DAFTAR PUSTAKA
Andersen, E. James, 1997, Public Policy-Making, Third Edition. New York, Holt, Rinchart and Winston.
Arif, Saiful. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Malang : Averroes Press
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Bungin, Burhan. 2005. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana.
Dunn, N., William, 1994, Public Policy Analysis: An Introduction. Edisi Ke-2, Engelwood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc., A Simon & Schuster Co., Terjemahan dari Gadjah Mada University Press, Yogjakarta.
Isamy, M. Irfan, 1994, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Cetakan Ketujuh, Jakarta, Bumi Aksara.
Jones, Charles O., 1991, Pengantar Kebijakan Publik, (Public Policy), Jakarta, Rajawali Press.
Juliantara, Dadang. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Publik.Yogyakarta : Pembaruan
Santosa, H., DG. Hidyata dan P. Indrayono, 2003, Program Penanggulangan Kemiskinan Bersasaran di Daerah Istimewa Yogjakarta, Jurnal Ekonomi Rakyat, Artikel Tahun II No.2 April 2002, Jakarta, www.ekonomirakyat.org
Singarimbun, Masri.1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : PT.Pustaka LP3LS Indonesia.
Subarsono. 2009. Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Saryono, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan, Yogyakarta, Nuha Medika, 2010
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2013
Sumber Internet :
http://www.deokes.go.id/Indonesia-sehat.html/diakses pada 22 September 2015 pukul 14.00 WIB
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/5672 diakses pada 24 September 2015 pukul 21.00 wib.
http://www.duwitmu.com/asuransi/antisipasi-buruknya-pelayanan-bpjs-kesehatan/ diakses pada 24 september 2015 pukul 22.00wib.
Sumber Perundang-undangan
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2010 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional.
Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Peraturan Presiden No. 107 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Peraturan Presiden No. 108 tahun 2013 tentang Bentuk Dan Isi Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial.
Peraturan Presiden No. 109 tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial.
Peraturan Presiden No. 111 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 tahun 2003 tentang Pedoman Pelayanan Publik
Sumber jurnal dan karya ilmiah
Regu Pani dkk 2013.Implementasi Kebijakan pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Non-Kuota (Jamkesda dan SPM) Studi di Dinas Kesehatan Kab.Blitar,Malang vol.1 no.6
Novayanti. 2013. Implementasi Program Jaminan Kesehatan Gratis Daerah di Puskesmas Sumbang Kecamatan Curio Enrekang. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Makassar.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan oleh peneliti disebuah kecamatan yang
berada di wilayah administratif pemerintahan kabupaten Dairi Sumatera Utara
yakni Kecamatan Laeparira. Kecamatan Lae Parira terbentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 33 Tahun 2001, tentang Pembentukan
Kecamatan Lae Parira dan Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe yang peresmiannya
dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2001. Kecamatan Lae Parira ini
sebelumnya merupakan bagian dari Kecamatan Silima Pungga-pungga yang
kemudian dimekarkan menjadi satu kecamatan yakni Kecamatan Laeparira
dimana maksud dan tujuannya untuk mendekatkan pelayanan publik kepada
masyarakat dan untuk percepatan pembangunan seuai dengan semangat Otonomi
Daerah.
Seperti tujuan dari pemekaran tersebut diatas maka pemerintah sadar betul
atas pentingnya pemberian pelayanan kesehatan kepada setiap lapisan masyarakat
di wilayah kerja pemerintah kecamatan Laeparira maka dari itu Layaknya wilayah
kecamatan yang memiliki sembilan desa wilayah kerja, kecamatan ini memiliki
satu puskesmas induk yang ditempatkan di desa Kentara dan puskesmas ini tentu
memiliki puskesmas Pembantu yang di tempatkan pada setiap desa dalam wilayah
kecamatan laeparira. Puskesmas Kentara yang terletak sekitar 14 km sebelah
dapat dicapai dengan kendaraan umum, tepatnya Jl. Parongil No.07 Dairi
Sumatera Utara.
1. Luas dan Batas Wilayah
Kecamatan Lae Parira memiliki kedudukan yang cukup strategis karena
diapit oleh 4 (empat) Kecamatan yakni : Kecamatan Silimapungga-pungga,
Berampu, Siempat Nempu dan Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe (Kab.Pakpak
Bharat), serta berbataskan dengan :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Siempatnempu.
b. Sebelah Timur : Kecamatan Berampu.
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe.
d. Sebelah Barat : Kecamatan Silimapungga-pungga.
Luas wilayah Kecamatan Lae Parira + 61 Km2 dengan jumlah Penduduk
17.290 jiwa (3.135 KK) serta kepadatan penduduk 283 jiwa/Km, secara umum
penduduk Kecamatan Lae Parira terdiri dari Suku Pak-Pak, Suku Toba, Suku
Karo, Suku Simalungun dan Agama yang dianut Islam, Kristen Protestan dan
Khatolik yang senantiasa hidup rukun dan damai.
2. Jangkauan
Jangkauan (Orbitasi) jarak tempuh dari Kantor Camat Sidikalang ke Ibukota
3. Kondisi Geografis dan Fasilitas Kesehatan
Kecamatan Lae Parira terletak diantara 45o Bujur Timur dan 45o Lintas
Utara, berada pada ketinggian 700 s/d 1100 meter diatas permukaan laut serta
terdiri dari 9 (sembilan) desa. Kecamatan Lae Parira terdiri atas 9 (sembilan) desa
yaitu:
Tabel 1.1 : Luas wilayah dan Jumlah Penduduk kecamatan Laeparira
No Desa Luas
(Ha)
Jlh.Penduduk
Laki-laki Perempuan
1 Sumbul 500 775 821
2 Kentara 800 980 1130
3 Lae Parira 400 514 494
4 Bulu Duri 300 912 1125
5 Sempung Polling 750 971 1046
6 Lumban Sihite 775 579 603
7 Lumban Toruan 278 578 534
8 Pandiangan 525 816 815
9 Kabanjulu 1.090 799 890
LUAS 5.418 Ha 6921 7458
Tabel 1.2. : Sarana Kesehatan Puskesmas Kentara No Nama
Desa/Kelurahan
Puskesmas Pustu Polindes
1 Sumbul --- 1 1
2 Kentara 1 --- ---
3 Lae Parira --- 1 1
4 Buluduri --- 1 --
5 Sempung Polling --- 1 1
6 Lumban Sihite --- 1 ---
7 Lumban Toruan --- 1 ---
8 Pandiangan --- 1 1
9 Kabanjulu --- 1 --
J U M L A H 1 8 4
Sumber : Puskesmas Kentara 2015
3.2. Puskesmas Kentara
Dalam penelitian ini karakteristik data (primer dan sekunder) serta
identifikasi/penelusuran informan kunci (kelompok aktor Implementasi kebijakan
pelayanan kesehatan) di input dari data puskesmas kentara Kecamatan Laeparira
kabupaten Dairi Sebagai salah satu lembaga Teknis daerah, Puskesmas Kentara
Kecamatan Laeparira yang beralamat di jalan Parongil no 07.
Puskesmas Kentara barada pada wilayah Administrasi desa Kentara
Kecamatan Laeparira Kabupaten Dairi dengan jarak kuran lebih 12 km dari
ibukota kabupaten Dairi Wilayah kerja puskesmas Kentara terdiri dari 9 Desa
1. Batas Wilayah Kerja Puskesmas Kentara
Adapun yang menjadi batas wilayah kerja Puskesmas Kentara kecamatan
laeparira adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Siempatnempu.
b. Sebelah Timur : Kecamatan Berampu.
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe.
d. Sebelah Barat : Kecamatan Silimapungga-pungga.
