• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suatu Pendekatan Layak Sekitar Untuk Menyelesaikan Persoalan Letak Lokasi DEPO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Suatu Pendekatan Layak Sekitar Untuk Menyelesaikan Persoalan Letak Lokasi DEPO"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

SUATU PENDEKATAN LAYAK SEKITAR UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN LETAK LOKASI DEPO

TESIS

OLEH

ROLAN PANE

107021019/MT

PROGRAM STUDI MAGISTER MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SUATU PENDEKATAN LAYAK SEKITAR UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN LETAK LOKASI DEPO

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Magister Matematika Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

OLEH

ROLAN PANE

107021019/MT

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : Suatu Pendekatan Layak Sekitar Untuk Menyelesaikan Persoalan Letak Lokasi DEPO

Nama : Rolan Pane

N I M : 107021019

Program Studi : Matematika

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Dr. Sutarman, Msc Dr. Saib Suwilo, Msc

K e t u a Anggota

Ketua Program Studi Dekan

Prof. Dr. Herman Mawengkang, MSc Dr. Sutarman, MSc

(4)

Telah diuji pada

tanggal 11 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Sutarman, MSc Angota : 1. Dr. Saib Suwilo, MSc

(5)

ABSTRAK

Dalam tesis ini dibahas suatu persoalan kombinatorial yaitu persoalan

penem-patan letak lokasi depo yang didasarkan pada peroalan rute dan telekomunikasi,

untuk persoalan yang sederhana bisa diselesaikan dengan metode Branch and

Bound, tetapi untuk persoalan dengan skala besar (sangat sulit), metode ini

tidak begitu efisien.

Kombinasi eksak dan pendekatan metode Heuristik dapat digunakan untuk

memperoleh penyelesaian yang dekat ke optimal.

(6)

ABSTRACT

In this thesis, a combinatoric problem is discussed, that is a problem of locating

depos by considering route and telecommunication network. The exact Branch

and Bound method can be used to slve a simple problem. However, for a large

scale problem the exact method is no longer efficient.

Combinning the exact and heuristic approach method can be used to get

the near optimal solution for the large problems.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kekuatan kepada Penulis untuk menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Suatu Pendekatan Layak Sekitar Untuk Menyelesaikan Persoalan Letak Lokasi DEPO sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magis-ter pada Program Pascasarjana Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga selesainya tesis ini, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Herman Mawengkang, Ketua Program Studi Magister Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan motivasi dan pengarahan serta kontribusi sehingga selesainya tesis ini.

2. Bapak Dr. Sutarman, MSc, sebagai Pembimbing I dan Bapak Dr. Saib Suwilo sebagai Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan arahan untuk kesempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Herman Mawengkang, MSc, dan Bapak Prof. Dr. Opim Salim Sitompul, MSc selaku Tim Penguji yang telah membimbing dan memberikan arahan untuk kesempurnaan tesis ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Matematika FMIPA Uni-versitas Sumatera Utara yang telah memberikan materi perkuliahan dan pembekalan selama perkuliahan sehingga selesainya tesis ini.

5. Ibu Misiani, S. Si, staf administrasi Program Studi Magister Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu bidang ad-ministrasi.

(8)

7. Bapak Rektor Universitas Riau dan rekan FMIPA Universitas Riau yang telah memberikan bantuan dan rekomendasi, izin belajar serta motivasi kepada kami dalam menyelesaikan perkuliahan ini.

8. Kepada Isteri tercinta Desmaini, SPd, serta Ananda Apriliani Pane, Leonar-do Pane, S.H, Tripuspa Rini yang telah memberikan Leonar-dorongan dan seman-gat kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Rolan Pane dilahirkan di Sipirok tanggal 26 Maret 1956, anak kedelapan dari 8

bersaudara. Menamatkan SD tahun 1969 di SD Negeri 3 Sipirok, SMP Negeri

104 Sipirok tahun 1972 dan SMA Negeri 1 di Sipirok tahun 1975.

Melanjutkan pendidikan ke jurusan Matematika FIPIA Universitas Riau dan

menyelesaikan Gelar Sarjana Muda (Gelar BSc) tahun 1980 serta melanjutkan

Sarjana Lengkap Jurusan Matematika FMIPA Universitas Riau tahun 1981 dan

menyelesaikan tahun 1985.

Tahun 1983 penulis diterima sebagai Tenaga Administrasi di FMIPA

Uni-versitas Riau sampai tahun 1985, kemudian sejak Oktober 1985, diangkat jadi

staf pengajar di FMIPA Universitas Riau.

Tahun 2011 Penulis dengan izin Belajar dari Rektor Universitas Riau

melan-jutkan Pendidikan ke Program Studi Magister FMIPA Universitas Sumatra

(10)

DAFTAR ISI

2.3 Metode Solusi Dalam Integer Progamming Pendekatan Pem-bulatan . . . 8

2.4 Pendekatan Grafik . . . 12

2.5 Pendekatan Gomory (Cutting Plane Algorithm) . . . 14

2.6 Kendala Gomory Dalam Pure Integer Progamming . . . . 14

2.7 Metode Branch dan Bound . . . 15

(11)

3.1 Penempatan Fasilitas . . . 23

3.2 Pendekatan Pada Penempatan Fasilitas . . . 24

3.3 Vehicle Routing Problems . . . 26

3.4 Vehicle Routing and Scheduling . . . 29

3.4.1 Methods for Routing and Scheduling . . . 30

3.5 Penyelesaian Vehicle Routing Problems . . . 31

4. MODEL MATEMATIKA PCLP dan PENYELESAIAN-NYA . . . 33

4.1 Model Matematika PCLP . . . 33

4.2 Metode Pendekatan . . . 36

4.3 Menguatkan Model LP-Relaksasi . . . 38

5. KESIMPULAN DAN SARAN . . . 41

5.1 Kesimpulan . . . 41

5.2 Saran . . . 41

(12)

ABSTRAK

Dalam tesis ini dibahas suatu persoalan kombinatorial yaitu persoalan

penem-patan letak lokasi depo yang didasarkan pada peroalan rute dan telekomunikasi,

untuk persoalan yang sederhana bisa diselesaikan dengan metode Branch and

Bound, tetapi untuk persoalan dengan skala besar (sangat sulit), metode ini

tidak begitu efisien.

Kombinasi eksak dan pendekatan metode Heuristik dapat digunakan untuk

memperoleh penyelesaian yang dekat ke optimal.

(13)

ABSTRACT

In this thesis, a combinatoric problem is discussed, that is a problem of locating

depos by considering route and telecommunication network. The exact Branch

and Bound method can be used to slve a simple problem. However, for a large

scale problem the exact method is no longer efficient.

