• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FISIOTERAPI TERHADAP TINGKAT ADL (ACTIVITIES OF DAILY LIVING) PADA PASIEN LOW BACK PAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH FISIOTERAPI TERHADAP TINGKAT ADL (ACTIVITIES OF DAILY LIVING) PADA PASIEN LOW BACK PAIN"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

LOW BACK PAIN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

RAGABI REZA NEKTARA

20120310143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

LOW BACK PAIN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

RAGABI REZA NEKTARA

20120310143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Ragabi Reza Nektara

NIM : 20120310143

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan ini sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang menerbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 13 April 2015 Yang membuat pernyataan,

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan anugerah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Fisioterapi terhadap Tingkat ADL (Activities of Daily Living) pada Pasien Low Back Pain” ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju masa yang terang-benderang seperti sekarang.

Pada kesempatan ini, ijinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berperan serta dalam membantu penyelesaian proposal Karya Tulis ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. dr. Titiek Hidayati, M.Kes selaku selaku Dosen Pembimbing yang dengan kesabaran dan kesungguhan hatinya telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

3. Kedua orang tua saya, Agung Suprihadi dan Woro Puji Hastuti, yang selalu sepenuh hati mengasihi dan memberi semangat baik moral maupun spiritual kepada penulis.

4. Kedua saudara saya, Murein Miksa Mardhia dan Lucky Barga Aretama yang telah memberikan banyak pencerahan.

5. Erika Revianda, terima kasih untuk segala suntikan semangat dan doa. 6. Teman-teman satu kelompok bimbingan penelitian, Dede, Adist, Dea,

Fajar, Ninda, Dita, Elmerillia.

7. Sahabat Oemah Koening, dan seluruh teman sejawat mahasiswa Pendidikan Dokter UMY 2012.

8. Semua pihak yang ikut serta mendukung terlaksananya penelitian dan pembuatan karya tulis ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya, untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar di kemudian hari dapat mempersembahkan suatu hasil yang memenuhi syarat dan lebih baik.

Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama ilmu kedokteran. Terimakasih.

Yogyakarta, 13 April 2015

(5)

v DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... II

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... III

KATA PENGANTAR ...IV

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. LANDASAN TEORI ... 7

1. Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) ... 7

a. Definisi ... 7

b. Anatomi ... 7

c. Etiologi ... 9

d. Epidemiologi ... 12

e. Gambaran Klinis ... 13

f. Penatalaksanaan ... 14

2. Activities of Daily Living (ADL) ... 16

a. Definisi ADL ... 16

b. Macam-macam ADL ... 16

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi ADL ... 17

d. Cara Pengukuran ... 17

e. Evaluasi Activities of Daily Living ... 19

3. Fisioterapi ... 20

a. Definisi ... 20

b. Tujuan Fisioterapi ... 20

c. Jenis Fisioterapi... 21

B. KERANGKA KONSEP ... 25

C. HIPOTESIS ... 25

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. DESAIN PENELITIAN ... 26

(6)

1. Populasi ... 26

2. Sampel ... 26

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4. Variabel dan Definisi Operasional ... 28

5. Instrumen Penelitian ... 30

6. Cara Pengumpulan Data ... 30

C. ANALISA DATA ... 31

D. ETIKA PENELITIAN ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. HASIL PENELITIAN ... 33

1. Karakteristik Subjek Penelitian ... 33

2. Distribusi Frekuensi Tingkat ADL Pretes dan Postes pada Kelompok Intervensi dan Kontrol ... 36

3. Pengaruh Fisioterapi terhadap Tingkat ADL ... 37

B. PEMBAHASAN ... 38

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN ... 43

A. KESIMPULAN ... 43

B. SARAN ... 43

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, riwayat pendidikan, pekerjaan, BMI, durasi menderita penyakit ... 35

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat ADL pretes dan postes pada Kelompok Intervensi dan Kontrol ... 37

(8)
(9)

viii

produktivitas manusia. Keluhan tersebut berdampak pada gangguan gerak dan fungsi fleksibilitas tulang belakang yang berakibat pada gangguan aktivitas sehari-hari. Prevalensi LBP di Indonesia diperkirakan berkisar antara 7,6-37%. LBP juga merupakan salah satu penyakit sering didapati pada pasien Poli Saraf RS PKU Muhammadiyah Gamping. Salah satu pilihan terapi yang ditawarkan adalah fisioterapi. Fisioterapi pada penderita nyeri punggung bawah bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan pemeliharaan serta pemulihan lingkup gerak sendi dan kekuatan otot. Fisioterapi juga berguna untuk mencegah atau mengurangi kekambuhan, mengurangi disabilitas menjadi seminimal mungkin dan mengembalikan kemampuan fungsional semaksimal mungkin.

Metode: Eksperimental semu (quasi experimental design) dengan pendekatan

Pretest and Posttest with Control Group Design. Penelitian ini membagi sampel penelitian dari pasien LBP menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dengan pemberian fisioterapi dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan fisioterapi dengan jumlah sampel pada masing-masing kelompok sebanyak 31 orang dan disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kenaikan nilai ADL (Activities of Daily Living) yang signifikan pada kelompok yang mendapatkan fisioterapi (intervensi), dengan mean pretest 86,67 ± 6,16 dan mean postest 93,05 ± 4,35 (p<0,05).Pada kelompok kontrol didapakan adanya peningkatan nilai ADL dengan mean pretest 86,25 ± 6,25 dan mean postest 90,83 ± 4,85 (p>0,05). Secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara nilai akhir kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.

Kesimpulan: Terdapat peningkatan nilai ADL pada kedua kelompok penelitian, dengan kelompok intervensi memiliki kenaikan yang bermakna secara statistik (p<0,05) dan kelompok kontrol memiliki kenaikan yang tidak bermakna secara statistik (p>0,05). Dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan fisioterapi pada pasien LBP di RS PKU Muhammadiyah Gamping dapat meningkatkan nilai ADL.

(10)

ix

flexibility of the spine that results in disruption of daily activities. The prevalence of LBP in Indonesia is estimated in range between 7.6 to 37%. LBP is also one disease which is often found in neuro clinic at PKU Muhammadiyah Gamping Hospital. One option offered treatment is physiotherapy. Physiotherapy in patients with low back pain is aimed at reducing pain and the maintenance and restoration of range of motion and muscle strength. Physiotherapy is also useful to prevent or reduce recurrence, reduce to a minimum disability and restore functional ability as best as possible.

Methods: Quasi-experimental (quasi-experimental design) approach with pretest and posttest control group design. This study divides the sample of LBP patients into two groups: the intervention group with the provision of physiotherapy and a control group that did not receive physiotherapy by the number of samples in each group of 31 people and adapted to the inclusion and exclusion criteria.

Result: The results showed that there is a rise in the ADL (Activities of Daily Living) value significantly in the group which receiving physiotherapy (intervention), with a pretest mean of 86.67 ± 6.16 and posttest mean of 93.05 ± 4.35 (p <0, 05). In the control group has gained an increase in the value of ADL with a pretest mean of 86.25 ± 6.25 and posttest mean of 90.83 ± 4.85 (p> 0.05). The differences were statistically significant (p <0.05) between the end value of the intervention group than the control group.

Conclusion: There is an increase in the value of ADL in both study groups, the intervention group had a statistically significant increase (p <0.05) and the control group had increase was not statistically significant (p> 0.05). It can be concluded that the use of physiotherapy in patients with LBP at PKU Muhammadiyah Gamping Hospital can increase the value of ADL.

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Low Back Pain (LBP), atau dalam bahasa Indonesia disebut nyeri punggung bawah merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan

produktivitas manusia. Low Back Pain sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Sekitar 70-85% dari seluruh

populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya (Nelemans, et al,

2013).