2. Nilai nilai organisasi Puskesmas Kentara
Suatu organisasi yang baik itu adalah organisasi yang memiliki budaya dan
nilai organisasi yang djalankan oleh setiap unsur yang ada dala kegiatan
administratif dan pencapaian tujuan sebuah organisasi, seperti halnya juga
puskesmas Kentara sebagai organisasi yang tentu saja memiliki budaya dan
nilai-nilai organisasi yang dilaksanakan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat
yakni sebagai berikut :
a. Senyum, Sapa dan Salam merupakan modal dasar dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
b. Efektif dengan pelayanan tepat guna, berdaya guna, berhasil.
c. Gerakan upaya cepat tindak dalam pemberian pelayanan kesehatan
masyarakat.
d. Amal merupakan bentuk kerelaan hati petugas dalam memberikan
3. Visi dan Misi Puskesmas Kentara
a.Visi
berangkat dari pengertian dan tujuan visi dan misi pemerintah Kabupaten
Dairi yaitu “ Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Dairi Yang Maju Dan
Sejahtera Melalui Pengembangan Agribisnis Yang Berdaya Saing” maka
Puskesmas Kentara menetapkan Visi sebagai berikut “TERWUJUDNYA
MASYARAKAT DAIRI SEHAT DAN SEJAHTERA MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”
1. Sehat
Pengertian sehat adalah meliputi kesehatan jasmani, rohani (mental) serta
sosial dan ekonomi dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan
kelemahan.Kesehatan itu penting karena merupakan salah satu kebutuhan dasar
insani selain kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan dll. Kesehatan
merupakan modal seseorang untuk dapat berkarya secara produktif baik dibidang
sosial maupun ekonomi.
2. Sejahtera
Masyarakat sejahtera adalah masyarakat yang hidup dilingkungan yang
aman dan nyaman, sehingga seluruh aktifitas kehidupan dalam rangka
meningkatkan taraf hidup dapat dilaksanakan secara berkesinambungan. Sejahtera
a. Mempunyai mata pencaharian /penghasilan yang memadai (mampu
memenuhi kebutuhan dasar) ;
b. Mempunyai rasa aman dan nyaman dalam keluarga dan masyarakat;
c. Bisa bekerja dengan baik;
d. Bisa beribadah dengan baik (beriman) dan rukun;
e. Memperoleh perlakuan hukum yang adil (supremasi hukum dapat
ditegakkan);
f. Bisa hidup dengan demokratis;
g. Maju karena memperoleh pendidikan dan kesehatan yang memadai.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana masyarakat di Kabupaten
Dairi mampu, memiliki kesiapan serta kemauan untuk dapat mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kewaspadaan kesehatan
secara mandiri.
B. Misi Puskesmas Kentara
Misi yang dilakukan dalam rangka mewujudkan visi Puskesmas Kentara
dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas aparatur kesehatan menuju pelayanan prima
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu ,merata
dan terjangkau
4. oleh lapisan masyarakat
5. Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi, balita, anak, remaja dan
Usia lanjut (lansia)
6. Meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan Penyakit
4. Sarana dan Prasarana Puskesmas Kentara
a. Tanah : 7.044m2
b. Bangunan Gedung Puskesmas : 1.628m2
c. Rumah Dinas : 3 Buah
d. Puskesmas Pembantu : 9 Buah
e. Puskesmas Keliling : 1 Buah
f. Kendaraan Roda Dua : 9 Buah
g. dan Fasilitas air dan Listrik.
5. Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas Kentara
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan
kabupaten / kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata
pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
individual (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods).
Puskesmas melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat
sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung
memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah
kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Jenis pelayan
kesehatan disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya
kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya
kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta
kemampuan puskesmas. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
Secara umum tugas pokok dan fungsi Puskesmas adalah
memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang ada diwilayah
kerjanya. Dalam hal ini puskesmas Kentara melaksanakan tugas dan fungsi nya di
9 wilayah kerja yakni di desa Sumbul, desa Kentara, desa laeparira, desa buluduri,
desa sempung polling, desa lumban sihite, desa lumban toruan, desa pandiangan,
dan desa Kaban julu yang keseluruhan puskesmas pembantu yang ada desa saling
6. Struktur Organisasi Puskesmas Kentara :
Kepala UPT Puskesmas Kentara : Rismawaty Doloksaribu SKm
Poliklinik : 1. Rotua Habeahan
2. dr. Juli YM Pasaribu
KIA/KB : 1. Hotnaria nainggolan
2. Masni H Sihombing
Immunisasi : Launard Tobing
Rekam Medik : Jasbon Siburian
Tata Usaha : Syamsul Limbong
Gizi : 1. Deslina Purba
2. Naomi W A Sihombing
Dokter Puskesmas : Dr.Enda Nola Berutu
Promkes : Saudin Pane
Kesling : Waliyah
Analis Kesehatan : Rima Dhani Puspita
Farmasi/Obat : Yuli Dwi Payanti
Bidan Desa :
1. Johanna E L Sihombing
2. Elvrida S J Tampubolon
4. Tristina I Hutabarat
5. Ipahot Uli Ambarita
6. Renni Situmorang
7. Yenni Sofyati Ginting
8. Risma Duma Manurung
9. Masro Sui Limbong
10. Yuni S Tumanggor
11. Sri Novalisa Ginting
12. Junior Raja gukguk
13. Tiurma Tamba
7. Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Unit Kerja Puskesmas
a. Kepala puskesmas
Kepala puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai pihak
yang memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi pelaksanaan peneyelenggaraan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna dalam wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugas, kepala puskesmas menyelenggarakan fungsi:
1. Melaksanakan fungsi fungsi manajemen kesehatan yang sudah ditetapkan
agar dapat terealisasi dengan baik dan tepat sasaran sehingga mamou
2. Membuat rencana program kerja dan jadwal kegiatan puskesmas sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas
3. Memberikan penjelasan yang baik yang dapat dipahami oleh anggota
organisasi dan membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing.
4. Melaksanakan koordinasi termasuk melaporkan kegiatan puskesmas kentara
kepada Dinas kesehatan di kabupaten Dairi untuk mendapatkan masukan,
informasi serta untuk mengevaluasi permaslahan yang tengah dihadapi agar
diperoleh hasil kerja yang optimal dan sebagai pertaggung jawaban kegiatan.
b. Bagian Poli Umum
Bagian Poli Umum berfungsi untuk mengatur kelancaran proses pelayanan
kesehatan di Puskesmas, mengatur pembagian tugas terhadap petugas kesehatan
yang terutama terhadap petugas bagian pengobatan umu yang ada di puskesmas,
dan meningkatkan kinerja petugas poli. Fungsi dari poli umum yaitu :
1. Memberi pengarahan kepada staf poli umum
2. Memberi teguran/peringatan kepada staf poli umum yang tidak menjalankan
tugasnya dengan benar
3. Kontroling kelengkapan dokumen poli umum, Dalam hal ini poli terbagi atas
beberapa bagian yaitu :
a. Poli Kia KB fungsinya mengatur dan memberikan pelayanan kepada
b. Poli Gigi fungsinya mengatur proses pemberian kesehatan mengenai
kesehatan gigi dan mulut.
c. Poli Bayi dan Balita fungsinya memberikan pelayanan kepada bayi dan
balita baik mengenai tumbuh kembang dan kelainan pada balita
c. Bagian ruang bersalin
Bagian ruang bersalin mempunyai tugas mengatur dan
mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan dikamar bersalin dan perawatan
umum, mengupayakan pengadaan peralatan dan obat sesuai standar, serta
mengendalikan pelaksanaan asuhan kebidanan dan keperwatan yang telah
ditentukan. Dalam melaksanakan tugas, bagian ruang bersalin menyelenggarakan
fungsi :
1. Mamantau dan manilai keadaan pasien
2. Melakukan rujukan pada pasien yang mengalami komplikasi
3. Mangatur jadwal dinas
4. Membimbing siswa/mahasiswa yang melakukan praktek klinik
d. Bagian Gizi
Bagian gizi berfungsi membantu kepala puskesmas dalam kegiatan yang
dilaksanakan puskesmas. Dalam melaksanakan fungsi, bagian gizi mempunyai
tugas:
2. Penyuluhan makanan sehat
3. Pemberian vitamin pada anak balita
4. Membuat pencatatan dan laporan
e. Bagian Loket Administrasi umum dan registrasi Kartu
Bagian loket/kartu mempunyai tugas mencatat dan membuat nomor index
administrasi, serta membuat laporan pengguanaan nomor index administrasi.
