PENGARUH KANDUNGAN TIMBAL PADA AIR MINUM DARI SUMUR BOR DAN FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI
DESA KAPIAS BATU VIII KECAMATAN TANJUNG BALAI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2012
TESIS
OLEH
HARTONO 107032156/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCE OF LEAD CONTENT IN THE DRINKING WATER FROM THE ARTESIAN WELL AND THE RISK FACTOR ON THE
INCIDENT OF HYPERTENSION IN DESA KAPIAS BATU VIII, TANJUNG BALAI SUBDISTRICT, ASAHAN DISTRICT
IN 2012
THESIS
By
HARTONO 107032156/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH KANDUNGAN TIMBAL PADA AIR MINUM DARI SUMUR BOR DAN FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI
DESA KAPIAS BATU VIII KECAMATAN TANJUNG BALAI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2012
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Megister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh HARTONO 107032156/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH KANDUNGAN TIMBAL PADA AIR MINUM DARI SUMUR BOR DAN FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA KAPIAS BATU VIII KECAMATAN TANJUNG BALAI
KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2012 Nama Mahasiswa : Hartono
Nomor Induk Mahasiswa : 107032156
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc
Ketua Anggota
dr. Taufik Ashar, M.K.M
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 17 Januari 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc Anggota : 1. dr. Taufik Ashar, M.K.M
PERNYATAAN
PENGARUH KANDUNGAN TIMBAL PADA AIR MINUM DARI SUMUR BOR DAN FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI
DESA KAPIAS BATU VIII KECAMATAN TANJUNG BALAI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2012
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2013
ABTRAK
Timbal merupakan unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam berat dan sama sekali tidak dibutuhkan oleh tubuh. Jika masuk ke dalam tubuh organisme hidup walaupun dalam jumlah yang kecil akan berakumulasi di dalam tubuh, sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti hipertensi.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kandungan timbal dalam air sumur bor dan faktor risiko terhadap kejadian penyakit hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan. Sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengkonsumsi air dari sumur bor yang berjumlah 102 orang. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional, sedangkan uji yang digunakan dalam penelitian adalah X2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat variabel yang memiliki hubungan secara signifikan terhadap kejadian hipertensi, yaitu konsentrasi timbal pada air sumur bor, Konsumsi air dari sumur bor, Usia, dan
dan regresi logistik berganda pada alpha 5%.
status gizi
Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang risiko kesehatan yang akan terjadi akibat mengkonsumsi air dengan kandungan timbal yang melebih nilai ambang batas serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya penyakit hipertensi yang dapat menyebabkan penyakit komplikasi lainnya melalui penyuluhan.
dengan kejadian penyakit hipertensi. Hasil uji multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda ditemukan bahwa faktor yang paling besar memberikan pengaruh terhadap potensi kejadian hipertensi adalah status gizi.
ABSTRACT
Lead is a chemical substance included in heavy metal group and it is not reguired by the body. Once entered into life organism body even though in a small amount number, it my cause health problem such as hypertension.
The objective of this research was to analize the influence of lead contents in drilling well water and the risk factor to the hypertension disease occurrence in Kapias Batu VIII Village, Tanjung Balai district, Asahan Regency. The sampel was taken for 102, namely those who consume the water from drilling well. This research was observational with cross sectional design, while the test used in the study were X2
The result of this research showed that there were four variables that had significance relation to hypertension, there were the consentration of lead in drilling well wate, the consumption of drilling well, age, and
and multiple logistic regression at 5% alpha.
nutritional status
It was suggested for officers in Health Department to inform about health risk for the community as the effect of consuming water with lead contents exceeding the threshold value. Also it is necessary to add the knowledge of the community about the danger of hypertension disease leading into other complication through counseling.
with the occurrence of hypertension disease. The results of multivariate test using multiple logistic regression test showed that the most dominant factor influencing the occurrence of hypertension desease was nutritional status
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah serta Karunianya kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul "Pengaruh Kandungan Timbal pada Air Minum dari Sumur Bor dan Faktor Risiko terhadap Kejadian Hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2012” Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari banyak pihak yang juga memiliki perhatian dan dukungan
kepada penulis, untuk itu ucapan terima kasih yang tiada terhingga kami sampaikan
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc, (CTM), Sp.A (K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
4. Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, semoga
sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT kepada Prof. Dr. Erman
tulus serta banyak memberikan perhatian, dukungan, pengertian dan pengarahan
sejak awal hingga terselesaikannya tesis ini.
5. Terimakasih tiada terkira juga penulis sampaikan dengan tulus kepada Bapak
Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil dan BapakDr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H
selaku tim penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan
kesempurnaan tesis ini.
6. Seluruh dosen Minat Studi Manejemen Kesehatan Lingkungan Industri, Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, semoga ilmu
dan pengetahuan yang diberikan selama penulis belajar menjadi amal ibadah dan
mendapat Rahmat dari Allah SWT
7. Bapak Iswan selaku Kepala Desa Kapias Batu VIII yang telah banyak membantu
penulis dalam pengumpulan data.
8. Ayahanda Ahmad Nawali dan Ibunda Rosnizar Lubis yang telah mendukungan
secara morildan materil selama penulis melakukan perkuliahan.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang
kesehatan,dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Januari 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Hartono lahir di Kota Kisaran pada tanggal 31 Desember 1984, anak kedua dari
tujuh bersaudara dari pasangan Ahmad Nawali Dalimunthe dan Rosnizar Lubis
Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri N0 130012 Kota
Tanjungbalai pada tahun 1990 sampai dengan tahun1996. Kemudian melanjutkan
sekolah MTSs Pesantren Daar-Al Falah Kota Tanjungbalai dan selesai pada tahun
1999. Selanjutnya melanjutkan sekolah ke tingkat MA di MAS YMPI Kota
Tanjungbalai yang lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis malanjutkan pendidikan di Universitas Prima Indonesia
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat yang selesai pada tahun 2006 selanjutnya
mengikuti pendidikan Program Studi S2 Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Hipotesis ... 6
1.5. Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Air Bersih dan Air Minum ... 7
2.2.1 Air Tanah ... 7
2.2. Timbal ... 9
2.2.1. Timbal dalam Air ... 10
2.2.2. Sumber Pencemaran Timbal dan Alur Pajanan ... 10
2.2.3. Mekanisme Timbal terhadap Hipertensi ... 12
2.2.4. Epidemiologi Pb ... 13
2.3. Cara Menurunkan Konsentra Timbal dalam Air ... 14
