commit to user
i
PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES
TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA
DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI
MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo
Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama : Biologi
Oleh : Sumiati S830809222
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES
TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA
DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI
MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo
Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
Sumiati S830809222
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. ____________ ______ NIP. 195201161980031001
Pembimbing II : Prof. Drs.Sutarno, M.Sc., Ph.D ____________ ______ NIP. 196008091986121001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES
TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA
DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI
MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo
Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
Sumiati S830809222
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Pada tanggal, ……….
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. Ashadi ………
Sekretaris Dra. Suparmi , MA.Ph.D .………...
Anggota Penguji 1.Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M .Pd. ………
2. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D ………....
Surakarta,………. Mengetahui Ketua Program Studi Pend. Sains
Direktur PPs UNS
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Sumiati
NIM : S830809222
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran Biologi Dengan Metode TGT (Teams Games Tournaments) MenggunakanPermainan Ular Tangga dan Teka-teki silang Ditinjau Dari Memori dan Kreativitas siswa (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2011
Yang membuat pernyataan
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan petunjuk, kemudahan dan karunia sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal penelitian yang berjudul PEMBELAJARAN BOLOGI
DENGAN METODE TGT (Teams Games Tournaments) MENGGUNAKAN
PERMAINAN ULAR TANGGA DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI
MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Biologi
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Sistem koordinasi pada manusia,
Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Tahun Pelajaran 2010/2011)
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan tesis ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan
terimakasih kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana.
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah berkenan memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada
Program Pascasarjana.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd yang telah
commit to user
vi
4. Pembimbing pertama Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan penelitian
ini.
5. Pembimbing kedua Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing
kedua yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan
laporan penelitian ini.
6. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
7. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.
8. Kepala Sekolah SMPN 2 Tambakrejo yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk mengadakan penelitian.
9. Kepala Sekolah SMPN 2 Purwosari yang telah memberi kesempatan penulis
untuk mengadakan try out penelitian.
10.Siswa Kelas IX-B dan IX-C SMP N 2 Tambakrejo atas kerjasama yang telah
diberikan saat pengambilan data.
11.Suamiku dan putriku tersayang Qirania Zhafira, yang telah memberikan
dorongan, kasih sayang yang tulus dan doanya selama proses penyusunan tesis.
12.Bu Sri Rahayu, Bu Agin. serta Bu Puji yang talah menjadi semangat
seperjuangan dalam menempuh program pasca sarjana dan senasip
commit to user
vii
13.Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana atas kerja
sama dan kekompakannya.
14.Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan yang lebih
baik di sisi Allah SWT.
Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian ini. Akhirnya,
semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya
pendidikan Biologi.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
viii DAFTAR ISI
halaman
JUDUL... i
PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
ABSTRAK ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Pembatasan Masalah ... 11
D. Perumusan Masalah ... 12
E. Tujuan Penelitian... 13
F. Manfaat Penelitian ... 14
BAB II. LANDASAN TEORI ... 16
A. Kajian Teori 1. Hakekat Pembelajaran ... 16
commit to user
ix
3. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT ... 35
4. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT Ular Tangga ... 41
5. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT Teka-Teki Silang.... 42
6. Media Pembelajaran ... 45
7. Memori ... 46
8. Kreatifitas ... 53
9. Prestasi Belajar ... 55
10. Karakteristik Materi ... 57
B. Penelitian yang Relevan ... 74
C. Kerangka Berpikir ... 79
D. Hipotesis ... 88
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 89
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 89
B. Metode Penelitian ... 89
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 91
D. Variabel Penelitian... 92
E. Teknik Pengumpulan Data ... 94
F. Instrumen Penelitian ... 95
G. Uji Coba Instrumen... . 95
H. Teknik Analisis Data ... 106
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 111
A. Deskripsi Data ... 111
commit to user
x
C. Pengujian Hipotesis ... 128
D. Pembahasan ... 133
E. Keterbatasan Penelitian... 149
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 150
A. Kesimpulan... 150
B. Implikasi ... 153
C. Saran ... 153
DAFTAR PUSTAKA ... 155
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
halaman
1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian dan Mid Semester II Mata Pelajaran IPA
SMP Negeri 2 Tambakrejo Tahun Pelajaran 2009/2010...5
2. Sembilan Fase Belajar... 27
3. Hubungan Media dengan Tujuan Pembelajaran ... 46
4 Macam-macam Syaraf ... 68
5. Fungsi Syaraf Simpatik dan Syaraf Parasimpatik ... 70
6. Kelainan Pada Mata ... 71
7. Tahap Penelitian ... 89
8. Rancangan Penelitian ... 90
9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif ... 97
10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif ... 98
11. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian kognitif ... 99
12. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Instrumen Penilaian Kognitif . 100 13. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kreativitas ... 102
14. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kreatifitas ... 103
15. Skor Penilaian Afektif... 104
16. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif ... 105
17. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen penilaian Afektif ... 106
18. Deskripsi data nilai prestasi belajar Biologi. ... 112
commit to user
xii
20. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas Ular Tangga dan
Teka-Teki Silang ... 114
21. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Memori tinggi dan Rendah ... 116
22. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Kreatifitas tinggi dan Rendah... 117
23. Rangkuman Anava tiga jalan... 129
24. Rangkuman Hasil Komputasi Anova General linear model ... 129
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
halaman
1. Tahapan proses mengingat ... 47
2. Sel syaraf... 60
3. Otak pada manusia ... 64
8. Mata pada manusia ... 70
9. Telinga pada manusia... 71
10. Kulit pada manusia... 72
11. Lidah pada manusia... 73
12. Diagram batang Prestasi Belajar kelas Ular Tangga ... 113
