.
,
.
\ Oleh
L U K Y
F 28. 1024
1 9 9 6
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERT ANIAN BOGOR
RINGKASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari perubahan mutu yoghurt yang dibuat dari susu sapi dengan penambahan buah-buahan yaitu nenas bogor, pepaya bangkok, pisang raja bulu, dan pisang ambon selama penyimpanan 3 minggu pada suhu kurang-lebih 4°C. Terhadap masing-masing jenis buah dikena-kan dua perlakuan yaitu bentuk buah (pure dan kubus, serta bentuk bola untuk pepaya) dan waktu penyimpanan yoghurt (0, 1, 2, dan 3 minggu) .
Penelitian ini terbagi dalam dua tahap, yaitu
peneli-tian pendahuluan dan penelipeneli-tian utama. Pada penelitian
pendahuluan dicari waktu optimum blanching untuk
masing-masing jenis buah yang digunakan serta rasio (% bib)
penam-bahan buah terhadap yoghurt. Pada penelitian utama
dipela-jari mutu yoghurt yang mencakup total asam tertitrasi, nilai pH, total mikroba, total kapang dan khamir, bakteri koli dan Salmonella, serta uji kesukaan secara organoleptik.
Penerimaan panelis terhadap rasa, aroma, dan tekstur
cenderung menurun selama penyimpanan. Tingkat kesukaan
dinyatakan dalam skala hedonik, yaitu sangat suka (5), suka (4), biasa (3), tidak suka (2), dan sangat tidak suka (1). Pada minggu ke-O skor rasa berkisar antara 2,2 sampai 4,0, skor aroma berkisar antara 3,2 sampai 4,2, dan skor tekstur
antara 2,6 sampai 4,1. Pada minggu ke-3 nilai skor rasa
berkisar antara 1,5 sampai 3,7, skor aroma antara 2,9 sampai 3,7, dan skor tekstur antara 2,4 sampai 3,7.
ditemukan pada yoghurt dengan pure nenas, potongan pepaya, dan pure pepaya, yaitu berturut-turut sebesar 2,5xIOO,
5,2XI0 1 , dan 5,6xI0 1 . Pada minggu pertama seluruh perlakuan
telah menunjukkan pertumbuhan kapang dan khamir, yaitu
dengan nilai berkisar antara 3,lxl0 1 sampai 1,5xl0 2 . Selama
penyimpanan jumlah total kapang dan khamir meningkat
menca-pai 2,6xI0 2 sammenca-pai 3,5XI0 2 .
Peningkatan kadar asam ditandai dengan meningkatnya nilai total asam tertitrasi dan menurunnya nilai pH selama
penyimpanan. Nilai total asam tertitrasi pada minggu ke-O
berkisar antara 0,86 % sampai 0,95 %, dan mencapai 1,29 %
sampai 1,61 % pada minggu ke-3. Nilai pH pada minggu ke-O
berkisar antara 4,42 sampai 4,57 dan pad a minggu ke-3 ni-lainya mencapai 3,96 sampai 4,02.
Selama penyimpanan jumlah bakteri koli cenderung
me-nurun. Pada minggu ke-O yoghurt dengan buah pisang ambon
tidak mengandung bakteri tersebut, sementara perlakuan lain mengandung dengan nilai berkisar antara 9,OXIO O sampai
4,OX10 2 . Pada akhir masa penyimpanan yoghurt dengan buah
nenas, potongan pisang raja, dan pure pisang ambon tidak
mengandung bakteri koli. Yoghurt dengan pure pisang raja
dan potongan pisang ambon masih mengandung bakteri koli dengan jumlah yang melebihi standar yang ditetapkan pada Standar Industri Indonesia untuk yoghurt (SII no. 0717-90),
yaitu berturut-turut 9,SX10 1 dan 4,OX10 1 . Sementara yoghurt
dengan buah pepaya juga mengandung bakteri koli namun jum-lahnya masih berada di dalam batasan standar, yaitu 4,OX10 0
(bentuk potongan) dan 6,OXIO O (bentuk pure).
Uji Salmonella yang dilakukan menunjukkan bahwa hanya yoghurt dengan buah pepaya yang diduga mengandung organisme
tersebut. Jumlahnya terus menurun sampai tidak terdapat
pada akhir masa penyimpanan.
.
. セ@ '.:
.
Oleh
L u k y
Nrp. F 28.1024
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi.
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bognr.
1996
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERUBAHAN MUTU YOGHURT DENGAN PENAMBAHAN
BUAH-BUAHAN SELAMA PENYIMPANAN DINGIN
SKRIPSI
Sebagai salab satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Jurusan Tekuologi Pangan dan Gizi,
Fakultas Tekuologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Oleh: Luky
Nrp.: F 28.1024
Dilabirkan pada tanggal 15 Juni 1972 di Sukabumi
Tanggal lulus : 22 Agustus 1996
Menyetujui,
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian di Laboratorium Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi serta Laboratorium Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Melalui lembaran ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak terkira kepada :
1. Bapak Prof. DR. Ir. Deddy Muchtadi, MS., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengertian, dan dukungan sejak penelitian sampai
sele-sainya penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Ir. Ni Luh Puspitasari, MSc., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Ir. Dede Robiatul A., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk penyusunan skripsi ini. 4. Iwan dan Joeli, yang telah banyak memberikan bantuan dan
perhatian selama penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
6. Adon, Evi, Ira, Maria, dan Oi yang telah memberikan
dukungan dan semangat selama penelitian sampai selesainya
penulisan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sejak
peneli-tian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam skripsi ini, karena itu kritik yang membangun dan
saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat kepada yang memerlukan.
Bogar, Agustus 1996
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENELITIAN
II. TINJAUAN PUS TAKA
A. SUSU
B. YOGHURT
C. BUAH-BUAHAN
1. Pisang
2. Nenas
3. Pepaya
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
2. Alat
B. METODE PENELITIAN
1. Penelitian Pendahuluan
a. Waktu optimum blanching
b. Rasia buah terhadap yoghurt
Halaman
iii
v
viii
ix
1
4
5
9
18
18
19
20
21
21
21
22
22
22
2. Penelitian Utama
a. Pembuatan yoghurt
b. Perlakuan
C. ANALISIS
1. Uji Organoleptik
2. Total Asam Tertitrasi
3. Nilai pH
4. Total Mikroba
5. Total Kapang dan Khamir
6. Analisa Bakteri Koli
7. Uji Pendugaan Salmonella
a. Tahap enrichment
b. Tahap seleksi
D. ANALISIS STATISTIK
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENELITIAN PENDAHULUAN
1. Waktu Optimum Blanching
2. Rasio Penambahan Buah terhadap Yoghurt
B. PENELITIAN UTAMA
1. Uji Organo1eptik
a. Rasa
b. Aroma
c. Tekstur
2. Total Asam Tertitrasi
3. Nilai pH
4. Tqtal Mikroba
.
,
.
\ Oleh
L U K Y
F 28. 1024
1 9 9 6
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERT ANIAN BOGOR
RINGKASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari perubahan mutu yoghurt yang dibuat dari susu sapi dengan penambahan buah-buahan yaitu nenas bogor, pepaya bangkok, pisang raja bulu, dan pisang ambon selama penyimpanan 3 minggu pada suhu kurang-lebih 4°C. Terhadap masing-masing jenis buah dikena-kan dua perlakuan yaitu bentuk buah (pure dan kubus, serta bentuk bola untuk pepaya) dan waktu penyimpanan yoghurt (0, 1, 2, dan 3 minggu) .
Penelitian ini terbagi dalam dua tahap, yaitu
peneli-tian pendahuluan dan penelipeneli-tian utama. Pada penelitian
pendahuluan dicari waktu optimum blanching untuk
masing-masing jenis buah yang digunakan serta rasio (% bib)
penam-bahan buah terhadap yoghurt. Pada penelitian utama
dipela-jari mutu yoghurt yang mencakup total asam tertitrasi, nilai pH, total mikroba, total kapang dan khamir, bakteri koli dan Salmonella, serta uji kesukaan secara organoleptik.
