• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Lanskap Kebun Percobaan Sindang Barang sebagai Sarana Agrowidyawisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Lanskap Kebun Percobaan Sindang Barang sebagai Sarana Agrowidyawisata"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN LANSKAP KEBUN PERCOBAAN SINDANG BARANG SEBAGAI SARANA AGROWIDYAWISATA

FAUZAN MUHAMAD FAHRUDIN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Lanskap Kebun Percobaan Sindang Barang sebagai Sarana Agrowidyawisata adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

FAUZAN MUHAMAD FAHRUDIN. Desain Lanskap Kebun Peccobaan Sindang barang Sebagai Sarana Agrowidyawisata. Dibimbing oleh AKHMAD ARIFIN HADI.

Kebun Percoban Sindang Barang (KPSB) merupakan salah satu fasilitas pendukung kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengabdian masyarakat. KPSB merupakan salah satu unit dari University Farm (UF) IPB dengan luas 78 750 m2, termasuk di dalamnya Blok tanaman, kebun penelitian, dan bangunan serta fasilitas pendukung. Kondisi KPSB saat ini kurang berfungsi secara optimal dan kurang dimanfaatkan dengan baik karena kurangnya fasilitas yang tersedia. Oleh sebab itu diperlukan adanya desain lanskap sebagai acuan dalam pengembangan KPSB di masa yang akan datang. Tujuan penelitian yang dilakukan di KPSB ini adalah untuk merancang kebun percobaan dengan konsep tekno-ekologis. Penelitian ini menggunakan metode survei dan deskritpif dengan pendekatan desain yang dilakukan Bell (2008). Konsep desain yang dihadirkan adalah agrowidyawisata tekno-ekologis. Konsep ini menghadirkan fasilitas utama untuk keperluan pendidikan dan penelitian, namun dapat digunakan pula untuk kegiatan agrowidyawisata. Zona yang direncanakan yang dalam penelitian ini yaitu: penerimaan (9%), pertanian (27%), edukasi (23%), ternak (11%), talun (20%), dan wisata (10%). Pembagian zonasi tersebut, diharapkan kegiatan agrowidyawisata dapat terlaksana dengan baik di masa yang akan datang.

Kata kunci: agrowidyawisata, desain lanskap, kebun percobaan.

ABSTRACT

FAUZAN MUHAMAD FAHRUDIN. Sindang Barang Experimental Field Landscape Design as Agrotourism Facilities. Supervised by AKHMAD ARIFIN HADI.

.

Sindang Barang Experimental Field (KPSB) is one of a supporting facilities for research, education, and community service. KPSB is one of University Farm (UF) of IPB, with total area 78 750 m2, consist of planting Bloks, research garden, building, and supporting facilities. Recently, KPSB is not used optimally and and not put in good use due to lack of facilities. Therefore, landscape design of KPSB is needed as a reference for future development of KPSB. The purpose of this study is designing an experimental field with techno-ecologycal farming concept. This research used survey and descriptive method with the design phase approach followed Bell (2008). The main design concept is techno-ecological agro tourism. This design was not only concern about research and education activities, but also how to support agro tourism. The zoning in this design are: welcome area (9%), agriculture (27%), education (23%), fisheries (11%), talun (20%), and tourism (10%). In the future, it is expected that agrotourism activities can be done well on KPSB.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DESAIN LANSKAP KEBUN PERCOBAAN SINDANG BARANG SEBAGAI SARANA AGROWIDYAWISATA

FAUZAN MUHAMAD FAHRUDIN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Judul Skripsi : Desain Lanskap Kebun Percobaan Sindang Barang sebagai Sarana Agrowidyawisata

Nama : Fauzan Muhamad Fahrudin NIM : A44090095

Disetujui oleh

Akhmad Arifin Hadi, SP. MA. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat ilmu, rahmat, dan hidayah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. Judul skripsi yang dipilih adalah “Desain Lanskap Kebun Percobaan Sindang Barang sebagai Sarana Agrowidyawisata”. Skripsi penelitian ini berisi tentang hasil penelitian untuk menyelesaikan masalah kondisi Kebun Percobaan Sindang Barang. Permasalahan yang terjadi adalah Kebun Percobaan Sindang Barang yang belum dipergunakan secara optimal untuk kepentingan penelitian dan agrowisata karena belum pernah dilakukan renovasi sejak pertama kali dibangun. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi alternatif desain bagi University Farm IPB, yang dalam hal ini adalah pengelola Kebun Percobaan Sindang Barang.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Akhmad Arifin Hadi, SP., MA., selaku pembimbing skripsi yang sudah memberi banyak dukungan dan masukan dalam pembuatan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ibu Fitriyah Nurul H. Utami, ST., MT. selaku pembimbing akademik, karena arahan dari beliau penulis bisa menyelesaikan studi di Departemen Arsitektur Lanskap IPB tanpa kendala yang berarti.

Penghargaan dari penulis disampaikan kepada pihak-pihak yang membantu selama pelaksanaan penelitian ini, diantaranya: University Farm IPB, Bapak Ma’mun selaku farm manager Kebun Percobaan Sindang Barang, BPDAS Ciliwung-Citarum, dan masih banyak lagi pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Persembahan terbaik kepada Papa Mochammad Yusup, izinnya yang membawa penulis untuk bisa belajar di departemen ini, semoga tulisan ini bisa menjadi kebanggaan untuk beliau. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ummi Siti Nurlaela yang sudah memberikan motivasi serta dukungan terbaiknya kepada penulis, Ainul Fadilah dan Iqbal MF, serta kepada keluarga Arsitektur Lanskap’46. Terimakasih atas dukungan, masukan, serta segala bantuannya.

Demikian skripsi penelitian ini dibuat, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penelitian 1

1.3 Manfaat Penelitian 1

1.4 Kerangka Pikir Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Perancangan Lanskap 3

2.2 Kebun Percobaan 3

2.3 Agrowisata dan Agrowidyawisata 4

3 METODE 5

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 5

3.2 Alat dan Bahan 6

3.3 Metode Penelitian 6

4 KONDISI UMUM 8

4.1 Kondisi Umum Kotamadya Bogor 8

4.2 Kondisi Umum Kebun Percobaan Sindang Barang 9

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 18

5.1 Analisis 18

5.2 Sintesis 23

5.3 Konsep 23

5.4 Desain Lanskap 32

6 SIMPULAN DAN SARAN 43

6.1 Simpulan 43

6.2 Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 46

(10)

DAFTAR TABEL

1. Jadwal kegiatan penelitian 5

2. Data inventarisasi yang dikumpulkan 6

3. Pembagian zonasi ruang 28

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pikir penelitian 2

2. Lokasi Penelitian 5

3. Diagram tahapan penelitian 7

4. Peta Dasar Kebun Percobaan Sindang Barang 9

5. Suhu rataan Sindang Barang 2012-2013 10

6. Kelembaban rataan Sindang Barang 2012-2013 10

7. Curah hujan rataan Sindang Barang 2012-2013 10

8. Peta klasifikasi jenis tanah Kecamatan Bogor Barat. 11

9. Peta topografi KPSB 12

10. Sumber pengairan tapak 13

11. Vegetasi dominan 13

12. Sebaran visual kebun di tapak 14

13. Akses masuk ke tapak 14

14. Peta inventarisasi iklim dan sirkulasi 15

15. Beberapa fasilitas di tapak 16

16. Aktifitas pengunjung KPSB 16

17. Preferensi pengunjung mengenai KPSB 17

18. Jenis agrowisata yang diminati pengunjung KPSB 17

19. Fasilitas yang diinginkan 17

20. Analisis visual 21

21. Diagram modifikasi konsep tekno-ekologis (Guntoro, 2011) 24 22. Marra Farm sebagai referensi urban community farm 25

23. Bentuk-bentuk geometris 25

24. Contoh konsep desain geometrik alami 26

25. Diagram konsep ruang KPSB 27

26. Konsep ruang dan sirkulasi 28

27. Ilustrasi pola penanaman penaung dan estetika 29

28. Ilustrasi pola penanaman talun 30

29. Konsep vegetasi 30

30. Konsep hidrologi 31

31. Site plan KPSB 33

32. Gambar perspektif KPSB 34

33. Gambar potongan tampak KPSB 35

34. Area Penerimaan KPSB 35

35. Ilustrasi bangunan servis pertanian 36

36. Ilustrasi bedengan pertanian 36

37. Ilustrasi zona perikanan KPSB 37

(11)

39. Ilustrasi rumah pondok KPSB 37

40. Gambar detil aspal berporos 38

41. Detil perkerasan 38

42. Ilustrasi plaza interpretasi 39

43. Ilustrasi dan detil bangku 39

44. Ilustrasi dan detil tempat sampah 40

45. Ilustrasi dan detil pagar 40

46. Ilustrasi dan detil gazebo 41

47. Rencana penanaman Blok A 41

48. Rencana penanaman Blok B 42

49. Diagram sistem pertanian tekno-ekologis di KPSB 43

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta kemiringan lahan Kotamadya Bogor 46

2. Hasil uji sampel tanah KPSB 47

3. Kuesioner penelitian 48

4. Rekapitulasi data iklim sesaat 50

(12)
(13)

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kampus adalah daerah lingkungan bangunan utama perguruan tinggi tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi berlangsung (Alwi 2007). Sebuah kampus yang baik idealnya mempunyai fasilitas yang lengkap dan memadai dalam memenuhi fungsinya sebagai tempat pembelajaran, baik secara formal maupun informal. Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai kampus berbasis pertanian tropika dan bio sains berupaya untuk menghasilkan lulusan yang berkompetensi terutama pada bidang pertanian. Kondisi yang mendukang diperlukan memenuhi misi dan fungsi IPB, antara lain tersedianya fasilitas yang memadai, keadaan lingkungan yang nyaman, tertib dan bersih serta etika kehidupan yang mengutamakan pada kebenaran dan kejujuran (IPB 2009).

