Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS UTILISASI KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2015
Identitas Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan : Unit Kerja :
Jabatan : Kepala Puskesmas
1. Apakah Puskesmas di Kota Medan menerima dana Kapitasi dari BPJS Kesehatan setiap bulannya?
2. Dialokasikan untuk apa sajakah dana kapitasi BPJS Kesehatan yang turun ke Puskesmas di Kota Medan?
3. Apakah ada pedoman penggunaan/ petunjuk teknis yang digunakan dalam pemanfaatan dana Kapitasi tersebut?
4. Apa sajakah kegiatan Operasional yang di biayai dari Dana Kapitasi? 5. Hambatan apa saja yang dihadapi puskesmas dalam penggunaan dana
Kapitasi tersebut?
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS UTILISASI KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2015
Identitas Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan : Unit Kerja :
Jabatan : Bendahara JKN Puskesmas
1. Apakah setiap bulan Puskesmas menerima dana Kapitasi?
2. Berapakah besar dana Kapitasi yang diterima Puskesmas setiap bulannya di Puskesmas Kota Medan?
3. Apakah ada regulasi yang mendasari pemanfaatan alokasi dana Kapitasi untuk Puskesmas Kota Medan?
4. Dialokasikan untuk apa saja dana kapitasi BPJS Kesehatan yang turun ke Puskesmas Kota Medan?
5. Adakah Pedoman/ Petunjuk Teknis dalam pemanfaatan dana Kapitasi tersebut?
6. Hambatan apa saja yang di hadapi Puskesmas dalam penggunaan dana Kapitasi tersebut?
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS UTILISASI KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2015
Identitas Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Unit Kerja : Dinas Kesehatan
Jabatan :
1. Apakah ada kebijakan dari pemerintah daerah Kota Medan, terkait pemanfaatan alokasi dana Kapitasi untuk Puskesmas di era JKN?
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006.Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Dewi, Anggi Asri Rusliana. 2014. Skripsi. Analisis Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Belawan Tahun 2014. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Drucker, Peter, 2008. Pionir Besar Manajemen Teori dan Praktik: Seri Maestro Bisnis Ed.2. Jakarta: Erlangga
Ismainar, Hetty. 2015.Administrasi Kesehatan Masyarakat. Jakarta:Deepublish Kemenkes RI. 2012. Peta Jalan Menuju JKN 2012-2019. Jakarta : BPJS
Kesehatan Diakses dari www.bkkbn.go.id pada tanggal 10 September 2015.
Manual pelaksanaan JKN-BPJS Kesehatan: Kumpulan Panduan Praktis Layanan BPJS Kesehatan dan Peraturan Pelaksanannya: Diakses dari www.bpjs-kesehatan.go.idpada tanggal 12 Oktober 2015.
Moloeng, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualititif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Panduan Praktis Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan. Jakarta: BPJS Kesehatan. Diakses dari www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/arsip/categories/OQ?keyword=&per_pag e=15 pada tanggal 08 Oktober 2015.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah.
--- Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
--- Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP milik Pemerintah Daerah.
Salinan Keputusan Walikota Medan Nomor 900/1743.K/2014 tentang Penetapan Rekening Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat PertamaTahun Anggaran 2014.
Salinan Keputusan Walikota Medan Nomor 440/947.K/VI/2015 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat.
Sulastomo. 2007. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Surat Edaran Mendagri No. 900/2280/SJ Tentang PetunjukTeknis Penganggaran,
Pelaksaaan dan Penatausahaan, serta Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah.
Tim Penyusun Bahan Sosialisasi dan Advokasi JKN. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional: Diakses dari www.depkes.go.id pada tanggal 10 September 2015.
Trisnanto L, 2014. Skenario Pelaksanaan JKN :Sebuah Studi Awal untuk Monitoring. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional --- No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan informasi tentang utilisasi kapitasi jaminan kesehatan nasional di Puskesmas Polonia dan Puskesmas Belawan untuk mewakili Daerah Kota dan Daerah Pesisir.
3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Polonia yang terletak di Jalan Polonia Gang A Kelurahan Medan Polonia dan Puskesmas Belawan terletak di JL. Stasiun No.1 Komplek PJKA Belawan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 s/d Januari 2016. 3.3Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Jaminan Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (JK2S) di Dinas Kesehatan Kota Medan, Kepala Puskesmas dan Bendahara JKN di puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Polonia dan Puskesmas Belawan, dengan karakteristik informan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Karakteristik Informan
Lanjutan Tabel 3.1
No Informan Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin Pendidikan Jabatan 3 Informan III 36 Perempuan D3-Analis 4 Informan IV 38 Laki-Laki S1-Kedokteran Kepala
Puskesmas Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini adalah lima orang yang terdiri atas 1 informan Kepala seksi jaminan kesehatan dan kesejahteraan sosial (JK2S) Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu seorang perempuan berusia 36 tahun dengan latar belakang pendidikan S1-Kedokteran. Informan dari puskemas belawan yaitu Kepala Puskemas Belawan yang berlatar belakang pendidikan S1-Kedokteran, dan Bendahara JKN dengan latar belakang D-III Analis Kesehatan. Informan dari Puskesmas Polonia yaitu Kepala Puskesmas Polonia yang berlatar belakang pendidikan S1-Kedokteran, dan Bendahara JKN dengan latar belakang D-III Keperawatan.
3.4Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu berupa data primer dan data sekuder.
3.4.1 Data Primer
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari :
a. Dokumen Dinas Kesehatan Kota Medan, seperti salinan keputusan walikota medan tentang Alokasi dana kapitasi jaminan kesehatan nasional pada pusat kesehatana masyarakat.
b. Profil Puskesmas Belawan dan Polonia yang berisi data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Belawan dan Polonia, data sarana dan prasarana kesehatan, data tenaga kesehatan, jumlah peserta JKN yang terdaftar di wilayah kerja Puskesmas Polonia dan Puskesmas Belawan.
c. Data kepesertaan untuk Kota Medan dari BPJS Kesehatan KCU-Medan.
d. Laporan kunjungan pasien peserta BPJS Kesehatan, Laporan jumlah peserta BPJS Kesehatan yang dirujuk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, dan bukti laporan lainnya yang mendukung. 3.5Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara kepada informan.
3.6Metode Analisis Data
Untuk validasi hasil maka dilakukan triangulasi dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini dilakukan triangulasi sumber, yaitu dengan mengecek data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas, Bendahara JKN di Puskesmas, dan Kepala Bidang Jaminan Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Dinas Kesehatan Kota Medan.