Penerimaan panelis terhadap rasa, aroma, dan tekstur
cenderung menurun selama penyimpanan. Tingkat kesukaan
dinyatakan dalam skala hedonik, yaitu sangat suka (5), suka (4), biasa (3), tidak suka (2), dan sangat tidak suka (1). Pada minggu ke-O skor rasa berkisar antara 2,2 sampai 4,0, skor aroma berkisar antara 3,2 sampai 4,2, dan skor tekstur
antara 2,6 sampai 4,1. Pada minggu ke-3 nilai skor rasa
berkisar antara 1,5 sampai 3,7, skor aroma antara 2,9 sampai 3,7, dan skor tekstur antara 2,4 sampai 3,7.
ditemukan pada yoghurt dengan pure nenas, potongan pepaya, dan pure pepaya, yaitu berturut-turut sebesar 2,5xIOO,
5,2XI0 1 , dan 5,6xI0 1 . Pada minggu pertama seluruh perlakuan
telah menunjukkan pertumbuhan kapang dan khamir, yaitu
dengan nilai berkisar antara 3,lxl0 1 sampai 1,5xl0 2 . Selama
penyimpanan jumlah total kapang dan khamir meningkat
menca-pai 2,6xI0 2 sammenca-pai 3,5XI0 2 .
Peningkatan kadar asam ditandai dengan meningkatnya nilai total asam tertitrasi dan menurunnya nilai pH selama
penyimpanan. Nilai total asam tertitrasi pada minggu ke-O
berkisar antara 0,86 % sampai 0,95 %, dan mencapai 1,29 %
sampai 1,61 % pada minggu ke-3. Nilai pH pada minggu ke-O
berkisar antara 4,42 sampai 4,57 dan pad a minggu ke-3 ni-lainya mencapai 3,96 sampai 4,02.
Selama penyimpanan jumlah bakteri koli cenderung
me-nurun. Pada minggu ke-O yoghurt dengan buah pisang ambon
tidak mengandung bakteri tersebut, sementara perlakuan lain mengandung dengan nilai berkisar antara 9,OXIO O sampai
4,OX10 2 . Pada akhir masa penyimpanan yoghurt dengan buah
nenas, potongan pisang raja, dan pure pisang ambon tidak
mengandung bakteri koli. Yoghurt dengan pure pisang raja
dan potongan pisang ambon masih mengandung bakteri koli dengan jumlah yang melebihi standar yang ditetapkan pada Standar Industri Indonesia untuk yoghurt (SII no. 0717-90),
yaitu berturut-turut 9,SX10 1 dan 4,OX10 1 . Sementara yoghurt
dengan buah pepaya juga mengandung bakteri koli namun jum-lahnya masih berada di dalam batasan standar, yaitu 4,OX10 0
(bentuk potongan) dan 6,OXIO O (bentuk pure).
Uji Salmonella yang dilakukan menunjukkan bahwa hanya yoghurt dengan buah pepaya yang diduga mengandung organisme
tersebut. Jumlahnya terus menurun sampai tidak terdapat
pada akhir masa penyimpanan.
.
. セ@ '.:
.
Oleh
L u k y
Nrp. F 28.1024
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi.
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bognr.
1996
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERUBAHAN MUTU YOGHURT DENGAN PENAMBAHAN
BUAH-BUAHAN SELAMA PENYIMPANAN DINGIN
SKRIPSI
Sebagai salab satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Jurusan Tekuologi Pangan dan Gizi,
Fakultas Tekuologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Oleh: Luky
Nrp.: F 28.1024
Dilabirkan pada tanggal 15 Juni 1972 di Sukabumi
Tanggal lulus : 22 Agustus 1996
Menyetujui,
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian di Laboratorium Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi serta Laboratorium Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Melalui lembaran ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak terkira kepada :
1. Bapak Prof. DR. Ir. Deddy Muchtadi, MS., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengertian, dan dukungan sejak penelitian sampai
sele-sainya penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Ir. Ni Luh Puspitasari, MSc., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Ir. Dede Robiatul A., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk penyusunan skripsi ini. 4. Iwan dan Joeli, yang telah banyak memberikan bantuan dan
perhatian selama penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
6. Adon, Evi, Ira, Maria, dan Oi yang telah memberikan
dukungan dan semangat selama penelitian sampai selesainya
penulisan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sejak
peneli-tian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam skripsi ini, karena itu kritik yang membangun dan
saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat kepada yang memerlukan.
Bogar, Agustus 1996
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENELITIAN
II. TINJAUAN PUS TAKA
A. SUSU
B. YOGHURT
C. BUAH-BUAHAN
1. Pisang
2. Nenas
3. Pepaya
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
2. Alat
B. METODE PENELITIAN
1. Penelitian Pendahuluan
a. Waktu optimum blanching
b. Rasia buah terhadap yoghurt
Halaman
iii
v
viii
ix
1
4
5
9
18
18
19
20
21
21
21
22
22
22
2. Penelitian Utama
a. Pembuatan yoghurt
b. Perlakuan
C. ANALISIS
1. Uji Organoleptik
2. Total Asam Tertitrasi
3. Nilai pH
4. Total Mikroba
5. Total Kapang dan Khamir
6. Analisa Bakteri Koli
7. Uji Pendugaan Salmonella
a. Tahap enrichment
b. Tahap seleksi
D. ANALISIS STATISTIK
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENELITIAN PENDAHULUAN
1. Waktu Optimum Blanching
2. Rasio Penambahan Buah terhadap Yoghurt
B. PENELITIAN UTAMA
1. Uji Organo1eptik
a. Rasa
b. Aroma
c. Tekstur
2. Total Asam Tertitrasi
3. Nilai pH
4. Tqtal Mikroba
5. Total Kapang dan Khamir
6. Bakteri Koli
7. Salmonella
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMP I RAN
54
57
60
63
Nomor Teks
1. Perkembangan populasi sapi perah dan produksi
susu segar per tahun dari tahun 1990 sampai
Halaman
tahun 1 9 9 4 . . . 1
2. Populasi sapi perah di tiap-tiap daerah di
seluruh Indonesia... 2
3. Produksi susu segar di tiap-tiap daerah di
seluruh Indonesia... 2
4. Komposisi kimia rata-rata susu sapi... 6
5. Hasil uji peroksidase. . . . . . ... 32
6. Waktu optimum blanching... . . . . . . 33
7. Rasio penambahan buah terhadap yoghurt... 34
8. Hasil uji kesukaan terhadap rasa yoghurt
se-lama penyimpanan. . . . . . . . . . . . . . . . . 38
9. Hasil uji kesukaan terhadap aroma yoghurt
se-lama penyimpanan. . . . . . . . . . . . . . . . . 42
10. Hasil uji kesukaan terhadap tekstur yoghurt
selama penyimpanan. . . . . . . . . . . . . . 45
11. Nilai total asam tertitrasi yoghurt selama
penyimpanan. . . . . . . . . . . . . . . . . 49
12. Nilai pH yoghurt selama penyimpanan... 51
13. Total mikroba yoghurt se1ama penyimpanan... 53
14. Total kapang dan khamir yoghurt selama
penyim-panan. . . . . . . . . . . . 55
15. Total bakteri koli yoghurt selama penyimpanan... 58
16. Hasil uji salmonella yoghurt selama
Nomor Teks
l . Formulir uji organoleptik . . .
2. Hasil uji kesukaan terhadap rasa yoghurt
pada penyimpanan 0 minggu . . .
3. Hasil uji kesukaan terhadap rasa yoghurt
pada penyimpanan 1 minggu . . .
4. Hasil uji kesukaan terhadap rasa yoghurt
pada penyimpanan 2 minggu . . .
5. Hasil uji kesukaan terhadap rasa yoghurt
pada penyimpanan 3 minggu . . .
6. Hasil uji kesukaan terhadap aroma yoghurt
pada penyimpanan 0 minggu . . .
7. Hasil uji kesukaan terhadap aroma yoghurt
pada penyimpanan 1 minggu . . . 8. Hasil uji kesukaan terhadap aroma yoghurt
pada penyimpanan 2 minggu . . .
9. Hasil uji kesukaan terhadap aroma yoghurt
pada penyimpanan 3 minggu . . .