13. Diagram batang Prestasi Belajar kelas Teka-teki Silang... 113
14. Diagram batang Prestasi Belajar afektif kelas Ular Tangga... 115
15. Diagram batang Prestasi Belajar afektif kelas Teka-teki Silang... 115
16. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi... 118
17. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi kelas Ular Tangga... 119
18. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi kelas Teka-teki Silang... 120
19. Uji Normalitas nilai afektif kelas Ular Tangga... 121
20. Uji Normalitas nilai afektif kelas Teka-teki Silang... 121
21. Uji Normalitas nilai Memori Tinggi... 122
22. Uji Normalitas nilai Memori Rendah... 123
23. Uji Normalitas Kreativitas Tinggi... 124
commit to user
xiv
25. Uji Homoginitas Prestasi Belajar menurut Metode... 126
26. Uji Homoginitas nilai Afektif menurrut Metode... 126
27. Uji Homoginitas Prestasi Belajar Biologi menurut Memori... 127
28. Uji Homoginitas Prestasi Belajar menurut Kreatifitas... 128
29. Diagram ANOM pengaruh permainan terhadap Prestasi Belajar... 132
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
1. Silabus ... 158
2. Skenario Pembelajaran... 160
3. Hubungan Indikator, Nomor Soal dan Tingkat Kemampuan Kognitif pada Tes Obyektif sistem Koordinasi pada manusia ... 174
4. Instrumen Penilaian Kognitif ... 176
5. Kunci Jawaban Soal-Soal Kognitif ... 185
6. Lembar Jawaban ... 186
7. Indikator penilaian angket Afektif ... 187
8. Instrumen penilaian Afektif sistem koordinasi pada manusia ... 189
9. Instrumen Memori ... 192
10. Lembar Jawaban Memori ... 193
11. Indikator Penilaian tes Kreatifitas verbal ... 194
12. Instrumen Penilaian tes Kreatifitas ... 195
13. Aturan Permainan Ular Tangga ... 206
14. Lembar Pertanyaaan Ular Tangga ... 208
15. Aturan Permainan Teka-teki Silang ... 221
16. Lembar Pertanyaaan Teka-teki Silang ... 222
17. Lembar Kegiatan Diskusi ... 233
commit to user
xvi
19. Daftar Nilai Ulangan Harian dan Mid Semester 2 Siswa Kelas IXC
SMP Negeri 2 Tambakrejo Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 267
20. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda danTaraf Kesukaran Soal Kognitif... 268
21. Uji Validitas dan Reliabilitas Afektif... 276
22. Uji Validitas dan Reliabilitas Memori ... 279
23. Uji Reliabilitas Kemampuan kreatifitas ... 286
24. Data Induk Penelitian ... 289
25. Deskriptif Data ... 291
26. Grafik perbandingan nilai ... 292
27. Uji Normalitas ... 293
28. Uji Homogenitas ... 298
29. Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama ... 304
30. Uji Lanjut Pasca Anava ... 307
31. Perijinan ... 309
commit to user
xvii ABSTRAK
Sumiati. “Pembelajaran Biologi Dengan Metode TGT (Teams Games Tournaments) Menggunakan Permainan Ular Tangga dan Teka-teki silang Ditinjau Dari Memori dan Kreativitas siswa”. (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis, Surakarta: Program studi Pendidikan Sains Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret, Januari 2010. Pembimbing 1. Prof. Dr Whidha sunarno, M.Pd 2. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan teka-teki silang terhadap prestasi belajar biologi. (2) Pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. (3) Pengaruh kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. (4) Interaksi antara metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (5) Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreatifitas terhadap prestasi belajar biologi. (6) Interaksi antara Kreatifitas dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (7) Interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreatifitas terhadap prestasi belajar biologi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 3 kelas. Sampel diambil dengan teknik claster random sampling sejumlah 2 kelas. Teknik pengumpulan data variabel memori, kreativitas dan prestasi belajar kognitif digunakan metode tes, prestasi belajar afektif digunakan metode angket. Pengujian hipotesis dengan ANOVA dengan desain faktorial 2x2x2 dengan sel yang tidak sama.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Terdapat pengaruh metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan teka-teki silang terhadap prestasi belajar biologi baik kogninitif maupun afektif. (2) Terdapat pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif, akan tetapi tidak terdapat pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif belajar biologi. (3) Tidak terdapat pengaruh kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. (4) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (5) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar biologi. (6) Tidak ada interaksi antara Kreatifitas dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (7) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, memori dan Kreatifitas terhadap prestasi belajar biologi.
commit to user
xviii ABSTRACT
Sumiati. “Biology Learning by applying Team Games Tournaments (TGT) Method through Ladder Games and Crossword Puzzle Overviewed from The Memory and Creativity students. (A Case study on Human Coordination System for 9 th grade student, SMPN 2 Tambakrejo, academic year 2010/2011. Thesis, science education program, post graduate program,sebelas maret University, Surakarta: 2010. Advisor 1. Prof. Dr Whidha sunarno, M.Pd. 2. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D.
The objectives of the research were to know: (1) the effect of TGT learning method using ladder games and crossword toword the student’s achievement in biology. (2) the effect of high and low memory toword the student’s achievement in biology. (3) the effect of high and low creativity toword the student’s achievement in biology . (4) interaction between learning method and student memory toword the student’s achievement in biology. (5) interaction between learning method and student’s creativity to the student’s achievement in biology. (6) interaction between student’s memory and creativity ability to the student’s achievement in biology. (7) interaction between learning method, memory, and creativity to the student’s achievement in biology.
The research used experimental method. The population was all students in grade IX, SMP Negeri 2 Tambakrejo in the academic year 2010/2011, consisted of 3 classes. Sample was taken by claster random sampling technique, consisted 2 classes. The 1 st experiment class was treated ladder games and the 2nd one was treated using Crosswords. The data was collected using test for student academic, student’s memory and creativity, and questioner for affective student academic. The hypothesis were tested using ANOVA with 2x2x2 factorial design with unequal cell number, and continued GLM test.
Based on the analysis result can be concluded that: (1) there was an effect of TGT learning method using ladder games and crossword toword the cognitive and affective student’s achievement in biology. (2) there was an effect of high and low memory toword the cognitive student’s achievement but there word no effect of high and low memory toword the affective student’s achievement in biology. (3) There was no effect of high and low creativity to the student’s achievement in biology. (4) There was no interaction between learning method and student memory toword the student’s achievement in biology. (5) There was no interaction between learning method and creativity toword the student’s achievement in biology. (6) There was no interaction between creativity and memory to the student’s achievement in biology. (7)There was no interaction between learning method, memory, and creativity to the student’s achievement in biology.