Dalam melaksanakan tugas, bagian loket/kartu berfungsi :
1. Manyiapkan buku folder administrasi
2. Mencatat penerimaan dan pengeluaran ATK
3. Member nomor index family folder sesuai urutan
f. Bagian kamar obat
Bagian kamar obat mempunyai tugas pokok pembuatan perencanaan obat,
pangadaan/permintaan obat penerimaan dan penyimpanan obat, pelaporan serta
penyuluhan obat.Dalam melaksanakan tugas, bagian kamar obat berfungsi :
1. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan obat yaitu perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, distribusi, penggunaan, pencacatan, dan pelaporan
2. Membuat perencanaan obat pertahun
3. Membuat laporan tahunan pemakaian obat
8. Kondisi Pegawai Puskesmas Kentara
Tabel 1.3. Keadaan Pegawai Puskesmas Kentara Berdasarkan Pangkat atau Golongan
Pangkat / Golongan Jumlah
Golongan III 19 Orang
Golongan II 5 Orang
PTT/ Honorer 11 Orang
Jumlah 35 orang
Sumber : Puskesmas Kentara 2015
Keadaan pegawai di Puskesmas Kentara dilihat dari pangkat atau golongan
terdiri dari 19 orang Golongan III, 5 orang Golongan II dan 11 orang sebagai
tenaga PTT/Honorer, sehingga total keseluruhan pegawai yang ada di Puskesmas
Sumbang sebanyak 35 Orang.
Tabel 1.4.Keadaan pegawai Puskesmas Kentara Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 4 Orang
Perempuan 31 Orang
Jumlah 35 Orang
Sumber : Puskesmas Kentara 2015
Berdasarkan data tersebut diatasatas dapat diketahui bahwa keadaan
pegawai Puskesmas Kentara berdasarkan Jenis kelamin yakni terdiri dari 4 Orang
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan memaparkan berbagai data yang dihimpun
selama penulis melakukan penelitian. Data yang disajikan berikut merupakan data
yang diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data baik primer dan sekunder
hasil penelitian data ini tidak bersifat baku karena penyajianya seluruhnya
disesuaikan dengan hasil penelitian dilapangan dan penulis mencoba melakukan
sedikit perubahan agar maksud yang hendak disampaikan dapat dipahami, namun
tentu tidak mengubah hasil akhir dari penelitian itu sendiri. Berikut ini adalah
penyajian data-data yang diperoleh sebagai berikut:
A. Informan Penelitian
Informan pada penelitian ini terdiri dari kepala Puskesmas Kentara (RS-1),
pengelola BPJS-Kesehatan (RS-2), Bidan Koordinator Puskesmas Kentara (RS-3)
dan pengawas kegiatan dan pemberian layanan kesehatan di Puskesmas Kentara
(RS-4). Untuk menguatkan serta mendapatkan permasalahan pada implementasi
program BPJS-Kesehatan ini, peneliti mewawancarai pengunjung/pasien
pengguna program BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara kecamatan Laeparira.
Berikut data informan pada penelitian ini yang disajikan dalam bentuk
Tabel 1.5. Informan Penelitia
Kode
Informan Usia
Pendidikan Terakhir
Lama
Bekerja Jabatan/Pekerjaan
RS-1 43 tahun S-1 1 tahun Kepala Puskesmas
RS-2 42 tahun D-3 19 tahun Verifikator pengelola BPJS
RS-3 50 tahun D-3 21 tahun Bidan Koordinator
RS-4 33 tahun S-1 4 tahun Pengawas kegiatan pemberian pelayanan
Sumber: Puskesmas Kentara 2015
B. Gambaran Umum Puskesmas Kentara Kec. Laeparira 1. Profil Singkat Puskesmas Kentara Kec. Laeparira
Kecamatan Lae Parira terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Dairi Nomor 33 Tahun 2001, tentang Pembentukan Kecamatan Lae Parira dan
Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe yang peresmiannya dilaksanakan pada tanggal
13 Februari 2001. Kecamatan Lae Parira sebelumnya merupakan bagian dari
Kecamatan Silima Pungga-pungga yang kemudian dimekarkan menjadi satu
kecamatan yakni Kecamatan Laeparira dimana maksud dan tujuannya untuk
mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat dan untuk percepatan
pembangunan seuai dengan semangat Otonomi Daerah.
Sama hal nya dengan tujuan dari pemekaran tersebut diatas maka pemerintah
sadar betul atas pentingnya pemberian pelayanan kesehatan kepada setiap lapisan
masyarakat di wilayah kerja pemerintah kecamatan Laeparira maka dari itu
Layaknya wilayah kecamatan yang memiliki sembilan desa wilayah kerja,
dan puskesmas ini tentu memiliki puskesmas Pembantu yang di tempatkan pada
setiap desa dalam wilayah kecamatan laeparira yang senantiasa selalu
berkoordinasi dalam setiap pemberian pelayanan yang prima terhadap mayarakat.
2. Visi dan Misi Puskesmas Kentara Kec.Laeparira
a.Visi
Bertitik tolak dari pengertian dan tujuan penetapan visi serta visi
pemerintah Kabupaten Dairi yaitu “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten
Dairi Yang Maju Dan Sejahtera Melalui Pengembangan Agribisnis Yang
Berdaya Saing” maka Puskesmas Kentara menetapkan Visi sebagai berikut
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT DAIRI SEHAT DAN SEJAHTERA MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”
b. Misi
Misi dalam rangka mewujudkan visi Puskesmas Kentara dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas aparatur kesehatan menuju pelayanan prima
2. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup Sehat
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
,merata dan terjangkau
5. Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi, balita, anak,
remaja dan Usia lanjut Meningkatkan upaya pencegahan dan
pemberantasan Penyakit
3. Lokasi
Puskesmas Kentara berlokasi di jalan Parongil no 07 desa Kentara
Kecamatan Laeparira kabupaten dairi Sumatera Utara.
4. Tugas dan Fungsi Puskesmas Kentara
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung
memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah
kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.Jenis pelayan kesehatan
disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan
wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan
pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta
kemampuan puskesmas. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Secara umum tugas pokok dan fungsi Puskesmas adalah
memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang ada diwilayah
kerjanya. Dalam hal ini puskesmas Kentara melaksanakan tugas dan fungsi nya di
9 wilayah kerja yakni di desa Sumbul, Kentara, laeparira, buluduri, sempung
polling, lumban sihite, lumban toruan, pandiangan, Kaban julu.
B. Implementasi Kebijakan BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara
Program BPJS-Kesehatan merupakan program pemerintah dalam rangka
menjamin setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang prima dari petugas pelayanan kesehatan dengan sistem penjaminan
kesehatan secara nasional. Berikut pemaparan mengenai penyelenggaraan
kebijakan BPJS-Kesehatan di Puskesmas kentara Kecamatan Laeparira kabupaten
Dairi. berdasarkan kerangka konsep yang peneliti adopsi dari Van Meter dan Van
Horn.
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
a. Peraturan Pelaksana Program BPJS-Kesehatan
Peraturan tentang pelaksanaan suatu program haruslah terlebih dahulu
diketahui dan dipahami oleh pelaksana program tersebut. Menurut informasi yang
diperoleh dari salah seorang informan yang merupakan kepala Puskesmas Kentara
kecamatan Laeparira, puskesmas ini memiliki Buku Kumpulan Peraturan Jaminan
Kesehatan yang didalamnya terdapat 4 jenis regulasi, yaitu Undang-undang No.40
No.24 tahun 2011 tentang BPJS, Peraturan Pemerintah No.101 tahun 2012
tentang PBI Jaminan Kesehatan, dan Peraturan Presiden No.12 tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan.
Secara langsung peneliti juga menanyakan mengenai peraturan-peraturan
yang informan ketahui, dan informan tersebut dapat dengan baik menjelaskan
kepada peneliti mengenai aturan aturan tatat kelol BPJS- Kesehatan dengan baik.
Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan informan terkait dengan
peraturan dan tata aturan program BPJS kesehatan :
Pertanyaan :
Bagaimana menurut bapak/ibu sudah sesuaikah peraturan yang dibuat
pemerintah terkait dengan program BPJS kesehatan ini?
