GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA
SMA NEGERI 6 MEDAN TENTANG OBESITAS
Oleh:
Nazlina Durman
070100445
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA
SMA NEGERI 6 MEDAN TENTANG OBESITAS
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
Nazlina Durman
070100445
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja SMA
Negeri 6, Medan tentang Obesitas
Nama
: Nazlina Durman
Nim
: 070100445
Pembimbing
______________________ dr. Juliandi Harahap, MA
Penguji I
__________________________ dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D
Penguji II
___________________________ dr. Almaycano Ginting, M.Kes
Dekan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,
ABSTRAK
Pendahuluan. Obesitas adalah suatu keadaan sakit yang ditandai oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam jaringan lemak di bawah kulit. Kini di dunia telah ada 1.6 biliar berusia 15 tahun dan ke atas mempunyai berat badan yang berlebihan. Di Medan sendiri pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) adalah 3,1% mengalami obes. Anak yang obes mereka lebih cenderung untuk menjadi obes pada masa dewasa kelak dan berpotensi mengidap berbagai penyakit seperti diabetes melitus, penyakit jantung dan hipertensi. Selain itu, obesitas pada anak juga berpengaruh terhadap psikologisnya. Stress psikologis ini bisa menyebabkan anak itu tidak percaya diri dan mengganggu prestasi akademik serta penurunan fungsi sosial pada masa depan. Hal ini mungkin dapat dielakkan jika remaja memiliki pengetahuan baik tentang obesitas.
Metode. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja SMA Negeri 6, Medan tentang obesitas. Pengetahuan remaja itu, meliputi penyebab, pencegahan dan cara pencegahan obesitas. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dan dengan menggunakan kuesioner yang mengandungi 15 soal. Jumlah sampel adalah sebanyak 100 orang dengan tingkat ketepatan relatif sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel secara acak stratifikasi (stratified random sampling). Analisis data dilakukan dengan menggunakan software Statistic Package for Social Science (SPSS).
Hasil. Dari jumlah sampel sebanyak 100 orang itu, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja terhadap obesitas dalam kategori baik yaitu sebesar 54%, dan kategori sedang sebesar 46%.
Diskusi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja SMA Negeri 6, Medan berada pada kategori baik. Masukan kepada kepala SMA Negeri 6 adalah supaya topik obesitas diajarkan dikelas.
ABSTRACT
Introduction. Obesity is a condition which caused by excess fat that found under the
skin. Today, there is about 1.6 million people age between 15 and above who is overweight. At Medan the percentage of high school student that suffer from obesity is about 3.1%. A child who is obese during his childhood has higher risk to be an obese in adulthood. Further more, as he grows older, this child is exposed to all kinds of illness such as diabetes mellitus, heart disease and hypertension. Meanwhile, psychologically it will effect badly to children’s self-esteem, academic and social function in the future. These problems can be avoided if they were educated well in the matter.
Methods. The aim of this research is to know about the knowledge of teenagers in
SMA Negeri 6, Medan about obesity. The knowledge is included the definition, prevention and complication of obesity. This is a descriptive research which is using cross sectional design of approach. It used a questionnaire that contains 15 questions about obesity. The amount of samples is 100 students that were obtained using stratified random sampling technique. Then all data were analyzed using Statistic Package for Social Sciences (SPSS) software.
Result. With total samples is 100, the result is 54% teenagers in the category of good
knowledge while 46% is in the category of moderate knowledge.
Discussions. From the result, we can conclude that the teenagers of SMA Negeri 6
Medan knowledge about obesity is good. Obesity matters teach in school is recommended.
Key words: Knowledge, teenagers, obesity
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadrat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan kurnia-Nya sehingga penulis dapat menulis hasil Karya Tulisan Ilmiah dengan
judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6 Medan Tentang
Obesitas”.
Berkat bantuan dari berbagai pihak, saya dapat menulis hasil Karya Tulisan
Ilmiah ini, untuk itu perkenanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Juliandi Harahap, M. A. selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Karya
Tulisan Ilmiah yang telah banyak mengajar dan memberi bimbingan dalam
penulisan hasil penelitian ini.
2. Keluargaku tercinta yang telah memberi dukungan dan doa yang tiada henti
selama menulis hasil Karya Tulisan Ilmiah ini.
3. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
4. Pihak SMA Negeri 6, Medan yang memberi kerjasama sepanjang penelitian
ini.
5. Semua pihak yang mendukung, membantu dan mendoakan sepanjang
penulisan hasil ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunannya, untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang dapat membangun kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang terlibat.
Penang, 24. 11. 2010;
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN………...……… iii
ABSTRAK………... iv
ABSTRACT……… v
KATA PENGANTAR……… vi
DAFTAR ISI……….. vii
DAFTAR TABEL……….……. x
DAFTAR GAMBAR………. xi
DAFTAR LAMPIRAN………. xii
BAB 1 PENDAHULUAN………. 1
1.1. Latar Belakang………... 1
1.2. Rumusan Masalah………... 4
1.3. Tujuan Penelitian………... 4
1.4. Manfaat Penelitian………... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5
2.1. Definisi ………... 5
2.1.1. Pengetahuan ………... 5
2.1.2. Anak ………... 5
2.1.3. Remaja ……….. 5
2.2. Obesitas ………... 6
2.2.1. Definisi ………... 6
2.2.2. Epidemiologi ………... 7
2.2.3. Etiologi ………. 7
2.2.5. Komplikasi ………. 11
2.2.6. Terapi ..………...………. 12
2.2.7. Pencegahan ……….. 12
2.3. Gizi Seimbang ……… ………. 13
2.4. Aktivitas Fisik ………... 18
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……... 22
3.1. Kerangka Konsep………... 22
3.2. Defenisi Operasional………... 22
BAB 4 METODE PENELITIAN………... 24
4.1. Jenis Penelitian ……….... 24
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ………. 24
4.3. Populasi dan Sampel ……….. 24
4.4. Teknik Pengumpulan Data ………. 25
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ………. 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 29
5.1. Hasil Penelitian………. 29
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………... 29
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden………... 30
5.1.3 Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Obesitas………... 32
5.2. Pembahasan... 36
5.2.1. Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6 Medan tentang Obesitas... 36
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 39
6.1. Kesimpulan………... 39
6.2. Saran………... 39
DAFTAR PUSTAKA………... 41
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Interpretasi IMT 11
2.2 Klasifikasi Aktivitas Fisik 18
4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap
Pertanyaan
27
5.1 Jumlah Pelajar di SMA Negeri 6 2010 29
5.2 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis
Kelamin
30
5.3 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur 31
5.4 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Kelamin 31
5.5 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Tingkta
Pendidikan
32
5.6 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan
Kelompok IMT
32
5.7 Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6, Medan tentang
Obesitas
33
5.8 Penyataan tentang Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6
tentang Obesitas
34
5.9 Pengetahuan Responden mengikut Definisi, Penyebab,
Komplikasi dan Pencegahan Obesitas
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup 44
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian 45
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian 48
ABSTRAK
Pendahuluan. Obesitas adalah suatu keadaan sakit yang ditandai oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam jaringan lemak di bawah kulit. Kini di dunia telah ada 1.6 biliar berusia 15 tahun dan ke atas mempunyai berat badan yang berlebihan. Di Medan sendiri pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) adalah 3,1% mengalami obes. Anak yang obes mereka lebih cenderung untuk menjadi obes pada masa dewasa kelak dan berpotensi mengidap berbagai penyakit seperti diabetes melitus, penyakit jantung dan hipertensi. Selain itu, obesitas pada anak juga berpengaruh terhadap psikologisnya. Stress psikologis ini bisa menyebabkan anak itu tidak percaya diri dan mengganggu prestasi akademik serta penurunan fungsi sosial pada masa depan. Hal ini mungkin dapat dielakkan jika remaja memiliki pengetahuan baik tentang obesitas.
