• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Sengketa oleh Komisi Informasi atas Informasi yang Diberikan BPOM Terkait Keselamatan Konsumen dalam Mengkonsumsi Suatu Produk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penyelesaian Sengketa oleh Komisi Informasi atas Informasi yang Diberikan BPOM Terkait Keselamatan Konsumen dalam Mengkonsumsi Suatu Produk"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELESAIAN SENGKETA OLEH KOMISI INFORMASI ATAS INFORMASI YANG DIBERIKAN BPOM TERKAIT KESELAMATAN

KONSUMEN MENGKONSUMSI SUATU PRODUK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara

Oleh:

KARTIKA PUTRI RIANDA SIREGAR 110200007

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas segala berkah

dan rahmatNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “ Penyelesaian Sengketa Oleh Komisi Informasi atas

Informasi yang diberikan BPOM terkait keselamatan Konsumen dalam

mengkonsumsi suatu Produk” judul ini diambil berdasarkan ketertarikan penulis

untuk memahami lebih jelas mengenai penyelesaian sengketa oleh Komisi

Informasi terkait keselamatan masyarakat sebagai konsumen dalam

mengkonsumsi suatu produk.

Penulis banyak memperoleh arahan dan bimbingan selama mengikuti

perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara dari dosen-dosen dan

berbagai pihak yang memberikan bantuan baik berupa materi,dorongan, maupun

semangat.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MH, selaku Dekan Fakultas Hukum

USU

2. Ibu Windha, SH, M.hum, sebagai Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum USU dan sebagai dosen pembimbing II penulis.

3. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H, M.Hum sebagai dosen pembimbing I

penulis.

4. Orang tua Penulis Ayahanda Drs. H. Yusri Ramadhan Siregar yang telah

(3)

Harahap atas kesabaran dan kasih sayangnya dalam mendidik penulis dan

senantiasa memberi motivasi agar penulis cepat tamat.

5. Abang dan kakak penulis Syahreza Rianda Siregar, S.sos dan Novia

Rezky Rianda Siregar, S.E atas bantuan dan motivasinya selama ini

kepada penulis.

6. Saudara saya Ibu Wiwik S.H, tulang inen dek afra dan zizi yang telah

memabntu saya menyelesaikan skripsi ini

7. Teman kesayangan penulis Dandy, Khairul Muttaqin

8. Sahabat-sahabat saya, Dewi Karlina Sebayang, Putri Husna SM, Pocut

Meuthia Azhari, Dian Agustina, Sheila Nanda Karina, Andra

9. Teman-teman saya Hadis,Randa,Bagus,Mitha dan semua teman teman

Fakultas Hukum USU yang tidak bisa saya sebutkan satupersatu

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata

penulis mengucapkan terima kasih

Medan, Juli 2015

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang... ... 1

B. Perumusan Masalah... 15

C. Keaslian Penulisan... 16

D. Tinjauan Pustaka... 17

E Metode Penelitian... 21

F. Sistematika Penulisan... ... 24

BAB II INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN BPOM BERDASARKAN UU NO. 14 TAHUN 2008 A. Pengertian dan Jenis Jenis Informasi Publik... 28

B. Keterbukaan Informasi Publik Menurut Hukum di Indonesia... 40

C. Standar Layanan Informasi Publik... 43

D. Peranan BPOM Dalam Pelayanan Informasi Publik ... 49

E. Informasi Yang Wajib Disediakan dan Diumumkan BPOM Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2008...57

BAB III KEWAJIBAN KOMISI INFORMASI SEBAGAI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA ATAS INFORMASI YANG DIBERIKAN BPOM A. Tugas dan Wewenang Komisi Informasi... 63

B. Mekanisme Pelayanan Komisi Informasi ... 66

C. Sengketa Informasi Publik ... 72

D. Penyelesaian Sengketa Informasi Publik... 76

(5)

BAB IV AKIBAT HUKUM DARI PENYELESAIAN SENGKETA OLEH KOMISI INFORMASI ATAS INFORMASI YANG DIBERIKAN BPOM TERKAIT KESELAMATAN KONSUMEN

A. Perlindungan Konsumen dalam Mengkonsumsi Suatu Produk.... 89

B. Hak Konsumen Atas Informasi... 92

C. Penyelesaian Sengketa Oleh Komisi Informasi... 99

D. Akibat Hukum Dari Penyelesaian Sengketa oleh Komisi Informasi atas

Informasi yang Diberikan BPOM Terkait Keselamatan Konsumen. 103

BAB V PENUTUP

Kesimpulan... 113

Saran ... 114

(6)

ABSTRAK

PENYELESAIAN SENGKETA OLEH KOMISI INFORMASI ATAS INFORMASI YANG DIBERIKAN BPOM TERKAIT KESELAMATAN

KONSUMEN MENGKONSUMSI SUATU PRODUK

Kartika Putri Rianda Siregar*

Dr. Mahmul Siregar,S.H.M.Hum**

Windha,S.H.M.Hum***

Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang, baik dalam rangka mengembangkan kualitas pribadi maupun dalam rangka menjalani kehidupan sosialnya. Setiap orang dengan kualitas dan latar belakang apapun membutuhkan informasi sesuai kadarnya. Keselamatan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produkpun menjadi penting karena berdampak pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Indonesia mempunyai BPOM untuk menjamin keamanan dan kesehatan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk yang tunduk dengan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Komisi Informasi sebagai lembaga penyelesaian sengketa harus memberikan informasi yang terbuka walaupun ada informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan Undang-undang. Berdasarkan kondisi tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: Informasi bagaimana sajakah yang wajib disediakan dan diumumkan oleh BPOM berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun 2008, Bagaimana kewajiban Komisi Informasi sebagai badan penyelesaian sengketa atas informasi yang diberikan BPOM, bagaimana akibat hukum dari penyelesaian sengketa oleh Komisi Informasi atas informasi yang diberikan BPOM terkait keselamatan konsumen.

Untuk menjawab permasalahan ini maka digunakan metode penelitian hukum normatif yaitu menguji, mengkaji, ketentuan-ketentuan mengenai Komisi Informasi dan BPOM yang ada. Dengan sifat penelitian deskriptif analitis. Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder dengan teknik

pengumpulan data library research (penelitian kepustakaan).Melalui pendekatan

perundang-undangan, sedangkan bahan sekundernya adalah buku-buku, artikel dan pendapat para sarjana.

Informasi yang wajib disediakan oleh BPOM berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 adalah informasi publik Kewajiban Komisi Informasi sebagai badan penyelesaian sengketa atas informasi yang diberikan BPOM meliputi tugas dan wewenang Komisi Informasi, mekanisme pelayanan Komisi Informasi, sengketa informasi publik, penyelesaian sengketa informasi publik dan Komisi Informasi publik sebagai badan penyelesaian sengketa atas Informasi yang diberikan BPOM dan akibat hukum dari penyelesaian sengketa oleh Komisi Informasi atas informasi yang diberikan BPOM terkait keselamatan konsumen berkaitan dengan perlindungan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk dan penyelesaian sengketa oleh Komisi Informasi.

*

Mahasiswa

**

Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

***

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang, baik dalam rangka

mengembangkan kualitas pribadi maupun dalam rangka menjalani kehidupan

sosialnya. Setiap orang dalam kualitas dan latar belakang apapun membutuhkan

informasi sesuai kadarnya. Pada masyarakat tradisional sekalipun, kebutuhan atas

informasi tetap ada dan harus dipenuhi. Informasi itu bisa diperoleh lewat tatap

muka dengan orang lain, bisa juga melalui berbagai macam sarana yang tersedia.

Memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan

informasi publik adalah salah satu ciri negara demokratis yang menjunjung tinggi

kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik.

Informasi merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap

penyelenggaraan negara dan Badan Publik lainnya dan segala sesuatu yang

berakibat pada kepentingan publik.

Pada masyarakat modern, kebutuhan atas informasi semakin banyak dan

semakin urgen. Informasi menjadi kebutuhan dasar dalam pengambilan

keputusan-keputusan personal dan sosial. Perkembangan teknologi komunikasi

turut mendorong perkembangan informasi, setiap detik, informasi terus menyebar

dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat akibat perkembangan teknologi

komunikasi. Setiap hari kita disuguhi informasi dari belahan dunia yang berbeda

nyaris pada saat bersamaan. Batas-batas antar negara seolah menjadi hilang

(8)

negara yang bisa secara mutlak menghambat pesatnya laju arus informasi.1

Di era globalisasi sekarang ini suatu informasi merupakan hal yang

penting dan praktis, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses segala

macam bentuk informasi. Dengan keterbukaan informasi ini pemerintah Indonesia

menyiapkan dan menyelenggarakan suatu aturan keterbukaan informasi publik

yang menyediakan segala macam informasi tentang kepemerintahan agar

masyarakat juga mengetahui transparansi dan tanggung jawab pemerintah kepada

publik juga terealisasikan dengan baik. 2

Menurut laporan Freedom Of Information Center yang berpusat di

London Inggris, sudah ada 50 negara yang telah mempunyai Undang-undang

kebebasan atas informasi termasuk Indonesia, 30 negara lainnya sedang dalam

proses penyusunan. 3 Dari laporan ini dapat diambil kesimpulan bahwa

transparansi atas setiap informasi publik membuat masyarakat dapat ikut

berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap langkah dan kebijakan yang diambil

oleh pemerintah sehingga penyelenggaraan negara demokrasi dapat

dipertanggungjawabkan kembali kepada masyarakat.4

Pada tanggal 3 April 2008, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memberikan

persetujuan terhadap Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik (UU KIP). Dengan persetujuan tersebut maka Indonesia

mempunyai peraturan setingkat Undang-undang yang mengatur mengenai jaminan

akses publik terhadap informasi publik yang ada pada penyelenggara negara.

1

Henri Subagiyo dkk, Anotasi Undang-undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (Jakarta: Gajah Hidup Print, 2009), hal. 3 .

2

Luthfi Widagdo Eddyono , Implementasi UU KIP , Majalah Konstitusi, No.24, Agustus September 2008, hal 16

3

Freedom Of Information Center, Right to Know day, 2011

4 Ibid

4

(9)

UU KIP merupakan usul inisiatif DPR didukung oleh berbagai elemen

masyarakat madani yang dimotori oleh Koalisi Masyarakat untuk Kebebasan

Informasi, telah dibahas sejak Tahun 2000. Secara normatif keberadaan

Undang-undang ini mengakhiri “rejim ketertutupan” (secrecy government) yang dianut

oleh pemerintah Orde baru dan masih dirasakan dampaknya hingga saat ini.

Undang-undang No. 14 Tahun 2008 merupakan jaminan keterbukaan

informasi publik.5 Pasal 28F UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap orang berhak

untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi

dan kehidupan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki dan

menyimpan informasi dengan menggunakan segala jenis yang tersedia. Untuk itu

diperlukan jaminan bagi semua orang dalam memperoleh informasi.6

Undang-undang ini diharapkan merubah paradigma budaya pangreh praja

bergeser menjadi budaya pelayanan terhadap masyarakat sebagai pemegang

kedaulatan negara. Para aparatur negara tidak dapat lagi berlindung dibalik jubah

kebesarannya selaku pamong praja. Slogan L’etat c’ moi yang mewarnai wajah

birokrasi Indonesia diharapkan terkikis habis karena masyarakat dapat memaksa

aparatur negara untuk mempertanggungjawabkan kebijakan yang diambilnya.7

Setiap badan publik mempunyai kewajiban untuk membuka akses atas

informasi publik yang berkaitan dengan Badan Publik tersebut untuk masyarakat

luas. Lingkup Badan Publik dalam Undang-undang ini meliputi lembaga

eksekutif, legislatif, yudikatif serta penyelenggaraan negara lainnya yang

mendapatkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN)/

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan mencakup pula organisasi non

5

Undang-undang No. 14 Tahun 2008

6

UUD negara RI Tahun 1945, hasil amandemen kedua , Pasal 28F

7

(10)

pemerintah, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,

seperti lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan serta organisasi lainnya yang

mengelola dan menggunakan dana sebagian atau seluruhnya bersumber dari

APBN/APBD, sumbangan masyarakat dan/atau luar negeri.

Informasi bisa disampaikan oleh banyak media baik media sosial maupun

media cetak sehingga semakin banyak alternatif yang bisa dipillih oleh

masyarakat . Kemampuan suatu negara mengelola informasi dan menghasilkan

informasi publik yang berkualitas menjadi salah satu faktor keberhasilan negara.

Tiga isu besar yang mendorong lahirnya kesadaran atas kebutuhan informasi

adalah upaya pemberantasan korupsi, upaya penegakan hak asasi manusia, dan

tata kelola pemerintah yang baik (good governance). Salah satu kasus riil adalah

produk susu yang mengandung bakteri berkaitan dengan hak publik dalam

mengkonsumsi suatu produk.8

Berangkat dari diskusi-diskusi kecil, beberapa aktivis lembaga swadaya

masyarakat pada masa awal awal reformasi membentuk Koalisi Masyarakat Sipil

untuk memperoleh Kebebasan Informasi Publik. Gagasan akan kebebasan

masyarakat untuk memperoleh informasi publik perlu dijamin karena bagian tidak

terpisahkan dari penataan dan reformasi di berbagai sektor kehidupan, serta

kebebasan mengakses informasi merupakan syarat bagi penyelenggara tata

pemerintahan yang baik menjadi dasar gagasannya.

Negara yang melakukan tata kelola pemerintahan yang baik akan

menghasilkan kebijakan publik yang baik. Kebijakan publik yang baik akan

menghasilkan kesejahteraan terhadap masyarakat. Untuk dapat menghasilkan

8

(11)

kebijakan publik yang baik dibutuhkan partisipasi masyarakat. Untuk dapat

mendorong partisipasi masyarakat dibutuhkan suatu keterbukaan informasi

publik. Dengan demikian keberadaan UU KIP mempunyai korelasi yang erat

dengan kesejahteraan masyarakat.

UU KIP itu sendiri mengatur tentang siapa yang diberi kewajiban untuk

memenuhi hak masyarakat atas informasi, yang selanjutnya disebut badan publik.

Definisi badan publik dalam UU KIP mencakup:9

1. Lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif;

2. Badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan

penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber

dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran

pendapatan dan belanja daerah; atau

3. Organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya

bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran

pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar

negeri.

Pengundangan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik (UU KIP) pada Tahun 2008 telah menempatkan Indonesia

sebagai negara yang secara resmi mengadopsi prinsip-prinsip keterbukaan

informasi. Pengundangan UU KIP secara riil juga merupakan sarana mendorong

terwujudnya tata pemerintahan yang baik. Menurut UU KIP Badan Publik wajib

membuka informasi publik.

