THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM TO THE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE IN INDONESIA AND MALAYSIA
( Empirical Study at Plantation Companies listed in Indonesia and Malaysia Stock Exchange 2013-2015)
Oleh
ANDI MUHAMMAD ABTHAL ZULWAQAR 20130420507
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM TO THE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE IN INDONESIA AND MALAYSIA
( Empirical Study at Plantation Companies listed in Indonesia and Malaysia Stock Exchange 2013-2015)
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
ANDI MUHAMMAD ABTHAL ZULWAQAR 20130420507
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia tahun 2013-2015)
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM TO THE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE IN INDONESIA AND MALAYSIA
( Empirical Study at Plantation Companies listed in Indonesia and Malaysia Stock Exchange 2013-2015)
Diajukan Oleh:
ANDI MUHAMMAD ABTHAL ZULWAQAR 20130420507
Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM TO THE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE IN INDONESIA AND MALAYSIA
( Empirical Study at Plantation Companies listed in Indonesia and Malaysia Stock Exchange 2013-2015)
Diajukan Oleh:
ANDI MUHAMMAD ABTHAL ZULWAQAR 20130420507
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan didepan Dewan Penguji Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiayah Yogyakarta
Tanggal 17 Desember 2016
Yang terdiri dari
Dr. Harjanti Widiastuti, S.E., M.Sc., Ak., CA Ketua Tim Penguji
Wahyu Manuhara P., S.E., M.Si., Ak., CA Andan Yunianto, S.E., M.Si., Ak., CA Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Nomor Mahasiswa : 20130420507
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH MEKANISME
CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP ENVIRONMENTAL
DISCLOSURE DI INDONESIA DAN MALAYSIA (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia tahun 2013-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam referensi. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan
ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman atau sanksi apapun sesuai
peraturan yang berlaku.
Yogyakarta, 3 Desember 2016
“KERJA KERAS, KERJA CERDAS, KERJA IKHLAS”
A l l a h t i d a k m e m b e b a n i s e s e or a n g m e l a i n k a n s e s u a i d en gan
kes an ggu pan n y a ( Q S A l -B aqar ah : 286)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, m a k a
a p a b i l a k a m u t e l a h s e l e s a i ( d a ri s u a t u u r u s a n ) k e r j a k a n d e n g a n
tak ada hentinya mendoakan dan mendukung saya dalam menyelesaikannya :
Sujud syukur kepada Allah SWT, dengan kebesarannya berupa limpahan rahmat, anugerah, karunia, dan hidayahnya sehingga pada akhirnya skripsi ini
dapat saya selesaikan.
Shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan suri tauladan yang baik kepada para kaumNya.
Sebagai tanda cinta, hormat dan terima kasih yang tak terhingga saya persembahkan karya ini teruntuk sosok hebat yang penuh pengorbanan yaitu
kedua orangtua saya bapak Ir. Andi Wahyuddin dan ibu Andi Arni Said S.Pd
kedua sosok yang menurut saya adalah karunia terindah yang diberikan oleh
allah dan sampai kapanpun rasa hormat saya tidak akan ada hentinya kepada
beliau. Sedari lahir, dari beliau saya banyak belajar memaknai hidup secara
luas, mencintai dan menghargai satu sama lain, berkorban untuk banyak hal
utamanya keluarga, sebuah perjuangan tiada henti yang menjadi landasan
hidup bagi saya untuk mengamalkan yang baik di dalam kehidupan saya
sehari-hari. Sekali lagi, terimakasih banyak Ayah dan Ibu tercinta.
Teruntuk adik saya, Andi Nurul Istiqlal Pertiwi yang senantiasa memberikan support dan doa untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Kepada Bapak Wahyu Manuhara P. S.E., M.Si., Ak., CA terima kasih banyak atas bimbingan, nasehat, kesabaran, ilmu yang Bapak berikan kepada saya
hingga dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ada halangan yang berarti
walaupun harus mondar mandir Jogja-Malang. Terimakasih atas pengetahuan
yang telah Bapak berikan yang sangat bermanfaat bagi saya.
Kepada Bapak Sigit Arie Wibowo, S.E., M.Sc., Ak. CA Terimakasih banyak telah diberikan kesempatan emas untuk bergabung dengan keluarga besar lab
Terimakasih kepada sahabat SD 2 Unggulan Kab. Wajo, akhirnya beberapa dari kita bisa lulus bareng walaupun beda kampus.
Terimakasih kepada keluarga 87 Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, jangan sampai mati gaya karena kita anti mati gaya.
Keluarga besar asisten akuntansi prodi (Mbak Hana, Atika, Haikal, Mita, Afika, dan Faqih), dan khususnya Asisten lab + praktikum periode 2016/2017
(Adli, Ratna, Rara, Mahardhika, Ulfa, Ekta, Mbak Nanda, Mbak Rahadien,
Shabrina, Afiqa, Yasyfi, dan Aziz), Terimakasih atas sharing ilmunya, suka
duka nya hadapi mahasiswa (i) yang beragam. Buat kalian yang tetap setia
berdedikasi, jujur membagi waktu itu tidak mudah, dan kalian bisa melewati
semua dengan pundak yang tetap kokoh.
Keluarga besar Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi UMY, selama 3 periode sukses memberikan gambaran luas seperti apa mahasiswa seharusnya,
menikmati organisasi dengan cara yang tepat. Sukses buat kita semua!
Team PKM “Gesang Sukses” (Ilya, Rima, Wulan dan Pakde Azhar) kalian adalah tim yang luar biasa, terimakasih telah menjadi teman seperjuangan
dalam mencari pengalaman sosialisasi yang hebat. Walaupun kita gagal, tapi
pelajaran yang kita peroleh sangat berharga.
Sahabat “HOME” : Miss Kiki, Anes, Fifi, Rima, Ilya, Arvia, Arum, Dessy, Andre, Tyo, Haikal, Ditya, Dimas, Adit, Faqih. terimakasih telah membantu,
dan menyemangati. Semoga kedepan bisa menjemput mimpi masing-masing
ya gengs!
Terimakasih kepada teman-teman dan sahabat Akuntansi 2013 UMY dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Para pejuang hebat dalam
menempuh perkuliahan sehingga semua dapat dilalui dengan menyenangkan.
berbagai limpahan rahmat, karunia, hidayah, dan kesempatannya, alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance terhadap Environmental Disclosure di
Indonesia dan Malaysia (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia tahun 2013-2015)”.
Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian
program studi ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekononmi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Nano Pratolo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, SE., M.Si., Ak selaku Kepala Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Wahyu Manuhara P. S.E., M.Si., Ak., CA. selaku dosen
pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan waktunya,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan
bimbingan selama penulisan skripsi ini.
