• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Kartu Diskon Dalam Transaksi Jual Beli Menurut Persepektif Fikih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Kartu Diskon Dalam Transaksi Jual Beli Menurut Persepektif Fikih"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh:

M.SYA'BAN EVENDI NIM 11100043100014

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIKIH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iii Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan kebutuhan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 April 2015 M

3 Jumaditsaniah 1436 H

(5)

iii

M.Sya'ban Evendi,NIM: 1110043100014, Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli Menurut Perspektif Fikih, Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fikih, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436/2015.

Skiripsi ini merupakan upaya untuk menjelaskan mengenai permasalahan ketika sebagian masyarakat melakukan transaksi jual beli dengan menggunakan kartu diskon. Alasannya,agar mendapatkan potongan harga dari produk barang atau jasa yang tertentu. Hal ini tidak berlaku untuk yang tidak memiliki kartu diskon tersebut. Dimana pengguna kartu diskon di wajibkan membayar sejumlah uang untuk pendaftaran selama setahun, dan membayar juga untuk perpanjangan masa aktif kartu setiap tahunnya. Seperti halnya yang terjadi di diskonplus.com, dengan kartu diskon FlipFlop Card nya. Jual beli seharusnya sesuai dengan syarat dan rukunnya dan tidak melanggar dari prinsip-prinsip fiqh muamalat.

Tujuan dari penelitian ini supaya masyarakat mengetahui hukum penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli menurut perspektif fikih.. Karena bisa dibilang, ini merupakan masalah fikih muamalat kontemporer.

Jenis penelitian yaitu menggunakan Metode Pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyekpenelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak.Data pun dicari melalui studi kepustakaan (library research), sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun metodenya menggunakan metode induktif, yaitu pengambilan kesimpulan dan Metode deduktif, menarik fakta yang bersifat umum, untuk dijadikan fakta umum yang bersifat khusus.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa jual beli dengan menggunakan kartu diskon baik yang diberikan secara gratis atau yang berbayar adalah sah atau boleh. Karena tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip fikih muamalah.

(6)

iv

dan Hukum, Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fikih, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436/2015.

Skiripsi ini merupakan upaya untuk menjelaskan mengenai permasalahan ketika sebagian masyarakat melakukan transaksi jual beli dengan menggunakan kartu diskon. Alasannya,agar mendapatkan potongan harga dari produk barang atau jasa yang tertentu. Hal ini tidak berlaku untuk yang tidak memiliki kartu diskon tersebut. Dimana pengguna kartu diskon di wajibkan membayar sejumlah uang untuk pendaftaran selama setahun, dan membayar juga untuk perpanjangan masa aktif kartu setiap tahunnya. Seperti halnya yang terjadi di diskonplus.com, dengan kartu diskon FlipFlop Card nya. Jual beli seharusnya sesuai dengan syarat dan rukunnya dan tidak melanggar dari prinsip-prinsip fiqh muamalat.

Tujuan dari penelitian ini supaya masyarakat mengetahui hukum penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli menurut perspektif fikih.. Karena bisa dibilang, ini merupakan masalah fikih muamalat kontemporer.

Jenis penelitian yaitu menggunakan Metode Pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyekpenelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak.Data pun dicari melalui studi kepustakaan (library research), sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun metodenya menggunakan metode induktif, yaitu pengambilan kesimpulan dan Metode deduktif, menarik fakta yang bersifat umum, untuk dijadikan fakta umum yang bersifat khusus.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa jual beli dengan menggunakan kartu diskon baik yang diberikan secara gratis atau yang berbayar adalah sah atau boleh. Karena tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip fikih muamalah.

(7)

v

Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahNYA, ridho dan ‘inayahNYA kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang insyallah dengan keridhoaanNYA memberi manfaat kepada penulis khususnya dan bagi pembaca pada umunya. Amin

Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah sampaikan kepada junjungan alam, uswatun hasanan kita, Nabi besar Muhammad SAW, yang dengan wasilah ilmu-ilmunya lewat para pengikutnya, kemudian sampai kepada penulis, memberi peranan penting bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Tiada untaian kata yang pantas untuk disenandungkan, selain rasa syukur yang tiada terhingga yang menunjukan betapa Allah telah memberikan rasa kasih dan sayang-NYA kepada penulis dengan memberikan kekuatan fisik, psikis dan ilmu pengetahuan untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGGUNAAN KARTU DISKON DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MENURUT PERSPEKTIF FIKIH

(8)

vi

pemimpin yang memberikan teladan dan integritas yang lebih baik.

2. Dr. Khamami, MA selaku Ketua Program Studi PMH, yang telah memberikan pelayanan dan bantuan kepada penulis. Dan ibu Siti Hanna, MA selaku Sekretaris Prodi yang sudah membantu menyelesaikan penilaian penulis dari awal hingga akhir.

3. Ibu Prof.Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA yang telah membimbing, memberi ilmu, memotivasi penulis dengan penuh keihklasan selama melakukan penulisan skripsi sampai dapat diselesaikan dengan hasil yang memuaskan.

4. Dosen penguji yang telah menguji penulis dalam ujian skripsi ini, dan telah memberikan kritik maupun saran serta arahan masukannya untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan tenaga dan pikirannya, untuk mendidik penulis agar kelak menjadi manusia yag berguna dalam agama, duni dan akhirat. Semoga doa dan didikannya menjadi berkah dan dappat menuntun penulis untuk memasuki kehidupan yang lebih baik.

6. Ayahku yang senantiasa mensuport, membimbing, mendidik penulis dan beramat berjasa, arif mendidik, tiada hentinya mendoakan anaknya agar menjadi manusia yang shaleh yang berbakti kepada keduanya dan berguna bagi Bangsa dan Negara terlebih untuk Agama. ”Doaku selalu ada untukmu yah”. Serta Adikku Rani yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

(9)

vii

Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah menyediakan bahan-bahan yang menjadikan referensi dalam penulisan skripsi ini. 9. Kepada My big family yang telah memberi semangat, kepada penulis agar bisa

menyelesikan skripsi dengan baik .

10.Kepada sahabat PMF 2010, Irsyad, Rosyid, Anas, Umam, Iwan, Aan, Ade, Ayu, Nabilah, Nurcholis, Sigit dan sahabat PH 2010 Aidz, Wiwin, Rafika, Fani, Winda, Ilyas, Tedi, Laka, Muzi, Bambang, Ridwan, Sandi, Ade, Rianzani, Apri, Dayat, lusi, Rani, Sofa, Fajrin, Amel, Ipul, Anjo, Ucup, Fathin, serta teman-temanku semua yang menjadi guru, teman diskusi, seperjuangan dalam penulisan skripsi, semoga persahabatan ini selalu dalam RidhoNYA dan apa yang dicita-citakan akan tercapai. amin

11.Kepada sahabat semua anggota KKN BUMI

Akhirnya, kepada semua pihak yang membantu penulisan skripsi ini, penulis berdoa semoga Allah SWT, senantiasaa mencurahkan rahmat dan hidayahNYA, balasan dan karunianYA kepada kita semua. Amin. Harapan terakhir penulis agar skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Jakarta, 16 Maret 2015 M

25 Jumadil Awal 1436 H

(10)

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah... 8

D. PerumusanMasalah ... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

F. Review KajianTerdahulu ... 10

G. Metode Penelitian ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI A. Pengertian Jual Beli dalam Hukum Islam ... 17

B. Dasar Hukum Jual Beli ... 19

C. Rukun dan Syarat Jual Beli ... 22

(11)

ii

B. Praktek Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli ... 44

BAB IV PENGGUNAAN KARTU DISKON DALAM TRANSAKSI JUAL

BELI MENURUT PERSPEKTIF FIKIH

A. Hukum Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli Menurut Perspektif Fikih ... 50

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 59 B.Saran-Saran ... 60

(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendirian, ia harus hidup bermasyarakat, saling membutuhkan dan saling mempengaruhi.1 Oleh karena itu semenjak manusia pertama diciptakan di dunia ini, yaitu Nabi Adam A.S telah terjadi hubungan sesama mereka dengan saling melengkapi. Oleh karena itu, Allah Ta'ala menciptakan manusia berpasang-pasang, dan beraneka-ragam kemampuan mereka.2

