PERILAKU IBU BERSALIN DENGAN SEKSIO SESARIA TERHADAP
PEMBERIAN AIR SUSU IBU (COLUSTRUM)
DI RUMAH SAKIT MITRA SEJATI 2013
SANTA ULINA APRIANI SITUNGKIR
125102059
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERILAKU IBU BERSALIN DENGAN SEKSIO SESARIATERHADAP PEMBERIAN AIR SUSU IBU (COLOSTRUM)
DI RS MITRA SEJATI 2013
Abstrak
Santa Ulina Apriani Situngkir
Latar belakang : Semakin lengkapnya sarana dan prasarana serta kemudahan-kemudahan yang dijanjikan oleh seksio sasaria mengakibatkan terus meningkatnya jumlah ibu yang memilih seksio sesaria untuk melahirkan bayinya.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perilaku ibu bersalin dengan seksio sesaria terhadap pemberian Air Susu Ibu (Colostrum) di RS Mitra Sejati 2013.
Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 30 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2013. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner pengetahuan, sikap, dan tindakan yang masing-masing berisi 10 pertanyaan.
Hasil penelitian : Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin dengan seksio sesaria yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 10 orang (33.3%), memiliki pengetahuan cukup sebanyak 8 orang (26.7%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 12 orang (40%). Berdasarkan sikap, yang memiliki sikap baik sebanyak 21 orang (70%), memiliki sikap cukup sebanyak 8 orang (26.7%), dan yang memiliki sikap kurang 1 orang (3.3%). Berdasarkan tindakan, yang memiliki tindakan baik sebanyak 16 orang (53.3 %), memiliki tindakan cukup sebanyak 4 orang (13.3%), dan yang memilik tindakan kurang sebanyak 10 orang (33.3%).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan ibu bersalin dengan seksio sesaria mempengaruhi pemberian Air Susu Ibu (Colostrum). Oleh karena itu, diharapkan petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan tentang cara pemberian ASI sehingga dapat meningkatkan perilaku ibu dengan seksio sesaria terhadap pemberian Air Susu Ibu (colostrum).
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan Rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Perilaku Ibu Yang Bersalin Secara Seksio Sesaria Terhadap Pemberian Air Susu
Ibu (Colustrum) Di Rumah Sakit Fajar Medan 2013”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti mendapatkan bimbingan,
masukan dan arahan dari berbagai pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Untuk itu peneliti ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG (K) selaku pembimbing penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini yang telah dapat menyediakan waktu, memberikan
arahan dan masukan berharga dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
4. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns. M.Kep selaku dosen penguji I yang
telah memberikan masukan dalam penelitian ini
5. dr. Ichwanul Adenin, SpOG(K) selaku dosen penguji II yang telah
memberikan masukan dalam penelitian ini
6. Seluruh Dosen dan Staf administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, bimbingan serta nasehat selama menjalani penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
7. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan serta doa kepada
peneliti dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa program D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan
dan masukan.
9. Dan semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan,
untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan
dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Tuhan Peneliti berserah diri,
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua.
Medan, Juli 2013 Peneliti
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR SKEMA ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I : PENDAHULUHAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku ... 6
1. Pengetahuan ... 6
2. Sikap ... 7
3. Pengetahuan ... 8
B. Pengertian Persalinan Caesar ... 11
C. Ibu Melahirkan Dengan Sesar.... ... 13
D. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) ... 14
E. Jenis ASI Berdasarkan Faktor Produksi ... 15
F. Pemberian ASI ... 17
G. Keuntungan Psikologi ... 17
H. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI ... 17
I. Dahsyatnya Manfaat Air Susu Ibu (ASI) ... 20
J. Hal – Hal Penting Saat Merawat Bayi Dengan ASI ... 21
K. Volume Produksi ASI ... 22
BAB III : KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 24
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ... 26
B. Populasi dan Sampel ... 26
1. Populasi ... 26
2. Sampel ... 26
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
1. Lokasi Penelitian ... 27
2. Waktu Penelitian ... 27 .
D. Pertimbangan Etik ... 27
E. Instrumen Penelitian ... 27
F. Validitas dan reabilitas ... 27
G. Pengumpulan Data ... 28
H. Aspek Pengukuran ... 28
I. Pengolahan Dan Analisis Data ... 30
BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31
B. Pembahasan ... 36
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 39
B. Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 2. 1 Kandungan dan Manfaat Colostrum ... 16
Tabel 2. 1 Defenisi Operasional ... 24
Tabel 5.1 Karakteristik Distribusi Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesaria
Terhadap Pemberian ASI (Colustrum) di RS MITRA SEJATI
2013 ... 31
Tabel 5.2 Distribusi Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesaria Terhadap
Pemberian ASI (Colustrum) di RS MITRA SEJATI 2013 ... 32
Tabel 5.3 Distribusi Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesaria Terhadap
Pemberian ASI (Colustrum) di RS MITRA SEJATI 2013 ... 33
Tabel 5.4 Distribusi Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesaria Berdasarkan
Karakteristik Pernyataan Sikap Pemberian Asi (Colustrum)
Di RS MITRA SEJATI 2013 ... 34
Tabel 5.5 Distribusi sikap Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesaria terhadap
Pemberian Asi (Colustrum) Di RS MITRA SEJATI 2013 ... 35
Tabel 5.6 Distribusi Ibu Post SC Berdasarkan Karakteristik Pertanyaan
Tindakan Tentang Pemberian ASI (Colostrum)
di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2013 ... 36
Tabel 5.7 Distribusi sikap Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesaria terhadap
DAFTAR SKEMA
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent)
Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 : Surat Izin Data pendahuluan dari Fakultas Keperawatan
USU
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Data Hasil Penelitian
Lampiran 6 : Hasil Out Put Data Penelitian
Lampiran 7 : Surat Balasan Penelitian
PERILAKU IBU BERSALIN DENGAN SEKSIO SESARIATERHADAP PEMBERIAN AIR SUSU IBU (COLOSTRUM)
DI RS MITRA SEJATI 2013
Abstrak
Santa Ulina Apriani Situngkir
Latar belakang : Semakin lengkapnya sarana dan prasarana serta kemudahan-kemudahan yang dijanjikan oleh seksio sasaria mengakibatkan terus meningkatnya jumlah ibu yang memilih seksio sesaria untuk melahirkan bayinya.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perilaku ibu bersalin dengan seksio sesaria terhadap pemberian Air Susu Ibu (Colostrum) di RS Mitra Sejati 2013.
Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 30 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2013. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner pengetahuan, sikap, dan tindakan yang masing-masing berisi 10 pertanyaan.
Hasil penelitian : Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin dengan seksio sesaria yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 10 orang (33.3%), memiliki pengetahuan cukup sebanyak 8 orang (26.7%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 12 orang (40%). Berdasarkan sikap, yang memiliki sikap baik sebanyak 21 orang (70%), memiliki sikap cukup sebanyak 8 orang (26.7%), dan yang memiliki sikap kurang 1 orang (3.3%). Berdasarkan tindakan, yang memiliki tindakan baik sebanyak 16 orang (53.3 %), memiliki tindakan cukup sebanyak 4 orang (13.3%), dan yang memilik tindakan kurang sebanyak 10 orang (33.3%).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan ibu bersalin dengan seksio sesaria mempengaruhi pemberian Air Susu Ibu (Colostrum). Oleh karena itu, diharapkan petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan tentang cara pemberian ASI sehingga dapat meningkatkan perilaku ibu dengan seksio sesaria terhadap pemberian Air Susu Ibu (colostrum).