3.7Definisi Istilah
1. Utilisasi/pemanfaatan adalah rasio input yang benar-benar digunakan dalam jumlah input yang tersedia.
2. Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. 3. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
4. Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik yang dilaksanakan pada FKTP untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya. 5. Peserta Jamian Kesehatan Nasional (JKN) adalah setiap orang, termasuk
6. Efektivitas adalah suatu kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana atau peralatan yang digunakan, disertai tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.2 Gambaran Umum Puskemas Belawan
5.1.1 Lokasi Puskesmas Belawan
Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat. Puskesmas Belawan merupakan puskesmas yang
terletak di Kecamatan Medan Belawan yang terdiri dari 6 Kelurahan. Dahulu Puskesmas
Belawan terletak di pinggir laut tepatnya di Jl. Kampar No. 17. Puskesmas dipindahkan
karena kondisi wilayah sekitar yang sangat tidak memungkinkan dimana sering sekali
terjadi banjir karena adanya pasang-surut yang terjadi di laut tepat di depan puskesmas.
Dengan kebijakan Pemerintah, maka Puskesmas dipindahkan ke JL. Stasiun No.1
Komplek PJKA Belawan. Sampai saat ini Puskesmas Belawan masih berdiri kokoh
bahkan menjadi salah satu Puskesmas Rawat Inap di Kota Medan. Puskesmas Belawan
memiliki wilayah kerja seluas 2182 Ha yang terdiri atas 6 Kelurahan dan 143 Lingkungan
yaitu :
1. Kelurahan Belawan I : 31 Lingkungan
2. Kelurahan Belawan II : 44 Lingkungan
3. Kelurahan Belawan Bahari : 13 Lingkungan
4. Kelurahan Belawan Bahagia : 20 Lingkungan
5. Kelurahan Bagan Deli : 15 Lingkungan
6. Kelurahan Belawan Sicanang : 20 Lingkungan
Batas wilayah kerja Puskesmas Medan Belawan sebagai berikut :
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Jumlah penduduk riil Kecamatan Belawan tahun 2015 : 126.456 jiwa
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Kecamatan Medan Belawan
4.1.2 Gambaran Tenaga Kesehatan di Puskemas Belawan
Tenaga kesehatan di Puskesmas Belawan secara terperinci dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Belawan
No TenagaKesehatan Jumlah
1 Dokter Umum 7
Lanjutan Tabel 4.2
No Tenaga Kesehatan Jumlah
12 Staff 1
13 Honor 3
Jumlah 30
4.1.3 Gambaran Sarana dan Prasarana di Puskesmas Belawan
Berikut adalah gambaran fasilitas kesehatan berupa sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh Puskesmas Belawan:
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas Belawan
No Sarana Jumlah
1 Ruang Kepala Puskesmas 1
2 Ruang Periksa Gigi danMulut 1
3 Ruang PeriksaPasien/Suntik 1
4 Ruang Obat Apotik 1
18 Transportasi Ambulance 1
Sepeda Motor 1
19 SaranaKomunikasidanInformasi Komputer 7
Telepon -
Sarana Pembuangan Tinja Ada Sumber: ProfilPuskesmasBelawan 2015
Tabel 4.4 Diagnosa Terbanyak Pada Pelayanan hingga Oktober 2015
4 Anemia 214 193 212 208 205 214 225 192 240 247
5 Asma 209 143 128 443 135 415 164 221 200 6 Peny.Kulit Infeksi 229 227 233 212 240 231 239 244 255 241 7 Diare 110 89 155 107 116 118 110 128 131 141 8 Alergi Kulit 255 247 237 193 247 202 233 284 242 231
9 Peny.Mata - - 300 199 - - - 326
10 Reumatik 273 258 256 258 248 267 275 193 281 290 Sumber: ProfilPuskesmasBelawan 2015
Dari tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa ISPA menjadi penyakit terbanyak
yang terdiagnosa sebanyak 1086 orang pada bulan oktober di Puskesmas Belawan.
Tabel 4.5 Perbandingan Peserta JKN di Puskemas Belawan
No Bulan
Jumlah Peserta
Terdaftar Jumlah Kunjungan Jumlah Rujukan
2014 2015 2014 % 2015 % 2014 % 2015 %
1 Januari 55,481 58237 1793 2065 603 264
2 Februari 55914 83606 1145 1469 556 375
3 Maret 56235 85372 2096 2820 421 297
4 April 56511 89061 2951 2745 450 445
5 Mei 56835 89106 2008 2198 422 474
6 Juni 57112 89349 3042 1520 440 301
7 Juli 57502 88533 1876 2444 333 334
8 Agustus 57590 88539 1578 1555 257 417
9 September 56747 88465 1842 2930 452 317
10 Oktober 56874 88354 1670 3446 434 467
11 Nopember 57063 88384 1878 2790 360 439
12 Desember 57096 88364 2033 2926 360 456
Jumlah 57096 88364 23912 41,88 28908 32.71 5088 21.27 3691 15.86
Sumber: Laporan Manfaat dan Faskes Primer 2015 BPJS Kesehatan
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan kunjungan dari 23912
(41,88%) di tahun 2014 menjadi 28.908 (32.71%) di tahun 2015, serta penurunan
Tabel 4.6 Data Penyakit yang Paling Banyak Dirujuk Ke RS Kelas A dari Tahun 2014 s/d 2015
Deskripsi Kasus Kode
Diagnosis
Deskripsi Kasus
1 Puskesmas Belawan
A Januari I251 Atherosclerotic
heart disease
7 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
5 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
14 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
20 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
19 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
conditions
Lanjutan Tabel 4.6
Deskripsi Kasus Kode
Diagnosis
other treatment for other conditions
18 Z098 Follow-up exam after other treatment for other conditions
10
9 September Z098 Follow-up exam after
other treatment for other conditions
11 Z098 Follow-up exam after other treatment for other conditions
12
10 Oktober Z510 Radiotherapy session 20 Z089 Follow-up exam after
unspec treatment for malignant neoplasm
12
Z098 Follow-up exam after other treatment for other conditions
12
11 Nopember Z098 Follow-up exam after
Tabel 4.7 Data Penyakit yang Paling Banyak Dirujuk Ke RS Kelas B dari Tahun 2014 s/d 2015
Deskripsi Kasus Kode
Diagnosis
Deskripsi Kasus
1 Puskesmas Belawan
B Januari E149 Unspecified diabetes mellitus without complications
13 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
conditions
64
2 Februari Z491 Extracorporeal dialysis 24 Z098 Follow-up exam after other
treatment for other conditions
76
3 Maret Z491 Extracorporeal dialysis 26 Z098 Follow-up exam after other
treatment for other conditions
49
4 April Z491 Extracorporeal dialysis 30 Z098 Follow-up exam after other
treatment for other conditions
67
5 Mei Z491 Extracorporeal dialysis 32 Z098 Follow-up exam after other
treatment for other conditions
53
6 Juni Z098 Follow-up exam after
other treatment for other conditions
50 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
conditions
49
7 Juli Z098 Follow-up exam after
other treatment for other conditions
57 Z491 Extracorporeal dialysis 34
8 Agustus Z098 Follow-up exam after
other treatment for other conditions
62 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
conditions
Lanjutan Tabel 4.7
Deskripsi Kasus Kode
Diagnosis
Deskripsi Kasus
9 Puskesmas Belawan
B September Z098 Follow-up exam after other treatment for other
10 Oktober Z098 Follow-up exam after other
treatment for other
11 Nopember Z098 Follow-up exam after other
Tabel 4.8 Data Kunjungan dan Rujukan Peserta JKN di Puskesmas Belawan 2015
No Bulan
Jumlah Kunjungan Jumlah Rujukan Ask Sumber: Laporan Kepesertaan BPJS Kesehatan
Berdasarkan tabel 4.8 data kunjungan dan rujukan peserta JKN di Puskesmas
Belawan tahun 2015 dapat diketahui, bahwa peserta yang paling banyak memanfaatkan
pelayanan kesehatan adalah peserta dari golongan PBI yaitu sebanyak 28.304 orang, dan
yang paling banyak dirujukpun peserta PBI yaitu sebanyak 3484 orang.