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik. Untuk mengemban tugas tersebut, guru profesional
saat mengajar harus pandai memilih model pembelajaran. Model pembelajaran
yang sesuai dengan materi pembelajaran dan karakter siswa dapat mendukung
tercapainya tujuan. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dan kreativitas para
pendidik dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Sehingga tercipta
sumber daya manusia yang mempunyai kesiapan mental dan kemampuan
berpartisipasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pelajaran IPA
biologi (sains) diserap bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut: 1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya, 2.
Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan
prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3.
Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran terhadap adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan tehnologi dan
masyarakat, 4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berfikir bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, 5. Meningkatkan
commit to user
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam, 6. meningkatkan kesadaran untuk menghargai
alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7.
Meningkatkan pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidika kejenjang selanjutnya (Depdiknas:2003).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang
saat ini dikembangkan oleh pemerintah, dimana kurikulum ini merupakan
pengembangan kurikulum 2004. Departemen Pendidikan Nasional telah
menetapkan karangka dasar, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi dan
kompetensi dasar setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan, dalam
rangka pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini.
Sedangkan pengembangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem
penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. Kurikulum baru ini tetap
memberikan tekanan pada pengembangan kompetensi siswa. Prinsip
pengembangan KTSP adalah 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; 2. Beragam dan terpadu; 3.
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 4.
Relevan dengan kebutuhan kehidupan; 5. Menyeluruh dan berkesinambungan; 6.
Belajar sepanjang hayat; 7. Dan seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah.
Dengan berlakunya kurikulum ini, guru sebagai pengajar dituntut untuk
commit to user
juga materi yang diajarkannya. Akan tetapi, belum semua guru mampu merancang
skenario pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan
menerapkan metode yang berorientasi pada student centered.
Model pembelajaran yang selama ini diaplikasikan di SMPN 2
Tambakrejo adalah model pembelajaran konvensional, seperti ceramah, open
book, penugasan, bahkan tidak jarang guru menyuruh siswa untuk mencatat.
Banyak guru di SMPN 2 Tambakrejo yang belum menggunakan variasi model
pembelajaran, mereka terbiasa menggunakan model konvensional, Belum adanya
penerapan pembelajaran kooperatif pada SMPN 2 Tambakrejo terutama dengan
metode TGT (Tea m Ga me Tourna ment) pada jenjang pendidikan akan membangun pribadi-pribadi siswa yang suka bekerja sama, menghormati
perbedaan, menjunjung tinggi nilai gotong royong yang menjadi jati diri bangsa
Indonesia.
Guru di SMPN 2 Tambakrejo sebelum melakukan proses pembelajaran,
belum melakukan penggalian memori awal terlebih dahulu yang berkaitan
tentang tujuan dan materi pelajaran, dalam silabus pelajaran biologi kurikulum
KTSP pada kompetensi dasar 1.3 mengenai sistem koordinasi, terdapat empat
indikator mengenai sistem koordinasi pada manusia yaitu a) Membandingkan
bentuk/ bangun bagian organ dan/ atau organ penyusun sistem koordinasi pada
manusia, b) Mendeskripsikan fungsi otak, fungsi sumsum tulang belakang, dan sel
syaraf dalam dalam sistem koordinasi, c) Menunjukkan bagian-bagian alat indera
dan fungsinya, d) Mendata contoh kelainan dan penyakit pada alat indera yang
commit to user
sistem koordinasi pada manusia yang diberikan pada siswa kelas IX semester satu
perlu disignifikasi dengan suatu metode yang menarik dan sesuai. Materi sistem
koordinasi pada manusia menuntut siswa untuk mengetahui berbagai hal tentang
sistem koordinasi pada manusia, pada materi ini bersifat abstrak yang berarti tidak
dapat dilihat langsung oleh siswa, sulit dan sangat penting bagi kehidupan sehari-
hari, serta banyak konsep-konsep yang penting, sehingga membutuhkan
pemahaman dan hafalan yang cukup. Kendalanya adalah terkadang siswa kurang
bisa memahami materi sistem koordinasi pada manusia. Oleh sebab itu, materi ini
perlu diajarkan dengan metode yang sesuai dengan karakteristik materi . Metode
yang diharapkan siswa mampu mengingat terus dalam memorinya, metode yang
sesuai adalah metode TGT melalui ular tangga dan teka-teki silang, disini siswa
belajar sambil bermain.
Kondisi siswa belajar merupakan masukan mentah (ra w input)yang berpengaruh dalam proses belajar, kemampuan memori siswa merupakan salah
satu faktor ra w input yang akan berinteraksi dengan masukan instrumen(instrumen input) dan masukan lingkungan (environmenta l input) yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar. Kemampuan memori berkaitan dengan
kemampuan menerima atau memasukkan (lea rning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering). Untuk mengetahui apa kemampuan memori lebih lanjut, harus memahami mengapa hanya sedikit orang yang
mempunyai kemampuan memori baik. Menurut Mahesh kapadia (2003: 5) daya
commit to user
yang tinggal didaya ingat, 3. Daya ingat yang dapat menyimpan kesan, 4. Daya
ingat yang dapat menyimpan apa yang perlu disimpan.
Dengan banyaknya istilah latin dalam materi biologi, kemungkinan
diperlukan kemampuan memori siswa yang tinggi, untuk mendapat prestasi
belajar yang tinggi,serta mendapat prestasi belajar biologi yang optimal.
Selain itu pelajaran IPA juga memerlukan kreativitas untuk mengukur
pemikiran divergen, yaitu mencari macam-macam alternatif jawaban berdasarkan
informasi yang diketahui. Selama ini guru di SMPN 2 Tambakrejo juga belum
menggali kreativitas anak dalam proses belajar mengajar, sehingga proses belajar
mengajar belum maksimal untuk menggali potensi dari siswa.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa prestasi belajar IPA untuk
siswa SMPN 2 Tambakrejo masih memprihatinkan, terbukti nilai rata-rata kelas
ulangan harian dan mid semester kurang dari KKM yaitu 58. Hal ini menunjukkan
bahwa prestasi belajarnya perlu ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari data
nilai rata-rata ulangan harian dan tengah semester untuk mata pelajaran IPA
Biologi pada tahun 2009/2010, diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata ulangan harian dan mid semester SMPN 2 Tambakrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010.
