• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 mengamanatkan

bahwa pelayanan Kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia,

yaitu sebagaimana yang tercantum dalam pasal 28 H ayat (1) :“setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat

lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan”. Dengan amanat tersebut maka pemerintah wajib melayani setiap

warga Negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kepentingan publik harus dilaksanakan oleh pemerintah sebagai

penyelenggara Negara dengan melalui berbagai sektor pelayanan, terutama yang

menyangkut pemenuhan hak hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat dengan

kata lain seluruh kepentingan yang menyangkut kepentingan hidup orang

banyak terutama dibidang kesehatan. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan

salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak di butuhkan oleh masyarakat

oleh karena itu pelaksanaan kesehatan di Indonesia sangat penting untuk

dilaksanakan dengan tujuan agar mampu meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga mampu mewujudkan

kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia dalam perwujudan jaminan

(2)

Namun sebagian besar masyarakat di Indonesia merupakan kalangan

masyarakat yang berasal dari kelas ekonomi menengah kebawah yang tentu saja

rentan terhadap berbagai permasalahan kesehatan seperti terbatasnya akses

untuk mendapatkan fasilitas layanan kesehatan. Hal tersebut berdampak bagi

kehidupan masyarakat itu sendiri seperti rendah nya kemampuan akses

mayarakat terhadap pelayanan kesehatan, rendahnya upaya pencegahan penyakit

dan perilaku hidup sehat dikalangan masyarakat, rendahnya pengetahuan tentang

berbagai gejala dan jenis penyakit, rendahnya kualita lingkungan dan ketidak

merataan penyebaran tenaga kesehatan.

Maka dari itu dibentuklah suatu program pelayanan kesehatan oleh

pemerintah dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang mampu

menjangkau semua lapisan masyarakatnya. Dalam hal ini Pelayanan tersebut

diselenggarakan melalui Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS)-Kesehatan.

Program BPJS-Kesehatan merupakan upaya Pemerintah Indonesia

secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin kesehatan masyarakat

secara Nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam Konstitusi Negara

Kesatuan Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 terutama pada

Pasal 28 (ayat 3) dan Pasal 34 (ayat 2) mengamanatkan bahwa “Jaminan Sosial

adalah hak setiap warga negara” dan “Negara mengembangkan Sistem Jaminan

Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan

tidak mampu”. Berdasarkan landasan konstitusi tersebut maka dilakukan

(3)

“Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan

UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS

adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Kedua program BPJS ini

didasari pada misi NKRI dalam memeenuhi hak konstitusional setiap orang atas

jaminan sosialbagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam hal ini pemerintah yang berperan sebagai pelaku dari

penyelenggaraan kesehatan masyarakat, harus saling bahu membahu secara

sinergis dalam melaksanakan pelayanan yang terencana, terpadu dan

berkesinambungan dalam upaya bersama-sama mewujudkan pelayanan publik

bagi seluruh lapisan masyarakat. Akan tetapi didalam proses implementasi

pelayanan kesehatan melalui program BPJS-Kesehatan di masyarakat masih

sering menemukan berbagai masalah seperti yang terangkum dalam kutipan

jurnal berikut:

“Masyarakat masih menyatakan bahwa mereka masih kesulitan dalam proses menjadi peserta BPJS Kesehatan,dimana proses pendaftaran sampai dengan aktivasi kartu peserta terlalu banyak prosedur dan terlalu lama sehingga masyarakat merasa kesulitan ketika memerlukan dalam waktu yang mendadak,juga masih terdapat kesulitan pada fasilitas kesehatan dan puskesmas yang tidak memiliki layanan 24 jam” http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/5672

(4)

 

“Meskipun iurannya murah, pelayanan BPJS masih banyak kelemahan dan tidak sebaik asuransi kesehatan. Masalahnya, semua orang wajib ikut BPJS Kesehatan dan akan ada sanksi bagi yang menolak ikut. Apa yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi pelayanan BPJS yang buruk ?Sesuai aturan, perusahaan wajib mendaftarkan karyawannya di BPJS Kesehatan per 1 Januari 2015. Sudah ada kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia). Jika tidak mendaftar akan ada sanksinya bagi perusahaan.Buat semua masyarakat, BPJS mematok target 2019 bahwa semua sudah harus menjadi peserta BPJS Kesehatan. Akan ada sejumlah sanksi bagi yang tidak menjadi peserta.Kewajiban ini menimbulkan reaksi yang berbeda – beda dari setiap perusahaan tantangan yang kerap dihadapi peserta BPJS dalam pelayanan kesehatan adalah: (1) antri panjang di rumah sakit; (2) kesulitan mendapatkan kamar rawat inap karena kamar untuk peserta BPJS sering penuh; (3) ada obat – obatan yang tidak dijamin oleh BPJS sehingga peserta harus menanggung sendiri (4) meskipun seharusnya gratis – selama sesuai kelas – peserta kadang masih harus membayar kelebihan plafond, yang jika tidak dibayar, rumah sakit enggan melayani. Ini keluhan yang kerap muncul di media. Kondisi ini terkait lonjakan peserta BPJS, yang telah mencapai 132 juta orang dan masih akan terus bertambah. Kenaikkan permintaan dipicu oleh kewajiban perusahaan untuk ikut serta (ada sanksi) dan murahnya iuran. Sementara itu, di sisi lain, ketersediaan kamar dan tenaga medis di rumah sakit tidak bisa dengan cepat ditingkatkan, khususnya untuk peserta BPJS.” (http://www.duwitmu.com/asuransi/antisipasi-buruknya-pelayanan-bpjs-kesehatan/ diakses pada 24 september 2015 pukul 22.00wib)

