• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Petani Miskin Dalam Mempertahankan Usaha Tani ( Studi Deskriptif di Desa Silima Kuta, Kec. Sttu Julu, Kab. PakPak Bharat )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Petani Miskin Dalam Mempertahankan Usaha Tani ( Studi Deskriptif di Desa Silima Kuta, Kec. Sttu Julu, Kab. PakPak Bharat )"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PETANI MISKIN DALAM MEMPERTAHANKAN USAHA TANI

( Studi Deskriptif di Desa Silima Kuta, Kec. Sttu Julu, Kab. PakPak Bharat )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

DISUSUN OLEH

HEPPY BERUTU

Nim: 100901010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas hikmat dan karunianya , dimana dalam

proses pembuatan skripsi saya telah menemani dan memberikan jalan dan membantu setiap

kendala dan kesusahan saya. Serta memberikan semangat dan memotivasi saya sehingga saya

bisa menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “ STRATEGI PETANI MISKIN DALAM

MEMPERTAHANKAN USAHA TANI” ( Studi Deskriptif di Desa Silima Kuta Kecamatan Sttu Julu kabupaten PakPak Bharat) dapat terselesaikan guna memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana dari Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini

tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak

yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam hal ini penulis ingin

menyampaiakn ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini yaitu kepada:

1 . Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan ilmu Politik,

Universitas sumatera Utara.

2 . Rasa hormat dan terimakasih saya yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada Ibu

Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku ketua departemen Sosiologi sekaligus dosen pembimbing

dan dosen penasehat akademik saya yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran dalam memberikan kritik dan saran yang sangat membangun selama penelitian

hingga akhir penyususnan skripsi ini.

(3)

4 . Seluruh dosen di Departemen Sosiologi yang telah memberikan ilmu, bimbingan , maupun

arahan selama saya di dalam maupun di luar perkuliahan. Terimakasih juga kepada kak Fenni

dan kak betti yang telah banyak membantu dalam urusan adminstrasi.

5 . Teristimewa buat kedua orang tua saya, dengan rasa hormat dan rasa kagum yang

sedalam-dalamnya, saya mengucapkan terimakasih kepada orang tua saya, kepada Bapak dan

Ibu tercinta K Berutu dan T Tumangger yag selalu memberikan banyak perhatian yang besar

dan mendidik serta membimbing saya agar saya selalu semangat dan serius terutama dalam

proses penyelesaian skripsi saya. Semoga Allah SWT memeberikan kesehatan dan umur yang

panjang serta selalu dilindungi.

6. Kepada saudara-saudara kandung saya Ros Berutu, Hotmaida Berutu, Lamhot Berutu,

Ramadhani Berutu dan Adik saya Tambah Berutu yang selalu memberikan dorongan dan

motivasi kepada saya selama kuliah. Kiranya Allah yang membalas semua kebaikan kepada

kalian semua.

7. Kepada seluruh teman-teman Sosiologi stambuk 2010, saya juga mengucapkan terimakasih

karena selama dalam perkuliahan kalian telah membangun kebersamaan dan persaudaraan

dengan saya selama ini. Semoga kelak kita semua bisa sukses bersama-sama meskipun kita

semua mungkin tidak akan bersama-sama lagi seperi dulu.

8 . Terkusus kepada teman-teman seperjuangan saya Sempati Uliartha Tambunan dan Debora

Ernawati Siringo-Ringo, saya ucapkan banyak terimakasih karena selama kita bersama-sama

dalam perkuliahan kalianlah teman-teman yang selalu ada buat saya dalam susah maupun

(4)

9 . Kepada para informan yaitu Bapak dan Ibu selaku masyarakat petani miskin di Desa

Silima Kuta yang telah memberikan banyak bantuan dan meluangkan waktu untuk

memberikan informasi dan data selama saya melakukan penelitian.

10 . Kepada seluruh pihak Pemerintahan Desa Silima Kuta yang telah memberikan izin

kepada saya untuk melakukan penelitian di Desa Silima Kuta tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat berbagai

kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun . Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga tulian ini bisa bermanfaat

bagi para pembaca dan akhir kata penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Medan, 25 Agustus 2015

Penulis,

(5)

ABSTRAK

Dalam sebuah usaha tentunya tidak jauh dari yang namanya masalah , kendala dan keterbatasan,dimana hal tersebut bisa berdampak kepada usaha yang dikelola.Dari kegagalan usaha yang dimiliki seseorang maka berdampak juga kepada ekonominya. Apalagi usaha tersebut dimiliki oleh masyarakat yang tergolong miskin. Seperti petani miskin yang ada di Desa Silima Kuta Kecamatan Sttu Julu Kabupaten PakPak Bharat. Pekerjaan yang mereka geluti adalah sebagai petani, dimana mereka tergolong kepada petani miskin. Sebagai petani tentunya mereka pasti akan memperjuangkan dan mempertahankan usaha taninya dengan baik, karena petani miskin di Desa Silima Kuta tersebut sangat bergantung terhadap usaha taninya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi mereka memerlukan strategi agar bisa mempertahankan usaha taninya agar tetap bertahan meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa strategi yang dilakukan petani miskin di Desa Silima Kuta dalam mempertahankan usaha taninya, serta mengetahui apakah staretgi-strategi yang mereka lakukan benar-benar membantu dalam usaha taninya. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan.

Hasil penelitain menunjukkan bahwa petani miskin di Desa Silima Kuta memiliki pendapatan yang tidak begitu besar dan bisa dikatakan tidak mencukupi untuk kebutuhan hidupnya jika hanya mengandalkan usaha taninya. Seperti yang terlihat dilapangan bahwa para petani miskin ternyata tidak hanya mengandalkan penghasilan dari usaha tani mereka. Para petani miskin bukan hanya mencari strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi mereka mencari cara untuk bagaimana mereka bisa mempertahankan usaha taniya, karena dari usaha tani tersebut mereka bisa melangsungkan hidup dan memenuhi seluruh kebutuhan hidup mereka, meskipun pendapatan yang mereka peroleh dari hasil usaha taninya tidak begitu besar.Adapun startegi yang dilakukan petani miskin dalam mempertahankan usaha taninya seperti strategi aktif, yaitu memaksimalkan kemampuan setiap anggota keluarga. Selain itu mereka juga melakukan strategi pasif, yaitu menekan pengeluaran keluarga setiap bulannya serta melakukan strategi jaringan pengaman, yaitu melakukan peminjaman uang dan mendapatkan bantuan dari pemerintah, mengikuti kegiatan-kegiatan yang berbau sosial seperti kelompok tani dan memanfaatkan lembaga sosial yang bertujuan untuk membantu petani miskin yang memiliki keterbatasan ekonomi dan sosialnya. Dari strategi-strategi yang mereka lakukan ternyata terbukti dan berguna bagi usaha tani yang dimiliki oleh petani miskin dan membantu segala permasalahan dan keterbatasan yang dimiliki oleh petani miskin.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...i

ABSTRAK...iv

DAFTAR ISI... ...v

DAFTAR TABEL... ...ix

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah...6

1.3 Tujuan Penelitian...6

1.4 Manfaat Penelitian ...6

1.5 Definisi Konsep...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA...8

2.1 Konsep Kemiskinan...8

2.1.1 Pengertian Kemiskinan...8

2.1.2 Indikator Kemiskinan...9

2.1.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan...10

(7)

