• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus pada Debitur PT. Sarana Sumut Ventura Dengan Pinjaman Diatas 100 Juta Rupiah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus pada Debitur PT. Sarana Sumut Ventura Dengan Pinjaman Diatas 100 Juta Rupiah)"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN INTERNAL DAN

EKSTERNAL TERHADAP KINERJA USAHA KECIL

DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS PADA DEBITUR

PT. SARANA SUMUT VENTURA DENGAN

PINJAMAN DIATAS 100 JUTA RUPIAH)

TESIS

OLEH :

BAGUS RUKMANTARA

NIM. 097019047 / IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN INTERNAL DAN

EKSTERNAL TERHADAP KINERJA USAHA KECIL

DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS PADA DEBITUR

PT. SARANA SUMUT VENTURA DENGAN

PINJAMAN DIATAS 100 JUTA RUPIAH)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH :

BAGUS RUKMANTARA

NIM. 097019047 / IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis

: ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN

INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP

TERHADAP KINERJA USAHA KECIL

DI KOTA MEDAN ( STUDI KASUS

PADA DEBITUR PT. SARANA SUMUT

VENTURA DENGAN PINJAMAN

DIATAS 100 JUTA RUPIAH)

Nama Mahasiswa : Bagus Rukmantara Nomor Pokok : 097019047

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisis Pembimbing:

(Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si ) (Dr. Khaira Amalia F, MBA,Ak ) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

(4)

Tanggal lulus : 18 Agustus 2011

Telah diuji pada tanggal : 18 Agustus 2011 __________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si Anggota : 1. Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak.

(5)

PERNYATAAN

Saya dengan ini menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul :

” Analisis Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus pada Debitur PT. Sarana Sumut Ventura Dengan Pinjaman Diatas 100 Juta Rupiah)”. adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga pada waktu sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Bagus Rukmantara, 2011, Analisis Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus

Pada Debitur PT. Sarana Sumut Ventura Dengan Pinjaman Diatas

100 Juta Rupiah), Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, Msi, Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak

Pada pembangunan ekonomi di Indonesia Usaha Kecil dan Menengah (UKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena menyangkut sebagian besar jumlah penduduk yang hidup dalam kegiatan usaha tersebut baik di sektor tradisional maupun modern. Perkembangan usaha kecil diharapkan dapat bersaing sehat dengan pasar besar di tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini, selain itu usaha kecil dapat diharapkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan sehingga terciptanya persaingan dan stabilitas perekonomian Indonesia yang baik.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang lingkungan internal dan eksternal perusahaan, pengukuran kinerja usaha dengan menggunakan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan internal pengusaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, dan SDM terhadap kinerja usaha kecil dan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan eksternal pengusaha kecil yang terdiri dari akses modal, dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.

Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan survey dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanatory. Populasi yang digunakan ialah seluruh Usaha Kecil binaan PT. Sumut Ventura yang berdomisili di kota Medan dan mendapatkan pembiayaan diatas Rp 100 juta. Usaha kecil yang memenuhi kriteria tersebut berjumlah 35 perusahaan pasangan usaha (debitur). Penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan sampling purposive yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini meliputi kemudahan pengukuran kinerja usaha kecil dengan menggunakan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard.

Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah multiple linier regression.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan internal usaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Lingkungan eksternal usaha kecil yang terdiri dari akses modal dan kebijakan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.

(7)

ABSTRACT

Bagus Rukmantara, 2011, Analysis Of Influence Of Internal And External Environment Performance Of Small Business In The City Of Medan

(Case Study On The Debtor PT Sarana Sumut Ventura With Loan

Above RP 100 Million), Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, Msi, Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak

On economic development in Indonesia Small and Medium Enterprises (SME) sector has always been described as having an important role, because it involves the most number of people living in these business activities in both traditional and modern sectors. The development of small businesses are expected to compete well with large market in the middle of its free market is happening right now, other than that small businesses can be expected to increase incomes, employment opportunities, and prosperity of society as a whole so that the creation of competition and the stability of Indonesia's economy is good.

The therories used in this research are internal and external environment of business, and balance scorcard perspectives to measure the performance. The purposes of this research are to study and analyze the impact of internal environment small scale business consisted of capital, marketing, and human resourse on the performance, and to study and analyze the impact of external environment small scale business consisted of capital acces, and government policy on the performance of the small scale business in Medan.

The method used in this study is a survey approach to the type of research is descriptive quantitative and explanatory. The population used is the Small Business built PT. Ventura resident of North Sumatera in Medan city and get the financing over Rp 100 million. Small businesses that meet these criteria totaled 35 joint-venture companies (the debtor). Sampling in this study is the purposive sampling is sampling with certain considerations. These considerations include ease of performance measurement of small businesses by using the four perspectives in balance scorecard. The methods of collecting data are distributing a list of questions and documentary studies. The method of analysis data used in the study were multiple linear regression.

The result showed that the internal environment of small businesses consisting of capital, marketing and human resources have a positive and significant impact on the performance of small businesses. The external environment which consist of small businesses access capital and government policies have a positive and significant impact on the performance of small businesses in the city of Medan.

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadiarat Allah SWT yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberi berkah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Pada

penulisan tesis ini, penulis memilih judul: Pengaruh Lingkungan Internal dan

Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus pada debitur

PT. Sarana Sumut Ventura).

Penulis menyadari bahwa selama melakukan penelitian serta penulisan tesis

ini penulis banyak memperoleh bimbingan, petunjuk serta dukungan baik secara

moril dan materil dan berbagai pihak, Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. A. Rahim Matondang, MS, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Magister

(9)

4. Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Ibu Dr. Khaira Amalia, MBA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA

dan Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Komisi Pembanding yang banyak

memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Pegawai Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana USU.

9. Khususnya dan teristimewa kepada Istri tercinta Hesti Dwijayanti dan

Anak-anak tersayang, Primadika Tasha Rukmantara dan Ghanasena Rukmantara,

terima kasih atas dukungan dan do’anya yang begitu besar.

10. Kekuarga Besar Bapak Soeryanata dan Bapak Sutijono Partoutomo

atas dukungannya selama ini.

11. Rekan-rekan di PT Sarana Sumut Ventura terima kasih atas do’a

dan dukungannya.

12. Seluruh rekan-rekan angkatan XVII di Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya untuk

(10)

kerjasamanya yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam

menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari

sempurna tapi penulis yakin tesis ini dapat memberi manfaat kepada seluruh pembaca

pada umumnya dan kepada penulis pada khususnya.Semoga Allah SWT memberi

keberkahan dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, Agustus 2011 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Bagus Rukmantara lahir di Bogor pada tanggal 21 September 1966, anak

keenam dari enam bersaudara, dari Ayahanda H. Drs. Soeryanata dan Ibunda Hj.R.

