• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permintaan Ekowisata Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Permintaan Ekowisata Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN EKOWISATA DI PUSAT PENDIDIKAN

KONSERVASI ALAM BODOGOL TAMAN NASIONAL

GUNUNG GEDE PANGRANGO

INSAN AULIA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Permintaan Ekowisata di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Insan Aulia

(4)
(5)

ABSTRAK

INSAN AULIA.Analisis Permintaan Ekowisata Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT.

Pariwisata dengan konsep ekowisata saat ini sedang diminati. Orang kini cenderung memilih wisata minat khusus daripada wisata massal, seperti memilih wisata yang kembali ke alam. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) merupakan salah satu destinasi ekowisata yang terletak di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangarango (TNGGP). Program ekowisata yang ditawarkan di PPKAB adalah pendidikan lingkungan dan konservasi serta rekreasi alam. Sebagian besar jasa lingkungan yang ditawarkan PPKAB tidak memiliki nilai pasar, sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat.Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan dengan metode biaya perjalanan untuk menentukan nilai ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan wisata lebih lanjut. Melalui penelitian ini dilakukan identifikasi karakteristik pengunjung rekreasi alam dan pengunjung kegiatan pendidikan di PPKAB, faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengarui fungsi permintaan rekreasi alam dan fungsi permintaan kegiatan pendidikan di PPKAB serta mengestimasi nilai ekonomi wisata dari PPKAB. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat empat variabel bebas yang memengaruhi jumlah kunjungan kegiatan rekreasi alam secara signifikan, yaitu jarak tempuh, jumlah tanggungan, waktu yang dihabiskan, dan lama mengetahui, sedangkan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan kegiatan pendidikan adalah variabel waktu tempuh dan lama mengetahui. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh surplus konsumen per kunjungan per individu untuk kegiatan rekreasi alam sebesar Rp 259.804 dan untuk kegiatan pendidikan sebesar Rp 226.496. Nilai ekonomi PPKAB sebagai lokasi rekreasi alam sebesar Rp 187.578.431 dan nilai ekonomi PPKAB sebagai lokasi pendidikan lingkungan dan konservasi sebesar Rp 169.871.795.

(6)

vi

ABSTRACT

INSAN AULIA. Analysis of Ecotourism Demand in Bodogol Conservation Education Center Gunung Gede Pangrango National Park. Supervised by YUSMAN SYAUKAT.

The tourism with Eco-tourism concept is the interest of tourism nowadays. Most people nowdays choose niche tourism such as back-to-nature concept than mass tourism. Bodogol Conservation Education Center (PPKAB) is ecotourism destination located in Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Ecotourism package that offered by PPKAB were conservation and environmental education and nature recreation. Most of the services that offered by PPKAB for eco tourism did not had any big effect on the market so the entrance tariff to tourism sites still not showed up for economic value from the eco tourism itself . Therefore travel cost method approachment is needed to determine economic value from environmental services as the indicator to develop sustainable ecotourism onwards. This research had identificated visitors characteristic to nature recreation and education activity in PPKAB, social economic factors that influenced its demand function in PPKAB and also estimated economic values of ecotourism in PPKAB. Based on the research result, there were four independent variables that significantly influenced nature recreation visitor: mileages, the number of dependents, time spent, and long known. Variable that significantly influence to visitor amount of education activity were mileages and long known. Estimation result determines that consumer surplus per visitor per individual for nature recreation Rp 259.804 and for education activity Rp 226.496. Economic value of PPKAB as nature recreation destination Rp 187.578.431 and economic value of PPKAB as consevation education center Rp 169.871.795.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ANALISIS PERMINTAAN EKOWISATA DI PUSAT PENDIDIKAN

KONSERVASI ALAM BODOGOL TAMAN NASIONAL

GUNUNG GEDE PANGRANGO

INSAN AULIA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi ini adalah Analisis Permintaan Ekowisata di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak atas bimbingan dan doanya. Dalam kesempatan ini, penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta untuk semua doa, dukungan dan cintanya. Ibu (Ayi Damayanti,S.Pd) dan Ayah (Ir.Tedy Suryadiputra) serta kakak (Khairunnisa,S.Pd) dan adik (Tsabit Khairul Auni).

2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu serta wawasan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen penguji utama dan Prima Gandhi, SP, M.Si selaku dosen perwakilan departemen yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Staff pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

5. Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Pengelola PPKAB, Mas Elan, Mang Ae yang telah memberikan informasi dan bantuan kepada penulis selama penelitian.

6. Ma’shum Afnani yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan di ESL Melin, Mamal, Amal, Dhea, Nana, Aldi, Rizal, Donna, Gita, Ayas, Rifal dan Dwi yang selalu memberikan bantuan, motivasi, dan semangat.

8. Sahabat-sahabat TPB Rahmalia, Febri, Ichsan, Dinta, Nizaf, Baskoro, dan Rifki yang telah memberikan dukungan.

9. Sahabat UKF dan Wisma La Sapienza Cahyatina, Hesty, Yunita, Ima yang telah memberikan dukungan dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik terkait skripsi penulis terima. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca.

Bogor, Februari 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup ... 7

II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Ekonomi Wisata ... 8

2.2 Wisata Alam di Taman Nasional ... 9

2.3 Ekowisata ... 11

2.4 Permintaan Wisata ... 12

2.5 Valuasi Ekonomi ... 13

2.6 Travel Cost Method ... 14

2.7 Nilai Ekonomi Wisata dan Surplus Konsumen ... 16

2.8 Penelitian Terdahulu ... 17

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

IV METODOLOGI PENELITIAN... 21

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 21

4.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 21

4.4 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 22

4.4.1 Karekteristik Wisatawan dan Fungsi Permintaan Wisata ... 22

4.4.2 Nilai Ekonomi Wisata dengan Pendugaan Surplus Konsumen ... 23

V GAMBARAN UMUM ... 25

5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis ... 25

(14)

xiv

5.3 Fasilitas yang Tersedia ... 28

VI KARAKTERISTIK PENGUNJUNG PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL ... 30

6.1 Karekteristik Responden ... 30

6.1.1 Umur ... 30

6.1.2 Daerah asal ... 31

6.1.3 Tingkat Pendidikan ... 32

6.1.4 Pekerjaan ... 33

6.1.5 Tingkat Penghasilan ... 33

6.1.6 Cara Kedatangan ... 34

6.1.7 Jumlah Rombongan ... 35

6.1.8 Sumber Informasi Kawasan ... 36

6.1.9 Lama Kunjungan ... 36

6.1.10 Jarak Tempuh ... 37

6.1.11 Waktu Tempuh ... 38

6.1.12 Alat Transportasi ... 38

6.2 Persepsi Pengunjung Mengenai PPKAB ... 40

6.2.1 Keamanan ... 40

6.2.2 Penyediaan Fasilitas ... 41

6.2.3 Pelayanan Pengelola ... 41

6.2.4 Aksesibilitas ... 42

6.2.5 Kebersihan ... 43

6.2.6 Tarif Tiket Masuk ... 43

6.2.7 Keindahan ... 44

VII FUNGSI PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL ... 45

7.1 Statistik Variabel dalam Fungsi Permintaan Wisata ... 45

7.2 Fungsi Permintaan Wisata ... 48

7.3 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekowisata di PPKAB ... 50

