• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pre-menstrual Syndrome Pada Wanita Usia Dewasa Dini Di Puskesmas Padang Bulan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pre-menstrual Syndrome Pada Wanita Usia Dewasa Dini Di Puskesmas Padang Bulan Medan"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PRE-MENSTRUAL SYNDROME PADA WANITA USIA DEWASA DINI

DI PUSKESMAS PADANG BULAN

MASRIATI NASUTION NIM. 115102129

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012

(2)
(3)

Judul : Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pre- menstrual Syndrome Pada Wanita Usia Dewasa Dini Di Puskesmas Padang Bulan Medan

Nama : Masriati Nasution

Jurusan : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara

Tahun : 2012 ABSTRAK

Latar Belakang : Tingginya masalah Pre-menstrual Syndrome (PMS) pada wanita reproduksi akan berdampak pada produktifitasnya dalam melakukan aktivitasnya sehari – hari. Menjelang menstruasi, sebagian besar wanita mengalami rasa tidak nyaman yang biasa disebut dengan Pre-menstrual Syndrome (PMS). Salah satu penyebab Pre-menstrual Syndrome adalah defisiensi zat gizi.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012. Analisa data digunakan uji statistik Non-Parametrik Spearman.

Hasil : Berdasarkan data demografi dari 60 responden dengan rentang usia dewasa dini (18-40 tahun) yaitu 60 orang (100%) dengan rata – rata usia 27,3 tahun, berdasarkan pekerjaan lebih dari setengah responden tidak bekerja (IRT) sebanyak 44 orang (73,4%), berdasarkan pendidikan terakhir, lebih dari setengah responden berpendidikan SMA sebanyak 36 orang (60,0%). Berdasarkan IMT, lebih dari setengah responden memiliki kategori IMT normal sebanyak 36 orang (60,0%), berdasarkan kejadian Pre-menstrual Syndrome, lebih dari setengah responden memiliki kategori ringan sebanyak 36 orang (60,0%), dan hanya sebagian kecil responden memiliki kejadian Pre-menstrual Syndrome kategori berat sebanyak 1 orang (1,7%). Tidak ada hubungan yang signifikan yaitu lemahnya hubungan antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012 (nilai p= 0,577 r= -0,073).

Kesimpulan : Bahwa tidak selamanya kejadian Pre-menstrual Syndrome yang dihadapi wanita usia dewasa dini dipengaruhi oleh status gizi, namun dapat juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, faktor sosial, faktor kejiwaan serta gangguan fungsi serotonin. Namun disarankan pada wanita usia dewasa dini agar tetap mempertahankan status gizi yang cukup.

Kata Kunci : Status gizi, Pre-mestrual Syndrome.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Pre-menstrual Syndrome (PMS) pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012.

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar SST di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ns. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, M.Kep, sebagai Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ikhsanuddin Ahmad hrp, S.kep, MNS, selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah peneliti yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, serta ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua Orang Tua beserta keluarga yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Serta adik adik tercinta yang selalu menjadi motivasi kepada penulis.

(5)

6. Rekan-rekan mahasiswa program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih memerlukan perbaikan untuk kesempurnaan penelitian, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata peneliti ucapkan terimah kasih atas semua bantuan yang diberikan.

 

Medan, Juni 2012 Peneliti

Masriati Nasution

 

(6)

DAFTAR ISI

1.5. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi pada Dewasa Dini 9 1.6. Penilaian Status Gizi ... 9

1.7 Pengukuran Status Gijzi Dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) 11 2. Pre-menstrual Syndrome ... 14

2.1. Pengertian ... 14

2.2. Penyebab Pre-menstrual Syndrome ... 14

2.3. Faktor Peningkat Resiko ... 15

2.4. Gejala-Gejala Pre-menstrual Syndrome ... 16

2.5. Tipe Pre-menstrual Syndrome (PMS) Berdasarkan Gejalanya 2.6. Cara Mengatasi Pre-menstrual Syndrome (PMS) ... 18

2.7. Penatalaksanaan Secara Medis ... 19

3. Hubungan Status Gizi Dengan Pre-menstrual Syndrome ... 19

(7)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 24

1.4 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Pre-menstrual syndrome ... 34 Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden... 42

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 43

Lampiran 3 Lembar Observasi ... 45

Lampiran 4 Master Data ... 47  

(8)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Gambar 1. Kerangka Teori ... 21

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Berdasarkan Data Demografi Responden Pada Wanita Usia Dewasa Dini Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012

33

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) Pada Wanita Usia Dewasa Dini Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012

34

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Pre-menstrual Syndrome Pada Wanita Usia Dewasa Dini Dipuskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012

34

Tabel 5.4. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pre-menstrual Syndrome Pada Wanita Usia Dewasa Dini Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012

35

 

(10)

Judul : Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pre- menstrual Syndrome Pada Wanita Usia Dewasa Dini Di Puskesmas Padang Bulan Medan

Nama : Masriati Nasution

Jurusan : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara

Tahun : 2012 ABSTRAK

Latar Belakang : Tingginya masalah Pre-menstrual Syndrome (PMS) pada wanita reproduksi akan berdampak pada produktifitasnya dalam melakukan aktivitasnya sehari – hari. Menjelang menstruasi, sebagian besar wanita mengalami rasa tidak nyaman yang biasa disebut dengan Pre-menstrual Syndrome (PMS). Salah satu penyebab Pre-menstrual Syndrome adalah defisiensi zat gizi.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012. Analisa data digunakan uji statistik Non-Parametrik Spearman.

Hasil : Berdasarkan data demografi dari 60 responden dengan rentang usia dewasa dini (18-40 tahun) yaitu 60 orang (100%) dengan rata – rata usia 27,3 tahun, berdasarkan pekerjaan lebih dari setengah responden tidak bekerja (IRT) sebanyak 44 orang (73,4%), berdasarkan pendidikan terakhir, lebih dari setengah responden berpendidikan SMA sebanyak 36 orang (60,0%). Berdasarkan IMT, lebih dari setengah responden memiliki kategori IMT normal sebanyak 36 orang (60,0%), berdasarkan kejadian Pre-menstrual Syndrome, lebih dari setengah responden memiliki kategori ringan sebanyak 36 orang (60,0%), dan hanya sebagian kecil responden memiliki kejadian Pre-menstrual Syndrome kategori berat sebanyak 1 orang (1,7%). Tidak ada hubungan yang signifikan yaitu lemahnya hubungan antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012 (nilai p= 0,577 r= -0,073).

