• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan usaha rumah jamu di taman sringanis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan usaha rumah jamu di taman sringanis"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM

Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap dambaan masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga pendidikan, pelayanan pengobatan, pelestarian tanaman obat dan sekaligus sebagai produsen obat herbal. Pengelolaan Taman Sringanis dipimpin oleh pemiliknya langsung dan dibantu oleh beberapa orang karyawan dan pembantu umum. Instansi ini dalam struktur organisasinya memiliki beberapa divisi, yaitu Divisi Kunjungan dan Pelatihan, Divisi Klinik Pengobatan, Divisi Rumah Jamu, Divisi Pembibitan, dan Divisi Buku Tanaman Obat

Taman Sringanis mengoleksi sekitar 400 jenis tanaman obat dan sebagian dari tanaman itu diperjualbelikan. Selain itu, Taman Sringanis juga memproduksi berbagai jenis obat herbal berupa minuman instan, teh, kapsul bubuk, simplisia dan kapsul ekstrak. Produk tersebut dipasarkan di Taman Sringanis sendiri dan outlet Rawamangun Jakarta.

(2)

Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan akan produk tanaman obat memberikan kesempatan bagi pelaku usaha dalam mengusahakan komoditi tanaman obat. Taman Sringanis merupakan salah satu jenis usaha kecil dan menengah yang terdapat di Bogor ikut memanfaatkan peluang usaha tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menganalisis usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis dengan menghitung besarnya nilai Net Present Value (NPV), Interna Rate Return (IRR), Net Benevit Cost ratio (Net B/C) dan Payback Period. 2) Menganalisis Switching Value usaha Rumah Jamu terhadap perubahan dalam penurunan penjualan produk dan peningkatan harga bahan baku.

(3)

Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis secara finansial layak untuk diusahakan. Hasil analisis kelayakan usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 42.439.133,89, artinya nilai ini lebih besar dari nol berarti bahwa usaha rumah jamu di Taman Sringanis masih layak untuk dilaksanakan. IRR sebesar 28.51 persen, artinya dibandingkan dengan tingkat diskonto yang berlaku pada saat ini 16 %, maka dari tingkat pengembalian modal usaha rumah jamu di Taman Sringanis masih layak untuk dilaksanakan.Sedangkan NBCR sebesar 1.42 artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp. 1,00 akan memberikan keuntngan Rp 1,42.

Analisis switching value usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis dilakukan pada dua skenario perubahan.pada penurunan penjualan produk dan peningkatan harga bahan baku. Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis switching value usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis tetap akan mencapai keuntungan asalkan penurunan nilai penjualan produk tidak lebih dari 6.09 % dan peningkatan harga bahan baku tidak lebih dari 38.17 %.

Hasil analisis tingkat pengembalian usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan bahwa pada usaha Rumah Jamu masa pengembalian investasinya lebih kecil dari umur proyek yaitu 7 tahun. Hasil analisis ini berlaku jika tidak ada perubahan penurunan penjualan dan peningkatan harga bahan baku.

(4)
(5)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA RUMAH JAMU

DI TAMAN SRINGANIS

Oleh

Ejen Muhamadjen A14103532

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS PERTANIAN

DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

Dengan ini Kami menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh :

Nama : Ejen Muhamadjen

Nomor Pokok : A14103532

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul : Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Prorgam Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Netty Tinaprilla,MM NIP :...

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM

PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA

SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Juli 2008

PENULIS

(8)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kesehatan merupakan kebutuhan primer seluruh masyarakat. Pemenuhan atas kebutuhan ini selalu menjadi perhatian manusia. Berbagai bidang keahlian manusia ditujukan untuk menemukan suatu metode dan solusi terbaik guna memenuhi kesehatan. Oleh karena itu, kemudian kesehatan berkembang menjadi ladang bisnis yang menjanjikan.

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire, dengan jumlah tumbuhan berbunga sebanyak 30.000 jenis, 7.000 jenis diantaranya merupakan tanaman obat, 1.000 jenis tumbuhan penghasil racun, dan 50 jenis tanaman aromatika. Disamping itu, Indonesia juga memiliki kearipan lokal dari 370 jenis dalam memanfaatkan tanaman sebagai bahan obat untuk memelihara kesehatan, pengobatan penyakit, perawatan tubuh dan kecantikan. Selanjutnya sekitar 85 % dari sekitar 300 jenis herba yang digunakan secara rutin dalam industri obat tradisional di Indonesia masih mengandalkan sumberdaya tanaman obat yang tumbuh di habitatnya, terutama dihutan. Hanya 15 % jenis tanaman obat yang digunakan berasal dari sumber hasil budidaya petani, itupun belum ada yang dibudidayakan dalam skala besar (Balitro, 2007).