Dari Kutipan tersebut dapat kita ketahui bahwa terdapat masalah mengenai

pelayanan kesehatan yang diberikan masih terdapat banyak masalah dan kendala

yang dihadapi dan dapat menghambat pemberian pelayanan kesehatan kepada

masyarakat dengan adanya keluhan atau pengaduan masyarakat terhadap kualitas

pelayanan kesehatan. Dalam mengatasi masalah tersebut diharapkan pihak

pemerintah dan pelaksana program BPJS-Kesehatan mampu memberikan

pelayanankesehatan secara optimal keoada masyarakat terutama bagi masyarakat

miskin dan perlu di lakukanya sosialisasi terkait dengan serangkaian syarat dan

prosedur kepengurusan BPJS-kesehatan kepada masyarakat agar tidak terjadi

(5)

Masalah yang sama juga terjadi pada Puskesmas Induk yang berada di

kecamatan Laeparira. Kabupaten Dairi Sumatera Utara. kecamatan ini memiliki

sembilan desa wilayah kerja dengan memiliki satu unit puskesmas induk

kecamatan yang berfungsi sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

kabupaten di Kecamatan. Puskesmas induk juga berperan sebagai penyelenggara

teknis operasional dinas kesehatan yang merupakan unit pelaksana tingkat

pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan yang diawali dari desa.

Selain itu puskesmas ini juga memiliki sembilan puskesmas pembantu yang

berfungsi sebagai unit pelayanan pembantu yang di tempatkan di setiap desa.

Serta kecamatn ini memliki total jumlah penduduk 14.380 jiwa per tahun 2015.

Berdasarkan pengamatan pada pra-penelitian yang dilakukan pada 15

September 2015 diamati kendala didalam pelayanan kesehatan pada program

BPJS-Kesehatan berupa kartu BPJS Kesehatan. Kendala tersebut antara lain tidak

sistematisnya waktu mengantri dalam pelayanan BPJS-kesehatan dan banyaknya

aturan baru yang membuat pelayanan tidak maksimal seperti ada beberapa resep

obat yang harus di beli di luar puskesmas. Selain itu ketidak puasan masyarakat

dalam sistem pelayanan program BPJS-Kesehatan ialah tergambar melalui kinerja

para petugas Puskesmas Kentara, Kecamatan Laeparira dalam melayani

masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan seperti lambatnya proses

penyelesaian berkas rujukan, pegawai yang lama datang, serta di dalam penerapan

program BPJS-kesehatan ini masyarakat merasa tidak yakin terhadap pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh pihak puskesmas karena banyaknya asumsi yang

(6)

diberikan kepada peserta program BPJS-Kesehatan adalah pelayanan dengan

kualitas yang kurang baik dibanding dengan pelayanan yang diberikan jika

dengan berobat melalui jalur umum.

Implementasi kebijakan publik sebagai suatu sistem bagi masyarakat

diharapkan dapat memberikan pemenuhan atas hak-hak mendapatkan pelayanan

bagi seluruh lapisam masyarakat baik dalam pelayanan publik terutama

pelayanan jaminan Kesehatan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut,

penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam dan melakukan penelitian

dengan judul “Implementasi Program BPJS Kesehatan dalam Pelayanan

Kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) (Studi pada :

Puskesmas Kentara Kecamatanupaten Laeparira Kab.Dairi Sumatera Utara)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana implementasi program BPJS

Kesehatan terhadap pelayanan di Pusat Kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) Kecamatan Laeparira Kabupaten Dairi Sumatera Utara.

C. Tujuan Penelitian

Dalam sebuah kegiatan yang dilaksanakan memiliki tujuan tertentu yang

hendak dicapai. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk

(7)

terhadap kualitas pelayanan di Pusat Kesehatan masyarakat (PUSKESMAS)

Kecamatan Laeparira Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait. Adapun

yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara subyektif, bermanfaat bagi peneliti dalam melatih dan

mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, dan sistematis dalam

mengembangkan kemampuan penulis dalam karya ilmiah.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang

berguna bagi instansi terkait.

3. Secara akademis, peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusi dan

sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin melakukan

penelitian dibidang yang sama

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kebijakan Publik

Leslie A. Pal dalam widodo (2010:10) mengkategorikan definisi kebijakan

publik menjadi dua macam yaitu definisi yang lebih menekankan pada maksud

dan tujuan utama kebijakan dan definisi yang lebih menekankan pada dampak

dari tindakan pemerintah. Definisi yang lebih menekankan pada maksud dan

tujuan utama kebijakan menurut Leslie A. Pal dalam Widodo (2010:11) dapat

(8)

a. A purposive course of action allowed by an actor or set of actors dealing with a problem or matter of concern.... public policies are those policies develop by governmental bodies an officials. (James E.Anderson)

b. A set of interrelated decisions taken by the political actor or group of actors concerning the selection of goals and the mean of achieving them within a specified situation where these decision should, in principle, be within the power of these actor to achieve. (W.I Jenkins)

c. Public policy is whatever goverment choose to do or not to do (Thomas R. Dye)

d. A Projected program of goal values and practices (Harold D. Laswell and Abraham Kaplan)

Atas dasar pengertian kebijakan publik yang disebutkan di atas, dapat

ditemukan elemen yang terkandung dalam kebijakan publik sebagaimana yang

dikemukankan oleh Anderson dalam Widodo (2010:14) yaitu :

a. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu.

b. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.

c. kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah dan

bukan apa yang bermaksud akan dilakukan pemerintah.

d. kebijakan publik bersifat positif (mengenai tindakan pemerintah mengenai

suatu masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat pemerintah

(9)

e. kebijakan publik (positif) selalu bersdasarkan pada peraturan perundangan

tertentu yang bersifat memaksa.