10. Hasil uji kesukaan terhadap tekstur yoghurt
pada penyimpanan 0 minggu . . .
11. Hasil uji kesukaan terhadap tekstur yoghurt
pada penyimpanan 1 minggu . . .
12. Hasil uji kesukaan terhadap tekstur yoghurt pada penyimpanan :0 minggu . . .
13. Hasil uji kesukaan terhadap tekstur yoghurt
pada penyimpanan 3 minggu . . .
14. Analisa uji nilai tengah pengaruh perlakuan
terhadap penerimaan rasa yoghurt pada
penyim-Halaman
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
panan 0 minggu... . . . . . . . . . 83
15. Analisa uji nilai tengah pengaruh perlakuan
terhadap penerimaan rasa yoghurt pada
penyim-panan 1 minggu. . . . . . . . . . . 83
Lセ@ , .
16. Analisa uji nilai tengah pengaruh perlakuan terhadap penerimaan rasa yoghurt pada
penyim-panan 2 minggu. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83
17. Analisa uji nilai tengah pengaruh perlakuan terhadap penerimaan rasa yoghurt pada
penyim-panan 3 minggu... . . . . . . . . . . . . . 84
18. Analisa オjセ@ nilai tengah pengaruh perlakuan
terhadap penerimaan aroma yoghurt pada
penyim-panan 0 minggu. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 84
19. Analisa オjセ@ nilai tengah pengaruh perlakuan
terhadap penerimaan aroma yoghurt pada
penyim-panan 1 minggu... . . . . . . . . . . .. . . . 84
20. Analisa オjセ@ nilai tengah pengaruh perlakuan
terhadap penerimaan aroma yoghurt pada
penyim-panan 2 minggu... . . . . . . . . . . . . 85
21. Analisa オjセ@ nilai tengah pengaruh perlakuan
terhadap penerimaan aroma yoghurt pada
penyim-panan 3 minggu... 85
22. Analisa uji nilai tengah pengaruh perlakuan terhadap penerimaan tekstur yoghurt pada
pe-nyimpanan 0 minggu. . . . . . . . . . . . . . . . . 85
23. Analisa uji nilai tengah pengaruh perlakuan
エ・セィ。、。ー@ ー・ョセイゥュ。。ョ@ tekstur yoghurt pada
pe-ョケセュー。ョ。ョ@ 1 ュセョァァオNNNNNNNNNNNNN@ . . . . . . . 86
24. Analisa uji nilai tengah pengaruh perlakuan
エ・セィ。、。ー@ ー・ョセイゥュ。。ョ@ tekstur yoghurt pada
pe-ョケセュー。ョ。ョ@ 2 ュセョァァオNNN@ . . . . . . . . . . . . 86
25. Analisa uji nilai tengah pengaruh perlakuan terhadap penerimaan tekstur yoghurt pada
pe-nyimpanan 3 minggu... . . . . . . . . . 86
26. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap nilai total asam tertitrasi yoghurt dengan
buah nenas. . . . . . . . . . . . . . . . 87
27. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap nilai
total asam tertitrasi yoghurt dengan buah nenas 87
28. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap nilai total asam tertitrasi yoghurt dengan
29. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap nilai
total asam tertitrasi yoghurt dengan buah
pepaya. . . . . . . . . . . . 87
30. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap nilai total asam tertitrasi yoghurt dengan
buah pisang r a j a . . . 88
31. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap nilai
total asam tertitrasi yoghurt dengan buah
pisang raja... . . . . . ... . .. . ... .... . . 88
32. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap nilai total asam tertitrasi yoghurt dengan
buah pisang ambon. . . . . . . . . . . . . . . . . . 88
33. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap nilai
total asam tertitrasi yoghurt dengan buah
pisang ambon... . . . . . . . . . 88
34. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap nilai pH yoghurt dengan buah nenas... 89
35. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap nilai
pH yoghurt dengan buah nenas.. . . 89
36. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap nilai pH yoghurt dengan buah pepaya. . . 89
37. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap nilai
pH yoghurt dengan buah pepaya... 89
38. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap nilai pH yoghurt dengan buah pisang raja. . . 90
39. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap nilai
pH yoghurt dengan buah pisang raja... . . . 90
40. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap nilai pH yoghurt dengan buah pisang ambon. . 90
41. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadapnilai
pH yoghurt dengan buah pisang ambon... 90
42. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap total mikroba yoghurt dengan buah nenas.... 91
43. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap total
mikroba yoghurt dengan buah nenas... 91
44. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
45. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap total
mikroba yoghurt dengan buah pepaya... 91
46. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap total mikroba yoghurt dengan buah p. raja.. 92
47. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap total
mikroba yoghurt dengan buah pisang raja. . . . 92
48. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap total mikroba yoghurt dengan buah p. ambon. 92
49. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap total
mikroba yoghurt dengan buah pisang ambon. . . . . 92
50. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap total kapang dan khamir yoghurt dengan
bu-ah nenas. . . . . . . . . . . . . . . . . . 93
51. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap total
kapang dan khamir yoghurt dengan buah nenas.... 93
52. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap total kapang dan khamir yoghurt dengan
bu-ah pepaya. . . . . . . . . . . . . . . . . 93
53. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap total
kapang dan khamir yoghurt dengan buah pepaya. . . 93
54. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap セッエ。ャ@ ォ。セ。ョァ@ dan khamir yoghurt dengan
bu-ah pl.sang raJ a. . . . . . . . . . . . . 94
55. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap total
kapang dan khamir yoghurt dengan buah p. raja.. 94
56. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap total kapang dan khamir yoghurt dengan
bu-ah pisang ambon. . . . . . . . . . . . . . . 94
57. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap total
kapang dan khamir yoghurt dengan buah p. ambon. 94
58. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap total bakteri koli yoghurt dengan buah
ne-nas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 95
59. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap total
bakteri koli yoghurt dengan buah nenas... 95
60. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap total bakteri koli yoghurt dengan buah
61. Uji DMRT pengaruh penyimpanan terhadap total
bakteri koli yoghurt dengan buah pepaya. . . 95
62. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap total bakteri koli yoghurt dengan buah
pi-sang raj a. . . 96
63. Analisa sidik ragam pengaruh perlakuan
terha-dap total bakteri koli yoghurt dengan buah
A. LATAR BELAKANG
Tiap tahun jumlah produksi susu di Indonesia
menga-lami peningkatan yang cukup besar (Tabel 1). Peningkatan
ini dicapai karena adanya perhatian Pemerintah melalui
pengembangan usaha sapi perah dan bantuan kredit sapi
perah impor, GKSI, dan perusahaan swasta (Industri
Pengo-lahan Susu/IPS) (Hartini, 1989).
Tabel 1. Perkembangan populasi sapi perah dan produk-si susu segar per tahun dari tahun 1990 sampai tahun 1994.
Tahun populasi sapi perah Produksi per tahun
(ekor) (000 ton)
1990 293.878 345,60
1991 306.290 360,20
1992 312.226 367,18
1993 329.520 387,52
19940 330.481 388,65
OAngka sementara
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (1995)
Untuk meningkatkan populasi sapi perah, Pemerintah
telah mengusahakan impor sapi perah dari Australia,
Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Penambahan jumlah
sapi perah ini disertai dengan peningkatan mutu genetik,
perbaikan tat a laksana pemeliharaan dan perbaikan mutu
pakan agar produksi susu per ekor per hari meningkat
[image:28.595.86.469.324.488.2]Daerah propinsi dengan populasi sapi perah dan
produksi susu terbesar di Indonesia dari tahun ke tahun
adalah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Semen-tara itu di luar Jawa populasi sapi perah masih rendah
dan demikian pula produksinya (Tabel 2 dan Tabel 3).