2.4 Stratifikasi Sosial Masyarakat Petani...21

2.5 Konsep Strategi Bertahan...23

2.6 Strategi Adaptasi...24

BAB III METODE PENELITIAN...26

3.1 Jenis Penelitian...26

3.2 Lokasi Penelitian...27

3.3 Unit Analisis dan Data Informan...27

3.3.1 Unit Analisis...27

3.3.2 Informan...27

3.4 Teknik Pengumpulan Data...28

3.5 Interpretasi Data...29

3.6 Jadwal Penelitian...30

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA...31

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...31

4.1.1 Kondisi Geografis Desa Silima Kuta...31

4.1.2 Kondisi Sosial Penduduk Desa Silima Kuta...32

4.1.3 Pola Pemukiman Penduduk Desa Silima Kuta...32

4.1.4 Gambaran Penduduk di Desa Silima Kuta………33

(8)

4.1.4.2 Penduduk Berdasarkan Agama………33

5.1 Sarana dan Prasarana Desa………34

5.1.1 Sarana Pendidikan……….34

5.1.2 Sarana Keagamaan ……… 35

5.1.3 Sarana Transportasi dan Perhubungan………..36

5.1.4 Sarana Kesehatan………..38

5.1.5 Sarana Komunikasi………38

6.1 Profil Informan………40

6.1.1 Informan Kunci ( Keluarga Yang Tinggal di Desa Silima Kuta)……….40

6.1.2 Gambaran Umum Kemiskinan Pada Petani Miskin di Desa Silima Kuta Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu Kabupaten PakPak Bharat…….55

6.1.3 Strategi Petani Miskin Dalam Mempertahankan Usaha Tani di Desa ……….59

7.1 Strategi Aktif………...61

7.1.1 Melakukan aktifitas sendiri………...61

( pemanfaatan sumber daya manusia) 7.1.2 Memperpanjang jam kerja……….62

7.1.3 Pemanfaatan atau mengerahkan anggota keluarga untuk memperoleh penghasilan……….63

(9)

7.2 Strategi Pasif ( Penekanan atau Pegetatatan Pengeluaran)………65

7.2.1 Pengeluaran sandang………..65

7.2.2 Pangan………65

7.2.3 Pendidikan ………..66

7.3 Strategi Pemanfaatan Jaringan ( Jaringan Pengaman)………...67

7.3.1 Meminjam Uang Tetangga……….…68

7.3.2 Meminjam ke BANK………..69

7.3.4 Meminjam ke Rentenir……….…..70

7.3.5 Gotong Royong………...71

7.3.6 Pemanfaatan Kelompok Tani……… ..72

BAB V PENUTUP...72

8.1

Kesimpulan...73

8.2 Saran...74

DAFTAR PUSTAKA...77

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Produksi Pertanian dan Biaya Produksi Pertanian Desa Silima Kuta...5

Tabel 2 Jadwal Kegiatan...30

Tabel 3 Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin……….33

Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agamanya………...34

Tabel 5 Pendidikan di Desa Silima Kuta Kecamatan Kecamatan Sttu Julu……… 25

Tabel 6 Sarana Keagamaan di Desa Silima Kuta Kecamatan Sttu Julu……… 36

Tabel 7 Kwalitas Jalan di Desa Silima Kuta Kecamatan Sttu Julu………...37

(11)

ABSTRAK

Dalam sebuah usaha tentunya tidak jauh dari yang namanya masalah , kendala dan keterbatasan,dimana hal tersebut bisa berdampak kepada usaha yang dikelola.Dari kegagalan usaha yang dimiliki seseorang maka berdampak juga kepada ekonominya. Apalagi usaha tersebut dimiliki oleh masyarakat yang tergolong miskin. Seperti petani miskin yang ada di Desa Silima Kuta Kecamatan Sttu Julu Kabupaten PakPak Bharat. Pekerjaan yang mereka geluti adalah sebagai petani, dimana mereka tergolong kepada petani miskin. Sebagai petani tentunya mereka pasti akan memperjuangkan dan mempertahankan usaha taninya dengan baik, karena petani miskin di Desa Silima Kuta tersebut sangat bergantung terhadap usaha taninya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi mereka memerlukan strategi agar bisa mempertahankan usaha taninya agar tetap bertahan meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa strategi yang dilakukan petani miskin di Desa Silima Kuta dalam mempertahankan usaha taninya, serta mengetahui apakah staretgi-strategi yang mereka lakukan benar-benar membantu dalam usaha taninya. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan.

Hasil penelitain menunjukkan bahwa petani miskin di Desa Silima Kuta memiliki pendapatan yang tidak begitu besar dan bisa dikatakan tidak mencukupi untuk kebutuhan hidupnya jika hanya mengandalkan usaha taninya. Seperti yang terlihat dilapangan bahwa para petani miskin ternyata tidak hanya mengandalkan penghasilan dari usaha tani mereka. Para petani miskin bukan hanya mencari strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi mereka mencari cara untuk bagaimana mereka bisa mempertahankan usaha taniya, karena dari usaha tani tersebut mereka bisa melangsungkan hidup dan memenuhi seluruh kebutuhan hidup mereka, meskipun pendapatan yang mereka peroleh dari hasil usaha taninya tidak begitu besar.Adapun startegi yang dilakukan petani miskin dalam mempertahankan usaha taninya seperti strategi aktif, yaitu memaksimalkan kemampuan setiap anggota keluarga. Selain itu mereka juga melakukan strategi pasif, yaitu menekan pengeluaran keluarga setiap bulannya serta melakukan strategi jaringan pengaman, yaitu melakukan peminjaman uang dan mendapatkan bantuan dari pemerintah, mengikuti kegiatan-kegiatan yang berbau sosial seperti kelompok tani dan memanfaatkan lembaga sosial yang bertujuan untuk membantu petani miskin yang memiliki keterbatasan ekonomi dan sosialnya. Dari strategi-strategi yang mereka lakukan ternyata terbukti dan berguna bagi usaha tani yang dimiliki oleh petani miskin dan membantu segala permasalahan dan keterbatasan yang dimiliki oleh petani miskin.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Pertanian merupakan sektor terbesar di setiap ekonomi negara yang berkembang. Sektor

ini menopang sebagian besar perekonomian penduduknya melalui penyediaan pangan dan juga

memberikan lapangan pekerjaan. Hal ini disebabkan negara kita merupakan negara agraris

sehingga peran sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang

cukup besar bagi pembentukan PDB ( kedua setelah sektor industri ), yaitu sebesar

Rp.547.223.60 Milyar atau 13.83% dari total PDB (BPS: 2007).

Kondisi perekonomian Propinsi Sumatera Utara, sektor pertanian mempunyai peranan

yang strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi. Selain itu Sumatera utara menunjukan

kondisi yang tidak jauh berbeda, sebagian besar Kabupaten kabupaten di Sumatera utara juga

masih mengandalkan sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari peranan sektor pertanian yang

memberikan kontribusi cukup besar bagi PDRB Sumatera utara, yaitu 22,84% pada tahun 2008,

mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 22,56% (BPS: 2008).

Kabupaten PakPak Bharat merupakan salah satu dari beberapa wilayah Sumatera utara

yang mengandalkan sektor pertanian, terutama pertanian pangan dan perkebunan seperti

perkebunan Kopi, Karet, Nilam, Coklat, Jeruk, Padi, Jangung, Cabe dll. Kabupaten Pakpak

Bharat memiliki luas 1.218.30 km2 yang terdiri dari 8 kecamatan, yaitu Kecamatan Salak,

Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu,

(13)

Tinada. Sedangkan, luas tanaman tahunan atau perkebunan di Kabupaten Pakpak Bharat

mencapai 31.316 hektare yang tersebar luas.

