IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN POTENSI WISATA ALAM
PADA BERBAGAI JALUR WISATA GAJAH DI KAWASAN
EKOWISATA TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
Oleh: Lastria Variesta P 051201040/Manajemen Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
Lastria Variesta P. Identifikasi dan Pemetaan Potensi Wisata Alam pada Berbagai Jalur Wisata Gajah di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat. Di bimbingan oleh Pindi Patana, S.Hut, M.Sc. dan
Bejo Slamet, S.Hut, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan potensi wisata alam yang terdapat di sepanjang jalur wisata gajah di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat. Pengambilan data dilakukan dengan pengambilan titik koordinat dan pengamatan potensi wisata di kiri dan kanan jalur. Titik koordinat potensi dikonversikan ke dalam program ArcView 3.3 dan ditampilkan dengan peta dasar. Hasil observasi potensi wisata dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.
Potensi wisata yang ditemukan adalah potensi flora, fauna dan alam. Potensi flora, fauna dan alam tersebar di sepanjang jalur. Potensi flora ditemukan sebanyak 65 jenis. Potensi fauna sebanyak 11 jenis, 8 diantaranya telah dilindungi. Potensi alam yang ditemukan yaitu panorama alam, Air terjun Sei Garud, ceruk, Pantai Kupu-kupu, Gua Kalong, Gua Air Panas Sekucib, dan Gua Kambing.
ABSTRACT
Lastria Variesta P. Identification and Mapping of Natural Tourism Potency at
Various Elephant Track in Tangkahan Ecotourism Area, Langkat Regency. Under supervised by Pindi Patana, S.Hut, M.Sc. and Bejo Slamet, S.Hut, M.Si.
The goal of this research is to identify and mapping of natural tourism potency along elephant tracks in Tangkahan ecotourism area, District of Batang Serangan, Langkat Regency. The data are collected by taking the point coordinates and observing natural tourism potencies in the right and left of each tracks. Point coordinates of potencies are converted in to Arcview 3.3 program and displayed with base maps. Tourism potential observatios analyzed descriptively and tabulation.
The tourism potencies in Tangkahan consist of flora, fauna and natural potency. The potencies of flora, fauna and natural are spread along the tracks. There are 65 species of flora. 11 species of fauna that 8 of them have been protected. The natural potency is dominated by natural panoramas, Sei Garud Waterfall, niche, Butterfly Coastal, Bat Cave, Sekucib Hot Water Cave and Goat Cave.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 14 April 1987 dari
Ayahanda Max Anthony Pardede dan Ibunda Ridartini Tasir. Penulis merupakan
anak kedua dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dari Sekolah Dasar (SD) RK
Cinta Rakyat 2 Pematangsiantar tahun 1998, pada tahun 2001 lulus dari Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Pematangsiantar, dan pada tahun 2004 lulus
dari Sekolah Menengah Atas (SMA) RK Budi Mulia Pematangsiantar. Melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2005 penulis diterima
menjadi mahasiswa di Program Studi Manajemen Hutan Departemen Kehutanan
Fakultas Pertanian (S1).
Penulis selama masa studinya aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan
Mahasiswa Sylva (HIMAS) Departemen Kehutanan. Penulis juga pernah menjadi
asisten praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Kayu. Penulis melaksanakan kegiatan
Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Kabupaten Asahan dan
Kabupaten Karo Sumatera Utara serta kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Identifikasi dan Pemetaan Potensi Wisata Alam pada Berbagai Jalur Wisata Gajah
di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat.
Penulis telah banyak mendapatkan bantuan, dukungan, dan bimbingan
selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini selesai. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada: Ayahanda Max Anthony Pardede dan Ibunda
Ridartini Tasir yang saya cintai, Kakak tersayang Nefrientin Betavey Antoinetta
dan Agung Julianto atas kegigihan dan kebesaran hatinya dalam menyokong studi
penulis, Adik tersayang Andi Oloan M, Max Andriyan M, dan Max Anny Laura
atas kasih sayang yang tidak ternilai; Bapak Pindi Patana, S.Hut, M.Sc dan Bejo
Slamet S.Hut, M.Si yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan arahan;
seluruh staff Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser atas informasi yang
berguna bagi penulis; Bapak Seukur Sembiring Depari selaku Ketua Harian
Lembaga Pariwisata Tangkahan dan ranger, terutama Sufryanto dan Tarmizi
Ritonga atas bimbingannya di lapangan; Bapak Edy dan staff Conservation
Response Unit-Fauna dan Flora Internasional (CRU-FFI) atas fasilitasi selama di lapangan dan penyelesaian skripsi; Ade, Ririn, Devi, Inge, Eden, Sigit, Norbut,
Irut, Paulina, dan Ardyles Jonan atas dukungan dan semangat yang tidak terbatas.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis
dengan kerendahan hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita
DAFTAR ISI
Pariwisata dan Ekowisata... 6
Perencanaan Ekowisata ... 7
Potensi Ekowisata ... 8
Objek Wisata ... 9
Zonasi Wisata ... 11
Sistem Informasi Geografis... 12
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 14
Taman Nasional Gunung Leuser ... 14
Luas dan letak ... 14
Letak geografis dan administrasi ... 17
Topografi ... 18
Iklim ... 18
Aksesibilitas ... 18
Karakteristik kawasan ... 19
Halaman
Pembuatan peta lokasi penelitian ... 24
Pengolahan data lapangan ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN... 26
Potensi Wisata Jalur Wisata Gajah 1 (Satu) Jam ... 26
Potensi Wisata Jalur Wisata Gajah 2 (Dua) Jam ... 33
Potensi Wisata Jalur Wisata Gajah 3 (Tiga) Jam ... 39
Potensi Wisata Jalur Wisata Gajah Gua Kalong ... 46
Potensi Wisata Jalur Wisata Gajah Gua Kambing ... 53
Nilai Konservasi ... 57
KESIMPULAN DAN SARAN... 58
Kesimpulan ... 58
Saran ... 58
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Potensi Flora pada Jalur Wisata Gajah 1 (Satu) Jam ... 27
2. Potensi Flora pada Jalur Wisata Gajah 2 (Dua) Jam ... 34
3. Potensi Flora pada Jalur Wisata Gajah 3 (Tiga) Jam ... 39
4. Potensi Fauna pada Jalur Wisata Gajah 3 (Tiga) Jam ... 42
5. Jenis Kupu-kupu di Pantai Kupu-kupu Kawasan Ekowisata Tangkahan ... 44
6. Potensi Flora pada Jalur Wisata Gajah Gua Kalong ... 47
7. Potensi Fauna pada Jalur Wisata Gajah Gua Kalong ... 51
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran ... 5 2. Hamparan Tutupan Lahan pada Jalur Wisata Gajah 1 Jam (a) dan
Air Terjun Sei Garud pada Akhir Penelusuran Jalur Wisata Gajah
1 Jam (b) ... 30 3. Peta Potensi Wisata pada Jalur Wisata Gajah 1 Jam Kawasan
Ekowisata Tangkahan ... 31 4. Kerusakan Lantai Hutan Akibat Intensitas Penggunaan Jalur yang
Tinggi Berupa Pengikisan Tanah (a dan b) dan Genangan Lumpur
(c dan d) ... 32 5. Ceruk Sedalam 2 Meter pada Akhir Penelusuran Jalur Wisata
Gajah 2 (Dua) Jam 33
6. Jejak Rusa di Sekitar Ceruk ... 33 7. Peta Potensi Wisata pada Jalur Wisata Gajah 2 Jam Kawasan
Ekowisata Tangkahan ... 38 8. Bagian Akar dan Batang Ficus sp. pada Jalur Wisata Gajah 3 Jam ... 41 9. Jejak Panjatan Beruang Madu (Helarctus malayanus) pada Pohon
Jambu-jambu (Eugenia sp.) ... 41 10. Salah Satu Jenis Kupu-kupu yang dapat Ditemukan di Pantai
Kupu-kupu (Tepi Sungai Buluh) ... 43 11. Peta Potensi Wisata pada Jalur Wisata Gajah 3 Jam Kawasan
Ekowisata Tangkahan ... 45 12. Sungai Batang Serangan yang Mengalir di Tengah-tengah Dinding
Bebatuan ... 50 13. Peta Potensi Wisata pada Jalur Wisata Gajah Gua Kalong
Kawasan Ekowisata Tangkahan... 52 14. Ruang Gua Kambing (a) dan Tanaman Hias dan Kendi-kendi yang
Disusun Bertingkat pada Mulut Gua Kambing (b) ... 53 15. Arena Bermain Burung Kuau (Argusianus argus) pada Jalur
Wisata Gajah Gua Kambing ... 55 16. Peta Potensi Wisata pada Jalur Wisata Gajah Gua Kambing
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Titik Sebaran Flora pada Jalur Wisata Gajah 1 (Satu) Jam ... 61
2. Titik Sebaran Flora pada Jalur Wisata Gajah 2 (Dua) Jam ... 62
3. Titik Sebaran Flora pada Jalur Wisata Gajah 3 (Tiga) Jam ... 63
4. Titik Sebaran Flora pada Jalur Wisata Gajah Gua Kalong ... 65
5. Titik Sebaran Flora pada Jalur Wisata Gajah Gua Kambing ... 66
6. Titik Sebaran Fauna pada Jalur Wisata Gajah 2 (Dua) Jam ... 67
7. Titik Sebaran Fauna pada Jalur Wisata Gajah 3 (Tiga) Jam ... 68
8. Titik Sebaran Fauna pada Jalur Wisata Gajah Gua Kalong ... 69
9. Titik Sebaran Fauna pada Jalur Wisata Gajah Gua Kambing ... 70
ABSTRAK
Lastria Variesta P. Identifikasi dan Pemetaan Potensi Wisata Alam pada Berbagai Jalur Wisata Gajah di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat. Di bimbingan oleh Pindi Patana, S.Hut, M.Sc. dan
Bejo Slamet, S.Hut, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan potensi wisata alam yang terdapat di sepanjang jalur wisata gajah di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat. Pengambilan data dilakukan dengan pengambilan titik koordinat dan pengamatan potensi wisata di kiri dan kanan jalur. Titik koordinat potensi dikonversikan ke dalam program ArcView 3.3 dan ditampilkan dengan peta dasar. Hasil observasi potensi wisata dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.
