• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dalam Bimbingan Konseling Terhadap Motivasi Belajar Siswa/I Sma Yayasan Perguruan Sutomo I Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dalam Bimbingan Konseling Terhadap Motivasi Belajar Siswa/I Sma Yayasan Perguruan Sutomo I Medan)"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Korelasional Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/I SMA Yayasan

Perguruan Sutomo I Medan)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

David Edward 110904041

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

i

LEM BAR PERSET U J U AN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : DAVID EDWARD

NIM : 110904041

Departemen : ILMU KOMUNIKASI

Judul : EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN

MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Korelasional Pengaruh Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/I SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan)

Medan, Juli 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi

Drs. Mukti Sitompul M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis,M.A

NIP. 195307161981121001 NIP. 1962082819870122001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

(3)

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : DAVID EDWARD

NIM : 110904041

Tanda Tangan : ……….

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa

menjadi sumber kekuatan bagi peneliti disepanjang proses penulisan skripsi ini.

Atas berkat dan kasih-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar Siswa (Studi

Korelasional Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan

Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/I SMA Yayasan Perguruan Sutomo I

Medan)”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan juga masih jauh

dari kesempurnaan di dalam proses penyelesaian skripsi ini, karena itu peneliti

sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga skripsi ini dapat

menjadi lebih baik.

Peneliti mengucapkan ucapan terima kasih secara khusus kepada kedua

orang tua peneliti, yang sangat saya cintai dan sayangi yaitu Bapak Judika

Lumbantoruan dan Ibu Tionar Simatupang yang senantiasa mendoakan dan

memberikan kasih sayangnya yang tidak akan tergantikan serta semangat yang

luar biasa kepada peneliti. Terima kasih untuk setiap kata-kata dan dukungan yang

diberikan kepada peneliti dan kesediaan yang tulus untuk mendengarkan keluh

kesah peneliti hingga saat ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada

abang dan adik-adik yang peneliti sayangi dan cintai Erick Lumbantoruan, Martha

Lumbantoruan, Joice Lumbantrouan, dan Okta Lumbantoruan yang juga

senantiasa mendoakan dan mendukung peneliti selama penulisan skripsi ini.

Peneliti sangat bersyukur memiliki abang dan adik-adik yang luar biasa dan yang

selalu membuat peneliti untuk tersenyum dan semangat di dalam hidup ini.

Tanpa dipungkiri penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan

doa-doa dari berbagai pihak serta orang-orang dalam hidup peneliti, karena itu

peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

(5)

iv

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik

Peneliti.

5. Bapak Drs. Mukti Stitompul, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi,

terima kasih atas waktu, tenaga dan semua pikiran serta masukan yang

telah diberikan dengan sabar untuk mengarahkan saya dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Para dosen dan staff di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara khususnya dari Departemen Ilmu Komunikasi atas ilmu

dan pengalaman hidup yang dibagikan selama masa perkuliahaan.

7. Seluruh staff Departemen Ilmu Komunikasi dan Bagian Pendidikan yang

telah membantu dalam proses administrasi.

8. Bapak Ir. Khoe Tjok Jien selaku Kepala Sekolah Yayasan Perguruan

Sutomo I Medan yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk

melakukan penelitian.

9. Konselor bimbingan konseling Yayasan Perguruan Sutomo I Medan (Kak

Erika) yang telah membantu di dalam proses pengambilan data sepanjang

pelaksanaan penelitian ini.

10.Achava Zephan, Kak Rebekka Purba selaku kakak rohani peneliti yang

sudah banyak memberikan doa, dukungan dan semangat, serta

saudara-saudariku di dalam Kristus, Rittar Samosir, Neni Waruwu, Sondang

Tamba, Davit Sebayang, Hans Siahaan, terima kasih telah menjadi

saudara-saudari yang baik di dalam hidup peneliti.

11.Adik-adik rohani peneliti Abbie Jensina, Hanna Tinambunan dan Vera

Siringo-ringo buat doa, dukungan dan semangat kepada peneliti.

12.Sahabat-sahabat peneliti Tampomas FC, Bang Swandi Hutapea, Bang

Christian Manurung, Bang Iman Hutapea, Hans Siahaan, dan Bastian

(6)

v

13.Sahabat-sahabat dan teman-teman IMKR Medan (Bang Febri Napitupulu,

Bang Taufik, Agustinus Tampubolon, Ganda Hutabarat, Michael

Panjaitan, Bowi, Kahfi, Andi, dan yang lainnya yang tidak dapat peneliti

sebutkan satu per satu)

14.Tim Pengurus Pelayanan UKM KMK USU UP PEMA FISIP periode 2014

dan 2015 (Kak Meriau, Kak Santiur, Kak Yolanda, Melin, Samuel, Sri dan

yang lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu).

15.Komisi Peralatan UKM KMK USU dan Tim Inventaris yang tidak dapat

peneliti sebutkan satu per satu, yang telah mendoakan dan memberikan

semangat kepada peneliti.

16.Seluruh Teman dan Keluarga yang tidak dapat disebutkan satu per satu

yang sudah banyak memberikan dukungan kepada peneliti, kiranya Allah

yang membalas dengan segala berkat-Nya.

Akhir kata, segala puji, hormat, dan kemuliaan hanyalah milik Allah saja yang

sudah banyak berperan dalam kehidupan peneliti dan memberikan kepercayaan

dala segala hal. Peneliti berharap, penelitian ini dapat bermanfaat serta

memberikan inspirasi bagi pendidikan di Indonesia di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2015

Peneliti

(7)

vi ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar

Siswa/I. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana Pengaruh

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap

Motivasi Belajar Siswa/I SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah: teori komunikasi, komunikasi antarpribadi,

bimbingan konseling, dan motivasi belajar. Metode yang digunakan adalah

metode korelasional, yaitu metode yang digunakan untuk meneliti hubungan

antara variabel-variabel. Populasi dalam penelitian ini yaitu berjumlah 514 orang.

Untuk menghitung jumlah sampel penelitian, digunakan rumus Taro Yamane

dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Berdasarkan perhitaungan

rumus tersebut maka, diperoleh sampel sebanyak 84 orang. Teknik pengumpulan

data menggunakan studi lapangan melalui kuesioner dan penelitian kepustakaan

melalui literatur, sumber bacaan dan teori-teori.

Berdasarkan skala Guilford, hasil 0.51 berada pada skala 0.40-0.70 yang

menunjukkan hubungan yang cukup berarti. Berdasarkan hasil perhitungan

dengan menggunakan rumus Tata Jenjang Spearman (Spearman’s Rho

Rank-Order Correlation) diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.51 (Ha diterima), yaitu

terdapat hubungan antara Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan

Konseling dan Motivasi Belajar Siswa/I Yayasan Perguruan Sutomo I Medan.