9

(12)

Asas pada UU KIP itu sendiri pada dasarnya terletak Pasal 2 UU KIP

memuat beberapa asas atau prinsip. Ada yang relevan dengan prinsip yang

berlaku secara universal yaitu :

1. Pada dasarnya setiap informasi bersifat terbuka dan dapat diakses kecuali

yang dibatasi oleh Undang-undang

2. Informasi bisa diperoleh dengan cepat, tepat waktu, murah dan prosedur

sederhana

3. Kerahasiaan informasi didasarkan pada aturan Undang-undang, kepatutan,

kepentingan umum setelah melalui uji konsekuensi. Kepentingan yang

lebih besar didahulukan.

Tujuan dari UU KIP sendiri adalah :

1. Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan

kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan

pengambilan suatu keputusan publik.

2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan

publik.

3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dan pengambilan kebijakan publik

dan pengelolaan badan publik yang baik.

4. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan,

efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan

5. Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup

orang banyak.

6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa

(13)

7. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan badan

publik yang menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.10

Mengenai Komisi Informasi, Komisi Informasi Publik adalah lembaga

independen yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun 2008

tentang Keterbukaan Informasi Publik disingkat UU KIP. Tepatnya pada Bab VII

UU KIP menyatakan bahwa Komisi Informasi mempunyai fungsi untuk

menjalankan UU KIP, tugas dan wewenang serta tanggung jawab Komisi

Informasi, serta tata cara pembentukan , proses rekruitmen Komisi Informasi dari

tingkat Pusat hingga Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Republik

Indonesia, menetapkan standar layanan informasi publik dan menyelesaikan

sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi non litigasi. Secara

normatif UU KIP mengamanatkan Komisi Informasi untuk melakukan segala

sesuatu yang menurut peraturan perundang-undangan boleh dilakukan untuk

mencapai tujuan UU KIP. Sebagai lembaga negara non struktural (auxiliary state

body) Komisi Informasi termasuk ranah campuran dari fungsi eksekutif, fungsi

quasi yudikatif dan fungsi quasi legislatif .11

Komisi Informasi terdiri atas Komisi Informasi Pusat, Komisi Informasi

Provinsi dan jika dibutuhkan Komisi Informasi Kabupaten/ Kota. Berdasarkan

ketentuan UU KIP bahwa ketentuan pembentukan Komisi Informasi tingkat pusat

harus sudah terbentuk satu tahun semenjak diundangkan UU KIP yaitu tahun

2009 sedangkan untuk tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota paling lama sudah

harus terbentuk 2 Tahun semenjak diundangkan UU KIP pada 30 April 2010.

10

Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan informasi Publik Pasal 3

11

(14)

Masyarakat sebagai konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk, harus

mengetahui suatu produk itu aman dan mengandung apa saja juga komposisi apa

yang dibuat dalam pembuatan suatu produk makanan. Disini dibutuhkan

keterbukaan informasi terkait barang yang akan diproduksi dan akan dikonsumsi

karena menyangkut kepentingan publik.

Perkembangan modernisasi mencakup dalam bidang kesehatan yang dapat

menghasilkan kepuasan hidup serta kegairahan dalam meningkatkan produktivitas

masyarakat. Dalam menghadapi tantangan bagi bangsa Indonesia pada jangka

panjang kedua adalah meningkatkan kesejahteraan agar dapat mewujudkan

keadilan, kemajuan, kemakmuran dan kemandirian bagi masyarakat. Selain itu

masyarakat Indonesia mempunyai tujuan untuk membangun manusia seutuhnya,

yakni terpenuhinya seluruh kebutuhan bangsa Indonesia, baik kebutuhan jasmani

maupun rohani juga kesehatan. Untuk mencapai tujuan itu maka segala kegiatan

pembangunan yang dilakukan di negara ini harus transparan. Transparansi itu

akan memacu setiap orang untuk bersaing secara kuat dan sehat. Transparansi itu

juga akan memberikan begitu banyak tantangan, tantangan bagi konsumen,

produsen, pengusaha ataupun sebagai pemerintah.

Perlindungan konsumen merupakan masalah kepentingan manusia, oleh

karenanya menjadi harapan bagi semua bangsa di dunia untuk dapat

mewujudkannya. Mewujudkan perlindungan konsumen adalah mewujudkan

hubungan berbagai dimensi yang satu dengan yang lainnya mempunyai

keterkaitan dan saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha dan

(15)

Menurut Undang-undang RI No. 8 Tahun 1999, yang dimaksud

perlindungan konsumen adalah “ segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen” sedangkan yang

dimaksud dengan konsumen adalah “ setiap orang pemakai barang atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan “.12

Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik

yang berbentuk badan hukum maupun yang didirikan atau berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik

sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan

usaha dalam berbagai bidang ekonomi.13

Menurut buku “Menggeser Neraca Kekuatan (panduan latihan pendidikan

konsumen terbitan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, YLKI) 1990 ada

empat hal yang harus diperhatikan konsumen, yaitu14

Pertama dari aspek ekonomi mikro. Disini ada beberapa pertanyaan

seperti :

1. Berapa harga suatu produk ?

2. Apakah harga itu wajar jika dibandingkan dengan barang yang sama mutu

dan jumlahnya ?

3. Apakah ada barang pengganti sejenis yang lebih murah, lebih sehat, dan

dapat diperoleh di tempat yang sama?

12

Undang Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

13

Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen Pasal 1 ayat 3

14

(16)

Kedua, dari aspek lingkungan.

1. Apakah kemasan, baik berupa botol atau kaleng produk tercemar secara

kimia atau biologis atau tidak ?

2. Apakah kemasan produk tersebut menggunakan secara boros bahan baku

yang langka dan merusak hidup ?

Ketiga, dari aspek hukum. Ada sejumlah pertanyaan :

1. Soal legalitas produk tersebut. Artinya apakah produk tersebut sudah

terdaftar pada instansi terkait ?

2. Jika konsumen tidak puas dengan produk tersebut, dapatkah dikembalikan

kepada penjual/ produsen ?

3. Jika isinya kurang dari yang seharusnya, sudikah produsen/ penjual

membayar ganti rugi kepada konsumen ?

4. Apakah pelabelan dan iklan produk tersebut sudah sesuai dengan peraturan

yang berlaku ?

Keempat, dari aspek kesehatan dan keamanan

1. Seperti apakah produk tersebut ?

2. Mengandung bahan berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan

konsumen ?

Dari sisi kepentingan konsumen, keempat sudut pandang tersebut apabila

dipraktekkan, sudah memberi proteksi yang memadai bagi konsumen. Namun,

(17)

secara mandiri dapat melindungi diri, tetapi secara internal peduli terhadap

masalah yang lebih luas. 15

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan

signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat

kesehatan. Dengan menggunakan teknologi modern, industri-industri tersebut kini

mampu memproduksi dalam skala yang sangat besar mencakup berbagai produk

dengan "range" yang sangat luas.

Dengan dukungan kemajuan teknologi transportasi dan entry barrier yang

makin tipis dalam perdagangan internasional, maka produk-produk tersebut dalam

waktu yang amat singkat dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan

distribusi yang sangat luas dan mampu menjangkau seluruh strata masyarakat.16

Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk termaksud cenderung terus

meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola

konsumsinya. Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai

untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Di

lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen untuk

mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional.17

Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya

hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan implikasi

yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub

15

Sudaryatno, hukum dan advokasi konsumen, (Bandung : Citra Aditia Bakti, 1999) hal. 1

16

http:// www.POM.go.id/new/index.php/view (diakses pada tanggal 12 Maret 2015) 17

(18)

standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka risiko yang terjadi

akan berskala besar dan luas serta berlangsung secara amat cepat.18

Untuk itu Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan

Makanan (SisPOM) yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah

dan mengawasi produk-produk termaksud untuk melindungi keamanan,

keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di luar negeri.

