputer Modem telepon diganti dengan sebuah Soundmodem, telepon diganti dengan radio transceiver, dan jaringan telepon