(9)

2

tradisional sebagai warisan nenek moyang. Obat tradisional ini, baik berupa jamu maupun tanaman obat masih digunakan hingga saat ini (Santoso 2003).

Secara historis, pengobatan tradisional dengan menggunakan daun dan akar tumbuh-tumbuhan terbukti dapat menyembuhkan berbagai penyakit, yang kadang jika diobati dengan cara modern akan memakan waktu lama dan biaya yang cukup besar. Pengalaman histories tersebut telah mendorong masyarakat dunia dan khususnya Indonesia untuk back to nature atau kembali ke alam, yaitu memanfaatkan kekayaan alam kembali ke obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang ada.

Selain dari pengalaman historis di atas, adanya keinginan untuk menggunakan dan mengkonsumsi produk alamiah yang diyakini tidak memiliki efek samping juga timbul akibat maraknya isu dampak negatif dari produk yang menggunakan bahan kimia terhadap lingkungan. Fenomena-fenomena inilah yang mendukung perkembangan tanaman obat dan industri jamu di Indonesia.

Pemakaian tanaman obat dalam dekade ini cenderung meningkat sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi, kosmetik dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya dalam bentuk simplisia yang berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, dan kulit batang. Pemanfaatan obat tradisional Indonesia akan terus meningkat seiring kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan untuk memakai jamu. Beberapa bahan baku jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang andal sebagai penyumbang devisa Negara.

Selanjutnya pasar herbal dunia tahun 2000 mencapai 43 miliar US$ , tetapi kontribusi Indonesi hanya 100 juta US$. Omzet penjualan produk tanaman obat

1

(10)

3

Indonesia tahun 2007 baru mencapai Rp. 3 triliun, sementara China mencapai 6 miliar US$ dan Malaysia 1,2 miliar US$. Indonesia menargetkan untuk meningkatkan nilai perdagangan Rp 8 triliun pada tahun 2010 1.

Berdasarkan hal tersebut diatas menunjukkan bahwa kebutuhan akan produk tanaman obat ini oleh negara-negara tujuan ekspor semakin bertambah. Pasar Internasional memberikan kesempatan bagi pelaku usaha di Indonesia dalam mengusahakan komoditi tanaman obat.

Sebanyak 31,7 persen masyarakat menggunakan obat tradisional, sedangkan 9,8 persen masyarakat mencari pengobatan dengan cara tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan dan 57,7 persen melakukan pengobatan sendiri baik dengan obat modern maupun obat tradisional. Sementara itu di Indonesia harga obat dari satu apotik dengan apotik yang lainnya cukup variatif dan perbedaannya cukup signifikan antara 10 – 30 persen, sehingga kalau konsumen mau membeli obat yang harganya lebih murah dibutuhkan waktu ekstra sebagai pertimbangan untuk membeli ( Hasil Susenas dalam Melaniawati, 2004)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) melalui jenis, cara penggunaan, dan bagian

Pada awal bediri tahun 1996 hanya memproduksi satu jenis minuman Temulawak, kini produksinya mulai berkembang menjadi tiga jenis minuman yaitu minuman jamu Temulawak, minuman jamu

Taman SYIFA merupakan salah satu industri kecil obat tradisional di Bogor yang memanfaatkan tanaman obat sebagai bahan baku untuk kegiatan produksinya..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis burung di sekitar hutan pantai Sukamade Taman Nasional Meru Betiri dan mengetahui besamya indeks keanekaragaman jenis

Pada awal bediri tahun 1996 hanya memproduksi satu jenis minuman Temulawak, kini produksinya mulai berkembang menjadi tiga jenis minuman yaitu minuman jamu Temulawak, minuman jamu

Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan berbagai jenis tanaman obat sebagai bahan obat oleh pengobat tradisional yang memproduksi obat tradisional di Kecamatan

Kendala yang dihadapi masyarakat dalam penggunaan tanaman sebagai obat tradisional atau herbal dalam upaya pengembangan tanaman obat diantaranya (1) Pengetahuan tentang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) melalui jenis, cara penggunaan, dan bagian