• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Distrito Dili dipadati penduduk yang datang dari berbagai daerah di Timor-Leste.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Distrito Dili dipadati penduduk yang datang dari berbagai daerah di Timor-Leste."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

56 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografi Distrito Dili.

Sejak Restorasi Kemerdekaan Timor-Leste pada tanggal 20 Mei 2002, Distrito Dili dipadati penduduk yang datang dari berbagai daerah di Timor-Leste. Hal ini disebabkan karena pasca referendum 1999 situasi dan kondisi di Timor-Leste terasa sepi dan hampir 85% infrastruktur dan perumahan penduduk dalam kondisi rusak. Kondisi ini mendorong penduduk yang semula tinggal di daerah sekitar berbondong-bondong datang ke Distrito Dili dan menempati rumah-rumah yang telah ditinggalkan oleh penghuninya. Untuk mengatasi masalah perumahan ini, pemerintah juga mendirikan tenda-tenda darurat di Kota Dili guna menampung masyarakat yang kehilangan tempat tinggalnya.

Dili adalah Ibu Kota Negara Timor-Leste, dimana hampir seluruh kegiatan perekonomian dan pemerintahan negara berada di Distrito ini. Distrito Dili terletak di sepanjang pantai Utara pulau Timor, berjarak kurang lebih 123 kilometer perbatasan Timor-Barat. Disamping jalan pesisir pantainya, Distrito ini juga terdiri atas daerah pengunungan yang tidak datar. Distrito Dili memiliki luas wilayah sekitar 372 kilometer persegi. Selain itu, Distrito ini mencakup pulau Atauro, yang berjarak sekitar 30 kilometer kearah Utara pantai Dili. Distrito Dili berbatasan dengan Distrito Aileu di sebelah selatan, di sebelah barat berbatasan

(2)

dengan Distrito Liquiça, dan di sebelah timur berbatasan dengan Distrito Manatuto.

4.1.2. Kondisi Distrito Dili Secara Administratif

Secara administratif Distrito Dili dibagi menjadi 6 Sub-Distrito (kecamatan), 31 Sucos (Desa) dan 235 Aldeias (Kampung). Setiap Sucos (desa) dipimpin oleh Chefe do Suco (kepala desa) dan Aldeias (kampung) dipimpin oleh Chefe de Aldeia (kepala kampung). Chefe do Suco dan Chefe de Aldeia dipilih oleh rakyat dengan masa jabatan periode 6 tahun. Sedangkan setiap Sub-Distrito (kecamatan) memiliki kepala wilayah/administrador Sub-Distrito sebagai pelaksana kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan dan penghubung kegiatan administrasi masyarakat tingkat sub-distrito dengan Pemerintah Daerah. Tabel berikut menunjukkan jumlah Sub-Distritos, Sucos, dan Aldeias di Distrito Dili. Tabel 4.1 Data Sub-Distritos, Sucos e Aldeias no Distrito Dili.

No Sub-Distrito No. Sucos Aldeias

1. Atauro 1. 2. 3. 4. 5. Beloi Bequeli Macadade Maquili Vila Maumeta 4 4 4 4 3 Sub Total 5 19 2. Cristo-Rei 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bidau Santana Balibar Becora Metiaut Camea Culu Hun Hera 4 4 14 3 13 7 - Sub Total 7 45 3. Dom Aleixo 1.

(3)

3. 4. Comoro Fatuhada 31 5 Sub Total 4 71 4. Metinaro 1. 2. Metinaro Sabuli 10 4 Sub Total 2 14 5. Nain-Feto 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bidau Lecidere Acadiro Hun Santa-Cruz Lahane Oriental Bemori Gricenfor 2 3 12 13 7 3 Sub Total 6 40 6. Vera-Cruz 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Caicoli Dare Lahane Ocidental Mascarenhas Vila Verde Colmera Motael 3 10 11 6 9 2 5 Sub Total 7 46 Total 31 235

(4)

CDO CccC

cCCC CDO

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Distrito Dili

Sumber : Distrito Dili, 2013.

Ddd Ministerio da Administração Estatal e Ord. do Territ/MAEOT

Ddd Dili District Administrator

Ddd Deputi Administrator Ddd DA. Adm. PNTL Lllllll Land & Propt. Off. Ffff F-FDTL Ddd Dist. H. Off Ddd Dist. Ed. Off Ddd Dist. OSE Ddd Dist. Election Sec. Security Section Markets Section Social Affairs Sanitation Section Secretariat HR Section Ff Finance Section DDO+6 CDOS Atauro Sub Dist. Administrator Cristo Rei Sub Dist. Administrat or Dom Aleixo Sub Dist. Administra tor Metinaro Sub Dist. Administrator

Nain Feto Sub Dist. Administrator Vera Cruz Sub Dist. Administrat or Atauro: S : 5 Als :19 P : 7.978 Cristo Rei: S : 7 Als : 51 P :55.195 Dom Aleixo: S : 4 Als : 71 P :105.328 Metinaro: S :2 Als :14 P :5.073 Nain Feto: S :6 Als :38 P :26.672 Vera Cruz: S :7 Als :48 P :34.085

(5)

4.1.3. Kondisi Demografis Distrito Dili

Penduduk Distrito Dili menurut hasil sensus penduduk 2010 adalah 234.062 jiwa yang tersebar di 6 Kecamatan, 31 Desa dan 235 Kampung. Penduduk Distrito Dili cukup heterogen dalam hal suku bangsa, diantaranya adalah suku bangsa Melayu, Afrika, sebagian kecil keturunan Portugis dan China. Kepadatan terjadi dibeberapa Distrito (kecamatan), yakni Distrito Dom Aleixo, Distrito Cristo-Rei, Distrito Nain-Feto dan Sub-Distrito Vera-Cruz, jumlah rata-rata berkisar antara 25.000 sampai 100.000 jiwa. Tabel berikut menunjukan total penduduk Distrito Dili berdasarkan jenis kelamin dari tiap-tiap kecamatan/Sub-Distrito.

Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Distrito Dili Menurut Sub-Distrito dan Jenis Kelamin

No. Sub-Distrito Jumlah

Laki-laki Jumlah Perempuan Total

1. Atauro 3.890 4.088 7. 978 2. Cristo Rei 28.983 26.112 55.095 3. Dom Aleixo 56.665 48.563 105.228 4. Metinaro 2. 814 2. 250 5. 064 5. Nain Feto 14.015 12. 627 26.642 6. Vera Cruz 17.905 16.150 34.055 Total... 124.272 109.790 234.062

Data: Hasil Sensus Penduduk, 2010.

Dari data pada tabel 4.1. di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar dan diperkirakan sekitar 83 persen penduduk Distrito Dili berdomisili di kota kabupaten dan sebagiannya berada di Sub-Distrito Atauro dan Sub-Distrito Metinaro. Hal lain yang ikut mendukung terjadinya kepadatan penduduk di Ibu Kota Negara Timor-Leste (distrito dili) ini karena aspek perekonomian dan aspek lapangan kerja. Ketika Timor-Leste mengadopsi sistem pemerintahan sentralistik,

(6)

aktivitas perekonomian di Distrito lain tidak berjalan sehingga arus migrasi ke Kota Dili meningkat.

4.1.4. Kondisi Pendidikan di Distrito Dili

Konstitusi Republik Demokratik Timor-Leste pasal 59 ayat (1) mengatakan bahwa:

“Negara akan mengakui dan menjamin hak setiap warga negara atas pendidikan dan kebudayaan, dan negara wajib memajukan pembentukan suatu sistem umum pendidikan dasar yang universal dan wajib, dan selama memungkinkan bebas biaya berdasarkan undang-undang”.

Berdasarkan pasal tersebut di atas maka pada awal pemerintahan Timor-Leste sektor pendidikan menjadi salah satu sektor yang diprioritaskan. Hal ini disebabkan oleh persepsi bahwa pendidikan dapat menjamin eksistensi suatu negara merdeka yang berkelanjutan, masih banyaknya angka melek huruf di Timor-Leste, serta sarana dan prasarana pendidikan yang sebagian besar mengalami kerusakan yang parah akibat dari situasi politik pasca referendum tahun 1999.

Distrito Dili saat ini memiliki 65 Sekolah Dasar (escola basíco filial), 14 Sekolah Sentral (escola basíco central), 14 Sekolah Menegah Tingkat Atas (escola secundário), 1 Politeknik, dan 1 Universitas Nasional (UNTL), yang tersebar di 6 Sub-Distrito. Sebagian besar bangunan sekolah merupakan bangunan lama ketika Timor-Leste masih menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang telah direnovasi oleh pemerintah Timor-Leste serta ditambah dengan membangun beberapa gedung sekolah yang baru.

(7)

Tabel 4.3 Jumlah EBC, EBF dan Total Murit tiap sekolah di Distrito Dili, 2013.

No. Escola Basico Central (EBC)

No. Escola Basico Filial (EBF)

Jumlah Murid 1. EBC Perola de Atauro 1. EBC Perola Atauro 325

2. EB Maquer 64

3. EB Atecro 91

4. EB Macadade 328

Sub Total 808

2. EBC Manumeta Vila 1. EBC M. Vila 537

2. EB Maquili 456

3. EB Berau 137

Sub Total 1130

3. EBC Biqueli 1. EBC Biqueli 315

2. EB Baruana 78

3. EB Beloi 204

4. EB Fatu’u 52

Sub Total 649

4. EBC Metinaro 1. EBC Metinaro 372

2. EB Sabuli 303 3. EB Manuleu 222 4. EB Benunuk 384 5. EB Besahe 180 6. EB Lebutun 144 Sub Total 1606

5. EBC Hera 1. EBC Hera 512

2. EB Hera 545 3. EB Mota Kiik 534 4. EB Acanuno 319 5. EB Ailele Hu’un 235 6. EB Aidak Bihare 301 7. EB Cada Bunak 165 Sub Total 2611

6. EBC Sergio V. De Melo 1. EBC Sergio V. M. 1559

2. EB Aiturilaran 1175

3. EB Mota Ulun 744

4. EB Alto Hospital 489

5. EB Paiol 700

(8)

Taibesi

Sub Total 4704

7. EBC Esperanca da Patria 1. EBC Esperanca P. 1691

2. EB Duque d Caixas 765

3. EB Culuhun 1011

4. EB Camea Raihun 497

5. EB Camea 1576

Sub Total 5540

8. EBC Darlau 1. EBC Darlau 277

2. EB Lelaus 164

3. EB Nahaek 240

4. EB Balibar 226

5. EB Ailok 229

Sub Total 1136

9. EBC Farol 1. EBC Farol 1680

2. EB Fatuhada 1782

3. EB Vila Verde 805

4. EB Tuana Laran 747

5. EB Rumbia 889

Sub Total 5903

10. EBC 30 de Agosto Comoro 1. EBC 30 de A. C. 1410

2. EB 12 de Outobro 1439

3. EB Comoro 2284

4. EB Marinir 840

Sub Total 5973

11. EBC 10 de Desembro 1. EBC 10 Desembro 886

2. EB Aimutin 1237

3. EB Bebonuk 1340

4. EB Hudi Laran 603

Sub Total 4066

12. EBC Fatu Metan 1. EBC Fatumetan 1250

2. EB Bairo Pite 931

3. EB Fatuk Metan 1231

4. EB Naroman 1377

Sub Total 4789

13. EBC Manleuana 1. EBC Manleuana 1437

(9)

3. EB Beduku 212

4. EB Casnafar 70

Sub Total 2539

14. EBC Bidau Akadiruhun 1. EBC B. A . 1209

2. EB Nularan 967

3. EB Massau 613

4. EB Metiaut 387

Sub Total 3176

14 51 Total Murid... 44629

Suber Data: Dinas Pendidikan Distrito Dili, 2013

4.1.4.1. Kondisi Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar di Distrito Dili.

Menurut sumber data dari Dinas Pendidikan Distrito Dili, saat ini terdapat tidak kurang dari 65 bangunan/gedung Sekolah Dasar Publik, yang tersebar di 6 sub-distrito, dan dibagi dalam 2 (dua) kategori, yakni 14 gedung terkategori Escola Basíca Central (pusat sekolah dasar), dan 51 gedung sekolah terkategori Escola Basíca Filial (sekolah dasar biasa).

Menurut data dan informasi yang diperoleh dari Direktur Pendidikan Distrito Dili, bahwa

“Sistem pendidikan dasar saat ini tidak beda dengan sistem yang diterapkan pada pemerintahan Indonesia ketika menerapkan sistem pendidikan dasar 6 tahun. Saat ini kita menerapkan sistem pendidikan 9 tahun yang terdiri dari Escola Basíca Central dan Escola Basíca Filial. Artinya bahwa satu sekolah dasar sentral membawahi beberapa sekolah dasar Filial. Jadi sistem pendidikan dasar yang diterapkan sekarang oleh Timor-Leste adalah sistem pendidikan dasar 9 tahun (Nove Anos de Escolaridades).

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan dasar yang diterapkan pemerintah Timor-Leste saat ini terinspirasi oleh sistem pendidikan dasar yang diterapkan ketika Timor-Leste masih menjadi propinsi

(10)

yang ke-27 dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun ada sedikit perbedaan pada pemberian nama, itu dikarenakan Timor-Leste mengadopsi bahasa portugis sebagai bahasa nasional tetapi sama maknanya yakni pendidikan dasar 9 tahun (nove anos de escolaridade). Selain itu, berbagai kebijakan pemerintah dalam program layanan pendidikan dasar di Timor-Leste terus dikembangkan, disamping dilakukan pula melalui penyelenggaraan berbagai bentuk bantuan seperti escola gratuita (sekolah gratis) dan merenda escolar (makan di sekolah) yang diharapkan dapat membantu meringankan beban pendidikan bagi masyarakat miskin atau mereka yang kurang mampu.

Kebijakan pemerintah dalam bentuk bantuan seperti yang di jelaskan di atas dinilai sangat positif tetapi dilain pihak kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Distrito Dili masih dikatakan sangat kekurangan. Menurut Hidayat dan Machali, (2012 :205-208) bahwa” setiap lembaga pendidikan harus memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan berupa lahan, bangunan dan ruang kelas.

4.1.4.2. Lahan Untuk Pendidikan Dasar di Distrito Dili.

Setiap bangunan sekolah dasar tentu didirikan pada sebidang tanah/lahan dengan ukuran yang tidak sama karena penataannya tidak sesuai dengan ukuran tertentu, karena gedung sekolah dasar yang digunakan saat ini adalah kebanyakan gedung yang dibangun tahun 90-an, sehingga prasarana pendidikan yang lain berupa tempat bermain umumnya memiliki halaman yang luas, namun ada

(11)

beberapa lahan yang sedang dalam sengketa, karena ada klaim kepemilikan atas lahan yang digunakan untuk membangun gedung sekolah.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan bahwa:

“Akhir-akhir ini lahan untuk membangun gedung sekolah baik yang lama maupun bangunan yang baru, dihadapkan pada masalah klaim atas kepemilikan tanah, hal ini disebabkan karena beberapa gedung sekolah yang telah dibangun belum/tidak memiliki sertifikat yang sah atas kepemilikan tanah/lahan bangunan”. Wawancara tanggal 16 November 2013.

Dilain pihak, berdasarkan hasil wawancara dengan Koordinator KDD Distrito Dili, ternyata bahwa:

“Masalah lahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah saat ini adalah lahan/tanah yang masih memiliki status sengketa oleh pihak yang mengaku kepemilikan atas tanah/lahan dengan pemerintah daerah setempat. Lanjutnya bahwa ketika kita masih bergabung dengan Indonesia lahan-lahan ini dibiarkan kosong oleh pemiliknya dan ditinggal pergi ke Australia, Portugal, Macau, sekian lama sehingga pemerintah pada waktu itu mengambil kebijakan untuk membangun gedung sekolah guna menampung anak-anak yang ingin mengikuti proses belajar mengajar, dan setelah merdeka mereka kembali ke Timor-Leste mengklaim tanah milik mereka dan itu sudah dapat diselesaikan dengan baik oleh pemerintah daerah. Wawancara tanggal 19 November 2013.

Ketika peneliti melanjutkan pertanyaan tentang bagaimana proses perencanaan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan saat ini. Baliau menyatakan bahwa:

“Ketika diberlakukannya kebijakan pemerintah yaitu Decreto Lei No. 4/2012, tentang Perencanaan Pembangunan Daerah Terpadu, masalah pendidikan sudah menjadi tanggungjawab masing-masing sektor bagaimana merencanakan anggaran untuk membangun bidang pendidikan. Dari hasil wawancara di atas bahwa memang setelah Timor-Leste merestorasikan kembali kemerdekaannya pada tanggal 20 Mei 2002, masalah

(12)

klaim atas kepemilikan tanah merupakan salah satu masalah yang sangat krusial karena banyak masyarakat yang menempati lahan/tanah secara ilegal tanpa mengetahui siapa pemilik lahan yang sebenarnya, bahkan tidak memiliki sertifikat atas lahan yang ditempatinya.

Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh pemerintah Distrito Dili terkait Lahan bangunan gedung sekolah Dasar di atas, maka Hidayat dan Machali (2012) menegaskan bahwa “Lahan harus memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dan pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu tertentu”.

4.1.4.3. Kondisi Bangunan Untuk Pendidikan Dasar di Distrito Dili

Umumnya model bangunan gedung sekolah dasar di Distrito Dili berbentuk memanjang kurang lebih berukuran 14-15 m2 dengan lebar bangunan sekitar 6-7 m kemudian dibagi-bagi menjadi ruang kelas dengan ukuran 3-4 m2/ruang kelas tergantung dari kebutuhan dan jumlah peserta didik atau rombongan belajar. Terdapat ventilasi disetiap bangunan sekolah untuk memungkinkan pergantian udara dan masuknya cahaya matahari ke ruang kelas. Bangunan gedung sekolah dasar umumnya memiliki sanitasi, ada yang terdapat di dalam bangunan dan kebanyakan terdapat di luar bangunan, tetapi pada dasarnya terdapat satu kendala yang dihadapai setiap satuan pendidikan dasar di Distrito Dili yaitu kekurangan air bersih. Masalah kekurangan air bersih tidak saja dialami oleh sekolah-sekolah yang ada di Distrito Dili, melainkan merupakan masalah umum yang dihadapi masyarakat Distrito Dili.

(13)

Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan seorang Kepala Sekolah pada saat peneliti melakukan observasi lapangan terhadap beberapa sekolah yang kekurangan air bersih, ternyata tidak heran apa bila sekolah mengalami kekurangan air bersih karena air bersih merupakan masalah umum yang dihadapi masyarakat Kota Dili, apa lagi pada musim kemarau sekolah bahkan tidak kebagian air karena satu-satunya harapan kita adalah mendapat suplay dari air PAM yang kadang macet 2 sampai 3 hari sehingga anak-anak sekolah kesulitan mendapatkan air bersih di sekolah.

Selain itu, dari 65 gedung sekolah dasar yang ada di Distrito Dili, masih terdapat beberapa gedung sekolah yang kondisinya rusak parah dan bangunannya tidak memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan terhadap pengguna bangunan (hasil observasi lapangan). Hal ini memberi kesan yang nyata terkait perencanaan anggaran pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito Dili yang tidak optimal karena perencanaan anggaran pembangunan yang dicanangkan setiap tahun tidak berdasarkan data dan informasi riil yang dihadapi oleh setiap satuan pendidikan.

Dengan demikian kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dikatakan Hidayat dan Machali (2012 :206) bahwa: bangunan harus memenuhi persyaratan kesehatan yang baik seperti mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai, memiliki sanitasi yang meliputi saluran air bersih, pembuangan air kotor, tempat sampah dan saluran air hujan, serta bangunan yang aman bagi kesehatan dan memberi dampak yang positif terhadap lingkungan.

(14)

4.1.4.4. Ruang Kelas Untuk Pendidikan Dasar di Distrito Dili

Berawal dari prasurvei sampai dengan hasil observasi peneliti di lapangan menunjukan bahwa Sekolah Dasar Hera, memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang guru dan tidak memiliki ruang perpustakaan, sedangkan murid yang ada pada sekolah ini berjumlah 545 orang. Sekolah Dasar Acanuno, memiliki 6 ruang kelas dengan total murid 319 orang, namun 3 ruang kelas kondisinya rusak parah belum diperbaiki dan tidak memiliki ruang perpustakaan. Sekolah Dasar Sentral Fatumeta, memiliki 11 ruang kelas dengan total murid 1250, namun 5 ruang kelas yang rusak dan belum diperbaiki dan terdapat 3 gedung lama yang kondisinya rusak berat belum direhap. Sekolah Dasar Sentral Manleuana, memiliki 12 ruang kelas dengan jumlah murid 1437 orang, tetapi terdapat 6 ruang kelas yang kondisinya rusak dan bangunannyapun sudah tua perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah terutama Dinas Pendidikan Distrito Dili. Sekolah dasar Aimutin, memiliki 9 ruang kelas, 1 ruang guru dan 1 ruang perpustakaan, tetapi sarana lain seperti meja dan kursi yang ada kebanyakan dapat dikatakan kurang layak untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Sekolah Dasar Fatuhada, memiliki 9 ruang kelas, 1 ruang guru, dengan jumlah murid 1782, tidak memiliki ruang perpustakaan, serta meja dan kursi yang digunakan banyak yang telah rusak tetapi masih tetap digunakan dalam proses belajar mengajar.

Gambaran di atas menunjukan beberapa kondisi sarana dan prasarana yang mengalami rusak berat dibandingkan dengan sekolah dasar yang lain di Distrito Dili, namun dapat dipertegas bahwa kebanyakan sekolah dasar yang tidak

(15)

memiliki ruang perpustakaan dan sarana lain seperti minimnya meja, kursi, buku, media pendidikan yang dapat digunakan untuk menunjang jalanya proses belajar mengajar di sekolah.

Kekurangan ruang kelas yang terdapat pada kebanyakan sekolah dasar mengakibatkan kegiatan belajar mengajar tidak efektif dan efisien. Banyaknya murid dan minimnya guru yang dialami oleh beberapa sekolah memberi peluang atas rasio perbandingan antara guru dan murid yang tidak seimbang. Kendatipun proses belajar mengajar di beberapa sekolah yang menghadapi kendala seperti telah dijelaskan di atas, namun tidak mengurangi semangat para guru untuk mengelola jadwal kegiatan belajar mengajar dengan sebaik mungkin sehingga semua murid mendapat hak yang sama memperoleh pendidikan disekolah. Salah satu alternatif penjadwalan yang dilakukan oleh beberapa sekolah dalam mengatasi segala bentuk kekurangan dan keterbatasan yang ada yakni dengan membagi jam belajar, misalnya; kelas 1 dan 2, masuk jam 8.00-10.00, kelas 3 dan 4, masuk jam 10.00-12.00, sedangkan kelas 5 dan 6 masuk jam 12.00-14.00. untuk menjamin terlaksananya proses belajar mengajar ini dengan baik dan lancar sangat dibutuhkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan para tenaga pendidik bahkan pemahaman orang tua murid tentang keterbatasan yang dihadapi sehingga koordinasi antara pihak sekolah, guru dan orang tua murid mencapai suatu titik kesepahaman. Tidaklah cukup untuk memahami sampai di sini, bagaimanapun semua komponen pendidikan harus memberikan perhatian demi suksesnya penyelenggaraan pendidikan dasar di Timor-Leste, khususnya Distrito Dili. Dengan demikian diharapkan pemerintah pusat harus menjamin anggaran

(16)

pembangunan dibidang pendidikan yang memadai melalui perencanaan anggaran pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar yang dilakukan oleh Komisi Pembangunan Daerah/ Komisaun Desemvovimento Distrital (KDD) Distrito Dili, demi terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan terkait pendidikan dasar, sehingga dapat mendorong terselenggaranya proses belajar mengajar secara baik dan lancar. Melalui kerjasama yang baik seluruh stakeholder pendidikan, maka dunia pendidikan dapat melahirkan output yang berkualitas.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Perencanaan Pembangunan Daerah Terpadu di Timor-Leste

Konstitusi Republik Demokratik Timor-Leste bagian I, pasal 5 (1) mengatakan bahwa” Dalam hal penataan daerah, negara akan menghormati asas desentralisasi pemerintahan umum”. Sebagai tindak lanjut dari amanat konstitusi tersebut di atas, Pemerintah mengeluarkan Decreto-Lei No. 4/2012 tentang Planeamento Desemvolvimento Intergrado Distrital (PDID) /Perencanaan Pembangunan Daerah Terpadu dengan maksud mengharmonisasikan program pembangunan di tingkat Distrito. Pada tahun 2010, untuk yang pertama kalinya pemerintah Timor-Leste mulai mengembangkan suatu program pembangunan yang dinamakan Program Pembangunan Lokal (PDL), dengan maksud mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan anggaran, pengadaan, dan membangun hubungan kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah. Selanjutnya pemerintah membangun program yang lainnya yakni program pembangunan desentralisasi yang pelaksanaanya

(17)

dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Pada kesempatan yang sama, Kementerian administrasi negara (MAE) mulai memfasilitasi pemerintahan Suco/desa dalam rangka mengidentifikasi prioritas pembangunan masyarakat melalui Program Pembangunan Desa (PDS) dengan maksud mengintegrasikan program pembangunan lokal, sekaligus memberi kontribusi kepada rencana strategi pembangunan nasional.

Program Pembangunan Lokal dan program Pembangunan Desa seperti yang telah disebutkan di atas, dilakukan dengan dua tujuan yaitu pertama, untuk lebih mempersiapkan semua Distrito dengan baik sebelum ditansformasikan menjadi Município (kotamadya). Kedua, untuk memperkuat kebijakan rencana strategis pembangunan daerah yang ditetapkan pemerintah, sehingga pemerintah perlu membangun suatu sistem perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan daerah terpadu dengan memastikan bahwa pengeluaran anggaran pembangunan daerah benar-benar efektif dan efisien berdasarkan masalah yang telah di perioritaskan oleh pemerintahan di tingkat Suco, Sub-Distrito, dan sampai ke tingkat Distrito .

Berdasarkan Decreto-Lei No. 4/2012 tentang Perencanaan Pembangunan Daerah Terpadu ini, Pemerintah daerah kemudian membentuk Komisi Pembangunan Daerah (KDD). Pada Pasal 4 Decreto-Lei No. 4/2012, dikatakan bahwa “Eksistensi Komisi Pembangunan Daerah (KDD) sebagai sebuah lembaga yang didirikan di tingkat Distrito yang bertanggungjawab untuk merencanakan, menentukan, dan melaksanakan program investasi di Distrito”. Komisi Pembangunan Daerah ini memiliki Tim kerja yang terdiri dari :

(18)

1. Administrador Distrito (sebagai koordinator komisi) 2. Deputi Administrador Distrito (sebagai wakil koordinator)

3. Director sektoral dari masing-masing kementerian (sebagai anggota) 4. Administrador Sub-Distrito (sebagai anggota komisi)

5. Utusan Dewan Suco/desa yang dipilih oleh komisi pembangunan Sub-Distrito. Gambar 4.2 Struktur Organisasi KDD

Sumber Data: Komisi Pembangunan Daerah Distrito Dili, 2013.

Dalam konteks Distrito Dili, maka fungsi dari Komisi pembangunan daerah Distrito Dili adalah:

1. Merencanakan, menyetujui kegiatan dan anggaran pembangunan daerah. 2. Mengontrol pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah.

3. Mengadakan koordinasi dengan Badan Pembangunan Nasional (ADN) untuk mengontrol pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah.

4. Menjelaskan dan menjamin informasi kepada masyarakat terkait progres/hasil pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah.

Administrator K D D SEKRETARIADU Dept. Finansa Dept. P & D DT/EVAS DT/EVAS DT/EVAS

(19)

5. Mengesahkan laporan pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah dan laporan anggaran.

6. Menyerahkan secara offisial (sah) barang dan/perlengkapan kegiatan yang telah diselesaikan kepada masyarakat atau kelompok pengguna.

7. Mengesahkan kalender perencanaan, dan pelaksanaan, serta menjalankan fungsi lain berdasarkan keputusan menteri yang berwenang.

4.2.2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi dari setiap anggota KDD a. Tugas Koordinator KDD

1. Memprakarsai dan memimpin rapat KDD

2. Meyakinkan bahwa kegiatan KDD dilaksanakan sesuai kalender kerja. 3. Memastikan pertimbangan pelaksanaan kegiatan pembangunan

berdasarkan hasil keputusan bersama anggota KDD

4. Menginformasikan kepada semua anggota KDD atas hasil pelaksanaan keputusan bersama.

5. Mewakili KDD pada pertemuan penting lainnya.

6. Mengkoordinasikan aktivitas pembangunan dan melayani pekerjaan administratif di tingkat Distrito.

7. Bertanggungjawab atas manajemen keuangan yang baik, terkait anggaran pembangunan yang di alokasikan kepada daerah.

8. Menyetujui proses pembayaran dan menandatangani perjanjian kontrak antara KDD dengan kontraktor.

(20)

9. Mengawasi dan membuat laporan kerja KDD kepada lembaga pemerintah di tingkat nasional.

Untuk menjamin terlaksananya tugas koordinator KDD dengan baik, Koordinator KDD dibantu secara administratif oleh seorang sekretaris/deputi untuk mengatur dan memfasilitasi pekerjaan administrasi KDD.

b. Komisi Pembangunan Tingkat Sub-Distrito (KDSD)

Komisaun Desemvolvimento Sub-Distrito/komisi pembangunan tingkat Kecamatan adalah lembaga konsultasi yang didirikan untuk membantu KDD dalam memformulasikan rekomendasi-rekomendasi yang menjadi prioritas pembangunan lokal, yang anggotanya terdiri dari; (1) Administrador Sub-Distrito/camat (sebagai ketua), (2) Chefe Delegasaun Territoriais/perwakilan kementerian di tingkat kecamatan (sebagai anggota), (3) Chefe do Sucos/ kepala desa (sebagai anggota), (4) Membro do Suco/ dewan desa minimal 1 orang perempuan.

Komisi pembangunan tingkat kecamatan ini mempunyai fungsi:

1. Bertanggungjawab melaksanakan konsultasi prioritas pembangunan Suco. 2. Merekomendasikan proposal perencanaan pembangunan yang di

prioritaskan ke tingkat KDD.

3. Mendukung sekretaris KDD mengawasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah terpadu di tingkat Suco.

4. Melaporkan hasil pelaksanaan pembangunan tingkat Suco ke KDD. 5. Mensosialisasikan informasi kepada masyarakat lokal.

(21)

Di samping fungsinya sebagai ketua komisi pembangunan di tingkat kecamatan, Administrador Sub-Distrito/camat juga memiliki beberapa tugas penting yakni: (1) mewakili KDSD di setiap rapat penting dengan lembaga KDSD, (2) meyakinkan pelaksanaan kegiatan KDD sesuai jadwal yang telah disahkan, (3) meyakinkan kegiatan konsultasi di tingkat Suco, (4) menginformasikan hasil kegiatan KDD kepada publik, (5) melaporkan hasil kegiatan pembangunan di tingkat Suco kepada KDD.

c. Utusan Kementerian (Delegasaun Territoriál)

Delegasaun Territoriál adalah perwakilan kerja dari setiap kementerian yang dibangun di tingkat Distrito dan Sub-Distrito, yang diwakili oleh seorang Direktor tingkat Distrito, dengan kewajiban mengikuti setiap pertemuan/rapat perencanaan pembangunan di Distrito.

Utusan kementerian yang ada di tingkat Distrito dan Sub-Distrito memiliki fungsi, yakni:

1. Menyerahkan proposal prioritas pembangunan sektoral kepada komisi pembangunan daerah tingkat kecamatan/Sub-Distrito (KDSD) dan ke tingkat Distrito (KDD)

2. Menyiapkan sebuah desain/model sekaligus estimasi anggaran pembiayaannya.

3. Melaporkan pelaksanaan pembangunan di masing-masing sektor kepada Komisi Pembangunan Daerah (KDD).

(22)

4. Memastikan bahwa anggaran operasional dan anggaran pemeliharaan sudah termasuk dalam anggaran kegiatan yang direncanakan.

Selain kompetensia perwakilan kementerian di atas, seorang ketua perwakilan kementerian di tingkat Sub-Distrito dan Distrito mempunyai tugas pokok, yakni; (1) memprakarsai dan memimpin pertemuan di masing-masing sektor; (2) partisipasi aktif pada kegiatan-kegiatan di tingkat komisi pembangunan daerah tingkat kecamatan (KDSD) maupun KDD; (3) menjaling hubungan koordinasi yang baik dengan kementerian yang relevan untuk membuat rencana strategis, terkait alokasi anggaran pembangunan dan pelaksanaan administratif di masing-masing sektor; (4) mengajukan desain/model disertai estimasi anggaran pembiayaan kegiatan ke tingkat KDD sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan; (5) mengadakan pengawasan teknik terhadap pelaksanaan proyek pembangunan di sektor yang relevan; (6) memastikan kegiatan KDD dilaksanakan sesuai jadwal yang telah di rencanakan dan disepakati bersama; (7) menginformasikan kepada masyarakat tingkat keberhasilan kegiatan pembangunan sektor masing-masing; (8) melaporkan hasil pelaksanaan pembangunan sektoral ke KDD dan Kementerian yang relevan; (10) melantik seorang pengawai teknik sebagai koordinator Tim Verifikasi, Evaluasi, dan Kontrol di sektornya.

d. Tim Verifikasi, Evaluasi dan Kontrol (EVAS)

Tim Verifikasi, Evaluasi dan Kontrol (EVAS) memiliki peranan penting dalam melakukan verifikasi, Evaluasi, dan Kontrol terhadap setiap kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di tingkat Distrito dan Sub-Distrito,

(23)

dibentuk oleh setiap sektor dan direktur EVAS bertanggungjawab langsung kepada koordinator Komisi Pembangunan Daerah (KDD), sehingga apabila perwakilan kementerian sektor pendidikan di Distrito misalnya sebagai pihak yang mengusulkan prioritas kegiatan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar berhalangan, maka koordinator KDD memberikan tanggungjawab kegiatan kepada tim EVAS. Hal ini berarti setiap sektor yang ada di Distrito dan Sub-Distrito memiliki Tim Verifikasi, Evaluasi, dan Kontrol (EVAS) untuk membantu Perwakilan Kementerian dalam hal teknik.

Tim Verifikasi, Evaluasi, dan Kontrol dilantik oleh Direktor Perwakilan Kementerian yang ada di Distrito termasuk orang-orang teknik; (1) Teknik perwakilan kementerian dari setiap sektor; (2) pejabat pembangunan komunitas, tergantung tempat dan jenis kegiatan; (3) Konsultan teknik dari Komisi Pembangunan Daerah (KDD), pejabat teknik yang lain mewakili admministrasi pemerintah yang berkompeten dalam pelaksanaan pembangunan daerah di tingkat Distrito.

Tim Verifikasi, Evaluasi, dan Kontrol, bertanggungjawab atas beberapa fungsi berikut:

1. Mengunjungi lokasi kegiatan (side visit) melakukan verifikasi dan evaluasi atas prioritas kegiatan pembangunan yang telah disetujui di KDD.

2. Menjelaskan alasan eleminasi beberapa prioritas kegiatan yang telah diajukan bila dipersoalkan oleh pemilik kegiatan.

(24)

3. Menyiapkan dan mempresentasikan laporan hasil verifikasi dan evaluasi kepada KDD, menyiapkan desain/gambar secara teknik serta estimasi anggaran pembiayaan kegiatan.

4. Memonitor dan mengontrol pelaksanaan kegiatan pembangunan, menyiapkan laporan kontrol secara teknik.

Dan agar dapat melaksanakan fungsi verifikasi, evaluasi, dan kontrol ini secara efektif dan efisien maka tim ini harus melakukan kordinasi yang baik dengan Chefe do Suco setempat dan Badan Perencanaan Pembangunan.

e. Dewan Desa (Konsellu Suku)

Konsellu Suku adalah organ/lembaga kemasyarakatan yang dibentuk berdasarkan undang-undang No. 3/2009 tentang Lideransa Komunitariu, melalui pemilihan Kepala Desa, dan bertanggungjawab atas konsultasi prioritas pembangunan Suco, mendukung pengontrolan atas pelaksanaan pembangunan daerah, menginformasikan kepada masyarakat dan KDD, serta bertanggungjawab untuk memilih wakil mereka menjadi anggota Komisi Pembangunan Daerah Tingkat Kecamatan (KDSD).

Atas dasar tanggung jawab yang disahkan oleh undang-undang di atas, maka seorang Kepala Desa (Chefe do Suco) memiliki beberapa tugas yang harus dijalankan yakni; (1) memprakarsai dan memimpin pertemuan perencanaan pembangunan Suco, (2) menghimbau Dewan Desa untuk turut aktif dalam pertemuan tingkat Desa, (3) menjamin proses konsultasi dengan masyarakat terkait prioritas pembangunan Suco, (4) mengesahkan prioritas Suco berdasarkan

(25)

kebutuhan/masalah yang dihadapi masyarakat, (5) mengusulkan prioritas Suco ke Tingkat KDSD, (6) mendukung dan mengontrol pelaksanaan kegiatan pembangunan Suco.

4.2.3. Proses Perencanaan Anggaran Pembangunan Daerah Terpadu Distrito Dili Mengacuh pada Decreto-Lei No.4/2012 tertanggal 15 Februari, tentang Perencanaan Pembangunan Daerah Terpadu, maka Komisi Pembangunan Daerah Distrito Dili juga memiliki peranan yang sangat penting untuk merencanakan anggaran pembangunan daerahnya demi memperbaiki situasi dan kondisi yang sedang dihadapi oleh Distrito Dili. Berdasarkan fungsi yangharus dijalankan oleh KDD ini, terlihat bahwa fungsi pertama yang harus dijalankan dan terkait dengan anggaran adalah merencanakan, menyetujui kegiatan dan anggaran pembangunan daerah. Ini adalah fungsi yang sangat penting karena semua kegiatan pembangunan yang akan dilakukan di tingkat Distrito Dili harus melalui mekanisme perencanaan oleh KDD. Dan semua anggota Komisi seharusnya terlibat secara aktif dalam setiap rapat pembahasan rencana pembangunan dengan tidak mengesampingkan prioritas kegiatan yang diajukan oleh instansi ditingkat yang lebih rendah seperti Komisi Pembangunan Sub-Distrito (KDSD).

Ada beberapa aspek yang sangat rentan dalam mekanisme kerja KDD ini, yaitu, pertama, menyangkut personil yang terlibat dalam pembahasan rencana pembangunan dan anggarannya, apakah mereka terdiri atas orang-orang yang kompeten untuk melakukan fungsi perencanaan itu. Kedua, rentang waktu yang tersedia untuk melakukan pembahasan terhadap semua prioritas kegiatan yang

(26)

diajukan. Ketiga, anggaran untuk menjalankan fungsi perencanaan ini, apakah anggarannya mencukupi atau tidak. Ketiga aspek ini seharusnya menjadi perhatian bagi Pemerintah dan KDD sendiri, karena hasil kerja komisi ini akan sangat menentukan arah pembangunan yang akan dilaksanakan di tingkat Distrito. Dalam hal personil yang terlibat dalam proses perencanaan anggaran pembangunan, khususnya di Distrito Dili, Koordinator KDD Distrito Dili menyatakan bahwa:

“Secara formal, perencanaan anggaran pembangunan di Distrito Dili melibatkan Bupati Kepala Daerah sebagai koordinator KDD, Camat sebagai perwakilan dari masing-masing Koordinator Pembangunan Sub-Distrito, yang ada di Distrito Dili, Delegasi Territorial, dan Dewan Desa”. Jika dilihat dari jabatan formal yang disandangnya, maka semua personil yang terlibat dalam pembahasan perencanaan pembangunan di Distrito Dili sudah sangat kompeten. Tetapi apakah dengan jabatan formal itu kemudian secara otomatis mereka mengetahui masalah yang dihadapi oleh masyarakat? Tentunya tidak demikian. Untuk itu, pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan ini seharusnya telah mempersiapkan berbagai usulan yang dibuat oleh orang-orang yang mengetahui permasalahan pembangunan itu secara pasti. Untuk bidang pendidikan dasar misalnya, seharusnya Kepala Sekolah Dasar, Delegasi Territorial pendidikan di tingkat Sub-Distrito, dan masyarakat sebagai pengguna layanan pendidikan selayaknya juga diikutsertakan dan didengarkan pemikirannya.

Menurut informasi yang diperoleh dari seorang Kepala Sekolah diketahui bahwa:

(27)

“Kami dilibatkan dalam proses perencanaan awal, yaitu merencanakan dan merumuskan kebutuhan sekolah untuk diusulan kegiatan perbaikan sarana dan prasarana belajar di sekolah. Usulan itu diserahkan ke sekolah sentral dan selanjutnya disampaikan ke KDSD. Sedangkan untuk tahapan selanjutnya kepala sekolah tidak lagi dilibatkan (Wawancara tanggal 13 dan 15 November 2013).

Berkaitan dengan rentang waktu yang tersedia untuk melakukan perencanaan anggaran, ternyata waktu yang tersedia untuk menyelenggarakan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan anggaran dirasakan sangat cukup dan tetap mengikuti siklus anggaran yang sedang berjalan. Dan apabila perencanaan anggaran yang terlambat diusulkan akan sangat berdampak terhadap proses pelaksanaan anggaran pembangunan di daerah. Salah satu pengalaman yang dialami oleh pemerintah Distrito Dili, pada sektor pendidikan yakni tertundanya pelaksanaan beberapa kegiatan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar karena kelemahan perencanaan yang dilakukan oleh komisi pembangunan daerah.

Menurut informasi yang diperoleh dari Direktur Sektor Pendidikan Distrito Dili, bahwa:

“Penyebab tertundanya beberapa kegiatan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar pada tahun 2012, karena ketika pelelangan terjadi penawaran yang lebih tinggi dari pada budget yang direncanakan, akhirnya terpaksa harus di re-program pada tahun 2013. Dan ini sangat berimplikasi terhadap program yang di prioritaskan pada tahun 2013 karena harus menyelesaikan dulu program yang tertunda”. Wawancara 16 November 2013.

Hal ini di perjelas oleh Koordinator Komisi Pembangunan Daerah Distrito Dili, terkait tertundanya beberapa kegiatan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar pada tahun 2012, bahwa:

(28)

“Sesungguhnya ini merupakan kesalahan teknis dalam merencanakan dan menganggarkan prioritas kegiatan pembangunan. itu sering terjadi karena banyak pihak yang hanya menginginkan prioritas kegiatannya diusulkan untuk mendapat persetujuan dana, tapi tingkat analisis biaya untuk kegiatan tersebut sangat sedikit akhirnya saat pelelangan kegiatan tidak memenuhi permintaan kontraktor terpaksa ditunda.” Wawancara tanggal 19 November 2013.

Penundaan pelaksanaan kegiatan ini pada akhirnya juga berdampak pada pelaksanaan perencanaan anggaran tahun 2013 dimana kegiatan di bidang pendidikan dasar dikurangi karena harus menyelesaikan kegiatan yang sudah dianggarkan tahun sebelumnya. Ini berarti bahwa prioritas kegiatan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan yang diusulkan oleh Delegasi Territorial di tingkat KDD untuk tahun 2013 bisa saja tidak didanai. Hal ini tentunya sangat berdampak terhadap percepatan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito Dili.

Meskipun keterlambatan pelaksanaan anggaran ini sudah sering terjadi dan disadari sepenuhnya oleh pejabat pelaksana anggaran, namun koordinator KDD menyatakan bahwa perencanaan anggaran di Distrito Dili masih berada dalam siklus anggaran sesuai dengan Decreto-Lei Nomor 13 Tahun 2009 tentang Anggaran dan pengelolaan Keuangan. Berikut adalah petikan pernyataan Koordinator KDD berdasarkan hasil wawancara tanggal 5 November 2013:

“Walaupun proses perencanaannya melalui tahap persiapan yang begitu panjang/berjenjang, namun tetap mengikuti siklus perencanaan anggaran yang sudah berlaku karena bila hasil perencaraan dan penganggaran terlambat atau tidak sesuai dengan siklus anggaran maka akan berimplikasi terhadap pelaksanaan anggaran pembangunan”.

Proses perencanaan anggaran pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar Distrito Dili terintegrasi dalam proses pembangunan daerah

(29)

Distrito Dili, sehingga semua sektor yang ada di Distrito Dili berjalan sesuai dengan jadwal perencanaan yang telah ditentukan agar tidak menghambat proses perencanaan anggaran secara nasional. Keterlambatan yang sering dihadapi oleh komisi pembangunan daerah Distrito Dili, itu adalah masalah teknis dalam proses persiapan anggaran yang kurang memadai, lalu berimplikasi terhadap pelelangan kegiatan, akhirnya berdapak pada proses pelaksanaan anggaran pembangunan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses perencanaan yang disiapkan untuk sebuah kegiatan pembangunan harus benar-benar dirancang secara efektif sehingga dapat mendorong terlaksananya suatu proses pada tahap yang lain.

Hakekat dari pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah terpadu untuk mengharmonisasikan program pembangunan yang ada di tingkat daerah. Tujuannya adalah agar institusi publik mulai dari tingkat Distrito, Sub-Distrito, hingga tingkat Suco, bertanggungjawab untuk dan dalam proses perencanaan serta pelaksanaan kegiatan pembangunan di daerah. Rencana pembangunan daerah merupakan sebuah dokumen berisi daftar prioritas kegiatan pembangunan dan estimasi anggaran pembiayaan kegiatan yang disahkan oleh Komisi Pembangunan Daerah (KDD) setelah proses konsultasi dengan masyarakat.

Pentingnya keterlibatan pemerintah daerah dalam proses perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan ke daerah dalam bentuk proyek pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah benar-benar merespon situasi dan kondisi yang dihadapi masyarakat. Hal ini dikarenakan anggaran negara yang di belanjakan tiap tahun dirasakan tidak menyentuh kebutuhan riil yang dihadapi

(30)

sehingga masyarakat tidak pernah merasakan outcome dari proses pembangunan itu sendiri, padahal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dianggarkan setiap tahun dinilai sangat besar. Sementara salah satu tujuan anggaran negara yang dianggarkan setiap tahun adalah untuk memenuhi kebutuhan rakyat, antara lain kesejahteraan, pendidikan, perlindungan ekonomi, lapangan kerja, adanya jaminan sosial, serta standar hidup yang layak, sehingga program dan kegiatan yang disusun harus bisa mengatasi segala macam persoalan yang dihadapi oleh rakyat. (Puspitosari dkk, 2006: 67). Terkait hal ini, Richard Musgrave seperti dikutip Coe 1989 (Bastian, 2009 : 99) mengidentifikasikan tiga pertimbangan ekonomis mengapa pemerintah terlibat dalam bisnis pengadaan barang dan jasa bagi masyarakat. Ketiga pertimbangan tersebut meliputi stabilitas ekonomi, redistribusi pendapatan, dan alokasi sumber daya. Dijelaskan bahwa keterkaitan ketiga hal tersebut dikarenakan pada umumnya sektor swasta hanya menyediakan “market goods” sedangkan pemerintah berkewajiban menyediakan “pure public goods” dan “partial public goods”. Pertimbangan pertama dan kedua umumnya hanya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat, sedangkan pertimbangan ketiga dapat dilakukan oleh pemerintah daerah. Atas ketiga pertimbangan itulah anggaran diperlukan untuk perencanaan dan pengendalian atas penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pencapaian tujuan akhir pemerintah.

Dalam konteks Timor-Leste, kapabilitas dan efektivitas pemerintah dalam perencanaan dan pengendalian keuangan negara dirasakan masih terlalu lemah. Kenyataan menunjukkan bahwa pada umumnya, lembaga-lembaga pemerintah belum menjalankan fungsi dan perannya secara efisien, sehingga pemborosan

(31)

adalah fenomena umum yang terjadi disetiap departemen pemerintahan. Kondisi seperti ini muncul karena pendekatan umum yang digunakan dalam penentuan besar alokasi dana untuk setiap kegiatan adalah pendekatan incrementalism yang didasarkan pada perubahan satu atau lebih item yang bersifat umum, seperti tingkat inflasi dan jumlah penduduk. Sementara itu, analisis untuk mengetahui struktur, komponen dan tingkat biaya untuk setiap kegiatan masih sedikit sekali dilakukan, padahal perencanaan dilakukan untuk menjamin teridentifikasinya jumlah kebutuhan dan alokasi dana yang lebih akurat sesuai dengan kebutuhan riil dari setiap kegiatan pembangunan.

Untuk menjamin teridentifikasinya jumlah kebutuhan dan alokasi anggaran yang lebih maksimal dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, pemerintah Timor-Leste bergeser dari sistem perencanaan pembangunan top down ke bottom up atau partisipatif, dengan melibatkan semua komponen secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, serta polaporan dan evaluasi. Kesemuanya itu, dimaksudkan agar disamping menyiapkan semua komponen pemerintahan yang ada di daerah menuju desentralisasi dengan sistem Município (kotamadya), juga diharapkan bahwa perencanaan dan penganggaran yang buttom-up dapat menjawab kebutuhan riil yang dihadapi masyarakat.

Dengan demikian, agar proses perencanaan dan penganggaran kegiatan pembangunan di Distrito Dili, mampu menjawab situasi dan kondisi riil masyarakat terutama sektor pendidikan terkait kondisi sarana dan prasarana pendidikan dasar dibeberapa sekola dasar yang mengalami kerusakan, maka harus dimulai dari proses perencanaan dan penganggaran yang memadai, agar

(32)

mempersiapkan prioritas kegiatan pembangunan yang merefleksikan kebutuhan riil masyarakat untuk mendapatkan dukungan anggaran pembiayaan yang maksimal demi mendorong percepatan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito Dili.

4.2.2.1. Perencanaan

Perencanaan merupakan sebuah proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis guna menyiapkan program dan aktivitas yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai salah satu fungsi manajemen, perencanaan mempunyai peran sangat penting dan utama. Begitu pentingnya sebuah perencanaan sehingga dikatakan, apabila perencanaan telah selesai dan dilakukan dengan benar, sesungguhnya sebagian pekerjaan besar telah dilaksanakan. Untuk menghasilkan suatu rencana pembangunan yang berkualitas demi mendapat dukungan dana yang memadai, maka pemerintah daerah melalui komisi pembangunannya menyusun strategi dan menentukan langkah-langkah dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah yang mendasarkan pada kondisi obyektif, potensi riil, dan permasalahan dan kebutuhan nyata daerah serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang di daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Perencanaan pembangunan daerah merupakan kerangka dasar pengelolaan pembangunan daerah yang merupakan penjabaran kehendak masyarakat di daerah. Sedangkan fungsingya sebagai pedoman penyelenggaraan kebijakan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat di daerah yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah, sektor swasta,

(33)

dan segenap masyarakat sehingga dengan partisipasi semua pihak dalam proses perencanaan pembangunan daerah dapat memupuk suatu kebersamaan yang utuh sebagai mitra kerja, dalam menyiapkan diri menuju pelaksanaan desentralisasi dengan sistem municipio. Untuk menjamin agar proses persiapan anggaran melalui perencanaan dan penganggaran prioritan kegiatan pembangunan di Distrito Dili berjalan lancar dan efektif, diperlukan suatu pertimbangan berdasarkan data-data, fakta, dan informasi, tentang proses pembangunan yang sedang berjalan dijadikan dasar perkiraan penganggaran untuk tahun mendatang. Sehingga perencanaan dan penganggaran pembangunan yang akan diajukan koresponde dengan apa yang sebenarnya terjadi, yang sedang berjalan, dan yang diharapkan akan terjadi di tahun mendatang.

Menurut informasi yang diperoleh dari Direktor Sektor Pendidikan Distrito Dili terkait dasar yang digunakan dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan di sektor pendidikan, informan mengatakan bahwa:

“yang menjadi dasar untuk melalukan perencanaan pembangunan pada sektor pendidikan adalah data dan informasi riil tentang kondisi pendidikan saat ini, misalnya kondisi sarana dan prasarana pendidikan, dan informasi tentang hasil laporan perkembangan pembangunan sektor pendidikan tahun lalu”. Wawancara tanggal 7 November 2014.

Tentu kondisi ini sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap pelaku pembangunan dalam mempersiapkan segala sesuatu diawal proses perencanaan dan penganggaran pembangunan yang akan dilaksanakan di Distrito Dili. Oleh karena itu setiap data dan informasi menyangkut proses pembangunan maupun hasil terkait perubahan seharusnya dapat diinformasikan kepada semua pihak bahkan masyarakat karena proses pembangunan yang sedang dilaksanakan

(34)

merupakan tanggungjawab seluruh komponen masyarakat sehingga pada akhirnya muncul semacam konsiensia masyarakat untuk mendukung pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Selain itu, data dan informasi yang penting untuk mendukung proses persiapan perencanaan anggaran pembangunan seharusnya dapat dikoordinasikan dan disosialisasikan dari tingkat Distrito sampai ke tingkat yang paling rendah yaitu Suco, sehingga perencanaan anggaran pembangunan itu benar-benar dapat disiapkan secara efektif dari bawah agar bisa menghasilkan suatu rancangan rencana yang dapat didukung oleh pemerintah pusat untuk menyetujui dan mengesahkan anggaran pembangunan investasi daerah yang di prioritaskan oleh komisi pembangunan daerah (KDD).

Berdasarkan kutipan informasi di atas dapat dikatakan bahwa proses perencanaan yang berjenjang seperti yang dilakukan di Distrito Dili, atau perencanaan buttom-up, tentu yang diharapkan oleh pihak perencana adalah dasar berupa data dan informasi yang akurat tentang perkembangan yang sedang berjalan maupun hasil pelaksanaan kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan pada tahun lalu, agar perencanaan yang akan disiapkan pada tahun yang akan datang semakin terarah untuk mengoptimalkan kondisi riil saat ini. Sehingga data dan informasi itu diharapkan dapat sampai kepada pihak atau lembaga yang paling bawah untuk dijadikan pegangan dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan karena dari beberapa kutipan informasi di atas dapat dipahami bahwa kadang-kadang data dan informasi seperti yang dikatakan di atas tidak sampai ke tangan pihak yang paling bawah atau kalaupun sampai

(35)

namun tidak lengkap. Hal ini dapat diperkuat oleh hasil wawancara dengan seorang Kepala Suco, sebagai berikut:

“sebelum melakukan proses perencanaan, terlebih dahulu kami dibagikan sebuah formulir untuk pengisian prioritas kebutuhan yang akan dijadikan program kegiatan pembangunan suco dan jadwal perencanaan pembangunan. Wawancara tanggal 6 November 2013.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komisi pembangunan daerah (KDD) Distrito Dili, sebagai lembaga penting yang bertanggungjawab atas perencanaan dan penganggaran pembangunan investasi daerah harus meningkatkan kepekaan dalam menentukan strategi perencanaan yang baik agar mampu menghasilkan suatu rancangan rencana investasi yang efektif guna mendorong perubahan dan kemajuan daerah di berbagai sektor pembangunan terutama dalam hal ini sektor yang menjadi obyek penelitian yakni pembangunan sarana dan prasarana pendidikan di Distrito Dili, sehingga sektor pendidikan dapat mengoptimalkan sarana dan prasarana yang tersedia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Timor-Leste umumnya dan Distrito Dili khususnya, lebih khusus pendidikan tingkat dasar. Oleh sebab itu, komisi pembangunan daerah (KDD) Distrito Dili harus mampu memanfaatkan data dan informasi yang tersedia untuk mengakomodir semua pihak yang berkepentingan terutama yang terlibat secara langsung dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah untuk dapat berpartisipasi aktif sehingga mampu menciptakan perubahan melalui proses perencanaan dan penganggaran pembangunan yang dilakukan oleh KDD dan seluruh komponen kerjanya baik dari tingkat Suco sampai ke tingkat Distrito.

(36)

Berbagai pengalaman yang timbul selama ini dalam proses perencanaan pembangunan daerah banyak yang tidak melalui suatu proses persiapan yang baik, tepat sasaran dan bertanggungjawab. Hal ini dimungkinkan masih bisa terjadi karena masih saja ada kecenderungan perencanaan pembangunan yang bertumpu pada kehendak dan mekanisme yang telah diatur dan disusun oleh pemerintah tingkat atas walaupun itu tidak mengandung unsur yang logis, tepat sasaran dan bertanggungjawab, tetapi harus diterima masyarakat. Apabila hal ini dibiarkan berlarut maka akan menjadikan masyarakat sebagai penonton dalam proses pembangunan itu sendiri yang hanya menerima segala bentuk perencanaan pembangunan yang ditawarkan oleh pemerintah sentral. Maka dengan itulah, timbul suatu gagasan alternatif sebuah proses perencanaan pembangunan yang lebih menekankan pada partisipasi masyarakat dan skala prioritas bagi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Paradigma pembangunan yang menekankan pertumbuhan (growth) dan bersifat sentralistis serta perencanaan pembangunan yang bersifat top down, menyebabkan kurang terakomodasinya aspirasi dan kepentingan rakyat. Padahal partisipasi masyarakat secara aktif dalam pembangunan sangat diperlukan. Masyarakat hendaknya tidak hanya dijadikan sebagai obyek pembangunan tetapi juga sebagai subyek pembangunan, yang pada akhirnya masyarakat tersebut menjadi mandiri sebagaimana tujuan dari pada pembangunan nasional Timor-Leste yang menghendaki asas desentralisasi pemerintahan dengan sistem municipio yang proses persiapannya melalui kebijakan tentang planeamento desemvolvimento integrado distrital atau perencanaan pembangunan daerah terpadu, supaya perencanaan pembangunan yang diusulkan itu

(37)

merepresentasi aspirasi masyarakat yang paling bawah yang dapat diinterpretasikan dalam prioritas kebutuhan yang dituangkan dalam daftar kegiatan pembangunan.

Untuk menghasilkan rencana kegiatan pembangunan daerah yang akan ditetapkan sebagai program kegiatan tahunan, maka Distrito Dili melalui komisi pembangunan daerah mempersiapkan proses perencanaan dan penganggarannya mulai dari tingkat Suco sampai Distrito. Proses perencanaan anggaran pembangunan berjenjang yang diawali dengan konsultasi dewan Suco untuk mengidentifikasi masalah yang ada dalam masyarakat sampai penyelenggaraan forum koordinasi pembangunan nasional bertujuan untuk menghasilkan sebuah dokumen yang berisi daftar prioritas kegiatan pembangunan untuk ditetapkan menjadi program kegiatan investasi daerah. Proses perencanaan anggaran pembangunan daerah dengan pendekatan “bottom-up planing” membutuhkan ketekunan dan melibatkan beberapa pihak yang berkepentingan mulai dari masyarakat (komunidade), Dewan Desa (konselho suco), Perwakilan Kementerian (Delegasaun Territorial), Komisi Pembangunan Sub-Distrito (KDSD), Komisi Pembangunan Daerah (KDD), yang kemudian diusulkan untuk mendapatkan persetujuan dari Parlemen Nasional melalui Kementerian pertanggungjawaban administrasi lokal (MAEOT). Untuk sampai pada proses akhir rancangan rencana pembangunan, maka proses perencanaan anggaran pembangunan Distrito Dili dilaksanakan melalui musyawarah perencanaan pembangunan daerah dengan langkah-langkah berikut:

(38)

4.2.2.1.1. Identifikasi Kebutuhan.

Proses identifikasi kebutuhan dimaksudkan untuk mengetahui, menggali dan mengumpulkan data dan informasi yang berkembang dimasyarakat sehingga memperoleh gambaran yang lebih lengkap, utuh, dan mendalam mengenai rencana pembangunan yang diprioritaskan, diusulkan oleh masyarakat yang nantinya dapat mencerminkan kebutuhan konkrit masyarakat setempat. Sehingga kegiatan yang dilakukan pada tahap ini haruslah secara partisipatif, transparan dan demokratis. Hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini bahwa perencanaan pembangunan di tingkat Suco harus mempertimbangkan kebutuhan mendasar yang telah diidentifikasi dalam hasil sensus penduduk dan memiliki formasi lebih spesifik untuk masyarakat baik dengan skala kecil maupun besar. Hal lain yang tidak kalah pentingnya juga untuk diperhatikan dalam penentuan prioritas kegiatan pembangunan Suco adalah tipe kegiatan. Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional tingkat Suco yakni tipe kegiatan yang akan dilaksanakan oleh masyarakat lokal dengan assistensia konsultan teknik, bila anggaran pembiayaan kegiatan pembangunan tersebut berkisar antara US $. 50.000-70.000. Dan apabila suatu kegiatan yang direncanakan kemudian dilaksanakan dalam program pembangunan desentralisasi itu berarti tipe kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan oleh masyarakat lokal atas pertimbangan kemampuan teknik masyarakat lokal. Hal ini dikarenakan anggaran pembangunan yang direncanakan lebih besar dari batas anggaran yang ditetapkan untuk pembangunan lokal.

(39)

Perencanaan anggaran pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito Dili secara umum terintegrasi dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah yang dilakukan oleh komisi pembangunan daerah Distrito Dili, karena masalah minimnya sarana dan prasarana pendidikan di Distrito Dili akan menjadi salah satu perhatian pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui proses belajar mengajar disekolah. Sehingga dapat dijelaskan oleh koordinator komisi pembangunan daerah Distrito Dili, terkait sektor yang menjadi prioritas pembangunan, bahwa:

“Ada beberapa sektor yang menjadi prioritas utama dalam proses pembangunan di Distrito Dili, yaitu; sektor pendidikan, kesehatan, pertanian, infrastruktur, namun diantara beberapa sektor ini sektor pendidikan mendapat perioritas lebih besar”. Wawancara tanggal 7 November 2013.

Hal ini menunjukkan komitmen yang kuat dari Pemerintah Daerah tentang pentingnya pembangunan sektor pendidikan bagi kemajuan daerah dan kemajuan negara pada umumnya. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa sektor yang menjadi prioritas ini selalu mendapatkan berbagai fasilitas dari Negara. Pada kenyataannya, fasilitas pendidikan yang ada di Distrito Dili ternyata sangat minim dan sebagian besar kondisi rusak. Ada banyak kendala yang menyebabkan hal ini, diantaranya adalah kemampuan sumberdaya manusia di daerah untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada sehingga mendapat prioritas dalam perencanaan dan penganggaran. Titik sentralnya ada pada proses perencanaan dan penganggaran yang dilakukan oleh sektor pendidikan baik persetujuan usulan oleh komisi pembangunan Sub-Distrito maupun proses penganggarannya di tingkat komisi pembangunan daerah (KDD). Oleh karena itu, sektor pendidikan dalam

(40)

proses identifikasi masalah harus benar-benar berdasarkan data dan informasi riil yang dihadapi oleh sektor pendidikan sehingga bisa mendapat perhatian di tingkat Distrito maupun nasional.

Proses indentifikasi kebutuhan sekolah dilakukan melalui dewan guru masing-masing sekolah mengadakan konsultasi untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi sekolah dan segera menentukan kebutuhan untuk diprioritas menjadi program kegiatan pembangunan tahunan tingkat sekolah. Kebutuhan sekolah yang telah diprioritaskan oleh dewan sekolah kemudian diajukan kepada delegasi territorial tingkat komisi pembangunan daerah Sub-Distrito (KDSD) melalui koordinator sekolah sentral. Hal ini dapat dipahami terjadinya dualisme proses perencanaan anggaran pembangunan daerah dari tingkat yang paling bawah yaitu suco, dimana identifikasi kebutuhan masyarakat dilakukan oleh dewan suco, sementara identifikasi kebutuhan sekolah dilakukan oleh dewan sekolah.

Terkait hal ini Seorang koordinator komisi Pembangunan Sub-Distrito mengatakan bahwa:

”pada proses perencanaan pembangunan terkait identifikasi masalah, keterlibatan utusan semua sektor yang ada di tingkat Sub-Distrito sangatlah penting karena dapat secara langsung mengetahui situasi dan kondisi riil yang ada dalam masyarakat, sehingga dapat dijadikan data dan informasi yang akurat dan dapat memperkuat usulan kegiatan ditingkat Komisi Pembangunan daerah Sub-Distrito”. Wawancara 27 November 2013.

Senada dengan informasi yang diperoleh dari Direktur Dinas Pendidikan Distrito Dili, terkait keterlibatan sektor pendidikan dalam proses identifikasi masalah, mengatakan bahwa:

(41)

“sektor pendidikan telah menempatkan orang-orang teknik dari sektor pendidikan disetiap Sub-Distrito untuk mengadakan koordinasi dengan Kepala Sekolah dalam proses identifikasi masalah”. Wawancara 25 November 2013.

Namun kutipan-kutipan di atas dapat dipertegas oleh Seorang Kepala Suco, terkait identifikasi masalah di bidang pendidikan, mengatakan bahwa:

“Terkait sarana dan prasarana pendidikan itu tugas masing-masing kepala sekolah dengan koordinatornya, karena mereka yang mengetahui secara pasti kebutuhan sekolah, kalaupun menjadi prioritas dalam usulan suco itu akan tetap menjadi prioritas kegiatan sektor pendidikan “. Wawancara tanggal 14 November 2013.

Dapat disadari bahwa proses identifikasi masalah merupakan langkah awal yang sangat menentukan karena semua pihak yang terlibat dapat mendiskusikan kondisi riil yang sedang dihadapi, dapat dirumuskan menjadi prioritas kegiatan pembangunan sekolah untuk dapat diusulkan ke delegasi territorial sektor pendidikan tingkat komisi pembangunan Sub-Distrito, didiskusikan dan diprioritaskan menjadi kegiatan pembangunan tingkat sub-distrito. Harapan setiap perencana agar usulan yang diprioritaskan itu dapat terwujud dalam bentuk proyek pembangunan demi memperbaiki kondisi yang dihadapi namun kadang terkendala dengan kurang efektifnya usulan dan proses berjenjang akhirnya usulan tersebut kadang tidak menjadi kenyataan karena tidak diterima sebagai suatu usulan yang dapat diprioritaskan atau bisa saja usulan itu putus ditengah jalan karena sistem perwakilan yang berjenjang. Hal ini dapat tercapai apabila setiap orang yang terlibat dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan memiliki pengetahuan dan pengalaman secukupnya sebagai bekal dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai perencana, sehingga mampu menentukan alternatif prioritas sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

(42)

Dengan demikian, proses pembelajaran merupakan alternatif untuk mengarahkan para perencana terutama pihak-pihak yang terlibat dalam proses identifikasi kebutuhan dan prioritas kebutuhan di tingkat paling bawah yaitu sekolah sehingga mereka mampu mengusulkan prioritas kegiatan yang berkualitas dan dapat memenuhi tuntutan yang ditetapkan agar mendapat dukungan anggaran yang memadai, dan semuanya itu terpenuhi apabila para dewan sekolah dapat diberdayakan melalui pelatihan teknis tentang perencanaan anggaran pembangunan agar mereka memiliki kemampuan profesional untuk terlibat dalam proses perencanaan pembangunan. Namun hal ini belum dilaksanakan secara maksimal sehingga usulan prioritas dari tingkat sekolah dianggap tidak memenuhi kriteria dan akhirnya tereliminasi.

Menurut informasi yang diperoleh dari seorang kepala sekolah terkait pelatihan teknis perencanaan dan penganggaran, menjelaskan bahwa:

“Pelatihan teknis perencanaan secara khusus belum pernah, cuman sekali melalui workshop tentang proses perencanaan pembangunan daerah di Dinas Pendidikan Distrito Dili”. Wawancara 16 November 2014.

Dilain pihak, seorang kepala sekolah juga mengatakan bahwa:

“Pelatihan teknis terkait penyusunan anggaran belum pernah, tapi kita pernah mengikuti pelatihan di sektor pendidikan Distrito Dili, tentang bagaimana proses merencanakan kebutuhan sekolah”. Wawancara 16 November 2014.

Hal ini dapat diakui oleh Direktur Sektor Pendidikan, bahwa:

“memang selama ini belum melakukan pelatihan teknis perencanaan karena sebenarnya bukan kita yang harus memberikan pelatihan tapi kita butuh orang yang memiliki kemampuan tentang perencanaan anggaran sehingga mereka bisa memiliki pegalaman untuk dibagikan kepada orang-orang kita”. Wawancara 25 November 2014.

(43)

Berdasarkan kutipan di atas, artinya bahwa kepala sekolah setidaknya sudah memiliki bekal tentang bagaimana proses perencanaan dan penganggaran yang akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang dihadapi oleh sekolah yang dipimpinnya. Namun tidak cukup sampai disitu, Dinas Pendidikan Distrito Dili seharusnya mencari alternatif yang lebih konkrit untuk memberdayakan para perencana tingkat bawah terutama para kepala sekolah agar mereka bisa menjadi orang yang profesional dalam proses identifikasi kebutuhan, menganalisis dan kemudian menentukan alternatif untuk dirumuskan menjadi prioritas kebutuhan untuk bisa menghasilkan suatu rencana kegiatan yang merefleksikan kebutuhan sekolah sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapai. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penolakan usulan dari sekolah bukan karena usulan itu tidak layak untuk diterima tetapi mungkin saja karena usulan yang lain lebih memiliki tingkat urgensinya tinggi untuk segera ditangani atau bisa pula karena keterbatasan anggaran yang disediakan. Dengan demikian kapabilitas tim perencana sangat diperlukan demi menganalisis situasi dan kondisi yang dihadapi secara komprehensip dan holistik agar usulan yang disiapkan dan didukung pada tahap penganggaran.

4.2.2.1.2. Merumuskan Prioritas Kebutuhan

Perumusan kebutuhan sekolah merupakan langkah yang strategis untuk menentukan prioritas kebutuhan yang akan menjadi program pembangunan sekolah. Begitu pentingnya proses perumusan ini maka para dewan sekolah mengadakan rapat guna mendiskusikan, menganalisis, dan merumuskan masalah

(44)

umum dan masalah yang lebih spesifik di tingkat sekolah. Langkah ini dimaksudkan untuk menyatukan persepsi atas hasil analisis sehingga dapat disederhanakan tampilan seluruh masalah yang ada di sekolah, mendiskusikan pembidangan seperti bidang sarana dan prasarana sekolah, sehingga dapat ditentukan menjadi program pembangunan yang akhirnya menghasilkan sebuah daftar prioritas kegiatan pembangunan sekolah untuk diusulkan ke komisi pembangunan daerah sub-distrito melalui koordinator sekolah sentral kemudian diusulkan ke delegasi teritorial tingkat sub-distrito untuk didikusikan dan diprioritaskan di komisi pembangunaan daerah sub-distrito. Dan prioritas yang diusulkan itu harus merupakan hasil konsensus semua anggota dewan sekolah. Hal lain yang perlu mendapat perhatian bahwa ketika kebutuhan dirumuskan dan telah disepakati menjadi suatu usulan seharusnya usulan tersebut dapat di kawal oleh mereka yang mengusulkan akan tetapi yang terjadi usulan itu hanya dititipkan ke komisi pembangunan daerah sub-distrito melalui koordinator sekolah sentral dan diteruskan ke delegasi territorial sub-distrito.

Menurut informasi yang peneliti peroleh dari Seorang Kepala Sekolah, ditegaskan bahwa:

“identifikasi dan perumusan kebutuhan sekolah dilakukan oleh dewan sekolah, dirumuskan kebutuhan sekolah kemudian diprioritas untuk diusulkan kepada koordinator sekolah sentral”. Wawancara 18 November 2013.

Sedangkan menurut informasi yang peneliti peroleh dari Seorang Kepala Suco, menjelaskan bahwa:

Gambar

Tabel 4.1 Data Sub-Distritos, Sucos e Aldeias no Distrito Dili.
Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Distrito Dili Menurut Sub-Distrito dan Jenis         Kelamin
Tabel 4.3 Jumlah EBC, EBF  dan Total Murit tiap sekolah di Distrito Dili,                   2013
Gambar 4.2  Struktur Organisasi KDD
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada variabel deskriptif Time Budget Pressure, penilaian dilakukan dengan 3 pernyataan yang meliputi tentang memahami perencanaan anggaran dalam proses audit

5 Dokumen Data Siswa SMP Islam Terpadu Ashabul Kahfi Tabalong. 6 Dokumen Sarana dan Prasarana SMP Islam Terpadu Ashabul Kahfi Tabalong.. S.Pd.I), koordinator Alquran (Ustadz

Berbagai aktivitas pasar sangat didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Sarana prasarana yang dimaksud adalah ada tidaknya sarana transportasi yang

Fungsi yang terkait pada proses penganggaran biaya kegiatan pada Compass Communication - PT Borneo Komunika Media Banjarmasin belum tepat dikarenakan yang

1) Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam bidang kebersihan dengan tersedianya prasarana dan sarana serta peralatan yang lebih modern. 2) dalam upaya membuka

Secara umum, tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang berjenis

1) Menginventarisasi kebutuhan sarana, prasarana, fasilitas umum, fasilitas sosial RUSUNAWA. 2) Mengadakan sarana dan prasarana fasilitas umum dan fasilitas lainnya

3,20 0,758 2 Σ Mean 2,90 Σ SD 0,925 Dari tabel 4.14 hasil analisis menunjukkan bahwa hambatan dari sisi pekerja dalam proses pembangunan proyek konstruksi di kota Dili yang