Untuk itu telah dibentuk Badan POM yang memiliki jaringan nasional dan

internasional serta kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilitas

profesional yang tinggi.19

Sesuai Pasal 69 Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001, Badan POM

memiliki kewenangan :20

1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.

2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan

secara makro.

3. Penetapan sistem informasi di bidangnya.

4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu

untuk makanan dan penetapan pedoman peredaran Obat dan Makanan.

5. Pemberi izin dan pengawasan peredaran Obat serta pengawasan industri

farmasi.

Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan dan

pengawasan tanaman obat.Banyaknya produk makanan yang berbahaya untuk

dikonsumsi dalam jangka panjang seringkali ditemukan. Konsumen tidak

18

ibid

19

ibid 20

(19)

memperhatikan komposisi yang terkandung di dalam produk makanan tersebut.

Konsumen bahkan tidak mengetahui dengan jelas informasi suatu produk

makanan dan apa saja yang terkandung didalamnya. Konsumen terkadang sering

melalaikan hak dan kewajibannya sebagai konsumen. Dalam hal ini pemenuhan

hak terkait informasi masih sering diabaikan oleh konsumen itu sendiri tanpa

memikirkan akibat apa yang akan ditimbulkan apabila ia tidak mengetahui

komposisi suatu produk makanan yang dikonsumsinya. Konsumen berhak atas

informasi yang terkandung didalamnya yang diumumkan oleh BPOM sehingga

masyarakat tidak ragu dan merasa aman dalam mengkonsumsi suatu produk.

Kontrol masyarakat terhadap produsen makanan, obat-obatan maupun

produk lainnya akan menjadi cambukan terhadap produsen nakal dalam membuat

suatu produk makanan. Sehingga produsen harus lebih berhati-hati dalam

membuat campuran makanan yaitu dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang

tidak berbahaya dan tidak menimbulkan efek samping pada jangka pendek

maupun jangka panjang.

Dalam perjalanan kasus-kasus yang ditemukan sekarang banyak produk

makanan yang ternyata mengandung bahan yang tidak layak dikonsumsi yang

pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan kita baik jangka pendek maupun

jangka panjang. Sebagai contoh, kasus susu formula untuk bayi yang mengandung

bakteri berbahaya, kasus oreo yang didalamnya mengandung melamin, dan obat

kumur Oral B yang ternyata mengandung bakteri Burkholderia anthina yang bisa

menjangkiti pertahanan tubuh lemah. Maka, diperlukan peranan BPOM dalam

membenahi sistem pengontrolan terhadap hal keterbukaan informasi suatu produk.

(20)

Undang-undang No. 14 tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang bersamaan

dengan itu pemerintah juga menggulirkan Komisi Informasi Publik sebagai

pemegang penuh regulasi Undang-undang No. 14 Tahun 2008 sebagai bentuk

penegasan dan pengawasan terhadap sirkulasi informasi kegiatan suatu produk.

Pengejawantahan daripada regulasi keterbukaan informasi publik, masih

belum dapat dirasakan sampai dengan masyarakat bawah karna mengingat sistem

birokrasi yang ada masih jauh dari sempurna. Pada tahun 2010 pemerintah

menyadari siapa yang seharusnya bertanggung jawab sehingga menggulirkan

regulasi, dan menetapkan di setiap badan publik perlu ada Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi.21 Yang menjadi sengketa informasi publik adalah

sengketa yang terjadi antara badan publik dan pengguna informasi publik yang

berkaitan dengan hak memperoleh dan menggunakan informasi berdasarkan

perundang-undangan. 22

Berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik, Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik,

Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang pelaksanaan Undang-undang

No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Standar Layanan Informasi Publik,

Badan pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sebagai salah satu badan publik

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2008 mempunyai

kewajiban untuk memberikan layanan informasi yang dapat diakses oleh publik

atau msyarakat khususnya pemangku kepentingan di bidang pengawasan obat dan

makanan.

21

ibid 22

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Informasi bagaimanakah yang wajib disediakan dan diumumkan oleh

BPOM berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 ?

2. Bagaimana kewajiban Komisi Informasi sebagai badan penyelesaian

sengketa atas informasi yang diberikan BPOM ?

3. Bagaimana akibat hukum dari penyelesaian sengketa oleh Komisi

Informasi atas Informasi yang diberikan BPOM terkait keselamatan

konsumen ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan

Tujuan penulisan penelitian ini adalah:

a. Memberikan gambaran atas informasi-informasi yang wajib disediakan

dan diumumkan BPOM berdasarkan UU No. 14 Tahun 2008

b. Memberikan gambaran terhadap kewajiban Komisi Informasi sebagai

badan penyelesaian sengketa atas informasi yang diberikan BPOM

c. Mengetahui akibat hukum dari penyelesaian sengketa oleh Komisi

Informasi atas Informasi yang diberikan BPOM terkait keselamatan

Konsumen

2. Manfaat

Secara teoritis skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap

(22)

Informasi atas Informasi yang diberikan BPOM terkait keselamatan konsumen

dalam mengkonsumsi suatu produk.

Secara praktis, skripsi ini juga ditujukan kepada lembaga Komisi

Informasi dalam kewajibannya sebagai Badan Penyelesaian sengketa Atas

Informasi yang diberikan BPOM dan memberikan informasi publik yang wajib

disediakan maupun diumumkan dan juga memberikan tambahan maupun

masukan kepada para pengajar akademis.

D. Keaslian Penulisan

Setelah dilakukan penelitian pada perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara penulis merasakan masih minimnya tulisan yang

menyangkut mengenai Komisi Informasi atas Informasi yang diberikan BPOM

terkait keselamatan konsumen mengkonsumsi suatu produk. Penulisan skripsi ini

dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan khusus antara lain bahwa judul

skripsi ini masih asli, dan inspirasi penulis yang berpedoman dari buku-buku

hukum serta pendapat para sarjana juga dari bahan-bahan dari media cetak yang

bersifat ilmiah. Jika terdapat karya orang lain atau pihak lain maka dituliskan

sumbernya dengan jelas.

Penulis bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima akibat hukumnya

apabila ternyata di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah

(23)

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Informasi Publik

Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan

pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi ketahanan

nasional. Pengertian Informasi Publik menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang

No. 14 Tahun 2008, adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim

dan/atau diterima oleh penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya

yang sesuai dengan Undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan

dengan kepentingan publik.

Undang-undang No. 14 Tahun 2008 mengatur jenis dan klasifikasi

informasi publik. Berdasarkan klasifikasinya, informasi publik dibagi menjadi

sebagai berikut :

a. Informasi yang wajib diumumkan secara berkala;

b. Informasi yang wajib diumumkan secara serta merta;

c. Informasi yang wajib disediakan setiap saat.

Kewajiban secara berkala sebagaimana yang ditentukan diatas adalah

untuk paling lambat 6 (enam) bulan sekali dengan informasi yang meliputi :

a. Informasi yang berkaitan dengan badan publik;

b. Informasi yang mengenai kegiatan dan kinerja badan publik terkait;

c. Informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau

d. Informasi lain yang diatur dalam peraturan perUndang-undangan.