“Ada buku panduan dan kebijakan nya kita dapat dari pemerintah dan kami
disini menjalankan program kepada masyarakat terutama program
BPJS-Kesehatan ini yaa berdasarkan prosedur yang tertulis tersebut...” (RS – 1)
“prosedur yang kita jalan kan kita jalankan sesuai dengan prosedur yang ada di
peraturan yang tertulislah & dinkes juga melakukan semacam bentuk seminar
gitu kepada kami kami ini supaya lebih paham menjalankan layanan ini” (RS –
2)
“sudah taulah kan kita dapat sosialisasi tentang peraturan dan prosedur
Bpjs,banyak peraturan nya yang kadang buat berbelit kayak pemesanan obat dan
“kalau prosedur dan aturan kita sebenarnya memahami dengan baik, tai
terkadang apa yang kita temukan tidak sesuai dengan apa yng diharapkan
masyarakat contonya lah masyarakat pengenya kalau udah bayar
BPJS-kesehatan pas mereka sakit mereka pengen nya cepat-cepat, padahal kan banyak
tata prosedur yang mesti kita lakukan,gitu dek” (RS-4)
Kesimpulan yang dapat ditarik dari seluruh pernyataan diatas adalah
menurut para informan peraturan yang dibuat oleh pemerintah sudah sangat
membantu pihak puskesmas dalam menjalankan program ini, ditambah lagi
seluruh informan menyatakan peraturan yang dibuat pemerintah sudah mampu
menjadi pegangan dalam menjalankan prosedur layanan kesehatan bagi
masyarakat pengguna jaminan kesehatan BPJS-kesehatan
Pemerintah kabupaten Dairi melalui dinas kesehatan pemkab juga turut
serta dalam melancarkan program ini dengan melakukan sosialisasi tentang tata
layanan dan prosedur BPJS-kesehatan terhadap pelayan kesehatan.
b. Sasaran Program BPJS-Kesehatan
Pemahaman para pelaksana kebijakan terhadap tujuan/sasaran dari program
BPJ-Kesehatan ini menjadi salah satu faktor penting penentu berjalannya program
dengan baik dan tepat sasaran. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan pihak
puskesmas terkait pemahaman informan mengenai kepesertaan program BPJS-
Siapa siapa sajakah pak,bu yang dapat menjadi peserta BPJS kesehatan
ini ?
“…yang bisa ikut ya masyarakat yang daftar sesuai dengan syarat ketentuan
yang berlaku dalam prosedur bpjs kesehatan ini..” (RS-1)
“… seluruh masyarakat Indonesia, karena kalau BPJS itu sendiri punya
visi untuk mewujudkan layanan kesehatan yang prima bagi seluruh aspek lapisan
masyarakat. …” (RS-2)
...seluruh masyarakat wajib ikut program ini kecuali yang udah ikut daftar
jaminan kesehatan kayak Askes..” (RS-3)
...diharapkan seluruh masyarakat ikut program ini karena memang sangat
bermanfaat saya rasa program ini dapat membantu masyarakat...” (RS-4)
Dari kutipan hasil wawancara mengenai kepesertaan, peneliti berkesimpulan
bahwa semua informan menyatakan sasaran dari program BPJS-Kesehatan adalah
seluruh rakyat Indonesia karena program ini dinilai sangat bermanfaat terhadap
masyarakat dalam menerima layanan kesehatan.
Dengan demikian informan yang memberikan informasi paham secara
umum akan sasaran dari BPJS-Kesehatan ini. Selanjutnya, permasalahan
kepesertaan lebih banyak timbul dari peserta pengguna BPJS-Kesehatan terutama
untuk banyak dari peserta BPJS-Kesehatan yang belum paham penggunaan kartu,
Berikut kutipan hasil wawancara mengenai permasalahan pada aspek
kepesertaan di Puskesmas Kentara:
Apa apa sajakah yang menjadi masalah didalam pelaksanaan Program
BPJS-Kesehatan di kecamatan Laeparira ini bu?
“…peserta yang bawa kartu BPJS tapi kartunya gak rusak atau ga bisa
dibaca jadi gak bisa diproses tapi walaupun demikian kita tetap upayakan untuk
menindak lanjuti penanganan nya sebisanya ya kita bantulah…”(RS – 2)
“Masalah peserta yang sering ditolak pihak rumah sakit karena gak ada
rujukan dari sini, kartunya gak bisa diakses ke sistem mereka, (RS – 3)
Permasalah diatas jika disimpulkan banyak terjadi pada peserta Non-PBI
(peserta mandiri), lebih kepada sistem yang masih memiliki kendala pada data
kepesertaan secara nasionalnya, jika seorang peserta mendaftarkan dirinya
sebagai peserta mandiri, dan telah diterima datanya dan telah menyelesaikan
tahapan registrasi maka BPJS akan mengeluarkan kartu kepesertaan yang dapat
digunakan pada fasilitas kesehatan yang telah ditentukan oleh BPJS sesuai dengan
domisili peserta tersebut.
c. Sumber Daya Manusia
Aspek penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang lain adalah SDM
pelaksana di Puskesmas yang terdiri dari tenaga medis Untuk pelaksanaan
kecukupan untuk pelayanan medis di Puskesmas cukup terlaksana dengan baik
dengan jumlah tenaga medis yang memadai. Berikut data tenaga medis di
Puskesmas Kentara pada tahun 2015 yang terdiri dari pegawai tetap (PNS) dan
pengawai tidak tetap/honorer.
Tabel..1.6 Tenaga Medis Puskesmas Kentara tahun 2015 No. Tenaga Medis Total (orang)
1 Dokter Umum 2
2 Perawat 2
3 Bidan 15
4 Gizi 2
5 Perawat Gigi -
Sumber: Puskesmas Kentara 2015
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara peneliti mengenai kecukupan
tenaga medis di Puskesmas Kentara mengemukan beberapa pernyataan yang
dikutip sebagai berikut:
Bagaimana dengan jumlah SDM untuk program BPJS Kesehatan di
Puskesmas Kentara ini menurut ibu?
“SDMnya, kalau dari segi pemberkasan sudah cukup, tapi kalau bagian
pengelolaan data itu yang kurang, karena harus mengerti IT itu.” (RS – 1)
“Kalau dari pihak puskesmas nya saya rasa masih kurang, karena sering sekali
kami kesulitan dalam sistem prosedural online nya...” (RS – 2)
“Kalau saya rasa SDM disini sudah baik tetapi masih kurang didalam
pengelolaan atau pun registrasi inline nya karena pada sistem BPJS-kesehatan
ini haruslah menggunakan sistem online semua...” (RS – 4)
Dari hasil wawancara diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa informan
merasa masih kekurangan SDM dalam bidang pengelolaan BPJS di puskesmas
Kentara karena merasakan kesulitan langsung dalam penyelenggaraan kegiatan,
d. karakteristik Agen Pelaksana
Kriteria karakteristik agen pelaksana program dilihat dari cara kerja para
implementor dalam melakukan serangkain kegiatan prosedural dan sistem dalam
rangka pelaksanaan program agar berjalan dengan baik. Disini peneliti melihat
keseriusan akan terselenggaranya program BPJS-Kesehatan di Puskesmas
Kentara dengan baik.
Prosedural pelayanan yang dilakukan Puskesmas Kentara berdasarkan hasil
penelitian pada bagian administrasi program jaminan kesehatan di puskesmas
Kentara akan peneliti jelaskan dalam poin-poin dibawah:
1. Pasien datang akan langsung diterima oleh petugas dan menanyakan
kepentingan dari pasien ke puskesmas.
2. Setelah pasien mengatakan tujuannya untuk berobat, maka petugas akan
mengarahkan pasien untuk mengambil nomor antrian serta melakukan
pengecekan berkas penjaminan pasien, apakah peserta tersebut merupakan
peserta dengan jaminan kesehatan atau peserta umum. Jika berkas lengkap,
maka akan diarahkan langsung ke bagian administrasi Program BPJS
Kesehatan yang khusus ada pada sisi kiri ruang pendaftaran.
