ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN INTERNAL DAN
EKSTERNAL TERHADAP KINERJA USAHA KECIL
DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS PADA DEBITUR
PT. SARANA SUMUT VENTURA DENGAN
PINJAMAN DIATAS 100 JUTA RUPIAH)
TESIS
OLEH :
BAGUS RUKMANTARA
NIM. 097019047 / IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN INTERNAL DAN
EKSTERNAL TERHADAP KINERJA USAHA KECIL
DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS PADA DEBITUR
PT. SARANA SUMUT VENTURA DENGAN
PINJAMAN DIATAS 100 JUTA RUPIAH)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH :
BAGUS RUKMANTARA
NIM. 097019047 / IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis
: ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN
INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP
TERHADAP KINERJA USAHA KECIL
DI KOTA MEDAN ( STUDI KASUS
PADA DEBITUR PT. SARANA SUMUT
VENTURA DENGAN PINJAMAN
DIATAS 100 JUTA RUPIAH)
Nama Mahasiswa : Bagus Rukmantara Nomor Pokok : 097019047
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui, Komisis Pembimbing:
(Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si ) (Dr. Khaira Amalia F, MBA,Ak ) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana
Tanggal lulus : 18 Agustus 2011
Telah diuji pada tanggal : 18 Agustus 2011 __________________________________________________________________
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si Anggota : 1. Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak.
PERNYATAAN
Saya dengan ini menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul :
” Analisis Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus pada Debitur PT. Sarana Sumut Ventura Dengan Pinjaman Diatas 100 Juta Rupiah)”. adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga pada waktu sebelumnya.
Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.
Medan, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Bagus Rukmantara, 2011, Analisis Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus
Pada Debitur PT. Sarana Sumut Ventura Dengan Pinjaman Diatas
100 Juta Rupiah), Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, Msi, Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak
Pada pembangunan ekonomi di Indonesia Usaha Kecil dan Menengah (UKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena menyangkut sebagian besar jumlah penduduk yang hidup dalam kegiatan usaha tersebut baik di sektor tradisional maupun modern. Perkembangan usaha kecil diharapkan dapat bersaing sehat dengan pasar besar di tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini, selain itu usaha kecil dapat diharapkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan sehingga terciptanya persaingan dan stabilitas perekonomian Indonesia yang baik.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang lingkungan internal dan eksternal perusahaan, pengukuran kinerja usaha dengan menggunakan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan internal pengusaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, dan SDM terhadap kinerja usaha kecil dan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan eksternal pengusaha kecil yang terdiri dari akses modal, dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.
Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan survey dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanatory. Populasi yang digunakan ialah seluruh Usaha Kecil binaan PT. Sumut Ventura yang berdomisili di kota Medan dan mendapatkan pembiayaan diatas Rp 100 juta. Usaha kecil yang memenuhi kriteria tersebut berjumlah 35 perusahaan pasangan usaha (debitur). Penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan sampling purposive yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini meliputi kemudahan pengukuran kinerja usaha kecil dengan menggunakan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard.
Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah multiple linier regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan internal usaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Lingkungan eksternal usaha kecil yang terdiri dari akses modal dan kebijakan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.
ABSTRACT
Bagus Rukmantara, 2011, Analysis Of Influence Of Internal And External Environment Performance Of Small Business In The City Of Medan
(Case Study On The Debtor PT Sarana Sumut Ventura With Loan
Above RP 100 Million), Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, Msi, Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak
On economic development in Indonesia Small and Medium Enterprises (SME) sector has always been described as having an important role, because it involves the most number of people living in these business activities in both traditional and modern sectors. The development of small businesses are expected to compete well with large market in the middle of its free market is happening right now, other than that small businesses can be expected to increase incomes, employment opportunities, and prosperity of society as a whole so that the creation of competition and the stability of Indonesia's economy is good.
The therories used in this research are internal and external environment of business, and balance scorcard perspectives to measure the performance. The purposes of this research are to study and analyze the impact of internal environment small scale business consisted of capital, marketing, and human resourse on the performance, and to study and analyze the impact of external environment small scale business consisted of capital acces, and government policy on the performance of the small scale business in Medan.
The method used in this study is a survey approach to the type of research is descriptive quantitative and explanatory. The population used is the Small Business built PT. Ventura resident of North Sumatera in Medan city and get the financing over Rp 100 million. Small businesses that meet these criteria totaled 35 joint-venture companies (the debtor). Sampling in this study is the purposive sampling is sampling with certain considerations. These considerations include ease of performance measurement of small businesses by using the four perspectives in balance scorecard. The methods of collecting data are distributing a list of questions and documentary studies. The method of analysis data used in the study were multiple linear regression.
The result showed that the internal environment of small businesses consisting of capital, marketing and human resources have a positive and significant impact on the performance of small businesses. The external environment which consist of small businesses access capital and government policies have a positive and significant impact on the performance of small businesses in the city of Medan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadiarat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberi berkah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Pada
penulisan tesis ini, penulis memilih judul: Pengaruh Lingkungan Internal dan
Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus pada debitur
PT. Sarana Sumut Ventura).
Penulis menyadari bahwa selama melakukan penelitian serta penulisan tesis
ini penulis banyak memperoleh bimbingan, petunjuk serta dukungan baik secara
moril dan materil dan berbagai pihak, Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. A. Rahim Matondang, MS, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Magister
4. Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Ibu Dr. Khaira Amalia, MBA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA
dan Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Komisi Pembanding yang banyak
memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.
7. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh Pegawai Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana USU.
9. Khususnya dan teristimewa kepada Istri tercinta Hesti Dwijayanti dan
Anak-anak tersayang, Primadika Tasha Rukmantara dan Ghanasena Rukmantara,
terima kasih atas dukungan dan do’anya yang begitu besar.
10. Kekuarga Besar Bapak Soeryanata dan Bapak Sutijono Partoutomo
atas dukungannya selama ini.
11. Rekan-rekan di PT Sarana Sumut Ventura terima kasih atas do’a
dan dukungannya.
12. Seluruh rekan-rekan angkatan XVII di Program Studi Ilmu Manajemen
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya untuk
kerjasamanya yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam
menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna tapi penulis yakin tesis ini dapat memberi manfaat kepada seluruh pembaca
pada umumnya dan kepada penulis pada khususnya.Semoga Allah SWT memberi
keberkahan dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.
Medan, Agustus 2011 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Bagus Rukmantara lahir di Bogor pada tanggal 21 September 1966, anak
keenam dari enam bersaudara, dari Ayahanda H. Drs. Soeryanata dan Ibunda Hj.R.
Satijah.
Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Teladan Bangka
III Bogor, lulus tahun 1977. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMP Negeri III Bogor, lulus tahun 1981. Selanjutnya meneruskan
pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Bogor, lulus tahun
1984. Melanjutkan ke jenjang pendidikan Diploma III di Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara (STAN) Jakarta Jurusan Akuntansi, lulus tahun 1987. Kemudian
melanjutkan di Diploma IV Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta
Jurusan Akuntansi, lulus tahun 1993. Kuliah Strata 1 (S1) pada Fakultas Ekonomi
Universitas Terbuka Program Studi Manajemen, lulus tahun 1992. Pada tahun 2009
melanjutkan pendidikan strata 2 (S2) pada Program Studi Ilmu Manajemen di
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada tahun 1987 sampai dengan 1998 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS) pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Jakarta,
kemudian pindah bekerja di tahun 1998 dan hingga saat ini bekerja di PT Bahana
Artha Ventura Jakarta. Pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 ditempatkan di
anak perusahannya yaitu di PT Sarana Bengkulu Ventura, kemudian tahun 2003
2005 sampai dengan saat ini ditempatkan di PT Sarana Sumut Ventura, yang
beralamat di Jalan Abdulah Lubis Nomor 62 A Medan.
Medan, Agustus 2011
Penulis
2.3. Kerangka Konseptual ... 45
3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 50
DAFTAR TABEL
Jumlah Usaha Kecil dan Outstanding Pinjaman Debitur Sumut Venturadi Kota Medan Tahun 2006 s.d. 2010 ……….
Jumlah Usaha Kecil dan Outstanding Pinjaman Debitur Sumut Ventura di Kota Medan Tahun 2006 s.d. 2010 ……….
Jumlah Usaha Kecil dan Persentase Debitur Sumut Ventura dengan Kategori Sukses dan Gagal Yang Diobservasi ………
4
Tabel Operasionalisasi : Variabel Penelitian, Definisi
Variabel, Dimensi, Indikator dan Skala Pengukuran ……….
Uji Validitas Variable Penelitian ………..
Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ……….
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………
Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat pendidikan ….
Karakteristik Responden berdasarkan Lama Menjadi
Pengusaha ………
Deskripsi Jawaban Responden Atas Variabel Lingkungan Internal ………
Deskripsi Jawaban Responden Atas Variabel Lingkungan Eksternal ………
Deskripsi Jawaban Responden Atas Variabel Kinerja Usaha. Kecil ……….………..
Koefisien Regresi ………
4.9.
4.10.
4.11.
4.12.
4.13.
4.14.
Uji Koefisien Determinasi ………
Uji F / Serempak ……….
Uji t / parsial ……….
One Sample Kolmogorof - Smirnov Test ……….
Uji Multikolinearitas ………..
Uji Heteroskedastisitas ………..
74
74
75
76
77
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Kerangka Konseptual ……….….. ………..… 47
4.1.
4.2.
4.3.
Struktur Organisasi PT. Sarana Sumut Ventura ……….…...
Uji Normalitas data ………
Uji Heteroskedastisitas ………..
62
77
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kuesioner ………..……….….. .
Variabel Lingkungan Internal, Eksternal dan Kinerja …….
Uji Validitas dan Reliabilitas ………..
Hasil Regresi Model Penelitian ……….
Uji Normalitas ………..
Uji Glejser ……….
t - Tabel dan F - Tabel ………
90
96
99
102
104
104
ABSTRAK
Bagus Rukmantara, 2011, Analisis Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus
Pada Debitur PT. Sarana Sumut Ventura Dengan Pinjaman Diatas
100 Juta Rupiah), Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, Msi, Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak
Pada pembangunan ekonomi di Indonesia Usaha Kecil dan Menengah (UKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena menyangkut sebagian besar jumlah penduduk yang hidup dalam kegiatan usaha tersebut baik di sektor tradisional maupun modern. Perkembangan usaha kecil diharapkan dapat bersaing sehat dengan pasar besar di tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini, selain itu usaha kecil dapat diharapkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan sehingga terciptanya persaingan dan stabilitas perekonomian Indonesia yang baik.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang lingkungan internal dan eksternal perusahaan, pengukuran kinerja usaha dengan menggunakan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan internal pengusaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, dan SDM terhadap kinerja usaha kecil dan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan eksternal pengusaha kecil yang terdiri dari akses modal, dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.
Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan survey dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanatory. Populasi yang digunakan ialah seluruh Usaha Kecil binaan PT. Sumut Ventura yang berdomisili di kota Medan dan mendapatkan pembiayaan diatas Rp 100 juta. Usaha kecil yang memenuhi kriteria tersebut berjumlah 35 perusahaan pasangan usaha (debitur). Penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan sampling purposive yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini meliputi kemudahan pengukuran kinerja usaha kecil dengan menggunakan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard.
Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah multiple linier regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan internal usaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Lingkungan eksternal usaha kecil yang terdiri dari akses modal dan kebijakan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.
ABSTRACT
Bagus Rukmantara, 2011, Analysis Of Influence Of Internal And External Environment Performance Of Small Business In The City Of Medan
(Case Study On The Debtor PT Sarana Sumut Ventura With Loan
Above RP 100 Million), Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, Msi, Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak
On economic development in Indonesia Small and Medium Enterprises (SME) sector has always been described as having an important role, because it involves the most number of people living in these business activities in both traditional and modern sectors. The development of small businesses are expected to compete well with large market in the middle of its free market is happening right now, other than that small businesses can be expected to increase incomes, employment opportunities, and prosperity of society as a whole so that the creation of competition and the stability of Indonesia's economy is good.
The therories used in this research are internal and external environment of business, and balance scorcard perspectives to measure the performance. The purposes of this research are to study and analyze the impact of internal environment small scale business consisted of capital, marketing, and human resourse on the performance, and to study and analyze the impact of external environment small scale business consisted of capital acces, and government policy on the performance of the small scale business in Medan.
The method used in this study is a survey approach to the type of research is descriptive quantitative and explanatory. The population used is the Small Business built PT. Ventura resident of North Sumatera in Medan city and get the financing over Rp 100 million. Small businesses that meet these criteria totaled 35 joint-venture companies (the debtor). Sampling in this study is the purposive sampling is sampling with certain considerations. These considerations include ease of performance measurement of small businesses by using the four perspectives in balance scorecard. The methods of collecting data are distributing a list of questions and documentary studies. The method of analysis data used in the study were multiple linear regression.
The result showed that the internal environment of small businesses consisting of capital, marketing and human resources have a positive and significant impact on the performance of small businesses. The external environment which consist of small businesses access capital and government policies have a positive and significant impact on the performance of small businesses in the city of Medan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap negara
yang ada di dunia ini, karena tujuan utama dari pembangunan adalah
mensejahterakan masyarakat. Pembangunan juga bisa digunakan untuk
meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global demi masa depan yang lebih
baik.
