PEMETAAN POTENSI WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
BTN WILAYAH III LANGKAT
ELSI KURNIA SARI 071201008
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMETAAN POTENSI WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
BTN WILAYAH III LANGKAT
SKRIPSI
Oleh:
ELSI KURNIA SARI 071201008
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMETAAN POTENSI WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
BTN WILAYAH III LANGKAT
SKRIPSI
Oleh:
ELSI KURNIA SARI
071201008/MANAJEMEN HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Pemetaan Potensi Wisata Alam Di Kawasan Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser BTN Wilayah III Langkat
Nama : Elsi Kurnia Sari
NIM : 071201008
Program Studi : Kehutanan
Jurusan : Manajemen Hutan
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing
Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph.D Ahmad Syofyan, SE, M.Si Ketua Anggota
Mengetahui,
Siti Latifah, S.Hut. M.Si. Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan
ABSTRAK
ELSI KURNIA SARI : Pemetaan Potensi Wisata Alam Di Kawasan Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser BTN Wilayah III Langkat, dibimbing oleh RAHMAWATY dan AHMAD SYOFYAN.
Kawasan Ekowisata Tangkahan (KET) sebagai daerah tujuan wisata memiliki daya tarik alam yang unik dan tersebar di beberapa lokasi. Namun, masih banyak potensi wisata alam yang belum teridentifikasi dan dipetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata alam yang terdapat di KET, memetakan potensi wisata alam pada jalur yang sudah ada dan yang berpotensi untuk dijadikan jalur baru di kawasan tersebut. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret- Juni 2011. Metode yang dilakukan pertama kali adalah mengindentifikasi potensi wisata alam yang terdapat di KET dengan cara mengamati keadaan sekitar kawasan, kemudian memetakan jalur wisata yang telah ada dan jalur baru yang ditemukan beserta potensi-potensi di dalamnya menggunakan sistem informasi geografis (SIG) khususnya menggunakan software ArcView 3.3. Data yang akan diolah tersebut diperoleh dengan bantuan alat
Global Positioning System (GPS) dari lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di KET masih memiliki kelemahan tempat wisata alam berupa sarana dan prasarana jalan, listrik, air bersih, bak sampah, toko souvenir, rumah ibadah dan tempat pembuangan sampah. Sedangkan potensi wisata alam yang dipetakan pada jalur yang telah ada dan pada jalur baru di KET berupa potensi flora, fauna dan alam yang berupa air terjun, goa, air panas, pantai kupu-kupu, aliran sungai jernih, taman rafflesia, titik pemantauan satwa, pilar bukit tempurung, tebing batu, tanaman obat, pohon besar, jamur serta hewan-hewan langka yang dilindungi.
ABSTRACT
ELSI KURNIA SARI: Mapping the Potential of Tangkahan Ecotourism Gunung
Leuser National Park BTN III Region Langkat, guided by RAHMAWATY and
AHMAD SYOFYAN.
Tangkahan Ecotourism Area (TEA) as a tourist destination has a unique natural charm and scattered in several locations. However, there are many natural tourism potential that has not been identified and mapped. This study aims to identify the potential of nature tourism contained in the TEA, map the potential of nature tourism on the lines of existing and potential to be a new path in the region. The research was conducted from March-June 2011. The method was first performed to identify the potential of nature tourism is located on TEA by observing the situation around the area, then map the existing tourist pathways and new pathways are discovered and their potential in it using a geographic information system (GIS) in particular using ArcView software 3.3. Data to be processed is obtained with the aid of Global Positioning System (GPS) from the field.
The results showed that in TEA still has drawbacks natural attractions in the form of facilities and infrastructure of roads, electricity, clean water, garbage bins, souvenir shops, houses of worship and landfills. While the potential of nature tourism that is mapped to the existing path and on a new path in the form of potential TEA flora, fauna and nature in the form of waterfalls, caves, hot springs, beaches butterfly, crystal clear streams, Rafflesia parks, wildlife monitoring point, pillar shell hills, cliffs, medicinal plants, large trees, fungi and animals are protected rare.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talang, Kabupaten Solok Sumatera Barat pada tanggal 12 Mei 1989 dari ayahanda Syufril (Alm) dan ibunda Ratna S.Pd. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari SDN 01 Aro Talang, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Gunung Talang. Pada tahun 2007, penulis lulus dari SMAN 1 Gunung Talang dan pada tahun yang sama diterima menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Penelusuran Minat dan Bakat. Penulis memilih jurusan Manajemen Hutan, Program Studi Kehutanan.
Selama mengikuti kuliah, penulis aktif sebagai anggota Mahasiswa kehutanan USU, sebagai Asisten Praktikum Klimatologi Hutan tahun 2010, Asisten Praktikum Pemanenan Hasil Hutan tahun 2010, Asisten Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan tahun 2010 dan 2011.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemetaan Potensi Wisata Alam Di Kawasan Ekowisata Tangkahan Di Taman Nasional Gunung Leuser BTN III Wilayah Langkat”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis yang telah membimbing, mendidik dan mendukung penulis baik dari segi moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ketua komisi pembimbing Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph.D dan anggota komisi pembimbing Ahmad Syofyan, SE, M.Si yang terus membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) dan teman-teman yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penelitian... 2
C. Manfaat Penelitian... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ekowisata dan Pariwisata... 3
B. Potensi Ekowisata... 6
C. Objek wisata ... 7
D. Zonasi Kawasan ... 8
E. Sistem Informasi Geografis Dalam Pengelolaan Wisata... 9
F. Tangkahan... 11
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian... 14
B. Bahan dan Alat ... 14
C. Metode Penelitian 1. Identifikasi Potensi wisata... 15
2. Pengumpulan Data ... 16
3. Pembuatan Peta Potensi Wisata ... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Wisata ... 19
1. Kadar Hubungan/ Aksesibilitas... 19
2. Pengelolaan dan Pelayanan ... 21
3. Akomodasi ... 22
4. Sarana dan Prasarana Penunjang... 23
5. Atraksi dan Kegiatan Ekowisata ... 25
6. Kondisi Perkembangan Jumlah Pengunjung... 28
B. Peta dan Potensi Alam Pada Jalur Wisata ... 30
1. Potensi Wisata Pada Rafflesia Track ... 30
2. Potensi Wisata Pada 60 Hours Track ... 39
5. Potensi Wisata Pada Adventure Track ... 71
Halaman V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA ... 79
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Lokal dan Mancanegara... 28
2. Jenis Kupu-kupu di Pantai Kupu-kupu Ekowisata Tangkahan... 32
3. Potensi Kawasan Pada Rafflesia Track... 34
4. Potensi Flora Pada Rafflesia Track... 37
5. Potensi Fauna Pada Rafflesia Track... 37
6. Potensi Kawasan Pada 60 Hours Track ... 43
7. Potensi Flora Pada 60 Hours Track... 53
8. Potensi Fauna Pada 60 Hours Track ... 54
9. Potensi Kawasan Pada Youth Track ... 57
10. Potensi Flora Pada Youth Track ... 61
11. Potensi Fauna Pada Youth Track ... 62
12. Potensi Kawasan Pada Family Track... 65
13. Potensi Flora Pada Family Track ... 69
14. Potensi Fauna Pada Family Track... 69
15. Potensi Kawasan Pada Adventure Track ... 72
16. Potensi Flora Pada Adventure Track ... 73
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian... 14
2. Alur Kerja Pembuatan Peta Potensi Wisata... 18
3. Kondisi Jalan Menuju Tangkahan... 19
4. Kondisi Jalan Tanah dan Berkerikil... 20
5. Kondisi Jembatan Menuju Tangkahan... 20
6. Sarana Penyebrangan Berupa Rakit... 21
7. Pintu masuk Visitor Center ... 21
8. Penginapan di Ekowisata Tangkahan ... 22
9. Warung Makanan dan Minuman... 23
10. Fasilitas Toilet Umum... 24
11. Perbandingan Jumlah Wisatawan Lokal Dengan Mancanegara ... 29
12. Pantai Kupu-kupu ... 31
13. Air Terjun Kenangan ... 31
14. Air Terjun Lao Anak Pakam... 32
15. Taman Rafflesia Arnoldi... 33
16. Track Pinggiran Tebing ... 34
25. Peta Potensi Wisata Pada Rafflesia Track ... 38
26. Namo Tangkahan ... 39
27. Aliran Sei Buluh Kecil... 39
Halaman
29. Titik Pemantauan dan Camping Ground... 41
30. Pilar Bukit Tempurung... 41
31. Tebing Batu... 41
32. Selincir Alur... 42
33. Camping Ground... 42
34. Muara Kalimbalang... 43
35. Batuab Sepanjang Sungai Batang Serangan ... 43
Halaman
66. Sarang Orangutan Sumatera... 52
67. Jejak Babi Hutan ... 52
88. Peta Potensi Wisata Pada Youth Track... 63
89. Pemandian Air Panas ... 64
Halaman
91. Bening-bening... 65
92. Cingkam ... 66
102. Peta Potensi Wisata Pada Family Track ... 70
103.Goa Kalong ... 72
104.Ficus ... 72
105.Jamur ... 72
106.Meranti Bunga... 73
107.Ular ... 74
108.Ulat Daun ... 74
109.Beruk ... 74
110. Peta Potensi Wisata Pada Adventure Track ... 75
ABSTRAK
ELSI KURNIA SARI : Pemetaan Potensi Wisata Alam Di Kawasan Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser BTN Wilayah III Langkat, dibimbing oleh RAHMAWATY dan AHMAD SYOFYAN.
