• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Jadwal Tentatif penelitian

No Kegiatan Sept’15 Okt’15 Nov’15 Des’15 Jan’16 Feb’16 Mar’16 Apr’16 Mei’16 Jun’16 Jul’16

(2)

Kode Responden:

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Nama : Juni Hartati Mendrofa

Judul : Gambaran Kualitas Hidup Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli

Saya adalah mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yang akan melekukan penelitian dengan judul gambaran kualitas hidup lansia di desa Tuhemberua Ulu kecamatan Gungsitoli kota Gununsitoli. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kualitas hidup lansia di desa Tuhemberua Ulu kecamatan Gungsitoli kota Gununsitoli. Saya mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu berikan sesuai dengan pendapat Bapak/ Ibu sendiri. Saya menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan digunakan untuk mengembangkan pelayanan kesehatan khususnya ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian ini.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas, Bapak/Ibu bebas untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani formulir ini.

Medan, 2016

Tanda tangan Responden

(3)

Kuesioner penelitian

Petunjuk pengisian Bapak/Ibu saya harapkan:

1. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia di bawah ini dengan memberikan tanda checklist (√ ) atau mengisi jawaban pata tempat yang telah disediakan.

2. Isilah titik-titik yang tertera pata pernyataan dengan singkat dan jelas 3. Bila ada yang kurang dimengerti, dapat ditanyakan kepada peneliti.

1. Data Demografi

1. Kode (diisi oleh peneliti) :…

2. Usia : ………….

3. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

4. Agama : ( ) Kristen Protestan ( ) Islam ( ) Katolik ( ) Hindu ( ) Budha

(4)

6. Pendidikan terakhir : ( ) Tidak tamat SD ( )SMP ( ) SD ( ) SLTA

7. Pekerjaan : ( ) Petani ( ) Pegawai Swasta ( ) PNS ( ) Buruh / karyawan ( ) Tidak bekerja ( ) Pensiunan

8. Status Pernikahan : ( ) Menikah ( ) Tidak menikah ( ) Janda ( ) Duda

9. Masalah Kesehatan yang di alami : ( ) Hipertensi ( ) Diabetes Melitus ( ) Gangguan penglihatan ( ) Gangguan pendengaran ( ) Rematik

( ) lain-lain

(5)

Older People Quality of Life (OPQOL-35)

Kami ingin menanyakan tentang kualitas hidup Anda:

Silahkan centang satu kotak setiap baris. Tidak ada jawaban yan benar atau salah. Mohon pilih respon yang paling menggambarkan Anda/ pandangan Anda.

1. Pikirkan tentang hal yang baik dan yang buruk yang menyempurnakan kualitas hidup Anda, bagaimana Anda menilai kualitas hidup Anda seluruhnya?

Kualitas hidup Anda

Secara keseluruhan: Sangat baik Baik Benar/ok Buruk Sangat buruk

(6)
(7)
(8)
(9)

Pernyataan Sangat setuju

Setuju Kedua-duanya setuju atau tidak setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

34. Agama, kepercayaan atau falsafah penting untuk kualitas hidup saya

35. Kebudayaan/ kegiatan keagamaan/ perayaan- perayaannya penting untuk kualitas hidup saya.

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

No

(17)
(18)
(19)
(20)

Reliability

a. Listwise deletion based on all variables in the

(21)

item_11 139.03 144.792 .436 .901

item_12 139.07 146.133 .395 .901

item_13 138.80 146.028 .387 .901

item_14 139.17 138.695 .737 .896

item_15 139.23 140.254 .669 .897

item_16 140.57 142.116 .307 .904

item_17 139.30 144.700 .627 .900

item_18 138.83 143.661 .510 .900

item_19 139.93 142.616 .279 .905

item_20 139.00 140.897 .654 .898

item_21 138.93 143.030 .630 .899

item_22 138.83 144.351 .523 .900

item_23 139.10 139.610 .708 .897

item_24 138.90 142.990 .632 .899

item_25 139.17 143.523 .701 .899

item_26 139.70 139.183 .531 .899

item_27 139.70 139.183 .531 .899

item_28 139.50 143.017 .435 .901

item_29 140.03 142.792 .388 .901

item_30 139.03 146.102 .337 .902

item_31 139.10 144.369 .489 .900

item_32 139.03 147.757 .247 .903

item_33 140.07 140.340 .363 .903

item_34 138.67 144.989 .531 .900

(22)

Data Demograf

Usia

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 60 3 3.7 3.7 3.7

61 11 13.6 13.6 17.3

62 9 11.1 11.1 28.4

63 4 4.9 4.9 33.3

64 4 4.9 4.9 38.3

65 9 11.1 11.1 49.4

66 2 2.5 2.5 51.9

67 1 1.2 1.2 53.1

68 5 6.2 6.2 59.3

69 3 3.7 3.7 63.0

70 9 11.1 11.1 74.1

71 7 8.6 8.6 82.7

72 2 2.5 2.5 85.2

73 3 3.7 3.7 88.9

74 2 2.5 2.5 91.4

75 1 1.2 1.2 92.6

78 3 3.7 3.7 96.3

79 3 3.7 3.7 100.0

(23)
(24)
(25)
(26)

Data Kualitas Hidup

Statistics kualitas hidup

N Valid 81

Missing 0

Mean 3.73

Std. Deviation .548

Minimum 1

Maximum 4

Kualitas hidup

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat buruk 1 1.2 1.2 1.2

Buruk 1 1.2 1.2 2.5

Sedang 17 21.0 21.0 23.5

Baik 62 76.5 76.5 100.0

(27)
(28)

153 3 3.7 3.7 86.4

154 4 4.9 4.9 91.4

155 5 6.2 6.2 97.5

157 2 2.5 2.5 100.0

Total 81 100.0 100.0

Dimensi Kualitas Hidup

Keseluruhan hidup Statistics

p1 p2 p3 p4 total

N Valid 81 81 81 81 81

Missing 0 0 0 0 0

Mean 4.44 4.38 4.41 3.80 17.04

Std. Deviation .612 .681 .667 1.123 2.379

Minimum 2 2 2 1 9

Maximum 5 5 5 5 20

Kesehatan

Statistics

p5 p6 p7 p8 total

N Valid 81 81 81 81 81

Missing 0 0 0 0 0

Mean 4.28 2.31 2.37 4.17 13.14

Std. Deviation .711 1.103 1.188 .703 2.120

Minimum 1 1 1 2 9

(29)

Hubungan sosial, waktu luang dan kegiatan sosial Statistics

p9 p10 p11 p12 p13 p30 p31 p32 p33 total

N Valid 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 4.44 4.42 4.35 4.43 4.48 4.33 4.30 4.47 3.70 38.93 Std. Deviation .524 .521 .636 .546 .615 .592 .511 .709 1.177 3.216

Minimum 3 3 2 3 2 3 3 2 1 28

Maximum 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45

Kemerdekaan

Statistics

p14 p15 p16 p17 total

N Valid 81 81 81 81 81

Missing 0 0 0 0 0

Mean 4.40 4.09 2.46 4.17 15.11

Std. Deviation .683 .693 1.162 .608 1.483

Minimum 2 1 1 3 10

Maximum 5 5 5 5 19

(30)
(31)

Agama dan kebudayaan

Statistics

p34 p35 total

N Valid 81 81 81

Missing 0 0 0

Mean 4.60 4.72 9.32

Std. Deviation .517 .506 .892

Minimum 3 3 6

(32)

TAKSASI DANA PENELITIAN

No Bahan Dana yang dibutuhkan

1 Proposal

Penelusuran literatur dari internet Rp. 100.000

Fotocopy literatur Rp. 60.000

Pencetakan proposal Rp. 40.000

Pengadaan dan penjilidan proposal Rp. 70.000

Biaya transportasi Rp. 50.000

Sub total Rp. 320.000 2 Pengumpulan data

Pengadaan kuesioner Rp. 50.000

Souvenir untuk responden Rp. 200.000

Transportasi Rp. 200.000

Lain-lain Rp. 100.000

Sub total Rp. 550.000 3 Analisa data dan penyusunan skripsi

Pencetakan skripsi Rp. 100.000

Pengadaan dan penjilidan skripsi Rp. 150.000

Lain-lain Rp. 200.000

Sub total Rp. 450.000

(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Juni Hartati Mendrofa

Tempat/ tanggal lahir : 18 Juni 1994

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Wa’ozisokhi Mendrofa

Nama Ibu : Estina mendrofa

Pendidikan : TK Hanna Blindow (1999-2000) SD Inpres Afilaza (2000-2006) SMP N.3 Gunungsitoli (2006-2009) SMA N.1 Gunungsitoli (2009-2012)

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Agren (2006). Health Ageing, diambil pada tanggal 24 November 2015 dari http://www.healthyageing.eu/sites/www.healthyageing.eu/files/resources/Healt hy%20Ageing%20-%20A%20Challenge%20for%20Europe.pdf

Azizah, Lilik. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anis, dkk (2012). Kualitas Hidup Lanjut Usia. Fakultas keperawatan, Universitas Airlangga

Badan Pusat Statistika (2010). Proyeksi penduduk kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara, diambil pada tanggal 3 Oktober 2015 dari

Bowling, Ann ( 2011). Important Qality of Life to Older People, diambil pada tanggal

12 November 2015

Brown, Jackie., Bowling, Ann., Flynn, Terry (2006) European Forum on Population Ageing Research-Models of Quality of Life, diambil pada tanggal 13

November 2015 dari

https://lemosandcrane.co.uk/resources/European%20Forum%20on%20Popula

(44)

Bowling, Ann ( 2010). Adding Quality to Increased Years of Life, diambil pada

Dhamo, Eris., & Kocollari, Nevila. (2014). Older People Quality of Life Evaluation. Mediterranean Journal of Social Sciences,5, 385-390.

Destriana (2013). Kualitas hidup lansia di kecamatan cot girek kabupaten aceh utara. Medan: USU Press

Fermina (2014). Global perspective on Quality in Later Life.Journal of Sciences, 1-26.

Fariha (2012). Pembinaan kemandirian Lansia Melalui Terapi Modalitas salah Satu Konteks Pendidikan Non Formal di Panti Sosial tresna Werdha. Universitas Pendidikan Indonesia

Handini (2013). Pengaruh Sense Of Humor Terhadap Kualitas Hidup Pada Lansia Pensiunan Di Kota Malang. Universitas Brawijaya Malang

Jendaita (2013). Kualitas Hidup Lansia di Kecamatan Mardinding, Kab. Karo.

Latifah, Darti (2013). Perbedaan Kualitas Hidup Lansia Yang Aktif Mengikuti Posyandu Lansia Dengan Yang Tidak Aktif Mengikuti Posyandu Lansia di desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan. Universitas Muhammadiyah Surakarta Nasir, ABD., Muhith, Abdul., Ideputri, M. E. (2011). Buku Ajar: Metodologi

(45)

Nandini (2015). Hubungan Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, Dan Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskemas I Denpasar Utara Kota Denpasar. Universitas Udayana Denpasar

Novita (2013). Status Gizi, Penyakit Kronis, dan Konsumsi Obat Terhadap Kualitas Hidup Dimensi Kesehatan Fisik Lansia. Universitas Diponegoro

Novandori (2013). Hubungan Peran Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia yang Mengalami Gangguan Fungsi Kognitif di Desa Windunegara Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Universitas Jendral Soedirman

Napitupulu, Yeni (2011). Hubungan Aktivitas sehari-hari dan Successful Aging Pada Lansia. Fakultas Psikologi, Universitas Brawijaya

Penduduk Lanjut Usia (2009). Profil Penduduk lanjut Usia, diambil pada tanggal 14 oktober 2015dari http:// agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/profil penduduk lanjut usia 2009.pdf

Riskesdas (2010). Riset Kesehatan Dasar, diambil pada tanggal 9 November 2015 dari

http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2010.pdf Gusti, I. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kualitas Hidup Lansia dengan

Rematoid Artritis di Puskesmas Rangkapan Jaya Baru. Jurnal Keperawatan Vol. 5 No.1

Suci, dkk (2014). Studi Komparatif : Kualitas hidup Lansia Yang Tinggal Bersma Keluarga dan Panti. Program studi keperawata, Universitas Pendidikan Indonesia

Sugiono (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Bandung: Alfa beta World Health Organization (2015). World Report On Ageing and Health, diambil

pada tanggal 23 November 2015 dari https://www.geriatrie-online.at/wp content/uploads/2015/10/world_report_on_ageing_and_health_eng.pdf

(46)

Kerangka konsep bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup lasia di desa Tuhemberua Ulu, kecamatan Gunungsitoli kota Gunungsitoli dengan berdasarkan delapan dimensi. Dengan variabel kualitas hidup dan instrumen dalam penelitian dalam bentuk kuesioner. Kuesioner OPQOL-35 terdiri dari 8 dimensi, dimana jika semakin tinggi nilainya maka semakin berkualitas demikian sebaliknya. Skema 1 : Kerangka Konseptual Penelitian Gambaran Kualitas Hidup Lansia di desa

Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli

Kualitas Hidup

-Dimensi Keseluruhan Hidup

-Dimensi Kesehatan

-Dimensi Hubungan sosial/ Waktu Luang dan kegiatan Sosial

-Dimensi Kemerdekaan, Kontrol atas Kehidupan dan Kebebasan

-Dimensi Rumah dan Tetangga sekitar

-Dimensi Psikologis dan Kesejahteraan Emosional

-Dimensi Keadaan Keuangan

-Dimensi Agama/ Kebudayaan Lansia di Desa

(47)

3.2 Definisi Konseptual

Kualitas hidup menurut Bowling, dkk (2009) adalah dapat diartikan secara subjektif tergantung pada persepsi individu mengenai kesejahteraanya dan kualitas hidup dimasa tua dimana terdiri atas kesehatan yang baik, merasa cukup secara pribadi dan masih merasa berguna, partisipasi dalam kehidupan sosial, adanya teman dan dukungan sosial dan baik dalam sosial ekonominya.

3.3 Definisi Operasional

Variabel Sub Variabel Hasil Ukur Skala

(48)
(49)
(50)

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu metode yang bertujuan mengetahui gambaran kualitas hidup lansia di desa Tuhemberua Ulu kecamatan Gunungsitoli kota Gunungsitoli. Metode penelitian dekriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Notoatmojo, 2005).

4.2 Populasi, Sampel, dan Tehnik Sampling 4.2.1 Populasi Penelitian

(51)

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut ( Sugiono 2013). Jumlah sampel ditentukan dengan rumus:

Keterangan:

n = Ukuran sampel yang dicari N = Ukuran populasi

d = Kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir Dengan menggunakan rumus diatas jumlah sampel yang dibutuhkan oleh peneliti dengan tingkat kesalahan 5% adalah

= 81,27 ≈ 81

Sehingga dengan menggunakan perhitungan rumus didapatkan jumlah n sebesar 81 lansia.

4.2.3 Teknik Sampling

(52)

Persyaratan-persyaratan sebagai sampel dalm penelitian ini adalah: a. Warga desa Tuhemberua ulu

b. Berusia 60 tahun keatas c. Lansia yang masih sehat fisik

d. Lansia yang kooperatif dan bisa berkomunikasi e. Bersedia menjadi partisipan dalam penelitian 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu desa Tuhemberua Ulu kecamatan Gunungsitoli kota Gunungsitoli. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di tempat ini karena jumlah lansia yang mencukupi kriteria dalam pengambilan sampel.

4.3.2 Waktu Penelitian

Waktu dilakukan penelitian Gambaran Kualitas Hidup pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli yaitu pada September 2015 - Juli 2016, dan pengumpulan data pada Februari - Maret 2016 4.4 Pertimbangan Etik

(53)

persetujuan penelitian. Untuk menjaga kerahasiaan responden maka tidak akan dicantumkan nama pada lembar kuesioner (anonymity) namun hanya diberikan kode dan hanya peneliti yang mempunyai akses tehadap informasi tersebut. Selain itu, identitas responden akan dirahasiakan (confidentiality), hanya informasi yang diperlukan yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen pertama yang digunakan yaitu data demografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, status pernikahan, masalah kesehatan, riwayat pengobatan dan tinggal bersama atau sendiri.

(54)

pertanyaan 22, 23, 24, dan 25. Dimensi keadaan keuangan terdapat pada pernyataan nomer 26, 27, 28, dan 29. Dimensi agama/ kebudayaan terdapat pada pernyataan nomer 34 dan 35.

Instrumen ini berisi tentang pernyataan yang dikaji bagaimana respon lansia terkait dengan kualitas hidupnya. Instrumen ini menyajikan penilaian dengan skala likert yaitu 1-5, dari pernyataan sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Pada instrument terdapat pernyataan positif dan negatif, sehingga dalam pengkodeannya juga berbeda. Pada pernyataan negatif, pengkodean pernyataannya 1-5. Pernyataan positif, pengkodean terbalik yaitu 5-1. Penilaian kualitas hidup yaitu dengan nilai <99 (sangat buruk), 100-119 (buruk), 120-139 (sedang), 140-159 (baik), 160-175(sangat baik).

4.6 Validitas dan realibilitas 4.6.1 Validitas

Kuesioner Older People Quality Of Life telah diterjemahkan, dan telah divalidkan untuk disesuaikan dengan kondisi lansia di Indonesia dengan nilai valid 1.

4.6.2 Realibilitas

(55)

4.7 Pengumpulan Data

Mengumpulkan data dengan memberikan kuesioner kepada responden. pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapatkan surat izin dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari kepala desa Tuhemberua Ulu. Selanjutnya peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden serta memberitahukan tujuan dan prosedur pengisian kuesioner penelitian. Kemudian data yang sudah terkumpul dianalisa.

4.8 Analisa Data

Kuesioner yang sudah diisi dikumpulkan dan dihitung jumlahnya. Kemudian data dimasukkan ke database komputer. Peneliti memberikan kode untuk memudahkan dalam menganalisa data. Selanjutnya data demografi dan kuesioner disajikan dalam bentuk table distribusi. frekuensi, persentase, mean dan standar deviasi (SD).

(56)

5.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tuhembeurua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli dengan respondennya adalah lansia berusia 60 tahun ke atas. Pengumpulan data dilakukan sejak Februari sampai Maret 2016 dengan responden sebanyak 81 orang. Berikut ini akan dijelaskan karakteristik dari responden yang diteliti dan penjelasan statistik deskriptif dari gambaran kualitas hidup.

5.1.1 Karakteristik Responden

(57)

orang (40,7%), sebagian besar riwayat kesehatan adalah Diabetes Melitus sebanyak 30 orang (37,0%), lansia di desa tersebut sebagian besar melakukan pengobatan tradisional sebanyak 44 orang (54,3%), dan sebanyak 80 orang yang tinggal bersama keluarga sedangkan 1 lansia lagi tinggal sendiri.

(58)

SD 13 6,0

(59)

Tabel 5.2 Kualitas Hidup Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli

Kualitas Hidup Frekuensi Presentase (%)

Sangat Buruk (99) 1 1,2

Kualitas hidup lansia berdasarkan OPQOL-35 terdiri dari dimensi keseluruhan hidup, kesehatan, hubungan sosial/ waktu luang dan kegiatan sosial, kemerdekaan kontrol atas kehidupan dan kebebasan, rumah dan tetangga sekitar, psikologis dan kesejahteraan emosional, keadaan keuangan, dan agama/ kebudayaan.

(60)

kehidupan dan

(61)

Pada penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar lansia adalah perempuan yaitu 45 orang (55,6%). Berdasarkan data Susenas 2014, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa setara dengan 8,03 % dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia perempuan lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki. Hal ini sama halnya yang didapati di tempat penelitian, dimana jumlah lansia perempuan lebih banyak daripada lansia pria.

(62)

yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi memiliki kualitas hidup yang baik juga.

Pada penelitian ini diperoleh pekerjaan lansia di desa Tuhemberua Ulu saat ini sebagian besar lansia yang tidak bekerja sebanyak 63 orang (77,8%). Hal ini dikarenakan adanya batasan yang diberikan oleh keluarga khususnya anak dari para lansia ini untuk tidak bekerja dalam hal mencari nafkah. Masyarakat beranggapan bahwa lansia adalah tanggungjawab seorang anak untuk memenuhi kebutuhan orang tuanya dimasa tua. Para lansia ini masih bisa bekerja namun bukan dalam hal mencari pendapatan tapi untuk mengisi waktu luang mereka. Hal yang lansia ini lakukan yaitu seperti berkebun, namun hanya disekitar lingkungan rumah saja dan tak jarang juga mereka masih beraktivitas ditempat lainnya namun tetap keluarga mengantarkan dan memantau keberadaan mereka.

(63)

Masalah kesehatan yang sebagian besar dialami oleh para lansia di Desa Tuhemberua Ulu adalah diabetes melitus 30 orang (37,0%). Para lansia di desa ini juga lebih banyak memilih pengobatan tradisional 44 orang (54,3%). Lansia di desa ini juga sebagian besar tinggal dengan keluarga 80 (98,8%) dan 1 orang lansia tinggal sendiri. Menurut penelitian Suci dkk (2014) bahwa lansia yang tinggal dengan keluarga memiliki kualitas hidup yang cukup baik dari aspek domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan dibandingkan lansia yang tinggal di panti. Hal ini dikarenakan bahwa lansia yang tinggal bersama keluarga di komunitas memiliki kemandirian yang berbeda dengan lansia yang tinggal di panti. Lansia di komunitas masih cukup mampu untuk memenuhi kebutuhannya secara sosial ekonomi dan masih terlibat dalam aktivitas keluarga sehingga mempengaruhi persepsi lansia terhadap kualitas hidupnya. Dimensi keseluruhan lansia memiliki nilai rata-rata 17,04. Hal ini berhubungan dengan pandangan lansia terhadap hidupnya secara utuh dimasa menua baik direspon secara positif atau kah merasakan perasaan yang tak berdaya, serta apa yang hendak dicapai.

(64)

tentang kondisi penyakit yang mereka alami sehingga mereka mempersepsikan penyakit sebagai kondisi yang harus ia alami dimasa tuanya dan beranggapan hal tersebut bukan hal yang harus mereka perhatikan. Menurut Notoatmojo,2009 pendidikan kesehatan bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang cara memeliharan kesehatan, menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan dan mengetahui kemana harus mencari pengobatan yang tepat. Dengan mendapatkan pendidikan kesehatan maka akan membantu para lansia untuk mengetahui cara meminimalkan terjadinya komplikasi dari penyakit yang mereka alami.

(65)

(2013) lansia yang berpatisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan interaksi dengan orang lain diketahui dapat membantu menstimulasi fungsi kognitif dan memperlambat terjadinya kepikunan. Aktifitas sosial dan keterikatan sosial berpengaruh terhadap fungsi kognitif lansia. Menurut penelitian Nivandhori (2013), lansia yang tinggal dipedesaan cenderung memiliki hubungan sosial yang yang kuat, baik dengan keluarga maupun tetangga sekitar rumah.

Dimensi kemerdekaan, kontrol atas kehidupan dan kebebasan lansia memiliki nilai rata-rata 15,11. Di desa ini, para lansia sebagian besar adalah tanggung jawab keluarga sehingga beberapa hal dari setiap keputusan yang diambil juga adalah keputusan keluarga. Kemandirian fungsional pada lansia merupakan indikator penting dari status kesehatan mereka, dan diketahui bahwa kehilangan kemerdekaan adalah salah satu kekhawatiran terbesar para lansia. Kebebasan berarti bisa menentukan segala sesuatunya dengan sendiri atau tidak bergantung pada orang lain. Semua individu mempunyai hak untuk kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri, demikian halnya juga pada lansia namun tetap dukungan dan perhatian keluarga diutamakan khususnya pada lansia. Menurut Fariha (2012), kemandirian atau kebebasan lansia sangat diperlukan untuk memenuhi aktifitas kehidupannya sehari-hari atau untuk tetap menjaga agar tetap produktif.

(66)

( 2000, dalam Anis dkk 2012) mengemukakan bahwa individu tinggal di dalam suatu lingkup lingkungan yang disebut sebagai tempat tinggal, sehingga kualitas hidup berkaitan dengan dimana lingkungan tempat individu tersebut tinggal. Lingkungan tempat tinggal harus menjadi tempat yang dimana para penghuninya merasa tentram dan damai serta menyenangkan demikian halnya dengan lansia yang mana lingkungan tempat tinggal akan mendukung peningkatan kualitas hidupnya. Menurut Anis dkk (2012) bahwa kualitas hidup individu juga berkaitan secara intrinsik dengan kualitas hidup orang lain yang berada di lingkungannya. Dengan demikian kualitas hidup bukan hanya dipengaruhi lingkungan secara harafiah saja bahkan juga dapat dipengaruhi juga oleh orang sekitarnya.

(67)

negatif maka hal tersebut akan menjadikan ia sebagai pribadi yang ragu, murung, bahkan putus asa. Cara para lansia menerima kondisi usia dan penyakit yang mereka alami berbeda-beda. Menurut Permatasari, R (2010) menyatakan bahwa jika latar belakang penyakit DM yang dikarenakan oleh faktor keturunan akan lebih menjadikan seseorang memiliki penerimaan diri yang kuat selama menjalani kondisinya dan selalu memberikan reaksi yang positif dan jika latar belakang penyakitnya dikarenakan pola makan cenderung akan menimbulkan reaksi negatif akan tetapi pada akhirnya juga mereka mampu menjalani dan menerima kondisi tersebut.

Dimensi keadaan keuangan lansia dengan nilai rata-rata 15,72. Lansia di desa ini sebagian besar menjadi tanggungan keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan finansialnya, biasanya para lansia ini akan mendapatkannya dari sang anak ataupun mendapat gaji pensiunan. Menurut penelitian Noghani (2007, dalam Nofitri 2009) menemukan bahwa adanya konstribusi yang lumayan dari faktor penghasilan terhadap kualitas hidup secara subjektif namun tidak banyak

(68)
(69)

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini merupakan deskriptif dimana data penelitian didapat dengan membagikan kuesioner kepada 81 orang lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

(70)

6.2 Saran

6.2.1 Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam menerapkan asuhan keperawatan kepada para lansia.

6.2.2 Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur para petugas pelayanan kesehatan khususnya di kota Gunungsitoli dalam memberikan dan meningkatkan taraf kesehatan lansia dengan harapan lebih lagi meningkatkan kesejahteraan lansia.

6.2.3 Bagi Peneliti

(71)

2.1.1 Definisi Kualitas Hidup

Masing-masing individu mempunyai kualitas hidup yang berbeda-beda tergantung cara pandang mereka menanggapi sesuatu. Kualitas hidup menurut WHO adalah persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai dengan tempat hidup orang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan, standard dan kepedulian selama hidupnya.

Kualitas hidup menurut Bowling, dkk(2009) adalah dapat diartikan secara subjektif tergantung pada persepsi individu mengenai kesejahteraanya dan kualitas hidup dimasa tua merupakan kesehatan, merasa cukup secara pribadi dan masih merasa berguna, partisipasi dalam kehidupan sosial, dan baik dalam sosial ekonominya. Instrument yang digunakan yaitu OPQOL-35 yang memiliki 8 domain yaitu dimensi petama keseluruhan hidup, dimensi kedua kesehatan, dimensi ketiga hubungan sosial /waktu luang dan kegiatan sosial, dimensi keempat kemerdekaan, kontrol atas kehidupan, dan kebebasan, dimensi kelima rumah dan tetangga sekitar, dimensi keenam psikologis dan kesejahteraan emosional, dimensi ketujuh keadaan keuangan, dan dimensi kedelapan agama/ kebudayaan.