Pada pembangunan ekonomi di Indonesia Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena
menyangkut sebagian besar jumlah penduduk yang hidup dalam kegiatan usaha
tersebut baik di sektor tradisional maupun modern. Adanya kebijakan dan dukungan
yang lebih besar baik dari pemerintah maupun para pelaku ekonomi seperti
kemudahan dalam akses permodalan, kebijakan pemerintah, perijinan, teknologi,
struktur, manajemen, pelatihan dan pembiayaan, usaha kecil diharapkan dapat
berkembang pesat. Perkembangan usaha kecil diharapkan dapat bersaing sehat di
tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini. Selain itu, usaha kecil diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan
memakmurkan masyarakat secara keseluruhan sehingga terciptanya persaingan dan
Sektor usaha kecil dalam perkembangan usahanya sering kali menghadapi
kendala, baik kendala internal maupun kendala eksternal. Kendala internal terutama
berkaitan dengan kecukupan modal usaha, pemasaran dan kualitas sumber daya
manusia. Keterbatasan sumber daya yang ada pada usaha kecil menyebabkan mereka
kurang optimal dalam memanfaatkan peluang yang ada, baik dalam memenuhi
pangsa pasar yang luas, kesiapan SDM yang berkualitas maupun untuk memperluas
jaringan pemasaran. Sedangkan kendala eksternal berkaitan dengan akses terhadap
sumber pembiayaan dan iklim usaha yang kurang kondusif terhadap perkembangan
usaha kecil, karena selama ini terkesan berbagai kebijakan lebih berpihak kepada
sektor usaha besar, sehingga berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah sebagian
besar dinikmati oleh sektor usaha besar.
Harapan bahwa pertumbuhan yang pesat dari sektor industri modern akan
dapat menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran secara tuntas, ternyata
masih berada pada rentang perjalanan yang panjang, bertolak pada kenyataan inilah
maka eksistensi industri kecil telah mengambil tempat penting dalam masalah
kesempatan kerja dan ketenaga kerjaan di negara-negara berkembang. Peranan
industri kecil tersebut antara lain meningkatkan pendapatan masyarakat dan
pemerintah daerah atau negara, penciptaan lapangan pekerjaan, pemenuhan
kebutuhan barang-barang masyarakat dan penyerapan tenaga kerja setempat.
Perkembangan usaha kecil, terutama di Sumatera Utara sudah cukup
berkembang, akan tetapi jumlahnya belum signifikan baru mencapai 8 persen per
tahunnya (Dinas Koperasi dan UKM Medan, 2010). Belum signifikannya
perlunya dukungan lembaga keuangan, SDM, permodalan terutama dari perbankan
dan lembaga keuangan lainnya, serta pasar penjualan produknya. Pertumbuhan
jumlah usaha kecil di Sumatera Utara masih terpusat di Kota Medan, dimana kota
Medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara yang memiliki fasilitas infrastruktur
yang terlengkap.
Usaha kecil dalam menjalankan kegiatannya banyak dipengaruhi oleh
lingkungan usahanya, baik itu lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.
Lingkungan internal (yang ada dalam perusahaan itu sendiri) seperti ; modal,
pemasaran, SDM, dan lain-lain yang merupakan sumber daya bagi produksi barang
dan jasa suatu perusahaan. Lingkungan eksternal (yang ada diluar perusahaan) seperti
akses modal dan kebijakan pemerintah, yang merupakan faktor pendukung kegiatan
dari usaha kecil. Pengelolaan lingkungan internal dan eksternal yang baik akan
menjadikan perusahaan mampu bersaing dan meningkatkan kinerjanya (Wahyudi
2001).
PT. Sarana Sumut Ventura atau biasa disebut dengan Sumut Ventura adalah
salah satu perusahaan modal ventura yang berlokasi di kota Medan, Sumatera Utara.
Bidang usaha yang dijalankan oleh Sumut Ventura adalah pembiayaan modal
ventura, dimana pembiayaan yang diberikan khususnya kepada Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) yang berlokasi di Sumatera Utara.
Perkembangan jumlah usaha kecil yang dibiayai oleh Sumut Ventura selama
Tabel 1.1. Jumlah Usaha Kecil dan Outstanding Pinjaman Debitur Sumut Ventura Di Kota Medan Tahun 2006 s.d. 2010
No. Tahun Jumlah Usaha Kecil Outstanding Pinjaman (Rp)
1 2006 291 15.653.456.000
2 2007 308 16.574.258.000
3 2008 326 18.235.721.000
4 2009 355 20.164.543.000
5 2010 361 21.050.463.000
Sumber : Laporan Perkembangan Usaha Sumut Ventura tahun 2006 s.d. 2010
Berdasarkan Tabel 1.1. terlihat perkembangan pembiayaan yang dilakukan
oleh Sumut Ventura sejak tahun 2006 s.d. 2010 cukup meningkat. Hal ini
menunjukan minat dari usaha kecil untuk memanfaatkan pembiayaan yang diberikan
oleh Sumut Ventura juga meningkat.
Kondisi kinerja usaha kecil yang menjadi debitur Sumut Ventura saat ini
cukup baik, hal ini dapat dilihat dari perkembangan usahanya setelah mendapatkan
pembiayaan dan dampingan yang diberikan oleh Sumut Ventura. Beberapa usaha
kecil dapat meningkatkan omset penjualannya sehingga dapat meningkatkan
kenerjanya yang dapat dilihat dari peningkatan keuntungan, dan asetnya setelah
mendapatkan pembiayaan dan dampingan dari Sumut Ventura, meningkatnya akses
pasar dan pangsa pasar yang dapat dimasuki dengan cara memperbesar skala
usahanya membuka beberapa cabang usaha di kota Medan, adanya variasi dalam
produk produk yang dibuat dan pengembangan dari SDM yang ada, hal ini sesuai
penilaian kinerja berdasarkan pendekatan 4 (empat) perspektif dalam balance
scorecard. Usaha kecil yang mempunyai kinerja baik tentunya juga akan
menguntungkan bagi Sumut Ventura, karena akan memberikan kontribusi terhadap
usaha kecil lainnya yaitu dengan memutarkan kembali dana-dana yang sudah
dibayarkan oleh debitur tersebut.
