ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN
PUKAT CINCIN
CAKALANG-(Katsuwonus pelamis)
DI PERAIRAN UTARA NANGROE ACEH DARUSSALAM
TESIS
Sebagai salah satu syarat untuk rnemperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Kelautan
OLEH
CHALILUDDIN
PROGRAM
PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANIAN
BOGOR
ABSTRAK
CHALILUDDIN, Anaiisis Pengembangan Perikanan pukat cincin Cakalang
(hhtsuworurs pelamis) di Perairan Utara Nangroe Aceh Darussalam, Dibawah bimbingan Daniel R Monintja sebagai Ketua dan M. Fedi A.
Sondita sebagai Anggota.
Perairan utara Nangroe Aceh Darussalarn berhubungan Iangsung dengan
Samudera Hindia dan Selat Malaka, rnerupakan perairan yang sangat potensial
akan sumberdaya ikan (terutama ikan petagis besar).
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2001 sampai Juni 2001 di
Nangroe Aceh Darussalam dengan tujuan untuk menenaikan strategi
pengembangan perikanan pukat cincin berdasarkan faktor-faktor teknis yang
mempengaruhi produksi perikanan pukat cincin cakalang dan kelayakan usaha
perikanan pukat cincin cakalang di perairan utara Nangroe Aceh Darussalarn. Penelitian ini mengkaji 47 unit dari 109 unit armada pukat cincin yang a& di
perairan utara Nangroe Aceh Darussalarn. Unit-unit pukat cincin ini
berpangkalan di Ulee Lheue, Lampulo, Krueng Raya dan Sabang, termasuk hasil
tangkapannya yaitu ikan cakalang. Pengambilan data den* wawancam
dan
pengarnatan langsung di tempat pendaratan ikan serta data dari Dinas Perikanan
Nangroe Aceh Darussalam. Data yang terkumpul dianalisis
untuk
menyusunfungsi produksi, menentukan pola musim penangkapan ikan, dan analisis kelayakan usaha perikanan pukat cincin &fang.
Fungsi produksi yang direpmtasikan dengan model regresi linier
berganda h g s i Cobb-Dougias mcncakup faktor-fsktor
uhuan
k+,
tenaga mesin, bahan bakar &yak, ~ j a n ~ ? u l c a t cincindao
jutnfah tenaga kerja dengan persamaan Y = e 4,916x
W 4x
0 5 ~ ~ 0 . 0 3 8 ~ 0x5Om
. faktor ~xz
I 2
mesin,
PK)
dan X., (panjaag pukat cinch)&?am persamaan
tersebut berpenganihnyata terhadap hasil tangkapan Hal ini berarti bahwa penambahdpengurmgan
kekuatan mesin dan panjang pukat cincin
akan
r n e n g a k i i a npeningkatadpengurangan produksi. Dalam penmaan tersebut, jumlah nilai
koefisien b atau Cb adalah Iebih besar dari 1. Hid ini berarti W w a setiap
peningkatan satu unit faktor produksi akan meningkatkan produksi hasil
tang-. Penelitianini merekomendasikan bahw ukuran kekuatan mesin dan
panjang pukat cincin sebaiknya masing-masing tidak lebih dari 240 PIS
dm 1.300 m.
Hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa pengembangan p e h a n
pukat cincin cakdang di perairan utara Nangroe Aceh Darussalarn dehgan
kapal-kapal yang berukuran ,< 240 PIC dan panjang pukat cincin 5 1.300 m layak
secara finansial dan ekonomi, tennasuk apabila wadi penwunan produlcsi dan
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
Analisii Pengembangan perikanan pukat cincin Cakalang (Katsuwonus
pelamis) di Perairan Utara Nangroe Aceh Darussaiam.
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri clan belum pemah
dipublikasikan oleh pihak lain. Semua sumber data dan informasi yang
digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Judui Tesis : Anlslisis Peagembangan Perikaaan pukat cincin
Cakalang (Katsuwonu,~ pel&) di Perairan Utara Nangroe Aceh Darussahm
Nama Mahasiswa : Chaliluddin.
Nomor Mahasiswa : 99593
Program Studi : Teknologi Kelautan
(TKL)
prof.
Dr. Ir. DanielR
Monintia Dr. Ir. M. I?& A. Sandits. MScKetua A%gota
Menyetujui,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Lhok Paoh Kecamatan Sawang, Aceh Selatan
pada tanggal 5 Februari 1970, sebagai anak kedua dari lima brsaudara dari
pasangan Makwiyah clan Merahwan. Pendidikan w a n a ditempuh di Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Universitas Abulyatama
Aceh, lulus pada tahun 1998. Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Universitas
Abulyatama Aceh sejak tahun 1998 pada Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan Fakultas Perikanan.
Tahun 1999 penulis diterima di Program Studi Teknologi Kelautan pada
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan menyelesailcan tesis pada
tahun 2002. Beasiswa pendidikan pascasajana diperoleh dari Badan
Penyelenggara Program Pascasajana Pendidikan Tinggi Depar&mem Pendidikan
Nasional Jakarta tahun 1999 (BPPS-Dikti, 1999), Yayasan Malem Putra Jakarta
membantu biaya penelitian s e k Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah)
.
Selama mengikuti pendidikan Program Pascasarjana (S2), penulis aktif
menjadi anggota Forum Komunikasi Mahasiswa Teknologi Kelautan (Formula),
Ikatan Mahasiswa Pascasarjana Aceh (Ikamapa), Ikatan Pemuda Tanah Rencong
di Bogor (IPTR) dan Himpunan Masyarakat Aceh Serantau (Himas).
Penulis
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan
rahmat dan kwia-Nya, penulis telah siap dan mampu menyelesaikan tesis ini.
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk
memperoleh gelar MagisterSains pada Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terirna kasih kepada;
Prof. Dr. Daniel R. Monintja, Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, MSc., sebagai komisi
pembirnbing, Ketua Harian Yayasan Malem Putra di Jakarta yang telah
memberikan bantuan sebesar Rp. 2.000.000.- (dua juta rupiah), Kepala Dinas
Perikanan Kota
Banda
Aceh, Kepala Dinas Perikanan Kota Sabang, SekwildaKota
Sabang,
Pawang @ing muter) dari unit pukat cincin yang ada di perairanutara Nangroe Aceh Darussalam, yang telah membantu penulis selama penelitian.
Tesis ini saya persembahkan untuk yang tercinta Ayahanda Makwiyah,
ibunda Merahwan
dan
seluruh anggota keluarga tersayang di Aceh atasdukungan clan doanya, serta keluarga besar Ayahanda
E
Bustami Yusuf , ibundaHj. Mess Roro Sukarsih di Jakarta yang telah memberikan dukungan moril
maupun materi, Siti Rahayu Ningsih,
STP
atas dukungan, cinta dan kesetiannya.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa mungkin dalam penyusunan tesis ini
mash terdapat kekurangan-kebgan, oleh karena itu kritik dan saran untuk
t
perbaikannya sangat diharapkan.
Mudah-mudahan tesis ini dapat bemanfaat bagi kita semua khususnya dan
bagi pecinta ilrnu pengetahuan pa& urnumnya.