Kawasan Ekowisata Tangkahan (KET) sebagai daerah tujuan wisata memiliki daya tarik alam yang unik dan tersebar di beberapa lokasi. Namun, masih banyak potensi wisata alam yang belum teridentifikasi dan dipetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata alam yang terdapat di KET, memetakan potensi wisata alam pada jalur yang sudah ada dan yang berpotensi untuk dijadikan jalur baru di kawasan tersebut. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret- Juni 2011. Metode yang dilakukan pertama kali adalah mengindentifikasi potensi wisata alam yang terdapat di KET dengan cara mengamati keadaan sekitar kawasan, kemudian memetakan jalur wisata yang telah ada dan jalur baru yang ditemukan beserta potensi-potensi di dalamnya menggunakan sistem informasi geografis (SIG) khususnya menggunakan software ArcView 3.3. Data yang akan diolah tersebut diperoleh dengan bantuan alat
Global Positioning System (GPS) dari lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di KET masih memiliki kelemahan tempat wisata alam berupa sarana dan prasarana jalan, listrik, air bersih, bak sampah, toko souvenir, rumah ibadah dan tempat pembuangan sampah. Sedangkan potensi wisata alam yang dipetakan pada jalur yang telah ada dan pada jalur baru di KET berupa potensi flora, fauna dan alam yang berupa air terjun, goa, air panas, pantai kupu-kupu, aliran sungai jernih, taman rafflesia, titik pemantauan satwa, pilar bukit tempurung, tebing batu, tanaman obat, pohon besar, jamur serta hewan-hewan langka yang dilindungi.
ABSTRACT
ELSI KURNIA SARI: Mapping the Potential of Tangkahan Ecotourism Gunung
Leuser National Park BTN III Region Langkat, guided by RAHMAWATY and
AHMAD SYOFYAN.
Tangkahan Ecotourism Area (TEA) as a tourist destination has a unique natural charm and scattered in several locations. However, there are many natural tourism potential that has not been identified and mapped. This study aims to identify the potential of nature tourism contained in the TEA, map the potential of nature tourism on the lines of existing and potential to be a new path in the region. The research was conducted from March-June 2011. The method was first performed to identify the potential of nature tourism is located on TEA by observing the situation around the area, then map the existing tourist pathways and new pathways are discovered and their potential in it using a geographic information system (GIS) in particular using ArcView software 3.3. Data to be processed is obtained with the aid of Global Positioning System (GPS) from the field.
The results showed that in TEA still has drawbacks natural attractions in the form of facilities and infrastructure of roads, electricity, clean water, garbage bins, souvenir shops, houses of worship and landfills. While the potential of nature tourism that is mapped to the existing path and on a new path in the form of potential TEA flora, fauna and nature in the form of waterfalls, caves, hot springs, beaches butterfly, crystal clear streams, Rafflesia parks, wildlife monitoring point, pillar shell hills, cliffs, medicinal plants, large trees, fungi and animals are protected rare.
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Objek wisata dan segala atraksi yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama, mengapa seseorang datang berkunjung pada suatu tempat. Keaslian dari objek dan atraksi yang disuguhkan haruslah dipertahankan sehingga wisatawan di tempat tersebut dapat melihat dan menyaksikan objek dan atraksi tersebut. Selain terpelihara keasliannya, variasi objek dan atraksi yang akan dijual perlu diciptakan untuk konsumsi wisatawan. Disinilah pentingnya pengembangan produk (product development) dalam industri kepariwisataan. Banyaknya objek dan atraksi yang akan dijual sangat besar pengaruhnya untuk memperpanjang lamanya tinggal (length to stay) dan selanjutnya akan memperbanyak devisa masuk dan meninggalkan pendapatan daerah (Yoeti, 1996).
Kawasan Ekowisata Tangkahan sebagai daerah tujuan wisata memiliki daya tarik alam yang unik dan tersebar di beberapa lokasi. Potensi alam tersebut dapat dikembangkan untuk menambah minat pengunjung. Cara yang dikembangkan untuk menarik minat pengunjung terhadap kawasan ini adalah dengan mengadakan berbagai kegiatan wisata. Namun, masih banyak potensi wisata lain yang belum teridentifikasi dan dipetakan. Potensi wisata alam yang masih belum teridentifikasi dan dipetakan ini seharusnya dapat dijadikan suatu alternatif kegiatan wisata di kawasan tangkahan.
berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menggali potensi-potensi alam yang belum tersentuh demi meningkatkan daya tarik pengunjung, menyeimbangkan penggunaan lahan serta untuk kelengkapan informasi wisata bagi pihak pengelola.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengidentifikasi potensi wisata alam yang terdapat di kawasan ekowisata tangkahan.
2. memetakan potensi wisata alam pada jalur yang sudah ada di kawasan ekowisata tangkahan
3. memetakan potensi wisata alam yang berpotensi untuk dijadikan jalur baru di kawasan ekowisata tangkahan
C. Manfaat Penelitaan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekowisata dan Pariwisata
Definisi ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990), yaitu suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata lebih lanjut didefinisikan sebagai bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata.
Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan “pelestarian” dibanding pemanfaatan. Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur
conservation tax untuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan
masyarakat local (Lindberg, 1991).
Berdasarkan Permenhut No: P.48/Menhut II/2010 tentang Pengusahan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, jenis usaha pariwisata alam yang disediakan antara lain: informasi pariwisata, pramuwisata, transportasi, perjalanan wisata, cinderamata serta makanan dan minuman.
yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan (community
based).
Pariwisata sedang dikembangkan dengan giat di Indonesia. Pariwisata dibanyak tempat menunjukkan peningkatan yang tajam, terutama pariwisata domestik. Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat peka terhadap kerusakan lingkungan. Pariwisata tidak akan berkembang tanpa lingkungan yang baik. Pengembangan ekowisata harus memperhatikan terjaga mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata lingkungan itulah yang sebenarnya dijual (Ahmad, 1999).
Kualitas produk pariwisata yang baik terkait dalam empat hal, yakni keunikan, otentitas, originalitas, dan keragaman. Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata. Keunikan sebenarnya merupakan salah satu keunggulan produk dalam persaingan pasar yang semakin ketat. Originalitas mencerminkan keaslian atau kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi atau tidak mengadopsi model dan nilai yang berbeda dengan nilai aslinya. Otentitas mengacu pada keaslian, yang merupakan perpaduan antara sifat alamiah, eksotis, dan bersahaja dari suatu daya tarik ekowisata. Diversitas produk artinya keanekaragaman produk atau jasa yang ditawarkan (Damanik dan Weber, 2006).
rumah pohon, bumi perkemahan, tempat singgah, fasilitas akomodasi serta fasilitas pelayanan umum dan kantor.
B. Potensi Ekowisata
Pariwisata sedang dikembangkan dengan giat di Indonesia. Pariwisata di banyak tempat menunjukkan peningkatan yang tajam, terutama pariwisata domestik. Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat peka terhadap kerusakan lingkungan. Pariwisata tidak akan berkembang tanpa lingkungan yang baik. Pengembangan ekowisata harus memperhatikan terjaga mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata lingkungan itulah yang sebenarnya dijual (Ahmad, 1999).