Dalam setiap lembaga keuangan terdapat debitur bermasalah dalam arti
menunggak pembayaran baik pokok ataupun bagi hasil/bunga yang seharusnya
dibayarkan. Debitur bermasalah yang ada di Sumut Ventura dari tahun 2006 s.d. 2010
dapat dilihat di Tabel 1.2. :
Tabel 1.2. Jumlah Usaha Kecil Bermasalah Debitur Sumut Ventura Di Kota Medan Tahun 2006 s.d. 2010
No. Tahun Jumlah Usaha Kecil
Bermasalah
Persentase (%)
1 2006 15 5,15 %
2 2007 17 5,51 %
3 2008 18 5,52 %
4 2009 22 6,20 %
5 2010 23 6,37 %
Sumber : Laporan Perkembangan Usaha Sumut Ventura tahun 2006 s.d. 2010
Berdasarkan Tabel 1.2. dapat dilihat peningkatan debitur bermasalah yang ada
di Sumut Ventura sejak tahun 2006 s.d. 2010. Jumlah tersebut meningkat seiring
dengan bertambahnya pembiayaan yang diberikan kepada usaha kecil.
Permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil dalam meningkatkan kinerja
usahanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu permasalahan yang bersifat internal
(sumbernya dari dalam perusahaan) maupun eksternal (sumbernya dari luar
perusahaan). Permasalahan internal yakni: permasalahan finansial yang pada
umumnya mengalami keterbatasan pada struktur permodalan guna memenuhi
kebutuhan akan modal kerja dan investasi ; permasalahan pemasaran yang pada
umumnya terjadi keterbatasan untuk memperbesar pangsa pasar dan memperoleh
keterbatasan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Sedangkan permasalahan
yang bersifat eksternal (yang bersumber dari luar perusahaan) yakni permasalahan
dalam akses ke perbankan maupun lembaga keuangan lainnya serta permasalahan
yang disebabkan oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah yang kurang
kondusif.
Peneliti melakukan pengamatan awal terhadap usaha kecil yang
menjadi debitur dari Sumut Ventura. Berdasarkan pengamatan tersebut
dapat dilihat beberapa fenomena yang terjadi yaitu adanya usaha kecil
yang dapat maju dan berhasil dalam usahanya sehingga kinerja
meningkat tetapi ada juga usaha kecil debitur Sumut Ventura yang gagal dalam
meningkatkan kinerja usahanya setelah mendapat pembiayaan dan dampingan dari
Sumut Ventura. (laporan perkembangan pasangan usaha Sumut Ventura
tahun 2010).
Observasi awal dilakukan pada 20 pada debitur Sumut Ventura untuk melihat
pengaruh internal dan eksternal terhadap kinerja usaha kecil terlihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.3. Jumlah Usaha Kecil dan Persentase Debitur Sumut Ventura dengan Kategori Sukses dan Gagal Yang Diobservasi
No. Keterangan Jumlah Usaha Kecil Persentase (%)
1 Jumlah debitur sukses 17 85.00
2 Jumlah debitur gagal 3 15.00
3 Jumlah 20 100.00
Sumber : Laporan Perkembangan Usaha Sumut Ventura tahun 2010
Hasil observasi awal atas debitur Sumut Ventura, yaitu pembiayaan yang
diberikan kepada usaha kecil memiliki dua sisi yaitu; keberhasilan dan kegagalan.
1. Menggunakan modal pinjaman yang diberikan dengan cara yang seksama,
dimana perluasan atau ekspansi usaha dilakukan secara bertahap dengan
perencanaan yang matang. Modal yang dipinjam sesuai dengan kebutuhan.
2. Mempunyai pangsa pasar yang memadai.
3. Memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen pengelolaan keuangan.
4. Modal pinjaman yang diterima benar dipergunakan untuk pengembangan usaha.
5. Memiliki informasi yang cukup mengenai pendanaan.
Kegagalan pembiayaan pada umumnya disebabkan:
1. Menggunakan modal yang diberikan untuk melakukan ekspansi secara besar
besaran sementara pelaku usaha kecil sendiri masih belum memiliki pengalaman
dalam menjalankan usahanya dalam skala besar.
2. Ketidakjujuran pengusaha, pinjaman modal yang diberikan mayoritas dipakai
bukan untuk pengembangan usaha tetapi sering digunakan untuk sektor
konsumtif yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan usaha yang
dijalankannya.
3. Pangsa pasar belum memadai dan strategi pemasaran yang belum optimal.
4. Kurangnya pengetahuan pengusaha akan manajemen pengelolaan keuangan /
pinjaman dana yang telah diberikan.
5. Kurang memiliki informasi akan pendanaan yang bisa didapat.
Berdasarkan permasalahan dan fenomena yang diungkapkan diatas yaitu
adanya keterbatasan keterbatasan dari usaha kecil dalam meningkatkan kinerjanya
baik itu dari lingkungan internal seperti kurangnya modal untuk pengembangan
berkualitas, maupun lingkungan eksternal seperti kurangnya akses ke lembaga
keuangan untuk mendapatkan modal dan mendapatkan fasilitas pinjaman dengan
bunga murah , maka perlu diteliti: “Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal
Terhadap Kinerja Usaha Kecil di Kota Medan” dengan melihat tingkat keberhasilan
dan kegagalan usaha kecil setelah mendapatkan pinjaman dan dampingan dari PT.
Sarana Sumut Ventura. Lingkungan internal yang diteliti adalah modal, pemasaran
dan SDM, sedangkan lingkungan eksternal yang diteliti yaitu akses modal dan
kebijakan pemerintah.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah lingkungan internal pada usaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran,
dan SDM berpengaruh terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.
2. Apakah lingkungan eksternal pada usaha kecil yang terdiri dari akses modal,
dan kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap kinerja usaha kecil di kota
Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan internal usaha kecil
yang terdiri dari modal, pemasaran, dan SDM terhadap kinerja usaha kecil di kota
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan eksternal usaha kecil
yang terdiri dari akses modal, dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha
kecil di kota Medan
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. PT. Sumut Ventura sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan, strategi dan
program kerja dalam melayani nasabah usaha kecil yang ada di perusahaan
tersebut.
2. Program Pascasarjana USU, guna menambah studi kepustakaan dan memperkaya
studi penelitian ilmiah, khususnya di Program Studi Magister Ilmu Manajemen.
3. Peneliti, untuk menambah pengetahuan, membuka cakrawala berpikir dan
menambah wawasan, serta bekal tentang lingkungan yang mempengaruhi
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Penelitian Terdahulu
Pillay (2006) melakukan penelitian yang berjudul ” The Internal And External
Environment For Small Business Growth In Pietermaritzburg.” Penelitian ini
bertujuan untuk meneliti apakah faktor lingkungan internal yang terdiri dari tingkat
pendidikan dan pelatihan pemilik, jenis kelamin, etnis, aktivitas bisnis, status usaha,
dan sumber modal, perekrutan karyawan, kemampuan manajerial, dan pengetahuan
keuangan dan faktor eksternal yang terdiri dari perkembangan ekonomi, pajak,
hukum, teknologi, kompetisi, dukungan pemerintah, dan tingkat kejahatan
berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha kecil di Pietermaritzburg.