DAFTAR IS1
Halaman
.
.
SURAT PERNYATAAN...
11...
...
W A Y A T HIDUP 111
LEMBARAN PENGESAHAN
...
iv...
ABSTRAK
vPRAKATA
...
viDAFTAR IS1
...
viiDAFTAR TABEL
...
ix DAFI'AR GAMBAR ... xDAFTAR LAMPIRAN
...
xi 1.
PENDAI-IULUAN...
11.3 Manfaat Penelitian
...
21.4 Hipotesis
...
2.
KERANGKA PENDEKATAN UASALAH...
2.1 Perilcanan pukat cincin Sebagai Suatu Sistem
...
2.2 Formuiasi Masalah...
2.3 Identifikasi Sistem
...
3
.
TINJAUAN PUSTAKA...
...
3.1 Aspek biologi cakalang (Katsuwonus pelamis) 8
3.1.1 Potensi dan Hasil Tangkajm cskalang ... 9 3.1.2 Daerah dm Musim Penangkapan
...
? 113.2 Alat tangkap
...
124.4 Metode analisis data ...
4.4.1 Fungsi produksi ...
...
4.4.2 Musim penangkapan4.4.3 Analisis kelayakan usaha
...
...
5.
HASIZ, PENELITIAN5.1 Unit dan Operasi Penangkapan
...
5.1.1 Kapal pukat cincin...
...
5.1.2 Konstruksi pukat cincin Aceh...
5.1.3 Tenaga kerja...
5.1.4 Metode penangkapan...
5.1.5 Jenis dan jumlah hasil tangkapan
5.2 Fungsi Produksi
...
5.3 Musim Penangkapan
...
...
7
. KESIMPULAN
DAN SARAN7.1 Kesimpulan
...
7.2
Saran
...
DAFTAR PUSTAKA
...
...
DAFTAR TABEL
1
.
Analisis Kebutuhan Pihak-pihak yang terkait dalam Sistem Perilcananpukat cincin cakalang di perairan utara Nangroe Aceh Darussalm
....
42
.
Potensi sumberdaya cakalang berdasarkan wilayah pengelolaan...
103
.
Hasil tangkapan perikanan pukat cincin cakalangdi perairan utara Nangroe Aceh Darussalam
...
.
.
...
274
.
Jumlah hasil tangkapaa pukat cincin di perairan utaraNangroe Aceh Darussalam
...
275
.
Korelasi matrik antam fungsi-fungsi produksi...
286
.
Anaiisis Variance (Anova)...
297
.
Hasil analisis dengan uji t student...
298
.
Nilai kriteria investasi b e r m ukuran kelompok GT kapal...
349
.
Nilai kriteria investasi pada pengembangan perikanan pukat cincincakalang di perairan utam Nangroe Aceh Darussatam
...
3510
.
Nilai Kriteria investasi apabilaBBM
naik 65%...
3511
.
Nilai Kriteria investasi apabila harga juai ikan turun 25%...
3612
.
Nilai Kriteria investasi apabi1a produksi dan harp jual ikanturun
25%pada saat harga bahan bakar minyak naik 65%
...
36DAFTAR GAMBAR
Halaman 1
.
Diagram. .
hubungan sebab-akibat dalam sistem perikananpukat cincin cakalang
...
62
.
Diagram input-output pada perikanan pukat cincin cakalang...
73
.
Ikan cakalang ... 84
.
Konstruksi alat tangkap pukat cincin Aceh...
245
.
Hubungan antara ukuran kapal dengan perubahan produksi...
306
.
Hubungan antara kekuatan mesin dengan perubahan produksi...
307
.
Hubungan antaraBBM
dengan perubahan produksi...
308
.
Hubungan antara panjang jaring dengan perubahan produksi...
319
.
Hubungan antara jumlah ABK dengan perubahan produksi...
3110
.
Polamusim
penangkapan cakalang b u l m di perairanutara
Nangroe Aceh Darussalam (perairan
Kota
Sabang)...
321 1
.
Pola musim penangkapan cakalang bulanan di perairan utaraNangroe Aceh Darussalam (perairan Kota Banda Aceh)
...
3212
.
Pola musim p e n a n g k a p cakalang bulanandi
perairan utaraNangroe Aceh Darussalam (perairan Aceh Besar)
...
3213
.
Pola musim penangkapan cakalang bulanan di perairan utaraDAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta daerah penangkapan sumberdaya ikan pelagis besar
di perairan pantai utara Nangroe Aceh Darussalam
...
481 b. Lokasi penelitian di perairan utara Nangroe Aceh Darussalam
...
.
...
.
.
492. Nama armada pukat cincin
dan
funpi produksi yang dijadikan sampel 503. Perhitungan optimasi faktor produksi perikanan pukat cincin cakalang 5 1
4. Perhitungan pola musim penangkapan cakalang di perairan
Utara Nmgroe Aceh Darussalarn (perairan Kota Sabang)
...
535. Perhitungan pola musirn penangkapan cakalang di perairan
Utara Nangroe Aceh Dantssalam (perairan Kota Banda Aceh)
...
546. Perhitungan pola musim pangkapan cakalang di perairan
Utara Nangroe Aceh Darusdam (perairan Aceh Besar)
...
.. ...
5 57. Perhitungan poIa musim penangkapan cakalang di perairan
U t m Nangroe Aceh Darussalam
...
...
568. Dasardasu asumsi dalam analisis kelayakan
...
579. Estimasi biaya proyek pengembangan
...
59lo. Perhitungan NPV, net B
-
C ratio,BEP
danIRR
menurutkelompok GT kapal
. .
..
..
.
.. .:. .. ....
i.. ..
....
.... . .
...
..
.. . .
.
.
..
..
.
. ... .
. ..
. , ...
..
... ..
.. . .
. .
. . .
601 1. Perhitungan NfV, net B
-
C ratio, BEPdan
IRR (analisis finansial)...
6212. Pefitungaa
NPV,
net B-
C ratio, BEPdan
IRR
(analisis ekonomi)...
6313. Perhitungm
NPV,
net B-
C ratio,BEP
danIRR,
apabila 'harga bahan bakar minyak naik 65% (analisis fmansial)
...
.
6414. Perhitungan NPV, net B
-
C ratio,BEP
dan IRR, apabilaharga bahan bakar minyak naik 65% (analisis ekonomi)
...
6515. Perhitwgan
NPV,
net B-
C ratio, BEP danIRR,
apabilaharga jual ikan t u r n 25% (analisis finansial)
...
6616. Perhitungan
NPV,
net B-
C
nltio, BEP dan IRR, apabila1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan Utara Nangroe Aceh Darussalam berhubungan langsung dengan
Samudera Hindia yang berada sebelah Barat Sumatera yang mempunyai potensi
perikanan cakalang diperkirakan 64.964 todtahun namun baru dikelola sebesar
14 % (Azis et al., 1998). Luas perairan laut Aceh mencapai 56.563 km2, yang
terdiri dari laut teritorial seluas 23.563
km
dan perairan ZEE seluas 33.000 km2dengan potensi perikanan diperkirakan 2,7 ton/lon2 (pelagis) dan 5 tonflun2 ikan
demersal (Kasim, 2001). Sehingga dugam sumberdaya ikan pelagis yang tersedia
adalah sebesar 282.8 15 todtahud km2. Potensi penangkapan optimum lestari
ikan pel- besar di perairan utara Nangroe Aceh Darussalam sebesar 40.000
ton/tahun dengan upaya optimumnya sebesar 50.270 unit pukat cincin (Bahar
dan
Badrudin, 1992).