Fasilitas pendukung suatu kampus sangat diperlukan dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi. IPB memiliki fasilitas pendukung pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, seperti: ruang kelas, laboratorium, studio, perpustakaan, pusat bahasa, wisma, poliklinik, asrama mahasiswa, dan lain sebagainya. Salah satu fasilitas kampus yang mengakomodir laboratorium lapang di IPB adalah University Farm.

University Farm (UF) IPB memiliki beberapa kebun percobaan yang tersebar di Bogor dan sekitarnya. Salah satunya terdapat di Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Kebun Percobaan Sindang Barang (KPSB) ini kurang dimanfaatkan oleh mahasiswa, padahal lahan ini sangat berpotensi dijadikan sebagai lokasi penelitian. Selain itu, kebun percobaan ini belum pernah mengalami renovasi sejak pertama kali dibangun. Hal-hal tersebut yang membuat kebun percobaan ini terlihat tidak terawat. Minimnya perhatian dari pihak kampus terhadap kebun percobaan ini juga membuat masyarakat sekitar terkadang menggunakan kebun percobaan ini seperti milik sendiri.

Berbagai masalah tersebut melatarbelakangi perlu adanya desain lanskap Kebun Percobaan Sindang Barang. Nantinya tempat ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh civitas IPB. Selain itu, berdasarkan program pengembangan KPSB, akan didesain pula sarana agrowidyawisata di dalamnya, sehingga KPSB akan bermanfaat secara lebih luas bagi masyarakat.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan di KPSB ini adalah:

1. Mengidentifikasi serta menganalisis potensi serta kendala yang ada di KPSB, 2. Mendesain kebun percobaan yang ideal untuk digunakan sebagai

laboratorium lapang bagi civitas IPB, serta dapat digunakan oleh masyarakat umum sebagai sarana agrowidyawisata buah-buahan.

1.3 Manfaat Penelitian

(14)

2

yaitu pengajaran (kegiatan praktikum lapang), penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk agrowidyawisata. Manfaat bagi masyarakat sekitar lokasi kebun percobaan, dengan adanya KPSB ini dapat menghasilkan lapangan kerja baru dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

1.4 Kerangka Pikir Penelitian

Mengacu kepada perencanaan UF IPB, kawasan tersebut memiliki dua fungsi, yaitu: kebun percobaan dan agrowidyawisata. Pengembangan kawasan kebun percobaan sekaligus agrowidyawisata memerlukan integrasi yang baik untuk menghadirkan ruang-ruang yang mendukung kedua fungsi tersebut tanpa mengganggu satu sama lainnya.

Aspek yang diperhatikan dalam desain kebun percobaan adalah: topografi, tanah, iklim, drainase, dan fasilitas pendukung praktikum dan penelitian. Aspek yang diperhatikan dalam desain sarana agrowidyawisata, adalah: aksesibilitas, objek dan atraksi, fasilitas wisata, dan pengunjung. Aspek-aspek tersebut dikumpulkan kemudian nantinya dianalisis potensi dan kendalanya kemudian disintesis menjadi sebuah konsep program desain.

(15)

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perancangan Lanskap

Hakim dan Utomo (2003) menjelaskan bahwa perancangan lanskap merupakan usaha penanganan tapak secara optimal melalui proses keterpaduan penganalisisan dari suatu tapak dan kebutuhan program penggunaan tapak, menjadi suatu sintesa yang kreatif. Setiap elemen dan fasilitas akan diletakan di atas lahan dalam keterpaduan fungsi dan selaras dengan karakteristik tapak dan lingkungan alamnya. Perancangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, antara lain perancangan dapat mengakomodasi sarana yang kuno dengan yang baru. Perancangan lanskap merupakan kombinasi ilmu dan seni yang berfokus kepada penggabungan manusia dengan aktivitas di ruang luar.

Prinsip desain menurut Reid (1993), yaitu: unity (kesatuan), harmony, interest (daya tarik), simplicity (kesederhanaan), emphasis (dominansi), balance (keseimbangan), scale and proportion (skala dan proporsi), dan sequence (alur). Prinsip-prinsip tersebut diterapkan dalam sebuah desain agar tercipta suatu karya yang estetis namun tetap fungsional.

2.2 Kebun Percobaan

Kebun diartikan sebagai sebidang tanah yang ditanami pohon musiman dan tanah luas yg ditanami kopi, karet, dan sebagainya. Kebun percobaan diartikan sebagai kebun untuk meneliti dan menguji hasil penyelidikan di bidang pertanian (Alwi 2007).

Kebun Percobaan (KP) merupakan sumber daya yang sangat penting bagi pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan. Keragaan KP secara umum mencerminkan kinerja Badan Litbang Pertanian. Oleh karena itu pengelolaan kebun percobaan perlu mempertimbangkan optimalisasi penggunaan dan pemanfaatannya untuk mendukung keberhasilan program Kementerian Pertanian (BPPP 2011).

Fungsi utama kebun percobaan dalam Pedoman Umum Pengelolaan Kebun Percobaan Lingkup Badan Litbang Pertanian (2011) adalah: 1) untuk pelaksanaan kegiatan lapang penelitian dan pengkajian, 2) konservasi koleksi sumber daya genetik, 3) produksi benih sumber, dan 4) show-window inovasi teknologi. Bila fungsi utama kebun percobaan telah terlaksana dan masih tersedia lahan dan sarananya, maka dapat dilakukan fungsi penunjang, yakni sebagai 5) kebun produksi dan model gribisnis, 6) pendukung diversifikasi dan ketahanan pangan, 7) bimbingan teknis, dan 8) lokasi agrowidyawisata.

(16)

4

Sarana dan prasarana yang harus di perhatikan dalam sebuah kebun percobaan menurut BPPP (2011) adalah:

1) Bangunan

a. Kantor kebun, bangunan yang dipergunakan untuk tempat pelaksanaan administrasi kebun yang dilengkapi dengan fasilitas pendukungnya seperti ruang kerja pegawai, ruang diskusi dan pelatihan, ruang peragaan teknologi, serta ruang tamu dan penginapan.

b. Bangunan litkaji, tersedianya rumah kaca, rumah kasa, dan kandang ternak. Tempat-tempat tersebut memerlukan penanganan khusus antara lain pengaturan suhu udara dan intensitas pencahayaan sesuai kebutuhan, serta upaya-upaya lain untuk menghindari terjadinya kontaminasi.

c. Gudang merupakan bangunan yang diperlukan di KP sebagai tempat untuk menyimpan alsintan, saprotan, penanganan hasil kebun, dan menyimpan benih/bibit.

2) Lahan kebun percobaan, antara lain Blok-Blok lahan untuk litkaji, koleksi sumberdaya genetik, produksi benih sumber, show window dan fungsi-fungsi lain.

3) Fasilitas Pendukung lain seperti: stasiun meteorologi, jalan kebun, pagar kebun, fasilitas pengeringan, bengkel peralatan, pos keamanan, saluran irigasi, sarana angkutan, alat pengolah tanah, alat komunikasi, dan alat pengolah data. Pengadaan sarana penunjang disesuaikan dengan kebutuhan KP.

2.3 Agrowisata dan Agrowidyawisata

Menurut Mathieson dan Wall dalam Gunn (1994), aktivitas wisata merupakan pergerakan sementara dari manusia dengan jarak lebih dari 50-100 mil dari tempat tinggal atau pekerjaan rutinnya menuju suatu tempat tertentu, dimana aktivitas tersebut dilakukan pada saat mereka berada di tempat yang dituju dan ada fasilitas yang disediakan untuk mengakomodasikan keinginan mereka. Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan bagi pengunjung (BPPP 2011). Wisata agro adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian (Arifin 1992).

Agrowidyawisata merupakan salah satu fungsi pendukung dalam sebuah kebun percobaan. Melalui pengemasan yang baik dan sentuhan estetik, sarana dan kegiatan kebun percobaan berpotensi untuk dipromosikan sebagai alternatif wahana rekreasi dan pembelajaran/pengenalan cabang ilmu pertanian. Untuk dapat mencapai fungsi tersebut, perlu dilakukan perencanaan yang matang dengan konsep keunggulan produk sesuai dengan kondisi kebun percobaan (BPPP 2011).

(17)

5

3 METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Sindang Barang, Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor, Provinsi Jawa Barat. Orientasi lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Batas tapak penelitian adalah sebagai berikut:

sebelah utara : Komplek Perumahan Dosen Sindang Barang,

sebelah timur : Perumahan Villa Gunung Mas dan Griya Artha Sentosa, sebalah selatan : Pemukiman warga,

sebelah barat : Pemukiman warga.

