• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUHU PERENDAMAN TERHADAP KOEFISIEN DIFUSI DAN SIFAT FISIK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SUHU PERENDAMAN TERHADAP KOEFISIEN DIFUSI DAN SIFAT FISIK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L.)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF SOAKING TEMPERATURE ON

THE COEFFICIENT OF DIFFUSION AND THE PHYSICAL

PROPERTIES OF KIDNEY BEAN (

Phaseolus vulgaris

L.)

By Nanik Agustina

Water diffusion into seed on the soaking process at room temperature, in

common, may take more than one day. Mean while, longer soaking time can

cause microbial contamination and may influence product quality in term of color,

taste, and smell. Soaking in warmer liquid method is a common method used for

shortening the soaking time. The objective of this research was to determine the

effect of soaking temperature on the coefficient of diffusion and on the physical

properties of Kidney bean (Phaseolus vulgaris L.). The research was conducted at

5 different soaking temperatures: 28 oC (control), 35 oC, 40 oC, 45 oC, and 50 oC,

with 3 replications for each treatment. The parameters measured were dimensions

of specimen, weight of specimen, and temperature of water during soaking. The

diffusivity of water were than derived from water content data. The results

showed that the higher the soaking temperature, the faster the change of

dimensions, weight, and water content. The coefficient of water diffusion of

(2)

12,91 x 10-11 m2/s; 6,42 x 10-11 m2/s; 25,64 x 10-11 m2/s; 60,20 x 10-11 m2/s and

48,24 x 10-11 m2/s, respectively. It showed that the higher temperature, the faster

the water diffusion rate and it follows exponential equation D = 0,7272e0,087 T

with the coefficient of determination, R2 = 0,643.

Keywords: Kidney bean, soaking temperature, coefficient of water diffusion,

(3)

ABSTRAK

PENGARUH SUHU PERENDAMAN TERHADAP KOEFISIEN DIFUSI

DAN SIFAT FISIK KACANG MERAH

(

Phaseolus vulgaris

L.)

Oleh

Nanik Agustina

Difusi air ke dalam biji-bijian pada proses perendaman dengan suhu lingkungan

membutuhkan waktu lebih dari satu hari. Perendaman yang terlalu lama dapat menimbulkan

kontaminasi mikroba sehingga berpengaruh terhadap kualitas produk, misalnya warna, rasa,

dan bau. Metode perendaman dengan air hangat merupakan metode umum yang digunakan

untuk mempersingkat waktu perendaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh suhu perendaman terhadap koefisien difusi air dan sifat fisik kacang merah

(Phaseolus vulgaris L.). Penelitian ini dirancang pada 5 perlakuan suhu: 28 oC (kontrol), 35

o

C, 40 oC, 45 oC, dan 50 oC dengan 3 ulangan untuk masing-masing perlakuan. Parameter

yang diukur adalah perubahan dimensi, perubahan berat bahan selama perendaman dan

riwayat suhu perendaman. Data perubahan kadar air bahan digunakan untuk mencari

koefisien difusi air kacang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu

perendaman, semakin cepat peningkatan dimensi, berat, dan kadar airnya hingga akhirnya

mencapai titik maksimum. Koefisien difusi air kacang merah pada perendaman air bersuhu

28 oC, 35 oC, 40 oC, 45 oC, dan 50 oC, berturut-turut adalah 12,91 x 10-11 m2/s; 6,42 x 10-11

m2/s; 25,64 x 10-11 m2/s; 60,20 x 10-11 m2/s dan 48,24 x 10-11 m2/s. Hasil penelitian

(4)

mengikuti persamaan eksponensial � = 0,7272�0,087 � dengan koefisien determinasi, R2 = 0,643.

(5)

PENGARUH SUHU PERENDAMAN TERHADAP KOEFISIEN DIFUSI DAN SIFAT FISIK KACANG MERAH (PHASEOLUS VULGARIS L.)

Oleh

Nanik Agustina

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

PENGARUH SUHU PERENDAMAN TERHADAP KOEFISIEN DIFUSI DAN SIFAT FISIK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L.)