Dalam Suferi (2008) diketahui bahwa untuk memprediksikan jumlah pengunjung dalam jangka waktu tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :
Pt = Po ( 1 + r )t Pt = Jumlah kunjungan tahun yang diprediksikan Po = Jumlah wisatawan awal perhitungan
r = Persentase kenaikan jumlah wisatawan t = Jumlah tahun yang diprediksikan
dikembangkan berdasarkan hasil-hasil perencanaan yang terukur (Damanik dan Weber, 2006).
C. Objek Wisata
Menurut Yoeti (1996), objek wisata dapat berupa: (1) Natural Tourist
Resources yang berasal dari alam dan dapat dilihat atau disaksikan secara bebas
pada tempat-tempat tertentu harus dibayar untuk masuk, seperti cagar alam, kebun raya, dan lain-lain. (2) Hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan dan dipelajari seperti: monumen bersejarah dan relic dari masyarakat lampau, museum, galeri benda seni, perpustakaan, industry kerajinan tangan lokal, perayaan tradisional, dan sebagainya.
Dimensi wisata terdiri atas atraksi, fasilitas, transportasi, dan keramahtamahan. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik karena sering kali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau waktu tertentu. Biasanya, sering kali tidak dapat ditiru oleh destinasi-destinasi di tempat lain. Atraksi selalu menarik orang untuk datang ke dalam sebuah kawasan tujuan wisata, meskipun dimensi lainnya seperti fasilitas, transportasi, dan keramahtamahan destinasi sangat kurang (Hakim, 2004).
Kualitas produk yang baik terkait dalam empat hal, yakni keunikan, otentitas, originalitas, dan keragaman. Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata. Keunikan ini sebenarnya merupakan salah satu keunggulan produk dalam persaingan pasar yang semakin ketat. Originalitas atau keaslian mencerminkan keaslian atau kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi oleh atau tidak mengadopsi model atau niai yang berbeda dengan nilai aslinya. Otentitas mengacu pada keaslian, yang merupakan perpaduan antara sifat alamiah, eksotis, dan bersahaja dari suatu daya tarik ekowisata. Diversitas produk artinya keanekaragaman produk atau jasa yang ditawarkan (Damanik dan Weber, 2006). D. Zonasi Kawasan
Zonasi kawasan merupakan salah satu aspek manajemen kawasan ekowisata yang berhubungan dengan tata guna lahan di kawasan pengembangan. Tujuan dari penetapan zonasi kawasan adalah dalam rangka meminimalkan dampak negatif dari kegiatan kawasan oleh tekanan pengunjung terhadap kawasan yang dilindungi serta mengurangi tekanan dan konsentrasi kunjungan hanya pada satu lokasi tertentu, misalnya di dalam kawasan hutan dengan memberikan banyak pilihan program di suatu kawasan ekowisata (Unit Manajemen Leuser, 2004).
untuk menikmati spesies tersebut dapat dirancang dalam perancangan destinasi (Hakim, 2004).
Berdasarkan Unit Manajemen Leuser (2004), pertimbangan penetapan zonasi kawasan berkaitan dengan: status dan fungsi kawasan, kepekaan kawasan, peraturan yang terkait dengan kawasan pengembangan, akses ruang dan kesempatan berpartisipasi bagi masyarakat, aksesibilitas dan akses control, keamanan dan kenyamanan pengunjung, optimalisasi potensi wisata yang tersedia, optimalisasi sarana pendukung wisata, pertimbangan efisiensi biaya.
Daya dukung lahan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan daerah tujuan wisata. Menurut Hakim (2004), dalam kaitannya dengan pembangunan sektor wisata, isu daya dukung lingkungan harus dimasukkan dalam isu-isu tata guna lahan. Penerapan sistem zonasi merupakan strategi yang dapat diterapkan untuk memenuhi daya dukung. Keuntungan penerapan sistem zonasi adalah mereduksi konflik-konflik yang timbul di antara kepentingan masyarakat, wisatawan, dan konservasi yang dilaksanakan.
E. Sistem Informasi Geografis Dalam Pengelolaan Wisata
GIS (Geographic Information System) merupakan seperangkat sistem/alat untuk membuat, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menvisualisasikan, menquery, mentransformasi, memanggil kembali, menampilkan dan menganalisis informasi dikaitkan dengan posisi pada permukaan bumi (georeferensi). GIS juga dapat dikatakan sebagai sistem pendukung keputusan (decision support system) yang computerized, yang melibatkan integrasi data spasial dalam memecahkan masalah lingkungan (Cowen, 1988). GIS juga mempunyai kemampuan untuk melakukan teknik analisis spasial misalnya buffering, overlaying, dan lain-lain.
Teknologi SIG digunakan untuk membantu pembuat keputusan menyelesaikan masalah-masalah spasial dengan menunjuk bermacam alternatif dalam pengembangan dan perencanaan dengan pemodelan yang menghasilkan serangkaian skenario yang potensial (Miller,1993).
Data Spasial adalah elemen-elemen yang bisa disimpan dalam bentuk peta atau ruang . Elemen-elemen ini dikumpulkan menjadi lokasi yang dikenali secara unik pada permukaan bumi. Data spasial juga digambarkan sebagai “beberapa data menyangkut fenomena dengan daerah yang besar” dalam dua atau lebih dimensi (Peuquet and Marble, 1990).
F. Tangkahan
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan salah satu daerah suaka yang terbesar di Indonesia bahkan di Asia. Kawasan ini belum banyak dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan terlindungi secara baik apabila dibandingkan dengan suaka-suaka lainnya. Gunung Leuser memiliki berbagai macam habitat dan pemandangan yang indah serta berbagai vegetasi pantai sampai pegunungan yang mewakili vegatasi Pulau Sumatera. Satwa langka yang masih terdapat disini adalah orang utan (Pongo pygmaeus abelii), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis), gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis), anjing hutan (Cuan alpinus), leopard (Panthera pardus), dan lain-lain. Jumlah satwa tersebut semakin berkurang, disebabkan oleh adanya pembukaan hutan di seluruh Pulau Sumatera (LPT, 2006).
LU dan 970 - 980 BT dan meliputi wilayah lebih dari 100 km memanjang Bukit Barisan. Secara administrasi, pemerintahan kawasan TNGL terletak di Daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Utara. Kawasan ini tercakup dalam Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Tenggara, dan Langkat (LPT, 2006).
Kawasan Ekowisata Tangkahan adalah nama yang ditetapkan untuk memperjelas sebutan pada batas kawasan pengelolaan dalam lingkup kesepakatan kerjasama ( Memorandum of Understanding ) yang ditanda tandangani oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dan Lembaga Pariwisata Tangkahan pada 22 April 2002 dan 23 Juli 2006 seluas 17.500 ha, yang merujuk pada ketentuan Peraturan Menteri Kehutanan No: P.19 / Menhut – II / 2004 tentang kolaborasi kawasan pelestarian alam dan kawasan suaka alam untuk dapat dimanfaatkan berbagai jasa lingkungan dari TNGL (LPT, 2006).
Letak kawasan pengelolaan kolaborasi tersebut terletak pada koordinat 03˚37’45” – 03˚44’45” LU sampai 098˚00’00” - 098˚06’45” BT. Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki batas-batas administratif sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PTPN II Kuala Sawit
- Sebelah Selatan berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PT. Ganda Permana
- Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Kuala Buluh
- Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser
berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di wilayah kerja Resort Tangkahan dan Resort Cinta Raja, Sub Seksi TNGL Wilayah-IV Besitang (LPT, 2006).
Kawasan pengelolaan kolaborasi tersebut terletak di wilayah Resort BB_TNGL Tangkahan dan sebahagian masuk dalam wilayah Resort BB_TNGL Cinta Raja, SPTN VI – Besitang pada wilayah BPTN III/ Stabat Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser di bahagian Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di wilayah administratif kabupaten Langkat (LPT, 2006).