Selanjutnya, untuk menguji tingkat signifikasi pengaruh pengaruh variabel X

terhadap Y digunakan rumus �����, dimana �ℎ����� > ������ atau 5.37 > 1.99 yang

berarti Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling

mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa/I Yayasan Perguruan Sutomo I Medan

sebesar 26.01%. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap

Motivasi Belajar Siswa/I Yayasan Perguruan Sutomo I Medan.

(8)

vii ABSTRACT

This research title is The Effectiveness of Interpersonal Communication and

Student’s Study Motivation. The purpose is to determine how far the effect of

Interpersonal Communication’s Effectiveness in Counseling Guidance to

Student’s Study Motivation in School Institution Sutomo I Medan. The theory

used in this study is: communication theory, interpersonal communication,

counseling guidance, and study’s motivation. The method used is correlation

method, which method used to examine the relationship between variables. The

population in this research are 514 people. To calculate the sample size of the

study, used Taro Yamane formula with precision of 10% with confidance level of

90% . Based on a sample calculate formula, obtained a sample of 84 people. The

technique of data collection is field research through questionnaries and library

research through literature, reading sources and theories.

Based on Guilford Scale, the result 0.51 are in scale 0.40-0.70 which means

significant relationship. Based on the result of calculation using Tata Study

Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlation) obatained a correlation

coefficient 0.51 (Hyphotesis accepted). ����� formula is used to test the

significance of influence of variable X to Y, where ������ > ������ or 5.37 > 1.99,

which means the effectiveness of Interpersonal Communication in Counseling

Guidance affects Student’s Study Motivation in School Institution Sutomo I

Medan at 26.01%.

These results indicate that there’s a significant influence between the the

effectiveness of Interpersonal Communication in Counseling Guidance affects

Student’s Study Motivation in School Institution Sutomo I Medan.

Keywords: Effectiveness of Interpersonal Communication, Study Motivation,

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

ABSTRAK ... ix

2.1.2 Komunikasi Antarpribadi ... 13

2.1.3 Bimbingan Konseling ... 20

2.1.4 Motivasi ... 22

2.1.5 Motivasi Belajar ... 25

2.2 Kerangka Konsep ... 27

2.3 Variabel Penelitian ... 28

2.4 Operasionalisasi Variabel ... 28

2.5 Defenisi Operasional ... 29

2.6 Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

3.1.1 Gambaran Umum Yayasan Perguruan Sutomo I Medan ... 33

3.1.2 Sejarah Yayasan Perguruan Sutomo I Medan ... 33

3.1.3 Logo, Visi – Misi Yayasan Perguruan Sutomo I Medan ... 34

3.1.4 Bimbingan Konseling Yayasan Perguruan Sutomo I Medan ... 34

3.1.5 Tugas dan Tanggung jawab Konselor Sekolah ... 35

3.2 Metode Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1 Populasi ... 36

3.3.2 Sampel ... 36

(10)

ix

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5 Teknik Analisis Data ... 38

3.6 Proses Pengolahan Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 42

4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 42

4.2.1 Karakteristik Responden ... 42

4.2.2 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ... 44

4.2.3 Motivasi Belajar ... 64

4.3 Analisis Tabel Silang ... 81

4.4 Uji Hipotesis ... 89

4.5 Pembahasan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 98

(11)

x

4.4 Keterbukaan konselor kepada siswa/i mengenai pengalaman Pribadinya 45

4.5 Keterbukaan konselor dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan konselor yang sebenarnya kepada siswa/i 46

4.6 Keterbukaan konselor mengungkapkan pikiran dan perasaannya sebenarnya berkaitan dengan tingkah laku siswa/i 47

4.7 Sikap empati konselor dalam memaklumi keluhan siswa/i mengenai kesulitan dalam mengerjakan ulangan dan tugas/PR 48

4.8 Sikap empati konselor dalam memaklumi keluhan siswa/i terkait masalah proses belajar siswa/i 49

4.9 Sikap empati konselor dalam mengkritik cara belajar Siswa 50

4.10 Sikap empati konselor dalam memposisikan dirinya sebagaimana dengan cara pandang siswa/i 51

4.11 Peran konselor membentuk pikiran siswa/i tentang pentingnya belajar 52

4.12 Peran konselor dalam menyadarkan siswa/i tentang manfaat belajar 53

4.13 Dukungan konselor untuk menyakinkan potensi yang dimiliki oleh siswa/i 54

4.14 Kemampuan konselor dalam memberi ketenangan untuk meringankan beban perasaan siswa/i mengenai kesulitan belajar 55

(12)

xi

4.16 Kemampuan konselor yang mendukung menciptakan

suasana belajar yang nyaman bagi siswa/i di sekolah 56

4.17 Rasa nyaman yang diperoleh siswa disaat berkomunikasi

dengan konselor 58

4.18 Sikap konselor untuk menghargai siswa/i yang datang

mengikuti kegiatan bimbingan konseling 59

4.19 Sikap konselor dalam memberikan pujian kepada siswa/i 60

4.20 Sikap konselor dalam menghargai klien yang mengikuti

konseling sebagai siswa ketika berkomunikasi 61

4.21 Sikap konselor untuk tidak memancing perdebatan

disaat berkomunikasi dengan siswa/i 62

4.22 Sikap konselor untuk membantu memberikan solusi

terhadap masalah yang dialami oleh siswa/i 63

4.23 Tingkat konsentrasi siswa/i yang mengikuti konseling

dalam proses belajar 64

4.24 Perhatian siswa/i untuk memperhatikan pelajaran terlepas

siapapun guru yang mengajar 65

4.25 Frekuensi siswa/i untuk mencari sumber belajar pada

waktu senggang di luar jam sekolah 66

4.26 Ketekunan siswa/i untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan

rumah tepat waktu 67

4.27 Kesadaran siswa/i mengenai pentingnya belajar 68

4.28 Kesadaran siswa/i mengenai manfaat belajar bagi dirinya 69

4.29 Kesadaran siswa/i mengenai pentingnya mengikuti

setiap pembelajaran di sekolah 70

4.30 Dorongan siswa/i untuk melakukan kegiatan belajar demi

meraih cita-cita 71

4.31 Frekuensi aktivitas belajar siswa/i yang dilakukan di rumah

agar dapat memahami setiap materi pelajaran 71

4.32 Frekuensi siswa/i untuk menyediakan waktu khusus untuk

(13)