Dari seluruh jumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat 80%

merupakan petani pengguna lahan dengan produksi jenis tanaman padi dan palawija, tanaman

perkebunan rakyat dan hortikultura. ( BPS: Kabupaten Pakpak Bharat 2008 ). Dari keseluruhan

daerah pertanian yang ada di PakPak Bharat, Desa Silima Kuta merupakan desa yang termasuk

desa pertanian yang produksi pertaniannya lumayan baik. Jika dibandingkan dengan desa - desa

lain yang ada di Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu, Desa Silima Kuta termasuk desa dimana

masyarakat petaninya sudah mampu dalam memproduksi hasil pertanian yang cukup maksimal

seperti kopi, jeruk, cabe, jagung dan berbagai jenis tanaman lainnya serta tidak tertutup terhadap

teknologi pertanin modern. Pertanian merupakan potensi terbesar dalam mendukung

perekonomian masyarakat, dimana masyarakatnya mayoritas bermatapencaharian atau berprofesi

sebagai petani.

Desa Silima Kuta merupakan desa yang cukup subur, serta keterletakan lahan pertanian

yang cukup strategis, sehingga masyarakat petani mudah dalam proses pemasaran produksi

pertanian.Selainitu yang membedakanDesa Silima Kutadengandesa lain yang ada diKecamatan

Sitellu Tali UrangJuluadalahdarisegikeberhasilanpertanianmasyarakat,

dimanadengankeberhasilanpertanian

yangdikelolamasyarakatsehinggamasyarakatmampudalammenopangpendidikananak-

anaknyahinggasampaikeperguruantinggidanmenghasilkansarjana-sarjanamudaberkatdarikegigihandankeberhasilandariproduksipertanianmasyarakat.Seiringdengan

(14)

kendala masyarakat petani adalah dilihat dari faktor lingkungan, faktor cuaca, faktor luas lahan,

faktor teknologi dan faktor modal. Hal ini menjadi pemicu terhadap keberhasilan hasil pertanian

masyarakat .

Dalam penggunaan teknologi pertanian, masyarakat petani sulit untuk memperoleh alat-alat

teknologi pertanian karena petani tidak memiliki cukup modal yang digunakan untuk menyewa

atau membeli alat-alat tersebut sehingga petani terpaksa untuk menggarap lahan pertaniannya

secara manual atau sebagian masyarakat petani menggunakan jasa orang lain untuk menggarap

lahan pertaniannya, sehingga jika diperkirakan dari segi waktu dan tenaga petani banyak yang

dirugikan seperti lamanya waktu dalam proses penanaman atau pengolahan pertanian serta

mengeluarkan energi yang cukup banyak pada saat penggarapan lahan. Penggunaan Teknologi

masuk dalam penelitian ini dikarenakan teknologi secara teori mempengaruhi efisiensi waktu

kerja, dimana penggunaan teknologi dalam hal ini mesin traktor akan mengefisiensikan waktu,

tenaga dan biaya sehingga akan mengurangi jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses

produksi dibandingkan dengan menggunakan alat bajak tradisional.

Dari segi kebutuhan obat-obatan dan penggunaan bibit unggul, petani juga tidak mampu

atau terbatas dalam memperoleh obat-obatan yang digunakan untuk perawatan tanaman petani.

Sehingga akibat dari keterbatasan untuk membeli obat-obatan seperti pupuk dan kompos maka

tanam-tanaman masyarakat petani kurang maksimal dan hampir sebagian masyarakat petani

gagal panen karena kerusakan tanaman akibat kurangnya perawatan. Hal ini justru berdampak

terhadap kondisi ekonomi masyarakat petani, dimana masyarakat petani tidak dapat menyisihkan

sebagian dari hasil pertanian yang mereka produksi, tapi hanya cukup untuk memenuhi

(15)

yang berasal dari lingkungan sekitar pertanian masyarakat, dimana pertanian masyarakat

dirusak dan hampir dari tanaman masyarakat habis karena dimakan oleh hewan liar yang datang

kelahan pertanian masyarakat, serta faktor cuaca juga menjadi permasalahan yang dihadapi

masyarakat, seperti pergantian musim yang tidak menentu mengakibatkan tanaman masyarakat

rusak dan terjadi gagal panen serta pertumbuhan tanaman masyarakat yang tidak maksimal. Jika

dillihat dari permodalan, bahwa modal menjadi masalah utama yang dihadapi masyarakat petani

kecil, dimana sulitnya mendapatkan sumber modal untuk membiaya pertanian masyarakat

disebabkan karena terjadinya kegagalan dalam pertanian masyarakat membuat pendapatan atau

pemasukan masyarakat menjadi berkurang dan tidak maksimal. selain itu masyarakat petani

kecil juga sulit untuk memperoleh peminjaman sumber-sumber modal untuk biaya usaha tani

diakibatkan karena ketidakpercayaan pemodal terhadap petani karena melihat kondisi ekonomi

dan keberadaan pertanian masyarakat yang tidak menjamin. Dilihat dari jumlah pendapatan

petani miskin rata –rata ± Rp 500,000/Bulan, sedangkan pengeluaran untuk biaya usaha tani sekitar ± Rp 1000000/Bulan.Sama dengan modal luas lahan merupakan salah satu dari

faktor-faktor produksi, dimana semakin besar luas lahan yang digarap oleh petani maka semakin besar

pula output atau hasil panen yang diperoleh petani.

Untuk melihat data tentang seputar komoditas pertanian serta berapa besar biaya yang

dikeluarkan atau dibutuhkan masyarakat petani untuk mengolah usaha tani di Desa Silima Kuta

(16)

Tabel 1

ProduksiPertaniandan Biaya Produksi Pertanian Masyarakat Desa Silima Kuta

Nama

KOPI 23 2,24 4.452.800,00 506.000000 151.800,000 202.400,000 CABE 13 12,5 250.000000 62.500,000 12.500,000 12.500,000

Sumber: Dikutip dari BPS Desa Silima Kuta, Kecamatan Sttu Julu, Kabupaten PakPak Bharat.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa begitu besar biaya atau modal yang harus dikeluarkan

dan dibutuhkan masyarakat petani untuk perawatan tanamannya. Jika dibandingkan hasil panen

dengan biaya sangat jauh. Artinya biaya perawatan yang dikeluarkan petani tidak sesuai dengan

hasil yang mereka dapatkan dari hasil pertanian . Hal inilah yang dihadapi oleh masyarakat

petani di Desa Silima Kuta, dimana petani sangat terkendala dengan modal untuk pertanian.

Oleh karena itulah, perlu adanya strategi pada usaha tani sehingga petani mampu untuk

mempertahankan usaha pertaniannya. Keadaan inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan

penelitian mengenai strategi petani miskin dalam mempertahankan usaha tani (Studi Deskriptif

(17)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini

yaitu: Bagaimana strategi petani kecil dalam mempertahankan usaha tani?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini

adalah Untuk mengetahui strategi yang dilakukan petani miskin dalam mempertahankan usaha

pertanian di Desa Silima Kuta Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil peneltian ini adalah:

1. Secara teoritis , penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara

langsung ataupun tidak langsung bagi kepustakaan Depaertemen Sosiologi khususnya

menambah kajian tentang, sosiologi pedesaan dan sosiologi ekonomi.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu penulis dalam membuat karya

ilmiah. Selain itu dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya, serta

diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pemerintah daerah untuk dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat petani agar lebih

sejahtera .

1.5Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk memfokuskan

penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah definisi, abstraksi mengenai gejala

atau realita ataupun suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Moleong,

(18)

juga berfungsi sebagai panduan yang nantinya digunakan peneliti untuk menindaklanjuti sebuah

kasus yang diteliti dan menghidari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam

sebuah penelitian.

Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini, antara lain adalah:

1. Strategi bertahan dalam penelitian ini adalah cara atau metode yang digunakan oleh

petani miskin dalam mempertahankan usaha tani.

2. Petani dalam penelitian ini adalah sekumpulan individu yang menempati suatu wilayah

yang memiliki tujuan bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

3. Usahatani dalam penelitian ini adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta

produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan

hewan.

4. Stratifikasi Petani dalam penelitian ini adalah suatu bentuk pelapisan masyarakat atau

pembagian kelas-kelas di lingkungan masyarakat petani mulai dari petani kelas atas,

petani kelas menengah dan petani kelas bawah.

5. Petani miskin dalam penelitian ini adalah masyarakat petani yang tergolong kedalam

petani diukur melalui indikator kepemilikan lahan, luas lahan, kepemilikan modal,

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kemiskinan

2.1.1 Pengertian kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisiketidakmampuansecaraekonomiuntukmemenuhistandart

hiduprata-rata masyarakat di

suatudaerah.Kondisiketidakmampuaniniditandaidenganrendahnyakemampuanpendapatanuntukm emenuhikebutuhan pokokbaikberupapangan, sandang, maupunpapan. Kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau kelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau kelompok orang, sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai denga harkat atau martabatnya sebagai manusia.

(20)

Menurut Mencher ( Dalam Siagian, 2012 : 5) mengatakan bahwa kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Menurut Castells ( Dalam Siagian, 2012:10) menyatakan bahwa, kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada dibawah standart kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup.

2.1.2 Indikator Kemiskinan

Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan yang dialami seseorang atau sekelompok orang adalah indikator kemiskinan yang digunakan oleh Bappenas (Harniati, 2010). Indikator kemiskinan yang dimaksud adalah :

1. Keterbatasan pangan, merupakan ukuran yang melihat kecukupan pangan danmutu pangan yang dikonsumsi. Ukuran indikator ini adalah stok pangan yang terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin, dan buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu.

2. Keterbatasan akses kesehatan, merupakan ukuran yang melihat keterbataan akses kesehatan dan rendahnya mutu layanan kesehatan. Keterbatasan akseskesehatan dilihat dari kesulitan mendapatkan layanan kesehatan dasar,rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya layanan reproduksi,jauhnya jarak fasilitas layanan kesehatan, mahalnya biaya pengobatan danperawatan. Kelompok miskin umumnya cenderung memanfaatkan pelayanandi puskesmas dibandingkan dengan rumah sakit.

(21)

4. Keterbatasan akses pada pekerjaan. Indikator ini diukur dari terbatasnyakesempatan kerja dan berusaha, lemahnya perlindungan terhadap asset usaha,perbedaan upah, lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak danpekerja perempuan.

5. Keterbatasan akses terhadap layanan perumahan dan sanitasi. Indikator yangdigunakan adalah kesulitan memiliki rumah yang sehat dan layak huni, danlingkungan permukiman yang sehat dan layak.

6. Keterbatasan akses terhadap air bersih. Indikator yang digunakan adalahsulitnya mendapatkan air bersih, terbatasnya penguasaan sumber air, danrendahnya mutu sumber air.

7. Keterbatasan akses terhadap tanah. Indikator yang digunakan adalah strukturkepemilikan dan penguasaan tanah, ketidakpastian kepemilikan dan penguasaan tanah. Akses terhadap tanah ini merupakan persoalan yangmempengaruhi kehidupan rumah tangga petani.

8. Keterbatasan akses terhadap sumber daya alam. Indikator yang digunakanadalah buruknya kondisi lingkungan hidup, rendahnya sumber daya alam.Indikator ini sangat terkait dengan penghasilan yang bersumber dari sumberdaya alam, seperti daerah perdesaan, daerah pesisir, dan daerah pertambangan.

9. Tidak adanya jaminan rasa aman, indikator ini berkaitan dengan tidakterjaminnya keamanan dalam menjalani kehidupan baik sosial maupunekonomi.

10. Keterbatasan akses untuk partisipasi. Indikator ini diukur melalui rendahnyaketerlibatan dalam pengambilan kebijakan.

(22)

2.1.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris terdiri dari dua bagian besar, yaitu:

1. Faktor Internal, dimana hal ini berasal dari dalam indvidu yng mengalami kemiskinan itu secara substansial adalah dalam bentuk kekurang mampuan yang meliputi:

a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, skit-sakitan.

b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan , kebodohan, miskinnya informasi. c. Mental emosional atau temperamental, seperti malas, mudah menyerah dan putus

asa.

d. Spiritual, seperti: tidak jujur, penipu, serakah atau tidak disiplin.

e. Sosial psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan.

f. Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.

g. Asset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.

2. Faktor Eksternal, dimana bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemikinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, yaitu:

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.

(23)

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor formal.

d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung serta usaha makro.

e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor rill masyarakat banyak.

f. Sistem mobilisasi dan pemberdayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat.

g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural (structural adjusment program).

h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan. i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana. j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material.

k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata.

l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin ( Siagian, 2012 : 114-116)

2.2 Modal Sosial (sosial capital)

(24)

dengan pemilikan jaringan yang tahan dari hubungan yang bersifat institusional dalam hal kepemilikan dan rekognesi yang timbal balik (Haryanto, 2011).

Menurut Schaft dan Brown, 2002 dalam Malaudi modal sosial adalah norma dan jaringan yang melancarkan interaksi sosial sehingga segala urusan bersama masyarakat dapat diselenggarakan dengan mudah menurut Fukuyama, 1999 dalam Malaudi bahwa modal sosial adalah serangkaian nilai dan norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerja sama diantaramereka. Menurut Winter, 2000 dalam Malaudi menjelaskan bahwa modal sosial merupakan wujud nyata dari suatu institusi kelompok yang merupakan jaringan koneksi yang bersifat dinamis bukan alami. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal sosial adalah modal yang dimiliki individu manusia yang mengacu pada perilaku yang kooperatif yang mengacu pada organisasi sosial dengan jaringan sosial, norma-norma, kepercayaan sosial yang dapat menjembatani terciptanya kerjasama yang menguntungkan untuk mendorong pada adannya keteraturan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

1. Kepercayaan Sebagai Modal Sosial

(25)

memepertahankan keberlangsungan perekonomian yang dinamis dan kinerja pemerintahan yang efektif.

Dalam bukunya, Fukuyama (1995) rasa saling percaya dan saling mempercayai menentukan kemampuan suatu bangsa untuk membangun kemajuan masyarakat dan institusi-institusi di dalamnya guna mencapai kemajuan, rasa saling percaya juga akan mempengaruhi semangat dan kemampuan berkompetisi secara sehat di tengah masyarakat. Rasa percaya itu tumbuh dan berakar dari nilai-nilai yang melekat pada budaya kelompok. Fukuyama membahas tentang modal sosial di negara-negara yang kehidupan sosial dan ekonominya sudah modern dan kompleks. Elemen modal sosial yang menjadi pusat kajian Fukuyama adalah kepercayaan karena menurutnya sangat erat kaitannya antara modal sosial dengan kepercayaan. Fukuyama mengurai secara mendalam tentang bagaimana kondisi kepercayaan dalam komunitas di beberapa negara, dan mencoba mencari korelasinya dengan tingkat kehidupan ekonomi negara bersangkutan.

2. Jaringan Sosial

(26)

apa yang disebut Putnam (1995) dengan kemampuan warga kolektif mengalihkan kepentingan 'saya' menjadi 'kita' terbangunlah kekompakan dan solidaritas antar warga.