Tangkahan merupakan salah satu pintu masuk ke Taman Nasional Gunung Leuser dengan berbagai macam atraksi alam yang akhir-akhir ini semakin memikat wisatawan baik domestik maupun manca negara. Kegiatan wisata yang ditawarkan di kawasan ekowisata ini adalah trek ke hutan, susur sungai, tubing, air terjun, sampai dengan menunggang gajah milik Conservation Response Unit -Fauna dan Flora International (CRU – FFI).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2011 di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser BTN III Wilayah Langkat (Gambar 1). Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data spasial berupa:
2. Peta Administrasi Kabupaten Langkat Skala 1:100.000 Tahun 2009, Sumber Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser
3. Peta Penutupan Lahan Kabupaten Langkat Skala 1:100.000 Tahun 2009, Sumber Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perangkat keras (Hardware) yang digunakan yaitu berupa seperangkat
Personal Computer (PC) dan perngkat lunak (Software) ArcView 3.3
2. Global Potitioning System (GPS) untuk menentukan titik koordinat di
lapangan 3. Printer
4. Kamera digital 5. Alat tulis
C. Metode Penelitian
1. Identifikasi potensi wisata
Analisis deskriptif dari hasil observasi potensi wisata tersebut kemudian disesuaikan juga dengan Permenhut No. P.48/ Menhut II/ 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam dan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Pengembangan potensi wisata alam di dalam kawasan Ekowisata Tangkahan akan dirancang sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Permenhut No. P.48/ Menhut II/ 2010 pasal 26 sampai dengan pasal 31 tentang Pembangunan Sarana Wisata Alam, serta Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1994 pasal 3 sampai dengan pasal 7 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam.
2. Pengumpulan data a. Data primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dilapangan berdasarkan pengamatan dan observasi langsung berupa dokumentasi tentang potensi-potensi wisata yang ditemukan dan data berupa titik koordinat potensi wisata berupa potensi flora, fauna, dan alam. Titik koordinat potensi diambil dengan menggunakan GPS. Pengamatan potensi flora, fauna, dan alam dilakukan secara bersamaan pada bagian kiri dan kanan lokasi yang dilalui.
Potensi alam yang ada berupa atraksi alam yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser di Kawasan Ekowisata Tangkahan. Data lapangan lainnya yaitu titik koordinat jalur trek. Titik koordinat jalur yang diambil adalah titik yang dilalui. Titik koordinat jalur ini diambil sebagai data dalam pembuatan peta jalur trek.
b. Data sekunder
Data pendukung penelitian yaitu berupa literatur kondisi umum Tangkahan dan data jumlah pengunjung yang diperoleh dari Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT), serta data pendukung lainnya yang diperoleh dari buku teks, jurnal serta sumber pustaka lainnya.
3. Pembuatan peta potensi wisata
Peta potensi wisata di Kawasan Ekowisata Tangkahan diperoleh melalui tumpang tindih (Overlay) Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Peta Penutupan Lahan Kabupaten Langkat dan Peta Resort Taman Nasional Gunung Leuser sehingga diperoleh Peta Ekowisata Tangkahan di dalam Taman Nasional Gunung Leuser dengan kondisi tutupan lahannya. Jenis flora dan fauna diidentifikasi dengan melakukan studi literatur dari buku-buku dan informasi dari masyarakat setempat. Sedangkan titik koordinat flora, fauna dan potensi wisata yang diperoleh di lapangan diolah dengan menggunakan software ArcView 3.3.
Ekowisata Tangkahan dengan tutupan lahannya. Peta potensi wisata dan jalur trek dapat diitampilkan menggunakan layout yang terdapat pada Arcview 3.3 tersebut. Untuk mempermudah pemahaman tentang prosedur di atas dapat dilihat pada Gambar 2.
Peta Potensi Wisata Di Ekowisata Tangkahan
Data GPS
Peta Ekowisata Tangkahan di Kawasan TNGL dengan tutupan lahan
Konversi Tipe File menjadi DBF4
Tabulasi ke Prog. Excel 2003
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Potensi Wisata 1. Kadar Hubungan/ Aksesibilitas
Kawasan Ekowisata Tangkahan berada di Taman Nasional Gunung Leuser BTN III wilayah Langkat sekitar 105 km dari kota Medan dengan lama perjalanan 3-4 jam. Bus umum Pembangunan Semesta dengan rute Pinang Baris-Tangkahan beroperasi 3 trip dalam sehari dengan jadwal keberangkatan dari Medan pada pukul 08.00 WIB, 10.30 WIB dan 13.00 WIB sementara dari Tangkahan pukul 05.30 WIB, 07.30 WIB dan 14.30 WIB. Biaya bus umum Medan–Tangkahan adalah Rp. 15.000. Kondisi jalan menuju Tangkahan sangat memprihatinkan, jalan yang beraspal (Gambar 3) hanya sampai Pasar Batang Serangan. Sedangkan sekitar 30 km lagi jalan menuju tangkahan memiliki kondisi rusak parah yang merupakan jalur jalan perkebunan kelapa sawit milik PTPN II (Gambar 4). Terdapat juga beberapa jembatan yang telah mengalami kerusakan (Gambar 5) yang membahayakan pengendara untuk menyebrang.
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 4. Kondisi Jalan di Tangkahan: (a) jalan tanah (b) jalan berkerikil
(a) (b)
Gambar 5. Kondisi Jembatan di Tangkahan: (a) Jembatan dengan kondisi rusak (b) Jembatan perkebunan menuju Tangkahan
Sarana penyeberangan di Kawasan Ekowisata Tangkahan hanya dapat ditempuh pengunjung dengan cara menyeberangi sungai Batang Serangan. Penyeberangan bisa dilakukan dengan menggunakan getek/ rakit yang terbuat dari bambu (Gambar 6). Biaya penyeberangan ini sebesar Rp. 3.000/orang untuk pulang pergi.
hubungan/aksesibilitas dinyatakan sebagai faktor yang sangat penting dalam mendorong potensi pasar suatu objek wisata.
(a) (b)
Gambar 6. (a) Sarana penyebrangan berupa rakit/getek (b) Rakit dengan kapasitas maksimal 13 orang
2. Pengelolaan dan Pelayanan
Pengelolaan dan pelayanan pengunjung di Ekowisata Tangkahan tergolong sudah cukup baik dilihat dari adanya Visitors Center (Gambar 7) sebagai tempat pelayanan pengunjung dalam pengurusan surat-surat, informasi penginapan dan paket wisata dan lain sebagainya. Adapun kekurangan yang ditemui disini seperti belum tersedianya tenaga profesional dibidang pariwisata alam yang dapat mengelola dan mengatur komposisi dan struktur yang tepat dalam penataan kawasan ekowisata Tangkahan ini.
(a) (b)
Pelayanan dari sisi guiding di kawasan ekowisata ini dinilai sudah cukup baik dilihat dari jumlah pemandu/ ranger yang dapat berkomunikasi dengan baik dengan wisatawan lokal maupun mancanegara. Pemandu di Kawasan Ekowisata Tangkahan ini sebagian besar sudah bisa berkomunikasi menggunakan bahasa inggris secara aktif. Pengelolaan dan pelayanan pengunjung ini merupakan hal yang perlu terus ditingkatkan dalam pemanfaatan suatu Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) karena berpengaruh langsung dengan kepuasan pengunjung dan pelestarian obyek itu sendiri.
3. Akomodasi
Di kawasan Ekowisata Tangkahan, terdapat sebuah penginapan Ulih Sabar dengan kapasitas 4 kamar seharga Rp. 150.000/malam. Ada juga Green Lodge dengan kapasitas 6 kamar seharga Rp. 150.000/malam, Mega INN dengan kapasitas 8 kamar seharga Rp. 150.000 per-malam, Jungle Lodge dengan kapasitas 9 kamar seharga Rp.150.000/malam dan Bamboo River dengan kapasitas 10 kamar ditawarkan dengan harga Rp. 150.000/malam. Fasilitas rumah makan juga tersedia di Bamboo River Lodge (LPT, 2011).
(a) (b)
Sarana telekomunikasi terdekat terdapat di desa dengan memakai jasa penyedia saluran telepon dari Telkom dengan menggunakan sistem telepon satelit yang telah dijadikan warung telepon. Jarak tempuh dari kawasan adalah 45 menit perjalanan. Sementara itu di Kawasan Ekowisata Tangkahan sendiri hanya ada 1
provider yang mampu menjangkau sinyal dan itu pun tidak maksimal
(LPT, 2011).
4. Sarana dan Prasarana Penunjang
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa sarana penunjang seperti warung/rumah makan (Gambar 9), toilet (Gambar 10), rumah ibadah, listrik, air bersih,tempat pembuangan sampah, sarana wisata tirta, sarana wisata budaya, kios cenderamata masih sangat kurang di kawasan ekowisata Tangkahan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Irni Indah Sari (2010) yang menyatakan bahwa fasilitas-fasilitas yang perlu ditambahkan di Kawasan Ekowisata Tangkahan menurut persepsi pengunjung yaitu : mushola permanen, toilet permanen, arena outbond, rumah makan yang menjual makanan dan minuman dan toko souvenir.