2.3.1. Menggunakan Khitosan ... 14
2.3.2. Arang Aktif ... 15
2.3.3. Penggunaal Zeloit ... 16
2.3.4. Phytoremediasi ... 17
2.4. Hipertensi/Darah Tinggi ... 18
2.4.1. Pengertian Tekanan Darah Tinggi ... 18
2.4.2. Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi ... 19
2.4.2.1. Berdasarkan Penyebabnya ... 19
2.4.2.2. Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik .... 20
2.4.2.3. Patogenesis Tekanan Darah Tinggi ... 20
2.4.2.4. Gejala / Keluhan Tekanan Darah Tinggi ... 21
2.5. Faktor Risiko Hipertensi ... 22
2.5.1. Usia ... 22
2.5.3. Riwayat Penyakit dalam Keluarga ... 24
2.5.4. Status Gizi ... 24
2.5.5. Merokok ... 25
2.6. Landasan Teori ... 25
2.7. Krangka Konsep ... 38
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 29
3.1. Jenis Penelitian ... 29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
3.3. Populasi dan Sampel ... 30
3.3.1. Populasi ... 30
3.3.2. Sampel ... 30
3.3.2.1. Kriteria Sampel ... 30
3.3.2.2. Besar Sampel ... 31
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 33
3.5.1. Variabel ... 33
3.5.2. Definisi Operasional ... 34
3.6. Metode Pengukuran ... 35
3.6.1. Variabel Bebas ... 35
3.6.1.1. Pengambilan Sampel ... 35
3.6.1.2. Prinsip Analisis Timbal ... 35
3.6.1.3. Standart Methohd APHA, 1995 ... 36
3.6.1.4. Pengukur Tekanan Darah ... 36
3.6.1.5. Pengukuran Tinggi Badan ... 37
3.6.1.6. Penimbangan Berat Badan ... 37
3.6.2. Variabel Terikat ... 38
3.7. Metode Analisa Data ... 38
3.7.1. Analisa Univariat ... 38
3.7.2. Analisa Bivariat ... 38
3.7.3. Analisa Multivariat ... 39
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 40
4.1. Deskriptif Lokasi Penelitian ... 40
4.1.1. Geografi ... 40
4.1.2. Demografi ... 40
4.2. Analisis Univariat ... 42
4.2.1. Distribusi Konsentrasi Timbal pada Air Sumur Bor ... 42
4.2.2. Jumlah Air yang di Konsumsi Per-hari di Desa Kapias.Batu VIII Tahun 2012 ... 43
4.2.3. Faktor Risiko Hipertensi ... 44
4.2.3.1. Usia ... 44
4.2.3.3. Riwayat Penyakit Hipertensi dalam Keluarga ... 44
4.2.3.4. Status Gizi ... 46
4.3.2.5. Kebiasaan Merokok ... 46
4.3. Hipertensi ... 47
4.4. Analisis Bivariat ... 47
4.4.1. Analisis Hubungan Konsentrasi Timbal pada Air Sumur Bor dengan Kejadian Hipertensi ... 49
4.4.2. Analisis Hubungan Konsumsi Air Per-hari dengan Kejadian Hipertensi ... 49
4.4.3. Analisis Hubungan Faktor Risiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi ... 50
4.4.3.1. Analisis Hubungan Usia dengan Kejadian Hipertensi 50
4.4.3.2. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi ... 50
4.4.3.3. Analisis Hubungan Riwayat Penyakit Hipertensi dalam Keluarga dengan Kejadian Hipertensi ... 51
4.4.3.4. Analisis Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi ... 51
4.4.3.5. Analisis Hubungan Perokok dengan Kejadian Hipertensi ... 52
4.5. Analisis Multivariat ... 52
BAB 5. PEMBAHASAN ... 56
5.1. Hubungan Konsentarasi Timbal pada Air Sumur Bor dengan Kejadian Hipertensi ... 56
5.2. Hubungan Konsumsi Air dari Sumur Bor dengan Kejadian Penyakit Hipertensi ... 57
5.3. Faktor Risiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi ... 58
5.3.1. Hubungan Usia dengan Kejadian Hipertensi ... 58
5.3.2. Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi ... 59
5.3.3. Riwayat Penyakit Hipertensi dalam Keluarga dengan Kejadian Hipertensi ... 60
5.3.4. Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi ... 61
5.3.5. Perokok dengan Kejadian Hipertensi ... 62
5.4. Kejadian Penyakit Hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan ... 63
5.5. Keterbatasan Peneliti ... 64
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
8.1. Kesimpulan ... 65
8.2. Saran ... 65
6.2.1. Bagi Pemerintahan Setempat ... 66
6.2.3. Bagi Masyarakat ... 66 6.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 67
DAFTARA TABEL
No Judul Halaman
2.1 Klarifikasi Derajat Tekanan Darah Menurut WHO-ISH 1996 ... 20
3.1 Lokasi Sumur Bor, Jumlah Sumur Bor, Dan Jumlah Sampel di Desa
Kapias Batu VIII ... 32
3.2 Definisi Operasional ... 34
4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Dusun di Desa
Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 41
4.2 Distribusi Sarana Kesehatan di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 41
4.3 Hasil Pemeriksaan Kandungan Timbal di dalam Sumur Bor di Desa
Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 42
4.4 Distribusi Frekuensi Konsentrasi Kandungan Timbal dalam Sumur Bor, Konsumsi Air Per-hari di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 42
4.5 Distribusi Frekuensi Kandungan Timbal pada Air dari Sumur Bor di
Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 43
4.6 Distribusi Frekuensi Jumlah Air yang Dikonsumsi di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 44
4.7 Distribusi Frekuensi usia responden di Desa Kapias Batu VIII
Tahun 2012 ... 44
4.8 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Desa Kapias Batu
VIII Tahun 2012 ... 45
4.9 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit dalam Keluarga Responden di ..
Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 45
4.10 Distribusi Frekuensi Status Gizi di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 .. 46
4.11 Distribusi Frekuensi Merokok Responden di Desa Kapias Batu VIII
4.12 .Distribusi Frekuensi Kejadian Penyakit Hipertensi di Desa Kapias Batu
..VIII Tahun 2012 ... 47
4.13 .Hasil Uji Chi-Square Antara Konsentarasi Kandungan Timbal pada Air Sumur, Konsumsi Air Per Hari, Usia, Jenis Kelamin, Riwayat Penyakit dalam Keluarga, Status Gizi, dan Merokok terhadap Kejadian Penyakit Hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 48
4.14 Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Metode Backward Stepwise ... 53
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Alur Pajanan Timbal terhadap Manusia ... 11
2.2 Masa Paruh Timbal di dalam Tubuh Manusia ... 12
2.3 Mekanisme Timbal terhadap Hipertensi ... 13
2.4 Patogenesis Tekanan Darah Tinggi ... 21
2.5 Modifikasi Teori Simpul ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 73
2 Surat Keterangan Izin Penelitian ... 74
3 Hasil Pemeriksaan Air Sumur Bor ... 75
4 Lembar Koesioner ... 78
5 Master Data ... 80
6 Uji Chi-Square ... 83
7 Uji Regresi Logistik ... 97
8 Peta Lokasi Sumur Bor ... 103
ABTRAK
Timbal merupakan unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam berat dan sama sekali tidak dibutuhkan oleh tubuh. Jika masuk ke dalam tubuh organisme hidup walaupun dalam jumlah yang kecil akan berakumulasi di dalam tubuh, sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti hipertensi.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kandungan timbal dalam air sumur bor dan faktor risiko terhadap kejadian penyakit hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan. Sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengkonsumsi air dari sumur bor yang berjumlah 102 orang. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional, sedangkan uji yang digunakan dalam penelitian adalah X2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat variabel yang memiliki hubungan secara signifikan terhadap kejadian hipertensi, yaitu konsentrasi timbal pada air sumur bor, Konsumsi air dari sumur bor, Usia, dan
dan regresi logistik berganda pada alpha 5%.
status gizi
Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang risiko kesehatan yang akan terjadi akibat mengkonsumsi air dengan kandungan timbal yang melebih nilai ambang batas serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya penyakit hipertensi yang dapat menyebabkan penyakit komplikasi lainnya melalui penyuluhan.
dengan kejadian penyakit hipertensi. Hasil uji multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda ditemukan bahwa faktor yang paling besar memberikan pengaruh terhadap potensi kejadian hipertensi adalah status gizi.