Pada umumnya orang memerlukan benda yang ada pada orang lain (pemiliknya) dapat dimiliki dengan mudah, tetapi pemiliknya kadang-kadang tidak mau memberikannya. Adanya syariat jual beli menjadi wasilah (jalan) untuk mendapatkan keinginan tersebut, tanpa berbuat salah.3 Dalam melakukan aktivitas jual beli, seseorang tidak bisa bermuamalah secara sendirian, bila ia menjadi penjual, maka sudah jelas ia memerlukan pembeli, dan seterusnya.4

Dewasa ini, banyak sekali usaha-usaha di berbagai bidang, misalnya usaha dari industri bisnis tempat-tempat kuliner, industri bisnis fotografi, sampai industri bisnis jasa laundry kiloan. Usaha-usaha tersebut menyajikan banyak

1

Sohari Sahrani dan Ru'fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011) hlm. 31

2

Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW, (Jakarta : Darul Ilmi,2012) hlm 1-2

3

Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW, hlm.65

4

(13)

macam barang dan/atau jasa dengan segala kelebihannya masing-masing yang bertujuan untuk menarik perhatian konsumen dan kemudian konsumen tersebut memutuskan untuk membeli barang dan/ jasa tersebut demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Maraknya usaha-usaha bisnis dewasa ini, bukan berarti para pemilik usaha diperbolehkan untuk memikirkan kepuasan dan keselamatan konsumennya. Pada dasarnya kepuasan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya akan tercapai apabila konsumen tersebut memperoleh barang dan/ jasa yang dibutuhkannya itu, sesuai dengan selera dan tidak merugikan dirinya, baik dari segi ekonomi, kesehatan, kegunaan serta keselamatannya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan dengan menarik manfaat atau kegunaan suatu produk. Manfaat atau kegunaan suatu produk dilihat dari teori ekonomi adalah ditimbulkan dari kegunaan (utilities), karena bentuk kegunaan karena tempat, kegunaan karena waktu, dan kegunaan karena kepemilikan.5

Islam memandang kegiatan transaksi bisnis sebagai suatu aktivitas yang memiliki nilai ganda bagi kehidupan individu dan masyarakat dalam memenuhi hajat material dan spiritualnya. Melalui interaksi dan transaksi antara penjual dan pembeli yang kemudian apa yang dikenal dengan pasar, yaitu tempat di mana antara penjual dan pembeli bertemu dalam rangka melaksanakan aktivitas jual-beli, atau tempat dimana penjual menawarkan barang maupun jasa kepada

5

(14)

pembeli, mendapat apresiasi positif dalam Islam selama tidak dilakukan di luar konteks yang digariskan Islam.6

Perkembangan ekonomi khususnya di bidang perdagangan, telah membawa manfaat bagi para konsumen, yakni semakin banyaknya pilihan barang dan jasa yang ditawarkan, dengan aneka jenis yang berkualitas. Seiring dengan kemajuan teknik dan informasi yang semakin canggih serta pola distribusi yang modern dan meluas, konsumen dapat berinteraksi sampai ke pelosok tanah air.

Di era globalisasi dan perdagangan bebas ini, dengan dukungan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang mudah di dapat, maka semakin luas alur keluar dan masuknya barang dan jasa melintasi batas-batas negara. Hal ini mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan produk barang dan jasa7.

Kondisi demikian telah memberi banyak manfaat bagi para konsumen, namun di sisi lain konsumen menjadi objek aktivitas bisnis bagi para pelaku usaha yang mengharapkan keuntungan sebesar-besarnya baik para pelaku usaha yang mengharapkan keuntungan sebesar-besarnya baik melalui promosi, pemotongan harga, maupun penjualan yang sering merugikan para konsumen.

Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan konsumen sangat lemah karena tingkat kesadaran dan tingkat pendidikan konsumen relatif rendah, hal ini

6

Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW, hlm93.

7

(15)

diperburuk dengan anggapan sebagian pengusaha yang rela melakukan apapun demi produk mereka, tanpa memperhitungkan kerugian-kerugian yang dialami oleh konsumen, juga pemahaman mereka tentang asas-asas bisnis yang tidak benar, mereka beranggapan dalam berbisnis harus memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, ada juga yang beranggapan bahwa bisnis itu tidak mempunyai nurani dan memerlukan banyak biaya maka akan merugikan apabila dibebani oleh biaya-biaya sosial, dan sebagainya. Perhatian terhadap perlindungan konsumen sangat diperlukan mengingat setiap orang memiliki hak-hak sendiri, maka dalam keadaan apapun, konsumen tidak boleh dirugikan harus ada rasa kepercayaan , kenyamanan dan keadilan terhadap masing-masing pihak. Oleh karena itu diadakan pemberdayaan konsumen8

Dalam hal ini islam telah mengajarkan bahwa setiap perbuatan yang merugikan pihak lain itu dilarang, terutama dalam transaksi atau pemakaian barang/jasa. Sebagaimana tercantum dalam Al-qur'an surat An-Nisa' ayat 29



































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.9

8

Sri Neni Imaniati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam, .hlm 162

9

(16)

Para ulama mengatakan ْمكْنم ضارت ْنع (kalian saling ridha): Jual beli itu harus dilandasi dengan keikhlasan dan keridhoan. Artinya tidak boleh ada kedhaliman, penipuan, pemaksaan dan hal-hal lain yang merugikan kedua pihak. Oleh karena itu, pembeli berhak mengembalikan barang yang dibeli ketika mendapati barangnya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Tentang kejujuran, sejarah Islam telah mencatat banyak kisah tentang hal itu. Di antaranya, sebagaimana dikisahkah oleh Imam Ghazali, yang dinukil oleh Syaikh Yusuf Qordhawi dalam

bukunya “al- Iman wal-Hayah”, bahwa Yunus bin Ubaid berjualan pakaian

dengan harga yang beragam. Ada yang berharga 200 dirham dan ada juga 400 dirham. Ketika ia pergi untuk sholat, anak saudaranya menggantikan untuk menjaga kios. Pada saat itu datang seorang Arab Badui (kampung) membeli pakaian yang berharga 400 dirham. Oleh sang penjuan diberikan pakaian yang berharga 200 dirham. Pembeli merasa cocok dengan pakaian yang ditawarkan, maka dibayarlah dengan 400 dirham. Badui tersebut segera pergi dan menenteng pakaian yang baru ia beli. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Yunus bin Ubaid. Ia sangat paham bahwa pakaian yang di beli Badui tersebut adalah berasal dari

kiosnya. Maka ditanyakanlah, “Berapa harga pakaina ini?” “Empat ratus

dirham”. Yunus menjawab, “ Harganya tidak lebih dari dua ratus dirham, mari

kita kembali untuk kukembalikan kelebihan uangmu”. Badui tersebut menjawab

“Ditempat lain pakaian semacam ini harganya 500 dirham, dan saya sudah merasa

(17)

lebih berharga dari dunia seisinya” Sesampainya di kios, dikembalikannya sisi

uang pembelian tersebut sebanyak 200 dirham.10

Dalam ayat tersebut Allah SWT, telah mengisyaratkan bahwa transaksi ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia harus dengan yang baik dan benar, yaitu harus saling merelakan dan dengan cara cara-cara yang tidak dilarang oleh agama. Manusia sebagai agen perubahan sosial dalam Islam dalam melaksanakan aktivitas ekonomi harus dilandasi oleh kode etik dan nilai-nilai humanitas. Nilai-nilai tersebut sangat diperlukan sebagai penopang langkah dan pandangan manusia dalama rangka membangun sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia agar sejalan dengan misi dasarnya sebagai khalifah Allah.11Disyaratkan atas dasar suka sama suka dalam perdagangan untuk menunjukkan bahwa akad perdagangan tersebut bukan akad riba, karena riba bukan termasuk perdagangan, bahkan menyelisihi maksudnya, dan bahwa kedua belah pihak harus suka sama suka dan melakukannya atas dasar pilihan bukan paksaan. Oleh karena itu, jual beli gharar (tidak jelas) dengan segala bentuknya adalah haram karena jauh dari rasa suka sama suka. Termasuk sempurnanya rasa suka sama suka adalah barangnya diketahui dan bisa diserahkan.