Jaringan sosial terdiri dari lima unsur yang meliputi: adanya partisipasi, pertukaran timbal balik, solidaritas, kerjasama, dan keadilan (Lubis, 2001). Konsep partisipasi menurut Mikkelsen (Susiana, 2002) dapat diartikan sebagai alat untuk mengembangkan diri sekaligus tujuan akhir. Keduanya merupakan satu kesatuan dan dalam kenyataan sering hadir pada saat yang sama meskipun status, strategi serta pendekatan metodologinya berbeda. Partisipasi akan menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat banyak. Partisipasi juga menghasilkan pemberdayaan, di mana setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya.

Dalam jaringan sosial, partisipasi memegang peranan yang cukup penting, karena kerjasama yang ada dalam komunitas dapat terjadi karena adanya partisipasi individu-individu. Solidaritas adalah faktor utama dalam merekatkan hubungan sosial dalam sebuah komunitas. Karena rasa solidaritas masyarakat bisa menyatukan persepsinya tentang hal yang ingin mereka perjuangkan. Merujuk pada teori

Emile Durkheim (Ritzer, 2003), solidaritas itu terdiri dari dua jenis, yaitu mechanical solidarity dan organic solidarity. Apa yang membedakan kedua jenis solidaritas ini adalah sumber dari solidaritas mereka, atau hal apa yang telah menyatukan mereka. Kuncinya adalah pembagian kerja. Pada solidaritas organisasi kondisi masyarakat cenderung sudah sangat kompleks, masing-masing orang memiliki spesialisasi pekerjaan yang banyak jumlahnya, modal sosial muncul bukan karena kesamaan pekerjaan/penghidupan, tetapi lebih pada tujuan

(27)

Pada solidaritas mekanis, pekerjaan masyarakat cenderung sama dan modal sosial muncul karena tujuan-tujuan yang berhubungan dengan pekerjaan mereka, misalnya pada masyarakat petani atau nelayan. Collective Conscience adalah argumen yang dipakai Durkheim dalam mempertegas perbedaan antara solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Collective conscience

adalah kesadaran kolektif dari anggota masyarakat bahwa mereka adalah bagian dari kelompok, suku atau bangsa. Apa yang menyatukan mereka adalah perasaan bahwa pengetahuan dan ide orang perorang tidak akan menghasilkan manfaat yang signifikan, berangkat dari hal tersebut mereka menyatukan diri bersama, dengan asumsi bahwa kekuatan pikiran dan ide-ide bersama akan lebih bermanfaat dan mempunyai tekanan yang lebih efektif daripada secara individual.

Unsur lainnya dalam jaringan sosial adalah kerjasama. Kerjasama adalah jaringan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Hampir pada semua kelompok manusia dapat ditemui adanya pola-pola kerjasama. Kerjasama timbul karena individu memiliki orientasi terhadap kelompoknya atau terhadap kelompok lain. Charles H. Cooley (Soekanto, 1997) menggambarkan kerjasama sebagai: Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan penggendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.

3. Norma Sosial

(28)

profesional. Norma-norma dibangun dan diterapkan untuk mendukung iklim kerja sama (Putnam, 2002). Norma-norma merupakan prakondisi maupun produk dari kepercayaan sosial. Norma mengacu kepada adanya suatu aturan yang mengatur kegiatan dan prilaku anggota di dalamnya, bahwa norma terbentuk dalam bentuk kewajiban soaial karena adanya pertukaran yang terjadi berulang-ulang dengan memegang prinsip saling menguntungkan. Setelah itu norma membentuk suatu hak dan kewajiban bersifat resiprokal antara kedua belah pihak yang terlibat dalam pertukaran. Pranata sosial merupakan salah satu elemen penting dan modal sosial selain dari kepercayaan dan jaringan sosial. Pranata terdiri dari nilai-nilai yang dimiliki bersama, norma-norma dan sanksi-sanksi, dan aturan-aturan (Lubis,

2001).

Pranata atau lembaga adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi (Soekanto, 1997: 7). Di dalam pranata warga masyarakat dapat berinteraksi satu sama lain tetapi sudah diikat oleh aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Pranata sosial ini sangat bermacam ragam bentuknya, mulai dari yang tradisional seperti masyarakat adat, sampai pada pranata yang modern seperti partai politik, koperasi, perusahaan, perguruan tinggi dan lain-lain. Menurut Koentjaraningrat (1990) ada delapan tipe dari pranata sosial, yaitu:

1. Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan ·

2. Pranata-pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidupnya.

(29)

5. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk menghayatkan rasa keindahan.

6. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berbakti kepada Tuhan. 7. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mengatur keseimbangan

kekuasaan dalam masyarakat.

8. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia. 9. Pranata muncul disebabkan adanya keperluan dan kebutuhan manusia yang tidak dapat

dipenuhi sendiri, maka muncullah lembaga-lembaga masyarakat untuk memenuhi hal tersebut, dan lembaga ini muncul dengan norma-norma masingmasing.

Tentang pranata ini Soekanto (1997) menyebutnya sebagailembaga kemasyarakatan, yang didefinisikan sebagai: "lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat". Sosiolog bernama Sumner (Soekanto, 1997) mengartikan pranata ini sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Sosiolog tersebut menyebutkan bahwa ada tiga fungsi dari pranata ini, yaitu:

1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam mnghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama menyangkut kebutuhan-kebutuhan.

2. Menjaga keutuhan masyarakat.

(30)

maupun secara tidak sengaja. Norma-norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda, ada yang lemah dan ada pula yang kuat ikatannya (Soekanto, 1997). Norma-norma tersebut di atas akan mengalami suatu proses seiring dengan pedajanan waktu. Dan pada akhirnya norma-norma itu akan menjadi bagian tertentu dan pranata sosial. Soekanto (1997) mengatakan proses itu disebut proses pelembagaan, yaitu suatu proses yang dilewati oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah saitu pranata sosial. Pranata sosial dianggap sebagai peraturan apabila norma- norma tersebut membatasi serta mengatur perilaku orang-orang di dalam lingkungan pranata itu berada (Soekanto, 1997). Proses pelembagaan sebenarnya tidak berhenti demikian saja, akan tetapi dapat berlanjut lebih jauh lagi hingga suatu norma kemasyarakatan tidak hanya melembaga saja dalam kehidupan masyarakat, namun telah menginternalisasi di dalam kehidupannya. Norma hukum pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban den ketenteraman. Gillin dan Gillin (Soekanto, 1997) menguraikan beberapa ciri umum pranata sosial, yaitu:

1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola prilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasilhasilnya. 2. Lembaga kemasyarakatan terdiri dari adat istiadatnya, tata kelakuan, kebiasaan serta

unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung tergabung dalam satu unit yang fungsional.

(31)

sistem pendidikan tertentu baru akan dapat diterapkan seluruhnya setelah mengalami suatu masa percobaan.

4. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Mungkin tujuan-tujuan tersebut tidak sesuai atau sejalan dengan fungsi lembaga yang bersangkutan, apabila dipandang dari sudut kebudayaan secara keseluruhan. Pembedaan antara tujuan dengan fungsi sangat penting oleh karena tujuan suatu lembaga adalah tujuan pula bagi golongan masyarakat tertentu dan golongan masyarakat bersangkutan pasti akan berpegang teguh padanya.

5. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti bangunan, peralatan, mesin dan lain sebagainya. Bentuk serta penggunaan alat-alat tersebut biasanya berlainan antara satu masyarakat dengan masyarakat lain.

6. Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri khas dari lembaga kemasyarakatan. Lambang-lambaing tersebut secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan.