ABSTRACT
Lead is a chemical substance included in heavy metal group and it is not reguired by the body. Once entered into life organism body even though in a small amount number, it my cause health problem such as hypertension.
The objective of this research was to analize the influence of lead contents in drilling well water and the risk factor to the hypertension disease occurrence in Kapias Batu VIII Village, Tanjung Balai district, Asahan Regency. The sampel was taken for 102, namely those who consume the water from drilling well. This research was observational with cross sectional design, while the test used in the study were X2
The result of this research showed that there were four variables that had significance relation to hypertension, there were the consentration of lead in drilling well wate, the consumption of drilling well, age, and
and multiple logistic regression at 5% alpha.
nutritional status
It was suggested for officers in Health Department to inform about health risk for the community as the effect of consuming water with lead contents exceeding the threshold value. Also it is necessary to add the knowledge of the community about the danger of hypertension disease leading into other complication through counseling.
with the occurrence of hypertension disease. The results of multivariate test using multiple logistic regression test showed that the most dominant factor influencing the occurrence of hypertension desease was nutritional status
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi ini sebagian besar terdiri atas air. Makhluk hidup yang ada dimuka bumi
ini tidak akan dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan
utama bagi proses kehidupan dibumi ini, air yang relatif bersih sangat didambakan
oleh manusia, baik untuk keperluan sehari-hari dipakai sebagai air minum, air untuk
mandi dan mencuci, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun
untuk keperluan pertanian. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat
perhatian yang seksama dan cermat, untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan
standart tertentu saat ini menjadi barang yang mahal oleh karena air sudah banyak
tercemar berbagai macam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia itu sendiri, baik
itu dari limbah kegiatan rumah tangga maupun limbah industri (Sunu, 2004).
Sampai saat ini, air tanah masih banyak digunakan oleh masyarakat sebagai air
baku untuk memenuhi kebutuhan air minum maupun memasak. Pada umumnya air
dari sumber air tanah hanya dapat memenuhi kebutuhan air secara kuantitatif. Air
tanah disebagian besar wilayah Indonesia belum memenuhi standart kualitas fisik,
kimia dan biologi sehingga apabila tidak dikelola terlebih dahulu tidak layak untuk
Badan Proteksi Lingkungan Amerika (US EPA) menyatakan bahwa 45% dari
fasilitas air minum asal air tanah telah terkontaminasi bahan kimia termasuk timbal
yang cukup bahaya terhadap kesehatan konsumen (Darmono, 2001). Sunu (2001)
dampak utama dari pencemaran timbal dapat mengganggu berbagai kesehatan
manusia seperti kelambanan dalam pengembangan neurologi syaraf dan fisik pada
anak-anak, keguguran kandungan dan kerusakan sistem reproduksi pria, penyakit
syaraf, anemia, dan meningkatkan tekanan darah.
Pada percobaan secara in vitro, akumulasi dari delta-ALA dan protofirin dapat
menyebabkan pengaruh toksin pada jaringan. Akumulasi delta-ALA dalam
hipotalamus dan protoporfirin dalam syaraf dorsal dapat menyebabkan enselalofati
karena toksisitas Pb. Terjadinya neurofati pada syaraf tepi karena toksisitas Pb
disebabkan oleh demyelinasi dan degenerasi syaraf tersebut (Darmono, 2001).
Timbal merupakan bahan kimia yang termasuk dalam kelompok logam berat
yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh tubuh, jika masuk ke dalam tubuh organisme
hidup dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan efek negatif terhadap fungsi
fisiologis tubuh. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil akan
berakumulasi di dalam tubuh, sehingga pada suatu saat juga dapat menimbulkan efek
negatif dan gangguan kesehatan (Palar, 2008).
Timbal dapat ditemukan secara alami di dalam kerak bumi yang tersebar ke
berbagai tempat karena proses alami. Pb dapat terakumulasi di lingkungan, tidak
dapat terurai secara biologis dan toksisitasnya tidak berubah sepanjang
dampak dari aktivitas manusia, secara alami Pb dapat masuk kedalam badan perairan
melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan sehingga mencemari air
permukaan (Palar, 2008).
Desa Kapias Batu VIII, merupakan Desa yang terletak didaerah pesisir. Untuk
memenuhi kebutuhan akan air, masyarakat tergantung dengan pasang dan surutnya
air, sehingga pemerintah daerah melakukan pembangunan sumur bor dibeberapa titik
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air baik untuk minum maupun untuk
masak. Akan tetapi infra struktur ini tidak seimbang dengan kualitas air yang sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan untuk dikonsumsi. Berdasarkan hasil survei
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa kandungan timbal pada sumur bor
yang digunakan masyarakat untuk minum di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan
Tanjung Balai Kabupaten Asahan sudah melebihi nilai ambang batas yang
dipersyaratkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No.492/Menkes/-Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yaitu 0.01 mg/l. Karena
masyarakat mengkonsumsi air sumur tersebut sebagai air minum tanpa melakukan
penyaringan terlebih dahulu maka terdapat potensi untuk mengalami terjadinya
penyakit hipertensi pada masyarakat yang mengkonsumsi air tesebut.
Adapun penyebab kadar timbal yang berada didalam air sumur bor berasal dari
sumber air tanah tersebut maupun pengkristalan Pb di udara dan dengan bantuan air
hujan yang jatuh kembali ke bumi, berdasarkan sampel yang diambil dari sekitar
kandungan konsentrasi kadar timbal yang hampir sama yaitu dengan kadar timbal
terendah 0.02 mg/l dan tertinggi 0.05 mg/l
Penelitian yang dilakukan Erlani (2007) di Makasar terhadap karyawan SPBU
yang memperoleh hasil bahwa timbal mempunyai efek akut terhadap tekanan darah
serta menimbulkan hipertensi pada keracunan kronis oleh karena adanya akumulasi
timbal di dalam darah pada orang dewasa. WHO (2011) hipertensi meningkat pada
kadar timbal dalam darah lebih besar dari 37 µg / dl. Sebuah hubungan yang
signifikan telah ditetapkan, tanpa bukti nilai ambang batas, antara kadar Pb dalam
darah dengan kisaran 7-34 µg / dl dan darah menyebabkan tingginya tekanan
diastolik pada orang berusia 21-55 tahun.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun (2007) hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Prevalensi
hipertensi secara nasional mencapai 31,7%, hipertensi merupakan penyakit yang
sangat berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini.
Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun terserang hipertensi.
Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi, keadaan ini tentunya
sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul karena interaksi berbagai faktor
risiko. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari
sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat penyakit hipertensi
dalam keluarga, usia dan jenis kelamin (Armilawaty, 2007).
1.2Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan sejauh mana kadar timbal
dalam air dari sumur bor yang dikonsumsi masyarakat sebagai air minum untuk
kebutuhan sehari-hari dan faktor risiko berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di
Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar timbal yang ada di
dalam air sumur bor yang di konsumsi masyarakat dan faktor risiko terhadap
terjadinya penyakit hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai
Kabupaten Asahan.
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh akibat tingginya kadar timbal dalam air minum dari sumur bor
yang dikonsumsi masyarakat dan faktor risiko terhadap kejadian penyakit hipertensi
pada masyarakat Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai informasi terhadap instansi yang terkait maupun pengambil kebijakan
terhadap masyarakat di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai
Kabupaten Asahan yang memiliki potensi mengalami kejadian hipertensi akibat
mengkonsumsi air minum dari sumur bor yang mengandung kadar timbal lebih
dari 0.01 mg/l.
