• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Hedonic Comsumption Tendency, Fashion Involvement dan Visual Merchandising Terhadap Consumer Buying Decision pada Zoya Fashion

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Hedonic Comsumption Tendency, Fashion Involvement dan Visual Merchandising Terhadap Consumer Buying Decision pada Zoya Fashion"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Pengaruh Hedonic Consumption Tendency, Fashion

Involvement dan Visual Merchandising terhadap Consumer

Buying Decision Process pada ZoyaFashion

(Studi Kasus pada Konsumen Zoya Fashion Jakarta)

Disusun oleh: SELVI AMALIA

1111081000104

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Selvi Amalia

Tempat/tanggal lahir : Brebes, 21 juni 1993

Agama : Islam

Alamat : Jalan BNI Blok SS No 26 RT 01/RW 04 Kelurahan :

Wijaya Kusuma, Kecamatan : Grogol Petamburan,

Jakarta-Barat.

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

No. Tlp : 089530590591

Email : Selvi_sma19mew252@ymail.com

Pendidikan Formal

2011-2015 : Strata 1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

2008-2011 : SMA Negeri 19 jakarta

2005-2008 : SMP Negeri 83 Jakarta

1999-2005 : SDN 07 Pagi Wijaya Kusuma

(7)

ii ABSTRAK

The aim of this research is to analyze the influence of hedonic consumption tendency, fashion involvement, and visual merchandising on consumer buying decision to Zoya Fashion. The samples of this research are consumer of Zoya Fashion who live in Jakarta and who have purchased at two weeks ago. The data collection in this research uses a questionnaire which are distributed to 60 respondents.This research uses purposive sampling technique. Data analysis uses multiple linear regression. The results show that simultaneously and partially hedonic consumption tendency, fashion involvement, and visual merchandising have significantly influence on consumer buying decision. As for the value of coefficient determination (R square) show that hedonic consumption tendency, fashion involvement andvisual merchandising have influence to consumer buying decision 42,9% and the remains 57,1% are influence to variables that have not been known and not been included in to research.

(8)

iii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh hedonic consumption tendency, fashion involvement dan visual merchandising terhadap consumer buying decision process pada Zoya Fashion. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen Zoya Fashion yang tinggal di Jakarta dan pernah melakukan pembelian terakhir kali dua minggu yang lalu. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 60 responden. Pengambilan sampel yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Metode analisis menggunakan uji regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan dan parsial hedonic consumption tendency, fashion involvement dan visual merchandising berpengaruh signifikan terhadap consumer buying decision. Adapun nilai koefisien determinasi (R square) menunjukkan bahwa hedonic consumption tendency, fashion involvement dan visual merchandising mempunyai pengaruh terhadap consumer buying decision sebesar 42,9%, sedangkan sisanya 57,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam penelitian ini.

(9)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan kasih sayang-Nya yang tak terkira kepada hamba-Nya, Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi dan kekasih kita Muhammad SAW, yang telah mengajarkan risalah-Nya kepada manusia sehingga terhindar dari zaman kejahiliyahan. Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan pula kepada para keluarga Nabi, sahabat Nabi, tabi”in dan para pengikutnya hingga akhir zaman sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Hedonic Consumption Tendency, Fashion Involvement dan Visual Merchandising terhadap

Consumer Buying Decision pada Zoya Fashion(Studi Kasus pada Konsumen Zoya Fashion Jakarta)” ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna baik, dari segi materi bahasan maupun teknik penyajiannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca, guna mewujudkan karya ilmiah yang lebih berkualitas.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran dari semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

(10)

v

2. Kakak dan Adikku Ardiyansyah dan Ahmad Nur Badri yang selalu baik hati meminjamkan aku sesuatu yang aku butuhkan. Adikku yang sabar tiap kali aku jahili.

3. Bapak Arief Mufraini, Lc., M. Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Titi Dewi Warnida, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Yahya Hamza, MM, selaku dosen pembimbing pertama. Terima kasih atas segala bimbingan, pendapat, waktu dan kesempatan yang diberikan kepada penulis.

6. Ibu Lies Suzanawati, SE, M,.Si selaku dosen pembimbing kedua. Terima kasih atas segala bimbingan, pendapat, waktu dan kesempatan yang diberikan kepada penulis.

7. Seluruh dosen, karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya yang ada di jurusan Manajemen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya serta pelayanan akademik selama ini bagi penulis.

8. Teman-teman jurusan Manajemen angkatan 2011 khususnya kelas pemasaran yang telah memberikan keceriaan, kenangan, serta berbagi pengalaman selama kita kuliah bersama-sama.

9. Sahabat terbaikku Dian Ningsih dan Diana yang selalu menghabiskan waktu bersama menemaniku dan memberikan warna dalam hidupku. 10.Esa Listiana, Bela Puspita, Umi Roqayah, Fenta dan Asri atas

pertemanannya selama ini semoga setelah kita lulus, silahturahmi kita tetap berjalan ya

11.Kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.

(11)

vi

skripsiini masih belum sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk penyempurnaan pembuatan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Jakarta, 2015-08-15 Penulis,

(12)

vii

C. FashionInvolvement... 18

D. Visual Merchandising ... 20

E. ConsumerBuying decision ... 24

(13)

viii

E. Operasional Variabel Penelitian ... 44

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas dan Gambaran Umum Objek Penelitian ... 52

B. Pembahasan Hasil Kuesioner 1. Uji Validitas Data ... 53

2. Uji Realibilitas ... 56

3. Deskriptif Responden ... 57

C. Pembahasan dan Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Variabel a. Deskriptif variable Hedonic Consumption Tendency ... 59

b. Deskriptif variabel Fashion Involvement ... 67

c. Deskriptif variabel visual merchandising ... 71

d. Deskriptif variabel consumer buying decision ... 81

2. Uji Asumsi Klasik Regresi Linear a. Uji Normalitas Data ... 88

b. Uji Multikolinearitas ... 89

c. Uji Heteroskedastisitas ... 90

3. Uji Hipotesis a. Analisis Regresi Berganda ... 92

b. Uji t (parsial) ... 93

c. Uji F (simultan) ... 99

d. Koefisien Determinasi (R²) ... 101

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 103

B. Implikasi ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(14)

ix

4.6 Saya merasa produk Zoya Fashion dapat meningkatkan 59

gairah belanja saya

4.7 Bagi saya, berbelanja di Zoya Fashion merupakan sebuah 60 petualangan yang menyenangkan

4.8 Belanja di Zoya Fashion membuat saya merasa seperti berada 61 di dunia saya sendiri

4.9 Saya berbelanja untuk menikmati kebersamaan dengan teman 62 dan keluarga

4.10 Saya berbelanja di Zoya Fashion agar dapat selalu mengikuti 62

trend model terbaru

4.11 Saya berbelanja hanya untuk melihat produk baru Zoya Fashion 63

4.12 Bagi saya belanja dapat mengurangi stress 64

4.13 Ketika belanja, saya merasa dapat menghilangkan suasana hati 64 yang buruk

4.14 Bagi saya, belanja produk Zoya Fashion untuk seseorang 65 merupakan hal yang menyenangkan

4.15 Saat belanja, saya memilih mendapatkan produk Zoya 66

Fashion dengan diskon harga

4.16 Saat belanja, saya memilih mendapatkan produk Zoya 66

(15)

x

4.20 Bagi saya, pakaian menunjukkan karakteristik saya 69

4.21 Saya mengetahui adanya fashion terbaru dibandingkan 70 dengan orang lain

4.22 Saya mencoba produk Fashion terlebih dahulu sebelum 71 membelinya

4.23` Saya tertarik belanja di butik atau toko-toko fashion khusus 71 seperti Zoya Fashion