(Skripsi)

Oleh

Nanik Agustina

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur kacang merah (Phaseolus vulgaris) internal (kiri)

dan eksternal (kanan) ... 5

2. Kacang merah... 6

3. Perendaman biji kacang merah di dalam water bath ... 13

4. Diagram alir proses perlakuan perendaman kacang merah... 14

5. Orientasi pengukuran biji kacang merah... 15

6. Penampang silinder ... 18

7. Grafik perubahan panjang kacang merah selama perendaman pada suhu yang berbeda. ... 20

8. Grafik perubahan lebar kacang merah selama perendaman pada suhu yang berbeda. ... 20

9. Grafik perubahan tinggi kacang merah selama perendaman pada suhu yang berbeda. ... 21

10.Perubahan kacang merah pada awal perendaman ... 23

11.Grafik pengaruh suhu perendama terhadap perubahan berat kacang merah ... 25

12.Grafik nilai koefisien difusi air perendaman kacang merah pada suhu yang berbeda. ... 26

13.Grafik pengaruh suhu perendaman terhadap perubahan kadar air kacang merah ... 29

14.Grafik riwayat suhu perendaman ... 30

15. (a) Water bath dan (b) Kacang merah dalam water bath ... 62

(8)

17.(a) Oven listrik dan (b) Desikator ... 63

18.Foto-foto perubahan fisik kacang merah pada perendaman

suhu 28oC ... 64

19.Foto-foto perubahan fisik kacang merah pada perendaman

suhu 35oC ... 67

20.Foto-foto perubahan fisik kacang merah pada perendaman

suhu 40oC ... 70

21.Foto-foto perubahan fisik kacang merah pada perendaman

suhu 45oC ... 73

22.Foto-foto perubahan fisik kacang merah pada perendaman

suhu 50oC ... 76

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Tujuan Penelitian... 2

C.Manfaat Penelitian... 3

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A.Biji Kacang Merah ... 4

B.Difusi ... 7

C.Laju Difusi Air ... 8

D.Perendaman ... 9

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 10

A.Tempat dan Waktu ... 10

B.Alat dan Bahan ... 10

C.Metode Penelitian ... 10

a. Persiapan Alat dan Bahan ... 10

b. Prosedur Penelitian ... 11

D.Diagram Alir Penelitian ... 14

E. Parameter Pengamatan ... 15

a. Dimensi Kacang Merah ... 15

b. Berat Bahan ... 15

c. Riwayat Suhu Perendaman ... 15

F. Analisis Data ... 16

a. Kadar Air ... 16

(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

A.Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap Perubahan Dimensi Kacang Merah ... 19

B.Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap Perubahan Berat Kacang Merah ... 24

C.Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap Perubahan Kadar Air dan Koefisien Difusi Kacang Merah ... 26

D.Riwayat Suhu Perendaman... 30

V.KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

A.Kesimpulan... 32

B.Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 36

(11)

1. Tim Pengqji

Kefi.n

Sekretaris

IIIENGESAIII{AN

:

Sri

lllaluyo,

S.TP.,

Il.Sl.,

Ph.D,

:

lllarJl,

S.TP., ltl.SL

{vls{

i

v

: j

Penguji

Bukan

Pembimbing

:

Dr. Ir. Tamrln, lI.S.

lllan Alibas

Zakarla,

ll.$.

t98702

I

OO1
(12)
(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Baru Martapura, Oku Timur pada tanggal

16 Agustus 1989, sebagai anak keempat dari lima bersaudara,

pasangan Bapak Puani dan Ibu Paryati.

Pendidikan formal dimulai dengan memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar

(SD) di SD N 2 Martapura Oku Timur, yang diselesaikan pada tahun 2002. Sekolah

Menengah Pertama (SMP) di SMP N 2 Martapura Oku Timur, yang diselesaikan

pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA N 1 Martapura Oku

Timur, yang diselesaikan pada tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas

Pertanian (FP) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Tahun 2012, penulis melaksanakan Praktik

Umum di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills DivisionTanjung

Priok, Jakarta Utara. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai

organisasi, diantaranya sebagai anggota Bidang Pengabdian Kepada Masyaraka

Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATEKTAN) FP dan Anggota Bidang

Keputrian Forum Studi Islam (FOSI) FP Universitas Lampung periode 2009/2010,

sebagai anggota Departmen Pengabdian Kepada Masyarakat Perhimpunan

(14)

Kesejahteraan Forum Studi Islam (FOSI) FP Universitas Lampung periode

(15)

SANWACANA

Segala puja dan puji syukur hanyalah milik Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah

dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :

“Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap Koefisien Difusi dan Sifat Fisik Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)”

Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta

keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman nanti.