(a) (b)
Pengadaan toko-toko souvenir bagi pengunjung lokal maupun mancanegara merupakan sarana yang paling penting. Hal ini dapat membantu dalam hal penyampaian informasi dan promosi Kawasan Ekowisata Tangkahan itu sendiri. Sebagian besar dari pengunjung menginginkan ditawarkannya produk buatan masyarakat sekitar Kawasan Ekowisata Tangkahan yang memiliki kekhasan tersendiri, seperti misalnya barang-barang kerajinan, hasil tenunan bahkan makanan khas daerah tersebut. Sehingga diharapkan nantinya dengan keikutsertaan masyarakat terhadap perkembangan kawasan wisata tersebut dapat menimbulkan rasa saling memiliki dan keinginan untuk menjaga keberadaan kawasan ekowisata karena berpengaruh terhadap pendapatan mereka, hal tersebut sesuai dengan literatur Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF (2009) bahwa membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi) merupakan aspek kunci dalam ekowisata.
Gambar 10. Fasilitas toilet umum
5. Atraksi dan Kegiatan Ekowisata.
Obyek wisata alam di kawasan Tangkahan yang telah diidentifikasi oleh pemerintah daerah tingkat II Kabupaten Langkat adalah Pemandian Sei Buluh. Hal ini menunjukkan bahwa informasi mengenai kawasan masih sangat terbatas. Sementara obyek wisata alam dan wisata minat khusus lainnya yang dapat dikemas menjadi produk-produk ekowisata yang dapat dikembangkan dan telah diindentifikasi oleh Lembaga Pariwisata Tangkahan, yaitu :
a. Produk Wisata Pendidikan
Produk wisata ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan kepedulian pengunjung maupun masyarakat akan pentingnya manfaat hutan beserta ekosistemnya. Rancangan Produk wisata ini diperuntukan pada kawasan Taman Nasional yang berupa hutan hujan dataran rendah, pada kawasan ini dengan areal tertentu, dibuat jalur-jalur jalan setapak yang menyediakan interpretasi berdasarkan tematik tentang hutan (fungsi dan peranannya), fungsi Taman Nasional, serta persepsi masyarakat tentang pemanfaatan hutan. Produk ini akan memberikan nilai tambah bagi konservasi Taman Nasional dan kesadaran masyarakat, pengunjung dan pengelola Taman Nasional.
b. Produk Wisata Petualangan
memiliki standar kesehatan dan stamina yang baik. Produk wisata ini dapat juga dilakukan dengan paket Elephant Riding Patroll dengan tujuh ekor gajah Leuser CRU (Conservations Respons Unit) kerjasama Flora & Fauna Internationals dengan Balai KSDA (Konservasi Sumberdaya Alam), Balai TNGL dan Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT, 2009).
c. Produk Wisata Agro
Produk wisata Agro yang dapat dikembangkan di antaranya adalah mengunjungi perkebunan tanaman keras dan buah milik masyarakat. Melalui kegiatan ini dan pengetahuan pengunjung akan kegiatan perkebunan penduduk dapat ditingkatkan. Jalur-jalur interpretasi wisata agro yang disiapkan melalui wawasan berbagai jenis perkebunan masyararakat sekaligus mendapatkan pengalaman langsung dilapangan untuk memetik hasilnya, seperti menyadap karet, memetik jeruk, durian dan lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berjalan kaki, berkuda dan bersepeda. Dan dapat juga dilakukan interpretasi di perkebunan kelapa sawit dan karet milik BUMN maupun swasta yang terdapat di Kawasan Ekowisata dengan menerangkan proses hulu sampai hilir produksinya. Hal ini dapat menjadi manfaat ganda bagi masyarakat maupun pengunjung (LPT, 2009).
d. Produk Wisata Tirta
Tangkahan adalah berenang, menelusuri sungai dengan tubing (ban karet) (Gambar 11) dan paket safari sungai dengan Rubber boat dengan Standard safety pelampung, helmet dan rescue team serta tidak tertutup kemungkinan untuk pengembangan rafting, kayaking/canoing (LPT, 2009).
e. Berkemah
Dalam hal berkemah di Tangkahan akan dikembangkan dua jenis perkemahanan. Pertama adalah perkemahan massal yang akan dikembangkan pada lokasi yang jauh dari Taman Nasional dan secara zonasi pun merupakan zonasi untuk kegiatan rekreasi, akan tetapi nilai-nilai kebersihan, pelestarian kawasan dan juga kemungkinan sistem reservasi akan mulai diberikan secara bertahap. Sementara jenis yang kedua adalah perkemahan terbatas yang terdapat di dalam Taman Nasional, didalam perkemahan ini pengunjung akan benar-benar belajar berkemah yang ramah lingkungan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap Flora Fauna di Taman Nasional dengan sistem reservasi yang terbatas (LPT, 2009).
f. Produk wisata Budaya
6. Kondisi Perkembangan Jumlah Pengunjung
Berdasarkan data di lapangan diketahui bahwa upaya pengelolaan dan pengembangan Kawasan Ekowisata Tangkahan ini sudah cukup mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung semakin meningkat dari tahun ketahun baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Data wisatawan pertahunnya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Lokal dan Mancanegara di Ekowisata Tangkahan
Lokal Mancanegara Total No Tahun
Sumber: Lembaga Pariwisata Tangkahan (2011)
Dari data jumlah pengunjung yang diperoleh dari Lembaga Pariwisata Tangkahan di atas diketahui rata-rata jumlah pengunjung lokal per tahunnya dalam jangka 8 tahun belakangan adalah sebesar 1211 orang/tahun. Jumlah ini akan terus meningkat setiap tahunnya apabila sarana prasarana terus ditingkatkan. Pada tahun 2015 diprediksi jumlah pengunjung berkisar sekitar 191.026 orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suferi (2008) yang menyatakan rumus prediksi pengunjung adalah Pt = Po ( 1 + r )t.
yang berasal dari luar Indonesia selama 8 tahun belakangan adalah sebanyak 72 orang/tahunnya.
Gambar 11. Perbandingan jumlah wisatawan mancanegara dengan wisatawan lokal di Ekowisata Tangkahan
Dari data yang diperoleh dari pihak Lembaga Pariwisata Tangkahan dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan mancanegara tidak sebanyak wisatawan lokal (Gambar 11). Hal ini dikarenakan oleh kurangnya informasi dan promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola dan dinas pariwisata setempat. Berdasarkan wawancara singkat dengan salah satu wisatawan diketahui bahwa mereka hanya mengetahui Kawasan Ekowisata Tangkahan dari teman atau saudara-saudara mereka yang telah pernah berkunjung.
dengan pernyataan Nurrochmat (2005) dalam Simanjutak (2009) yang menyatakan bahwa jumlah pengunjung yang banyak akan berpengaruh tidak saja terhadap alam itu sendiri, namun juga akan mempengaruhi kepuasan konsumen wisata alam. Jumlah pengunjung yang meluap akan mengurangi tingkat kepuasan berkunjung konsumen sampai dengan titik nol pada saat jumlah pengunjung mencapai ambang batas kapasitas lingkungan dan apabila melebihi batas tingkat kepuasan akan negative. Artinya, pada kondisi demikian tidak ada kesan manis yang dibawa pulang, melainkan rasa capek dan kesal. Bila hal itu terjadi, industry wisata alam hanya menunggu saat kehancuran.
B. Peta dan Potensi Alam Pada Jalur Wisata
Kawasan EkowisataTangkahan merupakan kawasan ekowisata dengan daya tarik yang tinggi. Suguhan akan atraksi alam yang menarik seperti air terjun, sungai, gua, dan panorama alam menjadikan tempat ini ramai dikunjungi wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. Berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan ditemukan beberapa jalur baru yang berpotensi untuk dijadikan paket wisata bagi para wisatawan, seperti: Rafflesia Track, 60 Hours Track, Youth Track, Family Track, dan Adventure Track.
1. Potensi Wisata Pada Rafflesia Track
12). Keanekaragaman jenis kupu-kupu di Pantai Kupu-kupu telah diidentifikasi oleh Fatihulbar (2008) dan menemukan sebanyak 35 jenis kupu. Jenis kupu-kupu tersebut secara lengkap disajikan pada Tabel 2.
(a) (b)
Gambar 12. Pantai Kupu-kupu: (a) Aliran Sungai Pantai Kupu-kupu (b) Jenis Kupu-kupu yang terdapat di Pantai Kupu-kupu
Setelah melalui jalur yang agak curam wisatawan dapat menjumpai sebuah air terjun bertingkat yang dinamai Air Terjun Kenangan oleh masyarakat setempat (Gambar 13).