xii

4.33 Kemandirian siswa/i untuk mengerjakan tugas dengan

usahanya sendiri 73

4.34 Kepercayaan diri siswa/i mengenai keyakinan pada potensi

yang ada pada dirinya 74

4.35 Kepercayaan diri siswa/i untuk berusaha mengembangkan

potensi yang ia miliki 75

4.36 Frekuensi siswa/i untuk bertanya kepada orang lain

mengenai pelajaran yang belum dimengerti 76

4.37 Dorongan belajar siswa/i untuk berusaha lebih keras walapun

telah memperoleh nilai yang tinggi 77

4.38 Frekuensi siswa/i dalam memperhatikan catatan yang

diberikan guru untuk perbaikan tugas atau PR 78

4.39 Usaha siswa/i untuk tidak jenuh dalam belajar 79

4.40 Ketertarikan siswa/i untuk belajar yang didukung oleh

suasana belajar yang nyaman 80

4.41 Hubungan antara Kemampuan Konselor dalam Membentuk

Pikiran Siswa/i akan Pentingnya Belajar dengan Kesadaran

Siswa/i akan Pentingnya Belajar 81

4.42 Hubungan antara Kemampuan Konselor dalam Membentuk

Pikiran Siswa/i akan Manfaat Belajar dengan Kesadaran

Siswa/i akan Manfaat Belajar bagi Dirinya 83

4.43 Hubungan kemampuan konselor menyakinkan kemampuan

yang dimiliki siswa/i dengan usaha siswa/i untuk

mengembangkan kemampuan atau potensi yang ia miliki 85

4.44 Hubungan antara suasana belajar yang nyaman yang

diciptakan melalui bimbingan konseling dan ketertarikan

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

- Kuesioner

- Foltron Cobol

- Tabel Data Mentah Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar Siswa

- Tabel r Spearman

- Tabel Distribusi t

- Surat Izin Penelitian

- Biodata Peneliti

(15)

vi ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar

Siswa/I. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana Pengaruh

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap

Motivasi Belajar Siswa/I SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah: teori komunikasi, komunikasi antarpribadi,

bimbingan konseling, dan motivasi belajar. Metode yang digunakan adalah

metode korelasional, yaitu metode yang digunakan untuk meneliti hubungan

antara variabel-variabel. Populasi dalam penelitian ini yaitu berjumlah 514 orang.

Untuk menghitung jumlah sampel penelitian, digunakan rumus Taro Yamane

dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Berdasarkan perhitaungan

rumus tersebut maka, diperoleh sampel sebanyak 84 orang. Teknik pengumpulan

data menggunakan studi lapangan melalui kuesioner dan penelitian kepustakaan

melalui literatur, sumber bacaan dan teori-teori.

Berdasarkan skala Guilford, hasil 0.51 berada pada skala 0.40-0.70 yang

menunjukkan hubungan yang cukup berarti. Berdasarkan hasil perhitungan

dengan menggunakan rumus Tata Jenjang Spearman (Spearman’s Rho

Rank-Order Correlation) diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.51 (Ha diterima), yaitu

terdapat hubungan antara Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan

Konseling dan Motivasi Belajar Siswa/I Yayasan Perguruan Sutomo I Medan.

Selanjutnya, untuk menguji tingkat signifikasi pengaruh pengaruh variabel X

terhadap Y digunakan rumus �����, dimana �ℎ����� > ������ atau 5.37 > 1.99 yang

berarti Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling

mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa/I Yayasan Perguruan Sutomo I Medan

sebesar 26.01%. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap

Motivasi Belajar Siswa/I Yayasan Perguruan Sutomo I Medan.

(16)

vii ABSTRACT

This research title is The Effectiveness of Interpersonal Communication and

Student’s Study Motivation. The purpose is to determine how far the effect of

Interpersonal Communication’s Effectiveness in Counseling Guidance to

Student’s Study Motivation in School Institution Sutomo I Medan. The theory

used in this study is: communication theory, interpersonal communication,

counseling guidance, and study’s motivation. The method used is correlation

method, which method used to examine the relationship between variables. The

population in this research are 514 people. To calculate the sample size of the

study, used Taro Yamane formula with precision of 10% with confidance level of

90% . Based on a sample calculate formula, obtained a sample of 84 people. The

technique of data collection is field research through questionnaries and library

research through literature, reading sources and theories.

Based on Guilford Scale, the result 0.51 are in scale 0.40-0.70 which means

significant relationship. Based on the result of calculation using Tata Study

Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlation) obatained a correlation

coefficient 0.51 (Hyphotesis accepted). ����� formula is used to test the

significance of influence of variable X to Y, where ������ > ������ or 5.37 > 1.99,

which means the effectiveness of Interpersonal Communication in Counseling

Guidance affects Student’s Study Motivation in School Institution Sutomo I

Medan at 26.01%.

These results indicate that there’s a significant influence between the the

effectiveness of Interpersonal Communication in Counseling Guidance affects

Student’s Study Motivation in School Institution Sutomo I Medan.

Keywords: Effectiveness of Interpersonal Communication, Study Motivation,

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya tidak akan pernah lepas dari aktivitas komunikasi.

Komunikasi memegang peranan penting dalam suatu interaksi sosial, baik dalam

hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, bahkan masyarakat. Orang yang

tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan tersesat, karena

ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial.

Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka

rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun

yang ia hadapi (Mulyana, 2007:6).

Demikian pula komunikasi mengambil banyak peran di dalam dunia

pendidikan. Disetiap proses pembelajaran bagi peserta didik maupun pengajaran

yang dilakukan oleh tenaga pengajar atau guru, komunikasi sebagai dasar di

dalam penyampaian ide dan gagasan. Berbagai bentuk komunikasi yang terjadi

serta dengan konteks dan fungsi yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan dari

pendidikan tersebut. Seperti contoh, komunikasi organisasi di antara guru dan

staff di dalam aktivitas administrasi sekolah, komunikasi kelompok di antara guru

dan siswa di dalam proses belajar dan mengajar, serta komunikasi antarpribadi di

antara guru dan siswa, guru BK dan siswa, maupun seorang siswa dengan siswa

lainnya yang berada di dalam lingkungan sekolah. Edgar Dalle (1946)

menyatakan pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,

masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan,

yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk

mempersiapkan peserta didik agar dapat melakukan peranan dalam berbagai

lingkungan secara tetap untuk masa yang akan datang (http:/www.dharmasanjaya.

blogdetik.com/2013/03/19/pengertian pendidikan).

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik

melaksanakan program pengajaran, bimbingan, dan latihan dalam membantu

siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik menyangkut aspek

moral-sprital, intelektual, emosional, maupun sosial. Para peserta didik memandang

(18)

Universitas Sumatera Utara orang tua menaruh harapan kepada sekolah untuk dapat mendidik anak agar

menjadi orang yang pintar, terampil, dan berakhlak mulia. Hurlock (1986)

mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan

kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara

berperilaku. Hal senada juga dikemukakan oleh Havighurst (1961) bahwa sekolah

mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa

mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah

seyogianya berupaya menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat

memfasilitasi siswa (yang berusia remaja) untuk mecapai tugas perkembangannya

(Yusuf, Nurihsan, 2005:2-3).

Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama

kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11 tahun sampai dengan usia 21 tahun. Masa

perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penuh

kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri melainkan juga para

orang tua, guru, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat dikarenakan individu

remaja sedang berada pada masa transisi yaitu masa peralihan di antara masa

kanak-kanak dan dewasa. Sehubungan dengan ini, hampir dapat dipastikan bahwa

segala sesuatu yang sedang dialami atau dalam keadaan transisi dari suatu

keadaan ke keadaan lainnya selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan

benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk (Syah, 2010:51).

Menurut Syamsu dan Juntika (2005) bahwa dalam seluruh proses

pendidikan, belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapat

diartikan sebagai bantuan perkembangan melalui kegiatan belajar. Secara

psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah

laku baik dalam kogntif, afektif, maupun psikomotorik, untuk memperoleh respon

yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien (Yusuf,

Nurihsan, 2005:222). Berbagai metode maupun cara dilakukan guna mencapai

perkembangan positif peserta didik seperti pemberian materi mata pelajaran, tugas

dan latihan, serta mengadakan tes atau ujian. Namun, semua hal tersebut membuat

guru aktif dan sesungguhnya sebagian besar merupakan faktor penentu dalam

(19)

Universitas Sumatera Utara belajar. Walaupun demikian, siswa acap dipandang masih lambat, sulit

memahami, bahkan kurang tertarik untuk belajar (Sukardi, 1988:21).

Pada dasarnya, anak memerlukan motivasi di dalam kegiatan belajarnya.

Pentingnya motivasi dalam belajar, karena keberadaannya sangat berarti bagi

perbuatan belajar atau seluruh aktivitas dalam belajar (Uno, 2008:23). Wlodkowsi

(1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau

menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah (direction) serta

ketahanan (persistene) (Siregar,Nara, 2010:49). Motif merupakan suatu tenaga

potensial untuk terjadinya perilaku atau tindakan, sedangkan motivasi merupakan

proses pengerahan dan penguatan motif itu untuk diaktualisasikan dalam

perbuatan nyata. Dalam kaitannya dengan perilaku, maka motif dalam motivasi

itu tidak terpisah, sehingga pada gilirannya konsep motivasi telah mencakup motif

dan penguatannya. Tidak terkecuali dalam belajar, motivasi memiliki peranan

penting dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam menentukan hal-hal

yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak

dicapai, menentukkan ragam kendali terhadap rangsangan belajar dan

menentukkan ketekunan belajar (Uno, 2008:27).

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan

keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, serta harapan akan cita-cita.

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar

yang kondusif dan mendukung, dan kegiatan belajar yang menarik. Namun, harus

dipahami bahwa, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu,

sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih

giat dan semangat (Uno, 2008:23).

Komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi yang sering sekali

dipakai di dalam mendukung proses pengajaran maupun pembelajaran di setiap

lembaga pendidikan. Komunikasi interpersonal juga lebih efektif untuk

memotivasi peserta didik secara personal agar dapat memahami dirinya dan dapat

mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Hardjana (2007:85)

mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal (interpersonal communication)

atau komunikasi antarpribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa

(20)

Universitas Sumatera Utara penerima dapat menanggapi secara langsung pula. Dibandingkan dengan bentuk

komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi mempunyai peranan yang cukup

besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses

penggunaan informasi secara bersama (sharing proses) (Wiryanto, 2004:37).

Komunikasi secara interpersonal atau komunikasi antarpribadi merupakan bentuk

komunikasi yang juga terdapat pada metode pengembangan potensi siswa/i yang

melibatkan konselor dan siswa/i dalam pertemuan tatap muka. Metode tersebut

lazimnya disebut dengan bimbingan konseling.

Bimbingan konseling adalah salah satu metode yang telah lama ada dan

yang pada saat ini berkembang pesat dalam dunia pendidikan guna membantu

siswa atau peserta didik untuk mengembangankan potensi dasar yang dimiliki

siswa, yang tidak sekedar memberikan ilmu pengetahuan sesuai kurikulum

(Sukardi, 1988:20).

Rochman Natawidjaja (1987) mengartikan bimbingan sebagai proses

pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,

supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup

mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan

dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada

umumnya. Sedangkan Robinson (1950) mengartikan konseling adalah semua

bentuk hubungan antara dua orang, dimana seorang, yaitu klien dibantu untuk

lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan

lingkungan sekitarnya (Hallen, 2005:5,10). Hubungan dalam konseling bersifat

interpersonal, terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor

dengan klien. Hubungan itu, melainkan melibatkan semua unsur kepribadian yang

meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan dan

lain-lain.

Salah satu lembaga pendidikan formal yang berada di Kota Medan adalah

Yayasan Perguruan Sutomo I Medan (PG-SD-SMP-SMA), sekolah ini telah

memiliki akreditasi serta prestasi akademik siswa yang baik, bahkan masyarakat

Kota Medan juga memberikan perhatian khusus kepada sekolah ini sebagai

sekolah yang unggul dalam prestasi akademiknya. Hal tersebut dapat dibuktikan

(21)

Universitas Sumatera Utara Perguruan Sutomo I Medan dalam ajang kompetisi akademik tingkat lokal dan

nasional. Di dalam perjalanannya, sekolah ini telah beberapa kali memenangkan

medali dan penghargaan dalam olimpiade-olimpiade ilmiah dengan meraihkan

medali emas (gold medal), medali perak (silver medal) dan medali perunggu

(bronze medal) pada Olimpiade Siswa Nasional (OSN) yang diadakan di kota

Yogyakarta, Balikpapan, Pekanbaru, Jakarta, Semarang, Surabaya, Makasar,

Jakarta, Medan dalam beberapa kategori-kategori serta olimpiade lainnya pada

tingkat nasional dan internasional. Namun tidak semua siswa/i tersebut memiliki

motivasi dan prestasi akademik yang sama. Terdapat siswa/i yang memiliki

motivasi yang kuat untuk melakukan aktivitas belajarnya dan juga terdapat siswa/i

yang dipandang masih belum memiliki motivasi yang kuat untuk belajar serta

mengalami berbagai kesulitan dalam proses pembelajarannya.

Terlepas dari bentuk atau metode pengajaran yang ada dan yang telah lama

diterapkan di dalam mendukung pengembangan potensi siswa/i Yayasan

Perguruan Sutomo I Medan, yayasan ini juga memberikan salah satu fasilitas

bimbingan konseling guna membantu proses pengembangan potensi siswa/i yaitu

melalui pertemuan tatap muka (percakapan) bersama konselor yang professional.

