KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI
KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR
Oleh:
NUR AZMI AFIANTI A14301087
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
NUR AZMI AFIANTI. Keputusan Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur (Dibawah bimbingan BONAR M. SINAGA).
Migrasi desa-kota merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya pertumbuhan kota-kota di negara yang sedang berkembang, dimana dorongan utama untuk pindah dari desa ke kota adalah untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik. Hal ini ditunjang juga oleh semakin berkurangnya kesempatan kerja di desa disatu pihak dan pada pihak yang lain adanya kebijakan urban bias (kecenderungan untuk mengutamakan kota) yang berakibat pada semakin lebarnya jurang pendapatan antara kota dan desa. Namun kemampuan kota untuk menyerap para migran atau pendatang dari desa di sektor formal yang bersifat padat modal dan berproduktivitas tinggi sangatlah terbatas, sehingga mereka hanya terserap di sektor informal.
Industri kecil merupakan salah satu sektor informal adalah industri yang dapat dikembangkan saat ini. Karakteristik industri kecil adalah (1) sebagai sektor yang mampu memanfaatkan sumberdaya lokal, (2) tidak membutuhkan modal yang terlalu besar, (3) tidak hanya didasarkan pada kesempatan berinvestasi, tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan kesempatan kerja bagi diri sendiri maupun orang lain, (4) sifatnya yang padat karya dan tidak memerlukan pendidikan khusus serta (5) tidak memerlukan teknologi tinggi dalam kegiatan produksinya. Industri sepatu merupakan salah satu industri kecil yang mempunyai peluang dan prospek yang baik di pasaran. Hal ini dikarenakan sepatu merupakan salah satu produk non migas yang tidak hanya ditujukan untuk permintaan dalam negeri, tetapi juga dikembangkan untuk pasar ekspor. Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur merupakan salah satu lokasi yang menjadi daerah tujuan para migran yang sebagian besar adalah penduduk pendatang yang tinggal menetap maupun sementara, dimana pada kenyataannya ada kecenderungan di kota-kota besar seperti Jakarta justru sektor industri kecil khususnya industri kecil sepatu merupakan tumpuan harapan untuk sebagian besar pekerja migran dalam melakukan aktivitas ekonominya dalam memenuhi kebutuhan keluarga di daerah asal. Industri sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung saat ini mengalami penurunan permintaan secara drastis. Hal ini disebabkan oleh masuknya sepatu impor ke pasar lokal secara ilegal. Hal ini secara langsung mempengaruhi penurunan jumlah permintaan sepatu pada konsumen, sehingga banyak industri kecil sepatu mengalami penurunan jumlah produksi sepatu. Berkaitan dengan kondisi diatas, menyebabkan perlu adanya upaya peningkatan mutu tenaga kerja untuk lebih meningkatkan potensi industri kecil, mengingat industri sepatu merupakan industri yang bersifat padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja dan menggunakan teknologi sederhana.
yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.
Penelitian ini menggunakan data primer. Penelitian ini dilakukan di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Puo Gadung Jakarta Timur. Untuk menjawab tujuan pertama digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan metode tabulasi, untuk menjawab tujuan kedua digunakan model logit yang diduga dengan metode MLE (Maximum Likelihood Estimation), dan untuk menjawab tujuan ketiga digunakan model regresi linier berganda yang diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square).
Pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu sebagian besar berada pada usia produktif, namun usia pekerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Pekerja migran permanen memiliki pendidikan lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen, dimana pekerja migran permanen menempuh pendidikan sampai tingkat SMA sedangkan migran non permanen tidak sampai tamat SMP. Pengalaman kerja migran permanen di industri sepatu lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Jumlah tanggungan keluarga pekerja migran permanen lebih banyak daripada migran non permanen. Ketika memutuskan jenis migrasi, usia pekerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen, pengalaman kerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen dan pekerja migran permanen memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih banyak daripada migran non permanen. Alokasi waktu kerja migran permanen di industri sepatu lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Rata-rata alokasi waktu kerja pada industri kecil sepatu telah melebihi jam kerja normal (7 jam per hari). Pendapatan pekerja migran permanen lebih tinggi dan migran non permanen, dimana keduanya (pekerja migran permanen dan migran non permanen) memiliki pendapatan rata-rata diatas upah minimum yang ditetapkan Provinsi DKI Jakarta.
Tingkat pendidikan rata-rata pekerja migran non permanen relatif rendah yaitu masih berpendidikan SMP. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pekerja migran industri sepatu perlu diadakan peningkatan pendidikan keterampilan bagi para calon migran disamping juga meningkatkan pendidikan formal pekerja migran. Sehingga apabila pekerja memutuskan untuk mencari kerja didaerah tujuan, dengan peningkatan kualitas pendidikan diharapkan akan mendapatkan pekerjaan dan tidak menjadi pengangguran. Untuk meningkatkan daya tarik fasilitas perkotaan maka disarankan perlu adanya peningkatan fasilitas perkotaan seperti alat transportasi yang maju, sarana dan prasarana kerja yang mendukung, tempat hiburan, pusat perbelanjaan di daerah pedesaan (daerah asal pekerja migran) disamping juga meningkatkan kemampuan ekonomi penduduk pedesaan misalnya dengan menciptakan lapangan kerja baru di sektor non pertanian khususnya sektor industri kecil.
KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI
KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR
Oleh:
NUR AZMI AFIANTI A14301087
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR
Nama : Nur Azmi Afianti
NRP : A14301087
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA NIP. 130 517 561
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA
INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO
GADUNG JAKARTA TIMUR” BELUM PERNAH DIAJUKAN OLEH
PERGURUAN TINGGI MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR
AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI
INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITERBITKAN OLEH
PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN.
Bogor, Januari 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 20 September 1983 di Jakarta. Penulis
adalah anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Setyo Basuki (Alm) dan
Suhetry Sulaiman.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Klender 04 Pagi Jakarta
pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 27 Jakarta, dan lulus
pada tahun 1998. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMU
Negeri 59 Jakarta dan lulus pada tahun 2001.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2001 melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keputusan
Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan
Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur” yang merupakan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan
Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini membahas tentang karakteristik pekerja migran permanen dan
migran non permanen industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)
Pulo Gadung Jakarta Timur. Skripsi ini juga membahas faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan jenis migrasi dan tingkat produktivitas pekerja migran
permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat keterbatasan dan
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen pembimbing skripsi
yang memberikan saran dan kritik yang membangun selama proses
penyelesaian skripsi.
2. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen penguji utama atas segala saran dan
kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Bapak Adi Hadianto, SP selaku dosen penguji komisi pendidikan atas
berbagai perbaikan dalam penulisan skripsi ini.
4. Mama tercinta atas kasih sayang yang diberikan, doa, dukungan, serta bantuan
secara moral dan materil selama ini. Papa tercinta “yang telah tiada” atas
segala bimbinganmu tentang arti hidup, kemandirian dan kedewasaan. Penulis
selalu menyayangimu dan merindukanmu.
5. Adik-adikku Hilmi dan Novi serta keluarga besar ku tersayang (Pa’de, Bang
Ai, Teteh dan Mas Ipul, keluarga Tangah dan keluarga Ibu) atas
nasihat-nasihat, doa, dukungan dan bantuannya.