4.2 Gambaran Umum Puskesmas Polonia
4.2.1 Lokasi Puskesmas Polonia
Puskesmas Medan Polonia berdiri pada tanggal 1 mei 1980, terletak di
Kecamatan Medan Polonia tepatnya di Jalan Polonia Gang A Kelurahan Medan Polonia.
Jarak puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kota Medan Tingkat II berkisar 4,5 km,
sehingga letak Puskesmas Polonia dengan mudah dapat dicapai dengan kendaraan
bersepeda motor atau dengan kendaraan beroda empat. Puskesmas Polonia mempunyai 5
kelurahan yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Polonia. Luas wilayah kerjanya
adalah 892 Ha, dengan jumlah lingkungan 46, dan jumlah penduduk 67.030 jiwa dengan
14.191 KK.
2. Sebelah Selatan: Kecamatan Medan Johor
3. Sebelah Barat: Kecamatan Medan Baru
4. Sebelah Timur: Kecamatan Medan Maimun
Wilayah kerja Puskesmas Polonia Medan. Dalam melaksanakan kegiatannya
Puskesmas Medan Polonia mempunyai luas wilayah seluas 892 Ha, yang terdiri atas 5
Kelurahan dan 46 Lingkungan serta jumlah Penduduk sebanyak 67.030 Jiwa dengan
14.191 KK.
4.2.2 Tujuan Puskesmas Polonia
Tujuan Puskesmas Polonia adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan ”Indonesia Sehat”.
4.2.3 Visi dan Misi Puskesmas Polonia
4.2.3.1 Visi Puskesmas Puskesmas Polonia
Visi puskesmas adalah kecamatan sehat sejahtera. Rumusan visi puskesmas
setempat diserahkan sepenuhnya ke daerah, asal daerahnya adalah kecamatan sehat.
Dalam menentukan keberhasilan mewujudkan visi tersebut, perlu ditetapkan Indikator
kecamatan sehat, antara lain sebagai berikut:
1. Indikator lingkungan sehat
2. Indikator perilaku sehat
3. Indikator pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Indikator derajat kesehatan yang optimal
4.2.3.2 Misi Puskesmas Polonia
Misi Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah:
1. Menggerakan pembangunan kecamatan yang berwawasan kesehatan. Puskesmas
kesehatan yaitu agar pembangunan tersebut mendorong lingkungan dan perilaku
masyarakat semakin sehat.
2. Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat. Puskesmas
selalu berupaya agar keluarga dan masyarakat makin berdaya dibidang kesehatan
melalui peningkatan pengetahuan dan masyarakat makin berdaya dibidang
kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan hidup sehat.
Tabel 4.9 Daftar Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Polonia
No TenagaKesehatan Jumlah
1 DokterUmum 5
8 Kesehatan Masyarakat 1
9 Analis 1
10 HygineSanitasi 1
11 PetugasGizi 2
Jumlah 26
Sumber: ProfilPuskesmasPolonia 2015
Tabel 4.10 Sarana dan Prasarana di Puskesmas Polonia
No Fasilitas Jumlah
1 Ruang Kepala Puskesmas 1 Unit
2 Ruang Imunisasi 1 Unit
3 Ruang Dokter/Periksa Pasien 1 Unit
Lanjutan Tabel 4.10
Tabel 4. 11 Data Pasien Peserta BPJS Kesehatan Di Puskesmas Polonia dari Tahun
Jumlah Kunjungan Jumlah Rujukan
2014 2015 2014 % 2015 % 2014 % 2015 % Sumber: Laporan BPJS Kesehatan 2015
Dari data di atas diketahui bahwa jumlah peserta yang terdaftar di Puskemas
Polonia hingga desember 2015 sebanyak 23.204 jiwa (46,16%) meningkat dari tahun
2014, dengan rata-rata kunjungan sebesar 595 jiwa (4%) di tahun 2014,dan di tahun 2015
sebanyak 603 jiwa (2,59%). Untuk jumlah pasien yang dirujuk hingga desember 2015
diketahui sebanyak 2718 jiwa atau rata-rata sebanyak 226,5 jiwa (37,58%).
Tabel 4.12 Data Kunjungan dan Rujukan Peserta JKN di Puskesmas Polonia 2015
No Bulan
Jumlah Kunjungan Jumlah Rujukan
Berdasarkan tabel data kunjungan dan rujukan peserta JKN di Puskesmas Polonia
tahun 2015, dapat diketahui bahwa masyarakat yang paling banyak berkunjung adalah
peserta mandiri sebanyak 3212 orang, dan paserta yang paling banyak dirujuk adalah
Tabel 4.13 Data Penyakit yang Paling Banyak Dirujuk Ke RS Kelas A dari Tahun 2014 s/d 2015
Deskripsi Kasus Kode
No Nama
Deskripsi Kasus Kode
Diagnosis
11 Nopember Z098 Follow-up exam after other
Tabel 4.14 Data Penyakit yang Paling Banyak Dirujuk Ke RS Kelas B dari Tahun 2014 s/d 2015
Deskripsi Kasus Kode
Diagnosis
Deskripsi Kasus
1 Puskesmas Polonia
B Januari I259 Chronic ischaemic heart disease, unspecified
28 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
conditions
45
2 Februari I259 Chronic ischaemic heart
disease, unspecified
30 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
conditions
49
3 Maret I259 Chronic ischaemic heart
disease, unspecified
22 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
conditions
49
4 April E149 Unspecified diabetes
mellitus without complications
15 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
conditions
57
5 Mei I259 Chronic ischaemic heart
disease, unspecified
22 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
conditions
38
6 Juni Z098 Follow-up exam after
other treatment for other conditions
80 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
conditions
33
7 Juli Z098 Follow-up exam after
other treatment for other conditions
68 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
conditions
29
8 Agustus Z098 Follow-up exam after
other treatment for other conditions
62 Z098 Follow-up exam after other treatment for other
conditions
Lanjutan Tabel .14
Diagnosis Deskripsi Kasus
Kode
Diagnosis Deskripsi Kasus
9 Puskesmas Polonia
B September Z098 Follow-up exam after other treatment for other conditions
67 Z098 Follow-up exam after other treatment for other conditions
28
10 Oktober Z098 Follow-up exam after
other treatment for other conditions
24 Z098 Follow-up exam after other treatment for other conditions
53
11 Nopember - - - Z098 Follow-up exam after
other treatment for other conditions
36
12 Desember Z098 Follow-up exam after
other treatment for other conditions
31 - - -
Total 449 444
4.3 Hasil wawancara Jaminan Kesehatan Nasional Di Puskesmas Kota Medan Tahun 2015
4.3.1 Pernyataan Informan tentang Penerimaan Dana Kapitasi dari BPJS Kesehatan ke Puskesmas di Kota Medan.
Tabel 4.15 Matriks Pertanyaan Informan tentang Penerimaan Dana Kapitasi dari BPJS Kesehatan ke Puskesmas di Kota Medan
Informan Pernyataan
Informan II Iya dek, ditransfer uangnya setiap tanggal 15 bulan depannya, misalnya kapitasi bulan september, habis dulu bulan september terus dihitung habis absennya baru dibayar di oktober, setelah mereka menyelesaikan tutup buku yang bulan september punya baru dibayarkan.
