• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Masyarakat Dalam Pelestarian Kawasan Ekowisata Tangkahan di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Masyarakat Dalam Pelestarian Kawasan Ekowisata Tangkahan di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

PERANAN MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN DI KABUPATEN LANGKAT PROVINSI

SUMATERA UTARA

OLEH

AYU PURNAMA SARI

112204051

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : PERANAN MASYARAKAT DALAM

PELESTARIAN KAWASAN EKOWISATA

TANGKAHAN DI KABUPATEN

LANGKAT PROVINSI SUMATERA

UTARA

Oleh

: AYU PURNAMA SARI

NIM :

112204051

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

(4)

ABSTRAK

Peranan Masyarakat Dalam Pelestarian Kawasan Ekowisata Tangkahan Di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

Indonesia memiliki keindahan alam yang terbentang luas. Dipandang dari sudut pariwisata, potensi alam ini dapat memberikan banyak keuntungan baik bagi negara maupun rakyat jika dimanfaatkan dengan benar. Oleh karena itu peranan masyarakat sangat berperan penting dalam hal ini terutama dalam bidang pelestarian. Ekowisata sebagai salah satu bagian dari pariwisata alam yang seharusnya dijaga dan dilestarikan. Kawasan Ekowisata Tangkahan yang terletak di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu objek wisata yang mengandalkan ekowisata dengan keadaan alam yang masih asri dan sungai yang berpotensi sebagai wahana tubing, salah satu binatang langka seperti Orang Utan serta hutan yang dapat digunakan sebagai “jungle track” untuk menarik wisatawan yang ingin memuaskan hasrat petualangan di alam bebas, mengamati satwa liar, tumbuh-tumbuhan dan atraksi budaya. Masyarakat di Kawasan Ekowisata Tangkahan harus berupaya menjaga lingkungan sekitar agar semakin bertambahnya wisatawan yang ingin mengunjungi Tangkahan. Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan hasilan yang bermanfaat, dan menjaga kelestarian hutan demi perkembangan Ekowisata di Indonesia.

Keyword : Masyarakat, Pelestarian, Kawasan Ekowisata Tangkahan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya kepada penulis akhirnya kertas karya ini dapat selesai. Kertas karya ini merupakan salah satu syarat akademis untuk mendapatkan gelar Diploma D-III Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih banyak kekurangan yang disebabkan masih minimnya pengetahuan penulis serta kurangya diktat dan buku-buku tentang usaha wisata yang menjadi acuan penulis. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, demikian juga penulis yang membuat kertas karya ini tidak luput dari kekhilafan dan kesalahan. Berdasarkan pemikiran tersebut berdasarkan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran ke arah perbaikan yang diperlukan dari pembaca guna kesempurnaan kertas karya ini.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh sebab itu sudah selayaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

(6)

2. Arwina Sufika, S.E., M.Si. selaku Ketua Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Arwina Sufika, S.E., M.Si. Selaku dosen pembimbing yang dengan susah payah mendidik dan membimbing serta meluangkan waktu untuk penulis dalam menyelesaikan karya ini.

4. Drs. Marzaini Manday, MSPD sebagai Dosen Pembaca yang telah banyak membantu dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

5. Seluruh Staf Pengajar pada Program Studi D III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada kedua orang tuaku yang tersayang dan tercintaAyahanda Rusli dan Ibunda Nuriana, yang telah banyak membantu penulis darisegi doa, moril dan materi dari awal perkuliahan sampai selesainyakertas karya ini. 7. Abang dan Adek Penulis tercinta, Muhammad Yusuf dan Muhammad

Ricky Yakub yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

8. Teman-teman Pariwisata Usaha Wisata stambuk 2011yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

(7)

10. Buat yang paling disayang M.Robi Suganda yang telah memberikan perhatian dan semangat kepada penulis sehingga menyelesaikan kertas karya ini tepat waktu.

Akhir kata penulis mengaharapkan semoga kertas karya ini bermanf saat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan para pembaca.

Medan 20 Oktober 2014 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 3

1.4 Metode Penelitian ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II URAIAN TEORITIS ... 6

2.1 Pengertian Pariwisata ... 6

2.2 Pengertian Sarana dan Prasarana Kepariwisataan... 8

2.3 Pengertian Wisatawan ... 11

2.4 Pengertian Ekowisata ... 13

BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN ... 19

3.1 Kawasan Ekowisata Tangkahan ... 19

3.2 Sejarah Ekowisata Tangkahan ... 21

3.3 Objek-Objek Wisata Tangkahan ... 25

(9)

BAB IV PERANAN MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAWASANEKOWISATA TANGKAHAN DI KABUPATEN

LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA ... 38

4.1 . Kondisi Berdirinya Kawasan Ekowisata Tangkahan Pada Abad Ke 20(Tahun 1900an Sebelum adanya Illegal Logging) ... 38

4.2 Kondisi Kawasan Ekowisata Tangkahan Sejak Tahun 2001 Sampai Dengan Sekarang ( Sesudah Berdirinya LPT ) ... 40

4.3 Upaya yang dilakukan masyarakat dalam melestarikan Kawasan EkowisataTangkahan (KET... 43

4.4 Hambatan yang timbul dalam pelestarian Kawasan Ekowisata Tangkahan dan Usaha-Usaha Mengatasinya ... 48

BAB V PENUTUP ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

LAMPIRAN... 53

Denah Kawasan Ekowisata Tangkahan ... 53

Dokumentasi ... 54

DAFTAR PUSTAKA... 57

(10)

ABSTRAK

Peranan Masyarakat Dalam Pelestarian Kawasan Ekowisata Tangkahan Di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

Indonesia memiliki keindahan alam yang terbentang luas. Dipandang dari sudut pariwisata, potensi alam ini dapat memberikan banyak keuntungan baik bagi negara maupun rakyat jika dimanfaatkan dengan benar. Oleh karena itu peranan masyarakat sangat berperan penting dalam hal ini terutama dalam bidang pelestarian. Ekowisata sebagai salah satu bagian dari pariwisata alam yang seharusnya dijaga dan dilestarikan. Kawasan Ekowisata Tangkahan yang terletak di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu objek wisata yang mengandalkan ekowisata dengan keadaan alam yang masih asri dan sungai yang berpotensi sebagai wahana tubing, salah satu binatang langka seperti Orang Utan serta hutan yang dapat digunakan sebagai “jungle track” untuk menarik wisatawan yang ingin memuaskan hasrat petualangan di alam bebas, mengamati satwa liar, tumbuh-tumbuhan dan atraksi budaya. Masyarakat di Kawasan Ekowisata Tangkahan harus berupaya menjaga lingkungan sekitar agar semakin bertambahnya wisatawan yang ingin mengunjungi Tangkahan. Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan hasilan yang bermanfaat, dan menjaga kelestarian hutan demi perkembangan Ekowisata di Indonesia.

Keyword : Masyarakat, Pelestarian, Kawasan Ekowisata Tangkahan.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Kemajuan industri pariwisata di dunia umumnya dan di Indonesia khususnya telah berkembang semakin pesat. Perkembangan industri tersebut tidak hanya berdampak pada peningkatan penerimaan devisa negara, namun juga telah mampumemperluas kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dalam rangka mengurangi pengangguran di daerah. Pada tahun 2009 pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah minyak dan gas bumi.

Industri pariwisata di berbagai wilayah di Indonesia, khususnya Pulau Sumatera juga sudah mulai bangkit dan berperan dalam mendukung upaya pemeliharaan dan penguatan nilai-nilai sosial budaya serta membangun kesadaran masyarakat terhadap upaya konservasi lingkungan.

Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatanpariwisata yang berwawasanlingkungandengan mengutamakan aspekkonservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pendidikan.

(12)

alam.Kawasan Ekowisata Tangkahan adalah sebuah kawasan di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.Kawasan Ekowisata Tangkahan menawarkan pemandangan yang spektakuler dan udara segar yang menyejukkan. Tidak hanya itu saja Kawasan Ekowisata tangkahan juga sangat banyak pilihan objek-objek wisata yang menarik.Keanekaragaman hayati serta bentang alam yang dimiliki kawasan Tangkahan,menunjukkan adanya kekayaan variasi yang dapat dikembangkan, pendidikan konservasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masayarakat setempat maupun pengunjung,tentang pentingnya konservasi hutan beserta ekosistemnya.

Bedasarkan pemikiran tersebut penulis mengangkat judul “Peranan Masyarakat dalam Pelestarian Kawasan Ekowisata Tangkahan Di Kabupaten

Langkat Provinsi Sumatera Utara” dalam penulisan kertas karya ini. Karna sangat disayangkan masyarakat tidak mengerti tentang pentingnya Ekowisata yang ada diKawasan Ekowisata Tangkahan, banyak masyarakat yang tidak memanfaatkan aspek pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan mengunjungi Kawasan Ekowisata Tangkahan.

1.2 Pembatasan Masalah

(13)

1) Bagaimana upaya masyarakat setempat melestarikan Tangkahan sebagai Ekowisata di Sumatera Utara.

2) Hambatan yang timbul dalam pelestarian Kawasan Ekowisata Tangkahan.

1.3 Tujuan Penulisan

Kertas karya ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

1. Sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Ahli Madya Pariwisata pada program studi pariwisata bidang keahlian Usaha Wisata di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Kertas karya ini diharapkan dapat menambahkan ilmu bagi pembaca.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui upaya-upaya yang harus dilakukan masyarakat dalam peningkatan Ekowisata Tangkahan di Sumatera Utara.

2. Melatih penulis untuk mengembangkan kreatifitas dalam membuat karya ilmiah.

1.4 Metode Penulisan

(14)

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data yang diperoleh merupakan hasil pengamatan secara langsung di lapangan. Dengan cara mewawancarai penduduk setempat yang terkait yang penulis anggap dapat membantu dalam melengkapi isi kertas karya ini.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Teknik pengumpulan data berupa teori-teori, juga mengumpulkan data dari buku-buku, majalah yang berhubungan dengan hal yang diteliti penulis.

1.5 Sistematika Penulisan

Agar penulisan kertas karya ini tersusun secara sistemtis maka penulis membaginya ke dalam 5 bab berikut ini :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang alasan pemilihan judul, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS

(15)

BAB III : GAMBARAN UMUM TANGKAHAN

Menguraikan tentang gambaran umum Kawasan Ekowisata Tangkahan, letak geografis, keadaan alam, objek-objek wisata dan sejarah awal terbentuknya Tangkahan.

BAB IV : TANGKAHAN MERUPAKAN SALAH SATU TEMPAT

EKOWISATA DI SUMATERA UTARA

(16)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pariwisata

Secara Etimologis “Pariwisata” berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar,dan lengkap, dan “Wisata” yang berati perjalan atau berpergian. Dengan demikan pengertian kata pariwisata dapat disimpulkan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berputar-putar dari satu tempat ke tempat lain.

Kegiatan berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari suatu tempat menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiaanya adalah karena kepergianya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi,sosial,kebudayaan,politik,agama,kesehatan,maupun kepentingan lain,seperti karena rasa ingin tahu, menambah pangalaman,ataupun untuk belajar.

(17)

Ketetapan MPRS No. I-II Tahun 1960, menyebutkan bahwa kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi liburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara-negara lain (pariwisata luar negeri).

Menurut Oka A.yoeti (1996), secara tekhnis ilmu pariwisata adalah ilmu yang mempelajari rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok didalam wilayah negaranya sendiri atau negara lain,dengan menggunakan kemudahan jasa pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah, dunia usaha dan industri agar terwujud keinginan wisatawan.

(18)

2.2 Pengertian Sarana dan Prasarana Kepariwisataan

2.2.1 Pengertian Sarana Kepariwisataan

Sarana pariwisata merupakan hal yang paling dibutuhkan dalam dunia kepariwisataan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ada tiga macam sarana pariwisata, yang mana satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Ketiga saran yang dimaksud adalah:

A. Sarana pokok kepariwisataan (Main Tourism Superstructure)

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada lalu lintas wisatawan dan pengunjung lainnya. Fungsinya adalah memberikan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi wisatawan. Adapun perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

1. Perusahaan yang usaha kegiatanya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan atau disebut juga Reseptive Tourist plan seperti menyelenggarakan tour,city tour,sight seeing, termasuk juga Biro Perjalanan Wisata, Agen Perjalanan Wisata, Tour Operator dan lain-lain.

(19)

B. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Superstucture)

Sarana pelengkap kepariwisataan adalah fasilitas-fasilitas yang melengkapi sarana pokok dengan sedemikian rupa sehingga dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di tempat atau di Objek Daerah Tujuan Wisata yang dikunjunginya. Dalam istilah kepariwisataan dikenal juga dengan istilah Recrestive and Sportive Plan

biasanya yang termasuk kedalam kelompok ini adalah fasilitas untuk olahraga dan sebagainya.

C. Sarana Penunjang Kepariwisataaan (Supporting Tourism Superstructure)

Sarana penunjang kepariwisataan merupakan fasilitas yang diperlukan wisatawan dan berfungsi tidak hanya melayani kebutuhan pokok dan sarana pelengkap tetapi juga memiliki fungsi yang lebih penting yaitu agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjungi tersebut, sebagai contoh night club, casino,souvenir shop, dan lain-lain.

2.2.2 Pengertian Prasarana Kepariwisataan

Prasarana kepariwisataan ( tourism infrastructure) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Prasarana kepariwisataan sama dengan pengertian prasarana umum seperti yang dikemukakan oleh Prof.Salah Wahab dalam bukunya yang berjudul

(20)

 Bandara, pelabuhan, terminal, stasiun.

 Alat-alat transportasi seperti kapal tambang ( ferry), kereta api, bus, pesawat udara dan sebagainya.

 Jalan raya beserta rambu-rambunya dan jembatan.

 Pembangkit tenaga listrik

 Penyedia air bersih.

Ditambah lagi dengan pendapat Lothar A.Kreck (1980) dalam bukunya yang berjudul International Tourism, yang membagi prasarana ke dalam dua bagian yang penting, yaitu :

a. Prasarana perekonomian yang dibagi atas :

 Pengangkutan (pesawat, bus, kapal laut dan lain-lain)

 Prasarana komonikasi (telepon, tv, radio, internet, media cetak dan lain-lain)

 Kelompok “untilities” seperti penerangan listrik,persediaan air minum, sumber energi dan sistem irigasi.

 Sistem Perbankan seperti money changer sebagai tempat penukaran mata uang asing.

b. Prasarana sosial adalah semua faktor yang menunjang kemajuan atau menjamin kelangsungan prasarana perekonomian yang ada, seperti :

(21)

 Pelayanan kesehatan, sangat dibutuhkan di suatu objek wisata karena mungkin saja wisatawan yang berlibur jatuh sakit.

 Faktor keamanan, seperti Polisi, Pemerintah Umum, Pengadilan dan lain-lain.

 Petugas yang langsung melayani wisatawan (government apparatus).