Combinning the exact and heuristic approach method can be used to get

the near optimal solution for the large problems.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah tekhnologi baru dalam Telekomunikasi merupakan tantangan pada

per-masalahan desain jaringan. Pada tesis ini, akan ditampilkan perper-masalahan baru

yang berhubungan dengan desain akses jaringan lokal Global System for

Mo-bile communications (GSM). Jaringan GSM merupakan jaringan selular, tiap

cell dilayani oleh Base Transceiver Station (BTS), sama halnya seperti

stasi-un radio. Beberapa BTS terhubstasi-ung oleh Base Station Controller (BSC), baik

secara langsung atapun melalui BTS lainya. BSC mengatur jaringan radio

dan bertanggung jawab pada pengaturan pemanggilan dan penyerahan. Mobile

Switching Centers (MSC) merupakan otak dari jaringan selular. Di satu sisi

tiap MSC terhubung oleh kelompok BSC dan menuju kabel telepon dengan

lain-nya. Saat telepon selular diinisialisasi dengan panggilan, MSC merutekannya

ke controller yang tepat (bagian ini menggunakan jaringan selular yang sama)

atau ke jaringan kabel telepon. Saat ini arsitektur GSM, jaringan akses local

meliputi BSC dan BTS ini menyajikan bentuk bintang atau pohon. Meskipun

strukturring berdasar fiber optik yang menawarkan fitur baru dan menarik dan

yang sekarang akan digunakan. Tesis ini mengusulkan sebuah pendekatan

un-tuk memecahkan masalah kombinatorial yang muncul dalam konteks perjalanan

(15)

Dalam hal ini akan ditampilkan Plant-Cycle Location Problem (PCLP),

berhubungan denganCapacitated Facility Location Problem (CFLP) (lihat

Cor-nuegols et al 1990). Ditentukan dua set lokasi, satu diasosiasikan ke pelanggan

dan yang lainnya diasosiasikan ke penempatan yang berpotensial (memainkan

aturan BSC pada konteks telekomunikasi). Jarak koneksi diantara dua lokasi

di-asumsikan menjadi diketahui dan simetris. Pembukaan tiap penempatan

poten-sial diberikan biaya yang diketahui. Selain itu, tiap penempatan yang

berpoten-si memiliki kapaberpoten-sitas yang membataberpoten-si jumlah pelanggan yang dilayani. Sebagai

CFLP, PCLP terdiri dari memilih penempatan yang dibuka dan menugaskan

pelanggan untuk membuka penempatan yang meminimalkan biaya. Penemuan

ini berkaitan dengan CFLP yang ada pada PCLP, pelanggan ditugaskan

un-tuk menempati dan harus dilayani dengan siklus, sedangkan biaya solusi juga

termasuk biaya rute. Bentuk siklus merupakan topologi yang menarik dalam

telekomunikasi karena saat membandingkan dengan tiga bentuk, siklus

men-jamin hubungan dan juga menyediakan kegagalan untuk bertahan.

PCLP melihat kumpulan disjoint siklus meliputi semua pelanggan, tiap satu

siklus berisi satu penempatan yang pasti, dan meminimalkan penjumlahan

to-tal.

• Biaya pembukaan penempatan yang terseleksi

• Biaya jumlah penempatan

• Biaya rute

(16)

yang bisa dilayani oleh penempatan terbuka. Dalam kasus yang umum,

per-mintaan yang berbeda bisa diasosiasikan ke tiap pelanggan dan hambatan akan

membatasi permintaan total yang disajikan oleh tiap penempatan. Namun,

pe-nambahan ini tidak ditampilkan pada aplikasi yang mendukung PCLP (lihat

Billionnet, Elloumi dan Grouz Djerbi 2002).

Saat hanya ada satu penempatan dan tidak ada biaya tugas, PCLP yang

tak tertampung mengubah bentuk lain menjadi Traveling Salesman Problem

(TSP). Di samping itu, PCLP mengubah bentuk lain menjadi Vehicle Routing

Poblem (VRP) dimana semua penempatan memiliki lokasi yang sama. Oleh

karena itu, PCLP adalah persoalan yang sangat sulit dan memiliki

bebera-pa aplikasi bebera-pada konteks rute (lihat contoh Toth dan Vigo 2001 untuk

sur-vey). Pada saat tertentu, beberapa pekerjaan pada desain optimal struktur

ring pada telekomunikasi telah dibuat di beberapa tahun terakhir. Makalah

oleh Billionent, Elloumi dan Grous djerbi 2002 menunjukkan tujuan nyata dari

pekerjaan tersebut. Makalah ini fokus pada pengembangan metode solusi

ek-sak dan heuristik bagiSynchronous Digital Hierarchy Network Design Problem

(SDHNDP), dimana jumlah dan jenis ring harus dipilih. SDHNDP terhubung

oleh Warehouse Location-Routing Problem (WLRP) yang dikenalkan oleh Perl

dan Daskin tahun 1985, dimana kendaraan berbeda yang tersedia ditiap Depo

dan beberapa diantara mereka harus diseleksi untuk melayani pelanggan (jadi

generalisasi ini kemudian dikenal dengan Multi Depot Vehicle Routing

(17)

yang rumit yang merupakan pendekatan heuristik (lihat Hansen et al).

Be-lakangan ini, Albareda, D’iaz and Fern’andes 2002 menunjukan ekstensi dari

PCLP dimana pelanggan dihubungkan dengan permintaan yang sesuai yang

menampilkan heuristic tabu search dan lower bound untuk memecahkan kasus

sampai 10 penempatan dan 30 pelanggan, disini juga diselesaikan kasus secara

optimal sampai 5 penempatan dan 10 pelanggan. Pada tesis ini diajukan modul

program linear integer 0-1 untuk persoalan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk menyelesaikan persoalan penempatan lokasi bisa digunakan metode Branch

and Bound, tetapi untuk persoalan dengan skala besar (yang sangat sulit)

metode ini tidak bisa menghasilkan penyelesaian yang optimal, maka pada tesis

ini diajukan gabungan metode eksak dan metode heuristik yang diharapkan

dapat menghasilkan penyelesaian yang optimal.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana

menyelesai-kan permasalahan kombinatorial (persoalan penempatan lokasi) dengan

meng-gunakan metode pendekatan layak sekitar, sehingga didapat hasil yang

(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan terkait tentang persoalan

kombinatorial.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode penelitian ini bersifat studi literatur. Dimana untuk mencari hasil

yang optimum dari permasalahan letak lokasi Depo digunakan beberapa teori

pendukung yang berkaitan dengan permasalahan antara lain :

1. Teori-teori yang berkaitan dengan PCLP dan CFLP

(19)

BAB 2

PROGRAM INTEGER

2.1 Program Linear

Program linear merupakan metode matematika untuk mengalokasikan

sum-ber daya yang biasanya terbatas supaya mencapai hasil yang optimal,

misal-nya memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Oleh karena itu

progam linear banyak dipergunakan dalam menyelesaikan masalah-maslah,

an-tara lain ekonomi dan industri.

Para pengambil keputusan sering menghadapi masalah dalam menentukan

alokasi sumber daya yang terbatas karena mereka menginginkan hasil yang

seop-timal mungkin. Dengan menggunakan model program linear, para pengambil

keputusan dapat memprediksi hasil yang akan diperoleh.

Bentuk umum model program linear adalah:

Max(min)Z =Xcjxj.

Kendala

X

aijxj(≤,=,≥)bi,(i= 1,2, ..., m),

(20)

Di mana

xj : banyaknya kegiatanj (j = 1,2, ..., n),

Z : nilai fungsi tujuan,

cj : sumber per-unit kegiatan, untuk masalah memaksimalkancj menunjukkan

keuntungan per-unit per-kegiatan, sedangkan untuk kasus

meminimalkan-cj menunjukkan biaya per-unit per-kegiatan,

b : besarnya sumber dayai(i= 1,2, ..., m),

aij : banyaknya sumber dayaiyang dipakai sumber dayaj.

2.2 Program Integer

Pada masalah Program Linear penyelesaian optimalnya dapat berupa bilangan

real yang berarti penyelesaian bisa berupa bilangan pecahan. Untuk

penyele-saian yang berbentuk pecahan jika mengalami pembulatan ke integer terdekat

maka hasil yang diperoleh bisa menyimpang jauh dari yang diharapkan. Akan

tetapi banyak permasalahan di kehidupan nyata yang memerlukan penyelesaian

variabel keputusannya berupa integer sehingga harus dicari model penyelesaian

masalah sehingga diperoleh penyelesaian integer yang optimum.