7.3.1 Variabel Model Fungsi Permintaan Rekreasi Alam ... 50

(15)

7.4 Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi PPKAB ... 57

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

8.1 Kesimpulan ... 59

8.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 64

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

1 Ranking devisa pariwisata terhadap 10 barang ekspor terbesar 2009-2011 ... 2

2 Jumlah pengunjung tahunan PPKAB ... 5

3 Matriks metode analisis data ... 22

4 Sebaran umur responden pengunjung PPKAB tahun 2014 ... 31

5 Sebaran daerah asal pengunjung PPKAB tahun 2014 ... 31

6 Sebaran pendidikan akhir responden pengunjung PPKAB tahun 2014 ... 32

7 Sebaran pekerjaan responden pengunjung PPKAB tahun 2014 ... 33

8 Sebaran tingkat pengasilan responden pengunjung PPKAB tahun 2014 ... 34

9 Sebaran cara kedatangan pengunjung PPKAB tahun 2014 ... 35

10 Sebaran jumlah rombongan pengunjung PPKAB tahun 2014 ... 35

11 Sebaran sumber informasi lokasi pengunjung PPKAB tahun 2014 ... 36

12 Sebaran lama kunjungan pengunjung PPKAB tahun 2014 ... 37

13 Sebaran jarak tempuh pengunjung PPKAB tahun 2014 ... 37

14 Sebaran waktu tempuh pengunjung PPKAB tahun 2014 ... 38

15 Sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung PPKAB sampai kantor resort Bodogol Tahun 2014 ... 39

16 Sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung untuk sampai lokasi PPKAB tahun 2014 ... 39

17 Proporsi persepsi pengunjung mengenai keamanan di PPKAB tahun 201440

18 Proporsi persepsi pengunjung PPKAB mengenai penyediaan fasilitas tahun 2014... ... 41

19 Proporsi persepsi pengunjung mengenai pelayanan pengelola PPKAB tahun 2014…...42

20 Proporsi persepsi pengunjung mengenai aksesibilitas menuju PPKAB tahun 2014 ... 42

21 Proporsi persepsi pengunjung mengenai kebersihan PPKAB tahun 2014 ... 43

22 Proporsi penilaian pengunjung terhadap tarif tiket masuk PPKAB tahun 2014 ... 44

23 Proporsi persepsi pengunjung mengenai keindahan di PPKAB tahun 2014 ... 44

(17)

25 Deskripsi statistik variabel fungsi permintaan pengunjung kegiatan pendidikan

... 47

26 Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi frekuensi kunjungan ... 49

DAFTAR GAMBAR

1 Alur kerangka berpikir...20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi penelitian...65

2 Hasil regresi fungsi permintaan kegiatan rekreasi alam...66

3 Hasil regresi fungsi permintaan kegiatan pendidikan...69

4 Perhitungan surplus konsumen...71

5 Deskripsi statistik variabel fungsi permintaan kegiatan rekreasi alam...74

6 Deskripsi statistik variabel fungsi permintaan kegiatan pendidikan...76

7 Kuesioner penelitian...78

(18)
(19)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terletak di daerah beriklim tropis. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang besar. Potensi sumberdaya alam itu antara lain adalah wilayah hutan tropis, tanah pertanian yang subur, lautan yang luas, serta keanekaragaman hayati. Kekayaan Indonesia akan sumberdaya alam ini bisa menjadi pertimbangan pemerintah dalam membangun industri pariwisata. Industri pariwisata ini nantinya diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi pemerintah dan masyarakat pada umumnya.

(20)

2

Tabel 1 Ranking devisa pariwisata terhadap 10 barang ekspor terbesar 2011-2013

2011 2012 2013 Batubara 27221,80 Batubara 26166,30 Batubara 24501,40 Minyak Karet olahan 14258,20 Karet olahan 10395,50 Pariwisata 10054,10

Pariwisata 8554,40 Pariwisata 9120,85 Karet olahan 9316,60

Pakaian jadi 7801,50 Pakaian jadi 7304,70 Pakaian jadi 7501,00 Alat listrik 7364,30 Alat listrik 6481,90 Alat listrik 6418,60

Tekstil 5563,30 Tekstil 5278,10 Makanan

olahan 5434,80 Makanan

olahan 4802,10

Makanan

olahan 5135,60 Tekstil 5293,60

Bahan

4214,40 Bahan Kimia 3636,30 Kayu olahan 3514,50

Sumber: Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2014

Tingginya tingkat stress di perkotaan akibat dari beban pekerjaan, kemacetan lalu lintas dan polusi udara menyebabkan kegiatan wisata berbasis ekowisata mulai diminati masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan. Kegiatan ekowisata yang menawarkan konsep yang berbeda dari kegiatan wisata massal diminati masyarakat untuk menghilangkan kepenatan selama beraktivitas. Ekowisata dapat memberikan sensasi relaksasi kepada pengunjung sehingga dapat membangkitkan kembali semangat untuk bekerja setelah pulang berwisata.

(21)

kepariwisataan internasional dari bentuk pariwisata massal (mass tourism) ke wisata minat khusus yaitu ekowisata (Nugroho 2011).

Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor berpotensi besar untuk dikelola menjadi daerah tujuan ekowisata di kawasan Taman Nasional. Di dua Kabupaten ini terdapat dua taman nasional diantaranya adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Salah satu tujuan ekowisata di taman nasional di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor yang menarik perhatian wisatawan adalah Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), terletak di wilayah zona pemanfaatan TNGGP. Secara geografis PPKAB berada di Kabupaten Sukabumi yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor, tetapi pengelolaannya berada di bawah pengelolaan Kantor Bidang Pengelolaan TNGGP Wilayah III Bogor. TNGGP sendiri berada di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur dengan luas 22.851,03 ha dan hanya berjarak sekitar 100 km dari kota Jakarta1.

Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol berada pada ketingian 800 m dpl. Perannya mampu menopang keragaman hayati yang tinggi. Beberapa jenis tumbuhan berbunga, tumbuhan obat, tanaman hias, serta satwa endemik jawa seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan Owa Jawa (Hylobates moloch) dapat ditemukan di dalam kawasan ini. Selain sebagai lokasi pendidikan konservasi alam, PPKAB memiliki peran sebagai kawasan penelitian dan ekowisata terbatas. Beberapa atraksi wisata khusus yang ditawarkan oleh PPKAB adalah menyingkap rahasia hutan hujan tropis, flora-flora bermanfaat di hutan hujan tropis, mamalia hutan hujan tropis, birdwatching, asal-usul air, dan jungle trekking.

(22)

4

cukup menarik bagi wisatawan yang ingin merasa lebih dekat dengan kehidupan liar hutan hujan tropis. Program ekowisata yang ditawarkan adalah atraksi wisata khusus yang tidak bisa dirasakan di kawasan wisata massal. Daya tarik dan objek dalam kegiatan ekowisata ini tergolong dalam sumberdaya yang bersifat barang publik dimana konsumsi yng dilakukan seseorang terhadapnya, tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang tersebut. Selain itu, barang publik memberikan manfaat ekonomi yang intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar seperti rasa nyaman, pemandangan indah, pengalaman bertemu dengan satwa liar dan lain sejenisnya.