Termasuk dalam kelompok ini adalah petugas imigrasi (imigration officer), petugas bea dan cukai (customs officer).

2.3 Pengertian Wisatawan

(22)

Menurut rumusan tersebut di atas yang termasuk ke dalamnya :

a. Wisatawan (tourist) yaitu pengunjung yang paling sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan ke dalam kalsifikasi sebagai berikut :

 Pesiar (leisure), seperti untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan,studi keagamaan dan olah raga.

 Hubungan dagang (bussines), keluarga, konferensi dan missi.

b. Pelancong (exursionist) yaitu pengunjung sementara yang tinggal kurang dari 24 jam dinegara yang dikunjunginya (termasuk pengunjung dengan kapal pesiar).

Menurut G.A. Schmoll, Wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk perjalanan rekreasi dan berlibur, yang tertarik pada perjalanan pada umumnya dengan motivasi perjalanan yang pernah ia lakukan, menambah pengetahuan, tertarik oleh pelayanan yang diberikan oleh suatu daerah tujuan wisata yang dapat menarik pengunjung di masa yang akan datang.

(23)

a. Memanfaatkan waktu luang untuk berkreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olah raga.

b. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.

2.4 Pengertian Ekowisata

Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan sering diposisikan sebagai lawan dari wisata berskala besar atau konvensional. Sebenarnya yang lebih membedakannya dari wisata berskala besar adalah karekteristik produk dan pasar. Perbedaan ini tentu berimplikasi pada kebutuhan perencanaan dan pengelolaan yang tipikal.

Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Masyarakat ekowisata Internasional mengartikannya sebagai perjalanan wisata alam yang bertangung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Dari defenisi ini ekowisata dapat dilihat dari perspektif yakni : pertama, ekowisata sebagai produk; kedua, ekowisata sebagai pasar; ketiga, ekowisata sebagai pendekatan pengembangan.

(24)

Dalam kaitan ini From (2004) menyusun tiga konsep dasar yang lebih operasional tentang ekowisata, yaitu sebagai berikut:

Pertama, perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Dalam wisata ini orang biasanya menggunkan sumber daya hemat energi, seperti tenaga surya, banguan kayu, bahan daur ulang, dan mata air. Sebaliknya kegiatan tersebut tidak mengorbankan flora dan fauna, tidak mengubah topografi lahan dan lingkungan dengan mendirikan bangunan yang asing bagi lingkungan dan budaya masyarakat setempat.

Kedua, wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas transportasi yang diciptakan dan dikelola masyarakat kawasan wisata itu. Prinsipnya, akomondasi yang tersedia bukanlah perpanjangan tangan hotel internasional dan makanan yang ditawarkan juga bukan makanan berbahan baku import,melainkan semuanya berbasis produk lokal. Oleh sebab itu wisata ini memberikan keuntungan langsung bagi masyarakat lokal.

Ketiga, perjalanan wisata ini manaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal. Para wisatawan biasanya banyak belajar dari masyarakat lokal, bukan sabaliknya menggurui mereka. Wisatawan tidak menuntut masyarakat lokal agar menciptakan pertunjukan dan hiburan ekstra, tetapi mendorong mereka agar diberi peluang untuk menyaksikan upacara dan pertunjukan yang sudah dimilikinya masyarakat setempat.

(25)

1. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.

2. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal, maupun pelaku wisata lainya.

3. Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW).

4. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.

5. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal.

6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik didaerah tujuan wisata.

(26)

Oleh sebab itu, ada beberapa karakteristik ekowisata yang membedakanya dengan wisata massal. Pertama, aktifitas wisata terutama berkaitan dengan konservasi lingkungan. Meskipun motif berwisata bukan untuk melestarikan lingkungan namun, dalam kegiatan-kegiatan tersebut melekat keinginan untuk ikut serta melestarikan lingkungan. Tingginya kesadaran lingkungan memudahkan wisatawan untuk terlibat dalam berbagi upaya pelestariannya.

Kedua, penyediaan jasa wisata tidak hanya menyiapkan sekedar atraksi untuk menarik tamu, tetapi juga menawarkan peluang bagi mereka untuk lebih menghargai lingkungan, sehingga keunikan ODTW dan lingkunganya tetap terpelihara dan masyarakat lokal serta wisatawan brikutnya dapat menikamati keunikan tersebut. Selain itu, penyedia jasa wisata perlu menyediakan kegiatan-kegiatan produktif yang langgeng agar masyarakat lokal dapat menikmati hidup yang lebih baik secara berkelanjutan.

Ketiga, kegiatan wisata berbasis alam. ODTW yang menjadi basis dalam kegiatan wisata adalah alam dan lingkungan yang hijau (kawasan pegunungan, hutan raya dan taman nasional, perkebunan) dan biru (laut yang bening dan bersih). Bagi wisatawan atraksi alam yang masih asli ini memiliki nilai tertinggi dalam kepuasan berwisata.

(27)

Kelima, kegiatan wisata dilakukan tidak hanya dengan tujuan untuk menikmati keindahan dan kekayaan alam itu sendiri, tetapi juga secara spesifik untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan bagi pelestarian ODTW. Dalam hal ini terbentuk hubungan yang erat antara masyarkat lokal, pelaku konservasi dan ilmuan serta ekowisatawan melalui situasi belajar dan pengalaman bersama.

Keenam, perjalanan wisata menggunakan alat transportasi dan akomondasi lokal. Pengertian ini menunjuk kepada moda angkutan dan fasilitas akomondasi yang di kelolah langsung oleh masyarakat di daerah tujuan wisata, terlebih-lebih yang bersifat ramah lingkungan. Pemanfaatan fasilitas sejinis yang dikelolah oleh orang luar yang di pandang akan mengurangi sumbangan ekowisata bagi peningkatan kesejateraan ekonomi masyarakat setempat.

Ketujuh, pendapatan dari pariwisata digunakan tidak hanya untuk mendukung kegiatan konservasi lokal tetapi juga membantu pengembangan masyarakat setempat secara berkelanjutan, misalnya dengan membentuk program-prograpendidikan lingkungan.

kedelapan, perjalanan wisata menggunakan teknologi sederhana yang tersedia di daerah tujuan wisata, terutama yang menghemat energi, menggunakan sumber daya lokal, termasuk melibatkan masyarakat lokal dalam pembuatanya(Shores and Wight, dikutip oleh Ward, 1997).

(28)

maksimum 20 kamar, meskipun dari luar kawasan wisata memungkinkan penyediaan kamar lebih dari jumlah itu. Tujuannya adalah untuk menyeimbangkan kepuasan berwisata dengan daya dukung lingkungan (alam dan sosial budaya) serta besaran keuntungan uang akan dinikmati oleh masyarakat lokal (Chafe and Honey,2004)

(29)

BAB III

GAMBARAN UMUM KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN

3.1 Kawasan Ekowisata Tangkahan

Kawasan Ekowisata tangkahan adalah nama yang ditetapkan untuk memperjelas sebutan pada batas kawasan pengelolaan dalam lingkup kesepakatan kerjasama (memorandum of understanding) yang di tanda tangani oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dan lembaga pariwisata tangkahan pada 22 april 2002 dan 23 juli 2006 seluas 17.500 ha, yang merujuk pada ketentuan peraturan menteri kehutanan No: P.19/Menhut-II/2004 tentang koloborasi kawasan Pelestarian Alam dan kawasan Suaka Alam. Dimana letak kawasan pengelolaan kolaborasi tersebut terletak pada koordinat 03 0 37’ 45 – 030 44’ 45” LU s/d 0980 00’ 00” – 0980 06’45 BT. Kawasan Pengelolaan kolaborasi tersebut terletak di wilayah Resort BB_TNGL Tangkahan dan sebahagian masuk dalam wilayah Resort BB_TNGL Cinta Raja, SPTN VI-Besitang pada wilayah BPTN III/Stabat Balai Besar Taman nasional Gunung Leuser di bagian Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di wilayah administratif Kabupaten Langkat.