Program Integer merupakan pengembangan dari Program Linear di mana

beberapa atau semua variabel keputusannya harus berupa integer. Jika hanya

sebagian variabel keputusannya merupakan integer maka disebut Program

Inte-ger campuran (mixed Integer Progamming ). Jika semua variabel keputusannya

(21)

Sedangkan Program Integer 0-1 merupakan bentuk Program Integer di mana

semua variabel keputusannya harus bernilai integer 0 atau 1 (binary).

Bentuk umum model Program Integer adalah:

Max(min)Z =Xcjxj.

Kendala

X

aijxj(≤,=,≥)bi,(i= 1,2, ..., m),

xj ≥0,(j = 1,2, ..., m),

xj bernilai integer untuk beberapa atau semuaj.

Bentuk umum model Program Integer 0-1 adalah:

Max(min)Z =Xcjxj.

Kendala

X

aijxj(≤,=,≥)bi,(i= 1,2, ..., m),

xj = 0 atauxj = 1,(j = 1,2, ..., n).

2.3 Metode Solusi Dalam Integer Progamming Pendekatan Pembu-latan

Suatu metode yang sederhana dan kadang-kadang praktis untuk

menyelesai-kan integer progamming adalah dengan membulatmenyelesai-kan hasil variabel keputusan

(22)

waktu dan biaya yang diperlukan untuk memperoleh suatu solusi. Bahkan,

pen-dekatan pembulatan dapat merupakan cara yang sangat efektif untuk masalah

integer progamming yang besar dimana biaya-biaya hitungan sangat tinggi atau

untuk masalah nilai-nilai solusi variabel keputusan sangat besar. Contohnya,

pembulatan nilai solusi jumlah pensil yang harus diproduksi dari 14.250,2

men-jadi 14.250,0 semestinya dapat diterima. Namun demikian sebab utama

kega-galan pendekatan ini adalah bahwa solusi yang diperoleh mungkin bukan solusi

integer optimum yang sesungguhnya.

Dengan kata lain, solusi pembulatan dapat lebih jelek dibanding solusi

inte-ger optimum yang sesungguhnya atau mungkin merupakan solusi tak layak. Ini

membawa konsekuensi besar jika jumlah produk-produk seperti pesawat angkut

komersial atau kapal perang yang harus diproduksi dibulatkan ke bilangan bulat

terdekat.

Tiga masalah berikut disajikan untuk mengilustrasikan prosedur

pembula-tan:

Masalah 1

Maksimumkan Z = 100X1+ 90X2

Dengan syarat 10X1+ 7X2 ≤70

5X1+ 10X2 ≤50

(23)

Masalah 2

Minimumkan Z = 200X1+ 400X2

Dengan syarat 10X1+ 25X2 ≥100

3X1 + 2X2 ≥12

X1+ X2 ≤0

Masalah 3

Maksimumkan Z = 80X1+ 100X2

Dengan syarat 4X1+ 2X2 ≤12 X1+ 5X2 ≤15

X1+ X2 ≤0

Perbandingan antara solusi dengan metode simpleks tanpa pembatasan

bilan-gan bulat, pembulatan ke bilanbilan-gan bulat terdekat dan solusi integer optimum

(24)

Masalah Solusi dengan metode Dengan pembulatan Bulat optimum

Masalah pertama adalah masalah maksimasi, dimana solusi pembulatan

meng-hasilkan keuntungan 680, hanya lebih kecil 20 dibanding yang dimeng-hasilkan solusi

bulat optimum 700. Masalah kedua adalah masalah minimasi dimana solusi

pembulatan adalah tak layak. Ini menunjukan bahwa meskipun pendekatan

adalah sederhana, namun kadang-kadang menyebabkan solusi tak layak. Untuk

mencegah ketidaklayakan, nilai solusi simpleks dalam masalah minimasi harus

dibulatkan ke atas. Misalnya, pada masalah kedua jika solusi dibulatkan ke

atas diperoleh X1 = 2 dan X2 = 4 dan merupakan solusi layak. Sebaliknya,

pada masalah maksimasi nilai solusi simpleks semestinya dibulatkan ke bawah.

Pada msalah ketiga, solusi pembulatan juga tak layak. Namun, seperti

dalam masalah minimasi, jika solusi simpleknya X1 = 2,14 dan X2 = 1,71

(25)

layak. Ini dapat dibuktikan dengan meneliti masing-masing kendala model

dengan nilai variabel keputusan yang telah dibulatkan kebawah.

Suatu metode yang serupa dengan pendekatan pembulatan adalah prosedur

coba-coba (trial and eror). Dengan menggunakan cara ini, pengambil

keputu-san mengamati solusi integer dan memilih solusi yang mengoptimumkan nilai

fungsi tujuan. Metode ini sangat tidak efektif jika masalahnya melibatkan

se-jumlah besar kendala dan variabel. Terlebih lagi, memeriksa kelayakan setiap

solusi yang dibulatkan banyak memakan waktu.

2.4 Pendekatan Grafik

Masalah Integer Progamming yang melibatkan hanya dua variabel dapat

dise-lesaikan secara grafik. Pendekatan ini identik dengan metode grafik LP dalam

semua aspek, kecuali bahwa solusi optimum harus memenuhi persyaratan

bilan-gan bulat. Mungkin pendekatan termdah untuk menyelesaikan masalah integer

progamming dua dimensi adalah menggunakan kertas grafik dan mengambarkan

sekumpulan titik-titik integer dalam ruang solusi layak. Masalah berikut akan

diselesaikan dengan pendekatan grafik.

Maksimumkan Z = 100X1 + 90X2

Dengan syarat 10X1+ 7X2 ≤70

5X1+ 10X2 ≤50

(26)

Model ini serupa dengan model LP biasa. Perbedaannya hanya pada kendala

terakhir yang mengharapkan bahwa variabel terjadi pada nilai non negatif

in-teger.

Solusi grafik masalah ini ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Z= 700

Ruang solusi layak adalah OABC. Solusi optimum masalah LP ditunjukkan

pada titik B, dengan X1 = 5,38 dan X2 = 2,31 serta Z = 746,15. Untuk

mencari solusi integer optimum masalah ini, garis Z (slope = -9/10) digeser

secara sejajar dari titik B menuju titik asal. Solusi integer optimum adalah

titik integer pertama yang bersinggungan dengan garis Z. Titik itu adalah A,

(27)

2.5 Pendekatan Gomory (Cutting Plane Algorithm)

Suatu prosedur sistematik untuk memperoleh solusi integer optimum terhadap

pure integer progamming pertama kali dikemukakan oleh R.E. Gomory. Ia

kemudian memperluas prosedur ini untuk menangani kasus yang lebih sulit

yaitumixed integer progamming.

Langkah-langkah prosedur Gomory diringkas seperti berikut:

1. Selesaikan masalah integer progamming dengan menggunakan metode

simpleks. Jika masalah sederhana, ia dapat diselesaikan dengan

pen-dekatan grafik, sehingga penpen-dekatan Gomory kurang efisien.

2. Periksa solusi optimum. Jika semua variabel basis memiliki nilai integer,

solusi optimum integer telah diperoleh dan proses solusi telah berakhir.

Jika satu atau lebih variabel basis masih memiliki nilai pecah, teruskan

ke tahap 3.