1.2 Perumusan Masalah

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan kawasan pelestarian alam yang kaya dengan obyek wisata. TNGGP memiliki berbagai fungsi yaitu fungsi perlindungan dan pelestarian, fungsi pendidikan, pengetahuan dan kebudayaan serta fungsi rekreasi dan pariwisata. Salah satu jenis wisata yng dikembangkan di taman nasional adalah ekowisata. Pariwisata dengan konsep ekowisata saat ini sedang diminati. Orang kini cenderung memilih wisata minat khusus dari pada wisata massal, seperti memilih wisata yang kembali ke alam (Nugroho 2011).

(23)

Lebih dari 50.000 orang telah mengunjungi tempat ini sejak tahun 1998, termasuk anak-anak sekolah setempat, keluarga, kelompok masyarakat, pengambil kebijakan dan eksekutif perusahaan2. PPKAB mempunyai tiga program utama yaitu program pendidikan dengan sasaran siswa sekolah dasar sampai mahasiswa, program penelitian untuk mahasiswa atau peneliti yang tertarik untuk meneliti hutan hujan tropis di PPKAB, dan program rekreasi alam untuk khalayak umum yang ingin merasakan wisata yang tidak biasa dengan suasana hutan hujan tropis. PPKAB biasanya ramai oleh pengunjung diakhir pekan atau hari libur nasional.

Tabel 2 Jumlah pengunjung tahunan PPKAB

Tahun Jumlah Pengunjung (orang)

Pendidikan Penelitian Rekreasi Total Kunjungan

2008 562 255 679 1496

Sumber: Pengelola Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, 2013

Pada Tabel 2 terlihat peningkatan jumlah kunjungan dari tahun 2008 hingga tahun 2011, tetapi terjadi penurunan yang cukup signifikan di tahun 2012 yaitu sebesar 862 pengunjung dan meningkat lagi di tahun 2013 sebesar 202 pengunjung. Penurunan kunjungan yang cukup tinggi ditahun 2012 menurut pengelola diindikasikan karena adanya kejenuhan dari wisatawan yang berkunjung ke PPKAB. Kurangnya promosi dan pengetahuan masyarakat akan keberadaan PPKAB juga diduga membuat tingkat kunjungan ke PPKAB masih rendah. Batas maksimal pengunjung ekowisata di PPKAB perhari adalah 150 orang (one day trip).

(24)

6

satwa liar seperti owa jawa, lutung, atau macan tutul. Hal seperti ini membuat PPKAB mempunyai nilai jual sebagai destinasi ekowisata.

Pengunjung adalah salah satu faktor penting yang memengaruhi pendapatan suatu tempat wisata. Pengelola perlu mengetahui karakteristik pengunjung untuk dapat menentukan arah kebijakan pelayanan yang tepat dalam pengembangan dan pengelolaan obyek wisata tersebut. Sebagian besar jasa lingkungan untuk kegiatan wisata yang ditawarkan PPKAB tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan dengan metode biaya perjalanan untuk menentukan nilai ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan wisata lebih lanjut.

Nilai ekonomi yang diperoleh penting untuk mengestimasi manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan. Nilai tersebut meliputi surplus konsumen yang berguna untuk pengambilan keputusan dan bahan pertimbangan pengembangan tempat wisata sehingga pengelolaan yang dilakukan mendukung tercapainya alokasi sumberdaya optimum.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimakah karakteristik dari pengunjung PPKAB dari kegiatan wisata alam dan pendidikan?

2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi permintaan ekowisata di PPKAB dari kegiatan wisata alam dan kegiatan pendidikan?

3. Berapa nilai ekonomi wisata PPKAB?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai betikut :

(25)

2. Mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengarui fungsi permintaan ekowisata di PPKAB dari kegiatan wisata alam dan kegiatan pendidikan.

3. Mengestimasi nilai ekonomi wisata yang dihasilkan PPKAB.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :

1. Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama studi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

2. Bagi pengambil kebijakan, dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola dalam menentukan upaya pengembangan lebih lanjut Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan sumberdaya dan lingkungan.

1.5 Ruang Lingkup

1. Penelitian ini membahas mengenai pengukuran nilai ekonomi dari PPKAB TNGGP berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel CostMethod).

2. Nilai ekonomi yang dianalisis hanya manfaat intangible berupa manfaat ekowisata, tidak dilakukan untuk manfaat tangible dan intangible lainnya pada PPKAB.

3. Penelitian ini membahas satu lokasi wisata dengan karakteristik sumberdaya alam yang dimilikinya.

4. Pengunjung pada tahun berjalan dianggap mempunyai distribusi yang sama dengan pengunjung pada saat penelitian.

(26)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekonomi Wisata

Pengertian wisata menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1990 adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Menurut undang-undang yang sama pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Pengertian pariwisata yang dikemukan oleh Wahab (1992) yaitu pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Ekonomi wisata adalah sebuah ilmu yang mempelajari hubungan antara ekonomi dan kegiatan wisata yang dilakukan wisatawan maupun pelaku wisata lainnya. Dalam perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara berencana dan terpadu, peran sektor pariwisata akan melebihi sektor migas (minyak bumi dan gas alam) serta industri lainnya (Yoeti 2008). Pariwisata juga dikatakan sebagai katalisator dalam pembangunan, karena dampak yang diberikan terhadap kehidupan perekonomian di negara yang dikunjungi wisatawan. Kedatangan wisatawan mancanegara (foreign tourist) pada suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk setempat, dimana pariwisata dikembangkan.

(27)

pertumbuhan ekonomi di daerah tujuan wisata. Salah satu kegiatan wisata yang saat ini sedang banyak diminati adalah kegiatan wisata alam.

2.2 Wisata Alam di Taman Nasional

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2010 Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Menurut Suswantoro (1997) kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi, pariwisata, pendidikan, penelitian, kebudayaan, dan cinta alam. Semua kegiatan wisata ini dilakukan dalam obyek wisata yang ada. Pada umumnya obyek wisata tersebut berada pada suatu kawasan dimana kawasan tersebut sering disebut sebagai kawasan wisata alam.

Obyek wisata alam yang ada di Indonesia dikelompokkan menjadi dua, obyek wisata alam yaitu obyek wisata yang terdapat di luar kawasan konservasi dan obyek wisata yang terdapat di dalam kawasan konsevasi yang terdiri dari taman nasional, taman wisata alam, taman buru, taman laut dan taman hutan raya. Semua kawasan ini berada di bawah tanggung jawab Direktorat Jendral Perlindungan dan Pelestarian Alam (Soemarno 2008).

Menurut Eagles (2002) dalam Prayoga (2013), kawasan konservasi merupakan tempat yang menarik untuk memenuhi pertumbuhan permintaan wisata outdoor (kegiatan-kegiatan yang memberi penghargaan pada lingkungan alam). Hal ini merupakan tantangan bagi pengelola kawasan konservasi untuk memastikan bahwa pengunjung mendapatkan kegiatan wisata yang diinginkan, disisi lain juga mampu meningkatkan kesadaran mereka untuk memelihara nilai-nilai yang dilindungi dengan kegiatan tersebut. Salah satu kegiatan wisata alam di kawasan konservasi adalah wisata di kawasan taman nasional.