2.3Moral Ekonomi Petani

(32)

James C. Scott menambahkan bahwa para petani adalah manusia yang terikat sangat statis dan aktivitas ekonominya. Mereka (petani-red) dalam aktivitasnya sangat tergantung pada norma-norma yang ada. Penekanan utama adalah pada moral ekonomi petani yang dikemukakan oleh James C.Scott yang menekankan bahwa petani cendrung menghindari resiko dan rasionalitas petani yang dikemukakan Samuel L.Popkin yang menjelaskan bahwa petani adalah rasional mereka tidak menghindari resiko.Dalam Moral Ekonomi Petani: Pergerakan dan Subsistensi di Asia Tenggara, Scott mengemukakan pertama kali teorinya tentang bagaimana

“etika subsistensi” (etika untuk bertahan hidup dalam kondisi minimal) melandasi segala perilaku kaum tani dalam hubungan sosial mereka di pedesaan, termasuk pembangkangan mereka terhadap inovasi yang datang dari penguasa mereka.

Itulah yang disebut sebagai “moral ekonomi”, yang membimbing mereka sebagai warga

desa dalam mengelola kelanjutan kehidupan kolektif dan hubungan sosial resiprokal saat menghadapi tekanan-tekanan struktural dari hubungan kekuasaan baru yang mencengkam. Tekanan struktural dari pasar kapitalistik, pengorganisasian negara kolonial dan paskakolonial,

dan proses modernisasi di Asia Tenggara mengacaukan “moral ekonomi” itu dan menyebabkan

kaum tani berontak.

2.4Stratifikasi Sosial Masyarakat Petani

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai adanya ketidaksamaan . dari buku Mosca ( dalam Arnold Jayendra, 2012) bahwa di dalam masyarakat dijumpai adanya ketidaksamaan dibidang kekuasaan, dimana sebagian masyarakat mempunyai kekuasaan, sedangkan sisanya dikuasai.

(33)

1. Startifikasi berdasarkan jenis kelamin ( seks stratification) : Dimana laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang berbeda dalam masyarakat.

2. Stratifikasi berdasarkan Usia ( age stratification) : Dimana anggota masyarakat yang berusia lebih muda mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda dengan anggota masyarakat yang mempunyai usia lebih tua.

3. Stratifikasi berdasarkan faktor kekerabatan: Dimana adanya perolehan hak dan kewajiban yang berbeda antara ayah, ibu dan anak.

Dalam penelitian ini sistem stratifikasi dilihat dari perbedaan masyarakat berdasarkan kepemilikan lahan / tanah. Berdasarkan kepemilikan lahan/ tanah, masyarakat pertanian dapat dibagi atas tiga lapisan yaitu:

1. Lapisan tertinggi, yaitu kaum petani yang memiliki tanah pertanian dan rumah.

2. Lapisan Menengah, yaitu kaum petani yang tidak memiliki tanah pertanian, namun memiliki tanah pekarangan dan rumah.

3. Lapisan terendah, yaitu kaum petani yang tidak memiliki tanah pertanian dan pekarangan untuk rumah.

Pelapisan sosial masyarakat pertanian berdasarkan kriteria ekonomi:

1. Lapisan pertama yang terdiri dari kaum elit desa yang memilki cadangan pangan dan pengembangan usaha.

2. Lapisan kedua yang terdiri dari orang yang hanya memiliki cadangan pangan saja

(34)

Selain itu pada masyarakat pertanian pada umumnya masih menghargai peran pembuka tanah(cikal bakal), yaitu orang yang pertama kali membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan pertanian. Cikal bakal dan keturunannya merupakan golongan elite di desanya. Biasanya mereka menjadi sesepuh atau golongan yang dituakan. Golongan kedua sesudah cikal bakal diduduki oleh pemilik tanah atau orang kaya, tetapi bukan keturunan cikal bakal. Mereka dapat memilki banyak tanah dan kayak arena keuletan dan kemampuan lainnya. Kelompok kedua ini disebut dengan kuli kenceng.

Golongan ketiga adalah petani yang hanya memiliki tanah sedikit dan hanya cukup untuk dikonsumsi sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan lainnya ia harus bekerja di sektor lain, seperti berdagang kecil-kecilan. Kelompok ini disebut dengan kuli kendo. Sedangkan golongan sector keempat adalah orang yang tidak memiliki tanah, namun bekerja di sektor pertanian. Kelompok ini sering disebut buruh tani.

2.5Konsep Strategi Bertahan

Manusia sama seperti dengan mahluk hidup lainnya, dimana manusia mempunya naluri untuk mempertahankan hidupnya untuk lebih lama lagi. Untuk meraih suatu tujuan seseorang harus menerapkan banyak taktik untuk hidup, serta dimanifestasikan dalam suatu kesatuan sistematis. Oleh sebab itu seseorang harus benar-benar paham apa yang disebut dengan strategi. Berdasarkan analisis kebijakan sosial, strategi adalah satu set pilihan dari alternatif-alternatif yang ada. Sebagai bagian dari teori pilihan rasional, analisis strategi tidak hanya digunakan dalam kehidupan ekonomi, tetapi juga dalam politik, kekuasaan dan pembangunan.

(35)

bisa dipandang sebagai perpaduan antara kegiatan sosial dan ekonomi yang bertujuan menjaga eksistensi manusia. Termasuk didalamnya segala usaha yang dipersiapkan untuk menghadapi situasi –situasi penting dan bertahan dalam keadaan sulit.

Snel dan Staring ( dalam Resmi Setia 2005:6) mengemukakan bahwa strategi bertahan adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang dan jasa. Cara-cara indivvidu menyusun strategi dipegaruhi oleh posisi individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian dalam memobilisasi sumber daya yang ada, tingkat keterampilan, kepemilikan asset, jenis pekerjaan, status gender dan motivasi pribadi. Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan memobilisasi sumber daya yang ada termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan dari orang lain membantu individu dalam menyusun strategi bertahan, kususnya strategi dalam mempertahankan usaha tani.

(36)

2.6Strategi Adaptasi ( Coping Strategi)

Strategi adaptasi menurut edi suharto ( 2009) yaitu Coping Strategi. Secara umum strategi betahan ( coping strategi) didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi hidupnya. Strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya.

Selanjutnya Edi Suharto ( 2009) menyatakan bahwa strategi bertahan ( Coping Strategi)

yang dilakukan oleh keluarga atau rumah tangga dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk misalnya melakukan aktifitas sendiri , memperpanjang jam kerja , memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitar dan diversifikasi taman.

2. Strategi pasif: mengurangi pengeluaran keluarga misalnya biaya sandang, pangan, pendidikan dan sebagainya.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode Studi Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk melihat dan memahami apa yang dialami oleh subjek peneliti secara langsung. Dengan menggunakan penelitian kualitatif maka si peneliti akan memperoleh informasi dan data secara mendalam mengenai strategi Petani miskin Dalam Mempertahankan Usaha tani di Desa Silima Kuta, Kec. STTU Julu, Kab. PakPak Bharat. Sedangkan pendekatan Deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan sebuah masalah yang ada dan bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan situasi dan kondisi di lokasi penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Silima Kuta, Kecamatan Sttu Julu, Kabupaten PakPak Bharat. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian didaerah ini karena didasari oleh beberapa aspek, diantaranya:

Pertama : Lokasi penelitian merupakan daerah pertanian, dimana masyarakatnya mayoritas bermatapencaharian sebagai petani.

(38)

kendala baik dari segi ekonomi, lingkungan dan sosialnya, sehingga peneliti tergerak untuk meneliti lebih dalam mengenai kendala-kendala apasaja yang dihadapi petani miskin dan bagaimana saja strategi yang dilakukan petani miskin untuk mempertahankan usaha taninya.