5. Kedua orang tua atas segala kasih kasih sayang, perhatian,
pengorbanan yang luar biasa hebat sehingga saya mendapatkan
Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi ini, akan mendapatkan balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu,
penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 3 Desember 2016
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia periode 2013-2015. Variabel yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, dan jumlah rapat dewan komisaris. Penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling, diperoleh 30 perusahan perkebunan Indonesia dan 75
perusahaan perkebunan Malaysia. Pengujian yang dilakukan antara lain: statistik deskriptif, asumsi klasik, koefisien determinasi, F test, regresi berganda, , t test,
dan chow test. Hasil penelitian: 1) ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap
environmental disclosure di Indonesia, sedangkan di Malaysia tidak berpengaruh,
2) proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
environmental disclosure di Indonesia, sedangkan di Malaysia tidak berpengaruh,
3) latar belakang pendidikan presiden komisaris tidak berpengaruh terhadap
environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia, 4) jumlah rapat dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia, 5) terdapat perbedaan tingkat environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia, 6) terdapat perbedaan pengaruh mekanisme corporate governance
terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia.
Indonesia Stock Exchange and Malaysia Stock Exchange period 2013-2015. The variable examined in this research consisted size of board of commissioner, the
proportion of independent board,the educational background of commissioner
president and the number of board meetings. This study using purposive sampling method, obtained 30 plantation companies in Indonesia and 75 plantation companies in Malaysia. Tests performed include: descriptive statistics, classical assumptions, coefficient of determination, F test, regression, t test, and chow test. Results of the study: 1) size of board of commissioner positively affect onto the environmental disclosure disclosure in Indonesia, while in Malaysia has
no effect, 2) the proportion of independent board negatively affect to the
environmental disclosure in Indonesia, while in Malaysia has no effect, 3) the educational background of commissioner president and the number of board meetings are not affects to the environmental disclosure in Indonesia and
Malaysia, 4) there are differences the environmental disclosure in Indonesia and
Malaysia, 5) there are differences effect of corporate governance mechanisms to the environmental disclosure in Indonesia and Malaysia.
Keywords: size of board of commissioner, the proportion of independent
board, the educational background of commissioner president,
the number of board meetings, corporate governance,
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii
INTISARI ... ix
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Landasan Teori ... 11
B. Penurunan Hipotesis ... 19
C. Model Penelitian ... 27
BAB III. METODE PENELITIAN ... 29
A. Subyek Penelitian ... 29
B. Jenis Data ... 29
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 41
B. Uji Kualitas dan Instrumen Data ... 42
C. Analisis Uji Asumsi Klasik ... 47
D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 53
E. Pembahasan (Intrepretasi) ... 63
F. Pembahasan Keseluruhan... 71
BAB V. SIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN ... 76
1. Simpulan ... 76
2. Saran ... 77
3. Keterbatasan ... 78
TABEL 4.3 STATISTIK DESKRIPTIF DI INONESIA ... 43
TABEL 4.4 STATISTIK DESKRIPTIF DI MALAYSIA ... 45
TABEL 4.5 HASIL UJI NORMALITAS DI INDONESIA ... 48
TABEL 4.6 HASIL UJI NORMALITAS DI MALAYSIA ... 48
TABEL 4.7 HASIL UJI AUTOKORELASI DI INDONESIA ... 49
TABEL 4.8 HASIL UJI AUTOKORELASI DI MALAYSIA ... 50
TABEL 4.9 HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS DI INDONESIA ... 50
TABEL 4.10 HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS DI MALAYSIA ... 51
TABEL 4.11 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS DI INDONESIA .... 52
TABEL 4.12 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS DI MALAYSIA ... 53
TABEL 4.13 HASIL UJI DETERMINASI ADJUSTED DI INDONESIA .. 54
TABEL 4.14 HASIL UJI DETERMINASI ADJUSTED DI MALAYSIA ... 54
TABEL 4.15 HASIL UJI NILAI F DI INDONESIA... 55
TABEL 4.16 HASIL UJI NILAI F DI MALAYSIA ... 56
TABEL 4.17 HASIL UJI PARSIAL (t test) DI INDONESIA ... 57
TABEL 4.18 HASIL UJI PARSIAL (t test) DI MALAYSIA ... 59
TABEL 4.19 HASIL UJI BEDA t ... 61
Lampiran 2. Daftar perusahaan Indonesia
Lampiran 3. Hasil sampling perusahaan Malaysia
Lampiran 4. Hasil sampling perusahaan Indonesia
Lampiran 5. Daftar checklist PwC negara Indonesia dan Malaysia
Variabel yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, dan jumlah rapat dewan komisaris. Penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling, diperoleh 30 perusahan perkebunan Indonesia dan 75
perusahaan perkebunan Malaysia. Pengujian yang dilakukan antara lain: statistik deskriptif, asumsi klasik, koefisien determinasi, F test, regresi berganda, , t test,
dan chow test. Hasil penelitian: 1) ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap
environmental disclosure di Indonesia, sedangkan di Malaysia tidak berpengaruh,
2) proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
environmental disclosure di Indonesia, sedangkan di Malaysia tidak berpengaruh,
3) latar belakang pendidikan presiden komisaris tidak berpengaruh terhadap
environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia, 4) jumlah rapat dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia, 5) terdapat perbedaan tingkat environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia, 6) terdapat perbedaan pengaruh mekanisme corporate governance
terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia.
variable examined in this research consisted size of board of commissioner, the
proportion of independent board,the educational background of commissioner
president and the number of board meetings. This study using purposive sampling method, obtained 30 plantation companies in Indonesia and 75 plantation companies in Malaysia. Tests performed include: descriptive statistics, classical assumptions, coefficient of determination, F test, regression, t test, and chow test. Results of the study: 1) size of board of commissioner positively affect onto the environmental disclosure disclosure in Indonesia, while in Malaysia has
no effect, 2) the proportion of independent board negatively affect to the
environmental disclosure in Indonesia, while in Malaysia has no effect, 3) the educational background of commissioner president and the number of board meetings are not affects to the environmental disclosure in Indonesia and
Malaysia, 4) there are differences the environmental disclosure in Indonesia and
Malaysia, 5) there are differences effect of corporate governance mechanisms to the environmental disclosure in Indonesia and Malaysia.