Metode. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja SMA Negeri 6, Medan tentang obesitas. Pengetahuan remaja itu, meliputi penyebab, pencegahan dan cara pencegahan obesitas. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dan dengan menggunakan kuesioner yang mengandungi 15 soal. Jumlah sampel adalah sebanyak 100 orang dengan tingkat ketepatan relatif sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel secara acak stratifikasi (stratified random sampling). Analisis data dilakukan dengan menggunakan software Statistic Package for Social Science (SPSS).
Hasil. Dari jumlah sampel sebanyak 100 orang itu, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja terhadap obesitas dalam kategori baik yaitu sebesar 54%, dan kategori sedang sebesar 46%.
Diskusi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja SMA Negeri 6, Medan berada pada kategori baik. Masukan kepada kepala SMA Negeri 6 adalah supaya topik obesitas diajarkan dikelas.
ABSTRACT
Introduction. Obesity is a condition which caused by excess fat that found under the
skin. Today, there is about 1.6 million people age between 15 and above who is overweight. At Medan the percentage of high school student that suffer from obesity is about 3.1%. A child who is obese during his childhood has higher risk to be an obese in adulthood. Further more, as he grows older, this child is exposed to all kinds of illness such as diabetes mellitus, heart disease and hypertension. Meanwhile, psychologically it will effect badly to children’s self-esteem, academic and social function in the future. These problems can be avoided if they were educated well in the matter.
Methods. The aim of this research is to know about the knowledge of teenagers in
SMA Negeri 6, Medan about obesity. The knowledge is included the definition, prevention and complication of obesity. This is a descriptive research which is using cross sectional design of approach. It used a questionnaire that contains 15 questions about obesity. The amount of samples is 100 students that were obtained using stratified random sampling technique. Then all data were analyzed using Statistic Package for Social Sciences (SPSS) software.
Result. With total samples is 100, the result is 54% teenagers in the category of good
knowledge while 46% is in the category of moderate knowledge.
Discussions. From the result, we can conclude that the teenagers of SMA Negeri 6
Medan knowledge about obesity is good. Obesity matters teach in school is recommended.
Key words: Knowledge, teenagers, obesity
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Gracey (1995) dalam Hadi, H. (2005), jika gizi kurang banyak
dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka gizi lebih dan obesitas
dianggap sebagai sinyal pertama dari muncul kelompok penyakit-penyakit non
infeksi (Non Communicable Diseases) yang sekarang ini banyak terjadi di
negara-negara maju maupun negara-negara-negara-negara sedang berkembang. Fenomena ini sering diberi
nama New World Syndrome atau Sindroma Dunia Baru. Meledaknya kejadian
obesitas di Indonesia akan mendatangkan masalah yang mempunyai
konsekuensi-konsekuensi serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang
kesehatan (Hadi, H., 2005).
Secara global pada tahun 2005, telah ada sekitar 1.6 biliar orang dewasa
berusia 15 tahun dan ke atas mempunyai berat badan yang berlebihan (overweight)
dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) 25-29.9 dan sekurang-kurangnya 400 miliar orang
dewasa adalah obes dengan IMT > 30.0. Ramalan jangka panjang World Health
Organization (WHO), pada tahun 2015 angka tersebut akan meningkat menjadi 2.3 biliar orang dewasa yang mempunyai berat badan berlebihan dan lebih 700 miliar
akan mengalami obesitas (WHO, 2006).
Menurut Inoue (2000) dalam Hadi, H. (2005), prevalensi overweight dan
obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia-Pasifik. sebagai contoh, 20,5% dari
penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obes. Di Thailand,
16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obes. Di daerah
perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12% pada laki-laki dan 14,4% pada
perempuan, sedang di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan
perempuan masing-masing adalah 5,3% dan 9,8%.
Di Indonesia sendiri prevalensi obesitas mengalami peningkatan yang
(SUSENAS) tahun 2004 dalam Manurung, N. K. (2009), prevalensi obesitas pada
anak telah mencapai 11%. Berdasarkan beberapa survei di beberapa kota besar
menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja cukup tinggi.
Menurut Ismail (1999) dalam Manurung, N. K. (2009), anak sekolah dasar (SD) di
daerah di Denpasar prevalensinya mencapai 15,8%, sedangkan di daerah Yogyakarta
mencapai prevalensi 9,7%. Menurut Hadi, H. (2005), kejadian obesitas pada anak
remaja siswa atau siswi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Yogyakarta
yang terdapat diperkotaan prevalensinya mencapai 7,8%, sedangkan pada anak
remaja di perdesaan yang mengalami obesitas yaitu 2%.
Sementara itu, menurut Andra (2007) dalam Marpaung, L. (2009) dari RS
Cipto Mangunkusumo yang melakukan penelitian pada anak-anak sekolah dasar di 10
kota besar Indonesia periode 2002-2005 dengan metode acak, hasil yang diperoleh
ternyata prevalensi kegemukan pada anak-anak usia sekolah dasar tertinggi ada di
Jakarta (25%), kedua Semarang (24,3%), dan Medan menempati posisi ketiga
(17,75%). Maka, obesitas pada anak merupakan masalah yang cukup
mengkhwatirkan di Indonesia khususnya kota Medan sebagai tempat ketiga. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas cukup tinggi di kalangan pelajar
SMU RK Tri Sakti Medan, mencapai 10,4% (Manurung, N. K., 2009). Prevalensi
yang mengalami kegemukan di Medan pada tingkat sekolah menengah atas (SMA)
adalah 3,1% dan di Jakarta 7,1% (Adiningrum, 2008).
Menurut Lew & Garfinkel (1979) dalam Hadi, H. (2005), orang yang
mempunyai berat badan 40% lebih berat dari berat badan rata-rata populasi
mempunyai risiko kematian 2 kali lebih besar dibanding dengan berat badan rata-rata.
Menurut WHO (2006), obesitas pada anak-anak mempunyai hubungan
dengan peningkatan resiko motalitas dan mobilitas pada masa dewasa. Menurut
Anonim (2007) dalam Marpaung, L. (2009), obesitas pada anak berpotensi
menimbulkan penyakit jantung koroner, diabetes, darah tinggi, ginjal, mudah lelah,
Apabila anak atau remaja mengalami kegemukkan, mereka lebih cenderung
untuk menjadi obes pada masa dewasa kelak. Walaupun pengaruh onset overweight
pada usia anak adalah hanya 25%, mereka mempunyai tingkatan keparahan obesitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan menjadi obes pada usia dewasa (Wechsler,
McKenna, Lee dan Dietz, 2004).
Selain berpotensi menimbulkan berbagai penyakit, obesitas pada anak juga
berpengaruh terhadap psikologisnya. Anak yang kurang disenangi dalam pergaulan
akan menarik diri. Stress psikologis ini bisa menyebabkan anak itu tidak percaya diri
dan mengganggu prestasi akademik serta penurunan fungsi sosial pada masa depan
(Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2009).
