• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Panjang Badan Berdasarkan Panjang Tibia Dan Panjang Ulna Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Panjang Badan Berdasarkan Panjang Tibia Dan Panjang Ulna Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Kota Bogor"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

ESTIMASI PANJANG BADAN BERDASARKAN

PANJANG TIBIA DAN

PANJANG ULNA

PADA ANAK USIA 6 - 24 BULAN

DI KOTA BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Estimasi Panjang Badan berdasarkan Panjang Tibia dan Panjang Ulna pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Erni Rukmana NIM I15140221

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

(4)

iv

RINGKASAN

ERNI RUKMANA. Estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia dan panjang ulna pada anak usia 6-24 bulan di Kota Bogor. Dibimbing oleh Dodik Briawan dan Ikeu Ekayanti.

Kesulitan pengukuran panjang badan pada saat dilapangan adalah anak mengalami keadaan takut dan tegang. Panjang dan tinggi badan juga biasanya tidak bisa diperoleh atau tidak reliabel dalam anak-anak yang dirawat di rumah sakit atau gangguan akibat penyakit. Ukuran pengganti dari panjang dan tinggi badan dan pengukuran yang mudah sangat diperlukan untuk memperkirakan panjang badan untuk memantau pertumbuhan linier. Estimasi panjang badan dapat menggunakan bagian lain tubuh dari manusia yaitu panjang tibia dan panjang ulna. Panjang tibia diukur dari sendi lutut ke sendi pergelangan kaki kiri, sedangkan panjang ulna diukur dari ujung siku sampai pertengahan dari tulang yang menonjol di pergelangan tangan lengan kiri.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia dan panjang ulna pada anak usia 6-24 bulan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis gambaran karakteristik dan perbedaan subjek dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna, (2) Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna, (3) Menganalisis estimasi panjang badan dengan panjang tibia, (4) Menganalisis estimasi panjang badan dengan panjang ulna, (5) Menganalisis estimasi panjang badan dengan panjang tibia dan panjang ulna.

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan Maret 2016 di wilayah Kota Bogor, Provinsi Jawa Tengah. Subjek penelitian berjumlah 266 anak balita yang dipilih secara acak di wilayah Puskesmas Sindang Barang. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan bersedia mengikuti penelitian, anak usia 6-24 bulan yang sehat, tidak cacat (tidak mengalami penyakit skoliosis, cerebral palsy, dan cedera punggung, kaki dan tangan yang parah), tidak mengkonsumsi obat pertumbuhan, tidak demam saat kunjungan studi. Satu anak per ibu untuk menghindari kluster pengaruh dari karakteristik demografi sosial dan genetika di rumah yang sama. Data dikumpulkan dengan cara wawancara kuesioner dan pengukuran panjang badan menggunakan alat papan pengukur (infantometer 0.1 cm), panjang tibia menggunakan pita pengukur (0.1 cm), dan panjang ulna menggunakan penggaris (0.1 cm). Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji beda Independent T-test, Anova, Paired T-test dan korelasi Pearson, dan analisis mulitivariat menggunakan regresi linier sederhana dan berganda.

Rata-rata panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna hampir sama pada karakteristik subjek, kecuali pada kelompok subjek yang dibagi menurut usia yaitu 6-11 bulan (31.6%) dan usia 12-24 bulan (68.4%) dan panjang badan lahir yaitu <48 cm (24.8%) dan ≥48 cm (75.2%). Mayoritas etnis orang tua dari anak usia 6-24 bulan berasal dari sunda (79.3%).

(5)

v

berat badan lahir dan pendapatan dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna dinilai lemah (r = 0.00-0.19). Korelasi yang dihasilkan berat badan lahir dengan panjang badan dan panjang tibia yaitu r = 0.13 serta panjang ulna r = 0.16; dan korelasi pendapatan dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna secara berturut-turut yaitu nilai r = 0.13, r = 0.14, dan r = 0.13. Korelasi usia dengan panjang badan (r = 0.89), panjang tibia (r = 0.84), dan panjang ulna ( r = 0.77) mempunyai hubungan korelasi yang kuat. Hasil korelasi menunjukkan bahwa panjang tibia ( r = 0.92) dan panjang ulna (r = 0.89) mempunyai hubungan dan korelasi yang kuat dengan panjang badan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panjang tibia dan panjang ulna dapat menjadi estimasi dengan panjang badan, nilai R2 = 0.85 dan SEE = 2.15 untuk panjang tibia, dan panjang ulna dengan nilai R2 = 0.80 dan SEE = 2.48. Estimasi panjang badan dari kedua pengukuran yaitu panjang tibia dan panjang ulna menghasilkan nilai R2 lebih besar dibandingkan dengan satu pengukuran yaitu dengan nilai R2 = 0.89 dan SEE = 1.84. Jika panjang badan tidak diperoleh dari pengukuran menggunakan alat papan pengukur, panjang tibia dan panjang ulna dapat menjadi alternatif pengukuran yang handal dengan menggunakan alat sederhana yaitu pita pengukur dan penggaris.

(6)

vi

SUMMARY

ERNI RUKMANA. Estimating the body length from the length of tibial and ulnar for children aged 6-24 months in Bogor. Supervised By Dodik Briawan and Ikeu Ekayanti.

The difficulties of measuring the body length happened when the children fell scared and tense. The body length and height are also unobtainable or unreliable in children hospitalized due to the disease or disorder. Surrogate measure of body length or height and easy measurement is necessary to estimate the body length to monitor the linear growth. Estimated the body length can use other parts of the human body is of tibial length and ulnar length. Tibial length was measured from the knee joint to the angkle joint of the lefth leg, while ulnar length measured on the lefth arm between the ponit of the elbow (olecranon) and the mid-ponit of the prominent bone of the wrist (styloid process).

This research aimed to estimate the length of the body based on the length of the tibia and ulna in children aged 6-24 months. The specific objective of this study were: 1) analyze the characteristic features and differences in subjects with a body length, tibial length, and ulnar length, 2) analyze the factors related to body length, tibial length, and ulnar length, 3) analyze the estimated body length with the length of tibial, 4) analyze the estimated body length with the length of ulnar, 5) analyze the estimated body length with the length of tibial and ulnar.

This study used cross-sectional design. The study was conducted in December 2015 until March 2016 in Bogor, Province of Central Java. Subjects numbered 266 children aged 6-24 months were selected randomly in Puskesmas Sindang Barang. The inclusion criteria specified that the mother has children aged 6-24 months were willing to participate in this study, the children were healthy, not disabled (not disease scoliosis, cerebral palsy, and wounded his back, legs and arms severe ), did not take the drug growth, no fever while a study visit and infant per mother to avoid cluster effects from share sociodemographic characteristics and genetics. Data were collected by interview questionnaires and measurements of body length using a measuring board (infantometer 0.1 cm), tibia length using a measuring tape (0.1 cm), and ulna length using a ruler (0.1 cm). Statistical analysis used were univariate, bivariate analysis using different test Independent T-test, ANOVA, Paired t-tests and Pearson correlation, and analysis mulitivariat using simple and multiple linear regression.

The average of the body length, tibial length and ulnar length were almost the same on the characteristics subject except in the group of subjects who divided according to age 6-11 months (31.6%) and 12-24 months (68.4%) and birth length <48 cm (24.8%) and ≥48 cm (75.2%). Ethnic majority of parents of children aged 6-24 months derived from Sunda (79.3%).

(7)

vii

ulna length (r = 0.89) have a relationship and a stronger correlation with body length.