Low Back Pain didefinisikan sebagai nyeri dan ketidaknyamanan, yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal margin) dan di atas lipat bokong bawah (gluteal inferior fold), dengan atau tanpa nyeri pada tungkai (Bare & Smeltzer, 2005). Angka kejadian pasti dari LBP di

Indonesia tidak diketahui, tetapi diperkirakan angka prevalensi LBP

bervariasi antara 7,6% sampai 37%. Masalah LBP pada pekerja pada

umumnya dimulai pada usia dewasa muda dengan puncak prevalensi pada

kelompok usia 45-60 tahun dengan sedikit perbedaan berdasarkan jenis

kelamin (Widiyanti, 2012).

Low Back Pain dapat menimbulkan derajat keluhan yang beraneka ragam. Derajat keluhan dari sebatas rasa tidak enak atau sampai pada nyeri

yang hebat sehingga mengalami kesulitan dalam setiap pergerakan dan

(12)

perawatan. Semua keluhan tersebut berdampak pada gangguan gerak dan

impairment yang berakibat pada keterbatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Setyohadi, 2009).

Aktivitas sehari – hari atau dalam literatur asing disebut Activities of Daily Living (ADL) merupakan salah satu alat ukur untuk menilai kapasitas fungsional seseorang yang seringkali mencerminkan kualitas hidup dan

merupakan aktivitas pokok bagi kegiatan manusia setiap harinya. Aktivitas

sehari - hari ini terdiri atas 6 macam kegiatan, yaitu mandi (bathing), berpakaian (dressing), ke toilet (toileting), berjalan atau pindah posisi (walking & transferring), kontinensia (continence), makan (feeding) (Tamher & Noorkasiani, 2009).

Fisioterapi bertujuan mengurangi nyeri dan memperbaiki tingkat

kemandirian penderita nyeri punggung bawah. Fisioterapi berperan penting

untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada nyeri punggung bawah,

sesuai dengan isi PERMENKES No. 80 tahun 2013 ayat 2 tentang standar

pelayanan fisioterapi di sarana kesehatan. Fisioterapi pada penderita nyeri

punggung bawah bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan pemeliharaan

serta pemulihan lingkup gerak sendi dan kekuatan otot. Fisioterapi juga

berguna untuk mencegah atau mengurangi kekambuhan, mengurangi

disabilitas seminimal mungkin dan mengembalikan kemampuan fungsional

semaksimal mungkin.

Banyak modalitas fisioterapi yang dapat menjadi pilihan untuk

(13)

traksi, laser, manual terapi/manipulation, juga obat-obatan penghilang rasa sakit dan lain-lain. Pasien low back pain di RS PKU Muhammadiyah Gamping, akan ditawarkan untuk fisioterapi sebagai usaha pemulihan.

Usaha untuk meringankan penyakit yang dilakukan pasien sebagai amalan

dari perintah Allah SWT untuk selalu berikhtiar terhadap cobaan yang

datang pada setiap manusia.

Penelitian ini berkiblat pada QS. Yunus ayat 57 :

Yang artinya :

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada

dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”

Berdasarkan uraian diatas inilah, maka penulis beranggapan bahwa

(14)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan diatas,

rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

Apakah pemberian program fisioterapi berpengaruh terhadap tingkat

ADL (Activities of Daily Living) pada pasien low back pain di RS PKU Muhammadiyah Gamping?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui gambaran tingkat Activities of Daily Living (ADL) pada pasien low back pain

2. Tujuan Khusus : Untuk mengetahui pengaruh fisioterapi pada

tingkat Activities of Daily Living (ADL) pada pasien low back pain

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil dari penelitian ini dapat menambah pengalaman penulis

sendiri dan pengetahuan dalam menangani kasus nyeri punggung

bawah dengan intervensi fisioterapi di rumah sakit.

2. Sebagai bahan acuan bagi para mahasiswa, staf pengajar dan rekan

sejawat lainnya dalam membuat tugas, makalah, atau untuk

(15)

3. Sebagai bahan acuan bagi fisioterapis di rumah sakit dalam

menangani kasus nyeri punggung bawah dengan intervensi

fisioterapi.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Setiawan (2014) “Pengaruh

Penambahan Back School Setelah Pemberian Short Wave Diathermy (SWD) Dan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Terhadap Penurunan Nyeri Dan Peningkatan Kemampuan Fungsional Pada Penderita Low Back Pain Myogenik” meneliti pasien fisioterapi Low Back Pain di RSU

Aisiyah Ponorogo secara standar diberikan intervensi dua

modalitas yaitu SWD dan TENS, lalu melihat pengaruh

penambahan Back School setelah pemberian SWD dan TENS terhadap penurunan nyeri dan peningkatan kemampuan

fungsional pada penderita Low Back Pain myogenik. Pada nilai yang diukur beserta instrumennya (derajat nyeri dengan

(16)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rinta (2014), tentang “Pengaruh

Back Exercise Terhadap Pengurangan Nyeri Punggung Bawah Pada Petugas Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2013” meneliti tentang penanganan nyeri punggung

bawah pada penderita menggunakan metode back exercise yang dievaluasi dengan mengukur derajat nyeri menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Pada penelitian tersebut skala pengukuran yang digunakan dan modalitas fisioterapi yang digunakan,

berbeda dengan penelitian ini karena yang akan dicari adalah nilai

(17)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)

a. Definisi

Nyeri punggung bawah (NPB)/Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindrom nyeri yang terjadi pada daerah punggung bawah. Low back pain adalah gangguan muskuloskeletal yang pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan

aktivitas tubuh yang kurang baik (Samara, 2004). Penyebab dari

LBP bervariasi, antara lain karena faktor degeneratif, inflamasi,

infeksi, metabolik, neoplasma, traumatik, kongenital,

muskuloskeletal, viserogenik, vaskuler, psikogenik, serta pasca

operasi (Johannes, 2010).

b. Anatomi

Daerah punggung bawah didefinisikan sebagai daerah di

belakang dan bawah tulang belakang, sampai pertemuan antara

torakal dan lumbal, tepatnya pada T12-L1 (Snell, 2005).

Bangunan utama pada struktur punggung bawah adalah

(18)

1) Kolumna vertebralis dengan jaringan ikatnya, termasuk diskus

intervertebralis dan nukleus pulposus. Jaringan syaraf yang

meliputi konus medularis, filum terminalis, duramater, dan

arachnoid, radiks dengan syaraf spinalnya.

2) Pembuluh darah

3) Muskulus atau otot skelet

Organ lain di luar struktur punggung bawah tadi adalah

traktus digestivus, traktus urinarius, dan traktus genitalis.

Kolumna vertebralis terbentuk oleh unit-unit fungsional yang

terdiri dari segmen anterior dan segmen posterior.

1) Segmen anterior

Segmen yang fungsi utamanya sebagai penyangga badan

ini meliputi korpus vertebra, dan diskus intervertebralis yang

diperkuat oleh ligamentum longitudinal posterior.

2) Segmen posterior

Segmen ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus

dan prosesus spinosus. Satu sama lain dihubungkan dengan

sepasang artikulasi serta beberapa ligamentum dan otot.

Gerakan yang paling banyak terjadi adalah fleksi dan ekstensi,

yang dilakukan oleh L5-S1, yang dimungkinkan oleh bentuk

artikulasinya yang melengkung 30o pada garis datar.

Titik tumpu berat badan terletak kira-kira 2.5 cm

(19)

titik tersebut akan memaksa tubuh untuk mengadakan

kompensasi dengan jalan mengubah sikap tubuh.

