• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengapuran, P, dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hitam pada Budi Daya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengapuran, P, dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hitam pada Budi Daya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGAPURAN, P, DAN K TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI HITAM PADA BUDI

DAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT

ABDUL JABAR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pengapuran, P, dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hitam pada Budi daya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Abdul Jabar

(4)

ABSTRAK

ABDUL JABAR. Pengaruh Pengapuran, P, dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hitam pada Budi daya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut. Dibimbing oleh Prof Dr Ir MUNIF GHULAMAHDI, MS

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ameliorant kapur, pupuk P dan K terhadap pertumbuhan dan produktivitas kedelai hitam pada budi daya jenuh air di lahan pasang surut, di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan pada bulan Mei-Agustus 2014. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok, tiga faktor yang diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama yaitu pemberian amelioran kapur yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 0, 1 000, 2 000 dan 3 000 kg ha-1 dolomit, faktor kedua yaitu pemberian pupuk P yang terdiri atas 2 taraf, yaitu, 36 dan 72 kg ha-1 P2O5

dan faktor ketiga yaitu pemberian pupuk K yang terdiri atas 2 taraf, yaitu, 30 dan 60 kg ha-1 K2O. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi pemupukan P dan

K mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun , jumlah cabang, bobot kering bintil akar, dan produktivitas. Interaksi pupuk P dan dolomit mempengaruhi jumlah daun pada umur 8 MST, dan interaksi pupuk K dan dolomit mempengaruhi jumah cabang. Produktivitas kedelai tertinggi dihasilkan pada perlakuan dolomit dengan dosis 3 ton ha-1 sebesar 4.063 ton ha-1.

Kata kunci: amelioran dan pemupukan, budidaya jenuh air, lahan marginal

ABSTRACT

ABDUL JABAR.The Effect of Liming, P and K Fertilizer Dosage on the Growth and Production of Black Soybean under-Saturated Water Soil on Tidal Swamp. Supervised by Prof Dr Ir MUNIF GHULAMAHDI, MS.

This research was conducted to study the effect of lime ameliorant, P and K fertilizer on the growth and productivity of black soybean under saturated soil culture on tidal swamps, in Banyu Urip Village, Tanjung Lago Sub District, Banyuasin District, South Sumatera Province on May-August 2014. This experiment used Block Randomized Design, three factor with three replication. First factor is ameliorant of lime, consisted of 4 levels, i.e: 0, 1 000, 2 000 dan 3 000 kg ha-1 dolomit. Second factor is P fertilizer, consisted of 2 levels, i.e: 36 and 72 kg ha-1 P2O5 . Third factor is K fertilizer, consisted of 2 levels, i.e: 30 and 60 kg

ha-1 K2O. This research result showed that the interaction P and K fertilizer

influenced on the plant height, leave number, branch number, nodule dry weight, and productivity. The interaction P and lime influenced on the leave number on 8 Week After Planting. The interaction K and lime influenced on the branch number. The highest productivity was obtained on 3000 kg ha-1 dolomit (4.063 ton ha-1 ).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGARUH PENGAPURAN, P, DAN K TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI HITAM PADA BUDI

DAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT

ABDUL JABAR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Pengapuran, P, dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hitam pada Budi Daya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut

Skripsi ini dibuat dengan maksud untuk menguji pengaruh dosis pemupukan fosfor dan kalium, serta berbagai tingkat dosis pengapuran terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai hitam dengan menggunakan teknik budidaya jenuh air.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Tim Dosen Teknik Penulisan Ilmiah dan Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama proses kegiatan pembuatan proposal. Penulis juga tak lupa berterima kasih sebesar-besarnya kepada orangtua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materiil. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 47 yang senantiasa memberi bantuan, saran dan kritiknya terhadap penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga saran dan masukan yang sifatnya membangun sangat diharapkan.

Semoga karya tulis ini bermanfaat

Bogor, Maret 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Kedelai Hitam Varietas Cikuray 3

Lahan Pasang Surut 3

Amelioran Kapur 4

METODE 4

Tempat dan Waktu Penelitian 4

Bahan 5

Alat 5

Prosedur Analisis Data 5

Prosedur penelitian 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum 7

Pengaruh Pupuk P dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi 10 Pengaruh Dolomit terhadap Pertumbuhan dan Produksi 13

Interaksi antara P dan K 16

Interaksi antara P dan Dolomit 17

Interaksi antara K dan Dolomit 18

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 22

(10)

DAFTAR TABEL

1.Tabel rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap beberapa

peubah pengamatan 9

2.Pengaruh pupuk P dan K terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan

jumlah cabang 10

3.Pengaruh pupuk P dan K terhadap bobot kering brangkasan kedelai

umur 8 MST 11

4.Pengaruh pupuk P dan K terhadap jumlah buku produktif dan non produktif, jumlah polong isi dan polong hampa 12 5.Pengaruh pupuk P dan K terhadap peubah komponen hasil produksi 12 6.Pengaruh dolomit terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah

cabang 13

7.Pengaruh dolomit terhadap bobot kering brangkasan 8 MST 14 8.Pengaruh dolomit terhadap jumlah buku produktif dan non produktif,

jumlah polong isi dan polong hampa 14

9.Pengaruh dolomit terhadap peubah komponen hasil produksi 15 10.Interaksi antara pemupukan P dan K terhadap komponen

pertumbuhan dan produksi 17

11.Interaksi antara pemupukan P dan pemberian dolomit terhadap

jumlah daun 18

12.Interaksi antara pemupukan K dan pemberian dolomit terhadap

jumlah cabang 18

DAFTAR GAMBAR

1.Kondisi pasang pada lahan akibat hujan lebat dan luapan saluran 8 2.Kondisi tanaman pada saat aklimatisasi (kiri) dan mulai menghijau

kembali pada umur 6 MST (kanan) 8

3.Serangan hama pada tanaman kedelai di berbagai fase pertumbuhan 9 4.Kurva regresi produktivitas dengan berbagai dosis amelioran kapur 16

DAFTAR LAMPIRAN

1.Curah hujan (mm) dan hari hujan pada periode bulan Mei hingga

Agustus 2014 23

2. Data suhu (oC) di daerah penelitian 24

3. Data kelembaban nisbi (%) di daerah penelitian 25

4. Layout percobaan 26

5. Layout pengambilan panen ubinan 27

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu komoditas legum unggul nasional yang kaya akan sumber protein nabati dan penting untuk diversifikasi pangan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Jumlah kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai, seperti: tahu, tempe, dan kecap. Kementerian Perdagangan (2012) mencatat bahwa pada tahun 2012, total kebutuhan kedelai nasional mencapai 2.2 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri baru mampu memenuhi kebutuhan 35-40 persen sehingga kekurangannya dipenuhi dari impor. Khusus impor bungkil kedelai untuk pakan telah mencapai angka sebesar US$ 242 juta atau hampir mencapai angka 30 persen pangan total impor biji-bijian pangan dan diperkirakan impor bungkil kedelai akan terus meningkat setiap tahunnya (Beddu Amang dan M. Husein Sawit 1996)

Kebutuhan kedelai hitam sebagai bahan baku kecap saat ini mencapai 2000 ton tiap tahun. Upaya pemenuhan kebutuhan bahan baku tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal penanaman. Areal yang dibutuhkan untuk pencapaian swasembada kedelai sekitar 1.8 juta hektar dan yang tersedia sekarang baru mencapai sekitar 571 ribu hektar. Menurut Zaini (2005), luas areal yang dapat ditanami adalah lahan sawah irigari, lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut, rawa dan lahan kawasan hutan/perkebunan. Persaingan dapat dihindari dengan mengembangkan kedelai hitam secara ekstensif melalui perluasan areal tanam ke lahan-lahan marginal yang bersifat masam, mengingat sempitnya lahan pertanian akibat konversi lahan ke non-pertanian (Hasanuddin et al. 2005).