(28)

10

yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata dan rekreasi. Kawasan pelestarian alam sendiri menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1990 adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Zona taman nasional adalah wilayah di dalam kawasan taman nasional yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. 56 Tahun 2006, Taman Nasional di kelola dalam beberapa zona di antaranya adalah :

1. Zona Inti

Zona inti adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi,berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas.

2. Zona Rimba

Zona rimba untuk wilayah perairan laut disebut zona perlindungan bahari adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan.

3. Zona Pemanfaatan

Zona pemanfaatan adalah bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya.

4. Zona lainnya

Zona ini dibagi lagi dalam beberapa zona yang karena fungsi dan kondisinya di tetapkan dalam zona tertentu seperti zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi dan zona khusus.

(29)

kepariwisataan internasional dari bentuk pariwisata massal (mass tourism) ke wisata minat khusus yaitu ekowisata (Nugroho 2011).

2.3 Ekowisata

Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegitan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelesatarian sumberdaya pariwisata (Damanik dan Weber 2006). Masyarakat Ekowisata International mengartikannya sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, dan melibatkan unsur pendidikan dan interpretasi (TIES 2015). Menurut Damanik dan Weber 2006, dari definisi ini ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, pertama, ekowisata sebagai produk; kedua, ekowisata sebagai pasar; ketiga, ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Akhirnya sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya wisata secara ramah lingkungan

Prinsip ekowisata menurut The International Ecotourism Society (2015), dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Mengurangi dampak negarif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.

2. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik dari diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya.

3. Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan dan konservasi tempat wisata tersebut.

4. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi memalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.

(30)

12

6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan wisata.

7. Mendesain, membangun, dan mengoperasikan fasilitas yang berdampak rendah bagi lingkungan.

8. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak asasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata.

2.4 Permintaan Wisata

Permintaan adalah sejumlah barang atau produk yang merupakan barang-barang ekonomi yang akan dibeli konsumen dengan harga tertentu dalam suatu waktu atau periode tertentu. Pengertian permintaan dalam ilmu ekonomi yang lebih umum, diartikan sebagai keinginan seseorang (konsumen) terhadap barang-barang tertentu yang diperlukan atau diinginkannya. Namun dalam praktiknya, pengertian permintaan seperti ini menunjukkan adanya permintaan atas sejumlah barang yang diikuti dengan kekuatan membeli (purchasing power) (Yoeti 2008).

Permintaan masyarakat terhadap jasa-jasa lingkungan seperti tempat rekreasi alam juga sama dengan permintaan barang dan jasa. Menurut Douglas (1970) permintaan wisata adalah banyaknya kesempatan wisata yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan, bila fasilitas-fasilitas yang tersedia cukup memadai dan dapat memenuhi keinginan masyarakat.

Permintaan wisata di alam terbuka dapat diartikan sebagai jumlah pengunjung yang secara ekonomi dapat diartikan sebagai unit volume (kunjungan, hari kunjungan) pada berbagai tingkat biaya wisata. Kurva permintaan secara ekonomi menggambarkan jumlah unit barang atau jasa tertentu yang akan dibayar pada berbagai tingkat harga (Clawson dan Knetsch 1975).

Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan wisata menurut Clawson dan Knetsch (1975) adalah sebagai berikut :

(31)

1) Jumlah total individu yang berada di sekitar tempat rekreasi.

2) Distribusi geografis daerah konsumen potensial yang berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan mencapai areal.

3) Karakteristik sosial ekonomi seperti umur, jemis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan status pendidikan.

4) Pendapatan rata-rata dan distribusi pendapatan masing-masing individu untuk keperluannya.

5) Pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan wisata.

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat rekreasi : 1) Keindahan dan daya tarik.

2) Intensitas dan sifat pengelolaan. 3) Alternatif pilihan tempat rekreasi.

4) Kapasitas akomodasi untuk pemakaian potensial. 5) Karekteristik iklim dan cuaca tempat rekreasi.

3. Hubungan antara pemakai potensial dengan tempat rekreasi :

1) Lamanya dan waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat rekreasi.

2) Kesenangan atau kenyamanan dalam perjalanan. 3) Biaya untuk berkunjung ke tempat rekreasi.

4) Meningkatnya permintaan rekreasi sebagai akibat promosi yang menarik.

2.5 Valuasi Ekonomi

Valuasi ekonomi adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menilai secara riil harga dari suatu barang dan jasa. Valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan adalah penilaian ekonomi dengan menggunakan pendekatan penilaian kegunaan langsung dan tidak langsung (Adrianto dan Wahyudin 2007).

(32)

14

Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness to Pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar yang terungkap). Beberapa teknik yang termasuk kedalam kelompok yang pertama ini adalah travel cost, hedonic pricing, dan teknik yang relatif baru yang disebut random utility model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM) dan Discrete Choice Method

(DCM)(Fauzi 2010).

2.6 Travel Cost Method

Menurut Fauzi (2010), Travel Cost Method (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation) seperti memancing, berburu, hiking, dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi diatas. Misalnya, untuk menyalurkan hobi memancing di pantai, seorang konsumen akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Peneliti dapat mengkaji nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola

expenditure dari konsumen tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat biaya akibat:

1. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi. 2. Penambahan tempat rekreasi baru.

3. Perubahan kualitas lingkungan. 4. Penutupan tempat rekreasi yang ada.

Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, teknik tersebut adalah :

(33)

2. Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survey (ITCM).

Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2010), menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan pertama, menentukan perilaku model itu sendiri dan kedua menentukan pilihan lokasi. Perhatian pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya (behavioural model), atau apakah langsung membangun model perilaku. Perhatian yang kedua menyangkut apakah harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model.

Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan (travel cost) dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif. Secara sederhana fungsi permintaan di atas dapat ditulis sebagai berikut :

Vij = f ( Cij, Tij, Qij, Sij, Mi )

Keterangan:

Vij : jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j.

Cij : biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi

lokasi j.

Tij : biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j.

Qij : persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang

dikunjungi.

Sij : karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain, dan

Mi : pendapatan (income) dari individu i.

Menurut Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2010), agar penilaian terhadap sumber daya alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar :

1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi.

2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas.

(34)

16

Menurut Fauzi (2010), TCM memiliki beberapa kelemahan, yakni :

1. Harus diingat bahwa TCM dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. Jadi dalam hal ini kita tidak menelaah aspek kunjungan ganda (multipurposive visit).

2. TCM tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur dan mereka yang dari wilayah setempat.

3. Masalah pengukuran nilai dari waktu (value of time).

2.7 Nilai Ekonomi Wisata dan Surplus Konsumen

Nilai ekonomi didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Secara formal, konsep ini disebut dengan keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa (Fauzi 2010).

Menurut Nicholson (1995), surplus konsumen adalah ukuran nilai berlebih yang diterima oleh konsumen dari suatu barang melebihi dari yang mereka bayarkan. Surplus konsumen mengukur manfaat yang diterima konsumen dari partisipasinya di suatu pasar dan dapat dihitung dengan mencari luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga. Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar.