Kegiatan penangkapan ikan di perairan utara Nangroe Aceh Darussalam
dilakukan oleh perikanan rakyat (perikanan tradisional); untuk menangkap ikan
cakalang mereka umumnya menggunakan pukat cincin. Jenis ikan yang
tertangkap oleh pukat cincin dan didaratkan di perairan utara Nangroe Aceh
Darussalam adalah cakalang, tongkol, sungkir, kernbung, dan lain-lain.
Peningkatan produksi perikanan &pat dilakukan pertambahan produktivitas
(produksi per unit penangkapan) dan penambahan armada penangkapan ikan
Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan mengatur input atau falrtor
produksi, seperti ukuran kapal, tenaga mesin, bahan bakar minyak, panjang jaring
pukat cincin cakalang di perairan utara Nangroe Aceh Darussalam perlu dilakukan
pengkaj ian terhadap sej umlah faktor produksi tersebut.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi pengembangan perikanan
pukat cincin berdasarkan faktor-faktor teknis yang mempengaruhi produksi
perikanan pukat cincin cakalang di perairan utara Nangroe Aceh Darussalam dan
kelayakan ekonomis serta finansial usaha perikanan pukat cincin cakalang di
perairan utara Nangroe Aceh Darussalam.
1 3 Manfaa t Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan:
(1) Informasi tentang keadaan umum perikanan pukat cincin cakalang
(Katsuwonrrs pelamis) di perairan utara Natlgroe Aceh Darussalam.
(2) Sebagai bahan rnasukan kepada pemerintah Nangroe Aceh Darussalam,
tenrtama instansi yang berwenang dalarn membuat kebijakan yang tepat
mengenai pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang
(Katsuwonuspelamis) di perairan utara Nangroe Aceh Darussalam.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah secara bersama-sama
dm masing-masing sejurnlah faktor produksi dapat mempengaruhi produksi
2.
KERANGKA PENDEKATAN MASALAH
2.1 Perikanan pukat cincin sebagai suatu sistem
Penerapan sistem akan membantu menghasilkan efek sinergi dimana
tindakan berbaghi b&an dari sistem dipadukan untuk menghasilkan efek yang
#
lebih besar dibandingkan dengan efek dari masing-masing bagian. Pendekatan
sistem adalah pendekatan yang cocok untuk meyelesaikan suatu persoalan yang
kompleks, yang ditandai dengan adanya interaksi antar bagian yang cukup rumit.
Perikanan pukat cincin cakalang di perairan utara Nangroe Aceh Darussalam
dapat dianggap sebagai suatu sistem karena didalamnya terdapat input, sistem
operasi, output dan maaajemen pengendalian yang berinteraksi clan menentukan
kinerjanya.
nelayan dan pengusaha perikanan juga m e l i h b n Iembagdbadan
lain
yangterkait. Semua pelaku yang terlibat Warn sistem ini memiliki kebutuhan
masing-masing yang hams dipenuhi agar sistem dapat bertangsung dengan baik
(Tabel 1). Dari kebut-kebutuhan tersebut akan &pat diformulasikan
masalah yang dihadapi sistem perikanan pukat cincin cakalang.
2.2 Formnlasi Masalah
Berdasarkan kebutuhan setiap pelaku perikanan, pernasalahan perikanan
pukat cincin dapat dibedakan menjadi 2, yaitu; 1) rnasalah peningkatan
produktivitas usaha, efisiensi dan 2) masalah pengelolaan surnberdaya agar
Tabel 1. Analisis kebutuhan pihak-pihak yang terkait &lam sistem operasi
penangkapan ikan cakaiang di perairan utara Nangroe Aceh Darussalarn.
pada perrnasalahan pertama. Permasalahan produktivitas usaha mencakup
isu peningkatan produksi atau hasil tangkapn dan mutu sertor pemasaran hasil,
Peningkatan produksi hasil tangkapan sangat tergantung pada:
-
Kelimpahan sumberdaya ikan cakalang yang juga tergantung pada musim. Kebutuhan-
Tersedia bahan bakar rninyak yang cukup-
Perawatan yang kontinue-
Tenaga kerja yang terampil-
Tersedia suku cadring yang cukup-
Cuacabagus-
Tersedianya sarana penangkapan ikan-
Kelmcaran dalam operasi penangkapan-
Peningkatan produksi hasil tangkapan-
Pengmmgan pencurian ikan oleh kapal asing-
Peningkatan pendapatan-
Peningkatan kesejahteram-
Fasilitas sosial yang memuaskan-
Keselamatan, kesehatan dan kenyarnanan kerja-
Peningkatanproduksi-
Proddcsi sumberdaya tersedia secara kontinue-
Mutu hasit tangkapan yang prima-
Jaringan pcmasaran baik dan lancar-
Harga jual ikan tinggi-
Pnmiotaan pasm tinggi-
PedingkaGmk6utltungall-
Tensga kerja terampil-
Penin* skala usaha-
Kapal dan jaring &jag8 dengau bgik-
Peningkatanpendapatan daaah-
Perluasm lapangan. .
kerja-
Pengentasan kermskman m q m d a t nelayan-
Terjaganya kelesEarian dam dim lingkungan hidup-
Terpenuhi gizi masyarakat dengan protein hewani-
Tersedianya ikan konsumsi dagan kualitas yangbaik dan harga yang murah
-
Tersedianya ikan konsumsi secara kontinue-
Peningkatan ekspor hasil perikanad-
Terpenuhi kebutuhan bahan baku industriiperikanan
-
Kelestarian sumberdaya ikan tejaga-
Pengentasan kemiskinan masyarakat nelayan No. 1. 2' 3' 4. PelakuUnit Penangkapan
Nelayan pukat cincin
d a l a n g
kusahaan pedcanan
gukat cincin cakalang
Pemetintah d a d
5.
6.
Konsumen
[image:114.588.101.528.78.609.2]5
-
Jumlah upaya penangkapan yang dikerahkan untuk mengeksploitasi.
surnberdaya tersebut.-
Daya jangkau operasi armada penmgkapan ikan, ketersediaan tenaga keja,clan biaya operasi penangkapan ikan
-
Biaya operasional yang dapat membatasi operasi penangkapan.Mutu ikan sangat ditentukan oleh penanganan ikan sejak tertangkap hingga dijual.
2.3 Identifikasi Sistem
Untuk membahas perrnasalahan tersebut diperlukan kajian secara
kornprehensif terhadap semua komponen yang merupakan identitas sistem
tersebut Sistem perikanan pukat cincin d a n g di perairan utara Nangroe Aceh
Darussalarn dapat diidentifikasi dengan melihat keterkaitan (hubungan
sebab-akibat) dari be- komponen yang menyusun sistern input yang
menentukan output (tujuan)
usaha.
Hubungan
sebab-akibat &pat dibuat dengan mempertimbangkanfaktor-faktor yang mempengaruhi sistem. Faktor-faktor tersebut dapat
memberikan darnpak yang positif dan negatif terhadap produktivitas unit
penangkapan pukat cincin (Gambar 1).
Jika unit penangkapan ikan cakalang dianggap sebagai suatu sistem, maka
sistem tersebut akan menerima input berupa kapal penangkapan (GT), niesin
(PK),
bahan bakar minyak, panjang jaring (meter) dan ABK serta output dalamsistem ini adalah produksi ikan (hasil tangkapan). Input-input tersebut meru*
input terkontrol. Secara skematis input clan output dalam sistem perikanan pukat
pengen&lian atau pengaturan input yang terkontrol akan meningkatkan
kemampuan sistem untuk mencapai output yang dikehendaki dan meminimumkan
output
yang
tidak dikehendaki. [image:116.588.104.549.151.441.2]+
Gambar 1. Diagram hubungan sebab akibat ddam sistem produktivitas unit penangkapan pukat cincin di perairan utara Nangroe Aceh Darussaiam
Tentu saja sistem perikanan pukat cincin cakalang tersebut
tidak
terlepas dari faktor-faktor lain, seperti kebijakan-kebijakan pemerintah, baik yang secaralangsung maupun ti& langsung berhubungan dengan kegiatan penangkapan
Lingkungan
-
Undang-undang clan peraturan pemerintah dalarn bidang pcrikananInput tidak terkantrol : a. Musim penangkapan b.Populasi ikan : ton/kmZ c. Harga ikan (Rp/kg atau Rplekor.
Input terkontrol : a. Unit penangkapan :
-
kapal (GT)-
Mesin (PK)-
Kecepatan kapal (knot)-
~umlah ABK (orang)-
U halat tangkap (m)-
Dl1b. Waktu pengopefasian
SISTEM OPERAS1
PENANGKAPAN
IKAN CAKALANG
Output yang dikehendaki :
-
Proddcsi rneningkat (todtahun)-
P-atan nelayan meningkat( R p J o r n U l a n )
-
Keunlungan pengusaha meningkat(W*)
-
Mutu hasil tan~kapan baik-
P e M a a t a n yang berkeianjutan-
Produksi menurun (tonltahu~~)-
Stdc &an menurun (tmkm2)-
lJkuran individu ikan kecil [image:117.588.48.567.69.399.2]W e b )
3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Aspek Bioiogi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Cakalang sering disebut skipjack tuna atau di Aceh disebut h e - m e
(Gambar 1).
Klasifikasi cakalang menurut Matsumoto et al. (1984) adalah sebagai berikut:
Phylum : Vertebrata
Class : Teleostomi
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
[image:118.588.114.483.257.538.2]Genus : Katsuwonus
Gambar 3. Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Cakalang termasti' jenis ikan
tuna
dalam Farnili Scombridae, SpeciesKatsuwonus pelamis, Linne. Collete and Nauen (1983) menjelaskan ciri-ciri
morfologi cakalang yaitu tubuh berbentuk jisiform, memanjang
dan
agak bulat;tapis insang (gill raker) k jumlah 53
-
63 pada helai pertama. ~empunyai duasirip punggung yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama terdapat 14
-
16jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip punggung kedua diikuti oleh 7
-
9 finlet.Sirip dada pendek, terdapat dua flops diantara sirip perut. Sirip anal diikuti
(gelap) disisi bawah keperakan, dengan 4
-
6 buah garis-garis benvarna hitamyang memanjang pada bagian sarnping badan.
Cakalang terrnasuk ikan perenang cepat dan mempunyai sifat makan yang
rakus. Ikan jenis ini sering bergerombol yang hampir bersamaan melakukan
ruaya disekitar pulau maupun jar& jauh dan senang melawan arus, ikan ini biasa
bergerombol di perairan pelagis hingga kedalaman 200 m. Mereka mencari
makan berdasarkan penglihatan dan rakus terhadap mangsanya.
3.1.1 Potensi dan Hasil Tangkapan Cakalang.
Menunit Uktolseja er al. (1998), total potensi cakalang di Indonesia adalah
374.046 ton diantaranya 260.993 ton (69,8 %) terdapat di wilayah perairan
pengelolaan Samudera PasiNE dan 113.054 ton (30,2%) terdapat di Samudera
Hindia Potensi terbesar terdapat
di
Laut Sulawesi-Utara Irian Jaya sebesar121.201 ton dan yang terkecil di Laut Arafura 17.503 ton. Potensi calnrlang di
Perairan Samudera Hindia berlcisar antara 23.2 18 ton di Selat Bali-Nusa Tenggara
dan 64.965 ton yang terdapat di Barat Sumatera.
Jika dirinci menurut wilayah pengelolaannya, indek kelimpahan (M)
tertinggi di Perairan Samudera Pasifik terdapat di taut Sulawesi
-
Utara lrian Jayasebesar 295 kg/'km2 dan terendah
di
Laut Flores-Selat Makasar sebesar 94 kg/km2dengan rata-rata 221 kgfkm2.. Rataan M di Samudera Hindia sebesar 126
kgllon2* M tertinggi terdapat di Barat Sumatera (142,O kg/km2) dan terendah
sebesar 95 kgAcm2 Selatan Bali
-
Nusa tenggara. Di Selatan Jawa Sebanyak 128Cakalang bersifat epipeEagis dan oceanis, peruaya j& jauh, dan suhu air
yang disenanginya antara 14,7'
-
30' C. Cakalang sangat menyenangi daerahdimana terjadi pertemuan arus atau air (komergensi) yang u r n m y a terdapat
dimana terdapat banyak pulau. Selain itu cakalang juga menyukai batas perairan
dirnana te rjadi pertemuan antara massa air panas dan dingin, penailcan massa air,
dimana terdapat percampuran yang tidak tetap biasanya dibawah lapisaan
homogen ( Aziz et al., 1998).
Potensi cakalang di Indonesia berdasarkan wilayah pengelolaannya secara
rinci dapat dilihat dalarn Tabel 2. Potensi terbesar terdapat di Laut
Sulawesi
-
utara Irian Jaya yaitu sebesar 121.201 ton dan yang terkecil di LautA r a b 17.503 ton. Potensi cakalang di perairan Samudera Hindia berkisar antara
23.2 18 ton di Selatan Bali
-
Nusa Tenggara dan 64.965 ton terdapat di Barat Sumatera dengan h i c k kclimpahan sebesar 126 kg/km2.Tabel 2. Potensi sumberdaya cakalang berdasarkan wilayab
I
Surnber : Aziz et a1.(1998).
Potensi Lestari
(ton) 28.44.9 38.387 17.503 55.453 121.201 260.993 64.965 24.870
23.2 18 113.054 374.047
Indek k e l i r n p
(kgflan 94 235 204 252 295 221 142 128 95 126 347 pengelolaannya Wilayah Perairan
Perairan :
Laut Flores dan
Selat Makassar
Laut
Banda
h u t A r a b
Laut Maluhtdan
Teluk Tomini
Laut Sulawesi dan
Utara Irian Jaya
TOTAL 1
Samudera Hindia
Barat Surnatera Selatan J a w
Selatan Bali dan
Nusa
tenggaraTOTAL
II
[image:120.584.93.507.440.752.2]Dengan melihat potensi dan tingkat produksi, di perairan pantai Barat
. Surnatera masih rnemungkinkan untuk dikembangkan usaha penangkapan
cakalang.
3.1.2 Musim Penangkapan.
Paulus (1987) menyatakan bahwa dalarn memilih dan menentukan daerah
penangkapan, harus memenuhi syarat-syarat antara lain :
(1). Kondisi daerah tersebut harus sedemikian rupa sehingga ikan dengan
mudah datang dan berkumpul dalam gerombolan.
(2). Daerahnya arnan dan alat tangkap mudah dioperasikan.
(3). Daerah tersebut hams daerah yang
secara
ekonomis menguntungkan.Musim penangkapan cakalang di perairan Indonesia bervariasi. Musim
pemngkapan cakalang di suatu perairan belwn tentu
sama
dengan perairan yanglain. Nikujuluw (1986), menyatakm bahwa penangkapan cakalang dan tuna
di
perairan Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun dan hasil yang diperoleh
berbeda dari musim ke musim dan bervariasi menurut lokasi penangkapan.
Bahar dan
Badnrdin
(1992) mengatakan bahwa daerah penangkapan ikan pelagisbesar di perairan utara Nangroe Aceh Darussalam meliputi timur laut Samudera
Hindia, mulai dari Barat Sumatera, perairan Calang, Pulau Beras, utara Pulau Weh
(utara Sabang) (Lampiran 1). Untuk mencapai daerah penangkapan diperlukan
waktu sekitar 2
-
9 jam. Penangkapannya dilakukan sepanjang tahun untuk tunadan cakalang terjadi m u s h puncak dua kali
dalam
setahun yaitu pada bulan April3.2 Alat Tangkap
Pukat cincin merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap jenis
ikan pelagis. Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap ikan dengan
melingkar jaring pada gerombolan ikan, setelah itu jaring pada bagian bawah
dikerucutkan. Dengan perkataan lain memperkecil ruang lingkup dari gerak ikan
sehingga ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap (Ayodhyoa,
198 1).
Pukat cincin dibagi dalam dua fipe, yaitu pukat cincin t i p Jepang dan p u b t
cincin tipe Amerika. Tipe Amerika berupa empat persegi panjang dan kantong
terletak pa& bagian tengah jaring. Berdasarkan cara pengoperasiannya pukat
cincin dapat dibedakan menjadi dua
tip,
yaitu tipe kapal ganda dan t i p kapaltunggal. Ayodhyoa (1981), mengemukakan bahwa tujuan penangkapan dengan
rnenggudan pukat cincin adalah kawanan ikan-ikan, kawanan ikan tersebut
harus berada dekat permukaan air, sangatlah dhmpkan pula agar densitas school
itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dengan ikan lainnya harus sedekat
mungktn. Beberapa faktor yang menentukan keberhasilan operasi penangkapan
ikan dengan pukat cincin adalah; pendeteksian kelompok ikan, pengepungan
gerombolan ikan dan pengopemsian jaring. Sebelum jaring dioperasikan, harm
diperhatikan juga
arah
angin, arus,dan arah renang ikan (Sadhori, 1985).3.3 Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan matematik antara produksi (output) clan
faktor-faktor produksi atau input. Secara umurn h g s i produksi &pat dinyatakan
Dimana; XI,
X2,
X3,...
,X,, merupakan faktor produksi yang dipakai untukmenghasilkan produksi (Y). Persamaan diatas hanya menerangkan bahwa
produksi yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi, belum
menggambarkan bagaimana hubungan kuantitatif antara faktor-faktor produksi
dengan produksi. Untuk dapat menggambarkan hubungan kuantitatif, fhgsi
tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk yang khas seperti fungsi Cobb-Douglass
(Panayotou (1 986), Khaled(1986), Soekartawi(l994)) yaitu:
Fungsi Cobb-Douglas pada prinsipnya adalah persamaan regresi linier berganda
&lam bentuk iogaritma dengan tujuan agar persamaan tersebut menjadi linier,
yaitulogY=loga+bl logX1 + b l o g X 2 + b3 logX3 +... + bklog&. Kajian
untuk
menentukan fungsi produksi dibidang penkanan tangkap pernah dilakukanoleh Sudiiyo ( 1998), Tokrisna at al. (1 986).
Md't diketahuinya h g s i produksi Cobb-Douglas adalah wtuk menguji
fase perkembangan produksi menurut masukan untuk faktor produksi yang
digunakau Jika koefisien eksponensial (Cbi > I), penarnbahan satu unit input
akan meningkatkan peubah oiltput (AY). Apabila Di = 1, penambahan input
tidak akan mempengaruhi perubahan output (AY) sedangkan Cbi < 1, maka
4.
METODE
PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 200 1 sampai bulan
Juni
2001,di Nangroe Aceh Darussalam, mencakup penelitian di perairan Banda Aceh (Ulee
Lheue, Lampulo), Aceh Besar (Krueng Raya) dan perairan Sabang (Lampiran lb)
4.2 Bahan dan Alat Penelitian.
Penelitian ini mengkaji 47 unit dari 109 unit
annada
pukat cincin yang adadi perairan utara Nangroe Aceh Darussalam. Unit-unit pukat cinch ini Gerpanghlan di Ulee Lheue, Lampulo, Krueng Raya dan Sabang, termasuk hasil
tangkapan yaitu ikan cakalang.
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan addah
ukuran
kapal,
tenagamesin, bahan
bakar
minyak, panjang pukat cincin dan ABK. Ukuran kapalmerupakan ukuran kapasitas kapal yang dinyatakan dalam gross tonage
(GT).
Data ukuran kapal yang dikumpulkan adalah panjmg (L), lebar (B) dan dalm @)
diambil dari surat izin
dari
setiap armada sampel, sedangkan ukuran grosstomgenya dihitung berdasarkan rumus, yaitu; L x B x
D
x 0,55 x 0,353. Tenagamesin merujdcan faktor penggerak kapal dengan sistem motor (board engine)
yang sangat berperan dalam menentukan kecepatan kapal. Data tenaga mesin ini
juga
di
ambil dari suratizin.
Bahan bakar merupakan salah satu h g s i produksiminyak ini dipilih dari jumlah rata-rata pengisian bahan bakar minyak setiap
minggu (liter/minggu). Panj ang pukat cincin diduga mempunyai hubungan
dengan erat dengan jumlah hasil tangkapan, karena semalcin panjang pukat cincin
maka luasan pelingkaran &an semakin luas. Data panjang pukat cincin diarnbil
dari hasil wawancm dengan pawang (fishing master). Penggunaan tenaga ke j a
atau anak buab kapal (ABK) yang digunakan untuk pengoperasian alat tangkap
dan kapal. Data ini di ambil dari wawancara dengan pawang dan ABK serta
pengamatan di lapangan. Data produksi hasil tangkapan diambil dari produksi
rata-rata per minggu selama satu tahun yang diambil dari catatan toke bangku di
Tempat Pendaratan
I h
(TPI)
yang menjual hasil tangkapandari
setiap unitsampel dinyatakan &lam kilogram
.
Kelima jenis data tersebut merupakan faktor potensial yang dapat
mempengaruhi produksi suatu unit pemgkapan ikan yang mengguaakan pukat
cincin. Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode survei terhadap armada
pukat cincin di perairan utara Nangroe Aceh Darussalam. Proses penangkapan
ikan di laut diamati dengan cara mengikuti langsung operasi penangkapan ikan
dan basil wawancara dengan nelayan yang terlibat langsung. Data-data
pendukung lain, seperti statistik perikanan diperoleh dari
TPI,
Kantor DinasPerikanan dan instansi terkait lainnya.
4.4 Metode Analisis Data
44.1 Fungsi Produ ksi
Hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi unit penangbpan
Sumertajaya, 2000). Hubungan tersebut direpresentasikan sebagai fungsi
. Cobb-Douglas (Panayotou, 1986, Khaled, 1986
dan
Soekartawi, 1994), tahapanpengkajian untuk rnenentukan persamaan fungsi produksi adalah:
(I). Menetukan korelasi antar variabel.
apabila terjadi korelasi dari berbagai variabel yang dipakai dalarn model
regresi, angka yang tercantum dalam korelasi menunjukkan sarnpai seberapa
besar (seberapa serius) hubungan antara setiap variabel yang dipakai dalarn
regresi. Bila tidak terjadi angka korelasi yang serius (r 2 0,8), maka dua
variabel tersebut perlu dipertimbangkan apakah diikutkan (atau tidak)
di
&lam model.
01). Menghitung koefisien regresi berganda fungsi Cobb-DougIas.
jika tidak terjadi intcrsksi maka digunakan persamaan in
Y
= x b , l n X ,i
tetapi jika ada interaksi persamaan yang digunakan adalah
Ketecangan : Y = hasil tangkapan
C
= 1,2,3,4,5,6 : Jumlah faktor produksibi = (i = 1,2,3,.
.
.
,n) : koefisien produksib = (i = 1 3 , . n ) : koefisien produksi
Xi = (i = 1,2,3,.
. .
.,a) : faktor produksiXj
= (i +j = 1,2,3,.. .
n) : faktor praduksiModel hipotetik fungsi produksi pukat cincin adalah:
Y
= axy
xy
...
x;'
...xr
dimana: Y = produksi hasil tangkapan,
XI
= ukuran kapal,X2
= ukuran tenagamesin,
X3
= bahan bakar minyak, X = panjang pukat cincin danXs
= jumlahtenaga kerja (ABK)
Pengujian statistik terhadap hubungan faktor-faktor produksi yang dicapai
dalam persamaan regresi linier berganda fhgsi Cobb-Douglas dilakukan sebagai
be&:
(1) Pengujian terhadap pengaruh faktor-faktor produksi
(Xi)
secara bersarna-sama terhadap produksi hasil tangkapan (Y) dilakukan b g a n uji F yang
tujuaunya untuk melihat signifikan dari faktor-faktor produksi krhadap
produksi hasil tangkapan (tabel Anova) yaitu:
Derajat
Bebas
(db)
Jumlab.
Kuadrat(JK)
Ten
Kz$m
F-hitungRegresi P
JKR
= f.3'X'
Y
KTR = JKIUp KTRKTGGalat n-p-1 JKG = Y'Y
-
P'
X'
Y- ny - 2Total n- 1 JKT=Y'Y -nY" :S = JKT/n- 1)
(2) Pengaruh masingmasing faktor produksi terhadap produksi hasil tangkapan
dilakukan dengan menguji apakah koefisien b (slope) tersebut berbeda atau
sama dengan no1 (Ho = 0 atau
&
;t 0). Pengujian tersebut dilakukan denganuji statistik t stuaknt. I
Keterangan: 5i = koefisien fungsi produksi
Selanjutnya hasil identifikasi fungsi-fbngsi produksi yang berpengaruh
nyata pada salah satu model yang dipilih kemudian dilakukan analisis untuk
menghitung titik optimasi
dari
faktor-faktor produksi tersebut denganmenggunakan rumus (Soekartawi , 1994) :
--
CAY
--
AYicA=axl
AYi = Perubahan Produksi
AX, = Perubahan Xi
4.4.2 Musim penangkapan
Fluktuasi produksi perikanan secara umurn berkaitan erat dengan kondisi
m u s h atau iklim. Kondisi musim tersebut dapat mempengaruhi jurnlah tiap
operasi penangkapan ikan, yang selanjutnya menentukan produksi penangkapan.
Oleh karena itu, pola musim penengkapan ikan perlu diketahui
untuk
mengestimasi bulanan dari suatu unit pemmgkapan ikan Pola m a i m tersebut
-
dapat
IMP
ditentukan dengan metode moving average (Dajan, 1983) adalah:(1) Menyusun deret
CPUE
bulan Januari 1995 sampai Desember 1999, yaitu :ni =
CPUE,
; i = 1,2,3,...
.,60Q = urutan ke-i
(2) Menyusu. deret jurnlah CPUE selama 12 bulan untuk setiap bulan:
XQ = urutan ke-k
j = urutan ke-j pada deret ni
(3) Menyusun deret jumlah CPUE selama 24 bulan untuk setiap bulan :
(4) Menyusun rab-rata bulanan selama 24 bulan untuk setiap bulan :
q = urutan ke-q
= urutan k e q
(5) Menghitung rasio rata-rata untuk setiap bulan:
Rasio = CPUE
rata
-
rata bulanan selsma 24 bulan(6) Menyusun nilai rasio rata-rata &lam suatu matrik berukuran i x j yang
disusun untuk setiap bulan dimulai bulan Juni
-
Juli. kemudian menghitungtotal rasio rata-rata setiap bulan, selanjutnya menghitung total rasio rata-rata
dan pola m u s h penangkapan.
Rasio rataan untuk bulan j =
'
X,
4 k1
1 12 4
~umM rasio rataan =
-
C
C X ~
4 111 #=I
-
Indeks m u s h penangkapan = ,
';:
,
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk rnengkaji kemungkinan
keuntungan (profitabilzp) atau kenrgian yang diperoleh dari model
pengembangan perikanan pukat cincin cakalang yang diusulkan. Ada dua macam
analisis yang biasa digmakan untuk mengevduasi kelayakan usaha, ygitu analisis
finansial dan analisis ekonomi (Kadariah, 1999). Dalam analisis finansial yang
badan atau orang yang langsung berkepentingan dengan proyek usaha tersebut.
Dalam analisis ekonomi yang diperhatikan adalah hasil total atau keuntungan
yang diperoleh dari semua sumberdaya yang digunakan dalam proyek untuk
masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan.
Dalam analisis kelayakan ini digunakan beberapa kriteria untuk menentukan
suatu proyek layak atau tidak layak dilaksanakan
Kriteria-knteria tersebut adalah :
( I ) Net Present Value (NPV), digunakan untuk menilai manfaat investasi
dengan ukuran niiai kini (present value) dari keuntungan bersih proyek
Proyek dinyatakan layak apabila nilai
NPV
> 0. Rumus yang digunakanuntuk menghrtung
NPV
adaiah :Keterangan : B = benefit ; C = cost ; i = discount rate dan t = periode
( 2 ) Internal Rate Return (IRR) adalah besarnya discount rate yang dapat
membuat nilai
NPV
= 0. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRRadalah :
Keterangan : NPV' = NPV yang masih positif
NPV"
= NPV yang negatif1' = discount rate yang masih memberi
NPV
positif I" = discount rate yang memberikan NPV negatif.(3) Net Benefit-Cost ratio (net B-C ratio) merupakan perbandngan dari nilai
keuntungan bersih yang negatif Pada net B - C Ratio 2 1 maka proyek
dinyatakan layak. Rumus untuk menghitung kiteria tersebut adalah :
l2
B - C
(B-C) >-0
NetB-Cratio =
-,,
B - c ,(B-C)+O
Keterangan :
B
= benefit ; C = cost ; i = discont rate, dan t = periode( 4 ) Analisis Break Even Point
(BEP)
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu; 1. Atas unit, dan 2. Atas dasar nilai jual dalam rupiah (Riyanto,199 1).
( 1 ) Analisis Break Even Point atas dasar produksi (banyaknya hasil tanglapan) &pat dilakukan dengan menggunakan rumus :
(2) Analisis Break Even Point atas dasar harga jual &pat dilakukan
den- menggunakan rumus sebagai berikut :
BEP
mp)
= FC.
V.CKeterangan : BEP = Break Even Point
P = harga jual per kilogram
V = biaya vanabel
FC = biaya tetap
C
= produksi5.
HASIL PENELITIAN
5.1 Unit dan Operasi Penangkapan
5.1.1 Knpal Pukat cincin
Kapal-kapal pukat cincin Aceh terbuat dari bahan kayu dilapisi dengan seng
rata setebal 0,40 mm. Hampir semua kapal tersebut dibuat oleh galangan kapal
Usaha Bersama yang terletak di Kampung Jawa, Kecamatan Kuta Alam, Kota
Banda Aceh, ada 4 (empat) jenis kayu yang dijadikan bahan kapal tersebut, yaitu:
1. Semantok (damar hutan)
2. Tempiris (Sloeria elongata)
3. Rengas (Glufe spp, Mellanorrhaca)
4. Kruing (Dipterncarpus spp)
Penampang melintang pukat cincin Aceh berbentuk huruf V. Ruang yang ada
dibagi menjadi; satu ruang mesin, satu ruang kemudi, palka dan gudang. Ruang
kemudi letaknya agak kebelakang sehingga bagian depannya yang luas dapat
dimanfaatkan untuk menyusun dan memperbaiki pukat cincin, palka terletak di
bagian bawah depan (haluan), untuk ruang penyimpanan barang (gudang) terletak
di bagian buritan.
Kapal pukat cincin Aceh memiliki panjang antara 16
-
28 m, lebamya antara3,5
-
6,Om
dan dalamnya antara 1,4 - 2,O rn kapal-kapal tersebut diperkirakanmemiliki tonasenya antara 19
-
61 GT. Mesin utama kapal yang digunakanberkekuatan mulai dari 105, 160, 180,200,240 dan 280, 320 PK dengan merek
5.1.2 Konstuksi pukat cincin Aceh
Pukat cincin Aceh mempunyai konstruksi yang agak berbeda dengan pukat.
cincin yang dioperasikan di daerah lain di Indonesia, terutama untuk ukuran pukat
cincin. Panjang pukat cincin Aceh antara 600
-
1350 m, dan lebarnya rata-rata 60-
85 m. Badan pukat cincin ini terdiri dari lima bagian, setiap bagian memilikiukuran mata (mesh size) yang berbeda di setiap bagian Panjang
dan
setiapbagian pukat cincin yang panjangnya 1.350 m (Gambar 4).
Srampad (selvage) yang &pasang pada bagian atas, samping kidkanan dan
bawah dari badan pukat cincin yang bertujuan untuk memperkuat pukat cincin
pada waktu dioperasikan (tenrtama pada waktu hauling). Selvage ini terbuat dari
bahan polyethylene ukuran mats 2 inci, di bagian atas 10 mata, samping
kiri/kanan 20 mata dan bawah 15 mata. Bentuk tali kang (tali ring) adalah
kaki tunggal yang berfimgsi untuk mengantungkan cincin pada tali ris bawah, tali
ini terbuat dari bahan polyethylene dewdiameter 15 mm dan panjangnya 100
cm. Tali kolor (purse line) untuk mengerutkan pukat cincin bagian bawah pada
waktu hauling setelah pukat cincin selesai dilingkarkan. Dengan terkurnpulnya
ring, maka pukat cincin bagian bawah akan terkurnpul menjadi satu dan pukat
cincin berbentuk seperti mangkuk. Panjang tali ini 1,5 kali panjang pukat cincin,
umumnya tali tersebut terbuat dari bahan polyethylene dan kuralon berwarna
putih dengan diameter 35 mm.
Pelampung yang digunakan terbuat dari polyvinil chlorida berwama putih
atau coklat dengan diameter 12 em, panjangnya 2 20 cm, berbentuk lonjong yang
dipasang pada tali ris atas dengan jarak antar pelampung 35
-
40 cm. Pemberatyang berfungsi sebagai tempat lewatnya tali kolor (purse line) sewaktu di hauling
agar pukat cincin bagian bawah terkwnpul. Cincin ini terbuat dari besi putih atau
besi kuningan dengan diameter cincin 11,5 cm dan beratnya 450 gramlcincin,
Timah
Garnbar 4. Konstruksi alat tangkap pukat cincin Aceh
5.1.3 Tenaga Kerja
Secara garis besar nelayan pukat cincin Aceh dibedakan antara pemilik
kapal dan nelayan penggarap, yang termasuk dalarn katagori kedua adalah juru
mesin (masinis), juru kemudi Pshing master) dan nelayan biasa. Dalam satu unit
armada pukat cincin jumIah tenaga kerja (ABK) rata-rata 20 orang dengan
perincian tugas sebagai berikut:
juru kemudi (fishing master)
juru mesin (masinis) penarik pelampung
1 Orang
1 Orang
penarik badan pukat cincin (webbing) 6 Orang
penata tali ris bawah 3 Orang
penata pelampung 2 Orang
pelempar galah 4 Orang
Upah nelayan diperoleh dari hasil tangkapannya yang diatur dengan sistem
bagi hasil. Dalam sistem tersebut 50% hasil penjualan bersih untuk pemilik kapal
dan sisanya 50% untuk para nelayan. Bagian untuk nelayan ini kemudian dibagi
dengan jurnlah
ABK
ditambah 1,5 bagian, Untuk pawang fishing master)mendapat 2 bagian, juru mesin mendapatkan 1,5 bagian, sedangkan nelayan biasa
mendapatkan masing-masing 1 bagian.