(a) (b)
Gambar 13. Air Terjun Kenangan: (a) aliran air terjun (b) aliran air terjun bertingkat
Tabel 2. Jenis Kupu-kupu di Pantai Kupu-kupu Kawasan Ekowisata Tangkahan
No. Kelas Ordo Famili Genus Spesies
1 Insecta Lepidoptera Papiliomidae Arthoponeura Arthoponeura nox Swinson
2 Graphium Graphium Agamemnon Linaeus
(a) (b)
Gambar 15. Taman Rafflesia arnoldi: (a) sebelum mekar (b) mekar (c) setelah mekar (d) pinggir tebing tempat tumbuh
(c) (d)
Kondisi medan yang harus dilalui pada jalur rafflesia ini sangat menantang. Hal ini dikarenakan jalur ini berada di sepanjang tebing dengan pijakan tanah dan batuan (Gambar 16) setinggi 20 meter dari tepi sungai buluh. Keadaan ini mengakibatkan tidak semua wisatawan dapat menikmati pesona pada jalur ini. Wisatawan dengan ukuran badan besar dan berat lebih dari 80 kg tidak bisa melewati jalur ini, karna akan mengakibatkan pijakan tanah di sepanjang tebing runtuh.
(a) (b)
Gambar 16. Track pinggiran tebing: (a) pijakan batu (b) pijakan tanah Tabel 3. Potensi Kawasan Pada Rafflesia Track
Koordinat No Potensi
X Y Keterangan
1 Pantai Kupu-Kupu 397027.85 406904.27 Gambar 12.
2 Air Terjun Kenangan 396808.18 406620.68 Gambar 13.
3 Air Terjun Lau Anak Pakam 396579.67 406438.28 Gambar 14. 4 Taman Rafflesia Arnoldi 396537.29 406412.09 Gambar 15.
Pada jalur rafflesia ini tidak hanya potensi kawasan yang bisa dinikmati oleh wisatawan,tapi juga potensi flora dan fauna yang menarik untuk dilihat. Beberapa jenis tumbuhan dan pohon yang terdapat pada jalur ini adalah Durian hutan (Gambar 17), semantok (Gambar 18), malu tua (Gambar 19), jamur (Gambar 20), dan meranti buaya (Gambar 21).
(a) (b) (c)
Gambar 18. Pohon Semantok (Shorea lepidota): (a) Kenampakan tajuk dari arah timur (b) Kenampakan tajuk dari arah barat
(a) (b)
Gambar 19. Pohon malu tua (Tristaniopsis whiteana): (a) depan (b) belakang
(a) (b)
Gambar 20. Jamur kayu
(a) (b)
Untuk jenis fauna yang ditemukan secara tidak langsung yaitu babi hutan (Gambar 22) yang dapat diidentifikasi dari tempat bekas makannya, dan semut hutan (Gambar 23) yang dilihat dari sarang yang dibuatnya di sisi pohon. Sedangkan untuk jenis fauna yang dilihat secara langsung yaitu beruk (Gambar 24) yang sedang bertengger di dahan pohon.
Gambar 22. Bekas tempat makan babi hutan
Gambar 23. Sarang semut
Koordinat potensi flora dan fauna ini dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Potensi Flora Pada Rafflesia Track
Koordinat
No Nama Lokal
(Nama Latin) X Y Keterangan
1 Durian Hutan (Durio zibhetinus)
396788.38 406572.04 Gambar 17
2 Malu Tua
(Tristaniopsis whiteana)
396667.68 406353.69 Gambar 18
3 Semantok (Shorea lepidota)
396700.52 406500.32 Gambar 19
4 Jamur kayu (Shelf fungi)
396371.03 406433.67 Gambar 20
5 Meranti buaya (Shorea gibbosa)
396771.23 406587.98 Gambar 21
Tabel 5. Potensi Fauna Pada Rafflesia Track
Koordinat
No Nama Lokal
(Nama Latin) X Y Keterangan
1 Babi Hutan (Sus verucosus)
396985.94 406874.61 Gambar 22
2 Beruk
(Macaca nemestrina)
396700.00 406717.66 Gambar 24
2. Potensi Wisata Pada 60 Hours Track
Jalur 60 jam ini memiliki jarak tempuh sejauh 4,3 kilometer dengan lama perjalanan sekitar 60 jam. Pada jalur wisata 60 jam ini awal track dimulai dari Namo Tangkahan (Gambar 26) yang dapat ditemui setelah berjalan selama 1 jam dari Visitors Center. Perjalanan menuju Namo Tangkahan ini melewati Conservation Respon Unit (CRU) dan menyebrangi Sungai Batang Serangan. Perjalan jalur wisata ini menghabiskan waktu 3 hari 2 malam untuk sampai kembali ke Visitors Center. Dalam hal ini wisatawan harus membawa Forest
Ranger Guide, Porter, makanan, matras, tenda, ban dan pelampung.
Gambar 26. Namo tangkahan
Sepanjang perjalanan wisatawan dapat menemukan berabagai keindahan alam seperti air terjun, goa, tebing batu, puncak panorama, dan anak sungai. Di tengah perjalanan menuju goa kambing wisatawan dapat menemukan aliran sungai buluh kecil (Gambar 27) yang disampingnya terdapat tebing batu setinggi 5 meter yang dihiasi oleh lumut hijau dan liana yang melilit dari atas sampai ke bawah tebing.
Panorama goa kambing (Gambar 28) merupakan potensi alam yang memiliki daya tarik tersendiri. Goa ini memiliki kedalaman 10-12 meter dan luas 10-14 m2. Langit-langit gua yang berdekatan dengan mulut gua memiliki ketinggian 3 meter, namun langit-langit bagian tengah cukup rendah yaitu 1 meter, kemudian tinggi bagian dalam < 1 meter. Gua ini kurang dimasuki cahaya dan lembab, kecuali pada bagian yang berdekatan dengan mulut gua. Air terjun dengan ketinggian 8 meter jatuh dari atap gua. Aliran air berupa pancuran keluar melalui celah batu langit-langit gua.
Gambar 28. Goa kambing
Tempat bermalam yang pertama berada sebelum Pilar Bukit Tempurung pada titik yang sangat strategis yaitu pada jalur lintas satwa (Gambar 29) sehingga wisatawan dapat melihat berbagi jenis burung, siamang, black gibbon, beruk dan kedih. Pemantauan satwa berupa burung dapat dilakukan pada pagi hari mulai jam 05.00 sampai dengan jam 07.00. Sedangkan untuk pemantauan siamang dan black
gibbon dilakukan pada jam 08.00 pagi.
ini wisatawan dapat melihat bentangan alam Tangkahan dan sebuah tebing air terjun di sisi kanannya. Bukit Tempurung ini sangat cocok dijadikan tempat pemantauan kebakaran hutan karna dapat menajangkau sebagian besar kawasan hutan tangkahan. Menuruni Bukit Tempurung wisatawan disuguhkan dengan pemandangan tebing batu setinggi 15 meter (Gambar 31). Tebing batu ini dapat dijadikan objek untuk melakukan climbing rock atau Rafling. Tebing batu ini memiliki kemiringan hingga 90o.
Gambar 29.Titik pemantauan dan lokasi Camping Ground
Gambar 30. Pilar Bukit Tempurung
Gambar 31. Tebing batu (15m)
sepanjang sungai ini juga menyuguhkan keindahan alam yang menarik seperti adanya selincir alur (Gambar 32) yang memiliki lantai batu yang datar. Sebelum sampai di Muara Kalimbalang, wisatawan akan menginap lagi pada satu titik yang dapat dijadikan Camping Ground (Gambar 33).
Gambar 32. Selincir alur
Gambar 33. Camping ground
Gambar 34. Muara Kalimbalang
Gambar 35. Keindahan batuan di sepanjang Sungai Batang Serangan
Koordinat potensi-potensi alam tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Potensi Kawasan Pada 60 Hours Track
Koordinat No Potensi
x Y Keterangan
1 Namo Tangkahan 396294.17 409734.19 Gambar 26
2 Aliran Sungai Buluh Kecil 395926.53 410093.90 Gambar 27
3 Goa Kambing 395345.66 410354.11 Gambar 28
4 Titik Pemantauan dan Lokasi Camping Ground
394972.92 410388.88 Gambar 29
5 Pilar Bukit Tempurung 394391.42 410310.85 Gambar 30
6 Tebing Batu (15 m) 394371.92 410246.39 Gambar 31
7 Selincir alur 395583.07 409571.10 Gambar 32
8 Camping Ground 395709.12 409534.96 Gambar 33
9 Muara Kalimbalang 395838.93 409536.56 Gambar 34
seperti tara langkup (Gambar 37) yang dijadikan alas makan pengganti piring bagi wisatawan dikarenakan luas permukaan daun ini sangat lebar. Terdapat pula tanaman hias yang indah dengan daun bercorak merah tua yang dinamakan bunga saroja (Gambar 36) oleh warga setempat.