3. Dan jika pasien harus dirujuk ke rumah sakit atau membutuhkan surat
rujukan maka pihak administrasi akan mengeluarkan surat rujukan dan
diketahui oleh dokter dan kepala puskesmas sehingga surat rujukan
diberikan kepada pasien.
yang dibutuhkan
5. Setelah dipanggil nomor antrian berobatnya dan selesai mendapatkan
pengobatan, pasien bisa langsung ke bagian ruangan obat (Apotek)
puskesmas.
6. Jika obat sudah ditebus dan diberikan pengarahan mengenai pedoman
meminum obat, pasien boleh langsung meninggalkan puskesmas.
e. Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana
1. Penyelenggara Program BPJS-Kesehatan di puskesmas Kentara
Penyelenggara Program BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara, terdiri dari
petugas pengelola BPJS yang bertugas untuk mengelola segala urusan tentang
terselenggaranya program BPJS kesehatan di wilayah kecamatan Laeparira.
Puskesmas Kentara sebagai pelaksana program BPJS-kesehatan di wilayah
kecamatan ini pusatnya di puskesmas Kentara
2. Komunikasi Antar Lembaga
Implementasi program BPJS-Kesehata yang dasar pelayanan nya
dilakukan di Puskesmas. Yang membutuhkan Komunikasi yang baik didalam
penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi
standar dan tujuan harus konsisten dan seragam (consistency and uniformity) dari
berbagai sumber informasi.
implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara
pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin
kecil, demikian sebaliknya.
Koordinasi dan komunikasi yang dibentuk antara pihak Puskesmas
Kentara dan BPJS Kesehatan dapat terlihat dari kutipan wawancara dibawah:
Pertanyaan :
Bagaimana komunikasi Puskesmas kepada pihak BPJS terkait dengan
Verifikasi berkas?
“kalau berhubunungan dengan verifikasi berkas BPJS kita serahkan kepada
puhak verifikator nya supaya kita dapat mengirim berkas dan juga klaim yang
dibutuhkan untuk hal tersebut. (RS – 1)
…kita hanya berhubungan dengan tim pemberkasan, jadi kita dari tim
verifikasi…” (RS – 2)
“kita adakan lewat ibu waliah ya, dia verifikator BPJS dipuskesmas ini..” (RS –
3)
“kalau kita adakan verifikasi kita adakan dan lakukan melalui pihak verifikasi
kita yakni ibu Waliah itu sendiri …” (RS – 4)
Komunikasi yang dibentuk antara pelaksana program yaitu puskesmas
Kentara dan BPJS jika ditarik kesimpulan dari kutipan pernyataan wawancara
diatas membuktikan bahwa koordinasi yang terjadi cukup terbangun, serta
ketaatan kedua pelaksana terhadap peraturan juga sangat terlihat.
3. Teknologi Informasi BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara
Aspek yang terkait komunikasi yang dibangun dalam program
BPJS-Kesahatan adalah sistem teknologi informasi yang digunakan pada program
BPJS-Kesehatan di puskesmas Kentara sudah terjalin dengan baik. Namun ada
terdapat kendala, Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jaringan telekomunikasi
yang sampai ke desa Kentara dan juga oleh faktor geografis desa Kentara. Sistem
tersebut adalah SIM (Sistem Informasi Manajemen) BPJS, yang digunakan untuk
mengklaim obat, mengirim hasil diagnosa sementara pasien kepada pihak rumah
sakit. Namun sejalan dengan hal tersebut ada masalah yang didapati pada saat
pelaksanaan program ini yakni seperti yang telah dikutip oleh peneliti sebagai
berikut:
Permasalahan apa saja yang sering dihadapi dalam implementasi
BPJS-Kesehatan yang berkaitan dengan tegnologi informasi bu?
“…masalah yang dihadapi itu sering sekali bermasalah sama yang sistem
klaim nya ini, harus online kan jadi sering error udah gitu koneksi juga sangat
terbatas kan, akhirnya membutuhkan waktu ekstra, tapi walau begitu kami juga
tetap mengusahakan yang terbaik…” (RS – 1)
Dari hasil wawancara diatas, didapati bahwa sistem informasi teknologi
mempengaruhi didalam pelayanan registrasi online seperti sering terjadi tidak bisa
meng-input data pada saat melakukan entry data pasien untuk pemberkasan klaim secara
puskesmas Kentara.yang menyebabkan terlambatnya pemberkasan klaim serta
pengajuan klaim ke BPJS.
4. Sikap Para Pelaksana
Sikap para pelaksana dipengaruhi oleh cara pandang agen pelaksana
terhadap suatu kebijakan dan cara melihat pengaruh kebijakan itu terhadap
kepentingan-kepentingan organisasinya dan kepentingan-kepentingan pribadinya.
Untuk melihat sikap para pelaksana, peneliti melakukan wawancaran
mengenai pandangan mereka tentang program BPJS-kesehatan yang mereka
lakukan di wilayah kerja puskesmas Kentara, dari sikap ini nanti akan
menggambarkan keadaan implementasi program BPJS kesehatan di Puskesmas
Kentara.
Pertanyaan :
Bagaimana pandangan ibu terhadap program BPJS Kesehatan ini?
“…sudah lebih maju program BPJS yang sekarang, kalau di banding
dengan program sebelum nya program ini jauh lebih menguntungkan lah ya,
terutama menguntungkan pihak masyarakat kecil di desa ini..” (RS – 1)
…kalau menurut saya ya. udah ada kemajuan ya di banding yang
sebelumnya…” (RS – 2)
program BPJS kesehatan ini baik ya terutama dapat membantu masyarakat
kecil untuk memperoleh mendapatkan pelayanan kesehatan ...” (RS – 3)
… kalau menurut saya sendiri ya.. program BPJS kesehatan ini sangat lah
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa puskesmas Kenatara
memiliki pandangan baik terhadap program BPJS Kesehatan ini. seperti hampir
semua informan memberikan respon positif terhadap program dan menganggap
program ini baik . Hampir semua informan juga menyatakan program
BPJS-Kesehatan ini lebih baik dari pada program sebelumnya.
5. Lingkungan
Program JKN merupakan amanat undang-undang yang bersifat mandatory,
dimana sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila yang menyatakan
bahwa “kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia”.Sejalan dengan hal tersebut,
UU No. 01 tahun 2015 tersebut memberikan amanat kepada negara untuk
membuat sebuah sistem kesehatan yang menjamin seluruh masyarakat Indonesia.
Berikut kutipan hasil wawancara dari paparan informan terkait dukungan
eksternal terhadap program BPJS-Kesehatan :
Pertanyaan :
Sejauh mana pengaruh lingkungan dalam pelaksanaan program JKN? “pemerintah disini ya sangat mendukung terhadap program layanan kesehatan
kepada seluruh masyarakat …” (RS – 1)
“…kalau saya rasa, kalau dilihat-lihat dari masyarakat respon mereka baik
terhadap program ini…” (RS – 2)
“baik, respon masyarakat saya rasa sangat baik terhadap adanya program
“masyarakat merespon baik, terhadap program ini dan mereka berharap
program ini akan selalu ada dan ada..” (RS – 4)
Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa informan
menyatakan dukungan dari masyarakat terhadap program sangat baik. Selain itu
peneliti juga akan mengaitkan, terselenggaranya program BPJS-Kesehatan yang
baik di Puskesmas Kentara inilah yang menjadi salah satu faktor pendukung
penyelenggaraan program BPJS-Kesehatan yang baik di Puskesmas Kentara
f. Implementasi Kebijakan JKN Berupa Pelayanan Puskesmas Berdasarkan 6 Aspek Penyelenggaraan BPJS-Kesehatan
Ada 6 aspek yang harus diperhatikan pada implementasi program
BPJS-Kesehatan agar terselenggaranya prestasi kinerja terhadap pelayanan yang prima
dan sesuai sasaran. Keenam aspek itu adalah:
1. Aspek Regulasi/Peraturan Perundangan
2. Aspek Kepesertaan
3. Aspek Keuangan
4. Aspek Pelayanan Kesehatan
5. Aspek Manfaat dan Iuran
6. Aspek Kelembagaan dan Organisasi.
Berikut paparan untuk setiap aspek dari sudut pandang pelayanan di Puskesmas
Kentara :
1. Aspek Regulasi/Peraturan Perundangan
Penyelenggaraan jaminan sosial, termasuk di dalamnya jaminan kesehatan,
harus didasarkan suatu Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya karena
merupakan kebijakan top-down dan penyelenggaraan program BPJS-kesehatan di
Puskesmas Kentara sudah sesuai dengan aturan yang diundangkan oleh
Pemerintah Pusat. Dasar peraturan perundang-undangan tersebut diperlukan
sebagai dasar hukum dipenuhinya hak dan kewajiban publik, yaitu dalam
pemberiaan manfaat (benefit) kepada publik yang menjadi peserta.