Michael Howlet dan M. Ramesh sebagaimana dikutip Subarsono

(2009:13) menyatakan proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan yakni:

a. Penyusunan agenda (agenda setting), yakni suatu proses agar suatu masalah

bisa mendapat perhatian dari pemerintah.

b. Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni proses perumusan

pilihan-pilihan oleh pemerintah.

c. Pembuatan kebijakan (decision making), yakni proses ketika pemerintah

memilih untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu tindakan.

d. Implementasi kebijakan (policy implementation), yaitu proses untuk

melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.

e. Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni proses untuk memonitor dan

menilai hasil kinerja kebijakan.

Sedangkan menurut pakar kebijakan publik, James Anderson dalam

Subarsono, (2009:12) menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut:

a. Formulasi masalah (problem formulation): apa masalahnya? Apa yang

membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan? Bagaimana masalah

(10)

b. Formulasi kebijakan (formulation): bagaimana menggembangkan

pilihan-pilihan atau alternatif –alternatif untuk memecahkan masalah tersebut?

Siapa saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan?

c. Penentuan kebijakan (adoption): bagaimana alternatif ditetapkan?

Persyaratan atau criteria seperti apa yang harus dipenuhi? Siapa yang akan

melaksanakan kebijakan? Bagaimana proses atau strategi untuk

melaksanakan kebijakan? Apa isi kebijakan yang telah ditetapkan?

d. Implementasi (implementation): siapa yang terlibat dalam implementasi

kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?

e. Evaluasi (evaluation): bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak

kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa konsekuensi

dari adanya evaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan

perubahan atau pembatalan?

Menurut pandangan Ripley dalam Subarsono (2009:11), bahwa tahapan

kebijakan publik terdiri dari (1) Penyusunan agenda kebijakan, (2) Formulasi dan

legitimasi kebijakan, (3) Implementasi kebijakan dan (4) Evaluasi terhadap

implementasi, kinerja, & dampak kebijakan. Dalam tahap penyusunan agenda

kebijakan, menurut Ripley dalam (Subarsono, 2009:11) menyatakan bahwa

terdapat tiga kegiatan yang perlu dilakukan yaitu:

a. Membangun persepsi di kalangan stake holder bahwa sebuah fenomena

(11)

b. Membuat batasan masalah dan

c. Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut bisa masuk dalam agenda

pemerintah.

Pada tahap formulasi dan legitimasi kebijakan, Ripley dalam Subarsono

(2009:12) mengatakan bahwa :

“analisis kebijakan perlu mengumpulkan dan menganalisa informasi yang berhubungan dengan masalah yang bersangkutan, kemudian berusaha mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan, membangun dukungan dan melakukan negosiasi, sehingga sampai pada sebuah kebijakan yang dipilih”

Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan. Ripley dalam Subarsono

(2009:12) mengatakan :

“Pada tahap ini diperlukan dukungan sumber daya dan penusunan organisasi pelaksanaan kebijakan. Dalam proses implementasi sering ada mekanisme insentif dan sanksi agar implementasi suatu kebijakan berjalan dengan baik”

Dari tindakan kebijakan akan dihasilkan kinerja dan dampak kebijakan,

dan proses selanjutnya adalah evaluasi terhadap implementasi, kinerja dan

dampak kebijakan. Menurut Riplye dalam Subarsono (2009:12) bahwa “hasil

evaluasi ini bermanfaat bagi penentuan kebijakan baru di masa yang akan

datang”. Tahapan kebijakan publik menurut Ripley dalam subarsono (2009:11)

(12)

Gambar 1. Tahapan Kebijakan Publik menurut Ripley

2. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses

kebijakan karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat

kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan.Implementasi kebijakan merupakan

aktivitas yang terlihat setelah adanya pengarahan yang sah dari suatu kebijakan

yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan implementasi baru akan

dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, kemudian program kegiatan

telah tersusun dan dana telah siap untuk proses pelaksanaanya dan telah

disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan kebijakan yang diinginkan.

Kebijakan yang didalam nya terkandung suatu program untuk mencapai

(13)

program atau kebijakan sudah dibuat maka program tersebut harus dilakukan oleh

para mobiliastor atau para aparat yang berkepentingan. Suatu Kebijakan yang

telah dirumuskan tentunya memiliki tujuan- tujuan atau target-target yang ingin

dicapai. Pencapaian target baru akan terealisasi jika kebijakan tersebut telah

diimplementasikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa implementasi

kebijakan adalah tahapan output atau outcomes bagi masyarakat. Proses

menghasilkan implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah

ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap untuk

proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan

kebijakan yang diinginkan.

Menurut Syukur Abdullah (1988;398) bahwa pengertian dan unsur unsur

pokok dalam proses implementasi sebagai berikut :

1. Proses implementasi kebijakan ialah rangkaian kegiatan tindak lanjut yang

terdiri atas pengambilan keputusan, langkah langkah yang strategis maupun

operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu program atau

kebijaksanaan menjadi kenyataan, guna mencapai sasaran yang ditetapkan

semula.