Informan III Setiap tanggal 15 atau 16 atau setiap pertengahan bulan Informan IV Tiap bulan terima dek, jumlahknya ya beda-beda tiap bulannya
tergantung sama perserta yang terdaftar di puskesmas kami.
Besarannya ya disamain sama peraturan menteri, kalau kami ya terima-terima saja.
Informan V Ya setiap tanggal pertengahan bulan dek, biasanya setiap tanggal 15 dek.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa puskesmas menerima dana
kapitasi JKN setiap bulannya dari BPJS Kesehatan pada pertengahan bulan yaitu sekitar
tanggal 15 dan 16 bulan berikutnya setelah dihitung dan diakumulasi seluruhnya.
4.3.2 Pernyataan Informan tentang Pengalokasian Dana Kapitasi
Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan tentang Pengalokasian Dana Kapitasi
Informan Pernyataan
Informan II Dana Kapitasi yang diterima oleh puskesmas dari BPJS Kesehatan kami alokasikan untuk jasa dan obat, alkes dan itupun pengadaannya tidak dilakukan disini tapi di dinas kesehatan karena kami tidak memiliki sertifikasi pengadaan barang dan jasa.
Informan IV Dana kapitasi yang diperoleh dari BPJS Kesehatan setiap bulannya dialokasikan untuk jasa pelayanan kesehatan dan biayaoprasional. Dimana alokasi dana tersebut 60% dialokasikan untuk jasa pelayanan yang dapat digunakan setiap bulannya dan untuk dukungan biaya oprasional dibuat kembali perencanaan dalam penggunaannya karena puskesmas polonia belum menjadi BLUD, dimana pemanfaatan tersebut harus dilaporkan kembali ke dinas kesehatan kabupaten/kota medan melalui DPA ke SKPD Dinkes Kota Medan.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pengalokasian dana yang selama
ini ditransfer dari BPJS Kesehatan ke puskesmas dimanfaatkan untuk
obat dan alat kesehatan pihak puskesmas tidak melakukannya di instansinya sendiri
melainkan di dinas kesehatan dikarenakan tidak adanya SDM yang tersertifikasi untuk
melakukan pengadaan barang dan jasa di puskesmas.
4.3.3 Penyataan Informan tentang Pedoman Penggunaan Dan Pemanfaatan Dana Kapitasi
Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan tentang Pedoman Penggunaan dan Pemanfataan Dana Kapitasi
Informan Pernyataan
Informan I Pedoman pelaksanaannya hanya dari yang tadi kamu sebutkan, ada Perpres No 32 Tahun 2014 tentang pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Permenkes No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, Permenkes No. 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik
Pemerintah Daerah, SE Mendagri No. 900/2280/SJ tentang Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatalaksanaan, serta
Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah, PMK No. 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan., terus kalau dari pemko medan sendiri yang mengatur tentang pengalokasian dana kapitasi itu ada dalam salinan dari keputusan walikota medan nomor
440/947.K/VI/2015 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat.
Infroman II Pedomannya dari peraturan presiden, peraturan menteri sama peraturan daerah ja.
Infroman III Salinan Keputusan Walikota Medan No. 900/1493.K/2014 tentang alokasi dana kapitasi jaminan kesehatan nasional pada pusat kesehatana masyarakat
Informan IV PerpresNo. 32 Tahun2014, Permeskes No.19 Tahun 2014, serta Peraturan Walikota Medan.
Infroman V Salinan Keputusan Walikota Medan No. 900/1493.K/2014 tentang alokasi dana kapitasi jaminan kesehatan nasional pada pusat kesehatana masyarakat
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pedoman yang digunakan dalam
pemanfaatan dana kapitasi yang diketahui oleh informan antara lain Peraturan presiden
No 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN Pada
Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya
Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah, SE
Mendagri No. 900/2280/SJ tentang Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan
Penatalaksanaan, serta Pertanggungjawaban Dana Kapitasi JKN pada FKTP Milik
Pemerintah Daerah, PMK No. 69 Tahun 2013 tentang StandarTarif Pelayanan Kesehatan
dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan., salinan dari keputusan walikota
medan nomor 440/947.K/VI/2015 tentang Alokasi Dana Kapitasi JKN Pada Pusat
Kesehatan Masyarakat.
4.3.4 Pernyataan Informan tentang Kegiatan Operasional yang Dibiayai Dari Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Informan tentang Kagiatan Operasional yang dibiayai dari Dana Kapitasi Jaminan Kaesehatan Nasional
Informan Pernyataan
Informan II Kegiatannya belum ada. Dana promotif masih dari dana BOK. Ya memang di peraturannya ada tapi karna belum ada juknis yang jelas soal penggunaannya kami masih menggunakan itu sebatas jasa dan operasional puskesmas saja.
Informan IV Kalau untuk promotif dan preventif kami masih dari dana BOK. Kalau dari kapitasi untuk jasa medis sama Operasional saja seperti copyresep, copysurat itukan masuk juga ke ATK.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kegiatan operasional yang
dilakukan dengan menggunakan dana Kapitasi JKN selama ini masih mengandalkan dana
BOK, seperti untuk kegiatan promotif dan preventifnya. Dari dana kapitasi hanya untuk
kegiatan dukungan operasional lainnya seperti penggandaan surat-surat dan ATK lainnya.
4.3.5 Pernyataan Informan tentang Hambatan yang Dihadapi Puskesmas Dalam Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
Tabel 4.19 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan yang dihadapi Puskesmas dalam Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
Informan Pernyataan
Informan Pernyataan
kesehatan jadi terbatas, kalaupun mau belanja ya paling barang yang harganya dibawah 10 juta.