3) Diskus intervertebralis

Diskus intervertebralis terdiri dari anulus fibrosus dan

nukleus pulposus. Anulus fibrosus terdiri dari beberapa

anyaman serabut fibroelastik yang tersusun sedemikian rupa

sehingga tahan untuk mengikuti gerakan vertebra atau gerakan

tubuh. Diskus intervertebralis berada diantara tulang-tulang

belakang yang jumlahnya 24 ruas, dan menghubungkan sela

antar tulang belakang mulai dari leher sampai tulang lumbal.

Diskus-diskus ini sifatnya elastis dan berfungsi sebagai

shock absorber (peredam benturan). Oleh karena kelenturan ini,

maka tubuh mudah bergerak ke kiri, ke kanan, membungkuk,

merangkak, dan lain-lain. Kekuatan dan keutuhan semua

struktur ini menentukan berfungsi atau tidaknya tulang

belakang. (Snell, 2005)

c. Etiologi

Low Back Pain dapat terjadi dengan penyebab yang sangat bervariasi antara lain: degenerasi, inflamasi, infeksi, metabolisme,

neoplasma, trauma, konginetal, muskuloskletal, viserogenik,

(20)

Penyebab LBP antara lain (Sidharta, 2004) :

1) Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan

vertebra misalnya sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta

Sindrom ligamen transforamina yang menyempitkan ruang

untuk jalannya nervus spinalis hingga dapat menyebabkan

LBP.

2) Trauma dan gangguan mekanik : Trauma dan gangguan

mekanik merupakan penyebab utama LBP. Orang yang tidak

biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak

melakukannya dapat menderita LBP akut, atau melakukan

pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama akan

menyebabkan LBP kronik. Hal yang sama juga bisa

didapatkan pada wanita hamil, orang gemuk, memakai

sepatu dengan tumit terlalu tinggi. Trauma dapat

berbentuk lumbal strain (akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus tranversus), subluksasi sendi faset

(sindroma faset), atau spondilolisis dan spondilolistesis.

3) Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan

Spondilitis ankilopoetika (penyakit Marie-Strumpell)

4) Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan LBP yang lebih

dirasakan pada waktu berbaring atau pada waktu malam.

Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit

(21)

meningioma. Atau tumor ganas, baik primer (mieloma

multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma

payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-lain). Metastasis

tumor ganas sangat sering ke korpus vertebra karena banyak

mengandung pembuluh darah vena. Tumor-tumor ini

merangsang ujung-ujung saraf sensibel dalam tulang dan

menimbulkan rasa nyeri lokal atau menjalar ke sekitarnya,

dan dapat terjadi fraktur patologik.

5) Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh

kurangnya aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse,

malabsorbsi/intake rendah kalsium yang lama,

hipopituitarisme, akromegali, penyakit Cushing, hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta,

gangguan nutrisi misalnya kekurangan protein, defisiensi

asam askorbat, idiopatik, dan lain-lain. Gangguan metabolik

dapat menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps korpus

vertebra hanya karena trauma ringan. Penderita menjadi

bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang.

6) Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis

(spondyloarthrosis deforman), Osteoartritis, Hernia nukleus

pulposus (HNP), dan Stenosis Spinal.

7) Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada

(22)

sakrum, penyakit di abdomen bagian bawah dirasakan

didaerah lumbal.

8) Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB

yang disebabkan infeksi akut misalnya : disebabkan oleh

kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus, salmonella).

LBP yang disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB

(penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.

9) Problem psikoneurotik : LBP karena problem psikoneuretik

misalnya disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan.

LBP karena masalah psikoneurotik adalah LBP yang tidak

mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan

jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan LBP

dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak

sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya (Harahap,

2004).

d. Epidemiologi

Nyeri punggung bawah dapat menyerang semua orang tanpa

batasan jenis kelamin maupun umur, baik tua – muda, anak – remaja

maupun dewasa dapat mengalami keluhan ini walaupun dengan

penyebab yang berbeda (Airaksinen, 2006). Insiden nyeri punggung

bawah di Amerika Serikat merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak

dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6 – 37%. Pada penderita

(23)

aktivitas fisik sehari – hari, dan 20% gangguan tidur juga penyebab

tersering yang membatasi 45% aktivitas pada usia < 45 tahun, urutan

kedua untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan kelima

perawatan di rumah sakit, dan penyebab yang paling sering untuk

dilakukannya tindakan operasi (Deyo & Weinstein, 2001). Hasil

penelitian yang dilakukan Pokdi Nyeri PERDOSSI (Persatuan Dokter

Saraf Seluruh Indonesia) di Poliklinik Neurologi Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2002, menemukan bahwa

proporsi penderita nyeri punggung bawahdi Indonesia sebanyak 15,6%

pada kelompok umur 18-78 tahun. Proporsi kasus baru di beberapa

rumah sakit di kota Jakarta, Yogyakarta dan Semarang sekitar 5,4% –

5,8% dengan frekuensi terbanyak pada rentang usia 45-65 tahun

(Meliala & Pinzon, 2004).

Low Back Pain sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70-85% dari

seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya.

Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30%. Jumlah insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%

(Sadeli & Tjahjono, 2001).

e. Gambaran Klinis

Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah

(24)

radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari daerah punggung

bawah dapat menuju ke daerah lain atau sebaliknya, nyeri yang

berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah

(reffered pain/nyeri yang menjalar) (Kuntono, 2005).

f. Penatalaksanaan

Pengobatan LBP tergantung dari penyebarannya dapat

dibedakan menjadi dua cara yaitu sirurgik dan konservatif.

Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai rehabilitasi.

Apabila tindakan konservatif tidak berhasil maka tindakan operatif

dapat dilakukan, biasanya pada penyakit pada penyebab khusus

seperti neoplasma, osteoartritis, susunan vertebra yang tidak sesuai,

serta pada kasus HNP yang menyebabkan sakit yang tak tertahankan

(Sunarto, 2005).

1) Terapi Konservatif

Terapi konservatif dilakukan satu jenis sekaligus tergantung

dari berat dan ringan kausa LBP, misalnya :

a) Pada penderita dengan nyeri yang tidak begitu berat

a. Menghindari gerakan membungkuk yang

mendadak

b. Istirahat di tempat tidur

c. Terapi panas

d. Analgesik

(25)

b) Pada penderita dengan nyeri berat

a. Tirah baring yang ketat

b. Analgesik, bila perlu tambahkan anti

spasmodik

c. Traksi pelvis

d. Jika gejala berkurang diberi tindakan seperti

tindakan awal

e. Terapi konservatif tidak boleh berhenti sampai

dengan 3-4 minggu agar tidak mengalami

kegagalan.

Terapi konservatif meliputi rehat baring, medikamentosa,

dan fisioterapi. Pemberian fisioterapi untuk pasien LBP

biasanya dilakukan dalam bentuk diatermi (pemanasan

dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam), misalnya

pada HNP, trauma mekanik akut, serta traksi pelvis untuk

relaksasi otot dan mengurangi lordosis (Sunarto, 2005).

Termasuk dalam terapi ini adalah

hidroterapi/kompres, Shortwave diatermy, Microwave Diatermy, Ultrasound, massage, TENS, dan korset. Penentuan jenis fisioterapi bergantung pada keluhan dan

(26)

2) Terapi operatif

Pada dasarnya ini dilakukan saat terapi konservatif

tidak membuahkan hasil. Dapat juga ketika terjadi kasus fraktur

yang menyebabkan defisit neurologik.