2. Proses implementasi dalam kenyataanya yang sesunguhnya dapat berhasil,

kurang berhasil ataupun gagal sama sekali ditinjau dari hasil yang dicapai

“outcomes” unsure yang pengaruhnya dapat bersifat mendukung atau

menghambat sasarn program.

3. Dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang

(14)

a. Implementasi program atau kebijaksanaan tidak mungkin

dilaksanakan dalam ruang hampa. Oleh karena itu faktor lingkungan

(fisik, sosial budaya dan politik) akan mempengaruhi proses

implementasi program program pembangunan pada umumnya.

b. Target groups yaitu kelompok yang menjadi sasaran dan diharapkan

akan menerima manfaat program tersebut.

c. Adanya program kebijaksanaan yang dilaksanakan.

d. Unsur pelaksanaan atau implementer, baik organisasi atau perorangan

yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan

pengawaasan implementasi tersebut.

Implementasi sebagai suatu proses tindakan Administrasi dan Politik.

Pandangan ini sejalan dengan pendapat Peter S. Cleaves dalam bukunya Solichin

Abdul Wahab (2008;187), yang secara tegas menyebutkan :

“Implementasi itu mencakup “a process of moving toward a policy objective by means of administrative and political steps”

Menurut Daniel Maxmanian dan paul Sabatier (1983;61) sebagaimana

dikutip dalam buku Leo Agustino (2006;139), bahwa :

(15)

Sedangkan, Van Meter dan Van Horn (1975), mendefinisikan

implementasi kebijakan, sebagai :

“Tindakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”

Tindakan tindakan yang dimaksud mencakup usaha usaha untuk mengubah

keputusan keputusan menjadi tindakan tindakan operasional dalam kurun waktu

tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha usaha untuk mencapai perubahn

perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan keputusan.

Menurut Van Meter dan Van Horn (1975) ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam mengembangkan tipologi kebijakan kebijakan publik yakni :

pertama, kemungkinan implementasi yang efektif aka bergantung sebagian pada

tipe kebijakan yang dipertimbangkan. Kedua, faktor faktor tertentu yang

mendorong realisasi atau non realisasi tujuan tujuan program akan berbeda dari

tipe kebijakan yang satu dangan tipe kebijakan yang lain.

Suatu implementasi akan sangat berhasil bila perubahan marginal

diperlukan dan consensus tujuan adalah tinggi. Sebaliknya bila perubahan besar

ditetapkan dan consensus tujuan rendah maka prospek implementasi yang efektif

akan sangat diragukan. Disamping itu kebijakan kebijakan perubahan besar/

konsesnsus tinggi diharapkan akan diimplementasikan lebih efektif daripada

kebijakan kebijakan yang mempunyai perubahan kecil dan konsensus rendah.

(16)

yang besar pada proses implementasi kebijakan daripada unsure perubahan.

Dengan saran saran atau hipotesis-hipotesis seperti ini akan mengalihkan

perhatian kepada penyelidikan terhadap faktor faktor atau variabel variable yang

tercakup dalam proses implementasi menjadi sesuatu hal yang penting untuk

dikaji

Ada 6 variabel, menurut Van Metter dan Van Horn (1975), yang

mempengaruhi kinerja kebijkan publik yaitu :

a. Standar dan sasaran kebijakan yaitu setiap kebijakan public harus

mempunyai standard an suatu sasaran kebijakan jelas dan terukur. Dengan

ketentuan tersebut tujuannya dapat terwujudkan. Dalam standard an sasaran

kebijakan tidak jelas, sehingga tidak bias terjadi multi-interpretasi dan

mudah menimbulkan kesalah-pahaman dan konflik di antara para agen

implementasi.

b. Sumberdaya yaitu dalam suatu implementasi kebijakan perlu dukungan

sumberdaya, baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya materi (matrial resources) dan sumberdaya metoda (method

resources). Dari ketiga sumberdaya tersebut, yang paling penting adalah sumberdaya manusia, karena disamping sebagai subjek implementasi

kebijakan juga termasuk objek kebijakan publik.

c. Hubungan antar organisasi yaitu dalam banyak program implementasi

kebijakan, sebagai realitas dari program kebijakan perlu hubungan yang

(17)

koordinasi. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi

bagi keberhasilan suatu program tersebut. Komunikasi dan koordinasi

merupakan salah satu urat nadi dari sebuah organisasi agar

program-programnya tersebut dapat direalisasikan dengan tujuan serta sasarannya.

d. Karakteristik agen pelaksana yaitu dalam suatu implementasi kebijakan agar

mencapai keberhasilan maksimal harus diidentifikasikan dan diketahui

karakteristik agen pelaksana yang mencakup struktur birokrasi,

norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, semua itu

akan mempengaruhi implementasi suatu program kebijakan yang telah

ditentukan.

e. Disposisi implementor yaitu dalam implementasi kebijakan sikap atau

disposisi implementor ini dibedakan menjadi tiga hal, yaitu; (a) respons

implementor terhadap kebijakan, yang terkait dengan kemauan implementor

untuk melaksanakan kebijakan publik; (b) kondisi, yakni pemahaman

terhadap kebijakan yang telah ditetapkan; dan (c) intens disposisi

implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki tersebut.

f. Kondisi lingkungan sosial, politik dan ekonomi dalam variabel ini

mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung

keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok

kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan;

(18)

sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elite politik

mendukung implementasi kebijakan.