(30)

Serangan yang merupakan Ibu kota kecamatan Batang Serangan. Kecamatan Batang Serangan memiliki luas 99.322 hektar (993,32 Km2) dengan jumlah penduduk 13.776 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 38 jiwa/km2. Tiga wilayah desa dalam wilayah administratif kecamatan Batang Serangan tersebut memiliki (berbatasan) wilayah hutan Taman Nasional Gunung Leuser yaitu Desa Sungai Serdang, Desa Namo Sialang dan Desa Sungai musam.Kecamatan Batang Serangan berbatasan di sebelah Utara dengan Kecamatan Sungai Lepan dan Sawit Seberang, di wilayah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bahorok, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Tualang dan di sebelah Barat berbatasan dengan kawasan hutan TNGL di wilayah Nangroe Aceh Darussalam (NAD).

Kawasan Ekowisata Tangkahan (Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang) meliputi 30 wilayah dusun yang terdiri dari dusun masyarakat kampung dan dusun kebun dari keberadaan keberadaan afdeling perkebunan PTPN II Kebun kuala sawit dan wilayah afdeling perkebunan swasta (PT.Prima dan PT.Puskopad). Jarak lokasi kegiatan dari kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah kurang lebih 95 kilometer, dengan kondisi jalan yang telah hampir rampung diperbaiki secara bertahap. Kondisi jalan yang mengalami kerusakan terletak pada dua wilayah kewenangan yaitu pada kewenangan kebijakan pemerintah Kabupaten sehingga menyulitkan koordinasi bagi upaya pembangunannya.

(31)

Tangkahan pada jam-jam tertentu karena kondisi jalan ( jalan milik perkebunan) yang belum semua jalannya selesai dalam perbaikan. Akan tetapi transportasi menuju lokasi Kawasan Ekowisata Tangkahan dapat ditempuh dengan ojeg maupun mobil carteran setiap setengah jam dengan menggunakan bus tersebut apabila hanya sampai simpang Namu Unggas ( 8 kilometer sebelum Tangkahan).

3.2 Sejarah Awal Terbentuknya Kawasan Ekowisata Tangkahan

Kawasan Ekowisata Tangkahan pada awal abad ke 20 (tahun 1900) merupakan kawasan hutan yang terdiri dari hutan lindung ( natur reservaat ) dan hutan produksi, dimana model ladang berpindah-pindah maupun untuk memenuhi maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, kayu bakar ,berburu, dan lainnya merupakan bahagian dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari dalam bingkai kreatifan tradisional. Walaupun begitu, beberapa pengusaha dari luar memulai pengelolaankayu pada era 1930 melibatkan penduduk lokal sebagai tenaga kerja (generasi pertama), dan proses pengelolaan kayu dengan menggunakan alat tradisional dan diakut ke tepi sungai oleh beberapa ekor kerbau, dan dialirkan melalui sungai ke Tanjung Pura. Era ini merupakan langkah permulaan penduduk tersebut mencari sumber penghasilan baru selain bercocok tanam tanaman berumur panjang dengan pola persil.

(32)

yang merupakan hilir sungai Batang Serangan. Sisa eksploitasi kayu tersebut menjadi areal perladangan masyarakat melalui SIM (Surat Izin Menggarap), dan komoditi nilam adalah salah satu komoditi unggulannya, disamping itu getah mayang dan jelutung sudah mulai dipungut oleh penduduk dengan agen dari luar serta beberapa tanaman lainnya.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pembukaan areal hutan untuk perkebunan semakin luas dan di tetapkanya kawasan hutan tersebut menjadi Taman Nasional pada awal 1980 tidak mampu menghentikan aktivitas pengambilan kayu yang sudah tidak terbatas antara Kawasan hutan produksi atau Taman Nasional. Serta selama puluhan tahun aktivitas pengambilan kayu sudah merupakan sistem nilai yang menjadi kebiasaan penduduk.

Akhir 1980,beberapa tokoh 1 bebas dari penjara (ilegal logging), sebahagian meneruskan aktivitasnya dan sebahagian lagi menginisiatif membuka objek wisata yang selanjutnya diikuti oleh beberapa tokoh masyarakat dan pemuda didusun setempat; Kuala Gemoh dan Kuala Buluh (Desa Namo Sialang)

(33)

hanya sungai tetapi hutan juga menjadi tempat pariwisata seperti di bukit lawang, serta upaya pemberhentian berbagai aktivitas-aktivitas pembalakan kayu dan perambahan (yang dilakukan oleh orang tua mereka sendiri) untuk diberhentikan. Gerakan pemuda-pemudi tersebut berubah menjadi sebuah gerakan sosial desa Namo Sialang dan desa Seiserdang,dimana mereka aktif dalam aktivitas sosial desa,musyawarah maupun berbagai kegiatan adat, yang akhirnya menarik simpati kalangan orang tua, melibatkan lapisan masyarakat, mendorong terciptanya sebuah gagasan baru dan gerakan ini mempengaruhi banyak pola pikir baru masyarakat tentang nilai-nilai keorganisasian.

(34)

Seiring waktu berjalan,karena banyaknya objek wisata yang cukup menarik semua terdapat di dalam Taman Nasional, maka Lembaga Pariwisata Tangkahan menyepakati membuat sebuah kerjasama (MoU) dengan Balai Taman Nasional Gunung Leuser yang ditandatangani pada 22 April 2002 oleh Kepala Balai TNGL saat itu (Ir.Awriya Ibrahim MSc) selaku pemangku kawasan untuk memberikan hak kelola Taman Nasional kepada masyarakat Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang melalui Lembaga Pariwisata Tangkahan (Njuhang Pinem) sebagai ketua umum Lembaga Pariwisata Tangkahan mengatakan bahwa penandatanganan tersebut merupakan hal yang cukup berani dilakukan pada saat itu,karena merupakan dipercayakan atas property right (aset kolektif) seluas kurang lebih 17.500 ha zona inti TNGL (batas administratif desa). Sebagai kewajibannya masyarakat desa Namo Sialang dan masyarakat desa Sei.Serdang bertanggung jawab penuh didalam pengamanan dan kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser yang berbatasan dengan wilayah desa tersebut.

3.3 Objek-Objek Wisata Tangkahan

3.3.1 Hutan

(35)

3.3.2 Goa

Ditangkahan terdapat goa kelelawar, dinamakan demikian karena goa ini merupakan rumah bagi ribuan kelelawar. Namun jangan khawatir, goa ini sangat aman untuk dimasuki,asalkan kita tidak membuat keributan di dalamnya. Goa ini akan tembus ke pintu sebrangnya, dan begitu keluar dari mulut goa yang satunya, kita bisa pulang kembali ke penginapan dengan cara yang baru yaitu tubing

3.3.3 Tubing

Setelah keluar dari goa kelelawar, wisatawan dapat mencoba tubing untuk menuju penginapan. Tubing yaitu wahan permainan air seperti arum jeram yang mengikuti arus sungai, bedanya dengan arum jeram tubing menggunakan ban dalam yang besar, kemudian diikat dengan tali tambang. Akan tetapi wisatawan tidak sendirian tubing di pimpin oleh Ranger yang berpengalaman.