(72)

mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu. Moons, Marquet, Budst, dan de Geest(2004, dalam Nofitri 2009) menyebutkan hal-hal penting dalm konseptualisasi kualitas hidup: (1) kualitas hidup tidak boleh disamakan dengan status kesehatan ataupun kemampuan fungsional, (2) kualitas hidup lebih didasarkan oleh evaluasi subjektif daripada parameter objektif, (3) tidak terdapat perbedaan yang jelas antara indikator-indikator kualitas dengan faktor-faktor yang menntukan kualitas hidup, (4) kualitas hidup dapat berubah seiring waktu, namun tidak banyak, (5) kualitas hidup dapat dipengaruhi secara positif maupun negatif.

2.1.2 Pengukuran Kualitas Hidup

(73)

dianggap penting oleh individu tertentu saja. Peneliti menyimpulkan bahwa pengukuran kualitas hidup sebaiknya dilakukan secara individual dan subjektif sehingga aspek-aspek kehidupan yang diukur dalam kualitas hidup sebaiknya ditentukan sendiri oleh responden karena aspek kehidupan yang relevan bagi seseorang belum tentu relevan bagi orang orang lain. Ada beberapa cara pengukuran kualitas hidup, ada yang menggunakan WHOQOL ( world health organization quality of life) dan OPQOL ( Older People Quality Of Life). Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner OPQOL-35 yang mempunyai 8 dimensi.

2.1.2.1 Dimensi-dimensi OPQOL

Penelitian ini dilakukan dengan melihat seberapa baiknya kualitas hidup seorang individu yang dinilai dengan menggunakan OPQOL-35 (Older People Quality Of Life – 35) yang terdiri dari 8 dimensi dan 35 pernyataan. Dimensi keseluruhan hidup meliputi pernyataan saya menikmati hidup kelangsungan hidup saya seutuhnya, saya sangat bahagia disetiap waktu, saya menatap untuk hal-hal di masa depan, dan kehidupan membuat saya jatuh.

(74)

dengan kehidupan dan faktor-faktor penentu yang mulai dikenal dan dikembangkan sejak tahun 1980 untuk mencakup aspek-aspek kualitas hidup yang dapat sangat jelas mempengaruhi kesehatan baik fisik maupun mental, persepsi tentang kesehatan termasuk resiko kondisi kesehatan, status fungsional, dukungan sosial dan ekonomi. Kesehatan secara aktif terlibat dalam pengukuran kualitas hidup salah satunya dalam hal penuaan. Status kesehatan adalah merupakan salah satu penentu kualitas hidup karena merupakan salah satu komponen yang terlibat dalam membangun kesejahteraan psikologis. Ini lebih daripada kesehatan objektif seperti gangguan fisik atau kondisi medis, individu akan lebih menafsirkan kesehatan secara subjektif yang akan mempengaruhi keadaan emosional mereka.

(75)

kegiatan sosial serta kualitas hidup menunjukkan hubungan yang positif dimana terlibat dalam kehidupan sosial bisa membangun kualitas hidup yang aktif.

Hubungan sosial meliputi hubungan interpersonal, dukungan sosial, kepuasan kehidupan seks dan perasaan dihormati dan diterima. Lansia yang terlibat dalam kegiatan sosial akan memperoleh kepuasan fisik dan mental sehingga kualitas hidupnyapun meningkat. Dukungan sosial memberi efek positif pada lansia, dimana dapat mengurangi dampak dari keadaan stress seperti kehilangan keluarga atau teman-teman atau perpindahan rumah dan mencegah dampak negatif dari isolasi sosial seperti peningkatan depresi.

Dimensi kemerdekaan, kontrol atas hidup dan kebebasan dengan menyetujui beberapa pernyataan berikut saya cukup sehat untuk mempunyai kebabasan, saya senang dengan apa yang saya lakukan, biaya hidup dibandingkan gaji membatasi hidup saya, saya sangat memperhatikan hal-hal penting dalam hidup. Kemandirian fungsional pada lansia merupakan indikator penting dari status kesehatan mereka. Hal ini diketahui bahwa hilangnya kemerdekaan adalah salah satu kekhawatiran terbesar para lansia. Kemerdekaan dalam melakukan aktivitas sehari-hari menjadi hal yang penting untuk pengembangan hidup para lansia yang merupakan pengaplikasian dari konsep success aging.

(76)

disekitarnya semuanya bagus, saya memperoleh kesenangan dari rumah saya, dan saya mendapatkan tetangga yang ramah. Interaksi lingkungan meliputi keselamatan fisik, lingkungan sekitas, kesempatan memperoleh informasi, berpatisipasi dalam kegiatan hiburan atau rekreasi, terbebas dari pencemaran lingkungan dan kebisingan. Salah satu bagian dari pengukuran kualitas hidup adalah tinggal di rumah dan lingkungan yang aman, hubungan bertetangga yang harmonis dan memiliki akses akan fasilitas dan layan lokal dan tersedianya transportasi.

(77)

emosional individu, suasana hati dan penilaian individu berkaitan dengan cara mereka menjalani kehidupan mereka sendiri.

Dimensi keadaan keuangan dengan menjawab pernyataan yaitu saya memiliki cukup uang untuk membiayai kebutuhan rumah tangga, saya memiliki cukup uang untuk membiayai perbaikan rumah atau bantuan yang dibutuhkan dirumah, saya dapat berusaha membeli apa yang saya inginkan, dan saya tidak dapat mengusahakan hal-hal yang ingin saya nikmati. Pada penelitian gerontological mengenai kepuasan pada finansial lebih difokuskan kepada pengamatan dimana meskipun tingkat pendapatan lebih rendah namun kepuasan finansial lebih baik dari pada orang yang lebih muda. Hal ini dikarenakan salah satu yaitu kesadaran akan keterbatasan dan kesempatan untuk meningkatkan ekonomi, para lansia ini cenderung menyesuaikan kebutuhan dengan pendapatan untuk tetap mempertahankan kesejahteraan. Pendapat lain mengatakan bahwa orang yang lebih tua tampaknya segan untuk mengeluh atau mengekspresikan ketidakpuasan meskipun ketika kenyataan kebutuhan untuk melakukannya ada.

(78)

hubungan sosial dengan sesama. Penelitian lain mengungkapkan adanya hubungan antara kesejahteraan spiritual dan kesehatan umum seseorang, sehingga disimpulkan bahwa agama dan spiritualitas merupakan sumber penting mengatasi kondisi stress.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Hidup

Moons, dkk (2004, dalam Nofitri 2009) menyatakan bahwa gender, usia, dan pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Riff dan Singer (1998, dalam Nofitri 2009) mengatakan bahwa kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, dimana perempuan kesejahteraannya lebih ke aspek hubungnya yang positif sedangkan laki-laki lebih ke aspek pendidikan dan pekerjaan. Usia salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup. Rugerri, dkk (2001 dalam Nofitri 2009) mengatakan bahwa responden yang berusia tua cenderung akan mengevaluasi hiupnya dengan hal yang postif dibandingkan saat mudanya. pendidikan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Wahl, dkk (2004 dalam Nofitri 2009) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin meningkatnya kualitas hidupnya.