Satijah.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Teladan Bangka

III Bogor, lulus tahun 1977. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama

(SMP) di SMP Negeri III Bogor, lulus tahun 1981. Selanjutnya meneruskan

pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Bogor, lulus tahun

1984. Melanjutkan ke jenjang pendidikan Diploma III di Sekolah Tinggi

Akuntansi Negara (STAN) Jakarta Jurusan Akuntansi, lulus tahun 1987. Kemudian

melanjutkan di Diploma IV Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta

Jurusan Akuntansi, lulus tahun 1993. Kuliah Strata 1 (S1) pada Fakultas Ekonomi

Universitas Terbuka Program Studi Manajemen, lulus tahun 1992. Pada tahun 2009

melanjutkan pendidikan strata 2 (S2) pada Program Studi Ilmu Manajemen di

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada tahun 1987 sampai dengan 1998 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil

(PNS) pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Jakarta,

kemudian pindah bekerja di tahun 1998 dan hingga saat ini bekerja di PT Bahana

Artha Ventura Jakarta. Pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 ditempatkan di

anak perusahannya yaitu di PT Sarana Bengkulu Ventura, kemudian tahun 2003

(12)

2005 sampai dengan saat ini ditempatkan di PT Sarana Sumut Ventura, yang

beralamat di Jalan Abdulah Lubis Nomor 62 A Medan.

Medan, Agustus 2011

Penulis

(13)
(14)

2.3. Kerangka Konseptual ... 45

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 50

(15)
(16)

DAFTAR TABEL

Jumlah Usaha Kecil dan Outstanding Pinjaman Debitur Sumut Venturadi Kota Medan Tahun 2006 s.d. 2010 ……….

Jumlah Usaha Kecil dan Outstanding Pinjaman Debitur Sumut Ventura di Kota Medan Tahun 2006 s.d. 2010 ……….

Jumlah Usaha Kecil dan Persentase Debitur Sumut Ventura dengan Kategori Sukses dan Gagal Yang Diobservasi ………

4

Tabel Operasionalisasi : Variabel Penelitian, Definisi

Variabel, Dimensi, Indikator dan Skala Pengukuran ……….

Uji Validitas Variable Penelitian ………..

Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ……….

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………

Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat pendidikan ….

Karakteristik Responden berdasarkan Lama Menjadi

Pengusaha ………

Deskripsi Jawaban Responden Atas Variabel Lingkungan Internal ………

Deskripsi Jawaban Responden Atas Variabel Lingkungan Eksternal ………

Deskripsi Jawaban Responden Atas Variabel Kinerja Usaha. Kecil ……….………..

Koefisien Regresi ………

(17)

4.9.

4.10.

4.11.

4.12.

4.13.

4.14.

Uji Koefisien Determinasi ………

Uji F / Serempak ……….

Uji t / parsial ……….

One Sample Kolmogorof - Smirnov Test ……….

Uji Multikolinearitas ………..

Uji Heteroskedastisitas ………..

74

74

75

76

77

(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ……….….. ………..… 47

4.1.

4.2.

4.3.

Struktur Organisasi PT. Sarana Sumut Ventura ……….…...

Uji Normalitas data ………

Uji Heteroskedastisitas ………..

62

77

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Kuesioner ………..……….….. .

Variabel Lingkungan Internal, Eksternal dan Kinerja …….

Uji Validitas dan Reliabilitas ………..

Hasil Regresi Model Penelitian ……….

Uji Normalitas ………..

Uji Glejser ……….

t - Tabel dan F - Tabel ………

90

96

99

102

104

104

(20)

ABSTRAK

Bagus Rukmantara, 2011, Analisis Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Usaha Kecil Di Kota Medan (Studi Kasus

Pada Debitur PT. Sarana Sumut Ventura Dengan Pinjaman Diatas

100 Juta Rupiah), Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, Msi, Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak

Pada pembangunan ekonomi di Indonesia Usaha Kecil dan Menengah (UKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena menyangkut sebagian besar jumlah penduduk yang hidup dalam kegiatan usaha tersebut baik di sektor tradisional maupun modern. Perkembangan usaha kecil diharapkan dapat bersaing sehat dengan pasar besar di tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini, selain itu usaha kecil dapat diharapkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan sehingga terciptanya persaingan dan stabilitas perekonomian Indonesia yang baik.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang lingkungan internal dan eksternal perusahaan, pengukuran kinerja usaha dengan menggunakan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan internal pengusaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, dan SDM terhadap kinerja usaha kecil dan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan eksternal pengusaha kecil yang terdiri dari akses modal, dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.

Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan survey dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanatory. Populasi yang digunakan ialah seluruh Usaha Kecil binaan PT. Sumut Ventura yang berdomisili di kota Medan dan mendapatkan pembiayaan diatas Rp 100 juta. Usaha kecil yang memenuhi kriteria tersebut berjumlah 35 perusahaan pasangan usaha (debitur). Penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan sampling purposive yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini meliputi kemudahan pengukuran kinerja usaha kecil dengan menggunakan 4 (empat) perspektif dalam balance scorecard.

Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah multiple linier regression.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan internal usaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran, SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Lingkungan eksternal usaha kecil yang terdiri dari akses modal dan kebijakan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.

(21)

ABSTRACT

Bagus Rukmantara, 2011, Analysis Of Influence Of Internal And External Environment Performance Of Small Business In The City Of Medan

(Case Study On The Debtor PT Sarana Sumut Ventura With Loan

Above RP 100 Million), Prof.Dr.Ritha F Dalimunthe, Msi, Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak

On economic development in Indonesia Small and Medium Enterprises (SME) sector has always been described as having an important role, because it involves the most number of people living in these business activities in both traditional and modern sectors. The development of small businesses are expected to compete well with large market in the middle of its free market is happening right now, other than that small businesses can be expected to increase incomes, employment opportunities, and prosperity of society as a whole so that the creation of competition and the stability of Indonesia's economy is good.

The therories used in this research are internal and external environment of business, and balance scorcard perspectives to measure the performance. The purposes of this research are to study and analyze the impact of internal environment small scale business consisted of capital, marketing, and human resourse on the performance, and to study and analyze the impact of external environment small scale business consisted of capital acces, and government policy on the performance of the small scale business in Medan.

The method used in this study is a survey approach to the type of research is descriptive quantitative and explanatory. The population used is the Small Business built PT. Ventura resident of North Sumatera in Medan city and get the financing over Rp 100 million. Small businesses that meet these criteria totaled 35 joint-venture companies (the debtor). Sampling in this study is the purposive sampling is sampling with certain considerations. These considerations include ease of performance measurement of small businesses by using the four perspectives in balance scorecard. The methods of collecting data are distributing a list of questions and documentary studies. The method of analysis data used in the study were multiple linear regression.

The result showed that the internal environment of small businesses consisting of capital, marketing and human resources have a positive and significant impact on the performance of small businesses. The external environment which consist of small businesses access capital and government policies have a positive and significant impact on the performance of small businesses in the city of Medan.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap negara

yang ada di dunia ini, karena tujuan utama dari pembangunan adalah

mensejahterakan masyarakat. Pembangunan juga bisa digunakan untuk

meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global demi masa depan yang lebih

baik.

Pada pembangunan ekonomi di Indonesia Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena

menyangkut sebagian besar jumlah penduduk yang hidup dalam kegiatan usaha

tersebut baik di sektor tradisional maupun modern. Adanya kebijakan dan dukungan

yang lebih besar baik dari pemerintah maupun para pelaku ekonomi seperti

kemudahan dalam akses permodalan, kebijakan pemerintah, perijinan, teknologi,

struktur, manajemen, pelatihan dan pembiayaan, usaha kecil diharapkan dapat

berkembang pesat. Perkembangan usaha kecil diharapkan dapat bersaing sehat di

tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini. Selain itu, usaha kecil diharapkan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan

memakmurkan masyarakat secara keseluruhan sehingga terciptanya persaingan dan

(23)

Sektor usaha kecil dalam perkembangan usahanya sering kali menghadapi

kendala, baik kendala internal maupun kendala eksternal. Kendala internal terutama

berkaitan dengan kecukupan modal usaha, pemasaran dan kualitas sumber daya

manusia. Keterbatasan sumber daya yang ada pada usaha kecil menyebabkan mereka

kurang optimal dalam memanfaatkan peluang yang ada, baik dalam memenuhi

pangsa pasar yang luas, kesiapan SDM yang berkualitas maupun untuk memperluas

jaringan pemasaran. Sedangkan kendala eksternal berkaitan dengan akses terhadap

sumber pembiayaan dan iklim usaha yang kurang kondusif terhadap perkembangan

usaha kecil, karena selama ini terkesan berbagai kebijakan lebih berpihak kepada

sektor usaha besar, sehingga berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah sebagian

besar dinikmati oleh sektor usaha besar.

Harapan bahwa pertumbuhan yang pesat dari sektor industri modern akan

dapat menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran secara tuntas, ternyata

masih berada pada rentang perjalanan yang panjang, bertolak pada kenyataan inilah

maka eksistensi industri kecil telah mengambil tempat penting dalam masalah

kesempatan kerja dan ketenaga kerjaan di negara-negara berkembang. Peranan

industri kecil tersebut antara lain meningkatkan pendapatan masyarakat dan

pemerintah daerah atau negara, penciptaan lapangan pekerjaan, pemenuhan

kebutuhan barang-barang masyarakat dan penyerapan tenaga kerja setempat.

Perkembangan usaha kecil, terutama di Sumatera Utara sudah cukup

berkembang, akan tetapi jumlahnya belum signifikan baru mencapai 8 persen per

tahunnya (Dinas Koperasi dan UKM Medan, 2010). Belum signifikannya

(24)

perlunya dukungan lembaga keuangan, SDM, permodalan terutama dari perbankan

dan lembaga keuangan lainnya, serta pasar penjualan produknya. Pertumbuhan

jumlah usaha kecil di Sumatera Utara masih terpusat di Kota Medan, dimana kota

Medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara yang memiliki fasilitas infrastruktur

yang terlengkap.

Usaha kecil dalam menjalankan kegiatannya banyak dipengaruhi oleh

lingkungan usahanya, baik itu lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.

Lingkungan internal (yang ada dalam perusahaan itu sendiri) seperti ; modal,

pemasaran, SDM, dan lain-lain yang merupakan sumber daya bagi produksi barang

dan jasa suatu perusahaan. Lingkungan eksternal (yang ada diluar perusahaan) seperti

akses modal dan kebijakan pemerintah, yang merupakan faktor pendukung kegiatan

dari usaha kecil. Pengelolaan lingkungan internal dan eksternal yang baik akan

menjadikan perusahaan mampu bersaing dan meningkatkan kinerjanya (Wahyudi

2001).

PT. Sarana Sumut Ventura atau biasa disebut dengan Sumut Ventura adalah

salah satu perusahaan modal ventura yang berlokasi di kota Medan, Sumatera Utara.

Bidang usaha yang dijalankan oleh Sumut Ventura adalah pembiayaan modal

ventura, dimana pembiayaan yang diberikan khususnya kepada Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) yang berlokasi di Sumatera Utara.

Perkembangan jumlah usaha kecil yang dibiayai oleh Sumut Ventura selama

(25)

Tabel 1.1. Jumlah Usaha Kecil dan Outstanding Pinjaman Debitur Sumut Ventura Di Kota Medan Tahun 2006 s.d. 2010

No. Tahun Jumlah Usaha Kecil Outstanding Pinjaman (Rp)

1 2006 291 15.653.456.000

2 2007 308 16.574.258.000

3 2008 326 18.235.721.000

4 2009 355 20.164.543.000

5 2010 361 21.050.463.000

Sumber : Laporan Perkembangan Usaha Sumut Ventura tahun 2006 s.d. 2010

Berdasarkan Tabel 1.1. terlihat perkembangan pembiayaan yang dilakukan

oleh Sumut Ventura sejak tahun 2006 s.d. 2010 cukup meningkat. Hal ini

menunjukan minat dari usaha kecil untuk memanfaatkan pembiayaan yang diberikan

oleh Sumut Ventura juga meningkat.

Kondisi kinerja usaha kecil yang menjadi debitur Sumut Ventura saat ini

cukup baik, hal ini dapat dilihat dari perkembangan usahanya setelah mendapatkan

pembiayaan dan dampingan yang diberikan oleh Sumut Ventura. Beberapa usaha

kecil dapat meningkatkan omset penjualannya sehingga dapat meningkatkan

kenerjanya yang dapat dilihat dari peningkatan keuntungan, dan asetnya setelah

mendapatkan pembiayaan dan dampingan dari Sumut Ventura, meningkatnya akses

pasar dan pangsa pasar yang dapat dimasuki dengan cara memperbesar skala

usahanya membuka beberapa cabang usaha di kota Medan, adanya variasi dalam

produk produk yang dibuat dan pengembangan dari SDM yang ada, hal ini sesuai

penilaian kinerja berdasarkan pendekatan 4 (empat) perspektif dalam balance

scorecard. Usaha kecil yang mempunyai kinerja baik tentunya juga akan

menguntungkan bagi Sumut Ventura, karena akan memberikan kontribusi terhadap

(26)

usaha kecil lainnya yaitu dengan memutarkan kembali dana-dana yang sudah

dibayarkan oleh debitur tersebut.

Dalam setiap lembaga keuangan terdapat debitur bermasalah dalam arti

menunggak pembayaran baik pokok ataupun bagi hasil/bunga yang seharusnya

dibayarkan. Debitur bermasalah yang ada di Sumut Ventura dari tahun 2006 s.d. 2010

dapat dilihat di Tabel 1.2. :

Tabel 1.2. Jumlah Usaha Kecil Bermasalah Debitur Sumut Ventura Di Kota Medan Tahun 2006 s.d. 2010

No. Tahun Jumlah Usaha Kecil

Bermasalah

Persentase (%)

1 2006 15 5,15 %

2 2007 17 5,51 %

3 2008 18 5,52 %

4 2009 22 6,20 %

5 2010 23 6,37 %

Sumber : Laporan Perkembangan Usaha Sumut Ventura tahun 2006 s.d. 2010

Berdasarkan Tabel 1.2. dapat dilihat peningkatan debitur bermasalah yang ada

di Sumut Ventura sejak tahun 2006 s.d. 2010. Jumlah tersebut meningkat seiring

dengan bertambahnya pembiayaan yang diberikan kepada usaha kecil.

Permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil dalam meningkatkan kinerja

usahanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu permasalahan yang bersifat internal

(sumbernya dari dalam perusahaan) maupun eksternal (sumbernya dari luar

perusahaan). Permasalahan internal yakni: permasalahan finansial yang pada

umumnya mengalami keterbatasan pada struktur permodalan guna memenuhi

kebutuhan akan modal kerja dan investasi ; permasalahan pemasaran yang pada

umumnya terjadi keterbatasan untuk memperbesar pangsa pasar dan memperoleh

(27)

keterbatasan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Sedangkan permasalahan

yang bersifat eksternal (yang bersumber dari luar perusahaan) yakni permasalahan

dalam akses ke perbankan maupun lembaga keuangan lainnya serta permasalahan

yang disebabkan oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah yang kurang

kondusif.

Peneliti melakukan pengamatan awal terhadap usaha kecil yang

menjadi debitur dari Sumut Ventura. Berdasarkan pengamatan tersebut

dapat dilihat beberapa fenomena yang terjadi yaitu adanya usaha kecil

yang dapat maju dan berhasil dalam usahanya sehingga kinerja

meningkat tetapi ada juga usaha kecil debitur Sumut Ventura yang gagal dalam

meningkatkan kinerja usahanya setelah mendapat pembiayaan dan dampingan dari

Sumut Ventura. (laporan perkembangan pasangan usaha Sumut Ventura

tahun 2010).

Observasi awal dilakukan pada 20 pada debitur Sumut Ventura untuk melihat

pengaruh internal dan eksternal terhadap kinerja usaha kecil terlihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.3. Jumlah Usaha Kecil dan Persentase Debitur Sumut Ventura dengan Kategori Sukses dan Gagal Yang Diobservasi

No. Keterangan Jumlah Usaha Kecil Persentase (%)

1 Jumlah debitur sukses 17 85.00

2 Jumlah debitur gagal 3 15.00

3 Jumlah 20 100.00

Sumber : Laporan Perkembangan Usaha Sumut Ventura tahun 2010

Hasil observasi awal atas debitur Sumut Ventura, yaitu pembiayaan yang

diberikan kepada usaha kecil memiliki dua sisi yaitu; keberhasilan dan kegagalan.

(28)

1. Menggunakan modal pinjaman yang diberikan dengan cara yang seksama,

dimana perluasan atau ekspansi usaha dilakukan secara bertahap dengan

perencanaan yang matang. Modal yang dipinjam sesuai dengan kebutuhan.

2. Mempunyai pangsa pasar yang memadai.

3. Memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen pengelolaan keuangan.

4. Modal pinjaman yang diterima benar dipergunakan untuk pengembangan usaha.

5. Memiliki informasi yang cukup mengenai pendanaan.

Kegagalan pembiayaan pada umumnya disebabkan:

1. Menggunakan modal yang diberikan untuk melakukan ekspansi secara besar

besaran sementara pelaku usaha kecil sendiri masih belum memiliki pengalaman

dalam menjalankan usahanya dalam skala besar.

2. Ketidakjujuran pengusaha, pinjaman modal yang diberikan mayoritas dipakai

bukan untuk pengembangan usaha tetapi sering digunakan untuk sektor

konsumtif yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan usaha yang

dijalankannya.

3. Pangsa pasar belum memadai dan strategi pemasaran yang belum optimal.

4. Kurangnya pengetahuan pengusaha akan manajemen pengelolaan keuangan /

pinjaman dana yang telah diberikan.

5. Kurang memiliki informasi akan pendanaan yang bisa didapat.

Berdasarkan permasalahan dan fenomena yang diungkapkan diatas yaitu

adanya keterbatasan keterbatasan dari usaha kecil dalam meningkatkan kinerjanya

baik itu dari lingkungan internal seperti kurangnya modal untuk pengembangan

(29)

berkualitas, maupun lingkungan eksternal seperti kurangnya akses ke lembaga

keuangan untuk mendapatkan modal dan mendapatkan fasilitas pinjaman dengan

bunga murah , maka perlu diteliti: “Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal

Terhadap Kinerja Usaha Kecil di Kota Medan” dengan melihat tingkat keberhasilan

dan kegagalan usaha kecil setelah mendapatkan pinjaman dan dampingan dari PT.

Sarana Sumut Ventura. Lingkungan internal yang diteliti adalah modal, pemasaran

dan SDM, sedangkan lingkungan eksternal yang diteliti yaitu akses modal dan

kebijakan pemerintah.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah lingkungan internal pada usaha kecil yang terdiri dari modal, pemasaran,

dan SDM berpengaruh terhadap kinerja usaha kecil di kota Medan.

2. Apakah lingkungan eksternal pada usaha kecil yang terdiri dari akses modal,

dan kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap kinerja usaha kecil di kota

Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan internal usaha kecil

yang terdiri dari modal, pemasaran, dan SDM terhadap kinerja usaha kecil di kota

(30)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan eksternal usaha kecil

yang terdiri dari akses modal, dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha

kecil di kota Medan

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. PT. Sumut Ventura sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan, strategi dan

program kerja dalam melayani nasabah usaha kecil yang ada di perusahaan

tersebut.

2. Program Pascasarjana USU, guna menambah studi kepustakaan dan memperkaya

studi penelitian ilmiah, khususnya di Program Studi Magister Ilmu Manajemen.

3. Peneliti, untuk menambah pengetahuan, membuka cakrawala berpikir dan

menambah wawasan, serta bekal tentang lingkungan yang mempengaruhi

(31)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Pillay (2006) melakukan penelitian yang berjudul ” The Internal And External

Environment For Small Business Growth In Pietermaritzburg.” Penelitian ini

bertujuan untuk meneliti apakah faktor lingkungan internal yang terdiri dari tingkat

pendidikan dan pelatihan pemilik, jenis kelamin, etnis, aktivitas bisnis, status usaha,

dan sumber modal, perekrutan karyawan, kemampuan manajerial, dan pengetahuan

keuangan dan faktor eksternal yang terdiri dari perkembangan ekonomi, pajak,

hukum, teknologi, kompetisi, dukungan pemerintah, dan tingkat kejahatan

berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha kecil di Pietermaritzburg.

Hasil penelitian Pillay (2006) menunjukkan faktor internal yang menghambat

pertumbuhan usaha kecil adalah sumber modal, pengetahuan keuangan, perekrutan

karyawan, dan kemampuan manajerial. Faktor eksternal yang menghambat

pertumbuhan usaha kecil adalah keadaan ekonomi, pajak, peraturan dan hukum,

teknologi, dan tingkat kejahatan.