Gambar 36. Tanaman Saroja (Angglonema Sp.)
Gambar 37. Tara Langkup
Di kawasan ini juga ditemukan berbagai jamur (Gambar 38 dan Gambar 42) unik yang tumbuh di tanah dan batang pohon yang tumbang dan pohon bunga bangkai (Gambar 54) yang akan berbunga setelah mati dan membusuk. Bunga bangkai yang ditemukan berjenis Amorphophallus campanulatus. Selain itu juga terdapat salak hutan (Gambar 53) yang dijadikan pakan bagi siamang, beruk dan mamalia hutan lainnya.
Gambar 39. Pohon jelutung (Dyera costulata)
Gambar 40. Pohon cengal (Hopea Sp.)
Gambar 41. Buah Sp.1
Gambar 43. Pohon Damar kaca (Shorea javanica)
Gambar 44. Pohon Gatgatan harimo (Vitis gracilis BL)
Gambar 45. Pohon Meranti batu (Shorea platyclados)
Gambar 47. Pohon Meranti batu kulit tipis (Shorea Sp.)
Gambar 48. Pohon Damar (Agathis alba)
Gambar 49. Pohon Berilang (Dipterocarpus Sp.)
Gambar 51. Jamur
Gambar 52. Ficus (Ficus Sp.)
Gambar 53. Salak hutan (Salacca affinis)
Gambar 55. Liana
Gambar 56. Pohon Lemak sawa
Gambar 57. Pohon Merbau (Intsia amboinensis)
Gambar 59. Lidah begu
Gambar 60. Ketok ring-ring
Potensi fauna yang ditemukan pada jalur 60 jam ini sangat banyak mulai dari burung, mamalia dan semut. Pada eksplorasi ini jenis fauna yang dapat dlihat secara langsung adalah burung rangkong (Gambar 61), black gibbon (Gambar 64), kedih (Gambar 63) dan beruk (Gambar 65). Untuk semut (Gambar 62), orangutan sumatera (Gambar 66), babi hutan (67), dan burung kuau (Gambar 68) hanya dapat diidentifikasi dari sarang dan jejak aktif yang ditinggalkan.
Gambar 62. Sarang semut
Gambar 63. Kedih (Macaca fascicularis)
Gambar 64. Black Gibbon (Symphalangus syndactylus)
Gambar 66. Sarang Orangutan Sumatera
Gambar 67. Jejak babi hutan
Gambar 68. Tempat bermain burung kuau
Tabel 7. Potensi Flora Pada 60 Hours Track
Koordinat
No Nama Lokal
(Nama Latin) x y Keterangan
1 Seroja
(Angglonema sp.) 396155.34 409813.56 Gambar 36
2 Tara Langkup
- 396072.82 409896.09 Gambar 37
3 Jamur
(Ganoderma lucidum) 395055.72 410350.40 Gambar 38
4 Jelutung
(Dyera costulata) 395220.91 410454.61 Gambar 39
5 Cengal
(Hopea sp.) 395079.04 410356.55 Gambar 40
6 Buah sp.1
- 395079.04 410356.55 Gambar 41
7 Jamur
(Calvatia gigantia) 395055.72 410350.40 Gambar 42
8 Damar Kaca
(Shorea javanica) 394994.61 410388.34 Gambar 43
9 Gatgatan Harimo
(Vitis gracilis BL) 394956.01 410384.01 Gambar 44
10 Meranti Batu
(Shorea platyclados) 394749.44 410362.29 Gambar 45
11 Kruing
(Dipterocarpus haseltii) 394727.51 410354.35 Gambar 46
12 Meranti Batu Kulit Tipis
(Shorea sp.) 394612.49 410274.92 Gambar 47
13 Damar
(Agathis alba) 394371.92 410246.39 Gambar 48
14 Berilang
(Dipterocarpus sp.) 394374.29 410157.73 Gambar 49
15 Merilang
- 394393.56 410143.43 Gambar 50
16 Jamur
(Ganoderma lucidum) 394419.92 410112.67 Gambar 51
17 Ficus
(Ficus sp.) 394425.41 410108.28 Gambar 52
18 Salak Hutan
(Salacca affinis) 394461.40 410096.41 Gambar 53
19 Pohon Bunga Bangkai
(Amorphophallus campanulatus) 394468.80 410087.62 Gambar 54
20 Liana
- 394667.09 409858.91 Gambar 55
21 Lemak Sawa
- 394733.84 409860.07 Gambar 56
22 Merbau
(Intsia amboinensis) 394751.27 409852.30 Gambar 57
23 Tangkih
(Euphorbiaceae sp.) 395085.93 409815.71 Gambar 58
24 Lidah Begu
- 395090.90 409807.51 Gambar 59
25 Ketok Ring-ring
Tabel 8. Potensi Fauna Pada 60 Hours Track
Koordinat
No Nama Lokal
(Nama Latin) x y Keterangan
1 Burung Rangkong
Rhinoceros hornbill 394972.92 410388.88 Gambar 61
2 Semut
- 395158.20 410391.22 Gambar 62
3 Kedih
Macaca fascicularis 394986.28 410356.83 Gambar 63
4 Black Gibbon
Symphalangus syndactylus 394972.92 410388.88 Gambar 64
5 Beruk
Macaca nemestrina 394869.38 410398.09 Gambar 65
6 Orangutan Sumatera
Pongo abelii 394462.13 410310.31 Gambar 66
7 Babi Hutan
Sus verucosus 394461.40 410096.41 Gambar 67
8 Burung Kuau
3. Potensi Wisata Pada Youth Track
Pada jalur wisata pemuda ini awal track dimulai dari tepi sungai buluh (Gambar 70) yang berada di seberang penginapan. Jalur ini akan berakhir di sungai buluh tempat track dimulai tadi karena jalur ini berbentuk melingkar. Jalur wisata pemuda ini memiliki jarak tempuh sejauh 2,6 Kilometer dengan lama perjalanan sekitar 3 sampai 4 jam.
(a) (b)
Gambar 70. Sungai buluh dari dua arah: (a) barat (b) timur
Sepanjang perjalanan pada jalur ini wisatawan dapat menemukan berbagai macam jenis tanaman obat yang tumbuh alami di kawasan hutan seperti paradep dan sirih hutan. Pada jalur ini terdapat potensi wisata alam berupa Air Terjun Sei Garut (Gambar 71) yang paling sering dikunjungi wisatawan karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari penginapan dan akses yang mudah. Air terjun ini memiliki ketinggian ± 3 meter.
Tabel 9. Potensi Kawasan Pada Youth Track
Koordinat No Potensi
x y Keterangan
1 Start Track dan Finish Track
(Sungai Buluh) 397131.60 407417.61 Gambar 70
2 Air Terjun Sei Garut 397114.02 407382.44 Gambar 71
Potensi flora unik yang ditemukan sepanjang perjalanan pada jalur pemuda ini adalah sebanyak 13 jenis mulai dari tumbuhan obat, pohon besar,jamur dan bunga unik. Di jalur ini ditemukan juga pohon pakam (Pometia
pinnata Jack.) (Gambar 81) yang merupakan tumbuhan khas daerah Irian Jaya.
Sumiarsi dkk (2000) dalam Rahayu (2007) menambahkan bahwa buah dan biji tanaman ini dapat digunakan sebagai makanan oleh masyarakat Sentani-Irian Jaya setelah diproses terlebih dahulu.
Paradep (Gambar 82) merupakan jenis tanaman obat yang daunnya dapat berkhasiat menghilangkan penyakit sariawan dan sakit pinggang. Tanaman obat ini memiliki daun yang lebar dan mengkilap. Pada jalur ini juga ditemukan pohon gondang (Ficus fariegata) (Gambar 77) yang memiliki ciri berupa buah yang dihasilkan keluar melalui batang tumbuhan. Pada saat masih muda buah berwarna hijau tetapi akan berubah menjadi coklat setelah tua. Buah gondang merupakan pakan berbagai jenis burung.