2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam upaya mengimplementasikan berbagai
teori yang diperoleh dari bangku kuliah selama proses belajar di Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Bersih dan Air Minum
Berdasarkan Permenkes RI N0. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
syarat-syarat pengawasan kualitas air, air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi
syarat dan dapat diminum langsung. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak.
Air merupakan senyawa yang sangat vital bagi kehidupan makhluk dimuka bumi
ini. Tanpa makanan manusia dapat bertahan hidup sampai 3-6 bulan, namun tanpa air
manusia hanya bertahan hidup paling lama 3 hari. Dalam tubuh manusia terdapat
sekitar 50-80% terdiri dari cairan. Keperluan manusia akan air bervariasi sesuai
dengan tempat orang tersebut tinggal. Word Health Organization (WHO)
memperhitungkan kebutuhan air masyarakat dinegara berkembang (pedesaan)
termasuk di Indonesia antara 30 – 60 liter/orang/hari, sedangkan dinegara-negara
maju atau di perkotaan memerlukan 60 – 120 liter/orang/hari (Suyono et.al, 2011).
2.1.1 Air Tanah
Air tanah merupakan sebagian dari air hujan yang meresap ke dalam tanah
disebut infiltrasi. Air yang meresap kedalam tanah ada yang kembali kepermukaan
tanah membentuk mata air kemudian mengalir ke sungai, danau atau laut. Aliran ini
water). Air tanah ini tersimpan diantara batu-batuan kedap air (impermeable) atau pada lapisan batu yang tidak kedap air (permeable, poreus) atau tersimpan dalam lapisan tanah. Ada dua jenis air tanah yaitu air tanah dangkal (sumur dangkal) dan air
tanah dalam (sumur dalam) (Suyono et.al, 2011).
a. Sumur Dangkal
Candra (2006) air tanah dangkal terjadi karena proses peresapan air dari
permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri,
sehingga air tanah akan jernih tapi lebih banyak mengandung zat kimia
(garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur kimia
tertentu di masing-masing lapisan tanah. Lapiasan tanah berfungsi sebagai
saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung,
terutama pada permukaan air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui
lapisan rapat air, air yang akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana
air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur
dangkal. Suyono et.al (2011) disebut sebagai sumur dangkal karena muka airnya
(water level) dangkal antara 2 – 10 meter, air tanah dangkal ini terletak antara
lapisan batu-batuan kedap air dengan permukaan tanah.
b. Sumur Dalam
Air tanah dalam dikenal juga dengan artesis. Air ini terdapat diantara dua lapisan
kedap air. Lapisan diantara dua lapisan kedap air tersebut disebut lapisan akuifer.
Lapisan tersebut banyak menampung air, jika lapisan kedap air retak, secara
mata air artesis, pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah
dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya
sehingga dalam suatu kedalaman biasanya antara 100-300 meter akan didapatkan
suatu lapisan air jika tekanan air tanah ini besar, maka air akan dapat menyembur
keluar dan dalam keadaan ini, sumur disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak
dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu
pengeluaran air tanah dalam ini (Candra, 2006)
2.2 Timbal
Timbal atau dalam kesaharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam
bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Pb.
Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada tabel
periodik unsur kimia. Mempunya nomor atom 82 dengan bobot atau berat atom 207,2
(Palar, 2008).
Timbal adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim terdapat
dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral lain, terutama seng dan tembaga. Timbal merupakan logam yang sangat beracun dan pada dasarnya tidak
dapat dimusnahkan serta tidak terurai menjadi zat lain dan bila berakumulasi dalam
tanah relatif lama. Oleh karena itu apabila timbal yang terlepas kelingkungan akan
2.2.1 Timbal di dalam Air
Pb dan senyawanya dapat berada didalam badan perairan secara alami dan
sebagai dampak dari aktivitas manusia. Pb dapat masuk ke dalam perairan melalui
pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Disamping itu proses
korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin, juga
merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan masuk kedalam badan perairan. Pb
yang masuk kedalam badan perairan sebagai dampak dari aktivitas manusia
diantaranya air buang limbah dari industri yang berkaitan dengan Pb, seperti industri
pembuatan cat, industri baterai (Darmono, 2001).
Dalam air minum juga dapat ditemukan senyawa Pb bila air tersebut disimpan
atau dialirkan melalui pipa yang merupakan alloy dari logam Pb. Kontaminasi air
oleh logam Pb ini pernah melanda daratan Eropa. Hal itu terjadi disebakan oleh pipa
aliran air minum yang dialirkan kerumah-rumah mengandung logam Pb (Sunu,
2001). Untuk Indonesia khususnya peraturan tentang kadar Pb yang dibolehkan
dalam air minum sudah diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan
No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yaitu tidak boleh
lebih dari 0.01 mg/l (Depkes, 2010).
2.2.2 Sumber
Pencemaran lingkungan oleh timbal kebanyakan berasal dari aktifitas manusia
yang mengekstraksi dan mengeksploritasi logam tersebut. Timbal digunakan untuk
berbagai kegunaan terutama sebagai bahan perpipaan, bahan aditif untuk bensin,
baterai, pigmen dan amunisi. Sumber potensial pajanan timbal dapat bervariasi di
berbagai lokasi (Palar, 2008).
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu
penyebab keterpaparan timbal adalah pencemaran udara, akibat kegiatan transportasi
darat yang menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO2, NOx, hidrokarbon,
SO2,dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan
[image:32.612.121.528.330.639.2](WHO, 2008).
Sedangkan untuk menetukan masa paruh dapat dilihat berdasarkan skema berikut:
Gambar 2.2. Masa Paruh Timbal Didalam Tubuh Manusia (WHO, 2008). 2.2.3 Mekanisme Timbal terhadap Hipertensi
Pengaruh utama dari keterpaparan timbal dimulai pada produksi spesies oksigen
reaktif, defisiensi fungsional nitrit oksida (NO). Sejumlah besar spesies oksigen
reaktif (ROS), seperti superoksida (O2-) dan H2O2, biasanya dihasilkan dalam proses
metabolisme oksigen dan aman dikandung oleh sistem pertahanan antioksidan.
Namun, berbagai hasil kondisi patofisiologi dalam produksi ROS tinggi dan/atau
kapasitas antioksidan terganggu, yang berujung pada stres oksidatif. Dengan adanya
stres oksidatif, uncontained ROS menyebabkan kerusakan jaringan dan disfungsi
dengan langsung menyerang dan menghambat molekul fungsional/struktural dan
dengan mengaktifkan faktor transkripsi redoks-sensitif dan jalur transduksi sinyal.
TOKSIXONETIC LEAD METABOLISM
Absoption Distribution Elimination
Ingestion, inhalation Renal
%Absorbed t ½
Cildren – 40 %
Adults - 10 %
28 day
↑absoption
• Anemia 40 day
• Hipocalcemia
• Malnutrion 25 year
Blood
RBC/pl-99-1
Soft tissues
Stres oksidatif memainkan bagian penting dalam patogenesis penyakit akut dan
[image:34.612.148.471.169.379.2]kronis, sehingga menyebabkan hipertensi dan penyakit kardiovasculer (Vaziri, 2008).