Kewajiban menyebarluaskan informasi publik semestinya dilakukan

(24)

mudah dipahami dan ditentukan/diberikan oleh Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi (PPID) di badan publik terkait.

2. Komisi Informasi Publik

Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan

Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik dan peraturan pelaksanaannya

termasuk menetapkan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik dan

menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui mediasi dan ajudikasi

nonlitigasi yang pertama kalinya bekerja mulai tanggal 1 Mei 2010 berkaitan

dengan akan mulai diberlakukannya Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik.

Komisi Informasi terdiri atas Komisi Informasi Pusat yang berkedudukan

di ibukota negara, Komisi Informasi Provinsi yang berkedudukan di ibukota

provinsi, dan jika dibutuhkan Komisi Informasi Kabupaten/Kota yang masing

masing berkedudukan di ibukota Kabupaten dan Kota.

Susunan keanggotaan Komisi Informasi Pusat berjumlah tujuh orang

Komisioner yang harus mencerminkan unsur dari pemerintah dan unsur

masyarakat. Bagi keanggotaan Komisi Informasi pada tingkat daerah, Komisi

Informasi Provinsi/ Kabupaten/ Kota, Komisionernya berjumlah lima orang yang

juga harus mencerminkan unsur dari pemerintahan dan unsur dari masyarakat.

Dalam memudahkan tugasnya, para komisioner harus menggelar rapat pleno

(25)

3. BPOM

BPOM atau Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah lembaga

pemerintah yang bertugas melakukan regulasi, standardisasi, dan sertifikasi

produk makanan dan obat yang mencakup keseluruhan aspek pembuatan,

penjualan, penggunaan, dan keamanan makanan, obat-obatan, kosmetik dan

produk lainnya.

BPOM mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pengaturan, regulasi dan standarisasi

b. Lisensi dan sertifikasi industri dibidang farmasi berdasarkan cara-cara

produksi yang baik

c. Evaluasi produk sebelum diijinkan beredar

d. Post marketing vigilance termasuk sampling, dan pengujian laboratorium, penyidikan dan penegakan hukum

e. Pre-audit dan pasca-audit iklan dan promosi produk

f. Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan obat dan makanan

g. Komunikasi, informasi dan edukasi publik termasuk peringatan publik.

Tujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM ) adalah

kepastian perlindungan pada konsumen masyarakat terhadap produksi, peredaran

dan penggunaan sediaan farmasi dan makanan yang tidak memenuhi syarat,

keamanan, mutu, khasiat, memperkokoh perekonomian nasional dengan

(26)

4. Keselamatan Konsumen

Menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain

maupun makhluk hidup dan tidak untuk diperdagangkan.

Asas-asas konsumen seperti asas kemanfaatan, asas keadilan, asas

keseimbangan, asas keamanan dan keselamatan konsumen, asas kepastian hukum.

Asas keselamatan konsumen berarti memberikan jaminan atas keamanan dan

keselamatan konsumendalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang

dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

Oleh karena itu ada beberapa hak dalam perlindungan konsumen, seperti :

a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan mengkonsumsi barang,

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar yang

diperjanjikan,

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang/atau jasa yang

digunakan,

e. Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian

sengketa secara patut,

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen,

g. Hak untuk mendapatkan kompensasi,

(27)

5. Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian sengketa itu bisa diselesaikan melalui litigasi dan nonlitigasi.

Sengketa itu sendiri berarti perbedaan pendapat, pertengkaran dan perbantahan.

Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melalui

alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan

mengenyampingkan penyelesaian secara litigasi di pengadilan negeri. Alternatif

penyelesaian sengketa berarti lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat

melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan

dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, arbitrasi, konsiliasi atau penilaian ahli.

Dalam proses litigasi menempatkan para pihak saling berlawanan satu sama lain,

selain itu penyelesaian sengketa sengketa secara litigasi merupakan sarana akhir (

ultimum remedium ) setelah alternatif penyelesaian sengketa lain tidak membuahkan hasil.

F. METODE PENELITIAN

1. Spesifikasi penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka menggunakan

metode penelitian normatif. Metode penelitian hukum normatif atau metode

penelitian hukum kepustakaan adalah metode adalah metode atau cara yang

dipergunakan dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka yang ada23. Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian

yang ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan

mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian

23

(28)

hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum

subjektif (hak dan kewajiban).24

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu menggambarkan

gejala-gejala di lingkungan masyarakat terhadap suatu kasus yang diteliti, pendekatan

yang dilakukan yaitu pendekatan perundang-undangan.

2. Data Penelitian

Sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh.25 Sumber data

dapat dari data primer dan data sekunder dimana data yang diperoleh secara tidak

langsung.

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang

berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia, Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik, Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun

2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik , Peraturan Komisi

Informasi No. 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa

Informasi Publik, Keppres No. 103 Tahun 2001 dan PP No. 72 Tahun

1998 tentang Pengamanan Sedian Farmasi dan Alat Kesehatan, dan

peraturan-peraturan lainnya.

b. Bahan Hukum Sekunder

24

Hardijan Rusli, “Metode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana?’, Law Review Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Volume V No. 3 Tahun 2006, hal 50.

25

(29)

Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang

penyelesaian sengketa oleh Komisi Informasi dan perlindungan konsumen

seperti buku-buku, karya-karya ilmiah serta tulisan yang ada hubungannya

dengan permasalahan yang diajukan dalam penulisan skripsi ini.

c. Badan Hukum Tertier

Yaitu berupa bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus

Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan lain sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skrispsi ini

adalah dengan studi dokumen dengan penelusuran pustaka (library research)

yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah dan

juga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian.

Menurut M. Nazil dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian ,

dikemukakan bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan

mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literature-literture,

catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang

dipecahkan.26

26

(30)

4. Analisis Data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data berikut

dengan analisisnya.27 Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan metode

kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif .

Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode penarikan

kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan secara

deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan

berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus.28

Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari

proposisi-proposisi khusus ( sebagai hasil pengamatan ) dan berakhir pada

kesimpulan ( pengetahuan baru ) berupa asas umum.

G. Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa tahapan yang

disebut dengan bab, dimana pada masing-masing bab diuraikan permasalahannya

secara tersendiri, namun masih dalam konteks yang saling berkaitan antara satu

dengan yang lainnya. Secara sistematis penulis menempatkan materi pembahasan

keseluruhan ke dalam 5 (lima) bab yang terperinci sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menggambarkan hal-hal yang bersifat umum,

yang diikuti dengan alasan pemilihan judul, kemudian dilanjutkan

dengan permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian

27

Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm.69

28

(31)

penulisan, tinjauan kepustakaan dan metode penulisan. Bab ini

ditutup dengan memberikan sistematika dari penulisan skripsi.

BAB II INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN

DIUMUMKAN BPOM BERDASARKAN UU NO. 14 TAHUN

2008

Dalam bab ini penulis membahas mengenai jenis-jenis Informasi

Publik dan pengaturan keterbukaan informasi publik berdasarkan

Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik.

BAB III KEWAJIBAN KOMISI INFORMASI SEBAGAI BADAN

PENYELESAIAN SENGKETA ATAS INFORMASI YANG

DIBERIKAN BPOM

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai Transparansi

Kinerja Komisi Informasi, mekanisme pelayanan Komisi

Informasi, Sengketa Informasi, Penyelesaian Sengketa Informasi

Publik serta Komisi Informasi Publik sebagai Badan Penyelesaian

Sengketa Atas Informasi yang diberikan BPOM

BAB IV AKIBAT HUKUM DARI PENYELESAIAN SENGKETA OLEH

KOMISI INFORMASI ATAS INFORMASI YANG DIBERIKAN

BPOM TERKAIT KESELAMATAN KONSUMEN DALAM

MENGKONSUMSI SUATU PRODUK

Pada bab ini penulis ingin menulis mengenai perlindungan

konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk, hak konsumen atas

(32)

akibat hukum dari penyelesaian sengketa oleh Komisi Informasi

atas Informasi yang diberikan BPOM terkait keselamatn konsumen.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini penulis akan menyimpulkan mengenai rangkuman

dari apa yang telah ditulis skripsi ini serta saran- saran yang akan

(33)

BAB II

INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN BPOM BERDASARKAN UU NO. 14 TAHUN 2008

Badan publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan

lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan Negara,

yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau

organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.29

Badan publik tidak boleh menetapkan prosedur yang rumit, lama dan

mahal bagi setiap orang yang ingin memperoleh informasi publik. Untuk itu,

badan publik harus membuat sistem layanan informasi bagi publik, agar publik

dapat mengaksesnya secara cepat, murah, dan sederhana.30

Badan publik harus menyediakan informasi dasar, tanpa perlu menunggu

ada permintaan. Penyediakan informasi ini bersifat wajib. Selain itu, ada

informasi yang wajib disediakan secara serta-merta, yaitu informasi yang penting

diketahui publik segera dan kalau tidak akan membahayakan publik.31

Yang termasuk informasi jenis ini adalah informasi peringatan bencana,

peringatan penyakit, dan sebagainya. Di samping informasi yang harus disediakan

secara proaktif, ada informasi yang harus disediakan berdasarkan permintaan. Jika

29

Pasal 1 Angka 3 Undang-undangNo. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

30

http://informasipublik.net/read/panduan/35/prinsip-uu-keterbukaan-informasi-publik.html, (diakses tanggal 18 Februari 2015)

31

(34)

ada permintaan, maka lembaga publik tersebut harus mampu menyediakan dalam

jangka waktu cepat.32

UU KIP mengelompokan Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM) sebagai badan publik salah satu badan publik sebagaimana dimaksud

dalam Undang-undang mempunyai kewajiban untuk memberikan layanan

informasi yang dapat diakses oleh publik atau msyarakat khususnya pemangku

kepentingan di bidang pengawasan obat dan makanan.

A. Pengertian dan Jenis Jenis Informasi Publik

Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,

dikirim, dan/atau diterima oleh penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik

lainnya yang sesuai dengan Undang-undang ini serta informasi lain yang

berkaitan dengan kepentingan publik.33

Dalam Peraturan Komisi Informasi , Informasi diartikan sebagai

keterangan, pernyataan, gagasan dan kata-kata yang mengandung nilai,makna dan

pesan baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan

dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non

elektronik.34

Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,

dikirim dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan

penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan

32

Ibid 33

Pasal 1 angka (2) Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

34

(35)

penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-undang No.

14 Tahun 2008.35

Kelompok Informasi Publik yang diatur dalam UU KIP mencakup

Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala, informasi

publik yang wajib diumumkan secara serta merta, informasi publik yang wajib

tersedia setiap saat, dan informasi publik yang dikecualikan.36

Berdasarkan pada prinsip keterbukaan informasi dan pengecualian yang

terbatas, ruang lingkup informasi yang dapat diakses oleh publik sangat luas

sehingga memungkinkan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya.37

1. Informasi yang Terbuka

Informasi yang terbuka mencakup informasi yang wajib disediakan dan

diumumkan secara berkala, informasi publik yang wajib diumumkan secara serta

merta, dan informasi publik yang wajib tersedia setiap saat.

a. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara

berkalasekurang-kurangnya terdiri atas:38

1) Informasi tentang profil badan publik, yang meliputi:

a) Informasi tentang kedudukan atau domisili beserta alamat lengkap,

ruang lingkup kegiatan, maksud dan tujuan, tugas dan fungsi badan

publik serta unit-unit dibawahnya.

b) Struktur organisasi, gambaran umum tiap satuan kerja, profil

singkat pejabat.

35

Ibid 36

http://opengovindonesia.org/jenis-informasi-yang-terbuka-dan-dikecualikan, (diakses pada tanggal 4 Maret 2015)

37 Ibid. 38

(36)

2) Ringkasan informasi tentang program dan/atau kegiatan yang sedang

dijalankan dalam lingkungan badan publik yang sekurang-kurangnya

terdiri atas:

a) Nama program/kegiatan;

b) Penanggungjawab, pelaksana program dan kegiatan serta No.

telepon dan/atau alamat yang dapat dihubungi

c) Target dan/atau capaian program dan kegiatan;

d) Jadwal pelaksanaan program dan kegiatan;

e) Anggaran program dan kegiatan yang meliputi sumber dan

jumahnya;

f) Agenda penting terkait pelaksanaan tugas badan publik;

g) Informasi khusus lain yang berkaitan langsung dengan hak-hak

masyarakat;

h) Informasi tentang penerimaan calon pegawai dan/atau pejabat

badan publik;

i) Informasi tentang penerimaan calon peserta didik pada badan

publik yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan untuk umum.

3) Informasi tentang kinerja dalam lingkup badan publik berupa narasi

realisasi program dan kegiatan yang telah maupun sedang dijalankan;

4) Informasi tentang laporan keuangan yang sekurang-kurangnya

meliputi :

a) Rencana dan laporan realisasi anggaran.

(37)

c) Laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun

sesuai standar akuntansi yang berlaku.

d) Daftar aset dan investasi.

5) Ringkasan akses Informasi Publik sekurang-kurangnya terdiri atas:

a) Jumlah permohonan Informasi Publik yang diterima

b) Waktu yang diperlukan dalam memenuhi setiap permohonan

Informasi Publik

c) Jumlah permohonan Informasi Publik yang dikabulkan baik

sebagian atau seluruhnya dan permohonan Informasi Publik yang

ditolak

d) Alasan penolakan permohonan Informasi Publik

6) Ringkasan tentang peraturan, keputusan, dan/atau kebijakan yang

mengikat dan/atau berdampak bagi publik yang dikeluarkan oleh

Badan Publik yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

a) Daftar rancangan dan tahap pembentukan Peraturan

PerUndang-undangan, Keputusan, dan/atau Kebijakan yang sedang dalam

proses pembuatan

b) Daftar Peraturan PerUndang-undangan, Keputusan, dan/atau

kebijakan yang telah disahkan atau ditetapkan.