Budi daya kedelai hitam dengan teknik jenuh air merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan produksi kedelai hitam dalam negeri, dengan memaksimalkan penggunaan lahan yang sub optimal. Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan irigasi secara teratur dan mempertahankan tinggi muka air ± 5 cm di bawah permukaan tanah sehingga lapisan di bawah perakaran jenuh air (Hunter et al. 1980).

Budi daya kedelai hitam secara intensif dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan pengayaan fosfat tanah dengan pemupukan P dan K tepat dosis serta pemberian kapur. Unsur hara kalium bagi tanaman kedelai sangat berperan aktif dalam metabolisme tanaman dan mencegah serangan hama penyakit yang dapat menurunkan produksi. Permasalahan yang sering ditemukan ketika melakukan budi daya di lahan pasang surut yakni tingkat kesuburan yang rendah.

(12)

2

Mn. Pada lahan masam dengan kandungan fosfat rendah (sekitar 4 ppm P) yang disertai kapasitas fiksasi P yang tinggi, pengkayaan fosfat dalam tanah (build-up soil P level) merupakan persyaratan mutlak untuk memperoleh produksi kedelai yang tinggi (Atman 2006). Oleh karena itu penelitian mengenai pemupukan P dan K serta pengapuran dalam budidaya kedelai hitam jenuh air ini perlu dilakukan.

Perumusan Masalah

Hal utama yang menjadi perhatian di dalam sektor pertanian dalam negeri ialah semakin berkurangnya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi kawasan industri. Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan pangan kurang lebih sebanyak 300 juta jiwa, tentu tidak bisa dipungkiri lagi. Ekstensifikasi merupakan salah satu solusi yang bisa diterapkan saat ini dengan cara memanfaatkaan lahan-lahan sub optimal yang tersebar di wilayah Indonesia. Lahan pasang surut dapat digunakan sebagai alternatif budi daya kedelai jenuh air. Ketersediaan air dan cahaya matahari yang cukup merupakan faktor terpenting yang berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi kedelai. Kendala yang sering dijumpai di lahan pasang surut yakni tanah yang bersifat masam dan kandungan pirit dalam tanah yang dapat menjadi racun bagi tanaman. Diperlukan pengkayaan unsur hara P dan K untuk menggantikan hara dalam tanah yang sebagian hilang karena terjerap. Usaha menetralkan pH tanah juga perlu dilakukan dengan cara pemberian dolomit agar tanaman mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis pemupukan P, K, dan pengapuran yang tepat terhadap pertumbuhan serta produksi kedelai hitam dengan sistem budidaya jenuh air di lahan pasang surut.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Minimal ada satu kombinasi dosis pupuk P dan K yang memberikan hasil panen terbaik

2. Terdapat dosis pengapuran yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai hitam di lahan pasang surut

3. Terdapat interaksi antara pemupukan dan pengapuran yang memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai hitam pada budi daya jenuh air.

Manfaat Penelitian

(13)

3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mempelajari respon kedelai hitam Cikuray terhadap 4 taraf dosis dolomit yang dikombinasikan dengan 2 taraf dosis pupuk K2O dan 2 taraf dosis pupuk P2O5 pada budidaya jenuh air di lahan pasang

surut tipe luapan C di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan pada bulan Mei sampai Agustus 2014.

TINJAUAN PUSTAKA

Kedelai Hitam Varietas Cikuray

Tanaman kedelai sesuai jika diusahakan pada iklim agak kering, tetapi memerlukan kelembaban tanah yang cukup selama pertumbuhan. Kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman kedelai yang dipanen pada umur 8090 hari dapat disuplai dari curah hujan 120135 mm/bulan. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan kedelai berkisar antara 2227 o

C. Kelembaban udara yang optimal untuk tanaman kedelai berkisar 7590 % selama periode tanaman tumbuh hingga stadia pengisian polong dan pada waktu pematangan berkisar 6075 %. Kisaran pH tanah untuk kedelai tumbuh baik adalah 5.57.0 dengan pH optimal 6.06.5 (Sumarno dan Manshuri 2007).

Kedelai hitam varietas Cikuray merupakan salah satu varietas kedelai hitam unggul nasional. Kedelai hitam tersebut memiliki potensi hasil 1.7 ton ha-1 dengan bobot 100 bijinya adalah 1112 g. Pemulia dari varietas ini adalah Darman M. Arsyad, dan Ono Sutrisno. Varietas ini dirilis sebagai varietas unggul nasional pada tahun 1992. Tinggi tanaman dapat mencapai 6065 cm. Tanaman ini mengeluarkan bunganya yang berwarna ungu pada 35 hari setelah tanam (HST). Salah satu keunggulan dari varietas Cikuray adalah umur panennya yang kurang dari tiga bulan yaitu 8285 HST (Suhartina 2005). Berdasarkan penelitian Welly (2013), varietas ini direkomendasikan untuk dikembangkan di lahan masam dengan menggunakan teknologi budi daya jenuh air. Hal ini ditunjukkan dengan produktivitasnya yang mencapai 2.75 ton ha-1 pada budi daya jenuh air kedalaman muka air 10 cm di bawah permukaan tanah.

Lahan Pasang Surut

Lahan marjinal dikenal oleh masyarakat sebagai lahan yang memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Salah satu lahan marjinal yang berpotensi menjadi lahan pertanian adalah lahan pasang surut. Menurut Rachman et al. (2007), lahan pasang surut sebagai lahan sub optimal, akan sesuai untuk pengembangan kedelai bila diikuti dengan penerapan teknologi yang berkaitan dengan konservasi tanah, pengelolaan air, ameliorasi, dan pengelolaan bahan organik serta pemupukan.

(14)

4

yang tepat dalam budi daya kedelai jenuh air. Beberapa penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa tanaman kedelai dapat tumbuh dan berproduksi lebih baik di lahan pasang surut dibandingkan dengan irigasi maupun tadah hujan (Ghulamahdi 1991).

Kemasaman tanah di lahan pasang surut merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk usaha pertanian. Menurut Adisarwanto dan Sunarlim (2000), salah satu kendala yang menekan pertumbuhan kedelai di lahan pasang surut adalah karena sifat kimia tanahnya yang masam dengan pH 3.33.8. Status hara lainnya yaitu C organik (sedang-tinggi), P tersedia (rendah-sangat rendah), Kdd (rendah-sedang), Aldd (tinggi). Terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman disebabkan oleh ketidaktersediaan hara untuk tanaman pada pH rendah dan terdapatnya senyawa beracun bagi tanaman, seperti pirit.