Tabel 2. Populasi sapi perah di tiap-tiap daerah di seluruh Indonesia
Tahun
Jabaro (ekor)
1990 110.391
1991 112.968
1992 113.755
1993 119.145
1994°) 117.764
°termasuk DKI OOtermasuk DIY O)Angka sementara
Propinsi
JatengOO Jatim Luar Jawa
(ekor) (ekor) (ekor)
79.040 93.769 10.678
81. 720 100.524 11.078
84.571 102.235 11.665
93.917 105.657 10.801
93.957 108.338 10.422
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (1995)
Tabel 3. Produksi susu segar di tiap-tiap daerah di seluruh Indonesia
Tahun
Jabaro
1990 129,82
1991 132,85
1992 133,77
1993 140,11
1994 0) 138,49
°termasuk DKI OOtermasuk DIY O)Angka sementara
(000 ton)
Propinsi
JatengOO Jatim Luar Jawa
92,95 110,27 12,56
96,10 118,22 13,03
99,46 120,23 13,72
110,45 124,25 12,71
110,50 127,41 12,25
[image:29.599.79.499.96.749.2] [image:29.599.89.484.245.577.2]Seiring dengan meningkatnya produksi susu, perlu
pula dikernbangkan cara-cara penanganan dan penggunaan
susu tersebut. Produk-produk susu yang mengandung
kompo-nen citarasa seperti coklat, vanilla, dan buah-buahan
menjadi semakin populer. Dengan penarnbahan flavor ini
aroma susu yang khas dapat dikurangi intensitasnya
se-hingga konsumen yang tidak menyukai aroma khas susu dapat
turut mengkonsumsi produk susu berflavor.
Di samping itu,
kan gula alami pada
susu mengandung laktosa yang
merupa-susu. Kandungan laktosa pada susu
sering menirnbulkan masalah karena banyak orang yang tidak
tahan laktosa (lactose intolerance) sehingga dapat men
derita gangguan pencernaan jika mengkonsumsi susu segar.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu cara untuk
menghilangkan atau mengurangi komponen laktosa tersebut,
misa1nya dengan penggunaan enzim laktase yang akan
meme-cah laktosa. Mekanisme pemecahan laktase tersebut
terja-di secara alami pada yoghurt, seperti pada produk-produk
susu terferrnentasi lainnya. Laktosa sebagai karbohidrat
utama pada susu menjadi substrat untuk kultur starter
yoghurt yang akan memecahnya menjadi berbagai komponen,
dengan asam laktat sebagai hasil utama. Terpecahnya
laktosa ini mernbuat yoghurt tidak akan menyebabkan
gang-guan pencernaan seperti susu segar. Di samping itu,
terpecahnya laktosa ini akan menimbulkan flavor dan
Dengan demikian maka diharapkan pembuatan yoghurt dengan penambahan buah-buahan dapat mengatasi kedua masalah di atas, yaitu mereduksi bau susu yang tidak disukai konsumen serta mengurangi kadar laktosa dalam susu sehingga tidak menimbulkan gangguan pencernaan pada penderita lactose intolerance.
B. TUJUAN PENELITIAN
A. SUSU
Susu merupakan sumber makanan pertama yang diperoleh mamalia setelah dilahirkan. Kemudian disadari potensl susu sebagai sumber makanan bagi orang dewasa, dan tidak hanya bagi anak-anak/bayi. Susu merupakan bahan pangan yang telah dikonsumsi sejak dulu (Eckles et al., 1951).
Dipandang dari segi gizi, susu merupakan bahan makanan yang hampir sempurna (Muchtadi dan Sugiyono,
1992). Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu hewan yang menyusui anaknya (Eckles et al., 1951).
Sumber susu untuk kegiatan komersial yang paling umum di negara-negara seperti Australia, Inggris, dan Amerika Serikat adalah sapi, akan tetapi di negara-negara lain digunakan ternak-ternak lain seperti domba dan kambing di Italia dan Perancis, serta kerbau di Asia dan Mesir. Selama berabad-abad sapi selalu dipilih untuk produksi susu yang tinggi, sehingga sekarang sapi perah merupakan salah satu penghasil susu yang utama (Eckles et al., 1951).
dan Sugiyono, 1992). Sejumlah besar darah harus mengalir
melalui alveoli dalam pembuatan susu yaitu sekitar 50 kg
darah dibutuhkan untuk menghasilkan 30 liter susu (Buckle
e t a l . , 1985).
Susu merupakan emulsi lemak di dalam air yang
mengandung garam-garam mineral, gula, dan protein.
Secara rata-rata susu mengandung sekitar 87 % air. Air
ini berfungsi melarutkan komponen-komponen terlarut dari
susu dan membentuk emulsi, suspensi koloidal (Eckles et
al., 1951). Komposisi kimia rata-rata susu dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi kimia rata-rata susu sapi
Komposisi Rata-rata (%)
Air 87,25
Padatan 12,75
Lemak 3,80
Protein 3,50
Laktosa 4,80
Mineral 0,65
Sumber Eckles et al. (1951)
Buckle et al. (1985) menyebutkan bahwa komposisi
susu dapat sangat beragam tergantung pada beberapa
fak-tor, dengan komposisi rata-rata mendekati nilai yang
dinyatakan oleh Eckles et al. (1951) seperti terlihat
pada Tabel 4 di atas. Faktor-faktor tersebut antara lain
[image:33.597.149.438.364.516.2]pengaruh musim (terutama di negara sub tropis), umur
sapi, adanya penyakit, dan pakan ternak.
Lemak susu merupakan komponen terlarut paling banyak
dari susu. Lemak susu juga merupakan komponen yang
penting dan menentukan nilai pangan dari susu, serta
berpengaruh besar terhadap cita rasa khas susu dan
pro-duk-produk olahan susu (Eckles et al., 1951).
Lemak susu berada di dalam susu dalam bentuk
globu-lar lemak yang merupakan emulsi minyak dalam air yang
terbentuk dengan adanya protein sebagai emulsifier
(Eckles et al., 1951; Buckle et al., 1985; dan Aynie et
al., 1992). Protein ini akan berdifusi melalui permukaan
minyak atau air, mengalami proses adsorpsi, serta
memben-tuk suatu lapisan film antar permukaan (Buckle et al.,
1985; Aynie et al., 1992).
Lemak susu merupakan suatu campuran yang tersusun
dari berbagai macam gliserida. Gliserida-gliserida
tersebut tersusun dari gliserol dan asam-asam organik.
Asam organik yang terkandung dalam lemak susu umum
dike-nal sebagai asam lemak (Eckles et al., 1951).
Sekurang-kurangnya terdapat 50 macam asam lemak yang berbeda dalam
lemak susu di mana 60 - 75 % bersifat jenuh, 25 - 30 %
tidak jenuh, dan sekitar 4 % merupakan asam lemak tidak
Protein susu merupakan komponen kompleks dengan dua
jenis protein utama serta sedikit dari jenis lain sebagai
pembentuknya. Kedua protein tersebut adalah kasein (80 %
dari total protein) dan laktalbumin (18 %). Jenis ketiga
adalah laktoglobulin (Eckles et al., 1951) Buckle et
al. (1985) menyebutkan bahwa protein susu terbagi dalam
dua kelompok utama yaitu kasein yang dapat diendapkan
oleh asam dan enzim rennin serta protein whey yang dapat
mengalami denaturasi oleh panas pada suhu sekitar 65°C.
Karbohidrat utama dalam susu adalah laktosa.
Lakto-sa merupakan suatu diLakto-sakarida yang terdiri dari glukoLakto-sa
dan galaktosa (Eckles et al., 1951; Buckle et al., 1985).
Laktosa tidak semanis sukrosa dan mempunyai day a larut
hanya 20 % pada suhu kamar (Buckle et al., 1985). Eckles
et al. (1951) menyebutkan bahwa sukrosa enam kali lebih
manis daripada laktosa, dengan kelarutan 1/3 pada suhu
100°C dan 1/4 pada ooC. Laktosa mudah sekali
didekompo-sisi oleh bakteri asam laktat menjadi asam laktat yang
merupakan ciri khas susu yang diasamkan (Eckles et al.,
1951; Buckle et al., 1985). Salah satu fungsi paling
penting dari asam yang terbentuk karena fermentasi gula
adalah pengontrolan terhadap pertumbuhan mikroba yang
tidak diinginkan (Eckles et al., 1951).