Proses implementasi dalam kenyataannya dapat berhasil ditinjau

dari wujud hasil yang dicapai (outcome). Karena dalam proses tersebut

terlibat berbagai unsur yang dapat bersifat mendukung maupun

menghambat pancapaian sasaran program. Jadi untuk mengetahui

keberhasilan program adalah dengan membandingkan antara hasil dengan

pencapaian target program tersebut.

3. Pelayanan Publik

Menurut Sampara dalam Lijen Poltak (2006 : 5), Pelayanan adalah suatu

kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar

seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan

pelanggan. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan

sebagai hal, cara atau hasil pekerjaan melayani. Sedangkan melayani adalah

menyuguhi (orang dengan makanan atau minuman; menyediakan keperluan

orang; mengiyakan, menerima; menggunakan) dan menurut Saiful Arif (2008:3),

pelayanan publik diartikan sebagai segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan dasar sesuai dengan hak – hak dasar setiap warga negara dan penduduk

atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik.

(19)

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan

maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan. Selanjutnya,

Lijan Poltak Sinambela (2006 : 5), mengartikan pelayanan publik sebagai

pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan.

Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat pada

penyelenggaraan negara.

Negara didirikan oleh publik atau masyarakat tentu saja dengan tujuan agar

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya negara dalam hal

ini birokrasi haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam

hal ini bukanlah kebutuhan secara pribadi akan tetapi berbagai kebutuhan akan

pelayananan publik yang prima.

Timbulnya pelayanan umum atau pelayanan publik dikarenakan adanya

kepentingan, dan kepentingan tersebut bermacam- macam bentuknya sehingga

pelayanan publik yang dilakukan juga meliputi berbagai jenis pelayanan yakni

seperti yang tercantum dalam keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/

2003 kegiatan pelayanan umum atau publik antara lain :

a. Pelayanan administratif

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi,

kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya.

(20)

Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi

(SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan

(IMB), Paspor, Sertifikat kepemilikan atau penguasaan Tanah dan sebagainya.

b. Pelayanan barang

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air

bersih dan sebagainya.

c. Pelayanan jasa

yaitu pelayanan yang menghasikan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan

sebagainya.

a. Asas – Asas Pelayanan Publik

Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada

masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai

abdi masyarakat. Asas Pelayanan Publik (dalam Dadang Juliantara, 2005 : 11) :

1. Transparan, artinya Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua

pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah

dimengerti.

2. Akuntabilitas, artinya Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan

(21)

3. Kondisional, artinya Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan

penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan

efektivitas.

4. Partisipatif, artinya Mendorong peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan, dan harapan masyarakat.

5. Kesamaam Hak, artinya Tidak diskriminatif alam arti tidak membedakan

suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban, artinya Pemberi dan penerima pelayan

publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing – masing pihak.

b. Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar

pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima

layanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau

penerima layanan sesuai dengan SK Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 63 Tahun 2004 penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi azas-azas

sebagai berikut :

1. Prosedur Pelayanan, yakni prosedur pelayanan yang dibakukan bagi

(22)

2. Waktu Penyelesaian, yakni waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat

pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian permohonan termasuk

pengaduan.

3. Biaya Pelayanan yakni biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang

ditetapkan dalam proses pemberian layanan.

4. Produk Layanan yakni hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Sarana dan Prasarana yakni menyediaan sarana dan prasarana pelayanan

yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan yakni kompetensi petugas pemberi

pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan,

keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

c. Kualitas Pelayanan Publik

Jika dihubungkan dengan administrasi publik, pelayanan adalah kualitas

pelayanan birokrat terhadap masyarakat. Adapun dalam definisi strategis

dinyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi

keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the need of customers).

Tujuan dari pelayanan publik adalah memuaskan dan atau sesuai dengan

keinginan masyarakat/pelanggan pada umumnya. Untuk mencapai hal ini

diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

(23)

Napitupulu 2007 : 172), Ada lima dimensi ukuran kualitas pelayanan publik, yaitu

:

1. Bukti langsung (tangibels), yaitu kualitas pelayanan berupa sarana fisik

perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu dan tempat

informasi;

2. Keandalan (reability), yaitu kemampuan dan keandalan menyediakan

pelayanan yang terpercaya;

3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu kesanggupan membantu dan

menyediakan pelayanan secara cepat, tepat serta tanggap terhadap keinginan

konsumen;

4. Jaminan (assurance), yaitu kemampuan dan keramahan serta sopan santun

aparat dalam meyakinkan kepercayaan konsumen.

5. Empati (emphaty), yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian dari aparat

terhadap konsumen.

Sedangkan Nugroho(1994) menjelaskan secara lengkap 10 kriteria

pemilihan kualitas yang selalu digunakan konsumen, yaitu :

1. Credibility; dapat dipercaya dan jujur. 2. Security; bebas dari bahaya dan keraguan. 3. Accessibility; mudah dihubungi dan didatangi.

4. Communications; mendengarkan konsumen dan dapat memberikan

(24)

5. Understanding the customer; kemampuan memahami dan menangani kebutuhan konsumen.

6. Tangibels; penampilan fisik, peralatan, karyawan dan alat-alat

7. Reability; kemampuan menghasilkan jasa sesuai janji, teliti dan dapat diandalkan.

8. Responsiveness; kesediaan dan kemampuan membantu konsumen dan

menghasilkan jasa dengan cepat, tepat dan tanggap.

9. Competence; memiliki keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menghasilkan jasa.

10. Sopan, ramah, penuh perhatian dan bersahabat.

tugas pelayanan pemerintah dalam proses pemenuhan berbagai

kebutuhan masyarakat dapat berfungsi optimal apabila organisasi

pemerintah pemberi layanan telah mempunyai mekanisme dan standar

pelayanan tertentu.