6. Sulaeman yang selalu sabar menghadapi dan mendengarkan setiap keluh
kesah penulis, atas dukungan, doa, perhatian, kesetiaan dan kasih sayang yang
KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI
KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR
Oleh:
NUR AZMI AFIANTI A14301087
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
NUR AZMI AFIANTI. Keputusan Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur (Dibawah bimbingan BONAR M. SINAGA).
Migrasi desa-kota merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya pertumbuhan kota-kota di negara yang sedang berkembang, dimana dorongan utama untuk pindah dari desa ke kota adalah untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik. Hal ini ditunjang juga oleh semakin berkurangnya kesempatan kerja di desa disatu pihak dan pada pihak yang lain adanya kebijakan urban bias (kecenderungan untuk mengutamakan kota) yang berakibat pada semakin lebarnya jurang pendapatan antara kota dan desa. Namun kemampuan kota untuk menyerap para migran atau pendatang dari desa di sektor formal yang bersifat padat modal dan berproduktivitas tinggi sangatlah terbatas, sehingga mereka hanya terserap di sektor informal.
Industri kecil merupakan salah satu sektor informal adalah industri yang dapat dikembangkan saat ini. Karakteristik industri kecil adalah (1) sebagai sektor yang mampu memanfaatkan sumberdaya lokal, (2) tidak membutuhkan modal yang terlalu besar, (3) tidak hanya didasarkan pada kesempatan berinvestasi, tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan kesempatan kerja bagi diri sendiri maupun orang lain, (4) sifatnya yang padat karya dan tidak memerlukan pendidikan khusus serta (5) tidak memerlukan teknologi tinggi dalam kegiatan produksinya. Industri sepatu merupakan salah satu industri kecil yang mempunyai peluang dan prospek yang baik di pasaran. Hal ini dikarenakan sepatu merupakan salah satu produk non migas yang tidak hanya ditujukan untuk permintaan dalam negeri, tetapi juga dikembangkan untuk pasar ekspor. Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur merupakan salah satu lokasi yang menjadi daerah tujuan para migran yang sebagian besar adalah penduduk pendatang yang tinggal menetap maupun sementara, dimana pada kenyataannya ada kecenderungan di kota-kota besar seperti Jakarta justru sektor industri kecil khususnya industri kecil sepatu merupakan tumpuan harapan untuk sebagian besar pekerja migran dalam melakukan aktivitas ekonominya dalam memenuhi kebutuhan keluarga di daerah asal. Industri sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung saat ini mengalami penurunan permintaan secara drastis. Hal ini disebabkan oleh masuknya sepatu impor ke pasar lokal secara ilegal. Hal ini secara langsung mempengaruhi penurunan jumlah permintaan sepatu pada konsumen, sehingga banyak industri kecil sepatu mengalami penurunan jumlah produksi sepatu. Berkaitan dengan kondisi diatas, menyebabkan perlu adanya upaya peningkatan mutu tenaga kerja untuk lebih meningkatkan potensi industri kecil, mengingat industri sepatu merupakan industri yang bersifat padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja dan menggunakan teknologi sederhana.
yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.
Penelitian ini menggunakan data primer. Penelitian ini dilakukan di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Puo Gadung Jakarta Timur. Untuk menjawab tujuan pertama digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan metode tabulasi, untuk menjawab tujuan kedua digunakan model logit yang diduga dengan metode MLE (Maximum Likelihood Estimation), dan untuk menjawab tujuan ketiga digunakan model regresi linier berganda yang diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square).
Pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu sebagian besar berada pada usia produktif, namun usia pekerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Pekerja migran permanen memiliki pendidikan lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen, dimana pekerja migran permanen menempuh pendidikan sampai tingkat SMA sedangkan migran non permanen tidak sampai tamat SMP. Pengalaman kerja migran permanen di industri sepatu lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Jumlah tanggungan keluarga pekerja migran permanen lebih banyak daripada migran non permanen. Ketika memutuskan jenis migrasi, usia pekerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen, pengalaman kerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen dan pekerja migran permanen memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih banyak daripada migran non permanen. Alokasi waktu kerja migran permanen di industri sepatu lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Rata-rata alokasi waktu kerja pada industri kecil sepatu telah melebihi jam kerja normal (7 jam per hari). Pendapatan pekerja migran permanen lebih tinggi dan migran non permanen, dimana keduanya (pekerja migran permanen dan migran non permanen) memiliki pendapatan rata-rata diatas upah minimum yang ditetapkan Provinsi DKI Jakarta.
Tingkat pendidikan rata-rata pekerja migran non permanen relatif rendah yaitu masih berpendidikan SMP. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pekerja migran industri sepatu perlu diadakan peningkatan pendidikan keterampilan bagi para calon migran disamping juga meningkatkan pendidikan formal pekerja migran. Sehingga apabila pekerja memutuskan untuk mencari kerja didaerah tujuan, dengan peningkatan kualitas pendidikan diharapkan akan mendapatkan pekerjaan dan tidak menjadi pengangguran. Untuk meningkatkan daya tarik fasilitas perkotaan maka disarankan perlu adanya peningkatan fasilitas perkotaan seperti alat transportasi yang maju, sarana dan prasarana kerja yang mendukung, tempat hiburan, pusat perbelanjaan di daerah pedesaan (daerah asal pekerja migran) disamping juga meningkatkan kemampuan ekonomi penduduk pedesaan misalnya dengan menciptakan lapangan kerja baru di sektor non pertanian khususnya sektor industri kecil.
KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI
KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR
Oleh:
NUR AZMI AFIANTI A14301087
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR
Nama : Nur Azmi Afianti
NRP : A14301087
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA NIP. 130 517 561
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA
INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO
GADUNG JAKARTA TIMUR” BELUM PERNAH DIAJUKAN OLEH
PERGURUAN TINGGI MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR
AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI
INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITERBITKAN OLEH
PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN.
Bogor, Januari 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 20 September 1983 di Jakarta. Penulis
adalah anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Setyo Basuki (Alm) dan
Suhetry Sulaiman.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Klender 04 Pagi Jakarta
pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 27 Jakarta, dan lulus
pada tahun 1998. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMU
Negeri 59 Jakarta dan lulus pada tahun 2001.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2001 melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keputusan
Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan
Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur” yang merupakan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan
Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini membahas tentang karakteristik pekerja migran permanen dan
migran non permanen industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)
Pulo Gadung Jakarta Timur. Skripsi ini juga membahas faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan jenis migrasi dan tingkat produktivitas pekerja migran
permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat keterbatasan dan
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen pembimbing skripsi
yang memberikan saran dan kritik yang membangun selama proses
penyelesaian skripsi.
2. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen penguji utama atas segala saran dan
kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Bapak Adi Hadianto, SP selaku dosen penguji komisi pendidikan atas
berbagai perbaikan dalam penulisan skripsi ini.
4. Mama tercinta atas kasih sayang yang diberikan, doa, dukungan, serta bantuan
secara moral dan materil selama ini. Papa tercinta “yang telah tiada” atas
segala bimbinganmu tentang arti hidup, kemandirian dan kedewasaan. Penulis
selalu menyayangimu dan merindukanmu.
5. Adik-adikku Hilmi dan Novi serta keluarga besar ku tersayang (Pa’de, Bang
Ai, Teteh dan Mas Ipul, keluarga Tangah dan keluarga Ibu) atas
nasihat-nasihat, doa, dukungan dan bantuannya.
6. Sulaeman yang selalu sabar menghadapi dan mendengarkan setiap keluh
kesah penulis, atas dukungan, doa, perhatian, kesetiaan dan kasih sayang yang
7. Seluruh warga Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung, staf
Koperasi Perkampungan Industri Kecil (KOPIK) dan BPLIP Pulo Gadung
yang telah banyak membantu dalam pengambilan data untuk penyelesaian
skripsi.
8. Willy dan Ocha atas dukungan, doa, canda, tawa, persahabatan dan perhatian
yang diberikan selama ini.
9. Teman-teman seperjuanganku Yari, Olivia, Yayan, Triana, Melia dan Silvi
serta teman-teman EPS 38 atas dorongan dan semangatnya. Tak terlupakan
untuk Runi atas pengorbanan, dukungan dan bantuannya dalam pengambilan
data, juga Tati atas bantuannya dalam persiapan seminar.
10. Mbak Ruby, Mbak Santi, Mbak Yani, Mbak Pini, Pak Basir, Pak Husein, Pak
Dayat dan Ibu Kokom atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………...……… v DAFTAR GAMBAR……...………...……….. viii
DAFTAR LAMPIRAN………. ix
I. PENDAHULUAN …………...……… 1
1.1. Latar Belakang ……...………... 1
1.2. Perumusan Masalah ……...……… 4
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian …...………... 7
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan …...………... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA …………...………... 10
2.1. Gambaran Industri Kecil ... 10
2.2. Pengertian dan Penggolongan Industri Kecil ... 11
2.2.1. Pengertian Industri Kecil ... 11
2.2.2. Penggolongan Industri Kecil ... 13
2.3. Migrasi dan Migran ……...………... 14
2.3.1. Pengertian Migrasi dan Migran ...…... 14
2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Bermigrasi ... 17
2.4. Produktivitas Tenaga Kerja ……...………... 24
2.4.1. Pengertian Produktivitas ……... 24
2.4.2. Produktivitas Tenaga Kerja ... 27
2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Tenaga Kerja ... 28
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu ...………….. 31
2.5.1. Migrasi ... 31
2.5.2. Produktivitas Tenaga Kerja ...……..………... 35
III. KERANGKA PEMIKIRAN………...……….. 39
3.1.1. Teori Migrasi……….. 39
3.1.2. Konsep Produktivitas Tenaga Kerja ……….…... 46
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 49
IV. METODE PENELITIAN…...………... 52
4.1. Waktu dan Tempat Penelitian………....………... 52
4.2. Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data ... 52
4.2.1. Metode Pengambilan Sampel ………... 52
4.2.2. Metode Pengumpulan Data …………...………... 53
4.3. Metode Analisis dan Pengolahan Data …...………...………... 53
4.4. Perumusan Model………. 54
4.4.1. Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja Migran Industri
Kecil Sepatu ... 54
4.4.1.1. Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja Migran Klasifikasi Pendidikan Tamat SMA ... 57
4.4.1.2. Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja Migran Klasifikasi Pendidikan Tidak Tamat SMA ... 58
4.4.2. Model Produktivitas Pekerja Migran Industri Kecil
Sepatu ………...………58
4.4.2.1. Model Produktivitas Pekerja Migran Industri
Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Permanen ... 59
4.4.2.2. Model Produktivitas Pekerja Migran Industri
Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Non Permanen ... 60
4.5. Evaluasi Model …...……… 61
4.6. Pendugaan Elastisitas ………... 63
4.7. Definisi Operasional ……….. 64
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ………..…………. 68
5.1. Lembaga Perkampungan Industri Kecil ……… 68
5.2. Tugas dan Tanggung Jawab PIK………... 70
5.3. Fasilitas Perkampungan Industri Kecil ……… 71
5.4. Keadaan Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil
Pulo Gadung Jakarta Timur ……….. 72
5.4.1. Bahan Mentah Pembuatan Sepatu……… 72
5.4.3. Proses Produksi Berdasarkan Pembagian Kerja di Industri
Sepatu ……….. 75
VI. KARAKTERISTIK PEKERJA MIGRAN INDUSTRI KECIL
SEPATU ... 78
6.1. Karakteristik Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu ... 78
6.2. Daya Tarik Fasilitas Perkotaan ... 85
6.3. Lama Migrasi dan Daerah Asal ... 85
6.4. Alokasi Waktu Kerja ... 87
6.5. Pendapatan ... 89
6.6. Produktivitas Pekerja ... 92
6.7. Alasan Melakukan Migrasi Permanen dan Non Permanen ... 93
VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI
KECIL SEPATU ... 96
7.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pekerja Migran
Industri Kecil Sepatu ... 96
7.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Pendidikan Tamat SMA ... 99
7.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Pendidikan Tidak
Tamat SMA ... 100
7.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja Industri
Kecil Sepatu ... 103
7.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja
Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Permanen ... 108
7.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja
Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Non Permanen ... 113
VIII.KESIMPULAN DAN SARAN ... 120
8.1. Kesimpulan ... 120
8.2. Saran ... 121
8.2.1. Saran Kebijakan ... 122
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jumlah Unit Usaha Industri dan Dagang di Indonesia,1998-2001 ... 2
2. Perkembangan Nilai Ekspor Sepatu Indonesia, 2001-2004 ... 3
3. Intensitas Migrasi dari Duabelas Sukubangsa Utama di Indonesia .... 22
4. Faktor-Faktor Migrasi dari Duabelas Suku Utama di Indonesia ... 23
5. Karakteristik Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK
Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 78
6. Kelompok Usia Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK
Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 80
7. Kelompok Usia Ketika Migrasi Pekerja Migran Industri Kecil
Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 81
8. Tingkat Pendidikan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK
Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 82
9. Pengalaman Kerja Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK
Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 82
10. Pengalaman Kerja Ketika Migrasi Pekerja Migran Industri Kecil
Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 83
11. Jumlah Tanggungan Keluarga Pekerja Migran Industri Kecil
Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 84
12. Jumlah Tanggungan Keluarga Ketika Migrasi Pekerja Migran
Industri Kecil Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007... 84
13. Daya Tarik Fasilitas Perkotaan Pekerja Migran Industri Kecil
Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 86
14. Lamanya Migrasi Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK
Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 87
15. Daerah Asal Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK
Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 88
16. Rata-rata Alokasi Waktu Kerja Pekerja Migran Industri Kecil
17. Alokasi Waktu Kerja Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK
Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 90
18. Rata-rata Pendapatan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK
Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 91
19. Pendapatan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK
Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 92
20. Tanggapan Pekerja Migran terhadap Pendapatan dari Industri Sepatu di PIK Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 93
21. Rata-rata Produktivitas Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di
PIK Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 93
22. Produktivitas Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK
Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 94
23. Alasan Melakukan Migrasi Permanen di PIK Pulo Gadung ... 95
24. Alasan Melakukan Migrasi Non Permanen di PIK Pulo Gadung ... 96
25. Jumlah Responden Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK
Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 96
26. Hasil Dugaan Parameter Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja
Migran Industri Kecil Sepatu ... 97
27. Hasil Dugaan Parameter Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja
Migran Klasifikasi Pendidikan Tamat SMA ... 100
28. Hasil Dugaan Parameter Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja
Migran Klasifikasi Pendidikan Tidak Tamat SMA ... 101
29. Hasil Dugaan Parameter Model Produktivitas Pekerja Migran
Industri Kecil Sepatu ... 104
30. Matriks Korelasi Antar Peubah-Peubah Bebas (rij) pada Model
Produktivitas Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu ... 104
31. Hasil Dugaan Parameter Dugaan Model Produktivitas Pekerja
Klasifikasi Migran Permanen ... 110
32. Matriks Korelasi Antar Peubah-Peubah Bebas (rij) pada Model Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran
33. Hasil Dugaan Parameter Dugaan Model Produktivitas Pekerja
Klasifikasi Migran Non Permanen ... 115
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu ... 129
2. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Pendidikan
Tamat SMA ... 132
3. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Pendidikan
Tidak Tamat SMA ... 133
4. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran
Permanen ... 135
5. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran
Non Permanen ... 137
6. Output Komputer Pendugaan Model Keputusan Jenis Migrasi dan
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagian besar penduduk Indonesia berdiam di pedesaan dan bekerja pada
sektor pertanian. Dengan meningkatnya jumlah penduduk di pedesaan sedangkan
luas lahan pertanian tidak bertambah mengakibatkan banyak penduduk di
pedesaan yang kehilangan atau tidak mempunyai lahan pertanian lagi. Oleh
karena pekerjaan di sektor non pertanian tidak cukup tersedia di pedesaan maka
masyarakat pedesaan mencurahkan perhatiannya ke kota sehingga menyebabkan
terjadinya migrasi desa-kota.
Migrasi desa-kota merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya
pertumbuhan kota-kota di negara yang sedang berkembang, dimana dorongan
utama untuk pindah dari desa ke kota adalah untuk memperoleh penghasilan yang
lebih baik dimana orang-orang desa yang miskin didorong pindah ke kota karena kemandekan atau berkurangnya kesempatan kerja di desa dan pada saat yang
sama tertarik oleh harapan untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik yang dapat memberikan penghasilan lebih tinggi. Selain itu kebijakan urban bias
(kecenderungan untuk mengutamakan kota) akan memperlebar jurang pendapatan
antara kota dan desa, dimana keadaan ini mendorong tetap berlangsungnya tingkat
migrasi yang tinggi untuk mencari pekerjaan di sektor modern walaupun sulit
(atau tidak mungkin) dimasuki (Todaro dan Stilkind, 1985 dalam Atika, 1999).
Namun kemampuan kota untuk menyerap para migran atau pendatang dari
pedesaan ini di sektor formal yang bersifat padat modal dan berproduktivitas
bersifat padat karya dengan produktivitas yang relatif rendah yaitu
mempergunakan pekerja yang berketrampilan dan berkemampuan yang rendah
pula.
Industri kecil merupakan salah satu sektor informal merupakan industri
yang dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi yang terjadi saat ini. Hal ini
disebabkan pada industri kecil memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) sebagai
sektor yang mampu memanfaatkan sumberdaya lokal, (2) tidak membutuhkan
modal yang terlalu besar, dan (3) tidak hanya didasarkan pada kesempatan
berinvestasi, tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan
kesempatan kerja bagi diri sendiri maupun orang lain. Karakteristik industri kecil
lainnya adalah sifatnya yang padat karya dan tidak memerlukan pendidikan
khusus serta tidak memerlukan teknologi tinggi dalam kegiatan produksinya.
Tabel 1. Jumlah Unit Usaha Industri dan Dagang di Indonesia, 1998-2001
Unit Usaha (ribu unit)
Uraian 1998 1999 2000 2001
Pertumbuhan
(%)
Industri 2 115.03 2 536.89 2 725.38 2 886.58 11.10
- Industri Kecil &Mikro 2 104.86 2 526.16 2 713.86 2 874.38 11.12
- Industri Menengah 9.54 10.06 10.81 11.44 6.24
- Industri besar 0.63 0.67 0.71 0.76 6.45
Dagang 8 347.85 8 710.48 9 236.51 9 698.67 5.13
- Dagang Kecil &Mikro 8 325.35 8 688.21 9 212.90 9 673.87 5.13
- Dagang Menengah 22.08 21.85 23.17 24.33 3.34
- Dagang Besar 0.42 0.42 0.44 0.47 3.86
Total Indag 10 462.88 11 247.37 11 961.89 12 585.25 6.35
Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2002.
Menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan diperoleh bahwa
pada periode 1998-2001 jumlah industri kecil meningkat dengan laju
jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) mencapai 2 885 827 unit usaha atau 99.9
persen dari seluruh jumlah industri di Indonesia yang mencapai 2 886 583 unit
usaha, dimana jumlah dari keseluruhan industri tersebut, sebanyak 2 874 383 unit
tergolong industri Kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan industri
kecil sebagai bagian dari sektor informal di masyarakat mempunyai pengaruh
yang baik bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam
peningkatan jumlah unit usaha.
Menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Penataan Data
Statistik Industri dan Dagang Kecil Menengah - IDKM) tahun 2002, juga
diketahui bahwa diantara sektor ekonomi lainnya usaha sektor industri kecil dan
kerajinan rumah tangga merupakan sektor yang terbesar kedua setelah sektor
perdagangan dengan kontribusi jumlah usaha sebesar 15.58 persen pada tahun
1998, kemudian meningkat menjadi 17.32 persen pada tahun 1999, dan meningkat
kembali hingga menjadi 17.35 persen pada tahun 2000.
Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor Sepatu Indonesia, 2001-2005
Tahun Nilai Ekspor (US $ Milyar)
2001 1.50 2002 1.15 2003 1.18 2004 1.32 2005 1.50 Sumber : Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2005
Industri sepatu merupakan salah satu industri kecil yang mempunyai
peluang dan prospek yang baik di pasaran. Hal ini dikarenakan sepatu merupakan salah satu produk non migas yang tidak hanya ditujukan untuk permintaan dalam
dilihat bahwa setiap tahunnya nilai ekspor sepatu Indonesia mengalami fluktuasi
perkembangan. Meskipun pada tahun 2002 nilai ekspor sepatu Indonesia
mengalami penurunan, namun pada tahun 2003 hingga 2005 nilai ekspor sepatu
mengalami peningkatan kembali.
Penelitian ini diarahkan pada pekerja industri kecil sepatu di
Perkampungan Industri kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur, dimana pada
kenyataannya ada kecenderungan di kota-kota besar seperti Jakarta justru sektor
industri kecil khususnya industri sepatu merupakan tumpuan harapan untuk
kebanyakan para pekerja migran dalam melakukan aktivitas ekonominya dalam
memenuhi kebutuhan keluarga didaerah asal. Didukung pula bahwa industri kecil
sepatu adalah salah satu industri di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo
Gadung, dimana wilayah tersebut merupakan salah satu sentra bisnis andalan
terbesar di DKI Jakarta.
1.2. Perumusan Masalah
Setiap individu mempunyai kebutuhan ekonomi, sosial maupun psikologi.
Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka akan
menimbulkan tekanan bagi individu tersebut. Jika tekanan tersebut masih dalam
batas kemampuan individu, maka ia tidak akan pindah tempat untuk
menyesuaikan diri ke tempat lain dalam memenuhi kebutuhannya. Namun jika
tekanan tersebut menjadi besar dan lingkungan disekitarnya tidak dapat membantu
dalam memenuhi kebutuhannya, maka seorang individu akan cenderung untuk
pindah ke tempat lain yang lebih baik. Seseorang berpindah tempat berarti dia
mengorbankan pendapatan yang seyogyanya dapat diterima di daerah asal dengan
karena pada dasarnya seseorang mau atau berusaha untuk pindah kerja dari satu
tempat ke tempat lain untuk memperoleh penghasilan yang besar.
Namun adanya ikatan kekerabatan antar keluarga yang kuat di sebagian
masyarakat seringkali mempengaruhi proses keputusan migrasi penduduk.
Sehingga, migran dapat dengan arif memutuskan pada jenis mana mereka memilih
jenis migrasi yang optimal yang dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.
Dengan kata lain perpindahan penduduk (migrasi) dari daerah asal ke daerah lain
dengan niat menetap (permanen) atau sementara (non permanen) di daerah tujuan
dalam kurun waktu yang singkat maupun lama, merupakan alternatif individu
untuk memenuhi kebutuhannya. Atas dasar dua pertimbangan tersebut akan
menentukan migran dalam memilih jenis migrasi yaitu migrasi permanen atau non
permanen.
Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur
merupakan salah satu lokasi yang menjadi daerah tujuan para migran yang
sebagian besar adalah penduduk pendatang yang tinggal menetap maupun
sementara, dimana mereka memiliki harapan agar dapat memperbaiki taraf hidup
perekonomian keluarga. Namun, kenyataannya tenaga kerja yang dibutuhkan
tidak sesuai dengan karakteristik, latar belakang pendidikan dan keterampilan
yang tersedia.
Industri kecil merupakan salah satu sektor informal yang bersifat padat
karya merupakan alternatif yang baik guna mengatasi masalah ketenagakerjaan.
Dikaitkan dengan keberadaan industri kecil pada saat ini, industri sepatu
diharapkan dapat menjadi alternatif dalam peningkatan pendapatan bagi sebagian
manusia yang terbatas, baik dalam hal pengolahan maupun pengelolaan
sumberdaya alam dan hasilnya. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa industri
kecil sepatu saat ini mengalami penurunan permintaan secara drastis.
Hal ini disebabkan oleh masuknya sepatu impor asal Cina, Vietnam dan
Thailand ke pasar lokal secara ilegal. Dalam harian umum Kompas tanggal 9
Desember 2004 dinyatakan bahwa produk impor itu diperkirakan telah menguasai
lebih dari 50 persen pasar di dalam negeri. Adanya kondisi ini dikhawatirkan tidak
hanya merugikan industri sepatu berskala besar tetapi dapat merugikan industri
berskala kecil yang mengandalkan pasar lokal. Hal ini mengakibatkan penurunan
jumlah permintaan sepatu, sehingga banyak industri berskala kecil mengalami
penurunan jumlah produksi sepatu atau menutup usahanya. Didukung pula bahwa
industri kecil sepatu merupakan salah satu sektor yang bersifat padat karya yang
banyak menyerap tenaga kerja. Sehingga hal ini secara langsung mempengaruhi
penurunan jumlah tenaga kerja pada industri kecil sepatu yang tidak mampu
bertahan.
Berkaitan dengan kondisi tersebut menyebabkan perlu upaya peningkatan
mutu tenaga kerja untuk lebih meningkatkan potensi industri kecil mengingat
industri kecil sepatu merupakan industri yang bersifat padat karya dan
menggunakan teknologi sederhana.
Berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik pekerja migran permanen dan migran non permanen
industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi pekerja migran
permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu?
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja migran
permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan dengan perumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik migran permanen dan migran non permanen industri
kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta
Timur.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi
pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja
migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan jenis migrasi dan faktor-faktor
yang mempengaruhi produktivitas pekerja pada pekerja migran industri kecil
sepatu. Informasi ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah dalam
meningkatkan taraf hidup pekerja migran permanen dan pekerja migran
nonpermanen khususnya pekerja industri kecil sepatu. Selain itu penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan
dalam meningkatkan peranan industri kecil khususnya industri sepatu dalam hal
dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelangsungan kegiatan
produksi pada industri kecil tersebut.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan jenis migrasi dan produktivitas pekerja migran permanen dan non
permanen industri kecil sepatu di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK)
Pulo Gadung Jakarta Timur. Untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan jenis migrasi, penelitian lebih diarahkan untuk
menganalisis alasan keputusan pekerja ketika memilih jenis migrasi yaitu migrasi
permanen dan non permanen dilihat dari faktor usia, pendidikan, pengalaman
pekerja, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dari industri, daya tarik fasilitas
perkotaan dan alokasi waktu kerja. Sedangkan untuk faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas pekerja, penelitian lebih diarahkan untuk
menganalisis faktor usia, pendidikan, pengalaman kerja, jumlah tanggungan
keluarga, pendapatan dari industri sepatu, pendapatan diluar industri sepatu,
alokasi waktu kerja dan jenis migran.
Dengan keterbatasan data dan waktu, maka penelitian ini dibatasi pada
pembahasan pekerja migran yang berasal dari luar wilayah kota Jakarta yang
secara langsung melakukan migrasi permanen dan non permanen dan bekerja di
industri kecil sepatu yaitu bagian bengkel produksi sepatu di Perkampungan
Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung. Keterbatasan lainnya adalah faktor biaya
transportasi yang tidak digunakan sebagai peubah bebas, dikarenakan kurangnya
Pengukuran terhadap produktivitas pekerja dalam penelitian ini dilakukan
secara fisik (physical productivity), sehingga output yang dihasilkan berupa jumlah pasang sepatu yang dapat dibuat pekerja, sedangkan inputnya adalah
jumlah jam kerja (dalam seminggu) yang dicurahkan untuk melakukan proses
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Industri Kecil
Industrialisasi dalam suatu tahap pembangunan dianggap sebagai suatu
simbol kemajuan dan kesuksesan pembangunan di suatu negara. Selain itu
industrialisasi dianggap sebagai kunci yang dapat membawa masyarakat ke arah
kemakmuran dan dapat mengatasi masalah kesempatan kerja yang semakin
terbatas pada sektor non pertanian. Implikasi lain yang menyatakan bahwa sektor
industri sangat penting untuk dikembangkan adalah karena penanaman modal
yang dinilai sangat menguntungkan dibandingkan dengan sektor pertanian yang
lebih lambat pertumbuhannya. Demikian pula dengan keberadaan industri kecil di
suatu negara khususnya negara berkembang, industri kecil memberikan peranan
lebih besar terutama yang berkaitan dengan masalah ekonomi dan sosial dalam
masyarakat terutama masyarakat pedesaan.
Peranan industri kecil di Indonesia cukup strategis, dimana selain sebagai
penyerap tenaga kerja tenaga kerja yang tinggi, sebagai penghasil devisa dan
dapat meningkatkan pendapatan, industri kecil dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di sekitar industri. Namun permasalahan di Indonesia adalah adanya
pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi dibandingkan dengan negara
berkembang lainnya. Sehingga mengakibatkan laju pertumbuhan tenaga kerja
tidak seimbang dengan pertumbuhan lapangan kerja.