3.3 Unit Analisis dan Data Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian atau unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin,2007:76). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat petani yang bertempat tinggal di Desa Silima Kuta, Kecamatan Sttu Julu, Kabupaten Pakpak Bharat.

1.3.2 Informan

Teknik Pengambilan informan dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive). Penentuan informan bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti di lapangan. Informan pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang memiliki power dan otoritas pada situasi system atau objek yang diteliti, sehingga mampu membuka pintu kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data yaitu kepala dinas atau instansi, kepala desa atau kelurahan dan lain-lain. Setelah itu informan yang dipilih adalah mereka yang menguasai atau memahami masalah penelitian, dan mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti, Informan dipilih berdasarkan kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan. (Sugiyono, 2008 : 292-293)

(39)

informan dalam penelitian ini adalah petani miskin yang sudah lama berdomisili di Desa Silima Kuta, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kabupaten Pakpak Bharat. Adapun karakteristik informan yang diambil yaitu:

- Petani yang lama berdomisili - Petani pemilik lahan

- Petani penyewa/tidak punya lahan

1.4.Teknik Pengumpulan Data

Data dalam sebuah penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maupun wawancara mendalam, oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebabagai berikut:

a. Wawancara mendalam

(40)

b. Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan ( Bungin, 2007:115). Dalam observasi ini yang diamati adalah bagaimana strategi Masyarakat Petani Dalam Mempertahankan Usahatani di Desa Silima Kuta, Kec. Sttu Julu, Kab. PakPak Bharat.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data dapat diambil dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen seperti buku-buku referensi, surat kabar,majalah, karya ilmiah, jurnal, dan mengakses dari internet yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

3.5 Interpretasi Data

(41)

3.6. Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan dan laporan penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

No Jenis Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. ACC Judul 2. Pra Observasi

3. Penyusunan Proposal 4. Seminar Proposal 5. Revisi Proposal 6. Persiapan Instrumen

Penelitian

7. Penelitian Lapangan 8. Pengumpulan Data

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode Studi Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk melihat dan memahami apa yang dialami oleh subjek peneliti secara langsung. Dengan menggunakan penelitian kualitatif maka si peneliti akan memperoleh informasi dan data secara mendalam mengenai strategi Petani miskin Dalam Mempertahankan Usaha tani di Desa Silima Kuta, Kec. STTU Julu, Kab. PakPak Bharat. Sedangkan pendekatan Deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan sebuah masalah yang ada dan bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan situasi dan kondisi di lokasi penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Silima Kuta, Kecamatan Sttu Julu, Kabupaten PakPak Bharat. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian didaerah ini karena didasari oleh beberapa aspek, diantaranya:

Pertama : Lokasi penelitian merupakan daerah pertanian, dimana masyarakatnya mayoritas bermatapencaharian sebagai petani.

(43)

kendala baik dari segi ekonomi, lingkungan dan sosialnya, sehingga peneliti tergerak untuk meneliti lebih dalam mengenai kendala-kendala apasaja yang dihadapi petani miskin dan bagaimana saja strategi yang dilakukan petani miskin untuk mempertahankan usaha taninya.

3.3 Unit Analisis dan Data Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian atau unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin,2007:76). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat petani yang bertempat tinggal di Desa Silima Kuta, Kecamatan Sttu Julu, Kabupaten Pakpak Bharat.

1.3.2 Informan

Teknik Pengambilan informan dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive). Penentuan informan bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti di lapangan. Informan pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang memiliki power dan otoritas pada situasi system atau objek yang diteliti, sehingga mampu membuka pintu kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data yaitu kepala dinas atau instansi, kepala desa atau kelurahan dan lain-lain. Setelah itu informan yang dipilih adalah mereka yang menguasai atau memahami masalah penelitian, dan mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti, Informan dipilih berdasarkan kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan. (Sugiyono, 2008 : 292-293)

(44)

informan dalam penelitian ini adalah petani miskin yang sudah lama berdomisili di Desa Silima Kuta, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kabupaten Pakpak Bharat. Adapun karakteristik informan yang diambil yaitu:

- Petani yang lama berdomisili - Petani pemilik lahan

- Petani penyewa/tidak punya lahan

1.4.Teknik Pengumpulan Data

Data dalam sebuah penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maupun wawancara mendalam, oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebabagai berikut:

a. Wawancara mendalam

(45)

b. Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan ( Bungin, 2007:115). Dalam observasi ini yang diamati adalah bagaimana strategi Masyarakat Petani Dalam Mempertahankan Usahatani di Desa Silima Kuta, Kec. Sttu Julu, Kab. PakPak Bharat.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data dapat diambil dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen seperti buku-buku referensi, surat kabar,majalah, karya ilmiah, jurnal, dan mengakses dari internet yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

3.5 Interpretasi Data

(46)

3.6. Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan dan laporan penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

No Jenis Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. ACC Judul 2. Pra Observasi

3. Penyusunan Proposal 4. Seminar Proposal 5. Revisi Proposal 6. Persiapan Instrumen

Penelitian

7. Penelitian Lapangan 8. Pengumpulan Data

(47)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis Desa Silima Kuta

Desa Silima Kuta merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kabupaten PakPak Bharat. Desa Silima Kuta merupakan salah satu desa dari 5 desa desa yang ada di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu. Desa Silima Kuta adalah desa yang sumber utama penghasilan penduduknya dari sektor pertanian. Jarak desa Silima Kuta dengan ibu kota kecamatan yaitu 2,5 Km, jarak desa dengan ibu kota kabupaten yaitu 7 Km. Desa Silima Kuta dapat dijangkau hanya melalui satu jalur yaitu jalur darat. Desa Silima Kuta mempunyai luas wilayah 2500 ha/m2.

Adapun batas-batas wilayahnya

- Sebelah Timur : Ulumerah/Lae Langge Kecamatan Sttu Julu - Sebelah Utara : Resdes Kecamatan Siempat Rube

- Sebelah Barat : Cikaok Kecamatan Sttu Julu - Sebelah Selatan : Ulumerah Kecamatan Sttu Julu

Tipologi Desa Silima Kuta adalah dataran. Keadaan tanah di Desa Silima Kuta terbilang

cukup subur, hal ini terlihat dari sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor pertanian. Pada

umumnya di Desa Silima Kuta terbagi dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.Desa

(48)

rata-rata di Desa Silima Kuta adalah 26 0C sementara bentang wilayahnya adalah wilayah dataran

tinggi dan berbukit-bukit.

Secara geografis Desa Silima Kuta terdiri dari tanah sawah sekitar 15 ha/m2 , tanah darat 2,209 ha/m2. Tanah darat terdiri dari tegal/ladang , pemukiman dan pekarangan. Adapun struktur pemerintahan di desa ini adalah kepala desa, sekretaris desa. Desa Silima Kuta dipimpin oleh satu kepala desa yang bernama Aljiner Berutu yang telah menjabat selama hampir setahun dan sekretaris desa yang bernama Merdina Berutu.

4.1.2 Kondisi Sosial Penduduk

Penduduk Desa Silima Kuta bersifat Heterogen karena penduduknya beraneka ragam suku seperti suku PakPak, Batak Toba, Karo dll. Warga Desa Silima Kuta mayoritas bermarga Berutu. Desa Silima Kuta didiami oleh 239 KK dengan 1068 jiwa yang terdiri dari laki-laki 525 orang dan perempuan 543 orang.

4.1.3 Pola Pemukiman Penduduk

Pemukiman di Desa Silima Kuta tidak terlalu padat. Rumah penduduk cenderung mengelompok dan beberapa rumah lainnya juga berjajar di pinggir jalan raya yang menghadap ke arah jalan. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala desa, jumlah rumah yang ada sebanyak 239 rumah, yang terdiri dari rumah yang terbuat dari keramik 50 unit, rumah yang terbuat dari semen sebanyak 178 unit, rumah yang terbuat dari papan atau kayu sebanyak 208 unit.