Komunikasi cukup banyak mengambil peran di dalam seluruh proses pertemuan

tatap muka tersebut diantara siswa/i dan konselor atau yang disebut dengan

bimbingan konseling. Tanpa dapat dipungkiri setiap interaksi yang terdapat pada

bimbingan konseling tersebut, tidak terlepas dari berbagai bentuk komunikasi

yang dipakai termasuk komunikasi antarpribadi. Fasilitas bimbingan konseling ini

diperuntukan bagi seluruh siswa Yayasan Perguruan Sutomo I Medan guna

mendukung program pengembangan siswa/i tersebut. Adapun konselor yang

profesional tersebut merupakan seorang ahli dalam konseling yang memiliki latar

pendidikan dari jurusan psikologi, sehingga kredibilitas serta pengalamannya

tidak diragukan lagi di dalam menangani klien (siswa) yang datang menemuinya.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

sejauhmana pengaruh efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan

konseling terhadap motivasi belajar siswa-siswi Yayasan Perguruan Sutomo I

(22)

Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka adapun yang menjadi

rumusan masalah di dalam penelitian ini yaitu: “Sejauhmana pengaruh efektivitas

komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling di Yayasan Perguruan

Sutomo I Medan terhadap motivasi belajar siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I

Medan?

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan kerancuan yang

dikarenakan luasnya pembahasan juga keterbatasan peneliti dalam hal

kemampuan dan pengetahuan, maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun

pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Yang dimaksud dengan efektivitas komunikasi antarpribadi sebagai

variabel (X) dalam penelitian ini dibatasi pada keterbukaan (openness),

empati (empathy), dukungan (supportiveness), sikap positif (positiveness),

dan kesetaraan/kesamaan (equality) yang terdapat pada kegiatan

bimbingan konseling.

2. Yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini dibatasi pada

perhatian (attention), relevansi (relevance), kepercayaan diri

(self-confidence), serta kepuasan siswa (satisfication).

3. Objek penelitian ini adalah siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan

tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pernah mengikuti kegiatan

bimbingan konseling.

4. Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2015 sampai dengan Juni 2015.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui efektivitas komunikasi antarpribadi di dalam

bimbingan konseling yang terdapat di Yayasan Perguruan Sutomo I

(23)

Universitas Sumatera Utara 2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa/i SMA Yayasan

Perguruan Sutomo I Medan yang telah mengikuti kegiatan bimbingan

konseling.

3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh efektivitas komunikasi

antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa/i

Yayasan Perguruan Sutomo I Medan pada tingkat SMA.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat di dalam penelitian ini yaitu:

1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif terhadap pengetahuan dalam bidang komunikasi sebagai bahan

penelitian, dan sumber bacaan bagi mahasiswa FISIP USU umumnya, dan

mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Khususnya.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

lembaga-lembaga pendidikan lainnya untuk mendukung metode

pengembangan potensi siswa/i, khususnya Yayasan Perguruan Sutomo I

medan.

3. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan

peneliti di bidang komunikasi interpersonal, baik itu secara teori maupun

(24)

8 BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori

Teori merupakan jantung utama dalam penelitian kuantitatif yang harus

diuji kebenarannya dalam suatu topik penelitian. Seorang peneliti kuantitatif harus

memilih dan menentukkan teori yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

Kejelasan landasan berpikir untuk memecahkan teori atau menyoroti masalah

sangat diperlukan dalam penelitian. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang

memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah

penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995:39).

Kerlinger menyatakan bahwa teori adalah himpunan konstruksi (konsep),

definisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala

dengan menjabarkan relasi diantara variabel, Untuk menjelaskan dan meramalkan

gejala tersebut (Rakhmat, 1985:8). Dalam penelitian ini, teori yang dianggap

relevan adalah komunikasi, komunikasi interpersonal, bimbingan konseling,

motivasi, dan motivasi belajar.

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah Komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal

dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.

Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk

percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan

makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan

dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesanmaan makna yang

dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat

dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang

dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan, dan

politik sudah disadari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan

(25)

Universitas Sumatera Utara dalam lingkungan kecil. Baru pada pertengahan abad ke-20 ketika dunia dirasakan

semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronik, seteleh

ditemukan kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat kabar, film, radio,

televisi, dan sebagainya maka para cendekiawan pada abad sekarang menyadari

pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu

(science).

Berbicara tentang definisi ilmu komunikasi, tidak ada definisi yang benar

atau salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatnya

untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya (Mulyana,

Deddy, 2005:41-42).

Menurut Djajusman (1985), para pakar telah merumuskan komunikasi

dengan caranya sendiri. Seperti terlihat dalam thayer (1963) misalnya telah

menemukan 25 artian komunikasi yang berbeda satu sama lain. Bahkan Stappers

(1966) menemukan 34 definisi, Battinghaus (1966) 50 rumusan, Dance (1970)

berhasil mengumpulkan 98 buah. Dengan demikian nampak bahwa definisi

komunikasi begitu banyak untuk itu dibutuhkan suatu cara dalam memandangnya

dari sudut tertentu (Liliweri, 1991:4).

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah: upaya yang sistematis

untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta

pembentukan pendapat dan sikap.

Di masa perkembangan ilmu komunikasi saat ini, para peminat

komunikasi sering sekali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold

Lasswell, yang juga dikenal sebagai Bapak Ilmu Komunikasi. Lasswell cara

menggambarkan mengenai arti komunikasi yaitu dengan menjawab pertanyaan

sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whow With What Effect?

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi

lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

- Komunikator (communicator, source, sender)

- Pesan (Message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)

(26)

Universitas Sumatera Utara Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu (Effendy, Uchjana, 2007:9-10).

2.1.1.2 Ruang Lingkup Komunikasi

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui secara lebih terperinci

mengenai lingkup komunikasi ditinjau dari komponennya, bentuknya, sifatnya,

metodenya, tekniknya, modelnya, bidangnya, dan sistemnya, maka dapat

digambarkan sebagai berikut (Effendy, Uchjana, 2007:7-9):

1. Komponen Komunikasi

a. Komunikasi Pribadi (personal communication)

1) Komunikasi intrapribadi (personal communication)

2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

b. Komunikasi kelompok (group communication)

1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication):

(27)

Universitas Sumatera Utara 2) Komunikasi kelompok besar (large group communication/public

speaking)

c. Komunikasi Massa (mass communication)

1) Pers

b. Hubungan Masyarakat (public relations)

c. Periklanan (advertising)

d. Pameran (exposition)

e. Publisitas (publicity)

f. Propaganda

(28)

Universitas Sumatera Utara h. penerangan

6. Teknik Komunikasi

a. Komunikasi informatif (informative communication)

b. Komunikasi persuasif (persuasive communication)

c. Komunikasi instruktif (intructive/coersive communication)

d. Hubungan manusiawi (human relations)