2. Activities of Daily Living (ADL)

a. Definisi ADL

Secara bahasa, ADL berarti kegiatan melakukan aktivitas

atau rutinitas sehari-hari. Cakupan pada ADL antara lain : ke toilet,

makan, berpakaian/berdandan, mandi, dan mobilitas/berpindah

tempat (Hardywinoto & Setiabudi, 2005).

b. Macam-macam ADL

1) ADL dasar, atau ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang

harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya (berpakaian,

makan dan minum, toileting, mandi, berhias, kemampuan

mobilitas, kontinensi buang air besar dan buang air kecil).

2) ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan

penggunaan alat penunjang kehidupan sehari-hari, seperti

menyiapkan makanan, telepon, menulis, mengetik,

mengelola uang.

3) ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan

pekerjaan atau kegiatan sekolah.

4) ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional,

(27)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi ADL

ADL dasar dipengaruhi oleh : ROM sendi, kekuatan dan

tonus otot, propioseptif, persepsi visual, kognitif, koordinasi, dan

keseimbangan (Sugiarto, 2005). ADL dapat mengalami penurunan

antara lain :

1) Kondisi fisik (penyakit menahun, gangguan indra penglihatan

atau pendengaran)

2) Kapasitas mental

3) Status mental speeri kesedihan dan depresi

4) Penerimaan terhadap fungsi anggota tubuhnya

5) Dukungan anggota keluarga (Hardywinoto & Setiabudi, 2005)

d. Cara Pengukuran

ADL digunakan untuk mengetahui tingkat ketergantungan

atau besarnya bantuan yang diperlukan seseorang dalam kehidupan

sehari-hari. Perangkat pengukuran tingkat ADL biasa digunakan

sebagai evaluasi fungsi pada berbagai macam penyakit yang

berhubungan dengan disabilitas (Rovenský, 2009).

1) Indeks Barthel

Indeks Barthel adalah indeks yang menggunakan skala

ordinal 0 (total dependen) hingga 100 (total independen), yang

terdiri dari 10 poin makan, mandi, berhias, berpakaian, kontrol

(28)

cukup handal, efektif, dan sensitif dalam mengukur kemandirian

ADL. Waktu pelaksanaan dari Indeks Barthel ini kurang dari 10

menit, sangat sesuai untuk skrining, penilain formal, pemantuan,

dan pemeliharaan terapi. Indeks Barthel adalah skala ADL yang

sudah diterima secara luas, kehandalan, dan kesahihan yang

sangat baik.

2) Indeks Katz

Indeks Katz adalah indeks penilaian dikotomi dengan

urutan dependensi yang hierakis: mandi, berpakaian, toileting, transfer, kontinensi, dan makan. Penilaian dari A (mandiri dari

keenam item) sampai dengan G (dependent pada keenam item).

Indeks Katz ini memiliki cukup kehandalan dan kesahihan, tetapi

dengan kisaran ADL yang sangat terbatas yaitu enam item saja.

Indeks Katz memiliki waktu pelaksanaan kurang dari 10 menit.

Waktu yang singkat ini baik untuk skrining, penilaian formal,

pemantauan, dan pemiliharaan terapi. Skala ADL ini sudah

diterima secara luas, memiliki cukup kehandalan dan kesahihan,

dan mampu menilai ketrampilan dasar. Pemeriksaan ini memiliki

kekurangan tidak menilai kemampuan berjalan dan menaiki

(29)

3) FIM (Functional Independence Measure)

FIM adalah indeks skala ordinal dengan 18 item, 7 level

dengan skor berkisar antara 18-126: area yang di evaluasi adalah:

perawatan diri, kontrol stingfer, transfer, lokomosi, komunikasi,

dan kognitif sosial. Kehandalan dan kesahihan pada FIM baik,

sensitif, dan dapat mendeteksi peruahan kecil dengan 7 tingkatan.

Waktu pelaksanaan <20 menit, sesuai untuk skrining, penilaian

formal, pemantauan, dan pemeliharaan terapi. FIM juga sudah

diterima secara luas, hanya saja pelatihan pada petugas pengisi

lebih lama karena item yang disediakan lebih banyak.

Berdasarkan perbandingan ketiga indeks ADL yang sudah

dipaparkan diatas, maka dikatakan bahwa Indeks Barthel

memiliki kelebihan yang lebih baik dibandingkan dengan Indeks

lainnya (Indeks Katz dan FIM). Keunggulan dari Indeks Barthel,

adalah: cukup handal, sahih, dan sensitif, pelaksanaan mudah dan

cepat, dan lingkupnya cukup mewakili ADL dasar dan mobilitas

ADL.

e. Evaluasi Activities of Daily Living

Evaluasi ADL dapat dipergunakan untuk :

1) Memberikan gambaran status fungsional

2) Menentukan keterbatasan aktivitas

3) Sebagai dasar penentuan pengobatan

(30)

5) Memberikan panduan untuk laporan pengelolaan data

6) Mengevaluasi program intervensi dan memonitor kemajuan

7) Memonitor waktu dan saat yang tepat untuk lepas rumah

sakit

8) Mengukur keberhasilan rehabilitasi

9) Menyediakan data Evidence Based Practice (EBP) (Fricke, 2010)

3. Fisioterapi

a. Definisi

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan

kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan,

memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur

kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,

peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis),

pelatihan fungsi, komunikasi (Kepmenkes RI No.

1363/MENKES/SK/XII/2001).

b. Tujuan Fisioterapi

Secara garis besar, teknik fisioterapi banyak dipergunakan

untuk mengatasi cedera. Selain untuk mengatasi cedera, pada

anak-anak fisioterapi banyak dipergunakan untuk mengatasi cerebral palsy,

(31)

memerlukan intervensi fisioterapi meliputi gangguan neurologis

paska stroke, gangguan persendian yang dikarenakan cedera maupun

gangguan imunitas. Beberapa kondisi lain yang sering memerlukan

intervensi fisioterapi meliputi nyeri punggung, gangguan otot (strain), gangguan ligamen (sprain) dan asma.

Tujuan terapi pada fisioterapi sangat bervariasi tergantung

oleh jenis cedera ataupun gangguan fisik yang dialami. Fisioterapi

yang dilakukan pada kasus cedera untuk meningkatkan kekuatan otot,

mempercepat proses penyembuhan, mengurangi rasa nyeri serta

mengembalikan mobilitas dan ketahanan kerja otot paska cedera.

Fisioterapi pada gangguan fisik seperti stroke, asma, cerebral palsy

dan sebagainya bertujuan untuk meminimalisir tingkat kesakitan

(morbiditas) dengan jalan memperbaiki respon tubuh terhadap

penyebab gangguan tersebut dengan mempergunakan berbagai teknik

intervensi fisioterapi.

c. Jenis Fisioterapi

Beberapa teknik fisioterapi yang sering dipergunakan meliputi :

1) Exercise therapy (Terapi latihan)

Teknik fisioterapi ini merupakan teknik fisioterapi

yang paling sering dipergunakan terutama pada keadaan

kronis. Pada penggunaannya, jenis, frekuensi, intensitas dan

durasi latihan ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik.

(32)

isotonic, aerobik maupun latihan akuatik. Jenis-jenis latihan ini biasanya bertujuan untuk memperbaiki jangkauan gerak,

meningkatkan kekuatan, koordinasi, ketahanan,

keseimbangan dan postur. Latihan dapat dilakukan secara

aktif dimana penderita mengontrol sendiri gerakannya tanpa

bantuan orang lain ataupun pasif dimana gerakan dilakukan

berdasarkan bantuan dari ahli fisioterapi. Terapi latihan

dapat dilakukan pada fase rehabilitasi berbagai jenis

kelainan seperti stroke, penggantian sendi maupun penuaan.