Gambar 2.3 Mekanisme Timbal terhadap Hipertensi (Vaziri, 2008)
2.2.4 Epidemiologi Pb
Penelitian epidemiologi toksisitas Pb telah banyak dilaporkan terutama toksisitas
Pb secara kronis. Diantaranya Pb kronis pada anak-anak, orang dewasa dan juga
kadar Pb dalam darah, urin, kuku dan rambut (Depatmen Of Health , 2010). Laporan epidemiologi sebelumnya telah menghubungkan antara keterpaparan timbal dengan
hipertensi, Jika dibiarkan dalam konsentrasi yang lebih rendah dari timbal (misalnya,
melalui sumber-sumber lingkungan), para NHANES III menunjukkan hubungan
antara kadar timbal darah dan tekanan darah sistolik dan diastolik, tanpa memandang
ras subyek atau seks (WHO, 2011). Peningkatan kadar timbal darah dari 14 µg / dL
darah sistolik rata-rata dan peningkatan dari 3 mm Hg dalam tekanan darah diastolik
rata-rata (Kathuria, 2010). Yoshimoto (1982) dalam Darmono (2001) kadar Pb dalam
darah para pekerja dijalan raya dan pabrik alat listrik di Tokyo Jepang. Dari
laporan-laporan studi toksisitas Pb secara keronis tersebut maka jelaslah bahwa kandungan
timbal yang terpapar dengan manusia sangat mempengaruhi status kesehatan
manusia.
2.3 Cara Menurunkan Konsentrasi Timbal di dalam Air 2.3.1 Pengunaan Khitosan
Khitosan yang disebut juga dengan ß-1,4-2 amino-2-dioksi-D-glukosa
merupakan turunan dari khitin melalui proses deasetilasi. Khitosan juga merupakan
suatu polimer multifungsi karena mengandung tiga jenis gugus fungsi yaitu asam
amino, gugus hidroksil primer dan skunder. Adanya gugus fungsi ini menyebabkan
khitosan mempunyai kreatifitas kimia yang tinggi. Khitosan merupakan senyawa
yang tidak larut dalam air, larutan basa kuat, sedikit larut dalam HCl dan HNO3, dan
H3 PO4, dan tidak larut dalam H2SO4. Khitosan tidak beracun, mudah mengalami
biodegradasi dan bersifat polielektrolitik. Di samping itu khitosan dapat dengan
mudah berinteraksi dengan zat-zat organik lainnya seperti protein. Oleh karena itu,
khitosan relatif lebih banyak digunakan pada berbagai bidang industri terapan dan
induistri kesehatan. Khitosan merupakan hasil sampingan dari pemanfaatan limbah
hasil perikanan berupa kulit krustasea. Bahan dasar khitosan mudah diperoleh,
optimal. Dengan sifatnya yang polielektrolit, kation khitosan yang dihubungkan
dengan gugus amino dan hidroksil yang terikat menyebabkan reaktifitas kimia yang
tinggi sebagai penukar ion (ion exchanger), pengkhelat dan sebagai absorben
terhadap logam berat dalam perairan tercemar (Suptijah, 1992).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa khitosan dapat mengikat logam berat 4
sampai 5 kali lebih besar dari khitin, hal ini terkait dengan adanya gugus amina
terbuka sepanjang rantai khitosan sehingga khitosan lebih mudah berinteraksi dengan
larutan berpelarut air ( lebih hidrofilik ) dari pada khitin (Yang, et.al, 1984).
Penelitian Nirmala et.al, (2006) diperoleh informasi bahwa khitosan bekerja cepat
dalam mengkhelat logam timbal, pada jam ke-24, persentase timbal dalam akuarium
perlakuan mencapai kurang dari 70% dan terus menurun pada jam-jam berikutnya.
Bahkan pemberian khitosan 100 mg/liter mampu mengkhelat logam timbal hingga
93,61% pada jam ke-72 sehingga persentase timbal menjadi 6,39%. Pengaruh
pemberian khitosan ke dalam air yang tercemar timbal sangat berbeda nyata pada hari
ke-3 atau jam ke-72 pada setiap perlakuan. Pada dasarnya, kadar timbal pada semua
perlakuan mengalami penurunan yang disebabkan oleh reaksi pengkhelatan sehingga
membentuk senyawa kompleks.
2.3.2 Arang Aktif
Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari
bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan
cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan arang
internal yang menyebabkan arang aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Arang
aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat
adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas
permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat
arang aktif.
Kadirvelu et al. (2001) telah membuktikan kemampuan arang aktif sebagai adsorben terhadap logam Hg, Pb, Cd, Ni, Cu dalam limbah cair industri radiator,
pelapisan nikel dan pelapisan tembaga. Kemampuan arang aktif sebagai penghilang
logam tersebut dipengaruhi oleh pH dan konsentrasi karbon. Kenaikan kadar karbon
menaikkan persen adsorpsi ion logam.
2.3.3Penggunaan Zeolit
Zeolit biasanya ditulis dengan rumus kimia oksida atau berdasarkan satuan sel
kristal M2/,,0 A1203 a Si02 b H2O atau Mcl, {(A102),(Si02)d} b HzO. Huruf n
adalah valensi logam, a dan b adalah molekul silikat dan air, c dan d adalah jumlah
alumina tetrahedral dan silika. Rasio dlc atau Si02/A120 bervariasi dari 1-5 (Tamzil,
2006).
Pemanfaatan zeolit telah banyak dilakukan diantaranya dalam bidang pertanian,
zeolit digunakan sebagai odour control, dan campuran pakan temak. Dalam bidang
industri zeolit digunakan sebagai penyerap minyak dan spills, serta separasi gas (Tamzil, 2006). Pada pemurnian air, zeolit digunakan sebagai agen pembersih air dan
pengikat logam berat pada perairan. Selain sebagai penyerap, zeolit juga mampu
Besarnya penurunan nilai kandungan logam berat menggunakan penyaringan
ziloit dengan metode batch tak teraktivasi mengalami penurunan konsentrasi timbal mencapai 73,75% (Susanawati, et.al, 2011)
2.3.4 Phytoremediasi
Teknik pengolahan limbah menggunakan tanaman dikenal dengan istilah
phytoremediasi, secara lengkap istilah phytoremediasi adalah penggunaan tanaman,
termasuk pohon-pohonan, rumput-rumputan dan tanaman air, untuk menghilangkan
atau memecahkan bahan-bahan berbahaya baik organik maupun anorganik dari
lingkungan. Aplikasi teknologi ini telah dilakukan secara komersial seperti di USA
dan Eropa.
