BAB I
KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA
SISTEM TENAGA LISTRIK
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami
komponen-komponen utama suatu sistem tenaga listrik
Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat memahami pengertian dari
sistem pembangkit tenaga listrik, sistem
transmisi dan sistem distribusi
Mahasiswa mengenal sumber-sumber energi
listrik
Mahasiswa mampu membuat perancangan dan
perencanaan sistem tenaga listrik
A. Pendahuluan
atau Sistem Pembangkitan, Saluran Transmisi atau Sistem Transmisi dan Sistem Distribusi.
B. Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik
Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik berfungsi membangkitkan energi listrik melalui berbagai
macam pembangkit tenaga listrik. Pada
pembangkit tenaga listrik ini sumber-sumber energi alam dirobah oleh penggerak mula menjadi energi mekanis yang berupa kecepatan atau putaran dan selanjutnya energi mekanis dirobah menjadi energi listrik oleh generator.
C. Sistem Transmisi
Sistem transmisi berfugsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban melalui saluran transmisi, karena adakalanya pembangkit tenaga listrik dibagun ditempat yang jauh dari pusat-pusat beban.
D. Sistem Distribusi
Sistem Distribusi berfungsi mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen yang berupa pabrik, industri, perumahan dan sebagainya. Transmisi tenaga dengan tengangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi pada saluran transmisi dirubah pada gardu induk menjadi tegangan menengah atau
tegangan distribusi primer, yang selanjutnya
Persoalan-persoalan yang muncul pada sistem tenaga listrik meliputi antara lain: aliran daya,
operasi ekonomik (economic load dispatch),
gangguan hubungan singkat, kestabilan sistem, pengaturan daya aktif dan frekuensi, pelepasan beban, pengetanahan netral sistem, pengaman sistem arus lebih, tegangan lebih, keandalan dan interkoneksi sistem tenaga.
E. Perancangan dan Perencanaan Sistem Tenaga Listrik
Perancangan adalah proses atau cara membuat rancangan, dalam hal ini kalau diterapkan pada sistem tenaga listrik akan melibatkan masalah
bagaimana merancang pembangkit, saluran
transmisi dan distribusi tenaga listrik yang disesuaikan dengan kebutuhan masa datang, 5-10 tahun untuk jangka menengah dan 25-30 tahun untuk jangka panjang.
Perencanaan adalah menyangkut masalah
pembuatan rencana, yang melibatkan masalah
perencanaan pengoperasian, perbaikan dan
perluasan pada sistem tenaga listrik, sehingga diperlukan:
Analisis Aliran Beban Sistem Tenaga Listrik
dimaksudkan untuk penyempurnaan operasi
sistem tenaga listrik baik pada saat dianalisis
ataupun masa yang akan datang yang
tenaga listrik untuk mengantisipasi pertumbuhan beban yang begitu cepat.
Analisis Gangguan Sistem tenaga Listrik
berfungsi untuk memberikan informasi dalam menjawab masalah pengaman sistem tenaga listrik, koordinasi isolasi sistem tenaga listrik serta koordinasi rele dan pemutus tenaga dalam mengisolasi bagian atau peralatan yang terganggu. Gangguan yang dimaksud adalah gangguan parallel (shunt) berupa gangguan simetris dan tidak simetris, gangguan seri berupa satu fasa dan dua fasa putus, gangguan simultan berupa
gabungan gangguan shunt pada suatu tempat dan
tempat yang lain atau gangguan seri yang
merupakan kombinasi gangguan diatas.
Analisis Stabilitas Sistem Tenaga Listrik
menyangkut masalah kemampuan sistem untuk tetap sinkron selama terjadi gangguan misalnya
karena jatuhnya suatu pembangkit tenaga,
BAB II
DAYA DALAM RANGKAIAN
ARUS BOLAK-BALIK FASA
TUNGGAL
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami teori dasar serta
pengertian daya sebagai perubahan tenaga listrik
Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat memahami daya untaian
dalam satu gerbang dengan satuannya
Mahasiswa mengenal berbagai macam daya (
daya aktif, daya rekatif dan daya kompleks)
Mahasiswa memahami persamaan daya
termasuk persamaan daya kostan dan sinusoidal
Mahasiswa mempu mengoperasikan persamaan
A. Pendahuluan
Menurut teori dasar pengertian daya didefinisikan sebagai perubahan tenaga terhadap waktu. Satuan daya adalah watt, daya yang diserap suatu beban adalah hasil kali tegangan jatuh sesaat diantara
beban dengan satuan volt, dengan arus sesaat
yang mengalir dalam beban tersebut dengan satuan amper, yang dinyatakan oleh persamaan:
) ( ). ( )
(t v t i t
p (2.1)
Gambar (2.1). Daya Dalam Untai satu gerbang
Diandaikan bahwa tegangan dan arus, keduanya dinyatakan oleh gelombang sinusoidal dengan
kecepatan sudut
ω
, dituliskan dengan pernyataansebagai berikut:
t
V
t
v
v
maxcos
ω
θ (2.2)
t I
t i
i max cosω θ (2.3)
dengan : Vmax= besarnya dari amplitudo tegangan
Imax= besaran nyata dari amplitudo arus v
θ = sudut fasa dari tegangan (V )
i
θ = sudut fasa dari arus (I )
Berdasarkan persamaan (2.2) dan persamaan (2.3) akan diperoleh daya sebagai berikut:
t
V
I
t
v
t
i
p
max maxcos
ω
θcos
ω
θN
i(t)V(t) +
-
v i t v i
I
V θ θ ω θ θ
1/2 max max cos cos 2 (2.4)
Dari persamaan (2.4) dapat dilihat bahwa daya p(t) terdiri dari dua bagian, yang satu terdiri dari komponen yang konstan dan bagian yang kedua terdiri dari komponen sinusoidal dengan frekuensi 2
ω
. Nilai dari p(t) adalah nol bila salah satu dari v(t) dan i(t) bernilai nol.Selanjutnya bila didefinisikan sudut faktor sebagai berikut:
i v θ
θ
φ
(2.5)dan P daya rata-rata pada satu periode, T 2π /ω , dari persamaan (2.4) akan diperoleh:
1
/
2
cos
φ/
1
max max0
I
V
dt
t
p
T
P
T
(2.6)Bila menghitung harga daya P mempergunakan phasor dari v(t) dan i(t), dalam teori rangkaian pilihan phasor tegangan adalah harga efektifnya, dengan demikian dapat dituliskan bahwa:
ω θ
jθv e
V V t
V t v
2
cos max
max
(2.7)
j tV
t
v
Re
2
ω (2.8)Nilai sesaat dari tegangan adalah v(t), sedangkan harga efektifnya atau harga rms (root mean-square)
adalah
V
V
max/
2
yang dapat dibaca padameter.
sumber tegangan sinusoidal dengan harga efektif V maka dapat dituliskan:
t
dt
T
v
t
R
dt
V
R
p
T
P
T T
/
/
/
1
/
1
20 0
Persamaan tersebut sama halnya dengan yang didapatkan pada kasus arus searah, sehingga jika tegangan efektif 120 volt, maka didapatkan bahwa energi panas rata-rata keluar dari resistans sama
halnya dengan tegangan searah 120 volt.