Kesimpulan : Bahwa tidak selamanya kejadian Pre-menstrual Syndrome yang dihadapi wanita usia dewasa dini dipengaruhi oleh status gizi, namun dapat juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, faktor sosial, faktor kejiwaan serta gangguan fungsi serotonin. Namun disarankan pada wanita usia dewasa dini agar tetap mempertahankan status gizi yang cukup.

Kata Kunci : Status gizi, Pre-mestrual Syndrome.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikologis, yakni antara usia 10-19 tahun yang merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas (adolescence). Masa remaja adalah periode paralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa (Widyastuti, 2010).

Setelah mengalami masa kanak-kanak dan remaja yang panjang, seorang individu akan mengalami masa dewasa dimana ia telah menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk berkecimpung dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, masa-masa dewasa adalah waktu yang paling lama dalam rentang hidup yang ditandai dengan pembagiannya menjadi 3 fase yaitu masa dewasa dini, masa dewasa madya dan masa dewasa lanjut (usia lanjut) (Zakaria, 2002).

Masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 sampai 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja. Secara fisik,

(12)

pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat pesat yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya perubahan kondisi fisik yang terjadi berupa penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Masa dewasa lanjut dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan psikologis cepat menurun (Hurlock 2004).

Siklus menstruasi adalah proses yang kompleks yang mencakup sistem reproduktif dan endokrin (Smeltazer, 2001). Lama siklus menstruasi bervariasi pada satu wanita selama hidupnya, dari bulan kebulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut. Siklus menstruasi terdiri dari beberapa fase yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, hipofisis dan ovarium (Saryono, 2009).

Menjelang datangnya fase menstruasi, sejumlah gadis dan wanita adakalanya mengalami kondisi yang biasanya merasakan satu atau beberapa gejala sebelum datang bulan atau istilah populernya pre-menstual syndrome (PMS) (Saryono, 2009).

Sindrom Pre-menstruasi merupakan sekumpulan gejala berupa perubahan fisik, psikologis dan emosi yang dialami pada 7-14 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapa hari setelah menstruasi. Keluhan yang ditimbulkan bisa bervariasi bisa menjadi lebih ringan ataupun lebih berat sampai berupa gangguan mental (mudah tersinggung, sensitif) maupun gangguan fisik. Diperkirakan kurang lebih 85% wanita usia reproduktif antara usia 15-35 tahun mengalami satu atau lebih gejala dari Sindrom pre-menstruasi (Saryono, 2009).

(13)

Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR) (2005) dalam Setiasih (2007) menyebutkan bahwa permasalahan wanita di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan menstruasi (38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan anemia (20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan psikologis (0,7%), serta masalah kegemukan (0,5%).

Penelitian yang dilakukan oleh Corney dan Stanton (1991 dalam Wijaya 2008), mengatakan ada perbedaan tingkat prevalensi antara negara Barat dengan negara Asia, seperti Indonesia kejadian Pre- menstrual syndrome (PMS) sangat rendah antara 23-24% sedangkan negara Barat seperti Inggris dan Yugoslavia lebih tinggi tingkat prevalensinya yaitu 71-73%. Dilaporkan dari negara-negara Barat, gejala-gejala perubahan emosional telah dialami oleh 88% wanita, sementara gejala fisik ada 69%.

Berdasarkan hasil survey Glasier (1982) di Amerika Serikat menunjukkan, Pre-menstrual syndrome dialami 50% wanita yang datang ke klinik ginekologi. Lembaga independen yang di prakarsai Bayer Schering Pharma melakukan penelitian yang melibatkan 1602 wanita dari Australia, Hongkong, Pakistan dan Thailand. Hasilnya menyimpulkan bahwa 22% wanita Asia Pasifik menderita pre-menstrual syndrome. Berdasarkan penelitian di Indonesia prevalensi Pre-menstrual syndrome (PMS) pada siswi SMA di Surabaya adalah 39,2% mengalami gejala berat dan 60,8% mengalami gejala ringan (Christiany, 2006). Sekitar 80% sampai 95% perempuan antara 16 sampai 45 tahun mengalami gejala-gejala Pre- menstrual syndrome (PMS) yang dapat menganggu.

Penelitian-penelitian yang dilakukan di Indonesia terkait dengan pre-menstrual syndrome menyatakan hasil yang tidak terlalu berbeda. Suatu penelitian

(14)

yang disponsori WHO tahun (1981 dalam Essel, 2007) melaporkan 23% wanita Indonesia mengalami Pre-menstrual syndrome. Penelitian lain terhadap 68 wanita usia produktif di Aceh besar melaporkan 41,18% respondennya menderita pre-menstrual syndrome (PMS) dalam kategori sedang (Linda, 2008).

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi Pre-menstrual syndrome (PMS) non farmakologik pada wanita usia dewasa dini yaitu merubah pola nutrisi yang memiliki efek yang bermakna, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abraham (2009), dengan penambahan nutrisi tertentu disertai perubahan pola makan 1-2 minggu menjelang menstruasi dapat mengurangi gejala PMS. Nutrisi yang dianjurkan bagi penderita PMS adalah diet rendah lemak dan garam, mengandung protein, vitamin, mineral, Vitamin B, vitamin C, vitamin E, Ca, Mg, dan Zn yang seimbang serta perbanyak makan buah, sayur dan serat tinggi.

Dengan perubahan pola makan tersebut gejala Pre-menstrual Syndrome (PMS) bisa berkurang dan tidak perlu penggunaan obat-obatan lagi. Dengan alasan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukuan penelitian tentang hubungan antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndromes (PMS) pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah status gizi pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012.

(15)

2. Bagaimanakah kejadian pre-menstrual syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012.

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadan pre- menstrual syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012.

3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi status gizi pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012.

b. Mengidentifikasai kejadian pre-menstrual syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012.

c. Mengidentifikasi hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat antara lain bagi: 1. Praktek pelayanan Kebidanan

(16)

Hasil penelitian diharapakan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan yang lebih komprehensif pada pasien yang berkaitan dengan masalah Pre-menstrual Syndrome.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan sumbangan dalam bidang ilmu pengetahuan di bidang kesehatan dalam konteks masalah kebidanan dan sebagai bahan bacaan dan referensi di Perpustakaan Fakultas Keperawatan USU Medan tahun 2012 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menambah bahan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian, kemudian dapat digunakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Pre-menstrual syndrome.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1 . Gizi

1.1 Pengertian

Gizi (nutrion) adalah berasal dari bahasa Arab yaitu ”ghidza”, yang berarti makanan dan pada bahasa sansekerta disebut “geogos” yang artinya sumber-sumber makanan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan (Soekirman, 2000).

Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan kedalam tubuh (Sunita, 2006).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Sunita, 2006).

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrien dalam bentuk variabel tertentu (Nyoman dkk., 2002).

1.2. Fungsi Zat Gizi

Zat gizi berfungsi sebagai penghasil energy bagi fungsi organ, gerakan dan kerja fisik, sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan, sebagai pelindung dan pengatur.

1.3. Pengelompokan Zat Gizi

Zat-zat nutrient dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu makro nutrient (zat gizi makro) dan mikro nutrient (zat gizi mikro).

(18)

1.3.1. Makro Nutrien

Zat gizi makro merupakan komponen terbesar dari susunan diet serta berfungsi menyuplai energy dan zat-zat gizi esensial yang berguna untuk keperluan pertumbuhan sel atau jaringan, fungsi pemeliharaan maupun aktivitas tubuh. Kelompok makro nutrient terdiri dari karbohidrat (hidrat arang), lemak, protein (zat putih telur), makro mineral dan air (ada yang tidak memasukan air dalam zat gizi).

1.3.2 Mikro Nutrien

Dalam golongan zat gizi mikro ini, termasuk vitamin (baik yang larut dalam air maupun yang larut dalam lemak) dan sejumlah mineral yang hanya di butuhkan dalam kuantitas yang hanya sedikit. Vitamin yang larut dalam air yakni vitamin C dan B kompleks (meliputi vitamin B2 [riboflamin], niacin, vitamin B6 [piridoksin], asam folat, biotin, asam pantotenat, dan vitamin B12 [kobalamin]). Vitamin yang larut dalam lemak, vitamin A (retinol), vitamin D (kalsiferol), vitamin E (tokoferol), dan vitamin K (quinon).mikro mineral meliputi zat besi, yodium, fluor, zink, chromium, selenium, mangan, molipdenum dan kurfum. Kebanyakan diantaranya terikat pada enzim dan hormone serta berfungsi pada metabolisme (Erna, 2005).

1.4. Karakteristik Status Gizi

Karakteristik status gizi ditentukan dengan adanya Body Mass Index (BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).

(19)

1. 5. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Pada Dewasa Dini

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan (Supariasa, 2002). Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan makanan dan infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status gizi yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan (Riyadi, 2001).

1.6. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

1.6.1. Antropometri

1). Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penilaian antropometri yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. 2). Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketiakseimbangan ini dilihat pada pola pertumbuhan

(20)

fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Nyoman dkk., 2002).

1.6.2. Klinis

1). Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Methode ini didasarkan atas perubahan- perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata dan rambut (Nyoman dkk., 2002).

2). Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sing) dan gejala (symptm) atau riwayat penyakit (Nyoman., dkk, 2002).

1.6.3. Biokimia

1). Pengertian

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jingan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh (Nyoman, dkk, 2002). Uji biokimia yang penting ialah pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan apusan darah untuk malaria, pemeriksaan protein (Arisman, 2009).

(21)

2). Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebuh parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penetuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Nyoman., dkk., 2002).

1.6.4. Biofisik

1). Pengertian

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat. perubahan struktur dan jaringan.

2). Penggunaan

Umumnya dapat dugunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Nyoman., dkk, 2002).

1.7. Pengukuran Status Gizi Dengan Indeks Masa Tubuh (IMT)

Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan pengukuran atropometri dimana salah satu alat pengukur yang peneliti gunakan adalah dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan (BB) yang mudah dilakukan (Nyoman., dkk, 2002).

(22)

Untuk menghitung nilai indeks masa tubuh (IMT) ini, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

IMT =

1.7.1. Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 1.7 : Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT).

IMT KATEGORI

Kurus

Kekurangan BB tingkat berat < 17,0 Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 – 18,5

Normal > 18,5 – 25,0

Gemuk

Kelebihan BB tingkat ringan > 25,0 – 27,0 Kelebihan BB tingkat berat > 27,0 Sumber : (Nyoman., dkk, 2002).

1.7.2. Kekurangan dan Kelebihan Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai untuk mengukur lemak tubuh. Walaubagaimanapun, terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan dalam mnggunakan IMT sebagai indikator pengukuran lemak tubuh.

(23)

Kekurangan indeks massa tubuh adalah:

1. Pada olahragawan: tidak akurat pada olahragawan (terutama atlet bina) yang cenderung berada pada kategori obesitas dalam IMT disebabkan mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase lemak tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dalam pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT adalah disebabkan oleh lemak tubuh.

2. Pada kelompok bangsa: tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu karena harus dimodifikasi mengikut kelompok bangsa tertentu. Sebagai contoh IMT yang melebihi 23,0 adalah berada dalam kategori kelebihan berat badan dan IMT yang melebihi 27,5 berada dalam kategori obesitas ada kelompok bangsa seperti Cina, India, dan Melayu.

Kelebihan indeks massa tubuh adalah: 1. Biaya yang diperlukan tidak mahal

2. Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan tinggi badan seseorang.

3. Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah dinyatakan pada tabel IMT.

4. Sumber kesalahan biasanya berhubung dengan : Latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera dan kesulitan pengukuran.

(24)

2. Pre-menstrual Syndrome

2.1. Pengertian

Sindrome Pre-menstruasi (premenstrual syndrome) adalah sekelompok gejala fisik maupun tingkah laku yang timbul pada pertengahan siklus menstruasi, dan disusul dengan periode tanpa gejala (Mary, 2005).

Sindrome pre-menstrual merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten dan biasanya terjadi secara reguler pada 7-14 hari sebelum datangnya menstruasi (Saryono, 2009).

Syndrome Premenstruasi adalah gabungan dari gejala fisik dan psikologis yang biasanya terjadi mulai beberapa hari sampai satu minggu sebelum haid dan menghilang setelah haid datang (Mitayani, 2009).

2.2. Penyebab Pre-menstrual Syndrome

Saryono (2009) menjelaskan penyebab premenstrual syndrome (PMS) belum jelas. Beberapa penyebab premenstrual Syndrome antara lain :

1). Faktor hormonal, yaitu ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron

2). Estrogen dominan (hormon estrogen yang berlebihan)

3). Respon pre-menstrual syndrome disebabkan cara estrogen dan progesteron (hormon menstruasi) berinteraksi dengan senyawa kimia otak (serotomi) 4). Gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin

yang dialami penderita.

5). Hipoglikemia (kadar gula darah rendah yang abnormal/hypotyroid)

(25)

6). Berhubungan dengan hormon prostaglandin dan neurotransmitter di otak 7). Karena kurang asupan vitamin B, Kalsium dan Magnesium.

2.3. Faktor Peningkat Resiko

Adapun faktor resiko peningkat Pre-menstrual Syndrome (PMS) yaitu (Saryono, 2009).

1). Wanita yang pernah melahirkan (Pre-menstrual Syndrome semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima).

2). Status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami pre-menstrual syndrome dibandingkan yang belum).

3). Usia (Pre-menstrual Syndrome semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun).

4). Stres (faktor stres memperberat gangguan pre– menstrual syndrome).

5). Diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala pre-menstrual syndrome).

6). Kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, asam lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala pre-menstrual syndrome (PMS).

7). Kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya pre-menstrual syndrome).

(26)

2.4. Gejala-Gejala Pre-menstrual Syndrome

Gejala-gejala atau perubahan-perubahan fisik dan mental yang sering dikeluhkan oleh para penderita Pre- menstrual Syndrome diantaranya yaitu: (Gilly, 2009).

2.4.1 Gejala Fisik

1). Kenaikan berat badan

2). Perasaan bengkak dan Pembengkakan (perut, jari, tungkai, pergelangan kaki, dan lain-lain)

3). Ketidaknyamanan buah dada (pembesaran, nyeri tekan, terasa berat, terasa kaku)

4). Sakit kepala dan serangan migrein 5). Pegal dan nyeri pada otot

6). Dismenore kongestif, yaitu sakit perut atau pinggang bagian bawah 7). Kram pada kandung kemih

8). Perubahan kulit, termasuk bisul, jerawat, bercak putih, dan pembengkakan-pembengkakan lain.

2.4.2 Gejala mental (Psikis)

1). Perubahan nafsu makan, nafsu makan meningkat (khususnya makanan yang manis, asin) atau menurun.

2). Mudah tersinggung/marah, mood berubah-ubah 3). Menangis tiba-tiba

4). Perubahan libido

(27)

5). Konsentrasi dan daya ingat menurun 6). Ketegangan dan cepat marah (emosonal)

7). Depresi, termasuk kurang percaya diri dan perasaan tidak berharga 8). Stres

2.5 Tipe Pre-menstrual syndrome (PMS) Berdasarkan Gejalanya

Adapun tipe – tipe Pre-menstrual Syndrome (PMS) berdasarkan gejalanya sebagai berikut : (Saryono, 2009).

2.5.1 Pre-menstrual syndrome (PMS) Tipe A

Pre-menstrual syndrome (PMS) tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti :

1). Rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami defresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid.

2) Ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron dimana hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron.

2.5.2 Pre-menstrual syndrome (PMS) tipe H (Hyperhydration)

Pre-menstrual Syndrome (PMS) tipe H (hyperhydration) memiliki gejala seperti :

1) Edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid.

(28)

2) Gejala tife ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe Pre-menstrual Syndrome (PMS) lain.

Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita.

2.5.3 Pre-menstrual Syndrome (PMS) tipe C (craving)

PMS tipe C (craving) ditandai dengan :

1) Rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula).

2) Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala seperti pusing, jantung berdebar dan kelelahan.

2.5.4 Pre-menstrual syndrome (PMS) tipe D (Depression)

PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa defresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri.

2.6. Cara Mengatasi Pre-menstrual syndrome (PMS)

Cara mengatasi Pre-menstrual Syndrome (PMS) adalah kurangi makanan bergaram, seperti kentang goreng, kacang-kacangan, dan makanan berbumbu untuk mengurangi penahanan air berlebihan, kurangi makanan berupa tepung, gula, kafein, cokelat, tambahkan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin

(29)

C dosis tinggi, seminggu sebelum menstruasi, makan makanan berserat dan perbanyak makan makanan atau suplemen yang mengandung zat besi agar terhindar dari anemia serta perbanyak minum air putih (Gilly, 2009).

2.7. Penatalaksanaan Secara Medis

1). Untuk mengatasi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari sebelum haid penggunaan garam dibatasi dan biasanya diberikan pengobatan diuretika.

2). Pemberian hormon progesterone selama 8-10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relative dari estrogen.

3). Pemberian hormon testosterone dalam bentuk metiltestosteron sebagai tablet isap untuk mengurangi kelebihan hormon estrogen.

3. Hubungan Status Gizi Dengan Pre-menstrual Syndrome (PMS)

Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh (Sunita, 2005).

Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya sindrom pre- menstruasi diantaranya berkaitan dengan karakteristik wanita itu sendiri. Menurut Oakley (1998), setiap individu mempunyai karakteristik biografi yang berbeda, karakteristik tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan sosial seseorang. Karakteristik wanita usia reproduktif yang berhubungan dengan Pre-menstruasi Syndrome.

(30)

Masalah kesehatan pada wanita usia reproduktif berhubungan dengan Indikator kesehatan. Adapun masalah kesehatan memiliki ruang lingkup yang luas antara lain menyangkut perkembangan manusia yang harmonis dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, salah satunya adalah kesehatan wanita usia reproduktif sangat menentukan tercapainya kualitas hidup yang baik pada keluarga dan masyarakat, sehingga merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan. Dimana, di Indonesia, keberhasilan pembangunan bidang kesehatan salah satunya tercermin pada usia harapan hidup wanita.

Gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan mempengaruhi terjadinya premenstrual syndrome, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Tindakan yang dilakukan untuk menangani kasus Premenstrual Syndrome tersebut adalah menganjurkan perubahan diet, nutrisi yang cukup, rendah lemak, dengan mengurangi konsumsi lemak akan mengurangi pembengkakan payudara serta penghin penghindaran terhadap stress. Sedangkan konsumsi tinggi karbohirat dan rendah protein dapat memperbaiki gangguan perasaan yang tidak nyaman. Hal ini berhubungan dengan pembentukan serotonin di dalam otak (Gilly, 2009).

Pada wanita usia dewasa dini perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid, terbukti pada saat haid tersebut terutama pada fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan Pre-menstrual Syndrome (PMS) selama siklus haid.

