• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keputusan Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keputusan Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI

KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR

Oleh:

NUR AZMI AFIANTI A14301087

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

NUR AZMI AFIANTI. Keputusan Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur (Dibawah bimbingan BONAR M. SINAGA).

Migrasi desa-kota merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya pertumbuhan kota-kota di negara yang sedang berkembang, dimana dorongan utama untuk pindah dari desa ke kota adalah untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik. Hal ini ditunjang juga oleh semakin berkurangnya kesempatan kerja di desa disatu pihak dan pada pihak yang lain adanya kebijakan urban bias (kecenderungan untuk mengutamakan kota) yang berakibat pada semakin lebarnya jurang pendapatan antara kota dan desa. Namun kemampuan kota untuk menyerap para migran atau pendatang dari desa di sektor formal yang bersifat padat modal dan berproduktivitas tinggi sangatlah terbatas, sehingga mereka hanya terserap di sektor informal.

Industri kecil merupakan salah satu sektor informal adalah industri yang dapat dikembangkan saat ini. Karakteristik industri kecil adalah (1) sebagai sektor yang mampu memanfaatkan sumberdaya lokal, (2) tidak membutuhkan modal yang terlalu besar, (3) tidak hanya didasarkan pada kesempatan berinvestasi, tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan kesempatan kerja bagi diri sendiri maupun orang lain, (4) sifatnya yang padat karya dan tidak memerlukan pendidikan khusus serta (5) tidak memerlukan teknologi tinggi dalam kegiatan produksinya. Industri sepatu merupakan salah satu industri kecil yang mempunyai peluang dan prospek yang baik di pasaran. Hal ini dikarenakan sepatu merupakan salah satu produk non migas yang tidak hanya ditujukan untuk permintaan dalam negeri, tetapi juga dikembangkan untuk pasar ekspor. Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur merupakan salah satu lokasi yang menjadi daerah tujuan para migran yang sebagian besar adalah penduduk pendatang yang tinggal menetap maupun sementara, dimana pada kenyataannya ada kecenderungan di kota-kota besar seperti Jakarta justru sektor industri kecil khususnya industri kecil sepatu merupakan tumpuan harapan untuk sebagian besar pekerja migran dalam melakukan aktivitas ekonominya dalam memenuhi kebutuhan keluarga di daerah asal. Industri sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung saat ini mengalami penurunan permintaan secara drastis. Hal ini disebabkan oleh masuknya sepatu impor ke pasar lokal secara ilegal. Hal ini secara langsung mempengaruhi penurunan jumlah permintaan sepatu pada konsumen, sehingga banyak industri kecil sepatu mengalami penurunan jumlah produksi sepatu. Berkaitan dengan kondisi diatas, menyebabkan perlu adanya upaya peningkatan mutu tenaga kerja untuk lebih meningkatkan potensi industri kecil, mengingat industri sepatu merupakan industri yang bersifat padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja dan menggunakan teknologi sederhana.

(3)

yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.

Penelitian ini menggunakan data primer. Penelitian ini dilakukan di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Puo Gadung Jakarta Timur. Untuk menjawab tujuan pertama digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan metode tabulasi, untuk menjawab tujuan kedua digunakan model logit yang diduga dengan metode MLE (Maximum Likelihood Estimation), dan untuk menjawab tujuan ketiga digunakan model regresi linier berganda yang diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square).

Pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu sebagian besar berada pada usia produktif, namun usia pekerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Pekerja migran permanen memiliki pendidikan lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen, dimana pekerja migran permanen menempuh pendidikan sampai tingkat SMA sedangkan migran non permanen tidak sampai tamat SMP. Pengalaman kerja migran permanen di industri sepatu lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Jumlah tanggungan keluarga pekerja migran permanen lebih banyak daripada migran non permanen. Ketika memutuskan jenis migrasi, usia pekerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen, pengalaman kerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen dan pekerja migran permanen memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih banyak daripada migran non permanen. Alokasi waktu kerja migran permanen di industri sepatu lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Rata-rata alokasi waktu kerja pada industri kecil sepatu telah melebihi jam kerja normal (7 jam per hari). Pendapatan pekerja migran permanen lebih tinggi dan migran non permanen, dimana keduanya (pekerja migran permanen dan migran non permanen) memiliki pendapatan rata-rata diatas upah minimum yang ditetapkan Provinsi DKI Jakarta.

(4)

Tingkat pendidikan rata-rata pekerja migran non permanen relatif rendah yaitu masih berpendidikan SMP. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pekerja migran industri sepatu perlu diadakan peningkatan pendidikan keterampilan bagi para calon migran disamping juga meningkatkan pendidikan formal pekerja migran. Sehingga apabila pekerja memutuskan untuk mencari kerja didaerah tujuan, dengan peningkatan kualitas pendidikan diharapkan akan mendapatkan pekerjaan dan tidak menjadi pengangguran. Untuk meningkatkan daya tarik fasilitas perkotaan maka disarankan perlu adanya peningkatan fasilitas perkotaan seperti alat transportasi yang maju, sarana dan prasarana kerja yang mendukung, tempat hiburan, pusat perbelanjaan di daerah pedesaan (daerah asal pekerja migran) disamping juga meningkatkan kemampuan ekonomi penduduk pedesaan misalnya dengan menciptakan lapangan kerja baru di sektor non pertanian khususnya sektor industri kecil.

(5)

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI

KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR

Oleh:

NUR AZMI AFIANTI A14301087

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul Skripsi : KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR

Nama : Nur Azmi Afianti

NRP : A14301087

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA NIP. 130 517 561

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA

INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO

GADUNG JAKARTA TIMUR” BELUM PERNAH DIAJUKAN OLEH

PERGURUAN TINGGI MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR

AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI

INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITERBITKAN OLEH

PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN.

Bogor, Januari 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 September 1983 di Jakarta. Penulis

adalah anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Setyo Basuki (Alm) dan

Suhetry Sulaiman.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Klender 04 Pagi Jakarta

pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 27 Jakarta, dan lulus

pada tahun 1998. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMU

Negeri 59 Jakarta dan lulus pada tahun 2001.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2001 melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi

Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keputusan

Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur” yang merupakan syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan

Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini membahas tentang karakteristik pekerja migran permanen dan

migran non permanen industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Pulo Gadung Jakarta Timur. Skripsi ini juga membahas faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan jenis migrasi dan tingkat produktivitas pekerja migran

permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat keterbatasan dan

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2008

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari

kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen pembimbing skripsi

yang memberikan saran dan kritik yang membangun selama proses

penyelesaian skripsi.

2. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen penguji utama atas segala saran dan

kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Adi Hadianto, SP selaku dosen penguji komisi pendidikan atas

berbagai perbaikan dalam penulisan skripsi ini.

4. Mama tercinta atas kasih sayang yang diberikan, doa, dukungan, serta bantuan

secara moral dan materil selama ini. Papa tercinta “yang telah tiada” atas

segala bimbinganmu tentang arti hidup, kemandirian dan kedewasaan. Penulis

selalu menyayangimu dan merindukanmu.

5. Adik-adikku Hilmi dan Novi serta keluarga besar ku tersayang (Pa’de, Bang

Ai, Teteh dan Mas Ipul, keluarga Tangah dan keluarga Ibu) atas

nasihat-nasihat, doa, dukungan dan bantuannya.

6. Sulaeman yang selalu sabar menghadapi dan mendengarkan setiap keluh

kesah penulis, atas dukungan, doa, perhatian, kesetiaan dan kasih sayang yang

(11)

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI

KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR

Oleh:

NUR AZMI AFIANTI A14301087

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

NUR AZMI AFIANTI. Keputusan Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur (Dibawah bimbingan BONAR M. SINAGA).

Migrasi desa-kota merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya pertumbuhan kota-kota di negara yang sedang berkembang, dimana dorongan utama untuk pindah dari desa ke kota adalah untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik. Hal ini ditunjang juga oleh semakin berkurangnya kesempatan kerja di desa disatu pihak dan pada pihak yang lain adanya kebijakan urban bias (kecenderungan untuk mengutamakan kota) yang berakibat pada semakin lebarnya jurang pendapatan antara kota dan desa. Namun kemampuan kota untuk menyerap para migran atau pendatang dari desa di sektor formal yang bersifat padat modal dan berproduktivitas tinggi sangatlah terbatas, sehingga mereka hanya terserap di sektor informal.

Industri kecil merupakan salah satu sektor informal adalah industri yang dapat dikembangkan saat ini. Karakteristik industri kecil adalah (1) sebagai sektor yang mampu memanfaatkan sumberdaya lokal, (2) tidak membutuhkan modal yang terlalu besar, (3) tidak hanya didasarkan pada kesempatan berinvestasi, tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan kesempatan kerja bagi diri sendiri maupun orang lain, (4) sifatnya yang padat karya dan tidak memerlukan pendidikan khusus serta (5) tidak memerlukan teknologi tinggi dalam kegiatan produksinya. Industri sepatu merupakan salah satu industri kecil yang mempunyai peluang dan prospek yang baik di pasaran. Hal ini dikarenakan sepatu merupakan salah satu produk non migas yang tidak hanya ditujukan untuk permintaan dalam negeri, tetapi juga dikembangkan untuk pasar ekspor. Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur merupakan salah satu lokasi yang menjadi daerah tujuan para migran yang sebagian besar adalah penduduk pendatang yang tinggal menetap maupun sementara, dimana pada kenyataannya ada kecenderungan di kota-kota besar seperti Jakarta justru sektor industri kecil khususnya industri kecil sepatu merupakan tumpuan harapan untuk sebagian besar pekerja migran dalam melakukan aktivitas ekonominya dalam memenuhi kebutuhan keluarga di daerah asal. Industri sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung saat ini mengalami penurunan permintaan secara drastis. Hal ini disebabkan oleh masuknya sepatu impor ke pasar lokal secara ilegal. Hal ini secara langsung mempengaruhi penurunan jumlah permintaan sepatu pada konsumen, sehingga banyak industri kecil sepatu mengalami penurunan jumlah produksi sepatu. Berkaitan dengan kondisi diatas, menyebabkan perlu adanya upaya peningkatan mutu tenaga kerja untuk lebih meningkatkan potensi industri kecil, mengingat industri sepatu merupakan industri yang bersifat padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja dan menggunakan teknologi sederhana.

(13)

yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.

Penelitian ini menggunakan data primer. Penelitian ini dilakukan di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Puo Gadung Jakarta Timur. Untuk menjawab tujuan pertama digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan metode tabulasi, untuk menjawab tujuan kedua digunakan model logit yang diduga dengan metode MLE (Maximum Likelihood Estimation), dan untuk menjawab tujuan ketiga digunakan model regresi linier berganda yang diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square).

Pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu sebagian besar berada pada usia produktif, namun usia pekerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Pekerja migran permanen memiliki pendidikan lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen, dimana pekerja migran permanen menempuh pendidikan sampai tingkat SMA sedangkan migran non permanen tidak sampai tamat SMP. Pengalaman kerja migran permanen di industri sepatu lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Jumlah tanggungan keluarga pekerja migran permanen lebih banyak daripada migran non permanen. Ketika memutuskan jenis migrasi, usia pekerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen, pengalaman kerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen dan pekerja migran permanen memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih banyak daripada migran non permanen. Alokasi waktu kerja migran permanen di industri sepatu lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Rata-rata alokasi waktu kerja pada industri kecil sepatu telah melebihi jam kerja normal (7 jam per hari). Pendapatan pekerja migran permanen lebih tinggi dan migran non permanen, dimana keduanya (pekerja migran permanen dan migran non permanen) memiliki pendapatan rata-rata diatas upah minimum yang ditetapkan Provinsi DKI Jakarta.

(14)

Tingkat pendidikan rata-rata pekerja migran non permanen relatif rendah yaitu masih berpendidikan SMP. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pekerja migran industri sepatu perlu diadakan peningkatan pendidikan keterampilan bagi para calon migran disamping juga meningkatkan pendidikan formal pekerja migran. Sehingga apabila pekerja memutuskan untuk mencari kerja didaerah tujuan, dengan peningkatan kualitas pendidikan diharapkan akan mendapatkan pekerjaan dan tidak menjadi pengangguran. Untuk meningkatkan daya tarik fasilitas perkotaan maka disarankan perlu adanya peningkatan fasilitas perkotaan seperti alat transportasi yang maju, sarana dan prasarana kerja yang mendukung, tempat hiburan, pusat perbelanjaan di daerah pedesaan (daerah asal pekerja migran) disamping juga meningkatkan kemampuan ekonomi penduduk pedesaan misalnya dengan menciptakan lapangan kerja baru di sektor non pertanian khususnya sektor industri kecil.

(15)

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI

KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR

Oleh:

NUR AZMI AFIANTI A14301087

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(16)

Judul Skripsi : KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR

Nama : Nur Azmi Afianti

NRP : A14301087

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA NIP. 130 517 561

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA

INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO

GADUNG JAKARTA TIMUR” BELUM PERNAH DIAJUKAN OLEH

PERGURUAN TINGGI MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR

AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI

INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITERBITKAN OLEH

PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN.

Bogor, Januari 2008

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 September 1983 di Jakarta. Penulis

adalah anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Setyo Basuki (Alm) dan

Suhetry Sulaiman.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Klender 04 Pagi Jakarta

pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 27 Jakarta, dan lulus

pada tahun 1998. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMU

Negeri 59 Jakarta dan lulus pada tahun 2001.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2001 melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi

Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,

(19)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keputusan

Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur” yang merupakan syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan

Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini membahas tentang karakteristik pekerja migran permanen dan

migran non permanen industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Pulo Gadung Jakarta Timur. Skripsi ini juga membahas faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan jenis migrasi dan tingkat produktivitas pekerja migran

permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat keterbatasan dan

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2008

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari

kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen pembimbing skripsi

yang memberikan saran dan kritik yang membangun selama proses

penyelesaian skripsi.

2. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen penguji utama atas segala saran dan

kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Adi Hadianto, SP selaku dosen penguji komisi pendidikan atas

berbagai perbaikan dalam penulisan skripsi ini.

4. Mama tercinta atas kasih sayang yang diberikan, doa, dukungan, serta bantuan

secara moral dan materil selama ini. Papa tercinta “yang telah tiada” atas

segala bimbinganmu tentang arti hidup, kemandirian dan kedewasaan. Penulis

selalu menyayangimu dan merindukanmu.

5. Adik-adikku Hilmi dan Novi serta keluarga besar ku tersayang (Pa’de, Bang

Ai, Teteh dan Mas Ipul, keluarga Tangah dan keluarga Ibu) atas

nasihat-nasihat, doa, dukungan dan bantuannya.

6. Sulaeman yang selalu sabar menghadapi dan mendengarkan setiap keluh

kesah penulis, atas dukungan, doa, perhatian, kesetiaan dan kasih sayang yang

(21)

7. Seluruh warga Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung, staf

Koperasi Perkampungan Industri Kecil (KOPIK) dan BPLIP Pulo Gadung

yang telah banyak membantu dalam pengambilan data untuk penyelesaian

skripsi.

8. Willy dan Ocha atas dukungan, doa, canda, tawa, persahabatan dan perhatian

yang diberikan selama ini.

9. Teman-teman seperjuanganku Yari, Olivia, Yayan, Triana, Melia dan Silvi

serta teman-teman EPS 38 atas dorongan dan semangatnya. Tak terlupakan

untuk Runi atas pengorbanan, dukungan dan bantuannya dalam pengambilan

data, juga Tati atas bantuannya dalam persiapan seminar.

10. Mbak Ruby, Mbak Santi, Mbak Yani, Mbak Pini, Pak Basir, Pak Husein, Pak

Dayat dan Ibu Kokom atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

(22)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………...……… v DAFTAR GAMBAR……...………...……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN………. ix

I. PENDAHULUAN …………...……… 1

1.1. Latar Belakang ……...………... 1

1.2. Perumusan Masalah ……...……… 4

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian …...………... 7

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan …...………... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA …………...………... 10

2.1. Gambaran Industri Kecil ... 10

2.2. Pengertian dan Penggolongan Industri Kecil ... 11

2.2.1. Pengertian Industri Kecil ... 11

2.2.2. Penggolongan Industri Kecil ... 13

2.3. Migrasi dan Migran ……...………... 14

2.3.1. Pengertian Migrasi dan Migran ...…... 14

2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Bermigrasi ... 17

2.4. Produktivitas Tenaga Kerja ……...………... 24

2.4.1. Pengertian Produktivitas ……... 24

2.4.2. Produktivitas Tenaga Kerja ... 27

2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Tenaga Kerja ... 28

2.5. Hasil Penelitian Terdahulu ...………….. 31

2.5.1. Migrasi ... 31

2.5.2. Produktivitas Tenaga Kerja ...……..………... 35

III. KERANGKA PEMIKIRAN………...……….. 39

(23)

3.1.1. Teori Migrasi……….. 39

3.1.2. Konsep Produktivitas Tenaga Kerja ……….…... 46

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 49

IV. METODE PENELITIAN…...………... 52

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian………....………... 52

4.2. Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data ... 52

4.2.1. Metode Pengambilan Sampel ………... 52

4.2.2. Metode Pengumpulan Data …………...………... 53

4.3. Metode Analisis dan Pengolahan Data …...………...………... 53

4.4. Perumusan Model………. 54

4.4.1. Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja Migran Industri

Kecil Sepatu ... 54

4.4.1.1. Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja Migran Klasifikasi Pendidikan Tamat SMA ... 57

4.4.1.2. Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja Migran Klasifikasi Pendidikan Tidak Tamat SMA ... 58

4.4.2. Model Produktivitas Pekerja Migran Industri Kecil

Sepatu ………...………58

4.4.2.1. Model Produktivitas Pekerja Migran Industri

Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Permanen ... 59

4.4.2.2. Model Produktivitas Pekerja Migran Industri

Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Non Permanen ... 60

4.5. Evaluasi Model …...……… 61

4.6. Pendugaan Elastisitas ………... 63

4.7. Definisi Operasional ……….. 64

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ………..…………. 68

5.1. Lembaga Perkampungan Industri Kecil ……… 68

5.2. Tugas dan Tanggung Jawab PIK………... 70

5.3. Fasilitas Perkampungan Industri Kecil ……… 71

5.4. Keadaan Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil

Pulo Gadung Jakarta Timur ……….. 72

5.4.1. Bahan Mentah Pembuatan Sepatu……… 72

(24)

5.4.3. Proses Produksi Berdasarkan Pembagian Kerja di Industri

Sepatu ……….. 75

VI. KARAKTERISTIK PEKERJA MIGRAN INDUSTRI KECIL

SEPATU ... 78

6.1. Karakteristik Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu ... 78

6.2. Daya Tarik Fasilitas Perkotaan ... 85

6.3. Lama Migrasi dan Daerah Asal ... 85

6.4. Alokasi Waktu Kerja ... 87

6.5. Pendapatan ... 89

6.6. Produktivitas Pekerja ... 92

6.7. Alasan Melakukan Migrasi Permanen dan Non Permanen ... 93

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI

KECIL SEPATU ... 96

7.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pekerja Migran

Industri Kecil Sepatu ... 96

7.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Pendidikan Tamat SMA ... 99

7.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Pendidikan Tidak

Tamat SMA ... 100

7.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja Industri

Kecil Sepatu ... 103

7.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja

Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Permanen ... 108

7.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja

Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Non Permanen ... 113

VIII.KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

8.1. Kesimpulan ... 120

8.2. Saran ... 121

8.2.1. Saran Kebijakan ... 122

(25)
(26)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Unit Usaha Industri dan Dagang di Indonesia,1998-2001 ... 2

2. Perkembangan Nilai Ekspor Sepatu Indonesia, 2001-2004 ... 3

3. Intensitas Migrasi dari Duabelas Sukubangsa Utama di Indonesia .... 22

4. Faktor-Faktor Migrasi dari Duabelas Suku Utama di Indonesia ... 23

5. Karakteristik Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 78

6. Kelompok Usia Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 80

7. Kelompok Usia Ketika Migrasi Pekerja Migran Industri Kecil

Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 81

8. Tingkat Pendidikan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 82

9. Pengalaman Kerja Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 82

10. Pengalaman Kerja Ketika Migrasi Pekerja Migran Industri Kecil

Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 83

11. Jumlah Tanggungan Keluarga Pekerja Migran Industri Kecil

Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 84

12. Jumlah Tanggungan Keluarga Ketika Migrasi Pekerja Migran

Industri Kecil Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007... 84

13. Daya Tarik Fasilitas Perkotaan Pekerja Migran Industri Kecil

Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 86

14. Lamanya Migrasi Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 87

15. Daerah Asal Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 88

16. Rata-rata Alokasi Waktu Kerja Pekerja Migran Industri Kecil

(27)

17. Alokasi Waktu Kerja Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 90

18. Rata-rata Pendapatan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 91

19. Pendapatan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 92

20. Tanggapan Pekerja Migran terhadap Pendapatan dari Industri Sepatu di PIK Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 93

21. Rata-rata Produktivitas Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di

PIK Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 93

22. Produktivitas Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 94

23. Alasan Melakukan Migrasi Permanen di PIK Pulo Gadung ... 95

24. Alasan Melakukan Migrasi Non Permanen di PIK Pulo Gadung ... 96

25. Jumlah Responden Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 96

26. Hasil Dugaan Parameter Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja

Migran Industri Kecil Sepatu ... 97

27. Hasil Dugaan Parameter Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja

Migran Klasifikasi Pendidikan Tamat SMA ... 100

28. Hasil Dugaan Parameter Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja

Migran Klasifikasi Pendidikan Tidak Tamat SMA ... 101

29. Hasil Dugaan Parameter Model Produktivitas Pekerja Migran

Industri Kecil Sepatu ... 104

30. Matriks Korelasi Antar Peubah-Peubah Bebas (rij) pada Model

Produktivitas Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu ... 104

31. Hasil Dugaan Parameter Dugaan Model Produktivitas Pekerja

Klasifikasi Migran Permanen ... 110

32. Matriks Korelasi Antar Peubah-Peubah Bebas (rij) pada Model Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran

(28)

33. Hasil Dugaan Parameter Dugaan Model Produktivitas Pekerja

Klasifikasi Migran Non Permanen ... 115

(29)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu ... 129

2. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Pendidikan

Tamat SMA ... 132

3. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Pendidikan

Tidak Tamat SMA ... 133

4. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran

Permanen ... 135

5. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran

Non Permanen ... 137

6. Output Komputer Pendugaan Model Keputusan Jenis Migrasi dan

(31)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagian besar penduduk Indonesia berdiam di pedesaan dan bekerja pada

sektor pertanian. Dengan meningkatnya jumlah penduduk di pedesaan sedangkan

luas lahan pertanian tidak bertambah mengakibatkan banyak penduduk di

pedesaan yang kehilangan atau tidak mempunyai lahan pertanian lagi. Oleh

karena pekerjaan di sektor non pertanian tidak cukup tersedia di pedesaan maka

masyarakat pedesaan mencurahkan perhatiannya ke kota sehingga menyebabkan

terjadinya migrasi desa-kota.

Migrasi desa-kota merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya

pertumbuhan kota-kota di negara yang sedang berkembang, dimana dorongan

utama untuk pindah dari desa ke kota adalah untuk memperoleh penghasilan yang

lebih baik dimana orang-orang desa yang miskin didorong pindah ke kota karena kemandekan atau berkurangnya kesempatan kerja di desa dan pada saat yang

sama tertarik oleh harapan untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik yang dapat memberikan penghasilan lebih tinggi. Selain itu kebijakan urban bias

(kecenderungan untuk mengutamakan kota) akan memperlebar jurang pendapatan

antara kota dan desa, dimana keadaan ini mendorong tetap berlangsungnya tingkat

migrasi yang tinggi untuk mencari pekerjaan di sektor modern walaupun sulit

(atau tidak mungkin) dimasuki (Todaro dan Stilkind, 1985 dalam Atika, 1999).

Namun kemampuan kota untuk menyerap para migran atau pendatang dari

pedesaan ini di sektor formal yang bersifat padat modal dan berproduktivitas

(32)

bersifat padat karya dengan produktivitas yang relatif rendah yaitu

mempergunakan pekerja yang berketrampilan dan berkemampuan yang rendah

pula.

Industri kecil merupakan salah satu sektor informal merupakan industri

yang dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi yang terjadi saat ini. Hal ini

disebabkan pada industri kecil memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) sebagai

sektor yang mampu memanfaatkan sumberdaya lokal, (2) tidak membutuhkan

modal yang terlalu besar, dan (3) tidak hanya didasarkan pada kesempatan

berinvestasi, tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan

kesempatan kerja bagi diri sendiri maupun orang lain. Karakteristik industri kecil

lainnya adalah sifatnya yang padat karya dan tidak memerlukan pendidikan

khusus serta tidak memerlukan teknologi tinggi dalam kegiatan produksinya.

Tabel 1. Jumlah Unit Usaha Industri dan Dagang di Indonesia, 1998-2001

Unit Usaha (ribu unit)

Uraian 1998 1999 2000 2001

Pertumbuhan

(%)

Industri 2 115.03 2 536.89 2 725.38 2 886.58 11.10

- Industri Kecil &Mikro 2 104.86 2 526.16 2 713.86 2 874.38 11.12

- Industri Menengah 9.54 10.06 10.81 11.44 6.24

- Industri besar 0.63 0.67 0.71 0.76 6.45

Dagang 8 347.85 8 710.48 9 236.51 9 698.67 5.13

- Dagang Kecil &Mikro 8 325.35 8 688.21 9 212.90 9 673.87 5.13

- Dagang Menengah 22.08 21.85 23.17 24.33 3.34

- Dagang Besar 0.42 0.42 0.44 0.47 3.86

Total Indag 10 462.88 11 247.37 11 961.89 12 585.25 6.35

Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2002.

Menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan diperoleh bahwa

pada periode 1998-2001 jumlah industri kecil meningkat dengan laju

(33)

jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) mencapai 2 885 827 unit usaha atau 99.9

persen dari seluruh jumlah industri di Indonesia yang mencapai 2 886 583 unit

usaha, dimana jumlah dari keseluruhan industri tersebut, sebanyak 2 874 383 unit

tergolong industri Kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan industri

kecil sebagai bagian dari sektor informal di masyarakat mempunyai pengaruh

yang baik bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam

peningkatan jumlah unit usaha.

Menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Penataan Data

Statistik Industri dan Dagang Kecil Menengah - IDKM) tahun 2002, juga

diketahui bahwa diantara sektor ekonomi lainnya usaha sektor industri kecil dan

kerajinan rumah tangga merupakan sektor yang terbesar kedua setelah sektor

perdagangan dengan kontribusi jumlah usaha sebesar 15.58 persen pada tahun

1998, kemudian meningkat menjadi 17.32 persen pada tahun 1999, dan meningkat

kembali hingga menjadi 17.35 persen pada tahun 2000.

Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor Sepatu Indonesia, 2001-2005

Tahun Nilai Ekspor (US $ Milyar)

2001 1.50 2002 1.15 2003 1.18 2004 1.32 2005 1.50 Sumber : Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2005

Industri sepatu merupakan salah satu industri kecil yang mempunyai

peluang dan prospek yang baik di pasaran. Hal ini dikarenakan sepatu merupakan salah satu produk non migas yang tidak hanya ditujukan untuk permintaan dalam

(34)

dilihat bahwa setiap tahunnya nilai ekspor sepatu Indonesia mengalami fluktuasi

perkembangan. Meskipun pada tahun 2002 nilai ekspor sepatu Indonesia

mengalami penurunan, namun pada tahun 2003 hingga 2005 nilai ekspor sepatu

mengalami peningkatan kembali.

Penelitian ini diarahkan pada pekerja industri kecil sepatu di

Perkampungan Industri kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur, dimana pada

kenyataannya ada kecenderungan di kota-kota besar seperti Jakarta justru sektor

industri kecil khususnya industri sepatu merupakan tumpuan harapan untuk

kebanyakan para pekerja migran dalam melakukan aktivitas ekonominya dalam

memenuhi kebutuhan keluarga didaerah asal. Didukung pula bahwa industri kecil

sepatu adalah salah satu industri di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo

Gadung, dimana wilayah tersebut merupakan salah satu sentra bisnis andalan

terbesar di DKI Jakarta.

1.2. Perumusan Masalah

Setiap individu mempunyai kebutuhan ekonomi, sosial maupun psikologi.

Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka akan

menimbulkan tekanan bagi individu tersebut. Jika tekanan tersebut masih dalam

batas kemampuan individu, maka ia tidak akan pindah tempat untuk

menyesuaikan diri ke tempat lain dalam memenuhi kebutuhannya. Namun jika

tekanan tersebut menjadi besar dan lingkungan disekitarnya tidak dapat membantu

dalam memenuhi kebutuhannya, maka seorang individu akan cenderung untuk

pindah ke tempat lain yang lebih baik. Seseorang berpindah tempat berarti dia

mengorbankan pendapatan yang seyogyanya dapat diterima di daerah asal dengan

(35)

karena pada dasarnya seseorang mau atau berusaha untuk pindah kerja dari satu

tempat ke tempat lain untuk memperoleh penghasilan yang besar.

Namun adanya ikatan kekerabatan antar keluarga yang kuat di sebagian

masyarakat seringkali mempengaruhi proses keputusan migrasi penduduk.

Sehingga, migran dapat dengan arif memutuskan pada jenis mana mereka memilih

jenis migrasi yang optimal yang dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.

Dengan kata lain perpindahan penduduk (migrasi) dari daerah asal ke daerah lain

dengan niat menetap (permanen) atau sementara (non permanen) di daerah tujuan

dalam kurun waktu yang singkat maupun lama, merupakan alternatif individu

untuk memenuhi kebutuhannya. Atas dasar dua pertimbangan tersebut akan

menentukan migran dalam memilih jenis migrasi yaitu migrasi permanen atau non

permanen.

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur

merupakan salah satu lokasi yang menjadi daerah tujuan para migran yang

sebagian besar adalah penduduk pendatang yang tinggal menetap maupun

sementara, dimana mereka memiliki harapan agar dapat memperbaiki taraf hidup

perekonomian keluarga. Namun, kenyataannya tenaga kerja yang dibutuhkan

tidak sesuai dengan karakteristik, latar belakang pendidikan dan keterampilan

yang tersedia.

Industri kecil merupakan salah satu sektor informal yang bersifat padat

karya merupakan alternatif yang baik guna mengatasi masalah ketenagakerjaan.

Dikaitkan dengan keberadaan industri kecil pada saat ini, industri sepatu

diharapkan dapat menjadi alternatif dalam peningkatan pendapatan bagi sebagian

(36)

manusia yang terbatas, baik dalam hal pengolahan maupun pengelolaan

sumberdaya alam dan hasilnya. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa industri

kecil sepatu saat ini mengalami penurunan permintaan secara drastis.

Hal ini disebabkan oleh masuknya sepatu impor asal Cina, Vietnam dan

Thailand ke pasar lokal secara ilegal. Dalam harian umum Kompas tanggal 9

Desember 2004 dinyatakan bahwa produk impor itu diperkirakan telah menguasai

lebih dari 50 persen pasar di dalam negeri. Adanya kondisi ini dikhawatirkan tidak

hanya merugikan industri sepatu berskala besar tetapi dapat merugikan industri

berskala kecil yang mengandalkan pasar lokal. Hal ini mengakibatkan penurunan

jumlah permintaan sepatu, sehingga banyak industri berskala kecil mengalami

penurunan jumlah produksi sepatu atau menutup usahanya. Didukung pula bahwa

industri kecil sepatu merupakan salah satu sektor yang bersifat padat karya yang

banyak menyerap tenaga kerja. Sehingga hal ini secara langsung mempengaruhi

penurunan jumlah tenaga kerja pada industri kecil sepatu yang tidak mampu

bertahan.

Berkaitan dengan kondisi tersebut menyebabkan perlu upaya peningkatan

mutu tenaga kerja untuk lebih meningkatkan potensi industri kecil mengingat

industri kecil sepatu merupakan industri yang bersifat padat karya dan

menggunakan teknologi sederhana.

Berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi, maka dapat dirumuskan

beberapa masalah diantaranya sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pekerja migran permanen dan migran non permanen

industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung

(37)

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi pekerja migran

permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja migran

permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan dengan perumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik migran permanen dan migran non permanen industri

kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta

Timur.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi

pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja

migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan jenis migrasi dan faktor-faktor

yang mempengaruhi produktivitas pekerja pada pekerja migran industri kecil

sepatu. Informasi ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah dalam

meningkatkan taraf hidup pekerja migran permanen dan pekerja migran

nonpermanen khususnya pekerja industri kecil sepatu. Selain itu penelitian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

dalam meningkatkan peranan industri kecil khususnya industri sepatu dalam hal

(38)

dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelangsungan kegiatan

produksi pada industri kecil tersebut.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan jenis migrasi dan produktivitas pekerja migran permanen dan non

permanen industri kecil sepatu di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Pulo Gadung Jakarta Timur. Untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan jenis migrasi, penelitian lebih diarahkan untuk

menganalisis alasan keputusan pekerja ketika memilih jenis migrasi yaitu migrasi

permanen dan non permanen dilihat dari faktor usia, pendidikan, pengalaman

pekerja, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dari industri, daya tarik fasilitas

perkotaan dan alokasi waktu kerja. Sedangkan untuk faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas pekerja, penelitian lebih diarahkan untuk

menganalisis faktor usia, pendidikan, pengalaman kerja, jumlah tanggungan

keluarga, pendapatan dari industri sepatu, pendapatan diluar industri sepatu,

alokasi waktu kerja dan jenis migran.

Dengan keterbatasan data dan waktu, maka penelitian ini dibatasi pada

pembahasan pekerja migran yang berasal dari luar wilayah kota Jakarta yang

secara langsung melakukan migrasi permanen dan non permanen dan bekerja di

industri kecil sepatu yaitu bagian bengkel produksi sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung. Keterbatasan lainnya adalah faktor biaya

transportasi yang tidak digunakan sebagai peubah bebas, dikarenakan kurangnya

(39)

Pengukuran terhadap produktivitas pekerja dalam penelitian ini dilakukan

secara fisik (physical productivity), sehingga output yang dihasilkan berupa jumlah pasang sepatu yang dapat dibuat pekerja, sedangkan inputnya adalah

jumlah jam kerja (dalam seminggu) yang dicurahkan untuk melakukan proses

(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Industri Kecil

Industrialisasi dalam suatu tahap pembangunan dianggap sebagai suatu

simbol kemajuan dan kesuksesan pembangunan di suatu negara. Selain itu

industrialisasi dianggap sebagai kunci yang dapat membawa masyarakat ke arah

kemakmuran dan dapat mengatasi masalah kesempatan kerja yang semakin

terbatas pada sektor non pertanian. Implikasi lain yang menyatakan bahwa sektor

industri sangat penting untuk dikembangkan adalah karena penanaman modal

yang dinilai sangat menguntungkan dibandingkan dengan sektor pertanian yang

lebih lambat pertumbuhannya. Demikian pula dengan keberadaan industri kecil di

suatu negara khususnya negara berkembang, industri kecil memberikan peranan

lebih besar terutama yang berkaitan dengan masalah ekonomi dan sosial dalam

masyarakat terutama masyarakat pedesaan.

Peranan industri kecil di Indonesia cukup strategis, dimana selain sebagai

penyerap tenaga kerja tenaga kerja yang tinggi, sebagai penghasil devisa dan

dapat meningkatkan pendapatan, industri kecil dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di sekitar industri. Namun permasalahan di Indonesia adalah adanya

pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi dibandingkan dengan negara

berkembang lainnya. Sehingga mengakibatkan laju pertumbuhan tenaga kerja

tidak seimbang dengan pertumbuhan lapangan kerja.

Perekonomian pada sektor industri kecil relatif lebih dapat mandiri. Hal ini

ditandai dengan pertumbuhan pada sektor industri kecil secara langsung yang

(41)

dalam sektor industri kecil diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional

dan memperbaiki distribusi pendapatan. Bila di sektor formal kurangnya

permintaan dapat menyebabkan kelesuan perekonomian, sebaliknya pada sektor

informal khususnya industri kecil justru permintaan semakin meningkat. Hal ini

disebabkan produksi barang dan jasa yang dihasilkan pada sektor ini merupakan

barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Potensi industri kecil dalam perekonomian nasional yang demikian besar

dan memiliki posisi yang strategis harus diupayakan agar semakin efisien, efektif

dan memiliki daya saing tinggi. Hal ini dilakukan agar dapat memasuki era pasar

global dan semakin berperan untuk mempercepat tercapainya kemakmuran

masyarakat Indonesia dalam rangka mengentaskan kemiskinan serta

meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional (Departemen Perindustrian dan

Perdagangan, 1999).

2.2. Pengertian dan Penggolongan Industri Kecil

2.2.1. Pengertian Industri Kecil

Dalam struktur perindustrian dikenal adanya tiga sub sektor, yaitu industri

kecil, industri sedang dan industri besar. Perbedaan antara ketiga sub sektor

industri tersebut didasarkan atas besar kecilnya modal yang digunakan, jumlah

tenaga kerja yang dipakai, pengelolaan perusahaan, teknologi dan jenis produk

yang dihasilkan. Penggolongan industri kecil tidak hanya dilihat dari faktor-faktor

di atas tetapi juga dapat dilihat dari faktor lain.

Industri kecil menurut Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan No.254/MPP/Kep7/1997, tentang kriteria industri kecil dan

(42)

investasi sampai dengan 200 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan.

Pengertian industri kecil menurut BPS (1993) adalah usaha rumah tangga yang

melakukan kegiatan mengelola barang dasar menjadi barang jadi atau setengah

jadi, setengah jadi menjadi barang jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi

barang yang nilainya lebih tinggi dengan maksud untuk dijual, dengan jumlah

pekerja paling sedikit lima orang dan paling banyak sembilan belas orang

termasuk pengusaha (Miharja, 2002).

Bank Indonesia yang dikutip Departemen Perindustrian dan Perdagangan

(1998) memberikan definisi industri kecil dalam kaitannya dengan SK Direksi

Bank Indonesia No.22/81/Kep/DR tanggal 30 Januari 1990 adalah usaha yang

mempunyai total aset maksimum 600 juta rupiah tidak termasuk nilai rumah dan

tanah yang ditempati. Menurut Kamar Dagang dan Industri pada tahun 1998

dikutip Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1998), industri kecil

didefinisikan sebagai industri yang mempunyai tenaga kerja maksimum 300

karyawan dan perputaran modalnya 1 milyar rupiah, kemudian syarat lainnya

adalah modal aktifnya maksimum 250 juta rupiah (Miharja, 2002).

Departemen Perindustrian dan Perdagangan menyempurnakan batasan

industri melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI

Nomor 589/ MPP/ kep/ 10/ 1999, tanggal 13 Oktober 1999 yang menyatakan

bahwa industri kecil merupakan suatu industri dengan nilai kekayaan perusahaan

seluruhnya tidak lebih dari 1 milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha (Sitanggang, 2002).

Sedangkan berdasarkan Direktorat Jenderal Industri Kecil (1999) adapun

(43)

1. Jumlahnya besar dan tersebar di seluruh pelosok tanah air.

2. Mencakup bagian terbesar dari kelompok masyarakat golongan ekonomi

lemah.

3. Mampu mendorong proses pemerataan dan penanggulangan kemiskinan

karena mudah diakses oleh rakyat kecil dan masyarakat yang tergolong

miskin.

4. Mampu menggali dan memanfaatkan keunggulan komparatif dan ketersediaan

tenaga kerja dan sumberdaya alam.

5. Dapat hidup walau dengan modal yang sangat terbatas.

2.2.2. Penggolongan Industri Kecil

Penggolongan industri kecil menurut Departemen Perindustrian dan

Perdagangan (1999) adalah sebagai berikut:

1. Industri kecil pangan, yang meliputi kerupuk emping, makanan ringan dan

lain-lain.

2. Industri kecil kimia, agro non pangan dan hasil hutan, yang meliputi industri

minyak atsiri, industri vulkanisir ban, industri kayu, industri komponen karet

dan lain-lain.

3. Industri kecil logam, mesin dan elektronik, yang meliputi industri pengelolaan

logam, industri komponen dan suku cadang.

4. Industri kecil sandang, kulit dan aneka, meliputi konveksi/pakaian jadi, tenun

adat, tenun ikat, bordir serta industri barang dan kulit.

5. Industri kerajinan dan umum, meliputi industri anyam-anyaman, industri

(44)

Penggolongan perusahaan/usaha industri pengolahan di Indonesia dibagi

dalam empat kategori berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu

perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun

kekuatan mesin yang digunakan sebagai berikut (BPS, 1999):

1. Industri kerajinan rumah tangga adalah perusahaan/usaha industri pengolahan

yang mempunyai pekerja antara 1-4 orang.

2. Industri kecil adalah perusahaan/usaha industri pengolahan yang mempunyai

pekerja antara 5-19 orang.

3. Industri menengah adalah perusahaan/usaha industri pengolahan yang

mempunyai pekerja antara 20-99 orang.

4. Industri besar adalah perusahaan/usaha industri pengolahan yang mempunyai

pekerja 100 orang atau lebih.

2.3. Migrasi dan Migran

2.3.1. Pengertian Migrasi dan Migran

Migrasi adalah suatu bentuk gerak penduduk, spasial atau teritorial antara

unit-unit geografis yang melibatkan perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat

asal ke tempat tujuan. Migrasi merupakan salah satu dari ketiga faktor dasar yang

mempengaruhi pertumbuhan penduduk, selain kelahiran dan kematian.

Seseorang dikatakan melakukan migrasi apabila ia melakukan pindah

tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen (untuk jangka waktu

minimal tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu atau pindah dari satu

unit geografis ke unit geografis lainnya. Unit geografis sering berarti unit

administratif pemerintahan baik berupa negara maupun bagian-bagian dari negara.

(45)

sebagai migran ada kemungkinan telah melakukan migrasi lebih dari satu kali

(Rusli, 1984).

Lee (1969) menyatakan bahwa migrasi adalah perubahan tempat tinggal

secara permanen dimana tidak ada pembatasan baik pada jarak maupun sifatnya

apakah terpaksa atau sukarela. Sedangkan menurut penelitian Suharso (1986)

dalam Mahfudhoh (2006) menyatakan bahwa migrasi merupakan suatu mobilitas

penduduk secara geometris dari suatu tempat atau lokasi geografis ke tempat atau

lokasi geografis lainnya melewati batas administrasi suatu daerah atau wilayah

dengan maksud untuk mempertahankan hidup dan atau memperbaiki kehidupan

baik untuk keluarga maupun diri sendiri.

Alatas dan Edy (1992) secara umum menyebutkan beberapa jenis migran

yaitu. Migran semasa hidup (life time migran), migran kembali, migran total dan migran risen. Migran semasa hidup adalah orang-orang yang pada saat

pencacahan tidak bertempat tinggal di tempat kelahirannya, sedangkan migran

kembali adalah orang yang kembali ke tempat kelahirannya setelah sebelumnya

pernah berpindah ke tempat lain. Migran total adalah orang yang pernah

bertempat tinggal di tempat lain (selain tempat kelahirannya), jadi dalam migrasi

total mencakup pengertian semasa hidup dan migran kembali, secara spesifik

jumlah migran total dikurangi migran kembali merupakan migran semasa hidup.

Migran risen adalah orang-orang yang akhir-akhir ini melakukan

perpindahan. Akhir-akhir ini dapat dilihat untuk satu tahun terakhir ini, atau lima

tahun terakhir ini dan sebagainya. Bila dilihat untuk lima tahun terakhir, maka

migran risen adalah mereka yang pada saat pencacahan tinggal di tempat yang

(46)

Secara umum ada dua jenis migrasi yaitu migrasi internal dan migrasi

internasional. Dalam hubungan dengan migrasi internal, seseorang melakukan

migrasi dikatakan sebagai migran masuk dilihat dari daerah tujuan dan sebagai migran keluar ditinjau dari daerah asal. Apabila di suatu daerah dalam wilayah suatu negara jumlah migrasi masuk lebih banyak dari migrasi keluar berarti

didaerah yang bersangkutan terdapat migrasi masuk neto. Sebaliknya migrasi

keluar neto bila didaerah tersebut jumlah migrasi keluar lebih banyak dari migrasi

masuk (Rusli, 1984).

Menurut Mantra (1983) menyatakan bahwa mobilitas penduduk meliputi

semua gerakan (movement) penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu pula. Untuk batas wilayah umumnya dipergunakan batas

administrasi misalnya propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan atau pedukuhan.

Selain itu menurut Mantra (1994) dalam Mahfudhoh (2006) menyatakan bahwa

mobilitas penduduk terbagi menjadi dua yaitu mobilitas penduduk vertikal dan

mobilitas penduduk horizontal atau geografis. Mobilitas penduduk vertikal adalah

perubahan status seseorang (aktivitas pekerjaannya) dari waktu ke waktu lain atau

pada waktu yang sama. Sedangkan mobilitas penduduk horizontal adalah gerak

penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dalam jangka waktu tertentu.

Bentuk-bentuk mobilitas penduduk horizontal dapat pula dibagi menjadi

dua, yaitu mobilitas permanen atau mobilitas nonpermanen. Mobilitas permanen

adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dengan maksud

untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas nonpermanen terbagi

menjadi dua yaitu sirkulasi dan komutasi. Mobilitas penduduk sirkulasi (migrasi

(47)

untuk bekerja lebih dari satu hari atau kurang dari satu tahun serta tidak ada niat

menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas penduduk komutasi adalah gerak

perpindahan penduduk melintasi batas-batas administratif suatu wilayah untuk

bekerja sedikitnya enam jam atau kurang dari satu hari serta kembali pada hari itu

juga dan tidak ada niat menginap di daerah tujuan.

2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi

Migrasi merupakan gejala umum yang terjadi terutama di

negara-negara berkembang seperti Indonesia. Selain disebabkan oleh pertambahan jumlah

pengangguran di daerah pedesaan, pertambahan jumlah penduduk dan tenaga

kerja yang semakin cepat dan semakin besar di sektor pertanian menimbulkan

pula satu masalah penting lainnya, yaitu masalah pengaliran penduduk yang

sangat berlebihan dari daerah-daerah pedesaan ke kota-kota besar.

Pada teori migrasi yang dikenal luas di negara berkembang yaitu teori

migrasi Todaro atau yang lebih dikenal dengan model Todaro (1983)

mengemukakan bahwa orang-orang melakukan migrasi pada umumnya

berdasarkan pertimbangan ekonomi yang rasional, dimana keputusan untuk

melakukan migrasi tergantung kepada perbedaan upah riel yang lebih besar yang

diharapkan antara desa dan kota serta peluang untuk memperoleh pekerjaan di

kota. Pendapatan yang diharapkan adalah fungsi dari upah yang ditawarkan dan

kemungkinan memperoleh pekerjaan dengan upah tertentu. Pada intinya teori ini

menganggap bahwa para migran akan membandingkan penghasilan yang

diharapkan di daerah tujuan dengan penghasilan di daerah asal. Mereka akan

melakukan migrasi bila penghasilan di daerah tujuan lebih besar daripada

(48)

Lee (1969) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan orang

mengambil keputusan untuk bermigrasi adalah : (1) faktor yang terdapat di tempat

asal; (2) faktor yang terdapat di daerah tujuan; (3) faktor penghambat (penghalang

antara); dan (4) faktor pribadi.

Pada setiap daerah terdapat faktor-faktor yang menarik untuk tinggal di

daerah tersebut ( faktor + ) dan terdapat juga faktor-faktor yang mendorong orang

untuk pindah dari daerah tersebut ( faktor - ). Disamping itu juga terdapat

faktor-faktor yang tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap penduduk di daerah

tersebut ( faktor 0 ). Apabila faktor negatif lebih banyak daripada faktor-faktor

yang lain maka akan mengakibatkan suatu tekanan bagi seseorang untuk pindah

dari daerah tersebut. Pergerakan penduduk pedesaan merupakan reaksi dari

tekanan tersebut, terutama tekanan ekonomi.

Faktor-faktor di atas tidak sama untuk semua orang, ada kemungkinan

faktor tersebut berpengaruh positif untuk seseorang tetapi terhadap orang lain

berpengaruh negatif atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Tetapi menurut

Lee lebih lanjut, dapat dilihat ada kelompok-kelompok orang yang reaksinya

hampir sama terhadap sejumlah faktor sejenis yang terdapat di tempat asal dan

tempat tujuan.

Sedangkan penghalang (faktor penghambat) antara menurut Lee, misalnya

jarak dan biaya transportasi yang dapat membatasi keinginan orang untuk

bermigrasi. Faktor pribadi yang dimaksud adalah pandangan (persepsi) terhadap

(49)

Selain itu Munir (1981) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan seseorang melakukan migrasi dibedakan menjadi dua kelompok

yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Adapun faktor pendorong antara lain:

1. Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas

barang-barang tertentu yang bahan bakunya masih sulit diperoleh seperti hasil

tambang, kayu dan bahan dari hasil pertanian.

2. Menyempitnya lapangan kerja di daerah asal (misalnya pedesaan) akibat

masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin.

3. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama dan suku di daerah

asal.

4. Tidak cocok lagi dengan adat, budaya dan kepercayaan di tempat asal

5. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa

mengembangkan karir pribadi.

6. Bencana alam misalnya banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau

panjang dan adanya wabah penyakit.

Sedangkan faktor penarik antara lain:

1. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki

lapangan pekerjaan yang cocok.

2. Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

3. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

4. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim,

perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.

(50)

6. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat

kebudayaan sebagai daya tarik orang-orang dari desa atau kota kecil.

Menurut hasil Studi Hugo (1978) menyatakan bahwa kemampuan kota

untuk menarik para migran untuk hidup di wilayahnya dikarenakan struktur

perekonomian kota terdiri dari dua sistem produksi yaitu sektor formal dan sektor

informal. Sektor formal bersifat padat modal dan berproduktivitas tinggi sehingga

membutuhkan pekerja yang mempunyai keahlian dan ketrampilan tinggi.

Sedangkan sektor informal bersifat padat karya, berproduktivitas rendah dengan

pekerja yang berkemampuan dan berketrampilan yang rendah pula.

Greenwood (1975) mengemukakan beberapa variabel/faktor yang

menentukan seseorang untuk bermigrasi, yaitu :

1. Jarak dan biaya langsung perpindahan. Migrasi akan menurun dengan semakin

jauhnya jarak, karena jarak dapat berfungsi sebagai pencerminan dari biaya

transportasi dan biaya perjalanan.

2. Pendapatan. Migran potensial akan memilih lokasi dimana nilai nyata dari

manfaat bersih yang diharapkan adalah terbesar, artinya bahwa seseorang akan

melakukan migrasi bila pendapatan bersih di daerah tujuan lebih besar

daripada di daerah asal.

3. Informasi. Informasi yang tersedia mengenai daerah alternatif memainkan

peranan penting dalam pengambilan keputusan dari kaum migran untuk

menentukan daerah tujuan. Umumnya orang akan cenderung menuju tempat

dimana ia telah mengetahui informasi mengenai daerah tersebut daripada

(51)

4. Karakteristik migran dan keputusan bermigrasi. Karakteristik yang

menentukan dalam keputusan melakukan migrasi adalah umur dan tingkat

pendidikan. Peluang melakukan migrasi pada angkatan kerja menurun seiring

dengan meningkatnya umur. Semakin tinggi pendidikan akan memperbesar

peluang seseorang melakukan migrasi, sebab dengan semakin tinggi

pendidikan maka informasi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan

peluang untuk mendapatkan pekerjaan juga besar.

Menurut Sjaastad (1961) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi migrasi adalah: (1) perbedaan pendapat atau upah antar daerah, (2)

biaya migrasi, baik biaya yang dapat diukur dengan uang seperti biaya

transportasi dan penginapan maupun biaya yang tidak dapat diukur dengan uang

seperti pendapatan yang hilang selama perjalanan, biaya korbanan karena rasa

enggan berpisah dengan keluarga, dan (3) pendapatan yang diperoleh di tempat

tujuan, baik pendapatan yang dapat diukur dengan uang maupun yang tidak dapat

diukur dengan uang.

Ananta (1993) mengemukakan bahwa beberapa penyebab migrasi, antara

lain: (1) keputusan pribadi calon migran, dan (2) keputusan pemerintah melalui

program transmigrasi. Hal tersebut berkaitan dengan peningkatan mutu modal

manusia melalui peningkatan pendidikan. Selain itu keputusan untuk bermigrasi

juga ditentukan oleh produktivitas, dalam hal ini upah yang diharapkan dari

daerah tujuan. Peningkatan mutu modal manusia (melalui pendidikan) merupakan

salah satu kunci peningkatan produktivitas. Mobilitas penduduk akan berpengaruh

(52)

manusia yang baik, dalam hal ini berupa pendidikan, kesehatan dan keamanan si

pekerja.

Naim (1979) menyatakan bahwa dari duabelas sukubangsa utama di

Indonesia yang terdiri dari Minangkabau, Batak, Banjar, Bugis, Manado, Ambon,

Jawa, Sunda, Madura, Bali, Aceh dan Melayu menunjukkan bahwa enam dari

sukubangsa yang disebutkan pertama memiliki intensitas migrasi yang relatif

tinggi dan enam sukubangsa yang disebutkan terakhir memiliki intensitas migrasi

yang rendah sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Intensitas Migrasi dari Duabelas Sukubangsa Utama di Indonesia

Persentase Migrasi Intensitas Migrasi Sukubangsa

1930 1961

Menurut Naim (1979) dalam penelitiannya mengenai pola migrasi suku

Minangkabau, bahwa sebab-sebab merantau orang Minangkabau (Padang) dapat

dilihat dari : (1) faktor ekologi dan lokasi, (2) faktor ekonomi dan demografi, (3)

(53)

sosial, (7) arus baru, dan (8) faktor-faktor sosial bagi migrasi diantara

masyarakat-masyarakat lainnya.

Tabel 4 menunjukkan hasil penelitian Naim (1979) mengenai faktor-faktor

migrasi, dimana tanda (+) menunjukkan faktor positif yang mendorong bagi

migrasi sedangkan tanda (-) menunjukkan faktor negatif yang menahan terjadinya

migrasi. Faktor-faktor dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) faktor fisik, yang

terdiri dari faktor ekologi, faktor geografi serta faktor demografi dan (2) faktor

sosial budaya, yang terdiri dari faktor pendidikan dan aspirasi yang lebih tinggi,

faktor daya tarik kota, faktor keresahan politik dan faktor pelembagaan sosial.

Tabel 4. Faktor-Faktor Migrasi dari Duabelas Suku Utama di Indonesia

Faktor-Faktor Migrasi

Fisik Sosial-budaya Jumlah

+

(54)

2. Geografi 6. Daya tarik kota

3. Demografi 7. Keresahan politik

4. Ekonomi 8. Pelembagaan sosial

2.4. Produktivitas Tenaga Kerja

2.4.1. Pengertian Produktivitas

Dewan Produktivitas Nasional merumuskan pengertian produktivitas yaitu

suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan

hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Secara

umum, produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang

dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (Ravianto, 1986).

Produktivitas dapat diartikan pula sebagai ukuran tingkat efisiensi dan

efekivitas sumberdaya yang digunakan selama produksi berlangsung dengan

membandingkan jumlah yang dihasilkan dengan setiap atau seluruh

sumber-sumber masukan yang digunakan. Efisiensi adalah penghematan penggunaan

sumber-sumber dalam kegiatan produksi atau organisasi. Efisiensi lebih terpusat

pada penggunaan masukan dalam proses produksi, oleh karena itu dikembangkan

alat ukur seperti “Cost-effectiveness”, yaitu dengan hanya melihat pada perbandingan faktor biaya. Efektivitas lebih tertuju pada pencapaian keluaran atau

target. Hasil kegiatan dengan menggunakan sumber-sumber tersebut harus

sebanyak mungkin dengan mutu sebaik mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa

pekerjaan telah dilakukan dengan efektivitas yang tinggi. Gabungan antara

efisiensi dan efektivitas membentuk pengertian produktivitas sebagai berikut

(55)

Efektivitas Pelaksanaan Tugas

Produktivitas = ...(1) Efisiensi Penggunaan Sumber-sumber

Masukan ke Proses

Efektivitas Menghasilkan Keluaran

Produktivitas = ...(2) Efisiensi Penggunaan Sumber-sumber Masukan

Pada dasarnya konsep produktivitas terbagi ke dalam dua tingkatan, yaitu

makro dan mikro. Konsep produktivitas di tingkat makro bertujuan dalam

pembangunan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat, sedangkan konsep

produktivitas di tingkat mikro mencakup produktivitas tingkat modal, produksi,

organisasi, penjualan dan produk yang bertujuan menghasilkan suatu

perkembangan atau pertumbuhan melalui kemampuan perusahaan untuk

meningkatkan laba (Sinungan, 1987).

Lingkup pengukuran produktivitas menurut Reksasudharma (1989) dalam

Tresnowati (2004) dibedakan atas empat tingkat yaitu :

1. Lingkup nasional atau tingkat ekonomi makro.

Dalam lingkup ini, faktor tenaga kerja, modal, sumberdaya alam, manajemen

dan input lainnya diperhitungkan dalam menghasilkan output untuk negara

secara keseluruhan.

2. Lingkup atau tingkat sektoral.

Lingkup ini hanya memperhitungkan faktor-faktor yang berkaitan dengan

suatu sektor misalnya sektor pertanian, industri dan jasa.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Unit Usaha Industri dan Dagang di Indonesia, 1998-2001
Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor Sepatu Indonesia, 2001-2005
Tabel 3. Intensitas Migrasi dari Duabelas Sukubangsa Utama di Indonesia
Tabel 4. Faktor-Faktor Migrasi dari Duabelas Suku Utama di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas Ekonomi Rumahtangga Pengusaha dan Pekerja Industri Kecil Tahu di Kelurahan Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan (Di bawah bimbingau

Hasil Analisis Regresi Faktor Sosial (Umur, Pendidikan Formal, Pengalaman Kerja) Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Tahu dengan software SPSS.16..