Penelitian ini dilakukan selama sembilan bulan, diawali dengan tahap preparation (persiapan) hingga detailed design (detil desain), dimulai pada Maret hingga Desember 2013. Adapun jadwal penelitian yang telah dilaksanakan dapat dilihat di Tabel 1

Gambar 2 Lokasi Penelitian

(Sumber: google.com)

Tabel 1 Jadwal kegiatan penelitian

(18)

6

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain: alat untuk pengambilan data (GPS, kamera digital, bor tanah, dll), software pengolah data (AutoCad, Ms.Office, Trimble Sketch-Up, Photoshop dll), peta, dan bahan rujukan. Adapun data yang dikumpulkan selama penelitian dapat dilihat di Tabel 2.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan survei lapang untuk mendapatkan data secara langsung di lapangan. Selain itu, metode deskriptif juga digunakan untuk mendapatkan data sosial dari responden. Proses desain dalam penelitian ini mengikuti proses yang dikemukakan oleh Bell (2008). Penelitian ini menambahkan modifikasi tahapan berupa penambahan tahap preparation. Tahapan yang dikemukakan Bell (2008) dipilih karena menekankan kepada aspek rekreasi ruang luar. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: preparation (persiapan), assessment of demand (perkiraan permintaan), survey/inventory phase (survei dan inventarisasi), analysis phase (analisis), design phase (desain),dan detailed design (desain detil). Diagram tahap peneliatian dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 2 Data inventarisasi yang dikumpulkan

Aspek Jenis Data Sumber Data Cara

Kemiringan Lapang Survei lapang Drainase Lapang Survei lapang Aksesibilitas Lapang Survei lapang View Lapang Survei lapang Vegetasi dan

Hidrologi Lapang Survei lapang dan studi pustaka Fasilitas

Utilitas Lapang Survei lapang

(19)

7

1. Preparation (persiapan)

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah persiapan. Persiapan meliputi: pertemuan dengan pihak UF IPB untuk berdiskusi mengenai penelitian yang akan dilakukan, perizinan, perumusan tahapan penelitian, dan persiapan alat dan bahan untuk survei.

2. Assessment of Demand (perkiraan permintaan)

Tahapan kedua dalam penelitian ini adalah menilai secara umum minat terhadap lokasi rekreasi yang akan dirancang serta memprediksi preferensi calon pengguna tapak. Tahap ini dilakukan pengambilan data mengenai preferensi pengguna tapak, dalam hal ini mahasiswa, dosen, dan masyarakat sekitar tapak. 3. Survey/Inventory Phase (survei dan inventarisasi)

Tahap ini dilakukan pengambilan data awal serta penghayatan pada tapak. Pengambilan data dilakukan di lapang secara langsung untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Secara umum data-data yang dikumpulkan dibagi menjadi beberapa kategori yaitu: aspek fisik dan biofisik tapak, serta aspek sosial budaya. Data-data yang dikumpulkan dan cara pengambilannya dalam penelitian ini adalah:

a. aspek fisik dan biofisik tapak: termasuk didalamnya landform, topografi, tanah, dan drainase. Penentuan batas tapak telah ditentukan oleh pihak UF IPB. Peta dasar dibuat dengan teknik digitasi dari google earth. Data fisik dan biofisik lain yang diambil, yaitu:

1) data iklim secara umum didapatkan dari Stasiun Klimatologi Darmaga, sedangkan data iklim mikro didapat langsung di lapangan dengan menggunakan alat thermo hygrometer.

2) data topografi didapatkan mengacu kepada peta kemiringan lereng Kota Bogor, serta menggunakan peta topografi menggunakan GPS.

3) data kesuburan tanah didapatkan dari BPDAS Ciliwung Citarum untuk data klasifikasi tanah dan menggunakan sampel tanah langsung yang diuji dari lapangan sebanyak satu titik, kemudian dilakukan uji kualitas tanah yang di lakukan di SEAMEO BIOTROP Service Laboratory.

4) data vegetasi dan satwa diambil langsung dari tapak.

b. aspek sosial dan budaya diambil menggunakan kuisioner online, menggunakan media google docs, dan kuesioner offline dengan sampel 60 orang untuk diambil persepsi mengenai KPSB dan minat terhadap agrowisata. Responden diutamakan adalah orang yang pernah menggunakan atau mengetahui tentang KPSB. Wawancara dilakukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan Kebun Percobaan Sindang Barang.

4. Analysis Phase (analisis)

Tahapan analisis data menggunakan analisis yang berbeda tergantung disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis data yang diambil. Analisis data fisik dan biofisik dilakukan dengan studi pustaka untuk menentukan potensi serta kendala

(20)

8

yang ada. Analisis topografi lahan dengan komoditas tertentu yang cocok pada lahan dengan kondisi kemiringan yang ada. Analisis iklim dilakukan dengan studi pustaka untuk menentukan tingkat kenyamanan tapak. Analisis tanah dilakukan untuk menentukan kesuburan tanah. Regulasi, visual, aksesibilitas, dan fasilitas, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untuk menentukan potensi dan kendala yang terdapat di tapak. Analisis data sosial dilakukan dengan metode deskriptif, hasilnya dijadikan bahan pertimbangan untuk desain yang akan dilakukan.

5. Design Phase (desain)

Tahap ini merupakan tahapan kreatif, hasil interaksi dari tujuan dan analisis. Tahap ini membutuhkan imajinasi dan berpikir kreatif untuk mencapai solusi dari masalah yang ada. Tahapan ini merupakan tahap pengumpulan ide untuk membuat konsep yang akan digunakan dalam aplikasi desain di tahapan selanjutnya. Tahapan ini memiliki kegiatan seperti membuat konsep dasar, konsep desain, dan konsep pengembangan.

6. Detailed Design (detil desain)

Tahap pendetailan gambar, seperti pembuatan site plan, gambar tampak potongan, gambar detil, gambar konstruksi, ilustrasi dan lain-lain. Desain yang lebih rinci diperlukan sebagai acuan dan untuk mempermudah ketika desain akan diimplementasikan di lapangan.

4 KONDISI UMUM

4.1 Kondisi Umum Kotamadya Bogor

Kota Bogor dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah secara geografis terletak pada 106º 48’ Bujur Timur dan 6º 36’ Lintang Selatan dengan jarak ± 56 Km dari Ibu Kota Jakarta. Wilayah Administrasi Kota Bogor terdiri atas 6 kecamatan dan 68 kelurahan, dengan luas wilayah keseluruhan 11 850 Ha. Secara administratif, wilayah Kota Bogor berbatasan langsung dengan :

Utara : Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Timur : Kec. Sukaraja dan Ciawi, Kabupaten Bogor.

Barat : Kec. Darmaga dan Ciomas, Kabupaten Bogor. Selatan : Kec. Cijeruk dan Caringin, Kabupaten Bogor.

Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26 oC dengan suhu terendah 21.8 oC dengan suhu tertinggi 30.4 0C. Kelembaban udara 70%, Curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3 500 – 4 000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari.

(21)

9 4.2 Kondisi Umum Kebun Percobaan Sindang Barang

Batas Tapak dan Geografi

Kebun Percobaan Sindang Barang, UF IPB, terletak di Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas lahan kebun percobaan ini sebesar 78 750 m2 Ha, terletak pada koordinat 6°35'25.02"LS dan 106°46'9.60"BT, dengan ketinggian 239 m dpl, dan berbatasan dengan: sebelah Utara : Komplek Perumahan Dosen Sindang Barang,

sebelah Timur : Perumahan Villa Gunung Mas dan Griya Artha Sentosa, sebelah Selatan : Pemukiman warga,

sebelah Barat : Pemukiman warga.

Kebun Percobaan Sindang Barang ini dibagi menjadi Blok A dan B. Pembagian ini dilakukan oleh pihak UF IPB pada awalnya untuk memudahkan pengelolaan. Masing-masing Blok terpisahkan oleh Jalan Gedong Seng. Blok A sebagiannya dimanfaatkan untuk kebun jambu kristal, lahan terbuka untuk penelitian, bedeng ubi, kacang, jagung, singkong, dan pisang. Blok B sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, antara lain digunakan sebagai lapangan sepak bola, kolam pemancingan ikan, kandang kambing, dan kebun-kebun kecil yang dikelola oleh warga sekitar.

Gambar 4 Peta Dasar Kebun Percobaan Sindang Barang Blok B

(22)

10 Iklim

Berdasarkan data dari BMKG Stasiun Darmaga, suhu rata-rata dari April 2012 hingga Maret 2013 di kawasan sekitar tapak sebesar 25.9 oC. Suhu tertinggi terjadi di Oktober sebesar 26.3 oC, suhu terendah sebesar 25.1 oC di Januari. Kelembaban rata-rata tahunan sekitar tapak adalah sebesar 82.7%, dengan kelembaban tertinggi pada Februari sebesar 87%, dan terendah pada Agustus sebesar 74%. Curah Hujan Tahunan didapatkan sebesar 3 797.5 mm. Curah hujan tertinggi di November sebesar 548.9 mm dan terendah di Agustus sebesar 79.3 mm. Grafik rata-rata suhu, kelembaban, curah hujan dapat dilihat pada Gambar 5, Gambar 6, dan Gambar 7.