Informan III Lancar kok dek, sejauh ini belum ada hambatan
Informan IV Hambatannya ya karena Puskemas Polonia ini belum BLUD jadi ngk semua bisa dibeli sendiri. Kalau BLUD kan kita bisa beli apa-apa sendiri, baut pengadaan sendiri sesuai dengan apa yang kita perluin. Kalau sekarang ngk semua bisa dibeli alasannya karena ada peraturan sendiri untuk pengadaan khusus dana BPJS itu, terus belum ada juga SDM yang tersertifikasi untuk melakukan pengadaan barang dan jasa, jadi di kota medan ini cuma ada satu yaitu di dinas kesehatan.terus sistem pengadaannyapun kan pakai sistem e-catalogue.
Informan V Belum ada hambatan, lancar-lancar saja. Memang belum ada pelatihan khusus hanya saja ada training yang kami lakukan di dinas kesehatan terkait bagaimana sistem dan cara peleporannya.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa hambatan yang terjadi dalam
penggunaan dana kapitasi JKN adalah di dalam pembelanjaan untuk barang, puskesmas
tidak dapat melakukannya secara langsung hanya barang kebutuhan puskesmas yang
nominalnya kurang dari 10 juta yang dapat dibelanjakan sendiri, untuk barang yang lebih
mahal pengadaannya dilakukan di dinas kesehatan kota medan dikarenakan hanya belum
tersedianya SDM yang tersertifikasi untuk pengadaan barang dan jasa.
4.3.6 Pernyataan Informan tentang Pelaporan Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
Tabel 4.20 Matriks Pernyataan Informan tentang Pelaporan Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
Informan Pernyataan
Informan II Ya tiap bulannya dilapor sesuai dengan peraturan daerah setiap tanggal 5 bulan berikutnya. Kalau ada dana yang berlebih dibulan ini nanti dananya kita masukin diperencanaan bulan berikutnya, misalnya bulan ini kita kelebihan 200 juta, ya yang 200 juta itu kita buat
perencanaannya bersama dengan yang bulan berikutnya.
Informan III Kalau untuk pelaporannya ada beberapa yang mesti di lampirkan yaitu laporan realisasi, buku kas, surat pertanggungjawaban yang
ditandatangani oleh kepala puskesmas, serta rekening koran dan itu setiap bulannya kami cetak. Kalau untuk ke BPJSnya sendiri kami mengirimkan jumlah kunjungan pasien.
yang telah ditandatangani oleh kepala puskesmas polonia, buku kas dana kapitasi, laporan realisasi, sama cetakan rekening koran dari bank.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui menurut Informan dalam Penggunaan
dana Kapitasi tersebut pihak puskesmas melakukan pelaporan setiap bulannya ke dinas
kesehatan dengan melampirkan surat pertanggungjawaban yang telah ditanda tangai oleh
kepala puskemas, buku kas dana kapitasi JKN, laporan realisasi dana kapitasi JKN, serta
cetakan rekenaing koran puskesmas terkait, dan dilaporkan setiap tanggal 5 bulan
berikutnya. Kepada BPJS Kesehatan setiap bulannya puskesmas melaporkan jumlah
kunjungan pasien.
4.3.7 Pernyataan Informan tentang Regulasi Terkait Penggunaan Dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
Tabel 4.21 Matriks Pernyataan Informan tentang Regulasi Terkait Penggunaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
Informan Pernyataan
Informan I Seperti yang kamu ketahui Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah, Permenkes No. 19Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah, Permenkes No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, Permenkes No. 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayana Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan, SE mendagri No. 900/2280/SJ tentang Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, serta Pertanggungjawaban dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah, kalau kota medan sendiri yaitu salinan keputusan walikota medan No. 440/947.K/VI/2015 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat. Untuk penetapan no rekeningnya didasari dari salinan keputusan walikota medan No. 900/1743.K/2014 tentang Penetapan Rekening Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Tahun Anggaran 2014, serta untuk penetapan bendaharanya didasari oleh Keputusan Walikota Nomor 954/002.K/2015 tentang Pengangkatan Bendahara Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2015.
Informan Pernyataan
pelayana, 40% untuk obat-obatan dan alkes, terus kalau dari walikota yang 40 % dibagi lagi jadi 35% dan 5%.
Informan III Regulasi yang mendasarinya ada, seperti Peraturan Presiden No 32 Tahun 2014, untuk pedoman pelaksaanaannya bisa dilihat di Peraturan Menteri Kesehatan No 28 Tahun 2014, kalau peraturan dari walikota medan sendiri itu ada salinan keputusan walikota medan No.
900/1493.K/2014 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat
Informan IV Untuk regulasinya kalau di kota medan sendiri itu ada dari peraturan walikota daerah Kota Medan yang mengatur pembagiannya 60%, 35% dan 15 %.
Invorman V Untuk KotaMedan dilihat dari salinan Keputusan Walikota Medan No. 900/1493.K/2014 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat.
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa regulasi yang terkait penggunaan dan
pemanfaatan dana kapitasi jaminan kesehatan nasional yang dikehui oleh informan yaitu
Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaandan Pemanfaatan Dana
Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik
Pemerintah, Permenkes No. 19Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional
Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah, Permenkes No. 28
Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional,
Permenkes No. 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayana Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan, SE MENDAGRI No. 900/2280/SJ
tentang Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, serta
Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah, Salinan Keputusan Walikota
Medan No. 440/947.K/VI/2015 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat, yang menggantikan Salinan Keputusan
Walikota Medan No. 900/1493.K/2014 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat yang masih dimiliki oleh
Untuk penetapan no rekeningnya didasari dari Salinan Keputusan Walikota
Medan No. 900/1743.K/2014 tentang Penetapan Rekening Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Tahun Anggaran 2014,
serta untuk penetapan bendaharanya didasari oleh Keputusan Walikota Nomor
954/002.K/2015 tentang Pengangkatan Bendahara Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pemerintah Kota Medan Tahun
Anggaran 2015.
4.3.8 Pernyataan Informan tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan berdasarkan Kepesertaan BPJS Kesehatan
Table 4.22 Matriks Informan tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan berdasarkan Kepesertaan BPJS Kesehatan
Informan Pernyataan
Informan II Kami tidak ada membedakan semua peserta BPJS kami layani. siapa saja yang berkunjung dan memanfatkan pelayanan kesehatan,
sekarangkan jamannya JKN jadi ya peserta BPJS ngk ada dibagi-bagi lagi, laporan kami ya langsung semua yang berkunjung berapa tanpa dikelompokkan apakah PBI atau Non PBI.
Informan IV Semua peserta itu sama, semua peserta adalah peserta JKN. Tidak ada lagi yang namanya jamkesmas, atau jamkesda, semua sama peserta BPJS Kesehatan.
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa menurut informan, bahwa yang
memanfaatkan fasilitas kesehatan atau peserta yang berkunjung adalah sama yaitu peserta
BPJS Kesehatan baik di Puskesmas Polonia maupun di Puskesmas Belawan. Hal tersebut
diperkuat oleh penyataan dari bagian kepesertaan BPJS Kesehatan bahwa: “Di dalam
pemanfatan dana kapitasi tidak dilihat kepesertaannya siapapun yang berkunjung dan
menggunakan fasilitas kesehatan mendapat hak pelayanan yang sama baik itu peserta PBI
BAB V
PEMBAHASAN
5.1Masukan/InputAspek yang dikategorikan sebagai masukan (input) dalam Utilisasi Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional yaitu:
5.1.1 Dana Kapitasi
BPJS kesehatan menghimpun iuran yang dibayar oleh masyarakat yang telah mendaftarkan diri sebagai peserta program JKN. Selanjutnya BPJS, mendistribusikan anggaran jaminan kesehatan masyarakat secara kapitasi untuk mengoptimalkan pelayanan.