Ketersediaan P pada lahan masam sangat rendah. Fosfat merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak oleh tanaman. P dalam tanaman diperlukan untuk pembentukan ATP yang merupakan sumber energi dalam proses perkembangan dan pertumbuhan tanaman (Foth 1994). Tanaman kedelai memerlukan P lebih besar dibandingkan dengan komoditas lainnya seperti gandum dan jagung. Daun-daun tua pada kedelai yang kekurangan P sering menampakkan warna ungu karena terjadinya akumulasi antosianin (Hilman 2005).

Amelioran Kapur

Permasalahan yang sering ditemukan ketika melakukan budi daya di lahan pasang surut yakni tingkat kesuburan yang rendah. Pemberian kapur merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah, khususnya pada tanah-tanah yang bereaksi masam. Kegiatan ini bertujuan untuk menetralkan kemasaman tanah tersebut, sehingga pH tanah mendekati netral agar dapat rnemperbaiki ketersediaan Ca dan P serta menetralisir keracunan Al, Fe, dan Mn. Pengapuran juga dapat memperbaiki struktur tanah dan merangsang granulasi, sehingga dapat memperbaiki aerasi tanah (Lyon et al. 1952).

Pemberian kapur dalam tanah bagi tanaman selain dapat menaikkan pH tanah juga dapat menambah kadar Ca yang larut dalam tanah dalam jumlah yang lebih tinggi. Hal ini diduga sangat berpengaruh pada pembentukan dan perkembangan biji yang lebih lanjut menentukan berat biji kering per tanaman (Hardjoloekito 2009).

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

(15)

5 Bahan

Bahan yang akan digunakan untuk penanaman yaitu benih kedelai hitam varietas Cikuray, kapur dolomit (CaMg(CO3)2), rodentisida dan berbagai macam

insektisida dengan bahan aktif: karbofuran, fipronil, klorantraniliprol 50 g/l, sipermetrin, dan dimehipo 400 g/l. Herbisida yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari: herbisida sistemik (bahan aktif glyphosate) dan herbisida kontak (bahan aktif paraquat). Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea, pupuk KCl, dan pupuk SP-36.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya peralatan tanam, ajir bambu, pompa sawah irigasi model GX120T1, selang, sprayer knapscack 15 l, alat ukur, oven dan timbangan digital.

Prosedur Analisis Data

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) 3 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama terdiri atas 2 taraf dosis pupuk phospat yaitu 100 kg dan 200 kg SP-36 ha-1 dan faktor kedua yaitu pemberian pupuk kalium dengan dosis 50 kg dan 100 kg KCl ha-1, sedangkan faktor terakhir terdiri dari 4 dosis kapur dolomit, yaitu: tanpa pemberian kapur (kontrol), 1 000 kg ha-1, 2 000 kg ha-1, dan 3 000 kg ha-1. Kombinasi dari ketiga faktor tersebut menghasilkan 16 perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga menghasilkan 48 satuan unit percobaan (Lampiran 4).

Model rancangan yang digunakan adalah:

Yijkl  i+ j k+ l + (α )jk+ (αy)jl + ( y)kl+ (α y)jkl+ εijkl

Keterangan:

Yijkl = Nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan dosis pupuk fosfor

taraf ke-j, perlakuan dosis pupuk kalium taraf ke-k dan perlakuan dosis dolomit taraf ke-l.

 = Rataan umum

ρi = Pengaruh ulangan pada taraf ke-i.

αj = Pengaruh perlakuan dosis pupuk fosfor pada taraf ke-j. k = Pengaruh perlakuan dosis pupuk kalium taraf ke-k. l = Pengaruh perlakuan dosis pupuk kalium pada taraf ke-l

(α )jk = Pengaruh interaksi perlakuan dosis pupuk fosfor taraf ke-j dan

perlakuan dosis pupuk kalium ke-k

(α )jl = Pengaruh interaksi perlakuan fosfor taraf ke-j dan perlakuan dosis

dolomit taraf ke-l.

( )kl = Pengaruh interaksi perlakuan kalium taraf ke-k, dan perlakuan dosis

dolomit taraf ke-l

(α )jkl = Pengaruh interaksi perlakuan fosfor taraf ke-j, perlakuan dosis pupuk

(16)

6

εijkl = Pengaruh galat pada ulangan ke-i, dosis pupuk fosfor taraf ke-j,

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan jika hasil pengujian menunjukkan adanya pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Prosedur penelitian

Pemilihan lahan dilakukan dengan cara memilih lahan yang belum pernah ditanami kedelai sebelumnya. Lahan tersebut kemudian diukur dengan menggunakan meteran sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini. Sisa tanaman padi dan gulma yang tumbuh di lahan lalu dibersihkan dengan cara mekanis yakni menggunakan mesin pemotong rumput. Selanjutnya pengolahan lahan dilakukan yakni dengan membuat saluran, sehingga terbentuk bedengan-bedengan. Air irigasi kemudian dialirkan dari saluran agar kondisi bendengan selalu basah. Irigasi diberikan setiap 3 hari sekali apabila tidak hujan dengan menggunakan mesin pompa air model GX120T1. Mesin tersebut mampu memompa air sebanyak 600 l/menit sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengisi saluran secara keseluruhan yaitu 2 jam. Adapun gulma yang tersisa kemudian disemprot herbisida sistemik sebanyak 2 kali, dan dilanjutkan dengan penyemprotan herbisida kontak satu minggu sebelum penanaman.

Setiap petak percobaan berukuran 2 m x 3.5 m dengan jarak antar petak percobaan 30 cm, saluran memiliki kedalaman 25 cm dan lebar 30 cm. Pemberian air irigasi tetap terus dilakukan sejak penanaman hingga tanaman memasuki fase pengisian polong, dengan kedalaman muka air 20 cm di bawah permukaan tanah. Sumber air berasal dari saluran sekunder maupun saluran tersier yang terpengaruh oleh pasang yang dialiri melalui saluran drainase. Kelebihan air hujan dibuang melalui saluran pembuangan agar kondisi tanah tidak terlalu jenuh.

Pemberian perlakuan dilakukan satu minggu sebelum penanaman yaitu pada saat pengolahan tanah. Benih kedelai yang telah siap untuk ditanam, diinokulasi dengan bakteri Rhizobium sp. sebanyak 5 g kg-1 benih kedelai agar memicu pertumbuhan bintil akar. Insektisida berbahan aktif Karbosulfan 25.53 % juga diberikan pada saat benih ditanam untuk mengatasi lalat bibit. Kedelai ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 12.5 cm dan setiap lubangnya ditanam 2 benih. Kedelai diberikan pupuk daun N pada 3 dan 4 Minggu Setelah Tanam (MST) melalui daun dengan konsentrasi 10 g Urea l-1 air

Pengendalian terhadap organisme pengganggu tanaman, baik itu gulma maupun hama mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 4, 6, dan 8 MST karena dianggap telah menganggu kondisi tanaman. Jenis pengendalian yang digunakan yaitu secara kimiawi dengan menggunakan obat-obatan, serta secara teknik budidaya dengan cara mengatur waktu tanam yang tepat.