3. Buatlah suatu skala Gomory (suatu bidang pemotong ataucutting plane)

dan cari solusi optimum melalui prosedur dual simpleks. Kembali ke tahap

2.

2.6 Kendala Gomory Dalam Pure Integer Progamming

Tabel optimum masalah LP di bawah ini merupakan tabel solusi optimum

(28)

Basis X1 Xm w1 wn Solusi

Z 0. . . 0 c1··· cn b0

X1 1. . . 0 a11··· a1n b1

Xm 0 1 am1 amn b1

• Variabel Xi (i= 1, ..., m) menunjukan variabel basis.

• Variabel Xj (j = 1, ..., n) adalah variabel non bebas.

Perhatikan persamaan keidimana variabelX1 diasumsikan bernilai non integer

Xi =bi− X

aijwj dimanab non integer

Kemudian pisahkanbi danaij menjadi bagian yang bulat dan bagian pecah non

negatif seperti berikut:

bi =bi +fi jadifi =bi−bi, dimana 0≤fi ≤1

aij =aij +fij jadifij =aij −aij, dimana 0 ≤fij ≤1

2.7 Metode Branch dan Bound

Metode Branch and Bound merupakan kode komputer standar untuk

inte-ger progamming, dan penerapan-penerapan dalam praktek tampaknya

men-yarankan bahwa metode ini lebih efisien dibanding dengan pendekatan Gomory.

Teknik ini dapat diterapkan baik untuk masalah pure maupun mixed integer

(29)

Langkah-langkah metode Branch and Bound untuk masalah maksimasi

da-pat dilakukan seperti berikut:

1. Selesaikan masalah LP dengan metode simpleks biasa tanpa pembatasan

bilangan bulat.

2. Teliti solusi optimumnya. Jika variabel basis yang diharapkan bulat adalah

bulat, solusi optimum bulat telah tercapai. Jika satu atau lebih variabel

basis yang diharapkan bulat ternyata tidak bulat, lanjutkan ke langkah 3.

3. Nilai solusi pecah yang layak dicabangkan ke dalam sub-sub masalah.

Tu-juannya adalah untuk menghilangkan solusi kontinyu yang tidak memenuhi

persyaratan bulat dalam masalah itu. Pencabangan itu dilakukan melalui

kendala-kendalamutually exclusiveyang perlu untuk memenuhi persyaratan

bulat dengan jaminan tidak ada solusi bulat layak yang tidak diikut

ser-takan.

4. Untuk setiap sub-masalah, nilai solusi optimum kontinyu fungsi tujuan

ditetapkan sebagai batas atas. Solusi bulat terbaik menjadi batas bawah

(pada awalnya, ini adalah solusi kontinyu yang dibulatkan ke bawah). Sub-sub masalah yang memiliki batas atas kurang dari batas bawah yang

ada, tidak diikut sertakan pada analisa selanjutnya. Suatu solusi

bu-lat layak dalah sama baik atau lebih baik dari batas atas untuk setiap

sub masalah yang dicari. Jika solusi yang demikian terjadi, suatu sub

(30)

ke langkah 3.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang metode Branch and

Bound, perhatikan contoh masalah berikut:

Maksimumkan Z = 3X1+ 5X2

Dengan syarat 2X1+ 4X2 ≤25

X1 ≤8

2X2 ≤10

X1; X2 non negatif integer

Solusi optimum kontinyu masalah ini adalah X1 = 8, X2 = 2,26 dan Z =

35,25.

Solusi ini menunjukan batas awal. Batas bawah adalah solusi yang

dibu-latkan ke bawah X1 = 8, X2 = 2 dan Z = 34. Dalam metode Branch and

Bound, masalah itu dibagi ke dalam dua bagian untuk mencari nilai solusi

bu-lat yang mungkin bagiX1 dan X2. Untuk melakukan ini, variabel dengan nilai

solusi pecah yang memiliki bagian pecah terbesar dipilih. Karena pada solusi

ini hanya X2 yang memiliki bagian pecahan, ia dipilih. Untuk menghilangkan

bagian pecah dari nilai X2 = 2,25, dua kendala baru dbuat. Kendala-kendala

ini mewakili dua bagian baru dari masalah itu. Dalam hal ini, dua nilai

bu-lat terdekat terhadap 2,25 adalah 2 dan 3. Sehingga diperoleh dua masalah baru melalui dua kendala mutually exclusive, X2 ≤ 2 dan X2 ≥ 3, yang akan

(31)

efektif menghilangkan semua nilai pecah yang mungkin bagiX2, antara 2 dan 3.

Pengaruhnya mereka mengurangi ruang solusi layak sedemikian rupa sehingga

angka solusi bulat yang diealuasi pada masalah ini makin sedikit.

Bagian A

Maksimumkan Z = 3X1+ 5X2

Dengan syarat 2X1+ 4X2 ≤25

X1 ≤8

2X2 ≤10 (berlebih)

X2 ≤2

X1; X2 ≥0

Bagian B

Maksimumkan Z = 3X1+ 5X2

Dengan syarat 2X1+ 4X2 ≤25

X1 ≤8

2X2 ≤10

X2 ≤3

X1; X2 ≥0

Bagian A dan B diselesaikan tanpa pembatasan bilangan bulat dengan

metode simpleks. Solusi grafik kedua bagian itu ditunjukkan pada gambar

(32)

Bagian A: X1 = 8, X2 = 2, dan Z = 34,

Bagian B: X1 = 6,5, X2 = 3, dan Z = 34,5.

Bagian A menghasilkan suatu solusi yang semuanya bulat. Untuk bagian

A batas atas dan bawah adalah Z = 34. Solusi pecah bagian B membenarkan

pencarian lebih lanjut karena menghasilkan nilai fungsi tujuan yang lebih besar

dari batas atas bagian A. Sangat mungkin bahwa pencarian lebih lanjut

da-pat menghasilkan suatu solusi yang semuanya bulat dengan nilai fungsi tujuan

melebihi batas atas bagian A = 34.

Bagian B dicabangkan ke dalam dua sub bagian, b1 danb2, pertama dengan

kendala X1 ≤6 dan yang lain dengan X2 ≥7. Kedua sub-masalah dinyatakan

sebagai berikut:

Sub bagian B1

Maksimumkan Z = 3X1+ 5X2

Dengan syarat 2X1+ 4X2 ≤25

X1 ≤8 (berlebih)

2X2 ≤10

X2 ≥3

X1 ≤6

(33)

Sub bagian B2

Maksimumkan Z = 3X1+ 5X2

Dengan syarat 2X1+ 4X2 ≤25

X1 ≤8

2X2 ≤10

X2 ≥3

X1 ≥7

X1; X2 ≥0

Solusi simpleksnya adalah :

Sub-bagianB1 : X1 = 6, X2 = 3,25 dan Z = 34,25,

Sub-bagianB2 : tidak layak.

Karena sub-bagian B1 menghasilkan nilai fungsi tujuan yang lebih besar

dari 34 (batas atas bagian A), maka harus dicabangkan lagi ke dalam dua sub

masalah, dengan kendala X2 ≤ 3 dan X2 ≥ 4. Kedua kendala sub masalah

(34)

BagianB1a

Maksimumkan Z = 3X1+ 5X2

Dengan syarat 2X1+ 4X2 ≤25

2X2 ≤10 (berlebih)

X2 ≤3

X2 ≥3

X1 ≤6

X1; X2 ≥0

BagianB1b

Maksimumkan Z = 3X1+ 5X2

Dengan syarat 2X1+ 4X2 ≤25

2X2 ≤10

X2 ≥3 (berlebih)

X2 ≥4

X1 ≤6

X1; X2 ≥0

Solusi optimum dengan metode simpleks adalah :

Sub-bagianB1a : X1 = 6, X2 = 3 danZ = 33,

Sub-bagianB1b : X1 = 4,25, X2 = 4 dan Z = 33,5.