Sistem kapitasi merupakan suatu sistem pembayaran pada pemberi pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah kapita atau jiwa yang harus dilayani baik sakit/tidak sakit.dalam sistem kapitasi, pembayaran diberikan di depan sebelum pelayanan diberikan (prepad). Pemberi pelayanan kesehatan (PPK) akan diberi insentif, apabila jumlah biaya yang ditetapkan tidak terpakai. Dengan demikian PPK diminta untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik, seefisien mungkin, sehingga akan mendorong orientasi pelayanan ke arah pencegahan dan promosi (Sulastomo. 2007).
FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Perpres No. 32 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah, FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistis untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehetan lainnya. Fasilitas kesehatan yang dimaksud adalah tempat untuk melakukan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Dapat berupa praktek dokter perorangan, rumah sakit, dan puskesmas.
Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen diketahui bahwa belum ada regulasi yang mengatur mekanisme pengelolaan sisa lebih dana kapitasi. Besarnya dana yang diterima dan realisasi anggaran yang lambat, berpeluang menyebabkan sisa lebih diakhir tahun anggaran. Jika hal ini terus berulang, maka dapat berakibat dana bisa sangat besar di satu puskesmas saja.
Besaran Dana Kapitasi yang diterima puskesmas setiap bulannya mengalami perubahan, baik bertambah maupun berkurang bergantung dari jumlah peserta yang terdaftar pada puskesmas tersebut. Seperti pada bulan nopember peserta yang terdaftar di Puskesmas Belawan sebanyak 88.298 jiwa, sedangkan di Puskesmas Polonia sebanyak 23.144 jiwa. Dari banyaknya peserta yang terdaftar di puskesmas tersebut dikalikan dengan standar tariff kapitasi sebesar Rp. 6000,-, sehingga besar kapitasi yang diterima oleh Puskesmas Belawan sebesar
Rp.529.788.000,-, sedangkan Puskesmas Polonia menerima sebesar Rp. 138.864.000,-.
Dana kapitasi yang diterima puskesmas belawan dan polonia telah sesuai dengan Se Mendagri No 900/2280/SJ, Peraturan Presiden No 32 Tahun 2014, dan Permenkes No. 19 Tahun 2014.
5.2Proses
Dana Kapitasi JKN adalah dana yang diperoleh dari iuran pembayaran yang dilakukan oleh peserta JKN baik secara mandiri maupun yang dibayarkan oleh pemerintah setiap bulannya. Pemanfaatan Dana Kapitasi diatur dalam Perpres No. 32 tahun 2014 dan Permenkes No. 19 tahun 2014 dijelaskan bahwa dana kapitasi yang diperoleh setiap bulannya oleh puskesmas dari BPJS Kesehatan dimanfaatkan untuk jasa pelayanan dan dukungan biaya operasional. Dalam penggunaannya diatur lebih jelas pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
dengan berpedoman pada juknis dana jkn. Proses perencanaanya melibatkan seluruh staff puskesmas. Selanjutnya, hasil perencanaan dibuat dalam bentuk RKA yang diserahkan kepada dinas kesehatan kota untuk di verifikasi dan disetujui dalam bentuk DPA Dinas Kesehatan Kota.
Puskesmas Belawan dan Puskesmas Polonia terkait pemanfaatan dana kapitasi telah sesuai dengan Salinan Keputusan Walikota Medan Nomor 440/947.K/VI/2015 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatana Masyarakat.
5.2.1 Jasa Pelayanan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa informan terkait pemanfatan dana kapitasi JKN diperoleh bahwa Puskesmas Polonia dan Puskesmas Belawan telah mengalokasikan dana sesuia dengan Salinan Keputusan Walikota Medan Nomor 440/947.K/VI/2015. Dana kapitasi 60% untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan pada Puskesmas Belawan dan Puskesmas Polonia, dihitung berdasarkan jumlah point ketenagakerjaan, jumlah hari kerja, dan pajak yang harus dibayarkan berdasarkan golongan.
5.2.2 Dukungan Biaya Operasional
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa dalam penggunaan dana jkn untuk dukungan biaya operasional Puskesmas Belawan dan Polonia mengalami hambatan dalam proses pengadaan barang seperti pembelian barang yang menggunakan sistem e-catalogue dan harus disesuaikan dengan penentukan harga produk, dimana LKPP melakukan negosiasi ataupun lelang dengan penyedia. Terlebih puskesmas tidak memiliki petugas yang tersertifikasi untuk melakukan pengadaan barang untuk operasional, sehingga 35% dari dana kapitasi JKN diserahkan kepada pihak Dinas Kesehatan.
Selain itu, di dalam perencanaan penggunaan dana kapitasi jkn dibuat di awal tahun dengan berpatokan kepada total anggaran tahun sebelumnya. Jika dana dukungan operasional didalam penggunaanya berlebih, dana tersebut dapat dialokasikan untuk pemanfatan bulan berikutnya. Selanjutnya, bila kebutuhan puskemas dari segi obat-obatan mengalami kekurangan, bisa meminta langsung kepada gudang farmasi dinas kesehatan untuk kebutuhan puskesmas, dan dalam pelaporannya dibuat dibulan berikutnya.
5.3.1 Output/Keluaran
Menurut Peter F. Drucker (2008), Efisiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing thing right) dan efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right thing). Efisien (tepat/ sesuai) yaitu mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya. Mampu mengerjakan tugas dengan tepat dan cermat, tepat guna/ berdayaguna. Efisiensi adalah ketepatan cara (tugas/kerja) dalam menjalankan sesuatu (tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya). Mampu menjalankan tugas dengan baik dan tepat (tidak membuang waktu tenaga dan biaya).
Efektif merupakan efek (akibat/pengaruh/kesan), atau membawa hasil/ berdayaguna. Efektivitas merupakan keadaan berpengaruh/ keberhasilan. Efektifitas dan efisiensi anggaran belanja merupakan satu prinsip utama dalam penyelenggaraan belanja suatu organisasi sektor publik agar dapat memberikan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal (Bastian, 2006).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Puskemas Polonia dan Puskesmas Belawan menerima Dana Kapitasi JKN setiap bulan sesuai dengan jumlah peserta yang terdaftar.
2. Perencaan pembelanjaan puskemas setiap bulan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pembelanjaan jasa dilakukan setiap bulan, dan untuk barang mulai terhitung bulan ke-4, jika dana berlebih pada bulan berjalan, dana tersebut dianggarkan pada bulan berikutnya.