Potensi wisata yang ditemukan adalah potensi flora, fauna dan alam. Potensi flora, fauna dan alam tersebar di sepanjang jalur. Potensi flora ditemukan sebanyak 65 jenis. Potensi fauna sebanyak 11 jenis, 8 diantaranya telah dilindungi. Potensi alam yang ditemukan yaitu panorama alam, Air terjun Sei Garud, ceruk, Pantai Kupu-kupu, Gua Kalong, Gua Air Panas Sekucib, dan Gua Kambing.
ABSTRACT
Lastria Variesta P. Identification and Mapping of Natural Tourism Potency at
Various Elephant Track in Tangkahan Ecotourism Area, Langkat Regency. Under supervised by Pindi Patana, S.Hut, M.Sc. and Bejo Slamet, S.Hut, M.Si.
The goal of this research is to identify and mapping of natural tourism potency along elephant tracks in Tangkahan ecotourism area, District of Batang Serangan, Langkat Regency. The data are collected by taking the point coordinates and observing natural tourism potencies in the right and left of each tracks. Point coordinates of potencies are converted in to Arcview 3.3 program and displayed with base maps. Tourism potential observatios analyzed descriptively and tabulation.
The tourism potencies in Tangkahan consist of flora, fauna and natural potency. The potencies of flora, fauna and natural are spread along the tracks. There are 65 species of flora. 11 species of fauna that 8 of them have been protected. The natural potency is dominated by natural panoramas, Sei Garud Waterfall, niche, Butterfly Coastal, Bat Cave, Sekucib Hot Water Cave and Goat Cave.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri wisata merupakan suatu sumber pemasukan devisa yang penting
untuk negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan budaya
yang unik dan tinggi (Hakim, 2004). Indonesia merupakan suatu bentang
kepulauan terbesar di dunia. Pemanfaatan kekayaan hayati dan budaya telah
menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata dunia. Menurut
Hadinoto (1996), potensi untuk pengembangan pariwisata di Indonesia tidak
terbatas.
Tangkahan merupakan kawasan ekowisata yang dikembangkan dari
adanya kesadaran masyarakat Desa Namo Sialang dan Sei Serdang akan
pentingnya kelestarian kawasan hutan disekitar tempat tinggal mereka. Mereka
menghentikan kegiatan illegal logging dan memulai kegiatan konservasi dengan
pengembangan Kawasan Tangkahan yang memiliki potensi wisata alam menjadi
kawasan ekowisata.
Pemanfaatan teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) telah banyak
diterapkan dalam Ilmu Kehutanan. Menurut Nuarsa (2005) Geografic Information
System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses, dan output) data spasial
atau data bereferensi geografis. Prahasta (2007) menjelaskan lebih lanjut bahwa
GIS banyak digunakan untuk pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah
pengelolaan sumber daya alam.
Minat pengunjung terhadap suatu daerah tujuan wisata dapat ditingkatkan
alam. Daya tarik tersebut dapat berupa keindahan alam, atraksi alam, dan atraksi
budaya (Damanik dan Weber, 2006). Daerah Tangkahan sebagai daerah tujuan
wisata di wilayah Taman Nasional Gunung Leuser memiliki daya tarik alam yang
unik dan tersebar di beberapa lokasi. Potensi alam tersebut dapat dikembangkan
untuk menambah minat pengunjung. Kegiatan trekking atau penelusuran hutan
merupakan salah satu pemanfaatan potensi alam yang ditawarkan pengelola
kepada pengunjung. Kelengkapan data potensi sebagai basis data, khususnya
potensi wisata di sepanjang jalur trekking, masih banyak yang belum
teridentifikasi dan dipetakan. Pemetaan potensi wisata dapat dilakukan dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai basis data sehingga daya
tarik wisata yang terdapat di jalur-jalur trekking, khususnya jalur wisata gajah di
Kawasan Ekowisata Tangkahan dapat dilihat dengan mudah. Penelitian tentang
“Identifikasi dan Pemetaan Potensi Wisata Alam pada Berbagai Jalur Wisata
Gajah di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat” perlu dilakukan
untuk kelengkapan informasi wisata.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Potensi wisata alam apa sajakah yang terdapat di sepanjang jalur wisata gajah
di Kawasan Ekowisata Tangkahan?
2. Bagaimana penyebaran potensi wisata alam yang terdapat di sepanjang jalur
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi potensi wisata alam yang terdapat di sepanjang jalur wisata
gajah di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kecamatan Batang Serangan
Kabupaten Langkat.
2. Memetakan potensi wisata alam yang terdapat di sepanjang jalur wisata gajah
di Kawasan Ekowisata Tangkahan dengan menggunakan GIS.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Menjadi informasi bagi masyarakat, pemerintah, dan pengelola mengenai
potensi wisata alam yang terdapat di Kawasan Ekowisata Tangkahan.
2. Dapat digunakan pengelola sebagai salah satu alternatif pengembangan
Kawasan Ekowisata Tangkahan.
Kerangka pemikiran
Kualitas lingkungan merupakan bagian integral dari industri wisata. Bagi
pengembang dan penyelenggara kegiatan wisata, kualitas lingkungan harus
mendapat perhatian utama. Wisata adalah industri yang terkait dengan daerah
tujuan wisata (tourism destination) dengan karakter-karakter keindahan,
keseimbangan, natural, kesehatan, dan kualitas lingkungan yang terjamin. Kata
“lingkungan” saat ini sering muncul sebagai salah satu kunci sukses
penyelenggaraan wisata. Terminologi lingkungan, dalam pandangan yang
terbatas, banyak mengacu kepada hal-hal fisik alamiah. Misalnya bentang alam
buatan, atau bangunan-bangunan penunjang aktivitas wisata lainnya. Faktor sosial
dan budaya juga dipertimbangkan sebagai lingkungan integral industri wisata
dalam skala yang lebih luas.
Kawasan Ekowisata Tangkahan merupakan kawasan ekowisata yang
memiliki daya tarik wisata yang unik dan tersebar di beberapa lokasi. Cara yang
dikembangkan untuk menarik minat pengunjung terhadap kawasan ini adalah
dengan mengadakan berbagai kegiatan wisata seperti tubing (menyusuri sungai
dengan menggunakan ban), canoing (menyusuri sungai dengan menggunakan
kano), caving (menyusuri gua), camping (berkemah), dan trekking (menyusuri
hutan) yang dapat dilakukan dengan berjalan kaki atau dengan menunggangi
hewan, yaitu gajah. Seluruh kegiatan wisata tersebut memiliki potensi wisata alam
berupa panorama alam, keragaman satwa, dan keragaman flora yang dapat
dikembangkan. Penelitian ini lebih memfokuskan pada potensi wisata alam yang
terdapat pada jalur wisata gajah. Potensi wisata tersebut sangat baik
dikembangkan untuk menambah minat pengunjung. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian untuk melihat dan memetakan potensi wisata yang ada di tiap
jalur wisata gajah. Hasil identifikasi potensi wisata kemudian akan dipetakan
Kawasan Ekowisata Tangkahan
Peta Potensi Wisata Potensi Wisata
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gajah Berjalan
TINJAUAN PUSTAKA
Pariwisata dan Ekowisata
Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi
merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang
menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan itu
tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan, tetapi juga dalam besarnya perusahaan,
lokasi tempat kedudukan, letak geografis, fungsi, bentuk organisasi yang
mengelola dan metode atau cara pemasarannya (Yoeti, 1996).
Pariwisata adalah pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat
kompleks. Pariwisata terkait dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan
dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan, dan sebagainya.
Kaitan antar-elemen secara kuat kemudian membentuk suatu sistem yang disebut
dengan sistem kepariwisataan (Damanik dan Weber, 2006).
Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English
Dictionary tahun 1811, yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang perjalanan untuk mengisi waktu luang (Hakim, 2004). Defenisi ekowisata yang
pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society tahun 1990
sebagai berikut: ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami
yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan
kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat (Fandeli, 2000).
Banyak defenisi yang menjelaskan arti ekowisata, namun semua sepakat
bahwa ekowisata berbeda dengan wisata lainnya, karena sifatnya yang
memfokuskan pada “wisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan”. Para
ahli memberikan banyak masukan untuk memperbaiki defenisi tersebut, antara
lain “memberikan dampak langsung terhadap konservasi kawasan”,
“berperan dalam usaha-usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal”,
“mendorong konservasi dan pembangunan berkelanjutan”, dan sebagainya
(Wunder, 2000 dalam Hakim, 2004).
Perencanaan Ekowisata
Perancangan pada umumnya disusun sebagai suatu upaya penggunaan
sumber-sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas
adanya, untuk mencapai tujuan tertentu, yang lebih baik secara ekonomi, lebih
efisien, dan efektif. Perencanaan pada dasarnya berkisar pada pilihan sadar
mengenai tujuan konkrit yang ingin dicapai dan pemilihan berbagai cara alternatif
yang efisien dan rasional guna mencapai tujuan tertentu (Hadinoto, 1996).
Tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan pengembangan ekowisata
adalah kelestarian alam dan budaya serta kesejahteraan masyarakat. Tujuan
lainnya yaitu perolehan devisa negara, pendapatan pemerintah daerah,
stakeholder, dan masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan adanya
wisatawan mancanegara (Damanik dan Weber, 2006).
Objek wisata dan segala atraksi yang diperlihatkan merupakan daya tarik
utama, mengapa seseorang datang berkunjung pada suatu tempat. Keaslian dari
objek dan atraksi yang disuguhkan haruslah dipertahankan sehingga wisatawan
hanya di tempat tersebut dapat melihat dan menyaksikan objek/atraksi tersebut.
Selain terpelihara keasliannya, variasi objek dan atraksi yang akan dijual perlu
dijual memerlukan suatu pengembangan produk (product development) dalam
industri kepariwisataan untuk memperpanjang lamanya tinggal (length to stay)
dan selanjutnya akan memperbanyak devisa masuk dan meninggalkan pendapatan
daerah (Yoeti, 1996).
Potensi Ekowisata
Pariwisata sedang dikembangkan dengan giat di Indonesia. Pariwisata di
banyak tempat menunjukkan peningkatan yang tajam, terutama pariwisata
domestik. Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat peka
terhadap kerusakan lingkungan. Pariwisata tidak akan berkembang tanpa
lingkungan yang baik. Pengembangan ekowisata harus memperhatikan terjaga
mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata lingkungan itulah yang
sebenarnya dijual (Ahmad, 1999).
Keindahan merupakan unsur penting dalam kepariwisataan, antara lain
keindahan bentang alam. Bentang alam ada yang bersifat alamiah ada pula yang
sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, misalnya di kota dan daerah dekat
kota. Wisata pada waktu tertentu ingin menikmati bentang alam yang alamiah
(Ahmad, 1999).
Potensi kawasan ekowisata di Indonesia sangat besar. Objek tersebut
tersebar di darat (dalam kawasan hutan konservasi) maupun di laut (dalam bentuk
taman nasional laut). Kajian atas sembilan kawasan konservasi di Indonesia,
dilakukan oleh Dirjen Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen
Kehutanan bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA)
dan RAKATA pada tahun 2000; memperlihatkan tidak saja keunikan tetapi juga
semua objek dan daya tarik wisata (ODTW) tersebut sudah beroperasi dan banyak
menarik wisatawan (Damanik dan Weber, 2006).
Keanekaragaman ODTW menjadi salah satu keunggulan komparatif
produk pariwisata di pasar internasional namun demikian harus diakui bahwa
ODTW tersebut secara faktual belum mampu memenuhi standar produk yang
dapat dijual di pasar. Banyak ODTW yang hanya menawarkan objek “apa
adanya”, dalam arti hampir tanpa kemasan dan juga tanpa target pasar yang
jelas. Keragaman ODTW tersebut hanya memberikan keuntungan optimal
apabila dikembangkan berdasarkan hasil-hasil perencanaan yang terukur
(Damanik dan Weber, 2006).
Objek Wisata
Menurut Yoeti (1996), objek wisata dapat berupa:
(1) yang berasal dari alam (natural tourist resources) dan dapat dilihat atau
disaksikan secara bebas. Pada tempat-tempat tertentu harus dibayar untuk
masuk, seperti cagar alam, kebun raya, dan lain-lain.
(2) yang merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat,
disaksikan dan dipelajari seperti: monumen bersejarah dan relic dari
masyarakat lampau, museum, galeri benda seni, perpustakaan, industri
kerajinan tangan lokal, perayaan tradisional, dan sebagainya.
Dimensi wisata terdiri atas atraksi, fasilitas, transportasi, dan
keramahtamahan. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik karena sering
kali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau
waktu tertentu. Atraksi sering kali tidak dapat ditiru oleh destinasi-destinasi di
tujuan wisata, meskipun dimensi lainnya seperti fasilitas, transportasi, dan
keramahtamahan destinasi sangat kurang (Hakim, 2004). Atraksi dapat diartikan
sebagai objek wisata (baik yang bersifat tangible maupun intangible yang
memberikan kenikmatan kepada wisatawan (Damanik dan Weber, 2006).
Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. Atraksi
alam meliputi pemandangan alam, kekayaan flora dan fauna, seperti danau,
gunung, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, dan gua. Atraksi budaya
meliputi peninggalan sejarah seperti candi dan adat istiadat masyarakat. Atraksi
buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Impian Jaya
Ancol, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006).
Kualitas produk yang baik terkait dalam empat hal, yakni keunikan,
otentitas, originalitas, dan keragaman. Keunikan diartikan sebagai kombinasi
kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata. Keunikan
ini sebenarnya merupakan salah satu keunggulan produk dalam persaingan pasar
yang semakin ketat. Originalitas atau keaslian mencerminkan keaslian atau
kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi oleh atau tidak
mengadopsi model atau nilai yang berbeda dengan nilai aslinya. Otentitas
mengacu pada keaslian, yang merupakan perpaduan antara sifat alamiah, eksotis,
dan bersahaja dari suatu daya tarik ekowisata. Diversitas produk artinya
Zonasi Kawasan
Zonasi kawasan merupakan salah satu aspek manajemen kawasan
ekowisata yang berhubungan dengan tata guna lahan di kawasan pengembangan.
Tujuan dari penetapan zonasi kawasan adalah dalam rangka meminimalkan
dampak negatif dari kegiatan kawasan oleh tekanan pengunjung terhadap kawasan
yang dilindungi serta mengurangi tekanan dan konsentrasi kunjungan
hanya pada satu lokasi tertentu, misalnya di dalam kawasan hutan dengan
memberikan banyak pilihan program di suatu kawasan ekowisata
(Unit Manajemen Leuser, 2004).
Pembuatan zonasi dan lintasan-lintasan untuk sepeda dan pejalan kaki
sangat penting untuk menjamin bahwa aktivitas wisata tidak memberikan
dampak merugikan bagi ekosistem setempat. Kawasan-kawasan indah dengan
keanekaragaman spesies yang peka terhadap kebisingan dan gangguan lainnya,
perlu mendapat perlindungan dari wisatawan untuk menjamin kelangsungan hidup
spesies tersebut. Perencanaan pembuatan lintasan bagi sepeda atau pejalan kaki
untuk menikmati spesies tersebut dapat dirancang dalam perancangan destinasi
(Hakim, 2004).
Berdasarkan Unit Manajemen Leuser (2004), pertimbangan penetapan
zonasi kawasan berkaitan dengan:
(1) Status dan fungsi kawasan
(2) Kepekaan kawasan
(3) Peraturan yang terkait dengan kawasan pengembangan
(4) Akses ruang dan kesempatan berpartisipasi bagi masyarakat
(6) Keamanan dan kenyamanan pengunjung
(7) Optimalisasi potensi wisata yang tersedia
(8) Optimalisasi sarana pendukung wisata
(9) Pertimbangan efisiensi biaya.
Daya dukung lahan merupakan salah satu faktor penting dalam
pengembangan daerah tujuan wisata. Menurut Hakim (2004), dalam kaitannya
dengan pembangunan sektor wisata, isu daya dukung lingkungan harus
dimasukkan dalam isu-isu tata guna lahan. Penerapan sistem zonasi merupakan
strategi yang dapat diterapkan untuk memenuhi daya dukung. Keuntungan
penerapan sistem zonasi adalah mereduksi konflik-konflik yang timbul di antara
kepentingan masyarakat, wisatawan, dan konservasi yang dilaksanakan.
Sistem Informasi Geografis
Teknologi yang ada sekarang ini telah berkembang di berbagai bidang,
khususnya di bidang komputer grafik, basis data, teknologi informasi, dan
teknologi satelit penginderaan jarak jauh. Kondisi seperti ini menjadikan
kebutuhan mengenai penyimpanan, analisa dan penyajian data yang berstruktur
kompleks dengan jumlah yang besar semakin mendesak. Pengelolaan data yang
kompleks ini memerlukan suatu sistem informasi yang secara terintegrasi mampu
mengelola baik data spasial maupun data atribut secara efektif dan efisien, serta
mampu menjawab dengan baik pertanyaan spasial maupun atribut secara simultan
(Prahasta, 2005).
Sistem Informasi Geografis hingga saat ini belum memiliki defenisi baku
yang disepakati bersama. Sistem Informasi Geografis, Geografic Information
menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. Sistem Informasi
Geografis (SIG) menjadi alat bantu (tools) yang sangat esensial dalam
menyimpan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan kembali
kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan spasial (grafis) (Prahasta, 2005).
Prahasta (2007) menjelaskan lebih lanjut bahwa SIG dirancang untuk
mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan
fenomena-fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau
krisis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang
memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi
geografis yaitu masukan, keluaran, menajemen data (penyimpanan dan
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Taman Nasional Gunung Leuser
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan salah satu daerah
suaka yang terbesar di Indonesia bahkan di Asia. Leuser ditetapkan sebagai Cagar
Biosfer pada tahun 1981 dan pada tahun 2004 diakui sebagai salah satu warisan
dunia (Tropical Rainforest heritage of Sumatera) oleh United Nations
Educational, Scientific and Cultural organization (UNESCO) melalui Sidang ke-28 World Heritage Committee yang berlangsung di Suzhou-Cina, pada tanggal
27 Juni – 7 Juli 2004. Kawasan ini belum banyak dipengaruhi oleh aktivitas
manusia dan terlindungi secara baik apabila dibandingkan dengan suaka-suaka
lainnya.Gunung Leuser memiliki berbagai macam habitat dan pemandangan yang
indah serta berbagai vegetasi pantai sampai pegunungan yang mewakili vegetasi
Pulau Sumatera. Satwa langka yang masih terdapat disini adalah orang utan
(Pongo pygmaeus abelii), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), harimau
sumatera (Panthera tigris sumatrensis), gajah sumatera (Elephas maximus
sumatrensis), anjing hutan (Cuan alpinus), leopard (Panthera pardus), dan lain-lain. Jumlah satwa tersebut semakin berkurang, disebabkan oleh adanya
pembukaan hutan di seluruh Pulau Sumatera.
Luas dan letak
Luas TNGL berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-II/1997
adalah 1.094.692 Ha dan terletak di sebelah Barat Sumatera bagian Utara. Secara
geografis terbentang antara 30 - 40 LU dan 970 - 980 BT dan meliputi wilayah lebih
kawasan TNGL terletak di Daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Utara. Kawasan
ini tercakup dalam Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Tenggara, dan Langkat.
Fisiografi
Kawasan TNGL mengikuti gugusan Bukit Barisan. Wilayah dengan
topografi rendah sampai pantai berada hanya di dua tempat yaitu antara Kluet
Laut dan Sekundur Laut, selebihnya adalah bukit-bukit dan
pegunungan-pegunungan kompleks Gunung Leuser ditandai oleh adanya Pegunungan Lipatan
Barat dengan patahan-patahan dalam Aceh Tenggara-Barat Laut, sejajar dengan
Pulau Sumatera. Bagian selatan dari kompleks Gunung Leuser bersambung
dengan Lembah Renun dimana mengalir keluar sebagian besar aliran sungai
dataran tinggi Tapanuli.
Iklim
Berdasarkan peta iklim Scmidth dan Fergusson, kompleks Gunung Leuser
termasuk tipe iklim A dengan curah hujan yang cukup tinggi dan merata
sepanjang tahun tanpa bulan kering yang nyata. Daerah dengan ketinggian rendah
dapat digolongkan beriklim tropis basah sedangkan pada ketinggian rendah dapat
digolongkan beriklim pegunungan atau sub alpin. Temperatur antara dataran
rendah dan pegunungan tinggi bervariasi sepanjang tahun. Temperatur minimum
21,10 C dan maksimum 230 C dengan kelembaban udara yang berkisar antara
80-100%.
Vegetasi
Vegetasi utama di wilayah ini didominasi oleh vegetasi hutan tropis basah.
didominasi oleh jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae yang ditumbuhi oleh
berbagai jenis liana dan epifit yang menarik seperti anggrek. Perubahan dari zona
tropis ke zona colline dan sub montane ditandai dengan semakin banyaknya
tanaman berbunga, jenis liana berkurang, dan jenis rotan berduri semakin banyak.
Pohon-pohon kerdil dan semak dapat ditemukan pada zona sub alpin dengan
beberapa pohon famili Ericaceae, jenis tundra, anggrek, dan lumut.
Jenis pohon buah yang dapat dijumpai, diantaranya belum pernah
dibudidayakan dan berpotensi cukup besar, yaitu: jeruk hutan (Citrus
macroptera), durian hutan (Durio oxeleyanus dan Durio zibethinus), buah menteng (Baccaurea montleyana dan Baccaurea racemosa), dukuh (Lansium
domesticum), mangga (Mangifera foetida dan Mangifera guadrifolia), rukem (Flacourtia rukam), rambutan (Nephelium lappaceum). Jenis rotan dan palem
seperti palm daun sang (Johannesteijsmania altifrons), Rafflesia micropylosa,
Rafflesia atjehensis, Rafflesia hasseltii.
Fauna
Fauna Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya secara
umum mempunyai kesamaan dalam satu geografis binatang dan digolongkan
sebagai subregion malaysia walaupun fauna tersebut mempunyai kesamaan, tetapi
terlihat jenis endemik di suatu pulau. Spesies yang endemik hanya terdapat di
pulau sumatera terdiri dari 15 jenis mamalia dan 9 jenis burung. Jenis
macan/kucing selain harimau yang dapat ditemukan adalah macan dahan, macan
emas, kucing batu, dan kucing bakau. Jenis primata seperti orang utan, siamang,
wau-wau lengan hitam, kedih, lutung, kera, beruk, wau-wau lengan putih, dan
Tangkahan
Tangkahan merupakan salah satu pintu masuk ke Taman Nasional Gunung
Leuser dengan berbagai macam atraksi alam yang akhir-akhir ini semakin
memikat wisatawan baik domestik maupun manca negara. Kegiatan wisata yang
ditawarkan di kawasan ekowisata ini adalah trekking ke hutan, susur sungai,
tubing, sampai dengan menunggang gajah.
Letak geografis dan administrasi
Tangkahan terletak di perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser. Luas
wilayah pengelolaan ± 17.500 hektar. Secara geografis kawasan ini berada pada
030 37’45” - 030 44’45” LU dan 98000’00” - 98006’45” BT.
Kawasan Ekowisata Tangkahan berada diantara dua desa yaitu Desa
Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten
Langkat. Berdasarkan data Lembaga Pariwisata Tangkahan, kawasan yang
dikembangkan berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di
wilayah kerja Resort Tangkahan dan Resort Cinta Raja, Sub Seksi TNGL
Wilayah-IV Besitang. Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki batas-batas
administratif sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PTPN II
Kuala Sawit
- Sebelah Selatan berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik
PT. Ganda Permana
- Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Kuala Buluh
Topografi
Tangkahan berada pada ketinggian 80 – 155 m diatas permukaan laut
(Bappeda Langkat, 2007) yang terdiri dari kawasan landai dan berbukit dengan
kemiringan yang bervariasi yaitu 45%-90% (Kurniawan dan Burhanuddin, 2004).
Iklim
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson, Tangkahan termasuk ke
dalam tipe iklim A dimana musim kemarau terjadi pada bulan Maret – Agustus
dan musim hujan pada bulan September – Februari. Suhu rata-rata minimum
berkisar antara 230 – 250 C dan suhu rata-rata maksimum 300 – 330 C dengan
kelembaban udara relatif antara 65% - 75% (Bappeda Langkat, 2007).
Aksesibilitas
Jarak Tangkahan dari Medan ± 124 km melalui Kota Tanjung Pura dengan
kondisi jalan yang baik. Jalur lain adalah melalui jalur jalan memotong Stabat –
Simpang Sidodadi dengan jarak ± 95 km yang sebagian jalannya dalam kondisi
rusak (13 km) terutama di kawasan perkebunan. Jalan dari Simpang Sidodado ini
ke Tangkahan merupakan jalan perkebunan dengan kondisi jalan belum beraspal
dan masih berupa jalan batu/kerikil.
Tangkahan dapat dicapai dari Kota Medan dengan menggunakan Bus
Pembangunan Semesta yang berstasiun di Terminal Pinang Baris. Bus ini menuju
Tangkahan setiap hari dengan ongkos sebesar RP. 15.000. Perjalanan ke
Tangkahan ditempuh melewati Stabat sekitar 3 - 4 jam dari Kota Medan.
Kawasan ekowisata dapat dituju setelah menyeberangi Sungai Batang Serangan
Karakteristik kawasan
1. Fasilitas
Sarana yang digunakan untuk menghubungkan visitor center dan
penginapan adalah rakit penyeberangan di Sungai Batang Serangan. Penginapan
yang terdapat di kawasan ini adalah Bamboo River Lodge yang memiliki 6 kamar
double dilengkapi kamar mandi, Mega Inn, Green Lodge, dan Alex House dengan 8 kamar. Masing-masing penginapan terdapat pendopo yang berfungsi sebagai
ruang pertemuan dan restoran.
2. Atraksi Wisata
Tangkahan menawarkan obyek wisata alam, berupa sungai dan hutan
hujan tropis yang masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser
(TNGL). Lembaga Pariwisata Tangkahan, lembaga yang dibentuk masyarakat
setempat untuk mengelola obyek wisata Tangkahan, telah bekerja sama dengan
Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser untuk mengelola 17.500 hektar
kawasan TNGL sebagai obyek wisata.
Beragam jenis monyet, orangutan, harimau sumatera, beruang madu juga
terdapat di Tangkahan, dan bila beruntung kita dapat melihat elang yang tengah
berputar di udara mengintai mangsa. Pepohonan setinggi 20-40 meter dengan
kanopi selebar 40-50 meter masih banyak menghiasi Kawasan Ekowisata
Tangkahan yang menyebabkan kegiatan wisata menyusuri hutan merupakan
pilihan utama di Tangkahan. Kawasan ini secara umum didominasi oleh
tumbuhan dari famili Dipterocarpaceae, Meliaceae, Burseraceae, Euphorbiaceae,
dan Myrtaceae. Pohon-pohon besar dengan diameter di atas 1 meter (diantaranya
ditemukan pada jalur-jalur yang relatif mudah dicapai, sehingga berpotensi untuk
dijadikan daya tarik wisata (Azmi, W., Patana, P., dkk, 2008).
Sepanjang aliran Sungai Batang Serangan yang terletak di daerah
Tangkahan merupakan salah satu daerah yang dapat dijadikan sebagai tujuan
wisata, seperti camping ground. Infrastruktur menuju Tangkahan masih sangat
memprihatinkan meski tiap tahun diminati wisatawan. Kondisi jalan menuju
Tangkahan rusak parah. Jumlah penginapan hanya 32 kamar, dengan penerangan
listrik yang masih terbatas.
Potensi
a. Air terjun
Air terjun kecil merupakan salah satu daya tarik Kawasan Ekowisata
Tangkahan. Daerah tujuan wisata hutan ini masih belum begitu banyak mendapat
perhatian. Pengembangan Kawasan Tangkahan sebagai bagian dari Kawasan
Ekosistem Leuser diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
nilai hutan bagi kehidupan.
Tangkahan merupakan kombinasi dari vegetasi hutan dan topografi yang
berbukit, menjadikan tempat ini sangat ideal bagi tempat wisata. Sungai Batang
Serangan dan Buluh membelah hutan dan dapat dilihat beragam jenis tumbuhan
dan tebing yang beraneka warna di tepian sungai. Air sungai yang sangat jernih
dan bernuansa hijau menciptakan panorama dan atmosfer yang alami. Tangkahan
memiliki 11 air terjun, sumber air panas, dan gua kelelawar.
b. Atraksi wisata gajah
Atraksi wisata gajah merupakan jenis atraksi wisata yang dikembangkan
dan peranan CRU adalah untuk mendukung kegiatan konservasi dengan
pemanfaatan gajah jinak (captive elephant), memperkenalkan sumberdaya gajah
jinak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sarana pelatihan profesional
untuk tim CRU dan pegawai kehutanan, serta meningkatkan motivasi pegawai
lapangan.
Kegiatan utama CRU antara lain:
1. Proteksi hutan melalui kegiatan patroli dengan menunggangi gajah atau tanpa
gajah
2. Survei dan pemantauan keragaman sumberdaya (biodiversity monitoring)
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4. Mendukung mata pencaharian lokal melalui pengembangan jasa hutan, hasil
hutan non kayu dan ekowisata
5. Pencegahan dan penanggulangan terhadap konflik manusia – satwa liar
Khusus untuk CRU Tangkahan, selain untuk melaksanakan kegiatan tersebut,
gajah juga digunakan sebagai salah satu daya tarik wisata untuk mendukung
kegiatan ekowisata (Azmi, W., Patana, P., dkk, 2008).
Gajah yang terdapat di Tangkahan merupakan milik Balai Konservasi
Sumberdaya Alam (BKSDA) Aceh dan dirawat oleh CRU Tangkahan. Gajah
tersebut berjumlah 7 (tujuh) ekor, yaitu 1 ekor jantan (Theo) dan 6 betina ( Sari,
Yuni, Ardana, Eva, Agustine dan Olive). Wisatawan yang ingin menaiki gajah untuk melihat panorama kawasan wisata Tangkahan dikenakan biaya Rp.
250.000-Rp. 1.300.000, tergantung pada jalur wisata yang dipilih dan hasilnya
c. Pantai kupu-kupu
Kawasan Pantai Kupu-kupu merupakan salah satu objek daya tarik wisata
yang ada pada kawasan ekowisata Tangkahan. Namun, tidak seperti taman
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2009 di Kawasan
Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat. Pengelolaan dan analisis data
dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu Departemen Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data spasial
berupa: Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Peta Daerah Aliran
Sungai, dan Peta Penutupan Lahan Kabupaten Langkat.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: perangkat komputer,
perangkat lunak GIS, printer untuk mencetak data/peta, Global Potisioning
System (GPS), phiband, clinometer, kamera digital, dan alat tulis-menulis.
Metode Penelitian Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dilapangan yang berupa titik koordinat potensi wisata pada tiap jalur wisata gajah
yaitu berupa potensi flora, fauna, dan alam. Titik koordinat potensi diambil
dengan menggunakan GPS pada bagian kiri dan kanan tiap-tiap jalur. Pengamatan
potensi flora, fauna, dan alam di sepanjang jalur wisata gajah dilakukan secara
bersamaan pada bagian kiri dan kanan jalur. Titik koordinat flora yang diambil
pada jalur yang sama. Titik koordinat fauna yang diambil merupakan titik dimana
fauna tersebut dapat dilihat dan titik jejak yang ditinggalkan.
Data lapangan lainnya yaitu titik koordinat jalur wisata gajah. Titik
koordinat jalur yang diambil adalah titik yang dilalui mulai CRU (Conservation
Response Unit). Titik koordinat jalur diambil sebagai data dalam pembuatan peta jalur wisata gajah.
Peta Daerah Aliran Sungai di Taman Nasional Gunung Leuser dan Peta
Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser diperoleh dari Balai Besar Taman
Nasional Gunung Leuser. Peta Penutupan Lahan Kabupaten Langkat diperoleh
dari Balai Pemangkuan Kawasan Hutan.
Data pendukung penelitian yaitu berupa literatur kondisi umum Taman
Nasional Gunung Leuser yang diperoleh dari Balai Besar Taman Nasional
Gunung Leuser Medan, kondisi umum Tangkahan yang diperoleh dari Balai
Besar Taman Nasional Gunung Leuser dan Lembaga Pariwisata Tangkahan, serta
data pendukung lainnya yang diperoleh dari buku teks, jurnal, dan sumber pustaka
lainnya.
Pembuatan peta lokasi penelitian
Peta lokasi penelitian dibuat dengan melakukan digitasi Peta Kawasan
Taman Nasional Gunung Leuser. Lokasi penelitian yang telah terbentuk kemudian
ditumpangsusunkan dengan peta jaringan sungai dan peta penutupan lahan.
Pengolahan data lapangan
Jenis flora dan fauna diidentifikasi dengan melakukan studi literatur
software excel dan dikonversikan ke dalam program ArcView 3.3. Titik koordinat
jalur dihubungkan dengan menggunakan new theme│line, dan setelah terbentuk, dilakukan pemilihan convert to shapefile dari tool Arcview theme. Titik koordinat
potensi ditampilkan pada Arcview, kemudian pada tool theme dilakukan
pemilihan convert to shapefile. Setelah itu dilakukan pembuatan peta potensi
wisata pada masing-masing jalur wisata gajah. Hasil observasi potensi wisata
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Wisata Jalur Wisata Gajah 1 (Satu) Jam
Pengamatan potensi wisata alam yang telah dilakukan pada jalur wisata ini
menemukan potensi keragaman flora, fauna, dan alam. Fauna yang ditemukan
adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Titik koordinat satwa ini tidak
diambil karena satwa ini bersifat mobile dengan cepat hampir di sepanjang jalur.
Potensi flora yang ditemukan pada jalur ini sebanyak 19 jenis, disajikan
dalam Tabel 1, yang terdiri dari semak, pohon, dan liana. Titik sebaran potensi
flora di jalur wisata gajah 1 (satu) jam ini disajikan pada Lampiran 1. Sebanyak 7
jenis dari flora tersebut digunakan oleh masyarakat sebagai bahan untuk membuat
ramuan obat tradisional seperti pato-pato, paradep, tabar-tabar, rembuk tualang,
sereh kayu, sirih hutan, dan cep-cepan. Daun tumbuhan geridgid dapat digunakan
sebagai alas makanan ketika berada di dalam hutan yang terletak pada koordinat
(98°04'13,7"; 03°41'32,8").
Pohon terbesar yang ditemukan pada jalur ini adalah kempas (Koompasia
malaccensis) yang berada pada koordinat (98004’21,1”; 03041’22,0”). Pohon ini memiliki diameter 80 cm dan tinggi 35 m, lebar tajuk 8 m, dan tinggi banir 3 m.
Tumbuhan ini disukai oleh lebah madu untuk membuat sarang.
Gondang (Ficus fariegata) memiliki ciri khas akar nafas, bergetah putih,
dan buah yang dihasilkan keluar melalui batang pohon. Buah berwarna hijau
Tabel 1. Potensi Flora pada Jalur Wisata Gajah 1 (Satu) Jam
No. Famili Nama
Lokal Nama Latin
Karakteristik/
Potensi Gambar
Tumbuhan Obat
Obat sakit perut dan diare, darah pada luka
Tabel 1. Lanjutan
No. Famili Nama
Lokal Nama Latin
Karakteristik/
Potensi Gambar
7
Cep-cepan
Kulit kayu dapat digunakan sebagai obat maag
Tumbuhan Lainnya
8 Ebenaceae
Arang-arang Diospyros sp.
Batang berwarna hitam, dapat digunakan sebagai papan
9 Pandanaceae
Pandan-pandanan Pandanus sp. Tanaman hias
10 Arecaceae Rotan Calamus sp. digunakan untuk papan, mebel
12 Moraceae Ficus Ficus sp. Buah merupakan
pakan satwa
13 Leguminosae Kempas Koompassia
malaccensis
Tabel 1. Lanjutan
No. Famili Nama
Lokal Nama Latin
Karakteristik/
Potensi Gambar
14 Kepeng
bergetah putih, 1 tangkai buah terdiri dari 2-3 buah berada di hutan
17
Cimen-cimen
Batang sebagai bahan untuk mebel dan papan
18 Myrtaceae
Jambu-jambu Eugenia sp.
Mudah tumbuh, habitat rayap dan lebah penghasil madu
19 Moraceae Gondang Ficus fariegeta
Buah kepeng keluar melalui batang tumbuhan, buah muda berwarna hijau
muda dan akan menjadi hijau kekuningan apabila sudah matang. Buah berbentuk
bulat dengan diameter 2 cm. Isi buah seperti buah duku dengan daging buah
berwarna putih melekat dan membungkus biji sehingga membentuk selaput yang
berserat. Buah ini mempunyai rasa asam dengan sedikit rasa manis.
Kawasan Tangkahan merupakan kawasan dengan daya tarik yang tinggi
akan atraksi alam seperti air terjun, sungai, gua, dan panorama alam. Pengamatan
terhadap objek-objek alam pada tiap-tiap jalur menemukan potensi alam yaitu
keindahan bentangan alam seperti pada jalur wisata gajah 1 (satu) jam dalam
Gambar 2a. Akhir penelusuran jalur wisata gajah 1 (satu) jam menyuguhkan objek
alam berupa Air Terjun Sei Garud dengan ketinggian ± 3 meter pada Gambar 2b.
Pemetaan potensi wisata pada jalur ini disajikan pada Gambar 3.
Gambar 2. Hamparan Tutupan Lahan pada Jalur Wisata Gajah 1 Jam (a) dan Air Terjun Sei Garud pada Akhir Penelusuran Jalur Wisata Gajah 1 Jam (b)
a
Jalur wisata gajah 1 jam sangat diminati oleh wisatawan, terutama
wisatawan mancanegara, disebabkan jarak tempuh yang tidak terlalu lama dan
biaya yang terjangkau. Intensitas penggunaan jalur ini menjadi lebih tinggi karena
jalur ini juga dijadikan sebagai prioritas utama penelusuran hutan dengan
menggunakan gajah agar gajah yang digunakan dalam paket wisata gajah tidak
terlalu lelah. Masalah mulai muncul ketika terjadi degradasi lantai hutan dan
membentuk genangan berlumpur menyerupai alur sungai seperti yang disajikan
pada Gambar 4. Kerusakan pada jalur ini lebih besar dibandingkan jalur lainnya.
Penyesuaian intensitas penggunaan setiap jalur dan daya dukung lahan sangat
penting untuk diperhatikan guna memperkecil degradasi.
Gambar 4. Kerusakan Lantai Hutan Akibat Intensitas Penggunaan Jalur yang Tinggi Berupa Pengikisan Tanah (a dan b) dan Genangan Lumpur (c dan d)
a b
Potensi Wisata Jalur Wisata Gajah 2 (Dua) Jam
Potensi wisata alam yang ditemukan pada jalur wisata ini meliputi
potensi flora, fauna, dan alam. Potensi alam yang ditemukan adalah ceruk, seperti
yang disajikan pada Gambar 5. Ceruk tersebut memiliki diameter 2 meter, tinggi
mulut ceruk 0,75 meter, kedalaman 2 meter, dan bagian lantai ceruk berlumpur
dapat ditemukan pada akhir jalur wisata gajah 2 jam.
Pengamatan disekitar ceruk ini ditemukan jejak satwa yang diidentifikasi
adalah rusa (Gambar 6). Bagian dalam ceruk tersebut dapat juga ditemukan
jejak-jejak satwa namun tidak berhasil diidentifikasi karena jejak-jejak tersebut saling
menutupi satu dengan yang lainnya. Banyaknya jejak satwa tersebut
mengindikasikan bahwa ceruk ini disinggahi banyak satwa untuk berteduh.
Gambar 5. Ceruk Sedalam 2 Meter pada Akhir Penelusuran Jalur Wisata Gajah 2 Jam
Potensi flora pada jalur ini terdiri atas 17 jenis yang disajikan pada Tabel 2
dan titik sebarannya dapat dilihat pada Lampiran 2. Salah satu flora yang dapat
dijumpai pada jalur ini adalah pakam (Pometia pinnata) yang penyebarannya
banyak terdapat di daerah Irian Jaya. Sumiarsi, Kuswara, dan Setyowati-Indarto
(2000) dalam Rahayu, Susiarti, dan Purwanto (2007) menambahkan bahwa buah
dan biji tanaman ini dapat digunakan sebagai makanan oleh masyarakat Sentani –
Irian Jaya setelah diproses terlebih dahulu. Pakam dapat dilihat pada awal
penelusuran jalur yaitu pada koordinat (98°04'13,7"; 03°41'34,0").
Tabel 2. Potensi Flora pada Jalur Wisata Gajah 2 (Dua) Jam
No. Famili Nama
Lokal Nama Latin
Karakteristik/
Potensi Gambar
Tumbuhan Obat
1 Sterculiceae Bayur
Pterospermum
Tabel 2. Lanjutan
No. Famili Nama
Lokal Nama Latin
Karakteristik/
Potensi Gambar
4 Myrtaceae Sereh
Obat kuat pria, malaria, coklat, Kulit batang bergetah putih, 1 tangkai buah terdiri dari 2-3 buah
8 Sapindaceae Pakam Pometia
pinnata
Penyebarann banyak terdapat di daerah Irian Jaya. Buah dan biji tanaman ini dapat digunakan sebagai makanan
9
Cimen-cimen
Tabel 2. Lanjutan
No. Famili Nama
Lokal Nama Latin
Karakteristik/
Potensi Gambar
10 Arecaceae Rotan pohon atau ranting. Bahan untuk membuat tali, atap, keranjang, kursi, tikar
11 Araucariaceae Damar Agathis sp.
Bahan kusen, balok, tiang bangunan
12 Myrtaceae
Jambu-jambu Eugenia sp.
Sarang rayap, madu
13 Arecaceae Palem Tanaman hias
14 Euphorbiaceae Mahang Macaranga sp.
Papan, broti bangunan. Buah berwarna cokelat, seperti gasing, daging buah tebal dan keras
15 Basidiomycotina Jamur
Berwarna merah, menempel pada batang busuk
16 Liana
Tabel 2. Lanjutan
No. Famili Nama
Lokal Nama Latin
Karakteristik/
Potensi Gambar
17 Dipterocarpa
ceae Meranti Shorea sp.
Merupakan kayu yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Digunakan sebagai bahan bangunan, balok, kusen, papan
Fauna yang terdapat pada jalur ini adalah rusa (Cervus unicolor) dan kedih
(Presbytis thomasi). Titik koordinat fauna ini dapat dilihat pada Lampiran 6.
Keberadaan rusa diketahui melalui jejak yang ditinggalkan di sekitar ceruk
sedangkan kedih diketahui melalui pengamatan pada tajuk tumbuhan.
Rusa dan kedih merupakan jenis fauna yang memiliki status konservasi
yaitu dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7
Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Pemetaan sebaran
Potensi Wisata Jalur Wisata Gajah 3 Jam
Potensi flora yang ditemukan pada jalur ini adalah sebanyak 14 jenis
seperti yang disajikan pada Tabel 3. Tumbuhan obat terdiri dari sereh kayu,
rembuk tualang, dan rambe kura-kura. Tumbuhan yang mendominasi pada jalur
ini adalah pepohonan. Titik sebaran flora pada jalur ini dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Tabel 3. Potensi Flora pada Jalur Wisata Gajah 3 (Tiga) Jam
No. Famili Nama Lokal Nama Latin Karakteristik/
Potensi Gambar
Tumbuhan obat
1 Myrtaceae Sereh kayu Syzygium
polyanthum
Daun digunakan sebagai obat masuk angin, daun berbau seperti minyak kayu putih
2 Rembuk
tualang Obat patah tulang
3 Rambe
kura-kura
Daun sebagai obat biri-biri, sakit perut, diare
Tumbuhan lainnya
4 Anacardiaceae Dahu (Bau) Dracontomelon
mangiferum Bl.
Berbuah di batang, digunakan untuk membuat mebel, atap, papan
5 Kepeng
Berbuah di batang, buah dapat dimakan manusia, monyet, tupai, burung
6 Karimbalang
Tabel 3. Lanjutan
No. Famili Nama Lokal Nama Latin Karakteristik/
Potensi Gambar
7 Dipterocarpaceae Cengal batu/
damar putih Hopea sangal
Merupakan kayu yang bernilai tinggi, batang berwarna cokelat muda kehijauan, digunakan sebagai balok, kusen, papan
8 Lauraceae Medang Dehaasia
caesia Bl. Mebel, papan
9 Anacardiaceae Rengas Melanorrhoea
walicchii Mebel, papan
10 Mayangsusu
Memiliki akar banir yang lebar.
Digunakan sebagai bahan bangunan
11 Dipterocarpaceae Meranti Shorea sp.
Merupakan kayu yang bernilai tinggi, digunakan sebagai bahan bangunan, balok, kusen, papan
13 Leguminosae Kempas
Koompassia malaccensis Maingay ex Benth.
Pohon dicekik oleh pohon Ficus
Tumbuhan terbesar yang ditemukan dari semua jalur yang telah ditempuh
adalah Ficus sp. yang berada pada jalur ini. Pohon ini berada pada koordinat
(98°04'08,7"; 03°41'03,2"), dengan diameter 450 cm, tinggi pohon 40 m, dan
Beruang madu (Helarctos malayanus), salah satu dari 7 fauna yang dapat
ditemukan pada jalur ini, termasuk dalam daftar appendix I CITES
(CITES, 2009). Dengan demikian satwa tersebut merupakan spesies yang
dilindungi dari bentuk perdagangan internasional secara komersial. Keberadaan
beruang madu pada jalur diketahui dari jejak panjatan pada pohon jambu-jambu
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 9. Pohon jambu-jambu disukai oleh lebah
penghasil madu untuk membuat sarang. Beruang madu memanjat pohon tersebut
untuk mengambil madunya. Potensi fauna lainnya disajikan dalam Tabel 4.
Gambar 9. Jejak Panjatan Beruang Madu (Helarctos malayanus) pada Pohon Jambu-jambu (Eugenia sp.)
Tabel 4. Potensi Fauna pada Jalur Wisata Gajah 3 (Tiga) Jam
No. Objek Nama Satwa Tingkat Kepunahan Jejak/Gambar Identifikasi
1 Bekas
galian
Landak (Hystrix bracyura)
Dilindungi PP RI No. 7 Thn 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Appendix II CITES, Beresiko rendah
Appendix I CITES, Dilindungi PP RI No. 7 Thn 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Penelusuran akhir jalur wisata gajah 3 jam menyajikan keindahan
panorama alam Pantai Kupu-kupu yaitu tepi Sungai Buluh yang dihinggapi oleh
berbagai jenis kupu-kupu. Kupu-kupu tersebut hinggap di bebatuan sungai
sebagai individu ataupun dengan koloni tersendiri. Salah satu koloni dapat dilihat
pada Gambar 10.
Keanekaragaman jenis kupu-kupu di Pantai Kupu-kupu telah diidentifikasi
oleh Fatihulbar (2008) dan menemukan sebanyak 35 jenis kupu. Jenis
kupu tersebut secara lengkap disajikan pada Tabel 5. Keanekaragaman jenis
kupu-kupu di Pantai Kupu-kupu-kupu, menurut Fatihulbar (2008), dapat menarik minat
pengunjung dalam melakukan wisata minat khusus yaitu Pantai Kupu-kupu dapat
dijadikan laboratorium alamiah dimana pengunjung dapat belajar mengenai
kupu-kupu dan menikmati keindahannya. Peta potensi wisata untuk jalur ini dapat
dilihat pada Gambar 11.
Tabel 5. Jenis Kupu-kupu di Pantai Kupu-kupu Kawasan Ekowisata Tangkahan
No. Kelas Ordo Famili Genus Spesies
1
Insecta Lepidoptera
Papiliomidae
Arthoponeura Arthoponeura nox Swinson 2
Graphium
Graphium agamemnon Linnaeus
3 Graphium antiphates Cramer
4 Graphium delessertii Guerin
5 Graphium evemon Jordan
6 Graphium sarpedon Linnaeus
7 Lamproptera Lamproptera curis Fabr.
8
Papilio
Papilio helenus Doherty
9 Papilio memnon Linnaeus
10 Papilio memnon Linnaeus
11 Papilio memnon Linnaeus
12 Papilio polytes Cramer
13 Trogonoptera Trogonoptera brookiana Wallace
14 Troides Troides amphrysus Cramer
15
Pieridae
Aporia Aporia crataegi
16
Appias Appias celestina
17 Appias nero
18 Enantia Enantia albania
19 Eurema Terias blanda
20 Hebomia Hebomia glaucippe
21 Nepheronia Nepheronia thalassina
22 Prioneris Prioneris clemanthe
23 Pseudopieris Pseudopieris nehemia
24
Nymphalidae
Breanthis Breanthis ino
25 Cyrestis Cyrestis maenalis
26
Elymnias Elymnias casiphone Malelas
27 Elymnias mimalon
28 Euploea Euploea core Godartii
29
Neptis Neptis hylas Linnaeus
30 Neptis zaida Manipurensis
31 Tanaecia Tanaecia clathrata
32 Vindula Vindula arsinoe Andea
33
Lycaenidae
Cheritra Cheritra freja
34 Jamides Jamides bochus
35 Megisba Megisba malaya
Potensi Wisata Jalur Wisata Gajah Gua Kalong
Hutan Indonesia termasuk dalam kawasan hutan tropika yang kaya akan
jenis pohon yang bernilai ekonomi tinggi, diantaranya adalah famili
dipterocarpaceae (Susilo, 2004) seperti yang dapat ditemukan pada jalur ini yaitu
meranti bunga dan keruing. Potensi flora lainnya disajikan pada Tabel 6. Titik
sebaran flora pada jalur ini disajikan pada Lampiran 4. Tingkat pertumbuhan flora
bervariasi mulai dari semai, pancang, tiang, dan pohon.