4.24 Tata letak produk memberikan pengalaman belanja yang 72 menyenangkan

4.25 Tata letak produk memudahkan saya dalam mencari produk 73

4.26 Tata letak produk memberikan kenyamanan belanja 74

4.27 Saya melihat desain toko menunjukkan image Zoya Fashion 74 sebagai busana muslim yang fashionable

4.28 Produk Zoya Fashion disusun berdasarkan jenis produknya 75

4.29 Produk Zoya Fashion disusun berdasarkan ukurannya 76

4.30 Zoya Fashion menggunakan papan informasi untuk menunjukkan 76 lokasi tempat dan produknya

4.31 Zoya Fashion menggunakan papan informasi untuk menunjukkan 77 promosi dan diskon

4.32 Zoya Fashion menggunakan papan informasi untuk mengetahui 78 harga dan informasi detail produk

4.33 Model-model yang ditampilkan di etalase Zoya Fashion 79 menunjukkan trend warna busana

(16)

xi

4.35 Tampilan etalase Zoya Fashion dapat membuat saya tertarik 80 memasuki toko

4.36 Pakaian merupakan kebutuhan untuk mengekspresikan diri 81 4.37 Saya mencari informasi tentang Zoya Fashion dari keluargadan 81

teman-teman

4.38 Saya mencari informasi tentang Zoya Fashion dari webstore atau 82 media social lainya

4.39 Produk Zoya Fashion dapat memberikan manfaat untuk memuaskan 83 kebutuhan

4.40 Zoya Fashion merupakan salah satu pilihan produk dalam berbusana 84 muslim

4.41 Saya membeli produk Zoya Fashion karena kualitasnya yang baik 84 4.42 Saya membeli produk Zoya Fashion karena mereknya bergengsi 85 4.43 Saya membeli produk Zoya Fashion karena harganya terjangkau 85 4.44 Saya akan merekomendasikan produk Zoya Fashion ke konsumen 86 lainnya

4.45 Saya merasa puas membeli produk Zoya Fashion 87

4.46 Saya akan membeli produk Zoya Fashion kembali 87

4.47 Hasil Uji Normalitas (Y) 88

4.48 Hasil Uji Multikolinieritas (Y) 90

4.50 Hasil Uji Regresi Berganda (Y) 93

4.51 Hasil Uji t Hitung (Y) 95

4.52 Hasil Uji F Hitung (Y) 100

(17)

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal

2.1 Model Consumer Behavior 13 2.2 Kerangka Pemikiran 32

(18)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal

1. Kuesioner Penelitian 112

2. Skor Jawaban Penelitian 118

3. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas 125

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

B. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi saat ini memberikan peranan penting bagi pertumbuhan

mal atau pusat perbelanjaan di Indonesia. Di Jakarta sendiri, menurut data

APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia) menyebutkan Jakarta

masih menjadi tempat berkumpulnya pusat perbelanjaan. Hingga 2012, jumlah

mal atau pusat perbelanjaan di Jakarta mencapai 74 mal. Sepanjang tahun

2012, permintaan ruang ritel akibat ekspansi peritel lokal maupun asing

meningkat cukup signifikan sebesar 21 persen, sehingga total penyerapannya

mencapai sekitar 236.000 m² (Wiyanti, 2013). Menurut data yang dilansir oleh

Cushman dan Wakefield tiap tahunnya jumlah mal tumbuh 3,9 persen (Aryo,

2013).

Survey yang dilakukan oleh Consumer Survey Indonesia (CSI) pada 2010, menemukan bahwa pengunjung mal paling banyak menginjakkan

kakinya ke outlet makanan seperti pusat jajanan (60%), baju atau fashion

(49%), supermarket (42%), toko buku (33%), bioskop (22%), resto atau cafe

(20%), toserba (11%), aksesoris (8%), arena bermain (8%), dan musik (7%)

(Oei, 2010).

Survei yang dilakukan CIS menunjukkan bahwa 49% pengunjung

mengunjungi mal untuk berbelanja baju atau fashion. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar masyarakat pergi ke pusat perbelanjaan untuk

(20)

2

umum untuk gaya populer atau performance, yang dikhususkan pada pakaian, alas kaki, make up, dan body piercing, fashion juga bisa mengacu pada sesuatu yang khas, baik dari cara berdandan dan perilaku seseorang

(Destriyana,2012).

Di Indonesia, perkembangan fashion tidak luput dari peran designer, industri fashion dan media masa yang menyajikan dan menyediakan informasi seputar trend fashion yang dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat. Peningkatan pertumbuhan fashion memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan bisnis fashion baik asing maupun lokal dan juga pertumbuhan PDB Indonesia. Industri fashion memberikan kontribusi bagi PDB Indonesia sebesar 30% dari keseluruhan industri kreatif ditanah air

dengan kontribusi nilai tambah bruto mencapai Rp 181 triliun. Sementara itu,

jumlah tenaga kerja yang diserap mencapai 3,38 juta orang di 1 juta unit usaha

(Setiawan, 2014).

Salah satu industri fashion yang sedang besar dan berkembang dengan pesat saat ini adalah industri fashion hijab, hijab pun sudah bukan menjadi barang aneh lagi dalam menghasilkan perkembangan fashion tanah air. Selain Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia,

bergairahnya trend berhijab di tanah air yang terlihat mulai booming tahun 2012 lalu ini tak lepas juga dari beberapa faktor. Diantaranya adalah

(21)

3

1. Fashion muslim terlihat akomodatif terhadap perkembangan mode modern, hal ini terlihat dari adanya transpormasi fashion muslim dari gaya konservatif menjadi lebih kontemporer yang berjiwa muda.

2. Munculnya banyak komunitas hijaber atau kelompok penggemar, pemakai

dan pencinta hijab, diberbagai kota. Komunitas-komunitas inilah yang ikut

menggerakkan naiknya trend berhijab di Indonesia. Berkat mereka ini pula citra busana muslimah sebagai alternatif berbusana yang modis dan gaya

terdengar gaungnya. Pecinta dan pengguna, seperti Hijabers Community

dan Hijabers Mom.

3. Maraknya penyelenggaraan bazar dan peragaan busana muslim di berbagai

kota.

Melihat peluang itu, bermunculan pula pelaku bisnis hijab di berbagai

kota besar di Jakarta misalnya, sudah ada puluhan butik mewah yang

mengusung hijab dan fashion muslim sebagai jualan utamanya. Naiknya trend

bisnis hijab juga bisa dirasakan dari munculnya beragam butik online yang beramai-ramai menawarkan desain hijab mereka di dunia maya. Sejumlah

pengamat fashion optimis, fashion hijab akan semakin berkembang. Menurut data Ditjen Industri Kecil Menengah (IKM) kementrian perindustrian, terdapat

20 juta penduduk Indonesia yang menggunakan hijab. Besarnya pasar ini pula

yang menjadikan perkembangan industri fashion muslim selalu meningkat 7% setiap tahunnya (Agustina, 2013:19).

(22)

4

yang bergerak dalam bidang fashion muslim sejak tahun 1989 dengan kantor pusat di bandung, Zoya Fashion sendiri tercipta pada tahun 2005 sebagai alternatif busana muslim yang terjangkau bagi kalangan menengah,

juga sebagai alternatif bagi busana muslim berkualitas dan up to date. Untuk memenuhi kebutuhan pakainan muslim yang fashionable, Zoya Fashion

memiliki berbagai kategori pilihan produk yang dapat digunakan untuk

mempercantik wanita muslimah dengan menggunakan Zoya jeans, Zoya home

maupun Zoya cosmetic. Target pasar zoya adalah masyarakat kalangan menengah dengan usia 18 tahun ke atas, produk yang dijual merupakan 50%

hijab dan 50% busana muslim, harga produk rata-rata berkisar 40 ribu ke atas.