(31)

Status

Faktor yang  mempengaruhi  status  gizi  pada dewasa dini 

Penilaian status gizi 

Yang perlu dipertimbangkan dalam  memilih penilaian status gizi

Pengertian  

Penyebab PMS 

Faktor peningkat resiko PMS 

Gejala‐gejala PMS 

Tipe PMS berdasarkan gejala  Pengertian  

Cara mengatasi PMS 

Penyebab PMS 

Faktor peningkat resiko PMS 

Gejala‐gejala PMS 

(32)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status gizi dengan kejadian pre-menstrual syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2011-2012. Berdasarkan konsep tersebut, penelitian membuat kerangka penelitian sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

Skema .1. Kerangka penelitian

2 . Hipotesa

Hipotesa nol (Ho) dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah terdapat ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan.

Status Gizi Kejadian Pre-menstrual Syndrome

(33)
(34)

 

 

BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini, menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional.

2. Populasi dan Sampel

2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pesien wanita usia dewasa dini yang berobat ke Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012 dengan total populasi 200 responden.

2.2. Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Penentuan sampel dalam penelitian ini memakai derajat kepercayaan 95%, serta tingkat kesalahan dalam pengambilan keputusan 5%.

Untuk memperoleh besar sampel dalam penelitian digunakan rumus Taro Yamane yang dikutip oleh Riduwan (2007) :

) ( 1 N d2

N n

 

Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d = Tingkat Keprcayaan (=0,05)

(35)

 

 

Dari rumus diatas dapat kita lihat jumlah sampel yang akan diambil pada wanita usia dewasa dini yaitu :

133

Berdasarkan rumus di atas, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 133 orang, dengan kriteria sampel yaitu bersedia dijadikan sampel, wanita usia dewasa dini 18-40 tahun, menikah atau tidak menikah, siklus menstuasi rata-rata 21-35 hari, tidak memiliki penyakit kronis dan akut serta mengalami Pre-menstrual Syndrome. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya mendapatkan sampel sebanyak 60 responden, karena banyak sampel tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai sampel serta dalam teknik accidental sampling tidak bisa menentukan sedikit banyaknya jumlah sampel yang ada.

3. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Medan. Peneliti memilih lokasi ini dengan alasan efisiensi dan efektifitas waktu serta lokasi yang mudah dijangkau peneliti dan penelitian yang menyangkut hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan medan yang belum pernah diteliti.

4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan selama Mei 2012 di Puskesmas Padang Bulan Medan.

(36)

 

 

5. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti berlaku jujur. Pengambilan data dilakukan setelah mendapat surat izin dari Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan persetujuan dari kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, serta persetujuan dari kepala Puskesmas Padang Bulan Medan. Selanjutnya dilakukan pendekatan kepada responden.

Sebelum melakukan wawancara dan pengumpulan data, peneliti memberikan penjelasan, tujuan dan mamfaat penelitian kepada responden kemudian meminta kesediaan responden untuk diadakan penelitian terhadap dirinya. Responden bersedia, kemudian diminta menandatangani surat persetujuan atau informed consent yang sebelumnya dibaca responden dan mengerti isi informed consent tersebut. Peneliti tidak melakukan pemaksaan terhadap responden.

Peneliti benar-benar melindungi hak-hak responden yang menyangkut privasi responden dengan menjamin kerahasiaan identitas responden dimana pada kuesioner tidak dicantumkan nama responden tetapi hanya memakai kode nomor responden.

6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui status gizi adalah dengan cara wawancara langsung secara terbuka serta menggunakan catatan observasi untuk mengetahui data umum responden dan ukuran indeks masa tubuh (IMT), lembar pertama berisi tentang data demografi responden yaitu berisi nomor, Umur, Pendidikan terakhir dan pekerjaan responden, kemudian alat yang digunakan adalah timbangan berat badan dan meter khusus untuk pengukuran

(37)

 

 

tinggi badan yang sudah reliabel, dilakukan penilaian dengan tingkatan apabila hasil pengukuran indeks masa tubuh (IMT) <17,0 maka dikategorikan kekurangan berat badan tingkat berat, 17,0 – 18,5 maka dikategorikan kekurangan berat badan tingkat ringan, normal >18,5 – 25,0, kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0 dan kelebihan berat badan tingkat berat adalah >27,0.

Sedangkan untuk mengetahui kejadian Pre-menstrual syndrome, peneliti menggunakan lembar ceklis PEQ (PMS Self Evaluation Questionnaire) yang telah dimodifikasi peneliti (Lawrence, 2009). Pernyataan PEQ selanjutnya di modifikasi berdasarkan dari pakar validasi penelitian ini yaitu pernyataan diubah menjadi bentuk kalimat tanya. PEQ diukur dengan 2 skala yaitu 0 = tidak ada gejala, dan 1 = ada gejala, dengan rentang skor 0 sampai 18, yang selanjutnya dibagi berdasarkan kategori yaitu : 1-6 ringan, 7-12 sedang dan 13-18 berat.

7. Uji Validitas dan Reliabilitas

7.1. Uji Validitas

Uji Validitas dimaksudkan agar pertanyaan yang termuat dalam kuesioner bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner tersebut. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya (  0,05). Uji validitas akan dilakukan dengan content validity oleh 3 orang ahli yaitu 2 orang dosen dari Fakultas keperawatan Universitas Sumatra Utara atas nama Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep dan Febrina Oktavinola Kaban, SST, M.Keb serta 1 orang ahli ginekologi yaitu dr.Ichwanul Adenin, SpOG. Kuesioner tersebut telah

(38)

 

 

disetujui sebagai instrumen dalam penelitian dengan membandingkan nilai   0,05 dan r hitung. Ketentuan : bila r hasil  0,05 maka pertanyaan tersebut valid.

Dari hasil perhitungan menunjukkan 18 butir pertanyaan yang diujicobakan valid memiliki r hasil  0,05.

7.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabelitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat kesetabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan reponden atas pertanyaan dari kuesioner. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika koefisien realibilitasnya lebih dari 0,5 (  0,05) sudah memadai syarat reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada 10 resonden di Puskesmas Padang Bulan Medan yang mempunyai kriteria yang sama. Data dianalisis dengan uji cronbach’s alpha dan diolah dengan menggunakan bantuan program komputerisasi untuk mencari koefisien reliabilitas cronbach’s alpha. Dengan ketentuan apabila  rhitung    0,05, maka

instrumen dinyatakan reliabel. Apabila rhitung ≤ 0,05, maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner dengan menggunakan program komputerisasi dari 18 pertanyaan dengan 10 responden didapat hasilnya 0,794  0,05 yang berarti kuesioner yang dipakai reliabel.

8. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Meminta surat izin penelitian kepada Instansi Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatara Utara untuk diajukan permohonan

(39)

 

 

izin kepada Puskesmas Padang Bulan Medan pada bulan Februari 2012 yang digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian. Setelah mendapat rekomondasi, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. 2. Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, mamfaat,

prosedur pengumpulan data serta menanyakan kesediaan calon reponden. Dimana calon responden dianggap telah memenuhi kriteria penelitian apabila : usia dewasa dini 18-40 tahun, menikah atau tidak menikah, siklus menstruasi rata-rata 21-35 hari, mengalami pre-menstrual syndrome (PMS), tidak memiliki penyakit akut dan kronis, sampling insidental atau kebetulan ada dalam penelitian.

3. Bagi calon yang bersedia menjadi responden, peneliti memberikan informed consent dan responden diminta untuk menandatanganinya. 4. Selama proses pengumpulan data, peneliti mengumpulkan sendiri

tanpa asisten. Selanjutnya peneliti menimbang berat badan respoden, kemudian mengukur tinggi badan respoden dengan alat yang sudah reliabel, cara pertama adalah menimbang berat badan responden tanpa sepatu dan hanya mengenakan baju yang tipis. Kemudian, ukur tinggi badan responden. Pastikan bahwa responden benar-benar berdiri tegak. Responen berdiri dengan kepala, bokong, dan tumit menempel di dinding. Jika hal ini tidak mungkin dilakukan karena lemak yang sangat berlebih, cukup berdiri tegak dengan kedua lengan di samping tubuh. Pandangan lurus ke depan, kepala tetap lurus dan tegak.

5. Cara melihat untuk kejadian Pre-menstrual Syndrome dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada responden. Pada saat itu juga

(40)

 

 

reponden menjawab pertanyaan yang ada dalam kuesioner dan kuesioner dikembalikan pada hari itu juga dengan lama satu hari.

6. Setelah pengukuran selesai data yang terkumpul dilakukan analisa data.

9. Analisa Data

9.1. Analisa Univariat

Data yang dianalisis univariat adalah demografi, status gizi dan kejadian pre-menstrual syndrome (PMS) yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan persentase.

9.2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat digunakan untuk melihat hubungan status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome pada wanita usia dewasa dini. Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik dengan uji statistik yaitu Uji korelasi pearson product moment untuk melihat hubungan status gizi pada wanita usia dewasa dini dengan taraf signifikansi 95% (α = 0.05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai probablitas p < 0.05 maka Ho ditolak, apabila p > 0.05 maka Ho gagal ditolak.

Apabila nilai alpha kurang dari 0,05 maka hubungan antara keduanya adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol dalam penelitian ini ditolak dan dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian pre-menstrual syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesman Padang Bulan Medan.

(41)

 

 

Koefisien Korelasi (r) berkisar 0-1 makin mendekati angka 1 maka makin dekat derajat hubungan. Untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai r, dilakukan interpretasi menurut Colton sebagai berukut :

0,00 – 0,25 = Tidak ada hubungan /lemahnya hubungan 0,26 – 0,50 = Hubungan sedang

0,51 – 0,75 = Hubungan kuat

0,76 –1.00 = Hubungan sangat kuat/sempurna

Namun apabila data yang di dapat tidak berdistribusi normal maka penelitian ini akan di analisa dengan tekhnik analisa Non Parametris yaitu dengan spearmen correlation.

(42)

 

 

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian setelah pengumpulan data yang telah dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012. Hasil Penelitian ini melihat apakah ada hubungan status gizi dengan kejadian Pre-menstrual syndrome pada wanita usia dewasa dini yang berkunjung di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012.

1.1. Data Demografi Responden

Penelitian ini melibatkan 60 orang responden dengan rentang usia dewasa dini (18-40 tahun) dengan rata- rata usia sekitar 27,3 tahun. Bila ditinjau dari pekerjaan responden, lebih dari setengah responden (73,4%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT) dan hanya sepertiga (26,6%) responden yang bekerja ( Wiraswasta = 8,3%, PNS = 3,3%, dan Mahasiswa = 15%). Berdasarkan pendidikan terakhir, lebih dari setengah (60%) responden memiliki pendidikan terakhir SMA, sedangkan sisanya (40%) adalah ( pendidikan SMP = 18,3% dan D-3 = 21,7%). Data demografi responden dapat dilihat pada tabel 5.1

(43)

 

 

Tabel. 5.1.

Distribusi Berdasarkan Data Demografi Responden Pada Wanita Usia Dewasa Dini Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012

Karakteristik Pekerjaan Frequency Persentase

1. Umur : 18 - 40 tahun

3. Pendidkan terakhir SMP

1.2. Status gizi responden

Hasil penelitian memiliki bahwa lebih dari setengah responden (60%) memiliki kategori IMT normal. Kurang lebih dari sepertiga (21,7%) memeiliki IMT kelebihan berat badan, responden memiliki nilai IMT diatas normal ( kelebihan BB tingkat ringan = 11,7%), kelebihan BB tingkat berat = 10%) dan sisanya (18,3%) adalah kategori IMT di bawah normal ( kekurangan BB tingkat ringan = 10%, kekurangan BB tingkat berat = 8,3%), dengan rata – rata IMT 22,04 Kilogram (Kg). Status gizi responden berdasarkan IMT pada wanita usia dewasa dini dapat dilihat pada tabel 5.2.

(44)

 

 

Tabel. 5.2.

Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) Pada Wanita Usia Dewasa Dini Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012

Karakteristik IMT Frequency Persentase

Kekurangan BB tingkat berat < 17,0 5 8,3

1.3. Kejadian Pre-menstrual Syndrome

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian Pre-menstrual syndrome responden mengalami lebih dari setengah (60%) memiliki kejadian Pre-menstrual Syndrome kategori ringan, diikuti sepertiga (38,3%) kategori sedang, dan hanya 1,7% yang mengalami kejadian Pre-menstrual Syndrome kategori berat. Kemudian kejadian Pre-menstrual Syndrome responden penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Pre-menstrual Syndrome Pada Wanita Usia Dewasa Dini Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012

1.4. Hubungan Staus Gizi dengan Kejadian Pre-menstrual syndrome

Test uji normalitas data dengan uji Kormogorov-Shimirnov menunjukkan data tidak berdistribusi dengan normal (IMT[p=0.14]; Kejadian PMS [p=0.27]). Berdasarkan analisa ini maka penulis meyimpulkan bahwa data penelitian ini

(45)

 

 

tidak berdistribusi dengan normal. Selanjutnya peneliti akan menggunakan analisa statistik Non-Parametrik Spearman untuk menilai hubungan antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual syndrome (r = -0,073 dan p = 0,577). Hubungan status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4.

Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pre-menstrual Syndrome Pada Wanita Usia Dewasa Dini Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012

Variabel Yang Dikorelasikan IMT

Kejadian

Pre-Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti memperoleh data yang nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 60 orang responden dengan jumlah pertanyaan pada variabel dependent (Pre-menstrual Syndrome) sejumlah 18 pertanyaan dan pada variabel independent (status gizi) dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan dan menimbang berat badan responden untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome (PMS) pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012.

(46)

 

 

Data tersebut dajadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut :

2.1. Interprestasi Hasil Diskusi

2.1.1. Status Gizi Responden

Dari 60 wanita usia dewasa dini yang menjadi responden dalam penelitian ini, data yang terkumpul menunjukkan bahwa lebih dari setengah respoden memiliki status gizi yang baik sebanyak 36 orang (60%).

Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh (Sunita, 2005).

Pada wanita usia dewasa dini perlu memepertahankan status gizi yang baik dengan cara mengkonsumsi makanan yang seimbang, terbukti pada saat mengalami haid terutama pada fase luteal terjadi suatu peningkatan kebutuhan nutisi. Apabila hal ini diabaikan, maka dampaknya akan menimbulkan kejadian Pre-menstrual Syndrome (PMS) selama siklus haid (Erna, dkk.2004).

2.1.2. Kejadian Pemenstrual Syndrome (PMS) Pada Responden

Hasil penelitian pada 60 orang responden dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden mengalami kejadian Pre-menstrual Syndrome (PMS) sebanyak 36 (60,0%).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh American College of Obstetricians and Gynekologist bahwa lebih dari 85% dari wanita menstruasi mengalami minimal satu dari gejala Pre-menstrual Syndrome (PMS) dengan

(47)

 

 

gejala yang bervariasi dan berubah – ubah pada tiap wanita dari bulan ke bulan. Menurut Saryono (2009). Pre-menstrual Sisndrome merupakan sekumpulan gejala berupa perubahan fisik, psikologis dan emosi yang dialami pada 7-14 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapa hari setelah menstruasi. Keluhan yang ditimbulkan bisa bervariasi bisa menjadi lebih ringan ataupun lebih berat sampai berupa gangguan mental (mudah tersinggung, sensitif) maupun gangguan fisik. Terdapat fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian usia reproduktif antara usia 15-35 tahun mengalami satu atau lebih gejala dari Pre-menstruasi Syndrome.

Berdasarkan teori yang ada bahwa Syndrome Premenstruasi adalah gabungan dari gejala fisik dan psikologis yang biasanya terjadi mulai beberapa hari sampai satu minggu sebelum haid dan menghilang setelah haid datang (Mitayani, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai kejadian Pre-menstrual Syndrome (PMS) terhadap 60 orang responden sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang pernah di teliti oleh orang lain dan sesuai dengan tinjauan teoritis yang mendukung adanya kejadian Pre-menstrual Syndrome (PMS) pada wanita dewasa dini.

2.1.3. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pre-menstrual Syndrome

Secara statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012, (r=-0,073,p=0,577), maka Ho ditolak.

(48)

 

 

Penelitian yang dilakukan oleh Setyarini (2010) mengenai Hubungan antara Status Gizi Dengan Kejadian Pre-menstrual Syndrome (PMS) Pada Remaja Putri Di Stikes Icme Jombang, menemukan adanya hubungan antara stasu gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome dengan menggunakan desain penelitian analitik cross sectional dengan menggunakan data primer. Jumlah sampel 186 responden diambil secara random sampling. Hasil analisa menggunakan Uji Mann Whitney dengan taraf signifikan α = 0,05, dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa sebagian besar Pre-menstrual syndrome dialami oleh responden yang mempunyai status gizi kurang dengan nilai p = 0,011.

Korelasi antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual syndrome dalam penelitian ini tidak terdapat ada hubungan yang signifikan, akan tetapi didalam teori mengatakan ada hubungan antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual syndrome, namun hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti pada wanita usia dewasa dini di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2012 tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual syndrome, maka dapa disimpulkan bahwa hasil penelitian yang diperoleh tidak sesuai dengan teori serta hasil yang sudah dilakukan oleh sebelumnya.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor jumlah responden, perbedaan cara pemilihan sampel penelitian, perbedaan kriteria sampel, dan metode yang digunakan.

(49)

 

 

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

 Penelitian yang dilakukan mengenai “Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pre-menstrual Syndrome Pada Wanita Usia Dewasa Dini di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012“ menghasilkan kesimpulan dan saran sebagai berikut :

1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi status gizi dan kejadian Pre-menstrual Syndrome pada wanita usia dewasa dini di Padang Bulan Medan Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sctional.

Berdasarkan hasil penelitian dari 60 orang responden (wanita usia dewasa dini) menunjukkan bahwa rata rata indeks masa tubuh (22,04 kg), termasuk dalam kategori indeks masa tubuh normal dan pada kejadian Pre-menstrual Syndrome, rara rata mengalami kejadian Pre-menstrual Syndrome 6,12, dan juga dikategorikan pada kejaian Pre-menstrual yang ringan. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki indeks masa tubuh kategori normal dan kejadian Pre-menstrual kategori ringan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome (r=-0,073, p=0,577).

(50)

 

 

2. Saran

1. Bagi Praktek pelayanan kebidanan Bidan

Diharapkan bagi petugas kesehatan khususnya dalam praktek pelayanan kebidanan agar tetap memberikan pendidikan mengenai gizi mauapun penyuluhan – penyuluhan gizi kepada masyarakat khususnya pada wanita wanita usia dewasa din meskipun dalam penelitian ini tidak menunjukkan ada hubungan status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome. Dimana dengan gizi yang baik, maka tubuhpun jauh lebih sehat dan tidak rentan terkena penyakit.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi institusi pendidikan bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya dan menjadi bahan masukan bagi institusi pendidikan.

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan penelitian yang lebih luas tentang hubungan status gizi dengan kejadian Pre-menstrual syndrome dan menerapkan methode yang jauh lebih baik.