4. Pelayanan Kesehatan

Kesehatan berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan mendefenisikan bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,

jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial

dan ekonomis. Jadi pengertian kesehatan cakupannya sangat luas, mencakup sehat

fisik maupun non fisik (jiwa, sosial, ekonomi).

Sedangkan pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara

(25)

masyarakat. Dalam pasal 1 juga tertuang definisi jaminan pemeliharaan kesehatan

masyarakat adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang

paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, berkesinambungan

dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara

praupaya. Dalam pasal 3 menjelaskan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pasal 8

menjelaskan bahwa pemerintah bertugas menggerakkan peran serta masyarakat

dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan fungsi

sosial sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu tetap

terjamin.

Dalam pengertian ini, pelayanan kesehatan disamping sebagai suatu usaha

untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat, sekaligus juga dalam rangka usaha

pembinaan, pengembangan pemanfaatan sumber daya manusia. Maka Pelayanan

kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.

Berdasarkan rumusan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa bentuk

dan jenis pelayanan kesehatan tergantung dari beberapa faktor yaitu:

1. Pengorganisasian pelayanan; pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara

(26)

2. Tujuan atau ruang lingkup kegiatan; pencegahan penyakit, memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan, penyembuhan/ pengobatan dan pemulihan

kesehatan.

3. Sasaran pelayanan; perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan memiliki tiga fungsi yang saling berkaitan, saling

berpengaruh dan saling bergantungan, yakni fungsi sosial (fungsi untuk

memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pengguna pelayanan kesehatan),

fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan

masyarakat pemberi pelayanan kesehatan), dan fungsi ekonomi (fungsi untuk

memenuhi harapan dan kebutuhan institusi pelayanan kesehatan). Ketiga fungsi

tersebut ditanggung jawab oleh tiga pilar utama pelayanan kesehatan yaitu,

masyarakat (yang dalam prakteknya dilaksanakan bersama antara pemerintah dan

masyarakat), tenaga teknis kesehatan (yang dilaksanakan oleh tenaga professional

kesehatan), dan tenaga administrasi/manajemen kesehatan (manajemen atau

administrator kesehatan).

a. Syarat Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang baik memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat

pokok yang dimaksud (Azwar,1996:36) yaitu sebagai berikut:

a. Tersedia dan berkesinambungan

Yaitu syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah

pelayanan kesehtaan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat

(27)

dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan serta keberadaannya

dalam masyarakat selalu ada ketika dibutuhkan.

b. Dapat diterima dan wajar

Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan

kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan

adapt istiadat, kebudayaan, keyakakinan, dan kepercayaan masyarakat, serta

bersifat tidak wajar bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.

c. Mudah dicapai

Lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Dengan demikian maka

pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting, pelayanan

kesehatan yang terlalu terkonsentrasi pada perkotaan saja dan tidak

ditemukan di daerah pedesaaan bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

d. Mudah dijangkau

Dapat dilihat dari segi biaya, untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti

ini harus diupayakan biaya pelayanan kesehatan yangb sesuai dengan

kemempuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan

hanya bisa dijangkau oleh sebagian masyarakat bukanlah pelayanan

kesehatan yang baik.

e. Bermutu

Yakni menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa

pelayanan. Dan dipihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai kode etik serta

(28)

b. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan

Menurut (Azwar,1996:41) Stratifikasi pelayanan kesehatan yang dianut setiap

Negara tidaklah sama, namun secara umum berbagai strata ini dapat

dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services) Pelayanan

kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat

pokok, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta

mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini

bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/out patient services)

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua Pelayanan kesehatan tingkat kedua

adalah pelayanan yang lebih lanjut, telah bersifat rawat inap (in patient

services) dan untuk menyelenggarakannya telah dibutuhkan tenaga spesialis c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga Pelayanan kesehatan tingkat ketiga

adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih komplek dan umumnya

diselenggarakan oleh tenaga-tenaga subspesialis.

5. Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS

adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

sosial (UU No 24 Tahun 2011). BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk

(29)

jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh pemerintah.

a. Dasar Hukum Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS-Kesehatan)

adapun yang menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan program

BPJS-kesehan ini adalah dapat dilihat sebagai berikut ;

1. Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum.

2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2010 tentang

Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta.

3. Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan.

4. Peraturan Menteri Kesehatan RI no.71 tahun 2013 tentang

pelayanan kesehatan Pada jaminan kesehatan Nasional

5. Peraturan Presiden No. 107 tahun 2013 tentang Pelayanan

Kesehatan Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional

Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Dan

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

6. Peraturan Presiden No. 108 tahun 2013 tentang Bentuk Dan Isi

(30)

7. Peraturan Presiden No. 109 tahun 2013 tentang Penahapan

Kepesertaan Program Jaminan Sosial.

8. Peraturan Presiden No. 111 tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan.

9. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional.

10. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

11. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63

tahun 2003 tentang Pedoman Pelayanan Publik.

b. Manfaat Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS-Kesehatan)

Dilakukan untuk mennjamin kesehatan seluruh masyarakat Indonesia dan

memberikan kemudahan dalam akses kesehatan bagi seluruh aspek kesehatan

masyrakat. Yang memiliki dua manfaat pelayanna yakni :

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non

spesialistik mencakup:

a. Mendapat pemeriksaan kesehatan ;Pengobatan dan Melakukan

konsultasi medis.

b. Mendapat tindakan medisyang tidak masuk dalam bidang kompetensi

dokter spesialis.