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan seksio sesar ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. Dewasa ini cara ini jauh lebih aman
daripada dahulu berhubung dengan adanya antibiotik, transfusi darah, teknik operasi
yang lebih sempurna, dan anestesi yang lebih baik. Menurut statistik tentang 3509
kasus seksio sesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain (1968) indikasi untuk
seksio sesarea ialah : disproporsi janin-panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta
previa 11%, pernah seksio sesarea 11%, kelainan letak 10%, incoordinate uterine
action 9%, pre-eklampsia dan hipertensi 7% (Sarwowo, 2006). Angka kematian dan
perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan
dan keluarga berencana suatu negara. Angka kematian ibu di indonesia masih tinggi
yaitu 300/100.000 persalinan hidup. Jika perkiraan persalinan sampai 15.500
kematian ibu setiap tahunnya atau meninggal setiap 30 sampai 40 menit. Jumlah
kematian perinatal sekitar 40/1000 artinya jumlah absolut 200.000 orang atau terjadi
setiap 2-2,5 menit (Manuaba, dkk, 2010).
Karena tingginya angka kematian ibu dan perinatal di indonesia (tertinggi di
ASEAN), bidang pelayanan kebidanan masih memerlukan perhatian. Dapat
dikatakan bahwa angka kematian ibu perinatal yang tinggi, sebagian besar akibat
pertolongan persalinan dukun di seluruh indonesia.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tetap tinggi di kawasan
ASEAN walaupun sudah terjadi penurunan dari 307 per 100.000 KH (SDKI, 2002
-2003) menjadi 248 per 100.000 KH pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007).
Sangat diperhatikan angka kematian ibu 500.000 per tahun dan kematian
perinatal 10.000.000 per tahun di seluruh dunia, WHO dan UNICEF mengadakan
kongres di Alma Ata 1978, Uni Sovyet dan mencetuskan ide Primary Health Care
(pelayanan kesehatan utama) (manuaba, dkk, 2010).
Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian ibu sebesar
500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000
jiwa pertahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama dinegara
2
Menurut WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata-rata 3 bayi,
maka kematian ibu dapat diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi
sebesar 5.600.000 jiwa pertahun. Sebesar kematian ibu di Indonesia bervariasi antara
130 dan 780 dalam 100.000 persalinan hidup. Kendatipun telah dilakukan usaha
yang intensif dan dibarengi dengan makin menurunnya angka kematian ibu dan bayi
di setiap rumah sakit, kematian ibu di Indonesia masih berkisar 425/100.000
persalinan hidup. Sedangkan kematian bayi sekitar 56/10.000 persalinan hidup
(Manuaba, dkk, 2010).
WHO memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap harinya akibat
komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman akibat kehamilan
yang tidak diinginkan. Hampir semua kasus kematian ini sebenarnya dapat dicegah.
WHO juga melaporkan, sekitar 80 % kematian maternal merupakan akibat
meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan,
tetapi dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih termasuk dibidang
kedokteran, persalinan ibu yang mengalami komplikasi dapat di bantu dengan
operasi sesar (BKKBN, 2007).
Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), standar operasi sesar disebuah
negara adalah 5 – 15 persen. Di indonesia sendiri, persentase sesar sekitar 5%. Di
rumah sakit pemerintah rata-rata 11% sementara dirumah sakit Swasta rata-rata 30%
anga itu terus berkembang.
Di Indonesia angka persalinan sesar di 12 Rumah Sakit pendidikan antara 2,1
% – 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang diusul oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan Sesar nasional (Rahwan,
2004). Di Propinsi Sumatera Utara, khususnya di RS rujukan angka kejadian SC
pada tahun 2008 terdapat 35 % dan meningkat menjadi 38 % pada tahun 2009 (Profil
Dikes Propinsi, 2009).
Garis – Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 – 2004 dan Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan
diarahkan pada meningkatnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Modal dasar
pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai
dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI
ekslusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 4 bulan
Menurut WHO, UNICEF, dan Depertemen Kesehatan Republik Indonesia
melalui SK Menkes No.450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah
menetapkan rekomendasi pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Dalam
rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan,
perkembangan, dan kesehatan optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6
bulan pertama (Prasetyono, 2009).
Menurut Prof. Remmeltz melaporkan bahwa angka kematian ibu sebesar
1.600/100.000 persalinan hidup dan angka kematian bayi sekitar 30% dari kelahiran
sebelum mencapai usia 1 tahun.
National Health and Medical Research Council (Dewan Penelitian Kesehatan
dan Medis Nasional – NHMRC) Australia menganjurkan agar wanita harus
memberikan ASI saja kepada bayi selama sekitar enam bulan. NHMRC juga
menganjurkan agar tetap menyusui sampai usia 12 bulan, atau lebih lama lagi.
Manfaat yang dapat diperoleh dari menyusui mungkin berkelanjutan selama 2 tahun
dan selanjutnya (Arini, 2012).
ASI juga dapat mencengah kanker pada anak dan juga menurunkan angka
kejadian diabetes melitus dan sindrom metabolic, infeksi saluran pencernaan (diare)
infeksi saluran pernfasan dan infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan
mencengah terjainya penyakit noninfeksi, seperti penyakit alergi, obesitas, kurang
gizi dan asma (Prasetyono, 2009 dan Khamzahs, 2012).
Sebagian besar penatalaksanaan pemberian ASI didasarkan pada
pemahamanan atas perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi pada ibu yang
sedang dalam proses laktasi pada masa pascapartum. Untuk itu bidan dan perawat
yang bertugas diruang kebidanan perlu memahami anatomis dan fisiologis payudara
ini secara lebih mendalam. Adapun posisi menyusui ibu yang melahirkan melalui
persalinan seksio sesar diartikan sebagai football position artinya posisi menyusui
yang disarankan untuk ibu yang melahirkan melalui persalinan seksio sesar.
(Maryunani, 2009).
Masa-masa belajar menyusu dalam satu jam pertama hidup bayi diluar
kandungan disebut sebagai proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusui
Dini telah menjadi tema Peringatan Pekan ASI sedunia 2007 yaitu “menyusu satu
jam pertama kehidupan di lanjutkan dengan menyusu eksklusif 6 bulan,
menyelamatkan lebih dari satu juta bayi”. Maka pada puncak Peringatan Pekan ASI
4
bayinya dalam satu jam pertama setelah melahirkan. Karena hal ini dapat
menghindari bayi dari serangan berbagai penyakit berbahaya dalam masa paling
rentan dalam kehidupannya. Maka tidaklah berlebihan apabila diktakan bahawa asi
di satu jam pertama adalah hal yang tak ternilai untuk bayi. Inilah hak pertama
seorang anak manusia setelah ia dilahirkan. Ibu bisa membiarkan bayinya belajar
menyusu sendiri begitu bayi dilahirkan. Keberhasilan IMD ini telah dibuktikan
dengan penilitain yang dilakukan terhadap 10.947 bayi baru lahir antara bulan juli
2003 dan juni 2004 di Ghana, ternyata bila bayi dapat menyusu 1 jam pertama dapat
menyelamatkan 22% bayi dari kematian saat bayi baru lahir (Maryunani, 2009).
Adapun kandungan fosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor
bebas didalam usus sebagai dihidrolisis dan dilepas dari makanan. Bayi dapat
menyerap 85 – 90% fosfor berasal dari Air Susu Ibu (ASI). Sebanyak 65 – 70 %
fosfor berasal dari susu sapi dan 50 – 70% fosfor berasal dari susu makanan normal
dapat diabsorpsi oleh anak-anak dan orang dewasa. Bila konsumsi fosfor rendah,
taraf absorpsi dapat mencapai 90% dari konsumsi fosfor (Almatsier, 2009).
Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di RS MITRA SEJATI
melalui rekam medik, diperoleh data bahwa pada tahun 2012, dari jumlah persalinan
67 orang dengan resiko tinggi di sesar 7 orang (5%), dan pada bulan februari – april
ada 42 orang dari jumlah persalinan sesar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan
penelitian yaitu “Bagaimana perilaku ibu bersalin dengan seksio sesar terhadap
Pemberian ASI (Colustrum) di RS MITRA SEJATI 2013”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku ibu yang bersalin secara seksio sesar terhadap
pemberian ASI (Colustrum).
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu bersalin dengan seksio sesar terhadap
pemberian Air Susu Ibu (Colustrum) di RSU MITRA SEJATI 2013.
2. Untuk mengetahui sikap ibu bersalin dengan seksio sesar terhadap
3. Untuk mengetahui tindakan ibu yang bersalin secara seksio sesar terhadap
pemberian Air Susu Ibu (Colustrum) di RSU MITRA SEJATI 2013.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
1. Sebagai prasyarat untuk menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik
Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai aplikasi ilmu yang didapat peneliti selama menempuh pendidikan
D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.
b. Bagi Institusi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka
meningkatkan pemberian ASI (Colustrum) di RS MITRA SEJATI 2013.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Studi
D-IV Bidan Pendidik serta dapat menambah pengetahuan mahasiswi tentang
perilaku ibu bersalin dengan seksio sesar terhadap pemberian ASI
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Perilaku
Perilaku dapat dibedakan antara perilaku tertutup (covert), maupun perilaku
terbuka (overt) seperti yang telah diuraikan sebelumnya tetapi sebenarnya perilaku
adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan kata lain,
perilaku adalah merupakan keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas
seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal.
Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan
membedakan adanya 3 area yaitu wilayah, ranah atau domain perilaku ini yakni
kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Kemudian
oleh ahli pendidikan di Indonesia, ketiga domain ini diterjemahkan ke dalam cipta
(kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau pericipta, perirasa, dan
peritindak (Notoatmodjo, 2010).
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan kepentingan pendidikan
praktis dapat di ukur dalam 3 tahap yaitu :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
(Machfoedz, 2009).
Pengetahuan adalah hasil pengindaraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,telinga, dan
sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda. Secara garis besarnya mempunyai 6 tingkat, yaitu :
a. Tahu
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat
b. Memahami
Memahami suuatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tetnang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersbut
pada situasi yang lain.
d. Analis
Analis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
kemuadian mencari hubungan antara komponen-komponen yang teradapat
dalam masalah atau objek yang diketahui
e. Sintesis
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen dari
pengetahuan yang dimiliki dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulir baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan suatu
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek. Penilaina ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
2. Sikap
Sikap adalah respon tertutup untuk seseorang terhap stimulus atau objek
tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senag-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak, baik dan sebagainya).
Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yakni :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya
bagaimana keyakinan. Pendapat atau pemikiran seseorang terdapat objek.
Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti berarti bagaimana
8
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek artinya bagimana
penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap
objek. Apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.
c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave) artinya sikap adalah
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Sikap ini mempunyai 4 tingkatan yaitu :
a. Menerima
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan objek.
b. Menanggapi
Menanggapi artinya memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai
Menghargai artinya subjek atau seseorang atau memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan
orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan
orang lain merespon.
d. Bertanggung Jawab
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap
apa yang telah diayakininya dan harus berani mengambil resiko bila ada
orang lain mencemohkan atau adanya resiko lain.
3. Tindakan atau Praktik
Seperti yang disebutkan bahwa sikap adalah kecendrungan untuk bertindak
praktik. Sikap belum terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan
perlu faktor lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.
Bentuk perilaku ada praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3
tingkatan yaitu :
a. Praktik terpimpin
apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih
tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanis
apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempratikkan suatu hal
c. Adopsi
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang artinya,
apa yang telah dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja tetapi
sudah modifikasi atau tindakan perilaku yang berkualitas.
B. Pengertian Persalinan Sesar
Seksio sesar adalah pembedahan untuk melahirkan dan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2006). Dalam melakukan
sesio sesarea perlu di perhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a. Seksio sesarea emergency
Persalinan emergency berarti sesar dilakukan ketika proses persalinan sedang
berlangsung, namun karena suatu keadaan kegawatan maka operasi sesar
harus segera dilakukan.
b. Seksio sesarea elektif
Seksio sesarea ini direncanakan lebih dahulu karena sudah dikethaui bahwa
kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan itu. Keuntungannya ialah
bahwa waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan
menolongnya dan bahwa segala persiapan dapat dilakukan dengan baik.
Kerugiannya ialah oleh karena persalinan belum mulai, segmen bawah uterus
belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan dan lebih
mudah terjadi atonia uteri dengan perdarahan karena uterus belum mulai
dengan kontraksinya, akan tetapi dapat di katakan bahwa umumnya
keuntungan lebih besar daripada kerugian.
c. Anastesia
Anastesia umum mempunyai pengaruh depresif pada pusat pernapasan janin,
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akan tetapi bahaya terbesar adalah apabila diberi
anastesia umum sedang lambung penderita tidak kosong. Pada wanita yang
tidak sadar karena anestesia ada kemungkinan isi lambung masuk kedalam
jalan pernafasan, hal ini merupakan peristiwa yang sangat berbahaya. Dapat
diusahakan untuk mengeluarkan isi perut dengan pipa lambung sebelum
anestia umum, akan tetapi biasanya tindakan ini tidak memuaskan.
Cara yang paling aman adalah anestesia lokal, akan tidak selalu dapat
10
d. Transfusi darah
Pada umumnya perdarahan pada seksio sesar lebih banyak daripada
persalinan pervaginam. Perdarahan tersebut disebabkan oleh insisi pada
uterus, ketika pelepasan plasenta, mungkin juga karena terjadinya atomia
uteri postpartum, berbuhungan dengan itu pada tiap-tiap seksio sesar perlu
diadakan persediaan darah.
e. Pemberian antibiotik
Walaupun pemberian antibiotik sesudah seksio sesar elektif dapat di
persoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
Jenis Seksio Sesar dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
a. Teknik seksio sesar transperitonealis profunda
Diadakan insisi pada dinding perut pada garis tengah dari simfisi sampai
beberapa sentimeter di bawah perut pusat. Setelah peritoneum dibuka, dipasang
spekulum perut, dan lapangan operasi dipisahkan dari rongga perut dengan satu kain
kasa panjang atau lebih, diteruskan melintang jauh ke lateral, kemudian kandung
kencing dengan peritonium didepan uterus didorong kebawah dengan jari. Pada
segmen bawah uterus diadakan insisi melintang selebar 10 cm dengan ujung kanan
dan kiri agak melengkung untuk menghindari terbukanya cabang-cabang ateri
uterina. Sekarang ketuban dipecahkan dan air ketuban yang keluar diisap.
Jika dialami kesulitan dialami kesulitan untuk melahirkan kepala janin
dengan tangan dapat dipasang cunam boerma. Sesudah kepala janin, badan uterus
dilahirkan, muka dan mulut dibersihkan, tali pusat dipotong dan bayi diserahkan
kepada orang lain untuk diurus.