Jenis tumbuhan obat sebagian besar digunakan masyarakat sekitar hutan
untuk ramuan pengobatan tradisional dalam mengobati berbagai jenis penyakit.
Kegunaan tumbuhan tersebut sebagai tumbuhan obat diperoleh dari hasil
wawancara dengan masyarakat. Kulit kayu tumbuhan cep-cepan untuk mengobati
sakit maag. Bagian kulit batang yang digunakan adalah kulit telah dibersihkan
dari jamur dengan pengikisan. Tumbuhan sereh kayu dapat mengobati masuk
angin dengan memakan pucuk daun yang masih berwarna hijau muda. Jenis
tumbuhan yang digunakan sebagai campuran obat tradisional oleh ibu-ibu untuk
memperlancar proses bersalin yaitu bayur (Pterospermum javanicum Jungh.)
dengan memanfaatkan kulit kayu tumbuhan tersebut. Cara ini sangat efektif
Tabel 6. Potensi Flora Pada Jalur Wisata Gajah Gua Kalong
No. Famili Nama
Lokal Nama Latin
Karakteristik/
Potensi Gambar
Tumbuhan obat
2 Sterculiaceae Bayur
Pterospermum
7 Dipterocarpaceae Meranti
Tabel 6. Lanjutan
No. Famili Nama
Lokal Nama Latin
Karakteristik/
Potensi Gambar
9 Arecaceae Salak
hutan Salacca affinis
Pelepah daun
11 Zingiberaceae
Tabar-tabar
Obat sakit perut dan diare
12 Meliaceae Langsat
hutan
Tabel 6. Lanjutan
No. Famili Nama
Lokal Nama Latin
Karakteristik/
Potensi Gambar
17 Araceae Keladi Dioscorea sp.
18 Myrtaceae
Jambu-jambu Eugenia sp.
21 Araucariaceae Damar Agathis sp.
Bahan bangunan, balok, kusen, papan
22 Sapindaceae Rambutan
menci Nephelium sp. Buah merupakan pakan satwa
Keberadaan Gua Air Panas Sekucib yang berpotensi sebagai pemandian
air panas terdapat di jalur ini. Gua air panas ini berbatasan dengan aliran Sungai
Batang Serangan. Kedalaman gua 15 meter, lebar dan tinggi mulut gua
adalah 1 meter dan 1,5 meter, lebar di dalam gua 1-1,5 meter dengan tinggi 1,5 –
3 meter. Gua ini berlumpur halus dan bebatuannya bertekstur tajam dengan
berwarna cokelat muda. Bau sulfur yang dikeluarkan tidak menyengat.
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya oleh Departeman
diketahui bahwa suhu air tersebut mencapai 410C. Pengamatan pada langit-langit
gua ditemukan adanya stalaktit dengan ukuran terbesar yaitu panjang ± 1 meter
dan diameter ± 7 inci sedangkan stalaktit terkecil memiliki diameter < 1 inci.
Potensi wisata lainnya di jalur wisata gajah Gua Kalong berupa potensi
alam seperti panorama pinggiran sungai, bentangan ekosistem hutan, dan dinding
batuan di tepi kiri dan kanan sungai yang membentuk terowongan dengan Sungai
Batang Serangan mengalir diantaranya (Gambar 12).
Potensi fauna yang ada pada jalur ini adalah gajah (Elephas maximus
sumatrensis), semut, rusa (Cervus unicolor), dan babi hutan (Sus sp.). Gambar identifikasi jejak satwa dapat dilihat pada Tabel 7. Gajah termasuk fauna yang
berada dalam daftar appendix I CITES, dengan demikian satwa ini dilindungi dari
bentuk perdagangan internasional secara komersial. Peta potensi wisata pada jalur
ini disajikan pada Gambar 13.
Tabel 7. Potensi Fauna pada Jalur Wisata Gajah Gua Kalong
No. Objek Nama Satwa Tingkat Kepunahan Jejak/Gambar Identifikasi
1 Jalur, Feses
Gajah liar (Elephas maximus
sumatrensis)
Appendix I CITES
2 Jejak Rusa
(Cervus unicolor)
Dilindungi PP RI No. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
3 Jejak, kubangan
Babi hutan
(Sus sp.) -
4 Patung tanah Semut -
Jejak
Potensi Wisata Jalur Wisata Gajah Gua Kambing
Gua Kambing merupakan potensi alam yang memiliki daya tarik
tersendiri. Air terjun dengan ketinggian 8 meter jatuh dari atap gua. Aliran air
berupa pancuran keluar melalui celah batu langit-langit gua. Ruangan gua, seperti
disajikan pada Gambar 14a, memiliki kedalaman 10-12 meter dan luas 10-14 m2.
Langit-langit gua yang berdekatan dengan mulut gua memiliki ketinggian 3 meter,
namun langit-langit bagian tengah cukup rendah yaitu 1 meter, kemudian tinggi
bagian dalam < 1 meter. Gua ini kurang dimasuki cahaya dan lembab, kecuali
pada bagian yang berdekatan dengan mulut gua, demikian juga lantainya basah
oleh tetesan air dari langit-langit guanya. Bagian depannya terdapat bunga-bunga
hias yang sengaja diletakkan di bagian mulut gua dan kendi-kendi disusun
membentuk aliran air yang bertingkat, disajikan pada Gambar 14b.
Potensi flora yang ditemukan pada jalur ini sebanyak 20 jenis yang secara
lengkap disajikan pada Tabel 8. Titik koordinat flora pada jalur ini dapat dilihat
pada Lampiran 5 dan penyebaran pada peta disajikan dalam Gambar 16.
Gambar 14. Ruang Gua Kambing (a) dan Tanaman Hias dan Kendi-kendi yang Disusun Bertingkat pada Mulut Gua Kambing (b)
Tabel 8. Potensi Flora pada Jalur Wisata Gajah Gua Kambing
polyanthum Obat masuk angin
2
Pato-pato
Campuran obat panas dan demam
3 Eurycoma Pasak
bumi
Eurycoma longifolia Jack.
Akar dan batang digunakan sebagai obat kuat pria, malaria, demam, panas tinggi
4
Kopi-kopi Coffea sp. Daun sebagai obat gatal-gatal
Tumbuhan lainnya
5 Capet Buah merupakan makanan
burung
6 Lebah
manuk
Buah untuk makanan burung, kulit untuk makanan tupai
7 Arecaceae
Bahan untuk membuat kursi, tikar, keranjang
8 Telu
bulung Tiang bangunan
9 Verbenaceae Leban Vitex gamosepala Tiang bangunan
10 Sapindaceae Pakam Pometia pinnata
Penyebarann banyak terdapat di daerah Irian Jaya.
Buah dan biji tanaman ini dapat digunakan sebagai makanan
11 Dipterocarpaceae Meranti Shorea sp. Papan, tiang bangunan
12 Cuping
kera Log, tiang bangunan
13 Araucariaceae Damar Agathis sp. Bahan bangunan rumah
14 Kecing Bahan bangunan rumah
15 Rampak
dahan Log, tiang bangunan
16 Myrtaceae
Jambu-jambu Eugenia sp.
Mudah tumbuh, habitat rayap dan lebah penghasil madu
17 Anggrek
rusa Tanaman hias
18 Merbau Bahan bangunan, balok, kusen,
papan
19 Ebenaceae
Arang-arang Diospyros sp.
Batang berwarna hitam, dapat digunakan sebagai papan
Potensi fauna sebanyak 3 jenis yaitu siamang (Symphalangus syndactylus),
burung kuau (Argusianus argus), dan babi hutan (Sus sp.). Burung kuau termasuk
tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin akan terancam punah apabila
perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan (CITES, 2009).
Burung kuau (Argusianus argus) dapat diketahui keberadaannya pada jalur
wisata dari tanda berupa areal permukaan tanah tempat burung ini bermain,
seperti pada Gambar 15. Permukaan tanah tersebut berbeda dengan keadaan
permukaan tanah di sekelilingnya. Perbedaan yang terlihat adalah pada areal
bermain kuau tidak dijumpai adanya tumbuhan bawah. Areal tersebut hanya
ditutupi oleh serasah tumbuhan dengan luasan mencapai 4x4 m.