Pada tahun ini, brand busana muslim Zoya Fashion mendapatkan penghargaan Top Brand Award 2015 untuk kategori kerudung bermerek.

Penghargaan tersebut karena produk tersebut semakin diminati oleh konsumen

di tanah air (Efita,2015).

Tabel 1.1. Top Brand Award 2015

Kerudung Bermerek

Merek TBI Top

Rabbani 36,5% Top

Zoya 28,9% Top

Elzatta 8,4%

(23)

5

Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa Zoya Fashion berada

di peringkat 2 setelah Rabbani dengan nilai 28,9%, untuk meraih Top Brand

Award, dalam pengukurannya, Top Brand Award diukur dengan

menggunakan tiga parameter yaitu top of mind share, top of market share, dan top of commitment share yang menghasilkan top brand award (Efita,2015).

Untuk memenuhi permintaan Zoyalovers, kini Zoya telah

mengembangkan bisnisnya dengan membuka beberapa cabang diberbagai

kota besar di Indonesia. Dan hingga tahun 2015 Zoya Fashion telah memiliki 140 toko di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah kota Jakarta dengan 13

Cabang Zoya Fashion yang tersebar di seluruh Jakarta. Selain Jakarta sebagai kota metropolitan, Jakarta juga salah satu kota yang banyak terdapat cabang

Zoya Fashion dibandingkan kota lain. Hal ini memungkinkan karena minat

konsumen terhadap Zoya Fashion dan potensi kota Jakarta cukup besar.Namun tak bisa dipungkiri pula, di kota Jakarta juga banyak

merek-merek terkenal yang mengusung hijab dan fashion muslim sebagai jualan utaman mereka, seperti Rabbani, Elzatta, Dauky dan Mezora, menjadikan

peluang dalam merebut perhatian konsumen sehingga konsumen memutuskan

untuk membeli di Zoya Fashion cukup sulit. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat untuk Zoya Fashion dalam mengukuhkan perusahaan mereka dari kompetitornya.

Hal yang mendasar yang perlu dilakukan perusahaan untuk merancang

(24)

6

perilaku konsumen atau consumer behavior.Solomon (2011:33), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai studi tentang proses yang

melibatkan pilihan individu atau kelompok, pembelian, menggunakan atau

membuang produk, jasa, ide-ide dan pengalaman untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan. Dilihat dari kebutuhannya, kebutuhan yang

dirasakan bisa berupa kebutuhan utilitarian (utilitarian needs), yang mendorong konsumen membeli produk karena manfaat fungsional dan

karakteristik objektif dari produk tersebut. Yang kedua adalah kebutuhan

ekspresif atau hedonik (expresive needs atau hedonic needs), yaitu kebutuhan yang bersifat psikologis seperti rasa puas, gengsi, emosi dan perasaan

subjektif lainnya (Sumarwan, 2011:25).

Kecenderungan konsumen yang bersifat hedonis, berkaitan erat dengan

motif atau dorongan konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan pengalaman

menyenangkan. Kegiatan belanja yang awalnya untuk memenuhi kebutuhan

fungsional terkadang di dalamnya terselip akan kebutuhan hedonis. Manfaat

utilitarian dan hedonis biasanya berjalan serentak dalam sebuah keputusan

pembelian (Sangadji dan Sopiah, 2013: 156).

Menurut Mowen dan Minor (2002:85) produk hedonis merupakan

produk-produk yang dapat menyenangkan, menarik, menggembirakan,

mempesona dan menggairahkan. Dalam literatur yang relevan dapat dilihat

bahwa preferensi konsumen dalam memilih alternatif produk yang mereka

konsumsi jatuh ke dalam dua kelompok : kemewahan dan kebutuhan, atau

(25)

7

Pilihan alternatif ini diberlakukan sebagai dua aspek dari nilai belanja dan

keduanya memainkan peranan penting dalam keputusan pembelin (Koca dkk.,

2013:55).

Lebih lanjut Koca dkk., (2013:54) menemukan bahwa persepsi

pelanggan dan preferensi saat berbelanja untuk pakaian termasuk ke dalam

unsur kesenangan dan kepraktisan. Hal itu juga termasuk karakter demografi

juga sebagai faktor dalam kesenangan berbelanja pakaian dan bahwa

perempuan lebih cendrung senang berbelanja pakaian dibandingkan pria,

dimana 30% wanita menganggap belanja pakaian merupakan cara untuk

menghibur diri mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Profesor Psikologi Karen Pine dari

Universitas Hertfordshire, Inggris, menemukan bahwa 79% wanita

mengatakan bahwa belanja dapat menghibur diri mereka (Sachiko, 2014).

Kusuma dkk.,(2013: 241) menemukan bahwa nilai emosional seperti

meningkatkan suasana hati, kesenangan belanja untuk menyenangkan orang

lain, menikmati kebersamaan dengan keluarga dan teman-teman memiliki

pengaruh positif pada kecenderungan pembelian.

Sesuatu yang dapat menyenangkan, menarik dan sesuai dengan karakter

diri konsumen, akan membuat suasana hati dan emosi konsumen positif

sehingga memungkinkan konsumen terdorong untuk lebih terlibat atau involve

dalam pencarian informasi mengenai produk. Mowen dan Minor (2002:84)

mengungkapkan bahwa involvement memiliki multidimensi dan setiap

(26)

8 involvementkonsumen terhadap pembelian, seperti; ekspresi diri (self- expressive importance), relevansi diri, hedonisme dan produk memiliki resiko tinggi.

Involvement merupakan relevansi yang dirasakan seseorang dari objek berdasarkan kebutuhan yang melekat pada mereka, nilai dan kepentingan

(Solomon, 2011:163). Sedangkan fashion involvement mengacu pada tingkat keterlibatan dengan kategori produk fashion. O’Cass menemukan bahwa fashion involvement pada pakaian berhubungan sangat erat dengan karakteristik pribadi dan pengetahuan fashion yang akan mempengaruhi kepercayaan konsumen dalam membuat keputusan pembelian ( Park dkk.,

2006:436).

Umumnya keterlibatan konsumen meningkat apabila produk dan jasa

yang dipertimbangkan lebih mahal, diterima secara sosial, memiliki risiko

pembelian dan situasi dimana pembelian dilakukan juga mempengaruhi

keterlibatan (Sangadji dan Sopiah, 2013:58). Keterlibatan dapat timbul dari

rangsangan, salah satunya adalah rangsangan pemasaran. Menurut Sangadji

dan Sopiah (2013:56) seseorang mungkin dapat terlibat dalam suatu

lingkungan pemasar dan kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran seperti

belanja pakaian. Oleh karena itu, pemasar perlu menciptakan ketelibatan

dalam belanja pada saat konsumen mengunjungi mal, baik dengan potongan

harga, kupon diskon dan membuat display toko yang unik dan menarik untuk dikunjungi.

Salah satu strategi yang dapat pemasar lakukan untuk membuat

(27)

9 merchandising. Ritel fashion tidak bisa bergantung pada produk, harga, promosi, dantempat untuk memenangkan persaingan di antara ritel

fashion.Kesamaan barang dagangan yang memaksa parapemasar untuk fokus pada visual merchandising untuk meningkatkan keinginan produk (Lanjewar, 2014: 24).