Sekarang diberikan suntikan 10 satuan oksitosin dcalam dinding uterus atau
intravena untuk mengusahakan kontraksi yang baik, pinggir luka insasi dipegang
dengan beberapa cunam ocum, dan pelasenta serta selaput ketuban dikeluarkan
secara manual.
Tampon dimasukkan ke rongga uterus dan dimulai dengan jahitan otot uterus
dilakukan dalam dua lapisan. Lapisan pertama terdiri atas jahitan simpul dneng
catgurt dan dimuai dari ujung yang satu ke ujung ke ujung yang lain, jahitan ini
memengang otot uterus, akan tetapi sedapat-dapatnya jangan mengikut sertakan
desidua. Lapisan kedua terdiri atas jahitan menerus, sehingga luka pada
b. Teknik seksio sesar korporal
Setelah dinding perut peritoneum paretal terbuka pada garis tengah dipasang
beberapa kain kasa panjang antara dinding perut dan dinding uterus untuk
mencengah masuknya air ketuban dan darah kerongga perut. Diadakan insisi pada
bagian tengah insisi sepanjang 10 -12 cm denga ujung bawah diatas batas plika
vesiko uterina. Setelah anak lahir korpus uteri dapat di keluarkan dari trongga perut
untuk memudahkan tindakan-tindakan selanjutnya. Sekarang diberikan suntikan 10
satuan oksitosin dalam dinding uterus atau intravena, dan plasenta serta selaput
ketuban di kelauarkan secara manual. Kemudian dinding uterus ditutup dengan
jahitan catgut yang kuat dalam dua lapisan, lapisan pertama terdiri atas jahitan
simpula dan laoisan kedua atas jahitan menerus. Selajutnya diadakan jahitan menerus
dengan cutgut yang lebih tipis, yang mengitkut sertakan peritoneum serta bagian luar
miometrium.
Persiapan operasi kebidanan adalah segala usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan keberhasilan operasi sehingga dapat dicapai optimalisasi ibu maupun
banyinya. Dengan operasi kebidanan diharapkan dapat menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian perinatal. Persiapan operasi kebidanan meliputi persiapan
mental penderita dan persiapan fisik penderita.
1. Persiapan penderita
Penderita dan keluarganya dapat menyetujui atau menolak tindakan operasi
dan menyatakannya dalam surat persetujuan yang disebut informed consent.
Informed consent adalah perlindungan kedua belah pihak dari tuntutan hukum bila
terjadi masalah berkaitan dengan tindakan operasi. Masalah informed consent
semakin penting dengan dikeluarkannya Undang-Undang Kesehatan Nasional
sebagai upaya melindungi kedua belah pihak dari tuntutan hukum
2. Persiapan Fisik Penderita
Mempersiapkan pasien secara fisik sangat penting agar dapat menurunkan
12
Persiapan fisik di mulai dengan :
a. Melakukan pemerikasaan dasar
1) Kesan umum : apakah pasien tampak sakit, anemia,
dehidrasi, dan terjadi perdarahan.
2) Pemeriksaan fisik umum : tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
3) Pemeriksaan fisik khusus : pemeriksaaan kebidanan, pemeriksaan
dalam
4) Pemeriksaan penunjang : laboratorium, ultrasonografi, foto rotgen
(abdomen, toraks).
b. Persiapan menjelang tindakan operasi. Setelah melakukan pemeriksaan
lengkap, persiapan menjelang operasi dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Pemasangan infus. Tujuan pemasangan infus untuk rehidrasi carian
yang hilang, dan memudahkan pemberian pramedikasi narkosa,
memberikan tranfusi darah dan memasukkan obat yang diperlukan.
2) Persiapan narkosa. Pemilihan narkosa dapat diserahkan kepada ahli
narkosa untuk keamanan tindakan operasi dengan premedikasi,
narkosa (narkosa umum, narkosa lumbat, atau pati rasa lokal), dan
obatan-obatan narkosa diserahkan kepada dokter ahli narkosa.
3) Persiapan tempat operasi. Kebersihan dan suci hama di daerah tempat
operasi bertujuan untuk menghindari infeksi. Kulit dibersihkan dan
dicuci dengan sabun dan didesinfektan dengan yodium, alkohol,
betadin.
4) Persiapan alat operasi bergantung pada jenis tindakan sebagai berikut:
a) Berdasarkan indikasi
b) Berdasarkan kondisi penderita
c) Tidnakan yang paling ringan dan aman
d) Pengalaman pelaksana operasi
e) Penyulit operasi
c. Perisapan untuk bayi lahir hidup sebagai berikut :
1) Alat resusitasi pernapasan (alat pengsisap lendir, laringoskop)
2) Pemberian oksigen
3) Obat perangsang pernafasan, jantung dan lainnya
4) Alat bantu penghangat
C. Ibu Melahirkan Dengan Sesar
Meskipun seorang ibu menjalani persalinan sesar tetapi ada juga yang
mempunyai keingan kuat untuk tetap memberikan ASI pada bayinya. Namun
demikian, ada beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi ASI baik langsung
maupun tidak langsung antara lain: pengaruh pembiusan saat operasi, dan faktor
pskikologi ibu.
Ibu tetap juga dapat memberikan ASI dengan pasca persalinan sesar. Hal
yang perlu diperhatikan pada kondisi ini adalah :
1. Mintalah segera mungkin untuk dapat menyusui
2. Cari posisi yang nyaman untuk menyusui.
3. Mintalah dukungan dari keluarga
4. Berdoa dan yakinlah bahwa ibu dapat memberi
Semestinya ibu yang telah menjalani bedah sesar tidak menglami kesulitan
saat menyusui bayinya. Meskipun begitu, ada beberapa hal yang perlu dicermati
dalam penyusuan setelah mengalami bedah sesar hal-hal tersebut yaitu :
a. Tengang waktu sebelum menyesui
b. Memosisikan bayi senyaman mungkin
c. Ketika dibius toal saat menjalani bedah sesar, kemungkinan ada tengang
waktu sebelum ibu pulih
d. Suami harus mengetahui bahwa bayi tidak boleh diberi susu formula
e. Bayi di letakkan didada ibu agar ia segera menyusu kepada ibu. Semakin
cepat ibu dapat menyusui, maka semakin baik pula pertumbuhan dan
pekembangan bayi
f. Ibu boleh meminta tolong kepada orang lain untuk meletakkan bayinya
diatas dada ibu. Ibu mungkin merasa sangat sulit untuk mengangkat bayi
tanpa bantuan orang lain. Hali ini dikarenakan otot-otot perut telah
dibelah sat operasi. Sesungguhnya, menyusui sambil duduk dan
membaringkan bayi di pangkuan ibu dapat membuatnya tidak nyaman<
terutama setelah bedah sesar.
g. Ibu meminta bantuan kepada orang lain menggunakan bel pemanggil.
h. Ibu bisa memosisikan bayi dibawah lengan saat kedua lengan dan kaki
ibu tertekuk keadlaam bila ia merasa tidak nyaman memangku bayi
i. Apapun posisi menyusui yang dipilih ibu hendaknya ia menggunakan
14
j. Ibu meminta bidan atau ahli fisioterapi obstetri untuk menunjukkan cara
duduk dan berbalik dari satu sisi ke sisi lainya
k. Ibu mengonsumsi obat penahan sakit yang diberikan oleh dokter.
D. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling ideal untuk bayi. Berikut ini
adalah kelebihan yang dimiliki ASI dibandingkan dengan susu botol :
a. ASI menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan bayi dalam bentuk yang paling
mudah dicerna dan palling mudah diserap.
b. ASI mengandung antibodi dan sel-sel darah putih yang melindungi bayi
terhadap infeksi
c. ASI bisa mengubah keasaman tinja dan flora usus sehingga melindungi bayi
terhadap diare karena bakteri (Ronald, 2011)
ASI bersifat khas untuk bayi karena sususna kimianya, mempnyai nilai
biologis tertentu, dan mengandung substansi yang spesifik. Ketiga sifat itulah
membedakan ASI dengan susu formula. Pengeluaran ASI bergantung pada umur
kehamilan sehingga ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran prematur akan
berbeda dengan ibu yang bayi cukup bulan.
Perbedaan keluaran ASI yaitu :
a. Colustrum
1. Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi
2. Mengandung : imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe),
vitamin A, D, E dan K) lemakdan rendah laktosa
3. Penguluaran colustrum berlangsung sekitar 2 – 3 hari dan diikuti ASI
yang mulai berwarna putih.
b. ASI transisi (antara)
ASI antara mulai berwarna putih bening dengan susunan yang disesuaikan
kebutuhan bayi dan kemampuan mencerna usus bayi
c. Asi Sempurna
Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan pekermbangan usus bayi, sehigga
E. Jenis ASI berdasarkan faktor produksi
ASI dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
a. Colostrum
Colostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae
yang menggandung tissue debris dan redual material, yang terdapat dalam alveoli
dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan sesudah melahirkan anak. Kolosturm
disekresikan oleh kelenjar mamare pada hari pertama hinga ketiga atau keempat
sejak laktasi.
Menurut Anton Baskoro, beberapa ciri penting yang menyertai produksi
kolostrum adalah sebagai berikut :
1. Komposisi kolostrum mengalami perubahan secara berangsur-angsur setelah
bayi lahir.
2. Kolostrum adalah cairan kental berwarna kekuningan dan lebih kuning
ketimbang ASI mature.
3. Kolostrum bertindak sebagai laksatif yang berfungsi membersihkan dan
melapisi mekonium usus bayi yang baru lahir, serta mempersiapkan saluran
pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya,
4. Kolostrum lebih bayak mengandung protein (sekitar 10% protein)
dibandingkan dengan ASI mature (kira-kira 1 % protein).
5. Pada kolostrum terdapat beberapa protein, yakni imunoglobulin A (IgA),
laktoferin, dan sel-sel darah putih.
6. Total energi (lemak dan lakotasa) berjumlah sekitar 58 kalori/100 ml
kolostrum.
7. Kolostrum lebih banyak mengandung vitamin A, mineral natrium (Na) dan
Seng (Zn)
8. Lemak dalam kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lecithin
dibandingkan ASI mature.
9. Pada kolostrum terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrrolisis protein dalam
usus bayi menjadi kurang sempurna, yang menyebabkan peningkatan kadar
antibodi pada bayi
16
Tabel 2.1. Kandungan dan Manfaat Colostrum
Kandungan kolostrum Manfaat kolostrum
Kaya antibody Melindungi bayi terhadap infeksi dan
alergi
Banyak sel darah putih Melindungi bayi terhadap infeksi
Pencahar Membersihkan air ketuban dan
membantu mencegah bayi kuning
Faktor- faktor pertumbuhan
Membantu usus bayi berkembang lebih
matang, serta mencengah alergi dan
keadaan tidak tahan
Kaya vitamin A Mengurangi keparahan infeksi dan
mencegah penyakit mata pada bayi
(Khamzah, 2012)
b. Air Susu Masa Peralihan (masa transisi)
ASI masa transisi merupakan peralihan dari ASI kolostrum sampai menjadi
ASI mature. ASI transisi diproduksi pada hari keempat hingga keempat belas. Pada
masa ini, kadar protein berkurang, sedangkan karbohidrat dan lemak serta
volumenya semakin meningkat (Khamzah, 2012).
c. Air Susu Matang (Mature)
1. Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi
relatif konstan (ada pula yang menyatakan bahwa komposisi ASI relatif
konstan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-5)
2. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI ini merupakan
makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk banyinya sampai
umur 6 bulan.
3. Merupakan suatu cairan yang berwarna putih kekuning-kuningan yang
diakibatkan warna garam Ca-caseinat, riboflavin, dan kariten yang terdapat di
F. Pemberian ASI
Pemberian ASI dipercepat segera setelah lahir di isapkan pada puting susu
ibu dengan keuntungan sebagai berikut :
a. Rangsangan puting susu ibu, memberikan refleks pengeluaran oksitosin
kelenjar hipofisis, sehingga pelepasan plasenta akan dapat dipercepat
b. Pemberian ASI mempercepat involusi uterus menuju keadaan normal.
c. Rangsangan puting susu ibu mempercepat pengeluaran ASI, karena oktisin
bekerja sama dengan hormon prolaktin.
Persiapan pemberian ASI mulai sejak pemeriksaan payudara terutama bagi
ibu, dengan kehamilan pertama. Terdapat beberapa bentuk puting susu, yang
memerlukan peratawan khusus, yaitu puting susu yang kecil, puting susu yang datar
dan puting susu yang tertarik ke dalam.
Pemberian ASI dianjurkan Call Feeding dengan penilaian bayi menagis
kemungkinan lapat atau pokoknya basah karena buyang air kecil atau besar. Bila
ternyata tidak basa buang air kecil atau besar kemungkinan bayi lapar sehigga perlu
minum ASI (Manuaba, dkk, 2010).
Cara membantu Ibu mengawali menyusui
a. Hindari ketergesa-gesaan dan keributan
b. Tanyakan pada ibu perasaan dan bagaimana proses menyusui berlangsung
c. Amati proses menyusui
d. Bantu mengatur posisi bayi, bila perlu
e. Beri informasi yang relavan
f. Jawab pertanyaan ibu (Depkes RI, 2010)
G. Keuntungan Psikologi
Menyusui membantu ibu dan bayi membentuk hubungan yang erat dan penuh
kasih sayang yang mmbuat ibu merasa sangat puas secara emosional, kontak kulit
anatara ibu dan bayi segera setelah persalinan mengembangkan hubungan tersebut.
Proses ini disebut bonding (Depkes RI, 2010)
H. Dukungan Bidan dalam pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang
pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan
18
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah:
1. Menyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara
ibunya.
2. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI dengan :
1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama.
Bayi mulai memyusu sendiri segera setelah lahir disebut dengan inisiasi menyusu
dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa
penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya
dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan
hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik,
jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.
2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencengah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar.
Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup
kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan.
Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci
tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal
satu kali dalm sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak,
alkohol ataupun sabun pada puting susunya.
3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI semakin
lancar. Hal ini disebabkan, hisapan bayi akan memberikan ranfsangan pada
hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang
otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau
posisi ibu dalam menyusui.
Posisi menyusui dapat dilakukan dengan :
a. Posisi berbaring miring
Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah
b. Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk
memberikan topangan pada / sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak
lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya.
c. Tidur telentang
Posisi bayi berada diatas dada ibu diantara payudara ibu.
4. Menempatkan bayi di dekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung)
Rawat gabung merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang
baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan
selama 24 jam penuh.
Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat sebagai berikut:
a. Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap
saat, tanpa terjadwal. Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka
ASI segera keluar.
b. Aspek fisiologis
Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu
involusio uteri dan produksi ASI akan dipicu oleh proses prolaktin.
c. Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses
lekat (early infant mother bounding). Kehangatan tubuh ibu memberikan
stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan
perkembangan psikologis bayi.
d. Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat
bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan.
e. Aspek ekomomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga,
tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah.
f. Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau perilaku bayinya yang
20
5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui
sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam.
6. Memberikan kolostrum dan ASI saja
ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi.
Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada
keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan
kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan bayi
cukup bulan maka sesuai dengan bayi cukup bulan juga.
7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”
Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi bingung
puting dan menolak menyusu atau hisapan bayi kurang bayi. Hal ini disebabkan,
mekanisme menghisap dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda (Yanti,
2011)
.
I. Dahsyatnya Manfaat Air Susu Ibu (ASI)
Manusia minum air susu manusia, sapi minum air susu sapi, ini merupakan
prinsip yang tak dapat diubah. Namun masyarakat umumnya mempunyai pemikiran
yang salah, yakni susu sapi adalah yang terbaik, baru kemudian air susu ibu (ASI).
Pada kenyataannya tiap pabriksusu bubuk dengan segala upaya memperbaiki
susunan gizi dalam susu bubuk. Tujuannya adalah supaya kualitas susu bubuknya
sebisa mungkin mirip dengan kualitas ASI. Maka, ASI adalah pilihan paling tepat
bagi bayi, sebagai berikut:
1. Bayi cerdas, sehat, dan memiliki IQ yang baik
ASI mengandung berbagai macam zat antibodi yang berasal dari ibu sehingga
memberi perlindungan terhadap berbagai sumber penularan penyakit bagi bayi.
ASI juga bisa mengikuti pertumbuhan bayi, yakni dengan otomatis merubah
komposisinya untuk menyesuaikan kebutuhan setiap tahap masa pertumbuhan
bayi.
ASI mengandung komposisi gizi yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan otak
bayi. Uji klinis telah membuktikan bahwa bayi yang dibesarkan dengan ASI,
2. Ibu sehat, cantik, ceria
Ibu yang menyususi setelah melahirkan zat oxytoxinnya akan bertambah
sehingga dapat mengurangi jumlah darah yang keluar setelah melahirkan.
Menyusui setelah melahirkan dapat mempercepat pemulihan kepadatan tulang
dan mengurangi kemungkinan menderita osteoporosis (keropos tulang) setelah
masa menopause. Menurut statistik, menyusui juga mengurangi kemungkinan
terkena kanker indung telur dan kanker payudara dalam masa menopause.
3. Meringankan beban pengeluaran keluarga
ASI tersedia secara alamiah. Minum ASI bisa menghemat pengeluaran tambahan
tiap bulan untuk membeli susu, tidak perlu beli botol susu, dan alat untuk
mensterilkan. Bayi yang minum ASI daya tahan tubuhnya lebih kuat dan jarang
menimbulkan efek alergi pada tubuh sehingga jarang sakit dan mengurangi
pengeluaran biaya pengobatan.
4. Menyayangi bumi, menyukseskan perlindungan alam
ASI bersuhu alami, segar, dan bebas bakteri, sehingga tak perlu dipanaskan dan
disteril serta bisa mengurangi pemborosan bahan bakar. Meninggalkan susu
bubuk dan menggunakan ASI bisa menghemat banyak sampah botol dan kaleng
susu yang dibuang. Selain itu jika setiap wanita setelah melahirkan mau
menyusui dengan ASI selama 1 tahun, tentunya akan menghemat banyak
pembalut wanita.
J. Hal – hal penting saat merawat bayi dengan ASI
Ada beberapa hal yang bisa dicermati orangtua berkaitan dengan upaya
merawat bayi agar proses tumbuh kembangnya berjalan optimal, yaitu :
1. Letakkan bayi di dada saat lahir
Bayi akan mencari puting ibu sesaat lahir dan diletakkan di dada. Pada waktu
itu pula bayi akan menyedot ASI meski ASI belum keluar. Bayi yang tidak menyedot
ASI dalam 30 menit pertama setelah lahir kapasitas menyusunnya akan turun.
2. Tidak membuang ASI pertama yang keluar
Warna kuning yang keluar dari ASI pertama kali tidak boleh dibuang. ASI yang
disebut kolostrum ini mengandung protein dan zat kekebalan tubuh (antibodi) yang
22
3. Tidak ada ASI basi
Tak seperti susu formula, ASI tidak pernah basi. Ibu yang karena sesuatu hal
tidak bisa menyusui bayinya dalam beberapa waktu, tak perlu ragu untuk menyusui
bayinya lagi. Kualitas ASI yang diberikan pada saat itu sama baiknya seperti yang
keluar pertama kali.
4. Bayi yang diberi ASI lebih mudah lapar
Sifat ASI yang mudah dicerna membuat bayi lebih cepat lapar. Bayi yang
mendapat ASI akan minum lebih sering sekitar 1-3 jam sekali. Jangan memberikan
makanan padat sebelum waktunya menimbulkan sumbatan pada usus yang bisa
berakibaat fatal. Sistem pencernaan bayi belum sempurna hingga ia berusia 4 bulan.
5. Tidak merebus ASI yang disimpan
ASI yang masuk lemari pendingin atau freezer bisa bertahan antara 2 minggu
hingga 4 bulan. Pada suhu kamar, ASI bertahan selama 4-8 jam, sedangkan dalam
lemari pendingin bertahan sekitar 24-48 jam.
Pemberian ASI dilakukan dengan metode first in first out. ASI yang masuk
lemari pendingin atau freezer terlebih dulu, dan ASI jangan dipanaskan dengan
pemanas atau microwave karena zat yang terkandung dalam ASI bisa rusak.
6. Bayi Menangis
Menangis adalah cara bayi berkomunikasi dengan orang-orang di
sekelilingnya. Bayi menangis tak melulu karena lapar, bisa jadi karena popoknya
basah akibat pipis atau buang air besar, bisa juga karena posisi saat menyusu yang
tidak benar sehingga tidak memperoleh ASI dalam jumlah yang tepat.
Tangisan bayi juga bisa menjadi pertanda ia sakit. Pada bulan 2-3 bulan
pertama, misalnya : bayi sering menderita kolik atau sakit perut yang tidak diketahui
penyebabnya. Biasanya gejala itu berkurang setelah usia 3 bulan. Bisa pula tangisan
itu karena demam. Kalau itu terjadi, segera bawa bayi ke dokter (Ronald, 2011).
K. Volume Produksi ASI
Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak bayi
lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat
hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan produksi ASI semakin efektif dan
Kondisi tersebut berlangsung hingga beberapa bulan kedepan. Bayi yaang
sehat mengonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan,
volume pengeluaran air susu mulai menurun.
Volume ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh kondisi psikis seorang ibu dan
makanan yang dikonsumsinya. Jumlah air susu pada ibu yang kekurangan gizi
sekitar 500-700 ml setiap hari selama 6 bulan pertama, 400-600 ml 6 bulan kedua,
serta 300-500 ml pada tahun kedua kehidupan bayi. Kekurangan gizi di dikarenakan
cadangan lemak yang tersimpan dalam tubuh ibu pada masa kehamilan tidak
mencukupi kebutuhan, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI
dan sumber energi selama menyusui (Prasetyono, 2009).
24
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Penelitian akan meneliti tentang Perilaku Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar
Terhadap Pemberian Air Susu Ibu (Colostrum) di RSU MITRA SEJATI 2013
Hal ini dapat dilihat dar kerangka konsep peneliti dibawah ini :
B. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
1 Pengetahuan Pengetahuan adalah
2 Sikap Sikap adalah reaksi atau
3. Tindakan Tindakan adalah reaksi
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini bersifat deskritif dengan pendekatan cross sectional
(peneliti yang dilakukan hanya satu kali saja) yang bertujuan untuk mengetahui
Perilaku Ibu Yang Bersalin Secara Seksio Sesar Terhadap Pemberian Air Susu Ibu
(Colostrum) di RSU Fajar Medan 2013
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu Yang Bersalin Secara Seksio
Sesar di RSU MITRA SEJATI 2013 sebanyak 30 orang dari bulan Maret-Mei
2013.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Besarnya sampel dalam penelitian
adalah 30 orang. Teknik pengambilan dengan menggunakan total sampling,
dimana cara pengambilan sampel dilakukan dengan acak tanpa strata yang
ada dalam populasi (Hidayat, 2010).
C. Lokasi Penelitian
1. Lokasi penelitian adalah di RSU MITRA SEJATI. Adapun pertimbangan
penentuan lokasi adalah di RSU MITRA SEJATI belum pernah dilakukan
penelitian sejenis yaitu Perilaku Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar Terhadap
Pemberian Air Susu Ibu (Colostrum) di RSU MITRA SEJATI 2013
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari Maret-Mei 2013
D. Pertimbangan Etik
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti mengajukan
permohnan kepada ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, dan permintaan izin dari pemimpin izin dari pemimpin
bahwa responden dapat mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa
ada tekanan ataupun paksaan dan pneeliti akan menghormati hak responden untuk
menjaga kerahasiaan, maka kuesioner yang diberikan kepada responden diberi kode
tanpa mencatumkan nama responden.
Data-data yang diperoleh dari responden semata-mata digunakan demi
perkembangan ilmu pengetahuan. Setelah responden mengerti dan memahami
maksud tujuan penelitian, maka secara sukarela responden menandatangani lembar
persetujuan dan pengisian kuesinoner.
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan istrumen
peneliti yaitu berupa kuesinoner pengetahuan yang berisi 10 pertanyaan multiple
choice dan kuesioner sikap berisi 10 pertanyaan dengan tipe check list dan tindakan
berisi 10 pertanyaan dengan tipe check list.
F. Validitasi dan Reabilitas Instrumen
Instrumen penelitian dibuat langsung oleh peneliti, dikarenakan instrumen
penelitian merupakan baru maka perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas
untuk mengetahui berapa besar kemampuan alat ukur dalam mengukur secara
konsisten sasaran yang akan diukur.
1. Validitas
Uji validitas adalah suatu instrument akan dikatakan valid bila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan menggungkapkan data dari variable yang
diteliti secara tepat. Sebelum mengumpulkan data, instrument harus dilakukan uji
coba dengan cara uji validitas serta consent yang direncanakan kepada ibu Diah
Lestari Nasution, SST, M.keb dan nilai koefisien dari instrument penelitian yang
di content validity adalah Perilaku Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar Terhadap
Pemberian Air Susu Ibu (Colostrum), dikatakan valid apabila consent validity
index (CVI) adalah 0,8.
2. Uji Realibitas
Realibiabilitas adalah suatu instrument yang cukup dipercayakan untuk
digunakan sebagai lata pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik.
Uji realibitas akan dilakukan dengan rumus cronbach alpha, uji realibitas akan
28
sama dengan responden yang diteliti yang dilakukan pada bulan februari tahun
2013. Nilai koefisien dikatakan reabel apabila koefisien α ≥ 0,7.
G. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan
kuesioner terhadap ibu bersalin dengan seksio sesar di RSU MITRA SEJATI.
Kuesioner diisi langsung oleh respoden setelah peneliti memberikan penjelasan
tentang cara pengisian kuesioner. Kuesioner dikumpulkan kembali setelah selesai
diisi oleh responden.
H. Aspek Pengukuran
1. Aspek Pengukuran Pengetahuan
Aspek pengukuran data dilakukan melalui jawaban responden dari semua
pertanyaan pengetahuan yang telah diberikan. Pengukuran pengetahuan tentang
Perilaku Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar :
Nilai 1 untuk jawaban benar
Nilai 0 untuk jawaban yang salah
Skor maksimum 10 (untuk setiap jawaban benar dikali 1)
Skor maksimum 0 (untuk setiap jawaban benar dikali nol)
Nilai baik : nilai responden menjawab benar 9 – 10 pertanyaan
Nilai cukup : nilai responden menjawab benar 6 – 8 pertanyaan
Nilai kurang : nilai responden menjawab benar < 5 pertanyaan
2. Aspek Pengukuran Sikap
Aspek pengukuran sikap dilakukan terhadap sikap berdasarkan jawaban
responden dari semua petanyaan sikap yang diberikan dengan menggunakan skala
Likert yang terdiri dari 4 kategori jawaban yaitu sangat setuju (ST), setuju (S) tidka
setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Jumlah pertanyaan sebanyak 10 soal.
- Untuk pertanyaan positif
Untuk jawaban sangat setuju (SS) = 4
Untuk jawaban setuju (S) = 3
Untuk jawaban tidak setuju (TS) = 2
Untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) = 1
Untuk jawaban sangat setuju (SS) = 1
Untuk jawaban setuju (S) = 2
Untuk jawaban tidak setuju (TS) = 3
Untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) = 4
Total skor diperoleh nilai rendah = 10 dan nilai tertinggi = 40. Maka semakin tinggi
skor, semakin baik sikap ibu bersalin secara seksio sesar terhadap pemberian air susu
ibu (Colustrum). Berdasarkan statistik dapat diukur nilainya menurut rumus Sudjana
(1992) dengan
rumus P = Rentang
Banyak Kelas
dimana P = Panjang kelas dengan rentang = 30 dan 3 kategori kelas dalam sikap
yaitu baik, cukup dan kurang. Maka didapatkan panjang kelas (P) = 10 dan nilai
terendah = 10 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Maka sikap ibu yang
bersalin secara seksio sesar sebagai berikut :
Nilai baik : bila responden menjawab benar 31 – 40 pertanyaan
Nilai cukup : bila responden menjawab benar 21 – 30 pertanyaan
Nilai kurang : bila responden menjawab benar 10 – 20 pertanyaan
3. Aspek Pengukuran Tindakan
Pengukuran terhadap tindakan dalam pemberian kolostrum pada bayi dengan
pilihan jawaban :
Nilai 1 untuk jawaban ya
Nilai 0 untuk jawaban tidak
Skor maksimum 20 (untuk setiap jawaban ya dikali 1)
Skor minimum 10 (untuk setiap jawaban tidak dikali 0)
Nilai baik : bila responden menjawab benar 14-20 pertanyaan
Nilai cukup : bila responden menjawab benar 9-13 pertanyaan
Nilai kurang : bila responden menjawab benar < 8 pertanyaan
30
I. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
b. Pemeriksaan data (editing)
Dalam melakukan editing ada beberapa hal yang diperhatikan yakni
memeriksa kelengkapan data dan memeriksa kesinambungan data,
memeriksa keseragaman data.
c. Pemberian Code (Coding)
Setelah editing dilakukan, langkah selanjutnya ialah melakukan
peng-kodean data (koditing).
d. Penyusunan Data (Tabulating)
Langkah terakhir yaitu mengelompokkan data tersebut ke dalam tabel.
2. Analisis Data
Rencana analisis data dalam penelitian ini bersifat deskritif dan data tersebut
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang berjudul “Perilaku Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar
Terhadap Pemberian ASI (Colostrum) di RS Mitra Sejati 2013”, kuesioner diberikan
kepada 30 orang Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar. Hasilnya dapat disajikan sebagai
berikut :
1. Karakteristik Distribusi Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar
Berdasarkan karakteristik distribusi ibu bersalin dengan seksio sesar, ibu
bersalin dengan seksio sesar yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah ibu bersalin
dengan seksio sesar sebanyak 30 orang dan dengan umur yang masing-masing
berbeda. Berdasarkan umur yang dimiliki ibu bersalin dengan seksio sesar sebagai
responden dalam penelitian ini adalah, umur < 20 tahun sebanyak 4 orang (13.35%),
umur 20-35 tahun sebanyak 23 orang (76.3%). Berdasarkan pendidikan, yang
memiliki pendidikan SD sebanyak 3 orang (10.0%), memiliki pendidikan SMP
sebanyak 7 orang (23.3%), pendidikan SMA sebanyak 11 orang (36.7%), pendidikan
PT sebanyak 9 orang (30.0 %). Berdasarkan pekerjaan, yang memiliki pekerjaan IRT
sebanyak 18 orang (60%), pekerjaan pegawai negri sebanyak 5 orang (16.7%), dan
yamg memiliki pekerjaan wiraswasta sebanyak 7 orang (23.3%). Untuk lebih
32
Tabel 5.1.
Karakteristik Distribusi Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar Terhadap Pemberian Air Susu Ibu (Colostrum) di RS MITRA SEJATI 2013
Karakteristik F Nilai (%)
2. Distribusi Pengetahuan Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar Terhadap
Pemberian Air Susu Ibu (Colostrum) di RS Mitra Sejati 2013
Berdasarkan hasil penelitian maka pilihan jawaban ibu bersalin dengan seksio
sesar pada pertanyaan pengetahuan tentang pemberian ASI (Colostrum) bersalin
dengan seksio sesar yang menjawab benar pada pertanyaan nomor 4 sebanyak 23
orang (76.7%) dan ibu bersalin dengan seksio sesar yang menjawab salah terdapat
pada pertanyaan nomor 3 sebanyak 15 orang (50%). Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 5.2.
Distribusi Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar Terhadap Pemberian ASI
(Colustrum) di RS MITRA SEJATI 2013
No Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Benar Salah
F % F %
1 Menurut ibu, apakah pengertian kolostrum itu 17 56.7 13 43.3
2 Menurut ibu, apakah manfaat kolostrum 16 53.3 14 46.7
3 Menurut ibu, kolostrum cairan yang pertama
dikeluarkan oleh kelenjar payudara dari hari 15 50 15 50
4 ASI yang pertama kali disekresi 23 76.6 7 23.3
5 ASI yang disekresi pada hari 4 sampai
ke-14 18 60 12 40
6 ASI yang disekresi pada hari ke-10 18 60 12 40
7 Kapan sebaiknya ibu memberikan air susu
pada bayinya 17 56.7 13 43.3
8 Manfaat air susu pada bayi 18 60 12 40
9 Kolostrum mengandung vitamin A 21 70 9 30
10 Menurut ibu, secara psikologi fungsi Air Susu
Ibu 17 56.7 13 43.3
Dari hasil penelitian diperoleh berdasarkan bahwa pengetahuan ibu bersalin
dengan seksio sesar yang memiliki pengetahuan baik sebanyak sebanyak 10 orang
(33.3%), pengetahuan cukup sebanyak 8 orang (26.7%), dan pengetahuan kurang
34
Tabel 5.3.
Distribusi Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar Terhadap Pemberian ASI
(Colustrum) di RS MITRA SEJATI 2013
Pengetahuan F Nilai (%)
Baik 10 33.3
Cukup 8 26.7
Kurang 12 40
Total 30 100
3. Distribusi Sikap Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar Terhadap Pemberian ASI
(Colustrum) di RS MITRA SEJATI 2013
Dari hasil penelitian maka responden yang mayoritas memberikan pernyataan
sangat setuju (SS) pada nomor 1 dan 2 sebanyak 20 orang (66.7%), pernyataan setuju
(S) pada nomor 5 dan 6 sebanyak 12 orang (40%), pernyataan tidak setuju (TS) pada
nomor 7 sebanyak 8 orang (26.7%) dan pernyataan sangat tidak setuju (STS) pada
Tabel 5.4.
Distribusi Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar Berdasarkan Karakteristik
Pernyataan Sikap Pemberian Asi (Colustrum) Di RS MITRA SEJATI 2013
SS S TS STS
NO PERNYATAAN F % F % F % F %
1 Segera setelah bayi lahir ibu dapat memberikan
4 Sejak masih hamil ibu sudah bertekat akan memberikan
8 Segera setelah lahir kolostrum dapat segera diberikan pada bayi karena sudah diproduksi sejak akhir kehamilan
12 40 11 36.7 6 20 1 3.3
9 Setelah ASI diberikan, bayi merasakan kasih sayang
Dari hasil penelitian diperoleh berdasarkan sikap ibu bersalin dengan seksio
36
orang (26.7%) dan yang memiliki sikap kurang sebanyak 1 orang (3.3%). Hal ini
dapat dilihat pada tabel 5.5. di bawah ini.
Tabel 5.5.
Distribusi sikap Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar terhadap Pemberian Asi
(Colustrum) Di RS MITRA SEJATI 2013
Sikap Frekuensi Nilai (%)
Baik 21 70
Cukup 8 26.7
Kurang 1 3.3
Total 30 100
4. Distribusi Tindakan Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesar Terhadap Pemberian
ASI (Colustrum) di RS Mitra Sejati 2013
Dari hasil penelitian maka responden yang berdasarkan tindakan, yang
melakukan tindakan ya pada pertanyaan nomor 8 dan 10 sebanyak 20 orang (66.7%)
dan yang melakukan tindakan tidak pada pertanyaan nomor 7 sebanyak 15 orang
Tabel 5.6.
Distribusi Ibu Bersalin Berdasarkan Karakteristik Pertanyaan Tindakan
Tentang Pemberian ASI (Colostrum) di RSU Mitra Sejati 2013
No Pertanyaan Ya Tidak
F % F %
1 Memberikan ASI (colostrum) kepada bayi 19 63.3 11 36,7
2 Setelah ibu melahirkan, ibu langsung
memberikan ASI (Kolostrum). 20 66.7 10 33.3
3 ASI yang keluar pertama (kolostrum) dibuang
karena kotor atau basi 18 60 12 40
4 Setelah ASI diberikan, apakah bayi masih
menangis 19 63.3 11 36,7
5 Setelah ibu melahirkan bayi diberikan susu
botol 16 53.3 14 46.7
6 Ibut tetap memberikan kolostrum walaupun
produksi ASI tidak cukup 18 60 12 40
7 Ibu memberikan susu formula jika kolostrum
tidak ada 15 50 15 50
8 Setelah ibu melahirkan, ASI dapat diberikan
secara langsung 20 66.7 10 33.3
9 Ibu memberikan kolostrum walaupun puting
susu lecet 17 56.7 13 43.3
10 Setelah ibu melahirkan, apakah bidan
meberikan dukungan terhadap ASI ibu 20 66.7 10 33.3
Dari hasil penelitian diperoleh berdasarkan tindakan ibu bersalin dengan seksio
sesar yang melakukan tindakan baik sebanyak 16 orang (53.3%), tindakan cukup
sebanyak 4 orang (13.3%), dan yang melakukan tindakan kurang sebanyak 10 orang