Mineral susu diperoleh dengan cara membakar residu
natrium, kalsium, magnesium, klor, fosfor, dan belerang
dalam jumlah yang relatif besar. Selain itu terdapat
pula mineral lain dalam jumlah rendah seperti besi,
tembaga, seng, alumunium, mangan, kobalt, dan iod. Abu
susu mempunyai arti penting sehubungan dengan nilai gizi
susu. Selain itu kalsium-fosfat merupakan bagian dari
partikel kasein yang mempengaruhi tingkah laku partikel
tersebut terhadap penggumpalan oleh rennin, panas, atau
asam (Eckles et al., 1951; Buckle et al., 1985). Eckles
et al. (1951) menyebutkan bahwa komposisi abu berpengaruh
nyata terhadap stabilitas susu terhadap panas.
B. YOGHURT
Yoghurt adalah produk hasil olahan susu yang
menga-lami fermentasi. Pembuatannya telah berevolusi dari
pengalaman beberapa abad yang lalu dengan membiarkan susu
yang tercemar secara alami menjadi masam pada suhu panas,
mungkin sekitar 40 - 50°C (Buckle et al., 1985).
Kata yoghurt berasal dari kata Turki "jugurt"
Yoghurt ada1ah makanan atau minuman tradisiona1 di daerah
Balkan dan Timur Tengah, tetapi sekarang sudah beredar ke
Eropa dan tempat-tempat lain di seluruh dunia. Di
Indonesia, yoghurt telah lama dikenal tetapi belum
populer. Beberapa tahun belakangan ini yoghurt semakin
Menurut Winarno (1981) yang dikutip oleh Christanti (1991) yoghurt adalah susu asam, yaitu bahan pangan yang berasal dari susu sapi dengan bent uk seperti bubur atau es krim, yang dibuat dengan cara menambahkan kultur bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus ther-mophill us. Yoghurt dikonsumsi karena kesegarannya, aromanya yang khas dan teksturnya (Helferich dan Westhoff, 1980).
Pada dasarnya pembuatan yoghurt meliputi pemanasan (pasteurisasi) susu, pendinginan, inokulasi, dan inkubasi (Bramayadi, 1986).
Pemanasan susu dalam pembuatan yoghurt sangat ber-variasi, baik dalam penggunaan suhu maupun lama pema-nasan. Variasi suhu dan lama pemanasan ini pada dasarnya mempunyai tujuan yang sarna, yaitu untuk menurunkan popu-lasi mikroba dalam susu dan memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan biakan yoghurt. Selain itu juga
bertu-juan untuk mengurangi kandungan air susu sehingga dipero-leh yoghurt dengan tekstur yang kompak (Bramayadi, 1986).
yang secara normal bersifat mikro aerofilik dapat turnbuh baik, serta untuk merusak protein susu dalam batas-batas tertentu sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh kultur yoghurt untuk perturnbuhannya.
Foster et al. (1957) yang diku tip oleh Bramayadi
(1986) merekomendasikan pemanasan susu pada suhu 80
-90°C selama 10 menit. Selain itu pemanasan susu dapat
dilakukan pada suhu 85°C selama 30 menit (Tamime dan Deeth, 1979 yang dikutip oleh Bramayadi, 1986), atau pada suhu 80 85°C selama 15 - 30 menit (Helferich dan Westhoff, 1980). Buckle et al. (1985) merekomendasikan pemanasan susu pada suhu 90°C selama 15 - 30 menit.
Setelah pemanasan selesai susu didinginkan sampai suhu sekitar 43°C, untuk kemudian diinokulasi dengan kultur campuran L. bulgaricus dan S. thermophillus dan dibiarkan pada suhu ini selama kira-kira 3 jam sampai dicapai keasaman yang dikehendaki (0,85 - 0,90 %) dan pH
4,0 sampai 4,5 (Buckle et a!., 1985). Di samping itu, pada SII Yoghurt (no. 0717-90) dinyatakan bahwa standar kadar asam untuk yoghurt adalah 0,5 2,0 % dihitung sebagai asam laktat.
sebanyak 2 % dari jumlah susu (Buckle et al., 1985; Hadiwiyoto, 1983 yang dikutip oleh Bramayadi, 1986). Helferich dan Westhoff (1980) menyarankan konsentrasi kultur sebesar 3 % dari jumlah susu yang akan dibuat yoghurt. Selama inkubasi, dihasilkan senyawa-senyawa yang mudah menguap yang memberikan citarasa khas pada yoghurt sebagai hasil proses fermentasi yang terjadi.
Selama pertumbuhan organisme, terjadi kenaikan derajat asam (asiditas). Kadar asam tertitrasi meningkat sehingga pH menjadi lebih rendah. Meningkatnya keasaman terjadi karena terbentuknya asam laktat sebagai hasil fermentasi laktosa (Helferich dan Westhoff, 1980). Kondisi ini dapat membantu koagulasi susu (Ajam et al., '1993) karena kasein yang merupakan protein terbanyak pada
susu akan menggumpal pada pH rendah (Helferich dan Westhoff, 1980). Kroger (1976) menyatakan bahwa ォッ。ァオャ。セ@
si susu terbentuk pada keasaman 6 % (dihitung sebagai asam laktat) atau pada pH sekitar 5,3.
Ajam et al. (1993) menyebutkan adanya peningkatan aktivitas enzim laktase (maksimal pada 5 jam inkubasi) selama inkubasi. Namun, inkubasi lebih lanjut akan menurunkan aktivitas enzim tersebut. Produksi laktase ini memiliki arti penting karena banyak sekali orang yang tidak tahan terhadap laktosa (lactose intolerance). Dengan demikian yoghurt tidak akan menyebabkan gangguan pencernaan seperti susu segar (Ajam et al., 1993; Christanti, 1991). Di samping itu, terpecahnya laktosa
ini akan menimbu1kan flavor dan keasaman khas yoghurt (Ajam et al., 1993).
menguap lainnya yang dihasilkan oleh fermentasi bakteri.
L. bulgaricus adalah penyebab utama terbentuknya asetal-dehida (Buckle et al., 1985).
Selama fermentasi terdapat dua peranan starter,
yaitu sebagai pembentuk asam yang menyebabkan rasa dan
aroma yang khas serta sebagai pembentuk komponen-komponen
citarasa seperti karbonil, asetaldehida, aseton, asetoin
dan diasetil (Helferich dan Westhoff, 1980). Menurut Jay
(1978) seperti dikutip Christanti (1991), bakteri yang
berperan sebagai pembentuk asam adalah S. thermophillus
sedangkan L. bulgaricus lebih berperan sebagai pembentuk
aroma. L. bulgaricus lebih bersifat proteolitik
di-banding S. thermophillus. S. thermophillus apabila
diinokulasikan pada susu akan menghasilkan flavor yang
tidak tajam, sedangkan L. bulgaricus bila ditumbuhkan
pada susu akan menghasilkan flavor khas yang tajam
(Davts, 1975 yang dikutip oleh Christanti, 1991).
Ada beberapa cara yang biasa dilakukan untuk
mening-katkan ni1ai penerimaan (akseptabi1itas) yoghurt. Tekstur
yang berair dari yoghurt timbul karena kandungan padatan
susu yang rendah yang menjadi bah an dasar (Ajam et al.,
1993). Kondisi ini dapat diperbaiki dengan menambahkan
tepung susu sebelum inkubasi. Penambahan sebanyak 5 %
tepung susu akan meningkatkan tekstur dan me rang sang
pertumbuhan bakteri (Kroger, 1976; Buckle et al., 1985;
tersebut dapat meningkatkan nilai gizi yoghurt (Kroger,
1976; Buckle et al., 1985).
Homogenisasi unsur-unsur sebelum pasteurisasi juga
ternyata dapat meningkatkan stabilitas fisik dengan
menghasilkan dadih susu yang seragam dan kuat (Buckle et
al., 1985).
Selain tepung susu, dapat juga ditambahkan bahan
penstabil seperti gelatin, alginat dan agar-agar (Kroger,
1976; Buckle et al., 1985; Davis, 1975 yang dikutip oleh
Ajam et al., 1993; Ajam et al., 1993). Penambahan bahan
penstabil sebanyak 0,3 sampai 0,6 % agar sebelum inkubasl
akan menghasilkan viskositas yang baik, halus, seperti es
krim (Ajam et al., 1993).