Kaur dkk. (2013:247) mendefinisikan visual merchandising sebagai segala sesuatu yang dilihat konsumen, baik eksterior maupun interior yang

menciptakan image positif dari bisnis dan menghasilkan perhatian, minat, keinginan dan tindakan konsumen, hal ini dapat memberikan keunggulan

dalam persaingan. Visual merchandise dapat mempertahankan image toko melalui desain grafis yang efektif dan seni visual yang menarik dengan tujuan

untuk menarik, terlibat dan memotivasi pelanggan melakukan pembelian.

Oleh karena itu, Pengaruh Hedonic Consumption Tendency, Fashion Involvement dan Visual Merchandising pada Zoya fashion adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena terkait dengan keputusan pembelian

konsumen. Berdasarkan latar belakang yang penulis sampaikan, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“Analisis Pengaruh Hedonic Consumption Tendency, Fashion

Involvement terhadap Consumer Buying Decisions Process pada Zoya

Fashion (Studi Kasus pada Konsumen Zoya Fashion Jakarta)” C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka akan di simpulkan

(28)

10

1. Apakah hedonic consumption tendency secara parsial berpengaruh signifikan terhadap consumer buying decision process pada Zoya

Fashion?

2. Apakah fashion involvement secara parsial berpengaruh signifikan terhadap consumer buying decision process pada Zoya Fashion?

3. Apakah visual merchandising secara parsial berpengaruh signifikan terhadap consumer buying decision process pada Zoya Fashion?

4. Apakah hedonic consumption tendency, fashion involvement, visual merchandising secara simultan berpengaruh signifikan terhadap consumer buying decision process pada Zoya Fashion ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian.

Sehubungan dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian

ini sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis pengaruh hedonic consumption tendency terhadap

consumer buying decision process pada Zoya Fashion secara parsial b. Untuk menganalisis pengaruh fashion involvement terhadap consumer

buying decision process pada Zoya Fashion secara parsial

c. Untuk menganalisis pengaruh visual merchandising terhadap

consumer buying decision process pada Zoya Fashion secara parsial d. Untuk menganalisis pengaruh hedonic consumption tendency, fashion

(29)

11

2. Manfaat Penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan sebagai berikut:

a. Bagi Akademis

Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh

hedonic consumption tendency, fashion involvement, visual merchandising terhadap consumer buying decision process, selain itu dapat memperkaya bahan kajian dan referensi untuk penelitian yang

akan datang.

b. Bagi Perusahaan

Diharapkan dari pembahasan ini, ada beberapa saran yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan di dalam menentukan strategi

promosi yang efektif.

c. Bagi Peneliti.

Semoga penelitian ini dapat memperdalam ilmu pengetahuan bagi

(30)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Consumer Behavior

1. Pengertian Consumer Behavior

Mowen dan Minor (2002:6) mendefinisikan consumer behavior

sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa,

pengalaman, serta ide-ide. Definisi consumer behavior juga dijelaskan tidak jauh berbeda oleh Solomon (2011:33), yaitu studi tentang proses

yang melibatkan pilihan individu atau kelompok, pembelian,

menggunakan atau membuang produk, jasa, ide-ide dan pengalaman untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan.

Menurut Kotler dan Keller (2012:151) consumer behavior adalah studibagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,

menggunakan dan menentukan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Jadi perilaku konsumen

merupakan salah satu pendekatan pemasaran dalam mempelajari pilihan

konsumen, pembelian, menggunakan produk hingga produk dapat

memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen yang pada gilirannya

konsumen membeli produk itu kembali.

2. Model Consumer Behavior

Berikut merupakan model prilaku konsumen berdasarkan Kotler dan

(31)

13 Gambar.2.1

Model Consumer Behavior

Sumber: Kotler dan Keller, 2012:161

Rangsangan bisa berasal dari dalam diri konsumen : perasaan lapar dan

keinginan untuk mengubah suasana adalah contoh rangsangan internal

yang dapat menimbulkan pengenalan kebutuhan (makan, berpergian).

Rangsangan juga dapat berasal dari luar konsumen : seperti rangsangan

dari pemasar. Jika rangsangan menimbulkan perbedaan antara keadaan

yang diinginkan seseorang dan keadaan aktual orang tersebut maka akan

timbul kebutuhan (Mowen dan Minor, 2002:206). Kebutuhan yang

(32)

14

objektif dari produk tersebut. Yang kedua adalah kebutuhan ekspresif atau

hedonik (expresive needs atau hedonic needs), yaitu kebutuhan yang bersifat psikologis seperti rasa puas, gengsi, emosi dan perasaan subjektif

lainnya (Sumarwan, 2011:25).

Sekali kebutuhan muncul, kebutuhan ini akan menghasilkan dorongan.

Sebuah dorongan adalah keadaan afektif dimana seseorang mengalami

dorongan emosi dan fisiologis. Tingkat keadaan dorongan ini

mempengaruhi tingkat keterlibatan seseorang dan keadaan afektifnya

(Mowen dan Minor, 2002:207). Orang yang termotivasi atau terdorong

akan siap bertindak. Bagaimana ia bertindak dipengaruhi oleh

pandangannya atau persepsinya tentang situasi. Proses psikologis dasar ini

memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana konsumen

benar-benar membuat keputusan pembelian (Kotler dan Keller,

2012:161-166).

3. Jenis Consumer Behavior

Menurut Assael dalam Kotler dan Susanto (2000:246-249) terdapat

empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan derajat keterlibatan

pembelian dan derajat perbedaan antara berbagai merek :

a. Perilaku pembelian kompleks

Para konsumen mempunyai perilaku pembelian kompleks ketika

mereka sangat terlibat dalam suatu pembelian dan menyadari adanya

perbedaan perbedaan nyata antara berbagai merek (para konsumen

(33)

15

mempunyai ekspresi pribadi yang tinggi). Dengan keterlibatan

konsumen yang tinggi pemasar perlu mengembangkan strategi yang

dapat membantu mempelajari atribut-atribut merek.

b. Perilaku pembelian yang mengurangi ketidaksesuaian (disonasi)

Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam suatu pembelian

tetapi tidak melihat banyak perbedaan dalam merek. Dalam kasus ini,

pembeli akan berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia tetapi

akan membeli dengan cukup cepat karena perbedaan merek tidak

nyata.

c. Perilaku pembelian menurut kebiasaan

Dimana keterlibatan konsumen yang rendah dan tidak ada

perbedaan merek yang signifikan. Para pemasar produk dengan

keterlibatan konsumen ynag rendah dan sedikit perbedaan merek

merasa efektif untuk menggunakan harga dan promosi penjualan untuk

mendorong percobaan produk, karena pembeli tidak terlalu terikat

dengan suatu merek.

d. Perilaku pembelian yang mencari variasi

Keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan merek

bersifat nyata. Dimana konsumen banyak melakukan peralihan merek.

Strategi pemasarannya adalah berbeda untuk pemimpin pasar dan

merek kecil dalam kategori produk ini. Pemimpin pasar akan berusaha

untuk mendorong perilaku pembelian dengan mendominasi rak-rak

(34)

16

pesaing, melakukan strategi dengan menawarkan harga murah, hadiah,

kupon dan sampel gratis.

B. Hedonic Consumption Tendency

1. Pengertian Hedonic Consumption Tendency

Pada riset konsumen, konsumsi hedonik (hedonic consumption)

merujuk pada kebutuhan konsumen untuk menggunakan produk dan jasa

dalam menciptakan fantasi, perasaan sensasi baru, dan memperoleh

dorongan emosional (Mowen dan Minor, 2002:221). Menurut Solomon

(2011:83), konsumsi hedonik merupakan multi sensori, fantasi, dan aspek emosional dari interaksi konsumen dengan produk. Pengalaman sensory

atau perasaan pada produk dan jasa memainkan peranan besar ketika

konsumen memilih diantara pilihan produk.