No Kelas UH Mid SMT
UH < KKM
UH> KKM
Mid< KKM
Mid >KKM
KKM
1. 7A 52 50 80% 20% 85% 15% 58
2. 7B 45 48 90% 10% 75% 25% 58
3 7C 42 44 60% 40% 65% 35% 58
4. 8A 55 52 92% 8% 88% 12% 58
5. 8B 54 56 85% 15% 77% 23% 58
6. 9A 50 55 69% 21% 86% 14% 58
7. 9B 48 50 87% 13% 90% 10% 58
8. 9C 49 55 93% 7% 70% 30% 58
commit to user
Dari data didalam tabel dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai IPA
biologi masih dibawah KKM. Kemungkinan lain prestasi belajar siswa tidak dapat
optimal karena kurangnya inovasi guru dalam metode pembelajaran biologi,
selain itu rendahnya prestasi belajar dapat disebabkan oleh faktor intern dan
ekstern. Faktor intern antara lain: motivasi, kesehatan, dan kemampuan awal.
Motivasi belajar merupakan faktor yang sangat berpengaruh di SMPN 2
Tambakrejo, berdasarkan hasil observasi yang saya peroleh siswa cenderung
malas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, ini dapat dilihat dari kegiatan
siswa pada waktu KBM (kegiatan belajar mengajar) ada yang mengantuk, ramai
sendiri, bergurau dengan teman, bahkan ada yang tidur pada saat guru
menerangkan. Menurut Dawson R. Hancock dalam jurnalnya yang berjudul
Effects of performance assessment on the a chievement and motivation of graduate students (2007: 220): “In a cademic environments, motivation to lea rn is oftenviewed a s a student’s tendency to find a ca demic a ctivities meaningful a nd worthwhile deriving the intended benefits of those a ctivities” . Di lingkungan pelajar, motivasi sering dipandang sebagai kecenderungan siswa yang
menemukan aktifitas pelajar yang berguna dan bermanfaat dikarenakan motivasi
dan pembelajaran saling berhubungan.
Siswa SMPN 2 Tambakrejo cenderung pasif dalam pembelajaran, ini
dapat terlihat bahwa siswa tidak antusias terhadap pelajaran IPA. Inca me yang rendah dari SMPN 2 Tambakrejo juga sangat berpengaruh, kemungkinan faktor
ekstern yang berpengaruh dapat berasal dari guru, media pembelajaran, model
commit to user
belajar siswa tidak dapat optimal karena kurangnya inovasi guru dalam metode
pembelajaran IPA. Pada umumnya pembelajaran IPA di SMP masih didominasi
pendekatan konvensional dengan metode ceramah. Untuk membangkitkan
semangat belajar siswa diperlukan metode pembelajaran yang baru. Bermain
didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai
perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral, dan
emosional (Andang Ismail, 2006 : 15-16). Fungsi utama bermain adalah untuk
relaksasi dan menyegarkan kembali (refreshing) kondisi fisik dan mental yang berada diambang ketegangan. Bermain sambil belajar dapat dijadikan metode
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi.
Ada beberapa pendekatan metode pembelajaran biologi seperti pendekatan
kooperatif, kontekstual, PBL,CTL dan lain sebagainya. Menurut Kemal Doymus
dkk dalam jurnalnya yang berjudul “Effects of Two Cooperative Lea rning
Strategis on Tea ching a nd Lea rning Topics of Thermochemistry (2009: 34) . “These methods a nd structures can be categirizet into the following models
a )Student Tea ms and Achievement Divisions (STAD), b) Tea ms – Tourna ments (TGT), c) Lea rning Together(LT), d) Jigsa w Technique(JT), e) Group Investigation Technique (GIT), f) Tea m Accelera ted Instruction (TAI) and g) Cooperative Integrated Rea ding and composition (CIRC).
Pembelajaran kooperative ini ada beberapa metode dan struktur antara
lain STAD, TGT, LT, JT, GIT, TAI, CIRC. Model pembelajaran yang baik adalah
model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan,
kondisi siswa, sarana yang tersedia serta penguasaan kompetensi. Oleh karena itu,
diperlukan suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja
commit to user
motivasi siswa supaya senang dengan pelajaran IPA, sehingga selain diharapkan
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, diharapkan juga model pembelajaran
yang diterapkan dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses kegiatan belajar
mengajar semaksimal mungkin yaitu dengan cara siswa menerapkan
pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan
teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan
mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya. Selama ini, dalam kegiatan
belajar individual masih cenderung mementingkan kepentingan pribadi dan tidak
memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Pembelajaran kooperatif (kelompok) merupakan salah satu model
pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana
para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Disini, para siswa diharapkan
dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk
mengasah pengetahua yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing. Model pembelajaran kooperatif merupakan
contoh model pembelajaran yang dapat membantu peningkatan pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran yang ada, hal inidikarenakan adanya interaksisiswa
didalam kelompoknya dan juga interaksi dengan guru. Selain itu, pembelajaran
kooperatif juga menghasilkan akibat-akibat positif lainnya yang dapat
mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas
commit to user
Model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tema belajar sambil
bermain adalah metode pembelajaran TGT (Tea ms Ga mes Tourna ments). Salah satu contoh pembelajaran kooperatif yang tepat untuk materi sistem koordinasi
pada manusia adalah metode pembelajaran TGT (Tea ms Ga mes Tourna ments) merupakan contoh model pembelajaran kooperatif (kelompok) yang mempunyai
tema belajar sambil bermain. Metode pembelajaran TGT kemungkinan tepat
diterapkan untuk materi biologi, karena TGT lebih tepat diterapkan untuk
mengajar obyek yang didefinisikan secara baik dengan satu jawaban benar seperti
konsep dan fakta ilmu pengetahuan. Yang membedakan TGT dengan metode dari
model cooperatif lea rning yang lain adalah, metode TGT menambah dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan
saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan
mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan maslah-masalah satu sama lain,
tetapi sewaktu-waktu siswa bermain dalam game, temannya tidak boleh
membantu memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
Banyak model pembelajaran yang melibatkan permainan seperti Ular
tangga, Scrambel, Roda impian, TTS dan Piramid, tetapi sistem permainan yang
dipakai pada penelitian ini adalah Teka-teki silang (Cross Word) dan Ular tangga. Untuk proses pembelajaran biologi pada materi perkembangbiakan pada
tumbuhan, dimana dengan permainan teka-teki silang siswa dapat belajar
memecahkan suatu permasalahan dengan cara serta usahanya sendiri, sedangkan