3.3.4 Sumber Air Panas

Tepat diseberang penginapan Jungle Lodge, di tepi sungai Buluh, ada sebuah goa yang didalamnya mengalir air panas. Goa ini cukup besar sehingga anda bisa berbaring dan merendam tubuh di aliran air panas ini.

3.3.5 Air Terjun

(36)

menyusuri Sungai Buluh terlebih dahulu dan bahkan harus berenang di sungai ini di bagian tertentu.

3.3.6 Gajah

Masyarakat di Tangkahan, sebuah kawasan yang berbatasan dengan TNGL kini bekerjasama dengan LSM telah mengembangkan kegiatan wisata alam dengan memanfaatkan jasa gajah. Saat ini, gajah-gajah yang berada di kawasan wisata tangkahan sudah dimanfaatkan untuk patroli safari hutan.Bahkan gajah tersebut saat ini sudah menjadi sebuah ikon wisata safari gajah yang membawa wisatawan berkeliling hutan. Selanjutnya Darwin, Direktur Lembaga Pariwisata Tangkahan kepada antarasumut mengatakan, para wisatawan yang berkunjung dapat menikmati perjalanan keliling hutan dengan menunggangi gajah patroli yang telah dilatih. Gajah-gajah tersebut bertugas untuk berkeliling menjaga hutan dari berbagai ancaman praktek ilegal logging yang dilakukan pihak pembalak.

(37)

3.4 Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT)

  Lembaga Pariwisata Tangkahan merupakan lembaga lokal yang bergerak dalam sistem kolaburasi dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser ( BBTNGL ) di bentuk pada tanggal 19 mei 2001 yang bertanggung jawab penuh dan sebagai wadah pengembangan Kawasan Ekowisata Tangkahan yang di bentuk berdasarkan hasil mufakat di dua desa, Desa namo sialang dan Desa Sei serdang. Dengan berbekal semangat dan keinginan Lembaga Pariwisata Tangkahan dapat menunjukkan diri sebagai sekitar kawasan.

Sebagai Lembaga lokal yang telah mampu merubah pandangan hidup masyarakat awam menjadi masyarakat sadar wisata, LPT juga memiliki beberapa kerjasama dengan steakholder yang ada sekarang ini antara lain seperti :

1. Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser ( BBTNGL )

Secara Kolaborasi mendukung penuh dalam program-program Lembaga Pariwisata Tangkahan untuk mewujudkan Kawasan Ekowisata Tangkahan menjadi Kawasan tujuan wisatawan dan Kawasan Konservasi.

2. Conservation Response Unit ( CRU )

(38)

3.4.1 BADAN USAHAHA MILIK LEMBAGA ( BUML )

Community Tour Operator ( CTO ) : adalah salah satu BUML yang telah

berdiri & berkembang sejak tahun 2003 sebagai sebuah Tour Operator milik Lembaga Pariwisata Tangkahan yang mengelola seluruh produk, marketing & managemen perjalanan wisatawan di kawasan ekowisata Tangkahan dalam prinsip satu pintu. Didalam perkembangan CTO pada rentang 2003 – 2006 adalah fase pembentukan yang sangat berat dimana memulai usaha tersebut tanpa modal awal. Indikator keberhasilan yang dicapai adalah keberhasilan membangun model managemen kawasan dalam prinsip satu pintu.

(39)

Kunjungan mancanegara tahun 2007 mencapai 431 orang dan pada tahun 2008 telah berhasil menembus angka 800 kunjungan mancanegara, begitu juga dengan kunjungan domestik. Pada awal 2009 dilakukan restrukturisasi managemen CTO yang berhasil meningkatkan jumlah kunjungan pada akhir Juni sebanyak 319 orang dan booking di bulan Jull sudah mencapai 294 orang, optimis diakhir tahun 2009 akan mencapai lebih dari 1.000 kunjungan wisatawan mancanegara. Diagendakan pada pertengahan semester 2009 akan dilakukan restrukturisasi managemen kembali untuk menyambut tahun kunjungan wisatawan 2010 mendatang.

  Pada pertengahan Juni 2009, dengan menggunakan anggaran dana dari GEF / SGP Indonesia CTO telah memiliki kantor pemasaran sendiri beserta sarana prasarana lengkap untuk marketing. Ini semakin memudahkan berbagai kegiatan promosi dan pemasaran kawasan ekowisata Tangkahan. Kantor pemasaran ini juga akan menjadi kantor representative dari Lembaga Pariwisata Tangkahan di Medan untuk memudahkan berbagai bentuk kolaborasi & informasi. 

(40)

adalah 10 orang/ hari atau 3.600 orang/ tahun. Mengingat pendapatan CGM yang hanya bersumber dari karcis masuk kawasan camping Ground maka pada tahun 2009 ini, akan dilakukan restrukturisasi management dan re_orientasi pengembangan. Disamping itu keberadaan sarana prasarana Bumi Perkemahan yang masih sangat minim membutuhkan konsentrasi khusus bagi upaya pengembangan secara optimal.

Pada pertengahan Juni 2009, dengan menggunakan anggaran dana dari GEF / SGP Indonesia Lembaga Pariwisata Tangkahan mengalokasikan sarana prasarana untuk mengoptimalkan pengembangan Camping Ground pada beberapa kebutuhan yang sangat vital. Dan untuk melakukan diversifiaksi produk wisatanya akan dikembangkan program outbound dan alam bebas lainnya agar BUML ini memberikan manfaat yang lebih besar terhadap kawasan Tangkahan.

3.4.4.1BadanUsaha Yang Akan Dikembangkan Dalam Jangka Pendek 

(41)

BB TNGL yang akan membiayai pengembangan Badan Usaha lainnya disamping manfaat sarana prasarana lainnya.

Eco Craft Processing ( ECRAP ) :adalah salah satu BUML yang digagas pada tahun 2006 dan baru akan didirikan & dikembangkan tahun 2009 ini sebagai sebuah BUML di bidang pengolahan sampah & produk samping untuk pengembangan industry produktif.

Eco Craft Processing ( ECRAP ) akan mengelola berbagai produk samping dari berbagai komoditi yang terdapat dikawasan Tangkahan dan terutama sebagai badan usaha untuk mengendalikan sampah yang akan diolah untuk handycraft / souvenirs dan pupuk organic/ briket organic. Badan usaha ini akan dikembangkan

melalui donasi public yang dikembangkan oleh TEO dan telah mendapat komitmen dari berbagai pihak untuk melakukan kerjasama program & penanaman modal usaha. 

Greenindo Properties ( GP ) :adalah salah satu BUML yang digagas pada tahun 2006 dan baru akan didirikan & dikembangkan tahun 2009 ini sebagai Badan Usaha yang mengembangkan dan mengelola Property dibidang wisata alam di Tangkahan. GreenindoProperties ( GP ) : akan mengelola & mengembangkan seluruh asset Property yang dimiliki oleh LPT di kawasan Tangkahan seperti

(42)

property di dalam kawasan TNGL ( treehouse & cavehouse ). Sumber investasi akan berasal dari LPT, Koperasi BB TNGL maupun donasi publik.

3.4.1.2 Badan Usaha Yang Akan Dikembangkan Dalam Jangka Menengah :

Tangkahan Non Timber ( TNT ) :Adalah salah satu BUML yang digagas pada tahun 2006 dan baru akan didirikan & dikembangkan sejak tahun 2009 ini sebagai sebuah Badan Usaha yang mengelola seluruh Hasil Hutan Bukan Kayu ( HHBK ) di kawasan Tangkahan.

