ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN
TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT DI KECAMATAN STABAT
TESIS
Oleh
GITA ALFIANI FATRIA
087018024/EP
SE
K O L A
H
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN
TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT DI KECAMATAN STABAT
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
GITA ALFIANI FATRIA
087018024/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN STABAT
Nama Mahasiswa : Gita Alfiani Fatria
Nomor Pokok : 087018024
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui
Komisi Pembimbing:
(Dr. Murni Daulay, M.Si) Ketua
(Drs. Iskandar Syarief, M.A) Anggota
Ketua Program Studi Direktur,
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 16 Juli 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si
Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, M.A
2. Dr. Rahmanta, M.Si
3. Drs. Rujiman, M.A
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :
ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN
TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN STABAT
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, 3 September 2010
Gita Alfiani Fatria
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembiayaan infrastruktur, pembiayaan bantuan kredit (ekonomi bergulir), dan bantuan beasiswa pendidikan perorangan dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pada pembahasan pengaruh pembiayaan terhadap peningkatan kesejahteraan cara pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode sampel acak sederhana (simple random sampling) dengan jumlah sampel 100, sedangkan model analisis yang digunakan adalah binary response regression dengan logit model, dengan probabilitas masyarakat yang mendapatkan manfaat dengan adanya pembiayaan infrastruktur, pembiayaan ekonomi bergulir (bantuan kredit), dan bantuan beasiswa perorangan diberi nilai satu (1), jika tidak adanya manfaat diberi nilai nol (0).
Pengujian dilakukan dengan tingkat keyakinan 95 %, dari pengujian ketiga variabel diperoleh hasil koefisien variabel bernilai positif dan signifikan. Maka hasil yang didapat adalah adanya peningkatan kesejahteraan dengan adanya pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan di kecamatan Stabat.
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of infrastructure financing, financing loans (economy rolling), and individual scholarship from the national community empowerment program (PNPM) for enchancing the welfare of rural independent society.
In discussing the effect of financing to increase the welfare way of sampling in this research is by using simple random sampling method with a total sample of 100, while the analytical model used is a binary response with a logit regression model, with the probability of benefiting society with financing of infrastructure, economy revolving financing (loans), and individual scholarship aid given a value of one (1), otherwise the benefit is zero rated (0).
Tests carried out with 95% confidence level, from the third test result variable coefficients are positive and significant. So the result obtained is an increase in welfare with the financing of the National Program for Community Empowerment (PNPM) Stabat independent rural districts.
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Ucapan Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan KaruniaNya kepada penulis dalam meyelesaikan tesis yang berjudul “ Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Stabat” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan- kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, segi penulisan, tata bahasa dan bentuk ilmiahnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya sumbangan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna penyempurnaan penulisan tesis ini. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian.
Selama mengerjakan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, saran, pemikiran, semangat dan doa. Atas segala bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu proses penyelesaian tesis ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K)
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2.Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B. MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana, Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Wakil Direktur I Sekolah Pascasarjana, dan Bapak Dr. Pandapotan Nasution, MS selaku Wakil Direktur II Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4.Seluruh Dosen pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan.
5.Bapak Camat, Lurah, Kepala Desa, dan masyarakat di Kecamatan Stabat yang telah membantu memberikan data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan tesis ini.
6.Kedua Orang tua penulis yang sangat penulis sayangi dan banggakan
ayahanda H.Muhammad Nur, Ssos dan Ibunda Hj.Deslidel, Sst ,dan seluruh keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, dana, terlebih doa yang tulus untuk penulis. Terimakasih untuk segala hal yang dilakukan untuk penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak, semoga segala bantuan dan segala dukungan yang telah diberikan, mendapatkan Rahmat dari Allah SWT.
Medan, Juli 2010
Gita Alfiani Fatria
RIWAYAT HIDUP
Nama : Gita Alfiani Fatria
Tempat dan Tanggal Lahir : Pekanbaru / 29 Agustus 1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : H. Muhammad Nur S.Sos
Ibu : Hj. Deslidel S.St
Alamat Rumah : Jl. Sembilang No.1, Pekanbaru
Pendidikan
1. Tahun 1992-1998 : SDN 029 Tanjung Pinang 2. Tahun 1998-2001 : SLTP N 13 Pekanbaru
3. Tahun 2001-2004 : SMU N 8 Pekanbaru
4. Tahun 2004-2008 : Universitas Riau
6. Tahun 2008-2010 : Program Studi Ekonomi Pembangunan
DAFTAR ISI
2.2. Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ... 17
2.3. Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil ... 23
2.4. Sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan... 25
2.5. Konsep Partisipasi Masyarakat ... 27
2.6. Studi Empiris Penelitian terdahulu ... ……….. 30
2.7. Kerangka Berpikir ... ……….. 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3. 1. Ruang Lingkup Penelitian ... ……….. 33
3. 2. Lokasi Penelitian ... ……….. 33
3. 3. Jenis dan Sumber Data ... ……….. 33
3. 4. Populasi dan Sampel ... ……….. 34
3. 5. Metode Analisis Data ... ……….. 35
3. 6. Definisi Operasional ... ……….. 37
3. 7. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit) ... ……….. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 39
4. 1. Kabupaten Langkat ... ……….. 39
4. 2. Kondisi Wilayah ... ……….. 41
4. 3. Kecamatan Stabat ... ……….. 41
4. 4. Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di Kecamatan Stabat... ……….. 47
4. 5. Karakteristik Masyarakat Di Kecamatan Stabat ... ……….. 88
4. 6. Pengujian Empiris dan Hipotesis ... ……….. 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98
5. 1. Kesimpulan ... ……….. 98
5. 2. Saran ... ……….. 99
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Data Masyarakat penerima PNPM di Kecamatan Stabat
Tahun 2009 ... 35
4.1. Data Penduduk Kecamatan Stabat Tahun 2009... 42
4.2. Tingkat Umur Masyarakat Yang Memperoleh Pembiayaan Dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ... 89
4.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Yang Memperoleh Pembiayaan Dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ... 90
4.4. Realisasi Pembiayaan PNPM Mandiri di Kecamatan Stabat ... 91
4.5. Jenis Program Yang Dikelola Masyarakat ... 92
4.6. Dependent Variable Frequencies... 94
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Alur Tahapan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Pedesaan ……… 6
1.2 Mekanisme Penyaluran Dana Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri Pedesaan ... 7 2.1 Kerangka Berpikir Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembiayaan infrastruktur, pembiayaan bantuan kredit (ekonomi bergulir), dan bantuan beasiswa pendidikan perorangan dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pada pembahasan pengaruh pembiayaan terhadap peningkatan kesejahteraan cara pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode sampel acak sederhana (simple random sampling) dengan jumlah sampel 100, sedangkan model analisis yang digunakan adalah binary response regression dengan logit model, dengan probabilitas masyarakat yang mendapatkan manfaat dengan adanya pembiayaan infrastruktur, pembiayaan ekonomi bergulir (bantuan kredit), dan bantuan beasiswa perorangan diberi nilai satu (1), jika tidak adanya manfaat diberi nilai nol (0).
Pengujian dilakukan dengan tingkat keyakinan 95 %, dari pengujian ketiga variabel diperoleh hasil koefisien variabel bernilai positif dan signifikan. Maka hasil yang didapat adalah adanya peningkatan kesejahteraan dengan adanya pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan di kecamatan Stabat.
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of infrastructure financing, financing loans (economy rolling), and individual scholarship from the national community empowerment program (PNPM) for enchancing the welfare of rural independent society.
In discussing the effect of financing to increase the welfare way of sampling in this research is by using simple random sampling method with a total sample of 100, while the analytical model used is a binary response with a logit regression model, with the probability of benefiting society with financing of infrastructure, economy revolving financing (loans), and individual scholarship aid given a value of one (1), otherwise the benefit is zero rated (0).
Tests carried out with 95% confidence level, from the third test result variable coefficients are positive and significant. So the result obtained is an increase in welfare with the financing of the National Program for Community Empowerment (PNPM) Stabat independent rural districts.
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan
dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali
berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai
sebagai hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut, kebijakan, prakarsa dan kemampuan sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat telah membuka peluang dan kesempatan luas
bagi daerah untuk merekonstruksikan format penyelenggaraan pemerintahan lokal
yang sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat, karena Otonomi Daerah
harus dibarengi dengan basis kultural masyarakat lokal.
Format baru dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan lokal
yang merupakan reformasi dari sistem sebelumnya semestinya dibangun diatas
tatanan budaya, adat-istiadat dan nilai-nilai lokal yang dapat memberikan ruang
publik untuk berpartisipasi dan akses dalam politik lokal yang bertumpu pada
semangat egaliterian dalam kehidupan masyarakat madani.
Kemiskinan bukan hanya permasalahan ekonomi semata, tetapi lebih
merupakan hasil akhir dari interaksi faktor-faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Dengan pemberdayaan akan dapat membentuk suatu kekuatan yang memungkinkan
masyarakat dapat bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri.
Provinsi Sumatera Utara yang kaya akan sumberdaya alamnya, dari tahun ke
tahun terus terjadi peningkatan yang signifikan terhadap penduduk miskin, dimana
kemiskinan di Sumatera Utara bukan disebabkan oleh kemiskinan alami semata,
tetapi lebih disebabkan oleh kemiskinan struktural yang multi dimensional, yakni
suatu keadaan dimana kebijakan pembangunan yang tidak memihak pada orang
miskin. Menurut Mubyarto (1995) kemiskinan struktural merupakan jenis keadaan
kemiskinan diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Adapun penyebab
di Kecamatan Stabat antara lain: 1) masalah rendahnya pendidikan, 2) akumulasi
modal yang rendah, 3) kurangnya keterampilan masyarakat.
Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan
berada di daerah Kabupaten. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai
Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi
dan pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk peningkatan pendapatan
masyarakat dengan meningkatnya pendapatan maka kesejahteraan masyarakat juga
akan meningkat. Kesejahteraan adalah melalui peningkatan akses pada pemeliharaan
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas penduduk sebagai sumberdaya
pembangunan. Sasaran pembangunan yang berorientasi pada wilayah tertinggal
adalah peningkatan dan pembangunan infrastruktur pedesaan yang diperlukan pada
desa-desa tertinggal untuk memperbaiki dan membangun irigasi, jalan umum dan
prasarana air bersih.
Dewasa ini dalam rangka meningkatkan pemberdayaan masyarakat kecil
dalam hal ini adalah masyarakat pedesaan pemerintah telah banyak mengeluarkan
progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan. Progam
nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri dimulai tahun 2007 yang terdiri
dari progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan, progam
nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perkotaan dan progam nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal.
Progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan adalah
program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dalam hal
dari pemerintah pusat hingga ke pemerintah daerah dan berkelanjutan melalui
beberapa tahapan yang berkesinambungan. Pendekatan progam nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan merupakan pengembangan dari
program pengembangan kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa
keberhasilan program pengembangan kecamatan (PPK) adalah berupa penyediaan
lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektifitas
kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.
dari program pengembangan kecamatan (PPK) namun perbedaan diantaranya
menyangkut masalah sharing dana antar pusat dan daerah, program pengembangan
kecamatan (PPK) murni anggaran dari pusat sedangkan progam nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri sharing pusat dan daerah, serta program
pengembangan kecamatan (PPK) tidak tampak pemberdayaannya.
Visi progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan
adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin pedesaan.
Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti
mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di
lingkungannya, mampu mengakses sumberdaya di luar lingkungannya, serta
mengelola sumberdaya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi progam
nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan adalah:
1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;
2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;
3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;
4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan
ekonomi masyarakat;
5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
Sedangkan tujuan khusus progam nasional pemberdayaan masyarakat
melembagakan pengelolaan pembangunan, pengembangan kapasitas pemerintahan
desa, menyediakan prasarana sosial, melembagakan pengelolaan dana bergulir,
mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa dan mengembangkan
kerjasama antar pemangku kepentingan. (Depdagri RI, 2008)
Progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan ini
dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat selaku Ketua Tim Penanggulangan Kemiskinan No.
25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).
Pelaksanaan program ini pada seluruh pedesaan di Indonesia, dimana yang
menjadi sasarannya adalah masyarakat miskin pedesaan, kelembagaan masyarakat
dipedesaan dan kelembagaan pemerintahan lokal. Pendanaan program ini bersumber
dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) serta swadaya masyarakat dan partisipasi dunia usaha.
Berikut ini alur tahapan progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri
ORIENTASI DAN PENGAMATAN LAPANGAN
ALUR TAHAPAN PNPM MANDIRI PEDESAAN
MAD Form : Survey disusun
criteria kesejahteraan 2.Peta Sosial Desa 3.Usulan Peta (BI M,
Sumber: Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Pedesaan (2008)
Gambar di atas menjelaskan bahwa tahapan dalam progam nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan dimulai dari perencanaan
kegiatan yang terdiri dari sub kegiatan musyawarah antar desa (MAD) sosialiasasi,
musyawarah desa (Musdes) sosialisasi, pelatihan kader pemberdayaan masyarakat
desa/kelurahan, penggalian gagasan, musyawarah desa khusus perempuan,
musyawarah perencanaan, penulisan usulan desa, verifikasi usulan, musyawarah
antar desa prioritas usulan, musyawarah antar desa penetapan usulan, musyawarah
desa informasi hasil musyawarah antar desa, pengesahan dokumen surat perjanjian
pemberian bantuan (SPPB). Kemudian pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan
pelaksanaan, pelaksanaan, musyawarah desa pertanggung jawaban, sertifikasi, revisi
kegiatan, dokumentasi kegiatan, penyelesaian kegiatan. Pelestarian kegiatan,
meliputi: hasil kegiatan, proses pelestarian, komponen pendukung pelestarian, sistem
pemeliharaan dan pelatihan pemeliharaan. Kemudian mekanisme penyaluran dana
bantuan ini antara lain dapat dilihat dari gambar berikut:
Pembayaran Buku bukti Pembukuan
Sumber: (Depdagri RI, 2008)
Gambar 1.2 Mekanisme Penyaluran Dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri Pedesaan
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa proses penyaluran dana dari
rekening kolektif BLM yang dikelola Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kepada Tim
Pengelola Kegiatan (TPK) di desa, dengan mekanisme 1) pembuatan surat perjanjian
pemberian bantuan (SPPB) antara Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dengan Tim
Pengelola Kegiatan (TPK), 2) Tim Pengelola Kegiatan (TPK) menyiapkan Rencana
Penggunaan Dana (RPD) sesuai kebutuhan dilampiri dengan dokumen-dokumen
perencanaan kegiatan dan 3) untuk penyaluran berikutnya dilengkapi dengan Laporan
Penggunaan Dana (LPD) sebelum dilengkapi bukti-bukti yang sah.
Berbagai program dari pemerintah tersebut merupakan upaya nyata dalam
rangka memberdayakan masyarakat pedesaan agar masyarakat dapat lebih mandiri.
Namun berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan khususnya yang
terjadi di Kecamatan Stabat ditemukan beberapa fenomena:
1. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan
berdasarkan Juklat diperuntukkan bagi masyarakat miskin sedangkan dalam
90% dana pada simpan pinjam diperuntukkan bagi pedagang, petani dan mereka
yang sudah memiliki usaha, sedangkan masyarakat miskin sulit memperoleh dana
tersebut.
2. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan dikelola
oleh tim pengelola yang menguasai permasalahan di lapangan, namun
kenyataannya masih terkesan kurang terampilnya unit pengelola kegiatan (UPK)
yang mengelola program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri
pedesaan hal ini dapat dilihat dari lambannya setiap penyaluran dana kepada
masyarakat.
3. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan
diperuntukkan kepada masyarakat dalam rangka pemberdayaan, namun
masyarakat masih kurang respek terhadap program ini, karena mereka merasa
kurang diikutsertakan dalam pelaksanannya.
4. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan
dilaksanakan berdasarkan partisipasi masyarakat, namun adanya indikasi
rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam melakukan swadaya dalam
rangka pembangunan di pedesaaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penelitian ini memfokuskan
tingkat partisipasi masyarakat khususnya mengenai kegiatan simpan pinjam dalam
sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan
1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan
yang diajukan sebagai berikut:
1. Apakah pembiayaan bantuan infrastruktur dari program nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan akan mempengaruhi
peningkatan kesejahteraan masyarakat?
2. Apakah pembiayaan bantuan ekonomi bergulir dari program nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan akan mempengaruhi
peningkatan kesejahteraan masyarakat?
3. Apakah pembiayaan bantuan beasiswa perorangan dari program nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan akan mempengaruhi
peningkatan kesejahteraan masyarakat?
1. 3. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan :
1. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan infrastruktur dari program nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
2. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan bantuan ekonomi bergulir dari
program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan
3. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan bantuan beasiswa perorangan dari
program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
1. 4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan, bahan
informasi dan bermanfaat:
1. Bagi Penulis memberikan pengetahuan dan menambah wawasan khususnya
dalam bidang penelitian.
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Langkat dalam rangka memberdayakan masyarakat
di pedesaan, khususnya di Kecamatan Stabat.
3. Secara akademik penelitian ini diharapkan dapat merangsang penelitian lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan.
Program penanggulangan kemiskinan pada program nasional pemberdayaan
masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terdiri dari tiga kelompok program, antara lain
adalah :
a. Bantuan dan perlindungan sosial, dengan tujuan untuk mengurangi beban
pengeluaran masyarakat miskin.
Karakteristik kegiatan program yang bersifat pemenuhan hak dasar utama
individu dan rumah tangga miskin yang meliputi pendidikan, pelayanan
kesehatan, pangan, sanitasi, dan air bersih.
b. Pemberdayaan masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
pendapatan masyarakat miskin.
Karakteristik pendekatan partisipatif berdasarkan kebutuhan masyarakat,
penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat, dan pelaksanaan kegiatan oleh
masyarakat secara swakelola dan berkelompok.
c. Pemberdayaan Usaha Mikro dan kecil, dengan tujuan meningkatkan tabungan dan
menjamin keberlanjutan berusaha pelaku usaha mikro dan kecil.
Karekteristik memberikan bantuan modal atau pembiayaan dalam skala mikro,
memperkuat kemandirian berusaha dan akses pada pasar, meningkatkan
a. Pengertian dan Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri adalah program
nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan
masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai program nasional pemberdayaan
masyarakat (PNPM) mandiri adalah :
1. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri adalah program
nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan
program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri
dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme
dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk
mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan
kemiskinan yang berkelanjutan.
2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam
memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan
untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang
dicapai.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri ini adalah :
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara
mandiri.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,
kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya
yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan
pengelolaan pembangunan.
b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif
dan akuntabel.
c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan
penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)
d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan
tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok
e. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas
pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi
kemiskinan di wilayahnya.
f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi
sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.
g. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan
komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.
b. Komponen Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui
komponen program sebagai berikut :
1. Pengembangan Masyarakat.
Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk
membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari
pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif,
pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan dan pemeliharaan
hasil-hasil yang telah dicapai.
Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, diesediakan dana pendukung
kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan dan operasional
pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan
relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di
wilayahnya.
2. Bantuan Langsung Masyarakat.
Komponen bantuan langsung masyarakat (BLM) adalah dana stimulan
keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai
sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan terutama masyarakat miskin.
3. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal
Komponen Peningkatan Kapasitas Pemerintah dan Pelaku Lokal adalah
serangkaian kegiatan yang meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku
lokal/kelompok perduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif
dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin
dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam
komponen ini diantaranya seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan
yang dilakukan secara selektif dan sebagainya.
4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program
Komponen ini meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan
berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan
c. Ruang Lingkup Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Ruang lingkup kegiatan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM)
mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan
yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi :
1. Penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana lingkungan pemukiman, sosial
dan ekonomi secara kegiatan padat karya.
2. Penyediaan sumberdaya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro
untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang
lebih besar diberikan bagi kaum perempuan untuk memanfaatkan dana bergulir
ini.
3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang
bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs.
4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran
kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta
penerapan tata kepemerintahan yang baik.
2. 2. Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan
Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan
menyediakan dana langsung dari pusat (APBN) dan daerah (APBD) yang disalurkan
ke rekening kolektif desa di kecamatan. Masyarakat desa dapat mempergunakan dana
produktivitas desa, pinjaman bagi kelompok ekonomi untuk modal usaha bergulir,
atau kegiatan sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Setiap penyaluran dana yang
turun ke masyarakat harus sesuai dengan dokumen yang dikirimkan ke pusat agar
memudahkan penelusuran. Warga desa, dalam hal ini TPK atau staf Unit Pengelola
Kegiatan (TPK) di tingkat kecamatan mendapatkan peningkatan kapasitas dalam
pembukuan, manajemen data, pengarsipan dokumen dan pengelolaan uang atau dana
secara umum, serta peningkatan kapasitas lainnya terkait upaya pembangunan
manusia dan pengelolaan pembangunan wilayah pedesaan.
Dalam pelaksanaannya, pengalokasikan dana bantuan langsung bagi
masyarakat (BLM) program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri
perdesaan dilakukan melalui skema pembiayaan bersama (cost sharing) antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda), seperti yang telah berhasil
dilakukan dalam program pengembangan kecamatan (PPK III pada tahun 2005
sampai tahun 2007 dan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM).
Besarnya cost sharing ini disesuaikan dengan kapasitas fiskal masing-masing daerah,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 73/ PMK.02/2006 per 30
Agustus 2006.
Melihat kegiatan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM)
mandiri pedesaan yang ditargetkan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan
telah menerima dana hibah yang cukup besar dari sejumlah lembaga dan negara
pemberi bantuan. Melalui program pengembangan kecamatan (PPK) dan program
nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) hingga 2007, program nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan telah menghimpun lebih dari
168,3 dolar AS dalam bentuk trust funds dan hibah dari berbagai Negara atau
lembaga penyandang dana. Hibah atau trust funds tersebut merupakan wujud
dukungan dan kepercayaan atas keberhasilan program pemberdayaan masyarakat
terbesar di Indonesia ini.
Dana bergulir secara khusus untuk pengembangan ekonomi masyarakat
dikelola oleh Unit Pengelola Ekonomi hanya dapat digunakan untuk
(Sutjiono,2005):(1) pinjaman untuk kegiatan prasarana yang bersifat individual,
misalnya untuk perbaikan rumah, pembuatan Toilet dan lain lain. Dana bergulir ini
juga dapat digunakan untuk kepentingan lingkungan dan sosial, seperti beasiswa dan
pelatihan khusus untuk warga tidak miskin; (2) pinjaman untuk kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) yang membutuhkan dana untuk kegiatan produktif yang
dijalankan oleh para anggotanya.
Adanya program pemerintah untuk mengatasi rendahnya investasi,
pengangguran dan kemiskinan, yaitu program pemihakan ekonomi yang bersifat
pemberdayaan golongan ekonomi lemah dan pengadaan infrastruktur yang
mendukung. Pemihakan pada golongan ini adalah pemberdayaan usaha mikro dan
katup penyelamat ekonomi Indonesia. Bank menyalurkan dananya berupa kredit ke
sektor usaha mikro dan kecil karena memandang adanya peluang bisnis yang besar di
sektor ini. (Ade, 2006)
Investasi disebut juga dengan penanaman modal atau pembentukan modal,
merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Investasi
dapat diartikan sebagai pengeluaran atau penanam-penanam modal atau perusahaan
untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia
dalam perekonomian. Beberapa faktor yang menentukan tingkat investasi yang akan
dilakukan dalam perekonomian yaitu tingkat keuntungan yang diramalkan akan
diperoleh, suku bunga, ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan, kemajuan
teknologi, tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya serta
keuntungan yang diperoleh. Investasi yang direncanakan, hanya akan dilaksanakan
apabila tingkat keuntungan yang akan diperoleh adalah lebih besar dari suku bunga
yang harus dibayar. (Sukirno, 2004)
Pemberdayaan masyarakat mengandung pengertian memihak (targeting),
mempersiapkan (enabling), dan melindungi (protecting). Untuk itu diperlukan mitra
yang partisipatif dalam memberikan investasi. (Sri, 2007).
Sukirno (2004) mendefinisikan modal sebagai segala barang-barang yang
akan diciptakan oleh manusia dengan tujuan untuk menghasilkan barang-barang dan
jasa yang akan digunakan oleh masyarakat. Barang-barang dan jasa yang dihasilkan
Keynes berpendapat pentingnya kebijaksanaan stabilisasi harga. Perubahan harga
mempunyai efek yang berbeda terhadap tiga golongan utama penduduk, yakni
investor (yang menginvestasikan tabungan), pengusaha (enterpreneur), dan penerima
upah (tenaga kerja). Secara umum, inflasi akan menyulitkan golongan penduduk
pertama, sedangkan deflasi akan menyulitkan golongan kedua dan ketiga.
Kebijaksanaan stabilisasi harga diperlukan untuk mengatasi kesulitan yang timbul
dari inflasi maupun deflasi. (Nopirin, 2002)
Pendapatan yang diterima dari suatu kegiatan penanaman modal biasanya
akan diterima dalam beberapa tahun. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dapat
diketahui dengan menghitung nilai sekarang pendapatan yang diperoleh di masa
depan atau menghitung tingkat pengembalian modal (keuntungan). Cara ini
digunakan perusahaan-perusahaan untuk menilai kesesuaian dari sesuatu investasi
yang akan dilakukan. Suatu investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan
apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar dari pada nilai
sekarang modal yang diinvestasikan.
Dengan memisalkan nilai sekarang modal yang diinvestasikan adalah M, penanaman
modal dikatakan menguntungkan jika nilai sekarang (NS) lebih besar dari M. Untuk
menghitung NS dan M digunakan rumus dibawah ini (Sukirno, 2004) :
Dimana dalam persamaan diatas :
a. NS adalah nilai sekarang pendapatan yang diperoleh antara tahun 1 sehingga
tahun n, apabila dimisalkan investasi tersebut didepresiasikan pada tahun n.
b. hingga adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh
perusahaan antara tahun 1 hingga tahun n. 3
2 1,Y ,Y
Y Yn
c. r adalah suku bunga.
d. R adalah tingkat pengembalian modal.
Dalam teori ekonomi mikro terdapat suatu konsep yang dikenal dengan teori
ekonomi terapan yang dikaitkan dengan teori kebijaksanaan ekonomi. Konsep
ekonomi yang dimaksud adalah konsep ekonomi kesejahteraan (welfare economics) .
Tugas pokok dari welfare economics adalah membanding-bandingkan berbagai
kondisi perekonomian (economic state) untuk menentukan apakah perubahan kondisi
perekonomian menjurus ke arah yang lebih baik atau sebaliknya.
Pendapat Klasik, Adam Smith menganggap ekonomi kesejahteraan (welfare
economics) identik dengan teori akumulasi kapital yang bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan. Peningkatan kesejahteraan bisa diperoleh dengan meningkatkan laba.
Menurut Smith, cara terbaik untuk meningkatkan laba ialah melakukan investasi,
dengan membeli mesin-mesin dan peralatan canggih. Dengan mesin-mesin dan
peralatan yang lebih canggih maka produktivitas labor akan semakin meningkat.
Peningkatan produktivitas labor ini berarti peningkatan produksi perusahaan. Karena
sistem yang dianut Smith disebut sistem liberal (karena memberikan keleluasaan yang
besar bagi setiap individu untuk bertindak dalam perekonomian, juga disebut sistem
ekonomi kapitalisme (karena sangat menekankan arti akumulasi kapital dalam
pembangunan ekonomi). (Cornelis, 2005)
Dalam mengembangkan konsep pemberdayaan ekonomi rakyat terdapat dua
strategi. Strategi pertama, adalah memberi peluang agar masyarakat dapat tetap maju.
Strategi kedua, memperdayakan (enpowerment) sektor ekonomi mikro, kecil dan
menengah dengan memperkuat potensi atau daya yang mereka miliki, misalnya
membuka akses pada berbagai peluang usaha yang menjadikan mereka makin
berdaya, dan penyediaan berbagai masukan dan fasilitas usaha mereka (misalnya,
akses dalam pendidikan, pelayanan kesehatan, akses pada modal, informasi, teknologi
baru dan lapangan kerja).
2.3. Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil
Pengertian usaha kecil pada dasarnya mengacu pada undang-undang Republik
Indonesia nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil yaitu kegiatan ekonomi rakyat
yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Di dalam
pasal tersebut usaha kecil meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil
tradisional. Pengertian usaha kecil informal adalah usaha kecil yang belum terdaftar,
belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri
pemulung. Usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi
sederhana yang telah digunakan secara turun temurun yang berkaitan dengan seni dan
budaya yang dimiliki dan menghidupi sebagian besar rakyat. Usaha informal dan
tradisional ini cenderung dilihat dengan emosional, bukan rasional. Ketika
perekonomian berjalan baik, tidak banyak orang yang mau memperhatikan sektor
informal ini. Situasi tersebut berubah setelah terjadi krisis ekonomi di akhir tahun
1990-an (Priyono,2004). Muncul kesadaran bahwa landasan perekonomian yang
dibangun dengan konglomerasi ternyata sangat rapuh. Hal tersebut membuat orang
mulai berpaling pada sektor informal.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang disebut usaha mikro ialah usaha
yang dilakukan orang miskin atau hampir miskin, milik keluarga, sumber daya lokal
dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah dimasuki dan keluar, dengan jumlah
tenaga kerja di bawah 3 orang.
Pembiayaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri
pedesaan bagi usaha mikro dan kecil diberikan kepada pedagang dan pengusaha kecil
atau rumahtangga lokal, yang mana selain mendapatkan pinjaman juga berpartisipasi
dalam kegiatan simpan pinjam.
Usaha mikro dan kecil masih memiliki banyak permasalahan yang perlu
mendapatkan penanganan dari otoritas untuk mengatasi keterbatasan akses kredit atau
sumber permodalan lain dan akses pasar. Usaha mikro dan kecil diarahkan untuk
sifatnya adalah tambal-sulam. Padahal seperti kita ketahui bahwa berlakunya
kebijakan yang bersifat tambal-sulam membuat tidak adanya kesinambungan dan
konsistensi dari peraturan dan pelaksanaannya, sehingga tujuan pengembangan usaha
mikro dan kecil pun kurang tercapai secara maksimal. Salah satu pembenahan utama
yang diperlukan adalah dari aspek regulasinya. (Sri, 2007).
2. 4. Sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan
Sasaran program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri
pedesaan yang berpihak pada orang miskin. Menurut Zikrullah (2000) kemiskinan
adalah konsep yang cair, tidak pasti, dan mutidimensional. Oleh karena itu, banyak
terdapat terminologi kemiskinan baik yang dikemukakan oleh pakar secara individu
maupun secara kelembagaan. Dalam pengertian konvensional, kemiskinan (hanya)
dimaknai sebagai permasalahan pendapatan (income) individu, kelompok, komunitas,
masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Dengan teori ini,
sekurang-kurangnya ada enam macam kemiskinan yang perlu difahami oleh pihak-pihak yang
menaruh perhatian terhadap penanganan kemiskinan, yaitu: (1) kemiskinan
subsitensi, penghasilan rendah, jam kerja panjang, perumahan buruk, fasilitas air
bersih mahal; (2) kemiskinan perlindungan, lingkungan buruk, (sanitasi, sarana
pembuangan sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak
pemilikan tanah; (3) kemiskinan pemahaman, kualitas pendidikan formal buruk,
terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran akan hak,
tidak ada akses dan kontrol atas proses pengambilan keputusan yang menyangkut
nasib diri dan komunitas; (5) kemiskinan identitas, terbatasnya perbauran antara
kelompok social, terfragmentasi; (6) kemiskinan kebebasan, stress, rasa tidak
berdaya, tidak aman baik ditingkat pribadi maupun komunitas.
Menurut Cox (2004) bahwa seseorang dikatakan miskin jika tingkat
pendapatannya (hanya) berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, upaya
penanganan kemiskinan yang dilakukan pada negara dunia ketiga baik oleh
pemerintah maupun organisasi non pemerintah, kebanyakan (hanya) bertumpu pada
upaya peningkatan pendapatan. Itu sebabnya, berbagai upaya penanganan kemiskinan
itu tidak menyelesaikan masalah dan cenderung gagal.
Menurut Sumodiningrat (2004) penentuan garis kemiskinan dengan
menggunakan indikator ekonomi versi BPS, Bank Dunia,lembaga penelitian dan
pengkajian,yakni Garis kemiskinan dapat dihitung dengan tiga pendekata, yakni : (1)
Pendekatan Produksi (production Approach), misalnya produksi padi perkapita hanya
dapat menggambarkan kegiatan produksi tanpa memperhatikan pemenuhan
kebutuhan hidup. (2) Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yakni pendekatan
melalui pendapatan rumah tangga.Pendekatan ini sangat baik, namun sering
mengalami kendala yaitu dalam pengumpulan data pendapatan rumah tangga secara
akurat serta pencatatan terhadap jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap rumah
tangga secara akurat. (3) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu
pendekatan yang digunakan untuk mengatasi pendekatan terhadap pendapatan.
pendapatan rumah tangga. Pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi adalah 2.100 kalori perkapita/hari.
2.5. Konsep Partisipasi Masyarakat
Menurut Bryants dan White Colorodow (dalam Friedman, 2002) menyatakan
bahwa di negara-negara dunia ketiga (termasuk Indonesia) partisipasi masyarakat
dalam pembangunan sangat diperlukan, sehingga masyarakat itu sendiri dapat
mempengaruhi atau menentukan masa depannya, maka masyarakat harus dianggap
sebagai potensi pembangunan yang harus dibina, dipupuk dan ditingkatkan
pengetahuan dan kemampuannya sehingga mau, mampu dan sadar dalam
kedudukannya sebagai pelaku atau subjek pembangunan.
Dalam hubungan dengan hal tersebut Friedman juga menyatakan bahwa
dengan keterlibatan masyarakat/partisipasi masyarakat di dalam proses pembangunan
juga mengandung makna pemberdayaan masyarakat dan sangat erat kaitannya dengan
pemantapan pembudayaan dan pengalaman demokrasi, atau “the empowerment
approach, which is fundamental to an alternative development, please the emphasis
an auotonomy in the decision making of territorially organized communities, local
self-reliance (but not antrachy), direct (participatory) democracy and experi-mental
social learning”. (Friedman, 2002)
Dari perumusan ini dapat dikemukakan bahwa partisipasi sosial adalah:
2. Kadang kala terbatas pada partisipasi di dalam organisasi secara sukarela
khususnya dalam pelaksanaan program atau kegiatan atau proyek masyarakat
diluar profesi seseorang atau pekerjaan tertentu.
Menurut Marbun (2003) partisipasi adalah tingkat rasa keterlibatan dan
keikatan seseorang berkat sumbangan pikiran dan usulnya sehingga mereka
bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri dan ikut berusaha mencapai sasaran
suatu tujuan organisasi.
Simatupang (2001) mengemukakan pendekatan mengenai partisipasi
sebagai berikut: Partisipasi berarti apa yang dilakukan adalah bagian dari usaha
bersama yang dijalankan bahu membahu dengan saudara-saudara sebangsa dan
setanah air untuk membangun masa depan bersama. Partisipasi berarti juga
sebagai kerja untuk mencapai tujuan bersama di antara semua warga negara yang
mempunyai latar belakang kepercayaan yang beraneka ragam dalam negara
pancasila atas dasar hak dan kewajiban yang sama untuk memberikan sumbangan
demi terbinanya dan terwujudnya masa depan yang baru. Partisipasi tidak hanya
mengambil bagian dalam pelaksanaan rencana-rencana pembangunan tetapi juga
berarti memberikan sumbangan pengertian kita mengenai pembangunan itu,
nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita mengenai keadilan sosial tetap di junjung tinggi.
Partisipasi dalam pembangunan berarti mendukung kearah pembangunan yang
serasi dan martabat, keadilan sosial dan memelihara alam sebagai lingkungan
Bahkan partisipasi merupakan hak dan kewajiban seorang warga negara
untuk memberikan kontribusinya kepada pencapaian tujuan kelompok. Sehingga
masyarakat diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan dengan
mengembangkan inisiatif dan kreatifitas.
Sumbangkan inisiatif dan kreatifitas dapat disampaikan dalam rapat kelompok
masyarakat atau pertemuan-pertemuan baik yang bersifat formal maupun informal.
Dalam kelompok pertemuan-pertemuan itu akan saling memberikan
informasi antara pemerintah dengan masyarakat. Jadi dalam partisipasi terdapat
komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat dan sesama anggota masyarakat.
Dengan demikian dapat disimpulkan yang dimaksud masyarakat adalah
sekelompok orang yang hidup bersama dan tinggal disuatu tempat tertentu yang
menghasilan teknologi kemampuan untuk memanfaatkan lingkungannya sebagai
sumber penghidupan bersama menurut aturan tertentu.
Menurut Imron (2005) bahwa: “Partisipasi adalah suatu term yang
menunjukkan kepada adanya keikutsertaan secara nyata dalam suatu kegiatan”.
Menurut Muhajir (dalam Imron, 2005) mengatakan menggolongkan partisipasi
masyarakat ke dalam tipologinya ialah partisipasi kuantitatif dan kualitatif, partisipasi
kuantitatif menunjukkan kepada frekuensi keikutsertaan terhadap implementasi
kebijaksanaan sementara partisipasi kualitatif menunjukkan kepada tingkat dan
derajat. Menurut Koentjoroningrat (dalam Imron, 2005) menggolongkan partisipasi
masyarakat dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus; kedua, partisipasi anggota
masyarakat sebagai individu adalam aktivitas bersama pembangunan.
2. 6. Studi Empiris Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan analisis pembiayaan
program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat di kecamatan Stabat antara lain :
Arnodt (2001), dengan menggunakan alat analisis mixed complementary
problem (MCP), kesimpulan perlunya studi tentang kredit, teknologi penyimpanan
dan informasi akses pasar, diperlukan juga karakter pelaku dalam mempengaruhi
penyimpanan dan alur pemasaran.
Akmal (2006), dengan menggunakan alat analisis uji beda dua rata-rata,
analisis sensifitas, keberlangsungan dana dan analisis efektifitas program, dengan
kesimpulan dampak bantuan ekonomi produktif positif terhadap peningkatan
pendatan masyarakat, tingkat keberlangsungan dana yang rendah dan efektivitas
program yang sangat tinggi.
Chowdhury (2004), dengan menggunakan alat analisis pendekatan hasil
sebagai tolak ukur keberhasilan. Dengan kesimpulan microfinance membantu
langsung pada masyarakat miskin dengan sasaran pada kebutuhan dalam mencapai
Khander (2003), dengan menggunakan alat analisis data panel dengan model
fixed effect, kesimpulan microfinance programs membantu meningkatkan konsumsi
per kapita, terutama pada bukan makanan, seperti asset rumah tangga bukan tanah.
Quach (2004), dengan menggunakan alat analisis binari probit. Kesimpulan
dalam jangka panjang penyediaan kredit pedesaan berdampak positif signifikan
terhadap kesehatan rumah tangga, pengeluaran per kapita, pengeluaran makanan per
kapita, pengeluaran non makanan per kapita dan status kemiskinan rumah tangga
pada tingkat kepercayaan 99%.
Ardiawan (2007), dengan menggunakan alat analisis uji beda dua rata-rata
pendapatan masyarakat sebelum dan setelah adanya dana bergulir P2KP. Kesimpulan
bahwa bantuan dana bergulir Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
(P2KP) membawa dampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat
modal usaha kios sembako di Kecamatan Abeli Kota Kendari.
2. 7. Kerangka Berpikir
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan
masyarakat dalam program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri
Pedesaan yaitu bantuan infrastruktur (terdiri atas bantuan pendidikan, bantuan
kesehatan, bantuan air bersih dan bantuan sanitasi), bantuan ekonomi bergulir
Berdasarkan dari pandangan tersebut maka dapat dibuat kerangka berpikir
tentang analisis partisipasi masyarakat dalam program nasionalpemberdayaan
masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan di kecamatan Stabat sebagai berikut:
Bantuan Infrastruktur
Bantuan Ekonomi Bergulir (X2)
Bantuan Beasiswa Perorangan (X3)
Kesejahteraan Masyarakat (Y)
Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Stabat
2.8. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditetapkan hipotesis sebagai
berikut:
1. Pembiayaan infrastruktur dari program nasional pemberdayaan masyarakat
(PNPM) mandiri pedesaan memberikan pengaruh terhadap peningkatan
2. Pembiayaan bantuan ekonomi bergulir dari program nasional pemberdayaan
masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan memberikan pengaruh terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3. Pembiayaan bantuan beasiswa perorangan dari program nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan memberikan pengaruh
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisis pembiayaan
program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap
peningkatan kesejahteraanmasyarakatdi kecamatan Stabat.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di kecamatan Stabat, kabupaten Langkat yaitu
Kelurahan Ara Condong, Banyu Mas, Karang Rejo, Mangga, Dendang, Kwala
Begumit, Pantai Gemi, Sido Mulyo, Paya Mabar, Kwala Bingei, Perdamaian, dan
Stabat Baru.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data
primer berupa data langsung yang dikumpulkan melalui wawancara dengan
responden dan menggunakan alat yaitu daftar pertanyaan (kuesioner), observasi
yaitu mengamati secara langsung hal-hal yang berhubungan langsung dengan
penelitian ini, misalnya usaha dari masyarakat yang memperoleh pembiayaan dari
program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan,
pembangunan infrastruktur dan lain-lain, serta dokumentasi, dilakukan dengan
Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yakni
dengan mempelajari dan menganalisa sejumlah bahan-bahan tertulis, baik
pendapat para ahli maupun dari perundang-undangan yang berlaku serta
literatur-literatur yang dianggap smemiliki relevansi dengan penelitian dan dokumen yang
terkait dengan masalah yang dikaji sering diperlukan. Dokumentasi diperoleh dari
kantor Camat.
3. 4. Populasi dan Sampel
a. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah sekelompok orang yang ditunjuk atau
ditentukan karena dianggap representatif dan mengetahui permasalahan penelitian,
sehingga diharapkan dapat memberikan data dan informasi yang relevan dan akurat
tentang masalah yang diteliti. Berkaitan dengan permasalahan ini, maka pemilihan
responden didasarkan pada pihak-pihak yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri
pedesaan, dimana populasi masyarakat yang menerima bantuan di kecamatan Stabat
yang berjumlah 195 orang.
b. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi. Cara pengambilan sampel dalam
random sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari setiap anggota populasi dan
setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.
Apabila besarnya sampel yang diinginkan itu berbeda-beda, maka besarnya
kesempatan bagi tiap satuan unit penelitian untuk terpilih pun berbeda-beda pula.
Misalnya besar populasi adalah N, sedang unsur dalam sampel (sample size) adalah n,
maka besar kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk terpilih dalam sampel
adalah n/N. (Singarimbun, 2001)
Tabel 3.1. Data Masyarakat Penerima PNPM di Kecamatan Stabat Tahun 2009
No Kelurahan Penerima PNPM (orang) Sampel (orang)
1 Karang rejo 21 11
Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka 2009
Adapun responden dari aparatur desa dan kepala desa beserta camat diambil
sebagai key informan sedangkan untuk responden masyarakat miskin pedesaan yang
3. 5. Metode Analisis Data
Untuk mengidentifikasi pengaruh pembiayaan program nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat di kecamatan Stabat digunakan pendekatan binary
response, dengan model logit. (Manurung, 2005)
Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah
kesejahteraan masyarakat, dan sebagai variabel bebas (independent variable) adalah
bantuan infrastruktur (pembangunan fisik jalan, pembangunan gedung sekolah,
penyediaan air bersih, dan penyediaan sanitasi), bantuan kredit, dan bantuan beasiswa
perorangan.
Sedangkan untuk menguji pengaruh pembiayaan program nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan menggunakan model analisis
logit atau binary response regression yang digunakan untuk menganalisis data
kualitatif yang mencerminkan pilihan antara dua alternatif dengan cara
mengkuantitatifkan hubungan antara probabilitas dua pilihan dengan beberapa
karakteristik yang dipilih. Suatu probabilitas merupakan angka satu (ada pengaruh)
dan nol (tidak ada pengaruh). Model logit menggunakan bentuk fungsional sebagai
KSJ = Kesejahteraan
INF = Bantuan Infrastruktur
EB = Ekonomi Bergulir (kredit)
BP = Beasiswa Perorangan
C 0 = koefisien regresi
C 1 = koefisien regresi pada bantuan infrastruktur
C 2 = koefisien regresi pada pembiayaan ekonomi bergulir
C 3 = koefisien regresi pada beasiswa perorangan
ε = error term
3.6. Definisi Operasional
1. Kesejahteraan (KSJ) yaitu menunjukkan suatu kondisi apakah pengaruh
pembiayaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri
pedesaan menjurus ke arah yang lebih baik atau sebaliknya.
2. Bantuan Infrastruktur (INF) yaitu pembiayaan dalam bentuk pembangunan fisik
jalan, pengerasan atau betonisasi jalan, jembatan (titi), pembuatan lenin tepi jalan,
dan pensirtuan jalan. Untuk bantuan pembangunan untuk sarana dan prasarana
pendidikan dalam bentuk renovasi gedung sekolah. Untuk kesehatan, adanya
penyadiaan air bersih dengan pengeboran sumur, pembangunan instalasi pipa
beton. Probabilitas yang mendapatkan manfaat dengan adanya bantuan
pembangunan infrastruktur diberi nilai 1, dan jika tidak ada manfaat diberi nilai 0.
3. Bantuan Kredit atau ekonomi bergulir (EB) yaitu pembiayaan dalam bentuk
pinjaman ekonomi dana bergulir untuk warga kelurahan atau desa, pedagang dan
pengusaha kecil atau rumahtangga lokal, turut mendapatkan pinjaman dan
berpartisipasi dalam kegiatan simpan pinjam. Probabilitas yang mendapatkan
manfaat dengan adanya bantuan pinjaman ekonomi dana bergulir diberi nilai 1,
dan jika tidak ada manfaat diberi nilai 0.
4. Bantuan Beasiswa Perorangan (BP) yaitu pembiayaan dalam bentuk beasiswa
pendidikan untuk perorangan seperti pelatihan menjahit, pelatihan mengukir dan
lain-lain. Probabilitas yang mendapatkan manfaat dengan adanya bantuan
beasiswa pendidikan untuk perorangan diberi nilai 1, dan jika tidak ada manfaat
diberi nilai 0.
3.7. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)
Uji kesesuaian (test goodness of fit) dilakukan berdasarkan perhitungan nilai
koefisien determinasi (R²), uji F-statistic dan uji t-statistic. Penilaian terhadap R²
bertujuan untuk melihat kekuatan variasi variabel independen dalam mempengaruhi
variasi variabel dependen. Uji F-statistic dimaksudkan untuk mengetahui signifikasi
statistik koefisien regresi secara simultan atau secara bersama-sama, sedangkan uji
t-statistic dimaksudkan untuk mengetahui signifikasi statistik koefisien regresi secara
Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variasi variabel bebas secara
bersama-sama menjelaskan terhadap variabel terikat dengan melihat nilai koefisien
determinasi ganda (R2). Jika nilai R2 hasil perhitungan mendekati satu, maka
kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat cukup kuat. Sebaliknya jika
R2 mendekati nol maka variabel bebas tidak cukup kuat menjelaskan variasi variabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Kabupaten Langkat
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.7 tahun 1956 secara administratif
Kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya
sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit.
Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi
tiga kewedanan yaitu :
1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai.
2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura.
3. Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan.
Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas
administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Asisten Wedana (Camat)
sebagai perangkat akhir. Untuk melaksanakan pembangunan yang merata, Kabupaten
Langkat dibagi atas tiga wilayah pembangunan.
1. Wilayah Pembangunan I (Langkat Hulu) meliputi :
a. Kecamatan Bahorok dengan 19 (sembilan belas) desa.
b. Kecamatan Salapian dengan 22 (dua puluh dua) desa.
c. Kecamatan Kuala dengan 16 (enam belas) desa.
d. Kecamatan Selesai dengan 13 (tiga belas) desa.
f. Kecamatan Sei Bingai dengan 15 (lima belas) desa.
2. Wilayah Pembangunan II (Langkat Hilir) meliputi :
a. Kecamatan Stabat dengan 5 (lima) desa dan 7 (tujuh) kelurahan.
b. Kecamatan Secanggang dengan 14 (empat belas) desa.
c. Kecamatan Hinai dengan 12 (dua belas) desa.
d. Kecamatan Tanjung Pura dengan 15 (lima belas) desa dan 1 (satu kelurahan.
3. Wilayah Pembangunan III (Teluk Haru) meliputi :
a. Kecamatan Gebang dengan 9 (sembilan) desa.
b. Kecamatan Berandan Barat dengan 6 (enam) desa.
c. Kecamatan Sei Lepan dengan 5 (lima) desa dan 5 (lima) kelurahan.
d. Kecamatan Babalan dengan 5 (lima) desa dan 3 (tiga) kelurahan.
e. Kecamatan Pangkalan Susu dengan 14 (empat belas) desa dan 2 (dua)
kelurahan.
f. Kecamatan Besitang dengan 8 (delapan) desa dan 3 (tiga) kelurahan.
Tiap-tiap wilayah pembangunan dipimpin oleh seorang pembantu Bupati.
Disamping itu dalam melaksanakan otonomi daerah Kabupaten Langkat dibantu atas
dinas-dinas otonom, Instansi pusat baik Departemen maupun non Departemen yang
kesemuanya merupakan pembantu-pembantu Bupati dalam melaksanakan
4. 2. Kondisi Wilayah
1. Geografi
Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3°14’ dan 4°13’ lintang utara, serta
93°51’ dan 98°45’ bujur timur dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatas dengan selat Malaka dan Prop.D.I Aceh.
b. Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo.
c. Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang.
d. Sebelah Barat berbatas dengan D.I Aceh (Aceh Tengah).
2. Topografi
Daerah Tingkat II Langkat dibedakan atas 3 (tiga) bagian yaitu :
a. Pesisir pantai dengan ketinggian 0 - 4 m diatas permukaan laut.
b. Dataran rendah dengan ketinggian 0 – 30 m diatas permukaan laut.
c. Dataran tinggi dengan ketinggian 30 – 1200 m diatas permukaan laut.
4.3. Kecamatan Stabat
Kecamatan Stabat merupakan Ibukota Kabupaten Langkat dan merupakan
kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi yang berbatasan dengan
Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur, Kecamatan Binjai di sebelah selatan,
Kecamatan Wampu di sebelah barat, serta Kecamatan Secanggang dan Hinai di
1. Kependudukan
Jumlah penduduk di kecamatan Stabat adalah berjumlah 77.474 orang,
dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 39.786 orang dan jumlah penduduk
perempuan adalah sebesar 38.288 orang. Untuk mengetahui lebih jelas tentang
gambaran jumlah penduduk di kecamatan Stabat dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1. Data Penduduk kecamatan Stabat Tahun 2009
Jumlah Penduduk NO Desa dan Kelurahan
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Karang rejo 4179 3968 8147
2 Kwala Begumit 2515 2640 5155
3 Mangga 1304 1219 2523
4 Dendang 3435 3226 6661
5 Perdamaian 5866 5693 11559
6 Kwala Bingai 6102 6316 12418
7 Sidomulyo 2366 2353 4719
8 Paya Mabar 1722 1802 3524
9 Banyumas 2611 2450 5061
10 Pantai gemi 3315 3172 6487
11 Stabat Baru 2693 2501 5194
12 Ara condong 3078 2948 6026
Jumlah 39186 38288 77474
Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka 2009
2. Pemerintahan
Pelaksanaan otonomi yang luas dan bertanggung jawab sesuai
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang-undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, mengisyaratkan bahwa penyelenggaraan pemerintah Daerah lebih
mengutamakan asas desentralisasi, dimana sebagian besar kewenangan dan urusan
penyelenggaraan Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi,
peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah.
Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat bagi setiap
pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan
cita-cita bangsa dan negara. Untuk itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem
pertanggung jawaban yang tepat, transparan, dan legitimit, sehingga penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung efektif dan efisien serta bebas dari
korupsi dan kolusi serta nepotisme.
Begitu juga dengan pemerintah kecamatan, dimana pemerintah kecamatan
yang berupakan generalisasi dari pemerintah daerah, merupakan ujung tombak
pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu agar lebih jelasnya dapat dilihat tugas pokok
serta fungsi birokrasi kecamatan sebagai berikut:
1. Camat.
Tugas camat memimpin penyelenggaraan pemerintah, pembinaan pemerintahan
desa/kelurahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat dalam wilayah
kecamatan.
Fungsi camat adalah penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan umum dan