Keywords: size of board of commissioner, the proportion of independent
board, the educational background of commissioner president,
the number of board meetings, corporate governance,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lingkungan merupakan hal penting untuk dibahas yang erat kaitannya
dengan perusakan ekosistem sebagai akibat dari ragam aktivitas ekonomi
yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan aturan UU no.40 tahun 2007
terkait dengan perseroan terbatas pasal 66 ayat 2 bagian c tertulis bahwa
selain laporan keuangan, dalam laporan tahunan perusahaan juga diwajibkan
melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan didalam
pasal 74 menyatakan bahwa setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan
usahanya di berbagai bidang dan berkaitan dengan sumber daya alam maka
wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pembahasan
lingkungan juga dibahas dalam QS. Al-A’raf 56 :
Artinya : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
Dalam ayat ini Allah melarang manusia agar tidak membuat kerusakan
di permukaan bumi, kerusakan itu mencakup kerusakan terhadap akal, akidah,
tata kesopanan, pribadi, maupun sosial. Sarana kehidupan dan hal lain yang
bermanfaat untuk umum, seperti lahan - lahan pertanian, perindustrian,
perdagangan, dan sarana kerjasama untuk sesama manusia.
Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi, fungsi utamanya
adalah untuk memaksimalkan laba dengan melakukan berbagai macam cara
termasuk eksploitasi sumber daya alam yang dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan. Sehingga aspek lingkungan harus dipertimbangkan untuk
menghindari terjadinya kerugian yang berdampak langsung bagi manusia
(Anggraini, 2006). Padahal keberhasilan suatu perusahaan tidak diukur dari
seberapa banyak laba yang dihasilkan dari proses operasi perusahaan. Namun
lebih daripada itu, harus mempertanggungjawabkan segala kegiatan
perusahaan yang berdampak terhadap lingkungan.
Pemerintah memberikan perhatian kepada perusahaan terkait dengan
aktivitas dan pengungkapan tanggungjawab sosial dan lingkungan, hal ini
dikarenakan perusahaan mempunyai kepentingan yang berbeda yang biasanya
meliputi kredibilitas, reputasi, dan nilai tambah perusahaan kepada para
stakeholder sehingga memberikan dorongan besar bagi perusahaan untuk
memilih mengungkapkan tanggungjawab sosialnya terhadap lingkungan
pengaruhnya terhadap lingkungan, termasuk penyediaan program pengelolaan
lingkungan. insiden lingkungan, seperti praktik pelaporan yang baik, meliputi
kinerja perusahaan di daerah ini selama kedua pelaporan dan tahun-tahun
sebelumnya (Bursa Malaysia, 2011).
Menurut Suratno et al (2006) dalam Efendi et al (2012),
Environmental Disclosure adalah suatu bentuk upaya pengungkapan
informasi yang mempunyai keterkaitan dengan lingkungan pada laporan
tahunan suatu perusahaan dalam periode tertentu. Environmental Disclosure
adalah pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan, berasal dari dampak
kegiatan operasi perusahaan terhadap lingkungan alam. Brown and Deegan
(1998) mengungkapkan bahwa Environmental Disclosure sangat penting agar
perusahaan mendapat kepercayaan dan dukungan dari masyarakat, karena
telah memenuhi tanggungjawab sosial dan lingkungannya pada saat
menjalankan aktivitas operasinya yang dipantau oleh masyarakat.
Pengungkapan tentang informasi lingkungan mencakup aspek
lingkungan yang berasal dari proses produksi seperti pengendalian terhadap
polusi pada saat menjalankan aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan,
pencegahan dan perbaikan yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan
yang disebabkan oleh proses sumber daya alam. Pengungkapan informasi
tentang lingkungan dapat berupa keterangan, data-data, atau informasi lain
23 Tahun 1997 Pasal 5 ayat 2 tentang lingkungan hidup). Selain beberapa
peraturan yang telah disebutkan, terdapat peraturan lain yang berhubungan
dengan Corporate Social Responsibility salah satunya peraturan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) (sebagai pengganti Bapepam LK) No.X.K.6
Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-431/BL/2012 tentang
Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
Perusahaan pada bidang perkebunan mempunyai keterikatan yang
cukup erat dalam upaya menghadapi permasalahan sosial utamanya pada
masalah lingkungan. Hal ini dikarenakan pada bidang perkebunan kegiatan
utama yang dilakukan yaitu mengolah bahan baku (mentah) sehingga
dampaknya terhadap lingkungan dapat dirasakan secara langsung. Amran et al
(2013) menekankan bahwa sebagian besar perusahaan Malaysia menggunakan
laporan tahunan untuk menyampaikan dan mengkomunikasikan isu-isu
lingkungan mereka. Temuan ini menunjukkan peningkatan jumlah halaman
yang dialokasikan untuk pengungkapan lingkungan. Sektor terbesar terlibat
dalam pelaporan lingkungan adalah sektor produk industri, diikuti oleh
perkebunan, produk konsumen, perdagangan atau jasa, konstruksi,
infrastruktur, properti, dan sektor keuangan.
Sebagai dampak dari akitvitas perusahaan di sektor tersebut, berbagai
macam bencana yang terjadi di Indonesia yang merupakan kelalaian manusia
degradasi lingkungan hidup sebagai akibat kurangnya pelestarian lingkungan
yang dilakukan oleh para pelaku bisnis (Ja’far, 2006).
Termasuk Malaysia, yang dilaporkan tingkat pencemaran lingkungan
mencapai 73% yang disebabkan oleh penebangan hutan secara liar, sungai
yang tercemar, tidak adanya daur ulang yang memadai, dan jumlah limbah
yang semakin meningkat menyebabkan keresahan di lingkungan masyarakat
sebagai dampak dari aktivitas industri yang dilakukan (Economic Planning
Unit, 2001).
Namun dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Malaysia telah
memberikan perhatian lebih terhadap pelestarian lingkungan untuk
mengurangi biaya dengan pengelolaan limbah dari pencemaran lingkungan.
Insentif pajak yang diperkenalkan oleh pemerintah Malaysia mendorong
perusahaan- perusahaan untuk menjadi lebih ramah lingkungan dengan
berinvestasi dalam sistem energi dan energi generasi yang efisien
menggunakan sumber energi terbarukan (Green Tek Malaysia, 2015).
Buniamin (2010) menegaskan bahwa rata-rata kalimat lingkungan
diungkapkan dalam laporan tahunan untuk tahun 2005 adalah 4,70 kalimat,
sedangkan rata-rata kualitas informasi lingkungan yang dilaporkan oleh
Peningkatan kesadaran di antara perusahaan-perusahaan Malaysia
dalam isu-isu lingkungan telah menyebabkan intensifikasi di tingkat
pengungkapan lingkungan dan tuntutan stakeholder untuk informasi
lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, pelaporan lingkungan kini dianggap
salah satu isu strategis dalam strategi bisnis untuk mendapatkan keuntungan
kompetitif (Klassen dan McLaughlin, 1996).