Kebanyakan tumbuhan mengakumulasi logam, misalnya nikel, sebesar 10 mg/kg
berat kering (BK) (setara dengan 0,001%), Tumbuhan hyperakumulator seperti
(eceng gondok) mampu mengakumulasi hingga 11% BK. Batas kadar logam yang
terdapat di dalam biomassa agar suatu tumbuhan dapat disebut hiperakumulator
berbeda-beda bergantung pada jenis logamnya (Baker, 1999). Untuk kadmium, kadar
setinggi 0,01% (100 mg/kg BK) dianggap sebagai batas hiperakumulator. Sedangkan
batas bagi kobalt, tembaga dan timbal adalah 0,1% (1.000 mg/kg BK) dan untuk seng
2.4 Hipertensi / Darah Tinggi
2.4.1 Pengertian Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi merupakan tekanan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah
tersebut dipompa dari jantung ke jaringan, tekanan darah merupakan gaya yang
diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai
pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri besar
bervariasi menurut denyutan jantung. Tekanan ini paling tinggi ketika ventrikel
berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan
diastolik) (Price et.al, 1995). Dorland (2002) terjadinya peningkatan tekanan darah
pada dinding arteri yang berkisar antara 140/200 mm Hg (sistolik) dan 90/110 mm
Hg (diastolik). Gunawan (2001) hipertensi adalah tekanan darah yang berlebihan dan
hampir konstan pada arteri, hipertensi juga disebut dengan tekanan darah tinggi,
dimana tekanan tersebut dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah
sehingga hipertensi ini berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik dan tekanan
diastolik. Standar hipertensi sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg. Junaidi
(2010) terjadinya peningkatan tekanan darah dalam arteri, hipertensi merupakan
penyakit yang umumnya tidak menunjukkan gejala, sehingga tekanan yang tinggi
dalam arteri sering tidak dirasakan oleh penderita. Ukuran tekanan darah dinyatakan
dengan dua angka, angka yang diatas diperoleh pada saat jantung berkontraksi
(sistolik) angka yang dibawah diperoleh ketika jantung berileksasi (diastolik),
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih. Tekanan darah
tinggi merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi ditandai dengan
peningkatan tekanan darah secara persisten. WHO (1996) hipertensi adalah aras
tekanan darah sistolik 140 mmHg (18,7 kPa) atau lebih, atau aras tekanan darah
diastolik 90 mmHg (12.0 kPa) atau lebih.
2.4.2 Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi 2.4.2.1 Berdasarkan Penyebabnya
Berdasarkan penyebabnya, tekanan darah tinggi dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu:
a. Tekanan Darah Tinggi Primer
Hipertensi primer memiliki beberapa kemungkinan penyebabnya. Beberapa
perubahan pada jantung dan pembulu darah dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Biasanya hipertensi ini terjadi karena kondisi masyarakat memiliki
asupan garam yang cukup tinggi, terpapar dengan logam berat serta faktor genetik
(Gunawan, 2001).
b. Tekanan Darah Tinggi Skunder
Hipertensi sekunder disebabkan karena gangguan pembulu darah atau organ
tertentu, seperti ginjal, kelenjar adrenal dan aorta. Penyebab hipertensi sekunder
sekitar 5 – 10 % berasal dari penyakit ginjal dan sekita 1 – 2 % karena kelainan
hormon atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB. Penyebab lain yang jarang
adalah Feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan
tinggi skunder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi
adalah penyakit ginjal, kelainan hormonal, dan penggunaan obat-obatan.
2.4.2.2 Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam satuan mm Hg tekanan
[image:41.612.107.534.306.437.2]darah dibagi menjadi beberapa kategori seperti yang tertera pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Klarifikasi Derajat Tekanan Darah Menurut WHO-ISH 1996
Kategori Tekanan Darah Sistolik
(mmHg)
Dan Atau
Tekanan Darah Diastolik (mmHg)
Normatensi < 140 dan < 90
Hipertensi Ringan 140 – 180 atau 90 – 105
Normal Tinggi 130 – 139 atau 85 – 89
Subgolongan : Garis batas
140 – 160 atau 90 – 95
Hipertensi Ringan dan berat
> 180 atau >105
Sumber: WHO (1996)
2.4.2.3 Patogenesis Tekanan Darah Tinggi
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi
dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah
ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi
sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai
dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan periferal (Susalit et.al, 2003).
Gambar 2.4 Patogenesis Tekanan Darah Tinggi (Susalit et.al, 2003) 2.4.2.4 Keluhan Tekanan Darah Tinggi
Hipertesi pada umumnya tidak menunjukka gejala yang jelas dan sering tidak
disadari kehadirannya (Junaidi, 2010). Menurut Mansjoer et.al (2001) beberapa
keluhan dari tekanan darah tinggi:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan
darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus. Volume cair↑ Konstriksi Vena
Retensina Na Luas Aktivitas Renin pe rubahan hiper-
Ginjal Invilitas ↓ simpatis ↑ angiotensin ↑ m embran sel insulin emia
Asupan Na ↑ Faktor Stres Faktor Genetik Obesitas Genetik
Faktor endotel Hipertensi
Curah Jantung C.J meningkat
Tahanan Primer
Auto Regulasi
Proalde ↑ Kontraktilitas ↑
Kontriksi pungsional
e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
Peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala,
epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata
berkunang-kunang dan pusing.
2.5Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko hipertensi adalah keadaan seseorang yang lebih rentan terserang
hipertensi dibandingkan dengan orang lain, faktor risiko bukanlah penyebab
timbulnya penyakit melainkan pemicu terjadinya penyakit. Hipertensi merupakan
penyakit yang timbul karena interaksi berbagai faktor risiko. Faktor risiko ini dapat
dibedakan kepada dua jenis. Pertama faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti
riwayat penyakit dalam keluarga, usia dan jenis kelamin sedangkan yang kedua
adalah faktor risiko yang dapat dikontrol seperti obesitas dan konsumsi rokok (WHO,
1996).
Beberapa faktor risiko hipertensi dijelaskan sebagai berikut:
2.5.1 Usia
Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun
hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang
berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat
dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung,
maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Gunawan, 2001).
Menurut Rehajeng et. al, (2009) umur mempunyai faktor risiko terhadap
hipertensi, semakin meningkat umur responden semakin tinggi risiko hipertensi. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Zamhir, (2006) Pada umur 25-44 tahun prevalensi
hipertensi sebesar 29%, pada umur 45-64 tahun sebesar 51% dan pada umur >65
Tahun sebesar 65%. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur,
disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen
menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai akibat
adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Arteri kehilangan elastisitasnya atau
kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang
hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan (Price,
et.al, 1995).
2.5.2 Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang
cukup bervariasi. Dari laporan di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0%
untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan
17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan
14,6% pria dan 13,7% wanita (Susalit, 2003). Sedangkan menurut Mansjoer et.al
(2001) pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya
hipertensi. Junaidi (2010) dewasa muda dan paruh baya, hipertensi banyak terjadi
pada kaum pria, namun pada usia diatas 55 tahun hipertensi banyak menyerang
2.5.3 Riwayat Penyakit Hipertensi dalam Keluarga
Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga merupakan faktor risiko bawaan
yang kuat untuk menjadi pemicu timbulnya hipertensi terutama hipertensi primer
(WHO, 1996). Jika dalam keluarga seseorang menderita hipertensi, ada 25%
kemungkinan orang tersebut terserang hipertensi. Apabila kedua orang tua mengidap
hipertensi, kemungkinan untuk menderita hipertensi naik menjadi 60% (Junaidi,
2010). Menurut Sheps (2005) hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan.
Jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita
mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita
mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.
2.5.4 Status Gizi
Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang
berat badannya normal, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 %
memiliki berat badan lebih (Humayun et.al, 2009). Akibat kelebihan berat badan para
penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes
melitus, Individu dengan berat badan normal-normal tinggi menurut % Relative Body
Weight mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi secara bermakna (p<0,05)
dibanding individu yang kurus (Pinzon, 1999). Menurut Hull (1996) menunjukkan
adanya hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat diatas
juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien
hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan
timbulnya hipertensi dikemudian hari.
2.5.5 Kebiasaan Merokok
Rokok mengandung berbagai komposisi yang dapat merusak lapisan dinding
arteri, yang pada akhirnya akan menimbulkan plak atau kerak di arteri. Krak atau plak
ini akan menyebabkan penyempitan lumen atau diameter arteri sehingga diperlukan
tekanan yang lebih besar untuk memompa darah hingga tiba ke organ-organ tubuh
yang membutuhkan. Zat nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan
pelepasan epinefrin yang dapat mengakibatkan penyempitan dinding arteri karena
kontraksi yang kuat, zat lain seperti karbonmonoksida (CO) yang dapat menyebabkan
kurangnya kadar oksigen dalam darah sehingga jantung akan bekerja lebih berat
untuk memberikan cakupan oksigen ke sel-sel tubuh (Junaidi, 2010).
2.6 Landasan Teori
Berdasarkan pembahasan dari daftar pustaka pada bab sebelumnya, dapat
dirangkai suatu landasan teori yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi
akibat keterpaparan kandungan timbal dalam air sumur bor yang dikonsumsi
masyarakat dan dihubungkan dengan teori Achamadi (2005) tentang paradigma
kesehatan lingkungan dengan teori simpul.
a. Simpul pertama, yaitu sumber penyakit melalui komponen lingkungan yang
logam berat yang tidak dapat ditolerir, dalam kasus ini kadar timbal dalam air
sumur bor yang sudah melebihi nilai ambang batas berdasarkan peraturan
Menteri Kesehatan 942/Menkes/Per/IV/2010.
b. Simpul dua, yaitu media transisi penyebab penyakit, dalam hal ini adalah air
sumur bor yang dikonsumsi oleh masyarakat.
c. Simpul tiga, yaitu terjadinya peningkatan kadar timbal dalam tubuh manusia
yang dapat diketahui melalui darah, urin, kuku dan tulang.
d. Simpul empat, yaitu kejadian hipertensi adalah bukti nyata atau autcome dari
[image:47.612.115.530.364.483.2]keadaan kualitas air dari sumur bor yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Gambar 2.5 Modifikasi Teori Simpul
Notoatmodjo (2003) masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat
kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar dari kesehatan
itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan
secara ringkas sebagai berikut: Simpul I
Sumber
Simpul IV Dampak Simpul III
Manusia Simpul II
Media
Air sumur bor yang mengandung timbal
Pb Dalam darah, urin dan rambut Air minum (air
sumur bor yang dikonsumsi)
Gambar 2.6 Modifikasi Teori H. L. Blum
a. Lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, sosial maupun budaya. Dalam hal
ini masyarakat yang tinggal disuatu daerah yang sumber air meraka sudah
tercemar oleh timbal. Akibat dari mengkonsumsi air tersebut secara
berkelanjutan sehingga menyebabkan masyarakat memiliki risiko untuk
terjadinya penyakit hipertensi.
b. Perilaku, faktor yang berhubungan dengan kebiasaan hidup seseorang yang bisa
memicu timbulnya penyakit. Adapun prilaku yang dapat memicu terjadinya
hipertensi yaitu seperti kebiasaan merokok dan kelebihan berat badan.
c. Pelayanan kesehatan, yakni pelayanan yang diberikan untuk penanganan masalah
kesehatan pada hipertensi.
Keturunan
•Riwayat penyakit Hipertensi dalam keluarga
•Umur
• Jenis Kelamin
Derajat Kesehatan (Hipertensi)
Pelayanan Kesehatan
Lingkungan
Air Sumur Bor
Prilaku •Kebiasaan
Merokok
d. Keturunan, faktor keturunan yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit
hipertensi, seperti riwayat penyakit dalam keluarga, umur, dan jenis kelami
2.7 Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
• Konsentrasi timbal dalam air sumur bor
• Jumlah air yang dikonsumsi setiap hari
Hipertensi
Faktor Risiko
• Usia
• Jenis kelamin
• Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga
• Status Gizi
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk melihat pengaruh kandungan timbal dalam air dari sumur bor yang dikonsumsi
masyarakat Desa Kapias Batu VIII serta faktor risiko terhadap kejadian penyakit
hipertensi.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai
Kabupaten Asahan pada bulan Maret – November 2012. Sedangkan alasan memilih
lokasi penelitian sebagai berikut:
a. Berdasarkan survei pendahuluan diperoleh kadar konsentrasi timbal pada air
sumur bor yang dibangun pemerintah untuk kebutuhan air minum masyarakat
Desa Kapias Batu VIII mencapai 0.05 mg/l. Hal ini sudah melebihi nilai ambang
batas yang ditetapkan pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No.492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu tidak boleh lebih dari 0.01 mg /l.
b. Masyarakat menggunakan air sumur bor tersebut sebagai kebutuhan dasar untuk
dikonsumsi.
3.3.1 Populasi
Populasi subyek dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Kapias Batu
VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan yang menggunakan air sumur bor
untuk dikonsumsi sebagai air minum, sedangkan populasi obyek dalam penelitian ini
adalah seluruh sumur bor yang dibangun Pemerintah Daerah di Desa Kapias Batu
VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan yang digunakan sebagai sumber
kebutuhan air minum masyarakat.
3.3.2 Sampel
3.3.2.1Kriteria Sampel
Sampel subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berusia > 18 tahun
dan mengkonsumsi air yang berasal dari sumur bor dan bertempat tinggal di Desa
Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.
Kriteria Inklusi:
1. Responden berusia > 18 Tahun.
2. Responden mengkonsumsi air dari sumur bor.
3. Responden yang menetap sepanjang tahun di Desa Kapias Batu VIII
4. Responden yang tidak melakukan penyaringan air sebelum dikonsumsi
Kriteria Eklusi:
1. Responden yang tidak mengkonsumsi air dari sumur bor.
2. Masyarakat yang mengalami riwayat penyakit Ginjal, Jantung, Dibetes Melitus.
3. Wanita yang mengkonsumsi Pil KB.
5. Responden yang bekerja sebagai nelayan
Sedangkan sampel obyek adalah seluruh air sumur bor yang ada di Desa Kapias
Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan yang airnya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumi masyarakat sehari-hari.
3.3.2.2 Besar Sampel
Untuk menghitung besar sampel subyek dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis terhadap satu proporsi dengan
desain cross sectional (Sastroasmoro et.al, 2008)
n = (����0�0+�������)
2
(��− �0)2
n : Jumlah sampel
Z α : Deviasi baku normal untuk α pada drajat kepercayaan 95 % = 1.96
Z β : Deviasi baku normal untuk β pada derajat kepercayaan 80 % = 0.842
P0
P
: Proporsi efek pada kelompok terpanjan
a
q
: Proporsi efek pada kelompok yang tidak terpajan
0 : 1 – P
q
0
a : 1 - P
Untuk memperoleh sampel subyek perlu diketahui terlebih dahulu nilai P a
0 dan
Pa. Sedangkan menentukan P0 dan Pa ini, maka terlebih dahulu dilakukan studi
pendahuluan dengan menggunakan 30 orang sampel yang menggunakan air dengan
kadar timbal < 0.01 mg/l dan 30 orang yang meminum air dengan kadar timbal >
Dari 30 orang yang mengkonsumsi air dari sumur bor yang mengandung timbal >
0.01 mg/l diperoleh 12 orang yang menderita hipertensi sedangkan 30 orang lagi yang
mengkonsumsi air yang mengandung timbal < 0.01 mg/l diperoleh 7 orang yang
menderita hipertensi.
P0
P
= 12/30 = 0.4
a
n = 59.9 ≈ 60
= 7/30 = 0.23
(1.96 √0.4 � 0.6 + 0.842 √0.23 � 0.77)2
(0.23−0.4)2
Dengan demikian jumlah sampel minimal berjumlah 60 orang, dalam penelitian
ini jumlah sampel yang digunakan berjumlah 102 orang. Karena air sumur yang
dikonsumsi masyarakat terdiri dari 6 titik dan memiliki rata-rata konsentrasi timbal
0.035 mg/l, maka masing-masing titik sumur bor memperoleh sampel sebagai
[image:53.612.105.533.537.638.2]berikut:
Tabel 3.1 Lokasi Sumur Bor, Jumlah Sumur Bor, dan Jumlah Sampel di Desa Kapias Batu VIII
Lokasi Sumur Bor Jumlah Jumlah Sampel
Dusun I 1 titik 1/6x102 = 17 orang
Dusun II 1 titik 1/6x102 = 17 orang
Dusun V 1 titik 1/6x102 = 17 orang
Dusun VII 2 titik 2/6x102 = 34 orang
Dusun VIII 1 titik 1/6x102 = 17 orang
Jumlah 6 titik 102 orang
Data primer diperoleh langsung dari responden berdasarkan wawancara yang
berpedoman pada kuesioner tentang krakteristik responden meliputi umur, jenis
kelamin, riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga, status gizi, merokok dan
gangguan tekanan darah tinggi. Sedangkan konsentrasi kadar timbal dalam air sumur
bor diperoleh melalui pengukuran di laboratorium.
Data sekunder diperoleh dari dokumen Kantor Kepala Desa Kapias Batu VIII
Jumlah sumur bor yang dibangun pemerintah.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel bebas yaitu konsentrasi timbal dalam air sumur bor yang digunakan
sebagai sumber air minum oleh masyarakat, rata-rata jumlah air yang dikonsumsi
setiap hari serta faktor risiko (usia, jenis kelamin, riwayat penyakit dalam keluarga,
status gizi dan kebiasaan merokok) untuk di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan
Tanjung Balai Kabupaten Asahan. Sedangkan variabel terikatnya adalah kejadian
3.5.2 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional, Nama Variabel, Cara dan Alat Ukur, Hasil Ukur dan Kategori Hasil Ukur
N 0
Variabel Definisi Operasional
Parameter Skala Ukur
Hasil Ukur Alat Ukur
Cara UKur
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Variabel Bebas
Kandung an timbal dalam air
Kandungan timbal dalam air minum
Ordinal Mg/L ICP Penguk uran
Jumlah air yang dikonsu msi
Jumlah air yang dikonsumsi per-hari
Ordinal L/Hari Koesioner Wawan cara
Usia Lama hidup yang dihitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir
1. > 40 Tahun
2. < 18-40 Tahun
Rasio 1. Dewasa madya dan dewasa lanjut 2. Dewasa
dini
Koesioner Wawan
cara Jenis Kelamin Ciri-ciri fisik manusia berdasarkan tanda seksualitas primer dan sekunder
1. Laki-laki 2. Perempu
an
Nominal 1. Laki-laki 2. Perempuan
Koesioner Observ
asi Wawan cara Riwayat penyakit hipertens dalam keluarga Keterangan mengenai ada tidaknya keluarga subyek yang menderita hipertensi
1. Ada 2. Tidak
ada
Rasio 1. Ada riwayat 2. Tdk ada
riwayat
Koesioner Wawan
cara
Status Gizi
Status gizi subyek yang dihitung berdasarkan
rumus berat badan dibagi tinggi badan kuadrat (IMT)
1. > 25 kg/m 2. < 25
kg/m 2
Rasio
2
1. Kelebihan BB 2. Tdk
Kelebihan Timbang an BB dan Meteran Menghi tung IMT Kebiasaan Merokok kebiasaan merokok responden
1. Ya 2. Tidak
Ordinal 1. Perokok 2. Tdk
perokok
Koesioner Wawan
Tabel 3.2 (Lanjutan)
2 Variabel Terikat
Hipertensi Terjadinya
peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan/atau diastolik 90 mmHg atau lebih
1. >140/90 mmHg 2. <140/90
mmHg
Ordinal 1. Hipertensi 2. Tidak
Hipertensi Tensimet er Digital “Omron IA2” Penguk uran
3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Variabel Bebas
Konsentrasi timbal dalam air sumur bor dianalisis di laboratorium.
3.6.1.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel air yang berasal dari sumur bor dengan cara membuka kran
dari air sumur produksi dan dibiarkan air mengalir 1 menit - 2 menit kemudian
memasukkan sampel kedalam jerigen plastik yang tidak berwarna, untuk pengawetan
ditambahkan HNO3
3.6.1.2 Prinsip Analisis Timbal
sampai pH < 2 kemudian dibawa kelaboratorium untuk
dilakukan analisa (SNI, 2008).
Untuk menganalisis kadar timbal yang ada didalam air sumur bor dilakukan
dengan alat ICP AES (Inductively Couple Plasma Atomic Emission Spectroscopy).
Dengan adanya gas argon dan medan magnet frekuensi tinggi pada alat tersebut
terbentuklah plasma yang akan menyebabkan atom seperti timbal mengalami eksitasi
[image:56.612.106.535.137.270.2]tereksitasi akan segera kembali ke kondisi ground state (kondisi energi terindah). Pada saat kembali ke ground state tersebut terjadi pelepasan enegi berupa cahaya, dimana intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan konsentrasi timbal.
3.6.1.3 Standart Methohd APHA, 1995
Sampel yang akan diuji terlebih dahulu disaring dengan kertas saring dan corong,
kemudian 30 ml sampel dimasukkan kedalam beaker glass selanjutnya sampel hasil penyaringan dianalisa dengan mencelupkan selang pengukuran kedalam filtrat ICP.
Setelah melakukan perintah ICP melakukan pembacaan konsentrasi kadar logam
dalam air dan hasilnya akan ditampilkan di layar monitor komputer dalam bentuk
konsentrasi dengan satuan mg/l.
3.6.1.4 Mengukur Tekanan Darah
a. Alat
Tensimeter Digital “Omron IA2” dan Mancet besar
b. Pengukuran tekanan darah
Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, responden sebaiknya
menghindari kegiatan aktivitas fisik seperti olah raga, merokok, dan makan, minimal
30 menit sebelum pengukuran. Dan juga duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit
sebelum pengukuran, responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi
kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Pemasangan manset dilakukan pada
lengan kanan dan harus sejajar dengan jantung dan biarkan lengan dalam posisi tidak
antara dua pengukuran berkisar antara 2 menit dengan melepaskan mancet pada
lengan.
Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih > 10 mmHg, ulangi
pengukuran ketiga setelah istirahat selama 10 menit dengan melepaskan mancet pada
lengan (Depkes, 2007).
3.6.1.5 Pengukuran Tinggi Badan
a. Alat
Microtoise dengan kapasitas ukur 2 meter dan ketelitian 0,1 cm.
b. Pengukuran Tinggi Badan
Sebelum melakukan pengukuran, responden melepaskan alas kaki
(sandal/sepatu), topi (penutup kepala), berdiri tegak, posisi kepala dan bahu bagian
belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise di
pasang serta pandangan lurus kedepan selanjutnya dilakukan pengukuran dengan
menarik mikrotoise hingga menempel diatas kepala responden (Depkes, 2007).
3.6.1.6 Penimbangan Berat Badan
a. Alat
Timbangan berat badan digital merek AND dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 50
gram.
b. Penimbangan Berat Badan
Posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, sikap tenang (tidak