Bau susu yang dominan pada yoghurt seringkali tidak
disukai oleh konsumen, terutama para orang dewasa (Ajam
et al., 1993). Hal ini dapat diatasi dengan penambahan
vanilla atau buah-buahan, sebelum atau sesudah inkubasi
(Buckle et al., 1985; Ajam et aI., 1993). Penambahan
potongan buah-buahan sebelum inkubasi akan menyebabkan
potongan buah-buahan tersebut tenggelam ke dasar; hal ini
dapat mengganggu tekstur yoghurt (Ajam et al., 1993).
Untuk menanggulangi hal ini, susu diinkubasi terlebih
dulu selama 3 jam, baru kemudian dicampur dengan potongan
buah-buahan. Setelah itu, diinkubasi lebih lanjut selama
1 jam. Cara ini akan menghasilkan yoghurt dengan tekstur
penambahan 10 % buah-buahan (nenas, pepaya, pisang,
mangga, dll.) serta 5 % sukrosa akan meningkatkan
kema-nisan yoghurt (Ajam et al., 1993).
Di samping semua keuntungan dari penambahan
buah-buahan dan bahan penstabil, perlu pula diingat bahwa
yoghurt mengandung organisme hidup yang sensitif terhadap
perubahan lingkungan. Zat aditif akan mempengaruhi
kinerja organisme tersebut, dan pengaruhnya ini dapat
diketahui dari kadar asam tertitrasi, pH, dan aktivitas
laktase. Penambahan pepaya dan pisang atau 2 % gelatin
tidak menimbulkan efek negatif. Ada sedikit penurunan
pertumbuhan ketika zat penstabil atau buah-buahan asam
seperti nenas dan mangga ditambahkan. Buah-buahan asam
ini tidak mempengaruhi tekstur, tetapi hanya memper1ambat
waktu inkubasi (Ajam et al., 1993).
Pemilihan jenis buah yang akan ditambahkan juga
penting. Buah yang akan ditambahkan ini tidak boleh
mengganggu mikroorganismenya, namun juga harus mampu
menutupi bau dan rasa susu sampai tingkat tertentu.
Kedua sifat
ini
tampak pada nenas dan mangga. Selainitu, buah-buahan seperti pisang cenderung teroksidasi
jika terkena udara terbuka sehingga menurunkan nilai mutu
yoghurt yang dihasilkan (Ajam et al., 1993).
Iklim tropis menyulitkan penyimpanan yoghurt. Pada
suhu 10o
e,
kerusakan mulai timbul setelah 3 sampai 4 haridengan disertai perubahan pada tekstur yang semula lem-but. Pada penyimpanan beku, aroma yoghurt dapat bertahan sampai 2 minggu, namun tekstur menjadi berair setelah thawing (Ajam et al., 1993).
Karena yoghurt merupakan minuman berasam tinggi, maka kerusakan yoghurt disebabkan oleh mikroflora yang tahan asam, umumnya kapang dan khamir. Kontaminasi kapang dan khamir pada yoghurt dapat berasal dari pera-latan dan wadah, udara, buah, dan sirup yang ditambahkan
(Vedamuthu, 1982).
Kerusakan yang umum terjadi pada yoghurt disebabkan oleh kapang yang tumbuh pada permukaan. Menurur Helferich dan Westhoff (1980), kerusakan yang disebabkan oleh kontaminasi kapang dan khamir lebih sering terjadi pada yoghurt yang diberi tambahan buah-buahan daripada yoghurt tanpa penambahan buah-buahan. Yoghurt pada pH
3,9 - 4,2 dan dalam penyimpanan dingin bila terkontamina-si akan cepat mengalami kerusakan karena perkembangbiakan kapang dan khamir.
meningkatkan kandungan protein (sampai di atas 3,5 %),
menghomogenisasi lemak susu, dan memanaskan susu sampai
sebagian protein terdenaturasi (Kroger,l976).
Kontaminasi seringkali terjadi karena yoghurt dibuat
dengan menambahkan buah-buahan yang telah terkontaminasi.
Karena itu perlu diperhatikan kualitas buah-buahan yang
digunakan agar kerusakan dapat dijaga seminimal mungkin.
Pada Standar Industri Indonesia untuk yoghurt (SII no
0717-90) disebutkan bahwa yoghurt tidak boleh mengandung
Salmonella, sedangkan batas maksimum kandungan bakteri
koli adalah 10/g. Di samping itu Kroger (1976)
menyebut-kan bahwa batas maksimum untuk campuran yoghurt dan buah
adalah sebagai berikut Standard Plate Count 500/g,
koliform 10/g, jamur 10/g, khamir 10/g, dan Salmonella
tidak terdapat.
C. BUAH-BUAHAN
1. Pisang
Tanaman pisang merupakan tanaman herba tahunan
yang berumpun, mempunyai batang semu berupa
pelepah-pelepah daun. Buah pisang umumnya tidak berbiji, buah
berkembang dari bunga jantan dan bunga betina yang
mengalami penyerbukan tanpa pembuahan, yaitu peristiwa
yang biasa disebut dengan istilah 'partenokarpi'
Berdasar penggunaannya semua jenis pisang terbagi
atas dua golongan (Ju Lan, 1989) yaitu pisang buah dan
pisang olah. pisang buah (banana) oleh Munadj im
(1983) seperti dikutip Ju Lan (1989) disebut juga
pisang jenis masak segar karena biasa disantap dalam
keadaan segar.
2. Nenas
Tanaman nenas (Ananas comosus) termasuk famili
Bromeliaceae yang merupakan tanaman hias dari kelompok
hortikultura (Krisnadi, 1990). Menurut Bautista et
al. (1983) dan Dull (1971) seperti dikutip oleh
Kris-nadi (1990), buah nenas merupakan kumpulan bakal buah
yang masing-masing menempel pada batang. Buah nenas
terdiri dari tiga bagian yaitu kulit buah, daging
buah, dan hati buah. Bagian yang dapat dimakan
seki-tar 60 %. Buah nenas mengandung 0,4 % protein, 12
-15 % gula (2/3 bagian sukrosa, sisanya glukosa dan
fruktosa), 0,6 % asam (87 % asam sitrat, sisanya asam
malat), 80 - 85 % air, D,S % abu (terutama K), 0,1 %
lemak, serta beberapa persen serat dan vitamin. Warna
buah nenas disebabkan oleh pigmen karoten dan xantotll
3. Pepaya
Tanaman pepaya (Carica papaya L.) adalah sejenis pohon buah-buahan yang berumur pendek dan sifat tum-buhnya cepat seka1i (Susetio, 1982). Tanaman pepaya bukan merupakan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat (Susetio, 1982) .
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu sapi murni yang diperoleh dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogar, kultur murni Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophil-lus yang diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Pangan, Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Insti tut Pertanian Bogar, susu skim bubuk, gula pasir (sukrosa), dan buah-buahan pepaya bangkok, nenas bogar, pisang ambon dan pisang raja bulu yang diperoleh dari pasar lokal, serta bahan-bahan kimia dan agar untuk analisa. Buah-buahan yang digunakan dipilih yang sudah berada dalam keadaan matang/ranum.
2. A1at
B. METODE PENELITIAN
1. Pene1itian Pendahu1uan
Pada penelitian pendahuluan dicari waktu optimum blanching untuk masing-masing buah serta rasio penam-bahan buah terhadap yoghurt.
a. Waktu Optimum bセ。ョ」ィゥョァ@
Blanching dengan cara dikukus (suhu 100·C) menggunakan alat blancher dilakukan terhadap
po-tongan buah atau pulp buah selama 1 sampai 4 menit. Uji kecukupan blanching ditentukan dengan uji peroksidase (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Masing-masing sampel yang telah diblanching ditimbang sebanyak 100 gram dan dimasukkan ke waring blender serta ditambah air sebanyak 300 ml. Sampel dihancurkan selama 1 menit, kemudian disa-ring menggunakan kapas. Filtrat yang diperoleh diambil 2 ml dan dicampur dengan 20 ml akuades dalam tabung reaksi. Blangko disiapkan dengan menambahkan 2 ml filtrat sampel ke dalam 22 ml akuades dan dikocok.