3. Pengalokasian Dana Kapitasi JKN di Puskemas Polonia dan Puskesmas Belawan telah sesuai dengan Salinan Keputusan Walikota Medan No. 900/1493.K/2014 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. Untuk biaya dukungan operasional masih mengalami hambatan dalam pembelanjaannya seperti barang yang hendak dibeli tidak tersedia, ataupun dana yang diperuntukkan dalam pembelian belum mencukupi sehingga harus menunggu hingga dana tersebut cukup, serta proses verifikasi yang membutuhkan waktu yang cukup lama.
Pelaksanaan Dan Penatausahaan, Serta Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Daerah.
6. Belum adanya regulasi tentang penggunaan kelebihan dana kapitasi di puskesmas.
7. Pemanfaatan dana jkn tidak ada duplikasi atau tumpang tindih dengan dana yang lain.
6.2 Saran
Adapun saran-saran dalam penelitian ini antara lain:
1. Kepada Dinas Kesehatan, agar melakukan pendistribusian kebutuhan obat, Alat Kesehatan dan Bahan Habis pakai lebih cepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Asuransi Kesehatan Sosial
2.1.1 Pengertian Asuransi Kesehatan Sosial (Jaminan Kesehatan Nasional-JKN) Sebelum membahas pengertian asuransi kesehatan sosial, beberapa pengertian yang patut diketahui terkait dengan asuransi tersebut adalah: a. Asuransi Sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat
wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No. 40 Tahun 2004).
b. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara penyelenggaraan jaminan sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
c. Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang layak.
Dengan demikian, jaminan kesehatan nasional yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib berdasarkan undang-undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar yang layak.
Tabel 2.1 Perbandingan Asuransi Sosial dengan Asuransi Komersial
Asuransi Sosial Asuransi Komersial
1. Kepesertaan bersifat wajib (untuk semua penduduk)**
a. Kepesertaan bersifat sukarela
2. Non profit b. Profit
3. Manfaat komprehensif c. Manfaat sesuai dengan premi yang dibayarkan
** Berpotensi mencakup 100% penduduk (Universal Coverage) dan relative dapat menekan peningkatan biaya pelayanan kesehatan.
Sumber: Peta Jalan Menuju JKN 2012-2019 (2012)
2.1.2 Prinsip-Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional
Jamian kesehatan nasional mengacu pada prinsip-prinsip sistem jaminan sosial nasional berikut:
1. Kegotongroyongan
Dalam SJSN, prinsip kegotongroyongan berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, pesrta yang sehat membantu peserta yang sakit atau yang beresiko tinggi. Hal ini terwujud karena kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Nirlaba
3. Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
5. Dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
6. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
2.1.3 Kepesertaan
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
A. Peserta dan Kepesertaan
Peserta dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi :
1. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah.
2. Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri atas 2 kelompok yaitu: Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan yaitu fakir miskin dan orang tidak mampu, dan Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan yaitu Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, serta bukan Pekerja dan anggota keluarganya.
1. Anak pertama sampai dengan anak ketiga dari peserta pekerja penerima upah sejak lahir secara otomatis dijamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). 2. Bayi baru lahir dari Peserta pekerja bukan penerima upah, Peserta
bukan pekerja, Peserta pekerja penerima upah untuk anak keempat dan seterusnya, harus didaftarkan selambat-lambatnya 3 x 24 jam hari kerja sejak yang bersangkutan dirawat atau sebelum pasien pulang (bila pasien dirawat kurang dari 3 hari). Jika sampai waktu yang telah ditentukan pasien tidak dapat menunjukkan nomor identitas peserta JKN maka pasien dinyatakan sebagai pasien umum.
B. Pendaftaran Peserta
1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.
a. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan didaftarkan oleh Pemerintah sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Penduduk yang belum termasuk sebagai peserta jaminan kesehatan dapat diikutsertakan dalam program Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan oleh pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
2. Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI)
a. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja yang bersangkutan dapat mendaftarkan diri sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan;
b. Pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja wajib mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan. Proses pendaftaran dapat dilakukan secara bertahap baik perorangan atau seluruh anggota keluarga.
Prosedur pendaftaran peserta dan tata cara perubahan daftar susunan keluarga/mutasi kepesertaan diatur lebih lanjut dalam Panduan Teknis Kepesertaan yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan.
3. Mekanisme Pembayaran
1. Mekanisme Pembayaran Iuran
Mekanisme pembayaran iuran peserta kepada BPJS Kesehatan disesuaikan dengan kepesertaan yang terdaftar di BPJS Kesehatan.
a. Iuran bagi peserta PBI dibayarkan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.
b. Iuran bagi peserta yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah dibayarkan oleh Pemerintah Daerah dengan besaran iuran minimum sama dengan besar iuran untuk peserta PBI.
1. Pemberi kerja memungut iuran dari pekerja dan membayar iuran yang menjadi tanggung jawab pemberi kerja kemudian iuran disetorkan ke BPJS Kesehatan.
2. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai pemberi kerja menyetorkan iuran kepada BPJS Kesehatan melalui rekening kas negara dengan tata cara pengaturan penyetoran dari kas negara kepada BPJS Kesehatan sebagaimana diatur oleh Kementerian Keuangan.
d. Iuran bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja dibayarkan oleh peserta sendiri kepada BPJS Kesehatan sesuai dengan kelas perawatannya.
e. Iuran bagi penerima pensiun, veteran, dan perintis kemerdekaan dibayar oleh pemerintah kepada BPJS Kesehatan.
2. Mekanisme Pembayaran ke Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan akan membayar kepada FKTP dengan Kapitasi dan Non Kapitasi. Untuk FKRTL, BPJS Kesehatan akan membayar dengan sistem
paket INA CBG’s dan di luar paket INA CBGs.
2.1.4 Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional).
Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) antara lain:
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dapat berupa: a. Puskesmas atau yang setara;
b. Praktik Dokter; c. Praktik Dokter Gigi;
d. Klinik Pratama atau yang setara; dan
e. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara
FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif, berupa pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan Pelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan bagi Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang.
b. Rumah Sakit Umum; dan c. Rumah Sakit Khusus.
Sistem pembayaran yang dilakukan kepada FKTP yang bekerja sama BPJS Kesehatan dilakukan secara Kapitasi.
2.2 Kapitasi
BPJS Kesehatan menghimpun iuran yang dibayarkan oleh masyarakat yang telah mendaftar sebagai peserta program JKN. Selanjutnya BPJS Kesehatan mendistribusikan anggaran jaminan kesehatan masyarakat secara kapitasi untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan. Istilah kapitasi berasal dari kata kapital yang berarti kepala. Sistem kapitasi berarti cara perhitungan berdasarkan jumlah kepala yang terikat dalam kelompok tertentu. Dalam hal JKN ini, kepala berarti orang atau peserta atau anggota program BPJS Kesehatan.