Menurut Price dkk (2002:666) nilai dari barang, jasa dan pengalaman

bisa juga berdasarkan pada nilai hedonik atau estetika. Lebih lanjut

mereka menerangkan bahwa produk mendapat nilai hedonik ketika

dihubungkan dengan perasaan spesifik atau ketika produk dapat

memudahkan dan menghidupkan perasaan. Contohnya produk yang

menggunakan image diri seperti pakaian, kosmetik, operasi plastik, makanan sehat, tato dan item lainnya pada display juga memberikan nilai hedonik. Belanja juga dinilai untuk hiburan dan bernilai emosional.

2. Faktor yang Memotivasi Belanja Hedonik

Menurut Arnold dan Reynolds dalam Yanthi dan Japarianto (2011:34),

(35)

17

a. Adventure shopping

Sebagian besar konsumen berbelanja karena adanya sesuatu yang

dapat membangkitkan gairah belanja konsumen itu sendiri. Menurut

mereka, belanja merupakan suatu pengalaman, dan melalui belanja,

mereka merasa memiliki dunia mereka sendiri.

b. Social shopping

Sebagian besar konsumen beranggapan bahwa kenikmatan dalam

berbelanja akan tercipta ketika konsumen menghabiskan waktu

bersama dengan keluarga ataupun teman. Mereka juga beranggapan

bahwa dengan belanja bersama-sama dengan keluarga atau teman,

konsumen akan mendapat banyak informasi mengenai produk yang

akan dibeli.

c. Idea shopping

Konsumen melakukan kegiatan belanja untuk mengikuti tren baru

dan untuk melihat produk baru.

d. Gratification shopping

Sebagian besar konsumen beranggapan bahwa dengan berbelanja,

dapat menjadi alternatif untuk mengurangi stres, mengatasi atmosfer

hati yang buruk, dan melupakan masalah yang sedang dihadapi.

e. Role shopping

Konsumen melakukan kegiatan belanja untuk orang lain dan bukan

untuk dirinya sendiri. Mereka merasa bahwa berbelanja untuk orang

(36)

18

f. Value shopping

Sebagian besar konsumen beranggapan bahwa belanja merupakan

suatu permainan, yaitu pada saat tawar-menawar harga atau pada saat

konsumen mencari tempat pembelanjaan yang menawarkan diskon,

obral, ataupun yang menawarkan harga murah.

C. Fashion Involvement

1. Pengertian Fashion Involvement

Solomon (2011:163) mendefinisikan keterlibatan atau involvement

sebagai relevansi yang dirasakan seseorang dari objek berdasarkan

kebutuhan yang melekat pada mereka, nilai dan kepentingan. Objek disini

merujuk pada produk atau merek, iklan, dan situasi pembelian.

Menurut Mowen dan Minor (2002:83), keterlibatan konsumen adalah

pribadi yang dirasakan penting dan minat konsumen terhadap perolehan,

konsumsi, dan disposisi barang, jasa atau ide. Dengan semakin

meningkatnya keterlibatan, konsumen memiliki motivasi yang lebih besar

untuk memperhatikan, memahami, dan mengelaborasi informasi tentang

pembelian.

Menurut Sangadji dan Sopiah (2013:52) keterlibatan konsumen

mengacu pada tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan hasrat

terhadap rangsangan yang muncul. Sedangkan O’Cass dalam Park dkk

(2006:436), mengartikan involvement sebagai minat atau bagian motivasional yang ditimbulkan oleh stimulus atau situasi tertentu dan

(37)

19

Dalam pemasaran fashion, fashion atau mode merupakan jenis produk atau cara berperilaku yang di adaptasi sementara oleh sejumlah besar

konsumen. Fashion memberikan kesempatan bagi konsumen untuk mengekspresikan citra diri dan perasaan mereka. Fashion juga dapat

digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain (Levy dan Weitz,

2001:162).

Fashion dalam kaitannya dengan keterlibatan atau involvement, dapat diartikan sebagai tingkat ketertarikan dengan kategori produk fashion

(Park dkk., 2006:436). Lebih lanjut, O’Cass menemukan bahwa fashion involvementpada pakaian berhubungan sangat erat dengan karakteristik pribadi (yaitu wanita dan kaum muda) dan pengetahuan fashion, yang mana pada gilirannya mempengaruhi kepercayaan konsumen di dalam

membuat keputusan pembelian( Park dkk., 2006:436).

2. Pengukuran Fashion Involvement

Untuk mengukur fashion involvement, akan digunakan model pengukuran yang dilakukan oleh Park dkk., ( 2006:439) dan Kim dalam

Japarianto dan Sugiharto (2011:34), sebagai berikut:

a. Mempunyai satu atau lebih pakaian dengan model terbaru.

b. Fashion adalah satu hal penting yang mendukung aktivitas.

c. Lebih suka apabila model pakaian yang digunakan berbeda dengan

yang lain.

d. Pakaian menunjukan karakteristik.

(38)

20

f. Mencoba produk fashion terlebih dahulu sebelum membelinya.

g. Tertarik belanja di butik atau toko-toko fashion khusus dari pada

departement store.

D. Visual Merchandising

1. Pengertian Visual Merchandising

Dalam toko ritel khususnya ritel fashion, desain ritel dan visual merchandisingmemainkan peranan penting dalam menciptakan perbedaan.

Merchandising dapat meningkatkan produk, membantu menghidupkan merek, meningkatkanpenjualan, menambah rangsangan visual dengan cara

strategi lokasi dan ciri khas toko, menjelaskan dan mengiklankan

keseluruhan image diri (Kouchekin dan Gharibpoor, 2012:268)

Menurut Krishnakumar (2014:37) visual merchandise merupakan seni menampilkan hal-hal dengan cara yang menarik sehingga hal tersebut bisa

menarik perhatian pelanggan dan membujuk mereka untuk

membeliproduk. Fokus utama visual merchandise adalah menempatkan secara strategis produk-produk di toko sebagai fitur dan manfaat

berkomunikasi dari barang dagangan.

Kaur dkk. (2013:247) mendefinisikan visual merchandising sebagai segala sesuatu yang dilihat konsumen, baik eksterior maupun interior yang

menciptakan image positif dari bisnis dan menghasilkan perhatian, minat, keinginan dan tindakan konsumen, hal ini dapat memberikan keunggulan

(39)

21 2. Peran Visual Merchandising

Schimp dalam Kouchekin dan Gharibpoor (2012:269) telah

medefinisikan peran visual merchandising sebagai berikut:

a. Menciptakan awareness diantara konsumen tentang produk dan menyediakan informasi yang relevan tentang produk.

b. Mengingatkan konsumen tentang manfaat sebuah produk dan

tersedianya produk.

c. Membujuk konsumen untuk membeli produk atau brand khusus. d. Memaksimalkan penggunaan tempat, dan disaat yang sama membuat

pengalaman pembelian menjadi mudah bagi konsumen.

e. Menguatkan komunikasi ritel.

f. Membantu konsumen dalam menemukan, mengevaluasi, memilih

produk.