(35)

buruk dibanding dengan solusi yang dihasilkan oleh bagian A. Karena itu, solusi

bulat optimum adalahX1 = 8, X2 = 2 dan Z = 34 yang dihasilkan oleh bagian

A.

Jika pencarian telah diselesaikan, solusi bulat dengan fungsi tujuan tertinggi

(dalam masalah maksimasi) dipilih sebagai solusi optimum.

Hasil perhitungan diatas dapat digambarkan pada gambar berikut:

(36)

BAB 3

VEHICLE ROUTING PROBLEM

3.1 Penempatan Fasilitas

Hampir setiap sektor swasta dan publik dihadapi pada tugas mencari

fasili-tas. Untuk pertimbangan Verter dan Dincer (1995); jenis pekerjaan semakin

penting karena dunia sedang berkembang menuju global. Oleh karena itu,

De-po ditempatkan di negara dan wilayah yang berbeda. Berbagai model telah

dikembangkan untuk menganalisis penempatan fasilitas depo sebagai keputusan

untuk mengoptimalkan satu atau lebih tujuan, sesuai dengan fisik, struktural,

dan kebijakan yang tebatas implementasi pemerintah, insentif dalam berbagai

statis atau deterministik pasangan. J. Rarick, S. Revelle C. (1998) berpendapat

karena modal yang besar pada pengeluaran, penempatan fasilitas dilaksanakan

dalam jangka panjang. Akibatnya, mungkin ada ketidakpastian parameter dari

penempatan lokasi.

Penempatan fasilitas depo memiliki peran penting karena pemilihan lokasi

secara langsung berhubungan dengan sistem gambar, pengontrolan inventaris

dan penanganannya, nasabah dan suplayer. Sebuah lokasi yang baik

memberi-kan keuntungan strategis terhadap persaingan. Untuk memberimemberi-kan pelayanan

kepada nasabah yang berpotensi lebih baik dengan jangka pendek yang

di-nyatakan oleh Jayarman dan Vaidyanathan (1998) sebagai penempatan

(37)

pelayanan bagi nasabah. Kumral M (2004) mengatakan bahwa penentuan

pen-empatan fasilitas adalah fenomena yang biasa ditemukan di daerah penelitian.

Penempatan fasilitas berarti penempatan fasilitas yang direncanakan

berkai-tan dengan fasilitas lainnya menurut beberapa kendala. Ada beberapa metode

kuantitatif dan kualitatif yang diterapkan untuk permasalahan penempatan

fasilitas yang dijelaskan oleh Chen dan Sha (2011).

3.2 Pendekatan Pada Penempatan Fasilitas

Masalah klasik pada penempatan telah dibahas selama bertahun-tahun, seperti

yang diprakarsai oleh Weber (1909), bagaimanapun, model yang bisa diterapkan

hanya pada tahun 1960 ditelaah ulang dengan kemampuan komputasi

otoma-tis oleh Laporte dan Revelle (1996). Banyak metode dapat diterapkan dalam

permasalah penempatan fasilitas depo. Salah satunya adalah metode metrik

k-median yang digunakan oleh Arya, N. Et al. (2004). Ia menyatakan

kesen-jangan lokalitas dari prosedur pencarian lokal untuk minimalisasi permasalahan

sebagai rasio maksimum sebagai solusi optimal (diperoleh dengan menggunakan

prosedur ini) untuk pengoptimalan global.

Jungthirapanich dan Benyamin (1995) menjelaskan ringkasan kronologis

penelitian studi antara tahun 1875-1990 di lokasi industri umum, menyatakan

secara tidak langsung bahwa, sering di masa lalu, sejumlah faktor kuantitatif

seperti transportasi dan biaya kerja diambil ketika perusahaan membuat

(38)

faktor kualitatif dan kuantitatif telah berkembang dengan jelas. Biaya adalah

konsep utama dalam penempatan keputusan internasional dan mungkin ada

trade-off antara berbagai jenis biaya. Atthirawong dan MacCarthy (2003)

menyatakan faktor penempatan biasanya mempengaruhi penempatan

keputu-san internasional.

Masalah penempatan fasilitas meliputi berbagai formulasi, yang mana dalam

kisaran kompleksitas dari jenis model komoditas deterministik linier tunggal

yang sederhana menjadi multi komoditas nonlinier versi stokastik yang

dis-arankan oleh Jayaraman danVaidyanathan (1998). Hoffman dan J

Schnieder-jans (1994) menyatakan bahwa untuk strategi ekspansi global pada perusahaan

penempatan fasilitas memiliki peran penting. Akan tetapi hanya sedikit jurnal

yang membahas untuk membantu perusahaan untuk menggunakan strategi ini.

Menurut Jayaraman, Vaidyanathan (1998) model matematika memiliki banyak

keuntungan untuk membantu desain metodologi yang saling berhubungan.

Mod-el matematika tersebut menjawab pertanyaan berapa banyak fasilitas harus

dile-takkan, di mana penempatan untuk fasilitas tersebut dan bagaimana pengaruh

faktor penempatan pada pemilihan ini.

Menurut Chuang (2002), QFD digunakkan untuk faktor penempatan

fasili-tas. Kriteria Lokasi dan faktor pertimbangan lainnya memiliki nilai dan model

berisi persyaratan penempatan (persyaratan kualitas yang mereka harapkan),

kriteria penempatan (karakteristik Kualitas yang mereka harapkan), pentingnya

(39)

normal-isasi kriteria penempatan. Semua ini yang berhubungan dalam sebuah matriks.

Tujuannya adalah apakah persyaratan penempatan dan kriteria penempatan

memuaskan.

3.3 Vehicle Routing Problems

Logistik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap biaya dan keputusan

su-atu perusahaan, logistik juga berpengaruh untuk menghasilkan level pelayanan

kepada konsumen yang berbeda-beda. Tujuan akhir manajemen logistik adalah

mendapatkan sejumlah barang atau jasa yang tepat pada tempat dan waktu

yang tepat, serta kondisi yang diinginkan dengan memberikan kontribusi

terbe-sar bagi perusahaan.

Untuk mencapai tujuan akhir manajemen logistik, diperlukanlah suatu

sis-tem distribusi produk yang :

• Memastikan bahwa produk yang tersedia pada waktu dan jumlah yang

tepat sesuai permintaan konsumen.

• Memiliki kualitas yang terjamin.

• Memperhatikan tingkat keselamatan dalam pendistribusiannya.

Suatu perusahaan harus dapat mengoptimalkan sistem distribusinya agar

dapat bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya. Salah satu caranya adalah

dengan pengoptimalan transportasi. Salah satu permasalahan dalam

(40)

kendaraan dengan biaya rendah dimana tiap kendaraan barawal dan berakhir di

depot, setiap konsumen hanya dilayani sekali oleh sebuah kendaraan, serta total

permintaan yang dibawa tidak melebihi kapasitas kendaraan. Transportasi ini

memberikan kontribusi biaya 1/3 sampai 2/3 dari total biaya distribusi.