Penelitian mengenai lingkungan di Indonesia sudah cukup banyak
dilakukan, antara lain penelitian yang dilakukan Permatasari (2009), yang
mana hasil penelitian yakni proporsi dewan komisaris independen, ukuran
perusahaan, serta latar belakang budaya presiden komisaris mempunyai
pengaruh terhadap Environmental Disclosure, sedangkan latar belakang
pendidikan, tipe industri, proporsi komite audit independen, jumlah rapat
komite audit, dan jumlah rapat dewan komisaris terbukti tidak mempunyai
pengaruh terhadap Environmental Disclosure. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Marem (2015), menunjukkan hasil bahwa ukuran dewan
komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris tidak dapat
dibuktikan berpengaruh terhadap Environmental Disclosure, sedangkan
proporsi dewan komisaris independen dan jumlah rapat dewan
komisaris berpengaruh signifikan terhadap Environmental Disclosure.
Environmental Disclosure, sedangkan ukuran dewan komisaris dan
ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap Environmental
Disclosure.
Penelitian di Malaysia yang berkaitan dengan pengungkapan
lingkungan diantaranya diteliti oleh Haji (2013), yang menyelidiki atribut
tata kelola perusahaan dengan berfokus pada perusahaan syariah.
Menyatakan adanya hubungan positif antara ukuran dewan dengan
Environmental Disclosure. Barako, Hancock & Izan (2006) dan Haniffa
& Cooke (2005) menyatakan bahwa Dewan Komisaris Independen tidak
berpengaruh terhadap Environmental Disclosure. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Xie, Davidson, & DaDalt (2003), menyatakan
bahwa jumlah rapat dewan komisaris mempunyai pengaruh terhadap
Environmental Disclosure.
Berdasar dari penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk
mengkonfirmasi kembali “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Environmental Disclosure” (Studi Empiris pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia
pada tahun 2013-2015).
Penelitian ini mereplikasi penelitian Effendi et al (2009) dengan
perbedaan diantaranya : Pertama, Fokus penelitian pada perusahaan
kerusakan lingkungan, penelitian sebelumnya pada perusahaan manufaktur.
Kedua, periode waktu yang digunakan yaitu tahun 2013-2015, penelitian
sebelumnya tahun 2009-2011. Ketiga, dengan membandingkan 2 negara yaitu
Indonesia dan Malaysia. Penelitian ini menggunakan ukuran dewan komisaris,
jumlah rapat dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan
latar belakang pendidikan presiden komisaris sebagai variabel independen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dijelaskan pada latar belakang diatas, maka dapat
ditentukan rumusan masalah penelitian yaitu :
1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap Environmental
Disclosure di Indonesia dan Malaysia ?
2. Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap
Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia ?
3. Apakah latar belakang pendidikan presiden komisaris berpengaruh terhadap
Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia ?
4. Apakah jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh terhadap Environmental
Disclosure di Indonesia dan Malaysia ?
5. Apakah terdapat perbedaan tingkat Environmental Disclosure di Indonesia
dan Malaysia?
jumlah rapat dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure di
Indonesia dan Malaysia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditunjukkan tujuan dari
penelitian, yaitu :
1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh ukuran dewan
komisaris terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia.
2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris proporsi dewan komisaris
independen terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia.
3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh latar belakang
pendidikan presiden komisaris terhadap Environmental Disclosure di
Indonesia dan Malaysia.
4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh jumlah rapat
dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan
Malaysia.
5. Untuk menguji perbedaan tingkat Environmental Disclosure di Indonesia dan
Malaysia.
6. Untuk menguji perbedaan pengaruh ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam bidang teoritis dan
praktisi.
a. Manfaat teoritis
Diharapkan mampu menambah wawasan atau pengetahuan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi Environmental Disclosure pada perusahaan
perkebunan yang ada di Indonesia dan Malaysia. Pembahasannya khusus
terkait pengaruh Corporate Governance. Selain itu, diharapkan mampu
menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya yang erat kaitannya dengan
Environmental Disclosure.
b. Manfaat praktisi
1) Bagi masyarakat, diharapkan akan menjadi pengawas atau pengontrol
terhadap aktivitas perusahaan khususnya dalam menjaga kelestarian
lingkungan hidup kedepannya.
2) Bagi perusahaan, dengan adanya tanggung jawab sosial kepada masyarakat,
maka perusahaan akan mendapat perhatian, kepercayaan, dan dukungan dari
masyarakat.
3) Bagi akademisi, diharapkan bisa memberi kontribusi dalam bidang akuntansi
keuangan dan hal lain yang menyangkut tentang lingkungan.
4) Bagi pemerintah, diharapkan dapat bekerjasama dengan baik bersama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam
teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan adalah sekumpulan
kontrak antara principal dan agency. Yang dimaksud dalam hal ini adalah
terdapat hubungan antara pemilik sumber daya ekonomis (pegendalian)
dan manajer (penggunaan). Dalam teori keagenan, pemilik perusahaan
hanya tertarik pada aspek finansial semata dalam hal keuangan maupun
investasi bagi perusahaan yang semakin meningkat. Sedangkan agen lebih
pada suatu asumsi yang bersangkutan dengan kepuasan, termasuk
didalamnya kompensasi keuangan dan berbagai macam syarat lain di
dalam hubungan tersebut. Hal ini yang kemudian menimbulkan konflik
kepentingan karena masing-masing pihak hanya berusaha mengikuti
keinginan untuk meraih keuntungan pribadi.
Dengan demikian, prinsipal berharap adanya return yang cepat atas
suatu investasi. Berdasarkan hal tersebut, penilaian prestasi seorang
manajer hanya diukur dari seberapa besar kemampuannya dalam
Adanya tuntutan yang semakin tinggi tentu berbanding lurus dengan
insentif yang diterima, manajer kemudian akan memainkan kondisi
perusahaan agar target yang diharapkan dapat dicapai dengan kurangnya
pengawasan terhadap kinerja manajer.
2. Teori Stakeholder
Stakeholder merupakan seorang individu, kelompok manusia,
maupun masyarakat secara keseluruhan maupun parsial yang
memiliki hubungan serta kepentingan masing-masing terhadap
perusahaan. Individu, kelompok, maupun masyarakat dapat dikatakan
sebagai stakeholder jika mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan
kepentingan yang kuat terhadap perusahaan (Budimanta dkk, 2008).
Konsep yang mendasari mengenai siapa saja yang termasuk dalam
stakeholder perusahaan sekarang ini telah berkembang mengikuti
perubahan lingkungan bisnis dan kompleksnya aktivitas bisnis
perusahaan.
Stakeholder theory menyatakan bahwa semua stakeholder
mempunyai hak memperoleh informasi mengenai aktivitas perusahaan
yang dapat andil dalam mempengaruhi pengambilan keputusan mereka.