The research showed that tibial length (R2 = 0.85; SEE = 2.15) and ulnar length (R2 = 0.80; SEE = 2.48) could be estimate body length. Estimated length of the body with two measurement (tibial length and ulna length) produces R2 value greater than one measurement with a value of R2 = 0.89 and SEE = 1.84. If body length were not obtained from measurements using a measuring board, tibial length and ulna length could be an alternative reliable measurement using simple tools.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Gizi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

ESTIMASI PANJANG BADAN BERDASARKAN

PANJANG TIBIA DAN

PANJANG ULNA

PADA ANAK USIA 6 - 24 BULAN

DI KOTA BOGOR

(10)

x

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Sugeng Eko Irianto, PhD

(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2015 ini ialah estimasi panjang badan, dengan judul Estimasi Panjang Badan berdasarkan Panjang Tibia dan Panjang Ulna pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kota Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN dan Dr Ir Ikeu Ekayanti, MKes selaku pembimbing, Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani, MSc selaku pembahas serta Dr Sugeng Eko Irianto, PhD selaku penguji luar komisi. Disamping itu, penghargaan juga penulis sampaikan kepada bidan dan kader wilayah Puskesmas Sindang Barang yang telah berpartisipasi dan banyak membantu dalam pengumpulan data lapangan. Penulis berterima kasih kepada rekan-rekan tim pengumpul data yang juga banyak membantu selama pelaksanaan penelitian, rekan rekan pasca ilmu gizi angkatan 2014 yang semasa pendidikan selalu saling membantu dan mendoakan, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Beasiswa Fresh Graduate yang telah membantu dalam penyelesaian administrasi perkuliahan. Kemudian penulis juga menyampaikan terimakasih terutama kepada orang tua yaitu Bapak Syaifuddin dan Ibu Emy Rahmini atas segala limpahan doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

(14)

xiv

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi badan 5

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran antropometri 6

Panjang badan dan tinggi badan 7

Estimasi panjang badan 7

Panjang tibia 7

Panjang ulna 8

Estimasi tinggi badan 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

METODE 13

Desain, tempat, dan waktu 13

Jumlah dan teknik penarikan subjek 14

Jenis dan cara pengumpulan data 15

Pengolahan dan analisis data 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Gambaran umum Kota Bogor 20

Karakteristik subjek 21

Hubungan panjang badan berdasarkan panjang tibia dan panjang ulna 25 Estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia 26 Estimasi panjang badan berdasarkan panjang ulna 27 Estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia dan panjang ulna 28

(15)

xv

DAFTAR TABEL

1. Estimasi tinggi badan anak di beberapa negara 10

2. Jenis dan cara pengukuran 15

3. Kelebihan dan kekurangan 17

4. Perbedaan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna berdasarkan

karakteristik subjek 24

5. Hubungan karakteristik subjek dengan panjang badan, panjang tibia dan

panjang ulna 25

6. Hubungan panjang badan dengan panjang tibia dan panjang ulna 25 7. Persamaan regresi estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia 26 8. Persamaan regresi estimasi panjang badan berdasarkan panjang ulna 27

9. Persamaan regresi estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia dan

panjang ulna 28

10.Rata-rata panjang badan aktual dan estimasi (cm) berdasarkan panjang

tibia, dan panjang ulna 28

DAFTAR GAMBAR

1. Penampang tulang tibia 8

2. Penampang tulang ulna 9

3. Pengukuran ulna pada anak 9

4. Kerangka pemikiran 12

5. Pengambilan subjek 14

DAFTAR LAMPIRAN

1. Ethical Approval 34

2. Pengukuran panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna 35

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penilaian status gizi merupakan sesuatu yang penting untuk pemantauan pertumbuhan anak (Gibson 2005). Pemantauan pertumbuhan linier dan status gizi digunakan dalam perawatan kesehatan anak. Pertumbuhan linear dan perubahan antropometri selama masa kanak-kanak dapat dipengaruhi oleh faktor genetik (Pan et al. 2007), paparan lingkungan, termasuk faktor gizi, psikososial, dan infeksi (Laurenco et al. 2012). Bagian anggota tubuh seperti panjang dan tinggi badan juga berkaitan dengan karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, dan etnis (Krishan et al. 2007).

Panjang badan adalah ukuran linier yang penting dari ukuran tubuh untuk menilai status gizi balita, khususnya balita stunting (WHO 2006). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 di Indonesia menunjukkan peningkatan prevalensi anak balita stunting yaitu mencapai 37.2 persen dari 35.6 persen pada tahun 2010. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2015 di Indonesia menunjukkan prevalensi stunting (pendek) usia 0-23 bulan yaitu 23.1 persen. Data panjang badan digunakan dalam pemantauan pertumbuhan dan pengukuran rutin di layanan kesehatan. Penentuan panjang badan dengan tepat dan mudah untuk menentukan stunting sangat diperlukan. Panjang badan pada anak lebih sulit untuk diukur dibandingkan dengan berat badan. Pengukuran berat badan dapat dilakukan relatif andal dan akurat. Pengukuran panjang badan biasanya dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sulit. Data yang menggambarkan keakuratan pengukuran panjang badan pada anak bervariasi. Penelitian Johnson et al. (1999) menyebutkan bahwa terdapat kesalahan pengukuran saat menggunakan papan pengukur panjang badan. Kesulitan pengukuran panjang badan pada saat dilapangan adalah anak mengalami keadaan takut dan tegang. Panjang dan tinggi badan juga biasanya tidak bisa diperoleh atau tidak reliabel dalam anak-anak yang dirawat di rumah sakit atau gangguan akibat penyakit cerebral palsy (Fang et al. 2013), neuromuskuler atau deformitas sendi (Kihara et al. 2015). Panjang dan tinggi badan selain dasar dari indeks antropometri anak dan indeks massa tubuh (Gibson 2005) juga sebagai penentuan status gizi dalam manajemen gizi di rumah sakit (Pawallek et al. 2008), alat pengawasan (surveilans gizi) untuk memantau kesehatan (Flegal et al. 2002), dan penentuan dosis obat melalui luas permukaan tubuh (Verbraecken et al. 2005).

(18)

2

Penelitian multietnis di Amerika oleh Forman et al. (2014) menunjukkan bahwa pengukuran pengganti dari panjang dan tinggi badan bayi dan anak usia <6 tahun dapat menggunakan panjang ulna. Panjang ulna (R2 = 0.95) berkorelasi dengan panjang dan tinggi badan dengan mengontrol usia, jenis kelamin, dan etnis. Penelitian Kihara et al. (2015) menunjukkan bahwa panjang tibia dapat mengestimasi tinggi badan pada anak normal (R2 = 0.91) dan anak cerebral palsy (R2 = 0.81) pada anak usia 3-12 tahun di Jepang. Penelitian Yousaft et al. (2003) di India juga menunjukkan bahwa panjang tibia (R2=0.72) dapat mengestimasi tinggi badan pada anak normal dan disable usia 2-6 tahun. Penelitian di India utara oleh Dray dan Madden (2014) menghasilkan korelasi positif yang signifikan antara panjang ulna dan tinggi badan pada perempuan usia 4-17 tahun dan estimasi ulna untuk tinggi badan pada perempuan usia ≥11 tahun (R2 = 0.93). Penelitian Gauld et al. (2004) di Australia menunjukkan bahwa panjang ulna dapat menjadi estimasi dari tinggi badan pada anak-anak berusia 5-19 tahun (laki-laki: R2= 0.96, perempuan: R2 = 0.94).

Selama ini pengukuran pengganti panjang dan tinggi badan di Indonesia masih sedikit penelitiannya. Penelitian estimasi panjang anak melalui panjang tibia dan panjang ulna pada anak usia 6-24 bulan masih belum ada. Panjang badan anak usia 6-24 bulan diharapkan dapat diperoleh melalui panjang tibia dan panjang ulna. Keberadaan data panjang badan dari panjang tibia dan panjang ulna juga dapat mempermudah peneliti lain dalam menentukan indeks antropometri anak.

Perumusan Masalah

Panjang badan lebih sulit untuk diukur dibandingkan dengan berat badan. Pengukuran berat badan dapat dilakukan relatif andal dan akurat. Pengukuran panjang biasanya dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sensitif. Pengambilan data panjang badan menggunakan alat infantometer sulit digunakan untuk mengukur panjang atau tinggi badan anak usia 6-24 bulan. Kesulitan yang dialami dalam pengukuran panjang dilapangan adalah anak mengalami keadaan takut dan tegang serta pada anak yang dirawat di rumah sakit atau gangguan akibat penyakit cerebral palsy, neuromuskuler atau deformitas sendi. Penilaian status gizi pada anak akan terjadi kesalahan, jika data tidak bisa diperoleh atau tidak reliabel. Perlu ada alternatif pengukuran yang mudah untuk dilakukan seperti panjang tibia dan panjang ulna.

Di Indonesia, data stunting yang berhubungan dengan panjang badan sangat diperlukan untuk melihat status gizi berdasarkan tinggi badan menurut usia. Data panjang badan diharapkan dapat diukur melalui panjang tibia dan panjang ulna. Rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan gambaran karakteristik subjek dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna?

2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna?

3. Apakah panjang tibia dapat mengestimasi panjang badan? 4. Apakah panjang ulna dapat mengestimasi panjang badan?

(19)

3

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, peneliti ingin menghasilkan estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia dan panjang ulna pada anak usia 6-24 bulan.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia dan panjang ulna pada anak usia 6-24 bulan.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Menganalisis gambaran karakteristik dan perbedaan subjek dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna

2. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna

3. Menganalisis estimasi panjang badan dengan panjang tibia 4. Menganalisis estimasi panjang badan dengan panjang ulna

5. Menganalisis estimasi panjang badan dengan panjang tibia dan panjang ulna

Manfaat Penelitian

Penggunaan ukuran panjang tibia dan panjang ulna untuk mengestimasi panjang badan pada anak usia 6-24 bulan di Kota Bogor dan sebagai rujukan atau sumbangan referensi dalam penentuan status gizi anak melalui indeks antropometri anak.