Bersamaan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Sri Waluyo, S.TP., M.Si., Ph.D., selaku pembimbing utama atas

kesediaannya untuk memberikan ilmu, bimbingan, kritik dan saran dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Warji, S.TP., M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan

bimbingan, masukan dan kritikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Tamrin, M.S., selaku pembahas yang telah banyak memberikan

kritikan, masukan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian

Universitas Lampung.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

(16)

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung.

7. Seluruh staf dosen dan karyawan di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung.

8. Spesial untuk Alm. Ibunda yang paling tercinta Paryati Binti Poniman dan

Bapak Puani Bin Kusen yang telah memberikan segenap kasih sayangnya dan

perjuangan luar biasa yang tiada hentinya agar penulis tetap mengenyam

pendidikan hingga sekarang. Engkau adalah motivator dalam segala kegiatan

ku. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikkan kalian, amin.

9. Mba Siti Aisayah, mas Marji, mas Juli, mba Yuli, mas Imam, adikku Tio serta

mas Eko Harry Saputra, S.T yang telah memberikan kasih sayang, dorongan

moril, do’a serta material yang tiada hentinya.

10. Sahabatku Uci, Resti, Anisa, Okta, Yuanita, Marinda (N-Dul), Malyan (Pu’ah).

Tak lupa pula teman-teman TEP “08: Astrid, Anis, Leny (Lenong), Sri, Ira,

Teddy, Rahmat, Gandi, Dwi, Arif, Derry, Fadil dan yang lainnya yang tidak

dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaan, bantuan dan

semangat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

11. Teman-temanku warga asrama aisyah : Anisa, mba Uyun, mba Tutik, Ayu, mba

Afiah, Ila, Dwi, Ghina, yuk Ve dan keluarga. Terima kasih atas pelajaran hidup

(17)

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan

tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, 18 April 2013 Penulis,

Nanik Agustina

(18)

Segala Puji dan syukur kepada Allah SWT

Ku persembahkan karya sederhana ini, buah dari

kerja keras dan kesabaran.

Teruntuk :

Mamak (Alm) wanita terhebat sang pahlawan

hidupku dan Bapak sang penyemangatku atas

segala do’a, bimbingan, dukungan,

harapan dan

cinta kasihnya yang tak terhingga serta perjuangan

dan pengorbanan yang luar biasa untukku dan

saudara-saudaraku.

Kakak-kakakku dan adikku tersayang atas

keceriaannya.

(19)

Tidak semua kegagalan itu berarti gagal, selama proses

yang di jalankan itu adalah benar dan sungguh-sungguh.

Tidak semua keberhasilan/kesuksesan itu berarti

berhasil/sukses, selama proses yang dijalankan itu adalah

kecurangan.

Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar,

kesantunan itu diperoleh dengan kerendahan hati, sedangkan

kesabaran itu diperoleh dengan keteguhan hati,”

(HR. Ibnu

Fajar)

... niscahya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman diantaramu dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kacang–kacangan termasuk famili Leguminosa atau polongan. Jenis kacang–

kacangan yang banyak dikenal oleh masyarakat antara lain kacang merah, kacang

kedelai, dan lain-lainnya. Kacang-kacangan merupakan sumber protein yang

tinggi (Soedjono, 1995) dan mempunyai daya guna yang luas.

Kacang merah kering merupakan sumber protein nabati, karbohidrat kompleks,

serat, vitamin B, tiamin, kalsium, fosfor, dan zat besi. Kacang merah memiliki

kandungan lemak dan natrium yang sangat rendah, mengandung sedikit lemak

jenuh, serta bebas kolesterol. Khasiat kacang merah tersebut dapat diperoleh

secara sempurna dengan cara pengolahan terlebih dahulu, yaitu dengan perebusan

dan perendaman. Perebusan dan perendaman tersebut perlu dilakukan untuk

menghilangkan kemampuan kacang merah memproduksi gas dalam usus yang

dapat menyebabkan perut kembung (http://aldihilal.student.umm.ac.id

/2010/10/07/kandungan-gizi-kacang-merah/).