dengan permainan ular tangga dapat meningkatkan motivasi siswa karena untuk
commit to user
mengocok dadu. Kedua permainan ini memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Perbedaan jenis permainan pada metode TGT kemungkinan akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dalam metode pembelajaran ini
siswa diharapkan dapat bermain sambil belajar dalam suasana kerja sama,
sehingga siswa tertarik dan tidak bosan dalam belajar materi sistem koordinasi
pada manusia, yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Berdasarkan pada uraian diatas, penulis memperoleh pemikiran bahwa,
prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model, metode dan media
pembelajaran ditinjau dari memori dan kreativitas siswa. Oleh karena itu, penulis
ingin melakukan penelitian tentang pembelajaran biologi dengan metode TGT
(Tea ms Ga mes Tourna ments) menggunakan permainan ular tangga dan teka-teki silang ditinjau dari memori dan kreativitas siswa yang melibatkan peran aktif
siswa dalam belajar sambil bermain.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah:
1. Rata-rata prestasi belajar siswa di SMPN 2 Tambakrejo belum memadai
karena guru melaksanakan proses pembelajaran secara monoton;
2. Adanya beberapa model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran biologi (standar kompetensi Pada materi sistem koordinasi pada
manusia) seperti : TGT, GI, STAD, TPS dan lain sebagainya, namun guru
commit to user
3. Adanya beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
pembelajaran biologi seperti pendekatan kooperatif, kontekstual, PBL, dan
lain sebagainya, namun guru mengajar selalu dengan monoton;
4. Karakteristik siswa adalah selalu aktif dan suka bermain, namun dalam proses
pembelajaran selalu berorientasi tea cher centered;
5. Banyak model pembelajaran yang melibatkan permainan seperti ular tangga,
TTS, Scrambel, Roda Impian, Wordsquare dan lain sebagainya, namun belum
banyak guru yang mengaplikasikannya;
6. Guru belum memperhatikan faktor-faktor internal siswa seperti motivasi,
kreatifitas, sikap ilmiah, keterampilan proses, memory dan lain sebagainya,
dalam proses pembelajarannya;
7. Penyampaian materi biologi di kelas IX sangat padat seperti: sistem Ekskresi,
sistem Reproduksi, kelangsungan hidup organisme, hereditas dan sistem
koordinasi pada manusia namun guru belum mampu menunjukkan saling
keterkaiatan konsep tersebut;
8. Guru hanya cenderung menitik beratkan penilaian pada aspek kognitif saja,
padahal penilaian biologi terdiri dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka perlu
adanya pembatasan masalah agar penelitian mempunyai arah yang jelas dan
terfokus pada masalah yang diteliti. Pembatasan masalah penelitian ini dititik
commit to user
1. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi hanya
model TGT menggunakan permainan Teka-teki silang dan ular tangga.
2. Materi Pembelajaran
Materi Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi
sistem koordinasi pada manusia.
3. Memori
Memori siswa dibatasi hanya pada tinggi dan rendah. Memori yang diukur
merupakan memori spesia l. 4. Kreativitas
Kreativitas siswa dibatasi untuk kategori tinggi dan rendah
5. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek
kognitif dan afektif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dalam
penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode TGT menggunakan
permainan teka-teki silang dan permainan ular tangga terhadap prestasi belajar
biologi materi sistem koordinasi pada manusia?
2. Apakah ada pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
commit to user
3. Apakah ada pengaruh kreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?
4. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dengan memori siswa
terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?
5. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?
6. Apakah ada interaksi antara memori dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?
7. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreativitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada
manusia?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh pembelajaran dengan metode TGT menggunakan permainan
teka-teki silang dan Ular Tangga terhadap prestasi belajar biologi materi sistem
koordinasi pada manusia.
2. Pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi materi
sistem koordinasi pada manusia.
3. Pengaruh kreativitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
commit to user
4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan memori siswa terhadap prestasi
belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
6. Interaksi antara memori dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi
belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
7. Interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreativitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
F. Manfaat Penelitian
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah untuk:
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan atau sebagai bahan pemikiran kepada guru maupun
tenaga-tenaga kependidikan lainnya agar lebih cermat dalam menentukan
model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
baik.
b. Memberikan masukan bagi para pendidik dalam pemilihan strategi
pembelajaran, bahwa perlu adanya inovasi metode dalam pembelajaran
yang diharapkan dapat memberikan efektifitas dala pembelajaran.
c. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
commit to user
d. Hasil penelitian diharapkan dapat menumbuh kembangkan kreativitas dan
apresiasi guru dalam pembelajaran yang berkualitas , yang dapat
digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran Biologi, khususnya pada materi pokok sistem koordinasi
pada manusia.
2. Manfaat Teoris
a. Menambah wawasan bagi para pendidik dalam menggunakan model TGT
dengan menggunakan permainan teka-teki silang dan ular tangga.
b. Informasi sumbangan tentang memori terhadap prestasi belajar siswa.
c. Informasi sumbangan tentang kreativitas belajar terhadap prestasi siswa.
commit to user BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakekat Pembelajaran
Belajar merupakan suatu hal yang sangat mendasar bagi manusia, Belajar
dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, apakah belajar itu?. Menurut Ratna wilis
Dahar (1989: 21), belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman. Ada lima macam perilaku perubahan pengalaman
dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Pertama, pada
tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan prilaku akibat dari
perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus yang terkondisi.
Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu
memperoleh untuk mengeluarkan respon terkondisi. Belajar seperti ini disebut
belajar responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa
menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi. Kedua,
belajar kontinuitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang
lain pada suatu waktu, hal ini sering kita alami dan kita kenal sebagai belajar
“drill”. Ketiga, belajar adalah konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan beberapa besar pengulangan itu,
belajar ini disebut belajar operant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil
observasi manusia dan kejadian-kejadian, kita belajar dari model-model, dan
masing-masing kita mungkin menjadi suatu model bagi yang lain dalam belajar
commit to user
observasional. Kelima, belajar kognitif terjadi bila kita melihat dan memahami
peristiwa-peristiwa disekitar kita, dan dengan insait, belajar menyelami
pengertian.
Sedangkan pembelajaran adalah menanamkan pengetahuan pada
seseorang dengan cara paling singkat dan tepat (Slameto, 2003: 30). Sehingga
model pembelajaran dapat diartikan sebagai skema yang berupa struktur cara
menanamkan pengetahuan pada seseorang. Dapat juga diartikan pula sebagai pola
yang yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk guru dikelas. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model
pembelajaran ini sebagai kerangka koseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman untuk mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran membuat para pengembang pembelajaran memahami dan
merinci masalah ke dalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan
masalah pembelajaran (Agus Supriyono 2009: 46)
Beberapa teori belajar dan pembelajaran yang dapat kita jadikan acuan
pada penelitian ini antara lain:
a. Teori Belajar Konstruktivistik
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. (Asri Budiningsih, 2005: 58). Siswa harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang
commit to user
kenyataan yang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang
terhadap obyek, pengalaman maupun lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai
suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat
mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Manusia
dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Seseorang dapat mengetahui sesuatu
melului interaksinya dengan obyek dan lingkungan. Semakin banyak seseorang
berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan pemahamannya
akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci. Menurut
Mordechai Gordon dalam jurnalnya yang berjudul “Between Constructivism
a nd Connectedness ”(2008: 325):
“ Thus, constructivist tea cher education progra ms typica lly a gree on the following four principles formulated: a ). Constructivist lea rning is a bout constructing knowledge, not receiving it.; b). Constructivist lea rning is a bout understa nding and a pplying, not reca ll.; c). Constructivist lea rning is a bout thinking a nd a na lyzing, not a ccumula ting and memorizing; d). Constructivist lea rning is a bout being a ctive, not pa ssive.
Berdasarkan pengertian diatas, program pendidikan guru menyetujui tipe
pembelajaran konstrutivisme yang terdiri dari empat prinsip antara lain : a).
Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang bersifat membangun
pengetahuan dan bukan menerima pengetahuan, b). pembelajaran kontruktivis
berupa pengertian dan penerapan konsep bukan penarikan kesimpulan, c).
Pembelajaran kontruktivis merupakan membelajaran untuk berpikir dan
menganalisis bukan untuk mengumpulkan dan menghafalkan pengetahuan, d).
Pembelajaran kontrunstivis merupakan pembelajaran yang bersifat aktif bukan
commit to user
Paul suparno (2001: 122-130), menyatakan bahwa pengetahuan seseorang
adalah bentukan (kontruksi) orang itu sendiri. Piaget menyatakan secara ekstrim
bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari otak guru yang dianggap tahu bila
murid tidak mengolah dan membentuknya sendiri. Pembentukan pengetahuan ini
itu pertama-tama ditentukan oleh kegiatan atau keaktifan orang itu sendiri dalam
berhadapan dengan persoalan, bahan atau lingkungan baru. Orang itu sendiri yang
membentuk pengetahuannya. Namun, ini bukan tidak berarti bahwa orang lain
atau lingkungan sosial lain tidak mempunyai peranan. Orang-orang atau
lingkungan sosial lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan pengetahuan
tersebut, sebagai yang memacu, mengkritik dan menantang, sehingga proses
pembentukan pengetahuan lebih lancar. Dengan berhadapan dan berkontak
dengan orang lain, gagasan seseorang ditantang, diluruskan serta diyakinkan.
Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi
pengetahuan (Asri Budiningsih, 2005: 57), yaitu: 1) kemampuan mengingat dan
mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan
mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk
lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar
konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya,
melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran
utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam
commit to user
untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis,
kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.
1) Piaget
Jean Piaget adalah ahli psikologi yang pertama menggunakan filsafat
konstruktivis dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses
pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir dari
konkrit ke abstrak. Menurut Piaget, tahap-tahap berpikir itu adalah pasti dan
spontan namun umur kronologis yang diberikan itu adalah fleksibel, terutama
selama masa transisi dari periode yang satu ke periode berikutnya. Umur
kronologis itu dapat saling tindih tergantung kepada individu. Skema adalah suatu
struktur mental atau kognitif yang dengan seseorang secara intelektual beradaptasi
dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Menurut Piaget, adaptasi adalah
proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan melalui asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru kedalam skema
atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi adalah proses
pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara tidak
langsung.
Hal ini berarti bahwa anak-anak mengkontruksi pengetahuan secara
terus-menerus dengan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-informasi baru.
Sumbangan penting dari teori belajar Piaget dalam pembelajaran kooperatif,
adalah pada saat siswa mengkonstruk dalam penyelesaian tugas-tugas secara
commit to user
syarat keanggotaan kelompok belajar adalah mempertimbangkan kemajuan
perkembangan anak. Dalam kelompoknya siswa saling berdiskusi tentang
masalah-masalah yang menjadi tugas kelompoknya masing-masing. Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar yang mendapat kesulitan pada saat
mereka mengerjakan tugas.
Paul Suparno (2007: 10-11) menyatakan kontruktivisme psikologis
diawali oleh penelitian Piaget yang meneliti bagaimana seorang anak membangun
kognitifnya. Piaget mengamati bagaimana seorang anak itu pelan-pelan
membentik pengetahuannya sendirian. Penelitian ini menyoroti bagaimana
seorang anak itu pelan-pelan membentuk skema, mengembangkan skema, dan
mengubah skema. Piaget menekankan bagaimana individu secara mandiri
mengkonstruksikan pengetahuannya dari interaksinya dengan pengalaman dan
objek yang dihadapi. Dalam pembentukan pengetahuan lewat skema-skema itu,
seorang anak mengerjakan sendiri tanpa orang lain. Jelas pendekatan Piaget ini
lebih personal dan individual, kontruktivisme personal inilah yang dalam banyak
tempat dan negara memunculkan adanya sekolah individual.