(17)

7 Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh di 48 unit satuan percobaan. Pengamatan tersebut meliputi pengamatan vegetatif dan pengamatan komponen produksi, antara lain:

1. Jumlah daun dan tinggi tanaman pada umur 2,4,6,8, dan 10 minggu setelah tanam (MST)

2. Bobot kering bintil akar, akar, batang, daun tanaman umur 8 MST (g) 3. Analisis hara tanah awal

4. Jumlah polong isi dan hampa per tanaman 5. Jumlah cabang per tanaman

6. Jumlah buku produktif dan non-produktif per tanaman 7. Bobot kering 100 biji (g)

8. Bobot biji per petak (g) 9. Produksi biji (ton ha-1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Lokasi penelitian berada di daerah pasang surut desa Banyu urip, dengan tipe luapan C. Pasang besar terjadi tepatnya saat diawal dan diakhir bulan, yang ditandai dengan naiknya ketinggian muka air saluran sekunder dan tersier di dekat lahan penelitian (Gambar 1). Data iklim yang diperoleh selama periode penanaman, terdiri dari data curah hujan, suhu rata-rata harian, dan kelembaban rata-rata harian. Curah hujan pada awal penanaman sebesar 90 mm dengan 23 hari hujan/ bulan, kemudian pada bulan berikutnya meningkat sebesar 110 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 11 hari/ bulan. Kemarau terjadi pada Bulan Juli yang ditandai dengan air surut di saluran dan hampir tidak ada hujan selama periode tersebut. Curah hujan menurun tepat saat tanaman memasuki umur panen, yakni sebesar 63 mm. Suhu rata-rata harian dari bulan Mei hingga bulan Agustus berturut-turut adalah 27.9oC, 28.1oC, 28oC, dan 27.5oC. Kelembaban di daerah penelitian rata-rata berkisar 81% (Lampiran 1, 2, dan 3).

(18)

8

Pertumbuhan awal kedelai ditandai dengan munculnya kecambah pada umur 4 hari setelah tanam (HST) dan mulai tumbuh serempak pada umur 7 HST. Kedelai varietas Cikuray yang ditanam memiliki daya berkecambah lebih dari 90 %, akan tetapi pada fase tersebut sangat rentan terserang oleh hama keong dan fungi yang sebagian besar menyebabkan rebah kecambah. Kegiatan penyulaman segera dilakukan terhadap benih yang tidak tumbuh atau mati dalam kurun waktu 7 hari, apabila melebihi jangka waktu tersebut pertumbuhan tanaman hasil sulaman akan terhambat. Gejala aklimatisasi mulai muncul pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST) yang ditandai dengan menguningnya daun tanaman pinggir dan berangsur-angsur merata ke bagian tengah. Tanaman mulai menghijau kembali pada saat 5 MST setelah diberikan pupuk N lewat daun. (Gambar 2)

.

Pada umur 35-40 HST tanaman kedelai mulai berbunga. Bunga kedelai hitam varietas Cikuray ini berwarna ungu. Rata-rata jumlah bunga per bukunya yaitu 5-7, cenderung lebih banyak dibandingkan kedelai hitam yang ditanam di lahan kering. Bunga akan gugur dan membentuk polong ketika tanaman mulai memasuki umur 48-50 HST dan pengisian biji terjadi 1 minggu berikutnya. Pada periode tersebut perlu diwaspadai serangan hama yang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman, sehingga terjadi penurunan hasil produksi (Gambar 3). Hama-hama tersebut antara lain ulat grayak (Spodoptera litura), kepik hijau (Nezara viridula), walang sangit (Leptocorixa acuta), penggerek polong (Etiella zinckenella), penghisap polong (Riptortus linearis), dan tikus sawah (Rattus argentiventer).

Gambar 2. Kondisi tanaman pada saat aklimatisasi (kiri) dan mulai menghijau kembali pada umur 6 MST (kanan)

(19)

9

Hasil analisis sidik ragam perlakuan pupuk P, K, dan dolomit nyata pada faktor tunggal dan terdapat interaksi diantara kedua faktornya. Ketiga faktor tersebut tidak mengalami interaksi satu sama lain untuk seluruh parameter pengamatan yang telah diuji menggunakan software statistik (Tabel 1).

Tabel 1. Tabel rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap beberapa peubah pengamatan

Gambar 3. Serangan hama pada tanaman kedelai di berbagai fase pertumbuhan

Keterangan: ** = berbeda nyata pada taraf 1%; * = berbeda nyata pada taraf 5%; tn = tidak berbeda

nyata; KK = Koefisien keragaman; a = transformasi ((X+0.5)0.5); b = transformasi

(20)

10

Pengaruh Pupuk P dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Pada parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang diperoleh sebaran data yang menyebar normal. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pupuk P berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan tanaman kedelai. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang tertinggi diperoleh pada dosis 72 kg P2O5 ha-1, berturut-turut sebesar 12.45 cm,

13.99 trifoliate, dan 3.19 cabang. Pengaruh pupuk K terhadap komponen pertumbuhan secara statistik berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, sedangkan parameter jumlah daun dan jumlah cabang tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Dosis 60 kg K2O ha-1 merupakan dosis pupuk K yang

menghasilkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi, yakni sebesar 12.41 cm (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa penanaman kedelai masih membutuhkan pemupukan. Kemasaman diduga merupakan salah satu penyebab kahatnya unsur hara yang tersedia dalam tanah.

(21)

11 Bobot kering brangkasan tanaman kedelai umur 8 MST menunjukkan bobot kering batang dan polong pada dosis pupuk K 60 kg K2O ha-1 berbeda nyata dan

lebih tinggi dibandingkan setengah dosisnya, yaitu sebesar 11.11 g dan 10.03 g. Bobot kering daun, akar, dan bintil akar pada dosis pupuk K 60 kg K2O ha-1 tidak

berbeda nyata dan lebih tinggi dibandingkan setengah dosisnya. Hal ini diduga tingginya respon tanaman kedelai terhadap unsur kalium, terutama pada saat tanaman masih dalam fase vegetatif. Hardjowigeno (2007) mengungkapkan kalium berperan dalam pembentukan pati, aktivator dari enzim, pembukaan stomata, proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, dan membentuk batang yang kuat.

Pupuk P sama sekali tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering batang, daun, polong, akar, dan bintil akar. Hal ini dapat dilihat dari data yang bervariasi pada Tabel 3. Hal ini mungkin saja terjadi apabila kandungan P yang tersedia di dalam tanah sudah mencukupi kebutuhan tanaman.

Tabel 3. Pengaruh pupuk P dan K terhadap bobot kering brangkasan kedelai umur 8 MST

Parameter

Dosis pupuk P2O5

(kg/ha)

Dosis pupuk K2O

(kg/ha)

36 72 30 60

Bobot kering ---(gram)---

Batang 10.12 9.68 8.69 b 11.11 a

Daun 10.56 11.16 10.08 11.65

Polong 8.97 8.72 7.65 b 10.03 a

Akar 1.64 1.66 1.50 1.80

Bintil akar 0.86 0.79 0.77 0.88

Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan DMRT α=5%.

Bagian dari tanaman kedelai yang berperan dalam menentukan produksi salah satunya adalah buku produktif. Kedelai varietas cikuray memiliki ruas antar buku yang panjang dibandingkan varietas kedelai lainnya. Hal ini mengakibatkan jumlah buku di setiap batang / cabangnya sedikit. Buku-buku tersebut tidak semuanya akan menghasilkan polong sehingga terdapat istilah buku produktif dan buku tidak produktif. Berdasarkan Tabel 4, jumlah buku produktif pada dosis pupuk P 72 kg P2O5 ha-1 tidak berbeda nyata dan lebih tinggi dibandingkan

setengah dosisnya, sebesar 23.56 buku. Jumlah buku produktif tertinggi dihasilkan pada taraf dosis pupuk K 30 kg K2O ha-1 yaitu 24.03 buku.

(22)

12

polong isi tertinggi didapatkan pada dosis 72 kg P2O5 ha-1 dan 60 kg K2O ha-1

yaitu sebesar 97.76 dan 95.56 polong. Fosfor selain sangat penting dalam proses pembelahan dan penggandaan sel dalam tanaman juga berperan dalam pemasakan biji. Pengaruh kekurangan unsur P pada hasil produksi tanaman adalah polong yang dihasilkan berukuran lebih kecil dan jumlahnya sedikit (Osman F. 1996). Jumlah polong hampa tertinggi diperoleh pada perlakuan dosis 72 kg P2O5 ha-1

dan 30 kg K2O ha-1.

Tabel 4. Pengaruh pupuk P dan K terhadap jumlah buku produktif dan non produktif, jumlah polong isi dan polong hampa

Peubah Pengamatan berpengaruh terhadap pemanfaatan kedelai sebagai bahan baku industri atau sebagai benih yang akan ditanam kembali. Menurut Lumbantobing (2013), Perbedaan ukuran biji kedelai tiap varietas disebabkan oleh variasi genetik walaupun ditanam pada kondisi lingkungan yang sama. Dari hasil pengamatan bobot 100 biji per tanaman, diketahui nilai tengah tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk semua taraf dosis pupuk P dan K yaitu berkisar antara 13-14 g.

Sistem panen ubinan mempermudah dalam perhitungan potensi hasil tanaman melalui data bobot ubinan. Nilai tengah dari bobot ubinan untuk perlakuan pupuk P dengan dosis 72 kg P2O5 ha-1 berbeda nyata dan lebih tinggi

dibandingkan setengah dosisnya, sebesar 1109.58 g yang akan menghasilkan produktivitas mencapai 4.62 ton ha-1 (Tabel 5). Pemberian pupuk fosfat pada tanah yang jenuh P akan meningkatkan serapan P bagi tanaman sebesar 28.97 % (Ernita 2004). Menurut Verde (2013), pemberian pupuk P dapat meningkatkan hasil produksi kedelai sebesar 5.3 % dan 133.3 % jika dikombinasikan dengan kapur.

Perlakuan pupuk K terhadap bobot ubinan dan produktivitas kedelai tidak berbeda nyata secara statistik. Rata-rata tertinggi diperoleh dari dosis pupuk K 30 kg K2O ha-1, yaitu bobot ubinan (1 062.58 g) dan produktivitas (4.43 ton ha-1).

Tabel 5. Pengaruh pupuk P dan K terhadap peubah komponen hasil produksi Peubah Pengamatan

(23)

13 Pengaruh Dolomit terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman, diperoleh nilai rata-rata tinggi tanaman pada umur 2 MST dengan dosis dolomit 3 ton ha-1 berbeda nyata dan lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian dolomit, 1 ton ha-1, dan 2 ton ha-1, yaitu sebesar 12.43 cm. Perlakuan dosis dolomit juga berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman yang berumur 4, 6, dan 8 MST. Jumlah cabang tertinggi dihasilkan oleh tanaman yang diberikan dolomit dengan dosis 3 ton ha-1. Kapur dolomit adalah jenis kapur yang sering digunakan untuk memperbaiki pH tanah dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Dolomit terdiri dari campuran unsur CaCO3 dan MgO3 merupakan sumber Ca dan Mg yang cukup

tinggi. Hal ini sangat berpengaruh untuk menunjang pertumbuhan tanaman kedelai. Perlakuan pengapuran berpengaruh terhadap peningkatan pH tanah yaitu antara 6 sampai 6,5 sehingga menyebabkan keberadaan unsur hara akan lebih tersedia bagi tanaman (Hardjoloekito 2009). Menurut Hakim (1983), Pertumbuhan kedelai pada takaran kapur 6 ton/ha (1.5 x Al-dd) terlihat sangat baik. Pada kandungan Al-dd 50% dari awal, masih dapat menunjang pertumbuhan tanaman kedelai yang cukup baik.

(24)

14

Hasil perhitungan dari bobot kering brangkasan secara statistik tidak menunjukkan hasil yang nyata. Adanya pengaruh tidak berbeda nyata ini diduga disebabkan faktor lingkungan lokasi penelitian yang lebih dominan berpengaruh dibandingkan dengan faktor perlakuan. Faktor naungan diduga mempengaruhi bobot kering yang dihasilkan. Kedelai hitam varietas Cikuray memiliki morfologi daun yang lebar, sehingga dengan jarak tanam yang terlalu rapat dapat menghasilkan intensitas naungan yang tinggi. Menurut Wirnas (2005), tanaman yang menerima intensitas cahaya rendah mengakibatkan batang tanaman cenderung kecil, disebabkan oleh xilem kurang berkembang karena pembesaran sel pada batang terhambat sehingga terjadi penurunan berat bobot.

Tabel 7. Pengaruh dolomit terhadap bobot kering brangkasan 8 MST

Parameter pengamatan Dosis kapur dolomit (ton ha

-1

)

0 1 2 3

Bobot kering ---(gram)---

Batang 10.11 9.20 9.61 10.67

Daun 10.13 10.56 10.50 12.26

Polong 8.19 9.07 8.77 9.34

Akar 1.54 1.76 1.66 1.65

Bintil akar 0.72 0.79 0.80 0.99

Jumlah buku dan jumlah polong pada seluruh tingkat dosis dolomit tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata apabila diuji secara statistik. Jumlah buku produktif terendah terdapat pada perlakuan tanpa dolomit yaitu 22.23 buku. Rata-rata jumlah polong isi tertinggi diperoleh pada dosis dolomit 3 ton ha-1, sebesar 97.02 polong (Tabel 8). Pertumbuhan tanaman yang membaik akibat pemberian kapur diikuti oleh peningkatan jumlah polong isi per rumpun. Semakin tinggi dosis kapur yang diberikan, terbukti dapat meningkatkan jumlah polong isi secara signifikan. Jumlah polong isi per tanaman juga dipengaruhi oleh proses pengisian polong yang ditentukan oleh kekuatan dari polong itu sendiri sebagai daerah penyimpanan dalam berkompetisi mengalihkan fotosintat sebagai daerah penyimpanan (Hardjoloekito 2009), sehingga pengaruh pengapuran bukan satu-satunya faktor yang berperan penting dalam pembentukan polong isi pada tanaman kedelai.

Tabel 8. Pengaruh dolomit terhadap jumlah buku produktif dan non produktif, jumlah polong isi dan polong hampa

Peubah pengamatan Dosis kapur dolomit (ton ha

-1

)

0 1 2 3

Jumlah Buku Produktif 22.23 25.45 24.65 22.85

Jumlah Buku Non-Produktif 4.00 3.98 4.10 3.85

Jumlah Polong Isi 91.26 95.58 96.00 97.02

(25)

15 Bobot 100 biji yang dihasilkan oleh perlakuan dosis dolomit tidak berbeda nyata dan nilai rata-rata tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pengapuran, sebesar 14.07 g. Dari keempat taraf dosis dolomit menunjukkan rata-rata bobot 100 biji kedelai hitam cikuray adalah 14 g.

Bobot ubinan dan produktivitas kedelai pada dosis dolomit 3 ton ha-1 menghasilkan nilai tengah yang berbeda nyata dan lebih tinggi dibandingkan 3 taraf dosis dolomit lainnya, yaitu sebesar 1148.17 g (bobot ubinan) dan 4.78 ton ha-1 (Tabel 9). Potensi hasil tersebut telah melampaui potensi hasil kedelai unggul nasional, yakni 3.45 ton ha-1. Pengapuran pada BJA selain meningkatkan pH tanah, juga berfungsi untuk meningkatkan jumlah unsur kalsium yang dapat diserap dari tanah dan meningkatkan serapan hara daun pada kedelai hitam. Produktivitas kedelai tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jumlah polong isi per tanaman, melainkan jumlah cabang dan bobot biji per tanaman juga mempengaruhi hasil produksi. Menurut Sumaryo dan Suryono (2000), pemberian dolomit dapat menambah ketersediaan Ca dan Mg dalam tanah, dengan meningkatnya Ca dan Mg memacu turgol sel dan pembentukan khlorofil sehingga proses fotosintesis meningkat. Produk yang dihasilkan dari fotosintesis juga meningkat.

Tabel 9. Pengaruh dolomit terhadap peubah komponen hasil produksi Peubah pengamatan Dosis kapur dolomit (ton ha

-1

)

0 1 2 3

Bobot 100 biji (g) 14.1 14.0 13.8 13.9 Bobot Ubinan (g) 970.00 b 1 024.50 ab 1 090.00 ab 1 148.17 a Produktivitas (ton ha-1) 4.04 b 4.27 ab 4.54 ab 4.78 a Produktivitas (ton ha-1)o 3.43 b 3.63 ab 3.86 ab 4.06 a

Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan DMRT α=5%.

o

Produktivitas setelah dikurangi saluran 15%

(26)

16

Gambar 4. Kurva regresi produktivitas dengan berbagai dosis amelioran kapur Interaksi antara P dan K

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan melalui software statistik, didapatkan interaksi antara faktor pemupukan P dan K untuk parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, bobot kering bintil akar, bobot ubinan dan produktivitas. Pada pengamatan tinggi tanaman umur 6 MST dan bobot kering bintil akar, didapatkan nilai rata-rata tertinggi untuk kombinasi perlakuan dosis pupuk P 36 kg P2O5 ha-1 dan dosis pupuk K 60 kg K2O ha-1 yaitu sebesar 83.78

cm dan 1.07 g. Kombinasi pupuk P 72 kg P2O5 ha-1 dan pupuk K 30 kg K2O ha -1

menghasilkan suatu interaksi dengan nilai tengah tertinggi terhadap peubah pengamatan jumlah daun, jumlah cabang, bobot ubinan dan produktivitas; berturut-turut sebesar 22.13 trifoliate, 1.7 cabang (4 MST), 3.35 (6 MST), 1173.5 g, dan 4.89 ton ha-1 (Tabel 10).

Pupuk P dan K merupakan macro nutrient yang sama-sama dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak. Kebutuhan akan hara tersebut berbeda di setiap fase pertumbuhannya. Pada fase vegetatif, tanaman kedelai cenderung responsif terhadap pemberian pupuk K yang ditunjukkan oleh nilai tinggi tanaman pada umur 6 MST sebesar 83.78, jumlah daun pada umur 8 MST sebanyak 22.13 trifoliate, dan bobot kering bintil akar tertinggi pada dosis pupuk 60 kg K2O ha-1

senilai 1.07 g. Sebaliknya, pupuk P dalam jumlah yang banyak sangat diperlukan untuk menunjang produktivitas kedelai pada saat fase generatif. Jumlah cabang produktif pada umur 4 dan 6 MST rata-rata mengalami peningkatan ketika diberikan dosis P 72 kg P2O5 ha-1. Nilai bobot ubinan dan produktivitas yang

dihasilkan juga menunjukkan hasil tertinggi yang berhasil didapatkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Silahooy (2008) yang menyatakan bahwa kebutuhan K pada fase vegetatif jauh lebih besar daripada kebutuhan P, sebab K penting dalam pembentukan daun sedangkan P penting dalam pembentukan biji.

Kombinasi pupuk P dan K penting untuk diketahui untuk menentukan dosis yang tepat dalam memenuhi kebutuhan hara tanaman. Menurut Lakitan (2001), fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan berbagai proses metabolisme lainnya. Kalium berperan dalam proses membuka dan menutup

y = 0.0002x + 4.034

Dosis dolomit (kg ha-1 CaMg(CO

(27)

17 stomata, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, memperkuat daun, bunga, dan buah sehingga tidak mudah rontok (Novizan 2005). Tabel 10. Interaksi antara pemupukan P dan K terhadap komponen pertumbuhan

dan produksi

Interaksi antara P dan Dolomit

Perlakuan dosis pupuk P berinteraksi dengan dosis dolomit dalam meningkatkan jumlah daun pada tanaman umur 8 MST. Nilai tengah tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan pupuk P 36 kg P2O5 ha-1 dengan dosis

dolomit 3 000 kg ha-1, yaitu sebesar 24.43 trifoliate (Tabel 11). Daun tanaman yang tidak dikapur cenderung gugur lebih cepat dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan kapur. Menurut Sumaryo dan Suryono (2000), kation Ca dan Mg dolomit dapat meningkatkan penyerapan ion phosphat dan sebaliknya ion phosphat dari SP-36 dapat memacu penyerapan ion Ca dan Mg. Jumlah daun yang

(28)

18

banyak bermanfaat bagi kedelai dalam memproduksi polong dan pengisian polong (Ghulamahdi et al. 2009)

Tabel 11. Interaksi antara pemupukan P dan pemberian dolomit terhadap jumlah daun

angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%, angka yang dicetak tebal merupakan nilai tengah tertinggi.

Interaksi antara K dan Dolomit

Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa hasil pemberian pupuk K dengan dosis 30 kg K2O ha-1 dan 2000 kg ha-1 dolomit menghasilkan jumlah

cabang tertinggi dan berbeda nyata sebesar 4.70. Hal ini diduga tanaman yang diberikan perlakuan tersebut memiliki luas daun lebih rendah, sehingga naungan yang dihasilkan lebih sedikit. Tanaman kedelai yang tidak ternaungi cenderung membentuk cabang lebih banyak, karena cahaya matahari yang diterima oleh tanaman lebih maksimal. Hal ini didukung oleh pernyataan Purwaningrahayu et al. (2004) bahwa peningkatan luas daun tanaman kedelai menyebabkan menurunnya laju asimilasi bersih karena daun saling menaungi.

Tabel 12. Interaksi antara pemupukan K dan pemberian dolomit terhadap jumlah cabang

Parameter pengamatan

Umur

(MST) Peubah yang diamati

Dosis pupuk K2O

(MST) Peubah yang diamati

(29)

19

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian perlakuan kombinasi pupuk P, K, dan dolomit tidak memiliki interaksi yang berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai hitam varietas Cikuray. Terdapat interaksi antara pupuk P dan K untuk peubah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, bobot kering bintil akar, dan produktivitas. Pupuk P dan dolomit berinteraksi terhadap jumlah daun pada umur 8 MST, sedangkan interaksi pupuk K dan dolomit berpengaruh pada jumah cabang. Pupuk P dengan dosis 72 kg P2O5 ha-1 menghasilkan produktivitas

3.927 ton ha-1 lebih tinggi dibandingkan setengah dosisnya. Sebaliknya pada dosis K 30 kg K2O ha-1 menghasilkan produktivitas 3.765 ton ha-1. Produktivitas

kedelai varietas cikuray tertinggi dihasilkan pada perlakuan dolomit dengan dosis 3 ton ha-1 sebesar 4.063 ton ha-1. Potensi produktivitas tersebut didapatkan setelah dikurangi saluran sebesar 15% dan masih akan terus meningkat secara linier sesuai persamaan regresi Y= 0.0002x + 4.034.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengapuran dengan kombinasi pupuk organik lain untuk menekan biaya produksi, sehingga secara ekonomis dapat diterapkan oleh petani di masa mendatang. Unsur hara Ca dan Mg yang diserap oleh tanaman juga perlu dianalisis, guna mengetahui kebutuhan kapur yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

[Balittanah] Balai Penelitian Tanah. 2014. Data analisis hara tanah. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah..

Adisarwanto, T. dan N. Sunarlim. 2000. Pengelolaan hara pada tanaman kedelai dan strategi penelitiannya. Prosiding Lokakarya Penelitian dan Pengembangan Produksi Kedelai di Indonesia. Direktorat Teknologi Lingkungan. Jakarta (ID): 71-79.

Akhmad R. 2014. Pengaruh pemupukan kalium terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai hitam (glycine soja) pada budidaya jenuh air di lahan pasang surut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Amang B dan Sawit H. 1996. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Dalam Ekonomi

Kedelai di Indonesia Disunting oleh Amang B, Sawit H dan M R Anas. Bogor(ID): IPB Press.

Atman. 2006. Pengelolaan tanaman kedelai di lahan kering masam. Jurnal Ilmiah Tambua. 5(3):281-287.

(30)

20

Ernita. 2004. Pemanfaatan mikroba pelarut phosphat dan mikoriza sebagai alternatif pengganti pupuk phospat pada tanah ultisol Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. 2(3): 45-55. Foth. 1994. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Erlangga. hlm 368.

Ghulamahdi M, Rumawas F, Wiroatmodjo J, Koswara L. 1991. Pengaruh pemupukan fosfor dan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max (L.) Merr) pada budidaya jenuh air. Bogor (ID): Forum Pascasarjana. 14: 25-34.

Ghulamahdi M, Maya M, Danner S. 2009. Production of Soybean Varieties under Saturated Soil Culture on Tidal Swamps. Bogor (ID). J. Agron. Indonesia. 37 (3): 226–232.

Hakim N. 1983. Efek sisa pemberian kapur pupuk P dan Mg pada tanah podzolik terhadap produksi kedelai. Di dalam: Peningkatan Produksi Pangan di Sumatera Barat; 1988; Padang (ID): Pusat Penelitian Universitas Andalas. Hardjoloekito AJHS. 2009. Pengaruh pengapuran dan pemupukan P terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max, L.) pada tanah latosol. Media Soerjo. 5(2): 1-19.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Hasanuddin A, Hidajat JR, Patohardjono S. 2005. Kebijakan program penelitian kacang-kacangan potensial. Di dalam: Partohardjono, editor. Analisis dan Opsi Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan; 2005, Bogor (ID): Puslitbangtan. hlm 64-77.

Hilman Y. 2005. Teknologi produksi kedelai di lahan kering masam. Di dalam: Makarim, editor. Prosiding Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan Sub-optimal. 2005. Bogor (ID): Puslitbangtan. hlm 78-86.

Hunter MN, De Fabrun PLM, Byth DE. 1980. Response of nine soybean lines to soil moisture conditions close to soil saturation. Australia (AU): J. Exp. Agric. Anim. Husb. 20: 339-345.

Kementerian Perdagangan. 2012. Total Kebutuhan Kedelai Nasional.

http://www.infobanknews.com/2012/07/total-kebutuhan-kedelai-nasionalcapai-22-juta-ton/. [6 Februari 2015]

Lakitan, B. 2001.Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. 204 hlm.

Lyon LT, Buckman HO, and Brady NC. 1952. The Nature and Properties of Soils. New York (US): The Macmillan Co. 591 p.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. 130 hlm.

Osman, F. 1996. Pemupukan Padi dan Palawija. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Purwaningrahayu RD, Intradewa D, Sunarminto BH. 2004. Peningkatan hasil

beberapa varietas kedelai dengan penerapan teknologi budi daya basah.

Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 23(1): 49-58.

Rachman, A., I.G.M. Subiksa dan Wahyunto. 2007. Perluasan areal tanaman kedelai ke lahan suboptimal. Di dalam: Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, dan H.Kasim, editor. Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

(31)

21 kalium dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada tanah brunizem. Bogor (ID). Bul. Agron. (36)(2) 126–132.

Suhartina. 2005. Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 154 hal. Suhartono, Sidqi Zaed ZMRA, Khoiruddin A. 2008. Pengaruh interval pemberian

air terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L)

Meril) pada berbagai jenis tanah. Embryo. 5(1): 98-112.

Sumarno dan A.G. Manshuri. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi Kedelai di Indonesia, hal 74-103. DalamSumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, dan H. Kasim (Eds.). Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor (ID). 521 hal.

Sumaryo, Suryono. 2000. Pengaruh dosis pupuk dolomit dan SP-36 terhadap jumlah bintil akar dan hasil tanaman kacang tanah di tanah latosol.

Agrosains. 2(2): 54-58.

Suyamto H. 1999. Pengaruh irigasi dan pemupukan pada hasil tanaman kedelai. (Risalah hasil penelitian tanaman pangan). Malang (ID): Balitan.

Verde, Serafim B, Danga, Oginga B, Mugwe, Njeri J. 2013. Effects of manure, lime and mineral P fertilizer on soybean yields and soil fertility in a humic nitisol in the Central Highlands of Kenya. International Journal of Agriculture Science Research. 2(9): 283-291.

Welly HD. 2013. Pengaruh Kedalaman Muka Air Tanah pada Berbagai Varietas Kedelai Hitam (Glycine Max (L.) Merr.) dengan Sistem Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Winangun I. 2014. Pengaruh pemupukan fosfor terhadap pertumbuhan dan

produksi beberapa varietas kedelai hitam (glycine soja) pada budidaya jenuh air di lahan pasang surut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wirnas D. 2005. Analisis kuantitatif dan molekuler dalam rangka mempercepat perakitan varietas baru kedelai toleran terhadap intensitas cahaya yang rendah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(32)

22

(33)

23 Lampiran 1 Curah hujan (mm) dan hari hujan pada periode bulan Mei hingga

Agustus 2014

Tanggal Mei Juni Juli Agustus

1 0 1 - -

2 2 2 - -

3 7 - - -

4 0 - - -

5 - 19 - -

6 25 7 - 7

7 0 - - -

8 - - - 2

9 0 0 - -

10 - - - -

11 1 4 0 23

12 - 1 38 1

13 0 21 34 0

14 0 - 0 27

15 0 0 - 3

16 1 0 - -

17 2 - - 0

18 0 - - -

19 1 2 - -

20 0 24 - -

21 - - 0 0

22 - - - 0

23 - 2 - 0

24 0 0 - 0

25 - - 21 -

26 0 0 - -

27 0 - - -

28 6 10 - -

29 4 - 19 -

30 40 17 0 -

31 1 0 -

Rata-rata 90 110 112 63

Hari hujan 23 17 9 12

Max 40 24 38 27

(34)

24

Lampiran 2. Data suhu (oC) di daerah penelitian

Tanggal Mei Juni Juli Agustus

1 26.4 27.4 27.7 28.4

2 27.8 26.7 28.1 28.7

3 27.7 28.5 28.3 27.7

4 28.8 26.2 28.3 28.3

5 28.3 26.5 28.8 26.3

6 29.3 27.7 27.6 27.2

7 27.6 28.9 27.9 26.6

8 26.9 29.0 28.1 26.5

9 29.1 29.4 27.9 26.8

10 28.2 29.8 27.9 25.0

11 29.2 28.2 27.3 25.8

12 29.0 28.8 26.4 27.0

13 28.0 27.9 25.8 27.2

14 27.2 27.8 27.9 26.9

15 26.7 27.2 28.5 27.2

16 27.8 28.9 28.1 27.3

17 27.5 29.4 28.9 27.5

18 26.0 27.6 28.8 28.0

19 26.9 27.2 28.7 27.9

20 28.4 28.7 26.9 27.9

21 28.6 29.4 28.1 27.7

22 28.2 29.0 28.4 27.7

23 28.6 28.7 28.3 28.3

24 28.6 27.7 28.3 28.3

25 28.3 28.1 28.3 28.0

26 28.8 28.1 28.1 27.9

27 27.3 26.7 28.9 28.1

28 27.3 26.6 28.0 27.7

29 26.5 28.1 27.4 27.7

30 28.2 27.9 28.2 27.8

31 28.2 27.7 28.0

Rata-rata 27.9 28.1 28.0 27.5

Max 33.4 33.0 33.0 33.1

Min 24.8 25.0 24.7 24.1

(35)

25 Lampiran 3. Data kelembaban nisbi (%) di daerah penelitian

Tanggal Mei Juni Juli Agustus

1 89 87 82 78

2 84 85 79 69

3 83 78 77 78

4 81 91 80 77

5 85 85 80 86

6 82 84 82 80

7 84 79 79 84

8 87 79 80 80

9 79 79 82 82

10 85 79 83 92

11 79 83 86 86

12 81 78 89 81

13 84 83 85 83

14 83 85 77 83

15 83 86 77 79

16 81 78 76 81

17 88 77 77 80

18 91 88 72 77

19 85 89 74 77

20 83 81 84 76

21 82 79 79 79

22 80 81 76 83

23 81 82 74 78

24 78 77 74 77

25 84 81 78 78

26 83 78 76 76

27 87 82 73 75

28 87 87 79 76

29 90 82 83 74

30 84 79 78 77

31 84 86 76

Jumlah 2 595 2 459 2 451 2 455

Rata-rata 84 82 79 79

Max 91 91 89 92

(36)

26

Lampiran 4 Layout percobaan

(37)

27 Lampiran 5. Layout pengambilan panen ubinan

Keterangan:

2 m

3.5 m 40 cm

12.5 cm

: tanaman kedelai varietas Cikuray : petakan (2 m x 3.5 m)

(38)

28

Lampiran 6. Hasil analisis tanah sebelum aplikasi perlakuan

Parameter Satuan Nilai Kategori

pH H2O - 4.50 Masam

pH KCl - 3.70 Masam

C-Organik % 3.44 Mineral

N total % 0.22 Sedang

P tersedia ppm 7.66 Sedang

Ca me/100 g 5.65 Sedang

Mg me/100 g 6.15 Tinggi

K me/100 g 0.32 Sedang

Na me/100 g 1.74 Sangat tinggi

KTK me/100 g 28.43 Tinggi

Al me/100 g 1.45 Rendah

Mn ppm 19.05 Tinggi

Fe ppm 11.74 Rendah

KB % 48.75 Sedang

(39)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bojonegoro, Jawa Timur pada tanggal 1 Maret 1993. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara oleh pasangan Bapak Yuwono Putut Wijayanto dan Ibu Lilik Mardhiyah. Tahun 2004 penulis lulus dari SD N Kadipaten 1 Bojonegoro, kemudian pada tahun 2007 penulis lulus dari SMP N 1 Bojonegoro. Penulis berhasil menyelesaikan studi di SMA N 1 Bojonegoro pada tahun 2010 dan diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian lewat jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis berperan aktif di beberapa organisasi dan kepanitian. Pada tahun 2010/2011 penulis ikut serta dalam organisasi Koperasi Mahasiswa (KOPMA) divisi Event Organizer. Pada tahun 2012/2013 penulis menjadi pengurus HIMAGRON divisi Internal, dan di kepengurusan tahun berikutnya menjabat lagi sebagai divisi Kominfo. Berbagai kepanitian telah diikuti penulis, baik itu lingkup kegiatan departemen (Ketua Divisi PJK di Masa Perkenalan Departemen, Sie PDD dalam kompetisi olah raga Agrosportment 3 dan 4), fakultas (Sie Acara pada pentas seni Agriphoria), maupun IPB (Sie PDD Festival Bunga dan Buah Nusantara 2013 dan 2014). Pada tahun 2013 penulis menjadi koordinator asisten praktikum mata kuliah Ekologi Pertanian.

Gambar

Gambar 2.  Kondisi tanaman pada saat aklimatisasi (kiri) dan mulai menghijau   kembali pada umur 6 MST (kanan)
Tabel 1. Tabel rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap beberapa
Tabel 2. Pengaruh pupuk P dan K terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan
Gambar 4. Kurva regresi produktivitas dengan berbagai dosis amelioran kapur
+2

Referensi

Dokumen terkait

Relasi ini digunakan apabila terdapat dua atau lebih aktor melakukan hal yang sama (use case yang sama). Use case tersebut kemudian dipisahkan dan dihubungkan dengan

Pemberitaan yang disajikan Kompas juga lebih bersifat langsung (Straight news) dan memperlihatkan pengelolaan pemerintah terkait pariwisata, dibandingkan dengan media

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkah dan rahmatnya serta karunia dan anugrah yang luar biasa dalam hidup saya hingga detik ini,

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan analisis data yang bersifat deskriptif (descriptive analisys). Hasil penelitian ini menunjukan: 1)

game online , tetapi pada kenyataannya remaja yang kontrol dirinya baik belum tentu. dapat mengatasi keterlibatannya dalam kecanduan

Oman Sukmana, M.Si selaku Kepala Jurusan Program Studi Kesejahteraan sosial sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dukungan serta motivasinya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi Pb terhadap diameter koloni dan indeks toleransi isolat fungi non-simbiosis indigenus dari lahan