Pembahasan yang sama dapat dilakukan untuk arus efektif yang mengalir pada resistans R, sehingga persamaan menjadi:
I V R V R I
P 2 2 /
Dengan demikian maka dapat dinyatakan secara umum bahwa phasor tegangan yang dinyatakan pada persamaan (2.6) dapat dituliskan sebagai berikut:
φ
φ cos
cos 2
/
1 Vmax Imax V I
P
* Re Re Vej v I j i V I
(2.9) dimana: *) = menyatakan nilai kebalikan atau
bayangan (conjugate). Besaran cosφ pada
persamaan (2.9) dikenal sebagai faktor daya (power faktor = PF) sehingga dituliskan sebagai berikut:
φ
cos
PF
(2.10)
Dalam persamaan (2.9), nilaiRe VI*, dan nilai ImVI*
masing-masing dapat dinyatakan oleh daya
*
VI
S
*
VI I
Q m (2.11)
jQ
P
e
I
V
VI
S
*
jq
(2.12)
dari persamaan (2.12) S dinyatakan dalam bentuk
polar dan dalam bentuk segitiga dan S
dinyatakan olehφ, seperti pada gambar berikut:
Gambar 2.2 Daya Komplek dalam Jaringan satu
Untuk mengetahui arti phisik dari daya reaktif Q, dapat dicoba dengan mengganti N dengan suatu induktor seperti pada contoh soal berikut:
Contoh soal 2.1.
Untuk impedans Z = j L, hitung a. nilai Q
b. daya sesaat dalam L c. bandingkan hasil a dan b
jawab:
a. Menggunakan rumus 2.12, maka
didapatkan,
2 2
* *
I L j I Z ZII VI
S ω
2
I L S I
Q m ω
b. Jika arus diberikan oleh persamaan,
t
I
ωt
θ
i
2
cos
N
i(t)
S
v(t)
S
P
Q
v
i
t
L
di
dt
ωL
I
ωt
θ
v
/
2
sin
makanilai
t v t it ω L I
ωtθ
ω tθ
p 2 2 sin cos
ω θ
ω
LI2 sin 2 t
c. Perbandingan hasil bagian (a) dan (b) didapatkan bahwa:
t
Q
ω
t
θ
p
sin
2
Dalam hal ini Q adalah amplitudo atau nilai maksimum dari daya sesaat dalam untai atau rangkaian satu gerbang N. Dalam contoh soal ini dapat diketahui bahwa daya rata-rata P yang melayani induktor adalah nol, yang ada adalah daya sesaat (untuk mempertahankan perubahan
energi dalam medan magnit) dengan nilai
maksimum Q.
Contoh 2.2.
Andaikan ada jaringan dengan impedans Z a. dapatkan pernyataan untuk P dan Q b. Nyatakan p(t) dengan tanda P dan Q
c. Andaikan bahwa jaringan adalah rangkaian
RLC, bandingkan hasil yang didapatkan
dengan hasil dari butir (b).
Jawab:
a. menggunakan persamaan (2.12), maka
didapatkan:
Q j P I Z ZII VI
S * *Re 2 , sehingga
Z I
Z I Z
PRe 2 2cos
Z I
Z I Z I
b. Dengan pilihan yang sesuai yakni,
t
I
t
i
2
cos
ω dan
t
Z
I
t
Z
v
2
cos
ω
c. Dengan demikian akan didapatkan bahwa:
t v t it Z I
t Z
tp 2 cos ω cos ω
Z t Z
I
Z
2 cos cos 2ω
Z t Z t Z
I
Z
2 cos cos 2ω cos sin2ω sin
t
Q
t
P
1
cos
2
ω
sin
2
ω
d. Dalam hal ini Z R jω l1/ jω c. Dari bagian (a) didapatkan bahwa PR I2dan
Q
Q
L
Q
c,dimana QL ω L I2 adalah daya reaktif
masing-masingdalam L dan C, sehingga dapat dituliskan bahwa:
t
P
t
Q
t
Q
t
p
1
cos
2
ω
Lsin
2
ω
Csin
2
ωDari persamaan tersebut maka suku
pertama menyatakan daya sesaat dalam R. Suku kedua dan ketiga masing-masing menyatakan
daya sesaat dalam L dan C. Dalam kasus ω2
L
C
=1, maka
Q
Q
L
Q
C
0
Tabel 2.1. Terminologi daya dengan satuan
Kuantitas Terminology Satuan
S Daya kompleks (daya semu) VA, KVA, dan MVA S Daya kompleks mutlak VA, KVA, dan MVA P Daya Aktif atau daya real rata-rata Watt, kW, dan MW
Q Daya reaktif VAR, KVAR, dan
BAB III
GAMBARAN UMUM DARI
SISTEM TENAGA LISTRIK
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami dan membaca
diagram segaris (one line diagram)
Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat memahami pengertian dari
diagram segaris
Mahasiswa dapat merobah diagram segaris
menjadi diagram impedansi dan diagram
reaktansi
Mahasiswa mampu mengolah dari sistem dasar
menjadi sistem perunit (pu)
B. Diagram Segaris (one line diagram)
peralatan-peralatan yang berhubungan dengan suatu sistem listrik.
Kegunaan diagram segaris dalah untuk
memberikan informasi yang berarti mengenai suatu sistem dalam bentuk yang ringkas.