7. Tujuan komunikasi

a. Perubahan sikap (attitude change)

b. Perubahan pendapat (opinion change)

c. Perubahan perilaku (behavior change)

d. Perubahan sosial (social change)

8. Fungsi komunikasi

a. Menyampaikan informasi (to inform)

b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain)

d. Mempengaruhi (to influence)

9. Model Komunikasi

a. Komunikasi satu tahap (one step flow communication)

b. Komunikasi dua tahap (two step flow communication)

c. Komunikasi multi tahap (multi step flow communication)

10.Bidang Komunikasi

a. Komunikasi sosial (social communication)

b. Komunikasi manajemen/organisasional (management/organizational

communication)

c. Komunikasi perusahaan (bussiness communication)

d. Komunikasi politik (political communication)

e. Komunikasi internasional (international communication)

f. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication)

g. Komunikasi pembangunan (developmental communication)

h. Komunikasi lingkungan (enviromental communication)

(29)

Universitas Sumatera Utara 2.1.2 Komunikasi Antarpribadi

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah

komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

taupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah

komunikasi diadik (dyadic communication). Yang melibatkan hanya dua orang,

seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya.

Ciri-ciri komunikasi diadik adalah; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim

dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun

nonverbal.

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau

membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indra seperti

sentuhan, pendengaran, penglihatan, dan lain-lain, untuk mempertinggi daya

bujuk pesan kita (Mulyana, 2007:81).

Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial di

mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana

diungkapkan oleh Devito (1976) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan

pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau

sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Effendy (1986b) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi

antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan.

Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap,

pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa

percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan

komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator

mengetahui pasti apakah komunikasi itu positif atau negatif, berhasil atau tidak.

Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya

seluas-luasnya.

Sedangkan Dean C. Barnlund (1968) mengemukakan bahwa komunikasi

antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, atau tiga

(30)

Universitas Sumatera Utara tidak berstruktur. Dan Tan (1981) mengemukakan bahwa komunikasi antar

pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi tatap muka antara dua

orang atau lebih (Liliweri, 1991:12).

2.1.2.2 Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi

Adapun ciri-ciri komunikasi antarpribadi dapat diuraikan (Liliweri,

1991:13-14):

1. Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil

lalu.

2. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang

tidak mempunyai identitas yang jelas.

4. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun

yang tidak disengaja.

5. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan.

6. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan

hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya

keterpengaruhan.

7. Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak

membuahkan hasil.

8. Komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang bermakna.

2.1.2.3 Sifat Komunikasi Antarpribadi

Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua

orang merupakan komunikasi antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya yang

terangkum dari pendapat-pendapat Reardon (1987), Effendy (1986a), Porter dan

Samovar (1982). Sifat-sifat komunikasi antar pribadiadalah (Liliweri,

1991:31-42);

1. Komunikasi antar pribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal maupun

(31)

Universitas Sumatera Utara Dalam komunikasi, tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan

kata-kata, pengungkapannya baik baik yang lisan maupun tertulis.

Sedangkan tanda-tanda nonverbal terlihat dalam ekspresi wajah, gerakan

tangan, ataupun seperti gerakan mata. Dan hal ini setiap saat dilakukan

oleh siapa saja tanpa terkecuali. Gofman (1971) , De Lozier (1976), dan

Little John (1978); merinci perilaku verbal tersebut atas; (1) bahasa jarak

atau proksemik; (2) dan bahasa gerak anggota tubuh atau kinesik; dan ke

(3) perilaku yang terletak antara verbal dan non verbal yang disebut

dengan paralinguistik.

2. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan

contrived.

Bentuk perilaku yang pertama adalah yang bersifat spontan.

Perilaku seperti ini dalam suatu komunikasiantar pribadi dilakukan secara

tiba-tiba, serta merta untuk menjawab sesuatu rangsangan dari luar tanpa

berpikir lebih dahulu. Dalam hal demikian maka reaksi dari emosi yang

terpenting.

Bentuk perilaku yang kedua adalah bersifat scripted. Reaksi dari

emosi terhadap pesan yang diterima jika pada taraf yang terus menerus

membangkitkan suatu kebiasaan kita untuk belajar, dan akhirnya perilaku

ini dilakukan karena dorongan faktor kebiasaan.

Bentuk ketiga dari perilaku komunikasi antar pribadi adalah

contrivied. Perilaku ini merupakan perilaku yang sebagian besar

didasarkan pada pertimbangan kognitif. Dalam hal ini, seseorang

berperilaku karena ia berpendapat, atau percaya bahwa apa yang dilakukan

benar-benar rasional, masuk akal sesuai dengan pikiran, pendapat dan

kepercayaan dan keyakinannya.

3. Komunikasi antar pribadi sebagai suatu proses yang berkembang

Sifat yang ketiga dari komunikasi antar pribadi adalah sifat yang

(32)

Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi sebenarnya tidaklah statis

melainkan dinamis.

4. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai

interaksi, dan koherensi.

Suatu komunikasi antar pribadi harus ditandai dengan umpan balik.

Umpan balik mengacu pada respons verbal maupun non verbal.

Seandainya kita berbicara dengan orang lain, dan yang diharapkan adalah

jawabannya sehingga kita mengetahui pikirannya, perasaannya dan

melaksanakan apa yang kita maksudkan, dan jika harapan-harapan

terpenuhi, maka dapat disimpulkan komunikasi antar pribadi telah berhasil

karena umpan baliknya membuat kita bersama menajdi saling mengerti.

Umpan balik saja tidaklah cukup bahkan komunikasi antar pribadi

juga melibatkan beberapa tingkat dari interaksi antara peserta komunikasi.

Umpan balik tidak mungkin ada jika tidak ada interaksi atau kegiatan yang

menyertainya.

Adanya interaksi menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi

harus menghasilkan suatu keterpengaruhan tertentu. Tanpa adanya

pengaruh sebaliknya interaksi juga tidak ada manfaatnya. Karena interaksi

dalam komunikasi antar pribadi mengandalkan suatu perubahan sikap,

pendapat dan pikiran, perasaan dan minat maupun tindakan tertentu.

Selain umpan balik dan interaksi maka hasil komunikasi antar

pribadi lainnya adalah koherensi. Yang dimaksud dengan koherensi yaitu

adanya suatu benang merah yang terjalin antara pesan-pesan verbal

maupun nonverbal yang terungkap sebelumnya dengan yang baru saja

diungkapkan.