Pembeli atau konsumen seharusnya dalam bertransaksi atau menerima barang dalam kondisi yang baik dan dengan harga yang wajar. Mereka juga harus

10

http://mkitasolo.blogspot.com/2011/12/tafsir-surat-nisa-4-ayat-29.html diakses pada tanggal 18 Juli 2014 Pukul 21.00 WIB.

11

(18)

diberitahu ketika ada kekurangan-kelurangan pada suatu barang.12 Dengan demikian terjadi rasa saling ridha satu sama lain dalam jual-beli. Di zaman yang semakin modern dan teknologi yang canggih ini. Untuk menarik perhatian dari ketatnya persaingan bisnis. Para produsen membuat konsumen agar tertarik membeli barang tersebut dengan cara mengadakan diskon, dan banyak cara untuk membuat diskon. Salah satunya dengan mengadakan yang namanya kartu diskon atau kartu member dalam transaksi jual-beli.

Dalam praktek kartu diskon atau member card ini sangat erat hubungannya dengan kaedah hukum jual beli dimana didalamnya juga harus mengandung unsur etika bisnis Islam. Apakah penggunaan kartu diskon ataupun kartu member dalam transaksi jual beli itu sesuai dengan prinsip-prinsip fikih muamalah ?.

Oleh karena itu penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul

"Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli Menurut

Perspektif Fikih "

B. Identifikasi Masalah

Saat ini memang banyak pelaku usaha ataupun perusahaan-perusahaan menggunakan konsep promosi produknya dengan kartu diskon. Namun sebaiknya mereka tetap memperhatikan etika bisnis Islam dalam kegiatannya. Agar tidak ada pihak yang dirugikan dan sesuai dengan syarat, rukun jual beli maupun prinsip fikih muamalahnya.

12

(19)

Kartu diskon ada yang diberikan secara cuma-cuma kepada pelanggannya. Ada juga kartu diskon yang mewajibkan pelanggannya membayar sejumlah uang setiap tahun untuk masa aktif kartunya.

Penulis berusaha mengidentifikasikan beberapa masalah dari pembahasan ini secara umum yaitu :

1. Apakah penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli sesuai dengan prinsip-prinsip fikih muamalah ?

2. Apakah penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli khususnya yang berbayar termasuk riba al-fadhl ?

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak melebar dan fokus dalam pembahasan ini, maka penulis berusaha untuk memberikan sebuah batasan atas permasalahan yang penulis bahas. Pembatasan masalah dimaksudkan agar masalah lebih terfokus dan spesifik, serta untuk menghindari kemungkinan terjadi tumpang tindih dengan masalah lain di luar penelitian.13

Penulis membatasi masalah penelitian kepada diskonplus.com karena kartu diskon yang terdapat disana sangat berbeda dengan kartu diskon pada umumnya. Kebanyakan kartu diskon yang ada digunakan di supermarket ataupun perusahaan lainnya tidak membebani biaya perpanjangan setelah menjadi anggota. Namun lain halnya di diskonplus.com, konsumen yang sudah tedaftar

13

(20)

sebagai anggota diharuskan membayar sejumlah uang setiap tahunnya untuk masa aktif kartunya.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hukum penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli menurut perspektif fikih ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hukumpenggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli menurut perspektif fikih.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi Program Akademisi

Skripsi bisa menambah literatur dalam pengkajian ilmu-ilmu yang dipelajari serta sebagai referensi kepustakaan dalam mengembangkan khasanah keislaman khususnya dibidang fikih muamalah kontemporer.

2. Bagi Masyarakat Umum

Agar mengetahui hukum penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual-beli sehingga tidak ragu lagi melakukan praktek jual beli dengan kartu diskon.

F. Tinjauan (Review) kajian Terdahulu

(21)

kontemporer, namun demikian ada juga yang membahas tentang masalah yang berkaitan dengan ini. Oleh karena itu penulis melakukan beberapa review studi terdahulu, agar nantinya penelitian ini menghasilkan sebuah penelitian yang baik, sebagai pengembangan wacana yang mungkin sudah ada literatur tersebut yaitu. " Perlindungan konsumen dalam perspektif hukum Islam : tinjauan terhadap undang-undang no.8/1999 tentang perlindungan konsumen" yang ditulis oleh Andi Syafrani, Fakultas Syariah dan Hukum. Dalam skripsi ini menyebutkan bahwa Undang-undang tersebut sangat relevan dengan ajaran Islam tentang jual beli yang baik dalam hal melindungi konsumen dalam bertransaksi.

Dan juga skripsi Arifin, Fakultas Syariah dan Hukum dengan judul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Potongan Harga Dengan Menggunakan Kartu Member dalam Transaksi Jual Beli dan Relevansinya dengan UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlingdungan Konsumen (Studi Kasus di Alfamart Kelurahan Ngalian Semarang) yakni membahas pemberian potongan harga dengan kartu member tanpa harus membayar setiap tahunnya menurut Hukum Islam dan relevensinya dengan UU Perlindungan Konsumen dalam penerapannya.

(22)

Satu lagi skripsi dengan judul "Pencurian Kartu Kredit untuk transaksi Jual Beli melalui internet menurut hukum Islam dan Hukum positif Indonesia" ditulis oleh Teguh Santoso tahun 2007. Skripsi ini membahas tentang pencurian kartu kredit yang digunakan untuk transaksi jual beli melalui internet dengan menyorot kepada hukum Islam dan hukum positif.

Dari skripsi semua diatas tentang transaksi jual-beli, berbeda halnya dengan judul skripsi yang penulis ambil. Dalam skripsi diatas penulis tidak menemukan pembahasan yang saat ini sedang penulis bahas, yaitu mengenai Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli menurut Perspektif Fikih. Pembahasan dalam skripsi ini berbeda halnya dengan skripsi Arifin diatas, jika dia hanya membahas skripsi tentang kartu member yang diberikan secara cuma-cuma tanpa harus membayar menurut hukum Islam dengan relevansinya terhadap Undang-Undang Perlindungan konsumen, sedangkan skripsi yang penulis bahas disini adalah kartu diskon yang dimana konsumennya wajib membayar sejumlah uang setiap tahunnya sebagai masa aktif kartu diskon tersebut menurut perspektif prinsip-prinsip fikih muamalah.

G. Metode Penelitian

(23)

mempelajari dan memahami lingkungan–lingkungan yang dihadapi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode–metode sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Dalam ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis data kualitatif cendrung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.14

Dalam masalah ini prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggabarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya.15

Dari pemaparan di atas Penulis berusaha memaparkan suatu kejadian dan peristiwa. Metode ini berguna untuk melahirkan teori-teori tentative, metode deskriptif berusaha mencari bahan bukan mengujinya, penelitian ini lahir karena kebutuhan.

Penelitian ini memerlukan kualifikasi, yaitu peneliti harus memiliki sifat yang represif (mau menerima) yang berarti harus selalu mencari informasi, bukan menguji kebenaran suatu teori dan penelitian harus memiliki

14

. Lexi Moeleong. Metotodologi penelitian Kualitatif, Cet. 13,(Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2002), hlm.135.

15

(24)

kekuatan integrative, yaitu kekuatan untuk memadukan berbagai informasi yang diperoleh menjadi satu kesatuan penafsiran.

2. Jenis Penelitian

Dalam penyusunan skiripsi ini, penulis memilih studi kepustakaan (library research). Penulis mencari bahan-bahan dari sumber tulisan yang berhubungan dengan permasalahan judul skiripsi.

3. Sumber Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Studi Pustaka, yaitu menyelidiki dokumen-dokumen tertulis untuk memperoleh data yang terdiri dari:

a. Sumber data primer yaitu kitab suci Al-Quran, Hadist, Kitab Fikih dan lain-lain

b. Sumber data sekunder yaitu data yang di peroleh dari bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan primer seperti, buku teks, Dokume-dokumen, Analisis data, Biografi, Kamus, maupun data dari internet (website).

4. Teknik Pengumpulan Data

(25)

5. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data yang telah dihimpun, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:

a. Metode induktif, yaitu pengambilan kesimpulan yang dimulai dari kesimpulan atau fakta-fakta khusus menuju kepada kesimpulan yang bersifat umum.16 Jadi metode induktif adalah menganalisa data yang

bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan secara umum, oleh karenya dalam penelitian sebagai isi dari skiripsi ini, penulis mencari berdasarkan literarture tentang judul yang sedang penulis teliti kemudian dari temuan tersebut dilakukan analisa atau kesimpulan secara umum.

b. Metode deduktif, menarik fakta atau kesimpulan yang bersifat umum, untuk dijadikan fakta atau kesimpulan umum yang bersifat khsusus.17

6. Teknik Penulisan

Adapun Teknik penulisan dan penyusunan skripsi berpedoman pada Prinsip-prinsip yang telah diatur dan di bukukan dalam buku pedoman penulisan skiripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2011

16

Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Cet ke 7, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003), hlm.7.

17

(26)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penyusunan skripsi ini, penulisan membaginya kepada lima bab, yang garis besarnya penulis gambarkan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Merupakan bagian pendahuluan yang memuat latar belakag masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Dengan berangkat dari pendahuluan kita sudah mengetahui garis besar penelitian Bab pertama ini adalah sebagai pengantar. Adapun isi penelitian seluruhnya tertuang dalam bab II, III, IV. Inti dari penelitian seluruhnya tertuang dalam bab V, berisi kesimpulan dan saran.

BAB II : Tinjauan Umum Tentang Jual Beli

Pengertian dan dasar hukum jual beli, Rukun dan Syarat Jual Beli, Macam-Macam Bentuk Jual Beli, Jual Beli yang dilarang dan yang diperbolehkan.

BAB III : Praktek Jual Beli Menggunakan Kartu Diskon

Membahas tentang Pengertian Kartu Diskon, Macam-Macam Kartu Diskon, Praktek Transaksi Jual Beli dengan Potongan Harga Menggunakan Kartu Diskon.

BAB IV: PenggunaanKartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli Menurut

Perspektif Fikih

(27)

BAB V : Penutup

(28)

17

A. Pengertian Jual Beli dalam Hukum Islam

Jual beli menurut hukum perdata (B.W) adalah suatu peristiwa perjanjian timbal balik dimana pihak yang satu (penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lain (pembeli) berjanji untk membayar dengan harga yang terdiri dari sejumlah uang sebagai imbalan.1

Adapun Jual Beli dalam istilah fikih disebut dengan "al-ba-'i", adalah yang berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lainnya. Lafal "al-ba'i" dalam bahasa Arab digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata "asy-syira'" (beli). Dengan demikian kata "al-ba'i" berarti juga jual, tetapi juga sekaligus beli.2

Secara etimologi, jual beli dapat diartikan :

ٍءْيَشِب ٍءْيَش ٌةَلَ باَقُم

Artinya : "pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain"3

Jual beli menurut pengertian lughowi adalah saling tukar menukar (pertukaran). Dan kata al-ba'i (jual) dan asy-syira' (beli) dipergunakan biasanya dalam arti yang sama.4

1

R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hlm.1.

2

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah 12, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007) hlm.111

3

Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2001), hlm.73.

4

(29)

Secara terminologi, jual beli menurut Sayyid Sabiq adalah "penukaran harta dengan harta yang lain dengan jalan saling merelakan, atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan.5 Adapun menuurt ulama Hanafi adalah tukar menukar maal (barang atau harta) dengan maal yang dilakukan dengan cara tertentu. Atau tukar- menukar- barang yang bernilai dengan semacamnya dengan cara yang sah dan khusus, yakni, ijab-qabul atau mu'ȃthȃ' (tanpa ijab qabul).6

Sedangkan definisi lain yang dikemukakan oleh ulama' malikiyah, syafi'iyah dan hanabilah mengartikan jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.7

Pengertian jual beli sama dengan pengertian muamalah dalam arti sempit (khas) yaitu semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya dengan cara-cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan.8 Perdagangan atau perniagaan pada umumnya adalah membeli barang dari satu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu berikut dengan maksud memperoleh keuntungan.

Dari berbagai definisi di atas, dapat dipahami bahwa yang diperjualbelikan adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai

5

Isnawati Rais dan hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, cet I ( Ciputat : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), hlm 66.

6

Wahbah az-Zuhaili Fiqih Islam 5, penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk cet X (Damaskus: Darul Fikr, 2007) hlm 25

7

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz 12, Alih Bahasa Kamaludin A. Marzuki,hlm..47.

8

(30)

secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara' dan disepakati.9

Dari uraian pengertian jual beli diatas yang dapat penulis simpulkan adalah bahwa jual beli merupakan pertukaran barang yang bermanfaat antara kedua belah pihak secara sukarela dengan cara-cara dan aturan yang telah ditentukan.

B. Dasar Hukum Jual Beli.

Jual Beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah saw. Terdapat sejumlah ayat Al-Qur;an yang berbicara tentang jual beli, diantaranya:10

…..











…..

Artinya"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (Q.S. Al-Baqarah 275)

Ayat ini menunjukkan tentang kehalalan jual-beli dan keharaman riba. Ayat ini menolak argumen kaum mushrikin yangmenentang disyari'atkannya jual beli yang telah di syariatkan Allah SWT dalam Al-Qur'an dan menganggap identik dan sama dengan sistem ribawi.11

Kemudian ditegaskan lagi dalam surat An-Nisa' ayat 29 yang berbunyi :

9

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.68-69

10

Nasroen Haroen,Fiqh Muamalah, hlm.113

11

(31)



















































Artinya : . Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yangBerlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S An-Nisa :29)

Ayat ini merujuk pada perniagaan atau transaksi-transaki dalam mu'amalah yang dilakukan secara bathil. Ayat ini mengindikasikan bahwa Allah SWT, melarang kaum muslimin memakan harta orang lain secara bathil dalam konteks memiliki arti yang sangat luas diantaranya : melakukan transaksi berbasis bunga (riba), transaksi yang bersifat spekulatif judi (maisir) maupun transaski yang mengandung unsur gharar (adanya resiko dalam transaksi) serta hal-hal lain yang bisa dipersamakann dengan itu.12

Jual beli yang diberkahi adalah jual beli yang tidak mengandung unsur penipuan dan merugikan orang lain. Hukum jual beli juga dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW yakni :

اورُ ٍضاَرَ ت ْنَع ُعْيَ بلا اَِّّا

با

ن

نابح

َ

"Jual beli itu atas dasar saling suka sama suka " (HR.Ibnu Hiban) No. Hadits 128313

Sabda Rasulullah Saw :

12

Dim Yaudim Juaini, Fiqh Mu'amalah,hlm.70.

13

(32)

َيذمرلا اورُ ِءاَدَهشلا َو َِْْقْيِدصلا و َِّْْب لا َعَم ُِْْمَأا ُقْوُدصلا ُرِج اتلا

"Pedagang yang jujur dan terpercaya sejajar (tempatnya di surga) bersama-sama dengan para Nabi, shidiqin, dan syuhada." (HR.At-Tirmidzi, No. Hadits 10196)14

Terakhir dalil dari ijma'. Ulama muslim sepakat atas kebolehan akad jual beli.15. Karena kebutuhan manusia sehari-hari pada umumnya bergantung pada apa yang ada ditangan kawannya, sedangkan kawan tersebut terkadang tidak memberikannya dengan cuma-cuma kepada rekannya. Maka di dalam persyariatan jual beli terdapat sarana yang sah untuk menggapai tujuan dengan cara yang sah tanpa menzhalimi orang lain.16

Pada dasarnya hukum jual beli adalah boleh. Imam Syafi'i mengatakan, "Semua jenis jual beli hukumnya boleh kalau dilakukan oleh dua pihak yang masing-masing mempunyai kelayakan untuk melakukan transaksi, kecuali jual beli yang dilarang atau diharamkan dengan izin-Nya maka termasuk dalam kategori yang dilarang.17

Namun menurut Imam asy-Syȃtibȋ (ahli fikih Mazhab Imam Maliki), hukumnya bisa berubah menjadi wajib dalam situasi tertentu, sebagai contoh dikemukakannya, bila suatu waktu terjadi praktek penimbunan barang, sehingga

14

Ahmad Al-Husain bin Ali bin Musa Abu Bakr Al-Baihaqi, Sunan Baihaqi Al-Kubro, juz v , (Maktabah Darul-Bazi:Maktabah Al-Mukaromah, 1994), hlm 266

15

Dim Yaudim Juaini, Fiqh Mu'amalah,hlm.73.

16

Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, hlm 68.

17

(33)

persediaan (stok) hilang dari pasar dan harga melonjak naik. Apabila terjadi praktek semacam itu, maka pemerintah boleh memaksa para pedagang menjual barang-barang sesuai dengan harga pasar sebelum terjadi pelonjakan harga barang itu. Para pedagang wajib memenuhi ketentuan pemerintah di dalam menentukan harga di pasaran.

Berdasarkan dalil-dalil yang diungkapkan jelas sekali bahwa praktek akad atau kontrak jual beli mendapatkan pengakuan dan legalitas dari syara' dan sah untuk dilaksanakan dalam kehidupan manusia.18

Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dasar hukum jual beli adalah mubah, namun bisa menjadi wajib disebabkan kejadian tertentu. Dan transaksi jual beli tidak bisa kita pungkiri keberadaannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita membutuhkannya untuk saling mendapatkan manfaat. Jual beli juga merupakan sarana yang sah untuk menggapai tujuan dengan cara yang sah tanpa menzhalimi orang lain.

C. Rukun dan Syarat Jual Beli

Jual beli adalah merupakan suatu akad, dan dipandang sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat jual beli,19

1. Rukun-rukun Jual Beli.

Dalam melaksanakan suatu perikatan (jual beli) terdapat rukun dan

18

Dim Yaudim Juaini, Fiqh Mu'amalah,hlm.73.

19

(34)

syarat yang harus di penuhi. Secara bahasa rukun adalah "sesuatu yang harus dipenuhi untuk syahnya pekerjaan".20

Mengenai rukun dan syarat jual beli, para ulama berbeda pendapat. Menurut mazhab Hanafi rukun jual beli hanya ijab dan kabul saja. Menurut mereka yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan antara kedua belah pihak untuk berjual-beli itu.21

Sedangkan menurut jumhur ulama ada empat rukun jual beli :Ba'i (Penjual), Mustari (pembeli), Ma,qud'alaih (benda/barang), Sighat (Ijab-Qabul).22

a. Ba'i (penjual)

Adalah seorang atau sekelompok orang yang menjual benda/barang kepada pihak lain atau pembeli baik berbentuk individu atau kelompok. b. Mustari (pembeli).

Adalah seorang atau sekelompok orang yang membeli benda/ barang dari penjual baik berbentuk individu atau kelompok.

c. Ma'qud 'alaih (benda/barang)

Adalah objekk dari transaksi jual beli baik berbentuk barang/benda atau uang.

20

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta;Balai Pustaka, 2002), hlm. 996

21

M.Ali Hasan Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, hlm 117-118

22

(35)

d. Sighat.(ijab-qabul).

Yaitu ucapan penyerahan hak milik dari satu pihak dan ucapan penerimaan di pihak lain baik darii penjual dan pembeli.

2. Syarat-syarat Jual Beli.

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam akad jual beli adalah sebagai berikut :

a. Terkait dengan Suubjek Akad (Aqad).

Subjek akad atau aqad (penjual dan pembeli) yang dalam hal ini bisa dua atau beberapa orang melakukan akad, adapun syarat-syarat bagi orang yang melakukan akad ialah.:

1) Baligh, Berumur 15 tahun keatas /dewasa. Anak kecil tidak sah jual belinya. Adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa, menurut pendapat sebagian ulama, mereka diperbolehkan berjual beli barang-barang yang kecil, karena kalau tidak diperbolehkan, sudah tentu menjadi kesulitan dan kesukaran, sedangkan agama Islam sekali-kali tidak akan menetapkan peraturan yang mendatangkan kesulitan kepada pemeluknya.23

2) Kehendak Sendiri, artinya tidak ada unsur pemaksaan kehendak baik dari penjual atau pembeli dalam transaksi jual beli. Unsur yang dikedepankan adalah adanya kerelaan (suka sama suka) antara penjual dan pembeli).

23

(36)

3) Tidak Mubazir, (Pemboros), Sebab harta orang yang mubazir ditangan walinya.

4) Berakal, yang dimaksud dengan berakal adalah dapat membedakan atau memilih mana yang terbaik bagi dirinya24. Hal ini agar tidak dimudah ditipu orang, maka batal akad orang gila dan orang bodoh, sebab mereka tidak pandai mengendalikan harta, oleh karena itu orang gila, dan orang bodoh tidak boleh menjual harta sekalipun miliknya, Allah berfirman :









….

Artinya. "Dan janganlah kamu serahkan hartamu kepada orang-orang yang bodoh" (Q.S. An-Nisa' :5)

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa harta tidak boleh diserahkan kepada orang bodoh, illat larangan tersebut ialah karena orang bodoh tidak cakap dalam mengendalikan harta, maka orang gila dan anak kecil juga tidak cakap sah melakukan ijab dan qabul.25

b. Terkait dengan Objek Akad (Ma'qud 'alaih)

Ma'qud 'alaih (objek akad). Syarat-syarat benda yang menjadi objek akad ialah:

1) Suci atau mungkin untuk disucikan, maka tidak syah penjualan benda-benda najis seperti anjing, babi, dan yang lainnya.

24

Suhardi K Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2000), hlm.130.

25

(37)

Menurut riwayat lain dari Nabi dinyatakan "kecuali anjing untuk ber- buru"boleh diperjualbelikan. Menurut Syafi'iyah bahwa sebab kebenaran arak, bangkai, anjing, dan babi karena najis, berhala bukan karena najis tapi karena tidak ada manfaatnya, menurut Syara', batu berhala bila dipecah-pecah menjadi batu biasa boleh dijual, sebab dapat digunakan untuk membangun gedung atau yang lainnya. Abu Hurairah, Thawas dan Mujahid berpendapat bahwa kucing haram diperdagankan alasannya Hadits Shahih yang melarangnya, jumhur ulama membolehkannya selama kucing tersebut bermanfaat, larangan dalam Hadits shaih dianggap sebagai tanzih (makrȗh tanzȋh).26

2) Memberi manfaat menurut syara', maka dilarang jual beli benda-benda yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara', seperti menjual babi, kala, cecak, dan yang lainnya. Alasannya adalah bahwa yang hendak diperoleh dari transaksi ini adalah manfaat itu sendiri. Bila barang itu tidak ada manfaatnya, bahkan dapat merusak seperti ular dan kalajengking, maka tidak dapat dijadikan objek transaksi.27

Sedangkan yang dimaksud dengan barang yang bermanfaat yaitu kemanfaatan barang tersebut sesuai dengan ketentuan hukum agama (syari'at Islam). Maksudnya pemanfaatan barang tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma agama. Misalnya jika sesuatu

26

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, .hlm.72.

27

(38)

barang dibeli, yang tujuan pemanfaatannya untuk berbuat yang bertentangan denga syari'at Islam maka barang tersebut dapat dikatakan bermanfaat.28

3) Jangan dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain, seperti : jika Ayahku pergi ku jual motor ini kepadamu.

4) Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan saya jual motor ini kepada Tuan selama satu tahun, maka penjualan tersebut tidak sah, sebab jual beli adalah salah satu sebab pemilikan secara penuh yang tidak dibatasi apa pun kecuali ketentuan syara'.

5) Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat, tidak sah menjual binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi, barang-barang yang sudah hilanng atau barang yang sulit diperoleh kembali karena samar, seperti seekor ikan jatuh ke kolam, maka tidak diketahui dengan pasti sebab dalam kolam tersebut terdapat ikan-ikan yang sama.29

6) Milik orang yang telah melakukan akad. Maksudnya bahwa orang yang melakukan perjanjian jual beli atau sesuatu barang adalah pemilik sah barang tersebut dan atau telah mendapat izin dari pemilik sah barang tersebut.30 Tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak seizin pemiliknya atau barang-barang yang baru akan menjadi miliknya.

28

Suhardi K Lubis, Hukum Ekonomi Islam, hlm.133.

29

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,hlm.72-73.

30

(39)

7) Diketahui (dilihat), barang yang diperjualbelikan harus dapat diketahui banyaknya, beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran yang lainnya, maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.

c. Terkait dengan Ijab Qabul (Lafaz Shighat)

Definisi Ijab menurut ulama Hanafiyah yaitu penetapan perbuatan tertentu yang menunjukkan keridhaan yang diucapkan oleh orang pertama, baik yang menyerahkan maupun yang menerima, sedangkan qabul adalah orang yang berkata setelah orang yang mengucapkan Ijab, yang menunjukkan keridhaan atas ucapan orang yang pertama. Sedangkan ulama selain Hanafiyah berpendapat bahwa Ijab adalah persyaratan yang keluar dari orang yang menyerahkan benda, baik yang dikatakan oleh orang pertama atau kedua, sedangkan qabul adalah pernyataan dari orang yang menerima barang.31

Sayyid Sabiq dalam bukunya Fikih Sunnah ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam Shighat Akad, yaitu :

1) Satu sama lainnya berhubungan di satu tempat tanpa ada pemisah yang merusak.

2) Ada kesepakatan ijab dengan qabul pada barang yang saling mereka rela berupa barang yang dijual dan harga barang. Jika sekiranya kedua belah pihak tidak sepakat, jual beli (akad) dinyatakan tidak sah. Seperti

31

(40)

jika si penjual mengatakan "Aku jual kepadamu baju ini seharga lima pound", dan si pembeli mengatakan "Saya terima barang tersebut dengan harga empat pound", maka jual beli dinyatakan tidak sah. Karena ijab dan qabul berbeda.

3) Ungkapan harus menunjukan masa lalu (madhi) seperti perkataan penjual : Aku telah jual dan perkataan pembeli : Aku telah terima, atau masa sekarang : sekarang aku jual dan sekarang aku beli. Jika yang diingini masa yang akan datang atau terdapat kata yang menunjukkan masa datang, misalnya maka hal itu baru merupakan janji untuk berakad. Janji itu berakad tidak sah sebagai akad sah, karena itu menjadi tidak sah menurut hukum.32

Transaki berlangsung secara hukum bila padanya telah terdapat saling ridha yang menjadi kriteria utama dan sahnya suatu transaksi. Namun suka saling ridha itu merupakan perasaann yang berbeda pada bagian dalam hati manusia yang mungkin tidak diketahui orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu indikasi yang jelas yang menunjukkan adanya perasaan hati tentang saling ridha itu. Para ulama terdahulu menetapkan ijab-qabul itu sebagai indikasi.33

Ijab qabul adalah salah satu bentuk indikasi yang meyakinkan adanya rasa suka sama suka. Bila pada waktu ini dapat menemukan cara

32

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, hlm.50

33

(41)

lain yang dapat ditempatkan sebagai indikasi seperti saling mengangguk atau saling mendatangani dokumen, maka dengan demikian telah memenuhi unsur suatu transaksi. Umpamanya transaksi yang dilakukan di supermarket atau minimarket, pembeli telah menyerahkan uang dan penjual melalui petugasnya di counter telah memberikan slip tanda terima, maka sah jual-beli itu.34

Dalam literatur fikh muamalah terdapat pengertian ijab dan qabul dengan berbagai rumusan yang bervariasi namun intinya sama. Misalnya dalam buku "fikih muamalah" susunan Hendi Suhendi dijelaskan bahwa ijab permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad, sedangkan qabul ialah perkataan yang keluar dari pihak berakad pula, yang diucapkan setelah ijab.35 Menurut mazhab Hanafi, ijab ialah sesatu yang keluar pertama kali dari salah satu dari dua orang yang mengadakan akad. Baik dari si penjual, seperti ucapan, "saya menjual kepadamu barang ini" maupun dari si pembeli seperti ucapan : "saya membeli barang ini dengan harga seribu", kemudian si penjual menjawab : "barang itu aku jual kepadamu". Sedangkan "qabul" ialah suatu yang keluar kedua (sesudah ijab).

34

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, hlm.195

35

(42)

Rachmad Syafe'i dengan mengutip ulama Hanafiah dalam redaksi yang berbeda mengatakan ijab ialah penetapan perbuatan terentu yang menunjukkan keridhaan yang diucapkan orang pertama, baik yang menyerahkan maupun yang menerima, sedangkan qabul ialah orang yang berkata setelah orang yang mengatakan ijab yang menunjukkan keridhaan atas ucapan orang pertama.36

Dari rumusan-rumusan diatas dapat dapat disimpulkan bahwa ijab ialah suatu pernyataan janji atau penawaran dari pihak pertama untuk melakukan atau tidak melakukan seuatu. Qabul ialah suatu pernay pernyataan menerima dari pihak kedua atas penawaran yang dilakukan oleh pihak pertama.

Dalam hubungannya dalam ijab qabul, bahwa syarat-syarat sah ijab qabul ialah :

1) Jangan ada yang memisahkan, jangan pembeli diam-diam saja setelah penjual menyatakan ijab dan sebaliknya.

2) Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan qabul 3) Beragama Islam.

Syarat beragama Islam khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda tertentu, seperti seorang dilarang menjual hambanya yang beragama Islam, sebab besar kemungkinan pembeli tersebut akan merendahkan abid yang beragama Islam, sedangkan Allah melarang orang mukmin membeli jalan orang kafir untuk merendahkan mukmin.

36

(43)

D. Jual Beli yang Dilarang dan yang Diperbolehkan

1. Jual beli yang dilarang.

Jual beli yang dilarang dalam Islam, Wahab Al-Juhlili membagi menjadi 4 (empat) poin yaitu sebagai berikut.37

a. Terlarang sebab ahliyah (ahli akad)

Ahli akad adalah orang yang melakukan akad, baik dari penjual maupun pembeli. Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan syahid apabila dilakukan oleh orang yang baligh, berakal dalam memilih. Adapun yang dipandang tidak sah dalam jual beli adalah sebagai berikut:

1) Jual beli orang gila

Ulama Fikih sepakat bahwa jual beli orang yang gila tidak sah, begitu pula sejenisnya seperti orang mabuk dan lain-lain. Jika orang gila dapat sadar seketika (kadang-kadang sadar dan kadang-kadang gila). Maka akad yang dilakukannya pada waktu sadar dinyatakan sah dan yang dilakukan ketika tidak gila tidak sah.38

2) Jual beli anak kecil

Ulama fikih sepakat bahwa jual beli anak kecil (belum mumayyiz) dipandang tidak sah, kecuali dalam perkara-perkara yang ringan atau sepele.

37

Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah,hlm.93.

38

(44)

3) Jual beli orang yang buta

Jumhur ulama mengatakan bahwa jual beli orang buta adalah sah apabila orang buta itu memiliki hak khiyar. Sedangkan menurut ulama syafi'iyyah membolehkan jual ini, kecuali jika barang yang dibeli itu telah ia lihat sebelum matana buta.39

4) Jual beli terpaksa

Jual beli ini tidak sah karena tidak ada keridhaan baik dari penjual maupun pembeli. Jual beli dianggap tidak sah hukumnya, jika salah satu dari penjual atau pembelinya merasa terpaksa yang bukan dalam hal yang benar.40

5) Jual beli fudhul

Adalah jual beli milik orang tanpa seijin pemiliknya, disyari'atkan agar kedua belah pihak yaang melakukan akad jual beli adalah orang yang mempunyai hak milik penuh terhadap barang yang sedang diperjual-belikan atau ia mempunyai hak untuk menggantikan posisi barang yang asli.41

6) Jual beli orang yang terhalang

Terhalang disini adalah terhalang karena kebodohan, bangkrut atau sakit. Jual beli orang yang bodoh yang suka menghamburkan hartanya

39

Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, hlm. 127.

40

Saleh Al-Fauzan Al-Mulakhasul, Fiqh Sehari-hari, Alih bahasa Hayyie,Fkk, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm. 366.

41

(45)

menurut para ulama' Malikiyyah, Hanafiyyah, dan pendapat paling shahih dikalangan Hanabilah harus ditangguhkan. Adapun menurut ulama' Syafi'iyyah jual beli tersebut tidak sah sebab tidak ada ahli dan ucapannya dipandang tidak dapat dipegang.42

7) Jual beli majlis

Jual beli majlis adalah jual beli orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk menghindar dari perbuatan dhalim. Jual beli tersebut fasad, menurut ulama' Hanafiyyah dan batal menurut ulama Hanabilah.43

b. Terlarang sebab sighat.

Jual beli terlarang sebab sighat maksudnya adalah tidak terpenuhinya perkataan, ucapan serah terima (ijab-qabul) baik dari penjual maupun pembeli. Jual beli yang tidak memenuhi ketentuan tersebut dipandang tidak sah.

c. Terlarang sebab mauqud 'alaih

Secara umum mauqud 'alaih adalah harta yang dijadikan alat pertukaran oleh orang yang akad, biasa disebut maba'i (barang jualan) dan harga. Ulama fikih sepakat bahwa jual beli dianggap sah apabila mauqud alaih adalah orang barang yang tetap atau bermanfaat, dapat diserahkan dapat dilihat oleh orang yang melakukan akad, tidak bersangkutan dengan milik orang lain dan tidak ada larangan dari syara'.44

42

Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, hlm.94-95

43

Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, hlm.95

44

(46)

Selain itu, ada beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama, tetapi diperselisihkan oleh ulama' yang lain, diantaranya sebagai berikut:

1) Jual beli muhaqalah (barang yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada)

Jual beli sesuatu yang tidak ada atau yang dikhawatirkan tidak ada. Para ulama' fikih menyatakan jual beli seperti ini tidak sah atau batal.45 Misalnya memperjual belikan buah-buahan yang putiknyapun belum muncul dipohon.

2) Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan.

Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan seperti burung yang ada di udara, ikan yang ada di air tidak berdasarkan syara'

3) Jual beli gharar

Yaitu jual beli yang samar, sehingga ada kemungkinan terjadinya penipuan, seperti penjualan ikan yang masih dikolam atau menjual kacang tanah yang diatasnya kelihatan bagus tapi bawahnya kelihatan jelek.46

4) Jual beli barang najis dan terkena najis

Ulama' sepakat tentang larangan jual barang yang seperti najis seperti khamr. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat barang barang yang

45

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Bogor, hlm.203.

46

(47)

terkena najis (al-mutanajis) yang tidak mungkin dihilangkan, seperti minyak yang terkena bangkai tikus.47

5) Jual beli air

Air laut, sungai, dan yang serupa dengannya, seperti air sumber dan air hujan, adalah mubah bagi semua orang. Air-air ini tidak khusus dimiliki orang oleh seseorang tanpa yang lain dan tidak boleh dijual selama masih berada ditempatnya.

6) Jual beli mudhamin

Jual beli mudhamin adalah transaksi jual beli yang objeknya adalah hewan yang masih dalam perut induknya.48 Menurut ulama' Hanafiyya jual beli seperti ini adalah fasid, sedangkan menurut jumhur adalah batal, sebab akan mendatangkan pertentangan. Berarti jual beli seperti ini dilarang, karena barangnya belum ada dan tidak tampak.

7) Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad (ghaib), ridak dapat dilihat

Menurut ulama Malikiyyah, membolehkan jual beli seperti ini dengan memberikan syarat, yaitu : barang jauh sekali dari tempatnya, tidak boleh dekat sekali tempatnya, bukan pemilik harus ikut memberikan gambaran, harus meringkas sifat-sifat barang secara menyeluruh dan penjual tidak boleh memberikan syarat.49

47

Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah,hlm.98

48

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh,hlm.202

49

[image:47.612.143.530.118.432.2]
(48)

8) Jual beli sesuatu yang belum dipegang

Ulama Hanafiyyah melarang jual beli barang yang dapat dipindahkan sebelum dipegang, tetapi untuk barang yang tetap dibolehkan. Sedangkan ulama Syafiiyyah melarang mutlak. Ulama Malikiyyah melarang atas makanan, sedangkan ulama hanabillah melarang atas makanan yang diukur.50

9) Jual beli buah-buahan atau tumbuh-tumbuhan

Menjual buah-buahan yang belum pantas untuk dipanen seperti menjual rambutan yang masih hijau, mangga yang masih kecil-kecil dan lainnya. Hal dilarang karena barang tersebut masih samar, dalam artian mungkin saja buah tersebut jatuh tertiup angin kencang atau yang lainnya sebelum diambil oleh si pembelinya.51

d. Terlarang sebab syarat

Ulama sepakat membolehkan jual beli yang memenuhi persyaratan rukunnya. Namun demikian ada beberapa masalah yang diperselisihkan diantara para ulama, diantaranya sebagai berikut :

1) Jual beli Riba

Adalah kelebihan dari modal dasar atau asli, yang ditentukan sebelumnya, karena semata-mata imbalan bagi berlalunya waktu.

50

Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, hlm.99

51

(49)

Menurut ulama hanafiyah adalah fȃsid,52 tetapi menurut jumhur ulama batal.

2) Jual beli barang dari hasil merampas

Yakni merampas pedagang dari perjalanan menuju tempat yang dituju sehingga orang yang dicegatnya akan mendapatkan keuntungan, ulama Malikiyyah berpendapat bahwa jual beli seperti ini adalah fȃsid.

3) Jual beli waktu adzan Jum'at.

Yakni bagi laki-laki yang berkewajiban melaksanakan sholat Jum'at. 4) Jual beli anggur untuk dijadikan khamr

Menurut ulama Hanafiyah dan Syafiiyah dhahirnya shahih, tapi bathinnya makruh, sedangkan menurut ulama Malikiyyah dan Hambaliiyah adalah batal.

5) Jual beli induk tanpa anak yang masih kecil

Hal ini dilarang sampai anaknya besar dan mandiri. 6) Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain.

Seseorang telah sepakat akan membeli suatu barang, namun masih dalam khiyar, kemudian datang orang lain yang menuruh untuk membatalkan sebab ia akan membelinya dengan harga yang yang lebih tinggi.

(50)

7) Jual beli memakai syarat.

Jual beli dengan syarat (iwadh majhul), jual beli seperti ini hampir sama dengan jual beli menentukan dua harga, hanya saja disini dianggap sebagai syarat, seperti seseorang berkata : "aku jual mobilku kepadamu dengan syarat jual dulu motor padaku ". lebih jelasnya jual beli ini sama dengan jual beli dengan dua harga menurut Al-Syafe'i.

8) Jual beli yang dilarang tapi sah.

Adapun beberapa jual beli yang dilarang oleh agama tetapi sah hukumnya, tetapi orang yang melakukannya mendapat dosa. Jual beli tersebut antara lain :

a) Menemui orang-orang desa sebelum mereka masuk kepasar untuk membeli benda-bendanya dengan harga yang semurah-murahnya, sebelum mereka tahu harga pasaran, kemudian ia jual dengan harga yang setingginya. Perbuatan ini sering terjadi dipasar-pasar yang berlokasi di daerah perbatasan kota dan kampung. Tapi bila orang kampung sudah mengetahui harga pasar, jual beli seperti ini tidak apa-apa.

b) Menawarkan barang yang sedang ditawar oleh orang lain, seperti seseorang berkata "tolaklah harga tawarannya itu, nanti aku yang akan membeli dengan harga yang lebih mahal".

(51)

d) Menjual diatas penjualan orang lain. Seumpamanya seseorang berkata "kembalikan saja barang itu kepadanya, nanti barangku saja kau beli dengan harga yang lebih murah dari itu53

2. Jual beli yang diperbolehkan

Jual beli yang diperbolehkan oleh agama Islam adalah jual beli yang dilakukan dengan kejujuran, tidak ada kesamaran atau unsur penipuan. Kemudian rukun dan syaratnya terpenuhi, barangnya bukan milik orang lain dan tidak terikat dengan khiyar lagi.

53

(52)

41

A. Pengertian dan Macam-Macam Kartu Diskon

Kartu diskon atau biasa dikenal juga dengan member card adalah kartu yang mana pemiliknya akan mendapatkan discount dari harga barang-barang atau beberapa pelayanan yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan tertentu. Member card ini dalam bahasa Arab dsebut dengan nama Bitaqatu at- Tahfȋzh.

Nurmadjito mengatakan, berbagai cara penjualan dilakukan untuk mencapai target penjualan atau pengutamaan meraih pangsa serta keuntungannya, dilakukan pelaku usaha dengan mengupayakan barang dan atau jasa (produk) yang ditampilkan menarik dengan harga yang terjangkau.1. salah satu caranya dengan mengadakan promosi kartu diskon

Secara sederhana promosi dapat diartikan sebagaimana diungkapkan Rendra Widyatama dalam buku "Pengantar Periklanan" promosi adalah upaya menyampaikan suatu pesan tentang hal yang kurang dikenal sehingga menjadi dikenal oleh publik.2 Promosi adalah sarana paling ampuh dalam menarik dan mempertahankan pemasaran modern, tidak hanya memerlukan pengembangan produk atau jasa yang baik, penetapan harga atau setiap tarif jasa yang menarik

1

Ahmadi Niru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008).hlm. 89-93

2

(53)

serta lancarnya arus barang atau jasa menuju pelanggan harus menjadi prioritas utama. Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Walaupun kualitas suatu produk sangat baik, bila konsumen belum pernah mendengar dan tidak yakin kalau produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya.3

Philip Kotler dalam bukunya Managemen Pemasaran, alih bahasa Hendra Teguh dan Ronny A.Rusly memaparkan bahwa, untuk memasarkan sebuah produkseorang produsen mengguanakan kiat promosi konsumen, diantaranya dengan potongan harga dan hadiah.4 Buchari Alma, dalam bukunya Pengantar Etika Bisnis, menjelaskan bahwa bisnis adalah aktifitas ekonomi manusia yang bertujuan mencari laba semata-mata, karena itu cara apapun boleh dilakukan demi meraih tujuan tersebut, asalkan tidak mengabaikan aspek moralitas dalam bisnis.5 Dalam persaingan bisnis yamg semakin modern saat ini, perusahaan-perusahaan berlomba-lomba membuat agar konsumen lebih tertarik dengan produk-produk mereka. Harga yang lebih murah dengan pengadaan kartu diskon untuk konsumen dan member merupakan salah satu sarana promosinya.

Pada prinsipnya dalam Islam mempromosikan suatu barang diperbolehkan. Hanya saja dalam promosi tersebut mengedepankan faktor kejujuran dan

3

Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi Press, 1997) edisi II, hlm.219

4

Philip Kotler, Managemen Pemasaran/ Marketting Management, alih bahasa Hendra Teguh danRonny A. Rusly, Jilid II, (Jakarta: P.T. Prehallindo, 1998), hlm.259

5

(54)

menjauhi penipuan.

Konsep promosi yang digunakan oleh Rasulullah SAW. Ketika menjual, beliau tidak pernah melebih-lebihkan produk dengan maksud untuk memikat pembeli. Rasulullah SAW, menyatakan dengan tegas bahwa seorang penjual harus menjauhi diri dari sumpah-sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu barang. Rasulullah SAW pun tidak pernah melakukan sumpah untuk melariskan dagangannya. Sumpah yang berlebihan dalam promosi telah sejak dulu dianjurkan untuk dijauhi. Mengapa.. ? karena sumpah yang berlebihan, yang dilakukan hanya untuk mendapatkan penjualan yang lebih, tidak akan menumbuhkan kepercayaan pelanggan.

Kartu member card mempunyai beberapa macam, diantaranya adalah : Pertama : Free Member Card, yaitu kartu keanggotaan yang didapatkan dengan cara gratis, atau sekedar membayar uang biaya pembuatan kartu. Kedua : Special Member Card, yaitu yang mana transaksi terjadi dari dua pihak saja : penyelnggara yang mengeluarkan kartu, dan anggota atau peserta yang membeli kartu. Ketiga : Common Member Card, yang mana transaksi terjadi dari tiga pihak : penyedia barang dan jasa, penyelenggara yang mengeluarkan kartu, serta anggota atau peserta yang membeli kartu. Kedua macam Member Card tersebut didapat dengan cara membayar.6

6

(55)

B. Praktek Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli

Allah swt mensyariatkan jual beli sebagai pemberian keluangan dan keleluasan kepada hamba-hambanya-Nya. Karena semua manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan seperti ini tak pernah putus selama manusia masih hidup. Tak seorangpun dapat memenuhi hajat hidupnya sendiri, karena itu manusia dituntut berhubungan satu sama lainnya.7 Inilah yang menyebabkan adanya praktek jual beli.

Pada umunya praktek transaksi sama, namun ada beberapa pelaku bisnis yang menggunakan sarana kartu diskon kepada konsumennya untuk lebih menarik perhatian pelanggannya. Cara ini banyak digunakan di supermarket, outlet-outlet dan juga di www.diskonplus.com sebagai pihak ketiga.

Kartu diskon atau biasa juga disebut kartu member adalah kartu yang hanya dimiliki oleh anggota perusahaan atau organisasi. Kartu member biasanya menawarkan keuntungan-keuntungan tertentu seperti potongan harga) diskon terhadap pemegangnya.

Pemilik kartu member akan merasa lebih eksklusif dengan kartu eksklusifnya dalam transaksi barang ataupun jasa. Dan membuat member tersebut merasa lebih dihargai.

Sebagai contoh pelaku bisnis yang menggunakan sarana kartu diskon adalah

7

(56)

dari website www.diskonplus.com. lebih tepatnya sebagai penyelenggara atau perantara yang membantu para pelaku bisnis yang sudah bergabung untuk mendapatkan manfaat. Danpara customer yang sudah bergabung dengan Flip Flop Card supaya mendapatkan kemudahan dari discount-discount yang sudah diberikan dari pelaku bisnis barang maupun jasa yang sudah bergabung.8

Kartu member akan membuat anggotanya merasa lebih ekslusif dan mendapatkan keuntungan yang lebih dibanding dengan yang tidak memilikinya. Cara Mendapatkan Kartu Exclusive DiskonPlus dari Flipflop

1. Foto copy KTP/identitas lain

2. Membayar biaya registrasi Rp.150.000. dan transfer ke rekening yang ditentukan

3. Setelah Transfer Selesai ,lalu pengiriman kartu diskon ke alamat pelanggan 4. Exclusive Card/ Kartu Eksklusif berlaku 1 tahun

Setelah konsumen memiliki karu exclusive tersebut atau di www.diskonplus.com biasa disebut dengan FlipFlop Card, maka konsumen tersebut akan seacara langusng bisa menikmati semua promo diskon berupa barang dan jasa tertentu yang ada di websitenya..

Secara sederhana praktek transaksi di jual beli dengan kartu diskon di www.diskonplus.com sangat mudah. Setelah member mendapatkan kartu exclusive atau kartu member yang berlaku untuk setahun. Konsumen dapat melihat promo apa aja yang tersedia di situs tersebut. Setelah sudah mengetahui

8

(57)

produk atau jasanya, ketika konsume

Gambar

gambaran, harus meringkas sifat-sifat barang secara menyeluruh dan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sakim dalam pengertiannya dan dalam buku kuno tentang kerajaan Cirebon. Pada awalnya Nyi Mas Gandasari adalah seorang laki – laki anak dari sultan aceh yang diangkat

Keuntungan yang diperoleh dari model pembelajaran metode simulasi dan model problem solving adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi kepada keaktifan

Orang yang membuat ajaran agama menjadi sistem rasional akan terjebak pada ajaran panteisme yang, melihat Tuhan identik dengan alam, bahwa semua serba Tuhan,

Keadaaan di bawah ini yang menyebabkan besar gaya normal yang bekerja pada benda tidak sama dengan berat benda tersebut adalah .... (1) Benda diam di

Pengembangan wilayah di sepanjang jalur terutama di sekitar stasiun Kereta Api Cepat tidak termasuk dalam lingkup AMDAL, terkait revisi Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW)

Komputer tidak mendapat IP Address, padahal komputer lain, yang sudah saya coba dapat dengan mudah konek ke internet dan koneksi internetnya berjalan normal.. mudah

Kendala teknis, ekonomis dan sosial/kelembagaan yang teridendifikasi: (1) SDM petani dan aparat (KCD/BPP/PPL) yang masih kurang dalam teknik budidaya komoditas hortikultura,

Pada masa HIR, penyidikan merupakan bagian dari penuntutan, kewenangan yang demikian menjadikan penuntut umum (jaksa) sebagai koordinator bahkan dapat melakukan sendiri