Selain itu, surplus konsumen yang terkait dengan penilaian ekonomi untuk barang-barang sumberdaya dan lingkungan cenderung underestimated sehingga surplus konsumen haruslah selalu ditambahkan pada nilai pasar barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsikan agar diperoleh estimasi yang sebenarnya manfaat ekonomi total dari barang dan jasa tersebut (Hufschmidt et al. 1987

(35)

2.8 Penelitian Terdahulu

Aprilian (2009) dalam penelitiannya di Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung menduga pemintaan dan surplus konsumen dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu: biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahui TWA Situ Gunung, umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata. Guna menentukan nilai ekonomi total dari TWA Situ Gunung, surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Surplus konsumen merupakan proxy dari Willingness To Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Wilingness To Pay sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April 2009, saat penelitian berlangsung.

Sihombing (2011) dalam penelitiannya di Taman Wisata Alam Gunung Pancar mengestimasi nilai ekonomi menggunakan metode biaya perjalanan dan

prospek pengembangan wisata. Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu: biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Guna menentukan nilai ekonomi total dari TWA Gunung Pancar surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan

Willingness To Pay.

(36)

18

Analisis WTP pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk PSG-3 sampai taraf harga Rp 8.577,00.

(37)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol merupakan salah satu destinasi ekowisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Fasilitas yang disediakan PPKAB cukup lengkap seperti asrama, stasiun penelitian, menara pengamatan, jembatan canopy trail, dan dapur. Tujuan pendiriaan PPKAB adalah sebagai tempat pelestarian alam dan ekowisata terbatas. Program ekowisata yang ditawarkan disini antara lain pendidikan lingkungan dan konservasi, penelitian hutan hujan tropis serta rekreasi bagi keluarga maupun kelompok tertentu.

Sebagai sarana ekowisata, PPKAB berhubungan erat dengan pengunjung. Oleh karena itu, pengelola penting untuk mengetahui bagaimana karekteristik pengunjung, faktor – faktor apa saja yang memengaruhi permintaan wisata, dan nilai ekonomi wisata PPKAB. Hasil pengkajian kerakteristik dan penilaian pengunjung tersebut diharapkan dapat memberikan informasi tambahan untuk pengembangan dan pengelolaan PPKAB.

Pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol adalah dengan pendekatan biaya perjalanan. Pengunjung yang melakukan suatu kegiatan wisata pasti mengeluarkan sejumlah biaya tertentu yang disebut sebagai biaya perjalanan. Biaya perjalanan ini terdiri atas biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi, parkir, dan biaya lainnya disamping biaya tiket masuk obyek wisata tersebut.

(38)

20

Keterangan: diluar ruang lingkup penelitian Gambar 1 Alur kerangka berpikir Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol

Tujuan pelestarian Tujuan Ekowisata

Pendidikan Lingkungan dan Konservasi Rekreasi Alam

(39)

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanan di kawasan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini di pilih dengan pertimbangan bahwa kawasan memiliki sumberdaya alam yang berpotensi untuk lebih dikembangkan menjadi tempat ekowisata. Waktu penelitian adalah bulan Mei-Juni 2014.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung kawasan PPKAB yang ditemui saat penelitian. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada petugas dan pengelola PPKAB.

Data Sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari pihak pengelola PPKAB yang meliputi keadaan umum lokasi wisata (sejarah, status, letak kawasan, keadaan fisik serta potensi wisata) dan jumlah pengunjung pertahun. Selain itu data sekunder diperoleh juga dari literatur yang relevan dengan topik penelitian ini.

4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Metode pangambilan contoh yang digunakan pada pengunjung adalah metode non-probability sampling, hal ini karena populasi responden tidak diketahui pasti. Responden dipilih dengan mengunakan teknik purposive sampling

(40)

22

Responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dari program pendidikan dan 30 orang dari program rekreasi alam terbatas dengan batas kesalahan 10%. Menurut data yang diperoleh dari pengelola PPKAB, jumlah kunjungan rata-rata setiap bulan pada periode tahun 2013 adalah sebesar 63 orang pada program pendidikan dan progam rekreasi alam terbatas sebesar 60 orang dengan carrying capacity per hari nya 150 orang.

4.4 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan aplikasi penghitungan ekonometrika di komputer. Pada Tabel 3 akan diuraikan matriks analisis data yang akan digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan penelitian ini.

Tabel 3 Matriks metode analisis data

No. Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data

1

4.4.1 Karekteristik Wisatawan dan Fungsi Permintaan Wisata

Karakteristik pengunjung PPKAB diidentifikasi menggunakan analisis deskriptif. Morley (1990) dalam Ross (1998) mengatakan bahwa permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian diolah menggunakan

(41)

memengaruhi lebih dari satu prediktor (variable independent) (Juanda 2009). Adapun fungsi permintaan yang dibentuk dengan model regresi linear berganda adalah :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + ɛ .... (1)

Keterangan:

Y = Jumlah kunjungan ke PPKAB dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini, yaitu tahun 2014 (frekuensi kunjungan pertahun)

X1 = Biaya perjalanan individu ke PPKAB (Rp/orang)

X2 = Total penghasilan (Rp/bulan)

X3 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam

pendidikan (tahun) X4 = Umur responden (tahun)

X5 = Jarak tempuh dari tempat tinggal ke PPKAB (Km)

X6 = Waktu tempuh dari tempat tinggal ke PPKAB (jam)

X7 = Jumlah tanggungan (orang)

X8 = Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam)

X9 = Lama mengetahui Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (tahun)

b0 = Konstanta

b1-b9 = Koefisiensi regresi

ɛ = Error

Pada regresi linear berganda dilakukan pengujian asumsi atau uji parameter untuk mengetahui apakah model fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain uji kenormalan, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokolerasi.

4.4.2 Nilai Ekonomi Wisata dengan Pendugaan Surplus Konsumen

(42)

24

yang dikeluarkan ke lokasi yang dikunjungi. Oleh karena TCM dibangun atas dasar teori permintaan konsumen, maka surplus konsumen menjadi isu sentral dalam TCM. Surplus konsumen dalam TCM menunjukkan seberapa besar seseorang menilai suatu tempat wisata yang didasarkan pada kunjungan yang dilakukan (Fauzi 2014). Setelah mengetahui fungsi permintaan, surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi dapat diukur. Nilai surplus konsumen ini yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata PPKAB. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula :

WTP ≈ Consumer Surplus =

...

(2)

dengan Y adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b1 adalah

koefisien dari biaya perjalanan (Fauzi 2010).

Nilai ekonomi wisata PPKAB merupakan total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Nilai ekonomi wisata PPKAB diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

�� = � × � ... (3) Keterangan:

NE = Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun

(43)

V GAMBARAN UMUM

5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia tahun 1980. TNGGP mempunyai luas 22.851,03 hektar yang ditutupi oleh hutan hujan tropis pegunungan. Seperti halnya kawasan konservasi lainnya di Indonesia pengelolaan kawasan TNGGP merupakan tanggung jawab dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Secara administratif kawasan TNGGP berada di tiga kabupaten yaitu Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Kantor pengelola yaitu Balai Besar TNGGP berada di Cibodas, dan dalam pengelolaannya dibagi tiga Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (Bidang PTN Wil), yaitu Bidang PTN Wil I di Cianjur, Bidang PTN Wil II di Selabintana Sukabumi, dan Bidang PTN Wil III di Bogor.