Anak sekolah merupakan masa depan bangsa, maka adalah perlu bagi kita
untuk melindungi mereka daripada masalah kesehatan. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, Pasal 136 mengenai kesehatan remaja
yaitu, upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan
menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi. Oleh
itu, perlu dilakukan penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan remaja
mengenai obesitas di Medan ini sebagai informasi kepada pihak pemerintah
gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang obesitas. Hal ini adalah bagi merangka
1.2. Rumusan Masalah
1) Setinggi mana pengetahuan remaja sekolah SMA Negeri 6, Medan
tentang obesitas?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja SMA Negeri 6, Medan
tentang obesitas.
1.3.2. Tujuan Khusus
Mengetahui tingkat pengetahuan remaja SMA itu tentang obesitas meliputi
definisi, penyebab, pencegahan dan cara pencegahan obesitas.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat-manfaat penenelitian ini adalah:
1) Sebagai informasi bagi penulis dalam meningkatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan tentang obesitas, khususnya obesitas
terhadap anak remaja.
2) Sebagai dasar informasi bagi pihak sekolah dalam melakukan upaya
promotif dan preventif terhadap kejadian obesitas.
3) Sebagai bahan informasi bagi remaja dalam memahami kejadian
obesitas, faktor-faktor yang mempengaruhinya dan bahayanya obesitas.
4) Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan dalam program
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi
2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan rasa.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pengetahuan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui;
kepandaian (Octavia, C., 2009).
Definisi lain dari pengetahuan, menurut Bakhtiar (2004) dalam Chandra, Y.
(2009), pengetahuan adalah semua milik atau isi pikiran. Menurut Suhartono (2005)
dalam Octavia, C. (2009), pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
2.1.2 Anak
Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2009, definisi anak pada pasal 1
disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan seorang anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Gugus Tugas,
2009).
2.1.3 Remaja
Menurut DeBrun dalam (Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode
pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Menurut Papalia dan
kanak-kanak dan masa dewasa yang umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan
berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams
& Gullota, masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun (Gunarsa, S. D.,
1990).
2.2. Obesitas
2.2.1 Definisi Obesitas
Pengertian obesitas adalah suatu kondisi yang mana kelebihan masa jaringan
adiposa. Biasanya pengukuran obesitas tidak langsung dari jumlah adiposanya tetapi
dari indek massa tubuh (IMT), yaitu sama dengan berat badan/ tinggi badan2 (kg/
m2). (Kasper, Braunwald, Fauci, Hause, Longo, Jameson, 2005).
Maksud obesitas adalah pengumpulan lemak yang berlebihan dalam tubuh.
Obesitas dan kelebihan berat badan dinilai melalui pengukuran IMT. Obesitas dikenal
apabila IMT seseorang itu mencapai atau melebihi 30.0 (Beers, 2003). Bagi orang
asia obesitas terjadi apabila IMT >25,0 menurut WHO dalam CDC (2010).
Obesitas (kegemukkan) adalah refleksi ketidakseimbangan konsumsi dan
pengeluaran energi, menurut Khomsan, (2004) dalam Marpaung, L. (2009).
Menurut Pudjiadi (2003) dalam Marpaung, L. (2009), kegemukan adalah
keadaan tubuh dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang
diperlukan fungsi tubuh.
Menurut Subardja (2005) dalam Manurung, N.K. (2009) pula, obesitas adalah
suatu keadaan sakit yang ditandai oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan di
2.2.2. Epidemiologi
Secara global, pada tahun 2005 telah ada sekitar 1.6 biliar orang dewasa
berusia 15 tahun dan ke atas mempunyai berat badan yang berlebihan (overweight)
dengan Indek Massa Tubuh (IMT) 25-29.9 dan sekurang-kurangnya 400 miliar orang
dewasa adalah obes dengan IMT > 30.0. Ramalan jangka panjang WHO, pada tahun
2015 angka tersebut akan meningkat ke 2.3 biliar orang dewasa mempunyai berat
badan yang berlebihan dan lebih 700 miliar akan menjadi obes (WHO, 2006).
Prevalensi obesitas untuk anak berusia 6-10 tahun meningkat dua kali ganda
sejak tahun 1960an. Di United State of Amerika (USA), prevalensi anak remaja
berusia 12-17 tahun meningkat dengan sangat cepat dari 5% ke 13% bagi laki-laki
dan 5% ke 9% untuk perempuan antara tahun 1966-70 dan 1988-91. Hal ini
merupakan masalah global dan telah sampai di negara yang sedang membangun,
contohnya di Thailand, prevalensi obesitas pada anak-anak usia 5-12 tahun meningkat
dari 12,2% ke 15-6% hanya dalam jangka waktu dua tahun (WHO, 2003).
2.2.3. Etiologi Obesitas
Etiologi bagi obesitas adalah sangat kompleks dan masih belum difahami
sepenuhnya. Namun begitu, secara mudahnya obesitas adalah disebabkan oleh
pengambilan energi (intake) yang tidak seimbang dengan penggunaannya
(expenditure) (Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007). Obesitas terjadi apabila
makanan berlebihan di dalam tubuh tetapi aktivitas fisik sangat sedikit, tidak
memadai dengan jumlah tenaga yang masuk (Kasper, Braunwald, Fauci, Hause,
Longo, Jameson, 2005). Input dan output energi ini dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan (Mahan, Escott-Stump, 2008).
Faktor genetik yang memain peranan dalam meregulasi keseimbangan energi
dalam tubuh adalah mekanisme neurohormonal. Mekanisme ini dapat dibahagikan
kepada tiga komponen yaitu sistem aferen, sistem pemprosesan di hipotalamus dan
Sistem aferen menerima sinyal-sinyal dari banyak tempat.
Komponen-komponen penting dalam sistem ini adalah leptin (jaringan adiposa), insulin
(pankreas), ghrelin (lambung) dan peptida YY (ileum dan kolon). Leptin bekerja
untuk mengurangkan kemasukan makanan ke dalam tubuh. Ghrelin pula akan
merangsang selera makan dan peptida YY pula memberi sinyal kenyang (Kumar,
Abbas, Fausto, Mitchell, 2007).
Sistem pemprosesan di hipotalamus dikenal juga sebagai central melanocortin
system, yang mana menginterpretasikan pelbagai sinyal aferen dan mengeluarkan sinyal eferen. Sistem eferen yang sinyal dihantar oleh hipotalamus itu akan mengawal
intake makanan dan penggunaan energi (Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007).
Defek genetik dari salah satu faktor di atas itu, dapat menyebabkan
berlakunya obesitas. Mutasi dari leptin menyebabkan defisiensi leptin dan
mengakibatkan hiperfagia dan seterusnya obesitas (Kliegman, Behrman, Jenson,
Stanton, 2004). Leptin dikontrol oleh ob gen. Mutasi dari ob gen ini akan
menghambat penghasilan leptin dan seterusnya menyebabkan obesitas. Walaupun
begitu, banyak pakar yang menganggap faktor mutasi gen ini hanya memberi efek
yang sangat kecil terhadap masalah obesitas (Beers, 2003).
Masalah hormonal lain juga dapat menyumbang kepada obesitas tetapi sangat
jarang. Penghasilan berlebihan hormon kortisol oleh kelenjar adrenal menyebabkan
obesitas yang tidak seperti biasa karena distribusi lemak berlaku pada daerah batang
tubuh tetapi tidak pada tungkai dan tangan, daerah ini kekal kurus. Jumlah insulin
yang tinggi juga boleh menyebabkan obesitas. Obesitas pada remaja yang disebabkan
oleh masalah endokrin, mereka cenderung mempunyai statur tubuh yang kecil dan
disertai gejala-gejala lain (Beers, 2003).