2) Manipulation/Manual therapy

Berbagai teknik terapi manipulasi dapat dilakukan

untuk menghasilkan gerakan pasif. Teknik ini meliputi

terapi gerak dan massage (pijat). Dewasa ini teknik massage

yang paling sering dipergunakan adalah teknik Sweden,

walaupun demikian, berbagai jenis lain juga mulai sering

dipergunakan meliputi neuro-developmental treatment

untuk mengatasi gangguan neuromuskular serta

akupressure. Manipulation therapy terutama ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas

sendi.

(33)

Thermotherapy merupakan terapi dengan menggunakan suhu panas biasanya dipergunakan dengan

kombinasi dengan modalitas fisioterapi yang lain seperti

exercise dan manual therapy. Udara lembab yang hangat dapat dipergunakan untuk mengurangi kekakuan dan nyeri

otot. Heat therapy dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan kantung

panas (hot packs), handuk hangat, botol air panas, alat

ultrasound, alat infra-red dan bak parafin cair. Terapi ini juga dapat dikombinasikan dengan hydrotherapy karena air yang hangat dapat mengendurkan otot, sendi serta

meningkatkan jangkauan sendi.

4) Coldtherapy (Terapi Dingin)

Aplikasi dingin pada area radang dapat mengurangi

kepekaan syaraf yang pada gilirannya akan mengurangi rasa

nyeri. Metode ini paling sering dipergunakan pada keadaan

akut sebagai bagian dari sistem RICE (Rest-Ice-Compression-Elevation) Metode ini dapat dilakukan dengan mempergunakan es atau sprai vapocoolant.

5) Electrotherapy

Electrotherapy merupakan terapi dengan mempergunakan impuls listrik untuk menstimulasi saraf

(34)

jenis electrotherapy yang sering dipergunakan untuk pengobatan adalah transcutaneous electro nerve stimulation

(TENS). TENS mempergunakan listrik bertegangan rendah

yang disuplai dari suatu alat portable bersumber daya baterai. Dua elektroda pada alat ini dihubungkan pada

bagian yang nyeri sehingga bagian tersebut teraliri impuls

listrik yang akan menjalar pada serabut saraf untuk

mengurangi kepekaan terhadap rangsang nyeri. Alat ini

sering dipergunakan untuk mengatasi nyeri pada tendonitis

dan bursitis. Selain TENS, shortwave diathermy sering juga dipergunakan dalam praktek fisioterapi. Alat ini

mempergunakan arus listrik frekuensi tinggi untuk

meningkatkan suhu pada kulit. Bagian-bagian tubuh yang

besar seperti punggung dan pinggang dapat diterapi dengan

shortwave diathermy karena penetrasi suhu dapat lebih dalam daripada mempergunakan metode terapi panas non-electric.

6) Iontophoresis dan Phonophoresis

Ionthoporesis merupakan usaha memasukkan obat dalam jaringan dengan mempergunakan bantuan arus listrik

(35)

ultrasound. Metode ini sering digunakan untuk menangani nyeri leher, nyeri punggung dan radang sendi.

7) Traksi

Traksi merupakan prosedur koreksi neuro-muskulo-skeletal seperti patah tulang, dislokasi dan kekakuan otot dengan mempergunakan alat yang berfngsi sebagai penarik.

Terapi ini juga sering mempergunakan beban.

B. Kerangka Konsep

C. Hipotesis

Pemberian fisioterapi dapat meningkatkan nilai ADL (Activities of Daily Living) pada pasien low back pain.

Tindakan Fisioterapi

Tingkat ADL pada pasien LBP :

( Naik turun tangga, berjalan jauh, perpindahan posisi, toileting, mandi, perawatan diri, BAB, BAK, makan,

berpakaian)

Usia - Aktivitas fisik Indeks Massa Tubuh

(36)
(37)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasy-experimental (eksperimen semu)

dengan pendekatan “pre and post test control design”. Pengambilan data

menggunakan kuesioner yang mengukur tingkat Activities of Daily Living

(ADL). Menggunakan jenis penelitian quasi eksperimental karena syarat-syarat sebagai penelitian eksperimen tidak cukup memadai, yaitu tidak ada

randomisasi (Notoatmodjo, 2005).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah penderita low back pain yang terdiagnosis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.

2. Sampel

Teknik sampling pada penelitian ini adalah non probability sampling yaitu purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan tidak berdasarkan strata, kelompok, atau acak, tetapi

(38)

a. Kriteria Inklusi

1) Merupakan pasien terdiagnosis LBP non spesifik dengan durasi

>3 bulan, terkonfirmasi pada rekam medis yang terjadwal

menjalani fisioterapi untuk pertama kali (pasien baru).

2) Diindikasikan dan menyetujui menjalani fisioterapi sebagai

bagian dari terapi.

3) Kooperatif dan bersedia menjadi subyek penelitian ini.

b. Kriteria Eksklusi

1) Penderita LBP sedang sakit berat sehingga tidak memungkinkan

untuk melakukan pengambilan data.

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk

penelitian analitik numerik berpasangan (Sopiyudin, 2005).

� = [

Ζ + Ζ S

X − X ]

2

n = besar sampel

Zα = Hipotesis 2 arah, Kesalahan Tipe I yaitu 5% (1.96)

Zβ = Kesalahan Tipe II yaitu 20% (0.84)

S = (Simpang baku gabungan) = 40 (van Exel, 2004)

X1-X2 = Selisih rerata minimal yang dianggap bermakna = 20

(39)

� = [

, 6 + ,

]

� =

, 6 =

2

N ditambah 15% untuk mencegah adanya drop out = 36.

Sampel diambil dari penyaringan populasi berdasarkan kriteria inklusi

dan kriteria eksklusi. Sebelum diwawancarai dan mengisi kuesioner,

sampel yang bersedia menjadi responden mengisi informed consent

terlebih dahulu sebagai persetujuan menjadi responden.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di poli saraf dan ruang fisioterapi Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Gamping.

2) Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan sekitar bulan Oktober 2015-Januari 2016

4. Variabel dan Definisi Operasional

1) Variabel Penelitian

a. Variabel bebas

(Independent)

: Program fisioterapi

b. Variabel

tergantung

(dependent)

(40)

2) Definisi Operasional

a. Program fisioterapi dilaksanakan selama 6 kali pertemuan di

ruang fisioterapi RS PKU Muhammadiyah Gamping. Modalitas

yang digunakan adalah Ultrasound (US), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Micro Wave Diatermy

(MWD). Masing-masing alat dioperasikan oleh fisioterapis

dengan durasi 15 menit per alatnya.

b. Tingkat activities of daily living (ADL)padapenelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner 10 poin indeks Barthel yang

merupakan salah satu instrumen penilaian kemampuan

fungsional seseorang. Melalui indeks Barthel akan diketahui

kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari pasien yang terdiri

dari penilaian fungsi usus, kandung kemih, perawatan diri,

penggunaan toilet, makanan, mobilitas, berpakaian, naik tangga,

dan mandi. Interpretasi dari Indeks Barthel adalah : 91-100 =

mandiri, 61-90 = ketergantungan ringan, 41-60 = ketergantungan

sedang, 21-40 = ketergantungan berat, dan 0-20 = ketergantungan

total (Granger, et al, 1979). Variabel ini diukur dengan skala ordinal.

c. Pasien dengan kasus baru nyeri punggung bawah, yaitu yang

belum pernah mendapatkan program rehabilitasi medik

(41)

telah dinyatakan sembuh dan saat ini mengalami episode keluhan

kembali.

5. Instrumen Penelitian

a. Form data berisi data karakteristik responden

b. Lembar informasi penelitian

c. Informed consent untuk bukti kesediaan menjadi responden

d. Kuesioner Indeks Barthel

6. Cara Pengumpulan Data

1. Tahap pra penelitian

a. Studi pendahuluan dan teori untuk mendapatkan data yang

mendukung penelitian.

b. Persiapan materi dan konsep untuk mendukung jalannya

penelitian.

c. Penyusunan proposal.

2. Tahap persiapan penelitian

a. Penyusunan instrumen penelitian yang akan digunakan.

b. Pengurusan izin penelitian/Ethical Clearance dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

c. Permohonan ijin kepada responden.

3. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian diawali dengan mengumpulkan calon

(42)

menyaring subjek berdasarkan diagnosis dari dokter spesialis saraf

beserta kriteria inklusi-eksklusi. Dilanjutkan mendata calon

responden yang menyetujui menjalani fisioterapi dan yang tidak.

Selanjutnya calon responden dibagikan lembar informasi penelitian

dan informed consent apabila bersedia menjadi subjek penelitian.

Subjek kelompok intervensi dilakukan pengambilan data pretes

melalui kuesioner pada saat menjalani fisioterapi pertama, dan postes

saat menjalani fisioterapi terakhir. Subjek kelompok kontrol

dilakukan pengambilan data pretes saat keluar dari poli saraf, dan

postes melalui telepon. Data karakteristik subjek penelitian diperoleh

melalui rekam medis dan pemeriksaan yang dilakukan di poli.

4. Tahap penyelesaian

Data yang diperoleh akan dianalisis kemudian dibahas untuk

penyusunan karya tulis ilmiah dan dilanjutkan dengan presentasi hasil

penelitian.

C. Analisa Data

Data yang diambil berupa karakteristik responden yang diperoleh dari

rekam medis dan kuesioner, tingkat ADL (Activities of Daily Living) dengan menggunakan kuesioner Indeks Barthel yang telah tervalidasi dan ditranslasi

dalam Bahasa Indonesia. Distribusi data kemudian dilihat normalitasnya

(43)

D. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut Hidayat (2007) terdapat 5 macam, antara lain;

informed consent, anonimity, confidentiality, do not harm, dan fair treatment.

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Fisioterapi terhadap Tingkat ADL

(Activities of Daily Living) pada Pasien Low Back Pain memperhatikan

beberapa hal yang menyangkut etika penelitian sebagai berikut :

1. Informed consent, yaitu peneliti memberikan lembar permohonan menjadi responden dan persetujuan menjadi responden pada calon

responden. Jika responden menolak, maka peneliti tidak akan

mekmaksakan dan menghormati hak responden.

2. Anonimity, maksudnya nama responden hanya diketahui oleh peneliti. pada publikasi juga tidak dicantumkan nama responden melainkan

menggunakan kode angka.

3. Confidentiality, yaitu data atau informasi yang didapat selama penelitian akan dijaga kerahasiaannya dan hanya peneliti yang dapat

melihat data tersebut.

4. Do not harm, yaitu meminimalkan kerugian dan memaksimalkan manfaat penelitian yang timbul pada penelitian ini.

(44)
(45)

33

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang fisioterapi RS PKU

Muhammadiyah Gamping. Subjek penelitian adalah pasien rawat jalan low back pain yang memenuhi kriteria inklusi-eksklusi. Subjek bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan memberikan informasi lengkap

untuk kelengkapan kuesioner. Sebanyak 72 pasien low back pain bersedia menjadi subjek penelitian ini.

Hal yang dinilai pada penelitian ini adalah pengaruh pemberian

fisioterapi terhadap tingkat Activities of Daily Living (ADL) pada pasien rawat jalan low back pain di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping. Pengukuran skor ADL diambil menggunakan kuesioner Indeks Barthel

yang merupakan salah satu instrumen penilaian outcome penderita penyakit neuromuskuloskeletal untuk melihat kemampuan melakukan aktivitas

sehari-hari. Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan yang dapat membantu

peneliti melihat kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari pasien serta

tingkat kemandirian pasien.. Berikut ini adalah tabel karateristik responden

(46)

berdasarkan usia, jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh (IMT) riwayat

pendidikan, pekerjaan, dan durasi menderita low back pain.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, riwayat pendidikan, pekerjaan, BMI, durasi menderita penyakit.

(47)

Pada tabel 4.1, diketahui jumlah sampel pasien LBP terbanyak berasal dari

rentang usia 50-59 tahun (35,4%). Dilihat dari jenis kelamin mayoritas

subjek penelitian ini adalah wanita (52,8%). Sedangkan dari aspek lamanya

subjek penelitian menderita LBP, mayoritas berasal dari yang menderita

antara 7-12 bulan, sebanyak 33 pasien (45,8%).

Hasil analisis statistik terhadap karakteristik subjek penelitian menunjukkan

bahwa dari data karakteristik responden, tidak terdapat hubungan yang

bermakna dengan status ADL yang rendah/ketergantungan, berdasarkan

(48)

2. Distribusi Frekuensi Tingkat ADL Pretes dan Postes pada Kelompok

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi, hasil pretes yang

menunjukkan nilai ADL mandiri sejumlah 3 orang (8,3%). Pada hasil postesnya

menunjukkan peningkatan jumlah pasien yang berada di tingkat Mandiri berjumlah

23 orang (63,9%). Sedangkan pada kelompok kontrol, hasil pretes yang

menunjukkan nilai ADL mandiri berjumlah 3 orang (8,3%), dan pada postes

(49)

3. Pengaruh Fisioterapi terhadap Tingkat ADL

Berikut adalah hasil analisis statistik mengenai pengaruh fisioterapi

terhadap tingkat ADL pada pasien low back pain.

Tabel 4.3 Hasil uji statistik Wilcoxon dan Mann-Whitney untuk pengaruh fisioterapi terhadap tingkat ADL pasien low back pain kelompok intervensi dan kontrol.

Berdasarkan Tabel 4.2 ditunjukkan bahwa pada penelitian ini tidak

didapatkan perbedaan signifikan (p>0,05) antara nilai pretest tingkat ADL kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hal tersebut menunjukkan

bahwa perbaikan nilai mean tingkat ADL tidak diakibatkan oleh karakteristik awal responden tetapi diakibatkan oleh perlakuan yang

diberikan peneliti.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa peningkatan nilai ADL secara

signifikan (p<0,05) pada kelompok yang mendapatkan intervensi

fisioterapi. Pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan fisioterapi, juga

terjadi peningkatan nilai ADL tetapi tidak signifikan secara statistik

(p>0,05). Data nilai Δ (delta) antara kedua kelompok setelah diolah

No. Pengujian Kelompok p-value

Intervensi Kontrol

1. Pretest

Mean ± SD 86,67 ± 6,16 86,25 ± 6,25 0,726

2. Posttest

Mean ± SD 93,05 ± 4,35 87,08 ± 6,40 0,001

p-value 0,001 0,183

(50)

menunjukkan bahwa peningkatan nilai ADL pada kelompok intervensi

dibandingkan kelompok kontrol signifikan secara statistik (p<0,05).

B.Pembahasan

Persebaran subjek penelitian ini, diketahui jumlah sampel pasien LBP

terbanyak berasal dari rentang usia 50-59 tahun (35,4%). Pertambahan umur

seseorang akan disertai dengan penurunan kapasitas fisik dan kemampuan

fungsional. Salah satu gejala proses penuaan adalah terjadinya degenerasi

tulang dan penuaan otot, yang dapat meningkatkan risiko nyeri punggung

bawah. Hal ini terjadi pada saat seseorang berusia 40 tahun ke atas, sehingga

kemampuan kerjanya menurun (Pratiwi, 2009). Indeks Massa Tubuh (IMT)

pada beberapa penelitian lain menunjukkan ada hubungan yang kuat dengan

kejadian LBP. Penelitian Donna (2011), mengungkapkan bahwa setiap

kenaikan 5 kg BB akan menaikkan intensitas nyeri 19%. Dilihat dari jenis

kelamin mayoritas subjek penelitian ini adalah wanita (52,8%). Menurut

Lestari (2012) tidak ada perbedaan signifikan antara kejadian LBP pada pria

dan wanita karena tidak ada kecenderungan kenaikan IMT pada salah satu jenis

kelamin. Berbeda dengan pendapat Tarwaka (2004) bahwa wanita akan lebih

rentan terkena LBP dengan rasio 3:1 dibanding pria, hal ini karena kekutan otot

wanita lebih lemah. Sedangkan dari aspek lamanya subjek penelitian menderita

LBP, mayoritas berasal dari yang menderita antara 7-12 bulan, sebanyak 33

(51)

semakin lama durasi menderita suatu nyeri dan semakin banyak jumlah titik

nyeri akan semakin menurunkan tingkat kemandirian ADL.

Pada penelitian ini mayoritas penderita LBP adalah dari kalangan IRT dan

Pensiunan sejumlah 35 orang (48,2%). Menurut Suherman (2009), yang

menjadi faktor resiko meningkatnya kejadian LBP adalah posisi kerja yang

statis seperti terlalu banyak duduk atau terlalu lama berdiri. Posisi duduk yang

tidak tepat juga meningkatkan resiko terjadinya LBP, dan bertambah apabila

banyak getaran saat duduk lama, seperti pada pekerjaan supir kendaraan

(Rahmat, 2009).

Peneilitian ini menunjukkan bahwa pemberian fisioterapi yang dilakukan pada

kelompok intervensi dapat meningkatkan skor ADL secara signifikan dan

dengan selisih yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol/tanpa

diberi fisioterapi. Penelitian ini menggunakan kuesioner Barthel Index yang

pada umumnya digunakan untuk menilai outcome dari pasien. Berdasarkan

penelitian serupa yang berjudul “Effect of pre-operative physiotherapy in patients with end-stage osteoarthritis undergoing hip arthroplasty”,

menunjukkan bahwa fisioterapi yang dilakukan pada penelitian tersebut, yaitu

TENS dan exercise dengan frekuensi 5x/minggu dalam 1 bulan,

mengakibatkan peningkatan yang signifikan terhadap kualitas hidup yang

diukur dengan Barthel Index (Ferrara, 2008). Sedangkan pada penelitian yang

lain, disebutkan bahwa pada pasien low back pain miogenik, fisioterapi secara signifikan menurunkan derajat nyeri dan meningkatkan nilai aktivitas

(52)

Pada kelompok kontrol, terapi yang dilakukan adalah secara

farmakologi/obat-obatan. Pilihan obat yang diberikan adalah kombinasi dari analgesik, vitamin

B complex dan jenis muscle relaxant. Hasil dari penilaian pretest dan postest selama 1 bulan pengobatan terdapat angka kenaikan tingkat ADL. Pasien

diberikan obat-obatan untuk rawat jalan dan diedukasi cara untuk mencegah

kambuhnya rasa sakit, seperti menghindari aktivitas fisik yang terlalu berat,

dan penggunaan korset untuk menjaga postur punggung. Tingkat kepatuhan

pasien untuk datang menjalani fisioterapi sangat berpengaruh pada tingkat

perbaikan gejala, karena pasien dianjurkan menjalani fisioterapi minimal

seminggu sekali/sesuai yang dijadwalkan agar mendapat efek terapi maksimal.

Faktor yang mempengaruhi keefektifan terapi farmakologi dari pasien LBP

adalah jenis obat dan dosis yang dikonsumsi, dan kontrol aktivitas sehari-hari

pasien (Chou & Huffman, 2007). Kendala yang sering dijumpai adalah pasien

masih sering lupa untuk tidak beraktivitas terlalu berat karena harus melakukan

rutinitas seperti bekerja atau mengangkat benda-benda berat. Persepsi pasien

untuk meminum obat saat nyeri sudah terasa berat juga menjadi faktor yang

menyebabkan rekurensi gejala nyeri pada pasien LBP (Atlas & Deyo, 2001).

Pada kelompok intervensi, subjek penelitian mendapatkan intervensi

fisioterapi dan obat-obatan rawat jalan. Berdasarkan hasil penelitian, terbukti

pemberian 3 modalitas fisioterapi yang terdiri dari MWD, US dan TENS dapat

memberikan perbaikan rasa nyeri sehingga meningkatkan kemampuan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Konsep kerja MWD adalah dengan

(53)

jaringan/organ target. MWD memancarkan gelombang pada frekuensi 2,45

GHz dan panjang gelombang maksimal 12,25 cm, sehingga efektif untuk

digunakan pada jaringan yang dangkal/superfisial. Penggunaannya dengan

meletakkan pemancar mendekati area tubuh yang sakit pada jarak <10 cm.

Kontraindikasi dari penggunaan MWD adalah penggunaan lempeng/logam

yang tertanam pada tubuh, terdapat iskemik pada jaringan tubuh,

infeksi/peradangan akut, kehamilan, menstruasi, dan pada pasien yang tidak

dapat berkomunikasi dengan baik, karena rasa panas yang dihasilkan pada

setiap pemakai alat ini berbeda-beda sehingga harus diatur senyaman mungkin

bagi pemakai. Ultrasound juga merupakan salah satu alat yang memiliki

konsep kerja seperti diatermi. Alat US memancarkan gelombang suara pada

frekuensi 1 atau 3 MHz dengan jarak penyerapan pada kisaran 2-5 cm. Cara

penggunaannya yaitu dengan dibantu oleh fisioterapis untuk memijatkan

tranduser pada area kulit yang sebelumnya telah diolesi gel sebagai transmitor

gelombang. Kontraindikasi dari US sama dengan MWD karena cara kerja alat

yang mirip. Cara kerja dari TENS yaitu dengan mengalirkan impuls listrik pada

arus lemah melalui logam terbungkus yang ditempelkan pada area kulit yang

sakit. Mekanisme pengurangan rasa sakit dengan memanfaatkan aliran listrik

tersebut memblok pain pathway signal, sehnigga otak tidak menerima impuls nyeri atau biasa dikenal sebagai teori “gate control”. Teori lain juga

menyebutkan pada aliran arus yang lebih lemah, impuls yang dialirkan TENS

(54)

Prosedur penggunaan alat-alat tadi digunakan masing-masing selama 10-20

(55)

43

A.Kesimpulan

1. Gambaran tingkat ADL (Activities of Daily Living) pada pasien low back pain di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping berdasar subjek penelitian adalah 66 pasien tergolong dalam ketergantungan

(ADL≤90) dan 6 orang tergolong mandiri (ADL>90).

2. Terdapat pengaruh dari pemberian fisioterapi yaitu meningkatnya

tingkat ADL pada pasien LBP di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

B. Saran

1. Saran untuk masyarakat

Saran untuk masyarakat luas adalah untuk selalu menjaga kesehatan

secara umum, agar terhindar dari resiko terkena penyakit low back pain. Untuk pasien low back pain saran dari peneliti adalah untuk selalu patuh instruksi dari dokter, dan mempertimbangkan fisioterapi sebagai salah

(56)

2. Saran untuk penyedia layanan kesehatan

Saran untuk penyedia layanan kesehatan adalah untuk memperbaiki

fasilitas seperti penyediaan peralatan dan tenaga fisioterapi yang

memadai. Juga memperbaiki sistem penjadwalan bagi pasien sebagai

peningkatan mutu pelayanan untuk pasien.

3. Saran untuk peneliti selanjutnya

Saran untuk peneliti selanjutnya adalah lebih menyempurnakan lagi

penelitian ini dengan memperhatikan/mengontrol variabel-variabel lain

agar hasil penelitiannya lebih baik sehingga dapat diterapkan pada

(57)

45

DAFTAR PUSTAKA

Ariska, I. (2014). Penatalaksanaan Shortwave Diathermy (Swd), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (Tens) Dan Terapi Latihan William Flexion Exercise Pada Kasus Low Back Pain Miogenik Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Atlas, S. J., & Deyo, R. A. (2001). Evaluating and Managing Acute Low Back Pain in the Primary Care Setting. Journal of General Internal Medicine, 16(2), 120–131. Retrieved from http://doi.org/10.1111/j.1525-1497.2001.91141.x

Bare, B. G., & Smeltzer, S. C. (2005). Brunner & Suddarth's : Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia: Lippinicott.

Cherkin, D., Sherman, K., Deyo, R., & Shekelle, P. (2001). Randomized trial comparing traditional Chinese medical acupuncture, therapeutic massage, and self-care education for chronic low back pain. Arch Intern Med, 161, 1081-1088.

Chou, R., & Huffman, L. H. (2007). Medications for Acute and Chronic Low Back Pain: A Review of the Evidence for an American Pain Society/American College of Physicians Clinical Practice Guideline. Annals of Internal Medicine.

Deyo, R. A., & Weinstein, J. N. (2001). Low Back Pain. New England Journal of Medicine, 344;363-370.

Ferrara, P. E. (2008). Effect of pre-operative physiotherapy in patients with end-stage osteoarthritis undergoing hip arthroplasty. Clinical Rehabilitation, 977-86.

Fricke, J. (2010). Activities of Daily Living. International Encyclopedia of Rehabilitation.

Ginsberg, L. (2011). Lecture Notes: Neurology. Jakarta: Erlangga Medical Series. Hanafiah, M. J., & Amir, A. (2008). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.

Jakarta: EGC.

(58)

Hardywinoto, & Setiabudi. (2005). Panduan Gerontologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Johannes, C. (2010). The prevalence of chronic pain in United States adults: results of an Internet-based survey. The Journal of Pain : American Pain Society, 1230-1239.

Katz, S. (1983). Assessing self-maintenance: Activities of Daily Living, Mobility, and Instrumental Activities of Daily Living. Journal of The American Geriatrics Society, 721-727.

Kuntono, H. P. (2005). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Osteoarthritis.

Kediri: Temu Ilmiah IFI.

Meliala, L., & Pinzon, R. (2004). Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah. Pain Symposium: Towards Mechanism Based Treatment.

Yogyakarta.

Naidoo, V., Mudzi, W., Ntsiea, V., & Becker, P. (2012). Physiotherapy Modalities used in the Management of Chronic Low Back Pain. SA Journal of Physiotherapy, 8 (1).

Nelemans, P., Staal, J., & Bie, R. d. (2013). Spinal Injection Therapy for Low Back Pain. JAMA, 2439-2440.

O Airaksinen, J. B. (2006). European guidelines for the management of chronic nonspecific low back pain. Euro Spine Journal.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Robert. (1999). Enhancing Medication Compliance for People.

http://www.drh.state.ga.us.ep/pdf/tb.guide.pdf.

Rovenský, J. (2009). Barthel's Index. In J. P. Jozef Rovenský, Dictionary of Rheumatology (p. 23). Vienna: Springer-Vienna.

Sadeli, H., & Tjahjono, B. (2001). Nyeri Punggung Bawah. In M. L, S. A, P. JS, & S. HA, Nyeri Neuropatik, Patofisiologi, dan Penatalaksanaan (pp. 145-167). PERDOSSI.

(59)

Setyohadi, B. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sidharta, P. (2004). Neurologi Klinis dalam Praktek Umum (cetakan ke 5). Jakarta: PT Dian Rakyat.

Sinarki, M., & Mokri, M. (1996). LBP and Disorder of the Lumbar Spine. In B. RL,

Physical Medicine and Rehabilitation (p. 196). Philadelphia: Saunders Company.

Snell, R. S. (2005). Clinical Neuroanatomy (7th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Sugiarto. (2005). Penilaian Keseimbangan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia di Panti Wredha Pelkris Elim Semarang dengan Menggunakan Berg Balance Scale dan Indeks Barthel. Undip.

Suharso, H. (1996). Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah di Poliklinik Penyakit Saraf RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Makalah Pertemuan Regional Neurologi II.

Sunarto. (2005). Latihan Pada Penderita Nyeri Punggung Bawah : Edisi 3. Jakarta: Medika Jelita.

Tamher, S., & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tiaranita, L. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Low Back Pain et causa Hernia Nucleus Pulposus L5-S1 dengan Modalitas Microwave Diathermy dan Terapi Latihan di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Surakarta. van Exel, e. a. (2004). Assessment of post-stroke quality of life in cost-effectiveness

studies : the usefulness of the Barthel Index. Qual Life Res, 427-433. Widiyanti, e. a. (2012). Hubungan Sikap Tubuh saat Mengangkat dan

(60)
(61)
(62)
(63)

Lampiran 4. Lembar Informasi Penelitian

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

Saya, Ragabi Reza Nektara dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK), Jurusan Pendidikan Dokter, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta akan

melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Fisioterapi terhadap Tingkat ADL

(Activities of Daily Living) pada Pasien Low Back Pain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fisioterapi dengan activities of daily living yang nantinya bisa digunakan untuk meningkatkan kesehatan pasien Low Back Pain agar dapat ditangani lebih baik kedepannya.

Saya meminta dengan hormat kepada Bapak/Ibu sebagai responden dalam

penelitian ini. Jika Bapak/Ibu memutuskan untuk ikut serta dalam penelitian ini,

saya akan menjelaskan mengenai penelitian ini.

A. Kesukarelaan Untuk Ikut Penelitian

Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada

paksaan. Apabila Anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda bebas

untuk mengundurkan diri atau berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai

denda ataupun sanksi apapun.

B. Prosedur Penelitian

Apabila Anda bersedia bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini,

Anda diminta menandatangani lembar persetujuan. Selanjutnya, Anda

akan diwawancarai oleh peneliti untuk mengetahui data-data yang

(64)

C. Kewajiban Subjek Penelitian

Sebagai subjek penelitian, Bapak/Ibu berkewajiban mengikuti aturan

atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang

belum jelas, Bapak/Ibu bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti.

D. Kerahasiaan

Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjekpenelitian akan

dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian

akan dipublikasikan tanpa mencantumkan identitas subjek penelitian.

E. Informasi Tambahan

Bapak/Ibu diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum

jelas sehubungan dengan penelitian ini. Apabila Bapak/Ibu

membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Bapak/Ibu dapat menghubungi

saya (Ragabi) pada nomor HP 085640290022

Terimakasih Atas Kerjasama Bapak/Ibu.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, riwayat pendidikan, pekerjaan, BMI, durasi menderita penyakit
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat ADL pretes dan postes pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Tabel 4.fisioterapi terhadap tingkat ADL pasien 3 Hasil uji statistik Wilcoxon dan Mann-Whitney untuk pengaruh low back pain kelompok intervensi dan kontrol
Tabel 1. Hasil uji statistik Wilcoxon dan Mann-Whitney untuk pengaruh fisioterapi terhadap tingkat ADL pasien low back pain kelompok intervensi dan kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ilmiah yang berjudul “Penatalaksanaan fisioterapi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi dengan judul “Peran

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang

Puji syukur kehadirat Allat SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia –Nya sehingga penyusunan Karya tulis ilmiah yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah berjudul

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul