• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Bidang Studi Fiqih (Studi Kasus Di Smp Al-Amanah Pamulang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Bidang Studi Fiqih (Studi Kasus Di Smp Al-Amanah Pamulang)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Oleh :

Jumarudin

208011000012

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGARUH METODE DEMONSTRSASI TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA BIDANG STUDI FIQIH

(STUDI KASUS DI SMP AL-AMANAH PAMULANG)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh JUMARUDIN NIM:208011000012

Di bawah bimbingan:

TANENJI, M.A NIP.19720712 1999803 1 004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)
(5)

i

Pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah sudah ada sejak berdirinya lembaga pendidikan di Indonesia. Berbagai macam metode sudah diterapkan guru pada setiap pembelajaran namun terkadang metode yang dipilih tidak disesuaikan dengan materi ajar sehingga tujuan pendidikan yang diinginkan belum tercapai secara maksimal. Untuk mengubah keadaan tersebut perlu adanya perencanaan yang matang dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat membangkitkan gairah siswa dalam belajar yaitu dengan menerapkan metode demonstrasi. Karena metode demonstrasi adalah suatu metode yang membawa siswa kepada pembelajaran yang aktif sehingga mampu mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah atas materi yang diberikan guru secara praktek dan bekerja sama.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap penerapan metode demontrasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sub Fiqh Bab Jenazah di sekolah. Subyek penelitian ini yakni siswa kelas XI IPA V SMA Negeri 4 Tangerang Selatan.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kepada Allah, tuhan semesta alam, atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senatiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, pembawa syariat Islam yang menjadi pedoman umat manusia dalam mengarungi samudra ini sampai hari kiamat.

Dalam menyusun skripsi ini penulis merasa banyak berhutang budi kepada berbagai pihak yang telah membantu baik secara material maupun moral. Karena itu, sudah sepantasnya dalam kesempatan ini penulis hendak menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Tanenji, M.A, dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam penyusunan skripsi.

4. Pimpinan dan staf perpustakaan yang telah memberkikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan. Khususnya perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan FITK dan perpustakaan Imam Jama.

5. Kedua orang tua, Ihsan dan Mini yang telah merawat, mendidik dan mencurahkan segala kasih sayangnya kepada penulis. Semoga Allah swt mengampuni segala dosanya dan melimpahkan rahmat, karunia dan ridha-Nya kepada beliau berdua.

6. Saudara-saudaraku di Majlis Mihrabul Muhibbin, terutama untuk aby (Dr. A. Shadiq M.A), mbah Yani, Bapak Muslim, Bapak Furqon, Bapak Sofyan, Mas Bejo, M Taufiq S.Pd.I.

7. Rekan-rekan seperjuangan di PAI angkatan 2008, yang selalu memberikan motivasi sehingga sekripsi ini dapat terselesaikan.

(7)

iii

Jakarta, 16 januari 2013

(8)

iv

2. Macam-Macam Metode Pengajaran dalam Peroses Belajar Mengajar ... 15

B. Metode Demonstrasi ... 19

1. Pengertian Metode Demonstrasi ... 19

2. Langkah-Langkah Dalam Mengaplikasikan Metode Demonstrasi ... 22

3. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Demonstrasi Dalam Peroses Belajar Mengajar ... 25

C. Bidang studi Fiqih ... 26

D. kerangka berfikir ... 31

E. Hasil Belajar ... 32

F pengajuan Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 34

B. Variabel penelitian ... 34

(9)

v

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 41

A. Gambaran Umum SMP Al Amanah ... 41

1. Sejarah Berdirinya SMP Al Amanah ... 41

2. Kurikulum Yang digunakan ... 42

3. Visi, Misi Dan Tujuan Sekolah SMP Al Amanh ... 42

a. Visi Sekolah ... 43

b. Misi Sekolah ... 43

c. Tujuan Sekolah ... 43

B. Deskripsi Data ... 48

C. Bahasan Hasil Penelitian ... 64

BAB V PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

(10)

vi

TAFTAR TABEL

3.1 kisi-kisi instrumen penelitian ... 37

3.2 Jawaban Dalam Skoring ... 39

3.3 Indeks Korelasi Produc Moment ... 39

4.1 Data SMP Al Amanah ... 41

4.2 Prestasi Peserta Didik ... 43

4.3 Ruang Smp Al Amanah ... 44

4.4 Jumlah Siswa Awal Tahun Pelajaran ... 45

4.5 Jumlah Rombongan Belajar (5 Tahun Terakhir) ... 45

4.6 Data Kelulusan Siswa IX Smp Sl Amanah ... 46

4.7 Data Tenaga Pendidik ... 46

4.8 Menggunakan Metode Demonstrasi ... 49

4.9 Penggunaan Waktu Yang Sesuai Dan Efektif ... 50

4.10 Guru Memeriksa Hal-Hal Yang Aka Didemonstrasikan ... 50

4.11 Guru Dan Siswa Mengingat Materi Yang Akan Didemonstrasikan ... 51

4.12 Guru Memperhatikan Keadaan Siswa Sebelum Metode Demonstrasi Dilakukan ... 51

4.13 Guru menghindari ketegangan siswa dan menciptakan suasana harmonis ... 52

4.14 Metode Demostrasi Mampu Membangkitkan Semangat Siswa ... 53

4.15 Metode Demostrasi Mampu Menggali Pengetahuan Siswa ... 53

4.16 Metode Demostrasi Mampu Membuat Siswa Lebih Aktif ... 54

4.17 metode demostrasi mampu memusatkan perhatian siswa ... 54

4.18 Metode Demostrasi Mampu Menambah Pengalaman Siswa ... 55

4.19 Metode Demostrasi Dapat Mengurangi Kesalahpahaman ... 56

4.20 Metode Demostrasi Dapat Menjawab Semua Masalah Siswa ... 56

(11)

vii

4.25 Siswa Mampu Mengulas Materi Dengan Lebih Baik ... 59

4.26 Guru Fiqih Melakukan Umpan Balik Setelah Pembelajaran ... 60

4.27 Guru Fiqih Memberikan Ujian Peraktek ... 60

4.28 Siswa Faham Akan Materi Yang Diajarkan Oleh Guru Fiqih ... 61

4.29 Siswa Mendapat Nilai Tambahan Jika Aktif Dalam Pembelajaran ... 62

4.30 Guru Fiqih Memberikan Soal-Soal Yang Harus Dikerjakan Siswa ... 62

4.31 Siswa Menyukai Pelajaran Fiqih Karena Dapat Membantu Dalam Ibadah ... 63

4.32 Siswa Berani Bertanya Apabila Ada Penjelasan Materi Yang Kurang Difahami ... 63

4.33 Deskripsi data pengaruh metode demonstrasi pada hasil belajar siswa pada pembelajaran fiqih di SMP Al amanah ... 65

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya anak sejak lahir telah membawa fitrah beragama, apabila mereka mendapatkan Pendidikan Agama Islam dengan baik maka mereka akan menjadi orang yang taat beragama, tetapi sebaliknya jika benih agama yang telah dibawanya tidak dipupuk dan dibina maka akan menjadi orang yang jauh dari agama. Untuk itu sangat diperlukan penanaman pendidikan agama sejak dini hingga akhir hayat.

(13)



Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Mujadalah:11)1

Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sub Fiqh yaitu cara menyajikan materi pembelajaran tersebut kepada peserta didik. Karena selama ini penyampaian materi pembelajaran fiqh banyak menggunakan metode ceramah, hafalan dan diakhiri dengan Tanya jawab. Ketiga metode tersebut hampir selalu dipakai untuk menyampaikan semua materi pembelajaran Agama Islam khususnya bidang Fiqh. Padahal tidak semua materi pembelajaran Fiqh cocok dengan ketiga metode tersebut. Bukan berarti ketiga metode tersebut tidak baik, akan tetapi perlu diselingi dengan metode yang lain.

Kita ketahui bahwasannya belajar Fiqh merupakan suatu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Materi yang terdapat di dalamnya sangatlah banyak, sehingga banyak pula yang perlu dibahas. Belajar Fiqh terutama yang berkaitan dengan ibadah seperti shalat, haji dan janazah pada dasarnya adalah juga belajar keterampilan yang bertujuan untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah, sehingga latihan-latihan yang terarah dan teratur sangat diperlukan. Sebagaimana yang penulis amati, banyak siswa yang kesulitan dalam mempraktekkan konsep yang telah diterima, cara yang tepat dan benar dalam berwudhu, melaksanakan haji/ umroh, serta cara memandikan, mengkafani dan

1

(14)

3

menyolati jenazah yang kadang-kadang guru juga tidak memahami cara mempraktekkannya. Hal ini disebabkan kurangnya contoh, model atau media untuk didemonstrasikan baik oleh guru atau siswa, sehingga berdampak pada kurangnya penguasaan siswa pada konsep yang diberikan oleh guru, sebab salah satu dari prinsip belajar yaitu siswa mampu menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak terpenuhi.

Tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran yang baik dalam kegiatan pembelajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang baik pula antara guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Namun, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan terkadang muncul persoalan mengenai metode yang tepat dan akurat guna menghasilkan pencapaian pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Menentukan metode atau kegiatan belajar merupakan langkah penting yang dapat menunjang keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan itu harus disesuaikan dengan tujuan. Dalam menetapkan kegiatan belajar ini guru harus mengetahui kegiatan yang perlu dan tidak perlu dilakukan. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap metode pembelajaran memiliki implikasi strategi untuk pengembangan potensi siswa. Tetapi pada umumnya para guru masih memiliki kelemahan dalam menetukan metode yang terbaik untuk dipilih dan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya dikelas. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang digunakan guru harus benar-benar mampu memancing emosi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

(15)

Salah satu metode yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran Fiqh serta dapat memberikan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran adalah metode demonstrasi. “Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atau pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana cara membuatnya, terdiri dari bahan apa, bagaimana cara mengaturnya, bagaimana proses bekerjanya, bagaimana proses mengerjakannya, dll.”2

Oleh karena itu untuk bahan ajar yang sukar dipahami peserta didik, guru dapat membantunya dengan cara memperagakan apa yang diajarkan.

Demonstrasi dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang berdiri sendiri dalam proses belajar mengajar atau dapat digunakan bersama-sama dengan metode lain dalam suatu kombinasi multimetode. Jika demonsrasi digunakan dalam proses pembelajaran sebagai kombinasi metode diantara metode yang lain, pelaksanaan demonstrasi dapat ditempatkan pada awal, inti atau penutup pelajaran. Dalam penelitian ini metode demonstrasi digunakan sebagai metode yang berdiri sendiri. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dalam menerapkan suatu metode dengan metode tersendiri yaitu metode demonstrasi.

Menurut penulis, tidak semua bahan pelajaran dapat peserta didik pahami dengan mudah. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan metode demonstrasi. Melalui peranannya sebagai demonstrator, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya. Karena hal itu akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Dari beberapa jawaban dan jalan keluar yang ada serta cara mendapatkan jawaban yang paling tepat untuk mendekati kebenaran sesuai dengan ilmu yang ada. Jadi, metode demonstrasi tidak hanya melakukan suatu praktek saja, melainkan juga cara untuk mendapatkan tingkat pemahaman yang lebih mendalam.

2

J.J. Hasibun, Dip., Ed. Dan Moedjiono., Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Remaja

(16)

5

Pengajaran adalah suatu usaha manusia yang bersifat kompleks, oleh sebab banyaknyanya nilai-nilai dan faktor manusia yang turut terlibat di dalamnya. Dikatakan sangat penting, sebab pengajaran adalah usaha membentuk manusia yang baik. Kegagalan pengajaran dapat merusak satu generasi masyarakat.3

Dalam setiap peroses belajar mengajar sekurang-kurangnya terdapat unsur tujuan yang akan dicapai, bahkan pelajaran yang menjadi peroses, pelajar yang aktif belajar, guru yang aktif membimbing murid, metode belajar mengajar dan situasi belajar. Pengajaran sebagai suatu sistim menuntut agar semua unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain atau dengan kata lain tak ada unsur yang dapat ditinggalkan tanpa menimbulkan kepincangan dalam peroses belajar mengajar. Oleh karenanya setiap metode itu mempunyai ciri dan kegunaan secara khusus, seorang guru tidak cukup hanya mengetahui berbagai metode dan penggunaannya. Ia harus menguasai pula relavansi setiap metode itu dengan unsur-unsur lainnya dalam peroses belajar mengajar.

Pertanyaan yang biasa kita dengar dan umum berlaku pada masa lampau dan bahkan sampai sekarang ialah : metode-metode apakah yang akan digunakan dalam peroses belajar mengajar ? jarang sekali ditanyakan tentang tujuan apa yang harus diusahkan untuk dicapai oleh murid yang dimaksud dengan tujuan dalam uraian ini selanjutnya adalah tujuan intruksional khusus.4

Dalam mengelola aktifitas pembelajaran, digunakan materi dan berbagai media serta metode, sumber dan berbagai faktor pendukung. Guru harus melakukan aktifitas strategi yang meliputi: memberi penjelasan, ide,

mendemonstrasikan, mendefinisikan, membandingkan, memotivasi,

membimbing, mendisiplinkan, bertanya dan memberikan pengetahuan.

3

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar Mengajar, (Jakarta Bumi Aksara 2005), Cet

Ke 4, h. 135 4

Zakiah Daradjat dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara

(17)

Dalam mengimplementasikan pembelajaran, guru harus memiliki keterampilan tertentu, meliputi pengetahuan dan kemampuan. Melakukan pembelajaran pada dasarnya menciptakan sistem pembelajaran sesuai yang direncanakan sebelumnya. Sementara itu kemampuan yang harus dimiliki melipiti: kemampuan membuka pelajaran, kemampuan menjelaskan, memberi ide,

mendemonstrasikan, mendefinisikan, membandingkan, memotifaisi,

mendisiplinkan, bertanya, maupun mendorong untuk berfikir, memberikan pengetahuan, dengan menggunakan materi dan berbagai siasat, metode, media, sumber belajar dan semua faktor pendukung yang sesuai serta kemampuan untuk menyimpulkan pembelajaran.5

Metode pengajaran memiliki kedudukan yang amat strategis dalam mendukung keberhasilan pengajaran. Itulah sebabnya para ahli pendidikan sepakat bahwa seorang guru yang ditugaskan mengajar di sekolah, haruslah guru yang profesional, yaitu yang antara lain ditandai oleh penguasaan yang perima terhadap metode pengajaran. Melalui metode pengajaran, mata pelajaran dapat disampaikan secara efisien, efektif dan steruktur dengan baik sehingga dapat dilakukan perencanaan dan perkiraan dengan tepat.6

Salah satu metode pembelajaran yang dapat memberikan peran aktif siswa dalam peroses pembelajaran adalah metode demonstrasi, metode demonstrasi adalah salah satu metode yang memungkinkan terciptanya situasi yang melahirkan rasa ingin tahu (curiosity), dapat melatih kemampuan memperediksi suatu kejadian dan dapat melatih siswa agar terbiasa untuk menemukan pengetahuan berdasarkan pengalaman. Selain itu, metode ini dapat mengarahkan siswa agar tetap fokus pada materi pelajaran yang didemontrasikan. Metode demonstrasi ini merupakan metode yang efektif, sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu peroses atau peristiwa

5

Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta : Raja Wali Pers 2009), h. 337

6

Abuddin Nata, persepektif Islam Tentang strategi pembelajaran, ( Jakarta : Kencana ),

(18)

7

tertentu.7 Oleh karna itu, untuk bahan ajar yang sukar dipahami peserta didik, guru dapat membantunya dengan cara memperagakan apa yang diajarkan.

Dengan metode demonstrasi ini pengajaran menjadi semakin jelas, ,mudah diingat dan difahami, peroses belajar lebih menarik, mendorong kreatifitas peserta didik dan sebagainya.8

Metode demonstrasi dalam pelaksanaannya antara lain dapat digunakan dalam menyampaikan bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaimana berwudhu’ yang benar, bagaimana mengerjakan shalat yang benar, baik itu shalat lima waktu sehari semalam maupun shalat sunnah seperti shalat janazah, shalat sunnat istikharah, shalat sunnah tahajjud, shalat sunnah istisqa’ dan lain-lain sebagainya. Sebab kata demonstrasi terambil dari Demonstrasion = to show (memperagakan atau memperihatkan) peroses kelangsungan sesuatu.9

Demonstrasi dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang berdiri sendiri dalam peroses belajar mengajar, atau dapat digunakan bersama-sama dengan metode lain dalam satu kombinasi multimetode. Jika demonstrasi digunakan dalam peroses pembelajaran sebagai kombinasi metode di antara metode yang lain, pelaksanaan demonstrasi dapat ditempatkan pada awal, inti atau penutup pelajaran. Dalam penelitian ini metode demonstrasi digunakan sebagai metode yang berdiri sendiri. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalah pahamanan dalam menerapkan satu metode, dan peroses pembelajaran memang dilaksanakan dengan metode tersendiri yaitu metode demonstrasi.

Dalam intraksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat peserta didik pahami dengan mudah. Apalagi peserta didik yang mengalami intelegensi yang sedang. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan metode demonstrasi. Melalui peranannya sebagai demonstator, lecturer, atau pengajar,

7

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,

2003), h. 106 8

Abuddin Nata, persepektif Islam Tentang strategi pembelajaran, ( Jakarta : Kencana ),

2009, Cet ke 1 h. 184 9

Tayut Yusuf, Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, (Raja

(19)

guru hendaknya menguasai bahan atau meteri pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkanya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.10 Melalui peranannya sebagai demonstator, guru hendaknya mengetahui bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya dan mengembangkannya. Karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Sebagai pengajar, ia harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta mengetahu ilmu pengetahuan. Untuk itu, guru guru hendaknya menyampaikan fakta-fakta atau cara-cara secara tepat dan menarik kepada siswa sehingga penyerapan materi pelajaran oleh siswa dapat lebih optimal.11 Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu ialah guru tersebut senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya.12

Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam pelajaran, dimana peroses pembelajaran merupakan intidari peroses pendidikan secara keseluruhan.

Peroses pembelajaran merupakan suatu peroses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, dimana dalam peroses tersebut terkandung multiperan dari guru. Peran guru meliputi banyak hal, yaitu guru dapat berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencana pembelajaran, supervisor, motivator dan sebagai evaluator.

Pada dasarnya guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswanya dalam peroses pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk

10

Uzer Usman, Menjadi Guru Propesional, (jakarta: Rosda Karya, 2005), Cet ke-17. h.

9 11

Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta : Raja Wali Pers 2009), h. 328-329

12

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar Mengajar, (Jakarta Bumi Aksara), 2005,

(20)

9

mengenal lebih dekat keperibadian siswanya. Peroses assesing atau memperkirakan keadaan siswa adalah langkah awal untuk mengetahui lebih lanjut kondisi siswa untuk kemudian dievaluasi agar lebih kongkrit dan mendekati tepat untuk memahami keadaan siswanya, sehingga diharapkan jika guru telah mengetahui betul kondisi siswanya akan mempermudah memberikan meteri pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan bakat siswa.13

Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas). Ia menyampaikan pelajaran agar murid memehami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain dari itu juga berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikan.

Untuk mencapai tujuan-tujuan itu maka guru harus memahami sedalam-dalamnya pengetahuan yang akan menjadi tanggung jawabnya dan menguasai dengan baik metode dan tehnik mengajar.14

SMP Al Amanah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang berusaha membantuorang tua agar anaknya dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan tingkat pertama dan berusaha melahirkan generasi yang berkualitas, berilmu, kreatif dan berahklak mulia.

Dalam rangka membantu mencerdaskan kehidupan bangsa. SMP Al Amanah selalu berusaha meningkatkan kualitas pendidikanya. Salah satu usaha yang dilakukan ialah menggunakan metode-metode yang sesuai dengan kebutuhan para siswa dan materi pelajarannya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peroses penyampaian meteri pembelajaran kepada siswa, sehingga siswa mampu memahami materi yang telah disampaikan.

Guru bidang studi fiqih, sama saja dengan guru-guru lainnya menginginkan materi yang telah disampaikan dan diajarkan mampu dipahami

13

Rusman, . Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Propesionalisme Guru. Cet

Ke 4, Oktober 2011. Hal. 58-59 14

(21)

oleh seluruh siswanya, sehingga mereka dapat menguasai semua materi yang telah disampaikan. Dengan menggunakan metode yang baik dan benar, maka akan membantu mempermudah proses penyampaian materi pelajaran.

Secara umum metode-metode yang ada, tidak ada yang tidak bagus atau kurang tepat, mamun semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Akan tetapi pemilihan metode mengajar yang kurang tepat akan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa.

Salah satu bentuk metode pembelajaran adalah metode demonstrasi. Dimana metode ini berusaha untuk menyampaikan materi pelajaran dengan cara pemperaktekan atau memperagakan terkait dengan materi pelajaran yang sedang di bahas.

Dengan alasan tersebut dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa jika yang digunakan adalah metode demonstrasi pada bidang studi fiqih, maka diadakan penelitian yang berjudul : “Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Bidang Studi Fiqih (Studi Kasus di SMP Al-Amanah Pamulang)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu :

1. Kurangnya kreatifitas guru dalam menentukan metode pembelajaran khusus pada bidang studi Fiqih.

2. Guru kurang melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam belajar disebabkan metode yang digunakan kurang tepat.

3. Untuk efektifitas pembelajaran Pendidikan Fiqih Memerlukan media atau alat peraga yang agak sulit.

4. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar Fiqih.

(22)

11

6. Penerapan pembelajaran Fiqih dengan menggunakan metode demonstrasi jarang dipraktekkan oleh guru.

C. Pembatasan Masalah

Dalam tulisan ini penulis tidak akan membahas seluruh permasalahan yang ada, maka untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti sehingga tidak terlalu luas dan terarah. Penelitian ini dibatasi pada tinjauan empiris tentang: Penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran Fiqih Bab Haji kelas VII dan IX di SMP Al Amanah Pamulang:

a. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Fiqih dengan metode demonstrasi.

b. System Penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran Fiqih.

D. Perumusan Masalah

Berpijak pada latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas, maka dapat ditarik permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pengaruh metode demontrasi dalam pembelajaran Fiqih Bab Haji kelas VII dan IX di SMP Al Amanah Pamulang.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Metode Demontrasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Fiqih Bab Haji Kelas VII Dan IX di SMP Al Amanah Pamulang”.

F. Manfaat Penelitian

(23)
(24)

13 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Asal kata “metode” mengandung pengerertian “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan Hodos berarti “jalan atau cara”. 1

Metode mengandung implikasi bahwa proses penggunaannya bersifat konsisten dan sistematis, mengingat sasaran metode itu adalah manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Jadi penggunaan metode dalam proses kependidikan pada hakikatnya adalah sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik atau mengajar.

“Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetisi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar).”2

Dengan demikian makin baik metode, akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar.

1

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoretis Dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner), ( Jakarta : Buna Aksara ), Cet 1, 2003, h. 65. 2

Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi

(25)

Metodik khusus berarti suatu penyelidikan khusus untuk sesuatu peroyek. Dalam hal ini metodik adalah suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran agar siswa dapat mengetahui, memahami, mempergunakan dan dengan kata lain menguasai pelajaran tersebut.

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan sesuatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode lebih bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan.3

Adapun metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam penyampaian suatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep dan perinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait, terutama ilmu pesikologi. Ilmu-ilmu tersebut erat kaitannya dengan metode karena di dalamnya dijumpai pembahasan tentang jiwa dan perkembangan manusia sebagai salah satu pertimbangan dalam penyampaian teori, konsep dan wawasan kepadanya. Metode yang terkait dengan penyampaian teori, konsep dan wawasan yang terdapat dalam berbagai bidang ilmu tersebut dinamai metode pengajaran. Sedangkan ilmu yang mengkaji secara mendalam tentang berbagai metode yang terkait dengan pengajaran tersebut dinamai metodelogi pengajaran.

Metode pengajaran memiliki kedudukan yang amat strategis dalam mendukung keberhasilan pengajaran. Itulah sebabnya para ahli pendidikan sepakat bahwa seorang guru yang ditugaskan mengajar di sekolah, haruslah guru yang propesional, yaitu yang antaralain ditandai oleh penguasaan yang perima terhadap metode pengajaran. Melalui metode pengajaran, mata pelajaran dapat disampaikan secara efesien, efektif dan steruktur dengan baik sehingga dapat dilakukan perencanaan dan perkiraan dengan tepat.4

3

Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Seterategi Pembelajaran Bahasa, Cet Ke 3. Hal. 56

4

Abuddin Nata, persepektif Islam Tentang strategi pembelajaran, ( Jakarta : Kencana ),

(26)

15

“Demonstrasi berarti pertunjukkan atau peragaan. Dalam pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dilakukan pertunjukan sesuatu proses, berkenaan dengan materi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan baik oleh guru maupun orang luar yang diundang ke kelas. Proses yang didemonstrasikan diambil dari obyek yang sebenarnya”.5

2. Macam-macam Metode Pembelajaran dalam Peroses

Belajar-Mengajajar

Menurut Zakiah Daradjat, ada beberapa metode pengajaran dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) di antaranya adalah sebagai berikut : 6

1) Metode Ceramah.

Teknik mengajar melalui metode ini merupakan metode yang paling banyak dilakukan. Dalam metode ini seorang guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah siswa pada waktu dan tempat tertentu. Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap sesuatu masalah, karena itu cara tersebut sering disebut juga dengan metode kuliah. Namun dalam metode terdapat beberapa kelemahan-kelemahan yaitu seperti perhatian hanya berpusat pada guru, di sini guru lebih aktif sedangkan murid pasif.

2) Metode Diskusi

Metode ini erat kaitannya dengan metode lainnya, misalnya ceramah, demontrasi dan lainnya karena metode ini adalah bagian terpenting dalam memecahkan suatu masalah (Problem Solving).

Dalam metode diskusi yang terjadi bukan hanya percakapan atau debat biasa saja, tetapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam. Di sini peranan guru sangat penting dalam rangka menghidupkan gairah murid berdiskusi.

(27)

3) Metode Eksperimen

Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti ilmu Alam, ilmu Kimia dan sejenisnya, biasanya terhadap ilmu-ilmu Alam yang di dalam penelitiannya menggunakan metode yang bersifat objektif, baik dilakukan di dalam atau di luar kelas maupun suatu laboratorium tertentu. Metode ekperimen ini hendaknya diterapkan bagi pelajaran-pelajaran yang belum diterangkan atau diajarkan oleh metode lain sehingga terasa benar fungsinya. Karena setelah diadakan percobaan-percobaan barulah guru memberikan penjelasan dan kalau perlu diadakan diskusi terhadap maslah-masalah yang ditemukan dalam ekperimen tersebut.

4) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.

Dengan metode demonstrasi guru atau murid memperlihatkan kepada seluruh anggota kelas suatu peroses, misalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran Rasullah SAW.

5) Metode Pemberian Tugas

Yang dimaksud dengan metode ini ialah suatu cara dalam peroses belajar

mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid

mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Dengan cara demikian diharapkan agar murid belajar secara bebas tapi bertanggung jawab dan murid-murid akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk ikut mengatasi kesulitan-kesulitan itu.

6) Metode Sosioderama

Metode sosiodrama adalah juga semacam drama atau sandiwara, akan tetapi tidak dipersiapkan naskahnya terlebih dahulu. Tidak pula diadakan pembagian tugas yang harus mengalami latihan terlebih dahulu.

(28)

17

dilakukan setelah guru menjelaskan tentang sesuatu hal yang menyangkut bidang studi agama.

7) Metode Drill (latihan)

Penggunaan istilah “Latihan” sering diartikan dengan istilah “Ulangan”. Padahal maksudnya berbeda. Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenunya, sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap pelajaran tersebut.

8) Metode Kerja Kelompok

Apabila guru dalam menghadapi anak didik di kelas merasa perlu membagi-bagi anak didik dalam kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama, maka cara mengajar tersebut dapat dimanakan metode kerja kelompok.

Untuk kelompok yang dibagi berdasarkan kemampuan anak didik, tugas guru sebagai pembimbing lebih berat, karena harus secara cermat memperhatikan anak didik yang lemah agar jangan teralu dirugikan. Sedangkan bagi yang cerdas jangan sampai ada anggapan bahwa dengan adanya kelompok tidak memberi manfaat baginya. Dalam hal ini guru harus memberikan tugas kepada yang lebih cerdas untuk membantu rekan-rekannya yang lemah.

9) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah tehnik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan. Metode tanya jawab ini tidak dapat digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan kadar pengetahuan setiap anak didik dalam mutu kelas, karena metode ini tidak memberi kesempatan yang sama pada setiap murid untuk menjawab pertanyaan.

(29)

Metode ini disebut juga dengan tehnik pengajaran unik. Anak didik disuguhi bermacam-macam masalah dan anak didk bersama-sama menghadapi masalah tersebutdengan mengikuti langkah-langkah tertentu secara ilmiah, logis dan sistematis. Cara demikian adalah tehnik yang modern, karena murid tidak dapat begitu saja menghadapi persoalan tanpa pemikiran-pemikiran ilmiah.

Tujuan metode ini adalah untuk melatih anak didik agar berfikir secara ilmiah dan sistematis.

Sedangkan Dalam bukunya Tayar Yusuf dan Saiful Anwar, metode-metode yang digunakan dalam pengajaran yaitu:

1. Metode ceramah,

2. Metode tanya diskusi atau musyawarah, 3. Metode demonstrasi dan eksprimen,

4. Metode sosiodrama dan bermain peran (role playing method), 5. Metode kerja kelompok,

6. Metode tanya jawab, 7. Metode latihan siap,

8. Metode pemberian tugas (resitasi), 9. Metode sistem ragu (team teaching) 10.Metode insersi (sisipan),

11.Metode menyelubung wrapping, 12.Metode audio visual

13.Metode pemecahan masalah (problem solving). 14.Metode inquiry,

15.Metode karyawisata,

16.Metode proyek (project method), Metode herbart. 7

Metode apapun yang digunakan oleh pendidik atau guru dalam peroses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap

7

Tayut Yusuf, Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, (Raja

(30)

19

perinsip-perinsip KBM. Pertama berpusat kepada anak didik (student oriented), guru harus memandang anak didik sesuatu yang unik, tidak ada dua anak didik yang sama sekalipun mereka kembar. Satu kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama. Gaya belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan.

Kedua, belajar dengan melakukan (learning by doing). Supaya peroses belajar itu menyenangkan. Guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.

Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Peroses pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together).

Keempat, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Peroses pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik. Juga mampu memompa daya imajinatif anak didik untuk berfikir kritis dan kreatif.

Kelima, mengembangkan kreatifitas dan keterampilan memacahkan masalah. Peroses pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan guru bagaimana merangsang kreatifitas dan daya imajinasi anak untuk menemukan jawaban setiap masalah yang dihadapi anak didik.8

B. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi

“Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau memperhatikan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Dengan menggunakan metode demonstrasi, guru atau murid memperhatikan kepada seluruh anggota kelas mengenai suatu peroses, misalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW”.

8

Abdul majid, Perencanaan Pembelajaran Membangun Setandar Kompetensi Guru,

(31)

Sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut, guru lebih dahulu mendemonstrasikan yang sebaik-baiknya, lalu ikut memperaktekan sesuai dengan petunjuk.

Metode demontrasi adalah mengajar dengan menggunakan alat peragaan (meragakan), untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu peroses pembuatan tertentu pada siswa. to show atau memperkenalkan atau mempertontonkan.

Metode demonstrasi titik tekanannya pada memperagakan, bagaimana jalannya peroses tertentu. Metode demonstrasi dalam pelaksanaannya antara lain dapat digunakan dalam menyampaikan bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaimana berwudhu’ yang benar, bagaimana mengerjakan shalat yang benar, baik itu shalat lima waktu sehari semalam maupun shalat sunnah seperti shalat janazah, shalat sunnah istikharah, shalat sunnah tahajud, shalat sunnah istisqa’ dan lain-lain sebagainya. Sebab kata demonstrasi terambil dari Demonstrasion = to show (memperagakan atau memperihatkan) peroses kelangsungan sesuatu.9

Metode demonstrasi ialah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukankepada peserta didik tentang peroses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik yang sebenarnya maupun tiruannya.

Metode demonstrasi ini banyak digunakan dalam rangka mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan peroses pengaturan dan pembuatan sesuatu, peroses bekerjanya sesuatu, peroses mengerjakan atau menggunakanya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan juga untuk mengetahui dan melihat kebenaran sesuatu. Metode demonstrasi dilaksanakan dengan pertimbangan adanya tingkat perkembangan berfikir yang berbeda-beda yang dimulai dari yang kongkret kepada yang abstrak.

9

(32)

21

Selain itu, metode demonstrasi ini didasarkan pada asumsi bahwa mengerjakan dan meihat langsung lebih baik dari hanya sekedar mendengar, adanya perbedaan pada sifat pelajaran yang mengharuskan peragaan yang antara lain adanya perbedaan tipe belajar peserta didik, yakni ada yang tipe visual, auditif, motorik dan campuran.

Dengan metode demonstrasi ini pengajaran pengajaran menjadi semakin jelas, ,mudah diingat dan difahami, peroses belajar lebih menarik, mendorong kreatifitas peserta didik dan sebagainya. Namun demikian, metode ini memiliki kekurangan, antara lain memerlukan keterampilan guru secara khusus, keterbatasan peralatan, tempat, waktu dan biaya yang terbatas, serta adanya persiapan yang lebih matang dan terencana.

Untuk itu pelaksanaan metode demonstrasi ini harus dimulai dengan perencanaan dan persiapan yang matang, pelaksanaannya yang sistematis, konsisten dan sungguh-sungguh, serta tindak lanjut dan efaluasi evaluasi atas pelaksanaan demonstrasi.10

Sedangkan pengertian metode demonstrasi menurut Muhibbin Syah adalah “metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relavan dengan pokok bahasan atau materi-materi yang sedang disajikan”.11

“Demonstrasi berarti pertunjukkan atau peragaan. Dalam pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dilakukan pertunjukan sesuatu proses, berkenaan dengan materi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan baik oleh guru maupun orang luar yang diundang ke kelas. Proses yang didemonstrasikan diambil dari obyek yang sebenarnya”.12

10

Ibid, hal. 183-184

11

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, ( Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1995 ), h. 208 12

(33)

Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya menggabungkan penjelasan verbal dengan satu kerja fisik atau pengoprasian peralatan, barang atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang mendemonstrasikan (guru, murid atau orang luar) mempertunjukan sambil menjelaskan tentang :

a. Cara-cara melakukan kerja fisik atau cara-cara menggunakan peralatan.

b. Hal-hal yang harus diamati atau diperhatikan ketika kerja fisik atau penggunaan itu diselenggarakan.

c. Alasan-alasan mengapa hal itu dilakukan dan mengapa pula hasilnya demikian dan

d. Kepentingannya dilakukan langkah demi langkah atau tahap demi tahap dalam demonstrasi tersebut.

2. Langkah-langkah dalam Mengaplikasikan Metode Demonstrasi

Penerapan suatu metode ke dalam setiap situasi pengajaran haruslah

mempertimbangkan dan memperhatikan dari berbagai

kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempertinggi mutu dan efektifitas suatu metode tertentu. Kalau tidak, maka bukan saja akan berakibat peroses pengajaran menjadi terhambat, akan tetapi dapat berakibat lebih jauh, yakni tidak tercapainya tujuan pengajaran sebagaimana yang telah ditetapkan.13

Metode demonstrasi biasanya diaplilakasikan dengan menggunakan alat bantu pengajaran, seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain. Akan tetapi alat demonstrasi yang pokok adalah papan tulis dan whit board, mengingat fungsinya yang mutipurposes (serba guna). Dengan menggunakan papan tulis, guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat sekema, membuat hitungan matematika dan lain-lain peragaan konsef serta fakta yang memungkinkan.

13

(34)

23

Namun demikian, tentu tidak semua pokok bahasan atau meteri pelajaran yang harus diperagakan perlu alat peraga. Contoh pokok bahasan ibadah shalat dalam bidang studi agama Islam. Dalam peroses pengajaran peroses ibadah shalat, guru begitu perlu mendemonstrasikan dengan alat-alat peraga seperti VTR atau OHP, sebab para siswa lebih memerlukan peragaan langsung oleh para guru. Dalam mengajarkan kaifiah shalat, guru sebaiknya mendemonstrasikan sendiri peroses gerakan ibadah ritual itu mulai takbiratul ihram sampai salam diiringi dengan bacaan jelas (jahr) agar para siswa dapat mendengar dan mencocokannya dengan buku teks yang ada pada mereka. Selanjutnya para siswa turut mendemostrasikan pula sesuai dengan petunjuk dan peragaan guru mereka.14

Suatu demonstrasi yang baik membutuhkan persiapan yang teliti dan cermat agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka harus memperhatikan langkah-langkah dalam melakukan demonstrasi atau eksperimen berikut ini:

a. Langkah Umum:

1. Merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan apa yang akan dicapai siswa.

2. Mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan.

3. Memeriksa apakah semua peralatan itu dalam keadaan berfunsi atau tidak. 4. Menetapkan langkah pelaksanaan agar efesien.

5. Memperhitungkan/ menetapkan alokasi waktu. b. Langkah Demonstrasi:

1. Mengatur tata ruang yang memungkinkan seluruh siswa

dapat memperhatikan pelaksanaan demonstrasi.

2. Menetapkan kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan,

seperti:

a. Apakah perlu memberi penjelasan panjang lebar sehingga

siswa dapat memperoleh pemahaman luas.

b. Apakah siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan. c. Apakah siswa diharuskan membuat catatan tertentu. 3. Langkah Eksperimen:

a. Memberikan penjelasan secukupnya tentang apa yang

harus dilakukan dalam eksperimen.

14

(35)

b. Membicarakan dengan siswa tentang langkah yang di

tempuh, materi pembelajaran yang diperlukan, variable

yang perlu diamati dan hal yang perlu dicatat.

c. Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu

siswa selama eksperimen.

d. Menetapkan apa follow-up (tindak lanjut) eksperimen.15

Setelah perencanaan-perencanaan telah tersusun, sebaiknya diadakan uji coba terlebih dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditentukan dengan mengadakan uji coba dapat diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara lebih dini dan dapat peluang untuk emperbaiki dan menyempurnakannya.

Langkah selanjutnya dari metode ini adalah realisasinya, yaitu saat guru memperagakanatau mempertunjukan suatu peroses atau cara untuk mengikuti atau mempertunjukan kembali apa yang telah dilakukan guru, tingkah laku serta indra mereka, pengalaman langsung itu memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya dalam mengetahui apa yang dipelajarinya.

Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai dari hasil penggunaan metode demonstrasi tersebut diadakan evaluasi dengan cara menyuruh murid mendemonstrasikan apa yang telah didemonstrasikan atau diperaktekkan oleh guru.

Pada hakikatnya, semua metode itu baik, tidak ada yang paling baik dan efektif kerena hal itu tergantung kepada penempatan dan penggunaan metode terhadap materi yang sedang dibahas. Yang paling penting, guru mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode tersebut.

Metode demonstari ini tepat untuk digunakan apabila

bertujuan untuk : “memberikan keterampilan tertentu,

memudahkan berbagai jenis penjelasan sebab penggunaan bahasa

lebih terbatas, menghindari verbalisme, membantu anak dalam

15

(36)

25

memahami dengan jelas jalannya suatu peroses dengan penuh

perhatian sebab lebih menarik”.16

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi dalam Peroses Belajar Mengajar

Penggunaan metode demonstrasi dalam peroses belajar mengajar memiliki arti penting. Banyak keuntungan pesikologis-pesikologis yang dapat diraih dengan menggunakan metode demosntrasi :

a. Perhatian anak didik dapat dipusatkan dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat diamati secara tajam

b. Perhatian anak didik akan lebih terpusat kepada apa yang didemonstrasikan , jadi perosess belajar anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.

c. Apabila anak didik sendiri ikut aktif dalam suatu percobaan yang bersifat demonstratif, maka mereka akan memperoleh pengalaman yang melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam mengembangkan kecakapan.17

d. Dengan keterlibatan siswa secara aktif terhadap jalannya sesuatu peroses tertentu melalui pengamatan dan percobaan, siswa mendapat pengalaman peraktis yang biayanya bersifat tahan lama.

e. Menghindarkan pengajaran yang bersifat verbalisme di mana sisswa tidak bisa memahami dan mengerti apa yang diucapkan (pandai mengucapkan tetapi tidak mengerti maksudnya), atau bisa membaca Al-Qur’an tetapi tidak bisa menulis dengan benar.

f. Dapat mengurangi kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca buku, karena siswa telah memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatan langsung.

g. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab di waktu mengamati demonstrasi

Adapun kekurangan dari Metode Demonstrasi antaranya ialah :

16

Ibid, hal. 94-95 17

(37)

a. Dalam pelaksanaannya demonstrasi memerlukan waktu dan persiapan yang matang, sehingga dapat menyita waktu yang cukup banyak.

b. Demontrasi dalam pelaksanannya banyak menyita biaya dan tenaga yang tidak sedikit (jika memekai alat-alat yang mahal).

c. Tidak semua hal yang dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Hal ini dapat terjadi misalnya bila alat-alat peraga demonstrasi sangat berat/besar atau berada di tempat yang jauh. Dalam bidang agama masalah Tauhid atau keimanan misalnya sulit titerapken melalui metode ini. Sebab masalah keimanan bersifat abstrak dan tidak dapat divisualisasikan.

d. Demosntrasi akan menjadi tidak efektif bila siswa tidak turut aktif dan suasana gaduh.18

Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstrasi, maka dalam bidang studi agama, banyak yang dapat didemonstrasikan, terutama dalm bidang pelaksanaan ibadah, zakat, rukun haji dan lain-lain.

Apabila teori menjalankan shalat yang betul dan baik telah dimiliki oleh anak didik, maka guru mencoba mendemonstrasikan di depan para murid. Atau dapat juga dilakukan, guru memilih seorang murid yang paling terampil, kemudian di bawah bimbingan guru disuruh mendemonstrasikan cara shalat yang baik di depan teman-temannya ang lain.

Pada saat anak didik mendemosntrasikan shalat, guru harus mengamati langkah demi langkah dari setiap gerak-gerik murid tersebut, sehingga kalau ada sege-segi yang kurang, guru berkewajiban memperbaikinya.19

C. Bidang Studi Fiqih

(38)

27

dan Kompetensi Dasar (KD) sebagaimana yang di tetapkan dalam peraturan Kementrian Agama RI No. 02 Tahun 2008 yaitu sebagai berikut :20

Kelas VII, Semester 1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Melaksanakan ketentuan taharah (bersuci)

1.1Menjelaskan macam-macam najis dan tatacara taharahnya ( bersucinya ) 1.2Menjelaskan hadas kecil dan tatacara

taharahnya

1.3Menjelaskan hadas besar dan tatacara taharahnya

1.4Mempraktikkan bersuci dari najis dan hadas.

2. Melaksanakan tatacara salat fardu dan sujud sahwi

2.1 Menjelaskan tatacara salat lima waktu 2.2 Menghafal bacaan-bacaan salat lima

waktu

2.3 Menjelaskan ketentuan waktu salat lima waktu

2.4 Menjelaskan ketentuan sujud sahwi 2.5 Mempraktikkan salat lima waktu dan

sujud sahwi

3. Melaksanakan tatacara azan, iqamah ,salat jamaah

3.1 Menjelaskan ketentuan azan dan iqamah

3.2 Menjelaskan ketentuan salat

berjamaah

3.3 Menjelaskan ketentuan makmum

masbuk

3.4 Menjelaskan cara mengingatkan

imam yang lupa

3.5 Menjelaskan cara mengingatkan

imam yang batal

3.6 Mempraktikkan azan, iqamah, dan salat jamaah

(39)

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 4. Melaksanakan tatacara

berzikir dan berdoa setelah salat

4.1 Menjelaskan tatacara berzikir dan berdoa setelah salat

4.2 Menghafalkan bacaan zikir dan doa setelah salat

4.3 Mempraktikkan zikir dan doa setelah shalat.

Kelas VII, Semester 2

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Melaksanakan tatacara salat wajib selain salat lima waktu

1.1 Menjelaskan ketentuan salat dan khutbah Jumat.

1.2 Mempraktikkan khutbah dan salat Jumat.

1.3 Menjelaskan ketentuan salat jenazah

1.4 Menghafal bacaan-bacaan salat

jenazah

1.5 Mempraktikkan salat jenazah 2. Melaksanakan tatacara salat

jama’, qhasar, dan jama’ qasar serta salat dalam keadaan darurat

2.1 Menjelaskan ketentuan salat jama’, qashar dan jama’ qashar

2.2 Mempraktikkan salat jama’, qashar dan jama’ qashar

2.3 Menjelaskan ketentuan salat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan

2.4 Mempraktikkan salat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan

3. Melaksanakan tatacara salat sunnah muakkad dan ghairu muakkad

3.1 Menjelaskan ketentuan salat sunnah muakkad

3.2 Menjelaskan macam-macam salat sunnahmuakkad

(40)

29

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

muakkad

3.4 Menjelaskan ketentuan salat sunnah ghairu muakkad

3.5 Menjelaskan macam-macam salat sunnahghairu muakkad

3.6 Mempraktikkan salat sunnahghairu muakkad

Kelas VIII, Semester 1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Melaksanakan tata cara sujud di luar salat

1.1 Menjelaskan ketentuan sujud syukur dan tilawah

1.2 empraktikkan sujud syukur dan tilawah

2. Melaksanakan tata cara puasa

2.1 Menjelaskan ketentuan puasa 2.2 Menjelaskan macam-macam puasa

3. Melaksanakan tatacara zakat

3.1 Menjelaskan ketentuan zakat fitrah dan zakat maal

3.2 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat

3.3 Mempraktikkan pelaksanaan zakat fitrah dan maal

Kelas VIII, Semester 2

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami ketentuan pengeluaran harta di luar zakat

1.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shadaqah, hibah dan hadiah

(41)

2. Memahami hukum Islam tentang haji dan umrah

2.1 Menjelaskan ketentuan ibadah haji dan umrah

2.2 Menjelaskan macam-macam haji 2.3 Mempraktikkan tatacara ibadah haji

dan umrah

2. Memahami hukum Islam

tentang makanan dan minuman

3.1 Menjelaskan jenis-jenis makanan dan minuman halal

3.2 Menjelaskan manfaat mengkonsumsi makanan dan minuman halal

3.3 Menjelaskan jenis-jenis makanan dan minuman haram

3.4 Menjelaskan bahayannya

mengkonsumsi makanan dan

minuman haram

3.5 Menjelaskan jenis-jenis binatang yang halal dan haram dimakan

Kelas IX, Semester 1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami tata cara 1.3 Menjelaskan ketentuan akikah

1.4 Mempraktikkan tatacara kurban dan akikah

2. Memahami tentang muamalah

2.1 Menjelaskan ketentuan jual beli 2.2 Menjelaskan ketentuan qiradh 2.3 Menjelaskan jenis-jenis riba

2.4 Mendemonstrasikan ketentuan

pelaksanaan jual beli, qiradh, dan riba

Kelas IX, Semester 2

(42)

31

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami muamalah di luar jual beli

1.1 Menjelaskan ketentuan pinjam

meminjam

1.2 Menjelaskan ketentuan utang piutang, gadai, dan borg

1.3 Menjelaskan ketentuan upah

1.4 Mendemonstrasikan ketentuan tata cara pelaksanaan pinjam meminjam, utang piutang, gadai dan borg serta pengurusan jenazah, takziyah dan ziarah kubur

Setiap orang berbuat dan bertindak dengan sadar, seperti seorang pendidik atau guru, tentu menggunakan metode atau cara tertentu untuk memcapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, berhasil atau tidak suatu perbuatan banyak tergantung kepada metode yang digunakan. Untuk dapat menggunakan metode yang baik, seorang pendidik harus mempunyai pengetahuan tentang kebaikan dan keburukan metode tersebut.

Selain harus menguasai materi, seorang pendidik juga harus dapat menempatkan metode sesuai dengan meteri pelajaran agar maksud dan tujuan tercapai, seperti materi pelajaran Fiqih di SMP Al Amanah, yang banyak membahas tentang hukum yang mengatur pola hubungan manusia dengan tuhannya, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan.

(43)

Begitu pila dalam pengajaran fiqih, dengan metode demonstrasi diharapkan proses belajar mengajar berjalan dengan efektif dan siswa memiliki kesadaran akan fungsi dan kedudukan yang mukallaf.

E.Hasil Belajar

Perogram pengajaran agama dapat dipandang sebagai suatu usaha mengubah tingkah laku siswa dengan menggunakan bahan pengajaran agama. Tingkah laku yang diharapkan itu terjadi setelah siswa mempelajari pelajaran agama dan dinamakan hasil belajar siswadalam bidang pelajaran agama.

Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku bagaimana bentuk tingkah laku yang diharapkan berupah itu dinyatakan dalam perumusan tujuan intruksional.

Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu, meliputi tiga aspek, yaitu : pertama, aspek kognitif. Meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan, pengetahuna dan perkembangan keterampilan atau kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut, kedua, aspek efektif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran, dan ketiga, aspek psikomotorik, meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik.21

F.Pengajuan Hipotesis

Dalam sebuah penelitian perlu sekali adanya hipotesis, sebagai indikasi untuk menarik kesimpulan penelitianyang berbentuk dalil atau generalasi, kemudian dalil atau generalasi tersebut akan dibuktikan dan diteliti serta diuji kebenarannya.

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara yang sifatnya bisa benar atau juga salah. Maka itulah diperukan penelitian.

Dalam penelitian skripsi ini, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

21

(44)

33

Hipotesis Alternatif (Ha) : Terdapat pengaruh yang fositif antara metode demonstrasi terhadap keberhasilan belajar siswa SMP Al Amanah kelas VIII dan kelas IX pada pembelajaran bidang studi fiqih.

(45)

34 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi yaitu di lembaga pendidikan suasta, tempatnya di SMP Al Amanah Jl. Raya Puspitek Desa Bakti Jaya Setu Tanggerang Selatan.

Hal ini sesuai dengan judul penulis yaitu : “PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA BIDANG STUDI

FIQIH DI SMP AL AMANAH PAMULANG”

Alasan penulis memilih lokasi ersebut, karena penulis ingin mengetahui

secara pasti “apakah terdapat pengaruh yang fositif antara peggunaan metode

demonstrasi terhadap hasil belajar siswa dalam bidang studi fiqih?”. Untuk itu yang menjadi objek penelitian adalah siswa SMP Al Amanah Kelas VIII f dan IX f tahun ajaran 2012-2013 dan guru mata pelaharan fiqih sebagai pendukung di sekolah tersebut. Sebab siswa merupakan unsur penentu dalam penelitian ini.

B. Variabel Penelitian

(46)

35

1. Metode demonstrasi

Metode demontrasi adalah mengajar dengan menggunakan alat peragaan (meragakan), untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu peroses pembuatan tertentu pada siswa. To Show atau memperkenalkan atau mempertontonkan.

2. Keberhasilan siswa pada mata pembelajaran fiqih

Hasil belajar adalah kemampuan dan perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami peroses belajar dalam bentuk nilai-nilai yang dapat diamatidan diukur dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan.

Hasil belajar merupakan hasil belajar yang telah dicapai dalam suatu peroses aktifitas yang dapat membawa perubahan tingkah laku pada individu. Perubahan pertama, meliputi perubahan-perubahan dari segi penguasaan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Kedua, asfek afektif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran. Ketiga, aspek psikomotor, meliputi perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik. Ketiga aspek tersebut dievaluasi dan evaluasi itu diaktualisasikan dalam bentuk angka dan skor.

Adapun penelitian ini, variabelnya sebagai berikut : Variabel X = metode demonstrasi Variabel Y = hasil belajar

C. Populasi dan Sempel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.1

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek

1

(47)

yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut.2

Sempel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sempel yang diambil dari populasi itu.3 Dengan kata lain sempel adalah wakil populasi yang diteliti.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu peroses pengadaan data perimer untuk keperluan penelitian. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa tehnik yaitu :

1. Observasi

Ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab antara si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Maksudnya adalah agar orang yang diperiksa itu memukakan isi hatinya, pandangan-pandangannya, pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga pemeriksa dapat lebih mengenalnya.4

3. Angket ( kuesioner)

Angket adalah wawancara tertulis. Dalam angket, pertanyaan-pertanyaan sudah disusun secara tertulis dalam lembar-lembar pertanyaan. Orang yang diperiksa tinggal membaca pertanyaan-pertanyaan itu dan memberi jawaban-jawaban secara tertulis pula dalam kolom-kolom yang sudah disediakan.

2

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2006), Cet. 2,

Hal. 89 3

Ibid, hal. 90

4

Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (jakarta : bulan bintang, 2003) cet

(48)

37

Jawaban-jawaban itu selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui hal-hal yang sedang diteliti.5

4. Dokumentasi

Merupakan pencatatan data-data yang reavan dengan masalah yang sedang diteliti kemudian data-data tersebut didokumentasikan. Adapaun tehnik pengumpulan data-data tersebut ini penulis pergunakan untuk memperoleh data-data tentang hasi belajar siswa kelas VIII f dan kelas IX f di SMP Al amanah.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan variabel metode demonstrasi dengan hasil belajar siswa bidang studi fiqih. Adapun kisi-kisi instrumennya sebagai berikut :

TABEL 3.1

Kisi-Kisi Intrumen Penelitian

Variabel Dimensi

variabel

Indikator variabel Item Jumlah

Item

demonstrasi dalam bidang study fiqih

2. Penggunaan waktu dan

pelaksanaan metode

demonstrasi

3. Merumuskan tujuan yang jelas dari sudut kegiatan

yang diharapkan dapat

mencapai setelah di

demonstrasikan.

4. Penentuan alat-alat yang

(49)

b.Evaluasi.

diperlukan untuk

didemonstrasikan.

1. Memberikan pertanyaan dan memberikan tugas setelah

bahan ajaran di

demonstrasikan.

2. Memberikan ujian peraktek untuk menilai pemahaman siswa.

1. Dapat diukur dengan test. 2. Perubahan tingkah laku.

Teknik analisis data digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara dua variabel. Maka cara-cara yang digunkan dalam penelitian ini yaitu :

(50)

39

2. Skoring yaitu bahan untuk menentukan skor dalam hasil penelitian, tetepkan bahwa untuk responden yang menjawab diberi bobot nilai sebagai berikut :

Tabel 3.2

Jawaban Dalam Skoring

Pertanyaan Positif Negatif

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang-kadang 2 3

Tidak pernah 1 4

3. Tabulating yaitu mentabulasi jawaban yang berhasil dikumpulkan kedalam tabel yang telah disediakan. Setelah mengumpulkan data, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan menganalisis kuantitatif secara deskriptip yang sebelumnya telah dilakukan perosentasinya dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi sebagai berikut :

Keterangan :

P = Presentase untuk setiap kategori jawaban

F = Frekuensi jawaban responden

N = Number Of Cases (banyaknya individu)

TABEL 3.3

Indeks Korelasi Produc Moment

Besarya “r” produc Interpretasi

0,00 – 0,20 Antara variabel X dan varabel Y

memang terdapat korelasi, akan tetepi itu sangat lemah atau sangat rendah

sehingga korelasi itu diabaikan.

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan varabel Y

terdapat korelasi yang lemah

(51)

terdapat korelasi yang sedang atau cukup

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan varabel Y

terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan varabel Y

terdapat korelasi yang sangat tinggi 6

Setelah diberikan interpetasi terdapat angka indeks korelasi “r” produc

moment dengan jalan berkonsultasi pada nilai produc moment, maka prosedur selanjutnya secara berturut-turut adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan atau membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil atau hipotesis Nol (Ho).

2. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang diajukan dengan

cara membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam peroses perhitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum

dalam tabel nilai “r” produc moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari

drajat besarnya (db) atau degrees of feedomnya (d) yang rumusnya :

Df = degrees of feedom N = nomber of cases

nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan

setelah hasilnya dicocokan dengan pedoman nilai koefisien korelasi “r”

produc moment baik pada taraf signifikansi 5 % ataupun pada taraf sifgnifikansi 1 % kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak.

6

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (jakarta PT Raja Grafindo Persada,

(52)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Al Amanah

1. Sejarah Berdirinya SMP Al Amanah

Al Amamah berada di Tangerang Selatan tepatnya Jl. Raya Puspitek Desa Bakti Jaya Setu Tangerang Selatan berdiri pada tahun 1991 atas inisiatif ulama setempat yang dipelopori oleh Drs. H. TB Suhandi Ch. S. Ag dengan dukungan dana baik moril maupun materil dari masyarakat setempat, berdirilah yayasan pembinaan dan pendidikan Islam Al Amanah yang menaungi pondok Pesantren, TK Al Amanah, SD Al Amanah, SMP Al Amanah dan SMK Al Amanah. Jika digambarkan kondisi SMP Al Amanah saat ini adalah :1

Tabel 4.1 Data SMP Al Amanah

Nama SMP SMP Al Amanah

Berdiri Tahun 1991

Status TERAKREDITASI

1

Gambar

TABEL 3.1 Kisi-Kisi Intrumen Penelitian
Tabel 3.2 Jawaban Dalam Skoring
Tabel 4.1 Data SMP Al Amanah
 Tabel 4.2 a. Prestasi Pesrta Didik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tugas akhir ini Fuzzy Logic akan digunakan sebagai pengontrol robot keseimbangan ini, karena dengan kontrol ini, tingkat kestabilan dan controllability yang

Berdasarkan 2 kesimpulan hasil penelitian diatas menjelaskan bahwa e-learning di SMA Yadika 8 sesuai dengan hipotesis awal dimana e-learning dianggap belum dapat memenuhi ekspektasi

Madu digunakan pada pengujian dengan pemberian oral menggunakan dosis 10,40 g/kg yang dilanjutkan dengan pengamatan waktu aktivitas serta uji biokimia darah dengan parameter

Atas dasar tersebut maka tercetus suatu pemikiran, apakah hal ini juga dapat dilakukan terhadap panjang tulang telapak tangan, guna menentukan panjang badan seseorang, dan

Artikel dengan judul “ Uji Aktivitas Perasan Brokoli (Brassica Oleracea Var. Italica) Terhadap Jumlah Trombosit Tikus Putih Jantan Galur Wistar Trombositopenia

Dalam penelitian ini rata-rata ROE tertinggi ada pada perbankan Indonesia disusul Malaysia, Thailand, kemudian Filipina, sedangkan rata-rata ROE terendah ada

Adapun penentuan waktu salat selain salat Zuhur (Asar, Magrib, Isya dan Subuh) dalam Syawariq al-Anwar adalah bahwa dalam perhitungannya untuk mencari sudut waktu

Sedangkan penelitian saya mengkaji tentang peran modal sosial Kopma UNY yang mampu membangun Kopma menjadi salah satu UKM yang besar baik secara organisasi