Tabel 3.1. Simbol-simbol komponen sistem tenaga yang dipergunakan untuk diagram segaris
Simbol Digunakan untuk
Simbol Digunakanuntuk
Mesin berputar
Pemutus tenaga dengan minyak
Bus (rel = simpul)
Pemutus tenaga dengan udara Trafo tenaga
dua belitan Pemisah
Trafo tenaga tiga belitan
or Sekering
Hubungan delta
(3, tiga kawat)
Pemisah dengan sekering
Hubungan Wye ( 3, netral tidak ditanahkan)
Saluran transmisi
Hubungan Wye ( 3, netral ditanahkan)
Beban statis
Kapasitor Trafo
Dari gambar simbol standar tersebut apabila ingin mengetahui letak titik dimana sistem dihubungkan ketanah, untuk menghitung besarnya arus yang mengalir terjadi gangguan tidak simetris yang melibatkan tanah, maka simbol standar yang
dipergunakan adalah tiga fasa Y dengan netral
ditanahkan. Untuk membatasi aliran arus ketanah
pada waktu ada gangguan maka netral Y dengan
tanah disisipkan resistans atau reaktans. Diagram segaris suatu sistem tenaga yang sederhana terdiri dari dua simpul (rel atau bus atau gardu induk) dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:
Beban B
T2 T1
Beban A
saluran transmisi
Gambar 3.1. Diagram segaris sistem tenaga listrik sederhana
Diagram segaris sederhana tersebut menunjukan dua generator sinkron dengan kumparan jangkar
yang ada statornya dihubungkan Y, satu titik
netral hubungan bintangnya ditanahkan melalui
reaktans yang satunya titik netral hubungan Y
ditanahkan melalui reaktans, hubungan ke rel, masing-masing melalui pemutus tenaga, dari rel tersebut melalui pemutus tenaga dihubungkan
dengan transformator tiga fasa hubungan Y Y
(T1) dimana netral trafo ditanahkan secara
generator dan trafo tersebut, melalui pemutus tenaga dihubungkan ke saluran transmisi. Dari saluran transmisi melalui pemutus dihubungkan
ke transformator tiga fasa hubungan Y-, dimana
titik netral Y ditanahkan langsung, selanjutnya
melalui pemutus dihubungkan ke rel yang lain, pada rel ini dihubungkan generator sinkron dimana kumparan jangkar yang ada di stator
dirangkai tiga fasa hubungan Y yang netralnya
ditanahkan memalui reaktans. Pada masing-masing rel dihubungkan beban melalui pemutus beban. Keterangan mengenai rating generator, trafo, beban dan reaktans dari berbagai komponen
sistem tenaga tersebut seringkali diberikan
langsung pada gambar.
C. Diagram Impedans dan Reaktans
+
-E1
+ -+
-E2
E1
Gen 1 & 2Beban A Transformator T1 saluran stransmisi transformator T2Beban B Gen 3
Gambar 3.2. Diagram impedans dari diagram segaris pada gambar 3.1
Diagram impedans yang diberikan pada gambar
3.2 diatas tergantung penggunaanya, jika
dipergunakan untuk analisis aliran beban, apalagi dengan bantuan program komputer maka gambar tersebut sudah dapat digunakan. Tetapi bila
dipergunakan untuk menganalisis dan
menghitung arus gangguan, agar sederhana maka rugi-rugi sistem diabaikan, dalam hal ini yang diabaikan adalah semua beban statis, semua
resistans, rangkaian magnetisasi trafo, dan
kapasitans saluran transmisi, sehingga diagram
impedans tersebut akan menjadi diagram
reaktans, akan tetapi kalau tersedia komputer digital untuk membantu perhitungan, maka penyederhanaan tersebut tidak diperlukan.
+
-E1
+
-E2 +
-E1
Gambar 3.3 Diagram reaktans dari diagram segari pada gambar 3.1
Diagram impedans dan reaktans diatas kadang-kadang disebut juga diagram urutan positif karena diagram tersebut menunjukan impedans terhadap arus seimbang dalam suatu tiga fasa seimbang.
D. Perhitungan Dalam Sistem Perunit (pu)
Dalam perhitungan besaran-besaran listrik seperti tegangan, arus, daya, impedans dalam sistem tenaga, yang sudah lazim dipergunakan adalah dimensi atau ukuran dari masing-masing besaran seperti pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2. Dimensi/ukuran symbol dari besaran besaran listrik
No Besaran Simbol Dimensi/ukuran
1 Tegangan V Volt, kV
2 Arus I Amper
3 Daya Semu S VA, KVA, MVA
4 Daya Aktif P Watt, KW, MW
5 Daya
Reaktif
Q AR, KVAR, MVAR
6 Impedans Z Ohm
Sehubungan dengan dimensi dari besaran-besaran
tersebut diatas berbeda-beda maka untuk
memudahkan dipakai sistem perhitungan dalam persen (%) dan dalam perunit (pu). Akan tetapi perhitungan yang dilakukan dalam pu lebih menguntungkan, karena satu besaran dalam pu dikalikan dengan besaran yang lain dalam pu maka hasilnya tetap dalam pu. Jika perhitungan dilakukan dalam persen , maka satu besaran dalam persen dikalikan dengan besaran lain yang juga dalam persen maka hasil akhirnya harus dibagi dengan angka seratus.
Harga perunit (pu) dari setiap besaran adalah
menyatakan perbandingan dari nilai yang
sebenarnya dari besaran tersebut terhadap nilai basis atau nilai dasar yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
basis Nilai
sebenarnya Nilai
pu perunit
Nilai ( ) (3.1)
Dimensi satuan dari nilai basis dan nilai yang sebenarnya adalah sama, misalnya nilai yang sebenarnya dari tegangan adalah 100 volt, sedangkan nilai basis tegangan misalnya 200 volt, maka nilai tegangan tersebut dalam pu adalah 0,5, sehingga nilai suatu besaran dalam pu tidak mempunyai dimensi satuan lagi.
E. Sistem Satu Fasa
Menghitung nilai basis dari keempat besaran yang telah dikemukakan diatas untuk sistem satu fasa, dimulai dengan memberi tanda subskrip pada
diasumsikan terlebih dahulu adalah sebagai berikut:
a.Harga basis daya semu = (VA)Bvolt amper
b.Harga basis tegangan = VBvolt
Harga dua basis yang lain dapat dihitung dari kedua harga basis yang telah diasumsikan tersebut, cara menghitungnya adalah sebagai berikut:
c.Harga basis arus
B B B
V VA
I
Amp (3.2)
d.Harga basis impedans
B BB B B
V V I V Z
2
ohm(3.3)
Jika harga yang sebenarnya dari impedans adalah Z (ohm) diketahui, maka harganya dalam pu adalah sebagai berikut:
2B B
B
V
VA
x
Z
ohm
Z
ohm
Z
pu
Z
(3.4)Pilihan harga basis yang praktis untuk sistem tenaga satu fasa adalah sebagai berikut:
a. Asumsikan bahwa harga basis daya semu = (KVA)Batau dalam (MVA)B
b. Diasumsikan juga harga basis untuk tegangan = (KV)B
Harga dua basis yang lain dapat dihitung sebagai berikut:
c. Harga basis arus
B B
BBB
KV
KVA
KV
MVA
x
I
1000
Amp (3.5)
B B B B B B B KVA KV x MVA KV I KV x Z 2 2 1000 1000 (3.6)Jika diketahui nilai impedans yang sebenarnya = Z (ohm), maka harga impedans tersebut dalam pu adalah sebagai berikut:
2 21000
B B B BKV
x
KVA
x
Z
KV
MVA
x
Z
pu
Z
(3.7)F. Sistem Tiga Fasa
Perhitungan harga basis untuk sistem tiga fasa, memakai besaran-besaran basis tiga fasa sebagai berikut:
a. Diasumsikan harga basis daya semu tiga fasa = (KVA)Batau (MVA)B
b. Diasumsikan harga basis tegangan antara fasa =(KV)B
Harga basis dua besaran yang lain dapat dihitung sebagai berikut:
a. Harga basis arus
KV
Amp
KVA
KV
MVA
x
B B B B3
3
1000
(3.8) b. Harga basis impedans:
BB
B BB B B
KVA
KV
x
MVA
KV
I
KV
x
Z
2 21000
3
1000
(3.9)Jika diketahui nilai impedans yang sebenarnya = Z (ohm), maka harga impedans tersebut dalam pu adalah sebagai berikut:
2 21000
B B B BKV
x
KVA
x
Z
KV
MVA
x
Z
pu
G. Mengubah Harga Basis dari Kuantitas Perunit
Kadang-kadang impedans perunit dari satu
komponen sistem tenaga dinyatakan menurut harga basis yang berbeda dengan harga basis yang dipilih untuk bagian dimana komponen tersebut terpasang.