Hipotesis Penelitian

1. Panjang tibia dapat mengestimasi panjang badan pada anak usia 6-24 bulan 2. Panjang ulna dapat mengestimasi panjang badan pada anak usia 6-24 bulan 3. Panjang tibia dan panjang ulna dapat mengestimasi panjang badan pada anak

(20)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Bayi dan Anak Bawah Lima Tahun (Anak usia 1-5 tahun)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 (2014). Anak adalah seseorang dengan usia sampai 18 tahun, sedangkan 0 sampai 11 bulan disebut bayi dan anak balita merupakan anak yang berusia 12 bulan sampai dengan 59 bulan (5 tahun kurang 1 hari). Pertumbuhan dari mulai bayi sampai lansia merupakan proses alami. Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, artinya struktur tubuh dan ukuran fisik sebagian atau keseluruhan bertambahnya, sehingga bisa diukur melalui satuan panjang dan berat.

Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan anak seperti tinggi badan akan bertambah dari hanya sekitar 50 cm pada saat lahir menjadi 75 cm (bertambah 25 cm) setelah berusia 1 tahun. Di tahun kedua kehidupan, tinggi hanya bertambah 12-13 cm, untuk seterusnya semakin lambat hingga mencapai usia remaja. Pada saat itu, tinggi badan akan bertambah sebanyak 16-20 cm selama 2-1/2 tahun. Pertambahan berat badan juga terjadi pada anak yang berusia 1-3 tahun akan mengalami pertambahan berat sebanyak 2-2,5 kg, dan tinggi badan sebesar rata-rata 12 cm setahun (tahun kedua 12 cm, ketiga 8-9 cm) (Arisman 2004). Dikutip dari nelson textbook of pediatrics (Needlman 2004), fase cepat sebagian besar pertumbuhan terjadi di dalam rahim ibu. Setelah lahir, tingkat pertumbuhan secara bertahap menurun selama beberapa tahun pertama kehidupan. Saat lahir, panjang rata-rata bayi yang baru lahir adalah 20 inci (50 cm); pada 1 tahun, tinggi rata-rata sekitar 30 inci; pada 2 tahun, tinggi rata-rata sekitar 35 inci; dan pada 3 tahun, tinggi rata-rata sekitar 38 inci. Setelah 3 tahun dan sampai pubertas, pertumbuhan linear terus pada tingkat yang relatif konstan 2 inci per tahun.

Antropometri

Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi dan komposisi tubuh. Ada beberapa pengukuran antropometri utama salah satunya pengukuran tinggi badan (stature). Komponen kepala, tulang belakang tulang panggul, dan kaki. Jaringan utama yang diukur tulang. Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penentuan status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi, yaitu: kurang energi protein dan obesitas (Achadi 2007; Supariasa dkk 2002; Gibson 2005).

(21)

5

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tinggi Badan

Ukuran tubuh yang umum dipakai untuk pengukuran adalah panjang/tinggi badan dan berat badan. Panjang/tinggi badan umumnya digunakan untuk mendapatkan nilai indeks z-score yang memiliki indikator gizi buruk, gizi kurang, normal, gizi lebih, dan obesitas untuk bayi dan balita. Indeks massa tubuh dengan mengukur tinggi badan dan berat badan digunakan untuk remaja dan dewasa pada studi epidemiologi. Pengukuran antropometri juga digunakan di rumah sakit untuk menentukan status gizi pasien (Gibson 2005).

Jika usia tidak diketahui, parameter pengukuran yang dapat melihat keadaan status gizi yang telah lalu dan sekarang adalah tinggi badan (Supariasa dkk 2002). Menurut Supariasa dkk (2002) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi genetik, obstrik (berat badan lahir dan panjang badan lahir), dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan, gizi, obat-obatan, dan penyakit.

1 Genetik

Kemiripan anak-anak dengan orangtua tunya dalam hal bentuk tubuh, proporsi tubuh, dan kecepatan perkembangan berhubungan dengan genetik yang diwariskan. Gen tidak secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, tetapi ekspresi gen yang diwariskan kedalam pola pertumbuhan dikaitkan dengan beberapa sistem biologis. Gen berperan dalam sistem hormon endokrin manusia yang mengatur fungsi pertumbuhan, perkembangan, fisiologi, dan psikologi. Genetik bisa dilihat dari etnis, keluarga dan lingkungan intrauterin (Supariasa dkk 2002).

Faktor genetik yang berhubungan dengan tinggi badan oleh Sir Francais Galton, biasanya orang tua yang tinggi memiliki anak yang tinggi pula dan orang tua yang pendek juga sebaliknya. Beberapa penelitian juga membuktikan genetik dalam menetapkan tinggi badan sebagat kuatitas yang heritabel untuk diketahui. Interaksi gen dengan lingkungan juga harus dipertimbangkan dalam menetapkan pertumbuhan dan perkembangan manusia (Pan 2007).

2 Panjang Badan dan Berat Badan Lahir

Kondisi kesehatan dan gizi baik selama kehamilan ibu akan menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan janin yang baik. Pertumbuhan dan perkembangan janin yang bermasalah mengakibatkan panjang badan dan berat badan lahir rendah (Keefe et al. 2008; Najahah 2014). Dalam beberapa hari pertama kehidupan, sebagian besar bayi baru lahir akan kehilangan 5 hingga 7 persen berat tubuhnya sebelum mereka belajar menyesuaikan diri dengan kegiatan makan dengan cara menghisap,menelan, dan mencerna. Pada usia dua tahun, tinggi rata-rata 32 inci/81.28 cm sampai dengan 35 inci/88.cm (Santrock 2011). Panjang badan lahir kurang dari 48 beresiko untuk menjadi pendek (Rahayu et al. 2011). Berat badan lahir rendah kurang dari 2500 gram juga dihubungkan dengan tinggi badan yang kurang pada balita. Panjang tungkai bawah seperti tibia dan femur pada anak-anak dan dewasa menunjukkan bahwa berat badan lahir rendah berhubungan dengan panjang tungkai bawah.

3 Lingkungan

(22)

6

pertumbuhan dan mencapai tinggi badan maksimal. Peran dari lingkungan dalam menetapkan tinggi badan dibuktikan dengan adanya bukti analisis riwayat tinggi badan keluarga dan riwayat hidup dan studi intervensi pada negara berkembang dimana kondisi tempat tinggal dapat ditingkatkan kesejahteraannya dengan memberikan suplemen, makanan bergizi dan obat-obatan.

Kondisi lingkungan dalam mempengaruhi pencapaian potensi genetik tinggi badan badan pada beberapa penelitian longitudinal menganalisis tinggi badan dalam populasi cenderung berubah. Kecenderungan tersebut di Eropa, dimana anak-anak dewasa lebih cepat dan rata-rata mencapai tinggi badan yang optimal (Cole 2005). Peningkatan pada tinggi badan juga dipengaruhi banyak seperti asupan zat gizi yang baik, penurunan penyakit, dan sanitasi serta ketersediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

4 Penyakit infeksi dan Penyakit Kronis

Penyakit infeksi berhubungan dengan gangguan pertumbuhan. Pengaruh dari penyakit infeksi adalah menurunnya asupan dan absorpsi, kehingan zat gizi dan gangguan metabolik tubuh. Diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak yang penyebabnya karena bakteri pathogen akibat dari kebersihan atau sanitasi yang buruk. Diare juga sebagai penyebab dari stunting pada balita (Guerrant et al. 2013).

5 Jenis Kelamin

Tinggi badan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan pada populasi yang telah diteliti. Perbedaan tinggi badan ini sebagian besar dapat dijelaskan karena pria memiliki kaki yang lebih panjang, walaupun tinggi tubuh bagian atas tidak terlalu berbeda. Perbedaan tinggi badan pada laki-laki dan perempuan pastinya berbeda juga tulang panjang seperti tibia dan tulang ulna (Ebite et al. 2008). Perbedaan tinggi badan pada pria dan wanita dapat dihipotesiskan sebagai sexual dimorphism, mengenai lingkungan hormon, dan komposisi kromosom seks. Menurut penelitian Forman et al. (2014) menunjukkan bahwa nilai antropometri yaitu panjang badan dan panjang ulna yang secara konsisten lebih kecil pada anak perempuan dibandingkan laki-laki.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri membutuhkan latihan dan kecermatan. Kesalahan diagnosis gangguan pertumbuhan sebagian besar karena kesalahan pengukuran. Validitas adalah konsep yang penting dalan desain pengukuran gizi. Validitas merupakan adequacy (kecukupan) yang setiap pengukuran atau indeks mencerminkan parameter gizi yang menarik (Gibson 2005). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen, mengukur apa yang benar melalui instrumen yang tepat. Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi internal dan konsistensi eksternal. Konsep reliabilitas juga terkait dengan data-data yang telah berkali-kali diambil.

Faktor yang mempengaruhi pengukuran antropometri (Supariasa et al. 2002), adalah:

1 Alat dan Metode yang digunakan

(23)

7

alat yang digunakan. Metode pengukuran yang benar akan menghasilkan akurasi yang tepat.

2 Pengukur atau pengumpul data

Pengukur harus mengetahui cara mengukur panjang dan tinggi badan, panjang ulna dan tibia. Analisis dan asumsi yang keliru dari pengukur atau pengumpul data akan membuat kesalahan pengukuran. Pelatihan petugas yang melakkan pengukuran harus cukup, sehingga tidak ada kesalahan pengukuran.

3 Posisi Subjek

Posisi standar tubuh dijadikan dasar pertimbangan yang sangat penting dalam pengukuran antropometri. Gerakan-gerakan dari subjek yang diukur akan menyebabkan ketidakakuratan pengukuran dan akan menyebabkan kesalahan dan mengimplementasikan data antropometri.

Panjang badan dan Tinggi badan

Pengukuran panjang dan tinggi badan seseorang prinsipnya adalah mengukur jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, panggul tulang belakan, dan tulang tengkorak. Penilaian status gizi pada umumnya hanya mengukur total tinggi (atau panjang) yang diukur secara rutin. Tinggi badan yang dihubungkan dengan usia dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu (Achadi 2007).

Anak yang dapat berdiri atau tinggi lebih dari 85 cm dan dewasa dapat diukur menggunakan mikrotoa yang mempunyai ketelitian 0,1 cm atau pita ukur yang telah dikalibesukui sebelumnya (Gibson 2005). Panjang badan dilakukan pada balita kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sulit untuk berdiri pada waktu pengukuran data tinggi badan (Achadi 2007; Supariasa et al. 2002; Gibson 2005).

Tinggi badan absolut anak berhubungan dengan kemungkinan adanya suatu kondisi patologi. Sebagai contoh, seorang anak yang memiliki tinggi badan 3 SD di bawah rata-rata lebih mungkin mengalami kondisi patologi dibandingkan dengan anak yang memiliki tinggi badan hanya 1 SD di bawah rata-rata (Achadi 2007).

Estimasi Panjang Badan Balita

1 Panjang Tibia

Tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Tibia merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan terletak medial dari tulang betis/fibula. Kondil medial dan lateral terlihat di ujung atas. Permukaan superiornya memperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam formasi sendi lutut. Permukaan-permukaan tersebut halus dan di atas permukaannya yang terdapat tulang rawan semilunar (setengah bulan) yang membuat permukaan persendian lebih dalam untuk penerimaan kondil femur. (Pearce 2008)

(24)

8

dari sendi lutut ke sendi pergelangan kaki kiri. Penelitian Kihara et al. (2015) dan Yousaft et al. (2003) menunjukkan bahwa panjang tibia dapat memprediksi tinggi badan pada anak usia 3-12 tahun dan usia 2-6 tahun.

Gambar 1. Penampang tulang tibia

2 Panjang Ulna

Salah satu dari appendicular skeleton adalah tulang ulna dalam kerangka gerak tubuh manusia. Tulang ulna dan tulang radius merupakan tulang sejajar yang menunjang lengan bawah pada posisi anatomis, tulang ulna membentang sampai radius. Olekranon membentuk tepi atas dari trochlear notch dan coronoid prosesus membentuk tepi bawah. Lengan atas dan lengan bawah membentuk garis lurus, olekranon mengayun sampai alekranon fossa pada permukan posterius humerus. Pada batas fleksi, yang merupakan gerakan yang memperkecil sudut anatra sambungan tulang, lengan atas dan lengan bawah membentun V yang rapat dan prosesus coronoid mengayun sampai coronoid fossa pada permukaan humerus anterior. Disamping coronoid prosesus, radial notch yang licin menampung ujung radius pada sendi radio-ulnar proksimal (Matini et al. 2012).

(25)

9

Gambar 2 Penampang tulang ulna

Tulang ulna merupakan tulang panjang yang sering digunakan untuk memperkirakan tinggi badan dengan cara membentang secara paralel dengan ujungnya pada lengan bawah. Panjang ulna adalah pengganti potensial mengukur panjang dan tinggi karena pengukurannya tidak biasanya terhambat oleh deformitas sendi dalam populasi khusus. Penelitian Gauld et al. (2004) di Australia menunjukkan bahwa panjang ulna dapat menjadi ukuran pengganti dari tinggi badan pada anak-anak berusia 5-19 tahun (laki-laki: R2 = 0.96, perempuan: R2 = 0.94).

Gambar 3 Pengukuran panjang ulna pada anak

(26)

10

3 Estimasi Tinggi Badan Anak

Estimasi tinggi badan berdasarkan panjang tibia dan panjang badan di beberapa negara merupakan hasil dari analisis regresi yang mempunyai koefisien diterminan (R2) lebih dari 0.7 (Lohman et al. 1988). Estimasi tersebut diharapkan menjadi ukuran pengganti dari tinggi badan.

Tabel 1 Estimasi Tinggi Badan Anak di beberapa Negara

(27)

11

Kerangka Pemikiran

Pengukuran antropometri merupakan pengukuran terhadap dimensi dan komposisi tubuh. Ada beberapa pengukuran antropometri utama salah satunya pengukuran tinggi badan. Parameter pengukuran yang dapat melihat keadaan status gizi yang telah lalu dan sekarang adalah tinggi badan (Gibson 2005; Supariasa dkk 2002). Tibia merupakan tulang panjang /tungkai bagian atas yang mudah diukur dibandingkan tulang lainnya (Gupta et al. 2014), sedangkan tulang ulna merupakan tulang panjang yang sering digunakan untuk memperkirakan tinggi badan dengan cara membentang secara paralel dengan ujungnya pada lengan bawah. Panjang ulna adalah pengganti potensial mengukur panjang dan tinggi karena pengukurannya tidak biasanya terhambat oleh deformitas sendi dalam populasi khusus. Menurut Supariasa et al. (2002) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi genetik, obstrik, dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan, gizi, obat-obatan, dan penyakit.

Gen tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, tetapi ekspresi gen yang diwariskan kedalam pola pertumbuhan dikaitkan dengan beberapa sistem biologis. Interaksi gen dengan lingkungan juga harus dipertimbangkan dalam menetapkan pertumbuhan dan perkembangan manusia (Pan 2007). Genetik bisa dilihat dari etnis, tinggi badan keluarga dan lingkungan intrauterin (Supariasa et al. 2002).

Kondisi kesehatan dan gizi ibu selama kehamilan ibu akan menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan janin yang baik. Jika terjadi permasalahan akan mengakibatkan berat badan lahir rendah dan panjang badan lahir rendah. Berat badan lahir rendah banyak dihubungkan dengan tinggi badan yang kurang pada balita. Penelitian Wardsworth et al. (2002) menunjukkan bahwa panjang tungkai bawah seperti tibia dan femur berhubungan dengan berat badan lahir rendah.

Usia anak 6-24 bulan merupakan masa pertumbuhan yang harus diperhatikan. Pemantauan pertumbuhan diusia tersebut adalah penting dimana, Usia 6-11 bulan adalah waktu yang sangat rentan karena bayi baru belajar makan. Tinggi badan laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. perbedaan tinggi badan ini sebagian dapat dijelaskan karena laki-laki memiliki kaki yang lebih panjang. Perbedaan tinggi badan pastinya berbeda juga dengan tulang panjang seperti tibia dan ulna (Ebite et al. 2008). Perbedaan tinggi badan pada pria dan wanita dapat dihipotesiskan sebagai sexual dimorphism, mengenai lingkungan hormon, dan komposisi kromosom seks.

(28)

12

Gambar 4 Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Variabel yang diteliti Hubungan yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti Hubungan yang tidak diteliti

Genetik

Panjang tibia Penyakit

Panjang ulna Jenis kelamin

Sosial ekonomi

(29)

13

METODE

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross-sectional. Tempat penelitian di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.

Jumlah dan Teknik Penarikan Subjek

Populasi target dari penelitian adalah anak yang berusia 6-24 bulan yang berada di wilayah Kota Bogor. Populasi terjangkau diambil dari semua anak yang berusia 6-24 di Puskesmas Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat. Teknik pengambilan subjek dilakukan dengan cara cluster sampling. Puskesmas Sindang Barang mempunyai lima kelurahan, kemudian dari lima kelurahan subjek dipilih secara acak. Cara pengambilan subjek anak usia 6-24 bulan menggunakan rumus estimasi rata-rata populasi (Lemeshow et al. 1990):

n =

n =

n = 211 Keterangan:

σ = Simpangan baku nilai rerata dari panjang tibia yaitu 0.741 cm (Steyn dan Henneberg 1996)

d = Presisi yang diinginkan sebesar 0.1 (ditetapkan) Zα/2 = Tingkat kemaknaan 95% (ditetapkan)

Tingkat signifikansi yang diinginkan peneliti p <0.05 dan presisi sebesar 0.1 dapat mewakili subjek penelitian. Jumlah subjek anak usia 6-24 bulan berdasarkan rumus diatas adalah 211 anak. Subjek dalam penelitian ditambah 10% dari jumlah subjek untuk antisipasi drop out, sehingga jumlah subjek menjadi 242 anak. Subjek dibagi menurut usia dan jenis kelamin. Subjek yang didapat masing-masing 12 orang di setiap bulan dengan pembagian jenis kelamin. Subjek laki-laki dan perempuan masing-masing 6 anak menurut usia dalam hitungan bulan. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan bersedia mengikuti penelitian, anak usia 6-24 bulan yang sehat, tidak cacat, tidak demam saat kunjungan studi. Satu anak per ibu untuk menghindari kluster pengaruh dari karakteristik demografi sosial dan genetika di rumah yang sama.

(30)

14

5. Subjek yang hadir di Posyandu berjumlah 394 usia 6-24 bulan. Data lengkap anak yang didapatkan dari jumlah anak yang usia 6-24 bulan adalah 360 anak. Jumlah subjek tersebut kemudian dibagi menurut usia dan jenis kelamin. Sehingga subjek yang didapat masing-masing 14 orang di setiap bulan dengan pembagian jenis kelamin. Subjek laki-laki dan perempuan masing-masing 7 anak menurut usia dalam hitungan bulan. Total yang didapatkan dari penelitian adalah 266 anak usia 6-24 bulan yang sudah disesuaikan menurut usia hitungan bulan dan jenis kelamin.

Gambar 5 Pengambilan subjek

33 Posyandu 5 kelurahan

394 anak hadir

360 anak data lengkap

7 Anak laki-laki/golongan usia

7 Anak perempuan /golongan usia

266 anak (laki-laki dan perempuan)

133 Anak laki-laki

133 Anak perempuan

6 bulan = 18 anak 11 bulan = 16 anak 16 bulan = 17 anak 21 bulan = 19 anak 7 bulan = 20 anak 12 bulan = 19 anak 17 bulan = 22 anak 22 bulan = 20 anak 8 bulan = 20 anak 13 bulan = 23 anak 18 bulan = 19 anak 23 bulan = 14 anak 9 bulan = 23 anak 14 bulan = 19 anak 19 bulan = 17 anak 24 bulan = 19 anak 10 bulan = 20 anak 15 bulan = 19 anak 20 bulan = 16 anak

(31)

15

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dari data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan dari studi literatur dan data anak balita yang ada di Posyandu, sedangkan data primer yang dikumpulkan data karakteristik subjek (nama, jenis kelamin, tanggal lahir, usia, alamat, etnis dan sosial ekonomi) serta data pengukuran panjang badan, panjang tibia dan panjang ulna. Pengukuran panjang badan pada anak yang belum bisa berdiri dengan infantometer (0.1 cm). Panjang tibia dan panjang ulna diukur dengan alat pita pengukur (0.1 cm) dan penggaris. Pengukuran panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna dapat dilihat di Lampiran 2. Jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat di Tabel dibawah ini. Tabel 2 Jenis dan cara pengukuran

No Variabel Cara Pengukuran Referensi

1 Panjang badan

Pengukuran panjang badan menggunakan infantometer/papan pengukur. Anak tempatkan pada papan pengukur, dengan bantuan ibu si anak, baringkan si anak di permukaan yang rata. Kepala dan kaki anak diposisi ujung kedua papan pengukur dan tekan lutut dan pegang kepala anak (cm) pergelangan kaki kiri dengan menggunakan pita pengukur. (cm) (prosesus olekranon) sampai pertengahan dari tulang yang menonjol di pergelangan tangan (prosesus stiloid) lengan kiri menggunakan penggaris. (cm)

Forman 2014

4 Usia Dihitung berdasarkan bulan penuh sejak lahir sampai tanggal pengukuran, minimal 6 bulan sampai dengan 24 bulan

Jenis kelamin diketahui dari penampilan fisik yang bersangkutan

(32)

16

terlebih dahulu. Masing-masing pengumpul data mempunyai tugas dalam pengambilan data. Peneliti akan mengukur dan membaca ukuran panjang badan, tibia, dan ulna. Dua pengukur lainnya memegang subjek dan mencatat hasil pengukuran. Setiap pengukuran dilakukan dua kali/pengulangan. Nilai rata-rata dari tiap antropometri di kalkulasi jika dua pengukuran tersebut sesuai tidak lebih dari 0.2 cm untuk panjang badan, panjang tibia dan panjang ulna (Forman et al. 2014). Pengukuran pada panjang tibia dan panjang ulna dilakukan pada anggota tubuh bagian kiri. Semua pengukuran sangat sering berbeda, tidak hanya dalam subjek yang berbeda, tetapi juga pada dua sisi tubuh yang sama. Pengukuran tibia bagian kiri mempunyai foramen nutrisi tunggal yang berkemungkinan anggota bagian kiri berbeda dan pengukuran dilakukan dilapangan sesuai dengan teknik pengukuran Kihara et al. (2015) dan Yousaft et al. (2003) selain itu memudahkan peneliti dalam pengukuran. orang. Panjang tibia diukur bagian kaki kiri dengan menggunakan pita pengukur dengan posisi anak duduk atau digendong oleh ibu dengan posisi kaki kiri ditekuk untuk menemukan bagian ujung tulang dari persendian lutut (superomedial tibia) sampai dengan pergelangan kaki kiri (maleolus medial). Panjang ulna diukur di lengan kiri dengan menggunakan penggaris, anak di pangku ibu yaitu posisi duduk dengan siku kiri anak menekuk membentuk 900 (menyentuh meja dengan lengan kiri menunjuk ke atas), pergelangan tangan lurus, dan jari-jari diperpanjang. Ujung proksimal ulna, olekranon, diidentifikasi oleh palpasi dengan siku menekuk 900, jarak antara 2 titik akhir dari lengan dengan siku menyentuh meja dan lengan mengarah ke atas pada bidang vertikal (Lampiran 2)

Tahapan pengumpulan data yang dilaksanakan dilapangan adalah: 1) pelaksanaan tahap pertama yaitu penyaringan subjek dengan pengisian kuesioner riwayat kesehatan anak (anak tidak sedang dalam penanganan dokter, tidak mengkonsumsi obat pertumbuhan, tidak mengalami penyakit skoliosis, cerebral palsy, dan cedera punggung, kaki dan tangan yang parah) oleh tim peneliti untuk mengetahui kesehatan subjek; 2) pengukuran variabel utama yaitu panjang badan, tibia dan ulna setelah didapatkannya subjek dari tahap pertama; 3) tahapan yang terakhir dari penelitian ini adalah mewawancarai karakterisrik subjek seperti asal daerah, pendidikan terakhir orang tua dan pendapatan keluarga.

Estimasi panjang badan dengan panjang tibia dan panjang ulna mempunyai alasan seperti kesulitan dalam pengukuran panjang badan karena anak merasa tidak nyaman, menangis, ketersedian alat dan biaya peralatan khusus. Kelebihan dari pengukuran panjang tibia dan panjang ulna adalah alat yang digunakan mudah dan murah yaitu pita pengukur dan penggaris, anak merasa lebih nyaman karena tidak perlu berbaring dan hanya dipangku ibu, satu orang yang mengukur, dan pengukuran panjang tibia dan panjang ulna mudah digunakan atau dipakai oleh kader yang dilatih terlebih dahulu. Kelebihan dan kekurangan dari panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna dapat dilihat ditabel berikut 3.

(33)

17

Tabel 3 Kelebihan dan kekurangan

PB PT PU

Kekurangan Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan Kelebihan Alat - mudah

Data diperiksa (tahap editing) untuk mengecek atau memperbaiki isian formulir atau kuesioner, meliputi data identitas subjek dan data pengukuran (panjang badan, panjang tibia dan panjang ulna). Setelah data diperiksa, data diolah melalui tahap coding, entry, cleaning, kemudian di analis data. Variabel dependen di dalam penelitian ini adalah panjang badan dengan skala ratio. Variabel independennya adalah panjang tibia, panjang ulna, usia, jenis kelamin, panjang lahir, panjang dan berat lahir, etnis, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga. Panjang tibia dan panjang ulna dengan skala ratio. Usia dibagi menjadi dua kategori yaitu usia 6-11 bulan dan 12-24 bulan. Berat badan lahir kurang dari 2500 gram berarti berat badan lahir rendah dan bila lebih dari atau sama dengan 2500 gram berarti normal (Kemenkes 2013). Panjang badan lahir dibagi menjadi dua kategori, yaitu kurang dari 48 cm berarti panjang badan lahir rendah dan bila lebih dari atau sama dengan 48 cm berarti normal (Kemenkes 2013). Pendidikan ibu dibagi menjadi dua kategori, yaitu ≤12 tahun dan ≥12 tahun. Pekerjaan ibu dibagi menjadi dua kategori yaitu IRT dan Non- IRT. Pendapatan keluarga dibagi menjadi dua kategori berdasarkan UMR Kota Bogor yaitu jika rendah <2 658 155 dan tinggi ≥2 658 155.

(34)

18

frekuensi. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel. Uji yang dipakai adalah uji beda (Indenpendent T-test, Paired T-test, dan Anova) dan uji korelasi Pearson. Uji korelasi di simbolkan dengan huruf r (koefisen korelasi). Analisis statistik yang dipakai adalah analisis regresi linier sederhana dan berganda. Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menghasilkan model regresi yang paling sesuai dari variabel penelitian.

Keterangan:

Y = panjang badan (variabel dependen) β = konstanta

x1 = panjang tibia

x2 = panjang ulna

Statistik deskriptif dari antropometri disajikan dalam bentuk rata-rata, standar deviasi, dan frekuensi yang sesuai dengan karakteristik subjek. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Uji normolitas di penelitian ini menunjukkan antropometri panjang badan, panjang tibia dan panjang ulna terdistribusi normal. Uji beda karakteristik subjek berdasarkan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna menggunakan uji Indipendent-T-Test dan Anova. Hubungan panjang badan dengan panjang tibia dan ulna dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Uji beda untuk melihat perbedaan panjang aktual dengan estimasi panjang badan dari panjang tibia dan panjang ulna menggunakan uji Paired T-Test.

Persamaan estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia dan panjang ulna diperoleh dengan menggunakan uji multivariat yaitu regresi sederhana dan regresi berganda. Hasil analisis regresi sederhana dan regresi berganda menggunakan SPSS dapat dilihat pada Lampiran 3. Regresi berganda terpenuhi apabila syarat-syarat terpenuhi dari regresi berganda (Riyanto A 2012). Analisis regresi berganda harus memenuhi syarat seperti:

1. Asumsi univariat

Variabel numerik terutama variabel dependen harus berdistribusi normal. 2. Asumsi bivariat

Korelasi variabel dependen dengan independen dengan uji bivariat, variabel yang masuk kandidat adalah variabel yang p <0.25

3. Asumsi multivariat

Asumsis yang harus dipenuhi adalah: a. Asumsi ekstensi

Nilai dari variabel independen dan dependen adalah variabel random yang mempunyai mean dan variabel tertentu. Bila residual menunjukkan mean=0.00. Subjek yang harus diambil harus dilakukan secara random.

b. Asumsi independensi

Masing-masing nilai Y bebas satu sama lain atau nilai tiap individu berdiri sendiri. Asumsi bisa dilihat dari uji Durbin Watson, nilai Durbin -2 s/d +2 berarti asumsis terpenuhi.

(35)

19

Cara mengetahui asumsi ini dapat diketahui dari uji Anova, bila hasilnya signifikan (p <alpha) maka model berbentuk linier.

d. Asumsi homosedasitas

Varian nilai variabel dependen sama untuk semua nilai variabel independen. Homosedasitas dapat diketahui dengan melakukan pembuatan plot residual. Bila titik tebaran tidak berpola tertentu dan menyebar merata disekitar garis titik nol.

e. Asumsi normalitas

Variabel dependen mempunyai distribusi normal untuk setiap pengamatan, dapat diketahui dari Normal P-P Plot residual.

f. Asumsi koliniritas

Antar variabel independen tidak terdapat korelasi, dengan melihat nilai VIP atau toleransi, jika nilai VIP <10 maka tidak terjadi kolineritas. Pengukuran yang sesuai dengan model prediksi dilihat R square (R2) dan Standar Error of the Estimate (SEE) dihitung untuk setiap persamaan. Menurut kriteria validasi direkomendasikan oleh Lohman et al. (1988), SEE valid dengan batas < 3.5 dan harus >0.7 untuk R square (R2). Pengolahan data yang dilakukan meliputi entry, coding, cleaning, dan analisis data menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS 16. Signifikansi statistik ditetapkan pada two-tailed nilai p<0.05.

Definisi Operasional

Panjang badan adalah ukuran tubuh mulai dari kaki sampai kepala yang diukur pada balita kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sulit untuk berdiri pada waktu pengukuran data tinggi badan.

Tibia merupakan tungkai bawah diukur dari sendi lutut ke sendi pergelangan kaki kiri.

Ulna merupakan tungkai atas dari ujung siku (prosesus olekranon) sampai pertengahan dari tulang yang menonjol di pergelangan tangan kiri (prosesus stiloid).

Usia adalah lama hidup seseorang yang dihitung dalam bulan penuh sejak lahir.

Jenis kelamin adalah status gender yang dapat diketahui dari penampilan fisik.

Etnis adalah kelompok tertentu terikat pada sistem nilai budaya karena kesamaan etnis, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi kategori tersebut.

Sosial ekonomi adalah kedudukan, tingkat sosial ekonomi seseorang dilihat dari pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan dalam suatu kelompok serta masyarakat yang membedakannya dengan orang lain.

Berat badan lahir adalah berat badan bayi ketika lahir atau paling lambat sampai bayi berumur 1 hari yang dilihat dari KMS atau buku KIA.

(36)

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kota Bogor

Geografi dan Pemerintahan

Kota Bogor adalah salah satu kota yang berda di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kota Bogor terletak pada koordinat Jakarta. Wilayah Kota Bogor berbatas dengan:

Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Sukaraja.

Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan

Ciawi Kabupaten Bogor.

Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.

Secara astronomis wilayah Kota Bogor terletak 1060-48‘ Bujur Timur dan 60- 36‘ lintang selatan dengan jarak +56 km dari kota.

Luas wilayah Kota Bogor memiliki luas 11.850 Ha atau 11.850 km2. Dari luas wilayah tersebut yang terdistribusi ke dalam kegiatan penggunaan lahan permukiman, pertanian, sosial dan kegiatan lainnya. Wilayah pemerintahan Kota Bogor teridiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Puskesmas Sindang Barang terletak di Kecamatan Bogor Barat, wilayah kerjanya meliputi lima kelurahan yaitu Kelurahan Sindang Barang, Bubulak, Margajaya, Balumbang Jaya, dan Situ Gede.

Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Bogor adalah 1030720 jiwa, dengan kepadatan penduduk 8698 jiwa. Penduduk Kecamatan Bogor Barat sebesar 228 860 jiwa dengan komposisi jumlah laki-laki sebesar 116138 jiwa dan 112722 jiwa perempuan. Jumlah penduduk dengan kelompok usia 0-4 tahun sebesar 85402 dengan jumlah laki-laki 43086 jiwa dan perempuan 42314 jiwa (BPS Kota Bogor 2014). Data dari sasaran program KIA 2014 Kota Bogor jumlah balita 0-2 tahun sebesar 56859 jiwa. Jumlah balita 0-2 tahun di Kecamatan Bogor Barat adalah 12628 jiwa, sedangkan jumlah balita 0-2 tahun di Puskesmas Sindang Barang sebesar 3451 jiwa. Puskesmas Sindang Barang mempunyai populasi balita 0-2 tahun yang tinggi dibandingkan dengan Puskesmas yang lain di Kota Bogor. Densitas balita 0-2 tahun di Puskesmas Sindang Barang sebanding dengan balita 0-2 tahun di Kota Bogor. Jumlah rumah tangga di Kecamatan Bogor Barat adalah sebanyak 52843 rumah tangga dengan rata-rata banyaknya anggota rumah tangga 426 jiwa (Dinkes Kota Bogor 2014).

Fasilitas Pelayanan Kesehatan

(37)

21

Bogor 2014). Puskesmas Sindang Barang mempunyai 64 Posyandu. Puskesmas Sindang Barang memiliki tenaga kesehatan sebanyak 2 orang Dokter Umum, 1 orang Dokter Gigi, 6 orang Bidan, 7 orang Perawat, 1 orang Perawat Gigi, 1 tenaga Teknik Kefarmasian, 1 Kesehatan Masyarakat, 1 Kesehatan Lingkungan, dan 1 orang Tenaga Pelaksana Gizi (Dinkes Kota Bogor 2014).

. pengukurannya menggunakan papan pengukur atau infantometer (Gibson 2005). Pengukuran anak usia 6-24 bulan biasanya lebih sulit dari pada anak yang sudah bisa berdiri. Jika diketahui panjang badan di usia tersebut bisa menggambarkan panjang badan dan bisa kejar tumbuh diusia berikutnya (Gibson 2005; Johnson 1995). Anak usia 6-24 bulan adalah usia yang rentan terjadinya kependekan. Data Kemenkes (2013) di Indonesia menunjukkan peningkatan prevalensi anak balita stunting yaitu mencapai 37.2 persen.Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2015 di Indonesia menunjukkan prevalensi anak stunting usia 0-23 bulan yaitu 23.1 persen. Anak baduta (0-2 tahun) pendek lebih besar dibanding anak balita (0-5 tahun). Schmidt et al. (2002) menyimpulkan bahwa pertumbuhan linier mulai tersendat-sendat saat anak berusia 6-7 bulan. Anak usia 6-11 bulan adalah waktu yang sangat rentan karena bayi baru belajar makan (Academy for Educational Development of Africa 2004).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna pada anak usia 6-11 bulan (31.60%) berbeda dengan anak usia 12-24 bulan (68.40%). Penelitian Forman et al. (2014) menunjukkan hal yang sama bahwa panjang badan dan panjang ulna pada anak usia 0-11.9 bulan lebih kecil dibandingkan dengan anak usia 12-23.9 bulan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan hubungan dan korelasi yang kuat antara usia dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna. Usia akan mempengaruhi pertumbuhan linier. Pertumbuhan liner akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Menurut nelson textbook of pediatrics (Needlman 2004), pertumbuhan terjadi di dalam rahim ibu merupakan fase cepat. Pertumbuhan anak seperti tinggi badan akan bertambah 25 cm setelah berusia 1 tahun. Di tahun kedua kehidupan, tinggi hanya bertambah 12-13 cm, untuk seterusnya semakin lambat hingga mencapai usia remaja.

(38)

22

Jenis Kelamin

Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 4 bahwa tidak ada perbedaan panjang badan laki-laki dan perempuan pada pada anak usia 6-24 bulan. Uji hubungan dan korelasi juga menunjukkan hal yang sama bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna. Usia kurang dari dua tahun laju pertumbuhan laki-laki dan perempuan hampir sama cepatnya sampai pada anak berusia sembilan tahun (Arisman 2004). Rata-rata antropometri (panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna) secara konsisten lebih kecil pada anak perempuan dibandingkan laki-laki. Penelitian Forman et al. (2014) menunjukkan bahwa nilai antropometri konsisten lebih kecil pada anak perempuan dibandingkan laki-laki. Perbedaan tinggi badan pada pria dan wanita dapat dihipotesiskan sebagai sexual dimorphism, mengenai lingkungan hormon, dan komposisi kromosom seks (Ebite et al. 2008).

Panjang Badan dan Berat Badan Lahir

Berat badan dan panjang badan lahir yang optimal merupakan hasil kesehatan dan status gizi ibu yang baik selama kehamilan. Ibu yang selama kehamilan mengalami kekurangan energi kronis, anemia, hipertensi dan penyakit infeksi beresiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan panjang lahir rendah (Keefe et al. 2008; Najahah 2014).

Panjang badan dan berat badan lahir diambil melalui data sekunder untuk melihat riwayat lahir. Panjang badan lahir bayi menggambarkan pertumbuhan linier bayi selama dalam kandungan. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau (Supariasa et al. 2002). Persentase panjang lahir hubungan panjang badan lahir dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna yang ditunjukkan pada Tabel 4. Pengukuran panjang badan lahir lebih sulit dibandingkan dengan berat badan lahir, diantaranya menyangkut tentang validitas alat ukur panjang badan, validitas pengukuran, validitas waktu/ hari mengukur setelah dilahirkan.

(39)

23

anak berat badan lahir rendah dibandingkan berat badan lahir normal. Hal yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 5 bahwa ada hubungan berat badan lahir dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna, namun kekuatan korelasi yang didapat lemah (r = 0.00-0.19).

Etnis

Mayoritas orang tua dari anak usia 6-24 bulan berasal dari etnis sunda. Etnis sunda paling banyak diukur dari penelitian ini adalah 79.3 persen. Sementara etnis lainnya dari sumatera yaitu palembang, medan, lampung dan padang. Analisis data etnis dari sumatera digabungkan karena jumlah subjek yang kecil untuk etnis sumatera. Rata-rata antropometri dari masing-masing kelompok etnis tidak terlalu jauh berbeda. Hasil analisis statistik juga menunjukkan tidak ada perbedaan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna pada setiap etnis sunda, jawa, betawi, dan lainnya. Hal ini serupa dengan penelitian Devison (2009) di Medan bahwa tidak ada perbedaan etnis terhadap tinggi badan dan panjang ulna. Perbedaan etnis akan berbeda jika diteliti setiap negara dan etnis berbeda seperti kelompok hispanik dan non-hispanik (Forman et al. 2014).

Sosial Ekonomi Orang tua Subjek

Menurut Notoadjmojo (2005) sosial ekonomi adalah adalah kedudukan, tingkat sosial ekonomi seseorang dilihat dari pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan dalam suatu kelompok serta masyarakat yang membedakannya dengan orang lain. Menurut penelitian Yuliana (2007) menunjukkan bahwa faktor yang berperan dalam pertumbuhan anak yaitu pendidikan orang tua, pengetahuan gizi ibu, besar keluarga, gaya pengasuhan orang tua, dan pendapatan per kapita. Faktor lingkungan berperan dalam pertumbuhan dan mencapai tinggi badan maksimal. Tabel 3 menunjukkan gambaran sosial ekonomi dari pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga. Sebagian besar ibu berpendidikan ≤12 tahun yaitu 50.90 persen dan pendidikan ibu menjadi ibu rumah tanggga yaitu 90.60 persen. Sebagian kecil pendapatan keluarga diatas UMR (≥Rp. 2 658 155) yaitu 39.10 persen.

(40)

24

Nilai rata-rata ± standar deviasi. Panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna dari anak usia 6-24 bulan. PB adalah panjang badan; PT adalah panjang tibia; dan PU adalah panjang ulna.

2

Uji Independent T-test, p <0.05

3

Uji Anova, p <0.05

(41)

25

Tabel 5 Hubungan karakteristik subjek dengan panjang badan, panjang tibia dan panjang ulna1

1

Korelasi karakteristik subjek dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna dari anak usia 6-24 bulan. PB: panjang badan; PT: panjang tibia; dan PU: panjang ulna; *: p <0.05

2

Uji korelasi Pearson

Hubungan Panjang Badan berdasarkan Panjang Tibia dan Panjang Ulna

Bagian tubuh, seperti tulang panjang bagian bawah yaitu tibia belum diteliti dengan baik. Panjang dari anggota badan dan terutama segmen distal (ulna dan radius, tibia dan fibula) sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan pada awal kehidupan dibandingkan lingkar kepala. Panjang tibia telah diusulkan untuk menjadi indikator yang sensitif dari kondisi awal kehidupan (Pomeroy et al. 2012). Panjang tibia dapat digunakan pada saat panjang badan tidak diketahui ukurannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang kuat antara panjang tibia dan panjang badan. Hubungan yang dihasilkan kuat antara panjang tibia dengan panjang badan, karena panjang tibia merupakan tulang panjang bagian bawah dan bagian dari pengukuran panjang badan (Pomeroy et al. 2012). Tabel 6 Hubungan panjang tibia dan panjang ulna dengan panjang badan1

Variabel Panjang badan

Tulang ulna merupakan tulang panjang yang sering digunakan untuk memperkirakan tinggi badan. Penelitian yang dilakukan di Ebite et al. (2008) dan Gauldt et al. (2004) membuktikan bahwa panjang tulang ulna reliabel dalam memprediksi tinggi badan seseorang. Buku Panduan MUST (Malnutrition Universal Screening Tool 2004) pada orang dewasa di Amerika sudah menjadikan panjang ulna menjadi ukuran pengganti tinggi badan orang dewasa dengan menggunakan tabel perhitungan baku. Penelitian tentang hubungan panjang ulna dengan panjang badan pada anak kurang dari 3 tahun sudah diteliti di Amerika oleh Forman et al. (2014). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa panjang ulna dapat diukur menggunakan baik kaliper, penggaris, dan grid dan membuktikan bahwa panjang ulna dapat menjadi estimasi panjang badan.

(42)

26

bahwa kekuatan (r) yang dihasilkan tibia jauh sedikit lebih tinggi dibandingkan panjang ulna, akan tetapi koefisien varian (CV) pada masing masing pengukuran menunjukkan panjang ulna lebih homogen (8.72%) dibandingkan dengan panjang tibia (10.12%). Variasi lebih sedikit atau homogen semakin baik menjadi model estimasi panjang badan.

Hasil korelasi merupakan salah satu syarat dari persamaan regresi linear untuk menghasilan rumus estimasi yang tepat yang akan digunakan pada anak usia 6-24 bulan dalam mengestimasi panjang badan melalui panjang ulna.

Estimasi Panjang Badan berdasarkan Panjang Tibia

Panjang tibia adalah bagian dari pengukuran panjang badan. Prinsip pengukuran panjang badan adalah mengukur jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, panggul tulang belakang, dan tulang tengkorak (Achadi 2007). Tibia merupakan tulang panjang bagian bawah yang mudah diukur dibandingkan tulang lainnya (Gupta et al. 2014). Pengukuran panjang tibia dapat menggunakan kaliper (Gupta et al. 2014; Pompey et al. 2012), akan tetapi pengukuran panjang tibia dapat menggunakan alat yang mudah yaitu pita pengukur (Kihara et al. 2015; Yousaft et al. 2003).

Tabel 7 Persamaan regresi estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia

Persamaan R2 SEE

*PB: panjang badan, PT: panjang tibia, PU: panjang ulna, U: usia (bulan), SEE: Standar Error of the Estimate

Penelitian Kihara et al. (2015) dan Yousaft et al. (2003) menunjukkan bahwa panjang tibia dapat memprediksi tinggi badan pada anak usia 3-12 tahun dan usia 2-6 tahun. Penelitian sebelumnya juga sudah dilakukan pada orang dewasa untuk melihat panjang tibia untuk mengestimasi panjang badan. Penelitian panjang tibia pada anak usia dibawah kurang dari 24 bulan belum banyak diteliti. Penelitian sebelumnya hanya melihat pertumbuhan tulang tibia (Stein dan Heinberg 1996) dengan teknik pengukuran yang berbeda yaitu dengan papan oesteometrik dari anak usia 5 bulan - 17 bulan. Penelitian Jonsthon et al. (1962) juga melihat pertumbuhan tulang tibia. Penelitian tersebut belum menghubungkan panjang tibia dengan panjang badan.

(43)

27

pita pengukur pada anak usia 2-6 tahun dan usia 3-12 tahun dengan mengestimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia. Penelitian Kihara et al. (2015) menunjukkan bahwa estimasi panjang badan dapat menggunakan panjang tibia pada anak normal yaitu R2 = 0.91 dan SEE = 4.91 cm tanpa memasukkan usia kedalam model regresi. Hasil penelitian Yousaft et al. (2003) menghasilkan R2 = 0.72 dan SEE = 6.6 cm dan usia dimasukkan dalam model regresi. Penelitian di Autralia oleh Gauld et al. (2004) bahwa panjang tibia dapat menjadi ukuran pengganti dari tinggi badan pada anak-anak berusia 5-19 tahun (laki-laki: R2 = 0.96 dan SEE = 3.79, perempuan: R2 = 0.95 dan SEE = 3.38 cm) dengan memasukkan usia kedalam model regresi.

Estimasi Panjang Badan berdasarkan Panjang Ulna

Panjang ulna adalah pengganti potensial mengukur panjang dan tinggi karena pengukurannya tidak terhambat oleh deformitas sendi dalam populasi khusus (Forman et al. 2014). Penelitian ini menghasilkan model regresi dari panjang ulna yang berkorelasi kuat dengan panjang badan. Hasil model regresi yang menghasilkan R2 besar dan SEE yang kecil dari persamaan total subjek (laki-laki dan perempuan) yaitu R2 = 0.80 dan SEE = 2.48 cm. R2 dan SEE yang dihasilkan menunjukkan persamaan regresi dapat digunakan karena pengaruh yang kuat dilihat dari R2 dan SE yang kecil sesuai dengan standar valid dari Lohman et al. (1988)

Tabel 8 Persamaan regresi estimasi panjang badan berdasarkan panjang ulna

Persamaan R2 SEE

*PB: panjang badan, PT: panjang tibia, PU: panjang ulna, U: usia (bulan), SEE: Standar Error of the Estimate

(44)

28

Hasil penelitian ini menghasilkan beberapa model regresi dari panjang tibia untuk mengestimasi panjang badan. Penelitian ini mampu digunakan dilapangan jika panjang badan tidak bisa dihasilkan. Pemilihan persamaan regresi disesuaikan menurut data dilapangan yang didapatkan.

Estimasi Panjang Badan berdasarkan Panjang Tibia dan Panjang Ulna

Persamaan regresi berganda yang disajikan pada Tabel 9 menunjukkan bahwa kedua pengukuran panjang tibia dan panjang ulna yang dihasilkan mampu digunakan untuk mengestimasi panjang badan dengan R2 yang besar dan SEE lebih kecil yaitu dengan R2 = 0.89 dan SEE = 1.84. R2 yang dihasilkan semakin kuat dan SEE kecil menunjukkan bahwa model persamaan regresi semakin baik. Tabel 9 Persamaan regresi berganda untuk estimasi panjang badan berdasarkan

panjang tibia dan panjang ulna

Persamaan R2 SEE

*PB: panjang badan, PT: panjang tibia, PU: panjang ulna, U: usia (bulan), SEE: Standar Error of the Estimate

Penelitian panjang tibia dan panjang ulna hanya sedikit yang meneliti ukuran pengganti panjang badan dari dua pengukuran tersebut. Penggunaan dua pengukuran yaitu panjang tibia dan panjang ulna lebih baik dibandingkan satu pengukuran dengan meilihat R2 dan SEE yang dihasilkan. Hasil penelitian Yousaft et al. (2003) menunjukkan persamaan regresi yang kuat dengan tiga pengukuran yaitu panjang tibia, panjang depa (armspan), dan setengah panjang depa (arm length) yaitu dengan R2 = 0.95 dan SEE = 2.80 dibandingkan dengan satu pengukuran. Pengukuran menggunakan lebih dari dua variabel seperti memasukkan usia ke dalam model dan model persamaan dibuat terpisah laki-laki dan perempuan tidak selalu praktis digunakan dilapangan.

Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata panjang aktual dan estimasi dari panjang tibia, panjang ulna, dan kedua pengukuran (panjang tibia dan ulna) didapatkan bahwa dua pengukuran panjang ulna dan panjang tibia beda rata-rata yang dihasilkan 0.03 cm dari panjang aktual.

Tabel 10 Rata-rata panjang badan aktual dan estimasi (cm) pada anak usia 6-24 bulan1

Variabel Rerata ± SB p

Panjang badan 75.19 ± 5.61

Estimasi dari panjang tibia 75.07 ± 5.17 0.37 Estimasi dari panjang ulna 75.12 ± 5.03 0.64 Estimasi dari panjang tibia dan panjang ulna 75.16 ± 5.30 0.75

1

Gambar

Gambar 1. Penampang tulang tibia
Gambar 2 Penampang tulang ulna
Tabel 1 Estimasi Tinggi Badan Anak di beberapa Negara
Gambar 4 Kerangka Pemikiran
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pemberian Taburia terhadap Perubahan Status Gizi Anak Gizi Kurang Umur 12-24 Bulan di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep tahun 2010.. Makassar: Gizi

Setelah dikontrol variabel perancu, pola asuh makan yang berhubungan dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan adalah frekuensi makan dan waktu pertama

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan yaitu 5,6 kali lebih berisiko untuk mengalami kejadian stunting

Hasil uji statistik chi square dengan nilai α = 0,05 menunjukkan nilai p = 1,000 &gt; 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara usia pertama pemberian MP-ASI dengan status

HUBUNGAN RIWAYAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI.. WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Gizi yang baik selama 1-2 tahun penting untuk memastikan perkembangan fisik dan mental yang optimal pada bayi dan anak kecil, dengan cara memberi asi eksklusif pada 6 bulan

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan yaitu 5,6 kali lebih berisiko untuk mengalami kejadian stunting

Tidak ada hubungan bermakna antara konsumsi rokok orang tua (postnatal) dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota Yogyakarta karena lebih dominan faktor lain