Hasil penelitian Pillay (2006) menunjukkan faktor internal yang menghambat
pertumbuhan usaha kecil adalah sumber modal, pengetahuan keuangan, perekrutan
karyawan, dan kemampuan manajerial. Faktor eksternal yang menghambat
pertumbuhan usaha kecil adalah keadaan ekonomi, pajak, peraturan dan hukum,
teknologi, dan tingkat kejahatan.
Munizu (2010) melakukan penelitian berjudul Pengaruh Faktor-Faktor
Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi
Selatan. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis faktor faktor eksternal
(kebijakan pemerintah, sosial ekonomi, dan budaya) yang mempengaruhi faktor
internal Usaha Mikro dan Kecil (UMK) (2) untuk menganalisis pengaruh faktor
Usaha Mikro dan Kecil (UMK), (3) untuk menganalisis pengaruh faktor internal
(SDM, Keuangan, teknik produksi, dan operasi, dan aspek pasar atau pemasaran)
terhadap kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Makassar dan kota Pare-Pare.
Total responden sebanyak 300 pengusaha dibagi atas secara proporsional kota
Makassar 150 responden; dan kota Pare-Pare 150 responden. Tehnik pengambilan
sampel digunakan simple random sampling. Data dianalisis secara deskriptif dengan
Structural Equation Modeling (SEM).
Hasil penelitian menunjukkan (1) faktor eksternal (kebijakan pemerintah,
sosial ekonomi, dan budaya) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
faktor internal Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dengan kontribusi 0,980 (98%); (2)
faktor eksternal (kebijakan pemerintah, sosial ekonomi, dan budaya) memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
sebesar 0,254 (25,4%); dan (3) Faktor Internal (SDM, Keuangan, teknik produksi,
dan operasi, dan aspek pasar atau pemasaran) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) 0,792 (79,2%)
Berdasarkan hasil penelitian Pillay (2006) dan Munizu (2010) terdapat
beberapa faktor baik internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan dari
usaha kecil dan menengah. Faktor-faktor tersebut masih secara umum
pembahasannya, dalam tesis ini akan lebih spesifik pembahasan mengenai faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja usaha kecil. Faktor internal yang
akan diteliti adalah Modal, Pemasaran dan SDM sedangkan faktor eksternal yaitu
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Lingkungan Bisnis Internal dan Eksternal
Lingkungan bisnis merupakan lingkungan yang dihadapi organisasi dan harus
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis (perusahaan). Aktivitas
keseharian organisasi mencakup interaksi dengan lingkungan kerja. Hal ini termasuk
hubungannya dengan pelanggan, supliers, serikat dagang dan pemegang saham.
Lingkungan bisnis berperan dalam mempengaruhi penetapan strategi organisasi.
Lingkungan organisasi dapat dibedakan atas lingkungan internal (internal
environment) dan lingkungan eksternal (external environment) (Wheleen dan Hunger,
dalam Kuncoro, 2006). Lingkungan internal terdiri dari struktur (structure), budaya
(culture), sumber daya (resources). Lingkungan internal perlu dianalisis untuk
mengetahui kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang ada dalam
perusahaan. Struktur adalah bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan
dengan komunikasi, wewenang dan arus kerja. Struktur sering juga disebut rantai
perintah dan digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan organisasi.
Budaya merupakan pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh
anggota organisasi. Norma-norma organisasi secara khusus memunculkan dan
mendefinisikan perilaku yang dapat diterima anggota dari manajemen puncak sampai
karyawan operatif. Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi
produksi barang dan jasa organisasi. Aset ini dapat meliputi sumber modal,
kemampuan manajerial, SDM, pengetahuan keuangan, produksi, teknologi,
kemampuan, dan bakat manajerial seperti aset keuangan dan fasilitas perusahaan
Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar organisasi dan
perlu dianalisis untuk menentukan kesempatan (opportunities) dan ancaman (threath)
yang akan dihadapi perusahaan. Terdapat dua perspektif untuk
meng-konseptualisasikan lingkungan eksternal. Heizer dan Render dalam Kuncoro, (2006)
menyatakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan eksternal adalah
kondisi perekonomian, budaya, , demografi, dan peraturan pemerintah. Lain halnya
dengan Bourgeois (dalam Kuncoro, 2006) yang mengatakan bahwa lingkungan
eksternal dipengaruhi oleh konsumen, pesaing, pemasok,dan peraturan pemerintah.
2.2.2 Kinerja
Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama
periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan
operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki
(Helfert, 1996 dalam Srimindarti, 2004). Menurut Mulyadi (2001), kinerja adalah
istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan sebagian atau seluruh tindakan
atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja
adalah tindakan pengukuran yang dapat dilakukan terhadap berbagai aktifitas dalam
rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian
digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan saat mana perusahaan memerlukan penyesuaian atas
aktivitas perencanaan dan pengendalian tersebut. Pengukuran kinerja mempunyai
dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Menurut Mulyadi (2001), manfaat sistem pengukuran kinerja adalah sebagai
berikut:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti
promosi, pemberhentian dan mutasi.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Munculnya berbagai paradigma baru di mana bisnis harus digerakkan oleh
konsumen-focused, suatu sistem pengukuran kinerja yang efektif paling tidak harus
memiliki syarat-syarat sebagai berikut (Yuwono, 2002):
1. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri
sesuai perspektif pelanggan;
2. Evaluasi atas berbagai aktivitas, mengggunakan ukuran-ukuran kinerja yang
konsumen-validated;
3. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan,
4. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali
masalah-masalah yang mempunyai kemungkinan untuk diperbaiki.
2.2.3. Pengukuran Kinerja dengan menggunakan 4 (Empat) perspektif dalam Balanced Scorecard
Menurut Kaplan dan Norton dalam Mulyadi (2001), Balanced Scorecard
merupakan alat pengukur kinerja yang memerlukan ukuran komprehensif dengan
empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis
internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Sementara itu Anthony,
Banker, Kaplan, dan Young dalam Yuwono (2002) mendefinisikan Balanced
Scorecard sebagai: “a measurement and management system that views a business
unit’s performance from four perspectives: financial, customer, internal business
process, and learning and growth.”
Balanced Scorecard merupakan suatu alat pengukur kinerja perusahaan yang
mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan. Adapun kinerja yang dilihat baik
secara keuangan maupun nonkeuangan dengan menggunakan empat perspektif yaitu,
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran.
Pendekatan Balance Scorecard dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan
pokok, yaitu (Kaplan dan Norton, dalam Mulyadi, 2001):
1. Bagaimana penampilan perusahaan ? (perspektif keuangan)
2. Bagaimana pandangan para pelanggan terhadap perusahaan? (perspektif
3. Apa yang menjadi keunggulan perusahaan? (perspektif bisnis internal)
4. Apa perusahaan harus terus menerus melakukan perbaikan dan menciptakan nilai
secara berkesinambungan? (perspektif pertumbuhan dan pembelajaran)
Balanced Scorecard memberikan kerangka berpikir untuk menjabarkan
strategi perusahaan ke dalam segi operasional. Kaplan dan Norton dalam Mulyadi
(2001) mengatakan bahwa perusahaan menggunakan focus pengukuran scorecard
untuk menghasilkan berbagai proses manajemen, meliputi :
1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi
2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis
3. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif
strategis
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis
Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu perusahaan tidak hanya dinyatakan dalam
ukuran keuangan saja, melainkan dinyatakan dalam ukuran dimana perusahaan
tersebut menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada pada saat ini dan akan
datang, dan bagaimana perusahaan tersebut harus meningkatkan kemampuan
internalnya termasuk investasi pada manusia, sistem, dan prosedur yang dibutuhkan
untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di masa mendatang. Dengan penggunaan
Balanced Scorecard diharapkan bahwa pengukuran kinerja keuangan dan non
keuangan dapat menjadi bagian dari sistem informasi bagi seluruh pegawai dan
tingkatan dalam organisasi. Saat ini Balance Scorecard tidak lagi dianggap sebagai
pengukur kinerja, namun telah menjadi sebuah kerangka berpikir dalam
Balanced Scorecard memiliki keunggulan yang menjadikan sistem
manajemen strategik saat ini berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen
strategik dalam manajemen tradisional (Mulyadi, 2001). Manajemen strategik
tradisional hanya berfokus ke sasaran-sasaran yang bersifat keuangan, sedangkan
sistem manajemen strategik kontemporer mencakup perspektif yang luas yaitu
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Selain itu berbagai sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem manajemen
strategik tradisional tidak koheren satu dengan lainnya, sedangkan berbagai sasaran
strategik dalam sistem manajemen strategic kontemporer dirumuskan secara koheren.
Di samping itu, Balanced Scorecard menjadikan sistem manajemen strategik
kontemporer memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sistem manajemen
strategik tradisional, yaitu dalam karakteristik keterukuran dan keseimbangan.
Menurut Mulyadi (2001), keunggulan pendekatan Balanced Scorecard dalam
sistem perencanaan strategic adalah mampu menghasilkan rencana strategic yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Komprehensif. Balanced Scorecard menambahkan perspektif yang ada dalam
perencanaan stratejik, dari yang sebelumnya hanya pada perspektif keuangan,
meluas ke tiga perspektif yang lain, yaitu: pelanggan, proses bisnis internal, serta
pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif rencana strategis ke
perspektif nonkeuangan tersebut menghasilkan manfaat sebagai berikut:
a. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang,
2. Koheren. Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun
hubungan sebab akibat di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam
perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif
nonkeuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, kekoherenan sasaran
strategik yang dihasilkan dalam sistem perencanaan strategik memotivasi
personel untuk bertanggung jawab dalam mencari inisiatif strategik yang
bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan. Sistem perencanaan strategis
yang menghasilkan sasaran strategik yang koheren akan menjanjikan
pelipatgandaan kinerja keuangan berjangka panjang, karena personel dimotivasi
untuk mencari inisiatif strategik yang mempunyai manfaat bagi perwujudan
sasaran strategik di perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal,
pembelajaran dan pertumbuhan. Kekoherenan sasaran strategis yang menjanjikan
pelipatgandaan kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk
memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif.
3. Seimbang. Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem
perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka
panjang. Jadi perlu diperlihatkan garis keseimbangan yang harus diusahakan
dalam menetapkan sasaran-sasaran strategic di keempat perspektif.
4. Terukur. Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan
oleh sistem tersebut. Semua sasaran strategik ditentukan oleh ukurannya, baik
perspektif nonkeuangan. Dengan Balanced Scorecard, sasaran-sasaran strategik
yang sulit diukur, seperti sasaran- sasaran strategik di perspektif nonkeuangan,
ditentukan ukurannya agar dapat dikelola, sehingga dapat diwujudkan. Dengan
demikian keterukuran sasaran-sasaran strategik di perspektif nonkeuangan
tersebut menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategik nonkeuangan,
sehingga kinerja keuangan dapat berlipat ganda dan berjangka panjang.
2.2.3.1 Mengukur Kinerja Perpektif Keuangan
Pendekatan perspektitif keuangan dalam Balance Scorecard merupakan hal
yang sangat penting, hal ini disebabkan ukuran keuangan merupakan suatu
konsekwensi dari suatu keputusan ekonomi yang diambil dari suatu tindakan
ekonomi. Ukuran keuangan ini menunjukan adanya perencanaan, implementasi, serta
evaluasi dari pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Evaluasi ini tercermin dari
sasaran yang secara khusus dapat diukur melalui keuntungan yang diperoleh, seperti
contohnya Profit margin, Return on investment, Economic value added.
Berdasarkan tahap-tahap perkembangan industri tersebut akan diperlukan
strategi-strategi yang berbeda-beda. Dalam perspektif keuangan, terdapat tiga aspek
dari strategi yang dilakukan suatu perusahaan. Pertama, pertumbuhan pendapatan dan
kombinasi pendapatan yang dimiliki suatu organisasi bisnis. Kedua, penurunan biaya
dan peningkatan produktivitas. Ketiga adalah penggunaan aset yang optimal dan
strategi investasi. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada
masing-masing tahap siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton, dalam Mulyadi (2001)
1. Growth (Perkembangan). Growth merupakan tahap pertama dan tahap awal dari
siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan
yang sama sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang. Untuk
menciptakan potensi ini, kemungkinan seorang manajer harus terikat komitmen
untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan
mengembangkan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi,
mengembangkan sistem infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan
mendukung hubungan global. Sasaran keuangan dari bisnis pada tahap ini
seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat pertumbuhan revenue atau
penjualan dalam pasar yang ditergetkan.
2. Sustain Stage (Bertahan), Sustain stage merupakan tahap kedua, yaitu suatu
tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan
mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam tahap ini,
perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan
mengembangkannya apabila mungkin. Secra konsisten pada tahap ini perusahaan
tidak lagi bertumpu pada strategi jangka panjang. Sasaran keuangan pada tahap
ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang
dilakukan.
3. Harvest (Panen). Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap
dimana perusahaan melakukan panen (harvest) terhadap investasi mereka.
Perusahaan tidak melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara
perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi atau membangun suatu
2.2.3.2 Mengukur Kinerja Perpektif Pelanggan
Keberhasilan perusahaan tidak lepas dari pandangan dan persepsi pelanggan.
Balance Scorecard mengidentifikasi tujuan dan faktor-faktor yang dibutuhkan
pelanggan pada saat sekarang maupun antisipasi di masa yang akan datang. Dari
aspek pelanggan perusahaan biasanya menggunakan dua set pengukur: core
measurement dan performance drivers. Core measurement group, yaitu tolok ukur
kinerja inti yang saling terkait, meliputi:
1. Pangsa pasar (market share). Pangsa pasar yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar proporsi segmen pasar tertentu yang dikuasai oleh pelanggan.
2. Penarikan pelanggan baru (customer acquisition), digunakan untuk mengukur
seberapa banyak perusahaan berhasil menarik pelanggan baru.
3. Pertumbuhan bisnis dari pelanggan lama (retension), digunakan untuk
mengukur kemampuan mempertahankan pelanggan lama. Customer retension
yang mengukur seberapa banyak perusahaan mempertahankan pelanggan
lama.
4. Kepuasan nasabah (customer satisfaction), digunakan untuk mengukur
seberapa jauh para pelanggan merasa puas terhadap pelayanan perusahaan.
5. Customer value proposition adalah tolok ukur penunjang (performance
driven) yang berkaitan dengan (1) atribut-atribut dari produk dan jasa, seperti
harga, tingkat kegunaan, mutu produk, tingkat penyampaian produk, (2)
hubungan baik dengan pelanggan (customer relationship), misal tingkat
fleksibilitas perusahaan, tingkat ketersediaan produk, penampilan fisik gedung
Kepuasan pelanggan akan menjadikan pelanggan loyal tehadap perusahaan
dan tetap bertahan sebagai pelanggan. Di samping itu pelanggan yang puas
merupakan sarana promosi untuk menarik pelanggan baru dan meningkatkan
profitabilitas. Mempertahankan pelanggan lama dan penarikan pelanggan baru akan
dapat mempertahankan bahkan meningkatkan pangsa pasar.
2.2.3.3 Mengukur Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal
Menurut Kaplan dan Norton dalam Mulyadi (2001), dalam proses bisnis
internal, manajer harus bisa mengidentifikasi proses internal yang penting, dimana
perusahaan diharuskan melakukan dengan baik karena proses internal tersebut
mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat memberikan
pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham. Tahapan dalam proses
bisnis internal meliputi:
1. Inovasi (inovation). Inovasi yang dilakukan perusahaan biasanya dilaksanakan
oleh bagian riset dan pengembangannya, dalam tahap inovasi ini tolok ukur yang
digunakan adalah besarnya produk-produk baru, lama waktu yang dibutuhkan
untuk mengembangkan suatu produk secara relatif jika dibandingkan perusahaan
pesaing, besarnya biaya, banyaknya produk baru yang berhasil dikembangkan.
2. Proses operasi (operation). Tahapan ini merupakan tahapan dimana perusahaan berupaya untuk memberikan solusi kepada pelanggan dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegiatan operasional adalah proses
Pengukuran dalam proses pembuatan produk/ jasa dengan mengukur kualitas
hasil, efisiensi biaya dan efektivitas waktu.
3. Proses layanan pasca jual. Pada tahap ini perusahaan berupaya memberikan manfaat tambahan kepada para pelanggan yang telah membeli produknya dalam
bentuk berbagai layanan pasca transaksi.
2.2.3.4. Mengukur Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya
manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Termasuk di dalam perspektif ini adalah
pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan
individu dan organisasi. Dalam organisasi knowledge-worker, manusia adalah
sumber daya utama.
Hasil dari pengukuran ketiga perspektif sebelumnya biasanya akan
menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, sistem, dan prosedur
yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan.
Itulah mengapa, perusahaan harus melakukan investasi di ketiga faktor tersebut untuk
mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajar (learning
organization).
Menurut Kaplan dan Norton, learning lebih dari sekedar training karena
pembelajaran meliputi pula proses mentoring dan tutoring, seperti kemudahan dalam
komunikasi di segenap pegawai yang memungkinkan mereka untuk siap membantu
employee capabilities, information system capabilities, dan motivation,
empowerment, and alignment (Yuwono, 2003) dengan penjelasan :
1. Employee Capabilities. Salah satu perubahan yang dramatis dalam pemikiran
manajemen selama lima belas tahun terakhir ini adalah peran para pegawai di
organisasi. Faktanya, tak ada yang lebih baik bagi transformasi revolusioner dari
pemikiran era industri ke era informasi daripada filosofi manajemen baru, yaitu
bagaimana para pegawai menyumbangkan segenap kemampuannya untuk
organisasi. Untuk itu, perencanaan dan upaya implementasi re-skilling pegawai
yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai
tujuan organisasi.
2. Information System Capabilities. Bagaimanapun juga, meski motivasi dan
keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih
diperlukan informast-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem
informasi yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai
atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan
sebaik-baiknya.
3. Motivation, empowerment, and alignment. Perspektif ini penting untuk menjamin
adanya proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan
inisiatif yang sebesar-besarnya bagi pegawai. Paradigma manajemen terbaru
menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi pegawai untuk
melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan sama-sama dicoba
untuk dikenali, tidak saja oleh jenjang manajemen strategis tetapi juga oleh
Sudah tentu upaya itu perlu dukungan motivasi yang besar dan pemberdayaan
pegawai berupa delegasi wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan.
Tentu, itu semua tetap dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terus menerus
sejalan dengan tujuan organisasi.
Kaplan dan Norton dalam Mulyadi (2001) menyatakan bahwa ada tiga ukuran
utama yang berlaku umum dalam tolok ukur kapabilitas pekerja (employee
capabilities), yaitu kepuasan pekerja, retensi pekerja, dan produktivitas pekerja.
Dalam hal ini, kepuasan pekerja dipandang sebagai pendorong bagi kedua
pengukuran lainnya. Pengukuran atas tiga ukuran utama tersebut akan dapat
memberikan kerangka kerja yang diperlukan perusahaan dalam mencapai hasil yang
diinginkan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menuju pencapaian
tujuan strategis perusahaan.
Mulyadi (2001) menyatakan bahwa ada dua sasaran strategis dalam perspektif
ini yang perlu diwujudkan: kapabilitas karyawan dan komitmen karyawan. Untuk
mengukur hasil pencapaiannya, terdapat berbagai ukuran hasil, yaitu:
1. Kapabilitas karyawan. Kapabilitas karyawan dapat diukur pada tingkat individual
dan pada tingkat kelompok secara kuantitatif maupun kuantitatif:
a. individual Assessment
1) Quantitative Individual Measures, dengan contohnya adalah indeks
kinerja tertimbang (weighted performance index) dengan mengukur
peringkat kapabilitas karyawan dengan menggunakan skala nilai.
2) Qualitative Individual Measures, contohnya dengan menggunakan
kuaiitatif juga untuk mengukur kapabilitas karyawan dalam perusahaan,
misalnya apakah perusahaan akan mengalami kerugian bila karyawan
tersebut meninggalkan perusahaan, atau seberapa besar kemampuan
karyawan untuk menghasilkan business results.
b. Collective Assesment, terdiri atas:
1) Quantitative Collective Measures, contoh ukurannya adalah indeks
kepuasan karyawan, persentase biaya pelatihan dan pengembangan
karyawan, serta tahun pengalaman dalam profesi.
2) Qualitative Collective Measures, contohnya adalah dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti: keterampilan karyawan apa yang dinilai
tertinggi oleh pelanggan, keterampilan apa yang dicari dari calon
karyawan, dan keterampilan apa yang karyawan peroleh dari manajer.
2. Komitmen karyawan, dalam membangun komitmen karyawan, ada tiga sasaran
strategis yang harus diwujudkan, yaitu: work force productivity, iklim organisasi,
dan retensi karyawan.
Produktivitas Kerja adalah suatu ukuran hasil, adapun tujuannya adalah untuk
membandingkan output yang dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang
dikerahkan untuk menghasilkannya. Untuk mendukung produktivitas tersebut,
perusahaan perlu menilai kemampuan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan yang
penting, serta memiliki informasi yang strategis bagi perusahaan. Ukuran atas kedua
hal tersebut ditentukan dengan pengukuran rasio penyelesaian kerja strategis dan
Tujuan retensi pekerja/karyawan adalah untuk mempertahankan selama
mungkin para karyawan yang diminati perusahaan. Sementara kepuasan karyawan
merupakan pra-kondisi bagi meningkatnya produktivitas, daya tanggap, mutu, dan
layanan pelanggan. Untuk mendukung retensi karyawan dan kepuasan karyawan,
perlu dilakukan proses perputaran karyawan atau jalur karir yang baik dan transparan,
serta perlu dilakukan pengukuran atas kepuasan pelanggan.
2.2.4. Pengertian Umum Usaha Kecil di Indonesia
Negara negara di dunia mengklasifikasikan jenis usaha untuk memudahkan
statistik ekonomi, administrasi dan sistem perpajakan, serta bentuk dukungan dan
promosi khusus (untuk usaha tertentu). Hingga saat ini tidak ada rumusan yang baku
tentang usaha, kecil dan menengah sehingga definisi yang ada bervariasi menurut
konteks dan tujuan penggunaan, akan tetapi secara umum didasarkan pada ukuran
tenaga kerja, omset penjualan, nilai asset atau struktur kepemilikan.
Pemerintah Republik Indonesia melalui Undang-Undang no 20 tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mendefinisikan:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang.
Menurut Pasal 6 UU No 20 tahun 2008, kriteria UMKM adalah:
1. Usaha Mikro memiliki kriteria (a) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau (b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil adalah (a) memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha (b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah adalah (a) memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Pasal 4 Undang-Undang No 20 tahun 2008 menjelaskan prinsip
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan oleh pemerintah
bertujuan untuk:
1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri
2. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan
3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai
dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
4. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.
Pasal 5 Undang-undang No 20 Tahun 2008 menyebutkan tujuan
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:
1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan
berkeadilan
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri
3. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan
daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan
Definisi usaha kecil dan menengah berdasarkan jumlah pekerja (menurut
Badan Pusat Statistik) yang diklasifikasikan menjadi:
1. Usaha kerajinan rumah tangga atau Industri dan Dagang Mikro (ID-Mikro) yang
mempekerjakan antar 1 – 4 orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar)
2. Usaha Kecil atau Industri dan Dagang Kecil (ID-Kecil) yang menggunakan
tenaga kerja antara 5 – 19 orang
3. Usaha Menengah atau Industri dan Dagang Menengah (ID-Menengah) yang
menggunakan tenaga kerja antara 20 – 99 orang, dan
4. Usaha Besar atau Industri dan Dagang Besar (ID-Besar) yang menggunakan
tenaga kerja lebih dari 100 orang
Pendekatan yang berbeda dalam merumuskan Usaha Kecil dan Menengah
tidak menggunakan ukuran ukuran kuantitatif (menurut Departemen Perindustrian
dan Perdagangan Republik Indonesia) meliputi industri pangan (makanan, minuman,
dan tembakau), industri kimia dan bahan bangunan (kertas, percetakan, penerbitan,
produk karet dan plastik), dan industri logam (mesin, alat alat IPTEK, dan produk
logam). Ciri utama klasifikasi ini adalah agar usaha kecil dapat memperoleh
kesempatan pemerataan teknologi menengah dan sederhana serta dapat menyerap
tenaga kerja yang besardalam bentuk kegiatan industri industri yang bersifat padat
karya. Sedangkan kelompok usaha lainnya adalah:
1. Industri dasar, misalnya industri mesin pertanian, elektronik, kereta api, kapal
terbang, kenderaan bermotor, baja, aluminium, tembaga, industri kimia dasar,
2. Industri hilir (aneka industri), misalnya industri pertambangan dan aneka produk
hasil pengelolaan sumber daya alam dan pertanian.
Dua kelompok terakhir ini dibedakan dengan kelompok Industri Kecil, khususnya
dalam penyerapan tenaga kerja, permodalan dan penggunaan teknologi sekaligus
lebih bersifat padat modal dan teknologi tinggi dengan serapan tenaga kerja yang
relatif amat sedikit, karena pada umunya memerlukan keahlian yang tinggi dibanding
dengan Industri Kecil
Asian Development Bank, GFA Management, Swiss Contact (2001) dalam
rekomendasinya kepada pemerintah RI menyarankan definisi tentang usaha mikro,
kecil dan menengah didasarkan kepada kriteri jumlah tenaga kerja dan omset
penjualan, antara lain:
1. Usaha Mikro memiliki 1 – 9 pekerja
2. Usaha Kecil memiliki 10 – 50 pekerja dan omset hingga Rp 3.000.000.000
3. Usaha Menengah memiliki 51 – 250 pekerja dengan omset hingga
15.000.000.000.
Usulan tersebut tidak memasukkan aset sebagai kriteria karena masalah praktis dalam
soal penafsirannya.
2.2.5. Pembiayaan Ventura
Perusahaan modal ventura (venture capital company) adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal pada suatu