Semua impedans dalam bagian manapun dari
suatu sistem tenaga harus dinyatakan
berdasarkan suatu harga basis yang sama, maka dalam membuat perhitungan diperlukan cara untuk mengubah impedans perunit berdasarkan harga basis yang lama ke impedans perunit berdasarkan harga basis yang baru. Berdasarkan persamaan (3.7) dan (3.10) maka dapat dikatakan bahwa:
Impedansi perunit dari suatu elemen rangkaian:
21000
BB
KV
x
KVA
x
ohm
dlm
sebenarnya
imp
(3.11)Rumus tersebut memperlihatkan bahwa impedans perunit berbanding lurus dengan basis daya semu dan berbanding terbalik dengan kuadrat basis tegangan . Jika harga basis daya semu berubah dari (MVA)B lama ke harga basis daya semu yang
baru (MVA)B baru dan harga basis tegangan yang
lama (KV)B lama ke harga basis tegangan yang baru
(KV)B baru maka harga impedans dan reaktans
dalam pu yang lama akan berubah menjadi harga impedans dan reaktans dalam harga pu yang baru dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
B baru lama Blama B
baru B lama
baru
KV
KV
x
MVA
MVA
x
pu
Z
pu
Z
2 2
Contoh soal 3.1:
Reaktans subtransien (X ) dari sebuah generator
diketahui sama dengan 0,25 perunit (pu)
berdasarkan harga basis dari rating yang tertera pada platnama generator yaitu 18kV, 500 MVA. Sedangkan harga basis untuk perhitungan adalah 20 kV, 100 MVA. Hitung X berdasarkan harga basis yang baru.
Jawab:
Berdasarkan persamaan (3.12) diperoleh:
B baru lama Blama B
baru B lama
baru
KV
KV
x
MVA
MVA
x
pu
Z
pu
Z
2 2
unit per
X 0,045
500 100 20
18 25 , 0
2
"
atau dengan cara mengubah nilai pu yang diketahui ke dalam nilai ohm dan membaginya dengan basis impedans yang baru sebagai berikut:
per
unit
X
0
,
0405
100
/
20
500
/
18
25
,
0
2 2
"
H. Nilai pu pada Besaran-besaran Sistem Tenaga 1. Sistem fasa tunggal
a. Daya Semu
Daya semu ini dapat dinyatakan oleh
persamaan sebagai berikut:
*
.
I
V
S
atau S V α .I βjika didefinisikan harga basis untuk daya
semu:
B B
B
V
I
S
Maka daya semu dalam pu adalah:
B B
B V I
I V
S S
.
. β
α
pu I
pu V
pu
S α . β
pu
I
pu
V
pu
S
*.
(3.13)
b. Impedans dalam pu
Menurut hukum ohm, persamaan impedans
:Z V / I , harga basis impedans telah
diberikan oleh persamaan diatas sehingga harga impedans dalam pu adalah sebagai berikut:
pu I
pu V pu Z atau I V
I V Z
Z
B B B
/ /
(3.14)
2. Sistem tiga fasa a. Tegangan
Dalam sistem tiga fasa, hubungan Y terdapat
dua harga tegangan yakni tegangan antara fasa
atau tegangan antara saluran (VL-L), dan
Jika perhitungan dilakukan dalam harga basis untuk tegangan antara saluran atau VL-L basis
sehingga: 3 L L basis N L V
V
basis N L N L N L basis L L L L L L
V
V
pu
V
dan
V
V
pu
V
jika
dengan 3 L L N l VV
maka
3
/
3
/
s basi L L L L basis N L N L N LV
V
V
V
pu
V
atau VLN pu VLL pu (3.15)
Berdasarkan persamaan (3.15) tersebut maka dalam perhitungan dengan pu untuk tiga fasa
hubungan Y, tegangan anatara saluran dan
netral dalam pu sama dengan tegangan antara saluran dengan saluran dalam pu. Hal ini
merupakan salah satu keuntungan dari
perhitungan dalam sistem pu.
b. Daya Semu
Daya semu dapat dinyatakan oleh persamaan:
3
3 1 fasa fasaS
S
dengan S3fasabasis 3S1fasabasis, maka
3 / 3 / 3 3 1 1 1 basis fasa fasa basis fasa fasa fasa S S S S pu
S
pu S
pu
Berdasarkan persamaan (3.16) tersebut maka untuk perhitungan dalam pu, daya semu tiga fasa dalam pu. Hal ini juga merupakan suatu keuntungan bila perhitungan dilakukan dalam sistem pu.
c. Impedans
Impedans hubungan Y,
3
/
3
/
32
1
2
fasa basis L L
basis fasa
basis N L basis Y
S
V
S
V
Z
atau
basis fasa
basis L L basis Y
S V Z
3
2
Dengan definisi bahwa Z basis = 3 Zy basis,
sehingga diperoleh: pu Z pu
Zy
(3.17)
Berdasarkan persamaan (3.17) tersebut maka
impedans tiga fasa hubungan Ydalam pu sama
dengan impedans tiga fasa dalam hubungan
dalam pu. Hal ini juga merupakan suatu keuntungan dalam perhitungan dengan sistem pu. Keuntungan lain dalam perhitungan sistem pu, adalah tidak diperlukan perhitungan lagi jika suatu impedans dipindahkan dari suatu sisi ke sisi lain pada sebuah transformator.
Contoh soal 3.2.
Sebuah generator sinkron tiga fasa 20 kV, 300 MVA mempunyai reaktans sub-transien sebesar
20%. Generator ini mencatu beberapa motor
serempak melalui suatu saluran transmisi
sepanjang 64 km (40 mil) yang mempunyai
diperlihatkan pada diagram segaris pada gambar 3.4. Kedua motor M1 dan M2 masing-masing mempunyai rating 13,2 kV. Netral motor M1 ditanahkan melalui rektans, sedangkan netral dari motor M2 tidak diketanahkan. Input nominal untuk motor M1 dan M2 masing-masing adalah 200 MVA dan 100 MVA, dengan reaktans
sub-transien masing-masing sebesar X = 20%.
Transformator tiga fasa T1 mempunyai rating 350 MVA, 13,2/115 kV dengan reaktans bocor sebesar 10%. Transformator T2 mempunyai teraan 300 MVA, 116/12,5 kV dengan reatans bocor 10%. Reaktans seri saluran transmisi adalah 0,5 ohm/km. Gambarkan diagram reaktans dengan
semua reaktansnya dalam besaran pu.
Pergunakan rating generator untuk basis
perhitungan.
Gambar 3.4. Diagram segaris
Jawab:
Rating tiga fasa dari transformator T2 adalah 3 x 100 MVA = 300 MVA, dan perbandingan tegangan
antara salurannya adalah
kV
kV
x
127
/
13
,
2
220
/
13
,
2
3
. Sebagai basistegangan, sehingga seluruh sistem harus mempergunakan basis daya yang baru sebesar 300 MVA tersebut, sedangkan basis tegangannya harus memperhatikan perbandingan transformasi dari transformator. Pada saluran transmisi basis dayanya 300 MVA sedangkan basis tegangannya sebesar 230 kV dengan T1 mempunyai rating 230/20 kV. Pada rangkaian motor, basis dayanya 300 MVA sedangkan basis tegangannya adalah
kV
x
13
,
2
/
220
13
,
8
230
. Basis tegangan ini telahdicantumkan pada gambar 3.4 diatas reaktans transformator yang disesuaikan dengan harga basis yang baru:
Transformator T1: X 0,1x300/3500,0857 pu Transformator T2: X 0,1x
13,2/13,8
2 0,0915 puBasis impedans saluran transmisi adalah
(230)2/300 = 176,3 ohm, sehingga reaktans
saluran dalam pu adalah (0,5 x 64)/176,3 = 0,1815 pu
Reaktans motor M1 = 0,2 (300/200) x (13,2/13,8)2
= 0,2745 pu
Reaktans motor M2 = 0,2 (300/100) x (13,2/13,8)2
= 0,5490 pu
Eg +
-j 0,2
k j 0,0857 j 0,1815 j 0,0915
l m n
p r
j 0,2745 j 0,5490
+
-+
-Em1 Em2
Gambar 3.5. Diagram reaktans yang dinyatakan dalam pu berdasarkan harga basis perhitungan
Contoh soal 3.3
Jika motor M1 dan M2 pada contoh 3.2 diatas berturut-turut mempunyai masukan 120 dan 60 MW pada 13,2 kV, dan keduanya bekerja dengan factor daya satu, hitung tegangan terminal generator.
Jawab:
Bersama-sama kedua motor menyerap 180 MW atau 180/300 = 0,6 pu, oleh karena itu dengan V dan I pada motor dalam pu adalah V.I 0,6 pu, dan karena :
pu
V
13
,
2
/
13
,
8
0
,
9565
0
pu
I
0
,
6
/
0
,
9565
0
,
6273
0
Pada generator:
0
,
0915
0
,
1815
0
,
0857
6273
,
0
9565
,
0
j
j
j
V
pu
j
0
,
9565
0
,
2250
0
,
9826
13
,
2
Soal Latihan:
1. Sistem tenaga yang sederhana seperti pada
gambar berikut: 2.
G 150 ohm M
1 2
Data teknik komponen sebagai berikut:
Generator : 40 MVA, 25 kV,
X = 20%
Motor : 50 MVA, 11 kV,
X = 30%
TransformatorY-Y : 40 MVA, 33 Y
220YkV, X = 30 %
Tranformator Y- : 30 MVA, 11
-220YkV, X = 15%
Gambarkan diagram reaktansnya untuk
sistem tenaga tersebut, dimana semua
reaktansnya dalam sistem pu, pergunakan
basis (dasar) hitung, 100 MVA, 220 kV pada saluran 50 ohm.
3. Diagram segaris dari suatu sistem tenaga
1 2
1 A B j 80 ohm
C
j 100 ohmE
D T3
T1 T2
F 2
Generator dan transformator mempunyai data sebagai berikut:
Generator 1 : 20 MVA, 13,8 kV, X =
0,2 pu
Generator 2 ; 30 MVA, 18 kV, X =
0,2 pu
Generator 3 : 30 MVA, 20 kV, X =
0,2 pu
Transformator T1 : 25 MVA, 220Y/13,8
kV, X = 10%
Transformator T2 : Satu transformator
tiga fasa yang dirangkai dari tiga
Transformator 1φ, rating masing-masing
10MVA,
127/18kV, X = 10%
Transformator T3 : 35 MVA, 220Y/20Y
kV, X = 10%
Gambarkan diagram reaktans dengan
3. Suatu sistem tenaga yang sederhana seperti pada diagram segaris berikut:
1
3
2
j 40 ohm
j 20 ohm j 20 ohm
A B
C
Data sistem seperti berikut:
Generator 1 : 20 MVA, 18 kV,
X = 20%
Generator 2 : 20 MVA, 18 kV,
X = 20%
Motor Serempak 3 : 30 MVA, 13,8
kV, X = 20%
TransformatorY-Y tiga fasa : 20 MVA,
138Y/20YkV, X = 10%
TransformatorY-∆ tiga fasa : 15 MVA,
138Y/13,8 kV, X = 10%
BAB IV
STUDI ALIRAN DAYA
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat menghitung aliran-aliran daya
pada saluran-saluran dan kemudian memeriksa kapasitas semua peralatan yang ada dalam sistem apakah cukup besar untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat memeriksa tegangan-tegangan
pada setiap rel dan memeriksa profil tegangan sistem, biasanya variasi tegangan yang diizinkan
berkisar 5% sampai + 5%.
Mahasiswa dapat menentukan operasi sistem
yang ekonomis.
Mahasiswa menentukan kedudukan
sadapan-sadapan transformator untuk operasi yang ekonomis.
Mahasiswa meminimumkan rugi-rugi transmisi
Mahasiswa dapat memperoleh kondisi mula untuk studi-studi lanjutan, seperti hubungan singkat dan kestabilan.
A. Representasi Sistem
Sebelum studi aliran beban itu dilakukan sistem itu harus terlebih dahulu dipresentasikan dengan suatu diagram pengganti (diagram impedansi). Representasi sistem untuk studi aliran beban ini terdiri dari:
a. Generator Sinkron
Generator sisnkron biasanya dihubungkan langsung pada rel atau sering juga melalui transformator daya. Karena tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui besar tegangan rel dan aliran daya, maka generator sinkron direpresentasikan sebagai suatu sumber daya, dan tegangan yang diperoleh dari studi ini adalah tegangan rel dimana generator itu terhubung.
b. Transformator
Transformator dipresentasikan sebagai
reaktansi X saja dengan mengabaikan sirkuit eksitasi dari tranformator itu sendiri.
c. Kawat transmisi
Kawat transmisi direpresentasikan sesuai
dengan kelas transmisi itu, pendek, menengah,
panjang. Untuk transmisi pendek
menggunakan impedans seri, kawat transmisi menengah menggunakan nominal PI dan T,
sedangkan kawat transmisi panjang
Beban-beban dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu beban static atau beban
berputar. Beban static atau beban berputar
biasanya direpresentaikan sebagai impedans konstan atau sebagai daya konstan Pdan Q, tergantung dari alat hitung yang digunakan.
B. Alat Pembantu Untuk Studi Aliran Beban
Alat pembantu untuk mengadakan perhitungan dalam sistem tenaga adalah:
i. Perhitungan dengan tangan
ii. AC atau DCNetwork Analyzer
iii. Komputer Digital
Didalam studi aliran beban, sistem itu
direpresentasikan setepat mungkin, sehingga
sangat sedikit pengabaian dan perhitungannya juga sangat susah. Untuk sirkuit yang berbentuk loop hampir tidak mungkin untuk melakukan studi aliran beban dengan tangan. Oleh karena itu
diperlukan ACNetwork Analyzer.
C. Macam Rel dan Besaran
Didalam studi aliran beban rel itu dibagi kedalam tiga kelompok yakni:
a. Rel pedoman, harga scalar
V
dan sudutθb. Rel generator atau voltage controlled bus
c. Rel beban atau load bus
Pada tiap-tiap rel terdapat empat besaran yakni: i. Daya real (P)
ii. Daya Reaktif (Q)
iv.Sudut fasa tegangan θ
Pada tiap-tiap rel hanya dua besaran yang ditentukan sedangkan dua besaran yang lainnya merupakan hasil akhir dari perhitungan. Besaran-besaran yang ditentukan itu adalah:
a. Rel pedoman: Harga scalar
V
dan sudut θb. Rel generator: Daya real P dan harga scalar
tegangan
V
c. Real beban: Daya Pdan Q
Real pedoman itu berfungsi untuk mensuplay kekurangan daya real dan daya reaktif termasuk rugi-rugi pada kawat transmisi, karena rugi-rugi ini baru dapat diketahui setelah solusi akhir diperoleh. Pemberian besaran untuk rel-rel diatas berlaku baik bila perhitungan dilakukan dengan AC Analyzer maupun dengan komputer digital. Untuk memudahkan persoalan aliran daya, cara yang paling lama tetapi masih digunakan adalah
bentuk admitans rel :
rel rel
rel Y Y
I . (4.1)
dimana I, Y dan V merupakan matrik
D. Persamaan Pembebanan
Daya real dan daya reaktif pada salah satu bus p:
*
p p p
p
j
Q
V
I
P
*
p p p
V
Q
j
P
I
(4.2)Ip bertanda positif bila arus mengalir menuju rel,
bertanda negatif bila arus mengalir meninggalkan rel. Bila elemen shunt belum termasuk matrik parameter maka arus total pada rel p adalah:
p p p
p p
p
y
V
V
Q
j
P
I
*
(4.3)dimana: yp = admitans shunt total pada rel p
yp Vp = arus shunt yang mengalir dari rel p ke
tanah
E. Persamaan Aliran Kawat
Setelah tegangan-tegangan rel diketahui, maka aliran daya dapat dicari. Arus yang mengalir dari rel p ke rel q adalah:
2
'pq p pq q p pq
y
V
y
V
V
I
(4.4)dimana:
pq
y = admiatns kawat p dan q
pq
y
' = admitans kawat p q2
/
'pq p
y
V
= konstribusi arus pada rela. Persamaan Daya
Daya yang mengalir dari rel p ke rel q :
pq p pq
pq
j
Q
V
I
atau :
2 * ' * *
*
* pq
p p pq q p p pq pq
y V V y V V V jQ
P (4.5)
sedangkan daya yang mengalir dari rel p ke rel q:
2
' ** *
* pq
q q pq p q q qp qp
y
V
V
y
V
V
V
jQ
P
(4.6)Jumlah aljabar persamaan (4.5) dan (4.6) adalah rugi-rugi pada transmisi.
F. Teknik Pemecahan
Sebagaimana disebutkan diatas, teknik
pemecahan disini ditunjukan pada penggunaan komputer. Walaupun demikian teknik pemecahan ini dapat juga dilakukan dengan tangan apabila sistem yang digunakan sangat sederhana secara sederhana.
Pemecahan yang paling banyak digunakan adalah metode iterasi Gauss-Seidel dan Newton-Rapshon dengan menggunakan bentuk admitans rel. Dalam metode ini tegangan pada rel-rel , kecuali rel pedoman, diberi harga sembarang biasanya 1,0 pu, setelah itu harus dihitung untuk semua rel kecuali rel pedoman dengan persamaan sebagai berikut:
*
p p p
p
V
Q
j
P
I
p = 1,2, ,n
dimana; n = jumlah rel dalam sistem s = nomor rel pedoman
Misalkan kita mempunyai sistem yang terdiri dari, n = 4, rel no 1 dipilih sebagai rel pedoman, sehingga s = 1, dan persamaan arus menjadi:
4 14 3 13 2 12 1 11
1
Y
V
Y
V
Y
V
Y
V
I
4 24 3 23 2 22 1 21
2
Y
V
Y
V
Y
V
Y
V
I
4 34 3 33 2 32 1 31
3 Y V Y V Y V Y V
I
4 44 3 43 2 42 1 41
4
Y
V
Y
V
Y
V
Y
V
I
dengan p rel pada total s admi
Ypp tan
p pq
pp y y
Y
q p kawat s admi y
Ypq pq tan
Karena rel 1 dipilih sebagai rel pedoman, maka I1
tidak perlu dihitung, perhitungan dimulai dari I2
dan seterusnya. Karena Ip arus total pada rel p,
maka: * p p p p V Q j P
I
atau 4 24 3 23 2 22 1 12 * 2 2
2 Y V Y V Y V Y V
* 21 1 23 3 24 4
2 2 2 22 2 1 V Y V Y V Y V jQ P Y V (4.8)
Dalam bentuk umum
n p q q q pq p p p ppp
Y
V
V
jQ
P
Y
V
1 *1
(4.9)dimana: p = 1,2,3, ..n ,
p s
Sebelum membicarakan teknik pemecahan Gauss-sheidell atau Newton-Rapshon, terlebih dahulu diberikan dibawah ini teknik pemecahan secara pendekatan.