3. Teknik Visual Merchandising

Teknik visual merchandising terdiri dari dua tipe (Krishnakumar,

2014:39-40), yaitu:

a. Interior display

1) Store Layout: dirancang untuk mengalokasikan tempat khusus atau ruangan khusus untuk masing-masing barang dagangan, misalnya

pakaian khusus wanita dan pria. Menurut Kouchekian dan

Gharibpoor (2012:270) pelanggan ingin toko yang membuat tata

letak toko dapat meminimalkan langkah dan gerak mereka dalam

(40)

22

Levy dan Weitz dalam Hatammimi dan Cendekia (2014:268)

layout dibuat untuk memudahkan konsumen dalam mencari barang, memberikan kenyamanan berbelanja, serta memberikan

pengalaman belanja yang menyenangkan.

2) Store Design: gaya dekoratif atau dekorasi yang digunakan oleh toko untuk menyampaikan image yang ingin ditampilkan kepada konsumen. Ini termasuk pilihan wall coverings, karpet, perlengkapan, rak, gambar.

3) Item Display: pakaian khusus atau aksesoris dapat ditampilkan dalam tampilan produk, seperti perbedaan warna dan ukuran

produk. Item Display menyajikan produk sesuai dengan tipe dan

jenis produk (Hatammimi dan Cendekia, 2014:271). Menurut Levy

dan Weitz (2001:573) banyak ritel fashion menggunakan teknik ini, ketika konsumen mencari keterangan jenis merchandise seperti kemeja atau sweater. Produk disusun berdasarkan ukuran

merupakan metode yang umum dalam mengatur jenis

merchandise.

4) Signage: signage harus informatif dan jelas. Tanda-tanda dan grafis harus disediakan dalam toko, tanda-tanda arah harus

disediakan dalam toko. Kategori signage membantu untuk memandu pelanggan melalui toko, di samping itu, menampilkan

harga, fitur dan menjelaskan manfaat dapat mengkomunikasikan

(41)

23

dalam Hatammimi dan Cendekia (2014:269) signage dapat digunakan untuk menunjukan lokasi suatu tempat atau produk

tertentu, menunjukan promosi atau diskon yang sedang

diselenggarakan oleh toko, dan signage juga sebagai point of sale, yaitu ditempatkan di dekat produk sehingga konsumen dengan

mudah mengetahui harga dan informasi detail produk.

b. Exterior display

Sebuah tampilan eksterior dapat menarik calon pelanggan yang

melewati toko.

1) Window Display : yaitu memajangkan barang-barang, gambar-gambar kartu harga, simbol-simbol dan sebagainya di bagian toko

yang disebut etalase (Wibowo, 2008:3). Fungsi utama window display adalah untuk melakukan pembelian lewat penglihatan.

Window display dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan salah satu dari beberapa jenis pesan kepada

pelanggan, untuk menunjukkan tren musiman dalam warna busana

atau penampilan dan menunjukan bagaimana memakai barang

tertentu untuk mencapai tampilan tertentu (Krishnakumar,

2014:40). Menurut Levy dan Weitz dalam Hatammimi dan

(42)

24 E. Buying Decisions

1. Pengertian Buying Decision

Menurut Peter dan Olson (2002:163),consumer buying decision adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk

mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu

diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan

yang disajikan secara kognitif sabagai keinginan berperilaku.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:285), keputusan pembelian

konsumen adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan kata lain

pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil

keputusan. Sebaliknya, jika konsumen tersebut tidak mempunyai alternatif

untuk memilih dan benar-benar terpaksa melakukan pembelian tertentu

atau mengambil tindakan tertentu, maka keadaan satu-satunya “tanpa pilihan lain” ini bukanlah suatu keputusan.

Berdasarkan pengertian di atas, keputusan pembelian merupakan suatu

proses yang melibatkan konsumen dalam mengkombinasikan pengetahuan

yang dimiliki tentang produk dan jasa dari proses pengenalan akan

kebutuhannya, pencarian informasi, evaluasi alternatif, hingga

(43)

25 2. Tingkat Buying Decision

Tidak semua situasi pengambilan keputusan konsumen menerima

tingkat pencarian informasi ynag sama. Ada kalanya konsumen mencari

informasi dengan detail dan ada juga konsumen yang mencari informasi

hanya sekedarnya,tingkat pencarian informasi ini tergantung pada

pemecahan masalah yang dihadapi. Menurut Schiffman dan Kanuk

(2008:487):

a. Pengambilan keputusan diperluas (extensive problem solving)

Ketika konsumen belum memiliki kriteria untuk mengevaluasi

ketegori produk atau merek yang memenuhi kategori tertentu atau

banyaknya merek yang harus dipertimbangkan terlalu banyak, usaha

pengambilan keputusan tersebut dikategorikan sebagai pengambilan

keputusan diperluas. Pada tingkat pengambilan keputusan diperluas

konsumen memerlukan informasi yang banyak untuk menentukan

kriteria guna mengambil keputusan.

b. Pengambilan keputusan terbatas (limited problem solving)

Pada tingkat ini, konsumen telah menentukan kriteria dasar untuk

melakukan evaluasi kategori produk dan berbagai merek untuk

kategori produk tersebut. Pencarian informasi tambahan tentang

(44)

26

c. Perilaku respon rutinitas (routinized response behavior)

Pada tingkat ini, konsumen telah memiliki beberapa pengalaman

terhadap kategori produk dan kriteria telah ditentukan dengan baik.

Dalam beberapa situasi, konsumen melakukan pencarian informasi

untuk sedikit menambah informasi atau sebaliknya cukup

menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki.

3. Proses Buying Decision

Dalam keputusan pembelian, terdapat proses yang mesti dilalui oleh

seorang konsumen untuk memutuskan apakah akan membeli dan

menggunakan sebuat produk atau jasa. Proses keputusan pembelian

menurut Kotler dan Keller (2012:166-172) terdiri dari lima tahap, yaitu:

a. Pengenalan masalah

Pengenalan masalah atau kebutuhan muncul karena adanya

rangsangan internal dan eksternal. Jika rangsangan menimbulkan

perbedaan antara keadaan yang diinginkan seseorang dengan keadaan

aktual orang tersebut, maka akan timbul kebutuhan (Mowen dan

Minor, 2002:206). Menurut Sumarwan (2011:25) kebutuhan yang

dirasakan bisa berupa kebutuhan utilitarian, yaitu kebutuhan akan

manfaat fungsional dan kebutuhan ekspresive atau hedonik, yaitu

(45)

27

b. Pencarian informasi

Saat kebutuhan muncul, kebutuhan ini akan menghasilkan

dorongan. Apabila seseorang mengalami keadaan dorongan ini,

mereka terlibat dalam perilaku berdasarkan tujuan. Hal ini dilakukan

untuk meringankan atau menyelesaikan masalah, seperti pencarian

informasi, berbicara dengan konsumen lain tentang produk. Konsumen

akan aktif mencari informasi yang relevan dengan mereka (Mowen

dan Minor, 2002:207).

Menurut Kotler dan Keller (2012:167) sumber informasi utama

yang konsumen terima jatuh ke dalam empat kelompok yaitu: pribadi

(keluarga, teman, tetangga, kenalan), komersial (iklan, web site, pelayan toko, dealers, packaging, displays), public (media masa, organisasi penilaian konsumen), pengalaman (penanganan,

pemeriksaan, penggunaan produk).

c. Evaluasi alternatif

Pertama, konsumen mencoba untuk memuaskan kebutuhan.