Munizu (2010) melakukan penelitian berjudul Pengaruh Faktor-Faktor

Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi

Selatan. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis faktor faktor eksternal

(kebijakan pemerintah, sosial ekonomi, dan budaya) yang mempengaruhi faktor

internal Usaha Mikro dan Kecil (UMK) (2) untuk menganalisis pengaruh faktor

(32)

Usaha Mikro dan Kecil (UMK), (3) untuk menganalisis pengaruh faktor internal

(SDM, Keuangan, teknik produksi, dan operasi, dan aspek pasar atau pemasaran)

terhadap kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Makassar dan kota Pare-Pare.

Total responden sebanyak 300 pengusaha dibagi atas secara proporsional kota

Makassar 150 responden; dan kota Pare-Pare 150 responden. Tehnik pengambilan

sampel digunakan simple random sampling. Data dianalisis secara deskriptif dengan

Structural Equation Modeling (SEM).

Hasil penelitian menunjukkan (1) faktor eksternal (kebijakan pemerintah,

sosial ekonomi, dan budaya) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

faktor internal Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dengan kontribusi 0,980 (98%); (2)

faktor eksternal (kebijakan pemerintah, sosial ekonomi, dan budaya) memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

sebesar 0,254 (25,4%); dan (3) Faktor Internal (SDM, Keuangan, teknik produksi,

dan operasi, dan aspek pasar atau pemasaran) memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) 0,792 (79,2%)

Berdasarkan hasil penelitian Pillay (2006) dan Munizu (2010) terdapat

beberapa faktor baik internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan dari

usaha kecil dan menengah. Faktor-faktor tersebut masih secara umum

pembahasannya, dalam tesis ini akan lebih spesifik pembahasan mengenai faktor

internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja usaha kecil. Faktor internal yang

akan diteliti adalah Modal, Pemasaran dan SDM sedangkan faktor eksternal yaitu

(33)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Lingkungan Bisnis Internal dan Eksternal

Lingkungan bisnis merupakan lingkungan yang dihadapi organisasi dan harus

dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis (perusahaan). Aktivitas

keseharian organisasi mencakup interaksi dengan lingkungan kerja. Hal ini termasuk

hubungannya dengan pelanggan, supliers, serikat dagang dan pemegang saham.

Lingkungan bisnis berperan dalam mempengaruhi penetapan strategi organisasi.

Lingkungan organisasi dapat dibedakan atas lingkungan internal (internal

environment) dan lingkungan eksternal (external environment) (Wheleen dan Hunger,

dalam Kuncoro, 2006). Lingkungan internal terdiri dari struktur (structure), budaya

(culture), sumber daya (resources). Lingkungan internal perlu dianalisis untuk

mengetahui kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang ada dalam

perusahaan. Struktur adalah bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan

dengan komunikasi, wewenang dan arus kerja. Struktur sering juga disebut rantai

perintah dan digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan organisasi.

Budaya merupakan pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh

anggota organisasi. Norma-norma organisasi secara khusus memunculkan dan

mendefinisikan perilaku yang dapat diterima anggota dari manajemen puncak sampai

karyawan operatif. Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi

produksi barang dan jasa organisasi. Aset ini dapat meliputi sumber modal,

kemampuan manajerial, SDM, pengetahuan keuangan, produksi, teknologi,

kemampuan, dan bakat manajerial seperti aset keuangan dan fasilitas perusahaan

(34)

Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar organisasi dan

perlu dianalisis untuk menentukan kesempatan (opportunities) dan ancaman (threath)

yang akan dihadapi perusahaan. Terdapat dua perspektif untuk

meng-konseptualisasikan lingkungan eksternal. Heizer dan Render dalam Kuncoro, (2006)

menyatakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan eksternal adalah

kondisi perekonomian, budaya, , demografi, dan peraturan pemerintah. Lain halnya

dengan Bourgeois (dalam Kuncoro, 2006) yang mengatakan bahwa lingkungan

eksternal dipengaruhi oleh konsumen, pesaing, pemasok,dan peraturan pemerintah.

2.2.2 Kinerja

Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama

periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan

operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki

(Helfert, 1996 dalam Srimindarti, 2004). Menurut Mulyadi (2001), kinerja adalah

istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan sebagian atau seluruh tindakan

atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja

adalah tindakan pengukuran yang dapat dilakukan terhadap berbagai aktifitas dalam

rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian

digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi

pelaksanaan suatu rencana dan saat mana perusahaan memerlukan penyesuaian atas

aktivitas perencanaan dan pengendalian tersebut. Pengukuran kinerja mempunyai

(35)

dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar

membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.

Menurut Mulyadi (2001), manfaat sistem pengukuran kinerja adalah sebagai

berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti

promosi, pemberhentian dan mutasi.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka

menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Munculnya berbagai paradigma baru di mana bisnis harus digerakkan oleh

konsumen-focused, suatu sistem pengukuran kinerja yang efektif paling tidak harus

memiliki syarat-syarat sebagai berikut (Yuwono, 2002):

1. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri

sesuai perspektif pelanggan;

2. Evaluasi atas berbagai aktivitas, mengggunakan ukuran-ukuran kinerja yang

konsumen-validated;

3. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan,

(36)

4. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali

masalah-masalah yang mempunyai kemungkinan untuk diperbaiki.

2.2.3. Pengukuran Kinerja dengan menggunakan 4 (Empat) perspektif dalam Balanced Scorecard

Menurut Kaplan dan Norton dalam Mulyadi (2001), Balanced Scorecard

merupakan alat pengukur kinerja yang memerlukan ukuran komprehensif dengan

empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis

internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Sementara itu Anthony,

Banker, Kaplan, dan Young dalam Yuwono (2002) mendefinisikan Balanced

Scorecard sebagai: “a measurement and management system that views a business

unit’s performance from four perspectives: financial, customer, internal business

process, and learning and growth.”

Balanced Scorecard merupakan suatu alat pengukur kinerja perusahaan yang

mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan. Adapun kinerja yang dilihat baik

secara keuangan maupun nonkeuangan dengan menggunakan empat perspektif yaitu,

perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif

pertumbuhan dan pembelajaran.

Pendekatan Balance Scorecard dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan

pokok, yaitu (Kaplan dan Norton, dalam Mulyadi, 2001):

1. Bagaimana penampilan perusahaan ? (perspektif keuangan)

2. Bagaimana pandangan para pelanggan terhadap perusahaan? (perspektif

(37)

3. Apa yang menjadi keunggulan perusahaan? (perspektif bisnis internal)

4. Apa perusahaan harus terus menerus melakukan perbaikan dan menciptakan nilai

secara berkesinambungan? (perspektif pertumbuhan dan pembelajaran)

Balanced Scorecard memberikan kerangka berpikir untuk menjabarkan

strategi perusahaan ke dalam segi operasional. Kaplan dan Norton dalam Mulyadi

(2001) mengatakan bahwa perusahaan menggunakan focus pengukuran scorecard

untuk menghasilkan berbagai proses manajemen, meliputi :

1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi

2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis

3. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif

strategis

4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis

Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu perusahaan tidak hanya dinyatakan dalam

ukuran keuangan saja, melainkan dinyatakan dalam ukuran dimana perusahaan

tersebut menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada pada saat ini dan akan

datang, dan bagaimana perusahaan tersebut harus meningkatkan kemampuan

internalnya termasuk investasi pada manusia, sistem, dan prosedur yang dibutuhkan

untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di masa mendatang. Dengan penggunaan

Balanced Scorecard diharapkan bahwa pengukuran kinerja keuangan dan non

keuangan dapat menjadi bagian dari sistem informasi bagi seluruh pegawai dan

tingkatan dalam organisasi. Saat ini Balance Scorecard tidak lagi dianggap sebagai

pengukur kinerja, namun telah menjadi sebuah kerangka berpikir dalam

(38)

Balanced Scorecard memiliki keunggulan yang menjadikan sistem

manajemen strategik saat ini berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen

strategik dalam manajemen tradisional (Mulyadi, 2001). Manajemen strategik

tradisional hanya berfokus ke sasaran-sasaran yang bersifat keuangan, sedangkan

sistem manajemen strategik kontemporer mencakup perspektif yang luas yaitu

keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Selain itu berbagai sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem manajemen

strategik tradisional tidak koheren satu dengan lainnya, sedangkan berbagai sasaran

strategik dalam sistem manajemen strategic kontemporer dirumuskan secara koheren.

Di samping itu, Balanced Scorecard menjadikan sistem manajemen strategik

kontemporer memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sistem manajemen

strategik tradisional, yaitu dalam karakteristik keterukuran dan keseimbangan.

Menurut Mulyadi (2001), keunggulan pendekatan Balanced Scorecard dalam

sistem perencanaan strategic adalah mampu menghasilkan rencana strategic yang

memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Komprehensif. Balanced Scorecard menambahkan perspektif yang ada dalam

perencanaan stratejik, dari yang sebelumnya hanya pada perspektif keuangan,

meluas ke tiga perspektif yang lain, yaitu: pelanggan, proses bisnis internal, serta

pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif rencana strategis ke

perspektif nonkeuangan tersebut menghasilkan manfaat sebagai berikut:

a. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang,

(39)

2. Koheren. Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun

hubungan sebab akibat di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam

perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif

nonkeuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, kekoherenan sasaran

strategik yang dihasilkan dalam sistem perencanaan strategik memotivasi

personel untuk bertanggung jawab dalam mencari inisiatif strategik yang

bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan. Sistem perencanaan strategis

yang menghasilkan sasaran strategik yang koheren akan menjanjikan

pelipatgandaan kinerja keuangan berjangka panjang, karena personel dimotivasi

untuk mencari inisiatif strategik yang mempunyai manfaat bagi perwujudan

sasaran strategik di perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal,

pembelajaran dan pertumbuhan. Kekoherenan sasaran strategis yang menjanjikan

pelipatgandaan kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk

memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif.

3. Seimbang. Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem

perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka

panjang. Jadi perlu diperlihatkan garis keseimbangan yang harus diusahakan

dalam menetapkan sasaran-sasaran strategic di keempat perspektif.

4. Terukur. Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan

strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan

oleh sistem tersebut. Semua sasaran strategik ditentukan oleh ukurannya, baik

(40)

perspektif nonkeuangan. Dengan Balanced Scorecard, sasaran-sasaran strategik

yang sulit diukur, seperti sasaran- sasaran strategik di perspektif nonkeuangan,

ditentukan ukurannya agar dapat dikelola, sehingga dapat diwujudkan. Dengan

demikian keterukuran sasaran-sasaran strategik di perspektif nonkeuangan

tersebut menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategik nonkeuangan,

sehingga kinerja keuangan dapat berlipat ganda dan berjangka panjang.

2.2.3.1 Mengukur Kinerja Perpektif Keuangan

Pendekatan perspektitif keuangan dalam Balance Scorecard merupakan hal

yang sangat penting, hal ini disebabkan ukuran keuangan merupakan suatu

konsekwensi dari suatu keputusan ekonomi yang diambil dari suatu tindakan

ekonomi. Ukuran keuangan ini menunjukan adanya perencanaan, implementasi, serta

evaluasi dari pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Evaluasi ini tercermin dari

sasaran yang secara khusus dapat diukur melalui keuntungan yang diperoleh, seperti

contohnya Profit margin, Return on investment, Economic value added.

Berdasarkan tahap-tahap perkembangan industri tersebut akan diperlukan

strategi-strategi yang berbeda-beda. Dalam perspektif keuangan, terdapat tiga aspek

dari strategi yang dilakukan suatu perusahaan. Pertama, pertumbuhan pendapatan dan

kombinasi pendapatan yang dimiliki suatu organisasi bisnis. Kedua, penurunan biaya

dan peningkatan produktivitas. Ketiga adalah penggunaan aset yang optimal dan

strategi investasi. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada

masing-masing tahap siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton, dalam Mulyadi (2001)

(41)

1. Growth (Perkembangan). Growth merupakan tahap pertama dan tahap awal dari

siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan

yang sama sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang. Untuk

menciptakan potensi ini, kemungkinan seorang manajer harus terikat komitmen

untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan

mengembangkan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi,

mengembangkan sistem infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan

mendukung hubungan global. Sasaran keuangan dari bisnis pada tahap ini

seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat pertumbuhan revenue atau

penjualan dalam pasar yang ditergetkan.

2. Sustain Stage (Bertahan), Sustain stage merupakan tahap kedua, yaitu suatu

tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan

mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam tahap ini,

perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan

mengembangkannya apabila mungkin. Secra konsisten pada tahap ini perusahaan

tidak lagi bertumpu pada strategi jangka panjang. Sasaran keuangan pada tahap

ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang

dilakukan.

3. Harvest (Panen). Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap

dimana perusahaan melakukan panen (harvest) terhadap investasi mereka.

Perusahaan tidak melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara

perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi atau membangun suatu

(42)

2.2.3.2 Mengukur Kinerja Perpektif Pelanggan

Keberhasilan perusahaan tidak lepas dari pandangan dan persepsi pelanggan.

Balance Scorecard mengidentifikasi tujuan dan faktor-faktor yang dibutuhkan

pelanggan pada saat sekarang maupun antisipasi di masa yang akan datang. Dari

aspek pelanggan perusahaan biasanya menggunakan dua set pengukur: core

measurement dan performance drivers. Core measurement group, yaitu tolok ukur

kinerja inti yang saling terkait, meliputi:

1. Pangsa pasar (market share). Pangsa pasar yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar proporsi segmen pasar tertentu yang dikuasai oleh pelanggan.

2. Penarikan pelanggan baru (customer acquisition), digunakan untuk mengukur

seberapa banyak perusahaan berhasil menarik pelanggan baru.

3. Pertumbuhan bisnis dari pelanggan lama (retension), digunakan untuk

mengukur kemampuan mempertahankan pelanggan lama. Customer retension

yang mengukur seberapa banyak perusahaan mempertahankan pelanggan

lama.

4. Kepuasan nasabah (customer satisfaction), digunakan untuk mengukur

seberapa jauh para pelanggan merasa puas terhadap pelayanan perusahaan.

5. Customer value proposition adalah tolok ukur penunjang (performance

driven) yang berkaitan dengan (1) atribut-atribut dari produk dan jasa, seperti

harga, tingkat kegunaan, mutu produk, tingkat penyampaian produk, (2)

hubungan baik dengan pelanggan (customer relationship), misal tingkat

fleksibilitas perusahaan, tingkat ketersediaan produk, penampilan fisik gedung

(43)

Kepuasan pelanggan akan menjadikan pelanggan loyal tehadap perusahaan

dan tetap bertahan sebagai pelanggan. Di samping itu pelanggan yang puas

merupakan sarana promosi untuk menarik pelanggan baru dan meningkatkan

profitabilitas. Mempertahankan pelanggan lama dan penarikan pelanggan baru akan

dapat mempertahankan bahkan meningkatkan pangsa pasar.

2.2.3.3 Mengukur Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal

Menurut Kaplan dan Norton dalam Mulyadi (2001), dalam proses bisnis

internal, manajer harus bisa mengidentifikasi proses internal yang penting, dimana

perusahaan diharuskan melakukan dengan baik karena proses internal tersebut

mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat memberikan

pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham. Tahapan dalam proses

bisnis internal meliputi:

1. Inovasi (inovation). Inovasi yang dilakukan perusahaan biasanya dilaksanakan

oleh bagian riset dan pengembangannya, dalam tahap inovasi ini tolok ukur yang

digunakan adalah besarnya produk-produk baru, lama waktu yang dibutuhkan

untuk mengembangkan suatu produk secara relatif jika dibandingkan perusahaan

pesaing, besarnya biaya, banyaknya produk baru yang berhasil dikembangkan.

2. Proses operasi (operation). Tahapan ini merupakan tahapan dimana perusahaan berupaya untuk memberikan solusi kepada pelanggan dalam memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegiatan operasional adalah proses

(44)

Pengukuran dalam proses pembuatan produk/ jasa dengan mengukur kualitas

hasil, efisiensi biaya dan efektivitas waktu.

3. Proses layanan pasca jual. Pada tahap ini perusahaan berupaya memberikan manfaat tambahan kepada para pelanggan yang telah membeli produknya dalam

bentuk berbagai layanan pasca transaksi.

2.2.3.4. Mengukur Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya

manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Termasuk di dalam perspektif ini adalah

pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan

individu dan organisasi. Dalam organisasi knowledge-worker, manusia adalah

sumber daya utama.

Hasil dari pengukuran ketiga perspektif sebelumnya biasanya akan

menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, sistem, dan prosedur

yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan.

Itulah mengapa, perusahaan harus melakukan investasi di ketiga faktor tersebut untuk

mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajar (learning

organization).

Menurut Kaplan dan Norton, learning lebih dari sekedar training karena

pembelajaran meliputi pula proses mentoring dan tutoring, seperti kemudahan dalam

komunikasi di segenap pegawai yang memungkinkan mereka untuk siap membantu

(45)

employee capabilities, information system capabilities, dan motivation,

empowerment, and alignment (Yuwono, 2003) dengan penjelasan :

1. Employee Capabilities. Salah satu perubahan yang dramatis dalam pemikiran

manajemen selama lima belas tahun terakhir ini adalah peran para pegawai di

organisasi. Faktanya, tak ada yang lebih baik bagi transformasi revolusioner dari

pemikiran era industri ke era informasi daripada filosofi manajemen baru, yaitu

bagaimana para pegawai menyumbangkan segenap kemampuannya untuk

organisasi. Untuk itu, perencanaan dan upaya implementasi re-skilling pegawai

yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai

tujuan organisasi.

2. Information System Capabilities. Bagaimanapun juga, meski motivasi dan

keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih

diperlukan informast-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem

informasi yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai

atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan

sebaik-baiknya.

3. Motivation, empowerment, and alignment. Perspektif ini penting untuk menjamin

adanya proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan

inisiatif yang sebesar-besarnya bagi pegawai. Paradigma manajemen terbaru

menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi pegawai untuk

melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan sama-sama dicoba

untuk dikenali, tidak saja oleh jenjang manajemen strategis tetapi juga oleh

(46)

Sudah tentu upaya itu perlu dukungan motivasi yang besar dan pemberdayaan

pegawai berupa delegasi wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan.

Tentu, itu semua tetap dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terus menerus

sejalan dengan tujuan organisasi.

Kaplan dan Norton dalam Mulyadi (2001) menyatakan bahwa ada tiga ukuran

utama yang berlaku umum dalam tolok ukur kapabilitas pekerja (employee

capabilities), yaitu kepuasan pekerja, retensi pekerja, dan produktivitas pekerja.

Dalam hal ini, kepuasan pekerja dipandang sebagai pendorong bagi kedua

pengukuran lainnya. Pengukuran atas tiga ukuran utama tersebut akan dapat

memberikan kerangka kerja yang diperlukan perusahaan dalam mencapai hasil yang

diinginkan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menuju pencapaian

tujuan strategis perusahaan.

Mulyadi (2001) menyatakan bahwa ada dua sasaran strategis dalam perspektif

ini yang perlu diwujudkan: kapabilitas karyawan dan komitmen karyawan. Untuk

mengukur hasil pencapaiannya, terdapat berbagai ukuran hasil, yaitu:

1. Kapabilitas karyawan. Kapabilitas karyawan dapat diukur pada tingkat individual

dan pada tingkat kelompok secara kuantitatif maupun kuantitatif:

a. individual Assessment

1) Quantitative Individual Measures, dengan contohnya adalah indeks

kinerja tertimbang (weighted performance index) dengan mengukur

peringkat kapabilitas karyawan dengan menggunakan skala nilai.

2) Qualitative Individual Measures, contohnya dengan menggunakan

(47)

kuaiitatif juga untuk mengukur kapabilitas karyawan dalam perusahaan,

misalnya apakah perusahaan akan mengalami kerugian bila karyawan

tersebut meninggalkan perusahaan, atau seberapa besar kemampuan

karyawan untuk menghasilkan business results.

b. Collective Assesment, terdiri atas:

1) Quantitative Collective Measures, contoh ukurannya adalah indeks

kepuasan karyawan, persentase biaya pelatihan dan pengembangan

karyawan, serta tahun pengalaman dalam profesi.

2) Qualitative Collective Measures, contohnya adalah dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan seperti: keterampilan karyawan apa yang dinilai

tertinggi oleh pelanggan, keterampilan apa yang dicari dari calon

karyawan, dan keterampilan apa yang karyawan peroleh dari manajer.

2. Komitmen karyawan, dalam membangun komitmen karyawan, ada tiga sasaran

strategis yang harus diwujudkan, yaitu: work force productivity, iklim organisasi,

dan retensi karyawan.

Produktivitas Kerja adalah suatu ukuran hasil, adapun tujuannya adalah untuk

membandingkan output yang dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang

dikerahkan untuk menghasilkannya. Untuk mendukung produktivitas tersebut,

perusahaan perlu menilai kemampuan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan yang

penting, serta memiliki informasi yang strategis bagi perusahaan. Ukuran atas kedua

hal tersebut ditentukan dengan pengukuran rasio penyelesaian kerja strategis dan

(48)

Tujuan retensi pekerja/karyawan adalah untuk mempertahankan selama

mungkin para karyawan yang diminati perusahaan. Sementara kepuasan karyawan

merupakan pra-kondisi bagi meningkatnya produktivitas, daya tanggap, mutu, dan

layanan pelanggan. Untuk mendukung retensi karyawan dan kepuasan karyawan,

perlu dilakukan proses perputaran karyawan atau jalur karir yang baik dan transparan,

serta perlu dilakukan pengukuran atas kepuasan pelanggan.

2.2.4. Pengertian Umum Usaha Kecil di Indonesia

Negara negara di dunia mengklasifikasikan jenis usaha untuk memudahkan

statistik ekonomi, administrasi dan sistem perpajakan, serta bentuk dukungan dan

promosi khusus (untuk usaha tertentu). Hingga saat ini tidak ada rumusan yang baku

tentang usaha, kecil dan menengah sehingga definisi yang ada bervariasi menurut

konteks dan tujuan penggunaan, akan tetapi secara umum didasarkan pada ukuran

tenaga kerja, omset penjualan, nilai asset atau struktur kepemilikan.

Pemerintah Republik Indonesia melalui Undang-Undang no 20 tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mendefinisikan:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

(49)

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang.

Menurut Pasal 6 UU No 20 tahun 2008, kriteria UMKM adalah:

1. Usaha Mikro memiliki kriteria (a) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp

50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau (b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah (a) memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha (b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah (a) memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

(50)

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Pasal 4 Undang-Undang No 20 tahun 2008 menjelaskan prinsip

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan oleh pemerintah

bertujuan untuk:

1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri

2. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan

3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai

dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

4. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

Pasal 5 Undang-undang No 20 Tahun 2008 menyebutkan tujuan

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:

1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan

berkeadilan

2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri

3. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan

daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan

(51)

Definisi usaha kecil dan menengah berdasarkan jumlah pekerja (menurut

Badan Pusat Statistik) yang diklasifikasikan menjadi:

1. Usaha kerajinan rumah tangga atau Industri dan Dagang Mikro (ID-Mikro) yang

mempekerjakan antar 1 – 4 orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar)

2. Usaha Kecil atau Industri dan Dagang Kecil (ID-Kecil) yang menggunakan

tenaga kerja antara 5 – 19 orang

3. Usaha Menengah atau Industri dan Dagang Menengah (ID-Menengah) yang

menggunakan tenaga kerja antara 20 – 99 orang, dan

4. Usaha Besar atau Industri dan Dagang Besar (ID-Besar) yang menggunakan

tenaga kerja lebih dari 100 orang

Pendekatan yang berbeda dalam merumuskan Usaha Kecil dan Menengah

tidak menggunakan ukuran ukuran kuantitatif (menurut Departemen Perindustrian

dan Perdagangan Republik Indonesia) meliputi industri pangan (makanan, minuman,

dan tembakau), industri kimia dan bahan bangunan (kertas, percetakan, penerbitan,

produk karet dan plastik), dan industri logam (mesin, alat alat IPTEK, dan produk

logam). Ciri utama klasifikasi ini adalah agar usaha kecil dapat memperoleh

kesempatan pemerataan teknologi menengah dan sederhana serta dapat menyerap

tenaga kerja yang besardalam bentuk kegiatan industri industri yang bersifat padat

karya. Sedangkan kelompok usaha lainnya adalah:

1. Industri dasar, misalnya industri mesin pertanian, elektronik, kereta api, kapal

terbang, kenderaan bermotor, baja, aluminium, tembaga, industri kimia dasar,

(52)

2. Industri hilir (aneka industri), misalnya industri pertambangan dan aneka produk

hasil pengelolaan sumber daya alam dan pertanian.

Dua kelompok terakhir ini dibedakan dengan kelompok Industri Kecil, khususnya

dalam penyerapan tenaga kerja, permodalan dan penggunaan teknologi sekaligus

lebih bersifat padat modal dan teknologi tinggi dengan serapan tenaga kerja yang

relatif amat sedikit, karena pada umunya memerlukan keahlian yang tinggi dibanding

dengan Industri Kecil

Asian Development Bank, GFA Management, Swiss Contact (2001) dalam

rekomendasinya kepada pemerintah RI menyarankan definisi tentang usaha mikro,

kecil dan menengah didasarkan kepada kriteri jumlah tenaga kerja dan omset

penjualan, antara lain:

1. Usaha Mikro memiliki 1 – 9 pekerja

2. Usaha Kecil memiliki 10 – 50 pekerja dan omset hingga Rp 3.000.000.000

3. Usaha Menengah memiliki 51 – 250 pekerja dengan omset hingga

15.000.000.000.

Usulan tersebut tidak memasukkan aset sebagai kriteria karena masalah praktis dalam

soal penafsirannya.

2.2.5. Pembiayaan Ventura

Perusahaan modal ventura (venture capital company) adalah badan usaha

yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal pada suatu

Gambar

Tabel Operasionalisasi : Variabel Penelitian, Definisi
Tabel 1.1.  Jumlah Usaha Kecil dan Outstanding Pinjaman Debitur Sumut Ventura   Di Kota Medan Tahun 2006 s.d
Tabel 1.3.  Jumlah Usaha Kecil dan Persentase Debitur Sumut Ventura dengan Kategori Sukses dan Gagal Yang Diobservasi
Tabel 3.1  Tabel Operasionalisasi : Variabel Penelitian, Definisi Variabel, Dimensi, Indikator dan Skala Pengukuran :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya mengembangkan usaha kecil dan menengah, PT Bank Sumut Cabang Stabat melalui penyaluran kreditnya mengadakan bimbingan dan pengawasan pacta pengusaha keeil agar

“ Masalah umum yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah adalah keterbatasan modal kerja atau modal investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan

Faktor internal meliputi aspek SDM (pemilik, manajer, dan karyawan), aspek keuangan, aspek teknik produksi, dan aspek pemasaran. Di dalam era globalisasi ini dimana

Telkom Pekanbaru dapat memberi bantuan kepada pengusaha kecil ikan patin yang terkendala dengan modal, dan dengan adanya kemitraan yang berupa pembiayaan pinjaman lunak

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Modal Sendiri Dan Modal Pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Pendapatan Pengusaha UMKM

Bab IV Pertanggungjawaban Perusahaan Pasangan Usaha dalam Perjanjian Pembiayaan Pola Bagi Hasil pada Perusahaan Modal Ventura menguraikan tentang hak dan kewajiban para pihak

Kuisioner penelitian ini saya sampaikan dalam rangka memperoleh bukti empiris tentang: “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Nasabah Perempuan Terhadap Keputusan Menjadi

Para pengusaha mikro dan kecil umumnya membutuhkan modal yang cukup untuk mengembangkan usaha nya. Adapun cara yang harus dilakukan oleh para pengusaha mikro dan