Tangkahan Non Timberakan mengelola seluruh aspek pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu ( HHBK ) yang bersumber dari dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser dikawasan ekowisata Tangkahan dengan berkolaborasi dengan BB TNGL akan dikembangkan berbagai kegiatan pemanfaatan hulu untuk distribusikan sebagai pemenuhan bahan baku bagi BUML lain yang terkait di Tangkahan berdasarkan quota dari BB TNGL dalam prinsip satu pintu.

(43)

produksi hulu sampai ke proses kehilir dan distribusinya untuk pengembangan instalasi air bersih, air kemasan dan berbagai penggunaan lain dalam prinsip satu pintu.

Community Green Energy ( CGE ) :adalah salah satu BUML yang digagas pada tahun 2006 dan baru akan didirikan & dikembangkan tahun 2009 ini sebagai Badan Usaha yang mengembangkan dan mengelola energy baru dan terbarukan di kawasan Tangkahan sekitarnya

Community Green Energy :akan mengelola seluruh sumberdaya alam yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku energy baru dan terbarukan untuk pengembangan Bahan Bakar Nabati/ Biofuel ; etanol, kerosin, Bio-diesel, Bio-Gas, Bio – Briket dan pengembangan sumber energy listrik terbarukan seperti ; Tenaga air ( mikrohidro/minihidro ), tenaga angin, tenaga surya, tenaga Bio-Gas, tenaga bio massa dan pengembangan produk samping dari proses hulu kehilir serta pendistribusiannya dalam prinsip satu pintu.

(44)

industri hilir yang dikembangkan diluar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Didalam Badan Usaha ini juga akan dikembangkan berbagai bentuk pengawetan jenis satwa dan tumbuhan dari dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser untuk mendukung upaya konservasi jenis dan pengayaan komoditas di sektor pertanian.

Eco Industrial Manufacturing ( ECIM ) : adalah salah satu BUML yang digagas pada tahun 2006 dan baru akan didirikan & dikembangkan tahun 2009 ini sebagai Badan Usaha yang mengembangkan dan mengelola proses pengolahan hilir berbagai bahan baku lokal dan penerapan IPTEK untuk berbagai proses produksi yang potensial dikembangkan di kawasan Tangkahan dan sekitarnya. Eco Industrial Manufacturing : Akan mengelola dan mengembangkan seluruh sektor perindustrian yang memproduksi berbagai bahan baku dan produksi samping yang terdapat dikawasan ekowisata Tangakahn dan sekitarnya secara terpadu dan proses industry yang menerapkan Ilmu Pengetahuan dan teknologi secara tepat guna. Lingkup Badan Usaha ini meliputi berbagai proses pengolahan dan pabrikasi bahan baku dan produksi samping dari sumber potensi yang terdapat diwilayah desa dan kawasan hutan serta mengintegrasikan produksinya kepada berbagai Badan Usaha milik BUML disektor hilir.

(45)

Akses terhadap jasa keuangan yang berkelanjutan yang memungkinkan masyarakat Tangkahan meningkatkan pendapatan, meningkatkan aset, dan mengurangi kerentanan mereka terhadap goncangan eksternal. Keuangan mikro memungkinkan rumahtangga berpendapatan rendah untuk beralih dari sekedar perjuangan untuk bertahan hidup dari hari ke hari menuju perencanaan masa depan, investasi untuk gizi yang lebih baik, peningkatan kondisi kehidupan, serta peningkatan kesehatan dan pendidikan anak-anak.

Keuangan sangat diperlukan di Tangkahan agar mampu menjangkau modal dalam jumlah yang lebih besar untuk meningkatakan kapasitas dan volume produksi yang lebih luas. Kebanyakan usaha ditingkat lokal tidak bisa mengakses jasa keuangan karena kurangnya perantara keuangan yang kuat. Membangun lembaga keuangan yang berkelanjutan bukanlah tujuan akhir itu sendiri. Lembaga keuangan yang berkelanjutan merupakan satu-satunya cara untuk menjangkau modal dalam skala dan dampak yang lebih berarti melampaui apa saja yang sanggup didanai oleh lembaga Pariwisata Tangkahan.

(46)

menjangkau masyarakat usaha ditingkat lokal yang belum mendapatkan pelayanan dari bank.

Dengan dukungan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, pada 14 September 2009 Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan bidang Teknis Konservasi memberikan dukungan permodalan untuk Pengembangan ; ” Lembaga Keuangan Konservasi Mikro ” agar dapat membiayai pengembangan Badan Usaha Milik Lembaga ( BUML ) dimana secara jangka panjang dapat mendukung membiayai program konservasi kawasan Taman Nasional Gunung Leuser secara lestari dan berkelanjutan.

(47)
(48)

BAB IV

PERANAN MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN DI KABUPATEN LANGKAT PROVINSI

SUMATERA UTARA

4.1 Kondisi Berdirinya Kawasan Ekowisata Tangkahan Pada Abad Ke 20 ( Tahun 1900an Sebelum adanya Illegal Logging )

Pada akhir abad ke 19 dan abad ke 20 penduduk Tanah Karo mulai berpindah/ merantau kearah Langkat untuk mencari sumber penghidupan baru, beberapa kampung diperbatasan kabupaten Langkat sekarang; Pamah Semelir, Sapo Padang, sampe raya dan kampung-kampung lainnya termasuk ke kampung-kampung didekat sumber air dan sungai di kawasan Tangkaahan. secara terpencar mulai dihuni, menetap serta berkeluarga. Selanjutnya penduduk dari suku karo tersebut lebih dikenal sebagai suku Karo Jahe (Karo Gugung; suku karo di tanah karo) dan pertanian sebagai mata pencaharian pokok.

Kemudian pada abad ke 20 tahun 1900 Kawasan Ekowisata Tangkahan adalah kawasan hutan lindung. Dimana masyarakat memanfaatkan alam untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan peningkatan jumlah penduduk, pembukaan areal hutan untuk perkebunan semakin luas dan di tetapkanya kawasan hutan tersebut menjadi Taman Nasional pada awal 1980 tidak mampu menghentikan aktivitas pengambilan kayu yang sudah tidak terbatas antara Kawasan hutan produksi atau Taman Nasional.

(49)

Tangkahan, Kab. Langkat. Masyarakat sekitar dulunya berprofesi sebagai penebang liar. Tuntutan ekonomi menyebabkan masyarakat melakukan illegal logging, di samping adanya pengaruh pihak luar. Kondisi ini merupakan ancaman, padahal masyarakat seharusnya menjadi modal sosial bagi pelestarian kawasan TNGL. Salah satu upaya yang dilakukan sejak tahun 2001 yaitu pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat di kawasan Tangkahan dengan dukungan kolaborasi parapihak yaitu di Desa Namo Sialang dan Sei Serdang. Tujuannya adalah mencari alternatif pendapatan ekonomi agar perilaku masyarakat yang destruktif dapat diubah.Upaya pengembangan ekowisata berbasis masyarakat ini telah merubah pola pikir masyarakat dari “perusak” ke “pelestari” sehingga kawasan Langkat menjadi aman secara ekologis. Hal ini dibuktikan dari 63 eks perambah hutan berubah menjadi pegiat konservasi. Perlindungan ekosistem Langkat ini mendorong perbaikan habitat dan populasi primata.

Peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat juga meningkat seiring berkembangnya kegiatan pariwisata alam. Puncaknya, model pengelolaan di kawasan Tangkahan dengan pola partisipatif ini mendapatkan pengakuan secara nasional melalui penghargaan ”Inovasi Pariwisata Indonesia” oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2005.