Ikan
hasil tangkapan yang sudah diperoleh dibawa ke toke bangku di tempatpendaratan ikan oleh becak (nelayan speed boat), Becak
ini
memperoleh upahsebesar 10% dari total h a i l penjualm ikan yang dibawanya.
Toke
bangku yangmenjual hasil tangkapan nelayan memperoleh upah sebesar 10% dari hasil
penjualan. Bagian toke bangku ini kemudian diberikan untuk pawang dan
masinis sebesar 3%.
Setelah kapal sampai di lokasi penangkapan (menurut kebiasan) seperti;
Teluk Balohan, Ujung Benang, Ujung Bak U (sekitar kilometer nol), Lampanah,
ujung Seukee, belakang Pulau Nasi, sekitar perairan Kuala Aceh dan perairan
Calang, Untuk mencapai daerah penangkapan ini diperlukan waktu sekitar 2
-
5jam. Kecepatan kapal dikurangi sambil melakukan pengintaian gerombolan ikan.
kapal atau pada bagian haluan kapal dengan melihat tanda-tanda alam yang
menunjukkan adanya gerombolan ikan yang berpedoman pada pengalaman
sebelumnya. Petunjuk yang biasa digunakan adalah adanya burung camar yang
menukik-nukik diatas permukaan laut, adanya buih atau dengan melihat adanya
loncatan lurnba-lumba di permukaan laut.
Bila salah satu tanda-tanda alamiah htemukan, maka kapal diarahkan
mendekati tanda-tanda alam tersebut. Setelah kapal agak dekat dengan tanda
alamiah tadi, maka yang diperhatikan adalah; kalau didapati lumba-lumba, maka
yang diarnati adalah bentuk loncatannya (kalau loncatannya berputar, ini
menandakan dalam kelompok tersebut tidak terdapat ikan, bila loncatan lumba-
lumba tinggi lwus atau melengkung ini berarti adanya kawanan ikan diantara
mereka). Bila tanda alam adalah burung-burung camar, yang dilihat adalah jenis
camar (camar putih atau carnar hitam), banyaknya burung. Kalau burung camat.
put& ini menandakan bahwa gerombalan ikan yang berukuran besar (cakalsng
jumbo), tapi jika camar hitam ini menandakan ikan yang berukuran kecil.
Setelah memperhatikan tanda-tanda alamiah tersebut dan menguntungkan,
selanjut harus diperhitungkan kedalarnan perairan dan dasar perairan (berkarang
atau tidak), jika dianggap tidak ada harnbatan dan kondisi menguntungkan maka
pukat cincin segera diturunkan, lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan
setting antara 2,O s.d 3,5 menit. Faktor yang harus diperhatikan untuk melakukan
setting adalah arah gerombolan ikan (arah pergerakan ikan) penentuan ini harus
5.1.5 Jenis dan Jumlah Hasil Tangkapan
Menurut Dinas Perikanan Nangroe Aceh Darussalam (2001), hasil
tangkapan perikanan pukat cincin cakalang yang didaratkan di ketiga daerah
penelitian (Kota Sabang, Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar) dari tahun
1995
-
1999. Hasil tertinggi diperoleh pada tahun 1999, daerah perairan yangmendaratkan hasil tangkapan terbanyak adalah Kota Ban& Aceh (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil tangkapan armada pukat cincin cakalang yang didaratkan di perairan utara Nangroe Aceh darussalam Wbupaten Aceh besar, kota
banda Aceh dan Kota Sabang) dari tahun 1995 -1999 (ton)
r
2 Kota Banda Aceh 1173.8 1345.7 1558.3 2282.7 2425.8 3 Kota Sabang
1 I
1
89.91 77-31 82.41 lW.01 162.4No.
I
I
perairan 1 i ~ a b . Aceh l3esarI I i I I I
Total PUNAD 1601.41 1810.11 2007.71 3229.51 3343.8 Sumber: Dinas Perikanan Nangroe Aceh Darussalam, 200 1.
Untuk data perkembangan jenis hasil tangkapan alat tangkap pukat cincin di Tahun
perairan utara Nangroe Aceh Darussalam dari tahun 1995
-
1999, menunjukkm 1995 ,337.7
bahwa hasil tangkapan ikan dengan alat tangkap pukat cincin adalah ikan-ikan
pelagis yang selalu membentuk gerombolan (schooling). Dari data tersebut 1996
387.1
terlihat bahwa hasil tangkapan dari tahun ketahun selalu mengalami kenaikan,
kenaikan yang mononjol mulai te jadi pada tahun 1998 (Tabel 4).
1997 367.0
Tabel 4. Jwalah has2 tangkapan pukat cincin untuk 9 jenis ikan dari tahun 1995
-
1999(ton).
1998 846.8
Sumber: Dinas Perikanan Propinsi Nmgroe Aceh Darussalam, 2001.
1999 755.6 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jenis Ikan Cakalang Tongkol Sunglir
Daun Bambu
Lemuru Kembung byan&? Ternbang Sdar Jumlah Jumlah 11621.0 14109.6 2012.6 227.2 4141.9 4883.4 3098.0 1091.7 3052.4
T a h u n
44237.8 1995 1601.4 2722.2 385.6 0.1 677.5 796.1 246.0 48.7 187.4 6664.0 1996 2007.7 2197.5 497.1 112.7 916.6 777.4 296.4 74.2 :
[image:137.557.108.495.260.398.2] [image:137.557.81.493.566.750.2]5.2 Fungsi Produksi
Untuk mengalisis fungsi produksi perikanan pukat cincin cakalang di
perairan utara Nangroe Aceh Darussalam, maka faktor fungsi produksi yang
diambil dalam satu unit penangkapan pukat cincin adalah; ukuran kapal (GT),
tanaga mesin yang digunakan (PK), bahan bakar yang dibutuhkan per minggu
(liter), panjang pukat cincin (meter) dan jumlah anak buah kapal (ABK) dan
jumlah hasil tangkapan ikan (Y) dinyatakan dalarn kilogram (kg).
Uji koefisien korelasi antar lima faktor produksi yang dianalisis dengan
menggunakan korelasi matrik Pearson dinyatakan bahwa semua faktor produksi
signifikan, namun tidak ada satu pun pasangan yang mempunyai koefisien lebih
besar atau sarna dengan 0,8 (Tabel 5).
Tabel 5. Korelasi matrik antara ukuran kapal (XI), ukuran tenaga mesin &),
bahan bakar minyak &), panjang pukat cincin (&) clan ABK
(X5).
GT
(XI) PK ( X 2 )BBM
(X3) PJrg &) ABK(Xs)
GT
el) 1.000PK o ( 2 ) 0.503 1.000
BBM (X3) 0.551 0.260 1 .OW
P.Jrg (&) 0.382 0.459 0.198 1.000
ABK
(XS)
0.422 0.589 0.428 0.339 1 .OOOSehngea fungsi produksi tersebut dapat direpresentasikan dengan lima variabel
tanpa ada variabel interaksi, dengan demikian persarnaan yang digun