5. Komunikasi antar pribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat

intrinsik dan ekstrinsik

Yang dimaksud dengan tata aturan intrinsik adalah suatu standart

dari perilaku yang dikembangkan oleh seorang sebagai panduan

(33)

Universitas Sumatera Utara biasanya disepakati di antara peserta komunikasi antar pribadi untuk

meneruskan atau menghentikan tema-tema percakapan, perilaku verbal

dan non verbal berikutnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan tata aturan ekstrinsik yaitu

adanya standar atau tata aturan lain yang ditimbulkan karena adanya

pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga

komunikasi harus diperbaiki atau dihentikan. Dalam komunikasi antar

pribadi selalu mempunyai hambatan sosial. Hamabtan itu datang dari

pihak yang ketiga atau situasi yang menyebabkan aturan pertemuan

komunikasi antara dua orang harus ditunda atau dihentikan.

6. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan

Sifat keenam dari komunikasi antar pribadi adalah harus adanya

sesuatu yang dibuat oleh mereka yang terlibat dalam proses komunikasi

itu. Jadi kedua pihak harus sama-sama mempunyai kegiatan, aksi tertentu

sehingga tanda bahwa mereka memang berkomunikasi.

7. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia

Sifat terakhir dari komunikasi antar pribadi yang penting adalah

adanya: persuasi. Komunikasi antar pribadi melibatkan usaha yang bersifat

persuasif, karena untuk mencapai sukses harus dikenal latar belakang

psikologis, sosiologis seseorang. Daripadanya seseorang komunikator

menyiapkan pesan yang baik sehingga mampu mengena keadaan,

lapangan psikologis dan sosiologis komunikan. Artinya memanfaatkan

pengetahuan, pendapat, perasaan serta kebiasaan seseorang dari mana

pesan itu perlu disesuaikan agar dapat diterima.

2.1.2.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Devito mengemukakan bahwa dalam hal ini terdapat 5 (lima)

karakteristik efektivitas komunikasi antarpribadi yaitu (Devito, 1986:228-231):

(34)

Universitas Sumatera Utara Pada hakikatnya setiap manusia, suka berkomunikasi dengan orang lain,

karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama

lainnya. Faktor kedekatan bisa menyatukan dua orang yang erat. Kedekatan

antarpribadi mengakibatkan seseorang bisa dan mampu menyatakan

pendapat-pendapatnya dengan bebas dan terbuka. Ada tiga aspek keterbukaan dalam

komunikasi antarpribadi yaitu:

a. Komunkator harus terbuka dengan komunikannya, hal ini tidak berarti

komunikator harus membuka tentang semua riwayat hidupnya, memang hal

ini menarik tetapi dapat mengganggu kelancara hubungan komunikasi yang

efektif. Pembukaan diri komunikator terhadap komunikannya, harus

didasari kesediaan dari komunikator itu sendiri dalam taraf yang patut dan

wajar.

b. Kesediaan komunikator bersikap jujur terhadap stimuli yang ditangkapnya.

Bila ingin komunikan bereaksi terhadap ucapan komunikator, maka

komunikator harus dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara

bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

c. Kepemilikan perasaan dan pemikiran dimana komunikator mengakui

bahwa perasaan dan pemikiran yang diungkapkan adalah miliknya dan

bertanggung jawab atas hal tersebut.

2. Empati (empathy)

Kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain maupun

mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain.

Dengan kerangka empati ini maka seseorang akan memahami posisinya

dengan begitu tidak akan memberikan penilaian pada perilaku atau sikap orang

lain sebagai perilaku salah atau benar. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan

untuk mencapai empati. Pertama, menahan godaan untuk mengevaluasi,

menilai, menafsirkan, dan mengkritik. Kedua, semakin banyak seseorang

mengenal seseorang yang lain, seperti keinginannya, pengalamannya,

kemampuannya, ketakutannya, dan sebagainya, maka seseorang itu semakin

mampu melihat apa yang dilihat orang lain itu dan merasakan seperti apa yang

dirasakannya. Ketiga, mencoba merasakan apa yang sedang dirasakan orang

(35)

Universitas Sumatera Utara dunia orang lain sama dengan apa yang dilihat orang itu adalah dengan

memainkan peran orang tersebut dalam pikirannya.

3. Dukungan (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat

sikap mendukung. Suatu konsep yang dirumuskan oleh Jack Gibb, komunikasi

yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak

mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1)

deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategi, dan (3) provisional,

bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (postiveness)

Dalam komunikasi interpersonal kualitas ini paling sedikitnya terdapat tiga

aspek perbedaan atau unsur, yaitu komunikasi interpersonal akan berhasil jika

terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang, komunikasi

interpersonal akan terpelihara baik jika suatu perasaan positif terhadap orang

lain itu dikomunikasikan, suatu perasaan positif dalam situasi umum sangat

penting untuk mengefektifkan interaksi.

5. Kesetaraan/kesamaan (equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang

mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis

daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam

segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan

lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara

diam-diam kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing

pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk dibagikan.

Effendy (1986) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi

antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dan seorang komunikan

atau lebih. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya

mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang

dialogis berupa percakapan yang arus baliknya bersifat langsung. Komunikator

mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi

(36)

Universitas Sumatera Utara negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada

komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Liliweri, 1991:12-13).

2.1.3 Bimbingan Konseling

2.1.3.1 Pengertian Bimbingan Konseling

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata

“Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” mempunyai arti “menunjukkan,

membimbing, menuntun, ataupun membantu”. Sesuai dengan istilahnya, maka

secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan. Namun,

meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah

bimbingan. Bantuan dalam pengertian bimbingan menurut terminologi bimbingan

dan konseling haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana

dikemukakan dibawah ini.

Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s Book of

Education 1995, yang menyatakan: “Bimbingan adalah suatu proses membantu

individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan

kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.

Sedangkan DR. Rachman Natawidjaja (1998:7) menyatakan:

“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang

dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami

dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara

wajar, sesuai tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat,

serta kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan

hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat

umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara

optimal sebagai makhluk sosial (Hallen, 2005:2-5).

Istilah konseling berasal dari bahasa inggris “to counsel” yang secara

etimologis berarti “to give advice” (Homby, 1958: 246), atau memberi saran dan

nasihat. Di samping itu, istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah

konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan

suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan salah satu teknik dalam

(37)

Universitas Sumatera Utara sebagaimana dikatakan Schmuller adalah “the heart of guidance program” (Dewa

Ketut Sukardi; 1984:1).

Rogers (1942) memperjelas arti konseling sebagai berikut: “konseling

adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk

membantu dia dalam mengubah sikap dan tingkah lakunya.

F. Robinson dalam bukunya Principles and Preseduress in Student

Counseling (1950) menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu teknik

dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung

melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara

guru pembimbing/konselor dengan klien; dengan tujuan agar klien itu mampu

memperoleh pemahaman lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan

masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal,

sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial (Hallen,

2005:2-10).

Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan.

Layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara

langsung, baik secara tatap muka (face to face) maupun melalui media (telepon

atau internet) dalam memperoleh (a) pemahaman dan kemampuan untuk

mengembangkan kematangan dirinya (aspek potensi kemampuan, emosi, sosial,

dan moral-spritual), dan (b) menanggulangi masalah dan kesulitan yang

dihadapinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir (Yusuf,

Nurihsan, 2005:21).

2.1.3.2 Tujuan Bimbingan Konseling

Menurut Prayitno (1997:31), ada tiga tujuan pelayanan bimbingan

konseling yang diberikan kepada siswa, yaitu:

1. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta

didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta

menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri

lebih lanjut.

2. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta

(38)

Universitas Sumatera Utara ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan

norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi

lingkungan itu secara positif dan dinamis.

3. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar

peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan

tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan,

bidang karir maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat.

2.1.4 Motivasi

2.1.4.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang memiliki arti yaitu

menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang.

Wlodkowsi (1985) menejelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang

menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah

(direction) serta ketahanan (persistence). Sedangkan Imron (1996) menjelaskan,

bahwa motivasi berasal dari bahasa inggris motivation, yang berarti dorongan

pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti

mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab

dan daya penggerak (Echols, 1984 dalam Imron, 1996). Suryabrata (1984)

mengemukakan bahwa motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang

mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna

mencapai tujuan yang diinginkan.

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari

dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi

mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak

(Sardiman, 2000:71).

Motivasi juga dapat dijelasakan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui

perilaku tertentu (Cropley, 1985). Demikian juga, Winkels (1987) mengemukakan

(39)

Universitas Sumatera Utara melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Siregar, Nara,

2010:49).

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc.

Donald ini mengandung tiga elemen penting, yaitu (Sardiman, 2000:72):

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa

perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada

organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia

(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya

akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling dan afeksi seseorang.

Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,

afeksi dan emosi yang dapat menemukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal

ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi

memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena

terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.

Ames dan Ames (1984) menjelasakan motivasi dari pandangan kognitif,

menurut pandangan ini, motivasi didefinisikan sebagai perspektif yang dimiliki

seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya (Siregar & Nara,

2010:50).

2.1.4.2 Perspektif Motivasi

Terdapat empat perspektif untuk memperjelas pandangan mengenai

motivasi yaitu perspektif: ilmu perilaku, humanistik, kognitif, dan sosial.

Perspektif psikologis yang berbeda menjelaskan motivasi dalam cara berbeda,

sebagai berikut (Santrock, 2011:200-202):

(40)

Universitas Sumatera Utara Perspektif ilmu perilaku menekankan penghargaan dan hukuman ekternal

sebagai kunci dalam menentukan motivasi seorang siswa. Insentif

(incentives) adalah stimulus atau kejadian positif atau negatif yang dapat

memotivasi perilaku seorang siswa. Pendukung dari penggunaan insentif

menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau rangsangan kepada

kelas serta mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhi

perilaku yang tidak tepat. • Perspektif Humanistik

Perspektif humanistik menekankan kapasitas siswa untuk pertumbuhan

pribadi, kebebasan untuk memilih nasib mereka sendiri, dan kualitas-kualitas

positif (seperti bersikap sensitif kepada orang lain). Perspektif ini

diasosiasikan secara dekat dengan keyakinan Abraham Maslow (1995, 1971)

bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang

lebih tinggi dapat dipuaskan. • Perspektif Kognitif

Menurut perspektif kognitif mengenai motivasi, pemikiran siswa

mengarahkan mereka sendiri. Perspektif ini menekankan pada

gagasan-gagasan seperti motivasi internal siswa untuk berprestasi, atribusi mereka

(persepsi mengenai penyebab keberhasilan atau kegagalan, khususnya

persepsi bahwa usaha merupakan faktor penting dalam prestasi), dan

keyakinan bahwa mereka dapat mengontrol lingkungannya secara efektif.

Perspektif kognitif juga menekankan pentingnya penetapan tujuan,

perencanaan, dan pemantauan kemajuan menuju suatu sasaran. • Perspektif sosial

Perspektif sosial menjelaskan mengenai motivasi, dengan menekankan pada

kebutuhan akan afiliasi atau hubungan. Kebutuhan akan afiliasi atau

hubungan adalah motif untuk terhubung secara aman dengan orang lain.

Siswa yang berada di sekolah dengan hubungan interpersonal yang penuh

perhatian dan dukungan, mempunyai sikap dan nilai akademis yang lebih

(41)

Universitas Sumatera Utara 2.1.5 Motivasi Belajar

2.1.5.1 Pengetian Motivasi Belajar

Pengertian yang paling luas, dalam hal motivasi belajar adalah suatu nilai

dan suatu dorongan untuk belajar. Wlodkowski dan Jaynes (2004) mengemukan

bahwa motivasi belajar merupakan sikap yang tidak hanya sudi belajar tetapi juga

menghargai dan menikmati aktivitas belajar serta menghargai dan menikmati hasil

belajarnya. Motivasi belajar sebagai sebuah sistem pembimbing internal yang

berusaha menjaga fokus seseorang anak tetap belajar serta berdiri sendiri dan

bersaing melawan hal-hal lain dalam hidup sehari-hari (Wlodkowsi &Jaynes,

2004:11).

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan

sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau

mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh

faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam

kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada

kegiatan belajar, sehingga dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada

beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar (Sardiman,

2000:73).

Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar,

pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai

satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan

gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa mempunyai

energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar (Siregar, Nara,

2010:51).

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara

potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (reinforced practice) yang

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Makna Verba Deru Sebagai Polisemi dalam Kalimat Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu..

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pada Granger Causa- lity Tets dengan tingkat kepercayaan 95% terdapat adanya

Kota Medan. Untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan. Keberatan

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada hierarki inilah sunnah shahabat menempati posisinya sebagai salah satu sumber hukum Islam, yang jika kita telusuri merupakan cabangan

Secara opera sional judul “Pengaruh Kompetensi Profesionalisme Guru PAI dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SMPN se-. Kabupaten Tulungagung” merupakan

Tujuan umum penelitian untuk mengetahui hubungan antara hiper- tiroid dengan.indek massa tubuh (IMT) Tujuan khusus untuk mengetahui nilai TSH, nilai IMT, nilai

Finally, our total own and cross price elasticities estimates suggest that an increase in the price of aggregate energy does not affect substantially the demand for energy

Hasil survei menunjukkan adanya perbedaan antara berbagai jenis organisasi Institusi financial, konsultan dan industri barang termasuk dalam kelompok yang nilai