(51)

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Dewa nyoman, et al. (2002). Penilaian Status Gizi, Jakarta: EGC. Gilly, (2009). Kesehatan reproduksi, Jakarta: EGC

Jones ,(2006). Buku ajar konsep kebidanan , Jakarta: EGC

Lawrence, A. (2009). PMS Self Evaluatia Questiomaire (PEQ). Diambil dari www.holisticgynps.com

Mary, dkk. (2007). Klien Gangguan Reproduksi dan Seksualitas, Jakarta: EGC Notoatmodjo soekidjo, (2005). Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Sarwono, (2005). Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Saryono, dkk. (2009). Sindrom Premenstrual Syndrome, Yogjakarta: Nuha Medika.

Sarwono,W, dkk. (2003). Pengkajian Status Gizi, Jakarta: FKUI.

Soekirman, (2000). Ilmu Gizi Dan Aflikasinya, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Sunita, (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sulistywati, (2009). Asuhan kebidanan pada masa kehamilan , Jakarta: Salemba Zakaria, (2002). Psikologi Wanita, Bandung: Mandar Maju. . Yeyeh,dkk,(2009),

Asuhan kebidanan I, Jakarta.

(52)

 

 

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Peneliti : Masriati Nasution

Pembimbing : Ikhsanuddin Ahmad Harahap, SKp. MNS

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program Studi DIV Bidan Pendidik di Universitas Sumatera Utara, saya akan melakukan penelitian yang bertujuan untuk menilai hubungan status gizi dengan kejadian Pre-menstrual Syndrome. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudari untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini serta menjawa pertanyaan yang disediakan. Saya selaku peneliti menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban yang saudari berikan dan hanya akan digunakan untuk penelitian ini dan tidak akan dikenakan biaya apapun.

Demikian lembar persetujuan ini saya buat, atas bantuan dan partisipasinya saya sampaikan terima kasih. Keikutsertaaan saudari sebagai responden dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Medan, Februari 2012

Responden Peneliti

( ... ) (Masriati Nasution)

(53)

 

 

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN

PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA WANITA USIA DEWASA DINI DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN

TAHUN 2012

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Pilihlah jawaban sesuai dengan gejala yang benar-benar saudari alami pada saat menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi dengan memberi tanda ceklist (√) dikolom yang tersedia

A. IDENTITAS

No. Urut responden : (diisi oleh peneliti)

Nama :

1. Apakah Saudari mengalami gejala seperti timbul jerawat dan mearasa cemas menjelang menstruasi ?

(54)

 

 

2. Apakah Saudari mengalami gejala seperti sakit kepala yang hebat menjelang menstruasi ? 3. Apakah Saudari mengalami gejala seperti

perasaan gelisah menjelang menstruasi ?

4. Apakah Saudari mengalami gejala seperti kebingungan menjelang menstruasi ?

5. Apakah Saudari mengalami gejala seperti perasaan sedih menjelang menstruasi ?

6. Apakah Saudari mengalami gejala seperti pembengkakan pada kaki menjelang menstruas ?

7. Apakah Saudari mengalami gejala seperti perut kembung menjelang menstruasi ?

8. Apakah Saudari mengalami gejala seperti nyeri pada payudara menjelang menstruasi ?

9. Apakah Saudari mengalami gejala seperti pembengkakan pada tangan menjelang menstruasi ?

10 Apakah Saudari mengalami peningkatan berat badan menjelang menstruasi ?

11. Apakah Saudari mengalami gejala seperti keingin mengkonsumsi makanan yang asin dan manis pada saat menjelang menstruasi ?

12. Apakah Saudari mengalami gejala seperti kelelahan menjelang menstruasi?

13. Apakah Saudari mengalami gejala seperti jantung berdebar setelah mengkonsumsi yang manis – manis disaat menjelang atau saat menstruasi?

14. Apakah Saudari mengalami gejala pusing pada waktu menjelang menstruasi setelah mengkonsumsi gula menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi?

15. Apakah Saudari mengalami gejala seperti muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri pada saat menjelang menstruas menstruasi ?

16. Apakah Saudari mengalami gejala seperti rasa ingin menangis pada saat menjelang menstruasi ?

17. Apakah Saudari mengalami gejala seperti gangguan tidur menjelang menstruasi ?

18. Apakah Saudari mengalami gejala seperti pelupa menjelang menstruasi ?

(55)

 

 

Total Score

(56)

 

 

(57)

 

 

(58)

 

 

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Masriati Nasution

Tempat/Tgl lahir : Aek Ilung, 02 Februari 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak : Ke-2 dari 6 bersaudara Agama : Islam

Alamat : Aek Ilung Kec. Dolok Padang Lawas Utara Nama Ayah : P. Nasution

Nama Ibu : T. Ritonga

II. Riwayat Pendidikan dan Pekerjaan

Tahun 1994 s/d 2000 : SD Negeri 2 Kec. Dolok Tapanuli Selatan Tahun 2000 s/d 2003 : SMP Negeri 1 Kec. Dolok Tapanuli Selatan Tahun 2003 s/d 2006 : SMK Kampus Padang Sidempuan

Tahun 2006 s/d 2009 : D-III Kebidanan Imelda Medan Tahun 2009 s/d 2011 : Klinik Bersalin Fitri Harfa

Tahun 2011 s/d 2012 : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

 

 

Gambar

Tabel 1.7 : Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT).
Tabel. 5.1.
Tabel. 5.2.

Referensi

Dokumen terkait

Siswa dapat melakukan gerakan keseluruhan dengan koordinasi sikap awal start jongkok, pelaksanaan gerakan lari ayunan tangan dan langkah kaki, dan melewati garis finish dengan

Ketika jumlah air yang dibuang telah mencapai batas minimum dari sensor level air, maka secara otomatis sensor level air akan memberikan sinyal perintah ke

Teknik analisis data yang dipergunakan adalah Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kualitas sistem informasi akuntansi

Goiter toksik difusa (Penyakit Graves), penyakit Graves adalah bentuk tirotoksikosis yang paling umum dan dapat terjadi pada segala umur, lebih sering pada wanita dengan

Relapse Prevention Therapy merupakan terapi menejemen diri yang dibuat untuk mencegah relapse pada area perilaku adiksi dan fokus pada masalah yang penting dari membantu

“Orang biasa yang belum terlatih mendapatkan sesuatu, tidak mendapatkan sesuatu, dianggap (mempunyai reputasi), tidak dianggap, dicela, dipuji, mengalami sukha

Sehingga dapat dikatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh

Tujuan penelitian ini adalah (1) menjelaskan wujud kata dalam tuturan masyarakat Tionghoa di Gang Baru Semarang dan (2) menjelaskan proses fonologi tuturan