Kedua, konsumen mencari manfaat dari penyelesaian produk. Ketiga,

konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut,

dimana konsumen akan memberikan perhatian terbesar pada atribut

yang memberikan manfaat untuk memuaskan kebutuhan. Kemudian

(46)

28

mungkin juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling

disukai (Kotler dan Keller, 2012:168-170).

d. Keputusan pembelian

Untuk memudahkan konsumen dalam pemilihan merek, digunakan

kaidah keputusan konsumen yang disebut heuristik. Kaidah ini

mengurangi beban untuk membuat keputusan yang kompleks, salah

satunya adalah heuristik leksikografis yaitu konsumen memilih merek

terbaik berdasarkan atribut yang dianggap paling penting (Kotler dan

Keller, 2012:170). Misalnya konsumen membeli produk yang terbaik

mungkin menunjukkan bahwa konsumen berorientasi kualitas,

konsumen membeli produk yang paling bergengsi mungkin

menunjukkan bahwa konsumen berorientasi status, konsumen membeli

produk yang murah mungkin mengungkapkan bahwa konsumen

tersebut berpikiran ekonomis (Schiffman dan Kanuk, 2008:509).

e. Perilaku pasca pembelian

Jika kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa, jika

memenuhi harapan, konsumen puas, jika melebihi harapan, konsumen

sangat puas. Perasaan ini menentukan apakah pelanggan membeli

produk kembali dan membicarakan hal-hal menyenangkan atau tidak

menyenangkan tentang produk itu kepada orang lain (Kotler dan

(47)

29 F. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan

hedonicconsumption tendency, fashion involvement, visual merchandising dan

consumer buying decisionpada penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti merujuk pada empat penelitian terdahulu. Penelitian pertama

dilakukan oleh Puspa Budiani, Aprianti EP dan Widiartanto dengan judul

“Pengaruh Atribut Toko dan Fashion Involvement terhadap Keputusan

Pembelian (Studi Kasus pada Matahari Departement Store Paragon Mall Semarang)”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik

accidental sampling.Sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden yang melakukan pembelian di Matahari Departement Store Paragon Mall

Semarang. Dari hasil analisis diketahui bahwa secara parsial, variabel atribut

toko memberikan kontribusi pengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar

15,3 %, sedangkan fashion involvement memberikan kontribusi pengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 43,6 %.

Penelitian kedua dilakukan oleh Gede Wira Kusuma, Syafiie Idrus, Atim

Djazuli dengan judul “ The Influence of Hedonic Shopping Motivations on

BuyingDecision with Gender as Dummy Variable:(A Study on Consumers at the Hardy’s Mall Singaraja, Kabupaten Buleleng, Indonesia)”. Penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel sebanyak 360 responden yang telah mengunjungi Hardy Mall Singaraja dan telah

berbelanja lebih dari dua kali. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa

(48)

30 shoppingberpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian dan jenis kelamin secara signifikan mempengaruhi keputusan pembelian,

sedangkan gratification shoppingtidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh M Krishnakumar dengan judul “The

Role of Visual Merchandising in Apparel Purchase Decision”. Penelitian ini menggunakan teknik convenience samplingdalam menentukan responden. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden dimana

58 responden pria dan 42 responden wanita yang diambil dari individu rumah

tangga yang tinggal di daerah Coimbatore yaitu kota kosmopolitan di Tamil

Nadu. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa 48% responden setuju

bahwa visual merchandising membantu dalam pengambilan keputusan. Lima puluh enam persen (56%) responden setuju untuk memilih berbelanja di toko

yang visual merchandising menarik. Lima puluh persen (50%) dari responden setuju bahwa tampilan depan toko memainkan peranan penting dalam menarik

pelanggan. Lima puluh empat persen (54%) responden setuju store design

membantu dalam keputusan pembelian. Lima puluh lima persen (55%) dari

responden sangat setuju bahwa pencahayaan yang baik akan meningkatkan

keputusan pembelian pakaian.

Penelitian keempat yang dilakukan oleh A O’cass dengan judul “An

(49)

31

tipe keterlibatan, yaitu : keterlibatan pakaian fashion, keterlibatan keputusan pembelian, keterlibatan iklan dan keterlibatan konsumsi. Adapun penentuan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik convenience sampling.

Sampel yang digunakan sebanyak 450 responden dari Universitas Australia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara wanita dan pria dalam tingkat keterlibatan. Dari keempat tipe

keterlibatan tersebut ditemukan bahwa keterlibatan pakaian fashionuntuk wanita lebih besar dibandingkan pria dengan nilai 2,57, sedangkan pria

nilainya 1,95 dengan signifikansi 0,001. Untuk keterlibatan keputusan

pembelian, wanita memiliki nilai lebih besar dibandingkan pria dengan nilai

3,40 dan pria 2,59 dengan signifikansi 0,001. Untuk keterlibatan iklan, wanita

memiliki nilai lebih besar dibandingkan pria dengan nilai 2,91 dan pria 2,40.

Begitu juga dengan keterlibatan konsumsi, wanita memiliki nilai lebih besar

dibandingkan pria dengan nilai 2,76 dan pria 2,21.

G. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini digunakan tiga variabel independen yang

mempengaruhi keputusan pembelian. Ketiga variabel tersebut adalah hedonic consumption tendency, fashion involvement, visual merchandising. Masing-masing variabel dibuat pertanyaan yang nantinya akan menjadi alat ukur untuk

mengukur apakah butir-butir dalam suatu pertanyaan layak atau tepat untuk

(50)

32

validitas, kemudian dilakukan uji reliabilitas untuk mengukur kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab butir-butir pertanyaan.

Tahap selanjutnya, akan dilakukan uji asumsi klasik regresi linear seperti,

uji normalitas data, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas untuk

memenuhi persyaratan- persyaratan dalam uji regresi linear berganda agar

hasil yang akan diperoleh lebih valid dan akurat, kemudian akan dilakukan

pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linear berganda untuk

mengetahui pengaruh hedonic consumption tendency, fashion involvement, visual merchandising terhadap consumer buying decision baik secara parsial dengan menggunakan uji t, maupun secara simultan dengan uij F dan terakhir

melihat sejauh mana sumbangan variabel independen terhadap variasi variabel

(51)

33 Gambar.2.2

Kerangka Pemikiran

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu pernyataan atau dugaan sementara terhadap

suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji

secara empiris (Hasan, 2013:34). Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Asumsi Klasik Regresi Linear :

Uji Normalitas Data Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas

Kesimpulan dan Implikasi

Uji Regresi Linear Berganda Uji t (parsial)

Uji F (simultan)

(52)

34

pustaka dan tinjauan penelitian, maka dapat diajukan suatu hipotesis yang

masih memerlukan pengujian untuk membuktikan kebenarannya yaitu:

1. Ho:β1 = 0 ; Hedonic consumption tendency secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap consumer buying decisions process

Ha:β1≠ 0 ; Hedonic consumption tendency secara parsial berpengaruh signifikan terhadap consumer buying decisions process

2. Ho:β2=0 ; Fashion involvement secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap consumer buying decisions process

Ha : β2 ≠0 ; Fashion involvement secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap consumer buying decisions process

3. Ho : β3 = 0 ; Visual merchandising secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap consumer buying decisions process

Ha : β3≠ 0 ; Visual merchandising secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap consumer buying decisions process

4. Ho : β1, β2, β3 = 0 ; Hedonic consumption tendency, fashion involvement,

dan visual merchandising secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap consumer buying decisions process

Ha : β1, β2, β3 ≠ 0 ; Hedonic consumption tendency, fashion involvement,

dan visual merchandising secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

(53)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu hedonic consumption tendency(X1), fashion involvement(X2), dan visual merchandising(X3) dan variabel dependen yaitu consumer buying decision(Y1). Adapun lokasi tempat penelitian ini dilakukan yaitu disekitar outlet Zoya Fashion yang berada di Jakarta dan waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah pada bulan Maret 2015 sampai Januari 2016.