Penyelenggaraan jaminan sosial di Indonesia secara konstitusional diatur
Indonesia Tahun 1945. Kemudian implementasinya didasarkan pada dua
undang-undang yaitu (a) Undang-Undang No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (UU SJSN), dan (b) Undang-Undang No 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang- Undang No
40/2004 mengatur programnya, yang secara berkala dapat direvisi untuk
memperbaiki atau menambah program, seperti halnya Pemerintah memiliki UU
Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Panjang. Sedangkan UU 24/2011
mengatur badan penyelenggaranya yang bertugas melaksanakan
program-program yang telah diatur dalam UU SJSN, sebagaimana pengaturan
Pemerintahan yang harus menjalankan program-program yang telah dirumuskan
dalam UU RPJP.
Agar jaminan sosial, khususnya jaminan kesehatan, dapat diselenggarakan
sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam dua Undang-Undang tersebut,
maka perlu disusun peraturan pelaksanaanya.
Peraturan pelaksanaan (Peraturan Pemerintah dan Praturan Presiden)
menjadi acuan bagi semua pemangku kepentingan (pekerja, pemberi kerja,
Pemerintah, BPJS, fasilitas kesehatan, dan lain-lain) guna mengetahui hak dan
kewajibannya. Peraturan pelaksanaan juga merupakan acuan di dalam melakukan
evaluasi pencapaian dan kualitas pencapaian jaminan sosial dalam hal ini jaminan
kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu diuraikan peraturan yang perlu
segera disusun agar jaminan kesehatan dapat diselenggarakan sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Penyelenggaraan program JKN dilaksanakan berdasarkan
peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah, berikut peraturan-peraturan- peraturan-peraturan pelaksana
yang dibuat oleh pemerintah pusat sebagai acuan pelaksanaan di lapangan:
1. Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
2. Peraturan Presiden No. 107 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional Kementerian
Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
3. Peraturan Presiden No. 108 tahun 2013 tentang Bentuk Dan Isi
Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial.
4. Peraturan Presiden No. 109 tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan
Program Jaminan Sosial.
5. Peraturan Presiden No. 111 tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar
Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
2. Aspek Kepesertaan
Kepesertaan Program JKN puskesmas Kentara terdiri dari peserta mandiri
atau menurut undang-undang adalah peserta Non-PBI (bukan penerima bantuan
iuran) dan peserta PBI (penerima bantuan iuran).
Kota Tangerang Selatan yang memiliki jumlah penduduk kurang lebih
17.290 jiwa (BPS kabupaten Dairi 2014) dimana pada tahun 2019 seluruhnya
sudah harus menjadi peserta program JKN.
Pada masa-masa awal ini kepesertaan JKN akan didominasi oleh peserta
jaminan yang ditetapkan pemerintah sebagai sasaran pada awal-awal implementasi
program. Untuk target kepesertaan lihat tabel 5.3.
Tabel 1.7. Target Peserta Jaminan Kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan
Target 2015 Target 2019
Seluruh peserta jaminan kesehatan Seluruh penduduk yang pada
yang berasal dari Askes Sosial tahun 2019 diperkirakan sebanyak
atau PNS, Jamkesmas, JPK 257,5 juta jiwa sudah dicakup
Jamsostek, TNI/POLRI dan menjadi peserta jaminan
sebagian PJKMU yang berjumlah kesehatan yang dikelola oleh
sekitar 121,6 juta jiwa sudah BPJS Kesehatan.
dikelola oleh BPJS Kesehatan
mulai tahun 2014.
3. Aspek Keuangan
Untuk aspek keuangan, Puskesmas Kentara yang merupakan SKPD dari
Pemerintah kabupaten Dairi akan bertanggung jawab langsung kepada Bupati
kabupaten Dairi. Untuk pembiayaan kesehatan di puskesmas ini, adalah
puskesmas mendapatkan anggaran tahunan yang memang dialokasikan untuk
pelayanan kesehatan dipuskesmas Kentara tersebut.
Ditambah lagi, saat ini Pemerintah kabupaten Dairi yang fokus terhadap
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang semakin baik, terbukti dengan
pemerintah kabupaten Dairi juga mengalokasikan dana khusus untuk alat
kesehatan dan obat-obatan. Sehingga tidak akan merasakan kesulitan tersebut
secara langsung karena tetap masalah finansial mereka didukung oleh Pemerintah
kabupaten Dairi.
4. Aspek Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan pada penyelenggaraan program JKN terlihat dari
fasilitas kesehatan yang ditentukan oleh pemerintah maupun yang bekerjasama
dengan BPJS sangat bervariasi. Ada yang hanya menggunakan fasilitas kesehatan
publik saja, ada yang lebih banyak menggunakan fasilitas kesehatan swasta dan
ada yang kombinasi menggunakan fasilitas kesehatan publik dan swasta.
Puskesmas Kentara adalah salah satu contoh fasilitas kesehatan publik milik
pemerintah yang secara tidak langsung memang harus menjadi provider yang
Pelayanan Kesehatan yang diberikan pada penyelenggaraan di Puskesmas
Kentara adalah untuk kateogori pelayanan pada tingkat dasar sebelum pada
akhirnya ditindak lanjuti di tingkat berikutnya yakni Rumah sakit
Untuk pelayanan yang tidak tertangani di Puskesmas Kentara, akan
dilakukan sistem rujukan kepada fasilitas kesehatan lanjutan lainnya yang mampu
menangani kasus tersebut missalnya adalah RSUD Sidikalang, Sehingga tidak ada
pasien yang menjadi peserta BPJS-Kesehatan yang tidak mendapatkan pelayanan
BPJS-Kesehatan, asalkan telah sesuai dengan peraturan serta prosedur
pelaksanaan yang ditetapkan pemerintah dan rumah sakit sebagai provider
kesehatan.
5. Aspek anfaat dan Iuran
Berdasarkan UU No. 40 tahun 2014, manfaat jaminan kesehatan bersifat
pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis
habis pakai yang diperlukan. Untuk manfaat JKN di rumah sakit adalah berupa
pelayanan rawat inap dan rawat jalan, untuk rawat inap terdapat klasifikasi
ruang perawatan yang ditentukan berdasarkan besaran premi yang dibayarkan.
Berdasarkan paparan informan, pelayanan pengobatan yang diberikan
adalah seluruh pelayanan medis di puskesmas Kentara tanpa dibeda-bedakan
pelayanannya asalkan memenuhi persyaratan serta sesuai kebutuhan akan
pengobatan pasien, bukan untuk alasan permintaan pasien ataupun hal lainya.
dan dibayarkan oleh peserta BPJS dan dirujuk ke RSUD Sidikalang. Selanjutnya
untuk aspek iuran program JKN, premi yang diterapkan untuk peserta di wilayah
kabupaten Dairi adalah sesuai dengan peraturan yang dibuat pemerintah
mengikuti sesuai kelas rawat yaitu sebagai berikut:
a. Sebesar Rp 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
b. Sebesar Rp 42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c. Sebesar Rp 59.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
Dari hasil wawancara mengenai pendapat para informan di puskesmas
kentara mengenai besaran iuran dengan pelayanan yang diberikan, seluruh
informan selaku pelaksana di Puskesmas sudah melaksanakan sesuai aturannya
yaitu mengikuti peraturan pemerintah mengenai pelayanan pada setiap besaran
iuran yang dibayarkan oleh peserta atau yang dibayarkan oleh pemerintah.
Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sudah sesuainya penetapan pelayanan
rawat inap di rumah sakit atau pada tingkat lanjutan untuk setiap kelas sesuai
dengan besaran premi yang dibayarkan oleh peserta. Untuk pelayanan medis
rawat jalan, semua pengguna program akan mendapatkan hak yang serupa tanpa
perbedaan jenis layanan yang diperoleh, semua akan dilayani jika memang
6. Aspek Kelembagaan dan Organisasi
Kelembagaan programBPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara terdiri dari
BPJS Kesehatan dan puskesmas sebagai provider dasar pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pada penyelenggaraanya
BPJS Kesehatan mempunyai verifikator di puskesmas Kentara yang bertugas
melakukan verifikasi berkas sebelum diajukan kepada Kantor BPJS Kesehatan.
Penyelenggaraan program JKN di wilayah kecamataj Laeparira ini berjalan
dengan baik, Selain itu juga komunikasi antar lembaga yang terbangun melalui
sistem yang ada berupa penggunaan sistem pelaporan yang terintegrasi dengan
BAB V
PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Pembahasan Implementasi BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dan dokumen yang
didukung oleh hasil observasi tentang Implementasi Program BPJS-Kesehatan di
Kecamatan Laeparira yang telah dilakukan, peneliti. Maka dapat diberikan
gambaran bagaimana pelaksanaan Program BPJS-Kesehatan di Kecamatan
Laeparira berdasarkan 6 faktor yang mempengaruhi Implementasi dari teori Van
Meter dan Van Horn.
B. Pembahasan Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Ukuran dan tujuan kebijakan sangat menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan dari implmentasi BPJS-Kesehatan, khususnya pada Puskesmas Kentara.
Implementasi akan menjadi efektif apabila ukuran dan tujuan dari kebijakan
memang sesuai dengan kondisi sosial budaya yang ada ditengah tengah
masyarakat. Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan
kebijakan adalah penting.
Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para
pelaksana (implementors), tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan
tujuan kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki hubungan erat dengan
1.Peraturan Pelaksana Program BPJS-Kesehatan.
Menurut Van Meter dan Van Horn, tahap awal yang paling penting dalam
melakukan analisis implementasi kebijakan adalah identifikasi indikator-indikator
kinerja yang ingin dicapai. Dalam penyelenggaraan program BPJS Kesehatan di
Indonesia pemerintah dalam hal ini Pemerintahan Pusat sudah mengeluarkan
beberapa regulasi dalam penyelenggaraan program BPJS Kesehatan yang
merupakan ujung tombak pelaksanaan di lapangan dan mampu memberikan
payung hukum terhadap penyelenggaraan program di tengah-tengah masyarakat.
Untuk menjalankan program BPJS Kesehatan pada setiap aspek peraturan
harus saling mendukung, sampai saat ini pelaksanaan program BPJS Kesehatan di
lapangan belum mengalami masalah berarti dari segi peraturan pelaksana.
Menurut Van Meter dan Van Horn, Van Meter dan Van Horn ada beberapa hal
yang menyebabkan tidak berjalan dengan baiknya peraturan yang dibuat oleh
pemerintah, yaitu : pertama disebabkan oleh bidang program yang terlalu luas dan
sifat tujuan yang kompleks. Kedua, akibat dari ketidakjelasan dan kontradiksi
dalam pernyataan ukuran-ukuran (peraturan) dasar dan tujuan tujuan. Kadangkala
ketidak-jelasan dalam ukuran- ukuran (peraturan) oleh pembuat keputusan dapat
mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan tujuan yang telah dibentuk di dalam
sebuah tujuan program.
Dari kedua hal diatas, menurut peneliti peraturan pelaksana untuk
BPJS-Kesehatan di lapangan sudah baik, sudah dipahami secara baik oleh setiap
dapat dilihatnya terselenggaranya program dari tatanan pelaksanaan teknis di
rumah sakit, hanya saja untuk keputusan maupun peraturan yang terkait
pelaksanaan teknis harus terus dikembangkan agar program semakin baik
pelaksanaannya.
Menurut peneliti, kepahaman terhadap konteks peraturan sebuah kebijakan
menjadi sangat penting untuk terselenggaranya program. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan William Savedoff (2008) dalam bukunya bahwa
“partisipasi para pemegang kekuasaan dalam memberikan pengaruh berupa
informasi dan hubungan kerja harus sesuai dengan sistem (regulasi)”.
Selanjutnya beliau juga menyatakan bahwa partisipasi para pelaksana (kepala
puskesmas) harus memperkuat dengan pengambilan keputusan yang mendukung
terselenggaranya sistem Jaminan Kesehatan diwilayah kerja nya (Mandatory
Health Insurance).
Sehingga peneliti dapat menarik benang merah bahwa terselenggaranya
sebuah program dengan baik adalah hasil dari komitmen serta kepahaman para
pelaksana terhadap peraturan/kebijakan yang ada serta mampu membuat
kebijakan- kebijakan lokal untuk memperkuat penyelenggaraan program JKN di
daerah terutama dalam konteks ini yakni implementasi program BPJS-Kesehatan
2. Sasaran Program BPJS Kesehatan
Kepesertaan program BPJS Kesehatan menurut Peraturan Presiden No. 12
tahun 2013 pasal 6 adalah bersifat wajib dan dilakukan secara bertahap sehingga
mencakup seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2019.
Tahap pertama dimulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit meliputi:
a. PBI Jaminan Kesehatan.
b. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipildilingkungan Kementerian Pertahanan
dan anggota keluarganya.
c. Anggota Polri/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Polri dan anggota
keluarganya.
d. Peserta asuransi kesehatan Perusahaan Persero (Persero) Asuransi
Kesehatan Indonesia (ASKES) dan anggota keluarganya.
e. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Perusahaan Persero (Persero)
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan anggota keluarganya.
f. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta
BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.
Berdasarkan paparan informan pada bab sebelumnya, pada dasarnya
semua sudah mengetahui sasaran program JKN adalah seluruh masyarakat
Indonesia, dan para informan paham bahawa yang menjadi peserta wajib pada
masa-masa awal ini adalah sesuai dengan yang tertera pada Perpres No. 12/2013
menyatakan bahwa kepahaman pelaksana terhadap standar dan tujuan program
sangat menentukan keberhasilan proses impelementasi suatu program.
Selain itu, menurut William Savedoff (2008) menyatakan pengawasan dan
peraturan merupakan dimensi dari pemerintah yang dapat menjamin peforma
pelaksanaan jaminan kesehatan yang mandatory. Berkaitan erat dengan JKN yang
merupakan program jaminan kesehatan yang top-down maka, setiap pelaksana
dituntut untuk dapat paham akan peratura serta terus dilakukannya pengawasan
oleh pemerintah.
Oleh karena itu menurut peneliti, untuk sasaran kepesertaan pada program
BPJS Kesehatan ini sudah dipahami secara baik oleh pihak
puskesmas.Selanjutnya untuk permasalahan peserta program BPJS Kesehatan
yang masih sering tidak bisa dilayani karena masih terdapat kelemahan dalam
sistem ataupun human-error diharapkan BPJS Kesehatan agar meng-update data
kepesertaan kepada rumah sakit setiap 1 bulan sekali, sehingga kasus kepesertaan
yang tidak ada di dalam sistem dapat teratasi, update-an tersebut dapat didukung
berupa print out (cetakan) data kepesertaan setiap bulannya yang dikirimkan
kepada setiap provider di wilayah kerja BPJS Kesehatan masing-masing daerah,
jadi ketika ada permasalahan semacam ini akan mudah udah dilakukan
pegecekan secara manual.
3. Pembahasan Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan
kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan
dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.
Puskesmas Kentara sebagai puskesmas induk yang berada diarea
kecamatan Laeparira sudah memiliki peralatan yang cukup lengkap dan
termanfaatkan secara baik dan benar, dan sudah sesuai dengan peraturan yang
dikeluarkan Menteri Kesehatan. Hanya saja, untuk beberapa pelayanan lanjutan
yang biasanya hanya dimiliki oleh rumah sakit-rumah sakit umum daerah dan
rumah sakit provinsi atau tahapan rumah sakit lanjutanya dengan mekanisme
rujukan. Pasien akan dirujuk ke rumah sakit umum daerah yang juga
bekerjasama dengan BPJS.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013
pada pasal 15 ayat 5 yang menyatakan bahwa tata cara rujukan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang. Pada peraturan
perudang-undangan yang mengatur hal tersebut, rujukan hanya dilakukan jika memang di
wilayah tersebut tidak dapat melayani sesuai kebutuhan kesehatan pasien, maka
dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang memiliki pelayanan
yang lebih menunjang.