Ke dalam tabung contoh ditambahkan larutan guaiakol 0,5 % sebanyak 1 ml tanpa dikocok. Kemu-dian ditambahkan lagi larutan H202 0,08 % sebanyak
kemudian dikocok dan dibandingkan warnanya dengan blangko. Jika warna yang terbentuk berbeda dengan blangko, maka uji dikatakan positif yang berarti blanching yang dilakukan kurang sempurna. Seba-liknya, jika tidak terjadi perubahan warna pada tabung contoh (tidak berbeda warna dengan blangko) dalam waktu 3,5 menit maka uji dikatakan negatif yang berarti proses blanching sempurna dilakukan. Jika pembentukan warna terjadi setelah 3,5 menit, uji tetap dikatakan negatif.
b. Rasia Buah terhadap Yoghurt
2. Penelitian utama
a. Pembuatan Yoghurt
Pembuatan yoghurt dilakukan secara metoda
Helferich dan Westhoff (1980), di mana susu segar
dihomogenisasi pada tekanan 1800 sampai 2000 psi,
kemudian dipanaskan pada suhu 80°C sampai 85°C
selama 15 sampai 30 menit. Setelah itu susu
di-dinginkan sampai suhu 37°C dan dipertahankan pada
suhu tersebut dengan bantuan penangas air.
Kemu-dian dilakukan pencampuran kultur murni L.
bulgari-cus dan S. thermophillus dengan rasio 1 1 se-banyak 3 % (v/v) untuk kemudian diinokulasikan ke
dalam susu. Inkubasi dilakukan pada suhu 37°C
selama 1 malam.
Susu bubuk skim ditambahkan sebanyak 5 % (b/v)
ke dalam susu sebelum proses homogenisasi. Selain
itu dilakukan penambahan 4 % (bib) sukrosa ke dalam
yoghurt setelah inkubasi. Penambahan susu bubuk
skim dan sukrosa berguna untuk memperbaiki rasa dan
tekstur yoghurt (Ajam et al., 1993). Buah yang
telah diblanching ditambahkan ke dalam yoghurt
b. Per1akuan
Dalam penelitian ini diamati pengaruh dua faktor perlakuan, yaitu:
A. Bentuk buah
l . potongan (kubus/bola)
2. pure
B. Waktu penyimpanan yoghurt pada suhu ± 4°C
l . 0 minggu
2. 1 minggu
3. 2 minggu
4. 3 minggu
Masing-masing perlakuan diterapkan pada empat jenis buah, yaitu nenas 「ッァセイL@ pepaya bangkok, pisang raja buIu, dan pisang ambon.
dilakukan dengan dua kali ulangan.
C. ANALISIS
セN@ Uji Organo1eptik (Soekarto. セYXUI@
Percobaan
diperbolehkan mengulang penilaian ataupun
membanding-kan sampel satu dengan yang lain. Tingkat kesukaan
dinyatakan dalam skala hedonik, yaitu sangat suka (5),
suka (4), biasa (3), tidak suka (2), dan sangat tidak
suka (1).
Uji dilakukan setiap minggu selama masa
penyim-panan. Analisa statistik terhadap data dilakukan
untuk setiap kali pengujian, yaitu menggunakan uji
pembandingan dua nilai tengah.
2. Total Asam Tertitrasi (Apriyantono et al., 1989)
Sebanyak 10 gram sampel dipindahkan ke dalam labu
takar 100 ml dan diencerkan sampai tanda tera dengan
akuades. Sebanyak 5 ml sampel yang telah diencerkan
tersebut dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan
ditambah-kan 2 tetes indikator phenolphtalein ャ セ@o • Titrasi
dilakukan dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N sampai
timbul warna merah muda. Total asam tertitrasi
dinya-takan sebagai persen asam laktat.
ml NaOH x N x FP x 0,1 x 90
Total asam tertitrasi
=
(persen asam laktat) gram sampel
Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan
3. Nilai pH (Apriyantono et al., 1989)
Suhu sampel diukur dan pengatur suhu pada pH
diset pada suhu tersebut. Selanjutnya pH meter
dinya-lakan dan dibiarkan stabil selama 15 - 30 menit.
Elektroda dibilas dengan akuades dan dikeringkan
dengan kertas tissue, kemudian dicelupkan pada sampei.
Eiektroda dibiarkan beberapa saat sampai diperoleh
nilai pembacaan yang stabii. Sebelum pengukuran
sampei, pH meter distandarisasi teriebih duiu dengan
menggunakan iarutan buffer pH 4 dan pH 7.
4. Total Mikroba (Fardiaz, 1987)
Analisa total mikroba dilakukan dengan
mengguna-kan agar PCA (Plate Count Agar), yang dibuat dengan
melarutkan 17,5 gram PCA dalam 1 liter akuades,
kemu-dian disterilkan dalam otoklaf pada tekanan 1,5 psi
pada suhu 121°C seiama 15 menit.
Sampel sebanyak 10 ml dipipet dengan pipet steril
dan dimasukkan dalam botol pengencer yang berisi 90 ml
akuades. Dari botol pengencer dipipet 1 ml dan
dien-cerkan kembali daiam tabung pengencer 9 mi. Demikian
seterusnya sampai diperoleh pengenceran yang sesuai.
Larutan pengencer yang digunakan adaiah buffer fosfat.
Sampei dari pengenceran yang sesuai dipipet sebanyak 1
ditambahkan ± 10 ml agar steril. Setelah agar
membe-ku, cawan diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 - 3 hari
dengan posisi terbalik dan dihitung jumlah koloni yang
tumbuh per ml sampel.
5. Total Kapang dan Khamir (Fardiaz, 1987)
Analisa total kapang dan khamir dilakukan ュ・ョァァオセ@
nakan agar PDA (Potato d・セエイッウ・@ Agar), yang dibuat
dengan melarutkan 39 gram PDA dalam 1 liter akuades,
kemudian disterilisasi dalam otoklaf dan diatur pH-nya
sampai pH 3,5 - 4,0 dengan menggunakan larutan 10 %
asam tartarat.
Sebanyak 10 ml sampel dipipet dengan pipet steril
dan dilakukan pengenceran yang sesuai. Sebanyak 1 ml
sampel dari pengenceran yang sesuai dipipet,
dimasuk-kan dalam cawan petri steril (duplo) dan ditambahdimasuk-kan ±
10 ml agar steril. Inkubasi dilakukan pada suhu 28°C
selama 2 - 3 hari dengan posisi terbalik dan dihitung
jumlah koloni yang tumbuh per ml sampel.
6. Analisa Bakteri Koli (Fardiaz, 1987)
Analisa bakteri kolifirm dilakukan dengan
menggu-nakan agar VRBA (Violet Red Bile Agar) yang dibuat
dengan melarutkan 38,5 gram agar VRBA dalam 1 liter
akuades, kemudian dididihkan sampai melarut sempurna
Sebanyak 10 ml sampel dipipet dengan pipet steril
dan dilakukan pengenceran yang sesuai. Sebanyak 1 ml
sampel dari pengenceran yang sesuai dipipet,
dimasuk-kan dalam cawan petri steril (duplo) dan ditarnbahdimasuk-kan
± 10 ml agar steril. Inkubasi dilakukan pada suhu
37°C selama 1 hari dengan posisi terbalik dan dihitung
jumlah koloni yang turnbuh per ml sampel.