(Sumber: BMKG Stasiun Darmaga)

Gambar 5 Suhu rataan Sindang Barang 2012-2013

(Sumber: BMKG Stasiun Darmaga)

Gambar 7 Curah hujan rataan Sindang Barang 2012-2013 (Sumber: BMKG Stasiun Darmaga)

(23)

11

Suhu dan kelembaban sesaat yang diambil langsung di tapak sebanyak tiga kali dalam satu hari (pagi, siang, dan sore). Pengambilan dilakukan selama tiga hari dalam satu minggu di tiga titik pengambilan, yaitu sekitar gedung pengelola mewakili naungan pohon besar, Blok A yang memiliki daerah semi naungan, dan Blok B mewakili area tanpa naungan.

Hasil dari pengambilan data suhu langsung di tapak adalah sebagai berikut. Suhu tertinggi pada pagi hari adalah 31.5 oC di Blok Blok B sedangkan terendah adalah 28.3 oC di gedung pengelola dan rataan suhu pada pagi hari adalah 28.8 oC. Data suhu siang hari tertinggi adalah 37.9 oC di ruang pengelola dan terendah adalah 30.9 oC di Blok A sedangkan rataannya sebesar 33.7 oC. Data suhu di sore hari tertinggi adalah sebesar 31.4 oC di Blok A dan B, dan terendah sebesar 27.1 o

C di Blok B sedangkan rataannya sebesar 28.8 oC. Hasil pengambilan data kelembaban langsung di tapak rata-rata pagi hari sebesar 75.4%, siang hari sebesar 59.9%, dan sore hari sebesar 71.9%.

Tanah

Data klasifikasi jenis tanah yang digunakan adalah data dari BPDAS Ciliwung Citarum, peta klasifikasi jenis tanah Kecamatan Bogor Barat bisa dilihat pada Gambar 7. Menurut data tersebut klasifikasi tanah di kawasan Sindang Barang termasuk kedalam tanah dystrancepts; tropudults; eutropepts. Pengkategorian jenis tanah ini berdasarkan kepada standar yang ditetapkan oleh USDA soil taxonomy.

Data lainnya diambil menggunakan pengujian tanah untuk mendapatkan data kesuburan tanah. Menurut hasil pengujian laboratorium tanah yang dilakukan di SEAMEO BIOTROP Service Laboratory, didapatkan data sebagai berikut: pH tanah dengan pengujian oleh H2O didapatkan hasil 5.4 sedangkan dengan pengujian oleh CaCl2 didapatkan hasil sebesar 4.7. Parameter selanjutnya adalah kadar C, didapatkan hasil sebesar 1.45%, kadar N total sebesar 0.25, dan rasio

(24)

12

Topografi dan Hidrologi

Berdasarkan Peta Kemiringan Lahan Kota Bogor, Kebun Percobaan Sindang Barang termasuk ke dalam area dengan kemiringan antara 2-15%. Ketinggian tapak terendah ada pada 220 m dpl, sedangkan tertinggi sebesar 224 m dpl. Tapak penelitian secara umum memiliki kemiringan lahan yang relatif datar. Tapak memiliki beberapa spot yang tergolong miring namun tidak dipergunakan sebagai lahan percobaan, ditumbuhi berbagai macam pohon.

Peta topografi yang dibuat menggunakan GPS, menunjukan hasil yang kurang representatif. Kondisi kemiringan yang ada pada tapak tidak sesuai dengan hasil yang didapatkan dari hasil pengolahan GPS. Hal ini dikarenakan ukuran tapak yang relatif kecil untuk diambil data topografinya menggunakan GPS. Oleh karena itu, dalam desain ini tapak KPSB dianggap datar karena sebagian besar kondisi kemiringan lahan di tapak adalah datar. Berikut hasil peta topografi yang diambil menggunakan GPS, dapat dilihat pada Gambar 9.

Drainase di tapak secara umum merupakan drainase terbuka. Terdapat dua aliran air yang berasal dari aliran Anak Sungai Cisindang Barang. Aliran ini dipergunakan sebagai sumber pengairan tapak. Blok B dilintasi aliran air selebar 60 cm di Timur. Blok A berdekatan dengan aliran air selebar 1 m di arat tapak. Selain itu terdapat banyak kolam di Blok B. Kolam-kolam tersebut selain berfungsi sebagai pemancingan, berfungsi juga sebagai media resapan air di tapak. Selain dua aliran air, tapak juga memiliki sumur air untuk keperluan pengairan Blok tanaman jambu. Sumur tersebut terdapat di samping gedung pengelola. Arah aliran run off di Blok A mayoritas mengarah ke arah aliran air di Barat, dan aliran di Blok B mengarah ke aliran air kecil sebelah Timur. Kedua aliran air tersebut sama-sama mengalir ke arah Utara tapak.

(25)

13

Vegetasi

Vegetasi di KPSB didominasi oleh tanaman-tanaman produksi seperti tanaman buah, tanaman umbi-umbian, kacang-kacangan, dan sayuran. Tanaman eksisting yang mendominasi adalah Jambu kristal (Psidum guava), Kelapa (Cocos nucifera), dan Jagung (Zea mays). Vegetasi eksisting lain yang ditemukan di tapak antara lain: Jati (Tectona grandis), Bambu pagar (Bambussa multiplex), Bambu kuning (Bambussa vulgaris), Sukun (Artocarpus communis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), Pepaya (Carica papaya), Kopi (Coffea canefora), Singkong (Manihot utilissima), Rambutan (Naphelium lapaceum), Mahoni (Swietenia mahogany), Tebu (Saccharum officinarum), Sengon (Albizia chinensis), Salak (Salacca zalacca), Coklat (Theobrama cacao), Petai cina (Laucaena glauca), Mangga (Mangifera indica), dan lain-lain.

Visual

Kebun Percobaan Sindang Barang memiliki beragam jenis visual di tapak (Gambar 12), yaitu: lahan kosong yang tidak digunakan (a), kandang ternak (b), kolam pemancingan (c), lapangan sepak bola (d), lahan percobaan (e). Visual tapak ini timbul dari penggunaan tapak yang beragam. Visual yang dominan di Blok A adalah lahan yang ditumbuhi oleh bermacam vegetasi, baik tanaman produksi, penelitian, ataupun tumbuhan liar. Visual dominan di Blok B adalah lapangan berumput dan kolam-kolam pemancingan ikan.

(26)

14

Aksesibilitas dan Sirkulasi

Akses terdekat menuju Kebun Percobaan Sindang Barang bisa melalui Jalan Raya Sindang Barang. Keadaan Jalan Sindang Barang pada pagi dan sore hari berpotensi terjadi kemacetan karena terdapat Pasar Gunung Batu, dan beberapa sekolah. Untuk menuju tapak dari Jalan Raya Sindang Barang, melalui Jalan Pagentongan dengan lebar jalan 4 m.

Akses masuk tapak bisa melalui beberapa alternatif pintu masuk, bisa dilihat pada Gambar 13, yaitu pintu Utara berdekatan dengan komplek perumahan dosen (a), pintu Barat di dekat mushola warga (b), pintu masuk utama Jalan Pagentongan (c), Jalan Gedong Seng (d), dan pintu Selatan yang berdekatan dengan pemukiman warga (e). Saat ini pintu masuk yang digunakan hanya pintu utama oleh pengelola, Jalan Gedong Seng oleh peneliti, dan pintu utara serta barat oleh masyarakat.

Sirkulasi di tapak dilintasi oleh Jalan Gedong seng yang merupakan jalan umum dan secara umum digunakan oleh kendaraan roda dua milik warga yang tinggal di Barat tapak. Jalan utama di Blok A melalui gedung pengelola dan berakhir di Jalan Gedong Seng. Dahulu, jalan ini merupakan jalan utama sebelum

Gambar 12 Sebaran visual kebun di tapak

(27)

15 Jalan Gedong Seng. Sekarang jalan dalam kebun ini hanya digunakan sebagai jalan khusus Blok A KPSB serta jalan alternatif jika Jalan Gedong Seng sedang tidak bisa dilalui.

KPSB tidak memiliki jalur sirkulasi yang jelas. Sirkulasi dalam Blok A merupakan sirkulasi menyebar karena tidak memiliki jalur khusus. Terdapat pula jalan setapak yang terbentuk tidak sengaja karena sering dilalui oleh pengelola pada beberapa tampat. Blok B memiliki jalur pedestrian selebar 1 m. Letak pedestrian ini antara mushola hingga ke perumahan dosen, jalur ini dijadikan jalur alternatif warga sekitar tapak untuk mencapai jalan utama di sebelah Timur tapak. Jalur ini melewati kolam-kolam pemancingan dan budidaya ikan. Jalur ini cukup ramai, karena jalan ini merupakan jalan satu-satunya yang ada di Blok B. Sirkulasi di dalam tapak bisa dilihat pada Gambar 14.

Fasilitas dan Objek Wisata

Fasilitas yang ada di tapak didominasi oleh fasilitas untuk mendukung fungsi utama tapak sebagai lahan penelitian. Blok A memiliki fasilitas seperti gedung pengelola, kebun jambu, dan lahan percobaan. Gedung pengelola berfungsi sebagai tempat farm manager melakukan kegiatan administratif. Gedung ini juga digunakan sekaligus sebagai gudang peralatan. Kebun jambu memiliki luas lahan sekitar 70 000 m2. Kebun jambu ini merupakan lahan produktif yang hasilnya didistribusikan melalui Farmers Market, Darmaga. Kebun di Blok A direncanakan akan ditambah dengan komoditas lain yaitu jeruk. Fasilitas lain adalah lahan percobaan, menurut pihak pengelola saat ini lahan percobaan kurang sering dimanfaatkan oleh mahasiswa maupun dosen IPB. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya fasilitas yang tersedia di KPSB. Lahan percobaan ini tidak pernah dibiarkan kosong, meski sedang tidak digunakan untuk

(28)

16

penelitian, lahan-lahan ini sering dimanfaaatkan untuk menanam sayuran oleh pengelola.

Lahan percobaan Blok B memiliki fasilitas berupa bangunan kecil tempat penyimpanan peralatan berkebun. Blok B juga memiliki fasilitas tambahan yang dibangun oleh warga seperti kolam pemancingan, kandang ternak, lapangan sepak bola serta mushola. Fasilitas eksisting yang bisa dijadikan objek atraksi di KPSB untuk mendukung program agrowidyawisata relatif hanya sedikit yaitu hanya Blok jambu dan pemancingan ikan. Beberapa fasilitas di tapak dapat dilihat pada Gambar 15.

Sosial dan Pengunjung

Data sosial dalam penelitian ini didapatkan secara deskriptif melalui kuesioner online dan kuesioner langsung kepada berbagai pihak, yaitu, masyarakat sekitar tapak, mahasiswa pengguna tapak, dan masyarakat umum yang mayoritas pernah mengunjungi dan/atau tahu mengenai KPSB. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan kegiatan agrowisata seperti fasilitas apa saja yang diinginkan di tempat wisata, jenis agrowisata yang disukai, dan persepsi mengenai KPSB itu sendiri.

Aktifitas yang dominan dilakukan oleh responden pengguna KPSB adalah praktikum, jalan-jalan, dan olahraga. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Gambar 16. Hanya 3% responden menyatakan KPSB sangat menarik dan 10% responden menilai KPSB tergolong menarik, sisanya menilai bahwa KPSB masih tergolong biasa saja, tidak menarik, bahkan sangat tidak menarik (Gambar 17). Hal ini bisa dijadikan sebagai landasan untuk mempertahankan keberadaan KPSB dan meningkatkan kualitas fasilitas dan pelayanan KPSB sebagai sarana praktikum maupun untuk kegiatan lainnya terutama wisata.

Gambar 15 Beberapa fasilitas di tapak

(29)

17

Bell (2008), menyebutkan bahwa desainer melibatkan pengguna dalam merancang sebuah fasilitas rekreasi, oleh karena itu kuesioner ini diarahkan agar pengguna bisa mengungkapkan apa saja kebutuhan mereka di tapak. Sebanyak 45% responden menyukai wisata jenis pertanian, sedangkan 34% menyukai wisata jenis perikanan dan 21% menyukai wisata jenis peternakan. Wisata non-pertanian yang paling diminati oleh responden adalah jalan-jalan, piknik, foto, dan lainnya.

Penggunaan tapak di Kebun Percobaan Sindang Barang relatif minim untuk kegiatan pendidikan, kebanyakan pengguna di tapak merupakan warga sekitar yang menggunakan tapak sebagai sarana sosialisasi terutama di sore hari. Pengguna Blok B, yang merupakan warga sekitar, sekitar 20-50 orang per hari, relatif lebih ramai dibandingkan dengan Blok A yang hanya didatangi oleh pengelola yang berjumlah 5 orang. Pada Blok B terdapat pemancingan umum, lapangan bola, dan surau sehingga penggunaan lebih banyak. Penggunaan Blok A

Gambar 17 Preferensi pengunjung mengenai KPSB

Gambar 19 Fasilitas yang diinginkan

(30)

18

hanya sebatas untuk kepentingan penelitian dan berkebun baik oleh civitas IPB maupun oleh pengelola KPSB.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Tata Ruang Wilayah Kota Bogor

Lokasi penelitian sudah tepat untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Hal ini terkait dengan Rencana Struktur Ruang Kota Bogor yang mengategorikan Kecamatan Bogor Barat ke dalam Wilayah Pengembangan B. Wilayah Pengembangan ini diarahkan menjadi pusat pertumbuhan baru, sebagai kegiatan utama jasa akomodasi, perdagangan dan wisata. Selain itu, saat ini pada Wilayah Pengembangan B belum memiliki RTH yang layak dengan luas minimal 2 Ha. Tapak penelitian dengan luas sekitar 78 750 m2 memenuhi syarat untuk calon RTH baru. Fungsi tapak yang akan dihadirkan dalam penelitian ini sesuai dengan Rencana Struktur Ruang Kota Bogor sebagai peyedia jasa wisata.

Iklim

Area tapak penelitian memiliki suhu rata-rata tahunan sebesar 25.9 oC dan kelembaban rata-rata 82.8%. Suhu dan kelembaban merupakan faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia secara langsung. Alat pengukuran kenyamanan suatu tapak biasa menggunakan index kenyamanan manusia atau Temperature Humidity Index (THI). Metode THI ini biasanya banyak digunakan di wilayah tropis terutama di luar ruangan. Kenyamanan di tapak berdasarkan data iklim yang ada dihitung dengan persamaan:

THI = 0,8T +

dengan

THI = index kenyamanan manusia; RH = kelembaban nisbi (%)

T = suhu (oC)

Berdasarkan persamaan diatas didapatkan hasil sebesar 25.00, artinya tapak dalam keadaan eksisting saat ini tergolong cukup nyaman. Menurut Emmanuel (2005) dalam Effendi et al. (2006) nilai THI 21-24 tergolong nyaman, nilai THI 25-27 tergolong cukup nyaman, dan nilai THI > 27 tergolong ke dalam tidak nyaman.

Kondisi kenyamanan tergolong cukup jika perhitungan menggunakan hasil rataan tahunan, namun pada kenyataannya ketika dilakukan pengukuran suhu sesaat di lapangan, kondisi tapak sangat panas baik pada pagi maupun siang hari. Jika dilakukan pengukuran THI menggunakan data pengukuran suhu sesaat, didapatkan hasil sebesar 28.52, artinya tapak tergolong ke dalam tidak nyaman.

(31)

19 Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan hanya pada satu titik saja di tapak karena satu kawasan tapak penelitian dianggap sebagai satu satuan peta tanah dalam Peta Klasifikasi Jenis Tanah Kecamatan Bogor Barat BPDAS Ciliwung Citarum. Menurut Hardjowigono (1980) satuan peta tanah merupakan satuan wilayah yang mempunyai jenis tanah dan faktor lingkungan yang sama. Pada kenyataannya sulit menemukan satuan tanah yang benar-benar homogen maka dibedakan menjadi tiga jenis satuan tanah yaitu: konsosiasi, asosiasi, dan kompleks. Konsosiasi adalah satuan peta tanah, dimana ditemukan satu jenis kategori tanah utama yang luasnya lebih dari 75 persen luas satuan peta tanah tersebut.

Tapak penelitian memiliki tiga jenis tanah dalam satu satuan peta tanah, jenis tanah tersebut adalah: Dystrandept, Tropudults, dan Eutropepts. Ketiga jenis tanah tersebut dikategorikan mengacu kepada USDA Soil Taxonomy. Ketiga jenis tersebut memiliki karakteristik yang bervariasi, sehingga dampak yang ditimbulkan juga bervariasi.

Alfisyah dalam Lubis (2011) menjelaskan bahwa karakteristik sifat tanah

dystrandepts mempunyai pH yang tinggi merupakan tanah-tanah muda yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan bahan induknya dan umumnya banyak mengandung debu vulkanik sehingga memiliki pH yang tinggi. Hal ini bisa menjadi kendala di tapak, sehingga perlu diadakan perlakuan khusus sebelum tapak digunakan untuk keperluan pertanian.

Tanah bertipe tropudults merupakan tanah yang sudah berkembang agak lanjut, bahan induknya batu liat/serpih, napal, atau batu pasir, dengan drainase cepat, dan peka terhadap erosi. Penampang tanah sedang, sifat-sifat fisik kurang baik, tetapi cukup mudah diolah. Tingkat kesuburan dan potensinya untuk tanaman pangan agak rendah sampai sedang (Yakup 2011). Tanah jenis ini bisa menjadi potensi karena kemudahan diolah. Meski tingkat potensi untuk tanaman pangan rendah, namun bisa diolah untuk penggunaan tanaman lanskap.

Tanah bertipe eutropepts merupakan tanah berpenampang dalam mempunyai tekstur bervariasi dari halus sampai kasar, kadang-kadang berlapis-lapis. Drainase pada umumnya terhambat sampai sangat terhambat. Tingkat kesuburan tanahnya sangat tergantung pada bahan di daerah sekitarnya dan daerah dari mana bahan itu berasal. Umumnya unsur hara di daerah ini sedang sampai sangat rendah, dimana lapisan atas lebih baik daripada lapisan bawah (Hidayat 1989). Permasalahan drainase pada tanah jenis ini terjadi hanya di area yang jauh dari aliran air, dengan pengolahan tanah untuk pertanian serta pengadaan kolam-kolam penampungan air bisa membantu mengurangi kendala tersebut.

Kesuburan tanah di tapak sangat tergantung kepada banyak faktor. Oleh karena itu dilakukan uji tanah langsung di lapangan. Hasil beberapa parameter dari uji kesuburan tanah menunjukan bahwa tapak penelitian memiliki tingkat kesuburan sedang. Penilaian mengacu kepada kriteria penilaian sifat kimia tanah dari Staf Pusat Penelitian Tanah, dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007). Hal tersebut didasarkan kepada hasil uji laboratorium yang menunjukan bahwa kadar C dalam tanah sebesar 1.45% tergolong rendah, kadar N dalam tanah sebesar 0.25% tergolong sedang, serta perbandingan C/N sebesar 5.8 tergolong redah.

(32)

20

sedang, Mg sebesar 1.46 cmol/kg tergolong sedang, K sebesar 1.01 cmol/kg tergolong sangat tinggi, dan Na sebesar 0.33 cmol/kg tergolong sedang. Kandungan KTK tanah KPSB sebesar 14.77 cmol/kg tergolong rendah, dan Persentase Kejenuhan Basa (KB) sebesar 73.26 % tergolong sangat tinggi.

Keadaan tanah yang kurang subur ini mengharuskan perlakuan tambahan sebelum melakukan penanaman seperti menambahkan tingkat keasaman tanah, dan pemberian pupuk agar tanah siap dan memiliki kualitas kesuburan yang baik untuk hasil kebun yang maksimal.

Topografi dan Hidrologi

Kawasan Kebun Percobaan Sindang Barang secara umum memiliki kemiringan antara 2-15%. Kemiringan ideal untuk sebuah lahan kebun sayur, buah, dan bunga sangat relatif tergantung dari komoditas yang akan ditanam. Kemiringan kelas ini menjadi potensi dari tapak karena relatif datar dan tidak memerlukan perlakuan khusus dalam merancang petakan yang akan ditanami. Kemiringan ini pun memudahkan pembuatan fasilitas bagi pengunjung untuk melakukan wisata di tapak. Kemiringan kelas ini tidak memerlukan perlakuan khusus sebelum digunakan sebagai sarana untuk keperluan penanaman. Menurut Kelompok Peneliti Fisika dan Konservasi Tanah, Balai Penelitian Tanah, menjelaskan kemiringan yang perlu dilakukan teknik konservasi tanah seperti pembuatan teras adalah lahan dengan kemiringan diatas 15%.

Keperluan pengairan tapak dipenuhi oleh dua sumber pengairan utama tapak yaitu dua aliran air di masing-masing Blok. Saat ini sumber air tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan air di tapak, karena penggunaan air di tapak relatif sedikit. Pengairan untuk bedengan jambu mengandalkan sumber alami dari air hujan dan pengairan untuk lahan-lahan penelitian menggunakan air yang diambil dari kali, dan untuk bedeng jambu pada musim kemarau menandalkan air dari sumur.

Vegetasi

Kebun Percobaan Sindang Barang, berdasarkan luasannya bisa dikategorikan kedalam RTH jenis taman dan taman kota. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan, dijelaskan bahwa kriteria vegetasi untuk RTH taman atau taman kota antara lain:

a) tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi;

b) tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;

c) ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain seimbang;

d) perawakan dan bentuk tajuk cukup indah; e) kecepatan tumbuh sedang;

f) berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya; g) jenis tanaman tahunan atau musiman;

h) jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal; i) tahan terhadap hama penyakit tanaman;

j) mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;

k) sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.

(33)

21 terpenuhi seperti ketinggian tanaman yang kurang bervariasi dan jarak tanam sangat bervariatif, sehingga ada beberapa spot yang masih kurang teduhan, dan tidak merata di semua lokasi.

Tanaman eksisiting tapak tidak memiliki fungsi vegetasi secara khusus, beberapa spot hanya ditanami oleh bedeng-bedeng tanaman penelitian dan pohon jambu produksi, sisanya merupakan lahan semak belukar yang tidak terawat dan tegakan pohon yang dibiarkan tanpa perawatan. Perlu adanya pengaturan fungsi vegetasi secara jelas, agar seluruh area KPSB dapat dimanfaatkan dengan baik. Visual

Simonds (2006) mengungkapkan bahwa view adalah suatu pemandangan yang diamati dari suatu titik yang menguntungkan. Pada umumnya suatu view yang sangat baik akan menentukan pemilihan suatu tempat. Simonds menambahkan bahwa view yang cocok antara user dan penggunaan area, serta ruang yang digunakan oleh user, merupakan view yang baik atau sesuai. Hal tersebut sangat berkaitan dengan penggunaan ruang di tapak. Pada analisis visual ini dikelompokan menjadi view yang sesuai dan view yang tidak sesuai. Buruknya visual tapak yang ada bisa mempengaruhi pikiran dan psikologis pengunjung. Hal ini bisa menimbulkan kekacauan emosi bagi pengunjung dan dapat menimbulkan stress.

Salah satu view yang tidak sesuai adalah view pintu masuk utama, beberapa responden memperkirakan bahwa tapak merupakan lahan yang tidak digunakan. Contoh yang lain juga adalah view di beberapa titik terlihat seperti berada di hutan, bukan di kebun percobaan. Kondisi visual seperti ini menjadi kendala di tapak, karena sebuah rancangan yang baik harus memiliki kualitas visual yang baik pula. Perlu dilakukan beberapa usaha untuk meningkatkan kualitas visual tapak dengan cara memperbaiki sarana dan fasilitas yang ada. Perbaikan sarana dan fasilitas di tapak ditambah dengan pengawasan dan perawatan yang baik akan tercipta visual yang baik pula. Penggambaran analisis visual bisa dilihat di gambar 20.

(34)

22

Aksesibilitas dan Sirkulasi

Aksesibilitas menuju tapak tergolong cukup baik. Letak tapak sejauh 450 m dari Jalan Sindang Barang menjadi potensi, selain itu tapak berada persis di belakang Kompleks Batalyon Infantri 315, yang merupakan elemen mental map kota Bogor, memudahkan calon wisatawan untuk datang ke lokasi. Kendaraan umum menuju ke lokasi pun cukup memfasilitasi calon wisatawan. Letak tapak yang strategis dan tersedianya kendaraan umum tidak berarti tanpa masalah, jalan menuju tapak dari Jalan Sindang Barang yang hanya sebesar 4 m membuat kendaraan yang dapat melintas kesana terbatas karena jalan tersebut maksimal hanya bisa dilewati oleh dua mobil dari arah yang berlawanan. Hal ini bisa menjadi kendala karena syarat utama daerah tujuan wisata adalah, akses masuk seperti prasarana jalan yang baik, moda transportasi yang baik, serta ketersediaan media informasi yang baik (Suharno 2013).

Sirkulasi di tapak sendiri memiliki banyak kendala. Pertama, jalan setapak di dalam tapak hanya berupa jalan tanah, sehingga saat musim hujan jalanan tersebut sangat tidak nyaman dilewati karena becek dan licin. Kedua, tidak adanya sirkulasi yang jelas di masing-masing Blok, hal ini akan menyulitkan pengunjung untuk mencapai suatu tempat. Tidak adanya penanda atau papan informasi apapun di tapak. Bell (2008) menjelaskan bahwa informasi dibutuhkan oleh pengunjung saat pertama kali datang sehingga pengunjung dapat mendapatkan informasi untuk menikmati kunjungan mereka. Informasi mungkin dalam bentuk brosur dekat pintu masuk atau loket pembayaran, atau dalam bentuk papan atau panel di lokasi yang strategis di tapak, atau keduanya.

Satu hal penting lagi yang menjadi kendala di tapak adalah ketersediaan tempat parkir yang layak untuk pengunjung. Saat ini tempat parkir yang tersedia hanya untuk sepeda motor pengelola, itu pun terletak di dalam bangunan pengelola. Ketidaktersediaan tempat parkir ini akan sangat merepotkan pengunjung baik untuk melakukan penelitian maupun untuk berwisata. Simonds (2006) menjelaskan bahwa tempat parkir harus menyediakan sebuah keterkaitan antara sirkulasi, kedatangan kendaraan, dan tempat berhenti kendaraan. Tempat parkir harusnya dirancang sebagai tempat penitipan kendaraan yang aman dan efisien.

Fasilitas dan Objek Wisata

Fasilitas di KPSB tergolong kurang untuk sebuah kebun percobaan. Fasilitas yang tersedia hanya bangunan pengelola yang digabung dengan gudang peralatan, toilet, bedeng-bedeng kebun, kolam ikan, mushola, dan rumah jaga. Banyak terdapat fasilitas KPSB yang diambil alih oleh masyarakat sekitar seperti kolam-kolam dan beberapa lahan yang dijadikan lahan pribadi oleh masyarakat.

Perlu adanya penambahan dan pembenahan fasilitas-fasilitas tersebut agar KPSB bisa menjadi sarana praktikum dan penelitian yang memadai. Penambahan fungsi KPSB sebagai sarana agrowidyawisata mengharuskan adanya tambahan fasilitas untuk berwisata di tapak. Fasilitas wisata yang disebutkan oleh Bell (2008) adalah, gerbang masuk, fasilitas informasi, area parkir, toilet, area piknik, taman bermain anak, jalur berwisata, rekreasi air, wildlife viewing, fasilitas wisata malam, dan interpretasi. Penerapan fasilitas wisata di KPSB akan disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung.

Sosial dan Calon Pengunjung

(35)

23 penyebabnya adalah fasilitas yang kurang lengkap serta kurang terawatnya fasilitas yang ada di KPSB. Wisatawan pun saat ini masih belum ada karena belum tersedianya fasilitas wisata. Penambahan fasilitas untuk kebun percobaan diharapkan bisa menambah jumlah pengunjung terutama mahasiswa yang akan melakukan penelitian dan praktikum di KPSB, serta wisatawan juga diharapkan bisa tertarik untuk datang ke KPSB untuk berwisata edukasi di bidang pertanian. Pengunjung KPSB yang berasal dari masyarakat sekitar diharapkan tetap bisa memanfaatkan fasilitas yang ada, sehingga KPSB bisa menjadi sarana interaksi sosial bagi masyarakat sekitar.

5.2 Sintesis

Beragam potensi dan daya tarik tapak, perlu ditonjolkan secara maksimal. Beberapa kendala yang ada di tapak pun harus dikelola secara baik agar keberadaannya bisa diminimalisir atau bahkan dihilangkan demi terciptanya suatu produk desain lanskap yang fungsional, estetik, dan berkelanjutan. Desain KPSB ini ditujukan untuk dua fungsi yang berbeda yaitu untuk edukasi dan wisata, sehingga pembagian zona dikelola sedemikian rupa agar fungsi tapak dapat dimaksimalkan dengan baik.

Berdasarkan analisis fisik yang telah dilakukan, dapat diperoleh hasil berupa kondisi fisik KPSB memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah kebun percobaan dan objek wisata sekaligus dalam satu tapak. Meski terdapat beberapa kendala di tapak namun, hal tersebut masih dapat diminimalisasi. Saat ini, tapak memang dipergunakan sebagai kebun, namun penggunaannya kurang maksimal karena beberapa kendala seperti fasilitas, dan aksesibilitas dalam tapak sehingga perlu dirancang beberapa fasilitas tambahan dan jalur sirkulasi yang bisa mempermudah akses di dalam tapak baik untuk pejalan kaki maupun untuk kendaraan. Penambahan-penambahan tersebut diharapkan bisa menjadikan KPSB sebagai kebun percobaan yang fungsional dan bisa bermanfaat bagi civitas IPB.

Objek dan daya tarik wisata di KPSB yang ada saat ini masih minim, namun seiring dengan desain fasilitas-fasilitas tambahan dan jalur sirkulasi yang baik maka objek dan daya tarik wisata dapat dimunculkan. Mengacu kepada tren yang ada saat ini, masyarakat umum banyak kembali mengusung sesuatu yang berkaitan dengan back to nature, KPSB berpotensi untuk menjadi salah satu tempat wisata yang akan banyak dikunjungi. Selain itu, KPSB memiliki basis pengguna yang cukup baik yaitu masyarakat sekitar. Akan dihadirkan sebuah ruang sosial bagi masyarakat sekitar tapak karena KPSB sudah menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri. Tujuan lainnya agar keberadaan KPSB dilihat terbuka untuk masyarakat.

5.3 Konsep Konsep Dasar

(36)

24

untuk kegiatan agrowiyawisata dengan komoditas buah-buahan, ditambah fasilitas peternakan dalam mewujudkan konsep pertanian tekno-ekologis.

Pertanian tekno-ekologis merupakan perpaduan antara pertanian berbasis ekologis dan pertanian berbasis teknologi. Guntoro dalam Guntoro (2011) menjelaskan bahwa pertanian tekno-ekologis berupaya memadukan kekuatan pertanian ekologis dengan pertanian berteknologi maju, sehingga akan terbentuk model pertanian yang lebih produktif, efisien, dan berkualitas dengan resiko yang lebih kecil sekaligus ramah lingkungan. Kebun Percobaan Sindang Barang merupakan lahan yang tepat untuk mengaplikasikan sistem pertanian tekno-ekologis, selain digunakan untuk kepentingan pendidikan, kebun percobaan bisa dijadikan contoh model kebun bagi para pengunjung yang datang ke lokasi. Diagram konsep tekno-ekologis dapat dilihat pada Gambar 21.

Ciri dan faktor pembentuk model pertanian ekologis menurut Guntoro (2011) antara lain: adanya keragaman komoditas, adanya pola integratif, orientasi pemanfaatan sumber daya lokal, ramah lingkungan, dan memiliki pengolahan hasil. Guntoro (2011) menambahkan manfaat dari pertanian tekno-ekologis adalah: mengurangi resiko usaha tani, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mengefektifkan langkah adaptasi dan mitigasi. Konsep ini dipilih karena sesuai dengan kondisi KPSB yang berada di tengah perkotaan serta sesuai dengan isu yang berkembang saat ini yaitu global warming. Konsep tekno-ekologis ini diharapkan dapat menekan adanya sampah organik di tapak. Aplikasi pertanian tekno-ekologis pada desain KPSB ditekankan kepada pemilihan material, fasilitas pendukung, sistem penanaman, dan penggunaan teknologi pada beberapa elemen maupun sistem di tapak.

Beberapa material yang mendukung konsep ini antara lain penggunaan aspal berporos pada tempat parkir. Aspal berporos ini dapat meresapkan air ke dalam tanah, meski begitu aspal berporos ini cukup kuat dalam penggunaannya. Selain itu beberapa spot menggunakan panel surya sebagai sumber energi untuk penerangan, seperti kafetaria, rumah pondok, dan lampu penerangan jalan.

Suasana yang akan dihadirkan di dalam KPSB ini adalah nuansa kebun percobaan yang nyaman, lengkap, informatif, dan edukatif. KPSB dirancang agar memiliki nuansa yang berbeda di setiap spot. Pengunjung bisa menikmati kenyamanan Blok buah dan sayuran, sambil mencoba untuk membudidayakan dan memanen hasil pertanian. Pengunjung yang akan melakukan percobaan bisa melakukan praktikum atau penelitian dengan nyaman di Blok-Blok tanam yang sudah disediakan. Masyarakat sekitar masih bisa menggunakan fasilitas olah raga dan rekreasi di dalam area KPSB, karena akan disediakan fasilitas untuk sarana sosialisasi masyarakat.

(37)

25 Referensi kebun yang digunakan adalah Marra Farm (Gambar 22), yang terletak di Washington. Kebun ini merupakan kebun dengan model urban community farming yang mengedepankan pertanian berkelanjutan, pendidikan pertanian, menggunakan komoditas lokal, dan dijadikan sebagai sarana sosialisasi masyarakat sekitarnya. Kebun ini dipilih karena memiliki model pertanian yang mirip dengan konsep dasar tapak.

Konsep Desain

Konsep desain merupakan pemikiran desainer dalam menentukan pola atau bentukan desain pada tapak. Konsep desain bisanya disesuaikan dengan sesuatu yang berkaitan dengan tapak kemudian ditransformasikan menjadi sebuah pola atau bentukan desain di tapak. Konsep desain pada desain KPSB ini adalah geometris alami. Bentukan geometris (Gambar 23) antara lain: persegi, lingkaran, segi enam, atau belah ketupat. Bidang simetris tidak beraturan atau asimetris bisa timbul dari penggabungan bentuk-bentuk geometris. Variasi lainnya adalah kombinasi garis lurus dan garis lengkung (Bell 2005). Selain itu menurut Dee (2001) bentukan geometris telah dan akan terus memberikan pengaruh kuat pada bentuk-bentuk yang diciptakan oleh arsitek lanskap.

Pola geometris memberikan keuntungan dalam efisiensi ruang. Ruang-ruang yang dihasilkan oleh pola ini relatif lebih besar jika dibanding dengan penggunaan pola organik. Efisiensi ruang ini akan sangat penting karena KPSB sebagian areanya merupakan kebun produksi yang harus menghasilkan keuntungan. Banyaknya ruang yang dimanfaatkan akan memaksimalkan hasil produksi. Pola geometrik juga memiliki keuntungan dalam mempermudah pengaturan drainase, pengelolaan limbah, serta pemanfaatan sinar matahari.

Gambar 23 Bentuk-bentuk geometris (Sumber: http://erichigbee.net)

(38)

26

Konsep geometris alami (Gambar 24) merupakan kombinasi antara bentukan-bentukan geometris yang didukung oleh peran penataan elemen-elemen halus tapak. Pola ini digunakan karena bentukan geometris menunjukkan kesan yang formal, sesuai dengan tujuan tapak untuk kegiatan pendidikan serta sesuai dengan peruntukan tapak sebagai kebun percobaan yang elemen lanskapnya sebagian besar adalah elemen softscape yang memiliki kesan alami. Penggunaan bentuk geometris dalam tapak tersebar hanya untuk beberapa bagian saja untuk menimbulkan kesan desain yang rapi, ringkas, dan tegas. Bentukan geometris digunakan pada pola sirkulasi dan pola penanaman yang mengikuti standar pembuatan kebun. Konsep alami ditimbulkan dari elemen-elemen pembentuk tapak yang akan didominasi oleh tanaman dan material alami lainnya seperti air, batu-batuan, dan tanah.

Pengembangan Konsep

Pengembangan konsep merupakan tahap pengembangan dari konsep desain. Konsep pengembangan yang dibuat juga tidak bisa lepas dari konsep dasar desain KPSB, yaitu agrowidyawisata tekno-ekologis.

Konsep Ruang

Pembagian ruang pada KPSB disesuaikan dengan kebutuhan ruang di tapak. Pembagian ruang ini didasarkan kepada fungsi ruang eksisting, kebutuhan ruang pengguna berdasarkan hasil kuesioner, serta sebaran aktifitas pengguna saat ini di KPSB. Konsep ruang KPSB dibagi kedalam beberapa zona dan masing-masing zona memiliki sub-zona yang fungsi ruangnya lebih spesifik. Zona yang dibuat dalam desain ini adalah: zona penerimaan, zona pertanian, zona pendidikan, zona ternak, zona wisata, dan zona talun. Gambar 25 merupakan diagram pembagian ruang dan Tabel 3 merupakan tabel pembagian zonasi ruang.

(sumber: http://farmerd.com)

(39)

27

Zona penerimaan merupakan zona pertama yang ditemui ketika pengunjung mendatangi KPSB. Zona ini terbagi kedalam sub-zona parkir dan pusat informasi. Pada zona ini fasilitas yang dihadirkan antara lain: tempat parkir mobil dan motor, gedung pusat informasi, taman display, pintu gerbang, dan papan tanda lokasi.

Zona pertanian merupakan zona eksisiting yang telah ada kemudian dimodifikasi dan dirancang ulang untuk menyesuaikan kebutuhan KPSB sebagai sarana agrowidyawisata. Zona pertanian ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu: Blok jambu kristal, Blok jeruk, Blok kopi dan coklat, dan area servis pertanian. Tujuan dari zona ini adalah sebagai media edukasi bagi wisatawan tentang dunia pertanian khususnya buah jambu dan jeruk. Wisatawan bisa mengetahui informasi tentang cara-cara penanaman, perbanyakan, pemanenan, dan perawatan tanaman.

Zona edukasi merupakan zona utama KPSB karena zona ini digunakan oleh mahasiswa maupun peneliti untuk melakukan percobaan dan penelitian. Zona ini terbagi menjadi dua sub-zona, yaitu: penerimaan dan servis, serta lahan penelitian. Fasilitas utama di zona ini adalah lahan-lahan yang disiapkan khusus untuk penelitian, terdapat pula fasilitas pendukung seperti bangunan pengelola dan gudang.

Zona wisata merupakan zona pendukung kegiatan berwisata di KPSB. Terbagi menjadi dua sub-zona, yaitu: rumah pondok dan restoran. Zona ini memiliki fasilitas yang beragam. Fasilitas yang disediakan antara lain: kafetaria, toilet, mushola, rumah pondok, dan saung serbaguna.

Zona ternak merupakan zona pendukung untuk mewujudkan konsep agrowisata tekno-ekologis. Pada zona ini terdapat fasilitas berupa kandang ternak dan rumah kompos. Fasilitas-fasilitas ini digunakan untuk membuat kompos yang berasal dari sampah-sampah organik yang dihasilkan di tapak.

Zona talun merupakan zona tambahan yang dihadirkan untuk menjaga kestabilan ekosistem dalam skala kecil. Zona ini diisi oleh tegakan pohon difokuskan sebagai kawasan penyangga di sekeliling tapak, namun difokuskan bagian timur Blok B dan bagian selatan tapak.

(40)

28

Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi KPSB yang dirancang dibagi menjadi sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki. Sirkulasi ini dibagi berdasarkan kebutuhan pengguna nantinya. Sirkulasi kendaraan tetap dipertahankan seperti kondisi eksisting yaitu melalui Jalan Gedong Seng dan Jalan Pagentongan. Sirkulasi kendaraan servis pengelola bisa memasuki KPSB melalui pintu utama, tujuan sirkulasi ini untuk kemudahan pengangkutan operasional dan juga pasca panen.

Sirkulasi pejalan kaki dibuat agar pengunjung dapat menikmati suasana kebun percobaan dengan nyaman dan menjangkau seluruh bagian tapak. Sirkulasi di bagian edukasi juga mempermudah pengguna (mahasiswa maupun peneliti) untuk melakukan percobaan, baik untuk berjalan maupun untuk distribusi peralatan dan hasil percobaan. Gambar 26 merupakan konsep ruang dan sirkulasi.

Gambar 26 Konsep ruang dan sirkulasi Tabel 3 Pembagian zonasi

Zona Aktifitas Kebutuhan Fasilitas Luas Area

(%)

Penerimaan Keluar-masuk tapak, mencari informasi wisata, parkir,

Lapangan parkir, gerbang masuk, bangunan pengelola dan pusat informasi, pos satpam.

9%

Pertanian sight-seeing kebun, mempelajari pertanian buah jambu dan jeruk, jambu dan jeruk, jalur pejalan kaki, rumah kaca.

27%

Edukasi Praktikum dan penelitian. Bangunan servis, tempat parkir,

bedeng-bedeng penelitian, 23% Wisata Menginap, makan, dan istirahat. rumah pondok, jalur jogging,

lapangan olahraga, restoran, toilet 10% Ternak Beternak bebek, membuat kompos. Kandang bebek, rumah kompos 11%

(41)

29 Konsep Vegetasi

Vegetasi yang akan dihadirkan di tapak secara umum memiliki tujan sebagai pendukung sarana kebun percobaan. Tujuan lain adalah utuk meningkatkan kenyamanan tapak dalam berwisata, memberikan keindahan, serta mendukung aktivitas pengguna di KPSB. Fungsi vegetasi di tapak disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, baik itu vegetasi sebagai penaung, pengarah, pembatas, dan lain-lain. Secara umum vegetasi di tapak dibagi menjadi empat jenis, yaitu vegetasi perkebunan, penaung dan estetika, talun, dan pengarah.

Vegetasi pertanian merupakan vegetasi utama di KPSB, dengan komoditas jambu kristal, jeruk, coklat, kopi, rambutan, dan lain sebagainya. Tanaman lainnya adalah sayuran atau tanaman semusim yang jenisnya akan diganti setiap selesai masa panen. Tanaman-tanaman tersebut selain untuk penelitian dan wisata juga dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan KPSB. Hasil panen buah dan sayur biasanya disalurkan melalui Farmers Market, IPB. Vegetasi pertanian ini dominan di terapkan di zona pertanian dan edukasi. Komoditas utama vegetasi ini adalah jambu kristal (Psidium guajava) dan jeruk (Citrus sp.).

Vegetasi penaung dan estetika berfungsi untuk memberikan identitas bagi KPSB, modifikasi iklim, meningkatkan estetika, serta pencegah erosi. Tanaman estetika digunakan di welcome area, rumah pondok, dan beberapa spot yang menarik yang akan ditonjolkan sebagai point of interest. Tanaman penaung digunakan di tempat parkir, area rekreasi, rumah pondok. Pola penanaman vegetasi penaung dan estetika bisa dilihat pada Gambar 27.

Vegetasi selanjutnya adalah vegetasi talun. Talun adalah lahan di luar wilayah permukiman penduduk yang ditanami aneka tanaman tahunan (mixed garden) yang dapat diambil kayu maupun buahnya. Sistem ini tidak memerlukan perawatan intensif dan hanya dibiarkan begitu saja sampai saatnya panen. Karena tumbuh sendiri secara spontan, maka jarak tanam sering tidak seragam, jenis tanaman sangat beragam dan kondisi umum lahan seperti hutan alami. Ditinjau dari segi konservasi tanah, talun hutan rakyat dengan tajuk multistrata yang rapat dapat mencegah erosi secara maksimal juga secara umum mempunyai fungsi seperti hutan (Soemarno 2013). Vegetasi talun ini menggunakan pola penanaman seperti hutan kota (Gambar 28), namun tanaman yang digunakan merupakan tanaman produksi, baik tanaman penghasil buah maupun tanaman penghasil kayu.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pikir penelitian
Tabel 1  Jadwal kegiatan penelitian
Tabel 2  Data inventarisasi yang dikumpulkan
Gambar 4  Peta Dasar Kebun Percobaan Sindang Barang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metode prototyping sesuai kebutuhan kondisi gabah dan lingkungan produksi sistem prototype dirancang dengan memperhatikan elemen elemen tersebut,

Media internal dalam suatu institusi atau perusahaan mempunyai peran yang amat penting sebagai salah satu sarana untuk mengkomunikasikan hal – hal yang berkaitan dengan institusi

Untuk meningkatkan peluang usaha dalam sebuah perusahaan, diperlukan adanya perluasan dari jenis dan lingkup usaha bisnis perusahaan sesuai dengan tuntutan kebutuhan

Rumah sakit membutuhkan cukup banyak orang dengan berbagai ketrampilan, dan orang yang kompeten untuk melaksanakan misi rumah sakit dan memenuhi kebutuhan pasien. Pimpinan

Hal ini dapat dilakukan dengan cara memelihara keadilan di dalam organisasi, senantiasa memperhatikan sikap, tingkah laku anggota dan menanggapi setiap permasalahan,

Pada zaman sekarang tampil eksis dan memiliki banyak teman dan remaja sangat tidak ingin ketinggalan zaman atau tidak menikuti trend, jadi mereka akan selalu update melalui

Dengan menggunakan bahan ajar berbasis media seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pertama sekali kita akan melihat bagaimana bahan ajar digital dapat

Perceived value (persepsi biaya) terkait dengan diklat calon peneliti ini adalah seberapa besar biaya yang telah dikeluarkan oleh organisasi yang mengirimkan