4.Pembahasan Karakteristik Organisasi Pelaksana
Menurut Van Meter dan Van Horn, dalam pengimplementasian suatu
program, karakter dari para pelaksana kebijakan atau program harus
berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta taat pada sanksi hukum yang
ciri-ciri/karakteristik yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya (Hill
& Hupe, 2002) Selain berkaitan karakteristik secara teknis, karakteristik menurut
Van Meter dan Van Horn harus ada kesesuaian antara kompetensi pelaksana
dengan posisi yang ditempatkan.
Untuk aspek ini peneliti tidak melakukan wawancara mendalam terkait
kompetensi setiap pelaku karena tidak adanya indikator yang sesuai jika dilakukan
wawancara. Sehingga peneliti melakukan studi terhadap kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap pelaksana. Dari hasil analisa peneliti untuk setiap jabatan
strategis diduduki oleh orang-orang yang telah lama bekerja di puskesmas Kentara
dan memiliki kemampuan di bidang yang sesuai dengan posisi saat ini.
Peneliti melihat bahwa penempatan orang pada posisi posisi strategis
tersebut juga membuktikan komitmen agen pelaksanan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu bagi seluruh kalangan masyarakat.
5. Pembahasan Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya,
penyelenggara program BPJS Kesehatan di puskesmas Kentara Kecamatan
Laeparira terdiri dari BPJS selaku Penyelenggara BPJS Kesehatan dan puskesmas
kentara kecamatan Laeparira sebagai provider (penyedia jasa/penyelenggara
pelayanan kesehatan tingkat lanjutan) yang telah bekerjasama dengan lembaga
Menurut Goggins (1990) dalam Hill dan Hupe (2002) menyatakan
komunikasi menjadi sangat penting bagi pelaksana sebuah kebijakan karena dari
komunikasi permasalahan seperti kolaborasi dari setiap pelaksana terjadi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013 pasal 2 ayati 1
dan 3 menyatakan, Penyelenggara Pelayanan Kesehatan meliputi semua fasilitas
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan seperti Klinik Utama, Rumah Sakit
Umum, dan Rumah Sakit Khusus.
Hal tersebut dikuatkan kembali dengan adanya Peraturan Presiden No. 12
tahun 2013 pasal 36 ayat 2 menyatakan, Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah dan
Pemerintah Daerah yang memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, dengan demikian Puskesmas Kentara yang merupakan SKPD
Pemerintah kabupaten Dairi wajib menjadi penyediaan pelayanan kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS.
6. Pembahasan Komunikasi Antar Lembaga
Menurut Van Meter dan Van Horn komunikasi antar lembaga merupakan
salah satu penentu keberhasilan proses penyelenggaraan / implementasi kebijakan.
Untuk mempermudah penyelenggaraan program, di puskesmas Kentara
ditempatkan Verifikator BPJS Kesehatan untuk mempermudah dalam melakukan
verifikasi berkas dalam proses pemberkasan klaim BPJS, hal ini memberikan
tanda bahwa koordinasi antar lembaga ini tidak boleh putus ataupun tidak jelas.
pukesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat pertama dan pihak
BPJS kesehatan itu sendiri.
Komunikasi yang utama yang terbentuk dari sistem pada program JKN ini
sendiri salah satunya adalah pelaporan, pelaporan menjadi sangat penting terhadap
pihak Puskesmas, Rumah Sakit dan BPJS Kesehatan untuk membangun
komunikasi yang baik. Selain itu saat ini posisi verifikator BPJS Kesehatan yang
ditempatkan di puskesmas Kentara mempermudah pihak Puskesmas, rumah sakit
dan BPJS Kesehatan untuk saling bertukar informasi terkait penyelenggaraan
program. Sehingga dengan demikian koordinasi yang intensif dapat terbentuk
secara baik walau mendapati beberapa kendala terutama terkait dengan akses
internet namun, walapun demikian program ini tetap berjalan dengan baik
sebagaimana mestinya.
7. Pembahasan Teknologi Informasi Puskesmas Kentara dalam pengelolaan BPJS Kesehatan
Teknologi Informasi (TI) merupakan bidang pengelolaan teknologi dan
mencakup berbagai bidang, seperti proses, perangkat lunak komputer, sistem
informasi, perangkat keras komputer, bahasa program, dan data konstruksi.
Berdasarkan Roadmap JKN tahun 2012, sebelum BPJS lahir PT Askes telah
mengembangkan sumber daya TI dengan sangat baik, beberapa inovasi telah
dilakukan diantaranya adalah dikembangkannya platform Asterix Bridging
menjadi 5 menit. Namun demikian, dengan peningkatan jumlah peserta dari
sekitar 16,5 juta jiwa menjadi sekitar 237 juta jiwa nanti pada tahun 2019 maka
diperlukan pengembangan menyeluruh sumber daya TI. Kajian yang mendalam
terhadap sumber daya TI yang ada saat ini dan analisa kebutuhan di masa yang
akan datang mutlak diperlukan.
Secara pelaksanaannya dilapangan, untuk program JKN di puskesmas
memiliki satu induk sistem informasi yang berada pada BPJS, sehingga
mekanismenya tepat untuk BPJS melakukan pengembangan sistem tersebut. Pada
Roadmap JKN 2012 dituliskan bahwa pengembangan TI JKN oleh BPJS
Kesehatan harus sesuai dengan 7 aspek yaitu:
a. Relevansi (relevancy)
b. Keakuratan (accuracy) yang memiliki faktor:
kelengkapan (completeness), kebenaran (correctness), dan keamanan
(security)
c. Ketepatan waktu (timeliness)
d. Ekonomi (economy) yang memiliki faktor : sumber daya (resources) dan biaya (cost)
e. Efisiensi (eficiency)
f. Dapat dipercaya (reliability)
g. Kegunaan (usability)
Jika dilihat pada pelaksanaanya di Puskesmas Kentara yang pada
sering tidak mampu dioperasikan dan jaringan internet yang tidakstabil di daerah
puskesmas kentara (kecamatan Laeparira) sehingga sering menjadi kendala
didalam klaim berkas BPJS kesehatan. Dalam hal ini peneliti memandang bahwa
BPJS sudah seharusnya memberikan perhatian lebih terhadap aspek ketepatan
waktu dan efisiensi pelaksanaan program dan fasilitas yang memadai terutama di
daerah sehingga program dapat berjalan dengan lancar. Hal ini menjadi bahan
pertimbangan bagi Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan) dan BPJS agar
mampu meningkatan kualitas teknologinya dalam pelayanan pada program JKN,
seperti yang juga termuat pada Peraturan Presiden No. 71 tahun 2013 pasal 43
yang menyatakan untuk menjaga mutu dan biaya program JKN harus
dilakukannya Penilaian Teknologi Kesehatan (Health Technology Assessment)
8.Pembahasan Sikap Para Pelaksana
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan
adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan bagian bagian isi dari
kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika
pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi
akan mengalami banyak masalah dalam disposisi. Disposisi atau sikap pelaksana
akan menimbulkan hambatan hambatan yang nyata terhadap implementasi
kebijakan.
Secara umum petugas yang melaksanakan program JKN baik dari sisi
medis maupun non-medis harus menjalankan tugasnya sebaik mungkin karena
pemerintah pusat untuk seluruh Indonesia Berdasarkan pemaparan pada bab
sebelumnya, sikap penerimaan terlihat dari pendapat para informan mengenai
program yang baru ini, hal ini merupakan salah satu hal positif program dapat
berjalan secara berkelanjutan. Pada posisi yang menjadi informan merupakan
ujung tombak implementasi program, mereka mengetahui secara jelas tugas dan
fungsi jabatannya.
Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn, sikap penerimaan atau
penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena
kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang
mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi
kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil
keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan
atau permasalahan yang harus diselesaikan
9.Pembahasan Lingkungan
Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja
implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van
Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan
kebijakan publik yang telah ditetapkan.
Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat