• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kemampuan menulis paragraf narasi dengan penggunaan metode field trip pada siswa kelas IX di SMP Dwiguna Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan kemampuan menulis paragraf narasi dengan penggunaan metode field trip pada siswa kelas IX di SMP Dwiguna Depok"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF

NARASI DENGAN PENGGUNAAN METODE FIELD TRIP

PADA SISWA KELAS IX DI SMP DWIGUNA DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh: ISROYATI 106013000302

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Oleh:

Isroyati NIM. 106013000302

Di bawah bimbingan

Elvi Susanti M.Pd. NIP. 19680801 2008 01 2016

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

i

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Isroyati

Tempat/Tgl Lahir : Bogor, 24 November 1988

NIM : 106013000302

Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Judul Skripsi : “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf

Narasi dengan Penggunaan Metode Field Trif Pada Siswa Kelas XI di SMP Dwiguna

Depok”

Dosen Pembimbing : Elvi Susanti, M.Pd.

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya dan diajukan untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 November 2010

(4)

iii

Penggunaan Metode Field Trip Pada Siswa Kelas IX di SMP Dwiguna Depok

Menulis merupakan kegiatan yang bersifat berkelanjutan sehingga pembelajarannya pun perlu dilakukan secara berkesinambungan sejak sekolah dasar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan kemampuan dasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis di sekolah perlu mendapat perhatian yang optimal sehingga dapat memenuhi target kemampuan menulis yang diharapkan. Menulis sebagai suatu kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif merupakan kemampuan yang menuntut adanya kegiatan encoding yaitu kegiatan untuk menghasilkan atau menyampaikan isi bahasa kepada pihak lain melalui tulisan

Menulis merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap orang yang terlibat dalam kegiatan sosial, ekonomi, pendidikan, teknologi, dan lain-lain. Hal ini disebabkan semua aktivitas komunikasi saat ini tidak dapat melepaskan diri dari pemanfaatan sarana tulis. Dengan menulis seseorang dapat menceritakan ide, perasaan, peristiwa, dan benda kepada orang lain, oleh karena itu, ini perlu diajarkan di sekolah dasar dengan tepat. Selain itu menulis juga merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dengan menggunakan metode field trip. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis memberikan tes dan menyebarkan angket kepada siswa. Di samping itu, penulis melakukan wawancara kepada guru bidang studi bahasa Indonesia.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Al-hamdulillah, segala puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi dengan Menggunakan Metode Field Trip Pada Siswa Kelas XI SMP Dwiguna Depok” dapat terselesaikan guna memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana dari Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam

semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabatnya.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dukungan, serta bantuan baik moril maupun materil kepada penulis. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya, penulis menyampaikan penghargaan kepada semua pihak dan orang-orang yang telah berjasa yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Elvi Susanti M.Pd, selaku Dosesn Pembimbing dalam penulisan skripsi ini, beliau yang telah ikhlas dan sabar memberikan bimbingan serta telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya, sehingga dengan ketulusan dan keikhlasannya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Drs. E. Kusnadi, bapak Dr. Alek, S.S, M.Pd, Ibu Hindun M.Pd, dan

Ibu Rosida Erowati, M. Hum. selaku Dosen PBSI yang telah memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu guru beserta segenap staf dan karyawan SMP Dwiguna Depok terutama bapak Drs. H. Muhammad Sufi Sidiq, M.M, selaku kepala sekolah.

(6)

v

sampai di rumah atas candaan dan keceriaannya.

8. Kekasihku Hery Kiswanto yang telah menemani dikala suka maupun duka yang telah memberikan banyak arti dalam kehidupanku dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuanganku Nunung, Dewi, Ratna, Vevi dan Sumi yang teleh memberikan dukungan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-temanku PBSI yang telah memberikan dukungan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Kepada semua pihak yang penulis tidak bisa menyebutkannya satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan dengan tulus baik berupa moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat adanya khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca yang selalu peduli dan prihatin terhadap perkembangan dunia pendidikan baik sekarang maupun yang akan datang. Oleh karena itu penulis mengharapkan dari semua pihak untuk memberikan saran dan usulan bagi penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah Swt jualah penulis memohon semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Desember 2010

(7)

vi

C. Rumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian ... 3

D. Pembatasan Masalah ... 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan C. Objek dan Subjek Penelitian Penelitian ... 28

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 28

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 28

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ... 29

G. Data dan Sumber Data ... 29

H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data ... 30

I. Teknik Pengumpulan Data ... 44

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 45

K. Analisis Data dan Interpreastasi Hasil Analisis ... 45

L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 47

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRESTASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Dwiguna Depok ... 48

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/Hasil Intervensi Tindakan ... 50

(8)

vii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 96 B. Saran ... 97

(9)

viii

Tabel 3.7 Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa ... 47

Tabel 4.1 Keadaan Siswa SMP Dwiguna Depok Tahun Pelajaran 2010-2011 ... 51

Tabel 4.2 Nilai Pretest ... 52

Tabel 4.3 Urutan Nilai Pretest Terendah sampai Tertinggi Siswa Kelas IX SMP Dwiguna Depok ... 54

Tabel 4.4 Nilai Postest ... 55

Tabel 4.5 Urutan Nilai Pretest Terendah Sampai Tertinggi Siswa Kelas IX SMP Dwiguna Depok ... 57

Tabel 4.6 Data Nilai Siswa Beserta Kategori Penilaian Pretest dan Postest ... 58

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Siswa Kelas IX SMP Dwiguna Depok ... 60

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Postest Siswa Kelas IX SMP Dwiguna Depok ... 61

Tabel 4.9 Data Pretest dan Postest Siswa Kelas IX SMP Dwiguna Depok ... 64

Tabel 4.10 Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, pokok pembahasan menulis sangat menarik minat siswa ... 70

Tabel 4.11 Saya menyukai belajar menulis paragraf narasi sebelumnya ... 70

Tabel 4.12 Saya pernah manulis sebuah paragraf narasi ... 71

Tabel 4.13 Menulis paragraf narasi tidak sulit apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh ... 71

Tabel 4.14 Menulis paragraf narasi sangat membangkitkan semangat belajar bahasa indonesia, dan membukan wawasan serta memberikan tambahan pengetahuan ... 72

Tabel 4.15 Saya merasa metode field trip (karyawisata) sangat mudah dan menarik ... 72

Tabel 4.16 Saya merasa senang menulis paragraf narasi dengan menggunakan metode field trip (karyawisata) ... 73

Tabel 4.17 Menulis paragraf narasi dengan menggunakan metode metode field trip dapat meningkatkan motivasi ... 74 Tabel 4.18 Saya merasa kemampuan menulis paragraf narasi

(10)

ix

Pertemuan Ke-I ... 78 Tabel 4.21 Catatan Lapangan Pembelajaran Pertemuan Ke-I ... 79 Tabel 4.22 Hasil Persentase Observasi Tingkah Laku dalam

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Observasi Siswa Lampiran 2 Format Angket

Lampiran 3 Catatan Lapangan Lampiran 4 Hasil Wawancara Lampiran 5 Hasil Dokumentasi Lampiran 6 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Observasi Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 9 Surat Keterangan dari Sekolah Lampiran 10 Uji Referensi

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar. Pembelajaran tersebut akan lebih baik manakala dipelajari sejak dini dan berkesinambungan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa disertakan dalam kurikulum, hal ini berarti setiap peserta didik dituntut untuk mampu menguasai bahasa yang mereka pelajari terutama bahasa resmi yang dipakai oleh negara yang di tempati peserta didik. Begitu pula di Indonesia, bahasa Indonesia menjadi materi pembelajaran yang wajib diberikan di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal itu dilakukan agar peserta didik mampu menguasai bahasa Indonesia dengan

baik dan benar serta mampu menerapkannya dalam kehidupan masyarakat.

Pengajaran bahasa Indonesia terdiri dari beberapa aspek kemampuan

(13)

2

kemampuan dasar sebagai bekal belajar menulis dijenjang berikutnya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis di sekolah perlu mendapat perhatian yang optimal sehingga dapat memenuhi target kemampuan menulis yang diharapkan. Menulis sebagai suatu kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif merupakan kemampuan yang menuntut adanya kegiatan encoding yaitu kegiatan untuk menghasilkan atau menyampaikan bahasa kepada pihak lain melalui tulisan

Menulis merupakan media untuk berkomunikasi seseorang kepada orang lain, namun banyak guru mengalami kesulitan untuk membiasakan anak belajar

menulis.Masalah utamanya adalah siswa sulit menentukan pilihan kata, menggabungkan kalimat dan menuangkan ide dalam tulisan narasi. Kesulitan ini menyebabkan rendahnya kualitas tulisan siswa baik pada aspek isi maupun kebahasaan. Maka dari itu penggunaan metode sangat penting kehadirannya dalam pelajaran, namun kegiatan belajar mengajar yang disertai dengan penggunaan metode pembelajaran sangat tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu cara mengajar guru harus menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi secara kreatif.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menunjang prestasi belajar menulis adalah dengan menggunakan metode field trip. Metode ini dilakukan karena melihat kondisi siswa dalam menerima materi menulis belum sesuai dengan harapan. Selain itu, peneliti beranggapan metode pengajaran dan pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan metode ceramah dan media contoh-contoh belum mengalami perubahan terhadap hasil pekerjaan siswa dalam menulis. Masalah lain yang muncul siswa akan berpersepsi negatif terhadap materi menulis, karena metode dan media yang digunakan terkesan membosankan dan membingungkan. Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain, hal

ini bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataannya.

(14)

untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi dengan Penggunaan Metode Field Trip Pada Siswa Kelas IX di SMP Dwiguna Depok”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah yang timbul adalah sebagai berikut:

1. Kendala yang dihadapi siswa dalam meningkatkan kemampuan menulis

paragraf narasi.

2. Penerapan metode field trip dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis paragraf narasi.

3. Penggunaan metode field trip dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.

C. Rumusan Masalah dan Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan masalah yang timbul adalah:

1. Bagaimana upaya peningkatan kemampuan menulis paragraf narasi siswa kelas IX di SMP Dwiguna Depok?

2. Apakah penggunaan metode field trip dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa?

3. Apakah penerapan metode field trip dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi siswa kelas IX di SMP Dwiguna Depok? Hipotesis penelitian ini diharapkan dengan digunakannya metode field trip

kegiatan menulis paragraf narasi dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis

(15)

4

D. Pembatasan Masalah

Sedangkan pembatasan masalah penulis membatasi pada penggunaan metode field trip dalam pembelajaran menulis paragraf narasi. Namun mengingat keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya, dan kemampuan akademik, masalah yang diangkat dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan kemampuan menulis paragraf narasi dengan menggunakan metode field trip pada siswa kelas IX di SMP Dwiguna Depok.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis paragraf narasi siswa.

2. Untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf narasi siswa. 3. Untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai: a. Untuk Guru

Untuk menambah khasanah keilmuan teori-teori menulis narasi di SMP Dwiguna Depok.

b. Untuk Siswa

Memberikan sumbangan wawasan dan pengetahuan mengenai pembelajaran menulis paragraf narasi.

c. Untuk Peneliti

Mengaplikasikan teori yang diperoleh

2. Manfaat praktis a. Untuk siswa

1). Sebagai sumber belajar bagi siswa yang menaruh perhatian pada kajian tentang penulisan terutama penulisan paragraf narasi.

(16)

4). Meningkatkan kemampuan menulis narasi bagi siswa. b. Untuk guru

1). Sebagai panduan bagi guru dalam mengajar bahasa Indonesia khususnya dalam pelajaran menulis narasi.

2). Menjadi acuan bagi guru untuk membuat pembelajaran menulis narasi lebih kreatif dan inovatif

3). Sebagai bahan pengayaan bagi guru-guru yang mengajar bahasa Indonesia dalam mengajarkan topik paragraf

4). Membantu guru memperbaiki pembelajaran menulis paragraf narasi.

c. Untuk peneliti

1). Mengaplikasikan teori yang diperoleh

(17)

6

BAB II

ACUAN TEORETIS

A. Hakikat Menulis 1. Pengertian menulis

Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.1

Menulis merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap orang yang terlibat dalam kegiatan sosial, ekonomi, pendidikan, teknologi, dan lain-lain. Hal ini disebabkan semua aktivitas komunikasi saat ini tidak dapat melepaskan diri dari pemanfaatan sarana tulis. Dengan menulis seseorang dapat menceritakan ide, perasaan, peristiwa, dan benda kepada orang lain, oleh karena itu, kemampuan ini perlu diajarkan di sekolah dasar tepat. Selain itu menulis juga merupakan salah

satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Dengan menulis dapat melatih kita untuk berpikir kritis dan logis, serta dapat mengungkapkan perasaan ide, gagasan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa.2

1

Kusnadi dan Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 14.

2

(18)

Kemampuan menulis memang harus terus-menerus dibina, karena kegiatan menulis menyangkut upaya perekaman ilmu pengetahuan. Akan sulit sekali penyebaran ilmu pengetahuan tanpa adanya sarana tulis ini.3

Menurut Nurgiantoro dalam bukunya yang berjudul ”Kajian Prosa Fiksi”

mengungkapkan bahwa menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Batasan yang dibuat Nurgiantoro sangat sederhana, menurutnya menulis hanya sekedar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam bahasa tulis, lepas dari mudah tidaknya tulisan tersebut dipahami oleh pembaca. Pendapat

senada disampaikan oleh Semi menyatakan menulis sebagai tindakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam bahasa tulis dengan menggunakan lambang-lambang atau grafem.

Sedikit berbeda dari kedua pakar di atas, Gie menambahkan bahwa menulis diistilahkan mengarang yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Dengan mencermati pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis tidak hanya mengungkapkan gagasan melalui media bahasa tulis saja tetapi juga meramu tulisan tersebut agar dapat dipahami oleh pembaca.4

Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa setidaknya ada tiga

hal yang ada dalam aktivitas menulis yaitu adanya ide atau gagasan yang

melandasi seseorang untuk menulis, adanya media berupa bahasa tulis, dan

adanya tujuan menjadikan pembaca memahami pesan atau informasi yang

disampaikan oleh penulis.

Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang komplek karena penulis dituntut dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis. Di balik kerumitanya, menulis mengandung banyak manfaat bagi pengembangan mental, intelektual, dan sosial seseorang. Menulis dapat meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian, serta merangsang kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

3

M. Atar Semi, Menulis Efektif, (Padang: Angkasa Raya, 1990), h. 3. 4

(19)

8

Sayangnya, tidak banyak orang yang menyukai tulis-menulis karena mungkin merasa tidak berbakat, serta tidak tahu untuk apa dan bagaimana harus menulis, keadaan ini tentu saja tidak lepas dari lingkungan dan pengalaman belajar menulis di sekolah. Menulis sebagai aktivitas berbahasa tidak dapat dilepas dari kegiatan berbahasa lainnya. Apa yang diperoleh melalui menyimak, membaca, dan berbicara, akan memberikan masukan berharga untuk kegiatan menulis.

Akan tetapi pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat

komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena dapat memudahkan bagi para pelajar berpikir secara kritis serta memperdalam daya tanggap atau persepsi, terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi.5

Di samping itu tidak jarang kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual. Salah satunya dari tugas-tugas terpenting sang penulis sebagai penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang dimaksud adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara singkat, belajar menulis adalah belajar berfikir dalam atau dengan cara tertentu. Sebagaimana yang diungkapkan oleh D’Angelo dikutip dari bukunya Tarigan yang berjudul Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa yakni penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat. Situasi yang harus diperhatikan dan dimanfaatkan itu adalah:

a. Maksud dan tujuan sang penulis (perubahan yang diharapkannya akan terjadi pada diri pembaca).

b. Pembaca atau pemirsa (apakah pembaca itu orang tua, kenalan atau teman sang penulis)

c. Waktu dan kesempatan (keadaan-keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu, tempat, masalah yang

5

(20)

memerlukan pemecahan, pertanyaan yang menuntut jawaban, dan sebagainya).6

2. Jenis-jenis tulisan

Menurut Semi terdapat empat bentuk pengembangan tulisan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Sementara itu, Keraf membagi karangan atau wacana menjadi lima jenis berdasarkan tujuan umum yang tersirat dibalik wacana tersebut, yaitu eksposisi, argumentasi, persuasi, deskripsi, dan narasi.

a. Narasi

Narasi merupakan bentuk tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan karangan dan tulisan yang bersifat sejarah sesuatu berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah. Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaman yang direka-reka atau dikhayalkan oleh pengarangnya saja yang berbentuk fakta contohnya biografi, autobiografi, kisah-kisah sejati, sedangkan yang berbentuk fiksi antara lain novel, cerpen, cerbung.

b. Deskripsi

Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindera seperti

penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Deskripsi memberikan suatu gambaran tentang suatu peristiwa atau kejadian dan masalah.

Untuk menulis suatu deskripsi yang baik seseorang pengarang harus dekat kepada objek dan masalah dengan semua pancaindera.

c. Eksposisi

Eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu. Dalam hal wacana eksposisi, yang dipaparkan itu adalah buah pikiran atau ide, perasaan atau pendapat penulisnya untuk diketahui orang lain. Oleh karena itu, terlebih dahulu haruslah ada suatu hal, suatu buah pikiran, atau suatu isi hati, atau suatu pendapat yang akan kita ungkapkan.

6

(21)

10

d. Argumentasi

Argumentasi merupakan satu bentuk karangan eksposisi yang khusus. Pengarang argumentasi berusaha untuk meyakinkan atau membujuk pembaca atau pendengar untuk percaya dan menerima apa yang dikatakan, dalam hal ini selalu membutuhkan pembuktian dengan objektif dan menyakinkan. Pengarang dapat mengajukan argumennya berdasarkan 1) contoh-contoh, 2) analogi, 3) akibat ke sebab, 4) sebab-akibat dan 5) pola-pola deduktif. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dan dalam dunia ilmu

pengetahuan, argumentasi itu tidak lain dari pada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.

e. Persuasi

Persuasi merupakan bentuk tulisan ynag menyimpang dari argumentasi. Hal ini disebabkan dalam persuasi terdapat usaha untuk membujuk dan menyakinkan pembaca didasarkan pada kelogisan pembuktian fakta-fakta yang disajikan.

B. Pengertian Paragraf

Ketika membaca sebuah tulisan (artikel, makalah, atau buku), kita melihat kenyataan bahwa tulisan-tulisan itu terbagi dalam kelompok-kelompok kalimat. Tiap kelompok kalimat itu ditandai dengan baris baru yang ditulis agak menjorok ke dalam sekitar empat atau lima karakter. Bila kita amati lebih teliti, ternyata kalimat-kalimat yang tergabung dalam sebuah kelompok itu saling berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran yang sejalan dengan buah pikiran seluruh tulisan. Kelompok kalimat seperti itu dinamakan paragraf.7

Istilah paragraf, alinea ataupun “paragraph’ sudah sering kita dengar bahkan pernah digunakan baik dalam percakapan maupun dalam praktik. Dalam rapat, diskusi, ataupun seminar, misalnya, peserta sering berkata, “… pada paragraf pertama baris kelima. …” Para guru pun sering berkata, “Anak-anak

7

(22)

perhatikan paragraf kesekian…’ Apalagi mereka yang sering menulis baik menulis surat, kertas kerja, laporan, dan skripsi pastilah mereka itu menggunakan pengertian paragraf dalam tulisannya tersebut.

Namun, bila ditanyakan apa yang disebut dengan paragraf, maka jawabannya akan bervariasi. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, karangan Purwadarminta (almarhum) tertera penjelasan bahawa alinea sering diartikan sama dengan baris baru atau ganti baris. Pengertian lain, tetapi sedikit ada persamaan dengan penjelasan Purwadaminta, diberikan oleh Weaver yang dikutip

dari buku ”Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya” sebagai berikut: “…paragraph means something written beside”. Wojowasito mengartikan “paragraf” sebagai “membagi dalam pasal demi pasal”. Pengertian yang lebih jelas diberikan oleh Barnett sebagai berikut: “A paragraph is a group

of closely related sentences arranged in a way that permits a central idea to be defined, developed, and clarifed”.

Bila ditelaah pengertian paragraf seperti yang tercantum pada keempat sumber tersebut di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan. Paragraf berisi “sesuatu’ dan penulisan paragraf selalu dimulai dengan garis baru yang dimajukan ke depan atau “Indentation’. Kesimpulan ini berdasarkan sumber pertama dan kedua. Dari pengertian sumber ketiga tersirat pengertian bahwa ada semacam usaha untuk mengubah pengertian yang abstrak menjadi pengertian yang lebih kongkret. Sayangnya usaha tersebut tidak dijabarkan sampai tuntas. Tetapi bila ide tersebut digabungkan dengan uraian maka gambaran yang tersirat dari sumber ketiga semakin jelas yakni paragraf merupakan wadah terkecil yang menampung sebagian dari pengertian yang kongkret. Dari definisi Barnett dapat disimpulkan bahawa paragraf merupakan seperangkat kalimat berkaitan erat satu sama lainnya. Kalimat-kalimat tersebut disusun menurut aturan tertentu sehingga

makna yang dikandungnya dapat dibatasi, dikembangkan dan diperjelas.8

Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering kita

8

(23)

12

temukan bahwa suatu paragraf berisi lebih dari lima buah kalimat. Walaupun paragraf itu mengandung beberapa kalimat, tidak satu pun dari kalimat-kalimat itu memperkatakan soal lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu.

Paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf:

a). Kesatuan paragraf

Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu,

kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. kalau ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak padu, tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf.

b). Kepaduan paragraf

Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyususnan kalimat secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antar kalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam susunan kaliamat-kalimat dalam paragraf itu, dalam paragraf itu tidak ada kalimat-kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan.9

1. Ciri-ciri dan fungsi paragraf

Dalam karangan yang panjang, paragraf mempunyai ciri-ciri dan fungsi yang penting. Dengan paragraf itu pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh, runtun, lengkap menyatu dan sempurna sehingga bermakna dan dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan penulisnya. Lebih jauh dari pada itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah karangan sehingga menjadi lebih hidup, dinamis, dan energik sehingga pembaca menjadi penuh semangat.

Artinya, paragraf mempunyai ciri-ciri dan fungsi strategis dalam menjembati gagasan penulis dan pembacanya.

Di bawah ini merupakan ciri-ciri dan fungsi paragraf yakni:

9

(24)

a. Ciri-ciri paragraf

1. Kalimat pertama berketuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya: makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Karangan berbentuk lurus dan tidak berketuk (block syle) ditandai dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak dari jarak antar baris lainnya.

2. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik

3. Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik.

4. Paragraf menggunakan pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas, kalimat ini berisi tentang detail-detail kalimat topik. Paragraf bukan kumpulan kaliamt-kalimat topik. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas.

b. Fungsi paragraf

Sesuatu yang bersifat abstrak lebih sukar dipahami dibandingkan dengan sesuatu yang lebih kecil dan kongkret. Pemahaman pada dasarnya ialah memahami bagian-bagian kecil serta hubungan antar bagian-bagian itu dalam rangka keseluruhan. Karangan pun dapat dikatagorikan sebagai suatu yang abstrak. Maka untuk memahaminya karangan itu perlu dipecah-pecahkan jadi bagian-bagian kecil yang dikenal dengan istilah paragraf. Memahami isi paragraf jauh lebih mudah daripada memahami isi buku sekaligus.

Melalui penjelasan di atas tersirat beberapa fungsi paragraf yakni

1. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.

2. Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pemikiran

3. Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembaca.

4. Memudahkan pengembangan topik kedalam satuan, satuan unit pikiran yang lebih kecil.10

10

(25)

14

2. Pengertian pragraf narasi

Narasi berasal dari narratian yang artinya bercerita. Pengertian narasi atau naratif itu sendiri adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan kejadian (kronologis), dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu11.

Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaan, yang direka-reka atau dikhayalkan oleh pengarangnya saja. Yang berisi fakta adalah biografi (riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri), kisah-kisah sejati seperti “pengalaman yang tidak terlupakan”, “kisah sejati’ dan lainnya yang banyak ditemukan di dalam media massa. Namun agaknya yang paling banyak peminatnya adalah yang fiksi atau rekaan. Inilah yang kita namakan novel, cerita pendek, serta cerita bersambung dan cerita bergambar yang juga sangat banyak kita temukan di media massa.12

Dari segi sifatnya karangan narasi dapat dibedakan atas dua macam: a. Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa. Sebuah narasi mengenai berlangsungnya suatu pemogokan buruh di

suatu perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji, suatu narasi yang ditampilkan oleh seorang penuntut umum di depan pengadilan mengenai bagaimana

berlangsungnya suatu pembunuhan semuanya berusaha menyampaikan informasi kepada para pembaca atau pendengar mengenai kejadian itu, supaya mereka pun tahu menganai peristiwa itu secara tepat.

Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk

11

Alfin Jauharoti, dkk., Bahasa Indonesia I, (Learning Assistance program for Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008), h. 11—19.

12

(26)

menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak peduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan.

Narasi ekpositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara berluang-ulang, maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Misalnya suatu wacana naratif yang menceritakan bagaimana seorang menyiapkan nasi goreng, bagaimana membuat roti, bagaimana

membangun sebuah kapal dengan menggunakan bahan fero-semen, dan sebagainya. Semua narasi seperti disebutkan itu adalah narasi yang bersifat generalisasi.

b. Narasi Sugestif

Seperti halnya dengan narasi ekspositoris, narasi sugestif juga pertama-tama bertalian dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tetapi tujuan atau sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah makna peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi).

Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah sesuatu yang tersurat mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah sesuatu yang tersirat. Semua obyek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu ke

waktu. Makna yang baru akan jelas dipahami sesudah narasi itu seusai dibaca, karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu.

(27)

16

tertentu untuk menghadapi peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatkan para pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan simpati atau antipati mereka kepada kejadian itu sendiri. Inilah makna yang dikatakan tadi, makna yang tersirat dalam seluruh rangkaian kejadian itu.13

3. Tujuan dan prinsip-prinsip menulis narasi

Tujuan menulis secara fundamental ada dua, yaitu (1) hendak memberikan informasi atau memberi wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan (2) hendak memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Sebagai sebuah karangan, narasi dikembanglan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur (plot), penokohan, latar, titik pandang, pemilihan detail peristiwa. Detail-detail dalam narasi disusun dalam sekuensi ruang dan waktu yang menyarankan adanya bagian awal, tengah, dan akhir cerita. Jika cerita menyangkut latar tempat, maka pengisahan mengalami pergantian dari suatu tempat ke tempat lain. Jika cerita menyangkut latar waktu, pengisahan mengalami pergantian dari waktu ke waktu lain. Jika cerita menyangkut perbuatan, tokoh pengisahan mengalami gerakan dari suatu adegan ke adegan berikutnya.14

C. Hakikat Metode Pembelajaran

Metode secara harfiah berarti “cara”. Secara umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pendapat lain juga dijelaskan bahwa metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilisator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan.15 Metode memiliki peranan yang sangat strategis dalam mengajar. Metode berperan sebagai rambu-rambu atau “bagaimana memproses” pembelajaran sehingga dapat berjalan baik dan sistematis. Bahkan dapat dikatakan proses pembelajaran tidak berlangsung tanpa suatu metode. Karena itu, semua guru dituntut menguasai berbagai metode dalam

13

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 136-138.

14

Kusnadi dan Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2006), hh. 36—37.

15

(28)

rangka memproses pembelajaran efisien, efektif, menyenangkan dan tercapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan.

Sama halnya dengan Metodologi, metodologi adalah tata cara memudahkan sehingga dalam proses belajar-mengajar perlu dicapai dan dikembangkan oleh guru. Oleh karena itu, dalam belajar bahasa perlu dikembangkan metodologi pengajaran bahasa secara cermat sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi siswa. Metodologi dalam pengajaran bahasa mengacu pada prosedur dan aktivitas yang akan digunakan untuk mengajarkan

silabus agar memudahkan dalam mengajar bahasa. Seorang guru selalu berusaha menggunakan metode mengajar yang paling efektif dan memakai alat atau media yang terbaik. Pelaksanaan pembelajaran bahasa sangat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pendekatan sangat berpengaruh terhadap penentuan tujuan pembelajaran, metode, teknik apa yang digunakan. Istilah pendekatan, metode, dan teknik sering dipakai secara tumpang- tindih. Metode pembelajaran tidak ada yang sempurna. Setiap metode selalu memiliki kekurangan dan kelebihan. Meskipun selalu banyak dilakukan penelitian dan eksperimen yang diadakan mengenai metode-metode mana yang paling efektif, tetapi masih tetap sulit untuk membuktikan secara ilmiah metode mana yang paling baik. Kadang-kadang dalam proses belajar siswa perlu diajak keluar sekolah, untuk meninjau tempat-tempat atau objek yang lain. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis narasi adalah field trip.

Metode ini dilakukan karena melihat kondisi siswa dalam menerima materi menulis belum sesuai dengan harapan. Selain itu, peneliti beranggapan metode pengajaran dan pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan metode ceramah dan media contoh-contoh belum mengalami perubahan terhadap hasil pekerjaan siswa dalam menulis. Masalah lain yang muncul siswa akan berpersepsi

(29)

18

tertentu atau objek yang lain. Hal ini bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya.16

1. Pengertian metode field trip

Field trip dapat diartikan sebagai kunjungan atau karyawisata. Menurut Roestiyah (2001: 85) field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan. Karena itu dikatakan teknik

field trip yaitu cara mengajar yang dilakukan dengan mengajak siswa ke suatu

tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sagala field trip adalah pesiar yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.17 Dengan field trip sebagai metode belajar mengajar, anak didik di bawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar. Adapun tujuan teknik ini adalah dengan melaksanakan field trip diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanggung jawab. Mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran.

Dalam hal ini unsur belajar sangat ditonjolkan di samping sifat rekreasi itu sendiri tetap diperhatikan. Hal ini harus dibedakan dengan apa yang sering disebut dengan tamasya yang semata-mata hanya mencari kesenangan, bukan mencari pengetahuan18.

Dengan panggunakan metode ini, siswa lebih banyak mengetahui bukti-bukti nyata dari apa yang ia lihat langsung. Selain itu, dengan melaksanakan

karaya wisata ini diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang ia rasakan dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang dan

16

Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 105.

17

Roestiyah, dkk., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarata: Bina Aksara, 1985), h. 85. 18

(30)

juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.

Alangkah baiknya sebelum kita berkaryawisata kita menentukan tempat-tempat yang baik untuk dijadikan objek karya wisata, karena biasanya karyawisata dilakukan dalam rangka mempelajari sesuatu bagian pelajaran. Sebenarnya satu kali karyawisata bisa digunakan untuk bermacam-macam pelajaran. Satu objek karyawisata yang sama pun bisa dijadikan tujuan yang berbeda-beda dari

bermacam-macam mata pelajaran. Sebelum menentukan tempat yang dijadikan objek karyawisata kita menelaah, dahulu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai. Selanjutnya dipertimbangkan apakah karyawisata ketempat tujuan itu dapat tercapai dengan efektif. Jika setelah dipertimbangkan bahwa objek karyawisata itu menemui tujuan yang diharapkan tercapai barulah kita menentukan tempat itu akan dijadikan objek karyawisata.

2. Langkah-langkah untuk mengadakan karyawisata yang efektif.

a. Perumusan tujuan-tujuan yang tegas yang hendak dicapai dengan menggunakan metode karyawisata, alasan mengapa menggunakan metode karyawisata. Misalnya ada masalah atau pertanyaan-pertanyaan yang bisa dipecahkan atau dijawab, jika mengadakan karyawisata.

b. Jika karyawisata itu ke pabrik, ke kantor atau ke musium seharusnya diadakan hubungan terlebih dahulu dengan pimpinan objek karyawisata itu dalam menentukan waktu berkunjung dan persiapan-persiapan lain-lainnya.

c. Harus ada rencana kongkrit di dalam hal kendaraan, biaya, lamanya mengadakan karyawisata dan fasilitas-fasilitas lainnya.

d. Mengirim utusan terlebih dahulu ke objek karyawisata untuk menyiapkan beberapa hal yang diperlukan.

e. Disusun suatu tata tertib untuk menjaga keamanan.

(31)

20

g. Tentukanlah terlebih dahulu tugas-tugas yang harus dilakukan sewaktu dan sesudah karyawisata oleh perseorangan atau kelompok dalam bidang studi.

h. Setelah selesai karyawisata perlu diadakan suatu diskusi (analisa) mengenai pengalaman-pengalaman hasil karyawisata.

i. Langkah selanjutnya sebagai pengalaman hasil karyawisata perlu kegiatan-kegiatan lain sebagai usaha follow-up misalnya membuat laporan umum, membuat booklet atau karangan-karangan.

Biasanya karyawisata dilakukan dalam rangka mempelajari sesuatu bagian mata pelajaran. Sebenarnya satu kali karyawisata bisa digunakan untuk macam-macam pelajaran. Satu obyek karyawisata yang sama pun bisa dijadikan tujuan yang berbeda-beda dari bermacam-macam mata pelajaran.

Sebelum menentukan tempat yang akan dijadikan objek karyawisata kita menelaah, dahulu tujuan-tujuan yang diharapakan tercapai. Selanjutnya dipertimbangkan apakah karyawisata ke tempat tujuan itu dapat tercapai dengan efektif. Jika setelah dipertimbangkan tercapai berulah kita menentukan tempat itu akan dijadikan objek karyawisata.19

3. Kebaikan dan keunggulan metode field trip

Metode field trip mempunyai beberapa kebaikan, antara lain ialah, 1) anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beragam dari dekat, 2) anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan, 3) anak didik dapat menjawab masalah- masalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba, atau membuktikan secara langsung, 4) anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang diberikan on the sport dan, 5) mengembangkan, menanamkan, serta memupuk rasa cinta pada alam sekitar dan tanah air, 6) guru mendapatkan kesempatan baik untuk memadukan beberapa dibidang studi, 7) memupuk kebiasaan untuk mengamati secara teliti, 8) anak didik dapat mempelajari sesuatu secara internal dan komprehensif.20

19

Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: Rajawali, 1984), hh. 61-62.

20

(32)

Adapun menurut Roestiyah keunggulan metode field trip antar lain sebagai berikut:

a. Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan petugas pada objek karyawisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana yang tidak mugkin diperoleh di sekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau keterampilan mereka

b. Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu

maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka.

c. Dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencoba teorinya ke dalam praktek.

d. Dengan objek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

Siti Zulaikhoh (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Metode

Field Trip Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi Pada Siswa Kelas X-I SMA Negri I ngemplak” Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan metode field trip dapat meningkatkan pembelajaran menulis. Hal ini ditandai dengan persentase keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis narasi yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang aktif sebesar 60%

(33)

22

Sri Wasito dalam skripsinya yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Karangan Deskripsi Melalui Metode field trip Pada Siswa kelas V SD Negri II Wonoboyo” Dari hasil penelitian tentang Meningkatkan Keterampilan Karangan Deskripsi Melalui Metode field trip pada siswa kelas V SD, dapat disumpulkan bahwa: terdapat peningkatan kualitas pembelajaran baik proses maupun hasil ketrampilan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri II Wonoboyo. Peningkatan ini terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan ketrampilan menulis yaitu dengan menggunakan metode field trip.

Hal tersebut dilihat dari hasil sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran: Adanya peningkatan minat siswa untuk mengarang narasi dan menulis secara umumnya. Siswa lebih antusias menjawab pertanyaan guru dan aktif meminta penjelasan guru apabila belum jelas selama pembelajaran berlangsung.

2. Hasil pembelajaran: Adanya peningkatan kualitas tulisan dengan peningkatan penguasaan aspek-aspek menulis seperti kosakata, ejaan, tata kalimat, dan kelogisan berfikir.

E. Pengajuan Konseptual Tindakan

Berhasil tidaknya proses belajar mengajar di sekolah senantiasa dipengaruhi oleh berbagai unsur pendidikan salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan pada proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar guru harus pandai memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga begitu diharapkan siswa dapat menerima dan memahami materi yang dipelajarinya dengan baik. Salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu metode pembelajaran field trip. Pada metode ini siswa

(34)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan SMP Dwiguna Depok, adapun waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan, yaitu Oktober dan November. Dalam dua bulan inilah penulis berupaya menggunakan waktu seefektif mungkin untuk melakukan penelitian.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian, yang dengan sendirinya mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu

Action Research, sesuai dengan arti katanya, diterjemahkan menjadi penelitian

tindakan; yang oleh Carr dan Kemmis (McNiff, 1991, p.2) didefinisikan sebagai berikut:

Action research is a from of self-reflective enquiry undertaken by participants (teacher, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the retionality and justice of (1) their own social or educational practices, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (and institutions) in which the practices are carried out.

Jika kita cermati pengertian tersebut secara seksama, kita akan menemukan sejumlah ide pokok sebagai berikut.

(35)

24

2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.

3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan

4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki: dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktek tersebut, serta situasi atau lembaga tempat praktek tersebut dilaksanakan.1

Dari keempat ide pokok tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.

Penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. PTK memiliki ciri khusus yang membedakan dengan jenis penelitian lain. Berkaitan dengan ciri khusus tersebut, Suharsimi Arikunto, menjelaskan ada beberapa karakteristik PTK tersebut, antara lain: (1) adanya tindakan yang nyata yang dilakukan dalam situasi yang alami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah, (2) menambah wawasan keilmiahan dan

keilmuan, (3) sumber permasalahan berasal dari masalah yang dialami guru dalam pembelajaran, (4) permasalahan yang diangkat bersifat sederhana, nyata, jelas, dan penting, (5) adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti, (6) ada tujuan penting dalam pelaksanaan PTK, yaitu meningkatkan profesionalisme guru, ada keputusan kelompok, bertujuan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan. Prinsip utama dalam PTK adalah adanya pemberian tindakan yang diaplikasikan dalam siklus-siklus yang berkelanjutan. Siklus yang berkelanjutan tersebut digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis. Dalam siklus tersebut, penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planing). Tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis. PTK merupakan penelitian yang bersiklus. Artinya, penelitian ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai. Secara jelas, langkah-langkah tersebut digambarkan sebagai berikut:2

1Igak wardhani kuswaya wihardit, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. 7, h. 1.3-1.4.

2

(36)

Siklus I

Siklus II

Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Suharsimi Arikunto, dkk., 2007: 74)

Dilanjutkan ke Siklus berikutnya Apabila

masalah belum terselesaikan

Refleksi II

Pengamatan pengumpulan data II

Permasalahan nn

Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Permasalahan Baru hasil refleksi

Pengamatan/ Pengumpulan data I

Refleksi I

Perencanaan Tindakan II

(37)

26

2. Desain intervensi tindakan/rancangan siklus pretes penelitian

Gambaran tentang langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tindakan penelitian siklus I (pretes)

a. Menyusun rancangan tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti dan guru menyusun:

1.Perangkat pembelajaran, berupa penentuan kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut:

a. Guru membuka pelajaran.

b. Guru memberikan apersepsi mengenai pengetahuan siswa terhadap macam-macam paragraf untuk mengetahui pengetahuan mereka. c. Guru memberikan materi tentang tulisan narasi.

d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sedang diajarkan.

e. Guru bersama dengan siswa melakukan field trip ke suatu tempat yang telah ditentukan.

f. Guru membagikan lembar kerja dan menugaskan siswa untuk menulis narasi berdasarkan hasil observasi.

b. Tahap pelaksanaan

Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah direncanakan. Pada siklus I (pretes), direncanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 45 menit, begitu juga dengan siklus I ([postes). Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap observasi.

c. Tahap observasi

Tahap ini dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasi

(38)

siswa dalam pembelajaran. Dalam kegiatan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang melakukan pengamatan dari bangku paling belakang melalui pedoman observasi yang telah dibuat. Sesekali, peneliti berada di depan kelas untuk mengambil gambar sebagai dokumentasi. Setelah itu, peneliti berdiskusi dengan guru mengenai hasil akhir tindakan serta menyusun rancangan tindakan berikutnya.

d. Tahap analisis dan refleksi

Pada tahap ini, dilakukan analisis hasil observasi dan interpretasi

sehingga diperoleh kesimpulan hal-hal yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan yang telah memenuhi target. Analisis dilakukan dengan meninjau kembali hasil observasi dan interpretasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Selanjutnya, dilakukan refleksi untuk mengetahui beberapa kekurangan yang muncul dalam pelaksanaan tindakan tersebut. Setelah itu, guru dan peneliti berdiskusi untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi kekurangan yang muncul sekaligus sebagai langkah perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

3. Desain intervensi tindakan/rancangan siklus postes penelitian

Siklus I (postes) dilakukan dengan tahapan-tahapan seperti pada siklus I (pretes), yaitu tahap pelaksanaan, observasi, serta analisis dan refleksi. Akan tetapi, didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus I pretes (refleksi) sehingga kekurangan yang terjadi pada siklus I (pretes) tidak terjadi pada siklus I (postes).

a. Tahap penyusunan laporan

Tahap ini dilaksanakan setelah penelitian selesai dilakukan. Peneliti menyusun laporan mengenai keberhasilan metode field trip dalam

(39)

28

C. Objek dan Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi Objek penelitian ini adalah proses belajar mengajar,

khususnya pembelajaran menulis narasi yang terjadi di kelas IX. Subjek penelitian

ini adalah siswa kelas IX SMP Dwiguna Depok.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai observer pada kegiatan

belajar mengajara paragraf narasi dengan menggunakan metode field trip di kelas

IX SMP Dwiguna Depok. Pada saat pembelajaran berlangsung kegiatan observasi

akan dilaksanakan oleh dua orang observer untuk membantu terlaksananya

observasi tes perbuatan/kinerja siswa kelas IX SMP Dwiguna Depok.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan intervensi tindakan dilakukan pada setiap siklus yaitu: Tabel 3.1

Tahapan intervensi tindakan

Tahap Kegiatan

Perencanaan - Observasi ke kepala sekolah - Mengurus surat izin penelitian - Membuat rencana pembelajaran - Membuat instrumen penelitian - Membuat uji coba instrumen

- Menyiapkan perlengkapan penelitian

Pelaksanaan -Melakukan kegiatan pembelajaran dengan diawali pemberitahuan Pretes

- Menyampaikan tujuan pembelajaran khusus

- Melaksanakan langkah pembelajaran dengan metode field trip

(40)

berlangsung. Aspek-aspek yang dievaluasi adalah ide atau gagasan siswa, kegiatan belajar diakhiri pemberian postes

Refleksi - Hasil evaluasi dijadikan dasar tahap refleksi dalam rangka perbaikan, pelaksanaan tindakan selanjutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan

1. Siswa mampu memahami tentang menulis paragraf narasi.

2. Siswa mampu memahami tentang metode field trip.

3. Siswa dapat menerapkan metode field trip dalam pembelajaran menulis

paragraf narasi.

4. Siswa dapat menggunakan metode field trip dalam meningkatkan

kemampuan menulis paragraf narasi.

G. Data dan Sumber Data

1. Data hasil belajar kongnitif yaitu penguasaan konsep siswa dalam bentuk

objektif. Tes objektif akan dilakukan sebanyak dua kali setiap siklusnya

yaitu sebelum pelajaran berlangsung (pretes) dan setelah pembelajaran

berlangsung (postes). Hasil nilai pretes dan postes siswa akan diolah

menjadi nilai siswa.

2. Data hasil belajar psikomotorik yaitu kemampuan keterampilan proses

menulis yang dilakukan oleh siswa kelas IX SMP Dwiguna Depok. Untuk

mengetahui kemampuan keterampilan proses menulis dilakukan observasi

pada masing-masing siswa baik kegiatan observasi langsung maupun tak

langsung yang dinilai oleh observer. Kegiatan observasi dilakukan tiap

pertemuan.

3. Data untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap peningkatan

kemampuan menulis paragraf narasi dengan menggunakan metode field

trip berupa kuesioneir/pertanyaan yang menuntut jawaban sangat setuju,

setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Kuesioneir tersebut dijawab

(41)

30

H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan tersebut maka terlebih dahulu

dibuat instrument penelitian yang terdiri dari:

1. Soal tes

Tes ini diberikan setiap akhir siklus. Dimana soal tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian dengan indikator

soal-soal pemahaman guna mengukur kemampuan pemahaman menulis siswa.

Tabel 3.2 Instrumen Pretest

MENULIS PARAGRAF NARASI (PRETEST)

Petunjuk

1. Kerjakan soal berikut dengan sebaik-baiknya! 2. Jawaban ditulis pada lembar yang telah disediakan! 3. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar!

4. Waktu mengerjakan 35 menit!

Soal

1. Tulislah sebuah paragraf narasi dengan tema keindahan alam dengan memperhatikan

 Teknik penulisan (tanda baca)  Isi gagasan yang diungkapkan  Penggunaan bahasa

 Pemilihan kata  Penggunaan ejaan

(42)

Tabel 3.3 Instrumen Postest

MENULIS PARAGRAF NARASI (POSTEST)

Petunjuk

1. Kerjakan soal berikut dengan sebaik-baiknya! 2. Jawaban ditulis pada lembar yang telah disediakan! 3. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar! 4. Waktu mengerjakan 35 menit!

Soal

1. Tulislah sebuah paragraf narasi dengan tema lingkungan sekolah mengenai hasil observasi yang dilakukandengan memperhatikan

 Teknik penulisan (tanda baca)  Isi gagasan yang diungkapkan  Penggunaan bahasa

 Pemilihan kata  Penggunaan ejaan

(43)

32

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian 1 Teknik Penulisan

Skor Kriteria Penilaian

1-30 Tulisan ditata dengan baik.

1-25 Tulisan sudah ditata dengan baik, walaupun ada bagian yang sedikit kurang lengkap.

1-20 Kekurangan dalam penataan tulisan seimbang, dengan hal-hal yang

sudah baik.

1-10 Tulisan tidak ditata dengan baik, urutan isi kacau.

1 Isi Gagasan yang di ungkapkan

Skor Kriteria Penilaian

1-25 Isi gagasan yang diungkapkan menarik

1-20 Isi gagasan yang diungkapkan menarik , walaupun ada bagian yang sedikit kurang

1-15 Kurang menarik dalam mengungkapkan gagasan

1-10 Gagasan yang diungkapkan tidak menarik

1 Penggunaan Bahasa

Skor Kriteria Penilaian

1-20 Struktur bahasa yang digunakan tidak satupun yang salah.

1-15 Terdapat sedikit kesalahan struktur bahasa, tetapi mungkin karena kekeliruan penulisan.

1-10 Masih terdapat kesalahan struktur bahasa, baik karena pengaruh bahasa ibu, bahasa dialek, dan bahasa pergaulan

(44)

1 Pilihan Kata

Skor Kriteria Penilaian

1-15 Penggunaan kata-kata dan istilah tepat, serta bervariasi.

1-10 Penggunaan kata dan istilah tepat, namun tidak bervariasi.

1-5 Terdapat beberapa penggunaan kata atau istilah yang kurang tepat, tetapi tidak mengganggu pemahaman.

1 Penggunaan Ejaan

Skor Kriteria Penilaian

1-10 Tidak terdapat satu pun kesalahan ejaan (tanda baca dan penulisan kata).

1-7 Terdapat sejumlah kecil ejaan, tetapi tidak menggangu pemahaman. 1-5 Terdapat kesalahan dalam jumlah kecil, sehingga menggangu

pemahaman.

1-3 Banyak terdapat kesalahan ejaan yang mencerminkan ketidak tahuan maupun ketidakpedulian siswa.

2. Lembar observasi

Lembar observasi merupakan pengamatan tingkah laku pada suatu tertentu, observasi itu biasanya pada suatu sebenarnya atau observasi langsung atau observasi buatan atau observasi tidak langsung yang dapat dilakukan secara sistematika yaitu dengan menggunakan pedoman

observasi.

Tahapan ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga melakukan wawancara (angket) dengan para siswa mengenai poin-poin yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan data yang lengkap.

Observasi juga dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan

(45)

34

dan sesudah dilakukan tindakan. Observasi terhadap guru difokuskan pada

kemampuan guru dalam mengelola kelas serta merangsang keaktifan

siswa dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Sementara itu,

observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam

mengikuti pembelajaran menulis narasi melalui metode field trip, lembar

observasi ini dapat dilihat pada lampiran 1.

3. Angket

Angket (kuesioner) merupakan sejumlah pertanyaan tertentu yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Angket atau kuesioner juga merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan presepsinya, tabel angket ini dapat dilihat pada lampiran 2.

4.Catatan lapangan

Catatan lapangan untuk setiap tindakan dimaksudkan untuk mengungkap aktivitas siswa dan guru yang tidak diungkapkan dengan menggunakan lembar observasi dan format observasi ini dapat dilihat pada lampiran 3.

5. Instrumen Perlakuan

Instrument perlakuan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah pembelajaran menulis paragraf narasi dengan menggunakan metode

field trip. Pelaksanaan perlakuan dalam penelitian ini disusun dalam

(46)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN 1

Nama Sekolah : SMP Dwiguna Depok Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/ Semester : IX-A/ Ganjil

Hari/ Tanggal : Senin, 1 November 2010 Alokasi Waktu : 2 X 45 menit

A. Standar Kompetensi

Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskripsi, Eksposisi dan persuasi).

B. Kompetensi Dasar

Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf narasi.

C. Indikator

1. Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf narasi berdasarkan hasil pengamatan.

2. Menyusun kerangka paragraf narasi.

3. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf narasi.

D. Materi Pokok Paragraf narasi

Jenis karangan: deskripsi, narasi, eksposis ,argumentasi dan persuasi

Paragraf narasi secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi

(47)

36

Langkah menyusun narasi: Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan.

E. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM): 70 F. Sekenario Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan siswa Waktu Metode

Kegitan Guru Kegiatan siswa Waktu Metode

(48)

e. Guru menjelaskan

1. Lks Simpati Bahasa Indonesia untuk kelas IX 2. Buku paket bahasa Indonesia kelas IX

Gambar

Tabel 4.19
Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Suharsimi Arikunto, dkk., 2007: 74)
Tabel 3.1  Tahapan intervensi tindakan
Instrumen Tabel 3.2 Pretest
+6

Referensi

Dokumen terkait

Gus Dur tidak memcampur adukkan keimanan antar pemeluk agama, karna selain bertentangan dengan dogma ajaran agama Islam hal itu tentunya pasti di tolak oleh semua agama

Based on the important role of the green open space and due to the presence of UHI in urban areas, the objective of this research is to study the potency of green open

Faktor dari luar yang lebih dominan mempengaruhi hasil belajar adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran

Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)..

Setelah hasil analisis penelitian, selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tabel yang menggambarkan ada pengaruh model pembelajaran

Pariwisata di kawasan wisata alam Pangjugjugan mengandalkan suasan alam yang masih asri dengan pepohonan yang rindang serta pemandangan Gunung Kareumbi sebagai

Mardiyati et al (2015), menyatakan bahwa keputusan investasi yang diukur dengan capital expenditure to book valueof asset, ukuran perusahaan, dan profitabilitas secara

Namun bagaimanapun pesatnya asuransi syariah perlu dilakukan sosialisasi khususnya dikalangan masyarakat bawah yang berada didaerah daerah untuk lebih mengetahui secara jelas