7) Informasi tentang hak dan tata cara memperoleh Informasi Publik,

serta tata cara pengajuan keberatan serta proses penyelesaian sengketa

Informasi Publik berikut pihak-pihak yang bertanggungjawab yang

(38)

8) Informasi tentang tata cara pengaduan penyalahgunaan wewenang atau

pelanggaran yang dilakukan baik oleh pejabat Badan Publik maupun

pihak yang mendapatkan izin atau perjanjian kerja dari Badan Publik

yang bersangkutan;

9) Informasi tentang pengumuman pengadaan barang dan jasa sesuai

dengan peraturan perUndang-undangan terkait;

10)Informasi tentang prosedur peringatan dini dan prosedur evakuasi

keadaan darurat di setiap kantor Badan Publik.

b. Informasi publik yang wajib diumumkan secara serta merta adalah

informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban

umum antara lain:39

1) Informasi tentang bencana alam seperti kekeringan, kebakaran hutan

karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemik, wabah,

kejadian luar biasa, kejadian antariksa atau benda-benda angkasa;

2) Informasi tentang keadaan bencana non-alam seperti kegagalan

industri atau teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran

lingkungan dan kegiatan keantariksaan;

3) Bencana sosial seperti kerusuhan sosial, konflik sosial antar kelompok

atau antar komunitas masyarakat dan teror;

4) Informasi tentang jenis, persebaran dan daerah yang menjadi sumber

penyakit yang berpotensi menular;

39

(39)

5) Informasi tentang racun pada bahan makanan yang dikonsumsi oleh

masyarakat; atau

6) Informasi tentang rencana gangguan terhadap utilitas publik.

c. Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saatsekurang-kurangnya terdiri

atas :40

1) Daftar Informasi Publik yang sekurang-kurangnya memuat:

a) Nomor

b) Ringkasan isi informasi

c) Pejabat atau unit/satuan kerja yang menguasai informasi

d) Penanggungjawab pembuatan atau penerbitan informasi

e) Waktu dan tempat pembuatan informasi

f) Bentuk informasi yang tersedia

g) Jangka waktu penyimpanan atau retensi arsip;

2) Informasi tentang peraturan, keputusan dan/atau atau kebijakan Badan

Publik yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

a) Dokumen pendukung seperti naskah akademis, kajian atau

pertimbangan yang mendasari terbitnya peraturan, keputusan atau

kebijakan tersebut

b) Masukan-masukan dari berbagai pihak atas peraturan, keputusan

atau kebijakan tersebut

c) Risalah rapat dari proses pembentukan peraturan, keputusan atau

kebijakan tersebut

40

(40)

d) Rancangan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut

e) Tahap perumusan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut

f) Peraturan, keputusan dan/atau kebijakan yang telah diterbitkan;

3) Seluruh informasi lengkap yang wajib disediakan dan diumumkan

secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11;

4) Informasi tentang organisasi, administrasi, kepegawaian, dan keuangan,

antara lain:

a) Pedoman pengelolaan organisasi, administrasi, personil dan

keuangan

b) Profil lengkap pimpinan dan pegawai yang meliputi nama, sejarah

karir atau posisi, sejarah pendidikan, penghargaan dan sanksi berat

yang pernah diterima

c) Anggaran Badan Publik secara umum maupun anggaran secara

khusus unit pelaksana teknis serta laporan keuangannya

d) Data statistik yang dibuat dan dikelola oleh Badan Publik;

e) Surat-surat perjanjian dengan pihak ketiga berikut dokumen

pendukungnya;

f) Surat-menyurat pimpinan atau pejabat Badan Publik dalam rangka

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya;

g) Syarat-syarat perizinan, izin yang diterbitkan dan/atau dikeluarkan

berikut dokumen pendukungnya, dan laporan penaatan izin yang

diberikan;

h) Data perbendaharaan atau inventaris;

(41)

j) Agenda kerja pimpinan satuan kerja;

k) Informasi mengenai kegiatan pelayanan Informasi Publik yang

dilaksanakan, sarana dan prasarana layanan Informasi Publik yang

dimiliki beserta kondisinya, sumber daya manusia yang menangani

layanan Informasi Publik beserta kualifikasinya, anggaran layanan

Informasi Publik serta laporan penggunaannya;

l) Jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran yang ditemukan

dalam pengawasan internal serta laporan penindakannya;

m) Jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran yang dilaporkan

oleh masyarakat serta laporan penindakannya;

n) Daftar serta hasil-hasil penelitian yang dilakukan;

o) Informasi Publik lain yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat

berdasarkan mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Undang-undang Keterbukaan

Informasi Publik

p) Informasi tentang standar pengumuman informasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 bagi penerima izin dan/atau penerima

perjanjian kerja;

q) Informasi dan kebijakan yang disampaikan pejabat publik dalam

pertemuan yang terbuka untuk umum.

2. Informasi yang Dikecualikan

Informasi Publik yang dikecualikan sifatnya rahasia dan tidak dapat

(42)

Informasi Publik dikecualikan secara limitatif berdasarkan pada Pasal 17

UU KIP, yaitu apabila dibuka dapat:41

a. Menghambat proses penegakan hukum, yaitu informasi yang dapat:

1) Menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana;

2) Mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi, dan/atau korban

yang mengetahui adanya tindak pidana;

3) Mengungkapkan data intelijen kriminal dan rencana-rencana yang

berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk

kejahatan transnasional;

4) Membahayakan keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/atau

keluarganya; dan/atau

5) Membahayakan keamanan peralatan, sarana, dan/atau prasarana

penegak hukum.

b. Mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan

perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;

c. Membahayakan pertahanan dan keamanan negara, yaitu :

1) Informasi tentang strategi, intelijen, operasi, taktik dan teknik yang

berkaitandengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan

negara, meliputitahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau

evaluasi dalam kaitandengan ancaman dari dalam dan luar negeri;

2) Dokumen yang memuat tentang strategi, intelijen, operasi, teknik dan

taktik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan

41

(43)

keamanan negara yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan

pengakhiran atau evaluasi;

3) Jumlah, komposisi, disposisi, atau dislokasikekuatan dan kemampuan

dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara serta

rencana pengembangannya;

4) Gambar dan data tentang situasi dan keadaan pangkalan dan/atau

instalasi militer;

5) Data PERKIraan kemampuan militer dan pertahanan negara lain

terbatas pada segala tindakan dan/atau indikasi negara tersebut yang

dapat membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

dan/atau data terkait kerjasama militer dengan negara lain yang

disepakati dalam perjanjian tersebut sebagai rahasia atau sangat

rahasia;

6) Sistem persandian negara; dan/atau

7) Sistem intelijen negara.

d. Mengungkapkan kekayaan alam Indonesia;

e. Merugikan ketahanan ekonomi nasional, yaitu:

1) Rencana awal pembelian dan penjualan mata uang nasional atau

asing,saham dan aset vital milik negara;

2) Rencana awal perubahan nilai tukar, suku bunga, dan model operasi

institusi keuangan;

3) Rencana awal perubahan suku bunga bank, pinjaman pemerintah,

perubahan pajak, tarif, atau pendapatan negara/daerah lainnya;

(44)

5) Rencana awal investasi asing;

6) Proses dan hasil pengawasan perbankan, asuransi, atau lembaga

keuangan lainnya; dan/atau

7) Hal-hal yang berkaitan dengan proses pencetakan uang.

f. Merugikan kepentingan hubungan luar negeri;

1) Posisi, daya tawar dan strategi yang akan dan telah diambil oleh

Negara dalam hubungannya dengan negosiasi internasional;

2) Korespondensi diplomatik antarnegara;

3) Sistem komunikasi dan persandian yang dipergunakan dalam

menjalankan hubungan internasional; dan/atau

4) Perlindungan dan pengamanan infrastruktur strategis Indonesia di luar

negeri.

g. Mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan

terakhir ataupun wasiat seseorang;

h. Mengungkap rahasia pribadi seseorang menyangkut :

1) Riwayat dan kondisi anggota keluarga;

2) Riwayat, kondisi dan perawatan, pengobatan kesehatan fisik, dan

psikis seseorang;

3) Kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bank seseorang;

4) Hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas, intelektualitas,

dan rekomendasi kemampuan seseorang; dan/atau

5) Catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan dengan

(45)

i. Memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik

yang menurut sifatnya dirahasiakan, kecuali atas putusan Komisi

Informasi atau pengadilan.

j. Informasi Publik yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan

Undang-undang.

Informasi yang tertutup bagi publik hanyalah sebatas informasi yang jika

dibuka membahayakan publik. Untuk itu, penutupan informasi harus melalui uji

konsekuensi (consequential harm test) dan uji kepentingan

publik (balancing public interest test). Jika suatu informasi dibuka akan

mengakibatkan bahaya bagi publik yang lebih besar dibanding kepentingan publik

yang terkandung di dalamnya, maka informasi tersebut sah dirahasiakan.

Penutupan informasi tersebut hanya bersifat terbatas, tidak seluruh informasi atau

dokumen, namun hanya pada bagian-bagian yang membahayakan keselamatan

publik saja. Hal ini dapat dilakukan dengan misalnya, menghitamkan atau

menghilangkan bagian-bagian tertentu, namun bagian lain informasi masih harus

tetap terbuka untuk publik.42

Penutupan informasi publik juga hanya bersifat sementara, yaitu hanya

selama masa retensi tertentu. Undang-undang telah mengatur masa retensi

tersebut, tergantung pada jenis informasinya. Tidak ada informasi yang

dirahasiakan selamanya.

42

(46)

B. Keterbukaan Informasi Publik menurut Hukum di Indonesia

Undang-undang No. 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi

Publik adalah salah satu produk hukum di Indonesia yang dikeluarkan tahun 2008

dan diundangkan pada 30 April 2008 dan mulai berlaku setelah dua tahun

diundangkan. Undang-undang yang terdiri dari 64 Pasal ini pada intinya

memberikan kewajiban kepada setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi

setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik, kecuali

beberapa informasi tertentu.43

Terbitnya Undang-undang ini merupakan bentuk dorongan partisipasi aktif

keterlibatan masyarakat dan pemerintah guna mewujudkan komitmen hak dasar

publik atas kebutuhan layanan informasi. Dalam konteks keterbukaan Informasi

Publik, maka kehadiran Undang-undang ini membuka akses publik untuk

melakukan monitoring dan pengawasan.

Keterbukaan Informasi Publik dalam praktik penyelenggaraan negara

secara terbuka kini juga digiatkan secara global. Salah satu inisiatif internasional

yang dibangun untuk mewujudkan keterbukaan informasi adalah Open

Governance Partnership (OGP) dimana Indonesia sebagai salah satu negara yang telah berkomitmen terhadap inisisatif OGP bertanggung jawab untuk menjalankan

berbagai inisiatif guna mendorong keterbukaan informasi di dalam negeri.

Rencana strategi yang telah disusun di tingkat Open Governance Indonesia(OGI)

untuk optimalisasi implementasi UU KIP adalah mendorong percepatan

penetapan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di seluruh

Pemerintah Daerah. Implementasi kebijakan mendorong prmbentukan PPID

43

(47)

Pemerintah Daerah ini dilaksanakan oleh Kementrian Dalam Negeri yang

memiliki fungsi koordinasi,pembinaan dan pengawasan Pemerintah Daerah.

Agar Keterbukaan Informasi Publik tidak sekedar menjadi konsep, maka

substansinya diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah ( PP ) No. 61

Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU KIP, sedangkan untuk tataran yang lebih

implementatif Kementrian Dalam Negri telah menerbitkan Peraturan Mentri

Dalam Negeri No. 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan

Informasi dan Dokumentasi.

UU KIP sendiri hadir untuk menjamin :

a. Hak setiap orang untuk memperoleh Informasi Publik termasuk hak untuk

mengajukan banding bila menemui hambatan dalam mengakses informasi

publik ;

b. Kewajiban Badan Publik menyediakan dan melayani permohonan

Informasi Publik secara cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana;

c. Pengecualian Informasi Publik bersifat ketat dan terbatas;

d. Kewajiban Badan Publik untuk membenahi sistem dokumentasi dan

pelayanan Informasi Publik;

e. Sanksi apabila terdapat pelanggaran;

f. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa terkait dengan jaminan hak atas

informasi.

Menjadi penting dari pemberlakuan UU KIP itu sendiri adalah berlakunya

UU KIP bertujuan membawa perubahan paradigma Badan Publik dalam

mengelola informasi. Sebelum UU KIP berlaku, pengelolaan informasi dilakukan

(48)

paradigma pengelolaan informasi bergeser menjadi pengelolaan informasi secara

publik, artinya seluruh informasi adalah terbuka (informasi publik), kecuali yang

dikecualikan.

Dalam kaitannya dengan pengecualian informasi, arti penting dari

pemberlakuan UU KIP adalah bahwa sebelum UU KIP berlaku, pengecualian

informasi tidak memiliki parameter yang pasti. Pengecualian informasi

memperluas parameter dengan alasan birokrasi maupun politis. Sedangkan setelah

UU KIP berlaku, UU KIP memberikan parameter yang pasti mengenai

pengecualian informasi, yaitu dengan mensyaratkan bahwa pengecualian harus

didasarkan pada:

a. Konsekuensi berdasarkan Pasal 17 UU KIP, dan

b. Pengujian kepentingan publik, serta

c. Hanya berlaku sesuai dengan jangka waktu tertentu (masa retensi).

PPID merupakan pelaksasna utama pengelola informasi dan dokumentasi

yang bertanggungjawab dan mewujudkan pelayanan informasi secara cepat, tepat

dan sederhana. PPID ditunjuk dan ditetapkan oleh Badan Publik. PPID melekat

pada pejabat struktural yang membidangi tugas dan fungsi pelayanan informasi

serta memiliki kompetensi dan mengelola informasi dan dokumentasi.44

Mengingat informasi publik yang bersifat terbuka dan dapat diakses setiap

pengguna informasi publik, Maka badan Publik harus menyediakan akses dan

sarana infrasruktur yang dapat dijangkau oleh masyarakat, seperti termaktub

44

(49)

dalam Pasal 21 UU KIP bahwa mekanisme untuk memperoleh informasi

didasarkan pada prinsip cepat, tepat waktu dan biaya ringan.45

C. Standar Layanan Informasi Publik

Standar Layanan Informasi Publik adalah tata kelola internal Badan Publik

dalam rangka memenuhi hak pu

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal Proposal Karya Tulis Ilmiah

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian adalah ikan hias Banggai cardinalfish ( Pterapogon kauderni ) tahap/ukuran juvenil (panjang baku atau Stabdard Length

Implikasi-implikasi dari penelitian ini sebagai konsekuensi atau tindak lanjut atas keputusan yang diambil dan dapat dikemukakan sebagai berikut : ada hubungan

Firma adalah badan usaha yang didirikan oleh seseorang atau lebih dengan bersama untuk melaksanakan usaha, umumnya dibentuk oleh orang-orang yang memiliki Keahlian sama atau

Perencanaan anggaran pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito Dili secara umum terintegrasi dalam proses perencanaan dan penganggaran

Perancangan basis data fisikal adalah proses dalam membuat suatu deskripsi mengenai implementasi database pada penyimpanan sekunder, menggambarkan basis relasi,

Pada saat penelitian dilakukan, perturan yang masih berlaku dan mejadi dasar untuk pembuatan sistem presensi di lingkungan Kementerian XYZ adalah Pemerintah nomor: 53

Bahwa sebagaimana Pasal 374 yang menyebutkan, “Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan oleh karena ada hubungan kerja, atau karena