Vehicle routing problrms (VRP), pertama kali dikenalkan oleh Dantzig dan

Ramser pada tahun 1959. VRP ini memegang peranan penting pada

mana-jemen distribusi dan telah menjadi salah satu permasalahan dalam

optimal-isasi kombinasi yang dipelajari secara secara luas. VRP merupakan

manaje-men distribusi barang yang memperhatikan pelayanan, periode waktu tertentu,

sekelompok konsumen dengan sejumlah kendaraan yang berlokasi pada satu

atau lebih depot yang dijalankan oleh sekelompok pengendara menggunakan

road network yang sesuai. Solusi dari sebuah VRP yaitu menentukan

sejum-lah rute, yang masing-masing dilayani oleh suatu kendaraan yang berasal dan

berakhir pada depotnya, sehingga kebutuhan pelanggan terpenuhi, semua

per-masalahan operasional terselesaikan dan biaya transportasi secara umum

di-minimalkan.

Karakteristik konsumen dalam VRP :

• Menempatkan road graph dimana konsumen berada.

• Adanya demand dalam berbagai tipe dan harus diantarkan ke tempat

konsumen.

(41)

• Waktu yang dibutuhkan untuk mengantarkan barang ke lokasi konsumen

(loading time), hal tersebut dapat berhubungan dengan jenis kendaraan.

• Sekelompok kendaraan tersedia digunakan untuk melayani konsumen.

Terdapat 4 tujuan umum VRP, yaitu :

• Meminimalkan biaya transportasi global, terkait dengan jarak dan biaya

tetap yang berhubungan dengan kendaraan.

• Meminimalkan jumlah kendaraan (atau pengemudi) yang dibutuhkan

un-tuk melayani semua konsumen.

• Menyeimbangkan rute, untuk waktu perjalanan dan muatan kendaraan.

• Meminimalkan penalti akibat service yang kurang memuaskan dari

kon-sumen.

Menurut Toth dan Vigo (2002) ditemukan variasi permasalahan utama VRP

yaitu :

• Setiap kendaraan memiliki kapasitas yang terbatas (capacitaced VRP

-CVRP)

• Setiap konsumen harus dikirimi barang dalam waktu tertentu (VRP with

time windows-VRPTW)

• Vendor menggunakan banyak depot untuk mengirimi konsumen (multiple

(42)

• Konsumen dapat mengembalikan barang-barang kembali ke depot (VRP

with pick up and delivering-VRPPD)

• Konsumen dilayani dengan menggunakan kendaraan yang berbeda-beda

(split-delivery VRP-SDVRP)

• Beberapa besaran (seperti jumlah konsumen, jumlah permintaan, waktu

melayani dan waktu perjalanan)

• Pengiriman dilakukan dalam periode waktu tertentu (periodicVRP-PVRP)

3.4 Vehicle Routing and Scheduling

Vehicle routing and scheduling merupakan perluasan dari vehicle routing

prob-lem. Beberapa batasan yang realistis yang termasuk didalamnya adalah sebagai

berikut :

1. Dalam setiap titik pemberhentian, ada sejumlah volume yang diambil dan

dikirim.

2. Beragam kendaraan kemungkinan digunakan, disebabkan karena beragam

batasan kapasitas pengangkutan.

3. Maksimum total waktu kerja operator kendaraan untuk melakukan

pen-giriman sebelum periode istirahat selama kurang lebih 8 jam.

4. Titik pemberhentian (konsumen) hanya memperbolehkan pengiriman dan/atau

(43)

5. Pengambilan hanya boleh dilakukan setelah dilakukan pengiriman.

6. Operator kendaraan diperbolehkan istirahat atau makan siang pada waktu

tertentu.

Beberapa batasan diatas menambah kompleksitas masalah rute ini dan

mempersulit kita dalam pemilihan solusi yang optimal. Solusi yang paling

optimal dapat diperoleh dengan cara menerapkan beberapa panduan untuk

menghasilkan routing dan scheduling yang baik atau beberapa prosedur

logi-cal heuristic dengan pertimbangan kendaraan memulai perjalanan dari pabrik

(depot), menuju ke beberapa titik pemberhentian (stop) untuk melakukan

pen-giriman, dan kembali ke pabrik (depot) pada hari yang sama.

3.4.1 Methods for Routing and Scheduling

Permasalahan untuk mendapatkan hasil solusi yang optimal dari pemecahan

VRP (Vehicle Routing Problems) menjadi bertambah jika terdapat

penamba-han kendala (constraint) pada kasus yang harus diselesaikan. Kendala-kendala

tersebut antara lain batasan waktu (time windows), jenis kendaraan angkut

yang berbeda-beda kapasitas angkutnya, total waktu maksimum operator kendaraan

melakukan pengiriman, hambatan-hambatan diperjalanan, waktu istirahat

op-erator kendaraan ketika melakukan pengiriman dan lain sebagainya. Dari banyak

pendekatan untuk memecahkan masalah VRP terdapat dua metode yang

pal-ing umum digunakan yaitu sweep method dan savings method. Kedua metode

(44)

3.5 Penyelesaian Vehicle Routing Problems

Pada dasarnya, terdapat 3 macam penyelesaian VRP :

1. Solusi eksak

Pada solusi eksak dilakukan pendekatan dengan menghitung setiap solusi

yang mungkin sampai satu terbaik dapat diperoleh. Branch and Bound

dan Branch and Cut merupakan contoh dari penyelesaian eksak.

2. Heuristik

Metode Heuristik memberikan suatu cara untuk menyelesaikan

permasala-han optimasi yang lebih sulit dan dengan kualitas dan waktu penyelesaian

yang lebih cepat daripada solusi eksak. Contoh metode heuristik antara

lain: Saving Based.

3. Sweep Method

Sweep method adalah metode yang sederhana dalam perhitungannya,

bahkan untuk memecahkan masalah dengan ukuran yang cukup besar.

Keakuratan metode ini rata-rata kesalahan perhitungannya adalah

sebe-sar 10 persen.

Keakuratan metode ini adalah pada cara pembuatan jalur rutenya.

Pros-esnya terdiri dari dua tahap, pertama titik pemberhentian ditentukan

untuk kendaraan yang ada. Tahap kedua adalah menentukan urutan titik

pemberhentian pada rute. Karena melibatkan dua tahapan proses maka

(45)

dengan baik oleh metode ini.

Metode ini termasuk di dalam metode cluster atau pengelompokan, yang

mana pengelompokan awal dilakukan dengan menggabungkan

perhentian-perhentian yang setiap kelompok mengakomodasi volume masing-masing

perhentian. Volume total perhentian dari satu cluster mungkin akan

melebihi kapasitas kendaraan karenanya beberapa perhentian dipindahkan

ke kendaraan yang kapasitasnya belum penuh. Relokasi seperti ini

di-lakukan dengan menggunakan metode transportasi linear progamming.

Yang menarik dari metode ini adalah perhentian dikelompokkan berdasarkan

kedekatan dan logikanya akan menghasilkan jarak total yang rendah.

Keti-ka volume cluster melebihi kapasitas kendaraan relokasi perhentian ke

cluster lain dilakukan untuk mendapatkan keseimbangan optimum

di-antara cluster. Karena pengelompokkan terpisah dari pengurutan (

se-quencing), kendala waktu tidak dapat diselesaikan menggunakan metode

(46)

BAB 4

MODEL MATEMATIKA PCLP dan PENYELESAIANNYA

4.1 Model Matematika PCLP

Persoalan memodelkan PCLP merupakan kebutuhan untuk mengenalkan

be-berapa notasi. Misalkan V = I ∪J merupakan set lokasi, dimana I mewakili

lokasi pelanggan danJ merupakan lokasi penempatan potensial. E merupakan

edge yang terhubung tidak langsung ke semua pasangan lokasi yang mungkin

pada V dan G ( V , E ) sebuah graph yang didefinisikan PCLP. Tiap lokasi

penempatan yang potensial j ∈ J memiliki biaya sosiasi fj, dapat melayani

sebagian besar pelanggan qj. Dihubungkan ke tiap pelanggan i ∈ I dan tiap

depot yang potensial j ∈ J terdapat biaya tugas dij, dan terhubung ke tiap

edge e∈E terdapat biaya rutece.

PCLP dapat diformulasikan secara sistematis dengan menentukan variabel.

Pada tiap penempatan j ∈ J. yj merupakan variabel biner yang mengambil

nilai 1 jika penempatan j terbuka pada persamaan dan 0 jika sebaliknya. Tiap

edgee∈E memiliki variabel integer yang terhubungxemengambil nilai 2 jika 1

dengan verteksnya merupakan penempatan dan lainnya merupakan pelanggan

dan mereka hanya titik pada siklus nilai 1 jika edge e merupakan bagian dari

siklus yang mengunjungi pelanggan lainnya disamping nilai ekstrimya, dan nilai

0 jika sebaliknya. Untuk tiapi∈Idan tiapj ∈Jsebuah variabelzij mengambil

(47)

sebaliknya.

Untuk menyederhanakan notasi, digunakan E1 untuk menotasikan semua

edge yang menghubungkan pelanggan, sebagai contohE1: ={[i, i] :i∈I, i∈I}

dan kami mengansumsikan bahwaE\E1 hanya berisi edge yang menghubungkan

satu pelanggan dengan satu penempatan yang potensial, sebagai tambahan,

tiap vertek S ⊂V kami mendefinisikan:

δ(S) :={[u, v]∈E :u∈S, v ∈S}

E(S) :={[u, v]∈E :u∈S, v ∈S}

Dan v ∈V lainnya kami menuliskan δ(v) sebagai pengganti δ({v}). Selain

(48)

Kemudian model seperti dibawah ini:

Kendala (4.2) melaksanakan tiap jumlah pelanggan i ditentukan dengan tepat

pada penempatanj. Kapasitas pada kendala (4.2) membatasiqj jumlah

pelang-gan yang satu penempatan j ∈ J dapat dilayani dan mencegah pelanggan

di-tentukan pada penempatan tak tebuka. Perhatikan bahwa jika qj ≥ |I| untuk

semua j ∈ J, kami mendapatkan versi tak berkapasitas dari PCLP. Kendala

(4.4) dan (4.5) merupakan derajat kendala dan memastikan bahwa derajat tiap

(49)

2 jika dan hanya jika berasal dari siklus tersebut. Kendala (4.6), serupa dengan

kendala eliminasi kunjungan pada TSP lihat [M.W. Padberg, G. Rinaldi 1991],

yang merupakan kendala terhubung. Dalam hal ini bisa dinyatakan bahwa tiap

verteks S ⊂ V harus terhubung pada komplemennya sedikitnya 2 edge kapan

saja terdapat pasangan verteksidanj sepertiiyang merupakan pelanggan

pa-da S,j merupakan penempatan yang tidak pada S, daniditunjuk kej. Kendala

(4.7) menyatakan bahwa pelanggan I dalah tidak ditunjuk pada penempatan

j kemudian edge [i, j] tidak bisa dirutekan. Kendala (4.8) menyatakan bahwa

jika pelanggan i dan i′ ditunjuk ke penempatan j dan jyang berbeda,

kemu-dian mereka tidak dapat berada pada satu siklus yang sama. Terakhir, kendala

(4.9)-(4.12) adalah persamaan integral bagi jenis variabel yang berbeda.

4.2 Metode Pendekatan

Meskipun pendekatanbrand-and-bound dengan mudah diadopsi, untuk

bebera-pa kelas dari masalah berskala besar seperti prosedur yang mungkin akan mahal

saat dilakukan komputasi. Kami telah mengadopsi pendekatan dari

pemerik-saan masalah penurunan beberapa variabel bilangan bulat yang konstan dan

hanya sedikit subset yang berbeda pada langkah diskrit.

Ini mungkin diimplementasikan dalam struktur program dengan penilaian

semua variabel bilangan bulat pada batasnya pada solusi yang kontinu sebagai

nonbasic dan menyelesaikan masalah penurunan dengan mempertahankannya

(50)

1. Langkah Pertama, menyelesaikan masalah yang mengabaikan syarat

inte-gral.

2. Langkah Kedua, menghasilkan solusi kelayakan bilangan bulat (sub-optimal)

menggunakan pembulatan heuristik dari solusi kontinu.

3. Langkah Ketiga, membagi himpunanI dari variabel bilangan bulat

men-jadi himpunan I1 pada batas-batasnya yang nonbasic pada solusi yang

kontinu dan himpunan I2. I =I1+I2.

4. Langkah Keempat, melakukan pencarian pada fungsi objektif,

memperta-hankan variabel nonbasic I1 dan memungkinkan perubahan diskrit pada

nilai variabel I2.

5. Langkah Kelima, pada solusi yang diperoleh pada Langkah Keempat,

periksa harga penurunan dari variabelI1. Jika ada yang harus dilepaskan

dari batas-batasnya, tambahkan mereka ke himpunan I2 dan ulangi dari

langkah Keempat, jika tidak, maka berhenti.

Ringkasan diatas memberikan struktur pengembangan strategi khusus untuk

masalah kelas tertentu. Sebagai contoh, pembulatan heuristik pada Langkah

2 dapat disesuaikan dengan kendala-kendala yang sesuai dengan sifatnya, dan

langkah 5 dapat melakukan penambahan satu variabel sekaligus kehimpunan

I2.

Pada level praktis, implementasi dari prosedur membutuhkan pilihan dari

(51)

bi-langan bulatnya. Pencarian pada langkah 4 dipengaruhi oleh beberapa

pertim-bangan, seperti langkah diskrit pada variabel bilangan bulat super-basic yang

hanya muncul jika semua bilangan bulat basic tersisa dalam toleransi khusus

dari kelayakan bilangan bulat.

Pada umumnya, selain struktur kendala mempertahankan kelayakan

bilan-gan bulat pada variabel basic bilangan bulat untuk perubahan diskrit pada

super-basic, bilangan bulat pada himpunanI2 harus dibuatsuper-basic. Hal ini

dapat diperoleh selama ini diasumsikan bahwa himpunan variabel slack yang

lengkap termasuk dalam masalah.

4.3 Menguatkan Model LP-Relaksasi

Untuk memecahkan PCLP dengan menggunakan model sebelumnya, pendekatan

alami dengan menggunakan Pemrograman Linier. Untuk mengakhirinya,

san-gat bermanfaat untuk mencari pertidaksamaan yang valid seperti

pertidak-samaan yang diselesaikan oleh semua perpertidak-samaan yang sesuai meskipun tidak

memerlukan formulasi integer, membantu mengurangi celah antara nilai model

LP-relaxation yang optimal dan nilai persamaan program integer yang optimal.

Pada bagian ini akan ditampilkan beberapa kelompok dari pertidaksamaan yang

valid untuk PCLP.

Kekuatan LP-relaxation yang pertama model (4.1) - (4.12) diperoleh dari

persamaan sederhana dibawah ini:

(52)

Yang memberlakukan pelanggan i ∈ I tidak dapat ditunjuk sebagai

penem-patan j ∈ J jika j buka terbuka. Persamaan (4.13) mempengaruhi persamaan

(4.3) saat qj ≥ |I| seperti saat pemecahan contoh PCLP tak berkapasitas.

Kegunaan lain dari anggota persamaan, dihubungkan ke path inequalities

yang diajukan dalam Fischetti, Salaze dan Toth [6] danchain barrier constraints

yang ditampilkan Laporte, Nobert dan Arpin [11], seperti dibawah ini, untuk

tiap Q⊆J,i, i⊆I dan path dari i kei′, pertidaksamaan

adalah valid bagi PCLP. Sebenarnya, pertidaksamaan ini berisi persamaan (4.8)

yang muncul saat P = {|i, I′|}, dan mereka menyatakan bahwa sebuah rute

tidak dapat memperoleh pelanggan yang terlayani oleh penempatan yang

berbe-da.

Adalah valid bagi PCLP. Pertidaksamaan ini mempengaruhi S untuk

ter-hubung ke komplemennya setidaknya dua edge untuk tiap pelanggan S yang

ditunjuk pada penempatan S. Ini mudah dilihat bahwa persamaan ini lebih

kuat dibanding persamaan (4.6).

Terakhir, anggota dari pertidaksamaan valid lainnya bagi PCLP diberikan:

x(E(H)) +x(T)≤ |H∩I|+ X j∈H∩J

yj+X

j∈Jr

yj + (|T ∩E1| −1)/2 (4.16)

(53)

1. {i, j} ∩ {k, l}= untuk [i, j], [k, l]T dan [i, j]6= [k, l]

2. |T ∩E1| ≥3 dan ganjil

Dan dimana JT menampilkan penempatan yang bertetangga dengan edge

pada T. Pertidaksamaan ini merupakan varian dari 2-matching constraintsklasik

bagi TSP. Ini dapat diperoleh dengan menambahkan derajat persamaan (4.4)

bagi semua vertexHTI, derajat persamaan (4.5) bagi semua vertexH∩J dan

menuju kendala

xii′ ≤1 untuk semua [i, i ′

]∈T ∩E1,

xij ≤2yj untuk semua [i, j]∈T\E1.

(54)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari persoalan penempatan lokasi Depo yang sederhana (skala kecil) bisa

dise-lesaikan dengan metode Branch and Bound, tetapi apabila persoalannya dalam

skala besar, metode Branch and Bound tidak begitu efektif, sehingga untuk

menyelesaikan persoalan tersebut digunakan metode pendekatan layak sekitar

(metode eksak dan metode heuristik) yang dapat menghasilkan penyelesaian

yang optimal .

5.2 Saran

Penyelesaian pada tesis ini adalah merupakan penggunaan metode secara

teori-tis, diajukan kepada yang berminat pada bidang ini bisa melanjutkan dengan

(55)

DAFTAR PUSTAKA

M. Albareda, I.A. Diaz, & E. Fernandez. (2002) ”A Compact Model and Tight Bounds For a Combined Location Routing Problem”,Optimization Days, Mon-treal.

A. Billionnet, S. Elloumi, & L. Gruoz Djerbi. (2002) ”Designing radio-mobile access networks based on SDH rings”,Technical Report 325, CEDRIC.

A. Caprara & M. Fischetti.(1997) ”Branch and cut algorithms”. In M. Dell Amico, F. Maffioli, S. Martello(editors), Annotated bibliographies in Combina-torial Optimization, John Wiley & Sons.

G. Cornuegols, G.L Nemhauser, & L.A Wosley. (1990) ”The Uncapacitated Facility Location Problem”. In P.B. Mirchandani, R.L. Francis(eds), Discrete Location Theory, John Wiley & Sons.

M. Fischetti, G. Romanin Jacur, J.J. Salazar. (2003) ”Optimization of the Interconecting Network of a UMTS Radio Mobile Telephone System”, Euro-pean Journal of Operational Research 144(1998)56-57.

M. Fischetti, J.J. Salazar, P. Toth. (1998) ”Solving the Orienteering Prob-lem Through Branch-and-cut”. INFORMS Journal on Computing 10, 133-148.

E. Gourdin, M. Labbe, H. Yaman. (2002) ”Telecommunication and Location”. In Z. Drezner, H.W. Hamacher(editors), Facility Location: Applications adn Theory,Springer.

(56)

G. Laporte. (1992) ”The Vehicle Routing Problem: An overview of exact and approximate algorithms”,European Journal of Operational Research 59 (1992) 345-358.

M.W. Padberg, G. Rinaldi. (1991) ”A branch-and-cut algorithm for the resolu-tion of large-scale symmetric traveling salesman problems”, SIAM Review 33, 60-100.

P. Toth & D. Vigo(editors).(2001)”‘The Vehicle Routing problem”,SIAM Mono-graphs on Discrete Mathematics and Applications.

L.A. Wosley. (1998) ”Integer Programming”, Wiley-Interscience.

Arya, V., Garg, N., Khandekar R., Meyerson, A., Munagala. K., Pandit V., (2004), Local Saerch Heuristics for k-median and Facilty Location Problems,

Society for Industrial and Applied Mathematics, 544-562.

C., W., Chen, D., Y., Sha. (2001), A new approach to the multiple objec-tive facilty layout problem,Journal of Integrated Manufacturing Systems, 59-66.

Chuang, P., T., A QFD. (2002), Approach for Distribution Location Model, In-ternational Journal of Quality and Realibility Management, Volume 19,No.8/9, 1037-1054.

Hoffman, J. And Schniederjans, M., (1994), ”A two-stage model for structuring global facilty site selection decisisons”, International Journal of Operations & Production Management, Volume 14, No. 4, 79-96.

(57)

inventory issues in distribution network design”, An investigation; Internation-al JournInternation-al of Operations & Productions management, Volume 18 No. 5, pp. 471-494.

Kumral M. (2004), ”Optimal Location of a mine facilty by genetic algorithms”, Mining Technology,Trans. Inst. Min. Metall. June, Volume 113, pp. 83.

Laporte G., Revelle C. S., (1996), The Plant Location problem: new mod-els and search prospecht, Operations Research Journal, Vol 44. No. 6, 147-151.

Ozsoy FA, Lable. M. Bourdin. E. (2008). Analytical and Emperical Compa-ration of integer progamming formulation for a partitionaring. Hub Location-Routing Problem. Technical Report of Universite Libae de Brixells, Belgium

Referensi

Dokumen terkait

Oman Sukmana, M.Si selaku Kepala Jurusan Program Studi Kesejahteraan sosial sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dukungan serta motivasinya

yang terjadi akibat gesekan antara drillstring dan formasi. Sumur X-01 merupakan sumur vertikal pada lapangan X yang akan dilakukan pemboran horizontal re-entries dengan membuat

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek

Menurut Houglum (2005), prinsip rehabilitasi harus memperhatikan prinsip- prinsip dasar sebagai berikut: 1) menghindari memperburuk keadaan, 2) waktu, 3) kepatuhan, 4)

Puji syukur Alhamdulillah marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan skripsi yang

Puji syukur Alhamdulillah marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan proposal skripsi yang

Hasil pengamatan terhadap intensitas penyakit busuk batang yang disebabkan oleh S.rolfsii pada berbagai konsentrasi inokulum dilihat pada Tabel 3... Persentase

Sedangkan dari hasil perhitungan ekstrapolasi pada kedalaman -163 cm dosis radiasi yang ditimbulkan sudah mendekati nol µSv/jam, sehingga posisi diatas air kolam