Perekonomian pada sektor industri kecil relatif lebih dapat mandiri. Hal ini
ditandai dengan pertumbuhan pada sektor industri kecil secara langsung yang
dalam sektor industri kecil diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional
dan memperbaiki distribusi pendapatan. Bila di sektor formal kurangnya
permintaan dapat menyebabkan kelesuan perekonomian, sebaliknya pada sektor
informal khususnya industri kecil justru permintaan semakin meningkat. Hal ini
disebabkan produksi barang dan jasa yang dihasilkan pada sektor ini merupakan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Potensi industri kecil dalam perekonomian nasional yang demikian besar
dan memiliki posisi yang strategis harus diupayakan agar semakin efisien, efektif
dan memiliki daya saing tinggi. Hal ini dilakukan agar dapat memasuki era pasar
global dan semakin berperan untuk mempercepat tercapainya kemakmuran
masyarakat Indonesia dalam rangka mengentaskan kemiskinan serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional (Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, 1999).
2.2. Pengertian dan Penggolongan Industri Kecil
2.2.1. Pengertian Industri Kecil
Dalam struktur perindustrian dikenal adanya tiga sub sektor, yaitu industri
kecil, industri sedang dan industri besar. Perbedaan antara ketiga sub sektor
industri tersebut didasarkan atas besar kecilnya modal yang digunakan, jumlah
tenaga kerja yang dipakai, pengelolaan perusahaan, teknologi dan jenis produk
yang dihasilkan. Penggolongan industri kecil tidak hanya dilihat dari faktor-faktor
di atas tetapi juga dapat dilihat dari faktor lain.
Industri kecil menurut Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No.254/MPP/Kep7/1997, tentang kriteria industri kecil dan
investasi sampai dengan 200 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan.
Pengertian industri kecil menurut BPS (1993) adalah usaha rumah tangga yang
melakukan kegiatan mengelola barang dasar menjadi barang jadi atau setengah
jadi, setengah jadi menjadi barang jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi
barang yang nilainya lebih tinggi dengan maksud untuk dijual, dengan jumlah
pekerja paling sedikit lima orang dan paling banyak sembilan belas orang
termasuk pengusaha (Miharja, 2002).
Bank Indonesia yang dikutip Departemen Perindustrian dan Perdagangan
(1998) memberikan definisi industri kecil dalam kaitannya dengan SK Direksi
Bank Indonesia No.22/81/Kep/DR tanggal 30 Januari 1990 adalah usaha yang
mempunyai total aset maksimum 600 juta rupiah tidak termasuk nilai rumah dan
tanah yang ditempati. Menurut Kamar Dagang dan Industri pada tahun 1998
dikutip Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1998), industri kecil
didefinisikan sebagai industri yang mempunyai tenaga kerja maksimum 300
karyawan dan perputaran modalnya 1 milyar rupiah, kemudian syarat lainnya
adalah modal aktifnya maksimum 250 juta rupiah (Miharja, 2002).
Departemen Perindustrian dan Perdagangan menyempurnakan batasan
industri melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI
Nomor 589/ MPP/ kep/ 10/ 1999, tanggal 13 Oktober 1999 yang menyatakan
bahwa industri kecil merupakan suatu industri dengan nilai kekayaan perusahaan
seluruhnya tidak lebih dari 1 milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha (Sitanggang, 2002).
Sedangkan berdasarkan Direktorat Jenderal Industri Kecil (1999) adapun
1. Jumlahnya besar dan tersebar di seluruh pelosok tanah air.
2. Mencakup bagian terbesar dari kelompok masyarakat golongan ekonomi
lemah.
3. Mampu mendorong proses pemerataan dan penanggulangan kemiskinan
karena mudah diakses oleh rakyat kecil dan masyarakat yang tergolong
miskin.
4. Mampu menggali dan memanfaatkan keunggulan komparatif dan ketersediaan
tenaga kerja dan sumberdaya alam.
5. Dapat hidup walau dengan modal yang sangat terbatas.
2.2.2. Penggolongan Industri Kecil
Penggolongan industri kecil menurut Departemen Perindustrian dan
Perdagangan (1999) adalah sebagai berikut:
1. Industri kecil pangan, yang meliputi kerupuk emping, makanan ringan dan
lain-lain.
2. Industri kecil kimia, agro non pangan dan hasil hutan, yang meliputi industri
minyak atsiri, industri vulkanisir ban, industri kayu, industri komponen karet
dan lain-lain.
3. Industri kecil logam, mesin dan elektronik, yang meliputi industri pengelolaan
logam, industri komponen dan suku cadang.
4. Industri kecil sandang, kulit dan aneka, meliputi konveksi/pakaian jadi, tenun
adat, tenun ikat, bordir serta industri barang dan kulit.
5. Industri kerajinan dan umum, meliputi industri anyam-anyaman, industri
Penggolongan perusahaan/usaha industri pengolahan di Indonesia dibagi
dalam empat kategori berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu
perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun
kekuatan mesin yang digunakan sebagai berikut (BPS, 1999):
1. Industri kerajinan rumah tangga adalah perusahaan/usaha industri pengolahan
yang mempunyai pekerja antara 1-4 orang.
2. Industri kecil adalah perusahaan/usaha industri pengolahan yang mempunyai
pekerja antara 5-19 orang.
3. Industri menengah adalah perusahaan/usaha industri pengolahan yang
mempunyai pekerja antara 20-99 orang.
4. Industri besar adalah perusahaan/usaha industri pengolahan yang mempunyai
pekerja 100 orang atau lebih.
2.3. Migrasi dan Migran
2.3.1. Pengertian Migrasi dan Migran
Migrasi adalah suatu bentuk gerak penduduk, spasial atau teritorial antara
unit-unit geografis yang melibatkan perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat
asal ke tempat tujuan. Migrasi merupakan salah satu dari ketiga faktor dasar yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk, selain kelahiran dan kematian.
Seseorang dikatakan melakukan migrasi apabila ia melakukan pindah
tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen (untuk jangka waktu
minimal tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu atau pindah dari satu
unit geografis ke unit geografis lainnya. Unit geografis sering berarti unit
administratif pemerintahan baik berupa negara maupun bagian-bagian dari negara.
sebagai migran ada kemungkinan telah melakukan migrasi lebih dari satu kali
(Rusli, 1984).
Lee (1969) menyatakan bahwa migrasi adalah perubahan tempat tinggal
secara permanen dimana tidak ada pembatasan baik pada jarak maupun sifatnya
apakah terpaksa atau sukarela. Sedangkan menurut penelitian Suharso (1986)
dalam Mahfudhoh (2006) menyatakan bahwa migrasi merupakan suatu mobilitas
penduduk secara geometris dari suatu tempat atau lokasi geografis ke tempat atau
lokasi geografis lainnya melewati batas administrasi suatu daerah atau wilayah
dengan maksud untuk mempertahankan hidup dan atau memperbaiki kehidupan
baik untuk keluarga maupun diri sendiri.
Alatas dan Edy (1992) secara umum menyebutkan beberapa jenis migran
yaitu. Migran semasa hidup (life time migran), migran kembali, migran total dan migran risen. Migran semasa hidup adalah orang-orang yang pada saat
pencacahan tidak bertempat tinggal di tempat kelahirannya, sedangkan migran
kembali adalah orang yang kembali ke tempat kelahirannya setelah sebelumnya
pernah berpindah ke tempat lain. Migran total adalah orang yang pernah
bertempat tinggal di tempat lain (selain tempat kelahirannya), jadi dalam migrasi
total mencakup pengertian semasa hidup dan migran kembali, secara spesifik
jumlah migran total dikurangi migran kembali merupakan migran semasa hidup.