7. Uji Pendugaan Salmonella (Jenie dan Fardiaz, 1989)
a. Tahap Enrichment
Sebanyak 10 ml sampel ditambah dengan 90 ml
medium
enrichment
(SCB/Selenite Cystine Broth), dandiinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
b. Tahap Seleksi
Dari tabung
enrichment
sampel diarnbilmenggu-nakan jarum ose dan digoreskan secara kuadran pada
medium SSA (Salmonella-Shigella Agar) . Inkubasi
dilakukan pada suhu 37°C selama 18 - 24 jam. Uji
positif perturnbuhan Salmonella ditunjukkan dengan
terbentuknya koloni kuning/bening dengan bintik
D. Ana1isis Statistik (Gaspersz, 1989)
Analisis statistik terhadap masing-masing jenis buah
dilakukan dengan model percobaan faktorial 2 x 4 dengan
menggunakan rancangan dasar acak lengkap. Model
linier-nya adalah
Yijk ; セ@ + Ai + Bj + (AB)ij + Eijk i ;:::: 1, 2, . . . I a
di mana
A·
l
(AB) ..
lJ
j ; 1, 2, ... , b k = l , 2, .. ,/ r
; nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k
yang memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf
ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor
B)
; nilai tengah populasi
; pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor bentuk
buah
; pengaruh aditif dari tafaf ke-j faktor waktu
penyimpanan
; pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan
taraf ke-j faktor B
pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang
memperoleh kombinasi perlakuan ij
Untuk perlakuan yang berpengaruh nyata (sangat
nyata) pada sidik ragam, selanjutnya dilakukan uji
A. PENELITIAN PENDAHULUAN
Pada penelitian pendahuluan ini dicari waktu optimum
blanching untuk masing-masing buah serta rasio
penam-bahannya terhadap yoghurt.
セN@ Waktu Optimum bセ。ョ」「ゥョァ@
Pada pene1itian pendahuluan dilakukan pengamatan
waktu optimum blanching untuk masing-masing jenis buah
yang digunakan, yaitu nenas bogor, pepaya bangkok,
pisang ambon, dan pisang raja bulu, masing-masing
dalam bentuk pure/pulp dan kubus, serta bentuk bola
untuk pepaya.
Panas yang diberikan kepada bahan ketika
blanch-ing harus cukup untuk menginaktifkan enzim penyebab
pencoklatan. Namun panas ini tidak boleh berlebihan
karena dapat merusak bahan itu sendiri. Karena itu
waktu blanching yang optimum perlu diketahui agar
kondisi di atas dapat tercapai.
Uji kecukupan blanching dilakukan dengan uji
peroksidase (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Enzim
peroksidase merupakan enzim yang tahan panas.
Kare-nanya jika enzim ini diketahui sudah tidak aktif lagi,
Jika enzim peroksidase masih
aktif, enzim tersebut akan memecah H2 0 2 menjadi H20 Oksigen yang terlepas ini kemudian akan
mengoksidasi guaiakol sehingga warnanya berubah
menja-di kuning-kemerahan. Sebaliknya, jika enzim
peroksi-dase sudah tidak aktif lagi maka reaksi di atas tidak
akan terjadi sehingga warna sampel tidak berbeda
dengan blangko. Hasil uji peroksidase dapat dilihat
pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Hasil Uji Peroksidase
Jenis buah
/
Waktu blanching (menit)bentuk buah
1 2 3 4 5 6 7
Nenas
potongan + + +
-pure + + +
-Pepaya
potongan
-pure
-Pisang raja
potongan + + +
-pure + +
-Pisang ambon
potongan + + + + + +
-pure + + +
-Kecukupan blanching ditandai dengan reaksi
nega-tif pada uji peroksidase. Perbedaan waktu blanching
yang diperlukan untuk masing-masing buah terjadi
[image:59.595.124.455.362.575.2]masing-masing jenis buah. Untuk pisang raja dan pisang ambon, perbedaan waktu blanching antara ke-2 bent uk buah terjadi karena pada bentuk pure penetrasi panas ke dalam sel lebih mudah daripada bentuk potongan. Waktu optimum blanching yang dipilih pada penelitian disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Waktu Optimum Blanching Jenis buah
I
bentuk Waktu blanching(menit) Nenas
potongan 4
pure 4
Pepaya
potongan 1
pure 1
Pisang raja
potongan 4
pure 3
Pisang ambon
potongan 7
pure 4
2. Rasie Penambahan Buah terhadap Yoghurt
[image:60.595.139.430.249.455.2]bentuk pure/pulp untuk semua jenis buah. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Rasio Penambahan Buah terha-dap Yoghurt
Jenis buah / bentuk Rasio (% bib) Nenas
potongan 20
pure 30
Pepaya
potongan 20
pure 30
Pisang raja
potongan 30
pure 30
pisang ambon
potongan 20
pure 20
B. PENELITIAN UTAMA
[image:61.595.142.422.156.362.2]stabilitas fisik tersebut, maka peristiwa terpisahnya
emulsi (whey sineresis) dapat dicegah.
Pemanasan (pasteurisasi) susu dilakukan pada suhu 80
sampai 85°C selama 30 menit. Pemanasan susu ini
bertu-juan untuk mendenaturasi protein whey (albumin dan
globu-lin) agar yoghurt yang dihasilkan lebih kental,
mengu-rangi jumlah mikroba awal yang terdapat dalam susu,
mengurangi jumlah oksigen dalam susu agar kultur yoghurt
yang secara normal bersifat mikroaerofilik dapat tumbuh
baik, serta untuk merusak protein susu dalam batas-batas
tertentu sehingga dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh
kultur yoghurt untuk pertumbuhannya. Berkurangnya jumlah
oksigen dalam susu terjadi karena kelarutan oksigen akan
menurun seiring dengan naiknya suhu sehingga akan
terle-pas ke udara. Di samping itu, pemanasan akan menguapkan
sebagian kandungan air dari susu sehingga secara tidak
langsung meningkatkan kandungan padatan yang akan
mengha-silkan yoghurt dengan tekstur yang lebih baik. Untuk
tujuan ini pula susu skim bubuk ditambahkan sebelum
proses homogenisasi. Selain itu, penambahan susu skim
bubuk akan meningkatkan nilai nutrisi susu (Kroger, 1976)
dan akan merangsang pertumbuhan bakteri (Buckle et al.,
1985; Ajam et al., 1993).
Setelah proses pasteurisasi susu didinginkan sampai
suhu 37°C, dan kemudian diinokulasikan dengan kultur
thermophilluS dengan perbandingan 1 : 1. Inkubasi dila-kukan pada suhu 37°C selama satu malam.
Gula pasir (sukrosa) ditambahkan sebanyak 4 % (bib)
setelah inkubasi. Penambahan sukrosa ini bertujuan untuk
meningkatkan rasa yoghurt. Buah-buahan dalam bentuk
potongan maupun pure juga ditambahkan setelah inkubasi.
Penambahan buah-buahan dapat meningkatkan nilai
peneri-maan yoghurt (Buckle et al., 1985; Ajam et al., 1993).
Setelah penambahan buah-buahan tersebut yoghurt
segera disimpan pada suhu 4°C. Pendinginan ini segera
dilakukan agar pertumbuhan kultur terhenti. Jika tidak
segera didinginkan, Laktobasili akan terus tumbuh
sehing-ga pH menurun sampai kurang dari 4. Pada kondisi ini
Streptokoki tidak dapat bertahan hidup sehingga rasio
kultur starter menjadi tidak seimbang dan akibatnya
produk menjadi sangat masam.
1. Uji Organo1eptik
Menurut Winarno (1991), penentuan mutu bahan
makanan pada umumnya sangat bergantung kepada beberapa
faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur, dan
ni1ai gizinya; di samping itu ada faktor lain,
misalnya sifat mikrobiologis.
Menurut Soekarto (1985), uji organoleptik
terha-dap suatu makanan adalah penilaian dengan menggunakan
dan indera pendengar. Dengan uji organoleptik ini dapat diketahui tingkat penerimaan terhadap suatu makanan.
Uji kesukaan dilakukan untuk melihat tingkat penerimaan terhadap yoghurt. Yoghurt disajikan kepada 21 orang panelis agak terlatih yaitu dari mahasiswa. Penilaian dilakukan dengan skor kesukaan yaitu sangat suka (5), suka (4), biasa/netral (3), tidak suka (2), dan sangat tidak suka (1) Uji kesukaan (hedonik) organoleptik terhadap rasa, aroma, dan tekstur dilaku-kan secara metode Soekarto (1985).
a. Skor Rasa
Tabel 8 menunjukkan bahwa skor rata rata kesukaan panelis terhadap rasa yoghurt menurun selama penyimpanan, yaitu berkisar antara 4,O
sampai 2,2 pada min