(31)

d. Mendapat pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat

pertama.

e. Mendapat pelayanan rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi

medis.

Jika kondisi pasien membutuhkan penanganan kesehatan tingkat lanjut

maka fasilitas kesehatan tingkat pertama akan merujuk pasien ke fasilitas

kesehatan tingkat lanjutan, yakni rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan.

2. Adapun manfaat layanan kesehatan ditingkat kedua yang didapat di rumah sakit

setelah dirujuk dari puskesmas adalah sebagai berikut:

a. Mendapat pemeriksaan diri; Pengobatan, dan; Melakukan konsultasi

medis dengan dokter spesialis.

b. Mendapat tindakan medis dari dokter spesialis sesuai dengan indikasi

medis.

c. Mendapat rehabilitasi medis serta transfusi darah.

d. Mendapat pelayanan rawat inap di ruang non intensif maupun di ruang

intensif.

c. Fasilitas Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS-Kesehatan)

yakni meliputi :

(32)

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja. (Permenkes No. 128 Tahun 2004)

b. Praktik dokter umum

Praktik dokter umum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh dokter umum terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.

(UU No. 29 Tahun 2004)

c. Praktik dokter gigi

Praktik dokter gigi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. (UU

No. 29 Tahun 2004)

d. Klinik umum

Klinik umum adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan

pelayanan medis dasar, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga

kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis. (Permenkes No. 28

tahun 2011)

(33)

Rumah Sakit Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan kesehatan dasar yang tidak

membedakan kelas perawatan dalam upaya menjamin peningkatan akses

bagi masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan upaya kesehatan

perorangan yang memberikan pelayanan gawat darurat selama 24 jam,

pelayanan rawat jalan, dan rawat inap.

6. Organisasi

Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dapat dikoordinasikan

secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja

atas dasar yang relatif terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau

sekelompok tujuan (Stephen P. Robbins) atau dapat didefinisikan sebagai sebuah

sistem yang terdiri dari sekumpulan individu terhadap pembagian kerja kelompok

dalam rangka mewujudkan tujuan yang telah diciptakan secara sistematis dan

struktural. Selain itu, Pengertian Organisasi dapat diartikan sebagai tempat

orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terorganisasi,

terencana, terkendali dan terpimpin dalam memanfaatkan sumber daya yang

digunakan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi secara

bersama-sama.

Dalam skripsi ini organisasi yang di maksud adalah organisasi

pemerintahan yang bergerak di bidang kesehatan masyarakat kecamatan Laeparira

kabupaten Dairi yang diharapkan melalui organisasi ini (puskesmas). Puskesmas

(34)

memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan

masyarakat dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai

dengan visi, misi, tujuan maupun program yang telah ditetapkan.

Puskesmas memiliki fungsi yang sangat vital karena sebagai sarana dan

prasarana dasar bagi pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang sehat

melalui penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat di bidang kesehatan.

Secara umum, pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif

(peningkatan kesehatan), dan rehabilitasi (pemulihan kesehatan). Mengingat

fitalnya fungsi Puskesmas, maka Puskesmas dituntut untuk dapat memberikan

pelayanan yang efektif kepada masyarakat. Fungsi Pokok Puskesmas induk

Kecamatan Laeparira adalah :

a. Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan Pusat pemberdayaan

b. masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan

c. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama

Peran Puskesmas induk Kecamatan Laeparira adalah Sebagai lembaga

kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil dalam hal

pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan

kesehatan secara mandiri melalui :

a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan

(35)

b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggunakan

sumber daya secara efisien dan efektif.

c. Memberikan bantuan teknis

d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat

e. Kerjasama lintas sektor

Program Pokok yang ada Puskesmas induk Kecamatan Laeparira adalah :

a. Kesehatan Ibu dan Aanak

b. Keluarga Berencana

c. Usaha Kesehatan Gizi

d. Kesehatan Lingkungan

e. Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular

f. Pengobatan termasuk penaganan darurat karena kecelakaan

g. Penyuluhan dan pembinaan pengobatan tradisional

h. kesehatan masyarakat

i. Perawatan Kesehatan Masyarakat

j. Kesehatan Gigi dan Mulut

k. Laboratorium sederhana

Fasilitas yang didapat dari Puskesmas Kentara sebagai pelayanan

BPJS-KesehatanTingkat Pertama :

Dalam jaminan kesehatan nasional (JKN) pelayanan kesehatan tidak lagi

terpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

(36)

medisnya. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

bagi peserta BPJS Kesehatan. Dalam implementasi sistem kesehatan nasional

prinsip managed care diberlakukan, dimana terdapat 4 (empat) pilar yaitu

Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif. Prinsip ini akan memberlakukan

pelayanan kesehatan akan difokuskan di Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

(FKTP)/Faskes Primer seperti di PUSKESMAS.