Migran risen adalah orang-orang yang akhir-akhir ini melakukan
perpindahan. Akhir-akhir ini dapat dilihat untuk satu tahun terakhir ini, atau lima
tahun terakhir ini dan sebagainya. Bila dilihat untuk lima tahun terakhir, maka
migran risen adalah mereka yang pada saat pencacahan tinggal di tempat yang
Secara umum ada dua jenis migrasi yaitu migrasi internal dan migrasi
internasional. Dalam hubungan dengan migrasi internal, seseorang melakukan
migrasi dikatakan sebagai migran masuk dilihat dari daerah tujuan dan sebagai migran keluar ditinjau dari daerah asal. Apabila di suatu daerah dalam wilayah suatu negara jumlah migrasi masuk lebih banyak dari migrasi keluar berarti
didaerah yang bersangkutan terdapat migrasi masuk neto. Sebaliknya migrasi
keluar neto bila didaerah tersebut jumlah migrasi keluar lebih banyak dari migrasi
masuk (Rusli, 1984).
Menurut Mantra (1983) menyatakan bahwa mobilitas penduduk meliputi
semua gerakan (movement) penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu pula. Untuk batas wilayah umumnya dipergunakan batas
administrasi misalnya propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan atau pedukuhan.
Selain itu menurut Mantra (1994) dalam Mahfudhoh (2006) menyatakan bahwa
mobilitas penduduk terbagi menjadi dua yaitu mobilitas penduduk vertikal dan
mobilitas penduduk horizontal atau geografis. Mobilitas penduduk vertikal adalah
perubahan status seseorang (aktivitas pekerjaannya) dari waktu ke waktu lain atau
pada waktu yang sama. Sedangkan mobilitas penduduk horizontal adalah gerak
penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dalam jangka waktu tertentu.
Bentuk-bentuk mobilitas penduduk horizontal dapat pula dibagi menjadi
dua, yaitu mobilitas permanen atau mobilitas nonpermanen. Mobilitas permanen
adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dengan maksud
untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas nonpermanen terbagi
menjadi dua yaitu sirkulasi dan komutasi. Mobilitas penduduk sirkulasi (migrasi
untuk bekerja lebih dari satu hari atau kurang dari satu tahun serta tidak ada niat
menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas penduduk komutasi adalah gerak
perpindahan penduduk melintasi batas-batas administratif suatu wilayah untuk
bekerja sedikitnya enam jam atau kurang dari satu hari serta kembali pada hari itu
juga dan tidak ada niat menginap di daerah tujuan.
2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi
Migrasi merupakan gejala umum yang terjadi terutama di
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Selain disebabkan oleh pertambahan jumlah
pengangguran di daerah pedesaan, pertambahan jumlah penduduk dan tenaga
kerja yang semakin cepat dan semakin besar di sektor pertanian menimbulkan
pula satu masalah penting lainnya, yaitu masalah pengaliran penduduk yang
sangat berlebihan dari daerah-daerah pedesaan ke kota-kota besar.
Pada teori migrasi yang dikenal luas di negara berkembang yaitu teori
migrasi Todaro atau yang lebih dikenal dengan model Todaro (1983)
mengemukakan bahwa orang-orang melakukan migrasi pada umumnya
berdasarkan pertimbangan ekonomi yang rasional, dimana keputusan untuk
melakukan migrasi tergantung kepada perbedaan upah riel yang lebih besar yang
diharapkan antara desa dan kota serta peluang untuk memperoleh pekerjaan di
kota. Pendapatan yang diharapkan adalah fungsi dari upah yang ditawarkan dan
kemungkinan memperoleh pekerjaan dengan upah tertentu. Pada intinya teori ini
menganggap bahwa para migran akan membandingkan penghasilan yang
diharapkan di daerah tujuan dengan penghasilan di daerah asal. Mereka akan
melakukan migrasi bila penghasilan di daerah tujuan lebih besar daripada
Lee (1969) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan orang
mengambil keputusan untuk bermigrasi adalah : (1) faktor yang terdapat di tempat
asal; (2) faktor yang terdapat di daerah tujuan; (3) faktor penghambat (penghalang
antara); dan (4) faktor pribadi.
Pada setiap daerah terdapat faktor-faktor yang menarik untuk tinggal di
daerah tersebut ( faktor + ) dan terdapat juga faktor-faktor yang mendorong orang
untuk pindah dari daerah tersebut ( faktor - ). Disamping itu juga terdapat
faktor-faktor yang tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap penduduk di daerah
tersebut ( faktor 0 ). Apabila faktor negatif lebih banyak daripada faktor-faktor
yang lain maka akan mengakibatkan suatu tekanan bagi seseorang untuk pindah
dari daerah tersebut. Pergerakan penduduk pedesaan merupakan reaksi dari
tekanan tersebut, terutama tekanan ekonomi.
Faktor-faktor di atas tidak sama untuk semua orang, ada kemungkinan
faktor tersebut berpengaruh positif untuk seseorang tetapi terhadap orang lain
berpengaruh negatif atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Tetapi menurut
Lee lebih lanjut, dapat dilihat ada kelompok-kelompok orang yang reaksinya
hampir sama terhadap sejumlah faktor sejenis yang terdapat di tempat asal dan
tempat tujuan.
Sedangkan penghalang (faktor penghambat) antara menurut Lee, misalnya
jarak dan biaya transportasi yang dapat membatasi keinginan orang untuk
bermigrasi. Faktor pribadi yang dimaksud adalah pandangan (persepsi) terhadap
Selain itu Munir (1981) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang melakukan migrasi dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Adapun faktor pendorong antara lain:
1. Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas
barang-barang tertentu yang bahan bakunya masih sulit diperoleh seperti hasil
tambang, kayu dan bahan dari hasil pertanian.
2. Menyempitnya lapangan kerja di daerah asal (misalnya pedesaan) akibat
masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin.
3. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama dan suku di daerah
asal.
4. Tidak cocok lagi dengan adat, budaya dan kepercayaan di tempat asal
5. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa
mengembangkan karir pribadi.
6. Bencana alam misalnya banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau
panjang dan adanya wabah penyakit.
Sedangkan faktor penarik antara lain:
1. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki
lapangan pekerjaan yang cocok.
2. Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
3. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.
4. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim,
perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.
6. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan sebagai daya tarik orang-orang dari desa atau kota kecil.
Menurut hasil Studi Hugo (1978) menyatakan bahwa kemampuan kota
untuk menarik para migran untuk hidup di wilayahnya dikarenakan struktur
perekonomian kota terdiri dari dua sistem produksi yaitu sektor formal dan sektor
informal. Sektor formal bersifat padat modal dan berproduktivitas tinggi sehingga
membutuhkan pekerja yang mempunyai keahlian dan ketrampilan tinggi.
Sedangkan sektor informal bersifat padat karya, berproduktivitas rendah dengan
pekerja yang berkemampuan dan berketrampilan yang rendah pula.
Greenwood (1975) mengemukakan beberapa variabel/faktor yang
menentukan seseorang untuk bermigrasi, yaitu :
1. Jarak dan biaya langsung perpindahan. Migrasi akan menurun dengan semakin
jauhnya jarak, karena jarak dapat berfungsi sebagai pencerminan dari biaya
transportasi dan biaya perjalanan.
2. Pendapatan. Migran potensial akan memilih lokasi dimana nilai nyata dari
manfaat bersih yang diharapkan adalah terbesar, artinya bahwa seseorang akan
melakukan migrasi bila pendapatan bersih di daerah tujuan lebih besar
daripada di daerah asal.
3. Informasi. Informasi yang tersedia mengenai daerah alternatif memainkan
peranan penting dalam pengambilan keputusan dari kaum migran untuk
menentukan daerah tujuan. Umumnya orang akan cenderung menuju tempat
dimana ia telah mengetahui informasi mengenai daerah tersebut daripada
4. Karakteristik migran dan keputusan bermigrasi. Karakteristik yang
menentukan dalam keputusan melakukan migrasi adalah umur dan tingkat
pendidikan. Peluang melakukan migrasi pada angkatan kerja menurun seiring
dengan meningkatnya umur. Semakin tinggi pendidikan akan memperbesar
peluang seseorang melakukan migrasi, sebab dengan semakin tinggi
pendidikan maka informasi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan
peluang untuk mendapatkan pekerjaan juga besar.
Menurut Sjaastad (1961) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi migrasi adalah: (1) perbedaan pendapat atau upah antar daerah, (2)
biaya migrasi, baik biaya yang dapat diukur dengan uang seperti biaya
transportasi dan penginapan maupun biaya yang tidak dapat diukur dengan uang
seperti pendapatan yang hilang selama perjalanan, biaya korbanan karena rasa
enggan berpisah dengan keluarga, dan (3) pendapatan yang diperoleh di tempat
tujuan, baik pendapatan yang dapat diukur dengan uang maupun yang tidak dapat
diukur dengan uang.
Ananta (1993) mengemukakan bahwa beberapa penyebab migrasi, antara
lain: (1) keputusan pribadi calon migran, dan (2) keputusan pemerintah melalui
program transmigrasi. Hal tersebut berkaitan dengan peningkatan mutu modal
manusia melalui peningkatan pendidikan. Selain itu keputusan untuk bermigrasi
juga ditentukan oleh produktivitas, dalam hal ini upah yang diharapkan dari
daerah tujuan. Peningkatan mutu modal manusia (melalui pendidikan) merupakan
salah satu kunci peningkatan produktivitas. Mobilitas penduduk akan berpengaruh
manusia yang baik, dalam hal ini berupa pendidikan, kesehatan dan keamanan si
pekerja.
Naim (1979) menyatakan bahwa dari duabelas sukubangsa utama di
Indonesia yang terdiri dari Minangkabau, Batak, Banjar, Bugis, Manado, Ambon,
Jawa, Sunda, Madura, Bali, Aceh dan Melayu menunjukkan bahwa enam dari
sukubangsa yang disebutkan pertama memiliki intensitas migrasi yang relatif
tinggi dan enam sukubangsa yang disebutkan terakhir memiliki intensitas migrasi
yang rendah sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Intensitas Migrasi dari Duabelas Sukubangsa Utama di Indonesia
Persentase Migrasi Intensitas Migrasi Sukubangsa
1930 1961
Menurut Naim (1979) dalam penelitiannya mengenai pola migrasi suku
Minangkabau, bahwa sebab-sebab merantau orang Minangkabau (Padang) dapat
dilihat dari : (1) faktor ekologi dan lokasi, (2) faktor ekonomi dan demografi, (3)
sosial, (7) arus baru, dan (8) faktor-faktor sosial bagi migrasi diantara
masyarakat-masyarakat lainnya.
Tabel 4 menunjukkan hasil penelitian Naim (1979) mengenai faktor-faktor
migrasi, dimana tanda (+) menunjukkan faktor positif yang mendorong bagi
migrasi sedangkan tanda (-) menunjukkan faktor negatif yang menahan terjadinya
migrasi. Faktor-faktor dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) faktor fisik, yang
terdiri dari faktor ekologi, faktor geografi serta faktor demografi dan (2) faktor
sosial budaya, yang terdiri dari faktor pendidikan dan aspirasi yang lebih tinggi,
faktor daya tarik kota, faktor keresahan politik dan faktor pelembagaan sosial.
Tabel 4. Faktor-Faktor Migrasi dari Duabelas Suku Utama di Indonesia
Faktor-Faktor Migrasi
Fisik Sosial-budaya Jumlah
+
2. Geografi 6. Daya tarik kota
3. Demografi 7. Keresahan politik
4. Ekonomi 8. Pelembagaan sosial
2.4. Produktivitas Tenaga Kerja
2.4.1. Pengertian Produktivitas
Dewan Produktivitas Nasional merumuskan pengertian produktivitas yaitu
suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan
hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Secara
umum, produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang
dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (Ravianto, 1986).
Produktivitas dapat diartikan pula sebagai ukuran tingkat efisiensi dan
efekivitas sumberdaya yang digunakan selama produksi berlangsung dengan
membandingkan jumlah yang dihasilkan dengan setiap atau seluruh
sumber-sumber masukan yang digunakan. Efisiensi adalah penghematan penggunaan
sumber-sumber dalam kegiatan produksi atau organisasi. Efisiensi lebih terpusat
pada penggunaan masukan dalam proses produksi, oleh karena itu dikembangkan
alat ukur seperti “Cost-effectiveness”, yaitu dengan hanya melihat pada perbandingan faktor biaya. Efektivitas lebih tertuju pada pencapaian keluaran atau
target. Hasil kegiatan dengan menggunakan sumber-sumber tersebut harus
sebanyak mungkin dengan mutu sebaik mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa
pekerjaan telah dilakukan dengan efektivitas yang tinggi. Gabungan antara
efisiensi dan efektivitas membentuk pengertian produktivitas sebagai berikut
Efektivitas Pelaksanaan Tugas
Produktivitas = ...(1) Efisiensi Penggunaan Sumber-sumber
Masukan ke Proses
Efektivitas Menghasilkan Keluaran
Produktivitas = ...(2) Efisiensi Penggunaan Sumber-sumber Masukan
Pada dasarnya konsep produktivitas terbagi ke dalam dua tingkatan, yaitu
makro dan mikro. Konsep produktivitas di tingkat makro bertujuan dalam
pembangunan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat, sedangkan konsep
produktivitas di tingkat mikro mencakup produktivitas tingkat modal, produksi,
organisasi, penjualan dan produk yang bertujuan menghasilkan suatu
perkembangan atau pertumbuhan melalui kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan laba (Sinungan, 1987).
Lingkup pengukuran produktivitas menurut Reksasudharma (1989) dalam
Tresnowati (2004) dibedakan atas empat tingkat yaitu :
1. Lingkup nasional atau tingkat ekonomi makro.
Dalam lingkup ini, faktor tenaga kerja, modal, sumberdaya alam, manajemen
dan input lainnya diperhitungkan dalam menghasilkan output untuk negara
secara keseluruhan.
2. Lingkup atau tingkat sektoral.
Lingkup ini hanya memperhitungkan faktor-faktor yang berkaitan dengan
suatu sektor misalnya sektor pertanian, industri dan jasa.