Piaget juga mengungkapkan tata perkembangan siswa melalui teori-teori
perkembangan berpikir, Piaget membedakan antara dua aspek berpikir yang saling
melengkapi: aspek figuratif dan aspek operatif. Aspek figuratif merupakan tiruan
(imitasi)keadaan sesaat dan statis. Aspek operatif berkaitan dengan transformasi
dari level pemikiran tertentu ke level yang lain. Setiap level keadaan dapat
dimengerti sebagai akibat transformasi tertentu atau sebagai titik tolak
commit to user
aspek operatif, aspek inilah yang sangat berperan dalam pembentukan
pengetahuan seseorang. Aspek berfikir figuratif memunculkan pengetahuan yang
figuratif, yaitu pengetahuan hafalan atau pengetahuan representasi , misalnya
pengetahuan seorang anak akan nama-nama barang dan kota merupakan
pengetahuan figuratif, disini anak dapat menyebutkan nama-nama akan tetapi
dapat terjadi bahwa anak tidak memahami konsep nama-nama itu. Berfikir
operatif memunculkan pengetahuan operatif, yang merupakan pengetahuan yang
sesungguhnya. Ciri pengetahuan ini adalah anak mengerti konsep-konsep dan
strukturnya yang lebih umum sehingga dapat digunakan untuk memahami
pengalaman-pengalaman lain yang senada. Pengetahuan figuratif adalah
pengetahuan yang pasif, sedangkan pengetahuan yang operatif adalah
pengetahuan yang aktif di mana seorang anak sungguh-sungguh mengolah dan
membentuk pengetahuan.
Piaget menyimpulkan bahwa pengetahuan manusia itu pada dasarnya
adalah aktif, mengetahui adalah mengasimilasikan realitas dan sistem-sistem
transformasi. Mengetahui adalah mentransformasi realitas agar dapat dimengerti
bagaimana satu realitas tertentu terbentuk, dengan kata lain mengetahui sesuatu
adalah membentuk sistem transformasi yang dapat menjelaskan sistem tersebut.
2) Vygotsky
Vygotsky mengemukakan ada empat prinsip kunci dalam pembelajaran,
commit to user
dan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi
sosial dengan orang lain dalam proses pembelajaran, (b) Zona perkembangan
terdekat (zone of proxima l development). Dalam proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan
proksimal (zone of proxima l development) yang didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat
perkembangan potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai si anak jika ia
mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih
berkompeten, (c) Pemagangan kognitif (cognitive a pprenticeship). Suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian
dalam interaksinya dengan seorang ahli. Seorang ahli bisa orang dewasa atau
orang yang lebih tua atau teman sebaya yang telah menguasai permasalahannya,
(d) Perancahan (sca ffolding). Perancahan atau sca ffolding, merupakan satu ide kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial Vygotsky. . Vygotsky
sangat yakin bahwa ”kemampuan yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam
dialog atau kerjasama antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi
itu diserap ke dalam individu siswa”(Slavin, 1995:4). Ada dua hal yang
ditekankan dalam teori Vygotsky, yakni :
commit to user
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apaun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh secara mandiri ”(Slavin, 1994 : 49).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa implikasi utama dari teori
Vygotsky terhadap pembelajaran adalah kemampuan untuk mewujudkan tatanan
pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar yang
mempunyai tingkat kemampuan berbeda dan penekanan perancahan dalam
pembelajaran supaya siswa mempunyai tanggungjawab terhadap belajar.
b. Teori Belajar Ausubel
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Inti dari teori belajar
bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna
kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat
menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur
kognisi siswa. Menurut Ausubel dalam Ratna Willis Dahar ( 1989: 117)
teori belajar bermakna menerapkan prinsip – prinsip sebagai berikut: “Pengatur
awal ( Adva nce organizer), Diferensiasi progresif, Rekonsilasi integratif, dan Belajar superordinat” . a) Pengatur awal: Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi -
informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu
menanamkan pengetahuan baru sehingga diharapkan siswa secara mental akan
siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui sebelumnya materi apa
yang akan disampaikan guru. Contoh: handout sebelum perkuliahan, b)
commit to user
bertahap. Diawali dengan guru mengajarkan konsep – konsep yang umum dulu,
kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh,
sebagai contoh dalam pembelajaran ilmu kimia pada materi hidrokarbon terlebih
dahalu menjelaskan senyawa karbon dengan menunjukan mengapa senyawa itu
disebut senyawa karbon, kemudian menjelaskan ada dua macam senyawa karbon
yaitu senyawa alifatik dan senyawa aromatik hal ini dijelaskan berdasarkan
perbedaannya, kemudian senyawa alifatik diturunkan menjadi beberapa golongan
yaitu senyawa hidrokabon dan senyawa karbon kation. Kemudian hidrokarbon
diperinci menjadi deret homolog alkana, alkena, dan alkuna berdasarkan sifat –
sifatnya. Kemudian untuk deret homolog diberikan contoh – contoh yang terdapat
dalan kehidupan sehari – hari, c) Rekonsilasi integratif: Penjelasan yang diberikan
oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka
ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari, d) Belajar superdinat: terjadi bila
konsep - konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur – unsur
dari suatu konsep yang lebih luas.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori
belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna
kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat
menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur
kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan materi
sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode TGT-TTS
dan TGT-UT adalah kedua metode tersebut konsep bermakna secara logis dalam
commit to user
siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama tersebut terhadap informasi – informasi
baru dan selanjutnya dapat menarik kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta,
konsep yang baru. Konsep baru ini digunakan sebagai pengetahuan lama dalam
mempelajari materi baru.
c. Teori Belajar menurut Gagne
Definisi belajar menurut Gagne (1984) yang dikutip oleh Ratna Wilis
(1989:11), belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalamam. Oleh karena itu dalam proses belajar
mengajar biologi yang penting adalah pengalaman yang dapat membuat
perubahan tingkah laku, bentuk tingkah laku yang diamati (observa bel) dan dapat diukur. Masukan atau input yang berupa stimulus merupakan bentuk pengalaman
yang diperoleh siswa, sedangkan keluaran atau output yang berupa respon
merupakan bentuk tingkah laku hasil belajar, yang dapat dilihat dari prestasi
belajar biologi. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa seperti
metode pembelajaran untuk membantu siswa dalam menyerap apa yang diberikan
oleh guru, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan sisswa terhadap
stimulus. Bentuk stimulus berupa pengalaman yang diperoleh siswa akan
mempengaruhi tingkat perubahan perilaku. Semakin menarik pengalaman yang
diberikanguru seperti metode pembelajaran yang inovatif akan memberikan
respon yang tinggi pula, sehingga akan membantu siswa memperoleh prestasi
yang tinggi.
Fase belajar menurut Gagne (1983)dalam Margaret E. Bell Gleder (1994:
commit to user
Tabel 2.1. Sembilan Fase Belajar
Perincian Fase Fungsi
1. Persiapan untuk belajar
1. Mengarahkan perhatian (a ttending)
2. Penghargaan (expecta ncy)
3. Mendapatkan kembali/ retrieva l dari memori kerja
Belajar peka terhadap stimulus
Membawa si belajar tahu tujuan belajar.
Mengingat kembali.
2. Pemerolehan
dan untuk
pembuatan (performa nsi)
4. Persepsi seleksi atas sifat stimulus
5. Sandi semantik(sema ntic enconding)
6. Retriva l dan respon
7. Penguatan (reinforcement)
Penyimpan sementara dalam memori kerja.
Pengalihan sifat stimulus dan informasi ke memori jangka panjang.
Mengembalikan
informasi yang disimpan ke pembangkit respon.
Konfismasi tujuan belajar.
3. Alih belajar 8. Pengisyaratan untuk retrieva l
9. Pemberlakuan secara umum (genera liza bility)
Mengingat kembali
Alih belajar ke situasi baru
Berdasarkan teori Gagne diatas proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar ditunjukkkan dengan prestasi hasil belajar yang diperoleh melalui
fase-fase belajar. Dalam belajar diperlukan adanya pengarahan perhatian
(a ttending) sebagai stimulus yang akan diseleksi untuk disimpan dalam memori kerja. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar
yang dapat ditangkap melalui alat indera. Seleksi didasarkan atas sifat stimulus,
commit to user
penyimpan sementara dalam memori kerja, yang selanjutnya akan dibawa ke
memori jangka panjang. Yang akan muncul atau retrieva l bila dipanggil atau yang disebut mengingat kembali. Dalam proses belajar biologi dapat diartikan bahwa
peranan guru sangat penting dalam hal pengarahan perhatian, misalnya penentuan
jenis metode pembelajaran yang mempunyai stimulus tinggi yang mampu
memberikan kekuatan besar penyimpanan dalam memori kerja dan memori
jangka panjang untuk disimpan sebagai bentuk respon ingatan. Sehingga dengan
metode pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan kepekaan stimulus akan
mempermudah siswa
d. Teori Motivasi
Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama
memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja
(Slavin, 2005: 34). Dari perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif
menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa
meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh
karena itu mereka harus saling membantu antar anggota kelompoknya dan yang
lebih penting adalah mereka harus berusaha secara maksimal untuk mensukseskan
tujuan kelompoknya. Dengan kata lain, memberi penghargaan kelompok
berdasarkan pada pencapaian kelompok (penjumlahan pencapaian individu)
menciptakan suatu struktur hubungan penghargaan antar pribadi di mana anggota
kelompok akan memberi atau menahan sosial reinforcers (seperti dorongan dan
commit to user
e. Teori Belajar Sosial
Lebih jauh Bandura ( 1977 ) dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 27),
menjelaskan bahwa “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari
dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan”. Fungsi
psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari
determinan - determinan pribadi dan determinan - determinan lingkungan.
Pernyataan ini didapatkan dari studi awal yang mula-mula dilakukan oleh
Bandura yang menemukan peranan model tingkah laku dalam belajar tingkah laku
pro sosial dan juga tingkah laku anti sosial.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian rewa rd dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu
dilakukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar secara
global dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
(Muhibbin Syah, 2006: 132), faktor internal meliputi dua aspek, yaitu aspek
fisiologi (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologis (yang bersifat
rokhaniah): (1) Faktor jasmaniah, meliputi: faktor kesehatan dan cacat tubuh
(tonus jasmani, mata dan telinga), (2) Faktor psikologis, meliputi: inteligensi, sikap, minat, bakat, dan motivasi. Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa), yakni
kondisi lingkungan di sekitar, sedangkan faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan
commit to user
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan
menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
(1) Faktor keluarga, berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan
latar belakang kebudayaan; (2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan
tugas rumah; (3) Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat,
ma ss media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. 2. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Renante P.Manlunas menyatakan bahwa
“
ICT a nd CooperativeLea rning : Renventing the Cla ssroom: (2006:4) “ Cooperative lea rning (CL) is The instructiona l use of sma ll groups through which students work together to ma ximize their own and ea ch others lea rning” In this type of cla ssroom, the students intera ct with their groups and perform ta sk-oriented a ctivities designed by the tea cher” . Pembelajaran kooperatif (CL) adalah penggunaan pembelajaran melalui kelompok-kelompok kecil dimana siswa bekerja sama untuk
memaksimalkan mereka sendiri dan masing-masing orang lain belajar. Dalam hal
ini jenis kelas ,siswa berinteraksi dengan kelompok mereka dan melakukan
kegiatan berorientasi tugas yang dirancang oleh guru.
Menurut Slavin (2005: 4), pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil
commit to user
Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Dengan kata lain pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang terdiri
dari kelompok kecil, masing-masing terdiri dari siswa yang tingkat
kemampuannya berbeda. Aktivitas pembelajaran jenis ini dapat meningkatkan
pemahaman mereka akan setiap pelajaran. Setiap anggota kelompok tidak hanya
bertanggungjawab terhadap pengajaran yang diajarkan, tetapi mereka juga ikut
membantu belajar teman kelompoknya. Selain itu