G. Pemecahan Aliran Daya Secara Pendekatan
Dalam teknik pemecahan aliran daya secara pendektatan ini dibuat asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Karena tahanan-tahanan kecil diabaikan
b. δp δqkecil
π
/
6
sehingga
δp δq
δp δqsin
c. Semua rel, kecuali rel pedoman diladeni sebagai generator (PV)
Jadi
pq q p
pq n
q q p
p
V
V
V
P
θ
δ
δ
p q
pq n
q q
p
V
Y
V
δ
δ
1
(4.10)
p
n
Y
V
V
Q
pq pq q pn
q q p
p
sin
1
,
2
,
3
,...
.,
1
δ δ θ
V
Y
p
n
Y
V
V
pq p q p ppn
q
p
cos
1
,
2
,
3
,...
..
2
δ δ(4.11)
p = 1,2, ,n
dimana
Q
pq
90
dan
θ
pp
90
Karena semua rel PV, harga-harga Vp diberikan,
maka persamaan (4.10) memverikan suatu
persamaan linear dalam δp yang terdiri dari (n-1)
jumlah persamaan, karena
δ
1 untuk rel pedomandiberikan.
Persamaan (4.10) dapat dipecahkan langsung untuk δ2
,
δ3,...
δn, dan dengan memasukan harga-harga δ2,δ3,...δn dalam persamaan (4.11) diperoleh harga-harga Qp.Contoh 4.1
2
3
4
S1 =1 +1Q1
S2 = 3 + jQ2 S4 = -2 + jQ4
S3 = -2 + jQ3
j 0,15
j 0,2
j = 0,15
j = 0,1 j 0,1
0
,
1
1
V
0
,
1
2
V
0
,
1
3
V
0
,
1
4
V
[image:41.420.127.382.151.421.2]1
Gambar 4.1. Sistem 4 rel
Tabel 4.1. Data tegangan, beban dan generator untuk contoh 4.1
PD QD PG QG
1 1,0 1,0 0,5 Rel pedoman
2 1,0 1,0 0,4 4,0 Rel PV
3 1,0 2,0 1,0 0 Rel PV
4 1,0 2,0 1,0 0 Rel PV
Karena rugi-rugi diabaikan, maka PG1 bisa
dihitung dari generator pedoman
2 4 3 2 1
1 D D D D G
G
P
P
P
P
P
P
pu
2 4 2 2 1
1
11
Jadi
2 1
2 3
2 4
2
3
5
δ
δ
10
δ
δ
6
,
667
δ
δP
3 1
3 2
3
2
6
,
667
δ
δ
10
δ
δP
4 1
4 2
4
2
10
δ
δ
6
,
667
δ
δ
P
(4.12)
Bila
δ
1 = 0 (pedoman), maka dengan menentukanpersamaan (4.12) sehingga,
4,41 , 3 4,23 4 5,11
2 δ δ
δ
Subsitusikan harga-harga ini kedalam persamaan (4.11):
-j 21,667 -j5 -j6,667 j10
j5 -j21,667 j10,0 j6,667
j6,667 j10 -j16,667
j10 j6,667 -j16,667
pu
Q
07
,
0
667
,
21
11
,
5
cos
10
23
,
4
cos
667
,
6
41
,
4
cos
5
1
pu
Q
02
,
0
667
,
21
52
,
9
cos
667
,
6
64
,
8
cos
10
41
,
4
cos
5
2
pu
Q
3
6
,
667
cos
4
,
23
10
cos
8
,
64
16
,
667
0
,
132
Pu
Q
4
10
cos
5
,
11
6
,
667
cos
9
,
52
16
,
667
0
,
132
Sehingga
pu
Q
Q
G1
1
0
,
5
0
,
570
pu
Q
Q
G2
2
0
,
4
0
,
620
pu
Q
Q
G2
3
1
,
0
1
,
132
pu
Q
Q
G454
,
3
132
,
1
0
,
1
42
4 1 4 1 p DP p GP rugirugi
Q
Q
Q
pu 554 , 0 3 , 2 454 ,3
Aliran daya pada kawat:
p q
pq pq p p pqP
X
V
V
P
sin
δ
δ
p q
pq q p pq p pq X V V X V
Q cosδ δ
2
puP 0,492
15 , 0 23 , 4 sin sin 15 , 0 1 3 1
pu
Q
cos
0
,
018
15
,
0
1
15
,
0
1
3 1
13
δ
δ
puP
P 0,385
2 , 0
41 , 4 sin sin
2 , 0
1
2 1 21
12 δ δ
pu
Q
Q
12
21
0
,
015
pu
P
14
0
,
891
Q
14
0
,
04
pu
puQrugi 2 0,0180,1130,0150,0920,04.20,556
Hasil-hasil perhitungan aliran daya diberikan pada gambar (4.2.)
2 = j 1
j 1,132
1,502 - j 0,113
1,502 + j0,113
1 + j0,4 1,103 + j 0,092
1,103 - j 0,092 2 + j 1
j 1,132 0,891 = j 0,04
0,891 - j 0,04
1
2 3
4
0
1
1 +j 0,5
0,492 +j 0,018 0,492 - j 0,18
0,385 - j0,015
0,385 + j 0,015
4,23 1
4
,
41
1
5
,
11
1
[image:44.420.141.405.248.496.2]Gambar 4.2. Hasil perhitungan aliran daya untuk
contoh 4.1
H. Hasil Iterasi Gauss-Sheidell
Metode iterasi atau metode ulang adalah suatu metode coba-coba yang sangat baik dalam
penggunaan computer untuk memecahkan
persamaan-persamaan simultan. Teknik
Penggunaan metode Gauss-Sheidell ini dapat dilihat dibawah ini untuk memecahkan masalah (4.9). Karena p = 1 adalah rel pedoman maka perhitungan dimulai dengan p = 2 jadi,
k k
k k V Y V Y V Y V jQ P Y
V * 21 1 23 3 24 4
2 2 2 22 1 1
k k
k k
V
Y
V
Y
V
Y
V
jQ
P
Y
V
31 1 32 2 1 34 4* 3 3 3 33 1 3
1
(4.13)
1 3 43 1 2 42 1 41 * 4 4 4 44 1 41
k kk k
V
Y
V
Y
V
Y
V
jQ
P
Y
V
Seperskrip k+1 menyatakan Nomor iterasi dimulai
dengan k = 0, bila 1 pk1 ε
k p k
p V V
V ,
dinamakan indeks ketelitian atau indeks persisi dan biasanya diambil 0,0001.