(49)

serta sebagian dari penduduk menggunakan mesin pompa air atau sumur bor untuk mendapatkan sumber air bersih. Dari segi penerangan penduduk Desa Silima Kuta sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan. Adapun pusat perbelanjaan berada di Desa Silima Kuta di kenal dengan sebutan onan (pajak) yang bertepatan di hari Rabu.

4.1.4 Gambaran Penduduk di Desa Silima Kuta

4.1.4.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin akan terlihat berapa besarnya penduduk pria dan wanita. Banyaknya pria dan wanita di Desa Silima Kuta ini memiliki perbedaan jumlah akan tetapi tidak begitu besar perbandingannya. Perbandingannya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Pria 525 49.15

2 Wanita 543 50.84

JUMLAH 1068 100

Sumber; Data profil Desa Silima Kuta, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk wanita lebih banyak dari pada jumlah pria yaitu 543 jiwa atau 50.84%, sedanagkan pria 525 jiwa atau 49.15%.

(50)

Jika ditinjau dari sudut agama bahwa agama yang dianut masyarakat di Desa Silima Kuta terdapat perbedaan jumlah penganut yang dikelompokkan atas penganut Agama Islam, Agama Protestan dan Agama Katholik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agamanya

No Agama Jumlah ( jiwa) Persentase (%)

1 Islam 234 22.03

2 Protestan 771 72.59

3 Katholik 57 5.36

JUMLAH 1062 99.98

Sumber: Data Profil Desa Silima Kuta , 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa di Desa Silima Kuta ternyata penganut Agama Protestan lebih banyak dibandingkan dengan penganut agama –agama lain. Pertama Agama Islam yang berjumlah 234 jiwa atau 22.03%,, kedua Agama Protestan berjumlah 771 jiwa atau 72.59%, ketiga Agama Katholik berjumlah 57 jiwa atau 5.36%. Penduduk yang beragama Islam di Desa Silima Kuta mayoritas dianut oleh Suku PakPak, sedanngkan Protestan dan Katholik kebanyakan dianut oleh Suku Batak Toba.

5.1 Sarana dan Prasarana Desa

5.1.1 Sarana Pendidikan

(51)

Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di Desa Silima Kuta adalah Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengan Pertama, dan Sekolah Menengah Atas seperti yang tertera di bawah ini:

Tabel 4

Sarana Pendidikan di Desa Silima Kuta Kecamatan Kecamatan Sttu Julu

Kabupaten PakPak Bharat

No Sarana Pendidikan Jumlah

1 TK 1

2 SD 1

3 SMP/Sederajat 1

4 SMA/Sederajat 1

JUMLAH 4

Sumber; Data profil Desa Silima Kuta, 2014

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sarana pendidikan yang terdapat di DesaSilima Kuta masih sangat minimal ini terlihat dari jumlah sekolah yang masih sangat sedikit. Dimana terlihat mulai dar pendidikan TK, SD, SMP dan SMA masing-masing hanya 1 unit.

5.1.2 Sarana Keagamaan

(52)

Tabel 5

Sarana Keagamaan di Desa Silima Kuta Kecamatan Sttu Julu Kabupaten PakPak

Bharat.

NO Sarana Keagamaan Jumlah

1 Masjid 1 Unit

2 Gereja 3 Unit

JUMLAH 4 Unit

Sumber : Data profil Desa Silima Kuta , 2014

Dari table diatas dapat diketahui sarana keagamaan yang ada di Desa Silima Kuta cukup memadai dengan fasilitas masjid sebanyak 1 Unit dan Gereja sebanyak 4 unit. Jika dilihat dari jumlah rumah ibadah yang ada di Desa Silima Kuta terlihat bahwa kebanyakan penduduk di Desa Silima Kuta yang memeluk agama non muslim. Selain itu menunjukkan bahwa warga sadar akan pentingnya agama untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta.

5.1.3 Sarana Transportasi dan Perhubungan

(53)

Tabel 6

Kwalitas Jalan di Desa Silima Kuta Kecamatan Sttu Julu Kabupaten PakPak Bharat.

NO Jalan Jumlah

1 Aspal 6 km

2 Sirtu 1km

3 Tanah 10km

4 Setapak 5km

JUMLAH 22km

Sumber: Data Profil Desa Silima Kuta , 2014

(54)

Tabel 7

Sarana Transportasi di Desa Silima Kuta Kecamatan Sttu Julu Kabupaten

PakPak Bharat

No Jenis Sarana Jumlah

1 Bus Umum 4Unit

2 Truck Umum 4Unit

3 Becak 1Unit

JUMLAH 9Unit

Sumber: Data Profil Desa Silima Kuta , 2014

5.1.4 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Desa Silima Kuta adalah Puskesmas pembantu. Tenaga medis yang ada di desa ini berjumlah 2 orang dan 2 orang dukun bersalin . penduduk di desa ini sering memeriksa kesehatannya di kepada bidan yang ada di puskesmas, terkadang jika masyarakat merasa tidak ada perkembangan dan perubaha pada kesehatannya maka masyarakat langsung dibawa kerumah sakit yang ada di Kabupaten ( Salak).

(55)

5.1.5 Sarana Komunikasi

Adapun sarana komunikasi yang digunakan masyarakat di Desa Silima Kuta adalah telepon genggam. Telepon genggam sudah dimiliki oleh setiap Rumah tangga yang ada di desa ini. Selain itu kebanyakan masyarakat juga sudah memiliki TV yang juga digunakan sebagai sarana informasi bagi masyarakat.

6.1 Profil Informan

6.1.1 Informan Kunci ( Keluarga Yang Tinggal di Desa Silima Kuta)

1. Nama : K Berutu Umur : 65 Tahun Jenis Kelamin : Laki:laki

Alamat : Jl. Serdang No 106 Silima Kuta Agama : Islam

Suku/ etnis : Pak:Pak Jenis Pekerjaan : Petani Status : Menikah Pendidikan Terakhir : SD Jumlah tanggungan : 3 orang Asal Daerah : Silima Kuta

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan adalah : 1) Pola distribusi unggas hidup yang diperdagangkan pada Pasar

Berdiskusi dalam kelompok tentang karakteristik peserta didik, potensi peserta didik, bekal ajar awal peserta didik dan kesulitan belajar peserta didik dengan

4.1 The One-Period Case 4.2 The Multiperiod Case 4.3 Compounding Periods 4.4 Simplifications. 4.5 What Is a

ALHAMDULILLAH WASYUKURILLAH, PUJI SYUKUR KEHADIRAT ALLAH SWT, TUHAN YANG MAHA ESA, YANG TELAH MEMBERIKAN KARUNIA NIKMAT KESEHATAN, KE’AFIATAN DAN HIDAYAHNYA

Format 2 Pemahaman terhadap proses pembelajaran dan penilaian, diisi melalui wawancara dengan guru Format 3 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), diisi melalui

Hasil pemeriksaan awal TSS didapatkan kadar sebesar 7100 ppm, ini tentunya sudah melebihi nilai ambang batas yang sudah ditetapkan Baku Mutu Air Limbah Kegiatan

Penulisan dan penelitian yang bertema tentang kondisi Kota Mojokerto pada masa pemerintahan Walikota Samioedin mengacu pada pembangunan bidang sosial, ekonomi, dan

Tahap-tahap perkembangan psikologis siswa harus diperhatikan dalam memilih bahan pembelajaran sastra. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki minat yang