Untuk itu kualitas faskes primer ini harus kita jaga, mengingat efek dari

implementasi Jaminan Kesehatan nasional ke depan, akan mengakibatkan naiknya

permintaan (demand) masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena

kepastian jaminan sudah didapatkan dan apabila penyakit atau permasalahan yang

berkaitan dengan kesehatan masyarakat sudah tidak dapat di tangani di puskesmas

ini maka akan dilakukan rujukan ke pelayanan tingkat kedua yakni Rumah sakit

umum daerh yang dirujuk dengan menyertakan surat keterangan resmi melalui

rujukan keterangan kepesertaan BPJS-Kesehatan dari pihak Puskesmas

F. Defenisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun (1989 : 34) bahwa konsep adalah abstraksi

mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah

karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu. Peranan konsep

dalam penelitian sangat besar karena dia adalah yang menghubungkan dunia teori

dan dunia observasi, antara abstraksi dan realitas. Untuk itu dalam penelitian ini,

(37)

1. Menurut Van Metter dan Van Horn (1975 Implementasi kebijakan adalah

Tindakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau

pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan

pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijaksanaan. Tindakan tindakan yang dimaksud mencakup usaha usaha

untuk mengubah keputusan keputusan menjadi tindakan tindakan operasional

Pelaksanaan kebijakan atau keputusan tersebut oleh instansi pelaksana; Ada 6

variabel, menurut Van Metter dan Van Horn (1975), yang mempengaruhi

kinerja pelayanan publik yaitu :

a. Standar dan sasaran kebijakan yaitu setiap kebijakan public harus mempunyai standard an suatu sasaran kebijakan jelas dan

terukur. Dengan ketentuan tersebut tujuannya dapat

terwujudkan. Dalam standard an sasaran kebijakan tidak jelas,

sehingga tidak bias terjadi multi-interpretasi dan mudah

menimbulkan kesalah-pahaman dan konflik di antara para agen

implementasi.

b. Sumberdaya yaitu dalam suatu implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya, baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumber daya materi (matrial resources) nsumb erdaya metoda (method resources).

c. Hubungan antar organisasi yaitu dalam banyak program

(38)

perlu hubungan yang baik antar instansi yang terkait, yaitu

dukungan komunikasi dan koordinasi. Untuk itu, diperlukan

koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu

program tersebut. Komunikasi dan koordinasi merupakan salah

satu urat nadi dari sebuah organisasi agar program-programnya

tersebut dapat direalisasikan dengan tujuan serta sasarannya.

d. Karakteristik agen pelaksana yaitu dalam suatu implementasi kebijakan agar mencapai keberhasilan maksimal harus

diidentifikasikan dan diketahui karakteristik agen pelaksana yang

mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola

hubungan yang terjadi dalam birokrasi, semua itu akan

mempengaruhi implementasi suatu program kebijakan yang telah

ditentukan.

e. Disposisi implementor yaitu dalam implementasi kebijakan sikap atau disposisi implementor ini dibedakan menjadi tiga hal, yaitu;

(a) respons implementor terhadap kebijakan, yang terkait dengan

kemauan implementor untuk melaksanakan kebijakan publik; (b)

kondisi, yakni pemahaman terhadap kebijakan yang telah

ditetapkan; dan (c) intens disposisi implementor, yakni preferensi

nilai yang dimiliki tersebut.

(39)

mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana

kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi

implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni

mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di

lingkungan dan apakah elite politik mendukung implementasi

kebijakan.

2. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan dasar sesuai dengan hak – hak dasar setiap warga negara dan

penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan

publik.

3. Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara

bersama-sama dalam suatu organisasi yakni Puskesmas yang dijadikan

sebagai wadah dalam pemeliharaan dan peningkatan kualitas kesehatan

masyarakat, mencegah, dan mennyembuhkan penyakit serta memulihkan

kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang ditujukan

untuk mencapai derajat kesehatan perorangan/ masyarakat yang optimal/

setinggi-tingginya

4. BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan kesehatan.Jaminan Kesehatan adalah

jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat

(40)

dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar

iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab Ini Terdiri Dari Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka

Teori, Definisi Konsep dan Sistematika Penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Informan

Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi

penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, tugas dan fungsi serta

struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat memuat hasil pengumpulan data di lapangan. Dalam

bab ini akan dicantumkan semua data yang diperoleh dari lapangan

(41)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat analisis data - data yang diperoleh saat penelitian

dilakukan dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang

diteliti.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang

Gambar

Gambar 1. Tahapan Kebijakan Publik menurut Ripley

Referensi

Dokumen terkait

oleh pihak RSUD Lapangan Sawang dan oleh BPJS Kesehatan sendiri bahwa untuk kepengurusan berkas administrasi calon pasien/peserta BPJS Kesehatan dalam melakukan pengobatan

Definisi konsepsional dalam penelitian ini adalah Studi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sempaja Kecamatan Samarinda Utara Kota

Peserta BPJS terdiri dari peserta bantuan iuran (PBI) yang terdiri dari fakir miskin dan orang yang tidak mampu, serta golongan non PBI dan peserta dari peralihan ASKES

Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Puskesmas Batangtoru Dalam Melakukan Akuntabilitas Pelayanan Program BPJS Persalinan. Puskesmas Batangtoru adalah sebagai salah satu

Dalam skripsi ini penulis membahas mengenai perlindungan hukum pasien peserta JKN BPJS Kesehatan dengan mengangkat beberapa permasalahan yaitu bagaimana prosedur pelaksanaan

Dalam skripsi ini penulis membahas mengenai perlindungan hukum pasien peserta JKN BPJS Kesehatan dengan mengangkat beberapa permasalahan yaitu bagaimana prosedur pelaksanaan

Temuan Lapangan Mengenai Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah. Wawancara dilakukan

Dalam penelitian ini ketika dilakukan wawancara, kepada masyarakat yang pernah menggunakan BPJS Kesehatan di Puskesmas perbaungan menyatakan ”prosedur pelayanan yang