Penelitian dilakukan di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Kawasan ini terletak di zona pemanfaatan TNGGP. Secara administrasi pemerintahan, PPKAB termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi, meliputi Desa Benda dan Purwasari Kecamatan Cicurug, Desa Watesjaya dan Desa Bodogol Kecamatan Caringin. Tetapi secara pengelolaan PPKAB berada dibawah pengelolaan Kantor Bidang PTN Wil III Bogor. Kawasan PPKAB merupakan pintu gerbang sebelah barat TNGGP. Khusus region Bodogol luasnya sekitar 300 ha, berada pada koordinat antara 6o32’-6o34’ LS dan 106o50’-106o56’ BT (Ario et al 2011). PPKAB berada pada ketinggian 800 m dpl dengan suhu rata-rata antara 18-32oC dengan jarak 7 km dari danau Lido.

(44)

26

trekking di jalur interpretasi. Di dalam kawasan PPKAB juga terdapat curug atau air terjun, seperti Curug Cikaweni dan Curug Cipadaranten. Hal lain yang membuat pengunjung ingin datang ke PPKAB adalah keberadaan jembatan

canopy trail yang memungkinkan pengunjung melihat lebatnya hutan hujan tropis dari ketinggian. Pengunjung juga dapat menginap di camping ground atau asrama yang tersedia di lokasi PPKAB.

Bagi pengunjung yang berminat untuk berekowisata di PPKAB harus melakukan reservasi terlebih dahulu. Reservasi dipusatkan di kantor PPKAB atau kantor CII Lido. Pengunjung yang ingin menginap di PPKAB diwajibkan melaukan reservasi minimal dua minggu sebelum hari kunjungan. Batas maksimal pengunjung ekowisata di PPKAB perhari adalah 150 orang (one day trip), batas maksimal pengunjung yang menginap di asrama adalah 30 orang dan untuk kapasitas menginap di Camping Area adalah 28 orang atau 7 tenda kapasitas masing- masing tenda 4 orang.

Cara mencapai Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) dapat ditempuh melalui jalan tol Jagorawi dan keluar pintu tol Ciawi ke arah Sukabumi. Di sisi jalan raya Bogor-Sukabumi km 21 Cicurug, belok kiri ke arah Taman Rekreasi Lido hingga menemukan kantor CI Lido di dekat pintu masuk komplek Lido Lake Resort untuk memperoleh informasi atau bantuan cara mencapai lokasi. Karena akses jalan menuju PPKAB yang rusak dan hanya bisa dilalui kendaraan

four wheel drive, kendaraan pribadi disarankan dititipkan di Kantor CI atau Kantor Resort TNGGP Bodogol.

(45)

5.2 Latar Belakang Pendirian PPKAB

PPKAB didirikan atas kerjasama Conservation International Indonesia (CII), Program Yayasan Alam Mitra Indonesia (Alami) dan Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. PPKAB mulai diperkenalkan secara umum kepada masyarakat luas pada tahun 1998. Peran PPKAB adalah memperkenalkan kekayaan alam hutan hujan tropis, penyadaran dan pelibatan masyarakat dalam kaitannya dengan perlindungan kawasan hutan guna mempertahankan kawasan ini sebagai kawasan konservasi. Pada tahun 2008 konsorsium PPKAB berubah menjadi Konsorsium Konservasi Alam Bodogol dengan beranggotakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Conservation International Indonesia (CII), dan Yayasan Owa Jawa (YOJ).

(46)

28

Adapun tujuan dari pendirian PPKAB adalah sebagai berikut (TNGGP 2014). 1. Memperkenalkan, mempromosikan, dan mengembangkan konsep pendidikan

konservasi yang diselenggarakan di dalam kawasan Taman nasional.

2. Menciptakan sebuah model pengelolaan yang berdasarkan prinsip kemandirian. 3. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya melestarikan

sumberdaya alam.

4. Menciptakan sebuah model kerjasama antara Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pemerintah, lembaga-lembaga nasional dan internasional.

Kawasan Bodogol tidak mungkin dijadikan sebagai tempat untuk mass tourism, hal ini disebabkan karena pihak pengelola mengutamakan mutu bukan jumlah pengunjung. Mutu yang ditawarkan berupa ilmu yang berkualitas dan pengalaman yang berkesan bagi para pengunjung. Penghasilan PPKAB bukan dengan cara meningkatkan jumlah pengunjung, melainkan dengan cara meningkatkan kualitas muatan materi yang disampaikan oleh para interpreter sehingga pengunjung bisa rela membayar mahal dilihat dari sisi kualitas informasi yang disampaikan oleh interpreter. Dengan tidak menerapkan mass tourism di kawasan Bodogol, maka kegiatan alam liar dan manusia seimbang.

5.3 Fasilitas yang Tersedia

Untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengunjung, PPKAB menyediakan beberapa fasilitas, seperti:

1. Ruang Kelas

Dirancang sebagai ruang belajar, memperkenalkan hutan sebelum melihatnya langsung di alam dan berkapasitas 40 (empat puluh) orang serta dilengkapi dengan fasilitas lainnya seperti OHP dan proyektor.

2. Jembatan Kanopi (Canopy trail)

(47)

3. Pondok Inap

Ditujukan untuk dipergunakan oleh para pengunjung yang melakukan kegiatan lebih dari 1 (satu) hari. Terdiri dari 2 (dua) asrama yang cukup untuk menampung 40 (empat puluh) orang

4. Pondok Baca dan Diskusi

Tempat di mana pengunjung dapat membaca buku ataupun diskusi di alam terbuka sambil tetap bisa menikmati pemandangan.

5. Pondok Makan

Di tempat ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam sambil menikmati makanan yang disajikan dengan cita rasa khas daerah setempat dengan melakukan reservasi terlebih dahulu.

6. Taman

Ruang terbuka yang dapat digunakan untuk bersimulasi atau bermain.

7. Catwalk

Pengunjung dapat melihat bukit dan hutan dari sini. Selain itu, tempat ini juga sering digunakan oleh para pengunjung minat khusus yang gemar mengamati burung.

8. Jalur Interpretasi

(48)

VI KARAKTERISTIK PENGUNJUNG PUSAT PENDIDIKAN

KONSERVASI ALAM BODOGOL

6.1 Karekteristik Responden

Penentuan karekteristik pengunjung PPKAB diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 60 orang responden yang dibagi menjadi dua program ekowisata yang ada di PPKAB yaitu program pendidikan dan rekreasi alam. Program rekreasi alam terdiri dari 30 orang responden yang terdiri dari 7 orang perempuan dan 23 orang laki-laki, sedangkan untuk program pendidikan terdiri dari 30 orang responden yang terdiri dari 22 orang perempuan dan 8 orang laki-laki. Pengunjung PPKAB didominasi oleh laki-laki pada program kegiatan rekreasi alam sedangkan kegiatan pendidikan didominasi oleh pengunjung perempuan.

6.1.1 Umur

(49)

Tabel 4 Sebaran umur responden pengunjung PPKAB tahun 2014

Berdasarkan daerah asal, pengunjung PPKAB yang bertujuan rekreasi alam didominasi oleh pengunjung yang berasal dari daerah Bogor yakni sebesar 60%. Pengunjung yang berasal dari Bekasi sebesar 14%, pengunjung yang berasal dari Jakarta 13% dan pengunjung yang berasal dari Depok sebesar 7%. Sisanya berasal dari Sukabumi dan Tangerang masing-masing sebesar 3%. Hal ini menunjukkan hampir seluruh pengunjung PPKAB berasal dari Jabodetabek sedangkan dari Sukabumi hanya 3%. Pengunjung sebagian besar besar berasal dari Jabodetabek dikarenakan lokasi PPKAB yang tidak jauh dari Jabodetabek

Pengunjung dengan tujuan pendidikan sebagian besar juga berasal dari Bogor yaitu sebesar 33%, dari Bekasi dan Jakarta masing-masing sebesar 27% dan sisanya berasal dari Depok dan Tangerang masiang-masing sebesar 7%. Pengunjung kegiatan pendidikan seluruhnya berasal dari Jabodetabek. Sebaran daerah asal pengunjung PPKAB dengan tujuan pendidikan dan rekreasi alam dapat dilihat pada Tabel 5.

(50)

32

lokasi PPKAB secara administratif masuk wilayah Kabupaten Sukabumi tetapi lokasi ini masuk dalam pengelolaan balai besar TNGGP wilayah Bogor. Lokasi PPKAB sendiri lebih dekat degan pusat Kota Bogor dibandingkan Kota Sukabumi.

6.1.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan menunjukkan jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh seseorang. Berdasarkan karekteristik tingkat pendidikannya, pengunjung PPKAB dengan tujuan rekreasi alam sebagian besar adalah lulusan perguruan tinggi yaitu sebesar 40%, sedangkan lulusan SMA sebesar 37% dan lulusan SMP sebesar 23%. Tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan akan meningkatkan pemahaman pengunjung tentang pentingnya menjaga lingkungan dan keberlangsungan dari suatu sumberdaya alam serta meminimalisir kerusakan akibat eksploitasi alam yang terjadi sehingga keseimbangan ekosistem taman nasional di PPKAB dapat terus terjaga. Tingginya tingkat pendidikan pengunjung PPKAB juga akan meningkatkan rasa ingin tahu tentang obyek wisata yang ada di PPKAB.

Berbeda dengan rekreasi alam, kegiatan pendidikan di PPKAB sebagian besar pengunjung didominasi lulusan SMA yaitu sebesar 70%, lulusan SMP sebesar 27% dan perguruan tinggi sebesar 3%. Aktifitas yang dilakukan yaitu praktikum, pendidikan dan latihan (diklat), dan pendidikan lingkungan. Proporsi mengenai tingkat pendidikan responden PPKAB ditunjukkan pada Tabel 6 berikut ini.

(51)

6.1.4 Pekerjaan

Pekerjaan sebagian besar pengunjung PPKAB dengan tujuan rekreasi alam adalah pegawai swasta yakni 54%, sedangkan pelajar atau mahasiswa sebesar 33%, PNS atau BUMN sebesar 10% dan wiraswasta sebesar 3%. Hal ini menyebabkan PPKAB lebih ramai dikunjungi pada hari libur atau akhir minggu, dimana pengunjung memanfaatkan waktu luang mereka untuk melakukan rekreasi.

Untuk kegiatan wisata pendidikan keseluruhan responden berstatus pelajar atau mahasiswa. Data pekerjaan pengunjung PPKAB dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7 Sebaran pekerjaan responden pengunjung PPKAB tahun 2014 Pekerjaan

(52)

34

meningkat. Meningkatnya alokasi konsumsi terhadap kegiatan wisata akan meningkatkan kesediaan membayar pengunjung.

Berbeda dengan rekreasi alam, kegiatan pendidikan di PPKAB sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa yang belum memiliki penghasilan melainkan uang saku dari orang tua. Sebagian besar pengunjung kegiatan pendidikan memiliki penghasilan dibawah Rp 1.000.000 yaitu sebesar 70% dan penghasilan antara Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 sebanyak 20% serta sisanya berpenghasilan diatas Rp 2.000.000 yaitu sebesar 9%. Berikut proporsi tingkat penghasilan pengunjung PPKAB yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran tingkat pengasilan responden pengunjung PPKAB tahun 2014

Penghasilan

Berdasarkan hasil penelitian seluruh pengunjung PPKAB yang berekreasi alam datang secara berkelompok. Kelompok yang datang didominasi oleh kelompok dengan jumlah anggota 2-10 orang yaitu sebesar 63%. Pengunjung lainnya datang secara rombongan dalam kelompok yang besar atau lebih dari 10 orang yaitu sebesar 37% dan tidak ada pengunjung yang datang berwisata sendirian. Kondisi kawasan yang terletak di dalam hutan dan akses jalan yang kurang baik menyebabkan pengunjung datang secara berkelompok.

(53)

Tabel 9 Sebaran cara kedatangan pengunjung PPKAB tahun 2014

Wisatawan yang mengunjungi PPKAB dengan tujuan rekreasi alam sebagian besar datang secara berkelompok dengan jumlah anggota kelompok sebesar 5-10 orang yaitu sebesar 47%, 36% datang secara rombongan dengan jumlah rombongan lebih dari 10 orang dan 17% datang secara berkelompok dengan jumlah anggota kurang dari 5 orang. Kelompok dengan jumlah anggota 5-10 orang yang banyak datang ke PPKAB adalah kelompok pecinta sepeda gunung dan pelajar/ mahasiswa yang camping di sekitar Curug Cikaweni. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk meningkatkan fasilitas di kawasan camping ground di sekitar Curug Cikaweni.

Berbeda dengan pengunjung rekreasi alam, pengunjung kegiatan pendidikan datang dalam kelompok besar yang anggotanya lebih dari 10 orang. Hal ini dikarenakan pengunjung kegiatan pendidikan adalah rombongan siswa sekolah atau mahasiswa. Adapun sebaran jumlah rombongan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

(54)

36

6.1.8 Sumber Informasi Kawasan

Berdasarkan sumber informasi keberadaan PPKAB, sebagian besar pengunjung yang bertujuan rekreasi alam mengetahuinya dari teman atau keluarga yaitu sebesar 83%, sisanya pengunjung mengetahui dari website atau internet

sebesar 14% dan 3% lagi pengunjung mengetahui keberadaan PPKAB dari surat kabar atau majalah. Pengunjung kegiatan pendidikan 93% mengetahui keberadaan PPKAB dari teman atau keluarga dan sisanya 7% mengetahui dari website atau

internet. Hal ini menunjukkan bahwa pihak pengelola perlu meningkatkan kegiatan promosinya lebih baik lagi. Salah satu kegiatan promosi yang dapat dilakukan untuk menginformasikan keberadaan PPKAB adalah dengan mengikuti pameran-pameran wisata dan meningkatkan pegelolaan website resmi PPKAB. Sebaran sumber informasi mengenai keberadaan PPKAB dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11 Sebaran sumber informasi lokasi pengunjung PPKAB tahun 2014

Sumber Informasi

Berdasarkan hasil observasi lapangan diperoleh bahwa 50% pengunjung rekreasi alam menghabiskan waktu di lokasi tersebut sekitar 4-6 jam. Aktivitas pengunjung yaitu outbond dan trekking di jalur interpretasi yang membutuhkan waktu beberapa jam. Pengunjung yang menghabiskan waktu di PPKAB selama 1-3 jam sebanyak 1-30%, pengunjung ini hanya menikmati keindahan alam di PPKAB. Sisanya sebayak 13% pengunjung menghabiskan waktu lebih dari 24 jam di PPKAB untuk camping atau menginap di asrama yang telah disediakan pengelola dan 7% lagi pengunjung menghabiskan waktu di PPKAB selama 7-9 jam.

(55)

pendidikan memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan tugas. Sebaran lama kunjungan wisatawan di PPKAB dapat dilihat pada tabel 12 berikut.

Tabel 12 Sebaran lama kunjungan pengunjung PPKAB tahun 2014 Lama

Berdasarkan observasi lapang diperoleh bahwa pengunjung kegiatan rekreasi alam sebagian besar menempuh jarak kurang dari 50 km dengan persentase sebesar 64%, pengunjung PPKAB sebagian besar merupakan pengunjung yang berasal dari daerah yang realatif dekat dengan lokasi seperti Bogor dan sekitarnya. Pengunjung yang menempuh jarak lebih dari 50 km berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya sebanyak 36%.

Pengunjung kegiatan pendidikan sebanyak 40% menempuh jarak 51-80 km. Pengunjung yang menempuh jarak kurang dari 50 km sebanyak 34% dan sisanya menempuh jarak lebih dari 80 km. Sebaran jarak yang ditempuh pengunjung menuju PPKAB dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.

(56)

38

6.1.11 Waktu Tempuh

Berdasarkan waktu tempuh, pengunjung rekreasi alam memerlukan waktu 3-4 jam untuk tiba di PPKAB yakni sebanyak 63%. Jumlah waktu tersebut diperlukan oleh pengunjung yang datang menggunakan sepeda dan berjalan kaki dari kantor resort menuju lokasi PPKAB. Sisanya sebanyak 37% pengunjung membutuhkan 1-2 jam untuk sampai ke PPKAB, pengunjung ini adalah pengunjung yang datang ke PPKAB menggunkan sepeda motor atau kendaraan

four wheel drive.

Pengunjung yang melakukan kegiatan pendidikan sebanyak 50% menempuh waktu 3 jam untuk mencapai PPKAB. Sebanyak 40% pengunjung menempuh waktu selama 4 jam dan sisanya 13% menempuh waktu selama 1-2 jam.Sebaran waktu tempuh pengunjung PPKAB dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini.

Tabel 14 Sebaran waktu tempuh pengunjung PPKAB tahun 2014 Waktu Tempuh

(57)

Tabel 15 Sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung PPKAB sampai Pengunjung dapat melanjutkan perjalanan dengan menyewa kendaraan operasional PPKAB, berjalan kaki, menggunakan sepeda motor atau sepeda gunung. Berikut sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung untuk mencapai lokasi PPKAB dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung untuk sampai lokasi PPKAB tahun 2014

(58)

40

sebesar 26,7% pengunjung menggunakan sepeda gunung untuk mencapai lokasi PPKAB.

6.2 Persepsi Pengunjung Mengenai PPKAB

Persepsi pengunjung mengenai PPKAB penting untuk diketahui. Hal ini dilakukan agar pengelola dapat mengetahui faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam mengelola PPKAB. Penilaian mengenai persepsi pengunjung meliputi keamanan, penyediaan fasilitas, pelayanan petugas pengelola dalam menerima pengunjung, kemudahan mencapai lokasi atau aksesibilitas, kebersihan, tarif tiket masuk, dan keindahan alam.

6.2.1 Keamanan

Keamanan dalam penelitian ini adalah aman baik dari segi kecelakaan fisik yang disebabkan oleh areal PPKAB yang berupa hutan hujan tropis yang terjal, adanya jurang, ataupun serangan satwa liar dan keamanan dari segi materi seperti pencurian barang berharga. Berdasarkan wawancara didapat hasil bahwa pengunjung menyatakan keamanan di PPKAB sangat aman sebesar 10%, yang menyatakan aman sebesar 38% dan yang menyatakan cukup aman 47%, sisanya sebesar 5% menyatakan kurang aman.

Pengunjung mengatakan kurang aman bila sedang musim hujan karena jalur interpretasi yang curam menjadi sangat licin. Hal ini membuat pengunjung harus lebih berhati-hati agar tidak terpeleset. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan pihak pengelola sudah menyediakan tali tambang di jalur interpretasi agar pengunjung mempunyai pegangan dan tidak terjatuh ke jurang. Proporsi persepsi pengunjung mengenai keamanan di kawasan PPKAB dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 17 Proporsi persepsi pengunjung mengenai keamanan di PPKAB tahun 2014

Keamanan Jumlah (orang) Persentase (%)

Sangat Aman 6 10

Aman 23 38

Cukup Aman 28 47

Kurang Aman 3 5

(59)

6.2.2 Penyediaan Fasilitas

Penyediaan fasilitas di PPKAB menurut responden sebesar 42% menyatakan cukup lengkap seperti adanya asrama untuk menginap, mushola, ruang kelas, dapur dan kantin. Sebesar 28% responden menyatakan lengkap, 3% menyatakan sangat lengkap dan 27% lagi menyatakan kurang lengkap. 23% responden menyatakan kurang lengkap karena areal camping ground di dekat Curug Cikaweni belum tersedia toilet, serta beberapa responden menginginkan mushola diperbaiki dan disediakan fasilitas bermain anak seperti ayunan atau perosotan, serta perbaikan dan penambahan papan interpretasi atau petunjuk jalan. Tabel berikut menunjukan proporsi persepsi pengunjung mengenai penyediaan fasilitas di PPKAB.

Tabel 18 Proporsi persepsi pengunjung PPKAB mengenai penyediaan fasilitas tahun 2014

Fasilitas Jumlah (orang) Persentase (%)

Sangat Lengkap 2 3

Lengkap 17 28

Cukup Lengkap 25 42

Kurang Lengkap 16 27

Total 60 100

6.2.3 Pelayanan Pengelola

Gambar

Tabel 1  Ranking devisa pariwisata terhadap 10 barang ekspor terbesar 2011-2013
Gambar 1  Alur kerangka berpikir
Tabel 4  Sebaran umur responden pengunjung PPKAB tahun 2014
Tabel 6  Sebaran pendidikan akhir responden pengunjung PPKAB tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna,

perusahaan selama empat tahun menun- jukkan bahwa modal kerja bersih perusa- haan masih belum efektif dari tahun 2009 sampai 2012 mengalami penurunan modal kerja bersih

Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 352 B3. Muatan Peminatan

Dari hasil data lapangan yang diperoleh dari intrumen, melalui wawancara, dokumentasi serta yang berkaitan dengan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah dalam

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

khusus untuk transportasi udara, semakin tingginya jumlah dan frekuensi pergerakan pesawat terbang dibutuhkan alat-alat bantu berupa radar, localizer, DVOR dan berbagai alat

Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu penelitian yang menekankan pada isi suatu informasi

139 PERAKITAN TEKNOLOGI JARWO SUPER DI LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI DI PROVINSI JAMBIPERAKITAN TEKNOLOGI JARWO SUPER DI LAHAN RAWA