1. Faktor Percepatan (Accelaration Factor)
Dalam proses iterasi ini sering diperoleh kovergensi yang lebih cepat, sehingga jumlah iterasi lebih sedikit, dengan menggunakan factor percepatan pada tiap hasil iterasi.
pk
k p k p k cp
V
V
V
V
1
α
1
(4.14)
Menggantikan harga
V
pk1 dalam perhitunganselanjutnya, maka perhitungan selanjutnya
1 3
k
V terlebih dahulu dihitung dan harga
V
2k1dipercepat sebasar:
2
2 11 2
k
kk
c
V
V
V
α
k k
c k k
V
Y
V
V
Y
V
Y
V
jQ
P
Y
V
31 1 32 2 2( 1) 34 43 3 3 33 1 3
1
k
k k
k
c
V
V
V
V
1 33 3
1
3
α
, dan
1 ) ( 3 43 1 ) ( 2 42 1 41 * 4 4 4 44 1 41
k c k c k kV
Y
V
Y
V
Y
V
jQ
P
Y
V
Selanjutnuya dicari
V
4k(c1) dan seterusnya. Hargaα
berkisar antara 1,4 dan 1,7. Harga yangkecil untuk sistem yang kecil dan harga yang besar untuk sistem yang besar.
2. Rel Geberator (Voltage Controlled Bus)
Persamaan daya pada rel P dapat di tunjukan oleh persamaan berikut:
* 1 * * q n q p p p p
p
jQ
V
I
V
Y
V
P
pq
untuk menyelesaikan rel PV dibutuhkan representasi koordinat salib sumbu, seperti contoh berikut: p p p p p
p j f V e j f
V θ *
pq pq
pq G jB
Jadi
q q
n q pq pq p p p
p
jQ
e
j
f
G
jB
e
j
f
P
1
(4.
15)
Daya reaktif pada rel P
n q q p mp
I
V
Y
V
Q
pq 1 * *
nQ p q pq q pq
pq q pq q p pp p pp p p
B
e
G
f
e
B
f
G
e
f
B
f
B
e
Q
1 2 2 (4.16)Setelah Q dihitung, hasil ini dimasukkan pada
persamaan (4.9) untuk menghitung Vk1.
Harga-harga epdan fp harus memenuhi rekasi
2 2
2
p p
p
f
V
e
(4.17)
supaya daya reaktif yang diperlukan
menghasilkan tegangan yang telah dijadualkan dapat dihitung. Harga estimasi dari
e
kp danf
pkharus diatur agar memenuhi persamaan (4.17). Sudut-sudut fasa dari tegangan yang diestimasi adalah: k p k p k p e f arc tan δ (4.18)
k p pk
p baru V jadual
e cos
k p p
k baru
p V jadual
f ( ) sinδ
subsitusikan harga-harga baru persamaan (4.19) dalam persamaan (4.16) diperoleh harga
k p
Q
, dan harga ini bersama-sama denganV
pk(baru)dipakai untuk menghitung harga tegangan yang baru,
V
pk1.Dalam praktek harga Q untuk sesuatu pembangkit harus dibatasi, dan biasanya diambil:
ps
Q
min
0
,
6
Q
maks
0
,
8
ps
Bila harga
Q
pk yang dihitung melebihiQ
maks, maka harga maksimum ini diambil sebagaidaya reaktif pada rel generator yang
bersangkutan. Bila harga
Q
kp lebih kecil darimin
Q
, harga minimum ini diambil sebagai dayareaktif pada rel generator yang bersangkutan. Dalam hal ini jelas tidak mungkin diperoleh harga tegangan yang telah dijadualkan , maka harga
V
pk(baru) tidak dapat digunakan untuk menghitungV
pk1.Dengan demikian rel tadi harus dirubah menjadi rel beban dan tegangan yang berikan tidak bias dipertahankan lagi. Tetapi pada iterasi berikutnya rel yang ditentukan tersebut ditentukan sebagai rel generator.
Contoh 4.2.
beban dan generator diberikan pada tabel 4.2 dan
4.3. Lakukan iterasi Gauss-Sheidell untuk
memperoleh tegangan.
G
G
1
3
[image:49.420.151.389.120.345.2]2
Gambar 4.3. Sistem tiga rel
Rel 1 = rel pedoman,
V
1
1
,
05
j
0
,
00
, factor percepatan = 1,6 untuk P dan Q. Indeks persisi = 0,001Tabel 4.2 . Data-data kawat transmisi
Kode rel p - q
Impedans Spq
Admitans Shunt
pq1/2
1 2
1 3
0,8 + j 0,26667 pu 0,2 + j 0,06667 pu
[image:49.420.122.398.465.531.2]2 4 0,59998 + j 0,2 pu 0
Tabel 4.3 . Data Pembangkitan, beban dan tegangan rel permulaan
a. Matrik Admitansi Rel
Kode Rel ( p q ) Admitansi pq
pq z
y 1/
1 - 2 1,2500 + j 18,7500
1 - 3 5,0000 + j 15,0000
2 - 3 1,6667 + j 5,0000
7500 , 18 2500 , 6 13 12
11 Y y j
Y
7500
,
8
9167
,
2
21 2322
y
y
j
Y
7500
,
0
6667
,
6
32 3133
y
y
j
Y
00 , 20 2500 , 1 12
12 y j
Y
00
,
15
000
,
5
1313
y
j
Y
000
,
5
6667
,
1
2323
y
j
Y
6,2500 +
j18,7500
-1,2500 + j 3,7500
-5,0000 + j 15,0000
-1,2500 + j 2,9167 j -1,6667 + j
Kode Rel P
Tegangan Permulaaan
Generator Beban
Keterangan
MW MVAR MW MVAR
1 1,05 + j 0,00 - -0 0 0 Rel pedoman
2 1,00 + j 0,00 20 0 50 20 Rel beban
3 1,00 + j 0,00 0 0 60 25 Rel beban
13,7500 8,7500 5,0000 -5,000 + j
15,0000
-1,6667 + j 5,0000
6,6667 - j 20,0000
b. Perhitungan Daya Bersih Rel
Daya bersih untuk p = 2 dan 3 adalah relp
pada bersih daya jQ
Pp p
Gp Gp
Ip Ip
p
p jQ P jQ P jQ
P
untuk p = 2,
Daya bersih rel 2 = (0,20 j 0,00) (0,50 j 0,23) =
-0,30 + j 0,20
Daya bersih rel 3 = (0 + j0) (0,6 j 0,25) = -0,6 + j 0,25
c. Solusi Iterasi Gauss-Sheidell
00
,
0
05
,
1
1j
V
00
,
0
0
,
1
0 2j
V
00 , 0 0 , 1 0 3 j
V
Iterasi ke 1:
5
15
1
,
00
05
,
1
75
,
3
25
,
1
00
,
0
00
,
1
20
,
0
30
,
0
75
,
8
9167
,
2
1
1 2j
j
j
j
V
0240
,
0
9905
,
0
1 2j
V
1
,
00
0