Semua komoditas pertanian pada dasarnya mempunyai sifat higroskopis, yaitu

kemampuan bahan menyerap air yang berada di udara sekitarnya dan melepaskan

(21)

dengan cara perebusan atau perendaman dapat mengakibatkan kacang merah

terhidrasi sehingga menjadi lunak atau sering disebut masak.

Difusi air ke dalam biji-bijian pada proses perendaman membutuhkan waktu yang

cukup lama (Engels dkk., 1986 dalam Kashaninejad dkk., 2009). Perendaman

biji-bijian pada suhu ruang dengan waktu yang lama dapat menimbulkan mikroba

kontaminasi dan dapat berpengaruh terhadap kualitas produk, misalnya warna,

rasa, dan bau (Bello dkk., 2004). Metode yang biasa digunakan untuk

mempersingkat waktu perendaman yaitu metode perendaman dengan air hangat.

Perendaman kacang merah dengan suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan

difusivitas kelembaban kacang merah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh suhu perendaman terhadap koefisien difusi air dan sifat fisik kacang

merah. Pengaruh suhu perendaman terhadap koefisien difusi air dan sifat fisik

kacang merah tersebut dapat digunakan untuk mengetahui suhu dan lama waktu

perendaman yang optimum pada suatu proses pengolahan, serta diketahui pula

seberapa cepat adsorpsi air dapat dicapai.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu perendaman terhadap

(22)

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah yang

bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan teknologi pengolahan pangan,

khususnya tentang pengaruh suhu perendaman terhadap koefisien penyerapan

(23)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biji Kacang Merah

Biji-bijian pada umumnya mempunyai bagian-bagian utama, yaitu :

1. Kulit biji (spermodermis). Kulit biji berasal dari selaput bakal biji

(integumen), oleh sebab itu biasanya kulit biji tumbuhan biji tertutup

(Angiospermae) terdiri atas dua lapisan, yaitu:

 Lapisan kulit luar (testa). Lapisan ini mempunyai sifat yang

bermacam-macam, ada yang tipis, ada yang kaku seperti kulit, dan ada yang keras

seperti kayu atau batu. Bagian ini merupakan pelindung utama bagi bagian

biji yang ada di dalam. Lapisan luar ini juga dapat memperlihatkan warna

dan gambaran yang berbeda-beda : merah, biru, perang, kehijau-hijauan, ada

yang licin rata dan ada pula yang keriput. Bagian lain yang ada pada kulit

luar biji adalah pusar biji (hilus), yaitu bagian kulit luar biji yang merupakan

bekas perlekatan dengan tali pusar, biasanya kelihatan kasar dan

mempunyai warna yang berlainan dengan bagian lain kulit biji. Pusar biji

jelas kelihatan pada biji tumbuhan berbiji polong, seperti : kacang merah

(Phaseolus vulgaria L.), kacang panjang (Vigna sinensis), dll.

 Lapisan kulit dalam (tegmen), biasanya tipis seperti selaput, sering juga

(24)

2. Tali pusar (funiculus), merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan

tembuni. Biji akan terlepas dari tali pusarnya ketika biji tersebut masak, dan

pada biji hanya tampak bekasnya saja yang dikenal sebagai pusar biji.

3. Inti biji atau isi biji (nucleus seminis), yaitu semua bagian biji yang terdapat

di dalam kulitnya. Inti biji ini terdiri atas :

 Lembaga (embriyo), merupakan calon individu baru.

 Putih lembaga (albumen), jaringan berisi cadangan makanan untuk masa

permulaan kehidupan tumbuhan baru (kecambah) sebelum dapat mencari

makanan sendiri (Tjitrosoepomo, 1990).

Gambar 1. Struktur kacang merah (Phaseolus vulgaris) internal (kiri) dan eksternal (kanan)

(Http://www.ibguides.com/biology/notes/reproduction-angiosperms-)

Kacang merah atau kacang jogo (kacang buncis tipe tegak) termasuk famili

Leguminosa genus Phaseolus, dan spesies Vulgaris (Rachmawan, 2001). Kacang

merah merupakan tanaman semak yang tegak dan ada yang merambat. Tinggi

tanaman kacang merah sekitar 3,5 – 4,5 meter, warna biji bertotol-totol merah tua

dan buahnya berbentuk polong memanjang, sedikit lebih panjang dibandingkan

buncis. Jumlah biji kacang merah sekitar 2-3 biji dalam satu polongnya (Zebua,

(25)

Gambar 2. Kacang merah

Kacang merah kaya akan asam folat, kalsium, serat, dan karbohidrat kompleks

yang tergolong tinggi. Kandungan lemak dan natrium yang dimiliki oleh kacang

merah sangat rendah, nyaris bebas lemak jenuh serta bebas kolesterol. Kacang

merah juga merupakan sumber serat yang baik. Kacang merah kering sebanyak

100 g dapat menghasilkan 4 g serat yang terdiri dari serat yang larut air dan serat

yang tidak larut air (Krisna, 2011). Komposisi kacang merah dapat dilihat pada

Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Komposisi kimia kacang merah

Komposisi (per 100 gram bahan) Kacang merah

kering

Kacang merah segar

Kacang merah rebus

Kalori (Kal) 314,00 171,00 144,00

Protein (g) 22,10 11,00 10,00

Lemak (g) 1,10 2,20 1,00

Karbohidrat (g) 56,20 28,00 24,70

Kalsium (mg) 502,00 29,30 144,00

Phospor (mg) 429,00 134,00 150,00

Besi (mg) 0,30 3,70 2,80

Vitami A (RE) 0,00 0,00 0,00

Vitamin C (mg) 0,00 0,00 0,00

Vitamin B1 0,40 0,15 0,10

Sumber: Departemen Kesehatan (1995) dalam Ekawati (1999)

Selain mengandung nilai gizi yang cukup baik, kacang merah juga mengandung

(26)

bersifat mengikat mineral terutama Fe, Zn, Mg, dan Ca. Senyawa ini sulit untuk

dicerna, sehingga fosfor dalam asam fitat tidak dapat digunakan oleh tubuh.

Senyawa anti gizi yang paling banyak terdapat pada kacang merah adalah

hemaglutinin yang bersifat racun (Muchtadi, 1989a dalam Ekawati, 1999)

B. Difusi

Difusi/transfer massa merupakan proses fisika yang mempunyai peran sangat

penting pada fisiologi tumbuhan. Difusi adalah gerakan molekul dari tempat yang

berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah (Agustriana dan

Tripeni, 2006). Suyitno (2008) menambahkan bahwa difusi merupakan salah satu

prinsip yang menggerakkan partikel zat seperti CO2,O2 dan H2O masuk ke dalam

jaringan. Air bergerak dari daerah yang airnya lebih banyak ke daerah yang

airnya lebih sedikit. Suyitno (2008) menyatakan, bahwa gerak partikel zat

dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, meliputi :

 Beda suhu. Setiap zat cenderung dalam keadaan bergerak. Tenaga gerak

semakin besar pada suhu yang semakin tinggi, sehingga gerak zat akan

semakin cepat.

 Beda konsentrasi. Perbedaan konsentrasi zat membangkitkan tenaga gerak

suatu zat.

 Beda tekanan, Pergerakan zat juga terjadi karena adanya beda tekanan antara

dua daerah.

(27)

C. Laju Difusi Air

Hukum Ficks II menyatakan bahwa laju difusi tidak hanya bergantung dengan

gradien konsentrasi saja, tetapi juga dengan waktu. Partikel-partikel suatu zat

akan tersebar merata dalam ruang yang ada pada jangka waktu tertentu jika

partikel tersebut dapat bergerak bebas tanpa terhambat oleh gaya tarik. Setelah

distribusi merata, akan terdapat lebih banyak partikel yang bergerak dari daerah

yang partikelnya lebih pekat ke daerah yang partikelnya kurang pekat dan

sebaliknya. Difusi merupakan gerakan partikel secara menyeluruh pada arah

tertentu. Perbedaan konsentrasi yang semakin besar pada suatu daerah, maka

makin besar kecepatan difusinya. Partikel tetap terus bergerak bebas meskipun

keseimbangan telah tercapai, tetapi tidak akan terjadi difusi lagi. Keseimbangan

dinamis tersebut terjadi dikarenakan zat yang memasuki daerah tertentu dan zat

yang dikeluarkannya mempunyai jumlah yang sama (Loveless, 1991).

Kulit biji yang keras dapat menghalangi penyerapan air ke dalam biji. Beberapa

spesies lain, air dan oksigen tidak dapat menembus biji tertentu karena jalan

masuk dihalangi oleh sumpal-gabus (sumpal stofiolar) pada lubang kecil (lekah

strofiolar) di kulit biji, untuk melepaskan sumpal tersebut dibutuhkan energi

goncangan pada biji sehingga biji tersebut mampu menyerap air (Salisbury dan

Ross, 1995a).

Difusi akan terjadi dari daerah yang lebih hangat ke daerah yang lebih dingin

(Loveless, 1991). Naiknya suhu dapat meningkatkan kecepatan rerata semua

partikel berukuran molekul dan dapat mematahkan ikatan hidrogen pada air,

(28)

digunakan untuk memperluas dan melunakkan biji-bijian (Kashaninejad, 2009),

sehingga penyerapan air menjadi lebih tinggi. Dengan demikian, penerapan suhu

yang lebih tinggi memiliki potensi untuk mempersingkat waktu perendaman yang

diperlukan untuk mencapai kadar air tertentu (Kashaninejad, 2009).

D. Perendaman

Perendaman sangat penting dalam pengolahan biji-bijian menjadi berbagai macam

makanan. Pengolahan kacang merah dengan cara perebusan atau perendaman

dapat mengakibatkan kacang merah terhidrasi sehingga menjadi lunak atau sering

disebut masak dan mengalami pertambahan dimensi serta pertambahan bobot

kacang. Selain itu, perendaman juga berfungsi untuk menghancurkan anti gizi

dan anti nutrisi yang bersifat racun dari biji-bijian tersebut.

Hasil penelitian Muchtadi (1989b) dalam Ekawati (1999) menyatakan bahwa

racun hemaglutinin dapat dihancurkan dengan pemanasan 100 o C, dimana untuk

kacang-kacangan waktu pemanasan dapat dipersingkat apabila kacang-kacangan

tersebut sebelumnya telah direndam dengan air semalaman (12 jam).

Menurut Muchtadi (1989b) dalam Ekawati (1999) pemanasan dalam autoklaf

pada tekanan 15 psi selama 15-20 menit dapat menghancurkan hampir seluruh

antitripsin terutama bila biji tersebut direndam terlebih dahulu selama beberapa

waktu. Perendaman biji juga perlu dilakukan untuk menghilangkan kemampuan

kacang merah untukmemproduksi gas dalam usus yang akan membuat perut

terasa kembung

(29)

I. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai dengan November

2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pascapanen, Jurusan Teknik

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah water bath, timbangan analitik

OHAUS (Triple beam balance 2610 g 5 lb 2oz), timbangan digital OHAUS

(Adventurer cap 2010 g), stopwatch, oven listrik (Venticell), thermometer, cawan,

digital caliper, gelas ukur, dan kertas tisu. Bahan yang digunakan dalam

pengujian adalah kacang merah varietas lokal yang dibeli dari pasar tradisional di

Bandar Lampung.

C. Metode Penelitian

a. Persiapan Alat dan Bahan

1. Mengkondisikan alat-alat yang akan digunakan, seperti water bath dan oven

dengan suhu yang telah ditentukan, serta mengkalibrasi timbangan analitik dan

(30)

2. Mempersiapkan cawan, digital caliper, stopwatch, thermometer, gelas ukur,

dan kertas tisu.

3. Kacang merah yang akan digunakan disortir terlebih dahulu. Tujuan

penyortiran kacang merah ini adalah untuk memisahkan kacang dari kotoran

yang bercampur di dalamnya dan memisahkan kacang yang rusak serta

memisahkan kacang merah yang ukurannya terlalu kecil atau terlalu besar agar

diperoleh ukuran kacang yang seragam.

b. Prosedur Penelitian

Kacang merah yang telah disortir kemudian ditentukan kadar airnya dengan cara

pengambilan sampel secara acak sebanyak 10 biji kacang merah dan kemudian

ditimbang dengan menggunakan timbangan digital OHAUS. Sampel kemudian

dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 oC selama 24 jam. Setelah kering total,

sampel kacang merah ditimbang kembali. Selanjutnya, kadar air awal bahan

dihitung dengan persamaan:

KA(%bb ) =

W0−W1

W0 x 100 %

... (1)

dan

KA(%bk ) =

W0−W1

W1 x 100 %

... (2)

dengan : KA (%bk) : kadar air basis kering (%)

KA (%bb) : kadar air basis basah (%)

W0 : berat awal kacang merah (g)

(31)

Semua perlakuan di atas dilakukan tiga kali ulangan. Setelah diketahui kadar air

awalnya, kacang merah ditimbang sebanyak 500 g, kemudian direndam ke dalam

tangki water bath yang berisi air 11 liter dengan perlakuan suhu dan waktu seperti

[image:31.595.107.461.237.336.2]

pada Tabel 2.

Tabel 2. Variasi suhu dan waktu perendaman

Perlakuan Suhu (°C) Waktu (menit) Interval waktu pengamatan (menit)

PI (kontrol) 28 600 30

25 20 15 10

P2 35 500

P3 40 400

P4 45 300

P5 50 200

Interval waktu pengamatan pada Tabel 2 di atas ditentukan sesuai dengan suhu

yang digunakan. Semakin tinggi suhu yang digunakan maka semakin kecil

interval waktu pengamatannya. Suhu rendah membutuhkan waktu yang lebih

lama bagi bahan untuk menyerap air dibandingkan dengan suhu yang tinggi, oleh

sebab itu interval waktu pengamatan berbeda untuk suhu yang berbeda. Lama

waktu perendaman ditentukan sesuai dengan kebutuhan pengambilan 20 titik

pengamatan, sehingga semakin lama interval waktu pengamatan maka semakin

lama waktu perendamannya.

Biji kacang merah diambil secara acak setelah tiba waktu pengamatannya, lalu

diatuskan dan dilap menggunakan kertas tisu untuk menghilangkan air permukaan

biji dan kemudian diukur dimensi dan beratnya. Semua perlakuan tersebut

dilakukan tiga kali ulangan setiap interval waktu yang ditentukan. Jumlah sampel

yang digunakan untuk setiap ulangan adalah sebanyak 10 biji kacang merah.

(32)
[image:32.595.186.515.89.195.2]

Gambar 3. Perendaman biji kacang merah di dalam water bath Panel pengatur suhu

Tangki air

Heater dengan thermostat

(33)

D. Diagram Alir Penelitian

Proses perendaman kacang merah pada penelitian ini dimulai dengan penyortiran

kacang merah, kemudian dilanjutkan dengan penimbangan, pengamatan sebelum

perendaman, pengamatan selama perendaman. Data-data yang diperoleh

[image:33.595.115.553.265.712.2]

kemudian dilakukan analisis data. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4. Diagram alir proses perlakuan perendaman kacang merah Mulai

Penyortiran kacang merah

Penimbangan kacang merah sebanyak 500 g

Pegukuran dimensi awal Pengukuran berat awal Perendaman kacang merah dengan suhu 28 oC selama 600 menit

Perendaman kacang merah dengan suhu 35 oC selama 500 menit

Perendaman kacang merah dengan suhu 40 oC selama 400 menit

Perendaman kacang merah dengan suhu 45 oC selama 300 menit

Perendaman kacang merah dengan suhu 50 oC selama 200 menit

Δt = 30 menit Δt = 25 menit Δt = 20 menit Δt = 15 menit

Pengukuran dimensi, berat kacang merah dan pengamatan suhu

Selesai

Δt = 10 menit

(34)

E. Parameter Pengamatan

a. Dimensi Kacang Merah

Biji kacang merah diambil secara acak sebanyak 10 butir sebagai sampel untuk

pengukuran dimensi kacang merah. Orientasi dimensi kacang merah yang diukur

adalah panjang, lebar, dan tinggi (Gambar 5). Pengukuran dimensi panjang

tersebut menggunakan digital caliper. Pengukuran dimensi panjang ini dilakukan

sebelum proses perendaman dan selama waktu perendaman dengan sampel yang

[image:34.595.164.451.353.427.2]

berbeda (tidak kontinyu).

Gambar 5. Orientasi pengukuran biji kacang merah

b. Berat Bahan

Pengamatan ini dilakukan dengan cara menimbang biji kacang merah sebelum

perendaman dan selama perendaman dengan masing-masing interval waktu

pengamatan sebagaimana Tabel 2 dengan menggunakan timbangan digital

OHAUS.

c. Riwayat Suhu Perendaman

Riwayat suhu selama perendaman dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan

atau penurunan yang terjadi pada air perendaman selama proses perendaman

(35)

kacang merah. Riwayat suhu diamati dengan menggunakan thermometer untuk

mengamati perubahan suhu air di tempat bahan diletakkan.

F. Analisis Data

Data-data hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh akan dianalisis serta

disajikan dalam bentuk tabel ataupun grafik.

a. Kadar Air

Pengukuran kadar air bertujuan untuk mengetahui jumlah air yang terkandung

pada bahan. Pengukuran kadar air dilakukan sebelum perendaman dan di setiap

waktu pengamatan dengan menggunakan metode gravimetri, yaitu sebagai

berikut :

1. Menimbang cawan kosong

2. Mengambil sampel secara acak sebanyak 10 biji kacang merah atau  4 g dan

kemudian memasukkannya ke dalam cawan yang telah ditimbang.

3. Memasukkan sampel ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105 oC.

4. Mengeluarkan sampel yang telah dikeringkan dan menimbangnya kembali.

Perhitungan kadar air yang terkandung dalam bahan dapat dihitung dengan rumus

pengukuran kadar air pada persamaan (1) dan (2).

b. Koefisien difusi

Nilai koefisien difusi air dicari dengan cara :

1. Mencari koefisien laju pembasahan/penyerapan air (k) dengan Persamaan 6

(36)

dM

dt =−k . M−Ms ...(6) Persamaan 6 dapat diselesaikan dengan metode integrasi analitik, sehingga

diperoleh Persamaan 7 (Istadi dkk., 2002).

Mt−Ms

M0−Ms

= e

−kt ...(7)

Keterangan :

Mt : kadar air kacang merah pada waktu t saat perendaman (%)

M0 : kadar air awal kacang merah sebelum direndam (%)

Ms : kadar air kesetimbangan (%)

k : konstanta pembasahan (1/menit)

t : waktu (menit)

2. Menghitung nilai koefisien difusi dengan menggunakan persamaan Nishiyama,

1947 dalam Abdullah (1998):

k = A

V D... (8) dimana A adalah luas permukaan biji (ml), V adalah volume biji (ml), k adalah

konstanta perendaman, dan D adalah difusivitas massa (cm2/s). Biji yang

digunakan dalam penelitian ini adalah biji kacang merah yang bentuknya

diasumsikan mendekati bentuk silinder panjang, sehingga rumus yang digunakan

adalah :

k = 2πr L

πr2L �... (9) Persamaan (9) dapat disederhanakan menjadi :

D = k2r2

(37)
[image:37.595.210.379.131.185.2]

dimana r adalah jari-jari biji dan L adalah tinggi biji kacang merah.

Gambar 6. Penampang silinder L

Gambar

Gambar 1. Struktur kacang merah (Phaseolus vulgaris) internal (kiri) dan
Gambar 2. Kacang merah
Tabel 2. Variasi suhu dan waktu perendaman
Gambar 3. Perendaman biji kacang merah di dalam water bath
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perda Bali Nomor 3 tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya Sudah memberikan perlindungan hukum budaya lokal masyarakat Kabupaten Badung terhadap pengembangan pariwisata tetapi

Selain itu juga ada prinsip amanah, sebagai penyelenggara pelayanan publik pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangkalan diamanatkan

 Alokasi Anggaran PHJD yang telah disetujui oleh Kementerian PUPR kepada Kementerian Keuangan pada Tahun 2021 untuk Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar2. 44,00 Milyar ,

pencapaian Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati Kapuas Hulu pada akhir periode masa jabatan.Penetapan indikator kinerja Kabupaten Kapuas Hulu selanjutnya disajikan per

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai

posuđenice ponašaju znatno drukčije od onih koje su relativno česte u svakodnevnoj jezičnoj uporabi pa se na ovaj način pokušala osigurati reprezentativnost uzorka i

LKIP Tahun 2019 ini menyajikan berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Rote Ndao

di bawahini Dari hasil pengujian koefisien absorpsi suara pada spesimen material peredam suara dari serat batang pinang raja dengan menggunakan poliuratan dan