Gambar 73. Bunga kincug (Nicolaia speciosa)
Gambar 74. Pohon Cengal batu (Hopea sangal)
Gambar 77. Pohon Gondang (Ficus fariegeta)
Gambar 78. Jamur (Calvatia gigantia)
Gambar 79. Kepeng (Euphorbiaceae Sp.)
Gambar 81. Pakam (Pometia pinnata Jack.)
Gambar 82. Paradep (Psycothria stipulacea Wall.)
Gambar 83. Sirih hutan (Piper betle)
Tabel 10. Potensi Flora Pada Youth Track
396515.85 407863.95 Gambar 72
2 Bunga Kincung (Nicolaia speciosa)
396932.76 407531.74 Gambar 73
3 Cengal Batu (Hopea sangal)
396605.60 407578.58 Gambar 74
4 Cep-cepan (Castanopsis costata)
397112.45 407453.84 Gambar 75
5 Ficus (Ficus sp.)
396853.56 407723.73 Gambar 76
6 Gondang (Ficus fariegeta)
397116.94 407448.34 Gambar 77
7 Jamur
(Calvatia gigantia)
396844.06 407403.15 Gambar 78
8 Kepeng
(Euphorbiaceae sp.)
396824.17 407786.98 Gambar 79
9 Medang
(Dehaasia caesia)
396494.50 407588.75 Gambar 80
10 Pakam
(Pometia pinnata Jack.)
396481.86 407879.78 Gambar 81
11 Paradep
(Psycothria stipulacea Wall.)
397110.27 407462.82 Gambar 82
12 Sirih Hutan (Piper betle)
397077.26 407514.80 Gambar 83
13 Tapak Gajah -
396873.98 407703.17 Gambar 84
Kedih (Macaca fascicularis) (Gambar 86) yang ditemukan pada jalur ini juga termasuk kedalam daftar Appendix II CITES. Appendix II memuat daftar dari spesies yang tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin akan terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan (CITES, 2009).
Gambar 86. Kedih (Macaca fascicularis)
Gambar 87. Bekas cakaran harimau (Panthera tigris sumatrae) Tabel 11. Potensi Fauna Pada Youth Track
Koordinat
No Nama Lokal
(Nama Latin) x y Keterangan
1 Babi Hutan (Sus verucosus)
396778.20 407842.49 Gambar 85
2 Kedih
(Macaca fascicularis)
396909.27 407617.22 Gambar 86
3 Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
4. Potensi Wisata Pada Family Track
Pada jalur wisata keluarga ini awal track juga dimulai dari tepi sungai buluh (Gambar 70) yang berada di seberang penginapan. Sedangkan akhir dari jalur ini adalah pantai kupu-kupu (Gambar 12) yang menjadi awal dari jalur wisata rafflesia. Jalur wisata keluarga ini memiliki jarak tempuh sejauh 1,8 kilometer dengan lama perjalanan sekitar 2,5 jam.
Jalur ini juga melewati Air Terjun Sei Garut (Gambar 71) karena berpotongan dengan jalur pemuda (Youth Track). Tidak jauh dari air terjun ditemukan ceruk (Gambar 90) dengan diameter 2 meter, tinggi mulut ceruk 0,75 meter, kedalaman 2 meter, dan bagian lantai ceruk berlumpur. Pada bagian dalam ceruk tersebut dapat ditemukan jejak-jejak satwa namun tidak berhasil diidentifikasi karena jejak tersebut saling menutupi satu dengan yang lainnya.
Gambar 89. Pemandian air panas
Pada sisi sebelah kiri jalur terdapat aliran sungai buluh yang memiliki sumber air panas (Gambar 89) yang keluar dari celah tebing yang berukuran lebar 30 centimeter dengan ketinggian 2 meter. Dikarenakan ukurannya yang kecil maka wisatawan yang ingin menikmati air panas ini harus bergantian untuk masuk ke dalam celah tebing tersebut. Air panas ini mengalir menuju sungai buluh sehingga terjadi pertemuan antara air panas dan air dingin.
Jalur keluarga ini merupakan jalur yang paling mudah dibandingkan empat jalur lainnya. Hal ini dikarenakan jalur ini memiliki waktu dan jarak tempuh yang singkat. Medan yang dilalui pada jalur ini pun tidak terlalu sulit sehingga semua umur dapat melaluinya. Hal tersebut yang menyebabkan jalur ini disebut jalur keluarga.
Tabel 12. Potensi Kawasan Pada Family Track
Koordinat No Potensi
x y Keterangan
1 Start Track (Sungai Buluh) 397131.60 407417.61 Gambar 70
2 Air Terjun Sei Garut 397114.02 407382.44 Gambar 71
3 Pemandian Air Panas 396966.31 407343.51 Gambar 89
4 Ceruk 396973.71 407358.32 Gambar 90
5 Finish Track (Pantai Kupu-Kupu) 397027.85 406904.27 Gambar 12
Potensi flora yang terdapat pada jalur keluarga ini juga sangat beragam dan hampir sama jenis nya dengan yang ada pada jalur pemuda (Youth Track).
Gambar 92. Pohon Cingkam (Bischofia javanica BL)
Gambar 93. Ficus
Gambar 94. Jamur
Gambar 96. Pohon Mahang (Macaranga javanica)
Gambar 97. Rambe kura-kura (Lansium sp.)
Gambar 98. Ketok ring-ring
Potensi fauna yang ditemukan pada jalur keluarga ini adalah babi hutan,
black gibbon dan burung kuau. Burung kuau (Gambar 101) yang diketahui
Black Gibbon yang dijumpai sedang berayun dari satu pohon ke pohon yang lain
juga termasuk kedalam daftar Appendix II CITES.
Gambar 99. Jejak babi hutan
Gambar 100. Black Gibbon (Symphalangus syndactylus)
Tabel 13. Potensi Flora Pada Family Track
Koordinat
No Nama Lokal
(Nama Latin) x y Keterangan
1 Bayur
(Pterospermum javanicum Jungh.)
396861.73 407008.47 Gambar 72
2 Bening-bening (Rubiaceae sp.)
396913.56 406927.95 Gambar 91
3 Cingkam
(Bischofia javanica BL.)
396698.84 407017.73 Gambar 92
4 Ficus (Ficus sp.)
396619.24 407413.85 Gambar 93
5 Jamur
(Agaricus bisporus)
396991.30 407413.85 Gambar 94
6 Kepeng
(Euphorbiaceae sp.)
396616.47 407119.54 Gambar 79
7 Liana -
396974.64 407401.82 Gambar 95
8 Mahang
(Macaranga javanica)
396969.09 407433.28 Gambar 96
9 Medang (Dehaasia caesia)
396901.52 406939.06 Gambar 80
10 Rambe Kura-kura (Lansium sp.)
396623.87 407274.10 Gambar 97
11 Ketok Ring-ring -
396672.00 407051.05 Gambar 98
Tabel 14. Potensi Fauna Pada Family Track
Koordinat
No Nama Lokal
(Nama Latin) x y Keterangan
1 Babi Hutan (Sus verucosus)
396801.57 407326.85 Gambar 99
2 Black Gibon
(Symphalangus syndactylus)
396577.59 407293.53 Gambar 100
3 Burung Kuau (Argusianus argus L.)
5. Potensi Wisata Pada Adventure Track
Pada jalur wisata petualangan ini awal track juga dimulai dari tepi sungai buluh (Gambar 70). Jalur ini pada awalnya tetap mengikuti jalur pemuda (Youth
Track). Pada ujung jalur pemuda terdapat persimpangan jalur yang akan berakhir
pada sebuah goa yang dinamakan goa kalong. Jalur wisata petualangan ini memiliki jarak tempuh sejauh 3,6 kilometer dengan lama perjalanan sekitar 7 jam. Wisatawan harus membawa Forest Ranger Guide, Porter, makanan, ban dan pelampung.
Di dekat goa kalong (Gambar 103) ini terdapat sebuah goa air panas sekucib yang berpotensi sebagai tempat pemandian air panas. Goa air panas sekucib berbatasan dengan aliran Sungai Batang Serangan. Kedalaman goa 15 meter, lebar dan tinggi mulut goa adalah 1 meter dan 1,5 meter, lebar di dalam goa 1-1,5 meter dengan tinggi 1,5 – 3 meter. Goa ini berlumpur halus dan bebatuannya bertekstur tajam dengan warna cokelat muda. Bau sulfur yang dikeluarkan tidak menyengat.