Berdasarkan masalah yang diteliti, penulis membatasi ruang lingkup

penelitian pada pengaruh hedonic consumption tendency, fashion involvement, visual merchandising tehadap consumer buying decision process pada konsumen Zoya Fashion Jakarta.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah totalitasobjek atau keseluruhan item

psikologi yang dibatasi oleh kriteria tertentu (Supriyanto, 2009:120) .

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Zoya Fashion Jakarta.

2. Sampel

Pada dasarnya, sampel adalah sebagian objek psikologi atau anggota

(54)

36

Ukuran sample lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk

kebayakan penelitian (Supriyadi, 2014:18). Oleh karena itu, jumlah

sampel yang di ambil atau digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60

responden. Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel

yaitu purposive sampling, dimana peneliti memilih responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria yang sesuai dengan

populasi. Adapun kriteria responden dalam penelitian ini yaitu konsumen

Zoya Fashion yang pernah melakukan pembelian produk Zoya Fashion, dan terakhir kali melakukan pembelanja pada dua minggu sebelumnya

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data, penulis mengumpulkan data primer dan

sekunder. Data primer mengacu pada informasi yang didapatkan penulis dari

pihak pertama yang menjadi objek penelitian. Sedangkan data sekunder

diperoleh dari sumber-sumber yang sudah tersedia. Berikut metode yang

penulis lakukan untuk memperoleh data yang diperlukan:

1.Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau bersangkutan yang

memerlukannya (Hasan, 2013:21). Untuk memperoleh data dalam

penelitian ini, penulis munggunakan teknik pengumpulan data primer

(55)

37

Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk

memperoleh data dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal lain yang perlu diketahui (Hasan, 2013:17). Kuesioner yang

digunakan peneliti adalah kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan

tertutup, dimana pertanyaan ini tidak memberikan kebebasan kepada

responden karena alternatif jawabannya sudah disediakan oleh peneliti.

Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian: bagian A berisi pertanyaan saringan

dan keterangan pribadi responden, kemudian bagian B berisi pernyataan

yang merupakan penjabaran dari oprasional variabel hedonic consumption tendency, fashion involvement, visual merchandising dan consumer buying decision process

Pengumpulandata dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan

tertulis kepada responden dan menggunakan model jawaban berbentuk

skala likert.Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang variabel penelitian (Riduwan

dan Akdon, 2013:16). Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk

pernyataan yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:

Tabel. 3.1 Skala Likert

PERNYATAAN POSITIF BOBOT

Sangat Setuju (SS) 5

(56)

38

Sumber : Riduwan dan Akdon, 2013:17 2.Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada

(Hasan, 2013:21). Data sekunder yang digunakan peneliti dalam

penyusunan penelitian ini bersumber dari buku-buku, jurnal dan peneliti

juga menggunakan media internet untuk memperoleh informasi, serta

data-data yang diperlukan.

D. Metode Analisis Data

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran menunjukan tingkat

ketepatan-kesahehan atau keandalan suatu alat ukur dalam penelitian(Supriyanto,

2009:109). Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan dari suatu

instrumen penelitian. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

membandingkan hasil r hitung dengan r tabel, butir pertanyaan dikatakan

valid jika nilai r hitung > r tabel. Dimana r hitung didapatkan dengan

menggunakan validitas product momen pearson correlation (Sujarweni dan Endrayanto, 2012:189).

PERNYATAAN POSITIF BOBOT

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2

(57)

39

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah menunjukan pada suatu ukuran, bila digunakan

berkali-kali akan menghasilkan data yang sama(konsisten data-data dapat

dipercaya) (Supriyanto, 2009:111). Instrumen dikatakan reliabel jika

jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Dalam hal ini, peneliti menggunakan nilai cronbach alpha dalam menentukan reliabilitas, jika nilai cronbach alpha> 0,60 konstruk pertanyaan dimensi variabel adalah reliabel (Sujarweni dan Endrayanto,

2012 :189).

3. Uji Asumsi Klasik Regresi Linear

Dalam penggunaan regresi linear berganda, diharuskan memenuhi

persyaratan-persyaratan tertentu yang berbentuk asumsi-asumsi dasar

sehingga hasil yang akan diperoleh lebih valid atau dapat lebih akurat

(Hasan, 2013:100).

a. Uji Normalitas Data

Salah satu asumsi yang harus dibuktikan atau diuji adalah menguji

kenormalan residual atau data yang akan diolah. Penelitian ini

(58)

40

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti antara variabel bebas yang satu dengan

variabel bebas yang lain dalam model saling berkorelasi linear,

biasanya korelasinya mendekati sempurna atau (koefisien korelasinya

tinggi atau bahkan satu) (Hasan, 2013:111). Variabel bebas tidak

mengalami multikolinearitas jika: α hitung > α dan VIF hitung < VIF,

jika menggunaka nilai tolerance (α)10% atau 0,10, maka VIF = 10 (Sunyoto, 2010: 98-100).Dalam penelitian ini, antara variabel bebas

tidak terjadi multikolinearitas jika α hitung > 0,10 dan VIF hitung <

10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti variasi (varians) variabel tidak sama

untuk semua pengamat (hasan, 2013:101). Heteroskedastisitas dapat

dilihat melalui grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) atau variabel bebas dan nilai residual (SRESID) atau variabel terikat, jika

pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada

sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur, maka data

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Sunyoto,

(59)

41

4. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi digunakan untuk meneliti hubungan sebab akibat

dan meneliti seberapa besar pengaruh antara variabel independen

yaitu hedonic consumption tendency, fashion involvement, visual merchandising terhadap variabel dependen yaitu consumer buying decision process. Adapun persamaan regresi yang digunakan:

Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Dimana :

Y : consumer buying decisionprocess

a : konstanta

X1 : hedonic consumption tendency

X2 :fashion involvement

X3 : visual merchandising

β1, β2, β3 : koefisien regresi

e : error

b. Uji t (parsial)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

yang signifikan atau tidak signifikan dari masing-masing nilai

koefisien regresi (β1, β2, β3) variabel independen yaitu hedonic

Gambar

Gambar.2.1
gambar kartu harga, simbol-simbol dan sebagainya di bagian toko
tabel memiliki derajat kebebasan : df1 = k – 1, dan df2 = n – k
Tabel 4.8.  membuat saya merasa seperti berada di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji F, diketahui bahwa variabel dependen yaitu Hedonic Consumption Tendency, Fashion Involvement dan Visual Merchandising secara bersama-sama berpengaruh

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hedonic Shopping Value dan Fashion Involvement tidak berpengaruh terhadap perilaku Impulse Buying pada Matahari Department Store di

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Fashion Involvement, Positive

i Pengaruh Hedonic Shopping Motivation, Brand Image, dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying dengan Inflasi sebagai Variabel Moderator pada e-commerce Shopee Irma Nina

PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE, FASHION INVOLVEMENT, DAN HEDONIC MOTIVES TERHADAP IMPULSE BUYING BEHAVIOR KONSUMEN PADA BUTIK ZARA DI TUNJUNGAN PLAZA

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel fashion involvement berpengaruh lebih dominan terhadap impulse buying yang terjadi pada konsumen Matahari

Pattipeilohy, VR & Rofiaty, M 2013, 'The Influence of the availability of Money and Time, Fashion Involvement, Hedonic Consumption Tendency and Positive Emotions towards Impulse Buying

Secara bersama-sama Hedonic Shopping Motivation, Visual Merchandising, Promotion Berepengaruh Terhadap E-Impluse Buying pada pembelian produk di media sosial Tik Tok pada Mahasiswa