Para stakeholder dapat memilih untuk tidak menggunakan informasi
tersebut dan bahkan tidak dapat memainkan peran secara langsung dalam
suatu perusahaan (Deegan, 2004). Hal ini disebabkan stakeholder dianggap
3. Teori Legitimasi
Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi memberikan
keyakinan dalam pelaksanaan kegiatannya, terdapat batasan dan norma
terhadap masyarakat secara berkelanjutan di tempat dimana organisasi
berada. Perubahan norma pada masyarakat seiring berjalannya waktu tentu
memberikan dampak bagi perusahaan yang harus terus mengikuti
perkembangan dari norma masyarakat. Proses legitimasi erat kaitannya
dengan suatu kontrak sosial yang dibuat oleh perusahaan dengan
melibatkan berbagai pihak dalam kemasyarakatan (Harsanti, 2011).
Dowling dan Preffer (1975, dalam Chariri dan Ghozali, 2007)
menjelaskan bahwa teori legitimasi mempunyai manfaat yang besar
dalam hal menganalisis suatu pola pikir dan perilaku organisasi.
Mereka mengatakan (p.131): “legitimasi merupakan suatu hal yang
penting bagi organisasi, terdapat batasan yang ditekankan oleh
norma-norma maupun nilai-nilai sosial, serta reaksi terhadap batasan tersebut
sehingga mendorong arti pentingnya analisis perilaku organisasi dengan
memperhatikan lingkungan”.
Teori legitimasi menjelaskan bahwa untuk mendapatkan legitimasi
yang kuat dari masyarakat perlu dilakukan pengungkapan tanggung jawab
sosial oleh perusahaan sehingga nantinya akan memberikan kepercayaan
dan keyakinan bagi masyarakat dalam upaya menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan serta dengan adanya dukungan masyarakat akan semakin
4. Mekanisme Corporate Governance
Corporate governance bertujuan untuk memberikan nilai tambah
bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan (stakeholders). Corporate
governance digunakan untuk memberikan penjelasan terkait peranan dan
perilaku dari dewan direksi, dewan komisaris dan para pemegang saham.
Corporate governance mempunyai tiga komite yaitu Komite Audit,
Komite Nominasi dan Remunerasi.
Terdapat definisi yang lebih luas tentang corporate governance
menurut Cadbury Committee dalam Forum Corporate Governance
Indonesia adalah: “Adanya suatu sistem yang mengelola dan
mengendalikan perusahaan, lebih luasnya terdapat peraturan yang
mengatur hubungan pengelola perusahaan, pemberi dana pinjaman,
pemerintah, karyawan pekerja, pihak pemegang saham, dan pemegang
kepentingan baik yang berada didalam maupun diluar perusahaan yang
mempunyai hak dan kewajiban.” Corporate governance merupakan suatu
konsep yang pada dasarnya berkaitan dengan teori keagenan, yang
memberikan kepercayaan pada investor bahwa agen melakukan pekerjaan
dalam upaya memenuhi kepentingan mereka (Restuningdiah, 2010).
Tata kelola perusahaan yang baik menurut Menteri Keuangan
adalah organ perusahaan berhak memilih struktur dan menerapkan proses
yang dikehendaki dalam upaya mengejar sasaran usaha yang ingin dicapai
dan untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi para stakeholder. Hal
dunia sebagai suatu syarat mutlak bagi perindustrian untuk maju sehingga
diharapkan mampu mewujudkan tercapainya stakeholder value
(Restuningdiah, 2010). Gagasan utama tata kelola perusahaan yang baik
adalah mampu mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan yang tidak
hanya peduli terhadap aspek sosial namun juga terhadap aspek lingkungan.
Asas Corporate Governance diperlukan untuk mencapai
kesinambungan usaha dengan memperhatikan stakeholder yaitu (KNKG,
2006):
a) Transparansi
Penyediaan informasi yang memadai (material) akan menentukan
objektivitas perusahaan dalam melaksanakan kegiatan bisnis. Selain
itu, dibutuhkan informasi yang relevan yang diharapkan stakeholder
dapat memahami dengan mudah segala bentuk informasi yang
disampaikan oleh pihak bersangkutan.
b) Akuntabilitas
Pelaksanaan kegiatan perusahaan hendaknya dilanjutkan dengan
proses tanggungjawab terkait kinerja perusahaan, sehingga disebut
sebagai suatu proses yang mempunyai kesinambungan antara proses
dan hasil. Termasuk apakah didalam pelaksanaan kegiatannya telah
dilakukan dengan cara yang tepat, terukur, serta sesuai dengan
c) Bertanggung jawab
Mematuhi aturan perundangan merupakan hal yang mutlak dalam
pelaksanaan kegiatan perusahaan karena hal tersebut berkaitan dengan
tanggung jawab sosial kepada masyarakat dalam menjaga kelestarian
lingkungan khususnya yang berada di sekitar perusahaan.Hal ini dapat
dilakukan dengan perencanaan yang memadai dan pengelolaan yang
sistematis terhadap lingkungan.
d) Independen
Dalam melaksanakan asas Good Corporate Governance,
pengelolaan perusahaan harus dilakukan dengan cara yang independen,
artinya pengelolaan dilakukan tanpa adanya campur tangan dari pihak
yang berkepentingan sehingga hal ini dapat mengurangi terjadinya
dominasi pihak tertentu yang ingin memuluskan kepentingannya di
dalam perusahaan.
e) Kewajaran dan Kesetaraan
Penting untuk memberikan penilaian terkait dengan kewajaran dan
kesetaraan yang dilakukan oleh perusahaan.
Terdapat lima partisipan corporate governance yaitu dewan
direksi, Chief Executive Officer (CEO), dewan komisaris, auditor, dan
stakeholders. Dewan direksi merupakan organ yang bertanggung jawab
Tugas utama CEO adalah menjalankan perusahaan dengan sebaik
mungkin untuk mengamankan aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut Lins dan Warnock (2004) secara umum mekanisme yang dapat
mengendalikan perilaku manajemen atau sering disebut mekanisme
Corporate Governance dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok,
yaitu mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme internal adalah cara
untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan
proses internal seperti rapat umum pemegang saham (RUPS), komposisi
dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board
of director. Mekanisme eksternal adalah cara mempengaruhi perusahaan
selain dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian
oleh perusahaan dan pengendalian pasar.
5. Environmental Disclosure
Akuntansi mempunyai peranan penting yang berfungsi untuk
mengendalikan aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Manajemen
tidak hanya mempunyai tanggung jawab pengelolaan perusahaan ke
investor maupun kreditor, akan tetapi juga memperhatikan dampak atas
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya.