(79)

yang bercerai atau janda / duda , dan individu yang sudah menikah. Wahl, dkk (2004, dalam Nofitri 2009)mengatakan bahwa pria dan wanita dengan satus menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggal. Noghani, dkk (2007, dalam Nofitri 2009) mengatakan bahwa adanya faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak dan hubungan dengan orang lain merupakan salah satu faktor yang berkonstribusi dalam menentukan kualitas hidup secara subjektif.

2.2 Lansia

2.2.1 Definisi Lansia

Lansia menurut Johs Madani dan Nugroho (2000, dalam Azizah 2011) mengatakan bahwa lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Dan Surini dan Utomo (2003, dalam Azizah 2011) mengatakan bahwa lanjut usia bukan suatu penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress linkungan.

2.2.2 Klasifikasi Lansia

(80)

barang/ jasa. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (DEPKES, 2009)

Lansia menurut WHO yaitu Elderly : 60 - 74 tahun, Old: 75 – 89 tahun, Very old : > 90 tahun. Proses menua yang terjadi bersifat individual yang berarti, tahap prosesmenua terjadi pada orang dengan usia berbeda, setiap lansia memiliki kebiasaan yang berbeda, tidak ada satu faktor pun yang dapat mencegah proses menua. Lansia memiliki karakteristik yaitu berusia lebih dari 60 tahun, kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptive dan lingkungan tempat tingga yang bervariasi (WHO, 2015). 2.2.3 Teori Proses Menua

2.2.3.1 Teori Biologis

a. Teori Genetik dan Mutasi

(81)

b. Teori Nongenetik

Teori ini terdiri dari teori penurunan system imun tubuh, teori ini menyatakan adanya mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Teori kerusakan akibat radikal bebas, teori menua akibat metabolim, teori rantai silang yang menjelaskan menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat dan asam nukleat bereaksi dengan zat kimia dan radiasi. Teori fisiologis yang terdiri dari teori intrinsik dan ekstrinsik.

2.2.3.2 Teori Sosiologi

Teori sosiologi terdiri dari teori interaksi social yang menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat dan menjaga interaksi sosial menjadi kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuaannya bersosialisasi. Teori aktivitas atau kegiatan, teori kepribadian berlanjt dan teori pembebas/ penarikan diri (Nugroho, 2008).

2.2.4 Perubahan-perubahan Pada Lansia

(82)

diazepam, antidepresi, dan antihipertensi),vertigo, arthritis lutut, pusing dan penyakit-penyakit sistemik. Faktor ekstrinsik yaitu: cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung benda-benda, alas kaki kurang pas, tali sepatu, kursi roda yang tidak terkunci dan turun tangga.

Mudah lelah disebabkan oleh faktor psikologis(perasaan bosan, keletihan, atau perasaan depresi), gangguan organis(anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang, gangguan pencernaan, kelainan metabolism, gangguan ginjal dengan uremia/gangguan faal hati dan gangguan sistem peredaran darah dan jantung), pengaruh obat-obatan misalnya obat penenang, obat jantung. Berat badan menurun disebabkan oleh kurang adanya gairah hidup tau kelesuan, adanya penyakit kronis, gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu, dan faktor sosioekonomis(pensiun). Sukar menahan buang air besar disebabkan oleh obat pencahar, keadaan diare, kelainan pada usus besar, kelainan pada ujung saluran pencernaan. Gangguan pada ketajaman penglihatan disebabkan oleh presbiopi, kelainan lensa mata, kekeruhan pada lensa, tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma), dan radang saraf mata.

(83)

dan wanita), penglihatan (pengeruhan pada lensa, ketidakmampuan untuk fokus pada benda-benda jarak dekat atau presbiopi, berkurangnya sensitivitas terhadap kontras), penghidu(deteksi penghidu berkurang 50 %), pendengaran(kesulitan untuk membedakan sumber bunyi, terganggunya kemampuan membedakan target dari suara).

2.3 Kualitas Hidup Pada Lansia 2.3.1 Hasil Penelitian

Penelitian kualitas hidup di Tirana, ibu kota Albania Eropa oleh Eris Dhamo dan Dr. Doc. Nevila Kocollari. Penelitian ini dilakukan pada lansia pada usia >65 tahun, dimana usia rata-rata sampel adalah 74 tahun. Setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia sebesar 2 %. Jumlah penduduk keseluruhan menurut data sensus 2011 yaitu 749.365 jiwa dan dari jumlah tersebut, jumlah lansia sebesar 25.187 jiwa yang berumur 59-65 tahun. Jumlah lansia yang akan dijadikan sampel yaitu 120 orang dengan umur >65 tahun dan dipilih secara acak dan sudah ditentukan beberapa kriteria dalam pengambilan sampel. Peneliti menggunakan kuesioner OPQOL-35 yang terdiri dari 35 pernyataan yang akan dinilai dengan skor 1-5. Skor yang lebih tinggi menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik.

(84)

dua kali lipat dari sampel yang mempersepsikan kualitas hidupnya buruk. Sehat menurut para lansia di Albania yaitu mampu memenuhi kebutuhan mereka. Para lansia merasa harus bertanggungjawab dengan diri mereka sendiri karena tidak adanya tempat untuk bergantung bahkan anak-anak mereka sendiri. Para lansia merasa kesulitan menemukan transportasi umum untuk mengatarkan mereka.

Cara pandang masyarakat terhadap mereka juga sangat rendah, dimana mereka seperti diacuhkan dan merasa tidak dihormati. Dalam hak sebagai warga Negara mereka merasa bahwa hanya diperlukan dan dilibatkan pada saat pemilu saja. Untuk masalah finansial juga para lansia yang pensiun hanya diberi upah 140 USD. Mereka mengatakan bahwa pendapatan dari pensiun tidak cukup untuk membiayai kebutuhan mereka untuk mendapatkan pelayanan medis terkait dengan kondisi kesehatan mereka. Cara para lansia ini diperlakukan dan keterbatasan mereka untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis, serta kurangnya dukungan dari keluarga membuat para lansia di Tirani Albania mempersepsikan kualitas hidup mereka rendah.

(85)

ini dengan desain cross sectional yang dilakukan di daerah Siliguri Kabupaten Darjeeling, Benggala Barat. populasi pada penelitian ini yaitu lansia berusia 60 tahun keatas yang berada di daerah Siliguri. Jumlah sampel pada peneitian ini sebanyak 263 lansia. Prosedur pengambilan sampel secara bertahap yang dilakukan dengan mendata sampel terlebih dahulu dan diambil secara acak dari dua kelompok yaitu lansia perkotaan diambil dari 33 kota dengan total sampel 91 lansia dan lansia di perdesaan diambil dari 8 desa dengan total sampel 172 lansia. Kuesioner WHOQOL-BREF dialih bahasakan ke bahasa Hindi dan Bengali untuk mempermudah pengkajian kualitas hidup pada lansia di daerah ini. Data dikumpulkan dengan kuesioner awal atau demografi yang terdiri dari usia, tempat tanggal tahir, agama, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan dan jumlah pendapatan keluarga/kapita.

(86)
(87)

Menurut data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (2010) menunjukkan bahwa lanjut usia dengan kelompok umur 60 tahun keatas tahun 2007 di Sumatera Utara sebesar 5,4% dari total jumlah penduduk di Sumatera Utara 12.834.371 jiwa. Dan penduduk lansia tahun 2015 sebesar 6,78 % dari total jumlah penduduk 13.937.797 jiwa. Diperkirakan tahun 2020 terjadi peningkatan 8,29 % dari total jumlah penduduk 14.703.532 jiwa. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah peningkatan usia harapan hidup, peningkatan ini berarti akan semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia setiap tahunnya. Peningkatan jumlah lansia ini harus diimbangi dengan kualitas hidup lansia, karena bila tidak seimbang antara kuantitas dan kualitas akan menjadi masalah dan beban dalam pembangunan.

(88)

Cara pandang masyarakat terhadap lansia juga beragam demikian juga di Indonesia. WHO ( dalam Dhamoo 2014) mengatakan bahwa masyarakat di negara berkembang mempersepsikan lansia tidak dengan tahun tetapi individu yang menjalani peran baru dan kehilangan peran sebelumnya serta ketidakmampuan dalam memberikan konstribusi aktif kepada masyarakat.

Umumnya lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.penurunanan fungsi kognitif yaitu meliputi penurunan proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, yang menyebabkan lansia menjadi lanbat. Penurunan psikomotor yaitu hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti penurunan gerakan, tindakan, koordinasi, yang menyebakan lansia kurang cekatan dalam beraktifitas. Penurunan fungsi kognitif dan psikomootor ini mengakibatkan lansia merasa terasingkan dan menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain (Azizah, 2011).

(89)

norma yang sesuai dengan tempat hidup orang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan, standard dan kepedulian selama hidupnya.

Instrument yang digunakan yaitu OPQOL-35 (Older People’s Quality Of Life) yang memiliki 8 domain yaitu pertama yaitu keseluruhan hidup yang menggambarkan kondisi lansia secara utuh, kedua yaitu kesehatan merupakan pernyataan sehat secara fisik dan jiwa untuk dapat terus aktif, ketiga yaitu hubungan sosial/ waktu luang dan kegiatan sosial menggambarkan kedekatannya dengan orang sekitar dan mengikuti kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dengan orang lain, keempat yaitu kemerdekaan, kontrol atas hidup, dan kebebasan merupakan kemampuannya untuk bebas melakukan apapun, kelima yaitu rumah dan tetangga sekitar merupakan kondisi tempat tinggal dan orang sekitarnya, keenam yaitu psikologis dan kesejahteraan emosional yaitu sehat jiwa dan baik dalam mengendalikan emosi, ketujuh yaitu keadaan keuangan merupakan keadaan ekonominya dalam memenuhi kebutuhan, dan kedelapan yaitu dimensi agama/ kebudayaan merupakan keyakinan yang mempengaruhi hidupnya. Kualitas hidup menurut WHO adalah persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai dengan tempat hidup orang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan kepedulian selama hidupnya.

(90)

anak-anak mereka. Menurut kepala desa setempat, para lansia di desa ini dulunya berprofesi sebagai pertani, wiraswasta, dan PNS (Pegawai Negeri Sipil). Banyak dari mereka kini hanya bisa berada di rumah dengan aktivitas fisik yang sedikit. Lansia menjadi terbatas dalam beraktivitas karena larangan dari keluarga, sehingga perubahan peran yang dulunya bekerja dan sekarang tidak ada aktifitas fisik mengakibatkan timbulnya masalah pada lansia baik fisik, psikologis, dan sosialnya. Serta kondisi lain yaitu kurangnya layanan fasilitas kesehatan. Kondisi tersebut akan sangat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Dalam hal ini ada atau tidaknya sistem dukungan dalam keseharian lansia akan sangat mempengaruhi kualitas hidup atau cara pandang para lansia ini dalam mengartikan hidupnya sebagai seseorang yang masih dibutuhkan dan berharga di masa tuanya. Profil penduduk lansia (2009), menunjukkan bahwa rasio ketergantungan lansia di desa juga lebih tinggi dibanding lansia di perkotaan. Rasio ketergantungan merupakan angka ketergantungan lanjut usia pada penduduk usia produktif.

(91)

kecamatan Mardinding kabupaten Karo. Lansia di kecamatan Mardinding kabupaten Karo ini masih melakukan banyak aktifitas fisik seperti ke ladang dan berternak dan lansia di kecamatan ini pun aktif pada kegiatan sosial seperti kegiatan kebudayaan. Secara keseluruhan kualitas hidup lansia di kecamatan Mardinding kabupaten Karo adalah kualitas hidup baik. Dari 2 penelitian ini, ada yang menunjukkan kualitas hidupnya baik dan juga rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup mereka yaitu aktifitas dan dukungan dari sekitar.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik mengetahui bagaimana gambaran kualitas hidup lansia di desa Tuhemberua Ulu, kecamatan Gunungsitoli kota Gunungsitoli.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana Kualitas Hidup Lansia di Desa Tuhemberua Ulu, Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli. Selanjutnya, Sub pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana dimensi Keseluruhan Hidup pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli?

1.2.2 Bagaimana dimensi Kesehatan pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli?

(92)

1. 2.4 Bagaimana dimensi Kemerdekaan, Kontrol atas Hidup dan Kebebasan pada Lansia di desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli?

1.2.5 Bagaimana dimensi Rumah dan Tetangga Sekitar pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli?

1.2.6 Bagaimana dimensi Psikologis dan Kesejahteraan Emosional pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli?

1.2.7 Bagaimana dimensi Keadaan Keuangan pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli?

1.2.8 Bagaimana dimensi Agama/ Kebudayaan pada Lansia di desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli?

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Kualitas Hidup Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui dimensi Keseluruhan Hidup pada lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

(93)

1.3.2.3 Untuk mengetahui dimensi Hubungan Sosial/ Waktu Luang dan Kegiatan Sosial pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

1.3.2.4 Untuk mengetahui dimensi Kemerdekaan, Kontrol atas Hidup, dan Kebebasan pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

1.3.2.5 Untuk mengetahui dimensi Rumah dan Tetangga Sekitarnya pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

1.3.2.6 Untuk mengetahui dimensi Psikologis dan Kesejahteraan Emosional pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

1.3.2.7 Untuk mengetahui dimensi Keadaan Keuangan pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

1.3.2.8 Untuk mengetahui dimensi Agama/ Kebudayaan pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Institusi pendidikan

(94)

1.4.2 Pelayanan kesehatan

Penelitian ini menjadi masukan bagi pelayan kesehatan khususnya di kota Gunungsitoli untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia untuk meningkatkan kualitas hidup.

1.4.3 Bagi peneliti

(95)

Judul : Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli

Nama : Juni Hartati Mendrofa NIM : 121101019

Program : Sarjana Keperawatan Tahun Akademik : 2016

ABSTRAK

Kualitas hidup merupakan penilaian individu secara subjektif tentang kesejahteraan, nilai-nilai serta harapan-harapan akan keberlangsungan hidupnya. Salah satu indikator keberhasilan dalam pembangunan yaitu peningkatan usia harapan hidup sehingga setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia disetiap negara. Pada kondisinya, lansia mengalami berbagai macam perubahan baik fisik, hubungan sosial, ekonomi bahkan perannya dalam hidup. Peningkatan jumlah penduduk lansia serta berbagai kondisi yang dialami oleh para lansia menjadikan fokus perhatian bukan hanya pada peningkatan kuantitas namun juga agar kualitas hidupnya semakin baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli. Jumlah lansia di desa Tuhemberua ulu yaitu 102 orang dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 81 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner OPQOL-35 yang terdiri dari 8 dimensi. Hasil penelitian menyatakan kualitas hidup lansia di desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli adalah nilai kualitas hidup ≤99 (sangat buruk) yaitu sebanyak 1 lansia (1,2%), kualitas hidup 100-119(buruk) yaitu sebanyak 1 lansia (1,2%), kualitas hidup 120-139(sedang) yaitu sebanyak 17 lansia (21,0%), kualitas hidup 140-159 (baik) adalah sebanyak 62 lansia (76,5%). Lansia yang tetap aktif dan mendapatkan dukungan emosional dari keluarga serta merasa nyaman dengan kondisi lingkungan dimana ia berada akan membantu lansia dalam mempersepsikan kualitas hidupnya dengan baik. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menilai kualitas hidup lansia dengan metode kualitatif.

(96)
(97)

SKRIPSI

Oleh

Juni Hartati Mendrofa 121101019

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(98)

Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu

Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli

SKRIPSI

Oleh

Juni Hartati Mendrofa 121101019

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(99)
(100)
(101)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan atas segala rahmat, dan pertolongan dari-Nya yang tiada henti kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu

Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butiran-butiran pemikiran yang sangat berharga bagi peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapakan banyak terimakasih kepada :

1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp. Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(102)

6. Iwan Rusdi, SKp, MNS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan, masukan, arahan, bimbingan serta ilmu yang sangat bermanfaat selama proses penyusunan skripsi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

7. Asrizal, S.Kep, Ns, M.Kes, WOC(ET)N, CHt.N selaku Penguji I skripsi yang telah bersedia memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

8. Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kep, CWCCA, CHt.N selaku penguji II skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, NS, MNS sebagai dosen validasi instrumen peneliti.

10. Kepala desa dan Warga di Desa Tuhemberua Ulu yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan telah memberikan bantuan selama penelitian.

11. Seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

(103)

13. Saudara - saudara penulis, Berkat Noferiman Mendrofa dan Wastin Dwiyanna Mendrofa yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

14. Sahabat spesial dan teman seperjuangan penulis yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis: Maretta, Nur Asiah, Gustina, Evi, Asnita, Ines, dan Indah.

15. Teman satu bimbingan yang senantiasa saling membantu dan saling mendukung dalam penyusunan skripsi : Dina, Yemima, Yohanes, dan Vitri serta teman-teman Stambuk 2012 yang tidak tersebut satu persatu terimakasih atas dukungannya.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan ilmu dan praktik keperawatan. Semoga Tuhan selalu mencurahkan kasih dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis.

Medan, Agustus 2016

(104)

Daftar Isi

halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Orisinilitas ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Skema ... xii

Abstrak ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 latar belakang ... 1

1.2 Pertanyaan penelitian ... 5

1.3 Tujuan penelitian ... 6

1.4 Manfaat penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kualitas hidup ... 9

2.1.1 Definisi kualitas hidup ... 9

2.1.2 Pengukuran kualitas hidup... 10

2.1.2.1 Dimensi-dimensi OPQOL ... 11

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup... 16

2.2 Lansia... 17

2.2.1 Definisi lansia ... 17

(105)

2.2.3 Teori proses menua ... 18

2.2.3.1 Teori biologis ... 18

2.2.3.2 Teori sosiologis... 19

2.2.4 Perubahan-perubahan pada lansia ... 19

2.3 Kualitas hidup pada lansia ... 21

2.3.1 Hasil penelitian ... 21

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 25

3.1 Kerangka konseptual ... 25

3.2 Definisi konseptual... 26

3.3 Definisi operasional ... 26

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 29

4.1 Desain penelitian ... 29

4.2 Populasi, sampel, dan teknik sampling ... 29

4.2.1 Populasi ... 29

4.2.2 Sampel ... 30

4.2.3 Teknik sampling ... 30

4.3 Lokasi dan waktu penelitian... 31

4.3.1 Lokasi penelitian ... 31

4.3.2 Waktu penelitian ... 31

4.4 Pertimbangan etik... 31

4.5 Instrumen penelitian ... 32

4.6 Validitas dan realibilitas ... 33

(106)

4.6.2 Reliabilitas ... 33

4.7 Pengumpulan data ... 34

4.8 Analisa data ... 34

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1 Gambaran umum hasil penelitian... 35

5.1.1 Karakteristik responden ... 35

5.1.2 Kualitas hidup ... 37

5.2 Pembahasan ... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Tentatif

Lampiran 2 Formulir Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

(107)

Lampiran 10 Surat Etik penelitian

Lampiran 11 Surat izin reliabilitas dan pengumpulan data

Lampiran 12 surat balasan selesai reliabilitas dan pengumpulan data Lampiran 13 Surat pernyataan keasliaan terjemahan

(108)

Daftar Tabel

Halaman

Tabel 5.1. Karakteristik Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli ... 36 Tabel 5.2. Kualitas Hidup lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli

Kota Gunungsitoli ... 38 Tabel 5.3 Dimensi Kualitas Hidup Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan

(109)

Daftar Skema

Halaman

Gambar

Tabel 5.1 Karakteristik Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan
Tabel 5.2 Kualitas Hidup Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran kualitas hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli adalah buruk yaitu 56 orang (78,9%).. Peneliti menyarankan agar perawat dapat

Hasil penelitian: Hasil pengujian statistic chi square antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia domain 1 (fisik) diperoleh hasil sebesar 0,026, dengan domain

Hasil dari penelitian ini adalah kualitas hidup lansia pasca stroke dilihat domain fisik adalah setiap riset partisipan mengalami perubahan yang signifikan yaitu

Untuk mengidentifikasi gambaran kualitas hidup domain psikologis Lansia yang mengalami penyakit kronis di Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota

Berdasarkan domain kualitas hidup penderita tuberkulosis paru, domain yang berada pada kategori buruk yaitu domain fisik (73,5%), dan domain psikologikal (73,5%), sedangkan

Permasalahan penyakit kusta sangat kompleks, penurunan kualitas hidup penderita kusta terjadi pada domain fisik yang terkait dengan tingkat kecacatan dapat mempengaruhi

Kualitas hidup lansia pada domain kesehatan fisik, sebagian besar memiliki kualitas hidup yang buruk, domain psikologis sebagian besar lansia memiliki kualitas

Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang tidak menikah,