Bagi faktor lingkungan pula remaja belum cukup matang dan cepat
terpengaruh oleh lingkungan. Kesibukan orang tua, menyebabkan mereka memilih
makan di luar, atau menyantap kudapan (jajanan). Lebih jauh lagi kebiasaan ini
dipengaruhi oleh keluarga, teman dan terutama iklan televisi. Teman sebaya
(2004) dalam Manurung, N. K. (2009). Restoran cepat saji merupakan acara
sehari-sehari, mengkonsumsi makanan berkalori tinggi pada saat menonton bioskop atau
televisi dan sebagainya (Siregar, A. R., 2006).
Anak-anak sering mengkonsumsi makanan yang mengandungi kalori
berlebihan dan tinggi gula seperti minuman berkaleng, soda, jus dan lain-lain
(Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton, 2004). Meminum alkohol juga bisa
menyebabkan obesitas. 1 auns liquor mengandungi 80-90 kalori. 12 auns beer,
mengandungi 8% alkohol, jadi jumlah kalorinya adalah sebanyak 150 kalori. Alkohol
yang diminum itu digunakan sebagai energi, tetapi makanan yang dikonsumsi selepas
itu akan disimpan dalam tubuh sebagai lemak. Selain itu, alkohol boleh
meningkatkan selera makan (Beers, 2003).
Pemakanan yang tidak teratur adalah hal yang biasa bagi remaja. Sarapan
adalah sajian yang sering ditinggalkan oleh remaja menurut Story et al. (2002) dalam
Mahan & Escott-Stump (2008). 15% anak-anak berusia 9-13 tahun tidak
mengamalkan sarapan pagi dan 28% bagi remaja berusia 14-18 tahun. Menurut
Gleason et al., (2001) dalam Mahan & Escott-Stump (2008). Tidak mengambil
sarapan akan menyebabkan IMT yang tinggi, daya konsentrasi yang tidak baik dan
performan sekolah yang jelek. Menurut Affenito et al. (2005) dalam Mahan &
Escott-Stump (2008) .
Pada remaja yang pola makannya tidak teratur, lebih cenderung untuk
mengkonsumsi snack daripada memakan satu sajian lengkap. Remaja mengkonsumsi
lebih kurang dua snack dalam sehari, ini menyumbang 25% kalori harian, yaitu 612
kcal per hari menurut Jahns et al. (2001) dalam Mahan & Escott-Stump (2008) .
Snack pilihan remaja biasanya bersifat tinggi kandungan lemak, gula dan garam. Minuman bersoda adalah pilihan popular remaja, ini menyumbang 6% kalori harian
menurut Subar et al. (1998) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).
Aktivitas fisik yang minimal merupakan punca utama obesitas. Pola hidup
kurang gerak (sedentary life style) memerlukan lebih sedikit kalori untuk kebutuhan
menyebabkan obesitas terjadi (Beers, 2003). Ada bukti yang menyatakan anak-anak
dan remaja yang tinggal di bandar mempunyai berat badan yang berlebih lebih ramai
dibandingkan dengan masa lalu, hal ini disebabkan penurunan aktivitas fisik,
sedentary life style, perubahan pola makan yang tinggi kandungan lemaknya menurut Wang et al. (2002) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).
Jika konsumsi bahan metabolik secara konsisten lebih banyak daripada
penggunaan energi (aktivitas fisik), bahan itu akan disimpan sebagai triasilgliserol
dalam jaringan adiposa (Murray, Granner, Rodwell, 2006).
Individu yang pada masa anak obesitas lebih cenderung lima kali menjadi
dewasa yang obes dibandingkan individu yang mempunyai berat badan ideal pada
masa anak. Ini adalah karena jumlah sel yang terkumpul dari usia anak tidak boleh
dikurangkan kecuali dengan mengurangkan jumlah lemak yang terdapat pada setiap
sel (Beers, 2003).
2.2.4. Cara pengukuran obesitas
Pada umumnya, penentuan kegemukan (obesitas) atas dasar antropometri
adalah sebagai berikut menurut Nasar (1995) dalam Manurung, N. K. (2009) :
1) Hanya mengukur berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan
standar pada usia yang sama, yakni bila BB 120% disebut obesitas, sedangkan antara
110-120% disebut overweight. Keburukan cara ini adalah pertama, tidak dikaitkan
dengan tinggi badan (TB), sehingga tidak mencerminkan proporsi tubuh; kedua,
penampilan fisik seseorang dipengaruhi oleh komposisi tubuh, artinya pada BB yang
sama, seseorang dapat tampak lebih langsing daripada yang lain karena tubuhnya
2) Obesitas diukur melalui pengiraan BMI atau IMT. Dihubungkan BB
dengan TB, ini dapat mencerminkan proporsi atau penampilan (BB/TB) dengan cara
menghitung IMT yaitu BB/TB2
Tabel 2.1. Interpretasi IMT
menurut WHO dalam CDC (2010):
KATEGORI IMT Eropa IMT Asia
Normal <18,5-24,9 <18,5-22,9
Overweight 25,0-29,9 23,0-24,9
Obesitas I 30,0-34,9 25,0-29,9
Obesitas II 35,0-39,9 >30,0
Obesitas III >40
2.2.5. Komplikasi obesitas
Kira-kira satu perempat hingga separuh orang-orang yang obes pada masa
remaja akan kekal sebagai dewasa yang obes menurut Charney et al. (1976) dan Must
(1999) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).
Hampir 300,000 kematian terjadi setiap tahun akibat hal yang berkaitan
dengan lebihan berat badan dan obesitas menurut U.S Department of Health and
Human (USDHHS) (2001) dalam Mahan & Escott-Stump (2008). Terutamanya obesitas abdominal merupakan faktor resiko untuk peningkatan mortalitas, hipertensi,
diabetis melitus tipe 2, hiperlipidemia, hiperglisemia, dan pelbagai disfungsi daripada
endokrin menurut Freedman et al. (1999) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).
Obesitas adalah faktor terjadinya non-insulin-dependent diabetes (NIDDM).
Resistan terhadap insulin bukan sahaja melibatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
jaringan adiposa, tetapi juga resistan terhadap metabolik insulin (Smith & Morton,
Kajian yang dibuat oleh Nurses’ Health Study menunjukkan remaja yang obes
pada usia 18 tahun mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mati pada usia
pertengahan. Penyebab yang paling sering adalah kanker dan diikuti dengan masalah
jantung menurut Van Dam et al. (2006) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).
2.2.6. Terapi Obesitas
Deteksi dini kelebihan berat badan pada remaja merupakan tindakan penting
karena terapi adalah paling berkesan apabila potensi tumbuh kembang masih ada
menurut William et al. (1997) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).
Berjaya dalam terapi adalah sungguh mencabar, karena anak masih lagi
membesar dan memerlukan nutrisi yang secukupnya. Mengawal berat badan adalah
terapi yang lebih baik daripada menurunkan berat badan. Penurunan berat badan yang
ingin dilakukan haruslah secara perlahan (0,5 kg/ minggu). Pada permulaannya berat
badan akan dikurang 10% daripada berat badan asal. Apabila sudah tercapai, berat
badan baru akan dikekalkan selama 6 bulan sebelum menurunkan berat badan lagi
(Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton, 2007).
2.2.7. Pencegahan Obesitas
Pada remaja, pencegahan sepatutnya lebih memfokus ke arah pola makan
yang sehat dan kebiasaan untuk beraktivitas daripada fokus untuk menurunkan berat
mereka. Pengambilan kalori akan dapat dikurangkan dengan mengamalkan makan
makanan seimbang, dan menjadikannya sebagai tabiat harian (berterusan). Jadi
memberi edukasi terhadap hal-hal tersebut amat penting (Beers, 2003).
Langkah pencegahan lain adalah seperti jangan menggunakan makanan
sebagai hadiah kepada anak. Orang tua seharusnya memberi contoh pola pemakanan
yang baik kepada anak-anak. Membiasakan anak-anak mengkonsumsi sayuran dan
buah-buahan. Elakkan makanan yang tinggi lemak dan gula, memberi informasi
kepada anak-anak dan guru tentang bahaya obesitas, makanan seimbang dan aktivitas
2.3. Gizi Seimbang
Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab, “gizzah”, yang artinya zat makanan
sehat. Untuk menjadi sehat, setiap orang mempunyai kebutuhan gizi yang
berbeda-beda tergantung pada usia dan kondisi tubuhnya. Makanan dikatakan bergizi jika
mengandung zat makanan yang cukup dalam jumlah dan kualitasnya sesuai dengan
kebutuhan tubuh (Irianto & Waluyo, 2007).
Untuk kelangsungan kehidupan, semua makhluk membutuhkan zat-zat gizi
yang secara umum didapat dari konsumsi makanan harian. Makanan merupakan
sumber zat gizi, mengandung enam zat gizi utama yaitu karbohidrat, protein lemak,
vitamin, mineral dan air. Zat-zat gizi tersebut memainkan peranan sebagai sumber
energi bagi aktivitas sel-sel dan jaringan tubuh termasuk menggantikan sel-sel yang
telah rusak. Selain itu, zat-zat gizi tersebut juga berfungsi untuk menjaga
keseimbangan metabolisme serta semua proses yang terjadi dalam tubuh (Mahan &
Escott-Stump, 2008).
Jumlah zat-zat gizi yang dibutuhkan setiap individu tidak sama bagi setiap
orang, tergantung dari jumlah energi yang dibutuhkan setiap individu tersebut.
Tergantung dari aktivitas harian yang dilakukan, jenis kelamin dan umur (Mahan &
Escott-Stump, 2008).
Zat-zat makanan yang baik harus memenuhi syarat-syarat seperti harus cukup
memberikan kalori, harus ada perbandingan yang baik antara zat makanan pokok
yakni: karbohidrat, protein, dan lemak, protein yang masuk harus cukup banyak dan
mengandungi asam amino, harus cukup mengandung vitamin, harus mudah
dicernakan oleh organ pencernaan, dan harus bersifat higienis (Irianto & Waluyo,
2007).
Gaya pemakanan yang baik adalah mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang, mengkonsumsi makanan berserat tinggi, contohnya sayuran dan buahan
mengkonsumsi susu atau produk dari susu setiap hari, dan minum air putih minimal
1,5-2 liter setiap hari (Irianto & Waluyo, 2007).
Yang termasuk zat makanan sebagai sumber energi utama adalah karbohidrat
dan lemak. Karbohidrat dan lemak sering disebut makanan bahan bakar dan bahan
energi. Bila di dalam tubuh tidak terdapat karbohidrat dan lemak, maka protein dapat
berperan sebagai penghasil energi (Irianto & Waluyo, 2007). Karbohidrat dibutuhkan
oleh remaja diestimasikan sebanyak 130 g/hari menurut Institue of Medicines (IOM)
(2002) dalam Mahan & Escott-Stump (2008). Karbohidrat adalah sumber energi
utama bagi manusia. Satu gram karbohidrat dapat menghasilkan kira-kira 4 kalori
(Mahan & Escott-Stump, 2008). Manakala 1 gram lemak akan dapat menghasilkan
kira-kira 9 kalori (Irianto & Waluyo, 2007).
Energi yang diperlukan oleh seseorang untuk mempertahankan kehidupannya
haruslah mencukupi untuk kebutuhan sel-sel bagi proses pertumbuhan dan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Energi yang masuk melalui makanan itu harus sesuai
dengan keperluan masing-masing individu. Berat badan merupakan petunjuk utama
apakah seseorang itu kekurangan atau kelebihan energi (Mahan & Escott-Stump,
2008).
Jumlah kalori yang diperlukan oleh otot untuk melakukan berbagai pekerjaan
sebanding dengan meningkatnya kegiatan otot tersebut. Misalnya duduk istirahat
menggunakan 15 kalori per jam, berdiri menggunakan 20 kalori per jam, berjalan
menggunkan 150-240 kalori per jam dan naik sepeda menggunakan 180-600 kalori
per jam. Tingkat kebutuhan energi per hari bagi remaja laki-laki adalah kira-kira 3000
kalori, manakala perempuan adalah kira-kira 2500 kalori sehari (Irianto & Waluyo,
2007).
Rekomendasi intake lemak adalah hanya sekitar 30-35% daripada jumlah
kalori dengan tidak melebihi 10% untuk asam lemak tepu dari jumlah tersebut
(Mahan & Escott-Stump, 2008).
Kebimbangan kini, dalam hal pengambilan energi yang belebihan dikalangan
berkarbonat adalah penyumbang utama gula dalam diet remaja yaitu 37% daripada
jumlah pengambilan gula untuk perempuan dan 41% untuk pria menurut Gutrie and
Morton (2000) dalam Mahan & Escott-Stump (2008). Kira-kira 9% daripada jumlah
kalori yang diambil remaja pria dan 8% bagi perempuan, datangnya adalah dari
konsumsi minuman berkarbonat tersebut menurut Golden (2000) dan Jacobson
(1998) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).
Protein bagi remaja adalah berbeda untuk setiap individu, bergantung kepada
derajat maturasi fisikal. Estimasi dietary reference intakes (DRIs) untuk protein bagi
remaja dibuat bagi membolehkan remaja tersebut mengalami perkembangan purbetas
yang adekuat. Apabila terjadi kekurangan intake protein, akan berlaku gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada remaja. Selain itu, kekurangan tersebut juga
dapat menyebabkan penurunan respon imunitas tubuh (Mahan & Escott-Stump,
2008).
Setiap sel yang hidup tersusun oleh protein. Protein merupakan bahan
pembangun tubuh yang utama. Protein tersusun atas senyawa organik yang
mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Unsur nitrogen
(N) adalah ciri protein yang membedakannya dari karbohidrat dan lemak. Protein
merupakan bahan baku sel dan jaringan karena merupakan komponen penting dari
otot, kulit, dan tulang (Irianto & Waluyo, 2007).
Protein dalam tubuh akan diubah menjadi asam amino dan diedarkan melalui
pembuluh darah dan jantung. Dari 26 macam asam amino, tubuh kita membutuhkan
10 macam asam amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh kita. Protein jika
dibahagikan berdasarkan sumbernya, terbahagi menjadi dua yaitu protein hewani dan
protein nabati. Protein hewani yang berasal dari daging, telur, susu, keju, dan ikan
merupakan juga “first class proteins” karena mengandung kesepuluh asam amino
tersebut, yaitu lisin, tritopan, penilalanin, leusin, isoleusin, treonin, metionin, valin,
dan ariginin. Protein nabati pula berasal dari biji-bijian, kacang-kacangan, gandum,
Protein berfungsi untuk menggantikan sel-sel tubuh yang sudah rusak. Protein
juga memegang peranan vital sebagai enzim, sedangkan beberapa hormon
mempunyai struktur protein. Satu gram protein menghasilkan energi sebesar 4 kalori.
Tubuh orang dewasa memerlukan 80-100 gram protein setiap harinya dan sebanyak
50 gram harus berupa protein hewani. Anak-anak yang sedang membesar lebih
banyak membutuhkan protein daripada orang dewasa (Irianto & Waluyo, 2007).
Mineral dibagi menjadi dua golongan, yaitu unsur makro dan mikro yang
diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Makroelemen dibutuh dalam jumlah
besar oleh tubuh adalah natrium, kalium, fosfor, magnesium, klor, dan belerang.
Natrium, kalium, kalsium, dan magnesium bersifat alkali dalam larutan dan
terutamanya terdapat dalam buah-buahan dan sayuran. Fosfor, klor, dan belerang
bersifat asam dalam larutan dan umumnya terdapat dalam makanan yang berprotein
dan produk-produk serealia. Mikroelemen pula adalah seperti besi, yodium, flor,
tembaga, dan unsur-unsur perunut (tracerelement) lain ada dalam jumlah yang sangat
sedikit di dalam tubuh dibandingkan dengan makroelemen, akan tetapi kehadiran
unsur ini sangat esensial bagi proses dan struktur tubuh. Unsur perunut, antara lain
mangan, kromium, kobalt, molebdenum, dan selenium (Irianto & Waluyo, 2007).
Vitamin adalah senyawa organik yang tidak dapat disusun sendiri oleh tubuh,
kecuali vitamin K. Vitamin sangat dibutuhkan tubuh walaupun dalam kuantiti yang
kecil. Vitamin tidak dapat memberikan energi kepada tubuh. Buah-buahan dan
sayuran segar sangat membantu penyediaan vitamin (Irianto & Waluyo, 2007).
Selain itu, vitamin dan mineral juga, banyak terlibat dalam sintesa protein,
ribonucleic acid (RNA) dan deoxyribonucleic acid (DNA). Vitamin dan mineral paling banyak diperlukan waktu sedang membesar dan jumlah itu akan semakin
berkurang apabila maturitas telah dicapai sepenuhnya (Mahan & Escott-Stump,
2008).
Serat juga penting untuk remaja. Sumber utama serat adalah sayur-sayuran
dan buah-buahan. Intake serat yang adekuat untuk remaja adalah 38 g/hari bagi pria
Konsumsi 14 g serat untuk setiap 1000 kalori makanan akan memberikan proteksi
yang optimal dari penyakit kardiovaskular dan kanker menurut Institue of Medicines
(IOM) (2002) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).
Setiap hari dalam waktu 24 jam kita membutuhkan air sekitar 2,5 liter.
Kekurangan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan dehidrasi. Fungsi air di dalam
tubuh adalah sebagai berikut: a) membantu proses pencernaan serta memungkinkan
terjadinya reaksi kimia tubuh, b) menjaga agar kerja faal alat tubuh tidak terganggu,
dan c) membuang zat sisa dari dalam tubuh dan menjaga agar suhu tubuh tetap
normal (Irianto & Waluyo, 2007) .
Menurut Story et al. (2002), pemakanan yang tidak teratur adalah hal yang
biasa bagi remaja. Sarapan adalah sajian yang sering ditinggalkan oleh remaja
(Mahan & Escott-Stump, 2008). Menurut Gleason et al. (2001), 15% anak-anak
berusia 9-13 tahun tidak mengamalkan sarapan pagi dan 28% bagi remaja berusia
14-18 tahun (Mahan & Escott-Stump, 2008). Menurut Affenito et al. (2005), tidak
mengambil sarapan akan menyebabkan BMI yang tinggi, daya konsentrasi yang tidak
baik dan performan sekolah yang jelek (Mahan & Escott-Stump, 2008).
Kini, remaja lebih gemar memilih makanan cepat saji daripada makanan yang
sehat dan berkhasiat. Kandungan makanan cepat saji ini cenderung rendah vitamin,
mineral dan serat tetapi sangat tinggi kandungan lemak, gula dan garam (Mahan &
2.4. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakkan daripada otot dan sistem penunjangnya. Selain
untuk metabolisme tubuh, selama aktivitas fisik berlangsung, otot akan membutuhkan
energi untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru membutuhkan tambahan
energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen keseluruh tubuh dan
mengeluarkan sisa-sia (ekskresi) dari seluruh tubuh. Jumlah energi yang dibutuhkan
tergantung pada banyaknya otot yang bergerak, lama dan beratnya pekerjaan yang
dilakukan menurut Almatsier (2003) dalam Manurung, N. K. (2009).
Menurut Centre for Disease Control/ CDC (2002) dalam Manurung, N. K.
(2009), jenis aktivitas fisik dibahagikan menjadi aktivitas ringan, sedang dan berat,
seperti berikut:
Tabel 2.2. Klassifikasi Aktivitas Fisik
AKTIVITAS RINGAN AKTIVITAS SEDANG AKTIVITAS BERAT Duduk, naik motor, naik
angkutan, antar jemput,
mengasuh adik, mencuci
piring, menonton TV,
main play station, main
Menurut The National Association for Sport and Physical Education
(NASPE) dalam Manurung, N. K. (2009), merekomendasikan kegiatan fisik minimal
bagi anak usia sekolah adalah selama satu jam per hari yang dibagi tiap 15 menit atau
lebih. Menurut WHO tahun 2003, aktivitas fisik sebaiknya dilakukan 30 menit setiap
hari dengan aktivitas sedang.
2.5. Pengetahuan
2.5.1. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.
Yang pertama adalah tahu. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang mempelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan
kalori dan protein pada anak balita (Notoatmodjo, 2007).
Yang kedua adalah memahami. Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek itu harus dapat menjelaskan, menyebut contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadapat objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan makanan bergizi (Notoatmodjo, 2007).
Yang ketiga adalah aplikasi. Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus
Yang keempat adalah analisa. Analisa adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2000).
Yang kelima adalah sintesis. Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat merencanakan , dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).
Yang keenam adalah evaluasi. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan
antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi (Notoatmodjo, 2007).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).
2.5.2. Indikator-Indikator Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo tahun 2007, indikator-indikator apa yang dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, dapat dikelompokkan menjadi:
a) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab
penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan,
b) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
meliputi jenis-jenis makanan yang bergizi, manfaat makan yang bergizi
bagi kesehatannya, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya obesitas
dan pentingnya rehat yang cukup.
c) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan adalah seperti manfaat air
bersih, cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan
kotoran yang sehat, dan sampah, menfaat pengcahayaan serta akibat
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep bagi penelitian
ini adalah:
Gambar 1. Kerangka Konsep
3.2. Definisi Operasional
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai obesitas.
Pengetahuan itu termasuklah definisi, penyebab obesitas, bahaya dan pencegahan
obesitas. Pencegahan obesitas itu meliputi pola makan yang sihat dan aktivitas fisik
yang optimal untuk remaja.
Definisi adalah maksud atau arti sesuatu hal yang dipelajari sesorang.
Penyebab adalah segala faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi
obesitas seperti mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan lemak, aktivitas fisik
yang sangat sedikit, masalah genetik dan hormonal.
Bahaya adalah semua yang bisa timbul akibat daripada seseorang itu obes,
seperti hipertensi, diabetis melitus tipe 2, hiperlipidemia, masalah jantung koroner
dan seterusnya menyebabkan kematian diusia muda.
Cara pencegahan pula merupakan satu tindakan yang dilakukan bagi
menghindari diri dari menjadi obes, sebagai contoh mengamalkan pola makan yang Pengetahuan:
a) Definisi b) Penyebab c) Bahaya
d) Cara pencegahan
sehat, berolahraga secara teratur dan mengkonsumsi makanan yang seimbang zat
gizinya.
Pengetahuan diukur dengan angket. Alat mengukur pengetahuan itu dengan
menggunakan kuesioner dan responden menjawab 15 soalan dengan memilih satu
daripada 3 pilihan jawaban. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1, manakala
jawaban yang salah atau tidak tahu akan diberi skor 0. Skala yang digunakan adalah
skala ordinal.
Selepas itu skor yang diperoleh itu dikategori mengikut tingkat pengetahuan
seperti baik, sedang dan kurang sebagai berikut menurut Pratomo (1986) dalam
Assiddiqi (2009):
a) Pengetahuan baik adalah apabila responden sebagian besar atau
seluruhnya mengenai obesitas dan menjawab dengan benar >12 soalan (total
skor >75%)
b) Pengetahuan sedang adalah apabila responden mengetahui sebagian
mengenai obesitas dan menjawab dengan benar 6-11 soalan (total skor
40-75%)
c) Pengetahuan kurang adalah apabila responden mengetahui sebagian
kecil mengenai obesitas dan menjawab dengan benar <6 soalan (total skor
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan desain cross sectional, dimana penelitian ini akan mendeskripsikan
bagaimana tingkat pengetahuan remaja sekolah SMA Negeri 6, Medan tentang
obesitas
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilakukan dalam tempoh waktu bermula pada bulan Mei 2010
sehingga Juni 2010. Pengumpulan data dilakukan terhadap anak remaja sekolah di
SMA Negeri 6, Medan.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua remaja yang menduduki kelas satu, kelas
dua, dan kelas tiga di SMA Negeri 6, Medan. Data yang diperoleh merupakan jumlah
pelajar yang terdapat di SMA Negeri 6 Medan yang berjumlah 597 orang.
4.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili seluruh
populasi. Jumlah sampel diambil secara random dengan teknik pengambilan sampel
secara acak stratifikasi (stratified random sampling). Bagi menjadi sampel ciri-ciri
inklusi adalah hadir pada hari pengumpulan data dan setuju menjadi responden.
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan besar populasi
n =
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat kepercayaan dalam penelitian/ ketepatan yang diinginkan dalam
penelitian ini digunakan 10%
(Notoatmodjo, 2005)
n =
= 85.6 ≈ 86 orang
Daripada rumus di atas maka dapatlah jumlah sampel sebanyak
86 orang. Walau bagaimanapun, jumlah sampel tersebut dibundarkan menjadi 100
orang.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random
sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada pelajar kelas satu dan kelas dua masing-masing 50 orang. Kelas tiga tidak termasuk di dalam penelitian
karena pada waktu penelitian dijalankan mereka tidak hadir ke sekolah.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan peneliti meminta izin terlebih dahulu
daripada kepala sekolah yang dipilih yaitu dari SMA Negeri 6, Medan. Setelah itu,
proses pengumpulan dilakukan dan dikelompokkan kepada dua, yaitu data primer dan
data sekunder.
N 1 + N(d)2
4.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pengisian kuesioner oleh
responden. Responden dipilih secara rawak dari kelompok populasi sampel.
Kuesioner yang telah dirancang dan dibuat oleh peneliti sebelum digunakan,
dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terlebih dahulu agar sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Calon yang bersedia untuk memberikan kerjasama diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian.
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor pengurusan SMA
Negeri 6 Medan setelah mendapat izin dari kepala sekolah tersebut yaitu data jumlah
pelajar di situ.
4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Angket yang telah selesai disusun kemudian diuji
validitasnya dengan software Statistic Package for Social Science (SPSS). Soal-soal
yang telah disusun sebelumnya dengan jumlah pertanyaan kurang lebih sebanyak 23
soal diuji validitasnya dan didapati 15 soal yang valid. 15. Sampel untuk uji validitas
adalah 20 responden yang diambil dari sekolah yang berlainan yaitu di Sekolah
Menengah Taman Siswa, Medan. Uji validitas ini dijalankan pada bulan Juni 2010.
Setelah kuesioner tersebut valid, dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas
merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya. Uji reliabilitas ini dengan menggunakan SPSS.
Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien
Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari r tabel, maka
Tabel 4.1.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan Variabel Nomor
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
angket, dan sebelum pengisian kuesioner akan dilampirkan lembaran persetujuan
responden. Dalam penulisan data, nama responden tidak akan dicantumkan. Hasil
penelitian dan jawaban dari responden hanya akan digunakan untuk keperluan
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisa data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
software SPSS. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, maka analisa statistik yang dibuat adalah data kualitatif (data kategorik) dalam bentuk persentase yaitu
pengetahuan yang baik, sedang dan kurang. Seterusnya, hasil pengolahan data
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa
pulang ke rumah. Hasilnya kemudian telah dikumpulkan dan dianalisa, sehingga
dapat disimpulkan dalam paparan di bawah ini.
5.2.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 Medan, beralamat di Jalan Ansari
No. 34 Medan 20214 Kelurahan Sei Rengas-1 dan terletak di kecamatan Medan Kota.
Sekolah ini telah didirikan dari tahun 1965. Memiliki pelajar seramai 597 orang.
Pencapaian akademik sekolah ini tahun 2008/2009 baik dengan 100% lulus ujian
negeri akhir 2008/2009.
Tabel 5.1.
Jumlah Pelajar di SMA Negeri 6 2010
Kelas Jumlah Persen (%)
Kelas 1 217 36,3
Kelas 2 183 30,7
Kelas 3 197 33,0
Jumlah 597 100
Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah pelajar yang menduduki
sekolah tersebut. Manakala Kelas 2 pula seramai 183 orang (30,7%), merupakan
pelajar minoritas di situ.
5.2.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Pelajar SMA Negeri 6 Medan telah dijadikan responden bagi penelitian ini.
Pada penelitian ini pelajar yang terlibat adalah pelajar yang sedang belajar di di kelas
1 dan kelas 2 dan masing-masing kelas telah dipilih sebanyak 50 orang yang
bertindak sebagai responden. Pelajar kelas 3 tidak diambil sebagai responden karena
pada waktu ini mereka tidak lagi hadir ke sekolah. Jumlah responden yang diambil
adalah 100 orang
Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran karakteristik yang
terdiri daripada: jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan. Data lengkap mengenai
karakteristik responden dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.
Pada penelitian ini, jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak
dibatasi karena dalam penelitian ini hanya ingin melihat gambaran tingkat
pengetahuan dari responden mengenai obesitas, dan bukannnya untuk
membandingkan pengetahuan tentang obesitas dengan jenis kelamin. Begitu juga
dengan karakteristik yang lain.
Tabel 5.2.
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)
Laki-laki 256 42,9
Perempuan 341 57,1
Melihat pada tabel 5.2 pula dapat diketahui seramai 256 orang (42,9%) pelajar
laki-laki dan pelajar perempuan sebanyak 341 orang (57,1%).
Responden-responden ini juga mempunyai lingkungan umur antara 15 hingga
17 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur adalah seperti berikut:
Tabel 5.3.
Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur Umur (tahun) Frekuensi (n) Persen (%)
15 26 26
16 43 43
17 31 31
Jumlah 100 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah berusia 16
tahun (43%) dan yang paling sedikit atau minoritas adalah responden yang berusia 17
tahun.
Tabel 5.4.
Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%)
Laki-laki 44 44
Perempuan 56 56
Jumlah 100 100
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin
Oleh karena, teknik penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah secara acak stratifikasi (stratified random sampling), maka responden telah
dibahagi sama rata dari setiap kelas yang hadir yaitu dari kelas 1 dan 2.
Tabel 5.5.
Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persen (%)
Kelas 1 50 50
Kelas 2 50 50
Jumlah 100 100
Dari tabel di atas jelaslah bahwa responden dari kelas 1 (50%) dan kelas 2
juga (50%).
5.2.3. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Obesitas
Pengetahuan remaja dinilai berdasarkan 15 pertanyaan yang mencakup
pengetahuan tentang definisi, penyebab, bahaya dan cara mencegah dari obesitas.
Selepas itu, responden telah dikategori mengikut tingkat pengetahuan seperti baik,
sedang dan kurang sebagai berikut menurut Pratomo (1986) dalam Assiddiqi (2009):
pengetahuan baik adalah bila menjawab dengan benar 15-12 soal; Pengetahuan
sedang adalah apabila responden menjawab dengan benar 6-11 soalan dan
pengetahuan kurang adalah apabila responden menjawab dengan benar 0-5 soal.
Berdasarkan hasil penelitian maka tingkat pengetahuan remaja SMA Negeri 6 tentang
Tabel 5.7.
Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6, Medan tentang Obesitas
Pengetahuan Jumlah Persen (%)
Baik 54 54
Sedang 46 46
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa pengetahuan
responden tentang obesitas sebahagian besar berpengetahuan baik adalah lebih ramai
dengan jumlah responden 54 orang (54%) dibandingkan dengan berpengetahuan
sedang yaitu sebanyak 46 orang (46%) dan tiada seorang pun yang berpengetahuan
kurang mengenai obesitas.
Data frekuensi jawaban angket responden dapat dilihat pada tabel 5.8 di
bawah ini.
Tabel 5.8.
Penyataan tentang Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6, Medan tentang Obesitas
No Item (n) (%) (n) (%)
1. Maksud obesitas 100 100 0 0
2. Obesitas diukur dengan IMT 100 100 0 0
3. Karbohidrat dan lemak penyebab
obesitas
100 100 0 0
4. Makanan cepat saji penyebab 45 45 55 55
Jawaban Responden
obesitas
5. Banyak makan dan banyak
berolahraga penyebab obesitas
24 24 76 76
6. Keturunan penyebab obesitas 94 94 6 6
7. Gaya hidup modern dapat
mencegah obesitas
94 94 6 6
8. Tidak sarapan penyebab
kegemukan
78 78 22 22
9. Remaja yang gemuk lebih
cenderung mati pada usia
pertengahan (30-40tahun)
94 94 6 6
10. Penyakit jantung bukan kesan
obesitas
75 75 25 25
11. Obesitas menyebabkan penyakit
darah tinggi
91 91 9 9
12. DM bukan kesan obesitas 92 92 8 8
13. Makan makanan tinggi
karbohidrat cegah obesitas
19 19 81 81
14. Kegemukan dicegah dengan
memakan buahan dan sayuran
95 95 5 5
15. Kadar senaman yang benar cegah
obesitas
71 71 29 29
Berdasarkan tabel di atas pada penyataan-penyataan yang paling banyak
dijawab dengan benar adalah penyataan nomor 1, 2, dan 3 yaitu sebesar 100%.
Sedangkan penyataan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah penyataan
Tabel 5.9.
Pengetahuan Responden mengikut Definisi, Penyebab, Komplikasi dan Pencegahan Obesitas
Pengetahuan Persen (%) Kategori Pengetahuan
Definisi 100 Baik
Penyebab 67 Sedang
Komplikasi 88 Baik
Pencegahan 62 Sedang
Merujuk tabel 5.9 di atas, pengetahuan remaja tentang apa itu obesitas adalah
baik (100%) dan pengetahuan yang paling kurang adalah mengenai pencegahan
5.2. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada remaja di SMA Negeri 6,
Medan, diperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan
kuesioner kepada 100 orang remaja. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam
melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:
5.2.1. Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6, Medan tentang Obesitas
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini telah
dilakukan pembagian angket yang telah valid untuk mengukur tingkat pengetahuan
remaja.
Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 54 orang responden (54%)
memperoleh pengetahuan yang baik dan ini adalah lebih ramai dibandingkan dengan
yang memperoleh tahap pengetahuan yang sedang yaitu 46 orang (46%).Hal ini
adalah karena penyuluhan atau penerangan daripada guru-guru dan keluarga tentang
obesitas sudah ada.
Soal yang berkaitan dengan apa itu obesitas menunjukkan 100% memberikan
jawaban yang tepat. Ini menunjukkan pengetahuan remaja mengenai definisi obesitas
adalah baik dan tahu mengenai obesitas. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang mempelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain adalah menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan tabel 5.9, secara dasarnya responden mempunyai pengetahuan
yang sedang bagi penyebab-penyebab terjadinya obesitas yaitu 67%. Jika dilihat pada
tabel 5.8 di atas, 55% responden masih tidak tahu mengenai makanan cepat saji boleh
kasarnya responden merupakan hidangan yang seimbang disebabkan cara penyajian
hidangan-hidangan cepat saji yang dilengkapi sayur-sayuran seperti salad dan
coleslaw.
Selain itu, keluarga merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
pemilihan makanan remaja. Remaja belum cukup matang maka mereka cepat
terpengaruh oleh lingkungan. Kesibukan orang tua, menyebabkan mereka memilih
makan di luar, atau menyantap kudapan (jajanan). Lebih jauh lagi kebiasaan ini
dipengaruhi teman dan terutama iklan televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada
remaja dalam hal memilih jenis makanan, menurut Arisman (2004) dalam Manurung,
N. K. (2009).
Merujuk tabel 5.8, masih ramai juga responden yang memiliki persepsi yang
salah mengenai banyak makan dan banyak berolahraga dapat mengelakkan seseorang
daripada menjadi obesitas. Ini memperlihatkan bahwa, responden masih kurang
memahami tentang penyebab terjadinya obesitas. Secara teorinya, apabila jumlah
kalori yang dikonsumsi seimbang dengan jumlah kalori yang dibakar semasa
berolahraga, obesitas dapat dielakkan. Hal ini dapat dijelaskan, obesitas adalah
refleksi ketidakseimbangan konsumsi dan pengeluaran energi, menurut Khomsan,
(2004) dalam Marpaung, L. (2009).
Selain itu, bagi soal mengenai bahaya obesitas pula secara keseluruhan
merujuk tabel 5.9, pengetahuan remaja adalah baik (88%). Pada tabel 5.8, terdapat
seramai 25% remaja yang tidak mengetahui bahawa salah satu komplikasi daripada
kegemukkan adalah terkenanya penyakit jantung. Ini adalah karena pada kurikulum
sekolah masih belum ada mata pelajaran yang mengajar mengenai kesan-kesan buruk
obesitas sedangkan hal ini sangat penting untuk diketahui. Berdasarkan kajian yang
dibuat oleh Nurses’ Health Study menunjukkan remaja yang obes pada usia 18 tahun
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mati pada usia pertengahan. Penyebab
yang paling sering adalah kanker dan diikuti dengan masalah jantung menurut Van
Bagi pencegahan obesitas pada tabel 5.9, pengetahuan remaja adalah sedang.
Merujuk tabel 5.8 pula, pada soal mengenai makanan tinggi karbohidrat dapat
menyebabkan obesitas seramai 81% memberi jawaban yang salah. Hal ini juga
memberikan satu petunjuk bahwa remaja-remaja di sekolah itu masih kurang jelas
tentang kesan mengkonsumsikan makanan tinggi karbohidrat terhadap tubuh mereka.
Pendidikan tentang gizi juga masih belum diajarkan di sekolah-sekolah dan juga