Environmental Disclosure yaitu suatu bentuk pengungkapan informasi
pada laporan tahunan suatu perusahaan yang mempunyai keterikatan dengan
lingkungan sekitar (Suratno dkk, 2006). Sedangkan menurut penelitian
yang dilakukan oleh Zhegal dan Ahmed (1990), sistem laporan tentang
terjadinya kerusakan pada lingkungan, adanya bentuk konservasi terhadap
alam, dan bentuk lain yang mempunyai hubungan langsung terhadap
lingkungan.
Ragam konflik kepentingan seperti adanya serikat pekerja,
kelompok religious, dan kelompok lainnya, yang terjadi pada perusahaan
dapat dikurangi dengan adanya pengungkapan terhadap lingkungan
(Guthrie dan Parker, 1990). Pengungkapan lingkungan adalah wujud
adanya tanggung jawab social dan lingkungan oleh perusahaan (Hadi,
2006). Dengan adanya environmental disclosure, aktivitas yang telah
dikerjakan oleh perusahaan akan dipantau secara berkala oleh para
stakeholder sebagai bentuk pertanggung jawaban lingkungan, dengan
begitu masyarakat akan seutuhnya memberikan dukungan, rasa percaya,
serta banyaknya perhatian secara langsung maupun tidak langsung
kepada perusahaan sehingga perusahaan mampu berkembang menjadi
lebih maju (Parson, 1996).
Pedoman pengungkapan lingkungan dapat melalui Global
Reporting Initiatives atau yang biasa dikenal dengan sebutan GRI. GRI
memberikan rekomendasi aspek apa saja yang berkaitan dengan lingkungan
harus diungkapkan pada suatu annual report. Terdapat 34 item
mendapatkan rekomendasi dari GRI yang mana terdiri atas 9 aspek utama.
Adapun 9 aspek utama itu meliputi: energi, emisi dan limbah, material,
memberikan kelestarian lingkungan hidup, keanekaragaman hayati,
transportasi, produk dan jasa, serta ketaatan pada peraturan.
Kontrak social merupakan hal yang menjadi pemantik pentingnya
adanya pengungkapan terhadap lingkungan atau biasa dikenal
environmental disclosure. Belkaoui dan Karprik (1989), Yang mana
kontrak social tersebut biasanya meliputi kontrak perusahaan dengan para
stakeholder, hal ini biasa dipengaruhi oleh interaksi antara perusahaan
dengan lingkungan baik sifatnya secara eksplisit maupun dengan cara
implisit sehingga memberikan konsekuensi logis yang mana perusahaan
tidak hanyak mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan para
pemilik saham, tetapi juga adanya tanggung jawab social dan lingkungan.
B. Penurunan Hipotesis
1. Hubungan Ukuran Dewan Komisaris dengan Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia
Menurut Pitasari (2014) Idealnya, dewan komisaris mempunyai
peranan penting dalam Corporate Governance, hal ini tidak terlepas dari
tugas utama dewan komisaris yaitu menjalankan fungsi pengawasan dan
mengevaluasi setiap kebijakan dewan direksi baik dalam proses
pembuatan maupun pelaksanaan terhadap suatu kebijakan yang akan/telah
dikeluarkan.
Selain itu, ukuran dewan komisaris yang lebih besar dapat
banyak anggota dewan komisaris maka semakin banyak pula ide,
pengalaman, dan adanya interaksi antar dewan komisaris yang
mendukung proses pengawasan terhadap manajemen perusahaan.
Pengawasan tersebut berfungsi agar di dalam melakukan kegiatan
bisnisnya perusahaan tetap transparan sehingga mendapat respon yang
positif dari para stakeholder nya (Sanjaya,2013). Semakin besar jumlah
anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk
mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukankan semakin
efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka
tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk
mengungkapkannya (Sembiring, 2005).
Pada penelitian lainnya, Effendi et al (2012) menyatakan bahwa
seberapa banyaknya jumlah dewan komisaris perusahaan tidak akan
seluruhnya akan memberikan perhatian terhadap pengungkapan
lingkungan, sehingga dewan komisaris tidak ada urusan atau kepentingan
terkait dengan pengungkapan lingkungan.
Penelitian – penelitian dibawah ini menunjukkan adanya hubungan
antara ukuran dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure.
Penelitian yang dilakukan oleh Frendy et al (2011) dan Sun et al (2010),
memperoleh terdapat pengaruh signifikan antara ukuran dewan komisaris
dengan Environmental Disclosure. Berbeda dengan penelitian yang
negatif antara ukuran dewan komisaris dengan environmental
disclosure.
Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan diatas, sehingga
hipotesis dapat dikembangkan :
H1a: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
Environmental Disclosure di Indonesia
H1b: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
Environmental Disclosure di Malaysia
2. Hubungan antara proporsi dewan komisaris Independen dengan Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia
Dewan komisaris independen dalam perusahaan mempunyai
peranan yang signifikan terkait fungsi controlling (Pound, 1995). Sebagai
upaya peningkatan pengungkapan informasi sukarela pada laporan
tahunan perusahaan, dibutuhkan pengawasan yang berhubungan langsung
dengan perilaku manajemen, dalam hal ini dijalankan oleh dewan
komisaris independen (Rosenstein dan Wyatt, 1990).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Susiana dan Herawaty (2007),
komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang
beranggotakan dewan komisaris independen yang berasal dari luar
perusahaan yang mempunyai fungsi menilai kinerja perusahaan secara luas
dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan
terhadap pemegang saham minoritas dan pihak lain yang terkait. Dengan
adanya peraturan jumlah dewan komisaris minimal 30% dari seluruh
anggota dewan komisaris (KNKG, 2010). Hal ini menunjukkan jumlah
komisaris independen yang kurang dominan dapat bertindak sebagai
penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal
dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasehat kepada
manajemen. Dengan ini, pengawasan yang dilakukan oleh dewan
komisaris independen dapat meningkatkan kinerja manajer (Ujiyantho dan
Pramuka, 2007). Kinerja manajer yang baik maka pengungkapan akan
semakin baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Choiriyah (2010) dan Uwuigbe et
al (2011) mengungkapkan adanya pengaruh positif proporsi dewan
komisaris terhadap Environmental Disclosure. Berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Suhardjanto dan Miranti (2008), Effendi et
al (2012), yang mengungkapkan bahwa proporsi dewan komisaris
berpengaruh negatif terhadap Environmental Disclosure.
Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan diatas, sehingga
hipotesis dapat dikembangkan :
H2a : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap
Environmental Disclosure di Indonesia
H2b : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap
3. Hubungan antara latar belakang pendidikan presiden komisaris dengan Environmental Disclosure
Pengetahuan presiden komisaris erat kaitannya dengan latar
belakang pendidikan (Ahmed and Nicholls, 1994 dalam Akhtaruddin,
2009). Seorang presiden komisaris sebaiknya mempunyai latar belakang
pendidikan di bidang ekonomi atau bisnis karena akan bersinggungan
langsung pada perusahaan utamanya pada setiap pengambilan keputusan
perusahaan dan menunjukkan kualitas didalam mengelola suatu
perusahaan (Bray, Howard, dan Golan, 1995 dalam Kusumastuti dkk,
2007).
Namun pada penelitian Effendi et al (2012), menyatakan
bahwa tidak cukup hanya dengan melihat latar belakang presiden
komisaris apakah menempuh pendidikan di bidang ekonomi maupun
bisnis, hal ini karena kesuksesan presiden komisaris bisa saja oleh
faktor latar belakang pendidikan presiden komisaris sesuai dengan
jenis perusahaan tersebut bergerak.
Beberapa penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara
latar belakang pendidikan dewan komisaris terhadap Environmental
Disclosure. Penelitian oleh Suhardjanto dan Afni (2009) serta Choiriyah
(2010) mengungkapkan latar belakang pendidikan presiden komisaris
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Environmental
Disclosure. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
bahwa latar belakang pendidikan presiden komisaris tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Environmental Disclosure.
Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan diatas, sehingga
hipotesis dapat dikembangkan :
H3a : Latar belakang pendidikan presiden dewan komisaris berpengaruh
terhadap Environmental Disclosure di Indonesia
H3b : Latar belakang pendidikan presiden dewan komisaris berpengaruh
terhadap Environmental Disclosure di Malaysia
4. Hubungan antara jumlah rapat dewan komisaris dengan Environmental Disclosure
Sesuai dengan Corporate Governance Guidelines yang
ditetapkan 12 September 2007, dewan komisaris harus memiliki skedul
atau jadwal rapat tetap dan dapat dilakukan rapat tambahan sesuai
dengan kebutuhan serta dilakukan pada saat yang tepat. Hal ini untuk
mengetahui apakah operasi perusahaan telah sesuai dengan kebijakan
dan strategi perusahaan.
Penelitian Brick dan Chidambaran (2007), menjelaskan kinerja
perusahaan akan semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya
jumlah rapat yang diadakan oleh perusahaan, sebagai dampaknya
informasi perusahaan akan meningkat khususnya pengungkapan terhadap
lingkungan. Hal tersebut berdampak terhadap peningkatan
pengungkapan lingkungan. Sedangkan penelitian Ariningtika dan Kiswara
(2013), Rapat dewan komisaris merupakan salah satu ruang intensif
untuk mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan strategi
perusahaan.
Penelitian – penelitian dibawah ini menunjukkan adanya hubungan
antara jumlah rapat dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure.
Xie et al (2003), Mizrawati (2009), Setyawan et al (2012), dan Marem
(2015) yang mengatakan jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh
positif terhadap Environmental Disclosure. Bertentangan dengan hasil dari
penelitian yang telah dilakukan Waryanto (2010), Cety dan Suhardjanto
(2010), dan Effendi et.al (2012) mengatakan jumlah rapat dewan
komisaris mempunyai pengaruh negatif terhadap Environmental
Disclosure.
Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan diatas, sehingga
hipotesis dapat dikembangkan :
H4a : Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
Environmental Disclosure di Indonesia
H4b : Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
Environmental Disclosure di Malaysia.
5. Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia
Environmental Disclosure sebagai tanggungjawab dalam
perusahaan setelah melakukan kegiatan operasinya. Sebab, masalah
pencemaran lingkungan sudah serius dan harus segera diatasi oleh
perusahaan untuk dapat mendapatkan kepercayaan kembali dari
masyarakat. Di lain sisi, Indonesia dan Malaysia merupakan negara
berkembang yang berada di wilayah yang sama yakni Asia Tenggara di
mana sudah diberlakukan ASEAN Economic Community.
Berlakunya ASEAN Economic Community bertujuan untuk
meningkatkan perekonomian negara-negara yang terletak di kawasan Asia
Tenggara. Perekonomian harus maju guna mengakomodir harapan besar
masyarakat maka harus diimbangi dengan peningkatan tanggung jawab
terhadap lingkungan hidup. Apabila tidak terdapat keseimbangan seiring
dengan peningkatan tanggungjawab terhadap lingkungan hidup, maka
akan sangat berpeluang menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Maka
dari itu, selain masalah ekonomi, masalah tanggung jawab terhadap
lingkungan hidup di kedua negara tersebut juga sangat penting untuk
diperhatikan.
Penelitian terdahulu yakni proporsi dewan komisaris independen,
latar belakang pendidikan presiden komisaris, dan ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap Environmental Disclosure (Permatasari, 2009).
Begitu juga dengan penelitian Buniamin (2011) pelaporan lingkungan di
Malaysia masih rendah, untuk itu perlu adanya suatu perbaikan. Selain itu
adanya perbedaan tingkat environmental disclosure di Indonesia,
Malaysia, dan Thailand.
Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan diatas, sehingga
hipotesis dapat dikembangkan :
H5a : Terdapat perbedaan penerapan Environmental Disclosure di
Indonesia dan Malaysia.
H5b : Terdapat perbedaan pengaruh ukuran dewan komisaris, proporsi
dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden
komisaris, jumlah rapat dewan komisaris terhadap Environmental
Disclosure di Indonesia dan Malaysia.
C. Model Penelitian
Variabel Independen Variabel dependen
Perbedaan tingkat environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia
Gambar 1.2 Model Penelitian
Perbedaan pengaruh ukuran dean komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, dan jumlah rapat dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek/Subjek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan Perkebunan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Bursa Efek Malaysia (BEM)
tahun 2013-2015.
B. Jenis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data yang
digunakan adalah data sekunder. Data tersebut bersumber dari Bursa Efek
Indonesia (BEI), dan Bursa Efek Malaysia (BEM) dan tidak didapat
langsung dari perusahaan.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel penelitian ini secara non probability
sampling melalui metode purposive sampling artinya bahwa pengambilan
sampel bertujuan dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi
Kriteria-kriteria yang ditetapkan untuk pengambilan sampel penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan Perkebunan yang telah mempublikasikan laporan tahunan
(annual report) pada tahun 2013-2015 di Bursa Efek Indonesia dan
Bursa Efek Malaysia secara berturut-turut.
2. Memiliki data-data lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
diteliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini dengan cara dokumentasi
yaitu mendownload laporan tahunan perusahaan Perkebunan tahun
2013-2015 melalui situs www.idx.com dan www.bursamalaysia.com.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen
Environmental Disclosure
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Environmental
Disclosure yang diukur dengan menggunakan pedoman Global Reporting
Initiatives. GRI memberikan rekomendasi pada beberapa aspek utamanya
berkaitan dengan lingkungan yang harus diungkapkan pada suatu annual
report. Didalam pedoman tersebut terdapat 34 item yang menjadi
rekomendasi oleh GRI dan terdiri dari sembilan aspek utama. Sembilan
keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menjaga kelestarian lingkungan
hidup, produk dan jasa, ketaatan pada peraturan, air, transportasi, serta emisi
dan limbah.