(50)

Balok-beberapa tahun lalu namun kini sudah berhenti. Masyarakat Tangkahan merasakan langsung bahwa ternyata yang bisa “dijual” dari taman nasional bukan hanya kayu. Justru jasa hutan yang berupa jernihnya aliran sungai berkelok di dalam hutan, bebatuan, lumut, terjalnya bebatuan jungle trek, air terjun, arung jeram, ceruk air panas, memotret dan mengamati mekarnya Rafflesia atjehensis, wisata patroli gajah, dan sebagainya, menjadi modal dasar yang menggemakan nama Tangkahan ke dunia luar. Mereka mendapatkan manfaat langsung dari pengembangan wisata minat khusus ini. Tentu saja pendampingan pengembangan mereka oleh Indecon, TNGL, dan mitra lainnya sangat menentukan penguatan kelembagaan masyarakat lokal ini menjadi lembaga pengelola ekowisata yang cukup handal. Tangkahan telah menjadi icon baru di dunia ekowisata Leuser, nasional, dan internasional.

4.2 Kondisi Kawasan Ekowisata Tangkahan Sejak Tahun 2001 Sampai

Dengan Sekarang ( Sesudah Berdirinya LPT)

Pada tahun 2001, masyarakat Tangkahan berkumpul dan menyepakati peraturan desa yang melarang segala aktivitas ilegal dan mendirikan Lembaga Pariwisata Tangkahan.Para pemuda lokal banyak yang bekerja sebagai pemandu di lokasi wisata Tangkahan. Mereka tergabung dalam Lembaga Pariwisata Tangkahan.

(51)

pengelolaan kawasan ekowisata yang dikoordinir melalui Lembaga Pariwisata Tangkahan.

Peranan penting strategi ekonomi pada pencapaian sasaran di bidang perekonomian adalah mematangkan konsep ” Kewirausahaan Bisnis Kolektif Konservasi ” dimana melalui Kongres ke IV 2009 telah berhasil merekomendasikan TAP KONGRES : III Tahun 2009 tentang kebijakan ekonomi dalam pengelolaan Ekowisata Tangkahan, maka Badan Pengurus Lembaga Pariwisata Tangkahan menindak lanjutinya dengan melakukan rapat pembahasan untuk menyusun dan menetapkan kebijakan Ekonomi.

Sebagai Kawasan Ekowisata yang telah memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat di pinggiran kawasan, maka dengan beberapa program yang dikelola langsung oleh Lembaga Pariwisata Tangkahan sebagai Lembaga yang bertanggung jawab penuh terhadap peningkatan Ekowisata Tangkahan baik masyarakat atau kelestarian Alamya. Saat ini Lembaga Pariwisata Tangkahan telah memiliki departement BUML ( Badan Usaha Milik Lembaga ) yang didalam ya masing-masing memiliki departemen yang bergerak sesuai fungsiya.

(52)

membuat wisatawan tidak pernah jenuh mengunjungi Kawasan Ekowisata Tangkahan.

4.3 Upaya yang di lakukan masyarakat dalam melestariakan Kawasan

Ekowisata Tangkahan

  Aktivitas dimulai dari perencanaan partisipatif dengan masyarakat lokal di 2 desa dalam pengelolaan ekowisata di zona pemanfaatan TNGL, kawasan Tangkahan. Kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan dan penguatan insitusi lokal berupa Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) melalui MoU antara masyarakat, Balai TNGL dan Perusahaan Indecon. Kesadaran konservasi pun muncul dari masyarakat dengan keluarnya Peraturan Desa Kawasan Ekowisata Tangkahan untuk pelestarian dan pemanfaatan SDA hayati dan ekosistem TNGL. Selanjutnya, LPT melakukan penyusunan master plan, perencanaan bisnis dan peningkatan kapasitas, diantaranya perencanaan pengembangan ekowisata, pembuatan jalur tracking dan kepemanduan wisata (community tour operator/CTO). Dari sisi aturan pengelolaan wisata, sudah terdapat kesepakatan kode etik pengunjung dan standard operation procedure (SOP). Akhirnya masyarakat lokal berperan dalam pengamanan kawasan Tangkahan dengan membentuk unit ranger.

(53)

lingkungan hidup, yaitu Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 mengenai Analisis Dampak Lingkungan, PP No. 19 Tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran Danau atau Perusakan Laut, dan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, serta Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Adapun inti dari peraturan-peraturan tersebut adalah bagaimana manusia dapat mengelola dan memanfaatkan sumber daya lingkungan secara arif dan bijaksana tanpa harus merusaknya.Apabila ada penduduk baik secara individu maupun kelompok melanggar aturan tersebut maka sudah sepantasnya dikenai sanksi yang setimpal tanpa memandang status. Di lain pihak, masyarakat hendaknya mendukung program-program pemerintah yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan.

4.3.1 Upaya Pengelolaan Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Masyarakat Di

Kawasan Ekowisata Tangkahan

Beberapa contoh bentuk upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup Masyarakat di Kawasan Ekowisata Tangkahan, antara lain sebagai berikut:

(54)

2. Rehabilitasi lahan, yaitu pengembalian tingkat kesuburan tanah-tanah yang kritis dan tidak produktif.

3. Pengaturan tata guna lahan serta pola tata ruang wilayah sesuai dengan karakteristik dan peruntukan lahan.

4. Menjaga daerah resapan air (catchment area) diupayakan senantiasa hijau dengan cara ditanami oleh berbagai jenis tanaman keras sehingga dapat menyerap air dengan kuantitas yang banyak yang pada akhirnya dapat mencegah banjir, serta menjadi persediaan air tanah.

Salah satu contoh pada akhir tahun 2013, Masyarakat mulai menanam di pinggiran kiri kanan jalan menuju ekowisata Tangkahan di Sei Musam Kecamatan Batang Serangan Langkat mulai dihijaukan dengan penanaman ribuan pohon mahoni.Tujuannya untuk mengembalikan kelestarian lingkungan dalam membenahi kawasan ekowisata Tangkahan yang telah gundul.

Titik penanaman pohon terutama di pinggiran Sungai Batang Serangan yang memisahkan antara kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dengan tanah milik HGU PTPN2.Karena dataran tinggi PTPN2 ini pada bibir sungainya yang dahulu ditanami kelapa sawit, saat ini dijadikan kawasan pendukung obyek wisata dengan bangunan rumah, penginapan, tempat peristirahatan, parkir, kantin dan usaha jasa kebutuhan wisata.

(55)

dicetak sebagai duta pahlawan lingkungan oleh Yayasan Orang Utan Sumatera Lestari Orangutan Information Centre (YOSL-OIC)dan United Nations Educational Scientific and Cultural Organisation (UNESCO).

Dengan melibatkan pihak Balai Taman Nasional Gunung Leuser (BTNGL) Dinas Pendidikan dan Pengajaran (Dikjar) Langkat, Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT), dan UNEP. Sedangkan duta-duta pelajar SLTP yakni siswa-siswi 10 sekolah dari Kecamatan Bohorok, Stabat, Hinai, Batang Serangan, Sei Lepan,dan Kecamatan Sawit Sebrang Sebelum melakukan penanaman pohon, duta pahlawan lingkungan diberi pelatihan. Peserta diberikan sertifikat setelah 3 hari mengikuti pelatihan,kata Founding Director YOSL-OIC.

(56)

4.3.2 Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan

Berkelanjutan

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula.Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan.

Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Menjamin pemerataan dan keadilan. b. Menghargai keanekaragaman hayati. c. Menggunakan pendekatan integratif. d. Menggunakan pandangan jangka panjang.

(57)

padangtandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara: menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.

Pelestarian udara udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara.Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:

1. Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita. Tanaman dapatmenyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.

(58)

4.4 Hambatan yang timbul dalam pelestarian Kawasan Ekowisata

Tangkahan dan Usaha-usaha Mengatasinya.

Ada beberapa hambatan dalam pelestarian masyarakat Kawasan EkowisataTangkahan,seperti :

a. Peningkatan Air Limbah, Volume Sampah dan Sanitasi Lingkungan

Peningkatan jumlah pengunjung dan pengoperasian fasilitas pariwisata akan menimbulkan peningkatan volume air limbah, volume sampah serta gangguan terhadap sanitasi lingkungan.

Pengelola kawasan wisata yang merupakan penyagga Taman Nasional Gunung Leuser membutuhkan perhatian mengingat dampak kegiatannya dapat mencemari ekosistem perairan sungai, darat maupun kondisi sanitasi dan kesehatan masyarakat. Upaya pendekatan pengelolaan, antara lain :

 Melengkapi dengan Instalasi Pengelolaan Air Limbah, untuk mencegah pencemaran disungai dan lingkungan air permukaan disekitarnya.

 Melengkapi tong sampah pada tempat-tempat strategis sehingga pengunjung dapat membuang sampah dengan mudah.

 Melarang/memasang pengumuman larangan membuang sampah di sembarang tempat

(59)

b. Penebangan Hutan Secara Liar

Penebangan hutan secara liar, jika hal ini terjadi di Kawasa Ekowisata Tangkahan biasanya dilakukan bukan dari masyarakat sekitar akan tetapi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, untuk mendapatkan untung saja, tidak memikirkan akibat dari penebangan hutan yang berdampak banjir,erosi dll. Upaya yang dilakukan untuk tidak terjadi hal tersebut adalah:

 Masyarakat harus lebih waspada pada lingkungannya

 Setiap rumah seharusnya mendapatkan jadwal untuk mengamati Kawasan Ekowisata Tangkahan dengan tiap-tiap lokasi yang di jaga.

 Masyarakat dan lembaga lembaga yang ada harus bekerjasama untuk menjaga lingkungan sekitar.

 Menangkap pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab bila tertangkap oleh warga, kemudian membawanya kepihak yang berwajib.

c. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Berlebihan Diluar Batas

Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan hingga diluar batas, diperlukan adanya kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan hal tersebut karena akibatnya dapat merusak ekosistem yang ada, upaya mengatasinya adalah dengan cara:

(60)

 Melaporkan jika adanya warga yang melakukan hal-hal yang merugikan alam dan sekitarnya.

(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat di tarik kesimpulan bahwa Kawasan Ekowisata Tangkahan merupakan salah satu objek wisata yang ada di Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di Desa Namo Sialang dan Sei Serdang, yang sangat berpotensi terutama ekowisatanya, karena Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki alam yang sangat indah dan masih asri.

Pelestarian ekowisata memiliki kriteria khusus. Ada beberapa aspek yang perlu di perhatikan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pelestarian ekowisata. Dalam pelestarian ekowisata diperlukan cara-cara, sarana dan prasarana yang diperlukan.

5.2 Saran

Dengan diadakanya pelestarian di Kawasan Ekowisata Tangkahan, maka kondisi hutan dan lingkungan semakin terjaga. Tidak adanya kerusakan atau penebangan liar itu dikarenakan kesadaran masyarakat demi menjaga kelestarian tangkahan.

(62)

sebaik-baiknya. Partisipasi masyarakat adalah hal yang paling penting dan juga kesadaran mereka atas pelestarian lingkungan. Sebab tidak semua daerah mendapati anugrah alam yang indah maka dari itu perlu adanya gerakan dari masyarakat setempat agar lebih mengupayakan dan menjaga lingkungan mereka.

(63)

LAMPIRAN

Denah Kawasan Ekowisata Tangkahan

(64)

Dokumentasi

Pemandangan Sungai di Kawasan Ekowisata Tangkahan

(65)

Perjalanan Akses Menuju Tangkahan

Jembatan Yang Baru di Perbaiki menuju Kawasan Ekowisata Tangkahan

Sumber: Ayu Purnama Sari, 20 Mei 2012, 08.00 Wib

Simpang Robet, kondisi belum beraspal

(66)

Simpang Kuala Sawit

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Pitana, I Gde dan I ketut,Surya Diarta,SP,MA.2009.Pengantar Ilmu Pariwisata

Yogyakarta : Penerbit Andi.

Damanik, Janianto dan Helmut F. Weber.2006 . Perancangan Ekowisata.

Yogyakarta : Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM dan Penerbit Andi. Yoeti,Oka A.1996.Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta: Angkasa Bandung.

Abdul Halim, Pengertian Identifikasi Masalah dan Tujuan Penelitian,

http://pissesblogku.blogspot.com/2010/09/pengertian-masalah-dan-upaya.html(diakses 09 Oktober 2014)

Akhid Rifki, Wisata Sungai, Hutan dan Gajah diTangkahan file:///C:/Users/User/ Downloads/wisata-sungai-hutan-dan-gajah-di-tangkahan528003.html (diakses 09 Oktober 2014)

Admin, Terpesona Surga di Tangkahan, http://www.langkatonline.com/budaya. tangkahan.php  (diakses 09 Oktober 2014)

Ronna Saab, Tangkahan Sumatera Utara http://file:///C:/Users/User/Downloads /Lembaga/Pariwisata.Tangkahan.LPT.htm (diakses 02 Oktober 2014)

LPT, BadanUsahaMilikLembaga, http://www.Blogger.Lembagapariwisatatangkahan .com (diakses 03 Oktober 2014) 

(68)

Data Informan

Nama : Sutrisno Umur : 51 Tahun

Pekerjaan : PTPN 2 Kuala Sawit

Alamat : Komplek PTPN 2 Kwala Sawit, Kab Langkat. No.Hp : 085362311156

Nama : Mulyani Umur : 49 Tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Komplek PTPN 2 Kwala Sawit, Kab Langkat. No.Hp : 082370745592

Nama : Abdul Jalal Umur : 51 Tahun

Pekerjaan : PTPN 2 Kuala Sawit

(69)

Nama : Sutini Umur : 22 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Komplek PTPN 2 Kwala Sawit, Kab Langkat No.Hp : 085360121715

Nama : Atik Umur : 48 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang “Komunitas Makrozoobentos Sebagai Bioindikator Kualitas Air di Sungai Batang Serangan - Tangkahan Kabupaten Langkat Sumatera Utara” telah dilakukan pada

Tingginya kekayaan jenis herba di hutan sekunder kawasan Ekosistem Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara diduga disebabkan berbagai faktor lingkungan yang cukup

Jumlah jenis ini lebih rendah dari penelitian Yulinda (2004) di hutan Tangkahan yang melaporkan bahwa di kawasan hutan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan potensi wisata alam yang terdapat di sepanjang jalur wisata gajah di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kecamatan

Penelitian struktur komunitas amfibi di kawasan Ekowisata Lau Bertu Desa Rumah Galuh Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat Sumatera Utara telah dilakukan pada

Eksplorasi Tumbuhan Obat pada Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Sumatera Utara.. Universitas

Jumlah jenis ini lebih rendah dari penelitian Yulinda (2004) di hutan Tangkahan yang melaporkan bahwa di kawasan hutan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten

Penelitian tentang Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai