• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakter Pribadi Dan Modal Sosial Terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan Di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Karakter Pribadi Dan Modal Sosial Terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan Di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTER PRIBADI DAN MODAL SOSIAL

TERHADAP KEMAMPUAN WIRAUSAHA PEREMPUAN

DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

IQBAL REZA FAZLURRAHMAN

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)

RINGKASAN

IQBAL REZA FAZLURRAHMAN. Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI dan SUHARNO.

Karakter wirausaha perempuan sangat unik dan perempuan memiliki hambatan dalam menjalankan usaha seperti konstruksi sosial dan keterbatasan akses kredit. Pada tahun 2014, Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat Mitra Agribisnis, sebuah program pembiayaan mikro, yang diperuntukkan untuk membantu wirausaha perempuan yang tinggal di desa lingkar kampus IPB untuk mendapatkan akses kredit.

Penelitian ini bertujuan meningkatkan desain program Mitra Agribisnis untuk implementasi pada tahap selanjutnya. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi karakter pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan, (2) menganalisis hubungan karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan wirausaha perempuan, (3) menganalisis pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan.

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu desa lingkar kampus IPB, yaitu Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Metode pengambilan sampel dilakukan secara sengaja. Pada penelitian ini menggunakan sebanyak 30 orang wirausaha perempuan, yang merupakan peserta Mitra Agribisnis di tahun 2014. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan uji korelasi dan pemodelan Partial Least Square (PLS).

Pada hasil analisis menggunakan uji korelasi ditemukan bahwa penelitian menyatakan bahwa karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan wirausaha perempuan secara bersama-sama memiliki hubungan positif nyata yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan penghasilan wirausaha perempuan, peningkatan karakter dan modal sosial harus dilakukan secara bersama. Karakter pribadi dan modal sosial secara positif dan signifikan memengaruhi kemampuan wirausaha perempuan. Modal sosial sebagai prediktor kuat yang positif dan signifikan memengaruhi kemampuan kewirausahaan perempuan di Desa Cihideung Ilir.

Implikasi dari penelitian ini pada kelanjutan program Mitra Agribisnis adalah perlu dilakukan penguatan modal sosial wirausaha perempuan. Hal ini dapat dilakukan melalui pembentukan kelompok sosial. Kelompok sosial merupakan media berbagi pengetahuan dan pengalaman diantara wirausaha perempuan. Pemberian pelatihan kewirausahaan kepada wirausaha perempuan dapat dilakukan melalui kelompok sosial. Program pelatihan perlu disesuaikan dengan kondisi sosial perempuan desa agar berjalan efektif.

(5)

SUMMARY

IQBAL REZA FAZLURRAHMAN. Personal Traits and Social Capital Influence to Entrepreneurial Skills of Rural Women in Dramaga Distric Bogor Regency. Supervised by ANNA FARIYANTI and SUHARNO.

Women entrepreneur are disctinctive and women are subject to barriers on running their business i.e. social construction and limited credit access. In 2014, Agribusiness Department of Faculty of Economics and Management Bogor Agricultural University setup Mitra Agribisnis, a microfinancing program, dedicated to help women entrepreneur in rural area surrounding IPB campus, to get credit access.

This research aimed to improve the design of Mitra Agribisnis program for the next stage of implementation. Thus the purpose of this research are to: (1) identify personal traits and social capital of women entrepreneurs, (2) analyze the relationship between personal traits and social capital with revenue of women entrepreneurs, (3) analyze the effect of personal traits and social capital to entrepreneurial skills of women.

This study was conducted in a village around the IPB campus which is, Cihideung Ilir Village, District Dramaga, Bogor Regency. Purposive sampling method was used. In this study, there are 30 women entrepreneurs, who was the participants of Mitra Agribisnis in 2014. The analysis used in this research are descriptive and quantitative by using correlation test and Partial Least Square (PLS) modelling.

On the results using correlation analysis found that studies suggest that personal traits and social capital with revenue of women entrepreneurs together to have a real strong positive relationship. This suggests that efforts to increase the revenue of women entrepreneurs, improvement of personal traits and social capital should be done jointly. Personal traits and social capital positively and significantly affect the ability of women entrepreneurs. Social capital as a strong predictor of a positive and significant influence entrepreneurial capabilities of women in the village Cihideung Ilir.

The implication of this research on the continuation of Agribusiness Partners program is necessary to strengthen the social capital of women entrepreneurs. This can be done through the establishment of a social group. Social group is a medium to share knowledge and experiences among women entrepreneurs. The provision of entrepreneurial training for women entrepreneurs can be done through social groups. In order to be effective, training programs need to be reflected to the social conditions of rural.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

PENGARUH KARAKTER PRIBADI DAN MODAL SOSIAL

TERHADAP KEMAMPUAN WIRAUSAHA PEREMPUAN

DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

IQBAL REZA FAZLURRAHMAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Burhanuddin, MM

(9)
(10)

Judul Tesis : Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Nama : Iqbal Reza Fazlurrahman

NIM : H451110201

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Dr Ir Suharno, MAdev

Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Sains Agribisnis

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga tesis yang berjudul “Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor” ini telah diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah ini, khususnya kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr Ir Suharno, MAdev selaku Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan, arahan, dorongan, dan kepercayaan yang telah diberikan. Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen penguji luar komisi. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis serta seluruh staf Program Studi Magister Sains Agribisnis atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para wirausaha perempuan peserta program Mitra Agribisnis di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas program Beasiswa Unggulan yang diberikan kepada penulis. Juga rekan-rekan di Program Studi Magister Sains Agribisnis atas motivasi dan bantuan selama menjalani pendidikan.

Serta terima kasih secara khusus bagi keluarga penulis, orang tua dan saudara, atas kesabaran dan doa yang senantiasa diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xi!

DAFTAR TABEL xii!

DAFTAR GAMBAR xiii!

DAFTAR LAMPIRAN xiii!

1! PENDAHULUAN 1!

Latar Belakang 1!

Perumusan Masalah 3!

Tujuan Penelitian 4!

Manfaat Penelitian 4!

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 5!

Hipotesis 5!

2! TINJAUAN PUSTAKA 5!

Karakter Pribadi dan Kemampuan Wirausaha 5!

Modal Sosial dan Motivasi Wirausaha Perempuan 7! Kredit Mikro dan Pemberdayaan Perempuan Desa 9!

3! KERANGKA PEMIKIRAN 12!

Kerangka Teoritis 12!

Teori Kewirausahaan 12!

Karakteristik Kewirausahaan 13!

Modal Sosial 13!

Kredit Mikro 14!

Pelatihan Kewirausahaan 14!

Penghasilan Usaha 15!

Wirausaha Skala Gurem 16!

Kerangka Operasional 17!

4! METODE PENELITIAN 20!

Lokasi dan Waktu Penelitian 20!

Metode Penentuan Responden 20!

Jenis dan Sumber Data 20!

Metode Analisis Data 20!

Analisis Deskriptif 20!

Analisis Korelasi 21!

Pendekatan Partial Least Square (PLS) 21!

Prosedur PLS Modeling 22!

Implementasi Model 22!

Variabel dan Pengukuran 25!

5! GAMBARAN UMUM PROGRAM MITRA AGRIBISNIS 27!

Peran IPB dalam Menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi 27!

Program Mitra Agribisnis 28!

6! GAMBARAN UMUM WIRAUSAHA PEREMPUAN 29!

7! HASIL DAN PEMBAHASAN 36!

(13)

Hubungan Karakter Pribadi dan Modal Sosial

dengan Penghasilan Wirausaha 40!

Evaluasi Model Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial

terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan 41!

Evaluasi Model Pengukuran (Outer Loading) 42! Evaluasi Model Struktural (Inner Model) 43! Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial

terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan 44!

8! KESIMPULAN DAN SARAN 47!

Kesimpulan 47!

Saran 48!

DAFTAR PUSTAKA 49!

LAMPIRAN 54!

RIWAYAT HIDUP 59!

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi usaha berdasarkan UU 20/2008 16

2 Klasifikasi industri rumahan 17

3 Keterangan variabel-variabel pada Path Diagram 23

4 Konversi diagram ke jalur persamaan 25

5 Variabel karakter pribadi 26

6 Variabel modal sosial 26

7 Variabel Kemampuan Wirausaha 26

8 Satuan Usaha Komersial IPB per April 2014 28

9 Sebaran rataan skor berdasarkan karakter pribadi 37 10 Sebaran rataan skor berdasarkan modal sosial 38 11 Sebaran rataan skor berdasarkan kemampuan wirausaha 39 12 Hasil hubungan karakter pribadi dengan penghasilan usaha 40 13 Hasil hubungan modal sosial dengan penghasilan usaha 41 14 Nilai Outer Loading, AVE dan Composite Reliability 42

15 Nilai Rsquare 43

16 Nilai f square 44

(14)

DAFTAR GAMBAR

1 Perbandingan aktivitas kewirausahaan perempuan dan laki-laki dunia 1 2 Sebaran persentase pasar tenaga kerja Indonesia, Mei 2013 2

3 Model konseptual modal sosial 7

4 Kerangka modal sosial dan kewirausahaan perempuan. 8 5 Pengaruh kredit mikro terhadap pemberdayaan wirausaha perempuan 11

6 Kombinasi modal dan tenaga kerja 16

7 Kerangka Pemikiran Operasional 19

8 Model Awal Path Diagram Partial Least Square 24

9 Peran IPB di bidang kewirausahaan 27

10 Proses penyaluran kredit Mitra Agribisnis 29

11 Sebaran persentase responden berdasarkan usia 29 12 Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan 30 13 Sebaran persentase responden berdasarkan lama usaha 31 14 Sebaran persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga 31 15 Sebaran persentase responden berdasarkan pekerjaan suami 32 16 Sebaran persentase responden berdasarkan status perkawinan 32 17 Sebaran persentase responden berdasarkan jenis usaha dimiliki 33 18 Sebaran persentase responden berdasarkan lokasi usaha 34 19 Sebaran persentase responden berdasarkan omset harian 34 20 Sebaran persentase responden berdasarkan besar modal awal 35 21 Sebaran persentase responden berdasarkan sumber modal usaha 36

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji hubungan karakter pribadi dengan penghasilan usaha 54! 2 Hasil uji hubungan modal sosial dengan penghasilan usaha 54! 3 Hasil uji hubungan karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan

usaha 54!

4 Nilai loading pada diagram jalur persamaan struktural PLS 55! 5 Nilai t-statistics pada diagram jalur persamaan struktural PLS 56! 6 Hasil uji hipotesis pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap

kemampuan wirausaha perempuan 56!

(15)
(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Partisipasi perempuan dalam perekonomian merupakan kunci pendorong pertumbuhan. Partisipasi perempuan dalam bentuk wirausaha dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru yang berdampak pada pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan (OECD, 2012). Perempuan memiliki karakter-karakter alami pendorong perubahan sosial, seperti: sikap tegas, persuasif dan keberanian untuk mengambil risiko (Goyal dan Prakash, 2011). Perkembangan wirausaha perempuan di dunia tergolong tinggi. Pada periode 2011-2013, jumlah wirausaha perempuan tumbuh sebesar 20 persen dengan total 98 juta usaha baru (IADB, 2014). Pada tahun 2014 wirausaha perempuan di negara berkembang diperkirakan mencapai 30 hingga 37 persen dari seluruh usaha mikro dan kecil (IFC, 2015). Namun masih terjadi kesenjangan antara perempuan dan laki-laki. Partisipasi perempuan dalam perekonomian hanya sebesar 47,1 persen, dibawah laki-laki yang mencapai 72,2 persen (UN Women, 2014). Gambar 1 memperlihatkan aktivitas kewirausahaan perempuan dibandingkan laki-laki di dunia.

Gambar 1 Perbandingan aktivitas kewirausahaan perempuan dan laki-laki dunia Sumber: Global Entrepreneurship Monitor, 2013.

Tingkat pembangunan ekonomi memengaruhi motivasi perempuan untuk memulai wirausaha (Raju & Bhuvaneswari, 2014). Minniti & Naude (2010) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan wirausaha perempuan di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan di negara maju, hal ini diakibatkan tingginya hambatan untuk dapat masuk dalam pasar tenaga kerja formal. Selain itu, lokasi dan kondisi sosial lingkungan turut memengaruhi tingkat keberhasilan usaha. Perempuan di daerah perkotaan secara umum memiliki tingkat keberhasilan usaha lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan di desa baik itu di negara maju maupun di negara berkembang (Bird dan Sapp, 2004; Davis, 2011).

Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan melalui peningkatan partisipasi perempuan dalam perekonomian. Tambunan (2009) menyatakan sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan.

(17)

Program pemberdayaan perempuan belum berjalan dengan baik, padahal bila mampu dikembangkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Hakim (2011) menyatakan perempuan lebih codong memilih bekerja di sektor informal seperti pada perdagangan dan jasa serta pertanian. Elizabeth (2008) menyatakan lebih dari 70 persen perempuan tinggal di wilayah pedesaan. Muljaningsih et al. (2012) menyatakan pemberdayaan perempuan di pedesaan melalui kewirausahaan perempuan mampu mengurangi kemiskinan di desa. Gambar 2 menunjukkan indikator pasar tenaga kerja Indonesia berdasarkan gender menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam International Labor Organization (ILO) (2013), dapat dilihat bahwa tingkat partisipasi perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, baik ada sektor formal maupun informal.

Gambar 2 Sebaran persentase pasar tenaga kerja Indonesia, Mei 2013 Sumber: BPS dalam ILO (2013)

Müller (2006) menyatakan bahwa wirausaha perempuan Indonesia memiliki hambatan-hambatan untuk berkembang, antara lain: (1) konstruksi sosial dan budaya, (2) akses pendidikan rendah, dan (3) dukungan akses keuangan yang rendah. Dukungan akses keuangan yang rendah diakibatkan oleh asosiasi karakteristik gender peremuan yang dianggap kurang layak, lokasi tinggal yang terpencil, dan tidak memiliki jaminan usaha (Ratnawati 2011). Tambunan (2012) menyatakan rendahnya dukungan keuangan merupakan salah satu masalah utama penghambat kemajuan wirausaha perempuan, ketiadaan jaminan dan bunga pinjaman tinggi membuat perempuan sulit untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan formal.

Menurut BPS (2014), di Kabupaten Bogor terdapat 218.951 wirausaha perempuan atau 33,88 persen dari total 646.183 wirausaha. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KKUKM) (2012) memperkirakan dari 46 juta pelaku usaha mikro yang ada di Indonesia, sebagian besar merupakan industri rumahan dengan 73 persen diantaranya adalah perempuan1. Wirausaha perempuan di Indonesia sekitar 0,1 persen dari total penduduk atau kurang dari 240.000 orang. Pada umumnya usaha yang dijalani perempuan tergolong mikro, dengan ciri-ciri modal usaha terbatas antara 1 hingga 5 juta rupiah dan sumber modal sendiri atau pinjaman (KPPA, 2012).

1 LPPM-IPB IPB. Industri Rumahan Sebagai Exit Strategi TKI.

(18)

Institut Pertanian Bogor (IPB) memiliki peran pemberdayaan masyarakat. IPB melaksanakan pengabdian terhadap masyarakat dalam rangka mendukung keberlanjutan pembangunan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi lingkungan sosial masyarakat lingkar kampus IPB sangat rentan terhadap kemiskinan (Suharyanto, 2007). Keterbatasan ini membuat kegiatan wirausaha yang dijalankan masyarakat, terutama oleh perempuan di desa lingkar kampus memiliki skala usaha terbatas dan sulit berkembang. Wirausaha perempuan di lingkar kampus juga memiliki berbagai tantangan dalam menjalankan usaha mereka. Atas kepedulian dan amanat pengabdian terhadap masyarakat, IPB membuat program-program pengabdian terhadap masyarakat di desa lingkar kampus yang mampu mendorong pengentasan kemiskinan salah satunya melalui pembinaan wirausaha kecil, termasuk wirausaha perempuan.

Perumusan Masalah

IPB merupakan institusi pendidikan tinggi yang memiliki peran dalam pemberdayaan dan pendidikan masyarakat, sebagaimana diamanatkan oleh Undang Undang Perguruan Tinggi2. Tri Dharma Perguruan Tinggi mencakup tiga unsur utama, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat. Dharma pengabdian kepada masyarakat mendorong citivas akademik IPB untuk berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dengan memberikan sumbangsih pengetahuan kepada masyarakat baik secara luas maupun masyarakat di sekitar lingkungan kampus.

Keberadaan IPB mendorong perubahan sosial masyarakat desa yang tinggal di wilayah lingkar kampus. Suharyanto (2007) menyatakan keberadaan kampus IPB memiliki keterkaitan ekonomi dengan masyarakat desa wilayah lingkar kampus. Kedekatan lokasi wirausaha sekitar wilayah dan kampus berkaitan erat dengan tingkat penghasilan para pelaku wirausaha. Namun secara umum kondisi sosial ekonomi masyarakat wilayah lingkar kampus IPB masih rentan terhadap kemiskinan. Dengan alasan tersebut, IPB memberikan perhatian khusus kepada perkembangan sosial ekonomi masyarakat desa wilayah lingkar kampus diantaranya program-program yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM).

Departemen Agribisnis IPB menjalankan pengabdian kepada masyarakat salah satunya melalui inisiatif program Mitra Agribisnis. Program Mitra Agribisnis merupakan inisiatif dari Departemen Agribisnis yang didanai oleh NICHE3 (Netherlands International Cooperation in Higher Education). Mitra Agribisnis merupakan program penyaluran kredit modal dan pengembangan usaha yang disertai dengan penelitian untuk wirausaha perempuan yang tinggal dan menjalankan usaha di lingkar kampus IPB. Inisiatif program Mitra Agribisnis dilaksanakan pada Februari hingga Maret tahun 2014.

2Undang-Undang Perguruan Tinggi Nomor 12 Tahun 2012. 3

(19)

Mitra Agribisnis dilaksanakan melalui penyaluran kredit modal, pemberian pelatihan pengembangan usaha, dan disertai penelitian terhadap aspek kewirausahaan yang dimiliki perempuan di desa Cihideung Ilir. Pada pelaksanaan program Mitra Agribisnis di tahun 2014, ditemukan bahwa karakter pribadi pendorong kewirausahaan pada perempuan masih terbatas, kesadaran wirausaha perempuan dalam memanfaatkan kredit usaha masih rendah (Adilah, 2014). Selain itu, ditemukan juga tidak adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah pemberian kredit terhadap omset usaha. Kurangnya fungsi pendampingan bagi peserta dan keterbatasan waktu pelaksanaan program diduga menjadi penyebab belum efektifnya penyaluran kredit usaha pada program Mitra Agribisnis. Dengan demikian, agar program berdampak lebih baik, perlu dilakukan modifikasi dalam penyaluran kredit usaha (Safitri, 2014).

Penelitian ini dilaksanakan sebagai evaluasi terhadap karakter pribadi, modal sosial, dan kemampuan wirausaha perempuan peserta Mitra Agribisnis. Salah satu hasil dari penelitian ini adalah untuk memberi masukan desain program Mitra Agribisnis untuk pelaksanaan di masa mendatang, berdasarkan temuan pada penelitian ini dan masukan pada penelitian-penelitian terdahulu.

Permasalahan yang akan dijawab pada penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana karakter pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan?

2. Bagaimana hubungan karakter pribadi dan modal sosial penghasilan wirausaha perempuan?

3. Bagaimana pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan karakter pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan.

2. Menganalisis hubungan karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan wirausaha perempuan.

3. Menganalisis pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti: 1. Pemangku kepentingan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan untuk pembuatan program penyaluran kredit usaha skala mikro, khususnya yang ditujukan bagi wirausaha perempuan.

2. Penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan di kampus.

(20)

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini terbatas pada karakter pribadi, modal sosial, dan kemampuan wirausaha perempuan. Skala usaha yang dimiliki oleh wirausaha perempuan tergolong sangat mikro atau gurem. Sehingga hasil penelitian ini tidak dapat menyimpulkan kondisi wirausaha perempuan di wilayah lain. Adapun wilayah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah wilayah Lingkar Kampus IPB, yaitu di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor.

Hipotesis

Sesuai dengan tujuan penelitian dan kerangka berpikir, hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan peserta Mitra Agribisnis.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Karakter Pribadi dan Kemampuan Wirausaha

Karakter pribadi merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan seorang wirausaha (Chaudhary et al., 2012). Baum dan Locke (2004) menjelaskan bahwa Karakter merupakan kepribadian suatu individu yang dapat membuat perbedaan antara individu satu dengan individu lain pada situasi yang sama. Karakter merupakan kepribadian yang bersifat unik, subjektif, dipengaruhi oleh pengetahuan individu, nilai, persepsi dan pengalaman yang tidak mudah ditiru.

Kor et al. (2007) menjelaskan karakter individu berkembang melalui proses pola asuh, interaksi sosial, pengalaman, pelatihan, dan pendidikan. Nilai-nilai keyakinan individu memainkan peran penting dalam mendorong pembuatan keputusan kewirausahaan. Terdapat berbagai faktor yang diperlukan untuk mendorong kesuksesan wirausaha. Chaudhary et al. (2012) menyatakan faktor penentu kesuksesan wirausaha antara lain: (1) motivasi, (2) inovasi, (3) pengambilan risiko, dan (4) tanggung jawab. Rauch dan Frese (2000) menyatakan faktor-faktor penentu keberhasilan dalam wirausaha antara lain: (1) locus of control, (2) pengambilan risiko, (3) sumber daya manusia, (4) perencanaan dan strategi, (5) inovasi, (6) orientasi tujuan, dan (7) kondisi lingkungan.

(21)

Bird (1995) berpendapat terdapat beberapa karakter pendorong kewirausahaan, antara lain: (1) pengetahuan khusus, (2) motivasi, (3) sifat, (4) proyeksi diri, (5) peran sosial, dan (6) keterampilan. Ekpe (2011) menyatakan bahwa karakter dan faktor-faktor pendorong kesuksesan kewirausahaan perempuan antara lain (1) pendidikan, (2) usia, (3) lama pengalaman usaha, (4) status keluarga, (5) kemampuan bahasa, (6) pelatihan, (7) motivasi, dan (8) keberadaan kelompok sosial pendukung.

Istilah “kapasitas”, "keterampilan", "keahlian", "kecerdasan" dan "kompetensi" memiliki keterkaitan dan kadang-kadang digunakan secara bergantian dalam berbagai literatur (Smith dan Morse, 2005). Mitchelmore dan Rowley (2010) menyatakan terdapat tiga kategori kapasitas wirausaha, antara lain: (1) sikap atau sifat, (2) pengetahuan atau pengalaman, dan (3) keterampilan atau kemampuan. Kemampuan kewirausahaan dipandang sebagai faktor penting untuk mendorong pertumbuhan dan kesuksesan usaha. Terdapat dua makna kunci kemampuan wirausaha, yaitu kemampuan sebagai indikator perilaku individu dan kemampuan sebagai standar minimum kinerja. Definisi ini menjelaskan perbedaan makna kemampuan wirausaha, antara lain: (1) keterampilan wirausaha sebagai gaya pribadi dan perilaku kewirausahaan (2) keterampilan wirausaha yang berpengaruh terhadap kinerja usaha, pengalaman staf, dan pelanggan usaha (Mitchelmore dan Rowley, 2010).

Kemampuan wirausaha juga dipandang sebagai karakter yang mendasari seseorang dalam menghasilkan tindakan yang efektif dan/atau kinerja usaha yang unggul. Kemampuan wirausaha juga dapat dilihat sebagai deskripsi dari suatu tindakan, perilaku atau hasil usaha yang seseorang harus mampu tunjukkan (Cheng dan Dainty, 2003).

Chaifetz (2010) menyatakan kemampuan kewirausahaan sebagai kelompok kapasitas tertentu yang relevan dalam mendorong kesuksesan usaha. Kemampuan kewirausahaan setidaknya terbagi dua, yaitu keterampilan kewirausahaan dan keterampilan manajerial. Keterampilan kewirausahaan lebih dibutuhkan pada saat memulai usaha baru, sedangkan keterampilan manajerial lebih dibutuhkan pada tahap pengembangan usaha. Meskipun demikian, kemampuan kewirausahaan yang baik memerlukan kompetensi, baik keterampilan usaha maupun keterampilan manajerial.

Ahmad, et al. (2010) menyatakan untuk dapat mengubah kesempatan menjadi hasil positif, wirausaha harus dapat mengelola sumber daya internal dan eksternal yang dimiliki. Sumber daya internal terdiri dari karakter pribadi seperti visi, motivasi, tujuan usaha, inovasi, tanggung jawab, dan kemampuan untuk membaca peluang, hal-hal tersebut merupakan kapasitas pribadi yang perlu dikembangkan wirausaha. Sedangkan sumber daya eksternal dapat berupa dukungan sosial seperti keluarga dan kelompok pendukung, yang apabila dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi mendorong kesuksesan wirausaha.

(22)

Modal Sosial dan Motivasi Wirausaha Perempuan

Adler dan Kwon (2002) menjelaskan bahwa modal sosial bersumber dari interaksi hubungan pasar, sosial, dan hierarkis yang menghasilkan modal sosial wirausaha. Modal sosial berfokus pada pada: (1) hubungan aktor dengan aktor lain, (2) struktur hubungan antar aktor dalam kelompok, atau (3) hubungan keduanya. Lebih lanjut, modal sosial berpengaruh bagi pelaku wirausaha antara lain memberikan peningkatan: (1) kesuksesan karir, (2) kompensasi keuangan, (3) peluang pekerjaan, (4) pertukaran sumber daya dan inovasi produk, (5) penciptaan modal intelektual, (6) efektivitas kerja (7) penciptaan kewirausahaan, dan (8) pembentukan usaha baru.

Gambar 3 Model konseptual modal sosial Sumber: Adler dan Kwon (2002)

Gambar 3 merupakan model konseptual yang disusun oleh Kwon dan Alder (2002) untuk menjelaskan bahwa struktur sosial yang terdiri dari hubungan pasar, sosial, dan hierarkis dapat menciptakan kesempatan, motivasi, dan kemampuan sebagai modal sosial indidu menjadi wirausaha. Modal sosial yang terdiri dari manfaat dan risiko berimplikasi pada terbentuknya nilai yang akan berdampak kepada struktur sosial jika didukung oleh kemampuan komplementer.

(23)

Baron dan Markman (2003) menyatakan modal sosial sebagai ragam kompetensi untuk berinteraksi dengan pihak lain yang dapat memengaruhi kesuksesan wirausaha, seperti reputasi, kemampuan bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan dukungan sosial. Tingkat modal sosial seperti persepsi sosial, adaptasi, sifat keterbukaan, dan kecerdasan emosi berpengaruh positif kepada keuntungan finansial usaha. Modal sosial berbeda secara gender, dimana kemampuan adaptasi sosial wirausaha perempuan lebih dominan dibandingkan laki-laki. Lebih lanjut, kepribadian atau karakter pribadi sangat berperan dalam membantu peningkatan kesuksesan usaha sebagai pendamping modal sosial.

Okafor dan Amalu (2010) menyatakan bahwa modal sosial berpengaruh positif terhadap motivasi dan kemampuan manajerial perempuan dalam menghadapi tantangan wirausaha. Modal sosial turut menentukan perilaku, bentuk, arah, intensitas dan kapasitas wirausaha perempuan yang memengaruhi mereka dalam membuat keputusan usaha.

Penelitian Noureen dan Arsyad (2011) terhadap kelompok wirausaha perempuan di Pakistan menemukan dampak modal sosial, dimana kepercayaan dan dukungan dari kelompok (peer group), keluarga (family), dan hubungan informal institusi usaha (insitutiton) memberikan dorongan untuk memulai usaha dan kemajuan usaha yang dijalankan perempuan. Gambar 4 menjelaskan kerangka modal sosial pendorong kesuksesan kewirausahaan perempuan dalam memulai usaha dan kemajuan usaha mereka. Kerangka ini yang terdiri dari kelompok yang berperan sebagai ikatan sosial lemah, membantu keberlangsungan usaha melalui pertukaran informasi, pengalaman, dan promosi. Keluarga sebagai ikatan soslal kuat, membantu perempuan menjalankan usaha secara mandiri, karena fungsi perempuan dalam keluarga dapat dibantu oleh anggota keluarga lainnya. Peran hubungan informal dengan institusi memberikan kemudahan bagi perempuan pengembangan pasar bagi produk mereka.

Gambar 4 Kerangka modal sosial dan kewirausahaan perempuan. Sumber: Noureen dan Arsyad (2013)

Dukungan! memulai!

usaha!

Dukungan! kelompok!

Dukungan! keluarga! Hubungan!

(24)

Kredit Mikro dan Pemberdayaan Perempuan Desa

Di Indonesia, pemerintah menyediakan program kredit mikro yang dinamakan Kredit Usaha Rakyat (KUR)4. Hariyanto dan Prasetyo (2010) menyatakan program ini dibuat oleh pemerintah kepada sektor perdagangan dan pertanian dengan mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM. Sifat KUR yang luas untuk semua sektor membuat kesempatan wirausaha perempuan mikro di Indonesia masih mengalami kesulitan mengakses pembiayaan melalui program ini. Khusus kredit mikro bagi perempuan pada umumnya disalurkan melalui lembaga keuangan formal yang biasa disebut Lembaga Keuangan Mikro (LKM) (Daley-Harris, 2004). Cull et al. (2007) menyatakan bahwa pada tahun 2007, lebih dari 73 persen nasabah LKM di seluruh dunia adalah perempuan. Daya tarik utama bagi LKM untuk menyediakan kredit mikro pada perempuan adalah tingkat pembayaran kredit yang tinggi.

Penelitian D’Espalier et al. (2011) menunjukkan dari total kredit dengan jatuh tempo lebih dari 30 hari kepada perempuan, hanya 1 persen diantaranya yang macet dan dihapuskan. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan pada umumnya tidak memiliki masalah dalam pembayaran kredit. Penelitian lain yaitu Hossain (1988) menyatakan bahwa di Bangladesh, 81 persen perempuan tidak punya masalah pembayaran, dibandingkan dengan 74 persen laki-laki. Demikian pula, Khandker et al. (1995) menemukan bahwa 15,3 persen dari peminjam laki-laki Grameen memiliki masalah pembayaran, dibandingkan dengan 1,3 persen dari perempuan. Narain (2009) menyatakan bahwa tingkat pembayaran kredit peminjam perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki diakibatkan perempuan memilih berinvestasi secara konservatif dan memiliki risiko moral hazard rendah. Das (2000) menggolongkan pemberian kredit mikro untuk kewirausahaan dalam empat kategori besar, yaitu: (1) pendekatan Kelompok Swadaya, dengan mempromosikan kredit mikro dan mengatur kredit dari bank, (2) pendekatan minimalis Lembaga Keuangan Mikro, dengan memberikan pinjaman massal, pinjaman lunak dan bantuan khusus kepada kelompok swadaya masyarakat, (3) pendekatan Mikro Pengembangan Usaha melalui program pemerintah yang mendorong pendirian lembaga pembangunan dan promosi untuk usaha mikro, serta (4) pendekatan pembangunan sosial yang dibangun didasarkan pada premis bahwa orang harus mendapatkan lebih banyak uang dengan berinvestasi di usaha mikro dengan keuntungan usaha yang dibelanjakan untuk kebutuhan sosial.

Wirausaha perempuan di desa mampu menghasilkan lapangan kerja, menambah penghasilan keluarga dan mengurangi kemiskinan (Sullivan et al., 2011). Pemberian kredit mikro kepada perempuan merupakan salah satu cara menurunkan tingkat kemiskinan karena perempuan cenderung cermat dalam menjalankan usaha (Agier dan Szafarz, 2013). Kecenderungan peminjam perempuan dapat menahan diri dari meminjam kredit, diantaranya hambatan status sosial dan keluarga yang dimiliki perempuan. Hambatan yang seringkali dialami oleh perempuan antara lain akses fasilitas keuangan, tempat kerja, pemasaran, dan kendala sosial (Sharma et al., 2012).

4

(25)

Lavoori dan Paramanik (2014) meneliti pemberian kredit mikro dalam kelompok usaha di India dan menemukan bahwa kredit mikro berpengaruh terhadap pengambilan partisipasi perempuan dan proses pengambilan keputusan dalam keluarga. Partisipasi perempuan penerima kredit secara positif dipengaruhi oleh ukuran keluarga, penghasilan dari anggota keluarga serta suami, dan jumlah pertemuan yang dihadiri oleh peserta. Hal ini sejalan dengan temuan Vadde dan Ratnam (2014) mengenai pelatihan dan pertemuan kelompok dapat meningkatkan karakter dan perilaku wirausaha perempuan yang tergabung dalam kelompok.

Welsh dan Dragusin (2006) menyatakan bahwa secara umum wirausaha perempuan dan laki-laki memiliki kesamaan karakter. Perbedaan utama dari kedua wirausaha ini adalah dalam hal motivasi, kemampuan usaha, dan latar belakang pekerjaan. Nassif et al. (2012) mengemukakan bahwa wirausaha perempuan memiliki persepsi atas potensi diri, keterbatasan, keinginan dan kekhawatiran dalam lingkup kompetensi kognitif dan afektif. Wirausaha perempuan sangat menyadari pentingnya mengembangkan peluang dan menerapkan kepemimpinan dalam menjalankan usaha. Wirausaha perempuan memiliki gabungan keterampilan interpersonal, komitmen dan kemampuan sosial yang berkontribusi terhadap kesuksesan usaha mereka.

Das (2000) menyatakan motivasi perempuan secara umum adalah untuk mencapai kemandirian dan keinginan untuk melakukan pencapaian. Khanka (2002) menyatakan perempuan secara umum memiliki karakter individu antara lain: (1) inovasi, (2) motivasi dan tekad, (3) kemampuan sosial, (4) disiplin, dan (5) pengambikan risiko. Lebih lanjut Ekpe (2011) menyatakan bahwa perempuan membutuhkan kemampuan pengambilan keputusan yang baik untuk mencapai kesuksesan usaha, terutama dalam penggunaan dana atau kredit usaha. Atribut keberhasilan lainnya adalah keterampilan kewirausahaan, kemampuan jaringan, motivasi, ambisi, rasa percaya diri, dan enerjik.

Perempuan di desa memiliki berbagai hambatan yang membuat usaha lebih sulit untuk berkembang, hambatan ini antara lain: keterbatasan dukungan keuangan, keterbatasan informasi, stigma sosial, keterbatasan akses informasi, keterbatasan akses pasar, serta faktor kognitif (Afrin et al., 2008), dukungan keluarga, kekerasan perempuan, serta hambatan peraturan (Vossenberg, 2013). Usaha perempuan di desa umumnya berada pada skala sangat mikro sehingga cenderung berisiko tinggi. Usaha perempuan juga sulit berkembang akibat dukungan pemerintah terhadap perempuan masih sangat rendah (Dasaluti 2009).

Pemberian kredit mikro bagi perempuan di desa menunjukkan peningkatan perekonomian dan kehidupan sosial serta mengurangi tingkat kemiskinan (Develtere dan Huybrechts, 2002; Sharma et al., 2012; Lavoori dan Paramanik, 2014). Pemberian kredit mikro bagi perempuan di desa juga berdampak pada penciptaan tenaga kerja, peningkatan produktivitas, pengadaan jaminan ekonomi, peningkatan kesehatan, dan peningkatan kesejahteraan. Selain itu, secara individu berdampak pada peningkatan kepercayaan diri, pemberdayaan sosial, kesadaran pendidikan, dan peningkatan kemampuan manajerial (Cheston dan Kuhn, 2002; Afrin et al., 2008).

(26)

kemampuan manajerial, dan penghasilan. Pemberian pelatihan juga memberikan manfaat bagi LKM yaitu peningkatan rasio pembayaran kredit dan retensi klien.

Ekpe et al. (2010) menyatakan wirausaha perempuan di Nigeria memiliki karakter baik serta motivasi yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, namun memiliki pengetahuan dan pengalaman usaha yang rendah. Pemberian kredit yang disertai pelatihan usaha yang dilakukan dalam kelompok sosial berpengaruh terhadap peningkatan penghasilan usaha perempuan.

Loice dan Razia (2013) menyatakan bahwa pemberian pelatihan kewirausahaan dan pemberian kredit mikro kepada wirausaha perempuan berdampak positif terhadap pemberdayaan perempuan di Kenya. Peningkatan terhadap akses kredit dan simpanan, dukungan dari kelompok sosial, serta pemberian pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan wirausaha perempuan dapat meningkatkan kesuksesan usaha dan pengembalian kredit mikro. Gambar 5 menjelaskan pentingnya peran kelompok sosial dan jenis program pelatihan yang perlu disesuaikan dengan kondisi perempuan penerima kredit.

Gambar 5 Pengaruh kredit mikro terhadap pemberdayaan wirausaha perempuan Sumber: Loice dan Razia (2013)

(27)

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Teoritis

Teori Kewirausahaan

Berbagai penulis mencoba mendefinisikan kewirausahaan dari berbagai konteks. Parker (2009) mencoba menjelaskan beberapa definisi dari beberapa penulis dengan konteks berbeda. Dari konteks inovasi, Schumpeter dalam Parker (2009) melihat kewirausahaan merupakan “proses perusakan kreatif” dimana seseorang mampu melakukan inovasi baru dan unik dalam aktivitas perekonomian. Seseorang dianggap sebagai wirausahawan hanya ketika dia benar-benar melakukan kombinasi baru dan kehilangan karakter tersebut ketika usahanya sudah berjalan dan mengandalkan orang lain untuk menjalankan usahanya.

Dari konteks pengambilan keputusan, Cantillon dalam Parker (2009) mendefinisikan kewirausahaan sebagai individu yang memiliki keberanian untuk mengambil dan menanggung risiko usaha, mereka mampu menghilangkan kelumpuhan yang disebabkan oleh ketidakpastian, sehingga proses produksi dan pertukaran terjadi dan keseimbangan pasar dicapai. Dari konteks produksi, Say dalam Parker (2009), mendefinisikan wirausaha sebagai individu yang mampu menggabungkan dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi. Wirausaha berada dalam sistem ekonomi untuk mengatur berbagai faktor produksi dan mengambil sisa sebagai keuntungan.

Robbins dan Coulter (2012) mendefinisikan kewirausahaan sebagai proses individu atau kelompok dalam mengambil risiko waktu dan keuangan untuk mengejar kesempatan dengan tujuan menciptakan nilai dan pertumbuhan usaha melalui inovasi dan keunikan.

Bjerke (2007) mendefinisikan kewirausahaan dalam konteks modern dengan berbagai aspek, dimana kewirausahaan merupakan proses untuk menciptakan nilai baru. Pengertian ini melihat interaksi antara tiga faktor, yaitu: (1) kreatifitas, (2) inovasi, dan (3) kewirausahaan. Kreatifitas sebagai sumber untuk medapatkan ide baru, inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan ide baru, dan kewirausahaan merupakan aplikasi baru yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan.

Wickham (2006) mendefinisikan kewirausahaan sebagai proses manajerial yang memiliki dimensi ekonomi dan sosial. Wirausaha merupakan individu yang tinggal dan berfungsi di lingkungan sosial, proses kewirausahaan tidak hanya terlihat dalam suatu tindakan tetapi merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka mencapai keuntungan dalam menjalankan usaha. Karakter kewirausahaan untuk Proses penciptaan keuntungan ini merupakan bagian kegiatan manajerial dan karakter kewirausahaan ditandai dengan berbagai pendekatan untuk mencapai keuntungan.

(28)

Karakteristik Kewirausahaan

Karakter merupakan sifat-sifat yang melekat pada individu atau kelompok yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Wickham (2006) menyatakan karakter-karakter yang dimiliki wirausaha dapat meningkatkan kinerja usaha, karakter tersebut antara lain: (1) bekerja keras, (2) inisiatif, (3) penentuan tujuan (4) keuletan, (5) rasa percaya diri, (6) dapat menerima ide baru, (7) ketegasan, (8) pencarian informasi, (9) keinginan untuk belajar, (10) keinginan untuk mencari peluang baru, dan (11) keinginan untuk berubah.

Greene (2011) menyebutkan bahwa terdapat karakter-karakter penting yang harus dimiliki wirausaha untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan usaha, antara lain: (1) mandiri, (2) memiliki rasa percaya diri, (3) memiliki tekad dan ketekunan, (4) berorientasi pada tujuan, (5) standar yang tinggi, (6) kreatif, (7) bertindak cepat, dan (8) memperbaharui diri dengan teknologi.

Wirausaha perempuan dan laki-laki wirausaha memiliki berbagai persamaan. Fielden dan Davidson (2005) menyatakan keduanya memiliki motivasi utama yang sama, yaitu keinginan untuk mencapai kemandirian dan prestasi, namun berbeda dengan motivasi sekunder dimana laki-laki cenderung menjadikan status sosial sebagai tujuan sedangkan perempuan memiliki berbagai tujuan seperti untuk mendapatkan pengakuan dan membantu orang lain. Lebih lanjut, wirausaha perempuan memiliki karakter khas, antara lain (1) visi besar, (2) perencanaan yang matang, (3) percaya diri, serta (4) berani dan memiliki tekad kuat. Perempuan memiliki sifat bijaksana, reaktif terhadap risiko usaha, serta mampu mengidentifikasi kesempatan usaha.

Verdaguer (2009) menyatakan wirausaha perempuan dan laki-laki berbeda karena ada perbedaaan dalam hierarki sosial dan maskulinisme feminisme. Perbedaan ini berdampak pada karakter wirausaha perempuan yang cenderung memiliki ketahanan sosial lebih kuat serta kemampuan untuk membina hubungan antar wirausaha perempuan, dengan tujuan untuk mengurangi rasa isolasi yang mereka miliki. Terdapat faktor pendorong dan faktor penarik perempuan untuk menjadi wirausaha. Smith-Hunter (2006) menyatakan alasan perempuan menjadi wirausaha disebabkan beberapa faktor pendorong, antar lain: (1) pendapatan keluarga tidak cukup, (2) ketidakpuasan dengan gaji pekerjaan, (3) kesulitan dalam mencari pekerjaan, dan (4) kebutuhan untuk jadwal kerja yang fleksibel karena tanggung jawab keluarga. Sedangkan faktor-faktor penarik wirausaha perempuan meliputi: (1) kebutuhan untuk kemandirian, (2) pemenuhan diri, (3) keinginan mendapakan kekayaan, serta (4) keinginan untuk memiliki status sosial dan kekuasaan

Modal Sosial

(29)

Pendidikan terdiri dari pendidikan formal, pengalaman dan pembelajaran praktis yang terjadi pada pekerjaan, serta pendidikan non-formal.

Fukuyama (2005) menyatakan teori modal sosial mengacu pada kemampuan pelaku untuk mengekstrak manfaat dari struktur sosial, jaringan, dan keanggotaan. Jaringan sosial yang disediakan oleh keluarga, masyarakat, atau hubungan organisasi dapat melengkapi efek pendidikan, pengalaman, dan modal keuangan. Faktor utama untuk meningkatkan modal sosial terdiri dari: (1) kepercayaan, dan (2) ikatan sebagai penyedia informasi. Ikatan terdiri dari ikatan kuat dan lemah yang dapat terjadi di tingkat individu dan organisasi. Ikatan lemah merupakan hubungan longgar antara individu yang berguna untuk mendapat informasi, seperti pada kelompok. Adapun ikatan kuat memberikan akses yang aman dan konsisten, seperti keluarga.

Aaltio et al. (2008) menyatakan modal sosial didefinisikan sebagai sumber daya yang melekat dalam hubungan sosial yang memfasilitasi tindakan kolektif. Sumber daya sosial modal mencakup kepercayaan, norma, dan jaringan asosiasi yang mewakili setiap kelompok yang konsisten untuk tujuan yang sama. Norma budaya menghasilkan tindakan timbal balik yang mendorong perundingan, kompromi, dan politik pluralistik. Norma-norma lain yang dapat menjadi modal sosial antara lain adalah keyakinan dalam kesetaraan warga, yang dapat mendorong pembentukan kelompok lintas sektoral.

Kredit Mikro

Donaghue dan Zotalis (2002) menyatakan kredit mikro adalah akses terhadap jasa keuangan yang diberikan pihak-pihak yang sangat membutuhkan sebagai peluang pendapatan, memenuhi kebutuhan hidup dan menangani keadaan darurat. Kredit mikro berkualitas ditandai dengan layanan yang mudah diakses oleh masyarakat miskin, responsif terhadap berbagai kebutuhan keuangan mereka dan harga terjangkau.

Dendawijaya (2003) menyatakan pemberian kredit pada umumnya didasarkan pada dua metode penilaian, yaitu metode penilaian 6A dan metode penilaian 6C. Metode penilaian 6A yaitu: (1) analisa aspek yuridis, (2) analisa aspek pasar dan pemasaran, (3) analisa aspek teknis, (4) analisa aspek manajemen, (5) analisa aspek keuangan, dan (6) analisa aspek sosial ekonomi. Metode penilaian 6C meliputi (1) karakter yang berkaitan dengan integritas debitur atau character, (2) modal usaha yang berasal dari debitur atau capital, (3) kemampuan kreditur untuk memenuhi pengembalian pinjaman atau capacity, (4) jaminan atas pinjaman atau collateral, (5) kondisi ekonomi terhadap penghasilan usaha atau condition of economic, dan (6) hambatan usaha atau constraint.

Pelatihan Kewirausahaan

(30)

dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan, sehingga produktivitas kerja dapat meningkat.

Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007), sebelum pelatihan dilaksanakan, identifikasi kebutuhan harus dilakukan terlebih dahulu agar pelatihan dapat berjalan lancar sesuai tujuan. Kebutuhan pelatihan merupakan suatu kebutuhan untuk perbaikan dalam pekerjaan yang dapat dipenuhi oleh pelatihan tertentu (Williamson, 1993). Blanchard dan James (2004) menyatakan kuesioner dapat menjadi alat bantu untuk melakukan identifikasi kebutuhan peserta pelatihan.

Penghasilan Usaha

Kardasan (1995) menyatakan penghasilan merupakan selisih dari nilai penerimaan terhadap biaya. Penghasilan merupakan uang diterima setelah dikurangi biaya variabel dan tetap. Bila selisih dari penerimaan dan biaya positif berarti laba, bila selisih negatif berarti rugi. Analisis penghasilan dapat melihat keberhasilan kegiatan usaha yang dilaksanakan. Penerimaan usaha dilihat berdasarkan aktivitas pemasaran atau penjualan hasil usaha.

S loman dan Sutcliffe (2004) menjelaskan penghasilan dalam suatu kegiatan usaha, dimana perusahaan menjual produk dalam berbagai kombinasi output. Aktivitas penjualan akan menghasilkan penerimaan sedangkan aktivitas produksi akan menghasilkan biaya. Selisih antara nilai penerimaan total dengan biaya produksi disebut sebagai keuntungan atau laba. Secara matematis hubungan ini dapat dituliskan sebagai berikut:

! ! = !".!!(!) !=!(!)−!(!)

Dimana:

!=Penghasilan

! = Pendapatan

!= Jumlah output yang diproduksi

!"= Harga produk != Biaya

Berdasarkan Riyanti (2003) pengukuran penghasilan usaha dapat dilakukan dengan mengukur rasio keuangan usaha. Ketiadaan laporan keuangan pada usaha yang dilakukan wirausaha perempuan membuat pendekatan rasio tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, pendekatan penghasilan usaha dilakukan berdasarkan informasi penerimaan dan pengeluaran.

Samuelson dan Nordhaus (2005) menggunakan kerangka ekonomi untuk menjelaskan dampak pemberian kredit terhadap penghasilan usaha. Kombinasi keseimbangan produk dan keseimbangan biaya dapat menentukan kondisi optimal usaha atau perusahaan.

(31)

meningkat. Terdapat hubungan timbal balik antara faktor-faktor, seperti modal dan tenaga kerja sehingga perusahaan menjaga output konstan.

Gambar 6 Kombinasi modal dan tenaga kerja Sumber: Samuelson dan Nordhaus (2005)

Wirausaha Skala Gurem

Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro melalui UU Nomor 20 Tahun 2008 (UU 20/2008) tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Tabel 1 merupakan klasifikasi wirausaha berdasarkan kriteria ukuran menurut UU 20/2008.

Tabel 1 Klasifikasi usaha berdasarkan UU 20/2008

No. URAIAN KRITERIA

ASSET OMZET

1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta

2 Usaha Kecil > 50 Juta - 500 Juta > 300 Juta - 2,5 Miliar 3 Usaha Menengah > 500 Juta - 10 Miliar > 2,5 Miliar - 50 Miliar Sumber: Undang-Undang 20/2008

Kriteria usaha Mikro berdasarkan UU 20/2008 tergolong besar dan tidak mewakili skala usaha mayoritas wirausaha di Indonesia yang memiliki

aset jauh lebih kecil. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA) (2012) menyatakan sekitar 73 persen pelaku usaha mikro merupakan industri rumahan yang dikelola perempuan. Industri

(32)

Tabel 2 Klasifikasi industri rumahan

No. URAIAN KRITERIA

MODAL SUMBER

1 Kelas Melati 1 – 5 Juta Sendiri

2 Kelas Mawar 1 – 5 Juta Rentenir dan/atau Lembaga Keuangan 3 Kelas Anggrek 50 – 100 Juta Pinjaman

Sumber: KPPA (2012)

Mayoritas kategori usaha yang dijalankan oleh peserta Mitra Agribisnis tergolong Industri rumahan tingkat sederhana, dibawah klasifikasi industri rumahan yang ditetapkan. Industri rumahan tingkat sederhana ini biasanya mempekerjakan satu hingga tiga orang dengan penjualan harian paling banyak Rp800.000, karena itu program Mitra Agribisnis membuat klasifikasi baru yang dapat mencakup skala usaha industri rumah sangat mikro sebagai wirausaha “gurem”. Klasifikasi terhadap wirausaha gurem merupakan suatu upaya untuk mendorong kemajuan wirausaha dengan skala sangat mikro yang selama ini cenderung terabaikan oleh pemerintah maupun lembaga keuangan.

Kerangka Operasional

Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan melalui peningkatan partisipasi perempuan dalam perekonomian. Elizabeth (2007) menyatakan lebih dari 70 persen perempuan tinggal di wilayah pedesaan. Kabupaten Bogor memiliki 218.951 wirausaha perempuan atau 33,88 persen dari total 646.183 wirausaha (BPS, 2014). Pada umumnya usaha yang dijalani perempuan tergolong mikro dengan modal usaha terbatas, antara 1 hingga 5 juta rupiah dan sumber modal sendiri atau pinjaman (KPPA, 2012).

Kondisi lingkungan sosial masyarakat lingkar kampus IPB sangat rentan terhadap kemiskinan (Suharyanto, 2007). Keterbatasan ini membuat kegiatan wirausaha yang dijalankan masyarakat, terutama oleh perempuan di desa lingkar kampus memiliki skala usaha terbatas dan sulit berkembang. Departemen Agribisnis IPB menjalankan pengabdian kepada masyarakat salah satunya melalui inisiatif program Mitra Agribisnis yang merupakan penyaluran kredit modal, pemberian pelatihan pengembangan usaha, dan disertai penelitian terhadap aspek kewirausahaan yang dimiliki perempuan di desa Cihideung Ilir.

Pelaksanaan program Mitra Agribisnis pada tahap 1 tahun 2014 tidak berjalan efektif. Diperlukan modifikasi pola penyaluran kredit usaha agar program dapat berjalan efektif. Modifikasi terhadap pola penyaluran kredit memerlukan evaluasi terhadap kepribadian dari wirausaha perempuan di lokasi penelitian. Untuk membantu penentuan pola penyaluran yang lebih tepat, diperlukan penyesuaian dengan kondisi sosial dari perempuan tersebut. Oleh karena itu, evaluasi ulang terhadap terhadap karakter pribadi, modal sosial, dan kemampuan wirausaha perempuan peserta Mitra Agribisnis sangat diperlukan.

(33)

Sedangkan Aldrich (1999) menyatakan modal sosial merupakan pengetahuan individu disertai peningkatan kemampuan kognitif dapat membuat aktivitas usaha lebih produktif dan efisien. Okafor dan Amalu (2010) menemukan bahwa modal sosial berpengaruh positif terhadap motivasi dan kemampuan manajerial perempuan dalam menghadapi tantangan wirausaha.

Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan analisis karakter pribadi dan modal sosial dari 30 wirausaha perempuan peserta program Mitra Agribisnis. Pengetahuan akan karakter pribadi dan modal sosial perempuan desa merupakan hal penting untuk diketahui, informasi ini akan dianalisis secara deskriptif.

Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghasilan usaha dari wirausaha perempuan adalah dengan mencoba melihat hubungan antara karakteristik pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan dengan dengan penghasilan usaha mereka. Analisis ini digunakan untuk sebagai membuat modifikasi penyaluran kredit Mitra Agribisnis yang perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan penghasilan usaha dari wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir. Analisis untuk melihat hubungan karakteristik pribadi dan modal sosial dengan penghasilan usaha dilakukan dengan uji korelasi.

Tahapan terakhir yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan wirausaha perempuan, yaitu dengan mengetahui dan mengukur pengaruh karakter pribadi dan modal sosial mereka terhadap kemampuan wirausaha pada wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir. Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel ini menggunakan pemodelan Partial Least Square (PLS)

Variabel-variabel teramati yang masuk ke dalam model PLS dibuat berdasarkan teori yang menyatakan adanya hubungan antara karakter pribadi, modal sosial, dan kemampuan wirausaha. Pada penelitian ini, melihat pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha dari perempuan peserta Mitra Agribisnis.

Robbins dan Coulter (2012) menghubungkan kewirausahaan dengan penciptaan nilai dan pertumbuhan usaha melalui inovasi dan keunikan. Fielden dan Davidson (2005) menyatakan motivasi wirausaha perempuan sama seperti laki-laki, yaitu untuk mencapai kemandirian dan prestasi, namun motivasi sekunder perempuan adalah untuk mendapatkan pengakuan dan membantu orang lain.

Terdapat karakter-karakter pribadi yang penting sebagai pendorong kewirausahaan. Greene (2011) menyatakan karakter yang harus dimiliki wirausaha untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan usaha, antara lain: (1) mandiri, (2) memiliki rasa percaya diri, (3) memiliki tekad dan ketekunan, (4) berorientasi pada tujuan, (5) standar yang tinggi, (6) kreatif, (7) bertindak cepat, dan (8) memperbaharui diri dengan teknologi.

(34)

Hubungan karakter pribadi dan modal sosial dijelaskan oleh Aldrich (1999), yang menyatakan modal manusia bahwa kemampuan kognitif dapat membuat aktivitas wirausaha menjadi lebih produktif dan efisien. Sedangkan Fukuyama (2005) melihat modal sosial sebagai kemampuan pelaku untuk mengekstrak manfaat dari struktur sosial, jaringan, dan keanggotaan.

Hubungan antara karakter pribadi dan modal sosial terhadap pendapatan usaha dijelaskan oleh Baron dan Markman (2003), yang menyatakan selain modal sosial, karakter pribadi yang dimiliki seorang wirausaha dapat berpengaruh terhadap penghasilan usaha. Kepribadian atau karakter pribadi sangat berperan dalam membantu peningkatan kesuksesan usaha sebagai pendamping modal sosial.

Hubungan antara karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha dijelaskan oleh Ahmad, et al. (2010) dimana sumberdaya internal dan eksternal perlu dikembangkan untuk dapat meningkatkan kemampuan wirausaha yang dapat dapat menjadi mendorong kesuksesan usaha. Melalui analisis PLS, karakteristik pribadi dan modal sosial akan diketahui hubungannya dengan kamampuan wirausaha.

Hasil dari uji hubungan dan analisis PLS akan menjadi pengetahuan bagaimana merumuskan rekomendasi pola pendekatan penyampaian kredit mikro bagi wirausaha perempuan. Bagan operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7.

(35)

4

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini di desa Cihideung Ilir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan mulai bulan April hingga Juni 2015 dan diolah pada Juli 2015. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja, berdasarkan pada pelaksanaan program Mitra Agribisnis di tahun 2014.

Metode Penentuan Responden

Metode penentuan responden dalam penelitian ini adalah metode sensus terhadap seluruh wirausaha perempuan penerima program kredit Mitra Agribisnis tahap I tahun 2014 di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang berjumlah 30 orang.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dengan panduan kuesioner kepada seluruh wirausaha perempuan peserta program Mitra Agribisnis di Desa Cihideung Ilir yang berjumlah 30 orang. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang didapatkan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, BPS serta publikasi ilmiah yang relevan dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Data primer terkait karakter pribadi dan modal sosial yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, diolah dan dianalisis secara deskriptif. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakter pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan di lokasi penelitian. Sedangkan data kuantitatif diolah dengan menggunakan analisis korelasi uji Kendall Tau (τ) dan Kendall W. Uji Kendal Tau yang diolah menggunakan bantuan software SPSS 22.0 dan analisis Partial Least Square modelling (PLS) yang menggunakan bantuan software SmartPLS 3.2.1.

Analisis Deskriptif

(36)

Analisis Korelasi

Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan wirausaha perempuan di Cihideung Ilir. Analisis korelasi digunakan untuk menyatakan derajat keeratan hubungan antarvariabel (Saunders et al., 2009). Analisis yang digunakan untuk mencari derajat keeratan hubungan dan arah hubungan yaitu analisis korelasi bivariat. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan kedua variabel. Nilai korelasi memiliki rentang antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Tanda positif dan negatif menunjukkan arah hubungan. Tanda positif menunjukkan arah hubungan searah. Tanda negatif menunjukkan hubungan berlawanan dimana satu variabel naik, maka variabel lain turun.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji korelasi, yaitu uji Kendall Tau (τ) dan uji Kendall W. Menurut Saunders et al. (2009) uji korelasi

Kendal Tau digunakan untuk mengukur hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih apabila data berbentuk ordinal atau rangking Formula koefisien korelasi Kendal Tau adalah sebagai berikut:

!= !− !

!(!−1) 2 Keterangan

!= koefisien korelasi

!= jumlah ranking atas

!=jumlah ranking bawah != jumlah anggota sampel

Saunders et al. (2009) menyatakan untuk menguji hubungan lebih dari dua variabel secara bersama–sama dapat menggunakan uji korelasi Kendal W. Jika correlation coefficient (CC) bernilai nol, maka tidak terdapat hubungan sama sekali antara dua variabel. Apabila nilai koefisien korelasi berkisar antara 0.00≤CC≤0.20 maka kekuatan hubungan tergolong sangat lemah. Jika nilai koefisien korelasi berkisar antara 0.20≤CC≤0.40 maka kekuatan hubungan dapat disebut rendah atau lemah. Apabila nilai koefisien korelasi berkisar antara 0.40≤CC≤0.70 maka kekuatan hubungan dapat digolongkan sedang. Jika koefisien korelasi berkisar antara 0.70≤CC≤0.90 maka kekuatan hubungan dapat digolongkan kuat. Apabila koefisien korelasi memiliki nilai antara 0.90≤CC≤1.00 maka kekuatan hubungan dapat digolongkan sangat kuat. Apabila nilai koefisien korelasi sebesar 1.00 maka disebut hubungan sempurna.

Pendekatan Partial Least Square (PLS)

(37)

Menurut Ghozali (2008) PLS bersifat predictive model, metode ini sangat kuat karena tidak didasarkan oleh banyak asumsi, data tidak harus terdistribusi dengan normal multivariate, dan sampel tidak harus besar. Pengolahan PLS dalam penelitian menggunakan bantuan software SmartPLS 3.2.1. Tujuan dari PLS modeling adalah untuk memprediksi suatu model dan mengkonfirmasi teori yang ada. Estimasi parameter melalui PLS dapat dikategorikan menjadi tiga. Pertama, weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur yang menghubungkan variabel laten dan loading antar variabel laten dan indikatornya. Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter.

Prosedur PLS Modeling

Ghozali (2008) menyatakan PLS mempunyai dua model indikator, yaitu (1) model indikator refleksif atau principal factor model merupakan covariance pengukuran indikator dipengaruhi oleh variabel laten, dan (2) model indikator formatif yang mengasumsikan semua indikator memengaruhi single construct. Evaluasi terhadap model PLS dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Model Pengukuran (Outer Model).

Model pengukuran merupakan definisi atas hubungan setiap variabel laten. Pada outer model refleksif, dilakukan dua pengujian untuk menentukan validitas dan reliabilitas. Convergent validity dinilai berdasarkan korelasi antara item score dengan construct score. Uji reliabilitas menggunakan composite reliability, untuk mengukur internal consistency. Construct dinyatakan reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,70 pada tingkat kesalahan sebesar 5 persen.

2) Model Struktural (Inner model)

Model stuktural menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk dependent construct dan t-statistics untuk menentukan signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Model dapat dievaluasi dengan melihat R-square, dinyatakan signifikan apabila nilai t-statistics lebih besar dari t-table (1,96).

Implementasi Model

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diukur dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Variabel karakter pribadi; b. Variabel modal sosial; dan c. Variabel kemampuan wirausaha.

(38)

Variabel-variabel tersebut kemudian dikembangkan menjadi suatu daftar pertanyaan terstruktur pada kuisioner yang akan dinilai oleh responden yang telah ditentukan. Variabel-variabel laten diidentifikasi berdasarkan teori yang telah dibangun sebelumnya dengan penjelasan yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Keterangan variabel-variabel pada Path Diagram

Variabel Laten Indikator Notasi Rujukan

(39)

Hubungan yang terdapat dalam model mengenai karakter pribadi, modal sosial, dan kemampuan wirausaha perempuan peserta Mitra Agribisnis dapat dilihat melalui diagram lintas Gambar 8.

Gambar 8 Model Awal Path Diagram Partial Least Square

(40)

Tabel 4 Konversi diagram ke jalur persamaan

Peubah laten Model Pengukuran Model Struktural Identifikasi Personal

Variabel dan Pengukuran

Variabel-variabel diperoleh dengan menjabarkan dimensi yang terdapat pada variabel karakter pribadi, modal sosial dan kemampuan wirausaha. Variabel-variabel tersebut diidentifikasi berdasarkan teori yang telah dibangun kemudian dikembangkan menjadi suatu daftar pertanyaan terstruktur pada kuisioner yang akan dinilai oleh responden yang telah ditentukan.

Karakter Pribadi

(41)

Tabel 5 Variabel karakter pribadi

Variabel Keterangan

Identifikasi personal

(x1)

Identifikasi personal meliputi pendidikan, usia, pelatihan, dan pengalaman usaha memegang peranan penting dalam kegiatan wirausaha perempuan.

Tujuan usaha (x2)

Tujuan usaha berperan penting dalam perencanaan kegiatan wirausaha perempuan

Orientasi tujuan (x3)

Orientasi tujuan berperan penting dalam kesuksesan kegiatan wirausaha perempuan

Inovasi usaha (x4)

Inovasi usaha berperan penting dalam keberlangsungan usaha wirausaha perempuan

Tanggung jawab (x5)

Tanggung jawab berperan penting dalam kegiatan wirausaha perempuan

Modal Sosial

Karakter didefinisikan sebagai sumberdaya yang melekat dalam hubungan sosial yang memfasilitasi tindakan kolektif individu, modal sosial dapat bersifat internal dan eksternal. Modal sosial diantaranya adalah dukungan kelompok, kemampuan sosial, dan kemampuan keluarga. Variabel dari modal sosial dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Variabel modal sosial

Variabel Keterangan

Dukungan kelompok (x6)

Dukungan kelompok memegang peranan penting dalam mendukung pengembangan wirausaha perempuan.

Kemampuan sosial (x7)

Kemampuan sosial berperan penting dalam mendorong kemajuan wirausaha perempuan

Dukungan keluarga (x8)

Dukungan keluarga berperan penting dalam kesuksesan wirausaha perempuan

Kemampuan wirausaha

Kemampuan wirausaha didefinisikan sebagai satuan kapasitas tertentu yang sesuai dalam mendorong kesuksesan wirausaha. Kemampuan wirausaha melekat dalam prempuan wirausaha, terdiri dari kemampuan membaca peluang, kreativitas, improvisasi, ketekunan, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan pemasaran, pengembangan produk, pengembangan pelanggan. Variabel dari kemampuan wirausaha dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Variabel Kemampuan Wirausaha

Variabel Keterangan

Kemampuan wirausaha

(y1)

Gambar

Gambar 1 Perbandingan aktivitas kewirausahaan perempuan dan laki-laki dunia
Gambar 3 Model konseptual modal sosial
Gambar 4 Kerangka modal sosial dan kewirausahaan perempuan.
Gambar 5 Pengaruh kredit mikro terhadap pemberdayaan wirausaha perempuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan/Intruksi/Hi mbauan/ Surat Edaran dan Surat Keputusan Ka. Daerah) minimal 1 kebijakan per tahun dibagi jumlah kabupaten/kota x 100% Persentase Sekolah Menengah

Proses pengujian terhadap hasil analisa perancangan yang tertuang di dokumen blue print dilakukan dengan menggunakan metode FGD (Focus Group Discussion) yaitu

Contoh lain, seorang calon yang akan mengambil ujian CCNA diharuskan memiliki score lebih besar dari passing score yang telah ditentukan oleh perusahaan Cisco, yaitu

13. Bagaimana manajemen mutasi MTs Darul Amin Kota Palangka Raya?.. Observasi pengamatan penulis pada saat pelaksanaan penelitian di MTs Darul Amin mengenai model manajemen

Kurva selektivitas pada ukuran gbr 8 memberikan bentuk yang landai (miring) Peluang tertangkapnya ikan kembung lelaki ( Rastrelliger kanagurta ) dengan drift

Konsep perancangan berupa superimposisi dari sistem-sistem lapisan atau layer yang adalah analogi dari konsep geometri Euclidean (points, lines, planes dan spaces), dimana

Selanjutnya akan diketahui pengaruh pemberian kompres hangat dengan aroma Jasmine essential oil terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi

Percayalah Ia akan memenuhi hidup kita semua sehingga kita bisa berlari kembali dan memenuhi panggilanNya untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah jauh sebelum