Pendistribusian dana BPJS Kesehatan secara kapitasi menggunakan suatu metode pembayaran untuk jasa layanan kesehatan dimana pemberi pelayanan kesehatan di FKTP menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per periode waktu untuk pelayanan yang telah ditentukan. Hal ini dipertegas dengan dikeluarkannya Perpres No.32 tahun 2014 pasal 1 yang mengatakan bahwa Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan (Perpres No.32/2014).
b. Pelayanan promotif dan preventif;
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, termasuk pil dan kondom
untuk pelayanan keluarga berencana;
f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama. 2.2.1Tarif Pelayanan Kesehatan Peserta BPJS Kesehatan
Berdasarkan Kesepahaman Bersama Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES), Asosiasi Klinik Indonesia (ASKLlN), Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia (PKFI) Wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan BPJS Kesehatan Divre Sumbagut Tentang Kesepakatan Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama maka ditetapkansebagai berikut:
a. Rawat Jalan Tingkat Pertama
Tabel 2.2 Biaya Kapitasi Puskesmas Atau Fasilitas Kesehatan Yang Setara Klasifikasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Kapitasi Per Jiwa Puskesmas alau fasilitas kesehatan yang setara dengan :
- Tanpa Dokter - Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana - Apotek/ Pelayanan Obat
Rp.3.000,-
Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara dengan : - Tanpa Dokter
- Dokter Gigi - Bidan/Perawat
- Laboratorium Sederhana - Apotek/ Pelayanan Obat
Rp.3.500,-
Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara dengan : - 1 (salu) orang Dokter
- Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana - Apotek/ Pelayanan Obat
Rp.4.500,-
Klasifikasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Kapitasi Per Jiwa - Dokter Gigi
- Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana - Apotek/ Pelayanan Obat
Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang selara dengan : - Minimal 2 (dua) orang Dokter
- Bidan/ Perawat
- Laborarorium Sederhana - Apotek/ Pelayanan Obat
Rp.5.500,-
Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara dengan : - Minimal 2 (dua) orang Dokter
- Dokter Gigi - Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana - Apotek/ Pelayanan Obat
Rp.6.000,-
Tabel 2.3 Biaya Kapitasi pada Klinik dan Dokter Praktek Perorangan Klasifikasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Kapitasi Per Jiwa Praktek Dokter Gigi Perorangan :
- Dokter Gigi - Perawat Gigi
- Apotek/ Pelayanan Obat
Rp.2.000,-
Praktek Dokter Perorangan : - 1 (salu) orang Dokter - Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana - Apotek/ Pelayanan Obat
Rp.8.000,-
Klinik dengan :
- Minimal 2 (dua) orang Dokter - Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana - Apotek/ Pelayanan Obat
Rp.8.000,-
Klinik dengan :
- Minimal 2 (dua) orang Dokter - Dokter Gigi
- Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana - Apotek/ Pelayanan Obat
Rp. 10.000,-
Tabel 2.4 Biaya Non Kapitasi
No Pemeriksaan Tarif (Rp.) Keterangan
1
Pelayanan Rujuk Balik
Pemeriksaan GDS Rp.10.000 s/d Rp.20.000,-
Sesuai indikasi medis Pemeriksaan GDP Rp.10.000 s/d
Rp.20.000,-
Pemeriksaan GDPP Rp.10.000 s/d Pemeriksaan Papsmear Maksimal
Rp. 125.000,- b. Rawat Inap Tingkat Pertama
Dibayarkan berdasarkan tarif non kapitasi:
Tabel 2.5 Biaya Non Kapitasi Pada Rawat Inap Tingkat Pertama
No Jenis Pelayan Tarif (Rp)
1 Paket Rawat Inap per Hari Rp.100.000 s/d Rp.120.000,- Sumber : Kesepakatan bersama BPJS Kes-ASKLIN SUMUT 2015
2.2.2 Mekanisme Pembayaran dan Pengelolaan Dana Kapitasi JKN
Mekanisme Pembayaran Kapitasi oleh BPJS Kesehatan didasarkan pada jumlah peserta yang terdaftar di FKTP sesuai dengan data BPJS Kesehatan. Pembayaran kapitasi kepada FKTP dilakukan oleh BPJS Kesehatan tiap bulan paling lambat tanggal 15 bulan berjalan.
atau langsung dari BPJS Kesehatan ke Kas Daerah sebagai penerimaan daerah. Sejak diundangkannya Perpres 32/2014 dan Permenkes 19/2014 dana Kapitasi langsung dibayarkan oleh BPJS Kesehatan ke FKTP milik Pemerintah Daerah.
Pengelolaan dana kapitasi adalah tata cara pengganggaran, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban dana kapitasi yang diterima oleh FKTP dari BPJS Kesehatan. Untuk menindaklanjuti hal tersebut maka pemerintah ikut berkontribusi dengan menerbitkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tentang petunjuk teknis penyelenggaraan, pelaksanaan dan penatausahaan, serta pertanggungjawaban dana kapitasi jaminan kesehatan nasional pada fasilitas kesehatan tingkat pertama milik pemerintah daerah yang belum menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD).
Di dalam surat edaran tersebut menyatakan bahwa, BPJS Kesehatan melakukan pembayaran dana kapitasi kepada FKTP milik pemerintah daerah didasarkan pada jumlah peserta yang terdaftar di FKTP sesuai data dari BPJS Kesehatan. Dana kapitasi tersebut dibayarkan langsung oleh BPJS Kesehatan kepada bendahara dana kapitasi JKN pada FKTP, kemudian kepala FKTP menyampaikan rencana pendapatan belanja dana kapitasi JKN tahun berjalan kepada kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas kesehatan, kemudian SKPD Dinas Kesehatan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD Dinas Kesehatan (RKA-SKPD) Dinas Kesehatan yang memuat Rencana Pendapatan dan Rencana Belanja Dana Kapitasi JKN.
menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD) pendapatan dan belanja sesuai dengan RKA-SKPD. Untuk melaksanakn fungsi perbendaharaan dana kapitasi JKN pada FKTP, kepala daerah mengangkat Bendahara Dana Kpitasi JKN pada masing-masing FKTP setiap tahun anggaran atas usul kepala SKPD Dinas Kesehatan melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Pengangkatan bendahara tersebut ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
Tata cara pencatatan dan penyampaian laporan realisasi pendapatan dan belanja dana kapitasi JKN sebagai berikut:
a. Bendahara Dana Kapitasi JKN mencatat pendapatan dan belanja pada buku kas dan menyampaikannya setiap bulan kepada Kepala FKTP dengan melampirkan buktu-bukti pendapatan dan belanja yang sah paling lambat pada tanggal 5 bulan berikutnya untuk pengesahan oleh Kepala FKTP.
b. Berdasarkan buku kas tersebut, bendahara Dana Kapitasi JKN menyusun laporan realisasi pendapatan dan belanja FKTP, selanjutnya kepala FKTP menyampaikan laporan tersebut dengan melampirkan surat pernyataan tanggungjawab Kepala FKTP setiap bulan kepada Kepala SKPD dinas Kesehatan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.