2. Variabel Independen a. Ukuran dewan komisaris
Jumlah anggota dewan komisaris adalah banyaknya anggota dewan
komisaris dalam suatu perusahaan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Jumlah
anggota dewan komisaris diukur dengan jumlah komisaris dari pihak yang
terafiliasi (memiliki hubungan, salah satunya pihak internal perusahaan)
dan tidak terafiliasi (tidak memiliki hubungan) dengan perusahaan
(KNKG, 2006).
Pengukuran ukuran dewan komisaris (UDK) adalah sebagai berikut:
b. Proporsi dewan komisaris independen
Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang
dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada
tahun 2006, dijelaskan bahwa jumlah komisaris independen harus dapat
menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu dari komisaris
independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan.
maka pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen akan
semakin berkualitas dan akan meningkatkan transparansi dalam pelaporan
keuangan. (Pitasari dan Septiani, 2014)
Pengukuran proporsi komisaris independen (PKI) adalah sebagai berikut:
c. Latar belakang pendidikan presiden komisaris
Komisaris utama yang mempunyai latar belakang pendidikan
ekonomi dan bisnis mempunyai tingkat kesadaran yang lebih
dibandingkan dengan komisaris utama yang mempunnyai latar belakang
pendidikan diluar ekonomi dan bisnis.. Sesuai dengan penelitian Kharis
(2012) untuk mengukur latar belakang pendidikan dengan menggunakan
variabel dummy dengan memberi skor 1 untuk komisaris utama yang
memiliki latar belakang pendidikan dari ekonomi dan bisnis. Skor 0
diberikan untuk komisaris utama yang mempunyai latar belakang dari
luar lingkungan ekonomi dan bisnis.
d. Jumlah rapat dewan komisaris
Ukuran yang digunakan sesuai dengan penelitian Suhardjanto,
Djoko. (2010) yaitu jumlah rapat Dewan Komisaris diukur dengan melihat
���= � �� �� � �� � ��� � � %
jumlah rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris pada laporan tahunan
perusahaan selama satu tahun.
F. Uji kualitas dan Instrumen Data 1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
karakteristik data meliputi nilai maximum, nilai minimum, mean
(rata-rata), standar deviasi (simpangan data).
2. Uji Asumsi Klasik
Asumsi yang harus terpenuhi dalam analisis regresi (Gujarati,
2004) meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah
dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal
(Nazaruddin, 2015). Uji statistik normalitas pada penelitian ini yaitu
Kolmogorov Smirnov. Dengan ketentuan :
Data tersebut berdistribusi normal apabila nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05.
Data tersebut tidak berdistribusi normal apabila nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah hubungan linear antara peubah bebas X
dalam model regresi ganda. Jika hubungan linear antar peubah bebas X
dalam model regresi ganda adalah korelasi sempurna maka peubah-peubah
tersebut berkolinearitas ganda sempurna (Nazaruddin, 2015). Pendekatan
multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factors (VIF). Dengan ketentuan :
a) Melihat nilai tolerance
1. Tidak terjadi multikolinieritas, jika nilai tolerance lebih besar dari
0,10.
2. Terjadi multikolinieritas, jika nilai tolerance lebih kecil atau sama
dengan 0,10.
b) Melihat nilai VIF
1) Tidak terjadi multikolinearitas, jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00.
2) Terjadi multikolinearitas, jika nilai VIF lebih besar atau sama dengan
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi
(Nazaruddin, 2015). Metode pengujian yang sering digunakan adalah
dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis
nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU) maka hipotesis nol diterima,
yang berarti tidak ada autokorelasi.
3. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL),
maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
d. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Nazaruddin, 2015).
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara meregresikan nilai absolute
residual dengan variabel-variabel independen dalam model. Dengan
ketentuan :
Tidak terjadi heteroskedastisitas jika nilai signifikansi lebih besar dari
0,05.
3. Uji Hipotesis
Pengolahan data dalam penelitian ini akan menggunakan tiga tahap, yaitu:
a. Analisis Regresi Linear Berganda
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan uji pengaruh
nyata (signifikan) antara variabel bebas (independen) terhadap
variabel terikat (dependen). Pada penelitian ini menggunakan
analisis regresi linear berganda.. Regresi linier berganda
merupakan analisis regresi dengan dua atau lebih variabel
independen yang digunakan dalam penelitian (Nazaruddin dan
Basuki, 2015).
Kriteria Penerimaan Hipotesis :
1. Hipotesis diterima apabila nilai sig < daripada alpha sebesar
0,05 dan hasil penelitian searah dengan hipotesis.
2. Hipotesis ditolak apabila nilai sig > daripada alpha 0,05.
Analisis regresi linear berganda pada penelitian ini digunakan
untuk menguji hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 4 atau pengaruh
variabel dari mekanisme corporate governance, ukuran dewan
komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang
pendidikan presiden komisaris, dan jumlah rapat dewan komisaris
terhadap Environmental Disclosure. Berikut model regresi untuk
menguji hipotesis dengan analisis regresi linier berganda :
Simbol Keterangan
EDI Environmental Disclosure Index
β 0 Konstanta
β Koefisien
UDEKOM Ukuran Dewan Komisaris
PRODKOM Proporsi Dewan Komisaris Independen
LBPPK Latar Belakang Pendidikan Presiden Komisaris RPTDK Jumlah Rapat Dewan Komisaris
E Standar error
Sebelum melakukan pengujian analisis regresi linier berganda,
maka terlebih dahulu melakukan Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
dan Uji Signifikan Simultan (Uji F) :
1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk menguji kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan variabel
dependen. Dengan melihat nilai Adjusted R Square. Semakin besar
nilai Adjusted R Square pada penelitian, maka semakin besar pula
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan
variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai Adjusted RSquare
pada penelitian, maka semakin kecil pula kemampuan variabel
2. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji signifikan simultan (Uji F) bertujuan untuk menguji apakah
semua variabel independen mempunyai pengaruh secara simultan atau
bersama-sama terhadap variabel dependen dalam model penelitian.
Kriteria pengujiannya adalah :
1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka keputusannya adalah terima H0
atau variabel independen secara simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka keputusannya adalah tolak H0
atau variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
b. Independent Sample t test
Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang
tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda (Ghozali,
2007).
Adapun rumus uji beda t-test adalah sebagai berikut :
c. d.
Alat statistik ini digunakan untuk menguji hipotesis 5 yaitu perbedaan
Environmental Disclosure oleh perusahaan Indonesia dan Malaysia.